Post on 27-Apr-2023
transcript
A. PENGKAJIAN
Tanggal Masuk : 20 April 2013 Jam : 08.48
Tanggal Pengkajian : 23 April 2013 Jam : 14.00
1. Identitas
a. Identitas klien
1) Nama : Tn. S
2) No. RM : 249310
3) No. Registrasi : 1304200192
4) Umur : 18 hari 3 bulan 76 ahun
5) Jenis Kelamin : Laki-laki
6) Agama : Islam
7) Pendidikan : Tidak sekolah
8) Pekerjaan : -
9) Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia
10) Bahasa : Jawa, Indonesia
11) Status Pernikahan : Kawin
12) Suku/ Bangsa : Indonesia
13) Alamat : Gemah Kencana, Semarang
14) Pembiayaan Kesehatan : Putri-putra
15) Diagnosa : SH
: Hemoptisis+melena
: Diabetes Melitus
: Hiperuricemia
b. Penanggung jawab
1) Nama : Ny. M
2) Umur : 37 tahun
3) Pendidikan : SMP
61
4) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
5) Jenis Kelamin : Perempuan
6) Suku : Jawa
7) Bahasa : Jawa, Indonesia
8) Hubungan dengan pasien : Anak Menantu
9) Alamat : Gemah Kencana, Semarang
10) No telpon yang bisa dihubungi : 081337xxxxxx
2. Keluhan Utama
Tidak BAB ± 3 hari
3. Riwayat Penyakit Sekarang
a. Pengkajian PQRST
1) P(Provokatus-Paliatif)
Kurang lebih sebulan yang lalu Tn. S masuk
rumah sakit karena tiba-tiba tidak sadarkan
diri ketika hendak mengendarai sepeda. Lalu
Tn.S dirawat di RSUD Kota Semarang ruang
Yudhistira. Tn.S mengalami kelemahan pada
anggota gerak atas dan bawah kiri atas kiri.
Tn. S dirawat di ruang Yudhistira selama 10
hari. Setelah dirawat, Tn.S mengalami
kesulitan BAB dan kesulitan makan karena
kesulitan untuk mengunyah akibat stroke yang
dirasakan lalu Tn.S diberikan obat pencahar,.
2) Q (Quality-Quantity)
Setelah pulang di rumah, kurang lebih 2
minggu setelahnya, Tn.S mengalami batuk
62
berdarah dan BAB hitam seperti darah (melena)
sebanyak 1x setelah diberikan obat pencahar
akibat kesulitan BAB dan langsung dibawa ke
RSUD Kota Semarang dan dirawat di ruang Bima
pada tanggal 20 April 2013. Tn.S sudah tidak
BAB darah dan tidak BAB lagi kurang lebih
sudah 3 hari. Tn.S datang dalam keadaan
kelemahan anggota gerak badan (hemiparesis).
3) R (Region-Radiasi)
Hemiparesis sinistra, hemihipestasi sinistra,
disartria kanan
4) S (Scale-Severity)
BAB encer dan kehitaman sudah membaik saat
tanggal 22 April, batuk sudah tidak berdarah,
namun masih berdahak. Tn. S mengalami
kesulitan BAB selama ± 3 hari .Tn.S masih
mengalami kelemahan anggota gerak badan dan
kesulitan bicara (disartria kanan)
5) T (Time)
Tn.S mengalami batuk yang kadang timbul
kadang hilang, masih terdapat kelemahan
anggota gerak badan
b. Terapi yang telah dilakukan
Tn.S telah diberikan IVFD RL 20 tpm, injeksi
piracetam 3x3 gr, injeksi lancolin 2x250mg,
63
injeksi ranitidin 3x1 Ampul, dexanta syrup 3x1 C,
OBH 3x1 C, Lactolac syrup 3x1 C, amlodipin 3x50
mg, dulcolax 3x2 tablet, allopurinol 1x100 mg,
amikacin 2x500mg, sleeding/8 jam
(humulog/humulin), dan diet cair I/DM
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Tn.S sebulan yang lalu sudah pernah dirawat di rumah
sakit karena tiba-tiba tidak sadarkan diri dan
mengalami kelemahan anggota gerak badan, namun Tn.S
belum pernah mengalami muntah darah/batuk darah serta
BAB hitam/darah seperti yang dialami saat masuk rumah
sakit. Tn.S dan keluarga belum mengetahui kalau Tn.S
memiliki penyakit gula atau memiliki gula darah yang
tinggi (GDS= 242). Tn.S selama ini sudah tidak bekerja
dan sering mengikuti jaga malam di lingkungan rumahnya.
Saat jaga malam maupun dalam kesehariannya, Tn.S tidak
membatasi jenis makanan yang dikonsumsi. Tn.S banyak
mengkonsumsi gorengan, gule, jeroan, nasi goreng dan
jarang makan sayur. Tn. S juga merokok. Tn.S sering
berolahraga sepeda santai setiap hari Minggu bersama
teman-temannya.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga Tn.S mengatakan kalau sampai saat ini tidak
ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit
seperti yang dialami Tn.S. Tidak ada kelainan
kongenital. Keluarga Tn.S mengatakan kalau bapak Tn.S
64
meninggal karena ada penyakit pernafasan (keluarga
tidak mengetahui secara pasti sakit apa). Anak bungsu
Tn.S meninggal setelah operasi usus buntu.
Genogram:
Keterangan:
= Laki-laki =
Tinggal serumah
65
= Perempuan =
Menikah
atau = Meninggal dunia =
Memiliki anak
= Pasien dengan umur
= perempuan meninggal usus buntu
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Penampilan luar : Lemah, cukup rapi , dan bersih
b. Kesadaran
1) Kualitas : Composmentis
2) Kuantitas : E4 V5 M6 (GCS 15)
c. Vital sign
1) Tekanan Darah : 160/90
2) Suhu : 37,5 oC
3) Nadi : 80 kali/menit
66
4) RR : 20 x / menit
d. Kepala
1) Bentuk kepala mesocephal, rambut pendek mulai
beruban, tipis, sudah mengalami kebotakan di
bagian kepala depan
2) Tidak ada lesi, tidak ada massa/ benjolan
e. Mata
1) Simetris antara kanan dan kiri
2) Pupil isokor, pupil kanan 3mm, kiri tidak 3mm
3) Konjungtiva tidak anemis
4) Sclera : putih jernih (non ikterik)
5) Gerak bola mata normal (mengikuti arah gerakan
pensil dengan baik)
6) RCL (Reflek Cahaya Langsung) : -/+
RCTL (Reflek Cahaya Tidak Langsung) : -/+
7) Reflek berkedip (+),
8) Enoftalmus (bola mata seolah-olah masuk ke
dalam) mata kiri
9) lapang pandang normal
f. Hidung
1) Lubang hidung simetris kanan dan kiri
2) Cuping hidung lunak, persebaran bulu hidung
merata
3) Pernafasan cuping hidung (-)
4) Bersih, tidak ada massa
67
g. Mulut
1) Bersih
2) Warna bibir merah muda,
3) Gigi sudah banyak yang tanggal
4) Lidah tidak ada lesi
5) Mukosa mulut agak lembab
6) Gusi : perdarahan (-) sariawan (-) lesi (-)
warna pink kemerahan
7) Agak sedikit pelo (disartria)
h. Telinga
1) Daun telinga simetris
2) Tidak ada lesi dan perdarahan
3) Bersih, tidak ada kotoran/serumen
4) Tidak ada nyeri tekan
5) Fungsi pendengaran normal
i. Leher
1) Tidak ada lesi
2) Pergerakan leher normal
3) Tidak ada ketegangan leher
4) Kemampua menelan baik
5) Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
6) Tidak terdapat nyeri tekan
7) Terdapat kaku kuduk (+)
j. Dada Paru
68
1) Inspeksi
a) Anterior : clavicula simetris kanan dan
kiri (+/+), bentuk dada normal, tidak ada
lesi, warna kulit merata, RR 20x/menit
b) Posterior : scapula simetris kanan dan
kiri (+/+), tulang vertebrae normal
c) Retraksi intercostalis (-)
a) Palpasi
a) Ekspansi dada simetris (+/+),
b) Taktil fremmitus pada kedua sisi paru
simetris
c) Tidak ada nyeri tekan
b) Perkusi
a) Sonor,
b) letak paru simetris
c) ukuran paru normal
c) Auskultasi
a) Terdengar bunyi vesikuler
b) Tidak ada suara tambahan, wheezing (-),
ronchi (-)
k. Jantung
1) Inspeksi dan Palpasi
a) Denyutan katup aorta teraba di ICS 2
kanan, denyutan katup pulmonal teraba di
ICS 2 kiri (sejajar aorta), denyutan katup
tricuspidalis teraba di ICS 5 kiri,
denyutan apex teraba pada ICS 5 kiri (5-7
69
cm dari katup tricuspidalis) sejajar
midclavicularis
b) Tidak ada nyeri tekan
2) Perkusi
a) Pekak
b) Kardiomegali (-), ukuran jantung normal
c) Tidak terdapat massa
3) Auskultasi
a) S1(lub-dub) terdengar di katup
tricuspidalis
b) S2 (dub-lub) terdengar di katup aorta dan
pulmonal
c) Regular, murni, murmur (-), gallop (-)
-
l. Abdomen
1) Inspeksi
a) Warna kulit merata sawo matang
b) Bentuk : datar, tidak ada acites
c) Tidak ada jaringan parut
2) Auskultasi
Bising usus / peristaltic usus 6x/ menit
3) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, spasme otot, teraba agak
keras
4) Perkusi
Timpani
m. Genitalia
70
Inspeksi
1) Cukup bersih
2) Tidak ada lesi dan kemerahan
3) Tidak ada abses dan tidak keluaran cairan
abnormal
4) Tidak ada benjolan abnormal
n. Ekstremitas
1) Atas :
a) Terpasang infuse di sebelah ekstrimitas
atas kiri
b) Akral hangat (+/+)
c) Kekuatan otot (kanan 5/ kiri 0)
2) Bawah :
a) Akral hangat (+/+)
b) Kekuatan otot (kanan 5/ kiri 0)
Keterangan kekuatan otot:
0 : kontraksi otot tidak terdeteksi
1 : kejapan yang hampir tidak terdeteksi/ bekas
kontraksi dengan observasi/ palpasi
2 : pergerakan aktif bagian tubuh dengan
mengeliminasi gravitasi
3 : pergerakan aktif hanya melawan gravitasi dan
tidak melawan tahanan
4 : pergerakan aktif melawan gravitasi, sedikit
tahanan
71
5 : pergerakan aktif melawan tahanan penuh, tanpa
adanya kelelahan otot (kekuatan otot normal)
MotorikSuperior
(Dextra/sinistra)
Inferior
(Dextra/Sinistra)Gerakan +/- +/-Kekuatan 5/0 5/1Tonus Normal/hipo Normal/hipoTrofi e/e e/eRF -/- -/-RP -/- -/-Klonus -/- -/-Sensibilitas: hemihipestasi sinistra sentral
Hemiparesis sinistra
Paresis nerves VII (facialis), IX (glosofaringeus), dan X
(vagus)
7. Pengkajian Fungsional
a. Kebutuhan Oksigenasi
1) Sebelum Dirawat:
a) Tn.S tidak ada masalah dengan pernafasan
b) Tn.S tidak merasakan sesak nafas
2) Selama dirawat
a) Tn.S batuk berdahak
b) RR awal masuk 16 x/ menit dan saat
pengkajian 20x/menit (normal)
b. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan72
1) Intake
a) Makan
Keterangan Sebelum di rawat Selama di rawatFrekuensi 3 kali sehari 3 kali sehariJenis Nasi, lauk pauk,
sayur,
Diet cair
Porsi 1 porsi ¾ porsi (200ml)Kebiasaan Menggunakan
piring, sendok
Dibantu
menggunakan
sedotan.Volume 1500ml 600mlKeluhan Tidak Ada Kesulitan dalam
mengunyah dan
menelan akibat
stroke yang
dialami
b) Minum
Keterangan Sebelum di rawat Selama di rawatFrekuensi 6-7 kali sehari 4-5 kali sehariJenis Air putih, air
teh
Air putih
Porsi 1 gelas (250 ml) 1/2 gelas (125
ml)Kebiasaan Tidak Ada Tidak AdaVolume 1750 650ml
2) IMT (Indeks Massa Tubuh):
BB: 75 kg
73
TB: 170 CM
IMT : BB/TB (m)2
: 75/(1,7)2
: 75/ 2.89
: 25.95
IMT Tn.S termasuk dalam kategori overweight
Keterangan:
1) 2-20 : underweight
2) 20-25 : normal
3) 25-30 : overweight
4) >30 :‘obesitas
3) Pengkajian ABCD
a) Antropometri
i. BB= 75 kg
ii. TB= 170 cm
iii. IMT=25.95 (overweight)
b) Biokimia
Tanggal 20 April 2013
Pemeriksaa
nHasil Nilai Normal
HematologiHemoglobin 12.5 g/dL 14.0-18.0Hematokrit 36,10 % 42-52
Kimia-KlinikGlobulin 3.4 g/dL 1.8-3.2
74
Glukosa
Darah
Sewaktu
242 mg/dL
70-115
Ureum 121.0 mg/dL 15.0-43.0Creatinin 1.1 mg/dL 0.7-1.1Asam Urat 4.2 mg/dL 2.3-6.1Kolestrol
Total
110(normal)
mg/dL<200
Trigliseri
da
102(nornal)
mg/dL50-200
Protein
Total
6.9 g/dL6.4-8.2
Albumin 3.5 g/dL 3.5-5.2
c) Clinis
Tn.S tampak terbaring lemah
d) Diet
Diet cair I/DM
c. Kebutuhan Eliminasi1) Eliminasi Urin (BAK)
Keterangan Sebelum sakit Selama sakitFrekuensi
Pancaran
Bau
Warna
Perasaan
setelah
6-8 kali sehari
Kuat
Khas (amoniak)
Kuning jernih
Lega
8-10 kali sehari
Kuat
Khas (amoniak)
Kuning jernih
Lega
75
BAK
2) Eliminasi Fekal (BAB)
Keterangan Sebelum dirawat Selama dirawatFrekuensi
Bau
Warna
Konsistens
i
Waktu
1x/minggu
Khas
Cokelat kekuningan
Solid, keras,
berbentuk
Pagi
-
-
-
-
-
3) Cairan Infus
RL 20 tpm
Lama infus = ( jumlah cairan x 20 ) / ( jumlah
tetesan x 60 )
L = (500 x 20) / (20 x 60)
L = 10000 / 1200
L = 8,33
L = 8 jam
500 ml= 8 jam
X= 24 jam
X= 1500 ml
Dalam 24 jam Tn.S mendapatkan 1500 ml
4) Total intake dalam 24 jam
Makan : 600 ml
Minum : 650 ml
Infus : 1500 ml
Injeksi :
76
Piracetam: 10 ml
Lancolin: 5 ml
Ranitidin : 4 ml
TOTAL INPUT : 2769 ml
5) Output
a) BAB = - ml
b) BAK : 10 x 100 = 1000 ml
c) IWL : 15 cc/kg BB/ hari
: 15 cc/75 kg/hari = 1125 ml
d) Air metabolisme:
5cc/kgBB/hari
5cc x 75 kg = 375 ml
TOTAL OUTPUT: 2500 ml
6) Keseimbangan cairan pada Tn.S : total intake –
total output
: 2769– 2500 ml
: 269 ml
d. Kebutuhan Termoregulasi
Sebelum dan selama dirawat
1) Tn.S tidak mengalami gangguan pemenuhan
kebutuhan termoregulasi
2) Suhu klien dalam rentang normal yaitu 36.5oC
saat awal masuk dan 37,5 oC saat pengkajian
3) Jika kepanasan, pasien biasa menggunakan kipas
untuk mengurangi rasa panas yang dirasakan dan
77
apabila kedinginan pasien biasa menggunakan
selimut
e. Kebutuhan Aktivitas dan Latihan
AktivitasSebelum Sakit
0 1 2 3 4Makan √Mandi √Berpakaian √Toileting √Tingkat mobilitas di
tempat tidur
√
Berpindah √Kemampuan ROM √Berjalan √Bermain √
AktivitasSelama Sakit
0 1 2 3 4Makan √Mandi √Berpakaian √Toileting √Tingkat mobilitas di
tempat tidur
√
Berpindah √Kemampuan ROM √Berjalan √
78
Bermain √
Tn.S mengalami ketergantungan dalam pemenuhan
aktivitas dan latihan selama sakit.
