+ All Categories
Home > Documents > ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/32450/1/JURNAL_SANDRA_ARISTIANI.pdf · ANALISIS...

ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/32450/1/JURNAL_SANDRA_ARISTIANI.pdf · ANALISIS...

Date post: 27-Oct-2020
Category:
Upload: others
View: 3 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
28
ANALISIS MERGER DAN KINERJA KEUANGAN PT KALBE FARMA Tbk. SANDRA ARISTIANI ANDRIYANTO Dr. JAKA ISGIYARTA, M.Si, Akt. ABSTRACT This research aims to analyze the purpose of the merger and its effect on corporate financial performance. Merger is a merger of two or more companies that then there is only one surviving company, while another company was dissolved. Merger objectives used in this research is the company's growth, synergy, and market share. While financial performance is measured using the financial ratios: Current Ratio, Quick Ratio, Return on Assets, Return on Equity, Debt to Equity Ratio, and Total Asset Turnover. The data used in this research is secondary data. The object of this research is PT Kalbe Farma Tbk, which merged with PT Dankos Laboratories Tbk and PT Enseval in 2005. Data analysis methods used is trend analysis. The research result shows that with merger, PT Kalbe Farma Tbk can growth through an increase in assets, equity, and profit, as well as a decrease in liabilities. PT Kalbe Farma Tbk not obtain synergies, but the market share of PT Kalbe Farma Tbk is increase. In addition, the financial performance of PT Kalbe Farma Tbk after the merger to be better. Current Ratio, Quick Ratio, Return on Assets, and Total Asset Turnover has increased. While Return On Equity and Debt to Equity Ratio has decreased. Keywords: Merger, Company’s Growth, Synergy, Market Share, Financial Performance
Transcript
Page 1: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/32450/1/JURNAL_SANDRA_ARISTIANI.pdf · ANALISIS MERGER DAN KINERJA KEUANGAN PT KALBE FARMA Tbk. SANDRA ARISTIANI ANDRIYANTO Dr. JAKA

ANALISIS MERGER DAN KINERJA KEUANGAN

PT KALBE FARMA Tbk.

SANDRA ARISTIANI ANDRIYANTO

Dr. JAKA ISGIYARTA, M.Si, Akt.

ABSTRACT

This research aims to analyze the purpose of the merger and its effect on

corporate financial performance. Merger is a merger of two or more companies that

then there is only one surviving company, while another company was dissolved.

Merger objectives used in this research is the company's growth, synergy, and market

share. While financial performance is measured using the financial ratios: Current

Ratio, Quick Ratio, Return on Assets, Return on Equity, Debt to Equity Ratio, and Total

Asset Turnover.

The data used in this research is secondary data. The object of this research is

PT Kalbe Farma Tbk, which merged with PT Dankos Laboratories Tbk and PT Enseval

in 2005. Data analysis methods used is trend analysis.

The research result shows that with merger, PT Kalbe Farma Tbk can growth

through an increase in assets, equity, and profit, as well as a decrease in liabilities. PT

Kalbe Farma Tbk not obtain synergies, but the market share of PT Kalbe Farma Tbk is

increase. In addition, the financial performance of PT Kalbe Farma Tbk after the

merger to be better. Current Ratio, Quick Ratio, Return on Assets, and Total Asset

Turnover has increased. While Return On Equity and Debt to Equity Ratio has

decreased.

Keywords: Merger, Company’s Growth, Synergy, Market Share, Financial

Performance

Page 2: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/32450/1/JURNAL_SANDRA_ARISTIANI.pdf · ANALISIS MERGER DAN KINERJA KEUANGAN PT KALBE FARMA Tbk. SANDRA ARISTIANI ANDRIYANTO Dr. JAKA

1. PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Semakin banyaknya jumlah perusahaan membuat persaingan usaha menjadi

semakin ketat. Kondisi tersebut menuntut perusahaan untuk selalu mengembangkan

strategi agar mempertahankan eksistensinya dan memperbaiki kinerjanya. Salah satu

strategi yang dapat dilakukan adalah melalui ekspansi. Ekspansi perusahaan dapat

dilakukan dengan ekspansi internal ataupun ekspansi eksternal. Ekspansi internal

dilakukan dengan memperluas kegiatan perusahaan yang sudah ada, yaitu dengan

menambah kapasitas pabrik, menambah produk, atau mencari pasar yang baru.

Sedangkan ekspansi eksternal dilakukan dengan bergabung dengan perusahaan lain

yang sudah ada.

Dari waktu ke waktu perusahaan lebih menyukai pertumbuhan eksternal

daripada pertumbuhan internal. Alasannya karena pertumbuhan eksternal dianggap jalan

cepat untuk mewujudkan tujuan perusahaan dimana perusahaan tidak perlu memulai

dari awal suatu bisnis baru.Merger adalah salah satu strategi pertumbuhan eksternal.

Menurut Moin (2010), merger merupakan penggabungan dua atau lebih perusahaan

yang kemudian hanya akan ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum,

sementara yang lainnya akan menghentikan aktivitasnya atau bubar.

Merger dianggap sebagai jalur cepat dalam mengakses pasar baru atau menjual

produk baru tanpa memulai dari nol. Merger juga dianggap dapat menciptakan sinergi,

yaitu nilai keseluruhan perusahaaan setelah merger dan akuisisi yang lebih besar

daripada penjumlahan nilai masing-masing perusahaan sebelum merger dan akuisisi.

Selain itu keuntungan lebih banyak diberikan melalui merger dan akuisisi kepada

perusahaan antara lain peningkatan kemampuan dalam pemasaran, riset, skill

manajerial, transfer teknologi, dan efisiensi berupa penurunan biaya produksi (Hitt

dalam Sijabat, 2008).

Ada beberapa motif yang mendorong perusahaan untuk melakukan merger.

Motif pertama adalah pertumbuhan. Suatu perusahaan mungkin tidak mampu tumbuh

dengan cepat melalui ekspansi internal. Perusahaan yang menginginkan pertumbuhan

yang cepat perlu melakukan ekspansi eksternal melalui merger maupun akuisisi.

Melalui penggabungan perusahaan, ukuran perusahaan dengan sendirinya akan menjadi

lebih besar karena seluruh aset dan kewajiban perusahaan akan digabung.

Page 3: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/32450/1/JURNAL_SANDRA_ARISTIANI.pdf · ANALISIS MERGER DAN KINERJA KEUANGAN PT KALBE FARMA Tbk. SANDRA ARISTIANI ANDRIYANTO Dr. JAKA

Motif kedua adalah terciptanya sinergi. Sinergi dapat terjadi dalam dua hal,

yaitu sinergi operasional dan sinergi keuangan. Sinergi operasional terjadi apabila

perusahaan yang di akuisisi mempunyai proses produksi yang hampir sama. Dengan

demikian hal utama yang menjadi sumber dari terjadinya sinergi operasional ini adalah

penurunan biaya yang terjadi sebagai akibat dari kombinasi dua perusahaan tersebut.

Sinergi operasi dapat dilihat dari adanya peningkatan pendapatan operasional dan

penurunan biaya. Sedangkan sinergi finansial dihasilkan ketika perusahaan hasil merger

memiliki struktur modal yang kuat dan mampu mengakses sumber-sumber dana dari

luar secara lebih mudah dan murah sedemikian rupa sehingga biaya modal perusahaan

semakin menurun (Moin, 2010).

Motif ketiga dari merger adalah motif ekonomi. Peningkatan pangsa pasar

merupakan salah satu tujuan dari dilaksanakannya merger. Merger dan akuisisi sangat

potensial dalam mengubah struktur pasar. Perusahaan hasil merger horisontal berpotensi

meningkatkan kekuatan pasar melalui penguasaan pangsa pasar yang lebih besar (Moin,

2010).

Pada akhirnya manfaat yang ingin diperoleh perusahaan dengan dilaksanakannya

merger adalah tercapainya kondisi keuangan yang lebih baik. Keputusan merger dan

akuisisi akan berpengaruh besar dalam memperbaiki kondisi perusahaan dan

peningkatan kinerja. Dengan bergabungnya dua atau lebih perusahaan dapat menunjang

kegiatan usaha, sehingga keuntungan yang dihasilkan juga lebih besar dibandingkan

jika dilakukan sendiri-sendiri. Secara teori, setelah merger dan akuisisi ukuran

perusahaan dengan sendirinya bertambah besar karena aset dan kewajiban perusahaan

digabung bersama. Dasar logis dari pengukuran berdasarkan akuntansi adalah bahwa

jika ukuran bertambah besar ditambah dengan sinergi yang dihasilkan dari aktivitas-

aktivitas yang simultan, maka laba perusahaan juga akan semakin meningkat. Oleh

karena itu, kinerja pasca merger dan akuisisi seharusnya semakin baik dibandingkan

dengan sebelum merger dan akuisisi (Usadha dan Gerianta, 2008).

