ANALISIS PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI TEBU MITRA
MANDIRI PADA PT PEMUKASAKTI MANISINDAH DI KABUPATEN
WAY KANAN
(Skripsi)
Oleh
Adek Fitri Sakinah
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
ABSTRACT
The Household Income Analysis of Sugarcane Contract Farmer at PT PSMI
Way Kanan District
By
Adek Fitri Sakinah
This study aims to determine the implementation of partnerships between
sugarcane farmers and PT PSMI, the income of partner farmer’s sugarcane
farming, and the main income of sugarcane farmer households. The study was
conducted in Pakuan Ratu District and Negara Batin Subdistrict, Way Kanan
Regency, Lampung Province in February – April 2018. Respondents of this study
were taken by simple random method with 31 respondents. Primary data was
obtained through direct interviews with sugarcane farmers. Secondary data was
obtained from several related institutions. The methods of data analysis used in
this research was farm income analysis and household income analysis. The
study shows that overall the implementation of partnership activities was in
accordance with the partnership contract between the company and the partner
farmers, the income of independent patner sugarcane farming costs more than the
income of the pure sugarcane partners and partial contracts. The main income of
the sugarcane farmer partners were mandiri costs, partial contract, and purely
average obtained from sugarcane farming.
Keywords: Farming, Income, Partnership
ABSTRAK
ANALISIS PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI TEBU MITRA
MANDIRI PADA PT PEMUKASAKTI MANISINDAH DI KABUPATEN
WAY KANAN
Oleh
Adek Fitri Sakinah
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan kemitraan antara petani
tebu dengan PT PSMI, pendapatan usahatani tebu petani mitra, dan pendapatan
utama rumah tangga petani tebu. Penelitian dilakukan di Kecamatan Pakuan Ratu
dan Kecamatan Negara Batin, Kabupaten Way Kanan, Provinsi Lampung pada
bulan Februari – April 2018. Responden penelitian ini diambil dengan cara acak
sederhana sebanyak 31 responden. Data primer diperoleh melalui wawancara
secara langsung dengan petani tebu. Data sekunder diperoleh dari beberapa
lembaga terkait. Metode analisis data yang digunakan yaitu analisis pendapatan
usahatani dan analisis pendapatan rumah tangga. Hasil penelitian menunjukan
bahwa secara keseluruhan pelaksanaan kegiatan kemitraan sudah sesuai dengan
kontrak kerjasama kemitraan antara perusahaan dengan petani mitra, Pendapatan
usahatani tebu mitra mandiri biaya lebih besar dibandingkan dengan pendapatan
usahtani tebu mitra mandiri murni dan partial kontrak. Pendapatan utama rumah
tangga petani tebu mitra mandiri biaya, partial kontrak, dan murni rata-rata
diperoleh dari usahatani tebu.
Kata Kunci : Kemitraan, Usahatani, Pendapatan
ANALISIS PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI TEBU MITRA
MANDIRI PADA PT PEMUKASAKTI MANISINDAH DI KABUPATEN
WAY KANAN
Oleh
ADEK FITRI SAKINAH
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Rumbih, Kecamatan Pakuan
Ratu, Kabupaten Way Kanan pada tanggal 04 Juli 1996
dari pasangan Bapak Umar Yamin dan Ibu Mega Wati.
Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.
Penulis menyelesaikan studi tingkat Taman Kanak-
Kanak (TK) di TK YPPM (Yayasana Pemukasakti
Manisindah) pada tahun 2002, tingkat Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri Bumi
Jaya pada tahun 2008, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 2
Negara Batin pada tahun 2011, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA
Negeri 1 Negara Batin pada tahun 2014. Penulis diterima di Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tahun 2014 melalui jalur ujian
masuk mandiri.
Pada tahun 2015 penulis melakukan kegiatan homestay (Praktik Pengenalan
Pertanian) selama 7 hari di Pekon Wonoharjo, Kecamatan Sumberrejo, Kabupaten
Tanggamus. Bulan Januari 2017, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata
(KKN) di Desa Bumi Kencana, Kecamatan Seputih Agung, Kabupaten Lampung
Tengah selama 40 hari. Selanjutnya, pada Juli 2017 penulis melaksanakan Praktik
Umum (PU) di PT Pemukasakti Manisindah (PT PSMI) Kecamatan Pakuan Ratu,
Kabupaten Way Kanan selama 30 hari kerja efektif.
SANWACANA
Bismillahirahmanirrahim
Alhamdulillahirabbil’alamin puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul. Analisis Pendapatan Rumah Tangga
Petani Tebu Mitra Mandiri Pada PT Pemukasakti Manisindah Di
Kabupaten Way Kanan
Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan, arahan, bimbingan, dan dukungan
dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Teguh Endaryanto, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan Agribisnis
yang telah memberikan arahan, saran, dan nasihat.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Ali Ibrahim Hasyim, M.S., sebagai Dosen Pembimbing
Pertama yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat, motivasi, nasihat,
arahan, dan bimbingan selama proses penyelesaian skripsi.
4. Ibu Ani Suryani, M.Sc., sebagai Dosen Pembimbing Kedua yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat, motivasi, nasihat, arahan, dan bimbingan
selama proses penyelesaian skripsi.
5. Bapak Dr. Ir. Dwi Haryono, M.S., sebagai Dosen Penguji atas saran dan
arahan yang telah diberikan untuk penyempurnaan skripsi.
6. Bapak Dr. Ir. Sumaryo, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik atas
saran dan motivasi yang telah diberikan.
7. Keluargaku, Ayahanda tercinta Umar Yamin dan Ibunda tercinta Mega Wati,
Kakak ku tersayang Akbar Saitama, M.P., dan adik ku tersayang Adesya Trie
Zakinah, serta keluarga besar atas semua limpahan kasih sayang, doa, nasihat,
semangat, kebahagiaan, dan perhatian yang tak pernah putus kepada penulis
selama ini.
8. Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis, atas semua ilmu yang telah diberikan
selama penulis menjadi mahasiswi di Universitas Lampung.
9. Karyawan-karyawati di Jurusan Agribisnis, Mba Iin, Mba Ayi, Mba Tunjung,
Mas Bukhari, dan Mas Boim atas semua bantuan dan kerjasama yang telah
diberikan.
10. Sahabat-sahabat seperjuangan penulis, Abu Haris Husain, Chindy Yulianti
Putri, Dewi Lestari Putri, dan Arum Renanda atas bantuan, saran, dukungan,
dan semangat yang telah diberikan.