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Menggunakan alat bantu
2 : Di bantu orang lain
3 : Di bantu orang lain dan alat
4 : Ketergantungan atau tidak mampu
f. Kebutuhan Seksualitas
Tn.S sudah disunat saat usia 12 tahun dan mimpi basah
saat usia remaja (pasien lupa). Tidak ada keluhan
selama berhubungan. Tn.S memiliki anak sebanyak 8
orang. Tn.S masih mendapatkan kasih sayang dari istri
dan anak-anaknya
g. Kebutuhan Psikososial
1) Stres dan Koping
Sebelum Sakit Selama SakitTn.S sering marah kepada
istrinya atau orang yang
tinggal bersamanya dan
sering memikirkan segala
sesuatu hal (kecil atau
besar) terlalu mendalam
(sepaneng), Tn.S berusaha
Tn.S agak sering marah
jika kepanasan, dan tidak
bisa tidur akibat terlalu
ramai ruang kamarnya dan
meminta keluarganya
mengipasi.
79
mengalihkan emosinya
dengan berkumpul besama
teman-teman sebayanya dan
bersepeda.
2) Konsep diri
a) Gambaran diri
Tn.S tidak merasa malu dengan penampilan
fisik. Tn. S bisa menerima dengan baik
semuanya sebagai sebuah anugrah.
b) Ideal diri
Tn.S mengatakan seharusnya dirinya bisa
beraktifitas sehari-hari seperti biasa
(jaga malam) dan bersepeda santai apabila
ia tidak mengalami sakit seperti sekarang
ini.
c) Peran diri
Semenjak sakit Tn.S menjadi tidak bisa
melakukan aktivitas seperti biasanya
akibat kelemahan fisik yang diraskaan
setelah terkena stroke.
d) Harga Diri
Tidak ada masalah harga diri yang
dirasakan Tn.S
e) Identitas diri
Tn.S menyadari bahwa segala musibah dan
keadaan yang diterima/ dijalani saat ini
80
adalah sebuah cobaan yang harus dijalani
dengan ikhlas dan tabah dan membuat TnS
lebih dekat kepada Allah.
h. Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman
Tn.S merasa kurang nyaman saat dirawat di rumah sakit
karena lingkungan kamar Tn.S terlalu banyak orang dan
kurang privasi sehingga mengganggu istirahat Tn.s.
Tn.S merasa aman saat dirawat karena banyak anggota
keluarga (anak, menantu, dan cucu) yang menjaganya
sehingga kalau ada apa-apa ada yang segera merespon.
i. Kebutuhan Spiritual
Keterangan Sebelum Dirawat Selama DirawatNilai Khusus Tidak ada Tidak adaPraktek ibadah Shalat 5 waktu
masih bolong-
bolong, puasa
-
Pengetahuan
tentang praktek
ibadah selama
sakit
- Kurang
mengetahui cara
ibadah dengan
kelemahan
kondisi tubuh
(berbaring)Rekreasi Berkumpul
bersama
keluarga, teman,
dan bersepeda
Tidak ada
81
santai
j. Kebutuhan Hygiene Integritas Kulit
Keterangan Sebelum Dirawat Selama DirawatMandi 2x/ hari (pagi
dan sore)
Disibin atau
diseka 1x/ hari
(pagi hari)Keramas Setiap 2 hari
sekali
menggunakan
shampoo di pagi
hari
Tidak pernah
Ganti Pakaian 2x/ hari (pagi
dan sore/ setiap
habis mandi)
1x/ hari (pagi
hari sehabis
disibin)Sikat gigi 2x/ hari (pagi
dan sore/ setiap
mandi)
Tidak pernah
Memotong Kuku Saat kuku panjang Tidak pernah
memotong kuku
k. Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Keterangan Sebelum di rawat Selama di rawatJumlah tidur
siang
1-2 Jam Jarang, 30
menit-1 JamJumlah tidur
malam
8-9 Jam 4-5Jam
82
Pengantar
tidur
Tidak Ada Tidak Ada
Gangguan tidur Tidak ada Panas pada
punggung,
ruangan panas,
banyak suara
bising dari
keluarga
pengunjungPerasaan waktu
bangun
Segar Biasa Saja,
kurang begitu
segar
l. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Tn.S merupakan seseorang yang aktif dalam
bersosialisasi. Tn.S selalu ikut kegiatan yang ada
di lingkungan rumahnya seperti jaga malam
keliling, bersepeda santai, membayar listrik ke
PLN, membayar air ke PDAM untuk mengisi waktu
kosong yang banyak di usia yang tua ini.
m. Kebutuhan Rekreasi
Keterangan Sebelum Dirawat Selama DirawatRekreasi Berkumpul
bersama
keluarga,cucu,
teman, dan
bersepeda santai
Mengobrol dengan
keluarga
83
n. Kebutuhan Komunikasi – Informasi
Sebelum Dirawat Selama DirawatNy.SS berkomunikasi
dengan anak , suami,
tetangga, dan ibu-ibu
pengajian di desa Ny.SS
Ny.SS hanya berkomunikasi
dengan anaknya, pasien
dalam satu ruangan, dan
perawat yang masuk ke
kamar pasien Ny.SSNy.SS memiliki pengetahuan yang cukup mengenai
penyakit yang diderita saat ini, terbukti dengan
tindakan Ny.SS yang proaktif dalam pengobatan yang
dijalani demi kesembuhan yang diinginkan
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Diagnostik
Tanggal 20 April 2013 Jam 10.05
Pemeriksaan HasilNilai
Normal
Kesan
(meningkat/menur
un)
Rasional
HematologiHemoglobin 12.5
g/dL
14.0-18.0 Menurun Penurunan
hb dapat
terjadi
akibat
adanya
perdarahan,
seperti
yang
84
terjadi
pada Tn.S
akibat
adanya
muntah
darah dan
melena yang
terjadi.
Hematokrit 36,10 % 42-52 Menurun
Penurunan
hematokrit
terjadi
pada pasien
yang
mengalami
kehilangan
darah akut,
anemia,
leukemia,
dan kondisi
lainnya.Jumlah
leukosit
25.2/
µL
4.8-10.8 Meningkat Peningkatan
leukosit
juga dapat
menunjukan
adanya
proses
infeksi
atau radang
85
akut,
misalnya
pneumonia,
meningitis,
apendisitis
,
tuberkolosi
s,
tonsilitis,
dll. Dapat
juga
terjadi
miokard
infark,
sirosis
hepatis,
luka bakar,
kanker,
leukemia,
penyakit
kolagen,
anemia
hemolitik,
anemia sel
sabit.
penyakit
parasit,
dan stress
86
karena
pembedahan
ataupun
gangguan
emosi.
Peningkatan
leukosit
pada
stroke:
Peran
respon
peradangan
pasca
iskemia
dilakukan
oleh sel
mikroglia,
terutama di
area
penumbra
dengan
sekresi
sitokina
pro-radang,
metabolit d
an enzim to
ksik.
Selain itu,
87
sel
mikroglia
dan
astrosit
juga
mensekresi
faktor
neuroprotek
tif
seperti eri
tropoietin,
TGFβ1,
dan metalot
ionein-2.
Terdapat
banyak
bukti yang
menunjukkan
peran leuko
sit terhada
p patogenes
is cedera
akibat
stroke
seperti
cedera di
jaringan
akibat repe
88
rfusi dan
disfungsi
mikrovaskul
ar. Bukti-
bukti
tersebut
dapat
diklasifika
sikan
menjadi 3
bagian
pokok
yaitu,
a. terjad
i
akumulasi
leukosit
pasca
iskemia
hingga
terjadi
cedera
jaringan
b. simtom
a iskemia
direspon
dengan
peningkat
89
an neutro
fil.[21] D
alam
percobaan
dengan ti
kus,
rendahnya
populasi
neutrofil
dalam
sirkulasi
darah
menunjukk
an
volume in
fark yang
lebih
kecil.
c. penceg
ahan adhe
si
sel antar
a
leukosit
dengan se
l
endotelia
l pada sa
90
war darah
otak,
dengan an
tibodi
monoklona
l terbukt
i dapat
memberika
n
perlindun
gan
terhadap
cedera
akibat
stroke.
Peningkatan
leukosit
juga bisa
disebabkan
oleh obat-
obatan,
misalnya:
aspirin,
prokainmid,
alopurinol,
kalium
yodida,
sulfonamide
91
, haparin,
digitalis,
epinefrin,
litium, dan
antibiotika
terutama
ampicillin,
eritromisin
,
kanamisin,
metisilin,
tetracyclin
e,
vankomisin,
dan
streptomyci
n.Jumlah
Trombosit
489 x
103/ µL
150-400 Meningkat Peningkatan
trombosit
(trombosito
sis) dapat
ditemukan
pada
penyakit
keganasan,
sirosis,
polisitemia
, ibu
92
hamil,
habis
berolahraga
, penyakit
imunologis,
pemakaian
kontrasepsi
oral, dan
penyakit
jantung.
Biasanya
trombositos
is tidak
berbahaya,
kecuali
jika
>1.000.000
sel/mm3.Kimia-Klinik
Globulin 3.4 g/dL 1.8-3.2 Meningkat Peningkatan
kadar
globulin
terjadi
pada
infeksi,
penyakit
hati dan
beberapa
93
jenis
keganasan.Glukosa
Darah
Sewaktu
242
mg/dL
70-115 Meningkat Peningkatan
kadar
glukosa
darah
(hiperglike
mia)
terjadi
jika
insulin
yang
beredar
tidak
mencukupi
atau tidak
dapat
berfungsi
dengan
baik;
keadaan ini
disebut
diabetes
mellitus.
Apabila
kadar
glukosa
plasma atau
94
serum
sewaktu
(kapan
saja, tanpa
mempertimba
ngkan makan
terakhir)
sebesar ≥
200 mg/dl,
kadar
glukosa
plasma/seru
m puasa
yang
mencapai >
126 mg/dl,
dan glukosa
plasma/seru
m 2 jam
setelah
makan (post
prandial) ≥
200 mg/dl
biasanya
menjadi
indikasi
terjadinya
diabetes
95
mellitus.
Ureum121.0
mg/dL15.0-43.0 Meningkat
Uremia
prarenal
terjadi
karena
gagalnya
mekanisme
yang
bekerja
sebelum
filtrasi
oleh
glomerulus.
Mekanisme
tersebut
meliputi
penurunan
aliran
darah ke
ginjal
seperti
pada syok,
kehilangan
darah, dan
dehidrasi; Creatinin 1.1
mg/dL0.7-1.1 Normal
-
Asam Urat 4.2 2.3-6.1 Normal -
96
mg/dLKolestrol
Total
110(norm
al)
mg/dL
<200 Normal
-
Trigliserid
a
102(norn
al)
mg/dL
50-200 Normal
-
SGOT 57 U/L
< 31 Meningkat
Peningkatan
ringan
( sampai 3
kali normal
) :
perikarditi
s, sirosis,
infark
paru,
delirium
tremeus,
cerebrovasc
ular
accident
(CVA)SGPT 95 U/L < 31 Meningkat a. Pening
katan 3-10 kali normal : infeksi mononuklear, hepatitiskronis
97
aktif, sumbatan empedu ekstra hepatik, sindrom Reye, daninfark miokard (SGOT>SGPT)
b. Peningkatan 1-3kali normal : pankreatitis, perlemakan hati, sirosis Laennec, sirosis biliaris.
Protein
Total
6.9 g/dL6.4-8.2 normal
-
Albumin 3.5 g/dL 3.5-5.2 normal -Serologi
WidalTyphi O Negatif Negatif normal -Typhi H Negatif Negatif normal -
Tanggal Periksa : 21 April 2013
Pemeriksaan HasilNilai
Normal
Kesan
(meningkat/menur
un)
Rasional
98
HematologiHemoglobin 15.2
g/dL14.0-18.0 Normal
-
Hematokrit 43.40 % 42-52 Normal -Jumlah
leukosit
10.6/
µL4.8-10.8 Normal
-
Jumlah
Trombosit
97 x
103/ µL150-400 Menurun
(sama atas)
Tanggal 22 April 2013
Pemeriksaan HasilNilai
Normal
Kesan
(meningkat/menur
un)
Rasional
HematologiHemoglobin 9.4
g/dL
14.0-18.0 Menurun Penurunan
trombosit
(trombosito
penia)
dapat
ditemukan
pada demam
berdarah
dengue,
anemia,
luka bakar,
malaria,
dan sepsis.