Untuk menilai bagaimana keberhasilan merger yang dilakukan, kita dapat

melihatnya dari kinerja perusahaan yang melakukan merger, terutama kinerja keuangan.

Beberapa penelitian mengenai pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja keuangan

di Indonesia diantaranya adalah Payamta dan Setiawan (2004) yang meneliti kinerja

keuangan perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi dari rasio-rasio keuangan

Page 4: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/32450/1/JURNAL_SANDRA_ARISTIANI.pdf · ANALISIS MERGER DAN KINERJA KEUANGAN PT KALBE FARMA Tbk. SANDRA ARISTIANI ANDRIYANTO Dr. JAKA

dan return saham di sekitar peristiwa terjadi. Hasil penelitiannya menunjukkan rasio-

rasio keuangan dua tahun sebelum dan sesudah peristiwa merger dan akuisisi tidak

mengalami perubahan yang signifikan. Sedangkan abnormal return saham sebelum

pengumuman merger dan akuisisi positif, namun setelah pengumuman merger dan

akuisisi justru negatif. Hal ini terjadi karena merger dan akuisisi yang dilakukan tidak

menimbulkan sinergi bagi perusahaan. Atau dengan kata lain motif ekonomi bukanlah

motif utama perusahaan melakukan merger dan akuisisi.

Chikita (2011) melakukan penelitian mengenai kinerja perusahaan pengakuisisi

sesudah merger. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan pengakuisisi yang

melakukan merger berdasarkan jenis industri yang terdaftar di BEI mulai dari tahun

2000-2006. Dalam penelitian ini, peneliti menguji rasio Operating Profit Margin, Gross

Profit Margin, Net Profit Margin, Return on Net Worth, Return on Capital Employed,

dan Debt Equity Ratio. Dengan menggunakan alat analisis uji beda, hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa kinerja operasi perusahaan pengakuisisi tidak mengalami

peningkatan pada periode sesudah merger meskipun salah satu rasio yaitu Debt Equity

Ratio menunjukkan hasil yang berbeda. Selain itu, penelitian ini membuktikan bahwa

jenis ndustri membuat suatu perbedaan pada kinerja operasi perusahaan pengakuisisi

pada periode sesudah merger.

Rumusan Masalah

Merger PT Kalbe Farma Tbk belum pasti dikatakan berhasil. Keberhasilan

merger tersebut dapat dikatakan jika tujuan dilaksanakan merger dapat tercapai dan

memberikan manfaat bagi perusahaan. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan,

maka penulis akan merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah sesudah merger PT Kalbe Farma Tbk tercapai pertumbuhan

perusahaan?

2. Apakah sesudah merger PT Kalbe Farma Tbk tercipta sinergi?

3. Apakah sesudah merger PT Kalbe Farma Tbk tercapai motif ekonomi melalui

peningkatan pangsa pasar?

4. Apakah sesudah merger terdapat peningkatan kinerja keuangan pada PT Kalbe

Farma Tbk?

Page 5: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/32450/1/JURNAL_SANDRA_ARISTIANI.pdf · ANALISIS MERGER DAN KINERJA KEUANGAN PT KALBE FARMA Tbk. SANDRA ARISTIANI ANDRIYANTO Dr. JAKA

2. TINJAUAN PUSTAKA

Teori Merger

Teori yang dapat menjelaskan motivasi yang melatarbelakangi terjadinya suatu

penggabungan usaha menurut Dharmasetya dan Sulaimin (2009) dalam Wangi (2010)

antara lain :

a. Teori Efisiensi

Menurut teori ini, merger dapat meningkatkan efisiensi. Efisiensi tersebut

karena merger akan menghasilkan sinergi yang secara sederhana diartikan sebagai

2+2=5, yaitu konsep dalam ilmu ekonomi yang mengatakan gabungan faktor-

faktor yang komplementer akan menghasilkan keuntungan yang berlipat ganda.

b. Teori Diversifikasi

Dengan memiliki bidang usaha yang beraneka ragam, maka suatu

perusahaan dapat menjaga stabilitas pendapatannya. Diversifikasi adalah strategi

pemberagaman bisnis yang bisa dilakukan melalui merger dan akuisisi.

Diversifikasi dimaksudkan untuk mendukung aktivitas bisnis dan operasi

perusahaan untuk mengamankan posisi bersaing.

c. Teori Kekuatan Pasar

Keinginan untuk meningkatkan pangsa pasar (market share) juga dapat

menjadi salah satu motivasi terjadinya suatu merger. Penggabungan dua atau lebih

perusahaan yang sebelumnya saling bersaing menjual produk yang serupa, secara

teoritis akan meningkatkan penguasaan pangsa pasar secara berlipat ganda.

d. Teori Keuntungan Pajak

Keuntungan di bidang perpajakan melalui pengurangan kewajiban

pembayaran pajak dapat menjadi motivasi yang melatarbelakangi suatu merger.

Dengan adanya penggabungan usaha dimana perusahaan yang satu adalah

perusahaan yang tidak mempunyai laba dengan perusahaan mempunyai laba

besar, maka dapat mengecilkan pajak yang akan dibayarkan.

e. Teori Under Valuation

Penilaian harta yang lebih rendah dari harga sebenarnya pada suatu

perusahaan akan mendorong minat perusahaan lainnya untuk menggabungkan

perusahaan yang pertama ke dalam perusahaannya melalui merger.

Page 6: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/32450/1/JURNAL_SANDRA_ARISTIANI.pdf · ANALISIS MERGER DAN KINERJA KEUANGAN PT KALBE FARMA Tbk. SANDRA ARISTIANI ANDRIYANTO Dr. JAKA

f. Teori Prestise

Kadang-kadang terjadinya merger maupun akuisisi dilakukan bukan karena

motivasi ekonomi, melainkan karena motivasi ingin meningkatkan prestise.

Dengan melakukan penggabungan usaha yang menyebabkan perusahaan menjadi

semakin besar, maka akan meningkatkan prestise direksi perusahaan tersebut.

Merger

Merger berasal dari kata “mergere” yang berarti (1) bergabung, bersama,

menyatu, berkombinasi dan (2) menyebabkan hilangnya identitas karena terserap atau

tertelan sesuatu. Merger didefinisikan penggabungan dua atau lebih perusahaan yang

pada akhirnya bergabung ke dalam salah satu perusahaan yang telah ada sebelumnya,

sehingga menghilangkan salah satu nama perusahaan yang melakukan merger. Dengan

kata lain, merger adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan yang kemudian hanya

ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum, sementara yang lainnya

menghentikan aktivitas atau bubar (Moin, 2010).

Pihak yang masih hidup atau yang menerima merger dinamakan surviving firm

atau pihak yang mengeluarkan saham (issuing firm). Sementara itu perusahaan yang

berhenti atau bubar setelah terjadinya merger dinamakan merged firm. Surviving firm

dengan sendirinya memiliki ukuran (size) yang semakin besar karena seluruh aset dan

kewajiban dari merged firm dialihkan ke surviving firm. Perusahaan yang dimerger

akan menanggalkan status hukumnya sebagai entitas yang terpisah dan setelah merger

statusnya berubah menjadi bagian (unit bisnis) di bawah surviving firm (Moin, 2010).

Jenis-jenis Merger

Menurut Gaughan (2002) dalam Junaidi (2004), terdapat tiga tipe merger yaitu

merger horizontal, merger vertikal, merger konglomerasi.

1. Merger Horisontal, terjadi ketika dua kompetitor disatukan. Merger ini merupakan

penggabungan dua atau lebih perusahaan yang memiliki kegiatan usaha sejenis

dengan tujuan untuk meningkatkan skala ekonomi.

2. Merger Vertikal adalah kombinasi perusahaan-perusahaan yang memiliki suatu

hubungan sebagai penjual dan pembeli. Maksudnya penggabungan dua atau lebih

Page 7: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/32450/1/JURNAL_SANDRA_ARISTIANI.pdf · ANALISIS MERGER DAN KINERJA KEUANGAN PT KALBE FARMA Tbk. SANDRA ARISTIANI ANDRIYANTO Dr. JAKA

perusahaan yang memiliki tahapan-tahapan produksi yang berbeda dengan

keterkaitan masukan dengan keluaran dalam proses produksi suatu industri.

3. Merger Konglomerat, terjadi ketika perusahaan-perusahaan yang bukan

kompetitor dan tidak memiliki suatu hubungan penjual dan pembeli. Merger

konglomerat adalah merger dua atau lebih perusahaan yang masing-masing

bergerak dalam industri yang tidak terkait.