11. Sahabat-sahabat penulis, Siti Qomalawati, Desi Tiara, Sri May Ardila, dan
Ani Novianti atas dukungan dan semangat yang selalu diberikan.
12. Sahabat PSMI squad Febrima Yuniar, Meta Lita S, Enggar W, Resi K, Olga
Corrie, dan Annisah NA atas segala dukungan dan semangat yang diberikan.
13. Keluarga PU PT PSMI bapak I Gede Made Budanta,S.H., Ir.Cahyo Sugeng
W, Doli Lambang Saputra, S.TP., Indra Sugara,S.P., Andri Husein, dan Ida
Trisnawati atas kebersamaan, dukungan, dan semangat yang diberikan.
14. Teman-teman seperjuangan Agribisnis 2014, Dita Nastiti, Devira Nurani,
Ekawati Wahyu, Bagoes Prayogi, Ade Putra, Danang Wicaksono, Aryan Dwi
Novaldi, Asih Titiana, Defline Putri, Cindi Puri, Ayu Nirmala, Aurora Afifah,
Deta Pratiwi, Dwi Novitasari, Dwi Febrina, Dea Adelia, Anitha Andarrini,
Fabiola Aprilia, Faakhira, Ajeng Citra, Dayu Iluh, Dewi Irasanti, Desi Aditia,
Candra Endah, Sita Virgiana, Kiki D, Yulita Siska, Grace Virgin, Gesti V,
Syintia A , dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu
persatu, terima kasih atas kebersamaannya selama ini.
15. Kakak-kakak Agribisnis angkatan 2012 dan 2013 serta adik-adik Agribisnis
angkatan 2015, 2016, dan 2017 atas bantuan dan saran yang telah diberikan.
16. Almamater tercinta dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
per satu, yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari kesalahan dan masih jauh
dari kata sempurna, akan tetapi semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi berbagai pihak di masa yang akan datang. Penulis meminta maaf atas segala
kekurangan dan semoga Allah SWT membalas budi baik berbagai pihak atas
semua hal yang telah diberikan kepada penulis. Aamiin.
Bandar Lampung, 19 November 2018
Penulis,
Adek Fitri Sakinah
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .............................................................................................. i
DAFTAR TABEL ..................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 7
C. Tujuan ................................................................................................. 9
D. Manfaat Penelitian............................................................................... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 10
1. Tanaman Tebu ................................................................................. 10
2. Konsep Usahatani ............................................................................ 15
3. Teori Pendapatan ............................................................................. 18
4. Konsep Kemitraan ........................................................................... 23
B. Kajian Penelitian Terdahulu ................................................................ . 29
C. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 36
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian ..................................................................... 40
vii
40
10
1
iv
ii
B. Konsep Dasar Definisi Oprasional ...................................................... 40
C. Lokasi, Waktu Penelitian dan Responden ........................................... 44
D. Jenis danMetode Pengumpulan Data .................................................. 47
E. Metode Analisis Data. ........................................................................ 47
1. Analisis Kemitraan .......................................................................... 47
2. Analisis Pendapatan Usahatani ........................................................ 48
3. Analisis Pendapatan Rumah Tangga ............................................... 49
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambarann Umum Kabupaten Way Kanan ........................................ 51
1. Letak Geografis ............................................................................... 51
2. Topografi ......................................................................................... 51
3. Iklim................................................................................................. 52
4. Administrasi Pemerintah ................................................................. 52
5. Demografi. ....................................................................................... 53
B. Gambran Umum Kecamatan Negara Batin ......................................... 54
1. Letak Geografis ............................................................................... 54
2. Keadaan Pertanian ........................................................................... 54
C. Gambaran Umum Kecamatan Pakuan Ratu ........................................ 55
1. Letak Geografis ............................................................................... 55
2. Keadaan Pertanian ........................................................................... 56
D. Gambaran Umum PT PSMI Kabupaten Way Kanan .......................... 57
1. Gambaran Umum PT PSMI ............................................................ 57
2. Sejarah PT PSMI. ............................................................................ 58
3. Kemitraan ........................................................................................ 60
51
iii
V.HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden ..................................................................... 63
1. Umur Responden ............................................................................. 63
2. Tingkat Pendidikan Responden ....................................................... 64
3. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden ...................................... 64
4. Status Kepemilikan Lahan Responden ............................................ 67
B. Budidaya Tanaman Tebu ..................................................................... 68
C. Evaluasi Kemitraan ............................................................................. 73
D. Penggunaan Sarana Produksi .............................................................. 77
1. Penggunaan Bibit ............................................................................. 78
2. Penggunaan Pupuk .......................................................................... 79
3. Penggunaan Pestisida. ..................................................................... 80
4. Penggunaan Tenaga Kerja ............................................................... 81
5. Penggunaan Alat Pertanian .............................................................. 83
E. Produksi dan Penerimaan Petani Tebu Mitra ..................................... 84
F. Analisis Pendapatan Petani Tebu Mitra ............................................... 85
G. Analisis Pendapatan Rumah Tangga ................................................... 93
1. Pendapatan On Farm ....................................................................... 93
2. Pendapatan Non Farm ..................................................................... 96
4. Pendapatan Rumah Tangga ............................................................. 98
VI.KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ......................................................................................... 100
B. Saran .................................................................................................... 101
DAFTAR PUSTAKA 102
100
63
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Gambar
1. Luas tanaman perkebuan tebu di seluruh provinsi di Indonesia ........... 2