Nilai
ambang99
bahaya pada
<30.000
sel/mm3.Hematokrit 27.90 % 42-52 Menurun (sama atas)Jumlah
leukosit
25.7/
µL4.8-10.8 Meningkat
(sama atas)
Jumlah
Trombosit
388 x
103/ µL150-400 Normal
-
b. EKG
Tanggal 20 April 2013
1) Vent rate : 111bpm
2) PR int : 154 ms
3) QRS dur : 88 ms
4) QT/QTc int : 328/394 ms
5) P/QRS/T axis : 56/38/83o
6) RV5/SV1 amp : 2.595/1.180 mV
7) RV5+SV1 amp : 3.775 mV
Kesimpulan:
1) Sinus Tachycardia
2) Nonspesific ST & T wave abnormality
3) Abnormal rhytm ECG
c. CT Scan Kepala Polos
1) Hasil
a) Tampak lesi hiperdens (CT number 56 HU)
pada korona radiata kanan, volume 6.2 cc
100
b) Tampak lesi hipodens kecil-kecil pada
korona radiata kanan kiri
c) Sulcus kortikalis dan fisura silvii normal
d) Sistem ventrikel dan sisterna baik
e) Pons dan cerebellum baik
f) Tak tampak midline shifting
2) Kesan
a) Intracerebral hemorrage pada korona radiata
kanan, volume 6.22 cc
b) Infark lakuner pada korona radiata kanan
dan kiri
c) Tak tampak tanda-tanda peningkatan TIK
d. GDS
Tanggal Jam Hasil Insulin20 April
201310 242 4u
21 April
2013
12.00 198 -04.00 227 4 u12.00 183 4 u20.00 166 -
22 April
2013
04.00 157 -20.00 130 -
23 April
2013
04.00 151 -20.00 144 -24.00 112 -
101
24 April
201320.00 117 -
25 April
201306.00 103 -
9. Program Terapi
TanggalParenter
alInjeksi
OralDiit
20 April
2013
IVFD RL
20 tpm
a. Piracetam
3x3 gr
b. Lancolin 2x
250 mg
a. Dexanta
syrup 3x1
C
b. OBH 3x1 C
c. Lactolac
syrup 3x1
C
d. Amlodipin
3x 50 mg
e. Dulcolax
3x2 tablet
Diet
cair I
22 April
2013
IVFD RL
20 tpm
+
aminofus
in hepar
a. Piracetam
3x3 gr
b. Lancolin 2x
250 mg
c. Ranitidin
3x1 ampul
d. Cefoperazon
2x1 gr
e. Amikacin
a. Dexanta
syrup
3x1C
b. OBH 3x1C
Diet
cair I
102
2x500mg
f. Sleeding
humulog/hum
ulin/ 8 jam
23 April
2013
IVFD RL
20 tpm +
aminofus
in hepar
a. Piracetam
3x3 gr
b. Lancolin
2x250 mg
c. Ranitidin 3
x II ampul
a. Dexanta
syrup 3x1
b. OBH 3x1 C
c. Lactolac
syrup 3x1
Diet
cair I
24 April
2013
IVFD RL
20 tpm +
aminofus
in hepar
a. Piracetam
3x3 gr
b. Lancolin
2x250 mg
c. Ranitidin 3
x II ampul
a. Dexanta
syrup 3x1
b. OBH 3x1 C
c. Lactolac
syrup 3x1
Diet
cair I
25 April
2013
IVFD RL
20 tpm +
aminofus
in hepar
a. Piracetam
3x3 gr
b. Lancolin
2x250 mg
c. Ranitidin 3
x II ampul
a. Dexanta
syrup 3x1
b. OBH 3x1 C
c. Lactolac
syrup 3x1C
d. Amlodipin
1x5mg
Diet
cair I
26 April
2013
IVFD RL
20 tpm +
aminofus
in hepar
a. Piracetam
2x3 gr
b. Lancolin
2x250 mg
c. Ranitidin 3
a. Dexanta
syrup 3x1
b. OBH 3x1 C
c. Lactolac
syrup 3x1C
Diet
Saring
103
x II ampul d. Amlodipin
1x5mg
27 April
2013
IVFD RL
20 tpm +
aminofus
in hepar
d. Piracetam
2x3 gr
e. Lancolin
2x250 mg
f. Ranitidin 3
x II ampul
e. Dexanta
syrup 3x1
f. OBH 3x1 C
g. Lactolac
syrup 3x1C
h. Amlodipin
1x5mg
Diet
Saring
104
Jenis Terapi Dosis RuteIndikasi &cara
KerjaKontra Indikasi Efek Samping
Peran
PerawatInfus RL 20 tpm Intraven
a
Infus Ringer
laktat
mengandung
berbagai macam
elektrolit,
sehingga
digunakan untuk
memenuhi
kebutuhan
elektrolit
ataupun cairan
tubuh secara
fisiologis.
Infus Ringer
laktat berisi
komponen-
hipernatremia,
kelainan
ginjal,
kerusakan sel
hati, asidosis
laktat.
hiperkloremia
dan asidosis
metabolik,
karena akan
menyebabkan
penumpukan asam
laktat yang
tinggi akibat
metabolisme
anaerob
Reaksi-reaksi
yang mungkin
terjadi karena
larutannya atau
cara
pemberiannya
termasuk
timbulnya panas,
infeksi pada
tempat
penyuntikan,
trombosis vena
atau flebitis
yang meluas dari
tempat
penyuntikan,
Pemberian
cairan klien
harus sesuai
dengan
indikasi
penyakit
klien,
tetesan
infus harus
sesuai
dengan
kondisi
klien.
105
komponen
seperti Na
laktat, NaCl,
KCl dan
CaCl2.2H2O.
Infus RL pada
100 ml RL
mengandung CaCl
dihidrat 0,02
g, NaCl 0,6
gram, KCl 0,03
g dan Sodium
Lactate 0,31 g.
Na merupakan
kation utama
cairan
ekstrasel yang
dapat
ekstravasasi.
Bila terjadi
rekasi efek
samping,
pemakaian harus
dihentikan dan
lakukan evaluasi
terhadap
penderita. Edema
jaringan pada
penggunaan
volume besar
(biasanya paru-
paru),
penggunaan dalam
jumlah besar
menyebabkan
akumulasi
106
mempertahankan
tekanan osmose.
Khlorida
merupakan anion
utama plasma, K
= kation
penting cairan
intrasel.
Laktat
digunakan
sebagai
prekursor
bikarbonat.
Cairan intrasel
untuk konduksi
syaraf otot.
NaCl : menjaga
tekanan osmose
natrium.
107
darah dan
jaringan, KCl
untuk
hipokalemia dan
hipokloremia,
karena pada
kasus muntah
hewan banyak
kehilangan
Kalium dan
Klorida.
Pemberian infus
RL juga dapat
menjadi pilihan
untuk mengisi
hipovolemia
pada pasien
dehidrasi tanpa
108
abnormalitas
elektrolit. K
merupakan
kation major di
cairan
ekstraseluler.
Konsentrasi 3,9
– 5,6 mEq/l
pada anjing.
Jika kurang
dapat terjadi
hypokalemia,
kelemahan
(Kirk&Bistner,1
985).Pada infus
Ringer laktat,
pelepasan CO2
yang
109
menyebabkan
peningkatan pH
diatasi dengan
menggunakan Na
laktat yang
berasal dari
NaHCO3 dengan
penambahan asam
laktat.
Indikasi:
Pemberian infus
RL diberikan
dengan
pertimbangan
tingkat
dehidrasi
pasien masih
110
rendah dan
tidak terlalu
mengalami
alkalosis
Larutan Ringer
laktat sering
digunakan untuk
mengisi cairan
yang hilang
setelah
kehilangan
darah akibat
trauma,
operasi, atau
cedera
kebakaran.
Larutan Ringer
laktat
111
digunakan
ketika pasien
mengalami
asidosis atau
yang
menunjukkan
tanda-tanda dan
gejala kondisi
tersebut,
karena produk
sampingan dari
metabolisme
laktat dalam
hati melawan
asidosis.Piracetam 3x3 gr Intraven
a
Piracetam
merupakan obat
untuk penderita
a. Penderita
dengan
insufisiensi
a. Nervousness,
irritabilitas,
insomnia,
a. Komunikasi
terapeutik
b. Menggunaka
112
infark
serebral.
Infrak serebral
adalah sejenis
iskemik stroke
yang
diakibatkan
oleh adanya
gangguan pada
pembuluh darah
menuju otak.
Piracetam yang
merupakan
derivat dari
GABA diketahui
mempunyai
potenis sebagai
antiiskemik,
ginjal yang
berat
(bersihan
kreatinin <
20 mL /
min). Karena
piracetam
diekskresika
n terutama
melalui
ginjal
sehingga
perlu
dilakukan
pengamatan
fungsi
ginjal
b. Penderita
anxietas,
tremor dan
agitasi. Pada
beberapa
pasien telah
dilaporkan :
fatigue dan
somnolence.
b. Gangguan
gastro-
intestinal
(nausea,
vomiting,
diare,
gastralgia,
sakit kepala,
dan vertigo)
pernah
n prinsip
12 benar
klien,
benar
obat,
benar
dosis,
benar
waktu
pemberian,
benar cara
pemberian,
c. Menggunaka
n teknik
aseptik
113
dan dapat
mengembalikan
perfusi yang
abnormal pada
kasus stroke
dan demensia
dan juga
menurunkan
keruskaan sel
yang diinduksi
oleh suatu
jejas iskemik
lokal.
Sediaan injeksi
: Pengobatan
infark
serebral.
yang
hipersensiti
f terhadap
piracetam
atau derivat
pirolidon
lainnya,
termasuk
komponen
obat.
c. Penderita
dengan
cerebral
haemorrhage.
d. Hati-hati
penggunaan
pada wanita
hamil dan
dilaporkan.
Efek samping
lain yang
kadang kala
terjadi :
mulut kering,
meningkatnya
libido,
meningkatnya
berat badan
dan reaksi
hipersensitif
pada kulit.
114
Sediaan oral :
Gejala involusi
yang
berhubungan
dengan usia
lanjut,
alkoholisme
kronik dan
adiksi; dan
gejala pasca
trauma.
Cara kerja:
menstabilkan
membrane sel
neuron, ex:
neotropil
menyusui.
Perlu
dilakukan
evaluasi
hasil yang
didapat
selama 3
bulan
pertama
kehamilan
atau
menyusui.
Piracetam
belum
dinyatakan
aman
digunakan
pada wanita
115
dengan
menaikkan cAMP
ATP dan
meningkatkan
sintesis
glikogen
hamil.
e. Piracetam
dapat
melalui
sawar
plasenta.Lancolin 2x250
mg
Intraven
a
Untuk
kehilangan
kesadaran
akibat cedera
atau bedah otak
: 100-500 mg 1-
2 kali/hari
secara infus
drip IV atau
Inj IV. Untuk
kehilangan
kesadaran
Perhatian:
Infark serebralakut. Kelainanpd tempat inj.Bayi prematur,neonatus, bayi& anak
Peningkatan TD,
mual, anoreksia,
sakit kepala,
pusing,
insomnia, rasa
hangat, ruam
kulit, gangguan
fungsi hati
abnormal,
diplopia,
konvulsi, rasa
tidak enak
a. Komunikasi
terapeutik
b. Menggunaka
n prinsip
12 benar
klien,
benar
obat,
benar
dosis,
benar
waktu
116
akibat infark
serebral akut :
1000 mg 1
kali/hari
secara Inj IV
selama 2
minggu. Untuk
hemiplegia
sesudah
apopleksi
serebral : 1000
mg 1 kali/hari
secara IV
selama 4
minggu.
Indikasi:
Stadium akut :
badan, rasa
hangat,
hipotensi,
gangguan fungsi
jantung, dispnea
(hentikan
penggunaan).
pemberian,
benar cara
pemberian,
c. Menggunaka
n teknik
aseptik
d. Berikan
pada saat
makan atau
diantara
waktu
makan
117
kehilangan
kesadaran
sesudah trauma
serebral atau
bedah otak.
Stadium
kronik :
rehabilitasi
ekstremitas
atas dan bawah
pada hemiplegia
apopleksi.Amikacin 2x500mg Intraven
a
Indikasi
a. Bakteremia
& septikemia
termasuk
neonatal
sepsis.
Hipersensitif
terhadap
amikacin atau
aminoglikosida
lainnya.
Ototoksisitas
yang tidak dapat
diubah seperti
tinnitus,
vertigo,
pendengaran
a. Komunikasi
terapeutik
b. Menggunaka
n prinsip
12 benar
klien,
118
b. Saluran
nafas serius,
tulang &
sendi, SSP
termasuk
meningitis,
kulit &
jaringan
lunak,
infeksi
intraabdomina
l termasuk
peritonitis.
c. Infeksi
pasca operasi
& terbakar.
d. Infeksi
saluran kemih
Perhatian
a. Gangguan
muscular
seperti
miastenia
gravis atau
parkinson,
neuromuskular
blokade,
paralysis
nafas,
nefrotoksisit
as.
b. Pemakaian
jangka
panjang.
c. Mengurangi
GFR,
kurang &
keseimbangan
kurang.
Nefrotoksisitas
seperti
azotemia,
oliguria, ruam
kulit, demam
obat, sakit
kepala,
paresthesia,
mual, muntah,
tremor,
eosinofilia,
artralgia,
anemia,
hipotensi.
benar
obat,
benar
dosis,
benar
waktu
pemberian,
benar cara
pemberian,
c. Menggunaka
n teknik
aseptik
119
kambuhan &
terkomplikasi
serius.
Kemasan
Vial 250 mg x 2
ml x 4′s.
Dosis
a. Dewasa 15
mg/kg/hari
dalam 2 atau
3 dosis
terbagi sama
dengan 2 x
sehari 500
mg. Maksimal:
1.5 g.
kerusakan
fungsi
ginjal,
monitor
fungsi ginjal
pada usia
lanjut.
d. Kehamilan.
Indeks Keamanan
Pada Wanita
Hamil
Positif ada
kejadian yang
berbahaya pada
janin manusia,
tetapi
keuntungan dari
120
b. Infeksi
saluran kemih
tidak
komplikasi
7.5
mg/kg/hari
dalam 2 dosis
terbagi sama
dengan 2 x
sehari 250
mg.
c. Anak 5
mg/kg/hari
dalm 2 atau 3
dosis
terbagi.
d. Bayi baru
lahir atau
penggunaan oleh
wanita hamil
mungkin dapat
diterima
walaupun
berisiko.
(Misalnya jika
obat digunakan
untuk situasi
menyelamatkan
nyawa atau
penyakit yang
serius dimana
obat yang lebih
aman tidak
dapat digunakan
atau tidak
efektif).
121
bayi prematur
Pemberian
dosis awal:
10 mg/kg/hari
dilanjutkan
dengan 15
mg/kg/hari
dalam 2 dosis
terbagi.
Humulin disesua
ikan
Subcutan Humulin U insul
in adalah
bentuk
diproduksi
hormon yang
diproduksi
secara alami
oleh tubuh
Hipoglikemia Lipodistrofi,
reaksi alergi
lokal dan
sistemik,
hipoglikemia.
a. Komunikasi
terapeutik
b. Menggunaka
n prinsip
12 benar
klien,
benar
obat,
122
untuk
menurunkan
kadar glukosa
darah
pada penderita
diabetes dan
kondisi lain
juga.
Humulin insulin
N memiliki
keuntungan
bertahan lebih
lama daripada
jenis lain dari
insulin alami
Humulin N
membantu untuk
secara efektif
benar
dosis,
benar
waktu
pemberian,
benar cara
pemberian,
c. Menggunaka
n teknik
aseptik
123
mengontrol
kadar gula
darah bila
digunakan dalam
hubungannya
dengan
perawatan diet,
olahraga, mata,
kaki dan gigi
bersama dengan
pemantauan
ketat kadar
gula darah.
Stres,
bepergian,
makan skipping
atau perubahan
ke salah satu
124
faktor gaya
hidup dapat
menyebabkan
perubahan dalam
gula darah yang
mungkin
memerlukan
perubahan dosis
obat. Humulin N
adalah suntikan
dan pasien
tidak boleh
berbagi pena
injeksi ini
atau kartrid
dengan orang
lain karena
kemungkinan
125
mentransfer
penyakit serius
seperti HIV ata
u hepatitis
untuk pengguna;
tidak pernah
berbagi jarum
yang digunakan,
bahkan dengan
teman dan
keluarga.