Tujuan Merger dan Akuisisi

Ada beberapa tujuan yang mendorong perusahaan untuk melakukan merger atau

akuisisi yaitu sebagai berikut (Yuliana, 2009):

1. Pertumbuhan Perusahaan

Pertumbuhan dianggap salah satu alasan utama perusahaan untuk

melaksanakan merger dan akuisisi. Dalam rangka tumbuh dan berkembang,

perusahaan bisa melakukan ekspansi melakukan ekspansi bisnis dengan memilih

diantara dua alternatif yaitu pertumbuhan dari dalam perusahaan (internal growth)

dan pertumbuhan dari luar perusahaan (external growth). Perusahaan yang

menginginkan pertumbuhan yang cepat, baik ukuran, pasar saham, maupun

diversifikasi usaha cenderung memilih jalur pertumbuhan eksternal melalui merger

maupun akuisisi. Menurut Rokhayati (2005) dalam Atmawati (2010) pertumbuhan

perusahaan dapat direalisasi dalam beberapa bentuk, antara lain: pertumbuhan

penjualan, pertumbuhan laba, pertumbuhan ekuitas, dan pertumbuhan aset.

2. Sinergi

Sinergi merupakan nilai keseluruhan perusahaan setelah merger atau akuisisi

yang lebih besar daripada penjumlahan nilai masing-masing perusahaan sebelum

merger dan akuisisi. Sinergi tidak dapat diperoleh seandainya perusahaan-

perusahaan tersebut bekerja secara terpisah. Sinergi dihasilkan melalui kombinasi

aktivitas secara simultan dari dua kekuatan atau lebih elemen-elemen perusahaan

yang bergabung sedemikian rupa sehingga gabungan aktivitas tersebut

menghasilkan efek yang lebih besar dibandingkan dengan penjumlahan aktivitas-

aktivitas perusahaan jika mereka bekerja sendiri (Moin, 2010). Sinergi dapat

berasal dari dua sumber, yaitu sinergi operasional dan sinergi finansial.

Page 8: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/32450/1/JURNAL_SANDRA_ARISTIANI.pdf · ANALISIS MERGER DAN KINERJA KEUANGAN PT KALBE FARMA Tbk. SANDRA ARISTIANI ANDRIYANTO Dr. JAKA

3. Motif Ekonomi

Menurut Gaughan (2001) dalam Wiriastari (2010), ada dua motif ekonomi

yang mendorong perusahaan melakukan transaksi akuisisi, yaitu peningkatan

pangsa pasar (market share) dan kekuatan pasar (market power) sebagai akibat

integrasi horizontal, serta berbagai keuntungan lain sebagai akibat dari integrasi

vertikal. Jika perusahaan melakukan akuisisi dengan integrasi horizontal, berarti

perusahaan mengakuisisi perusahaan lain yang berada pada industri yang sama atau

sejenis. Dengan demikian industri yang dilayani akan lebih terkonsentrasi sehingga

pangsa pasar dan kekuatan pasar dapat lebih ditingkatkan.

Kinerja Perusahaan

Kinerja adalah suatu tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas untuk

mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Kinerja perusahaan merupakan

cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber

dayanya. Kinerja keuangan perusahaan merupakan kinerja perusahaan yang juga

menjadi perhatian utama dari perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan

perusahaan. Analisis rasio keuangan merupakan metode umum yang digunakan untuk

mengukur kinerja keuangan perusahaan. Adapun jenis rasio yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

1. Rasio Likuiditas

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang-hutang

jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rasio likuiditas yang digunakan dalam

penelitian ini sebagai berikut: Current Ratio (CR) dan Quick Ratio (QR).

2. Rasio Profitabilitas

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Rasio

ini membantu perusahaan dalam mengontrol penerimaannya. Rasio-rasio

profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Return On Asset (ROA)

dan Return On Equity (ROE).

3. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan

untuk membayar kewajiban jika pada suatu saat perusahaan dilikuidasi atau

Page 9: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/32450/1/JURNAL_SANDRA_ARISTIANI.pdf · ANALISIS MERGER DAN KINERJA KEUANGAN PT KALBE FARMA Tbk. SANDRA ARISTIANI ANDRIYANTO Dr. JAKA

dibubarkan. Rasio solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Debt to

Equity Ratio (DER).

4. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif manajemen perusahaan mengelola

sumber dayanya. Rasio aktivitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Total

Asset Turnover (TATO).

Kerangka Pemikiran

Merger merupakan salah satu strategi untuk mengembangkan dan

menumbuhkan perusahaan. Secara umum tujuan dilakukan merger adalah untuk

pertumbuhan perusahaan, tercipta sinergi, dan peningkatan pangsa pasar. Melalui

merger perusahaan dapat tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan melakukan ekspansi

secara internal serta dapat tercipta sinergi. Sinergi dihasilkan melalui kombinasi

aktivitas secara simultan dari kekuatan atau lebih elemen-elemen perusahaan yang

bergabung sedemikian rupa sehingga gabungan aktivitas tersebut menghasilkan efek

yang lebih besar dibandingkan dengan penjumlahan aktivitas-aktivitas perusahaan jika

mereka bekerja sendiri.

Pelaksanaan merger pada akhirnya akan berpengaruh pada kinerja perusahaan.

Dengan adanya manfaat dari dilaksanakannya merger, diharapkan kondisi keuangan

perusahaan menjadi lebih baik. Secara teori, setelah merger dan akuisisi ukuran

perusahaan dengan sendirinya bertambah besar karena aset, kewajiban, dan ekuitas

perusahaan digabung bersama. Dasar logis dari pengukuran berdasarkan akuntansi

adalah bahwa jika ukuran bertambah besar ditambah dengan sinergi yang dihasilkan

dari aktivitas-aktivitas yang simultan, maka laba perusahaan juga akan semakin

meningkat (Usadha dan Gerianta, 2008).

3. METODE PENELITIAN

Definisi Operasional Variabel

a. Pertumbuhan Perusahaan

Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan

size perusahaan. Pertumbuhan perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan

Page 10: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/32450/1/JURNAL_SANDRA_ARISTIANI.pdf · ANALISIS MERGER DAN KINERJA KEUANGAN PT KALBE FARMA Tbk. SANDRA ARISTIANI ANDRIYANTO Dr. JAKA

(Rokhayati, 2005 dalam Atmawati, 2010) sebagai berikut: pertumbuhan aset,

pertumbuhan kewajiban, pertumbuhan ekuitas, pertumbuhan laba, dan diversifikasi.

b. Sinergi

Sinergi merupakan nilai keseluruhan perusahaan setelah merger dan akuisisi yang

lebih besar daripada penjumlahan nilai masing-masing perusahaan sebelum merger

dan akuisisi. Sinergi dapat berasal dari sinergi operasi dan sinergi keuangan. Dalam

penelitian ini sinergi diukur dengan menggunakan: Jumlah Penjualan dan Harga

Pokok Penjualan.

c. Pangsa Pasar

Motif ekonomi merupakan motivasi perusahaan untuk mendapatkan keuntungan

ekonomis dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Motif ekonomi dalam

penelitian ini menggunakan proksi pangsa pasar (market share). Pangsa pasar

adalah besarnya pasar yang dikuasai oleh perusahaan dan biasanya dinyatakan

dengan persentase.

d. Kinerja Perusahaan

Kinerja keuangan perusahaan merupakan kinerja perusahaan yang menjadi

perhatian utama dari perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan

perusahaan. Kinerja keuangan diukur menggunakan rasio likuiditas, profitabilitas,

solvabilitas, dan aktivitas. Rasio-rasio keuangan tersebut antara lain:

RASIO DEFINISI RUMUS

LIKUIDITAS

Current Ratio mengukur kemampuan perusahaan untuk

membayar kewajiban jangka pendeknya

dengan aktiva lancarnya.

Quick Ratio mengukur kemampuan perusahaan untuk

membayar kewajiban jangka pendek dengan

aktiva lancarnya yang benar-benar likuid.

PROFITABILITAS

Return On Asset mengukur kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba dengan memanfaatkan

seluruh aktiva yang dimilikinya.

Return On Equity mengukur kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba dengan menggunakan

modal yang dimilikinya.

SOLVABILITAS

Page 11: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/32450/1/JURNAL_SANDRA_ARISTIANI.pdf · ANALISIS MERGER DAN KINERJA KEUANGAN PT KALBE FARMA Tbk. SANDRA ARISTIANI ANDRIYANTO Dr. JAKA

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah keseluruhan dari objek penelitian yang akan diteliti.

Dalam penelitian ini, objek penelitiannya adalah PT Kalbe Farma Tbk. yang merupakan

perusahaan hasil merger dengan PT Dankos Laboratories Tbk dan PT Enseval.

Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari pihak

lain berupa laporan publikasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa annual

report PT Kalbe Farma Tbk periode 2005-2010. Data yang digunakan dalam penelitian

ini diperoleh dari www.kalbe.co.id dan www.idx.co.id.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi.

Metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara mencatat atau

mendokumentasikan data yang sudah ada. Data yang digunakan dalam penelitian ini

berupa laporan keuangan auditan PT Kalbe Farma Tbk periode 2005-2010.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis trend. Analisis trend

merupakan salah satu teknik analisis laporan keuangan dan termasuk metode horizontal.