2. Nama Perusahaan, LuasAreal, Produksi, dan Lokasi Perusahaan Gula di
Provinsi Lampung Tahun 2016 ........................................................... 3
3. Luas areal panen dan produktivitas tebu inti dan kemitraan di
PT Pemukasakti Manisindah tahun 2017 ............................................. 5
4. Kajian Penelitian Terdahulu ................................................................ 30
5. Luas tanam perkomoditas di Kecamatan Negara Batin ....................... 55
6. Luas tanam perkomoditas di Kecamatan Pakuan Ratu ........................ 56
7. Sebaran responden menurut umur ........................................................ 64
8. Sebaran responden menurut tingkat pendidikan formal....................... 65
9. Sebaran responden menurut jumlah tanggungan keluarga. .................. 66
10. Sebaran responden menurut status kepemilikan lahan ...................... 67
11. Sebaran responden menurut luas lahan tebu ...................................... 68
12. Rata-rata penggunaan bibit oleh petani mitra per hektar ................... 78
13. Rata-rata penggunaan pupuk oleh petani mitra per hektar................. 79
14. Rata-rata penggunaan pestisida per hektar ......................................... 80
15. Rata-rata penggunaan tenaga kerja oleh petani mitra per hektar ....... 82
v
16. Rata-rata penyusutan peralatan pertanian petani mitra ...................... 83
17. Rata-rata produksi, harga, dan penerimaan petani tebu mitra mandiri biaya,
partial dan murni per hektar ................................................................. 84
18. Penerimaan,biaya, dan pendapatan petani tebu mitra mandiri biaya . 87
19. Penerimaan,biaya, dan pendapatan petani tebu mitra mandiri
partial kontrak ..................................................................................... 89
20. Penerimaan,biaya, dan pendapatan petani tebu mitra mandiri murni 91
21. Sebaran rata-rata pendapatan usahatani petani tebu mitra mandiri .... 93
22.Sebaran rata-rata pendapatan usahatani non tebu petani mitra ........... 95
23.Sebaran rata-rata pendapatan non usahatani petani mitra .................. 97
24.Rata-rata total pendapatan rumah tangga petani mitra ........................ 98
25. Identitas Responden Petani Mitra Mandiri Biaya .............................. 106
26. Identitas Responden Petani Mitra Mandiri Partial Kontrak ............... 106
27. Identitas Responden Petani Mitra Mandiri Murni ............................. 107
28. Penggunaan Saprodi Petani Mitra Mandiri Biaya .............................. 108
29. Penggunaan Saprodi Petani Mitra Mandiri Partial Kontrak .............. 112
30. Penggunaan Saprodi Petani Mitra Mandiri Murni ............................. 113
31. Penyusutan Peralatan Petani Tebu Mitra Mandiri Biaya ................... 116
32. Penyusutan Peralatan Petani Tebu Mitra Mandiri Partial Kontrak .... 118
32. Penyusutan Peralatan Petani Tebu Mitra Mandiri Murni .................. 118
34. Tenaga Kerja Petani Mitra Mandiri Biaya ......................................... 120
35. Tenaga Kerja Petani Mitra Mandiri Partial Kontrak .......................... 134
36. Tenaga Kerja Petani Mitra Mandiri Murni ........................................ 139
37. Pendapatan dan penerimaan Petani Tebu Mitra Mandiri Biaya......... 147
vi
38. Pendapatan dan penerimaan Petani Tebu Mitra Mandiri Partial ....... 149
39. Pendapatan dan penerimaan Petani Tebu Mitra Mandiri Murni ........ 150
40. Penerimaan,Biaya, dan Pendapatan Petani Tebu Mitra Mandiri Biaya 152
41. Penerimaan,Biaya, dan Pendapatan Petani Tebu Mitra Partial .......... 152
42.Penerimaan,Biaya, dan Pendapatan Petani Tebu Mitra Murni ........... 153
43. Pendapatan Usahatani Non Tebu Petani Mitra Mandiri Biaya di Kabupaten
Way Kanan .......................................................................................... 154
44. Pendapatan Usahatani Non Tebu Petani Mitra Mandiri Partial Kontrak
diKabupaten Way Kanan ..................................................................... 156
45. Pendapatan Usahatani Non Tebu Petani Mitra Mandiri Partial Kontrak di
Kabupaten Way Kanan ...................................................................... 157
46. Pendapatan Non Usahatani Petani Mitra Mandiri Biaya ................... 158
47. Pendapatan Non Usahatani Petani Mitra Mandiri Partial Kontrak .... 159
48. Pendapatan Non Usahatani Petani Mitra Mandiri Murni ................... 159
49. Pendapatan Rumah Tangga Petani Mitra Mandiri Biaya ................... 160
50. Pendapatan Rumah Tangga Petani Mitra Mandiri Partial kontrak .... 161
51. Pendapatan Rumah Tangga Petani Mitra Mandiri murni .................. 161
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar
1. Pola Kemitraan Inti Plasma ................................................................... 25
2. Pola Kemitraan Kontrak Beli .............................................................. 26
3. Pola Kemitraan Sub Kontrak ............................................................... 26
4. Pola Kemitraan Dagang Umum .......................................................... 27
5. Pola Kemitraan KOA ........................................................................... 28
6. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 39
7. Proses pembrantasan hama penyakit pada tanaman tebu ..................... 71
1
I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertanian merupakan salah satu sektor penting penopang pembangunan di
Indonesia. Pertanian di Indonesia terbagi menjadi beberapa subsektor seperti
tanaman pangan, tanaman perkebunan, dan hortikultura. Berdasarkan data
badan pusat statistik (BPS), tanaman perkebunan merupakan salah satu sektor
tanaman yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Tanaman perkebunan
merupakan salah satu sektor yang secara nasional telah berkontribusi secara
nyata dalam pembangunan nasional.
Menurut UU no 18 tahun 2004 mengenai perkebunan, perkebunan adalah
segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan atau
media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan
memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan
kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat (Badan Pusat
Statistik, 2007).
Tebu merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan penghasil gula yang
banyak dibudidayakan di Indonesia baik oleh perusahaan atau masyarakat yang
2
disebut dengan petani tebu rakyat mandiri. Tebu merupakan komoditas
tanaman yang mempunyai peranan strategis dalam perekonomian di Indonesia
(Badan Pusat Statistik, 2015). Adapun data luas lahan perkebunan tebu di
Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.
Berdasarkan data pada tabel 1 dapat dilihat bahwa Lampung memiliki luas
tanaman perkebunan terluas setelah Jawa Timur (45%) dengan persentase 26%.
Sedangkan untuk daerah Jawa Tengah memiliki luas lahan perkebunan dengan
persentase sebesar 14%. Daerah Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa
Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sulawesi Selatan dan Gorontalo memiliki
persentase luas lahan perkebunan tebu dibawah 5%. Dalam tabel tersebut
dapat diketahui bahwa pada provinsi lampung luas lahan perkebunan tebu
relatif stabil dan mengalami peningkatan pada tahun 2015. Pada provinsi
lainnya luas lahan tebu mengalami penurunan yang disebabkan beberapa faktor
seperti adanya alih fungsi lahan perkebunan menjadi sentra industri atau
menjadi pemukiman penduduk.