Humulin R
Regular soluble
human insulin
(recombinant
DNA origin).
Humulin N
Isophane human
126
insulin
(recombinant
DNA origin).
Humulln 30/70
Regular soluble
human insulin
30% & isophane
human insulin
susp 70%
(recombinant
DNA origin).
Imdikasi:
IDDM
Dosis:
Injeksi secara
SK, IM,Humulin
127
R dapat
diberikan
secara IV.
Dosis
disesuaikan
dengan
kebutuhan
individu.
Humulin R mulai
kerja 1/2 jam,
lamanya 6-8
jam, puncaknya
2-4 jam.
Humulin N mulai
kerja 1-2 jam,
lamanya 18-24
jam, puncaknya
6-12 jam.
128
Humulin 30/70
mulai kerja 1/2
jam, lamanya
14-15 jam,
puncaknya 1-8
jam.Amlodipin 3x50mg Oral Farmakologi:
Amlodipine
merupakan
antagonis
kalsium
golongan
dihidropiridin
(antagonis ion
kalsium) yang
menghambat
influks
(masuknya) ion
Amlodipine
tidak boleh
diberikan pada
pasien yang
hipersensitif
terhadap
amlodipine dan
golongan
dihidropiridin
lainnya.
Secara umum
amlodipine dapat
ditoleransi
dengan baik,
dengan derajat
efek samping
yang timbul
bervariasi dari
ringan sampai
sedang. Efek
samping yang
sering timbul
a. Komunikasi
terapeutik
b. Menggunaka
n prinsip
12 benar
klien,
benar
obat,
benar
dosis,
benar
waktu
129
kalsium melalui
membran ke
dalam otot
polos vaskular
dan otot
jantung
sehingga
mempengaruhi
kontraksi otot
polos vaskular
dan otot
jantung.
Amlodipine
menghambat
influks ion
kalsium secara
selektif, di
mana sebagian
dalam uji klinik
antara lain :
edema, sakit
kepala.
Secara umum :
fatigue, nyeri,
peningkatan atau
penurunan berat
badan.
Pada keadaan
hamil dan
menyusui : belum
ada penelitian
pemakaian
amlodipine pada
wanita hamil,
sehingga
penggunaannya
pemberian,
benar cara
pemberian,
c. Menggunaka
n teknik
aseptik
130
besar mempunyai
efek pada sel
otot polos
vaskular
dibandingkan
sel otot
jantung.
Efek
antihipertensi
amlodipine
adalah dengan
bekerja
langsung
sebagai
vasodilator
arteri perifer
yang dapat
menyebabkan
selama kehamilan
hanya bila
keuntungannya
lebih besar
dibandingkan
risikonya pada
ibu dan janin.
Belum diketahui
apakah
amlodipine
diekskresikan ke
dalam air susu
ibu. Karena
keamanan
amlodipine pada
bayi baru lahir
belum jelas
benar, maka
131
penurunan
resistensi
vaskular serta
penurunan
tekanan darah.
Dosis satu kali
sehari akan
menghasilkan
penurunan
tekanan darah
yang
berlangsung
selama 24 jam.
Onset kerja
amlodipine
adalah
perlahan-lahan,
sehingga tidak
sebaiknya
amlodipine tidak
diberikan pada
ibu menyusui.
Efektivitas dan
keamanan
amlodipine pada
pasien anak
belum jelas
benar.
132
menyebabkan
terjadinya
hipotensi akut.
Efek antiangina
amlodipine
adalah melalui
dilatasi
arteriol
perifer
sehingga dapat
menurunkan
resistensi
perifer total
(afterload).
Karena
amlodipine
tidak
mempengaruhi
133
frekuensi
denyut jantung,
pengurangan
beban jantung
akan
menyebabkan
penurunan
kebutuhan
oksigen
miokardial
serta kebutuhan
energi.
Amlodipine
menyebabkan
dilatasi arteri
dan arteriol
koroner baik
pada keadaan
134
oksigenisasi
normal maupun
keadaan
iskemia. Pada
pasien angina,
dosis
amlodipine satu
kali sehari
dapat
meningkatkan
waktu latihan,
waktu timbulnya
angina, waktu
timbulnya
depresi segmen
ST dan
menurunkan
frekuensi
135
serangan angina
serta
penggunaan
tablet
nitrogliserin.
Amlodipine
tidak
menimbulkan
perubahan kadar
lemak plasma
dan dapat
digunakan pada
pasien asma,
diabetes serta
gout.
Indikasi:
Amlodipine
136
digunakan untuk
pengobatan
hipertensi,
angina stabil
kronik, angina
vasospastik
(angina
prinzmetal atau
variant
angina).
Amlodipine
dapat diberikan
sebagai terapi
tunggal ataupun
dikombinasikan
dengan obat
antihipertensi
dan antiangina
137
lain.
Interaksi Obat:
Amlodipine
dapat diberikan
bersama dengan
penggunaan
diuretik
golongan
tiazida, α-
bloker, β-
bloker, ACE
inhibitor,
nitrat,
nitrogliserin
sublingual,
antiinflamasi
non-steroid,
138
antibiotika,
serta obat
hipoglikemik
oral.
Pemberian
bersama digoxin
tidak mengubah
kadar digoxin
serum ataupun
bersihan ginjal
digoxin pada
pasien normal.
Amlodipine
tidak
mempunyai efek
terhadap ikatan
protein dari
obat-obat :
139
digoxin,
phenytoin,
warfarin dan
indomethacin.
Pemberian
bersama
simetidin atau
antasida tidak
mengubah
farmakokinetik
amlodipine.
Dosis:
Penggunaan
dosis diberikan
secara
individual,
bergantung pada
toleransi dan
140
respon pasien.
Dosis awal yang
dianjurkan
adalah 5 mg
satu kali
sehari, dengan
dosis maksimum
10 mg satu kali
sehari. Untuk
melakukan
titrasi dosis,
diperlukan
waktu 7-14
hari.
Pada pasien
usia lanjut
atau dengan
kelainan fungsi
141
hati, dosis
yang dianjurkan
pada
awal terapi 2,5
mg satu kali
sehari. Bila
amlodipine
diberikan dalam
kombinasi
dengan
antihipertensi
lain, dosis
awal yang
digunakan
adalah 2,5 mg.
Dosis yang
direkomendasika
n untuk angina
142
stabil kronik
ataupun angina
vasospastik
adalah 5-10 mg,
dengan
penyesuaian
dosis pada
pasien usia
lanjut dan
kelainan fungsi
hati.
Amlodipine
dapat diberikan
dalam pemberian
bersama obat-
obat golongan
tiazida, ACE
inhibitor, β-
143
bloker, nitrat
dan
nitrogliserin
sublingual.Dexanta syrup 3x1 C Oral Berguna sebagai
antasida,
pelindung dan
menghilangkan
kembung pada
penderita
gangguan
lambung.
DEXANTA® dibuat
dalam bentuk
suspensi yang
enak dengan
aroma permen,
sehingga lebih
Jangan
diberikan pada
pasien yang
sedang
menjalani
terapi
tetrasiklin.
a. Aluminium
hydroxide
adalah senyawa
yang mempunyai
toksisitas
rendah,
beberapa
individu tidak
tahan terhadap
sifat
astringen
dari obat ini
dan bisa
menimbulkan
a. Komunikasi
terapeutik
b. Menggunaka
n prinsip
12 benar
klien,
benar
obat,
benar
dosis,
benar
waktu
pemberian,
benar cara
144
memudahkan
dalam
pengobatan.
Penderita
gangguan
lambung yang
disertai dengan
kembung, sukar
sekali
penyembuhannya.
Karena dengan
adanya
gelembung-
gelembung udara
di dalam
lambung tadi,
pengobatan
dengan antasida
rasa mual dan
muntah serta
konstipasi.
b. Efek
samping dari
magnesium
hydroxide
adalah efek
katartik,
tetapi hal ini
dapat diatasi
dengan
penggabungan
bersama
aluminium
hydroxide,
dimana
aluminium
pemberian,
c. Menggunaka
n teknik
aseptik
145
biasanya kurang
dapat bekerja d
engan
memuaskan.
DEXANTA® mengan
dung
simethicone
aktif yang
dapat
memecahkan
gelembung-
gelembung udara
yaitu
dengan jalan me
mperbesar
tegangan
permukaan
gelembung,sehin
hydroxide
dapat
menyebabkan
konstipasi.
Dengan
demikian
keduanya
saling
menetralkan
efek samping.
Peringatan dan
perhatian:
a. Garam-garam
aluminium
secara umum
dapat
mengurangi
146
gga udara dalam
lambung dapat
dikeluarkan dan
rasa kembung
akan hilang.
DEXANTA® menggu
nakan kombinasi
antasida
Colloidal Al
hydroxide dan
magnesium
hydroxide,
sehingga
kemungkinan
terjadinya efek
konstipasi
ataupun
laksatif dapat
absorpsi
tetrasiklin
.
b. Pasien yang
sedang
menerima
terapi
tetrasiklin
jangan
diberi
antasida
ini secara
bersama-
sama.
147
dihindarkan.
Indikasi:
a. Gangguan
lambung
akibat kadar
asam yang
berlebihan
(hiperacidity
)
b. Tukak
lambung
c. Perut
kembung
Cara kerja:
a. Colloidal
Al hydroxide
148
menghambat
absorpsi dari
tetrasiklin,
karena akan
membentuk
kompleks
aluminium-
tetrasiklin
yang sukar
diabsorpsi.
b. Magnesium
menghambat
absorpsi
tetrasiklin
sama dengan
colloidal Al
hydroxide.
c. Magnesium
149
mempertinggi
penghambatan
neuromuskular
dari
prokainamid.
d. Antasida
magnesium
menghambat
absorpsi
antikoagulan
kumarin.OBH 3x1 C Oral Indikasi:
Untuk meredakan
batuk yang
disertai
gejala-gejala
flu seperti
demam, sakit
Kontra
Indikasi:
a. Penderita
diabetes
militus,
penderita
dengan
Mengantuk,
gangguan
pencernaan,
gelisah,
eksitasi,
tremor,
takhikardia,
a. Komunikasi
terapeutik
b. Menggunaka
n prinsip
12 benar
klien,
benar
150
kepala, hidung
tersumbat dan
bersin-bersin.
Cara Kerja
Obat:
Bekerja sebagai
ekspektoran,
analgetik,
antipiretik,
antihistamin
dan dekongestan
hidung.
Interaksi Obat:
Penggunaan
bersamaan
antidepresan
tipe penghambat
gangguan
fungsi hati
yang berat,
penderita
yang
hipersensitif
terhadap
komponen obat
ini,
penderita
hiperteroid,
hipertensi
dan jantung.
b. Tidak boleh
diberikan
pada
penderita
yang peka
aritmia, mulut
kering, retensi
urine.
Penggunaan dosis
besar dan jangka
panjang
menyebabkan
kerusakan hati.
Mual, muntah,
diare,
konstipasi,
palpitasi dan
insomnia.
obat,
benar
dosis,
benar
waktu
pemberian,
benar cara
pemberian,
c. Menggunaka
n teknik
aseptik
151
MAO dapat
mengakibatkan
krisi
hipertensi.
terhadap obat
simpatomimeti
k lain
(misal:
fenilefrin,
fenilpropanol
amin),
penderita
tekanan darah
tinggi berat
dan yang
mendapat
terapi obat
antidepresan
tipe
penghambat
Monoamin
Oksidase
152
(MAO).
c. Tidak boleh
melebihi
dosis yang
dianjurkan.
d. Hati-hati
penggunaan
pada
penderita
tekanan darah
tinggi atau
yang
mempunyai
potensi
tekanan darah
tinggi atau
stroke,
sperti pada
153
penderita
dengan berat
badan
berlebih
(over
weight), atau
penderita
usia lanjut.
e. Bila dalam 3
hari gejala-
gejala flu
tidak
berkurang,
segera
hubungi
dokter atau
unit
pelayanan
154
kesehatan.
f. Hentikan
penggunaan
obat ini jika
terjadi susah
tidur,
jantung
berdebar dan
pusing.Lactolac
syrup
3x1 C Oral Cara kerja:
Tindakan
Lactolac dalam
mengobati
sembelit
tergantung pada
peningkatan
tekanan osmotik
intra-kolon
Galaktosemia,
obstruksi
gastrointestina
l, dan
intoleransi
Lactulose.
Perut kembung
dapat terjadi,
dan gejala
biasanya
menghilang di
bawah terapi
lanjutan. Dosis
berlebihan pun
dapat
a. Komunikasi
terapeutik
b. Menggunaka
n prinsip
12 benar
klien,
benar
obat,
benar
155
(melalui
dihasilkan
memecah produk
laktulosa
senyawa organik
sederhana
seperti asam
laktat dan
asetat), dengan
konsekuensi
peningkatan
curah feses,
dan stimulasi
peristaltik.
Sebuah bangku
lembut
terbentuk, dan
tindakan usus
mengakibatkan
diare dengan
komplikasi
potensial
seperti
hilangnya
cairan,
(hipokalemia dan
hipernatremia).
dosis,
benar
waktu
pemberian,
benar cara
pemberian,
c. Menggunaka
n teknik
aseptik
156
normal didorong
tanpa iritasi
atau
interferensi
langsung dengan
mukosa.
Pada pasien
dengan
ensefalopati
hepatik sebuah
penurunan yang
signifikan
dalam pH dari
isi kolon, yang
mengurangi
nyata
pembentukan dan
157
penyerapan ion
amonium dan
istirahat
bernitrogen
lainnya turun
ke dalam
sirkulasi
Portal
Indikasi:
Sembelit,
ensefalopati
hepatik
(ensefalopati
sistemik
Portal, koma
hepatik).
Dosis:
158
SEMBELIT:
Lactolac may,
jika perlu
diambil dengan
air atau jus
buah. Dosis
harus
disesuaikan
dengan
kebutuhan
individu, tapi
berikut ini
berfungsi
sebagai
panduan:
a. Bayi di bawah
1 tahun:
2.5ml dua
159
kali sehari.
b. Anak-anak 1 -
5 tahun: 5ml
dua kali
sehari.
c. Anak-anak 5 -
10 tahun:
10ml dua kali
sehari.
d. Dewasa: 15ml
dua kali
sehari.
Interaksi obat:
Antasida non-
absorbable
diberikan
bersamaan
160
dengan
laktulosa dapat
menghambat
diinginkan
penurunan
laktulosa-
induced pada pH
kolon.Dulcolax 3x2
tablet
Oral Indikasi:
Digunakan untuk
pasien yang
menderita
konstipasi.
Untuk persipan
prosedur
diagnostik,
terapi sebelum
dan sesudah
Pada pasien
ileus,
abstruksi usus,
yang baru
mengalami
pembedahan
dibagian perut
seperti usus
buntu, penyakit
radang usus
Peringatan dan
Perhatian:
Sebagaimana
halnya laktasit
lainnya,
DULCOLAX tidak
boleh diberikan
setiap hari
dalam waktu
yang sama. Jika
a. Komunikasi
terapeutik
b. Menggunaka
n prinsip
12 benar
klien,
benar
obat,
benar
dosis,
161
operasi dan
dalam kondisi
untuk
mempercepat
defeksi.