Analisis ini menggambarkan kecenderungan perubahan suatu pos laporan keuangan

selama beberapa periode. Data laporan keuangan beberapa periode dinyatakan dalam

satuan % atas tahun dasar (Prastowo dan Rifka, 2005).

Untuk melakukan analisis trend menurut Harahap (2000) dalam Wijaya (2006),

dapat digunakan dua metode yaitu:

a. Metode statistik dengan cara menghitung garis trend dari laporan keuangan

beberapa periode.

Debt to Equity Ratio

mengukur kemampuan perusahaan membayar

hutang-hutangnya dengan ekuitas yang

dimilikinya.

AKTIVITAS

Total Asset Turnover mengukur seberapa efektif aktiva perusahaan

mampu menghasilkan pendapatan operasional.

Page 12: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/32450/1/JURNAL_SANDRA_ARISTIANI.pdf · ANALISIS MERGER DAN KINERJA KEUANGAN PT KALBE FARMA Tbk. SANDRA ARISTIANI ANDRIYANTO Dr. JAKA

b. Menggunakan presentase trend atau angka indeks.

Langkah melakukan analisis persentase trend adalah sebagai berikut:

a. Menentukan tahun dasar. Tahun dasar ditentukan dengan melihat arti suatu tahun

bias tahun pendirian, tahun perubahan, atau tahun reorganisasi. Pos-pos laporan

keuangan tahun dasar ditulis dengan indeks 100.

b. Menghitung angka indeks tahun-tahun lainnya dengan menggunakan angka pos

laporan keuangan tahun dasar sebagai penyebut.

c. Memprediksi kecenderungan yang mungkin terjadi berdasarkan arah dari

kecenderungan historis pos laporan keuangan yang dianalisis.

d. Mengambil keputusan mengenai hal-hal yang harus dilakukan untuk mengantisipasi

kecenderungan itu.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan Perusahaan

Merger merupakan salah satu alternatif strategi pertumbuhan melalui jalur

eksternal untuk mencapai tujuan perusahaan. Pertumbuhan dianggap salah satu alasan

utama perusahaan untuk melaksanakan merger karena dengan merger perusahaan dapat

tumbuh lebih cepat, baik ukuran, pasar saham, maupun diversifikasi usaha.

Menurut Rokhayati (2005) dalam Atmawati (2010), pertumbuhan perusahaan

dapat direalisasi dalam beberapa bentuk, yaitu pertumbuhan penjualan, pertumbuhan

laba, pertumbuhan ekuitas, dan pertumbuhan aset. Secara teori, setelah merger dan

akuisisi ukuran perusahaan dengan sendirinya bertambah besar karena aset dan

kewajiban perusahaan digabung bersama. Dasar logis dari pengukuran berdasarkan

akuntansi adalah bahwa jika ukuran bertambah besar ditambah dengan sinergi yang

dihasilkan dari aktivitas-aktivitas yang simultan, maka laba perusahaan juga akan

semakin meningkat. Oleh karena itu, kinerja pasca merger dan akuisisi seharusnya

semakin baik dibandingkan dengan sebelum merger dan akuisisi (Usadha dan Gerianta,

2008). Pertumbuhan PT Kalbe Farma Tbk sesudah merger dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Page 13: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/32450/1/JURNAL_SANDRA_ARISTIANI.pdf · ANALISIS MERGER DAN KINERJA KEUANGAN PT KALBE FARMA Tbk. SANDRA ARISTIANI ANDRIYANTO Dr. JAKA

Tabel 4.1

Perhitungan Trend Pertumbuhan PT Kalbe Farma Tbk

Sumber: Data diolah, 2011

a) Pertumbuhan Aset, Kewajiban, dan Ekuitas

Dari hasil perhitungan trend di atas, dapat diketahui bahwa pada periode

sesudah merger terjadi perubahan jumlah aset, kewajiban, ekuitas, dan laba PT

Kalbe Farma Tbk yang signifikan. Pada rekening aset, trend menunjukkan suatu

peningkatan mulai tahun 2007 sampai tahun 2010. Sedangkan pada tahun 2006,

jumlah aset Kalbe sempat menurun sebesar 2%. Pada trend kewajiban, menunjukkan

bahwa jumlah kewajiban mengalami penurunan setiap tahun. Kewajiban Kalbe pada

tahun 2005 sebesar Rp 1,02 triliun dan menurun drastis pada tahun 2010 menjadi Rp

25 miliar. Sementara itu, trend ekuitas menunjukkan peningkatan. Dalam kurun

waktu 5 tahun, jumlah ekuitas Kalbe meningkat sebesar 125%. Begitu juga dengan

trend laba yang selalu meningkat setiap tahun. Laba Kalbe meningkat dari Rp 653

miliar pada tahun 2005, menjadi Rp 1,29 triliun pada tahun 2010.

a) Diversifikasi

Pada aktivitas merger yang dilakukan oleh PT Kalbe Farma Tbk terdapat suatu

diversifikasi usaha. Hal ini terjadi karena PT Enseval yang melebur ke dalam Kalbe

merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan besar (distribusi

utama). PT Enseval menjalankan usahanya di bidang distributor utama untuk

barang-barang dagangan antara lain obat-obatan, alat-alat kesehatan, serta makanan

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Rp

(miliar) %

Rp

(miliar) %

Rp

(miliar) %

Rp

(miliar) %

Rp

(miliar) %

Rp

(miliar) %

Aset 4,728 100 4,625 98 5,138 109 5,704 121 6,482 137 7,033 149

Kewajiban 1,822 100 1,080 59 1,121 62 1,359 75 1,692 93 1,260 69

Ekuitas 2,389 100 2,995 125 3,387 142 3,622 152 4,310 180 5,374 225

Laba 653 100 677 104 706 108 707 108 929 142 1,286 197

Page 14: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/32450/1/JURNAL_SANDRA_ARISTIANI.pdf · ANALISIS MERGER DAN KINERJA KEUANGAN PT KALBE FARMA Tbk. SANDRA ARISTIANI ANDRIYANTO Dr. JAKA

dan minuman. Dengan bergabungnya PT Enseval menyebabkan Kalbe mempunyai

divisi baru yaitu divisi distribusi.

Sesudah merger, kegiatan usaha divisi distribusi ini dijalankan oleh PT Enseval

Putera Megatrading Tbk yang merupakan anak perusahaan PT Enseval. Divisi

distribusi ini mempunyai fasilitas distribusi dan logistik dengan jangkauan ke

seluruh wilayah Indonesia. Hal ini membuat Kalbe menjadi perusahaan dengan

jaringan distribusi paling luas diantara perusahaan farmasi di Indonesia dengan 2

pusat distribusi regional dan 65 cabang. Divisi ini tidak hanya memasarkan produk

milik Kalbe saja, namun juga mendistribusikan produk‐produk milik pihak ketiga,

seperti misalnya dari Interbat, Loreal, Darlie, Nyonya Meneer, 3M, Roche, Kyowa

dan lainnya.

Sinergi

Salah satu tujuan utama dilaksanakan merger adalah untuk memperoleh sinergi.

Sinergi merupakan nilai keseluruhan perusahaan setelah merger dan akuisisi yang lebih

besar daripada penjumlahan nilai masing-masing perusahaan sebelum merger dan

akuisisi. Sinergi dapat berasal dari sinergi operasi dan sinergi keuangan. Sinergi operasi

dibagi dalam dua bentuk yaitu peningkatan pendapatan dan pengurangan biaya.

Sedangkan sumber sinergi keuangan antara lain melalui peningkatan kapasitas utang

(debt capacity).

Dalam penelitian ini sinergi diproksi menggunakan total penjualan dan harga

pokok penjualan. Berikut ini merupakan hasil perhitungan trend sinergi PT Kalbe Farma

Tbk:

Tabel 4.2

Perhitungan Trend Sinergi PT Kalbe Farma Tbk

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Rp

(miliar) %

Rp

(miliar) %

Rp

(miliar) %

Rp

(miliar) %

Rp

(miliar) %

Rp

(miliar) %

Penjualan 5,871 100 6,072 103 7,005 119 7,877 134 9,087 155 10,227 174

HPP 2,861 100 2,973 102 3,453 104 4,074 121 4,575 142 5,060 177

Page 15: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/32450/1/JURNAL_SANDRA_ARISTIANI.pdf · ANALISIS MERGER DAN KINERJA KEUANGAN PT KALBE FARMA Tbk. SANDRA ARISTIANI ANDRIYANTO Dr. JAKA

Tabel 4.3

Perhitungan Rasio Harga Pokok Penjualan terhadap Penjualan

PT Kalbe Farma Tbk

Sumber : Data diolah, 2011

Penjualan PT Kalbe Farma Tbk berasal dari penjualan empat divisi, yaitu divisi

obat resep, divisi produk kesehatan, divisi nutrisi, dan divisi distribusi dan kemasan.