Tabel 1. Luas tanaman perkebuan tebu di seluruh provinsi di Indonesia
Provinsi Luas Tanaman Perkebunan / Ribuan Hektar
2012 2013 2014 2015
Sumatera Utara 11.03 9.54 8.50 7.80
Sumatera Selatan 20.74 22.62 20.07 19.40
Lampung 111.50 111.50 111.50 121.20
Jawa Barat 23.14 23.51 21.90 20.70
Jawa Tengah 51.50 57.66 68.60 64.80
Daerah Istimewa Yogyakarta 7.00 7.35 3.30 3.20
Jawa Timur 199.25 216.56 219.10 206.70
Sulawesi Selatan 12.42 11.75 10.20 10.00
Gorontalo 6.44 6.72 7.30 8.00
Sumber: Badan Pusat Statistik Nasional, 2015
3
Tebu merupakan salah satu komoditas unggulan di Provinsi Lampung yang
banyak menyerap tenaga kerja serta salah satu sumber devisa negara melalui
ekspor tetes tebu. Pada Provinsi Lampung terdapat beberapa industri
perkebunan tebu yang tersebar dibeberapa kabupaten di Provinsi Lampung.
Adapun perkebunan tebu yang terdapat di Provinsi Lampung yaitu PT Gunung
Madu Plantation (Lampung Tengah), PT Gula Putih Mataram (Lampung
Tengah), Sweet Indo Lampung (Lampung Tengah), Indo Lampung Perkasa
(Tulang Bawang), Bunga Mayang (Lampung Utara) , dan PT Pemukasakti
Manisindah (Way Kanan). Adapun data luas areal perkebunan, produksi,dan
produktivitas gula di Provinsi Lampung tahun pada tahun 2016 disajikan pada
Tabel 2.
Berdasarkan data pada Tabel 2, PT Pemukasakti Manisindah (PT PSMI)
memiliki luas lahan sebesar 12.935,500 ha dengan total produksi yang
diperoleh yaitu 107.594,24 ton tebu. Pada data tersebut juga dapat disimpulkan
bahwa PT PSMI memiliki hasil produktivitas tebu terbesar diantara perusahaan
lainnya di Provinsi Lampung yaitu sebesar 8,32 ton tebu perhektar
Tabel 2. Nama Perusahaan, LuasAreal, Produksi, dan Produktivitas Gula di
Provinsi Lampung Tahun 2016
No Nama Perusahaan Luas
Areal (Ha)
Produksi
(Ton)
Produktivitas
(Ton/Ha)
1 PTPN VII Bunga Mayang 14.243,10 73.908,30 5,19
2. PT. Gunung Madu Plantation 26.958,74 201.216,10 7,46
3. PT. Gula Putih Mataram 22.235,37 152.286,10 6,85
4. PT. Seet Indo Lampung 21.861,40 153.357,30 7,01
5. PT.Indo Lampung Perkasa 18.177,97 129.052,79 7,10
6. PT. Pemukasakti Manisindah 12.935,00 107.594,24 8,32
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Lampung, 2016
4
PT Pemukasakti Manisindah (PT PSMI) merupakan salah satu industri gula
yang terdapat di Provinsi Lampung yang terletak di Kabupaten Way Kanan.
Dalam rangka peningkatan produktivitas yang dapat dihasilkan oleh
perusahaan, salah satu cara yang dilakukan yaitu dengan melakukan kerjasama
kemitraan dengan masyarakat disekitar perusahaan. Kerjasama kemitraan PT
Pemukasakti Manisindah dengan masyarakat dibagi kedalam dua jenis
kerjasama kemitraan yaitu kemitraan mandiri dan kemitraan kerjasama sistem
oprasional (KSO). Kemitraan mandiri adalah suatu bentuk kerjasama
kemitraan antara perusahaan dengan petani dimana sebagian besar kegiatan
usaha tani dilakukan oleh petani. Kemitraan KSO yaitu suatu bentuk
kerjasama dimana dalam proses budidaya tanaman dari hulu sampai hilir
dilakukan oleh perusahaan. Menurut UU No. 9 Tahun 1995, kemitraan adalah
suatu kerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha
besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha
besar dengan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling
menguntungkan, atau organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan
tertentu.
Berdasarkan hasil survei lapangan yang telah dilakukan, PT PSMI merupakan
perusahaan baru yang terus berkembang dan banyak membantu masyarakat
disekitar perkebunan dalam meningkatkan perekonomiannya dengan cara
kerjasama kemitraan. Semakin meningkatnya jumlah petani yang mengikuti
kemitraan mendukung tingginya tingkat produktivitas gula yang dihasilkan
oleh perusahaan. Data produksi gula PT Pemukasakti Manisindah disajikan
pada Tabel 3.
5
Tabel 3.Luas areal panen, produksi dan produktivitas tebu inti dan kemitraan
di PT Pemukasakti Manisindah tahun 2017
Kepemilikan Luas Lahan (ha) Poduksi (ton) Produktivitas (ton/ha)
Inti 8.700 780.000 89,65
Kemitraan 4.600 380.000 82,60
Jumlah 13.300 1.160.000 172,25
Sumber: PT Pemukasakti Manisindah, 2017
Berdasarkan data pada Tabel 3 diketahui bahwa produksi yang dihasilkan oleh
petani tebu rakyat mandiri untuk luas panen 4.600 ha yaitu sebesar 380.000
ton. Jika dilihat dari area inti dengan luas lahan 8.700 ha hasil produksi yang
diperoleh yaitu sebesar 780.000 ton. Produktivitas yang dihasilkan oleh kebun
inti milik perusahaan lebih besar dari pada milik petani mitra yaitu sebesar
89,65ton/ha, sehingga dapat disimpulkan bahwa produktivitas yang dihasilkan
oleh petani tebu mitra rendah.
Menurut Shinta (2011), terdapat dua faktor yang mempengaruhi keberhasilan
usahatani yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern diantaranya
yaitu petani pengelola, tanah, modal, tenaga kerja, teknologi, jumlah keluarga,
kemampuan petani dalam mengalokasikan penerimaan keluarga. Faktor
ekstern yaitu tersedianya sarana transportasi dan komunikasi, aspek yang
meyangkut pemasaran dan bahan usahatani, serta fasilitas kredit dan saran
penyuluh bagi petani.
Faktor-faktor seperti luas lahan, tenaga kerja, modal, penguasaan teknik
budidaya dan teknologi pertanian juga menjadi penyebab rendahnya
produktivitas tebu yang dihasilkan oleh petani mitra. Rendahnya
produktivitas tebu yang diperoleh oleh petani berpengaruh terhadap
6
pendapatan yang akan diterima oleh petani dan menjadi salah satu indikator
keberhasilan usahatani tersebut. Sebagian besar masyarakat di sekitar
perkebunan bekerja pada sektor pertanian budidaya tanaman tebu. Hal ini
didukung dengan adanya pabrik gula PT Pemukasakti Manisindah yang
merupakan satu-satunya industri gula yang ada di Kabupaten Way Kanan.