DULCOLAX harus
digunakan
dengan
pengawasan
medis.
Cara Kerja
Obat:
Bisacodyl
adalah laksatif
yang bekerja
lokal dari
kelompok
akut dan
hehidrasi
parah, dan juga
pada pasien
yang diketahui
hipersensitif
terhadap
bisacodyl atau
komponen lain
dalam produk.
pasien setiap
hari
membutuhkan
laktasif, harus
diketahui
penyebab
terjadinya
konstipasi.
Penggunaan
berlebihan
dalam waktu
lama dapat
menyebabkanketi
dakseimbangan
cairan dan
elektrolit dan
hipokalemia,
dan dapat
benar
waktu
pemberian,
benar cara
pemberian,
c. Menggunaka
n teknik
aseptik
162
turunan difenil
metan. Sebagai
laksatif
perangsang
(hidragogue
antiresorptive
laxative),
DULCOLAX
merangsang
gerakan
peristaltis
usus besar
setelah
hidrolisis
dalam usus
besar, dan
meningkatkan
akumulasi air
mengendapkan
onset
konstipasi
balik.
Pusing dan/atau
syncope telah
dilaporkan pada
pasien yang
menggunakan
DULCOLAX.
Detail yang ada
menunjukkan
bahwa kejadian
tersebut akan
terus berlanjut
dengan
berkurangnya
kekuatan untuk
163
dan alektrolit
dalam lumen
usus besar.
defekasi
(defecation
syncope), atau
dengan respon
vasovagal
terhadap sakit
perut yang
dapat
berhubungan
dengan
konstipasi yang
mendesak pasien
tersebut
terpaksa
menggunakan
laktasif dan
tidak perlu
menggunakan
164
DULCOLAX.
Penggunaan
supositoria
dapat
menyebabkan
sensasi rasa
sakit dan
iritasi lokal,
kuhusnya pada
fisura anus dan
proktitis
ulserativa.
Anak-anak tidak
boleh
menggunakan
DULCOLAX tanpa
petunjuk
dokter.
165
Masa Hamil dan
Menyusui
Pengalaman
menunjukkan
tidak ada bukti
efek samping
yang berbahaya
selama
kehamilan.
Namun demikian,
seperti halnya
obat lain,
penggunaan
DULCOLAX selama
kehamilan harus
dengan petunjuk
medis.
166
Belum diketahui
apakah
bisacodiyl
menembus air
susu ibu atau
tidak. Oleh
karena itu,
penggunaan
DULCOLAX selama
menyusui tidak
dianjurkan.
Efek Samping:
Sewaktu
menggunakan
DULCOLAX, dapat
terjadi rasa
tidak enak pada
167
perut termasuk
kram, sakit
perut, dan
diare. Reaksi
alergi,
termasuk kasus-
kasus
angiooedema dan
reaksi
anafilaktoid
juga dilaporkan
terjadi
sehubungan
dengan
pemberian
DULCOLAX.
Interaksi:
168
Penggunaan
bersamaan
dengan diuretik
atau adreno-
kortikoid dapat
meningkatkan
risiko
ketidakseimbang
an elektrolit
jika DULCOLAX
diberikan dalam
dosis
berlebihan.
Ketidaseimbanga
n elektrolit
dapat
mengakibatkan
peningkatan
169
sensitivitas
glikosida
jantung.
Overdosis:
Gejala
Bila dosis
DULCOLAX
terlalu tinggi,
maka dapat
terjadi diare,
kram perut dan
berkurangnya
kadar kalium
serta
elektrolit
lainnya secara
nyata.
170
Overdosis
kronis DULCOLAX
dapat
menyebabkan
diare kronis,
sakit perut,
hipokalemia,
hiperaldosteron
isme dan batu
ginjal.
Kerusakan
tubulus ginjal,
alkalosis
metabolik dan
kelelahan otot
akibat
hipokalemia
juga terjadi
171
pada
penyalahgunaan
laktasif
kronis.aminofusin
hepar
500 ml Intraven
a
(infus)
Larutan nutrisi
parenteral
dengan asam
amino (AA) pola
disesuaikan
dengan AA
metabolisme
diubah pasien
dengan
insufisiensi
hati. Tingginya
kandungan asam
amino rantai
cabang
Koma hepatik
endogen, atrofi
hati akut,
hiperkalemia,
syok, gangguan
fungsi jantung
dekompensata,
intoleransi
terhadap
fruktosa atau
sorbitol,
defisiensi
fruktosa-1,6-
difosfat,
- Tidak ada
reaksi yang
merugikan
dikenal atau
efek samping.
Reaksi yang
mungkin terjadi
karena dari
solusi atau
teknik
administrasi
mencakup respons
fibrile, infeksi
pada tempat
mengatur
tetesan
infus sesuai
dosis dan
kondisi
pasien
172
(isoleusin,
leusin, valin)
dan rendahnya
kadar metionin,
fenilalanin dan
triptofan
mengambil
pengaruh diubah
pada CNS fungsi
ke rekening.
Hal ini
khususnya
melawan risiko
kerusakan
neurologis yang
sebelumnya
hadir pada
pasien dengan
keracunan
Metanol,
kelainan
metabolisme
asam amino.
injeksi,
trombosis vena
atau flebitis
memanjang dari
tempat injeksi,
vasation ekstra
dan hiper
volemia. Jika
reaksi yang
merugikan
terjadi,
hentikan infus.
Memulai
pengobatan yang
tepat dan
mempertahankan
sisa cairan
untuk
173
penyakit hati
serius yang
menerima
nutrisi
parenteral
dalam bentuk
larutan asam
amino standar.
Penggunaan
sediaan ini
dapat membawa
peningkatan
kewaspadaan
mental dalam
kasus di mana
gangguan
sensorik akibat
insufisiensi
pemeriksaan jika
dianggap perlu.
174
hati yang
hadir.
Faktor lain
yang
berkontribusi
terhadap tujuan
ini adalah
penggunaan zat
handal yang
mendukung
fungsi
detoxication
dari misalnya
sakit hati
ornithine
aspartat,
arginin, malat
(malic acid)
175
dan penyesuaian
pola elektrolit
dengan
persyaratan
tertentu.
pasien dengan
penyakit hati,
misalnya,
berkurang Na +,
K + dan rata-
rata meningkat
Mg + + konten.
Solusinya
berisi 50 g AA,
7.59 g nitrogen
dan 1.750 kJ
(sekitar 400
kkal) per
176
liter.
Osmolaritas
approx. 800
mOsm / l
memungkinkan
solusi yang
akan diterapkan
melalui
jaringan vena
perifer.
Indikasi:
Nutrisi
parenteral
penting pada
pasien dengan
insufisiensi
hati kronis
177
yang parah,
misalnya
dekompensasi
sirosis hati,
pasien shunt
dengan sirosis
hati,
kekurangan hati
akibat penyebab
lain (misalnya
hati
metastatik),
mungkin juga
dalam kasus
hepatitis
kronis.
Dosis Instruksi
178
Untuk infus
intravena.
Dosis kecuali
dinyatakan
diresepkan,
0,7-1 g AA / kg
BB / hari.
Dalam kasus
tertentu dosis
dikurangi
(sekitar 0,5 g
AA / kg BB /
hari) atau
dengan jauh
meningkat
persyaratan,
hingga 1,4 g AA
/ kg BB / hari.
179
Ini
menghasilkan
14-20 ml (10-28
ml) / kg BB /
hari atau kira-
kira. 1000-1500
ml (700-2000
ml) / hari
untuk pasien
dengan berat 70
kg.
Laju infus
dalam keadaan
normal adalah
0,10 g AA / kg
BB / jam setara
dengan 2 ml /
kg BB / jam
180
atau 2,3 ml /
menit (45 tetes
/ menit. Atau
500 ml di
sekitar. 3 ¾ h)
pada pasien 70
kg. Sebuah
tingkat 0,15 g
AA / kg BB /
jam (sekitar
3,5 ml atau 70
tetes / menit.
Pada pasien 70
kg) tidak boleh
terlewati.
Dosis:
1000-1500 ml
181
sehari melalui
infus dengan
kecepatan 2
ml/kg berat
badan/jam atau
40 tetes/menit.Ranitidin 3x1
ampul
Intraven
a
a. Pengobatan
jangka pendek
tukak usus 12
jari aktif,
tukak lambung
aktif,
mengurangi
gejala
refluks
esofagitis.
b. Terapi
pemeliharaan
a. Penderita
gangguan
fungsi ginjal
b. wanita hamil
dan menyusui
c. Penderita
yang
hipersensitif
terhadap
Ranitidine.
Efek samping:
a. berupa diare,
nyeri otot,
pusing, dan
timbul ruam
kulit,
malaise,nausea
.
b. Konstipasi
c. Penurunan
jumlah sel
darah putih
a. Komunikasi
terapeutik
b. Menggunaka
n prinsip
12 benar
klien,
benar
obat,
benar
dosis,
benar
waktu
182
setelah
penyembuhan
tukak usus 12
jari, tukak
lambung.
c. Pengobatan
keadaan
hipersekresi
patologis
(misal :
sindroma
Zollinger
Ellison dan
mastositosis
sistemik).
d. Ranitidine
injeksi
diindikasikan
dan platelet (
pada beberapa
penderita ).
d. Sedikit
peningkatan
kadar serum
kreatinin
( pada
beberapa
penderita)
e. Beberapa kasus
( jarang )
reaksi
hipersensitivi
tas
(bronkospasme,
demam, ruam,
urtikaria,
pemberian,
benar cara
pemberian,
c. Menggunaka
n teknik
aseptik
183
untuk pasien
rawat inap di
rumah sakit
dengan
keadaan
hipersekresi
patologis
atau ulkus 12
jari yang
sulit diatasi
atau sebagai
pengobatan
alternatif
jangka pendek
pemberian
oral pada
pasien yang
tidak bisa
eosinofilia.
f. Susunan saraf
pusat, jarang
terjadi :
malaise,
pusing,
mengantuk,
insomnia,
vertigo,
agitasi,
depresi,
halusinasi.
g. Kardiovaskular
, jarang
dilaporkan :
aritmia
seperti
takikardia,
184
diberi
Ranitidine
oral.
Cara Kerja
Obat:
Ranitidine
adalah suatu
histamin
antagonis
reseptor H2
yang menghambat
kerja histamin
secara
kompetitif pada
reseptor H2 dan
mengurangi
sekresi asam
bradikardia,
atrioventricul
ar block,
premature
ventricular
beats.
h. Gastrointestin
al :
konstipasi,
diare, mual,
muntah, nyeri
perut. Jarang
dilaporkan :
pankreatitis.
i. Muskuloskeleta
l, jarang
dilaporkan :
artralgia dan
185
lambung.
Pada pemberian
i.m./i.v. kadar
dalam serum
yang diperlukan
untuk
menghambat 50%
perangsangan
sekresi asam
lambung adalah
36–94 mg/mL.
Kadar tersebut
bertahan selama
6–8 jam.
Ranitidine
diabsorpsi 50%
setelah
pemberian oral.
mialgia.
j. Hematologik :
leukopenia,
granulositopen
ia,
pansitopenia,
trombositopeni
a (pada
beberapa
penderita).
Kasus jarang
terjadi
seperti
agranulositope
nia,
trombositopeni
a, anemia
aplastik
186
Konsentrasi
puncak plasma
dicapai 2–3 jam
setelah
pemberian dosis
150 mg.
Absorpsi tidak
dipengaruhi
secara nyata
oleh makanan
dan antasida.
Waktu paruh 2
½–3 jam pada
pemberian oral,
Ranitidine
diekskresi
melalui urin.
pernah
dilaporkan.
k. Lain-lain,
kasus
hipersensitivi
tas yang
jarang (contoh
:
bronkospasme,
demam,
eosinofilia),
anafilaksis,
edema
angioneurotik,
sedikit
peningkatan
kadar dalam
kreatinin
187
Interaksi
Obat :
hasil
penelitian
terhadap 8
penderita yang
diberikan
ranitidin
menunjukkan
perbedaan
dengan
simetidine,
ranitidine
tidak
menghambat
fungsi oksidasi
obat pada
mikrosom
serum.
Peringatan dan
Perhatian:
l. Dosis harus
dikurangi
untuk
penderita
dengan
gangguan
fungsi ginjal
m. Hati-hati bila
diberikan pada
penderita
dengan
gangguan
fungsi hati.
n. Keamanan dan
188
hepar.terhadap
5 penderita
normal yang
diberikan dosis
warfarin harian
secara
subterapeutik,
dengan
penambahan
dosis
ranitidine
menjadi 200mg,
2 kali sehari
selama 14 hari
tidak
menunjukkan
adanya
perubahan pada
keefektifan
pada anak-anak
belum
diketahui
dengan pasti.
o. Pengobatan
penunjang akan
mencegah
kambuhnya
ulkus tetapi
tidak mengubah
jalannya
penyakit
sekalipun
pengobatan
dihentikan.
p. keamanan pada
gangguan
189
waktu
protrombin atau
pada
konsentrasi
warfarin
plasma.
jangka panjang
belum
sepenuhnya
mapan, maka
harus
dihentikan
untuk secara
berkala
mengamati
penderita yang
mendapat
pengobatan
jangka
panjang.
q.Cefoperazon 2x1 gr intraven
a
Cefoperazone
adalah kelompok
obat yang
disebut
Pasien yang
alergi terhadap
golongan
penisilin atau
1. Reaksi
hipersensitivi
tas (urticaria,
pruritus, ruam,
a. Komunikasi
terapeutik
b. Mengoplos
190
cephalosporin
antibiotics.Cefoper
azone bekerja
dengan cara
mematikan
bakteri dalam
tubuh. Obat ini
digunakan untuk
mengobati
infeksi yang
disebabkan oleh
bakteri.
Seperti halnya
cefalosforin
generasi ketiga
lainnya,
cefoperazone
meningkatkan
cefalosforin reaksi parah
seperti anaphyl
axis bisa
terjadi); Efek
GI (diare,
N/V,
diare/radang
usus besar);
Efek lainnya
(infeksi
candidal)
2. Dosis
tinggi bisa
dihubungkan
dengan efek
CNS
(encephalopathy,
convulsion);
obat
c. Menggunaka
n prinsip
12 benar
klien,
benar
obat,
benar
dosis,
benar
waktu
pemberian,
benar cara
pemberian,
d. Menggunaka
n teknik
aseptik
191
dan memperluas
spektrum
aktivitas
terhadap
bakteri gram
negatif
dibandingkan
dengan
cefalosforin
generasi
pertama dan
kedua. Obat ini
baik
aktivitasnya
terhadap
Neisseria
meningitis, N.
gonorrhoeae,
Efek
hematologis
yang jarang;
pengaruh
terhadap
ginjal dan
hati juga
terjadi.
3. Perpanjanga
n PT
(prothrombin
time),
perpanjangan
APTT (activated
partial
thromboplastin
time), dan
atau hypoprothr
192
dan Haemophius
influenzae
meliputi
spesies yang
memproduksi
betalaktamase.