Kontribusi terbesar total penjualan Kalbe adalah berasal dari divisi distribusi dan

kemasan. Dari hasil perhitungan trend di atas, dapat diketahui bahwa pada periode

sesudah merger terjadi kenaikan jumlah penjualan dan harga pokok penjualan PT Kalbe

Farma Tbk.

Pada tabel 4.2, dapat dilihat bahwa penjualan PT Kalbe Farma Tbk semakin

baik. Tahun 2005 penjualan Kalbe sebesar Rp 5.871 miliar dan tahun 2006 Kalbe

berhasil meningkatkan penjualannya sebesar 3,4% menjadi Rp 6.072 miliar. Pada

tahun-tahun berikutnya, penjualan Kalbe terus meningkat. Tahun 2010 penjualan Kalbe

meningkat sebesar 74,2% dari penjualan tahun 2005 atau mencapai Rp 10.227 miliar.

Peningkatan tersebut disebabkan oleh semakin banyaknya produk yang dapat dijual oleh

Kalbe. Sesudah merger, pasar yang dijangkau Kalbe menjadi semakin luas karena

sebelumnya Kalbe dan Dankos mempunyai pasar sendiri-sendiri. Hal ini juga didorong

oleh semakin banyaknya jumlah tenaga pemasaran yang dimiliki oleh PT Kalbe Farma

Tbk. Saat ini jumlah tenaga pemasaran Kalbe lebih dari 4000 orang. Pasca merger, tim

pemasaran dan penjualan Kalbe dan Dankos digabung. Tim yang sebelumnya saling

bersaing memasarkan produk yang serupa, saat ini telah disatukan. Dengan demikian,

pasar yang dicakup oleh tim pemasaran menjadi lebih luas sehingga dapat

meningkatkan pangsa pasar dan jumlah penjualan perusahaan.

Peningkatan jumlah penjualan akan mempunyai arti jika dibandingkan dengan

harga pokok penjualan. Harga pokok penjualan merupakan seluruh biaya yang

2005 2006 2007 2008 2009 2010

rasio HPP atas penjualan (%) 48,7 49 49,3 51,7 50,3 49,5

TREND (%) 100 100,5 101 106 103 102

Page 16: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/32450/1/JURNAL_SANDRA_ARISTIANI.pdf · ANALISIS MERGER DAN KINERJA KEUANGAN PT KALBE FARMA Tbk. SANDRA ARISTIANI ANDRIYANTO Dr. JAKA

dikeluarkan untuk memperoleh barang yang dijual atau harga perolehan dari barang

yang dijual. Harga pokok penjualan digunakan untuk menentukan harga jual. Semakin

besar persentase harga pokok penjualan terhadap penjualan, maka dianggap perusahaan

tidak efisien.

Dari hasil perhitungan, dapat dilihat bahwa trend harga pokok penjualan

menunjukkan peningkatan. Tahun 2005, harga pokok penjualan Kalbe sebesar Rp 2.861

miliar dan meningkat menjadi Rp 2.973 miliar pada tahun 2006. Peningkatan tersebut

mengikuti peningkatan jumlah penjualan Kalbe karena volume produksinya juga

meningkat. Pada tahun berikutnya, harga pokok penjualan tetap mengalami

peningkatan. Harga pokok penjualan meningkat sebesar 17% pada tahun 2007, 21%

pada tahun 2008, 17% pada tahun 2009, dan 20% pada tahun 2010. Pada tahun 2010,

harga pokok penjualan Kalbe menjadi Rp 5.060 miliar.

Dari hasil perhitungan, rasio HPP terhadap penjualan mengalami fluktuasi.

Tahun 2005, rasio HPP terhadap penjualan Kalbe sebesar 48,7%. Pada tahun 2006, rasio

tersebut meningkat menjadi 49%. Ini berarti bahwa tingkat efisiensi perusahaan lebih

efisien mengalami sedikit penurunan, dimana tingkat HPP lebih tinggi dari

penjualannya. Tahun 2007 dan tahun 2008, HPP Kalbe mengalami peningkatan yang

lebih besar dari penjualannya. Hal ini menyebabkan rasio HPP terhadap penjualan

kembali meningkat dan menandakan adanya ketidakefisienan dalam proses produksi.

Peningkatan HPP yang melebihi penjualan ini disebabkan meningkatnya beban

produksi yang mungkin disebabkan karena meningkatnya harga bahan baku, serta upah

buruh dan beban pebrikasi yang meningkat..

Akan tetapi pada tahun 2009 dan 2010, perusahaan mampu menurunkan rasio

HPP terhadap penjualannya. Tahun 2009 rasio HPP terhadap penjualan sebesar 50,3%

dan 49,5% pada tahun 2010. Pertumbuhan harga pokok penjualan lebih kecil dari

pertumbuhan penjualannya. Ini berarti pada tahun 2009 dan 2010 perusahaan lebih

efisien dalam menghasilkan produk. Meskipun demikian, tingkat efisiensi Kalbe pada

tahun tersebut, lebih rendah dari tingkat efisiensi pada tahun 2005-2007.

Pangsa Pasar

Keinginan untuk meningkatkan pangsa pasar (market share) juga dapat menjadi

salah satu motivasi terjadinya suatu merger. Penggabungan dua atau lebih perusahaan

Page 17: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/32450/1/JURNAL_SANDRA_ARISTIANI.pdf · ANALISIS MERGER DAN KINERJA KEUANGAN PT KALBE FARMA Tbk. SANDRA ARISTIANI ANDRIYANTO Dr. JAKA

yang sebelumnya saling bersaing menjual produk yang serupa, akan meningkatkan

penguasaan pangsa pasar secara berlipat ganda. Jika perusahaan melakukan merger,

maka jumlah produk keseluruhan akan meningkat. Berikut ini adalah perhitungan trend

pangsa pasar PT Kalbe Farma Tbk.

Tabel 4.4

Perhitungan Trend Pangsa Pasar PT Kalbe Farma Tbk

2005 2006 2007 2008 2009 2010

PANGSA PASAR (%) 25 26 28 29 31 27

TREND (%) 100 104 112 116 124 108

Sumber: Data diolah, 2011

Dari hasil perhitungan, trend pangsa pasar PT Kalbe Farma Tbk mengalami

peningkatan pada periode sesudah merger. Tahun 2005, penjualan Kalbe sebesar Rp

5,9 triliun dan menyebabkan Kalbe mempunyai pangsa pasar sebesar 25%. Tahun 2006

sampai dengan tahun 2009 pangsa pasar Kalbe selalu mengalami peningkatan.

Sedangkan pada tahun 2010, meskipun penjualan Kalbe meningkat, namun pangsa

pasar Kalbe justru mengalami penurunan menjadi 27%. Hal ini terjadi karena penjualan

Kalbe meningkat sebesar 13% atau Rp 1,1 triliun, sedangkan total penjualan perusahaan

farmasi meningkat sebesar 27% atau Rp 8 triliun.

Salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan pangsa pasar Kalbe pada

periode sesudah merger ini adalah semakin luasnya pasar yang dapat dijangkau oleh

Kalbe. Saat ini jumlah tim pemasaran dan penjualan Kalbe berjumlah lebih dari 4000

orang. Tim pemasaran Kalbe dan Dankos yang sebelumnya saling bersaing, sekarang

menjadi satu tim yang saling bekerja sama. Hal ini menyebabkan luas geografis yang

dapat dicakup oleh Kalbe semakin besar sehingga jumlah penjualannya ikut meningkat.

Adanya peningkatan penjualan berarti pangsa pasar perusahaan bertambah

mengakibatkan perusahaan dapat meningkatkan penjualan secara berkesinambungan

dan dapat mendominasi pasar.

Selain itu, peningkatan pangsa pasar Kalbe juga disebabkan oleh promosi yang

dilakukan oleh perusahaan. Hal ini dapat terlihat dari meningkatnya beban operasional

yang disebabkan oleh meningkatnya jumlah biaya promosi guna meningkatkan pangsa

pasar. Pada tahun 2010 besarnya biaya promosi yang dikeluarkan Kalbe meningkat

sebesar Rp 260 miliar atau 48% dari tahun 2009.

Page 18: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/32450/1/JURNAL_SANDRA_ARISTIANI.pdf · ANALISIS MERGER DAN KINERJA KEUANGAN PT KALBE FARMA Tbk. SANDRA ARISTIANI ANDRIYANTO Dr. JAKA

Kinerja Keuangan

Keputusan merger mempunyai pengaruh yang besar dalam memperbaiki kondisi

perusahaan dan peningkatan kondisi perusahaan, terutama dalam penampilan finansial

perusahaan serta peningkatan kondisi dan posisi keuangan mengalami perubahan.