Program kerjasama kemitraan yang dilakukan oleh perusahaan dengan petani
yang diharapkan dapat membantu meningkatkan produktivitas perusahaan,
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di sekitar perkebunan didukung
dengan baik oleh masyarakat. Pada awal kerjasama kemitraan dengan petani,
jenis kemitraan yang terdapat di PT PSMI yaitu kerjasama kemitraan KSO,
pada perkembangannya perusahaan menyarankan petani untuk dapat
melakuan kegiatan budidaya tanaman tebu dan beralih kekerjasama kemitraan
mandiri. Sebanyak 125 petani mengusahakan tanaman tebu sebagai tanaman
utamanya yang tergabung dalam kerjasama kemitraan mandiri. Sebagai
tanaman utama yang diusahakan, tanaman tebu menjadi salah satu sumber
pendapatan yang diterima oleh masyarakat yang mengikuti kerjasama
kemitraan. Pendapatan pada setiap petani tebu mitra mandiri berbeda-beda
sesuai dengan jenis kemitraan dan hasil produksi yang diperoleh masing-
masing petani.
Pendapatan petani tebu rakyat yang mengikuti kerjasama kemitraan juga
bersumber dari hasil usahatani tanaman lain, seperti, singkong, dan karet.
Selain itu beberapa petani juga mempunyai pekerjaan sampingan di luar
usahatani, seperti menjadi pedagang, buruh bangunan, buruh tani, wiraswasta.
Maka dari itu, pendapatan bersih petani dapat dikatakan berasal dari banyak
7
sumber. Banyaknya sumber pendapatan petani tebu dapat membantu
meningkatkan pendapatan yang diperoleh petani, selain itu tingginya
pendapatan petani juga berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan.
Banyaknya sumber pendapatan petani tebu rakyat tersebut, seharusnya
masyarakat mampu memenuhi semua kebutuhan rumah tangganya, baik
kebutuhan primer, sekunder, atau bahkan tersiernya. Berdasarkan uraian yang
telah dijelaskan tersebut, maka penelitian mengenai evaluasi pelaksanaan
kemitraan petani tebu, pendapatan usahatani tebu, dan pendapatan rumah
tangga petani di Kecamatan Pakuan Ratu dan Negara Batin ini perlu dilakukan
guna mengetahui jenis kemitraan dan tingkat pendapatan petani tebu rakyat di
Kabupaten Way Kanan.
B. Rumusan Masalah
PT Pemukasakti Manisindah merupakan industri gula yang terletak di
Kabupaten Way Kanan, Provinsi Lampung. Perusahaan melakukan kerjasama
kemitraan dengan masyarakat disekitar perkebunan khususnya di Kecamatan
Negara Batin dan Pakuan Ratu, untuk mencukupi kebutuhan bahan baku
produksi. Adanya kerjasama diharapkan dapat meningkatkan produksi dan
pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan dan petani. Hasil produksi yang
diperoleh oleh petani tebu mitra mandiri lebih rendah dibandingkan dengan
hasil produksi milik perusahaan yaitu 380.000 ton tebu untuk 4.600 ha luas
lahan panen. Pada setiap petani mitra mandiri murni, partial kontrak dan
biaya memiliki hasil produksi tebu yang berbeda-beda. Rendahnya produksi
8
yang dihasilkan oleh petani mitra mempengaruhi pendapatan yang diperoleh
petani mitra.
Rendahnya hasil produksi tebu yang diperoleh petani yang diakibatkan
rendahnya pengetahuan tentang proses budidaya, penggunaan teknologi dan
perencanaan masa tanam yang kurang tepat berpengaruh pada pendapatan
yang diperoleh. Selain itu, tanaman tebu yang merupakan tanaman musiman
menyebabkan petani juga melakukan usaha disamping kegiatan budidaya
tanaman tebu untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Terdapat
beberapa sumber pendapatan rumah tangga diantaranya yaitu sektor pertanian
dan non pertanian. Sumber pendapatan dari sektor pertanian diantaranya
pendapatan dari usahatani, ternak, buruh tani, menyewakan lahan dan bagi
hasil. Sumber pendapatan dari sektor non pertanian dibedakan menjadi
pendapatan dari industri rumah tangga, perdagangan, pegawai, jasa, buruh non
pertanian, serta buruh sub sektor pertanian lainnya.
Pendapatan rumah tangga petani dihitung dengan menjumlahkan penerimaan
total hasil usahatani petani tebu rakyat dari lahan tebu yang di usahakannya,
dan penerimaan non pertaniannya yang didapatkan dari kegiatan sampingan.
Usaha sampingan yang dilakukan selain sebagai petani yaitu seperti pedagang,
pegawai, atau tukang bangunan. Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan
beberapa masalah yang melatarbelakangi dilakukan penelitian ini yakni:
1. Bagaimana pelaksanaan kemitraan antara petani tebu mitra mandiri
dengan PT PSMI di Kabupaten Way Kanan?
9
2. Bagaimana tingkat pendapatan usahatani tebu antara petani tebu mitra
mandiri biaya, partial kontrak, dan murni di Kabupaten Way Kanan?
3. Bagaimana tingkat pendapatan rumah tangga petani tebu mitra mandiri
biaya, partial kontrak, dan biaya di Kabupaten Way Kanan?
C.Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan
penelitian ini yaitu:
1. Mengetahui pelaksanaan kemitraan antara petani tebu dengan PT PSMI di
Kabupaten Way Kanan
2. Mengetahui besarnya tingkat pendapatan usahatani tebu antara petani
tebu mitra mandiri biaya, partial kontrak, dan murni di Kabupaten Way
Kanan
3. Mengetahui besarnya tingkat pendapatan rumah tangga petani tebu mitra
mandiri biaya, partial kontrak, dan biaya di Kabupaten Way Kanan
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Petani, sebagai bahan masukan dalam menetapkan langkah-langkah
usahanya untuk meningkatkan pendapatan.
2. Pemerintah, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan
kebijaksanaan peningkatan pendapatan rumah tangga petani tebu rakyat.