Indikasi:
a. Infeksi
saluran
napas
b. Infeksi
intra
abdominal
dan
peritonitis
c. Bakterial
septikemia
ombinemia (den
gan atau tanpa
pendarahan)
dikabarkan
terjadi,
kebanyakan
terjadi dengan
rangkaian sisi
NMTT yang
mengandung cep
halosporins.
193
d. Infeksi
kulit dan
jaringan
lunak
e. Penyakit
“pelvis
inflamatory”
dan infeksi
saluran
kelamin
lainnyaDiet cair I oral Diet cair yaitu
makanan yang
mempunyai
konsistensi
cair hingga
kental. Diet
lambung I
- - a. Komunikasi
terapeutik
b. Menggunaka
n prinsip
12 benar
klien,
benar
194
diberikan
kepada pasien
gastritis akut,
ulkus peptikum,
pasca
pendarahan,
tifus
abdominalis
beratberat.
Makanan
diberikan dalam
bentuk saring
dan merupakan
perpindahan
dari diet pasca
hematemesis
melena atau
setelah fase
obat,
benar
dosis,
benar
waktu
pemberian,
benar cara
pemberian,
195
akut teratasi.
Indikasi:
Penderita
dengan
kesulitan
mengunyah,
menelan, dan
mencerna
makanan yang
disebabkan oleh
menurunnya
kesadaran, suhu
tinggi, merasa
mual, muntah,
pasca
perdarahan
saluran cerna,
serta pra dan
196
pasca bedah
Makanan
diberikan
setiap 3 jam
selama 1-2 hari
saja karena
membosankan
serta kurang
energi, zat
besi, tiamin,
dan vitamin C
Dosis:
Waktu diberikan
1-2 hari,
jumlah makanan
cair yang
diberikan
dengan
197
kebutuhan
cairan dan
energi oleh
tubuh penderita
(1000-2000ml),
makanan tidak
merangsang
pencernaan,
maknan
diberikan dalam
porsi kecil dan
sering
198
B. ANALISA DATA
NO HARI/TANGGAL DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH TTD1. Selasa,
23-04-2013
Ds:
Keluarga klien mengatakan
kalau semenjak dirawat di RS,
klien belum bisa BAB ±3hari
Do:
a. Klien dalam posisi tirah
baring yang lama
b. Perut teraba agak keras
imobilisasi dan
asupan cairan
yang tidak
adekuat
Gangguan
eliminasi alvi
(konstipasi)
Ade
2. Selasa,
23-04-2013
Ds:
Keluarga klien mengatakan
bahwa Tn.S masih mengalami
batuk berdahak
Do:
Terdapat sekret ketika klien
batuk.
Akumulusi secret Ketidakefektifan
bersihan jalan
nafas
Ade
199
3. Selasa,
23-04-2013
Ds:
Keluarga klien mengatakan
klien tiba-iba tidak sadarkan
diri dan terkena stroke
Do:
a. Hasil CT scan menunjukan:
1) perdarahan
intracerebral pada
korona radiata kanan
volume 6,2cc
2) infark lakuner pada
korona radiata kanan
kiri
b. TD: 160/90 mmHg
c. RCL (Reflek Cahaya
Langsung): -/+
d. RCTL (Reflek Cahaya Tidak
Langsung) : -/+
Perdarahan
intraserebral
Perubahan
perfusi jaringan
otak
Ade
200
e. Hemiparesis sinistra
f. Disartria
g. Disfagia
h. Paresis nerves VII, IX, X
4. Selasa,
23-04-2013
Ds:
Keluarga klien mengatakan
bahwa tubuh klien sebelah kiri
tidak bisa digerakan semenjak
terkena stroke
Do:
a. Hemiparese sinistra
b. Hasil CT scan menunjukan:
1) perdarahan
intracerebral pada
korona radiata kanan
volume 6,2cc
2) infark lakuner pada
Hemipearese
sinistra,
kelemahan
neuromoskuler
pada ekstremitas
Hambatan
mobilitas fisik
Ade
201
korona radiata kanan
kiri
c. Paresis nerves
VII(facialis),
IX(glosofaringeus), X
(vagus)
d. Disfagia
e. disartria
f. kemampuan pemenuhan ADL:
1) makan 2
2) minum 2
3) berpakaian 2
4) toileting 3
5) mobilitas di tempat
tidur 2
6) kemampuan ROM 2
7) berjalan 4
8) berekreasi/bermain 4
202
g. Kekuatan otot superior
(dekstra/sinistra) : 5/0
h. Kekuatan otot inferior
(dekstra/sinistra): 5/1
i. Tonus otot superior
(dekstra/sinistra):
normal/hipo
j. Tonus otot inferior
(dekstra/sinistra):
normal/hipo
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi dan asupan cairan
yang tidak adekuat
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan akumulasi secret,
penurunan mobilitas fisik sekunder
3. Perubahan perfusi jaringan otak berhubungan dengan perdarahan intraserebral
203
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemipearese atau hemiplagia, kelemahan
neuromoskuler pada ekstremitas
D. INTERVENSI
NO HARI/TGLDIAGNOSA
KEPERAWATANTUJUAN INTERVENSI
1. Selasa,
23-04-
2013
Gangguan
eliminasi
alvi
(konstipasi)
berhubunagn
dengan
imobilisasi
dan asupan
cairan yang
tidak adekuat
Tujuan :
setelah di
lakukan tindakan
keperawatan selam
2x24 jam gangguan
eliminasi fecal (
konstipasi) tidak
terjadi lagi.
Kriteria hasil :
klien BAB
lancer,konsistens
i feces encer,
a. Kaji pola eliminasi BAB
Rasional : untuk mengetahui frekuensi BAB
klien, mengidentifikasi masalah BAB pada
klien .
b. Anjurkan untuk mengosumsi buah dan sayur
kaya serat.
Rasional : untuk mempelancar BAB.
c. Anjurkan klien untuk banyak minum air
putih, kurang lebih 18 gelas/hari,
untuk mengencerkan feces dan mempermudah
pengeluaran feces.
204
Tidak terjadi
konstipasi lagi.
d. Berikan latihan ROM pasif,
Rasional : untuk meningkatkan defikasi.
e. Kolaborasi pemberian obat pencahar
(lactolac, dulcolax)
Rasional : untuk membantu pelunakkan dan
pengeluaran feces
2. Selasa,
23-04-
2013
Ketidakefekti
fan bersihan
jalan nafas
yang
berhubungan
dengan
akumulasi
secret,
penurunan
mobilitas
fisik
sekunder
Tujuan :
setelah di
lakukan tindakan
keperawatan
selama 2 x 24 jam
klien mampu
meningkatkan dan
memepertahankan
keefektifan jalan
nafas agar tetap
bersih dan
mencegah
a. Kaji keadaan jalan nafas
Rasional : obstruksi munkin dapat di
sebabkan oleh akumulasi secret.
b. Kolaborasi : pemberian obat OBH
Rasional : denagn pemberiaan oksigen dapat
membantu pernafasan dan membuat
hiperpentilasi mencegah terjadinya
atelaktasisi dan mengurangi terjadinya
hipoksia.
205
aspirasi.
kriteria hasil :
bunyi nafas
terdengar bersih,
tidak ada
penumpukan secret
di jalan nafas.
frekuensi
pernafasan 16 -
20x/menit.
3. Selasa,
23-04-
2013
Perubahan
perfusi
jaringan otak
berhubungan
dengan
perdarahan
intraserebral
, oklusi
Tujuan :
Setelah di
lakukan tindakan
keperawatan 2 x
24 jam perfusi
jarinagn tercapai
secara optimal.
a. Berikan penjelasan kepada keluarga klien
tentang sebab peningkatan TIK dan
akibatnaya.
Rasional : keluarga lebih berpartisipasi
dalam proses penyembuhan.
b. Baringkan klien ( bed rest ) total dengan
posisi tidur telentang tanpa bantal.
Rasional : monitor tanda-tanda status
206
otak,
vasospasme,
dan edema
otak.
Kriteria hasil :
a. GCS : E4 V5 E6
b. Pupil isokor,
reflek cahaya
(+)
c. Tanda-tanda
vital normal
(nadi : 60-100
kali permenit,
suhu: 36-36,7
C,
neurologis dengan GCS.
c. Monitor tanda-tanda vital.
Rasional : untuk mengetahui keadaan umum
klien.
d. Bantu pasien untuk membatasi muntah,
batuk,anjurkan klien menarik nafas apabila
bergerak atau berbalik dari tempat tidur.
Rasional : aktivitas ini dapat
meningkatkan tekanan intracranial dan
intraabdoment dan dapat melindungi diri
diri dari valsava.
e. Ajarkan klien untuk menghindari batuk dan
mengejan berlebihan. Rasional : Batuk dan
mengejan dapat meningkatkan tekanan
intrkranial dan poteensial terjadi
perdarahan ulang.
f. Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi
pengunjung.
207
Rasional : rangsangan aktivitas dapat
meningktkan tekanan intracranial.
g. Kolaborasi : pemberian terapi sesuai
intruksi dokter,seperti :amlodipin,
piracetam, lancolin, amikacin
Rasional : tujuan yang di berikan dengan
tujuan: menurunkan premeabilitas
kapiler,menurunkan edema
serebri,menurunkan metabolic sel dan
kejang.
4. Selasa,
23- 04-
2013
Hambatan
mobilitas
fisik
berhubungan
dengan
hemiparese
sinistra,
Tujuan : Setelah
di lakukan
tindakan
keperawtan selama
2 x 24 jam
mobilitas fisik
teratasi.
d. Kaji kemampuan secara fungsional dengan
cara yang teratur klasifikasikan melalui
skala 0-4.
Rasional : untuk mengidentifikasikan
kelemahan dan dapat memberikan informasi
mengenai pemulihan.
e. Ubah posisi setiap 2 jam dan sebagainya
208
kelemahan
neuromoskuler
pada
ekstremitas
Kriteria hasil :
a. Bertambahnya
kekuatan otot
b. klien dapat
mempertahankan
atau
meningkatkan
kekuatan dan
fungsi bagian
tubuh yang
terkena atau
kompensasi.
c. Tidak terjadi
kontraktur
sendi
jika memungkinkan bisa lebih sering.
Rasional : menurunkan terjadinya terauma
atau iskemia jaringan.
f. Lakukan gerakan ROM aktif dan pasif pada
semua ekstremitas. Rasional : Meminimalkan
atrofi otot, meningkatkan sirkulasi,
membantu mencegah kontraktur. Menurunkan
risiko terjadinya hiperkalsiuria dan
osteoporosis jika masalah utamanya adalah
perdarahan. Catatan: Stimulasi yang
berlebihan dapat menjadi pencetus adanya
perdarahan berulang
g. Bantu mengembangkan keseimbangan duduk
seperti meninggikan bagian kepala tempat
tidur, bantu untuk duduk di sisi tempat
tidur.
Rasional : membantu melatih kembali jaras
saraf,meningkatkan respon proprioseptik
209
dan motorik
h. Letakkan pada posisi telungkup satu kali
atau dua kali sekali jika pasien dapat
mentoleransinya.
Rasional : Membantu mempertahankan
ekstensi pinggul fungsional;tetapi
kemungkinan akan meningkatkan ansietas
terutama mengenai kemampuan pasien untuk
bernapas.
i. Sokong ekstremitas dalam posisi
fungsionalnya, gunakan papan kaki (foot
board) seelama periode paralisis flaksid.
Pertahankan posisi kepala netral. Rasional
: Mencegah kontraktur/footdrop dan
memfasilitasi kegunaannya jika berfungsi
kembali. Paralisis flaksid dapat
mengganggu kemampuannya untuk menyangga
kepala, dilain pihak paralisis spastik
210
dapat meengarah pada deviasi kepala ke
salah satu sisi.
j. Tempatkan bantal di bawah aksila untuk
melakukan abduksi pada tangan. Rasional :
Mencegah adduksi bahu dan fleksi siku.
k. Tempatkan ”handroll’ keras pada teelapak
tangan dengan jari – jari dan ibu jari
saling berhadapan. Rasional : Alas/dasar
yang keras menurunkan stimulasi fleksi
jari-jari, mempertahankan jari-jari dan
ibu jari pada posisi normal (posisi
anatomis).
l. Posisikan lutut dan panggul dalam posisi
ekstensi. Rasional : Mempertahankan posisi
fungsional.