Kinerja keuangan didefinisikan sebagai prestasi manajemen dalam hal ini manajemen

keuangan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan dan

meningkatkan nilai perusahaan. Berikut adalah perhitungan trend kinerja keuangan PT

Kalbe Farma Tbk:

Tabel 4.5

Trend Kinerja Keuangan PT Kalbe Farma Tbk

Sumber : Data diolah, 2011

Dari perhitungan trend untuk kinerja keuangan PT Kalbe Farma Tbk selama

tujuh tahun terakhir, dapat dilihat bahwa terjadi ketidakstabilan pada Current Ratio

(CR), Quick Ratio (QR), Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Debt to

Equity Ratio (DER), dan Total Asset Turnover (TATO) dari tahun 2005 sampai tahun

2010. Pada tahun 2010 trend CR, QR, ROA, dan TATO menunjukkan persentase yang

lebih tinggi dibandingkan tahun 2005, meskipun peningkatannya naik turun dari tahun

ke tahun. Sedangkan trend ROE dan DER pada tahun 2010 menunjukkan persentase

yang lebih rendah dibandingkan persentase pada tahun 2005.

2005 2006 2007 2008 2009 2010

%

%

%

%

%

%

CR 4.05 100 5.04 125 4.98 123 3.33 82 2.99 74 4.39 109

QR 2.83 100 3.70 130 3.09 109 2.05 72 2.00 70 3.04 107

ROA 0.14 100 0.15 104 0.14 97 0.12 88 0.14 102 0.18 130

ROE 0.27 100 0.23 81 0.21 74 0.20 70 0.22 77 0.24 85

DER 0.76 100 0.36 46 0.33 42 0.38 48 0.39 50 0.23 30

TATO 1.24 100 1.31 104 1.36 108 1.38 109 1.40 111 1.45 115

Page 19: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/32450/1/JURNAL_SANDRA_ARISTIANI.pdf · ANALISIS MERGER DAN KINERJA KEUANGAN PT KALBE FARMA Tbk. SANDRA ARISTIANI ANDRIYANTO Dr. JAKA

Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan

perusahaan dalam melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh

tempo. Semakin tinggi rasio likuiditas menunjukkan jaminan yang lebih baik atas

kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuiditas dalam penelitian ini adalah Current Ratio

dan Quick Ratio.

a) Current Ratio

Berdasarkan perhitungan rasio keuangan PT Kalbe Farma Tbk periode

sebelum dan sesudah merger, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan kinerja

pada periode sebelum dan sesudah merger khususnya kinerja rasio likuiditas. Rasio

Current Ratio cenderung mengalami peningkatan pada periode sesudah merger.

Trend Current Ratio PT Kalbe Farma Tbk sesudah dilaksanakan merger

menunjukkan nilai yang lebih baik dibandingkan sebelum merger. Sesudah merger,

jumlah aktiva lancar PT Kalbe Farma Tbk mengalami peningkatan, sehingga

berpengaruh terhadap Current Ratio. Pada tahun 2005 Current Ratio Kalbe sebesar

4,05 dan meningkat menjadi 4,39 pada tahun 2010, meskipun sempat mengalami

penurunan pada tahun 2007 sampai tahun 2009. Hal ini menandakan bahwa Current

Ratio pada periode sesudah merger menjadi semakin baik. Ini berarti kemampuan

PT Kalbe Farma Tbk untuk membayar kewajiban lancarnya dengan aset yang likuid

pada periode sesudah merger menjadi lebih baik.

b) Quick Ratio

Quick Ratio merupakan rasio yang mengukur seberapa besar aktiva yang

benar-benar likuid untuk menjamin pelunasan kewajiban lancar perusahaan. Dalam

rasio ini, persediaan dikeluarkan dari komponen aktiva lancar dalam perhitungan ini

karena persediaan merupakan komponen aktiva lancar yang paling tidak likuid.

Persediaan memerlukan waktu yang relatif lebih lama untuk mengubahnya menjadi

kas.

Dari hasil perhitungan, dapat diketahui bahwa Quick Ratio PT Kalbe Farma

Tbk mengalami fluktuasi dimana Quick Ratio mengalami peningkatan pada tahun

2006, menurun pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2009, dan kembali meningkat

pada tahun 2010. Tahun 2005, Quick Ratio PT Kalbe Farma Tbk sebesar 2,83 dan

meningkat pada tahun 2006 menjadi 3,04. Hal ini berarti bahwa setiap Rp 100

Page 20: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/32450/1/JURNAL_SANDRA_ARISTIANI.pdf · ANALISIS MERGER DAN KINERJA KEUANGAN PT KALBE FARMA Tbk. SANDRA ARISTIANI ANDRIYANTO Dr. JAKA

kewajiban lancar dijamin oleh aktiva lancar yang lebih likuid (tanpa

memperhitungkan persediaan) sebesar Rp 304. Peningkatan ini dipengaruhi oleh

menurunnya jumlah persediaan sebesar 0,6%, diikuti oleh turunnya jumlah

kewajiban lancar yang harus dibayar perusahaan akibat pelunasan pinjaman bank

jangka pendek, serta meningkatnya jumlah aset lancar yang dimiliki perusahaan.

Kewajiban lancar mengalami penurunan sebesar Rp 427 miliar atau 27%, sedangkan

aset lancar meningkat sebesar Rp 335 miliar atau 7%.

Dengan demikian, dilihat dari hasil perhitungan rasio likuiditas PT Kalbe

Farma Tbk dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010, khususnya Quick Ratio,

dapat dikatakan bahwa pada periode sesudah merger Quick Ratio PT Kalbe Farma

Tbk semakin baik. Hal ini berarti kemampuan PT Kalbe Farma Tbk untuk

membayar kewajiban lancarnya dengan aset yang likuid (kecuali persediaan) pada

periode sesudah merger menjadi lebih baik.

Rasio Profitabilitas

Rasio profitablitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam

hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Semakin tinggi

profitabilitas berarti semakin baik. Dalam penelitian ini, rasio profitabilitas yang

digunakan adalah Return On Asset dan Return On Equity.

a) Return On Assets (ROA)

Untuk memperoleh aset maka perusahaan memerlukan dana yang dapat

diperoleh baik dengan melakukan hutang atau dari modal sendiri. Aset yang

diperoleh nantinya akan dijadikan sumber daya perusahaan untuk menghasilkan

hasil usaha. Return On Assets menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan

menghasilkan laba bersih dengan total aset yang dimiliki dan digunakan dalam

kegiatan operasionalnya. Semakin tinggi Return On Assets sebesar menggambarkan

adanya efektifitas perusahaan yang semakin tinggi dalam pemanfaatan aset yang

dimiliki untuk meningkatkan kinerja perusahaan sehingga dapat meningkatkan laba

bersih yang tinggi.

Dari hasil perhitungan, dapat diketahui bahwa Return On Assets PT Kalbe

Farma Tbk mengalami fluktuasi mulai tahun 2005 sampai dengan tahun 2010. Pada

tahun 2005, nilai Return On Assets sebesar 0,14 dan meningkat menjadi 0,15 pada

Page 21: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/32450/1/JURNAL_SANDRA_ARISTIANI.pdf · ANALISIS MERGER DAN KINERJA KEUANGAN PT KALBE FARMA Tbk. SANDRA ARISTIANI ANDRIYANTO Dr. JAKA

tahun 2006. Return On Assets tahun 2007 dan tahun 2008 mengalami penurunan.

Penurunan tersebut berasal dari peningkatan total aset perusahaan yang melebihi

persentase peningkatan jumlah laba bersihnya. Pada tahun 2009, Return On Assets

sebesar kembali meningkat menjadi 0,14 dan 0,18 pada tahun 2010. Hal ini berarti

pada tahun 2010, perusahaan dapat memperoleh laba bersih sebesar Rp 18 untuk

setiap Rp 100 aktiva. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari total aset yang dimiliki

perusahaan. Laba bersih yang diterima Kalbe tahun 2010 meningkat sebesar 38%

atau Rp 357 miliar, dan total asetnya meningkat 9% yaitu sebesar Rp 551 miliar.

Dengan demikian, dilihat dari hasil perhitungan Return On Assets sebesar PT

Kalbe Farma Tbk dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010, dapat dikatakan

bahwa Return On Assets sebesar perusahaan sesudah merger semakin baik. Hal ini

menunjukkan bahwa pada periode sesudah merger kemampuan PT Kalbe Farma

Tbk dalam memberikan keuntungan kepada pemegang saham melalui aktiva yang

dimiliki semakin baik karena keuntungan yang diperoleh semakin besar.

b) Return On Equity (ROE)

Salah satu alasan mengapa perusahaan mengoperasikan perusahaan adalah

untuk menghasilkan laba yang bermanfaat bagi para pemegang saham. Rasio Return

On Equity mengukur seberapa besar keuntungan bersih yang tersedia bagi

pemegang saham. Dengan kata lain, rasio ini mengukur seberapa besar keuntungan

yang dihasilkan oleh modal sendiri. Semakin tinggi Return On Equity menunjukkan

kinerja perusahaan semakin baik sehingga dapat meningkatkan daya tarik saham di

pasar modal.