3. Masukan bagi para peneliti, mahasiswa, dan instansi lain yang mengkaji
permasalahan yang sama.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Tanaman Tebu
Tanaman tebu merupakan jenis tanaman perdu yang dibudidayakan di
daerah tropika dan subtropika sampai batas garis isoterm 20 0C yaitu
antara 190 LU-350 LS. Di Indonesia tebu banyak di budidayakan
dipulau jawa dan sumatera. Berikut ini sistematika pada tanaman tebu:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledone
Ordo : Graminales
Famili : Graminae
Genus : Saccharum
Species : Saccarum officinarum
Tanaman tebu terdiri dari beberapa bagian yaitu batang, akar, daun,
dan bunga. Akar pada tanaman tebu merupakan jenis akar serabut,
yang terdiri atas akar primer dan akar sekunder. Adapun perbedaan
antara akar primer dan sekunder yaitu, pada akar primer tumbuh pada
11
buku ruas stek batang bibit dengan akar yang lebih halus dan
bercabang banyak. Pada akar sekunder, akar tumbuh pada buku ruas
tunas yang tumbuh dari stek bibit dengan memiliki bentuk yang lebih
besar dan sedikit bercabang. Pada bagian batang tebu, tanaman tebu
memiliki batang yang lurus dan beruas-ruas yang dibatasi dengan
buku-buku. Pada setiap buku-buku tersebut terdapat mata tunas
sebagai sarana tumbuh bagi tanaman tebu. Diameter pada tanaman
tebu yaitu 3-5 cm dengan ketinggian 2-5 m dan tidak bercabang. Pada
bagian daun tebu, berbentuk busur seperti pita dan berpelepah seperti
daun jagung serta tidak memiliki tangkai. Bagian pada bunga tebu
berbentuk malai dengan panjang antara 50-80 cm dengan cabang
bunga tahap pertama berupa karangan bunga dan tahap selanjutnya
berupa tandan dengan dua bulir panjang 3-4 mm.
Pada proses budidaya tanaman tebu, kondisi tanah yang baik bagi
tanaman tebu adalah yang tidak terlalu kering dan tidak terlalu basah,
selain itu akar tanaman tebu sangat sensitif terhadap kekurangan udara
dalam tanah sehingga pengairan dan drainase harus sangat
diperhatikan. Dalam proses penanaman tebu perlu memperhatikan
beberapa aspek penting seperti sifat fisik dan kimia tanah, iklim seperti
curah hujan, suhu, sinar matahri dan angin. Berikut ini adalah proses
budidaya pada tanaman tebu (Indrawanto, 2010):
12
1. Pembersihan Areal
Pembersihan areal tanaman tebu bertujuan untuk membuat kondisi
fisik dan kimia tanah sesuai untuk perkembangan perakaran
tanaman tebu. Pembersihan lahan semak blukar dan hutan untuk
tanaman tebu baru (plant cane/PC) secara prinsip sama dengan
pembersihan lahan bekas tanaman tebu yang dibongkar untuk
tanaman tebu baru (ratoon plant cane/RPC). Akan tetapi pada PC
sedikit lebih berat karena tata letak kebun, topografi maupun
struktur tanahnya masih belum sempurna, selain itu terdapat pula
sisa-sisa batang perakaran yang mengganggu pelaksanaan kegiatan.
2. Penyiapan Lahan
Kegiatan penyiapan lahan terdiri dari pembajakan pertama,
pembajakan kedua, penggaruan dan pembuatan kairan. Pembajakan
pertama bertujuan untuk membalik tanah serta memotong sisa-sisa
kayu dan vegetasi lain yang masih tertinggal. Pembajakan kedua
dilaksanakan tiga minggu setelah pembajakan pertama. Penggaruan
bertujuan untuk menghancurkan bongkahan-bongkahan tanah dan
meratakan permukaan tanah.
3. Penanaman
Kebutuhan bibit tebu per ha antara 60-80 kwintal atau sekitar 10
mata tumbuh per meter kairan. Sebelum ditanam, bibit perlu diberi
perlakuan seperti dilakukannya seleksi pada bibit untuk
memisahkan bibit dari jenis-jenis yang tidak dikehendaki. Proses
13
selanjutnya yaitu dilakukan sortasi bibit untuk memilih bibit yang
sehat dan benar benar akan tumbuh serta memisahkan bibit bagal
yang berasal dari bagian atas, tengah dan bawah. Setelah proses
sortasi dilakuakn proses selanjutnya yaitu pemotongan bibit. Pada
pemotongan bibit harus menggunakan pisau yang tajam dan setiap
3-4 kali pemotongan pisau dicelupkan kedalam lisol dengan
kepekatan 20%.
4. Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk mengganti bibit tebu yang tidak
tumbuh, baik pada tanaman baru maupun tanaman keprasan,
sehingga nantinya diperoleh populasi tanaman tebu yang optimal.
Untuk bibit bagal penyulaman dilakukan 2 minggu dan 4 minggu
setelah tanam. Penyulaman dilaksanakan pada baris bagal 2-3 mata
sebanyak dua potong dan diletakkan pada baris tanaman yang telah
dilubangi sebelumnya. Apabila penyulaman tersebut gagal,
penyulaman ulang harus segera dilaksanakan.
5. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan dua kali aplikasi. Pada tanaman
baru, pemupukan pertama dilakukan saat tanam dengan 1/3 dosis
urea, satu dosis SP-36 dan 1/3 dosis KCl. Pemupukan kedua
diberikan 1-1,5 bulan setelah pemupukan pertama dengan sisa dosis
yang ada. Pada tanaman keprasan, pemupukan pertama dilakukan 2
minggu setelah kepras dengan 1/3 dosis urea, satu dosis SP-36 dan
14
1/3 dosis KCl. Pemupukan kedua diberikan 6 minggu setelah
keprasan dengan sisa dosis yang ada.
6. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
Pengendalian hama dan penyakit dapat mencegah meluasnya
serangan hama dan penyakit pada areal pertanaman tebu.
Pencegahan meluasnya hama dan penyakit dapat meningkatkan
produktivitas. Jenis hama yang menyerang tanaman tebu
diantaranya adalah Penggerek Pucuk (Triporyza vinella F), Uret
(Lepidieta stigma F), dan Penggerek Batang. Jenis penyakit yang
menyerang tanaman tebu yaitu, penyakit Mosaic, penyakit busuk
akar, penyakit blendok, dan penyakit Pokkahbung. Pengendalian
hama dan penyakit tersebut dengan cara menggunakan varietas bibit
yang sehat dan tahan hama penyakit dan dan mencegah penuluran
dengan memberikan disinfektan pada tanaman.
7. Pemanenan
Pelaksanaan panen dilakukan pada bulan Mei sampai September
dimana pada musim kering kondisi tebu dalam keadaan optimum
dengan tingkat rendemen tertinggi. Penggiliran panen tebu
mempertimbangkan tingkat kemasakan tebu dan kemudahan
transportasi dari areal tebu ke pabrik. Kegiatan pemanenan meliputi
estimasi produksi tebu, analisis tingkat kemasakan dan tebang
angkut. Adanya Pengaturan panen dimaksudkan agar tebu dapat
dipungut secara efisien dan dapat diolah dalam keadaan optimum.