E. IMPLEMENTASI
NO DIAGNOSA TANGGAL/JAM IMPLEMENTASI RESPON TTD
211
KEPERAWATAN1. Dx 3,4
24-04-2013
Jam 07.30
Mengganti linen
pasien
S:
Klien dan keluarga mengatakan
terima kasih telah diganti sprei
dan sarung bantalnya
O:
Linen klien tampak bersih,
tempat tidur tampak rapi
Ade
Dx 3,4
07.45
Mengganti posisi
Tn.S
S:
Klien mengatakan agak kesulitan
ketika harus berubah posisi
O:
Tn.S tampak tidur terlentang
Ade
Dx 3 07.50 Memposisikan Tn.S
dengan tanpa bantal
S:
Klien mengatakan terima kasih
telah diberitahu alasan tidak
boleh menggunakan bantal
O:
Ade
212
Klien tampak kooperatif tidur
tanpa bantal
Dx 3,4
07.55
Mengganjal bagian-
bagian tubuh yang
keras seperti
lengan, kaki,
menjaga posisi
kepala tetap netral
S:
Klien menyatakan setuju untuk
diganjal dengan bantal daerah
lengan dan kakinya
O:
Klien kooperatif dan tampak
beberapa bantal mengganjal pada
bagian lengan dan kaki
Ade
Dx 3 08.30 Memonitor tanda-
tanda vital dan
status neurologis
S:
Klien mengatakan terima kasih
setelah diberitahu hasil
pemeriksaan
O:
TD: 160/80
N: 88x/menit
Ade
213
S: 36,8oC
RR: 22x menit
GCS 15 (E4 V5 M6)
Pupil bulat
RCL (+/-)
RCTL (+/-)
Hemiparesis sinistra, disrtria,
disfagiaDx 3 09.10 Melakukan kolaborasi
obat:
1) Aminofusin
hepar
2) Injeksi
piracetam 3x3
gr
3) Injeksi
lancolin 2x250
mg
S:
Klien mengatakan agak pegal
sedikit saat diberi injeksi
O:
Klien kooperatif
Ade
214
4) Injeksi
ranitidin 3xII
ampulDx 1,2,3,4
10.00
Mengganti cairan
infus RL 20 tpm
S:
Keluarga klien dan klien
menyatakan terima kasih
O:
Infus aminofusin hepar telah
diganti kembali dengan RL 20 tpm
Ade
Dx 1
10.30
Mengkaji kemampuan
defekasi klien
S:
Klien dan keluarga klien
mengatakan kalau masih belum BAB
semenjak 1 hari setelah masuk
rumah sakit ( ±4 hari)
O:
Perut klien teraba agak keras
Ade
Dx 2 10.35 Mengkaji jalan nafas
klien
S:
Klien mengatakan kalau dirinya
Ade
215
masih batuk
O:
Terdengar suara dahak saat klien
batukDx 4
10.40
Mengkaji kekuatan
otot klien
S:
Klien mengatakan bahwa tangan
dan kaki sebeblah kirinya sulit
digerakan
O:
a. Kekuatan otot superior
(dekstra/sinistra): 5/0
b. Kekuatan otot inferior
(dekstra/sinistra): 5/0
Ade
Dx 1, 3, 4 10.45 Melatih ROM aktif
dan pasif pada
ekstrimitas klien
S:
Klien dan keluarga mengatakan
terima kasih setelah diberikan
latihan ROM aktif pasif
Klin mengatakan tubuhnya sedikit
Ade
216
lebih enak setelah diberikan
latihan gerakan
O:
Klien mengikuti latihan ROM
aktif (ekstrimitas kanan) dan
pasif (ekstrmitas kiri) dengan
baikDx 1
10.50
Menganjurkan klien
dan keluarga klien
untuk banyak
mengkonsumsi air
putih agar bisa
mempermudah BAB
S:
Klien menyatakan mau untuk minum
lebih banyak air putih
O:
Klien kooperatif
Ade
Dx 2 Menganjurkan klien
untuk mengurangi
intensitas
membatukkan secara
berlebih
S:
Klien dan keluarga mengataka
terima kasih telah diberi tahu
agar tidak terlalu banyak
mengejan ketika batuk
217
O:
Klien tampak jarang batuk hingga
mengejan, hanya mengkonsusmsi
obat batuk (dexanta syrup dan
OBH)Dx 1,3,4
11.40
Mengganti posisi
klien menjadi
lateral kiri
S:
Klien mengatakan terima kasih
telah dibantu untuk berpindah
posisi
O:
Klien tampaak kooperatif
Ade
Dx 1,2 11.55 Memberikan
kolaborasi obat oral
kepada klien untuk
diminum setelah
makan:
Dexanta syrup 3x1
OBH 3x1 C
S:
Klien menyatakan terima kasih
saat diberi obat
O:
Klien dan keluarga tampak
menerima obat dan mengerti kapan
meminumnya
Ade
218
Lactolac syrup 3x1 CDx 4
12.45
Mengkaji kemandirian
dalam pemenuhan ADL
S:
Keluarga klien mengatakan bahwa
klien tidak mampu makan, minum,
berpakaian, mobilitas di tempat
tidur sendiri (2), toileting (3)
tidak mampu berjaln (4)
O:
Klien tampak disuapi, digantikan
baju ketika berkeringat, klien
tampak terbaring lemah
Ade
Dx 3
13.20
Mengkaji kondisi
lingkungan pasien
yang aman dan nyaman
untuk istirahat
S:
Klien mengatakan bahwa kamarnya
terlalu ramai, susah
beristirahat, dan panas
O:
Klien tampak dikipasi dan belum
tidur
Ade
219
2. Dx 3,4
25-04-2013
Jam 07.40
Mengganti linen
pasien
S:
Klien dan keluarga mengatakan
terima kasih telah diganti sprei
dan sarung bantalnya
O:
Linen klien tampak bersih,
tempat tidur tampak rapi
Ade
Dx 3,4
07.50
Mengganti posisi
Tn.S
S:
Klien mengatakan agak kesulitan
ketika harus berubah posisi
O:
Tn.S tampak tidur terlentang
Ade
Dx 3 08.00 Memposisikan Tn.S
dengan tanpa bantal
S:
Klien dan keluarga mengatakan
terima kasih telah diberitahu
alasan tidak boleh menggunakan
bantal dan akan berusaha
melaksanakannya
Ade
220
O:
Klien tampak kooperatif tidur
tanpa bantal
Dx 3,4
08.10
Mengganjal bagian-
bagian tubuh yang
keras seperti
lengan, kaki,
menjaga posisi
kepala tetap netral
S:
Keluarga klien mengatakan sudah
mengganjal bagian-bagian yang
tertekan
O:
Klien kooperatif dan tampak
beberapa bantal mengganjal pada
bagian lengan dan kaki
Ade
Dx 3 08.30 Memonitor tanda-
tanda vital dan
status neurologis
S:
Klien mengatakan terima kasih
setelah diberitahu hasil
pemeriksaan
O:
TD: 150/80
Ade
221
N: 80x/menit
S: 36,3oC
RR: 20x menit
GCS 15 (E4 V5 M6)
Pupil bulat
RCL (+/-) (kanan/kiri)
RCTL (+/-) (kanan/kiri)
Hemiparesis sinistra, disfagia,
disartriaDx 3 09.15 Melakukan kolaborasi
obat:
1) Aminofusin
hepar
2) Injeksi
piracetam 3x3
gr
3) Injeksi
lancolin 2x250
S:
Klien mengatakan agak pegal
sedikit saat diberi injeksi
O:
Klien kooperatif
Ade
222
mg
4) Injeksi
ranitidin 3xII
ampulDx 1,2,3,4
10.20
Mengganti cairan
infus RL 20 tpm
S:
Keluarga klien dan klien
mneyatakan terima kasih
O:
Infus aminofusin hepar telah
diganti kembali dengan RL 20 tpm
Ade
Dx 1
10.30
Mengkaji kemampuan
defekasi klien
S:
Klien dan keluarga klien
mengatakan kalau masih belum BAB
semenjak 1 hari setelah masuk
rumah sakit ( ±5 hari)
O:
Perut klien teraba agak keras
Ade
Dx 2 10.35 Mengkaji jalan nafas S: Ade
223
klien Klien mengatakan kalau dirinya
masih batuk sedikit-sedikit
O:
Terdengar suara dahak saat klien
batukDx 4
10.40
Mengkaji kekuatan
otot klien
S:
Klien mengatakan bahwa tangan
dan kaki sebelah kirinya sulit
digerakan
O:
c. Kekuatan otot superior
(dekstra/sinistra): 5/0
d. Kekuatan otot inferior
(dekstra/sinistra): 5/0
Ade
Dx 1, 3, 4 10.45 Melatih ROM aktif
dan pasif pada
ekstrimitas klien
S:
Klien dan keluarga mengatakan
terima kasih setelah diberikan
latihan ROM aktif pasif
Ade
224
Klin mengatakan tubuhnya sedikit
lebih enak setelah diberikan
latihan gerakan
O:
Klien mengikuti latihan ROM
aktif (ekstrimitas kanan) dan
pasif (ekstrmitas kiri) dengan
baikDx 1
10.50
Menganjurkan klien
dan keluarga klien
untuk banyak
mengkonsumsi air
putih agar bisa
mempermudah BAB
S:
Klien menyatakan mau untuk minum
lebih banyak air putih
O:
Klien kooperatif
Ade
Dx 3 Menganjurkan klien
untuk mengurangi
intensitas
membatukkan secara
S:
Klien dan keluarga mengatakan
terima kasih telah diberi tahu
agar tidak terlalu banyak
Ade
225
berlebih mengejan ketika batuk
O:
Klien tampak jarang batuk hingga
mengejan, hanya mengkonsusmsi
obat batuk (dexanta syrup dan
OBH)Dx 1,3,4
11.40
Mengganti posisi
klien menjadi
lateral kiri
S:
Klien mengatakan terima kasih
telah dibantu untuk berpindah
posisi
O:
Klien tampaak kooperatif
Ade
Dx 1,2 11.55 Memberikan
kolaborasi obat oral
kepada klien untuk
diminum setelah
makan:
Dexanta syrup 3x1
S:
Klien menyatakan terima kasih
saat diberi obat
O:
Klien dan keluarga tampak
menerima obat dan mengerti kapan
Ade
226
OBH 3x1 C
Lactolac syrup 3x1 C
meminumnya
Dx 4
12.45
Mengkaji kemandirian
dalam pemenuhan ADL
S:
Keluarga klien mengatakan bahwa
klien tidak mampu makan, minum,
berpakaian, mobilitas di tempat
tidur sendiri (2), toileting (3)
tidak mampu berjaln (4)
O:
Klien tampak disuapi, digantikan
baju ketika berkeringat, klien
tampak terbaring lemah
Ade
Dx 3 13.20 Mengkaji kondisi
lingkungan pasien
yang aman dan nyaman
untuk istirahat
S:
Klien mengatakan bahwa kamarnya
terlalu ramai, susah
beristirahat, dan panas
O:
Klien tampak dikipasi dan belum
Ade
227
tidur3. Dx 1,2,3,4
26-04-2013
Jam 14.20
Mengganti cairan
infus RL 20 tpm
S:
Keluarga klien mengucapkan
terima kasih
O:
Cairan infus telah diganti
Ade
Dx 3 14.45 Memonitor tanda-
tanda vital, status
neurologis
S:
Keluarga klien mengatakan kalau
suhu ruangan sangat pengap dan
panas
O:
TD: 150/80 mmHg
N: 80x/menit
S: 36.3oC
RR: 20x/menit
GDS: 104
GC 15 (E4 V5 M 6)
Pupil bulat
Ade
228
RCL (+/-) (kanan/kiri)
RCTL (+/-) (kanan/kiri)
Hemiparesis sinistra, disfagia,
disartriaDx 3.4
14.50
Mengganti posisi
klien menjadi tidur
terlentang
S:
Keluarga klien mengatakan kalau
klien suka berubah-berubah
posisi sendiri kalau bagian
punggungnya terasa pegal pada
satu posisi
O:
Klien tampak tidur terlentang
Ade
Dx 3 15.00 Memberikan posisi
tidur klien tanpa
bantal
S:
Klien dan keluarga mengucapkan
terima kasi telah dibantu diatur
posisi tidurnya
O:
Klien tampak tidur tanpa bantal
Ade
229
Dx 3
15.15
Mengkaji kekuatan
otot klien
S:
Keluarga klien mengatakan kalau
tubuh klien sebelah kiri
terutama kaki dan tangan masih
tidak bisa digerakkan
O:
Kekuatan otot superior
(dekstra/sinistra): 5/0
Kekuatan otot inferior
(dekstra/sinistra): 5/1
Ade
Dx 3,4
15.45
Memberikan latihan
ROM aktif (kanan)
dan pasif (kiri)
pada ekstrimitas
klien
S:
Klien mengatakan tubuhnya
sebelah kiri masih tidak bisa
digerakkan dengan baik.
O:
Klien tampak mengikuti latihan
dengan cukup baik
Ade
Dx 1 16.00 Mengkaji kemampuan S: Ade
230
defekasi klien Keluarga klien mengatakan kalau
klien masih belum bisa BAB ±6
hari
O:
Perut klien teraba sedikit kerasDx 1
16.15
Menganjurkan banyak
mengkonsumsi air
putih
S:
Keluarga klien mengatakan kalau
klien susah untuk makan minum,
sering tidak dihabiskan
O:
Tampak sisa makanan dan minuman
yang tidak dihabiskanDx 4 16.20 Mengkaji kemandirian
klien dalam
beraktifitas
S:
Keluarga klien mengatakan kalau
klien masih harus bergantung
pada bantuan orang lain dalam
hal makan, minum, mandi
(disibin), mobilitas di tempat
Ade
231
tidur, masih tidak bisa berjalan
O:
Klien tampak terbaring dan sudah
bisa duduk di tempat tidur
dengan dibantuDx 3
17.00
Melakukan kolaborasi
pemberian obat
injeksi pada klien:
Piracetam 2x3 gr
Lancolin 2x 250 gr
Ranitidin 3 x II
ampul
S:
Keluarga klien menyatakan terima
kasih.
Klien mengatakan terima kasih
O:
Klien kooperatif
Ade
Dx 1,2,3 17.45 Merikan obat per
oral :
Dexanta syrup 3 x 1
C
OBH 3 x 1C
Lactolac syrup 3x1 C
S:
Klien menyatakan bahwa masih
belum bisa BAB walaupun telah
diberi obat pencahar dari
kemarin
O:
Ade
232
Amlodipin 1 x 5 mg Obat telah diterima klien dan
keluargaDx 2
18.30
Menganjurkan
keluarga klien untuk
banyak mengkonsumsi
air
S:
Keluarga klien mengatakan kalau
klien agak susah untuk disuruh
minum air putih agak banyak
O:
Tampak air putih segelas yang
belum habis
Ade
4. Dx 1,2,3,4
27-04-2013
Jam 14.20
Mengganti cairan
infus RL 20 tpm
S:
Keluarga klien mengucapkan
terima kasih
O:
Cairan infus telah diganti
Ade
Dx 3 14.45 Memonitor tanda-
tanda vital, status
S:
Keluarga klien mengatakan kalau
Ade
233
neurologis suhu ruangan sangat pengap dan
panas
O:
TD: 150/80 mmHg
N: 80x/menit
S: 36.3oC
RR: 20x/menit
GDS: 104
GC 15 (E4 V5 M 6)
Pupil bulat
RCL (+/-) (kanan/kiri)
RCTL (+/-) (kanan/kiri)
Hemiparesis sinistra, disartria,
disfagiaDx 3.4 14.50 Mengganti posisi
klien menjadi tidur
terlentang
S:
Keluarga klien mengatakan kalau
klien lebih suka dalam posisi
terlentang
Ade
234
O:
Klien tampak tidur terlentang
dengan nyamanDx 3
15.00
Memberikan posisi
tidur klien tanpa
bantal
S:
Klien dan keluarga mengucapkan
terima kasi telah dibantu diatur
posisi tidurnya
O:
Klien tampak tidur tanpa bantal
Ade
Dx 3
15.05
Memberi bantalan
pengganjal pada
daerah yang terkena
tekanan (lengan,
kaki, pinggang)
S:
Keluarga klien mengatakan telah
memberikan pengganjal karena
klien merasa panas bagian
punggungnya
O:
Klien kooperatifDx 3 15.15 Mengkaji kekuatan
otot klien
S:
Keluarga klien mengatakan kalau
Ade
235
tubuh klien sebelah kiri
terutama kaki dan tangan masih
tidak bisa digerakkan
O:
Kekuatan otot superior
(dekstra/sinistra): 5/0
Kekuatan otot inferior
(dekstra/sinistra): 5/1Dx 3,4
15.50
Memberikan latihan
ROM aktif (kanan)
dan pasif (kiri)
pada ekstrimitas
klien
S:
Klien mengatakan tubuhnya
sebelah kiri masih tidak bisa
digerakkan dengan baik.
O:
Klien tampak mengikuti latihan
dengan cukup baik
Ade
Dx 1 16.00 Mengkaji kemampuan
defekasi klien
S:
Keluarga klien mengatakan kalau
klien masih belum bisa BAB
Ade
236
O:
Perut klien teraba sedikit kerasDx 1
16.15
Menganjurkan banyak
mengkonsumsi air
putih
S:
Keluarga klien mengatakan kalau
klien susah untuk makan minum,
sering tidak dihabiskan
O:
Tampak sisa makanan dan minuman
yang tidak dihabiskanDx 4 16.20 Mengkaji kemandirian
klien dalam
beraktifitas
S:
Keluarga klien mengatakan kalau
klien masih harus bergantung
pada bantuan orang lain dalam
hal makan, minum, mandi
(disibin), mobilitas di tempat
tidur, masih tidak bisa berjalan
O:
Klien tampak terbaring dan sudah
Ade
237
bisa duduk di tempat tidur
dengan dibantuDx 3
17.00
Melakukan kolaborasi
pemberian obat
injeksi pada klien:
Aminofusin hepar
Piracetam 2x3 gr
Lancolin 2x 250 gr
Ranitidin 3 x II
ampul
S:
Keluarga klien menyatakan terima
kasih.