Pada tahun 2005, Return on Equity PT Kalbe Farma Tbk sebesar 0,27. Hal

ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba bersih setelah pajak

Rp 27 bagi setiap Rp 100 ekuitas pemegang saham. Sementara itu meskipun jumlah

laba bersih selalu meningkat, namun mulai tahun 2006 nilai Return on Equity PT

Kalbe Farma Tbk semakin menurun. Penurunan tersebut disebabkan karena

persentase peningkatan jumlah ekuitas melebihi persentase peningkatan laba

bersihnya. Tahun 2010, Return on Equity kembali mengalami peningkatan menjadi

0,24. Peningkatan tersebut karena laba bersih mengalami peningkatan dengan

persentase yang lebih besar dari peningkatan jumlah ekuitasnya. Laba bersih tahun

Page 22: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/32450/1/JURNAL_SANDRA_ARISTIANI.pdf · ANALISIS MERGER DAN KINERJA KEUANGAN PT KALBE FARMA Tbk. SANDRA ARISTIANI ANDRIYANTO Dr. JAKA

2010 meningkat 38% sebesar Rp 357 miliar dan ekuitas meningkat 24,7% sebesar

1,064 triliun. Meskipun Return on Equity tahun 2010 mengalami peningkatan,

namun nilai tersebut masih lebih kecil dari Return on Equity tahun 2005 sebesar

0,27. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam memberikan

keuntungan kepada pemegang saham menjadi menurun.

Dengan demikian, dilihat dari hasil perhitungan Return on Equity PT Kalbe

Farma Tbk dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010, dapat dikatakan bahwa

Return on Equity perusahaan sesudah merger semakin buruk. Hal ini menunjukkan

bahwa pada periode sesudah merger kemampuan PT Kalbe Farma Tbk dalam

memberikan keuntungan kepada pemegang saham melalui ekuitasnya semakin

menurun karena keuntungan yang diperoleh semakin kecil.

Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan

untuk membayar kewajibannya jika pada suatu saat perusahaan dilikuidasi atau

dibubarkan. Rasio ini mengukur seberapa besar perusahaan menggunakan dana dari

pihak luar atau kreditor. Rasio solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Debt to Equity Ratio (DER). Rasio DER menunjukkan bahwa semakin tinggi rasio ini

maka semakin besar risiko yang dihadapi, dan investor akan meminta tingkat

keuntungan yang semakin tinggi. Rasio yang tinggi juga menunjukkan proporsi modal

sendiri yang rendah untuk membiayai aktiva.

Berdasarkan hasil perhitungan rasio Debt to Equity Ratio PT Kalbe Farma Tbk,

dapat diketahui bahwa rasio tersebut menujukkan kondisi yang lebih baik. Debt to

Equity Ratio Kalbe pada periode sesudah merger yaitu tahun 2005 sampai tahun 2010

mengalami penurunan. Pada tahun 2005, nilai Debt to Equity Ratio PT Kalbe Farma

Tbk sebesar 0,76. Hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 76 total hutang dijamin dengan

Rp 100 ekuitas pemegang saham. Pada tahun 2010 nilai Debt to Equity Ratio PT Kalbe

Farma Tbk mencapai nilai terendah yaitu sebesar 0,5%.

Penurunan ini disebabkan oleh adanya peningkatan ekuitas pemegang saham

dan disertai dengan penurunan jumlah hutang perusahaan. Peningkatan ekuitas

pemegang saham PT Kalbe Farma Tbk berasal dari meningkatnya jumlah penjualan

sehingga jumlah laba yang diperoleh semakin besar. Sedangkan penurunan jumlah

Page 23: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/32450/1/JURNAL_SANDRA_ARISTIANI.pdf · ANALISIS MERGER DAN KINERJA KEUANGAN PT KALBE FARMA Tbk. SANDRA ARISTIANI ANDRIYANTO Dr. JAKA

hutang dikarenakan PT Kalbe Farma Tbk telah melakukan pelunasan sebagian hutang

perusahaan.

Dengan demikian, dilihat dari hasil perhitungan rasio solvabilitas PT Kalbe

Farma Tbk dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010, dapat dikatakan bahwa rasio

Debt to Equity Ratio perusahaan sesudah merger semakin baik. Hal ini menunjukkan

bahwa kemampuan PT Kalbe Farma Tbk dalam menjamin hutang-hutangnya

meggunakan ekuitas yang dimiliki pada periode sesudah merger menjadi lebih baik.

Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif manajemen perusahaan mengelola

sumber dayanya. Rasio aktivitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Total Asset

Turnover (TATO). Rasio ini mengukur seberapa efektif aktiva perusahaan mampu

menghasilkan pendapatan operasional yaitu pendapatan yang diperoleh dari kegiatan

utama perusahaan. Semakin tinggi asset turnover ini berarti semakin efektif aktiva

tersebut dalam menghasilkan pendapatan.

Berdasarkan perhitungan rasio keuangan PT Kalbe Farma Tbk periode sebelum

dan sesudah merger, dapat diketahui bahwa Total Assets Turnover (TATO) sesudah

merger semakin baik. Nilai Total Assets Turnover dari tahun 2005 sampai dengan tahun

2010 selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 Total Assets Turnover PT Kalbe

Farma Tbk sebesar 1,24. Hal ini berarti setiap Rp 1,00 aktiva dapat menghasilkan Rp

1,24 penjualan bersih. Dari tahun 2006 sampai tahun 2010, TATO PT Kalbe Farma Tbk

selalu mengalami peningkatan. Peningkatan nilai TATO PT Kalbe Farma Tbk ini

menunjukkan bahwa perusahaan semakin efektif dalam menggunakan aset yang

dimilikinya untuk menperoleh pendapatan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah

penjualan yang dihasilkan oleh perusahaan. Dari hasil perhitungan, diketahui bahwa

perputaran aktiva PT Kalbe Farma Tbk terbesar adalah pada tahun 2010 sebesar 1,45.

Analisis Komprehensif

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa pada periode

sesudah merger, yaitu periode tahun 2005 sampai tahun 2010, terdapat kondisi yang

berbeda pada kondisi keuangan PT Kalbe Farma Tbk. Setelah dilakukan analisis

Page 24: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/32450/1/JURNAL_SANDRA_ARISTIANI.pdf · ANALISIS MERGER DAN KINERJA KEUANGAN PT KALBE FARMA Tbk. SANDRA ARISTIANI ANDRIYANTO Dr. JAKA

menggunakan analisis trend, sebagian besar indikator menunjukkan peningkatan.

Berikut ini merupakan hasil analisis terhadap indikator tersebut:

Indikator Hasil

Analisis

Alasan

Aset Naik Penggabungan aset perusahaan

Kewajiban Turun Pelunasan hutang-hutang perusahaan.

Ekuitas Naik Penambahan modal disetor dan ditempatkan

akibat penggabungan usaha; laba meningkat.

Laba Naik Meningkatnya jumlah penjualan

Diversifikasi Ada Bergabungnya PT Enseval yang merupakan

perusahaan distribusi.

Penjualan Naik Semakin luas pasar yang dijangkau

perusahaan.

HPP Naik Meningkatnya jumlah penjualan.

Pangsa Pasar Naik Tim pemasaran digabung, sehingga pasar

yang dijangkau semakin luas.

Current Ratio Naik Kewajiban lancar turun akibat pelunasan

pinjaman jangka pendek.

Quick Ratio Naik Kewajiban lancar turun akibat pelunasan

pinjaman jangka pendek.

Return On Asset Naik Meningkatnya laba bersih.

Return On Equity Turun Pemanfaatan modal kurang efektif.

Debt to Total Asset Turun Menurunnya hutang perusahaan.

Total Asset Turnover Naik Semakin produktif dalam pemanfaatan aset.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan analisis data menggunakan analisis trend dan analisis rasio sesudah

merger, maka dapat disimpulkan bahwa PT Kalbe Farma Tbk mengalami perutumbuhan

melalui aset, ekuitas, dan laba bersih. PT Kalbe Farma Tbk juga mengalami

Page 25: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/32450/1/JURNAL_SANDRA_ARISTIANI.pdf · ANALISIS MERGER DAN KINERJA KEUANGAN PT KALBE FARMA Tbk. SANDRA ARISTIANI ANDRIYANTO Dr. JAKA

peningkatan pangsa pasar. Selain itu, pasca merger kinerja PT Kalbe Farma Tbk juga

mengalami perbedaan. Beberapa rasio keuangan menunjukkan suatu peningkatan

kinerja perusahaan. Akan tetapi, merger yang dilaksanakan belum menciptakan sinergi

bagi perusahaan. Berikut merupakan penjelasan masing-masing variabel yang

digunakan dalam penelitian ini:

1. Pada variabel pertumbuhan perusahaan, menunjukkan peningkatan pada rekening

aset, kewajiban, ekuitas, dan laba bersih. Peningkatan rekening tersebut dapat

dilihat dari trend yang selalu meningkat. Selain itu, akibat merger tersebut PT

Kalbe Farma Tbk telah melakukan diversifikasi usaha dengan menggabungkan

perusahaan distribusi.