15
Melalui pengaturan panen, penyediaan tebu dipabrik akan dapat
berkesinambungan dan dalam jumlah yang sesuai dengan kapasitas
pabrik sehingga pengolahan menjadi efisien. Kegiatan panen
termasuk dalam tanggung jawab petani, karena petani harus
menyerahkan tebu hasil panennya ditimbangan pabrik. Akan tetapi
pada pelaksanaannya umumnya petani menyerahkan pelaksanaan
panen kepada pabrik yang akan menggiling tebu.
2. Konsep Usahatani
Suratiyah (2006), usahatani adalah pengusaha tani yang mengusahakan
dan mengkordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam
sekitarnya sebaga modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-
baiknya.
Usahatani adalah suatu kegiatan bercocok tanam dengan
mengalokasikan sumber-sumber daya seperti tanah, lahan, tenaga
kerja, modal, dan air untuk memperoleh pendapatan guna memenuhi
kebutuhan hidup. Soekartawi (1991), usahatani adalah ilmu yang
mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang
ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan
yang tinggi pada waktu tertentu. Suatu usahatani dikatakan efektif bila
petani atau produsen dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka
miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila
pemanfaatan sumber daya tersebut menghasilkan keluaran (output)
yang melebihi masukan (input) usahatani nya.
16
Usahatani dapat memiliki produktivitas tinggi apabila pemanfaatan
pada faktor produksi dilakukan dengan pengelolaan yang tepat.
Beberapa faktor produksi pada usahatani yaitu tanah, tenaga kerja,
modal, dan faktor manajemen. Adanya pengelolaan faktor produksi
yang tepat, maka akan berpengaruh pada peningkatan pendapatan yang
akan diterima oleh petani.
Faktor sosial ekonomi pada petani yaitu umur, tingkat pendidikan,
pengalaman usahatani, luas lahan, dan jumlah tangungan keluarga
petani.
a. Umur
Umur mempengaruhi kemampuan berusahatani pada petani, petani
yang memiliki umur lebih tua biasanya memiliki pengalaman dan
kemampuan melakukan kegiatan usahatani lebih baik namun lebih
mudah lelah. Pada petani muda, memiliki pengalaman dan
keterampilan yang lebih sedikit tetapi lebih progresif terhadap
inovasi baru dan relatif lebih kuat (Soekartawi, 2002).
b. Tingkat Pendidikan
Rendahnya tingkat pendidikan petani dan keterbatasan teknologi
serta penguasaan teknologi modern merupakan faktor penyebab
rendahnya produktifitas hasil pertanian yang diperoleh oleh petani.
Rendahnya hasil produktifitas yang diperoleh tersebut yang
17
akhirnya membuat rendahnya tingkat pendapatan yang diterima
oleh petani (Tambunan, 2003).
c. Pengalaman Berusahatani
Proses mengamati pengalaman petani lain sangat penting
dilakukan, karena dengan cara tersebut petani dapat mengamati
dengan seksama dari petani lain yang melakukan inovasi baru. Hal
ini dapat digunakan sebagai cara untuk mengambil keputusan dari
pada dengan cara mengolah informasi sendiri (Soekartawi, 2002).
d. Luas Lahan
Luas lahan yang digunakan dalam skala usaha pertanian tradisional
karena komoditas yang ditanam petani relatif seragam yakni
jagung dan tanaman keras sejenisnya. Sehingga luas lahan
merupakan suatu nilai modal, aset dan tenaga kerja (Soekartawi,
2002).
e. Jumlah Tanggungan Keluarga
Adanya tuntutan kebutuhan rumah tangga yang besar membuat
petani berhati-hati dalam bertindak. Adanya kegagalan yang
dialami oleh petani dalam berusaha tani sangat berpengaruh
terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga. Jumlah anggota
keluarga yang besar seharusnya memberikan kontribusi yang kuat
untuk melakukan kegiatan usahatani sehingga mendapatkan
pendapatan yang besar (Soekartawi, 2002).
18
Menurut Shinta (2011), terdapat dua bentuk usahatani yaitu:
a. Perorangan
Bentuk usahatani perorangan yaitu faktor produksi dimiliki atau
dikuasai seseorang, maka hasilnya juga ditentukan oleh seseorang.
b. Kooperatif
Faktor produksi dimiliki secara bersama, maka hasilnya digunakan
dan dibagikan berdasarkan kontribusi dan pencurahan faktor faktor
yang lain. Pembagian hasil usahatani selanjutnya atas dasar
musyawarah setiap anggotanya seperti halnya keperluan
pemeliharaan dan pengembangan kegiatan sosial dari kelompok
tersebut antara lain: pemilikan bersama alat pertanian , alat
pemasaran dan lain-lain.
3. Teori Pendapatan
Pendapatan merupakan hasil pengurangan dari penerimaan dan biaya
total. Pendapatan terdiri atas pendapatan usahatani dan pendapatan
rumah tangga. Pendapatan usahatani yaitu pendapatan yang diperoleh
dari hasil selisih pendapatan kotor dan biaya produksi dalam satu
musim tanam. Pendapatan rumah tangga yaitu pendapatan yang
diperoleh dari hasil usahatani ditambah hasil pendapatan diluar
usahatani (Gustiyana, 2004).
19
a. Pendapatan Usahatani
Menurut Rahim dan Astuti (2008), pendapatan usahatani yaitu
selisih penerimaan dari hasil usahatani dengan semua biaya dalam
proses produksi (biaya usahatani). Biaya usahatani tersebut
merupakan semua nilai dari yang dikeluarkan oleh petani dalam
mengelola usahatani nya. Biaya usahatani diklasifikasikan menjadi
dua jenis yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap
(variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya relatif
tetap dan rerus dikeluarkan meskipun output yang diperoleh
sedikit. Biaya tetap diantaranya yaitu pajak, penyusutan alat, sewa
lahan, alat pertanian dan sebagainya. Biaya tidak tetap adalah
biaya yang diperoleh berdasarkan hasil produksi pertanian yang
diperoleh. Hasil penjumlahan antara biaya tetap dan biaya tetap
adalah total biaya (total cost), rumus dari total biaya adalah:
TC = FC + VC
Keterangan:
TC = total biaya(total cost)
FC = biaya tetap (fixed cost)
VC = biaya tidak tetap (variable cost)
Menurut Gustiyana (2004), pendapatan dalam analisis usahatani
dibagi kedalam dua jenis yaitu:
1. Pendapatan Kotor
Pendapatan kotor adalah pendapatan yang diperoleh petani
selama satu tahun yang dapat di perhitungkan dari hasil
20
penjualan atau pertukaran hasil produksi yang dinilai dalam
rupiah.