Klien mengatakan terima kasih
O:
Klien kooperatif
Ade
Dx 1,2,3 17.45 Merikan obat per
oral :
Dexanta syrup 3 x 1
C
OBH 3 x 1C
Lactolac syrup 3x1 C
Amlodipin 1 x 5 mg
S:
Keluarga klien menyatakan terima
kasih telah diberi obat dan
memberi tahu kalau klien masih
belum bisa BAB ±7 hari
O:
Obat telah diterima klien dan
Ade
238
Dulcolax 3x2 tab keluargaDx 1,2,3,4
18.15
Mengganti cairan
infus aminofusin
hepar dengan RL 20
tpm
S:
Klien menyatakan terima kasih
telah diganti infusnya
O:
Terpasang infus RL 20 tpmDx 1
18.30
Menganjurkan
keluarga klien untuk
banyak mengkonsumsi
air
S:
Keluarga klien mengatakan kalau
klien agak susah untuk disuruh
minum air putih agak banyak
O:
Tampak air putih segelas yang
belum habis
Ade
Dx 2 18.40 Mengkaji pernafasan
klien
S:
Klien dan keluarga mengatakan
sudah tidak batuk lagi
O:
Ade
239
Sudah tidak terdengar suara
sekret/dahak lagi
F. EVALUASI
NO TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN EVALUASI1 24 April 2013 Gangguan eliminasi alvi
(konstipasi) berhubungan
dengan imobilisasi dan asupan
cairan yang tidak adekuat
S:
Klien dan keluaga menyatakan kalau klien
masih belum bisa BAB selama ±4 hari
O:
Perut teraba agak keras
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensiKetidakefektifan bersihan
jalan nafas yang berhubungan
S:
Klien dan keluarga mengatakan kalau masih
240
dengan akumulasi secret, ,
penurunan mobilitas fisik
sekunder
batuk berdahak
O:
Terdengar suara dahak/sekret ketika klien
batuk
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi: Kolaborasi pemberian
obat batuk OBHPerubahan perfusi jaringan
otak berhubungan dengan
perdarahan intraserebral
S:
Klien mengatakan kalau tubuh bagian kiri
masih suah digerakkan
O:
TD: 160/80; N: 88x/menit; S: 36,8oC; RR: 22x
menit; GCS 15 (E4 V5 M6); Pupil bulat; RCL
(+/-); RCTL (+/-), hemiparesis sinistra,
disatria
A:
241
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intevensiHambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan hemipearese
atau hemiplagia, kelemahan
neuromoskuler pada ekstremitas
S:
Keluarga klien mengatakan kalau klien masih
bergantung orang lain dalam aktifitas makan,
mandi, minum, mobilitas di tempat tidur (2)
klien masih tidak dapat berpindah (4)
O:
Hemiparesisi sinistra, disartria, disfagia
Kekuatan otot superior (dekstra/sinistra)
5/0
Kekuatan otot inferior (dekstra/sinistra)
5/0
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
242
2 25 April 2013 Gangguan eliminasi alvi
(konstipasi) berhubungan
dengan imobilisasi dan asupan
cairan yang tidak adekuat
S:
Klien dan keluaga menyatakan kalau klien
masih belum bisa BAB selama ±5 hari
O:
Perut teraba agak keras
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensiKetidakefektifan bersihan
jalan nafas yang berhubungan
dengan akumulasi secret,
kemampuan batuk menurun,
penurunan mobilitas fisik
sekunder, dan perubahan
tingkat kesadaran
S:
Klien dan keluarga mengatakan kalau masih
batuk berdahak
O:
Terdengar suara dahak/sekret ketika klien
batuk
A:
Masalah belum teratasi
P:
243
Lanjutkan intervensi: Kolaborasi pemberian
obat batuk OBHPerubahan perfusi jaringan
otak berhubungan dengan
perdarahan intraserebral
S:
Klien mengatakan kalau tubuh bagian kiri
masih suah digerakkan
O:
TD:150/80, N: 80x/menit, S: 36,3oC, RR: 20x
menit, GCS 15 (E4 V5 M6), Pupil bulat, RCL
(+/-) (kanan/kiri), RCTL (+/-) (kanan/kiri,
hemiparesis sinistra, disatria
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intevensiHambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan hemipearese
atau hemiplagia, kelemahan
neuromoskuler pada ekstremitas
S:
Keluarga klien mengatakan kalau klien masih
bergantung orang lain dalam aktifitas makan,
mandi, minum, mobilitas di tempat tidur (2)
244
klien masih tidak dapat berpindah (4)
O:
Hemiparesisi sinistra, disartria, disfagia
Kekuatan otot superior (dekstra/sinistra)
5/0
Kekuatan otot inferior (dekstra/sinistra)
5/0
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi3. 26 April 2013 Gangguan eliminasi alvi
(konstipasi) berhubungan
dengan imobilisasi dan asupan
cairan yang tidak adekuat
S:
Klien dan keluaga menyatakan kalau klien
masih belum bisa BAB selama ±6 hari
O:
Perut teraba agak keras
A:
Masalah belum teratasi
245
P:
Lanjutkan intervensiKetidakefektifan bersihan
jalan nafas yang berhubungan
dengan akumulasi secret,
kemampuan batuk menurun,
penurunan mobilitas fisik
sekunder, dan perubahan
tingkat kesadaran
S:
Klien dan keluarga mengatakan kalau masih
sedikit batuk berdahak
O:
Terdengar suara dahak/sekret ketika klien
batuk
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi: Kolaborasi pemberian
obat batuk OBHPerubahan perfusi jaringan
otak berhubungan dengan
perdarahan intraserebral
S:
Klien mengatakan kalau tubuh bagian kiri
masih suah digerakkan
O:
TD:150/80, N: 80x/menit, S: 36,3oC, RR: 20x
246
menit, GCS 15 (E4 V5 M6), Pupil bulat, RCL
(+/-) (kanan/kiri), RCTL (+/-) (kanan/kiri,
hemiparesis sinistra, disatria
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intevensiHambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan hemipearese
atau hemiplagia, kelemahan
neuromoskuler pada ekstremitas
S:
Keluarga klien mengatakan kalau klien masih
bergantung orang lain dalam aktifitas makan,
mandi, minum, mobilitas di tempat tidur (2)
klien masih tidak dapat berpindah (4)
O:
Hemiparesisi sinistra, disartria, disfagia
Kekuatan otot superior (dekstra/sinistra)
5/0
Kekuatan otot inferior (dekstra/sinistra)
5/1
247
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi4. 27 April 2013 Gangguan eliminasi alvi
(konstipasi) berhubungan
dengan imobilisasi dan asupan
cairan yang tidak adekuat
S:
Klien dan keluaga menyatakan kalau klien
masih belum bisa BAB selama ±7 hari
O:
Perut teraba agak keras
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensiKetidakefektifan bersihan
jalan nafas yang berhubungan
dengan akumulasi secret,
kemampuan batuk menurun,
penurunan mobilitas fisik
S:
Klien dan keluarga mengatakan sudah tidak
batuk lagi
O:
Tidak terdengar suara dahak
248
sekunder, dan perubahan
tingkat kesadaran
A:
Masalah teratasi
P:
Pertahankan intervensi: Kolaborasi pemberian
obat batuk OBHPerubahan perfusi jaringan
otak berhubungan dengan
perdarahan intraserebral
S:
Klien mengatakan kalau tubuh bagian kiri
masih suah digerakkan
O:
TD:150/80, N: 80x/menit, S: 36,3oC, RR: 20x /
menit, GDS 104, GCS 15 (E4 V5 M6), Pupil
bulat, RCL (+/-) (kanan/kiri), RCTL (+/-)
(kanan/kiri, hemiparesis sinistra, disatria
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intevensiHambatan mobilitas fisik S:
249
berhubungan dengan hemipearese
atau hemiplagia, kelemahan
neuromoskuler pada ekstremitas
Keluarga klien mengatakan kalau klien masih
bergantung orang lain dalam aktifitas makan,
mandi, minum, mobilitas di tempat tidur (2)
klien masih tidak dapat berpindah (4)
O:
Hemiparesisi sinistra, disartria, disfagia
Kekuatan otot superior (dekstra/sinistra)
5/0
Kekuatan otot inferior (dekstra/sinistra)
5/1
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
250
G. PEMBAHASAN
Kasus kelolaan yang ada di ruang Bima RSUD Kota
Semarang adalah pasien dengan stroke hemoragik. Pasien
yang bernama Tn.S ini mengalami hemiparesis sinistra.
Intervensi utama yang tampak menonjol untuk pasien stroke
ditujukan untuk mengurangi kelemahan otot yang dirasakan
pasien yaitu dengan cara pemberian latihan ROM (aktif dan
pasif).
Penelitian yang ada menunjukkan bahwa mobilisasi
yang sangat awal adalah salah satu faktor kunci dalam
perawatan pasien stroke (Gofir, 2009). Pada sebuah
penelitian diterapkan 2 kelompok yaitu kelompok
eksperimen yang mana dilakukan intervensi mobilisasi dan
kelopok kontrol yang tidak diberikan intervensi
mobilisasi. Pada awalnya, tidak terdapat perbedaan yang
signifikan rata-rata antara kemampuan fungsional sebelum
dilakukan intervensi mobilisasi pada kelompok eksperimen
dan tanpa intervensi pada kelompok kontrol. Namun setelah
diberikan intervensi mobilisasi, terdapat adanya
perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai
kemampuan fungsional sesudah intervensi mobilisasi pada
kelompok eksperimen dan tanpa intervensi pada kelompok
kontrol. Terjadinya perbedaan kemampuan tersebut, dapat
dijelaskan bahwa stroke infark atau iskemik disebabkan
karena adanya penyumbatan pembuluh darah yang menuju ke
otak. Sumbatan ini dapat disebabkan oleh dua hal yakni,
trombus dan emboli (Mulyatsih dan Ahmad, 2008). Gejala-
gejala yang dapat muncul untuk sementara, lalu menghilang
252
atau lalu memberat atau menetap. Gejala ini muncul akibat
daerah otak tertentu tak berfungsi yang disebabkan oleh
terganggunya aliran darah ke tempat tersebut.
Gejala yang muncul bervariasi, bergantung bagian
otak yang terganggu. Dari gejala-gejala yang muncul
diakibatkan karena adanya gangguan pada pembuluh darah
karotis yaitu pada cabangnya yang menuju otak bagian
tengah (arteri serebri media), pasien akan mengalami
gangguan rasa di lengan dan tungkai sesisi dan dapat
terjadi gangguan gerak/ kelumpuhan dari tingkat ringan
sampai kelumpuhan total pada lengan dan tungkai sesisi
(hemiparesis/ hemiplegi). Bila gangguan pada cabang yang
menuju otak bagian depan (arteri serebri anterior) dapat
terjadi gejala kelumpuhan salah satu tungkai. Serta jika
terjadi gangguan pada pembuluh darah vertebrobasilaris,
akan timbul gejala kedua kaki lemah/ hipotoni, tak dapat
berdiri (paraparesis inferior) (Harsono, 2008).
Dasar dari pemulihan gangguan saraf pada stroke
terjadi dalam hari, minggu pertama, dan setelah 6 bulan.
Setelah 6 bulan, jika masih terdapat cacat maka perbaikan
yang terjadi setelah itu tidak akan mencolok lagi,
walaupun perbaikan ringan masih dapat diharapkan sampai 2
tahun, tetapi umumnya akan cenderung menetap (Junaidi,
2011).
Oleh karena dasar dari perkembangan penyakit
tersebut, pemberian intervensi rehabilitasi, termasuk
mobilisasi dini bisa digunakan untuk mencegah dan
mengurangi hal cacat permanen/keterlambatan perbaikan
253
pada penderita stroke. Dasar dari semua rehabilitasi
stroke adalah asumsi bahwa pasien akan membaik dengan
penyembuhan spontan, belajar, dan latihan.
Penelitian selanjutnya berasal dari RS Tugurejo
yaitu pemberian latihan spherical grip (mengepal-
ngepalkan tangan). Latihan ini terdiri dari 3 tahapan
yaitu membuka tangan, menutup jari-jari untuk menggenggam
objek dan mengatur kekuatan menggenggam. Gerakan ini
terdapat pada latihan ROM. Latihan ini merupakan latihan
fungsional dengan cara menggenggam sebuah benda berbentuk
bulat seperti bola pada telapak tangan. Penelitian ini
lebih berfokus pada kekuatan genggaman tangan karena
sebuah penelitian dikatakan bahwa tingkat kekuatan
genggaman berhubungan dengan perubahan berat badan dan
kondisi kronis. Selain itu fungsi genggaman tangan
begitu penting dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
Pada penelitian ini karakteristik yang diberlakukan
adalah berdasarkan umur , jenis kelamin, dan kekuatan
otot sebelum dan sesudah diberikan latihan.
Banyak sel saraf yang mati ketika stroke. Area otak
yang mati menimbukan masalah fisik dan mental yang sering
dialami oleh penderita stroke. Namun, ada area yang masih
hidup dan diusahakan potensi hidup tersebut terlindungi.
Area itu adalah sel saraf penumbra. Dalam waktu 3 sampai
6 bulan setelah terjadinya stroke, sel penumbra masih
dalam proses recovery, sehingga pemberian latihan gerak
pada masa ini sangat efektif karena masih dalam masa
golden period.
254
Latihan gerakan ini menunjukan hasil bahwa terdapat
peningkatan kekuatan otot antara sebelum dan 7 hari
sesudah diberikan intervensi. Terjadinya peningkatan
kekuatan otot dapat mengaktifkan gerakan volunter terjadi
adanya transfer impuls elektrik dari girus presentalis ke
korda spinalis melalui neurotransmiter yang mencapai ke
otot dan menstimulasi otot sehinga menyebabkan pergerakan
Untuk menimbulkan gerakan yang disadari tahapan yang
harus dilakukan adalah memperbaiki tonus otot /refleks
tendon ke arah normal dengan cara memberikan stimulus.
Latihan menggenggam akan menggerakan otot-otot untuk
membantu membangkitkan kembali kendali otak terhadap
otot-otot.
Pemberian latihan ROM aktif 2x sehari lebih
menunjukan hasil efektif daripada pemberian 1x seari.
Pemberian latihan ROM /mobilisasi dini ini karena sel
penumbra masih terjadi proses recovery saat 3 bulan -
6bulan setelah terjadinya stroke, sehingga hal ini akan
lebih efektif karena masih dalam masa golden period.
Lamanya pemberian berpengaruh pada hasil peningkatan
kekuatan otot. Latihan yang baik adalah yang tidak
melelahkan, durasi tidak terlalu lama (45-60 menit) dan
pengulangan sesering mungkin. Gerakan yang fokus dan
berkesinambungan akan membangun koneksi baru antar neuron
yang masih aktif. Peran keluarga dalam pemberian
intervensi ROM juga bisa berperan untuk ROM mandiri
255