2. Pada variabel sinergi, menunjukkan bahwa sesudah terjadinya merger, PT Kalbe

Farma Tbk tidak memperoleh suatu sinergi karena meskipun tingkat penjualan

mningkat, harga pokok penjualan juga meningkat. Akan tetapi, jika dibandingkan

antara harga pokok penjualan dengan jumlah penjualannya, menunjukkan bahwa

tingkat efisiensi Kalbe semakin menurun.

3. Merger PT Kalbe Farma Tbk menyebabkan meningkatkan pangsa pasar.

4. Sesudah merger terjadi peningkatan kinerja keuangan PT Kalbe Farma Tbk. Rasio

keuangan yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan kondisi yang lebih

baik dibanding sebelum merger, kecuali Return On Equity. Rasio likuiditas

(Current Ratio dan Quick Ratio) menunjukkan nilai yang lebih tinggi dari sebelum

merger. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam menjamin

kewajiban lancarnya dengan aset lancar menjadi semakin baik. Rasio

profitabilitas, Return On Assets mengalami peningkatan yang berarti kemampuan

PT Kalbe Farma Tbk dalam memberikan keuntungan melalui aktiva semakin baik.

Sebaliknya, Return On Equity menurun yang berarti kemampuan PT Kalbe Farma

Tbk dalam memberikan keuntungan melalui ekuitasnya semakin buruk. Pada rasio

solvabilitas dan aktivitas, kedua rasio tersebut menunjukkan perbaikan kinerja.

Debt Equity Ratio mengalami penurunan yang menandakan bahwa kemampuan

perusahaan dalam menjamin hutang-hutang dengan ekuitasnya menjadi semakin

baik. Sedangkan Total Assets Turnover meningkat menunjukkan bahwa PT Kalbe

Farma Tbk semakin efektif dalam menggunakan asetnya untuk memperoleh

pendapatan.

Page 26: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/32450/1/JURNAL_SANDRA_ARISTIANI.pdf · ANALISIS MERGER DAN KINERJA KEUANGAN PT KALBE FARMA Tbk. SANDRA ARISTIANI ANDRIYANTO Dr. JAKA

Keterbatasan

Penelitian ini mempunyai keterbatasan yang dapat dijadikan pertimbangan bagi

penelitian berikutnya agar mendapatkan hasil yang lebih baik. Keterbatasan tersebut

adalah penelitian ini hanya menganalisis data keuangan saja sehingga tidak dapat

mengetahui manfaat yang diperoleh dari aktivitas merger pada aspek lain yaitu aspek

non keuangan. Beberapa aspek non keuangan misalnya sumber daya manusia,

teknologi, dan budaya organisasi. Oleh karena itu, penelitian ini tidak dapat

menggambarkan manfaat dari merger pada seluruh aspek yang ada diperusahaan, baik

aspek keuangan maupun aspek non keuangan.

Saran

Berdasarkan keterbatasan yang ada dalam penelitian ini, maka penulis

memberikan saran untuk penelitian yang lebih baik di masa mendatang. Bagi penelitian

berikutnya sebaiknya tidak hanya menggunakan aspek keuangan saja, melainkan juga

memasukkan aspek-aspek non keuangan seperti sumber daya manusia, teknologi, dan

budaya organisasi karena merger tidak hanya berpengaruh pada aspek keuangan saja

tetapi juga pada aspek non keuangan. Dengan demikian penelitian berikutnya

diharapkan dapat menggambarkan mengenai manfaat dari merger bagi perusahaan

secara lebih lengkap.

Page 27: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/32450/1/JURNAL_SANDRA_ARISTIANI.pdf · ANALISIS MERGER DAN KINERJA KEUANGAN PT KALBE FARMA Tbk. SANDRA ARISTIANI ANDRIYANTO Dr. JAKA

DAFTAR PUSTAKA

Anthony, Robert dan Vijay Govindarajan. 2002. Sistem Pengendalian

Manajemen, Jakarta: Salemba Empat.

Atmawati, Dyah Putri. 2010. “Pengaruh Cash Flow, Profitability, Dan Company

Growth Terhadap Investment Opportunity Set: Pengujian Atas Perusahaan Non

Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Skripsi Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

Beams, Floyd A; Jusuf, Amir Abadi. 2000. Akuntansi Keuangan Lanjutan Di Indonesia

I Edisi: Revisi, Jilid: 1, Jakarta: Salemba Empat.

Chikita, Grace Nehemia. 2011. “Kinerja Perusahaan Pengakuisisi Setelah Merger”.

Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.

Hadiningsih, Murni. 2007. “Analisis Dampak Jangka Panjang Merger dan Akuisisi

terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi dan Perusahaan Diakuisisi

di Bursa Efek Jakarta (BEJ)”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Islam

Indonesia Yogyakarta.

Husnan, Suad. 2001. Manajemen Keuangan: Teori dan Penerapan. Edisi ke-3.

Yogyakarta: BPFE.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba

Empat.

Junaidi. 2004. “Strategi dan Valuasi Merger Akuisisi”. Kompak No. 11 Mei-Agustus

2004.

Kusuma, Hadri dan Wigna Ayu Udiana Sari. 2003. “Manajemen Laba oleh Perusahaan

Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi di Indonesia”. Jurnal

Akuntansi dan Auditing Indonesia Vol. 7 No. 1.

Martono dan Agus Harjito. 2008. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Ekonisia.

Moin, Abdul. 2010. Merger, Akuisisi, dan Divestasi. Edisi Kedua. Yogyakarta: Ekonisia.

Nilam, Lizti Nadya. 2010. “Analisis Perbedaan Tingkat Abnormal Return dan Rasio

Keuangan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi”. Skripsi Fakultas

Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.

Nugroho, Aji Muhammad. 2010. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan

Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi”. Skripsi Fakultas Ekonomi

Universitas Diponegoro Semarang.

Payamta, dan Doddy Setiawan, 2004. “Analisis Pengaruh Merger dan Akuisisi Kinerja

Perusahaan Publik di Indonesia”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 7 No 3.

Page 28: ABSTRACT - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/32450/1/JURNAL_SANDRA_ARISTIANI.pdf · ANALISIS MERGER DAN KINERJA KEUANGAN PT KALBE FARMA Tbk. SANDRA ARISTIANI ANDRIYANTO Dr. JAKA

Prasetio, Januar Eko. 2007. Dampak Merger dan Akuisisi Terhadap Cash Flow Operasi.

Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol 5 No 2 Sepember 2007.

Prastowo, Dwi dan Rifka Juliaty. 2005. Analisis Laporan Keuangan Konsep dan

Aplikasi. Yogyakarta: UPP YPP YKPN.

Purba, Marisi P. 2008. Akuntansi Penggabungan Usaha. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sifaiyah, Nurus. 2010. “Analisis Dampak Merger Terhadap Kinerja Industri Keuangan

Perbankan”. Skripsi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Sijabat, Sarah Indriyani dan Azhar Maksum. 2008. “Analisis Kinerja Keuangan

Sebelum Dan Sesudah Merger Dan Akuisisi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di

Bursa Efek Indonesia (BEI)”. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera

Utara.

Sukartha, I Made. 2007. “Pengaruh Manajemen Laba dan Kepemilikan Manajerial pada

Kesejahteraan Pemegang Saham Perusahaan Target Akuisisi”. Jurnal Fakultas

Ekonomi Universitas Udayana Denpasar.

Ujiyantho, Muh. Arief dan Bambang Agus Pramuka. 2007. “Mekanisme Corporate

Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan”. Simposium Nasional

Akuntansi X Makasar.

Usadha, I Putu Adnyana dan Gerianta Wirawan Yasa. 2008. “Analisis manajemen Laba

dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Merger

dan Akuisisi di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas

Udayana Denpasar.

Wangi, Annisa Meta Cempaka. 2010. “Analisis Manajemen Laba dan Kinerja

Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi

Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2009”. Skripsi Fakultas

Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.

Weston, J. Fred dan Thomas Copeland. 1996. Manajemen Keuangan. Jakarta: Erlangga.

Wijaya, Andriyanto. 2006. “Perbandingan Analisis Tren Laporan Keuangan Untuk

Memprediksi Kinerja Perusahaan Di Masa yang akan Datang”. Skripsi

Universitas Widyatama Bandung.

Wiriastari, Rahadiani. 2010. “Analisis Dampak Pengumuman Merger Dan Akuisisi

Terhadap Return Saham Perusahaan Akuisitor Yang Terdaftar Di Bei Tahun

2004-2008”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.

Yuliana. 2009. “Decisionally Semi Strong Form Market Efficiency Testing: Merger and

Acquisition Decision Analysis”. Jurnal Cakrawala Akuntansi Vol 1 No 1

Februari 2009.


Recommended