2. Pendapatan Bersih
Pendapatan bersih adalah pendapatan yang diperoleh petani
dalam satu tahun dikurangi dengan biaya produksi.
Rumus pendapatan usahatani menurut Rahim dan Hastuti
(2008) adalah:
Pd = TR – TC
TR = Y.Py
TC = FC + VC
Keterangan:
Pd = pendapatan usahatani
TR = total penerimaan (total revenue)
TC = total biaya (total cost)
Y = produksi yang diperoleh
Py = harga Y
FC = biaya Tetap (fixed cost)
VC = biaya tidak tetap (variable cost)
Secara matematis untuk menghitung pendapatan usahatani
dapat menggunakan rumus:
∑
Keterangan:
x = pendapatan (Rp)
Y = hasil produksi(Kg)
Py = harga hasil produksi (Rp)
Xi = faktor produksi (i= 1,2,3,…n)
Pxi = Harga faktor produksi ke I (Rp)
BTT = biaya tetap total(Rp)
21
Untuk mengetahui apakah suatu usahatani menguntungkan atau
tidak secara ekonomi dapat dianalisis menggunakan nisbah atau
perbandingan antara penerimaan dan biaya.
Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
∑
Dalam melaksanakan usahatani, petani harus mendapatkan
rasio antara total biaya dan total penerimaan yang dikeluarkan
harus lebih besar dari satu (R/C > 1). Jika nilai R/C kurang
dari satu (R/C < 1), maka petani mengalami kerugian, hal ini
menunjukan bahwa biaya yang dikeluarkan oleh lebih besar
dari pada total penerimaan yang diterima petani.
b. Pendapatan Rumah Tangga
Pendapatan rumah tangga merupakan tolak ukur yang dapat
digunakan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan rumah tangga.
Pada umumnya, pendapatan rumah tangga dipedesaan tidak hanya
berdasarkan pada satu sumber, tetapi berasal dari dua atau lebih
sumber pendapatan. Sumber pendapatan rumah tangga tidak hanya
berasal dari hasil kegiatan pertanian, tetapi juga dari luar usaha
pertanian. Sumber pendapatan petani dari pertanian yaitu
pendapatan dari usahatani, ternak, buruh tani, menyewakan lahan,
dan bagi hasil. Sumber pendapatan diluar usaha pertanian yaitu
pendapatan dari industri rumah tangga, perdagangan, pegawai,
22
jasa, buruh non pertanian serta buruh subsektor pertanian lainnya
(Sajogyo, 1990). Rumus yang digunakan untuk menghitung
pendapatan rumah tangga yaitu:
Pendapatan Rumah tangga= Pendapatan off farm + Pendapatan on
farm + Pendapatan non farm
Keterangan :
P off Farm : Pendapatan non usahatani
P on farm : Pendapatan usahatani
P non farm : Pendapatan diluar sektor pertanian
Adapun ukuran-ukuran pedapatan menurut Soekirno (2005),
adalah:
1. Pendapatan Kerja Petani
Pendapatan kerja petani diperoleh dengan cara menghitung
semua penerimaan yang diperoleh. Penerimaan ini kemudian
dikurangi dengan semua pengeluaran baik tunai maupun
diperhitungkan, termasuk bunga modal dan nilai kerja keluarga.
2. Penghasilan Kerja Petani
Penghasilan kerja petani diperoleh dari selisih antara total
penerimaan usahatani dengan total pengeluaran usahatani.
Hasil selisih yang diperoleh, kemudian dikurangi dengan bunga
modal.
3. Pendapatan Kerja Keluarga
Pendapatan kerja keluarga merupakan pendapatan yang
diperoleh melalui balas jasa dari kerja dan pengelolaan petani
dan anggota keluarga. Apabila kegiatan usahatani dilakukan
oleh petani dan keluarganya, maka ukuran inilah yang
23
digunakan untuk mengetahui keberhasilan kegiatan usahatani.
Pendapatan kerja petani diperoleh dengan cara menambah
penghasilan kerja petani dengan nilai kerja keluarga.
4. Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluarga diperoleh dengan cara menghitung
pendapatan dari sumber lain yang diterima keluarganya
disamping kegiatan usahatani. Cara ini dapat digunakan
apabila petani tidak membedakan sumber-sumber
pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
4. Konsep Kemitraan
Menurut Hafsah (2000), dalam Fadilah dan Sumardjo (2011),
Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak
atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih manfaat atau
keuntungan bersama sesuai prinsip saling membutuhkan dan saling
mengisi berdasarkan pada kesepakatan. Adapun menurut Partomo
(2004), dalam Fadilah dan Sumardjo (2011), kemitraan usaha
merupakan salah satu strategi pengembangan UKM dimana terdapat
hubungan kerja sama usaha di antara pihak yang bersifat sinergis, suka
rela, berdasarkan prinsip saling membutuhkan, saling mendukung, dan
saling menguntungkan disertai dengan pembinaan dan pengembangan
UKM oleh usaha besar.
24
Menurut Haeruman (2001), kemitraan secara ekonomi dapat dijelaskan
sebagai suatu persekutuan dari dua orang atau lebih sebagai pemilik
bersama yang menjalankan suatu bisnis mencari keuntungan. Esensi
kemitraan terletak pada kontribusi bersama baik berupa tenaga maupun
benda atau keduanya untuk tujuan kegiatan ekonomi. kemitraan juga
diartikan sebagai suatu perusahaan dengan sejumlah pemilik yang
menikmati bersama keuntungan-keuntungan dari perusahaan dan
masing-masing menanggung liabilitas yang tidak terbatas atas hutang-
hutang perusahaan.
Menurut Shinta (2011), terdapat beberapa pola kemitraan diantaranya
adalah:
1. Pola Kemitraan Inti Plasma
Model inti plasma adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil
dengan usaha menengah atau usaha besar, yang di dalamnya usaha
menengah atau usaha besar bertindak sebagai inti dan usaha kecil
selaku plasma. Pada model kemitraan ini dapat berupa kemitraan
langsung antara kelompok tani sebagai plasma yang memproduksi
bahan baku dengan perusahaan agroindustri yang melakukan
pengolahan. Berikut ini gambar mengenai pola kemitraan inti
plasma.
25
Gambar 1. Pola Kemitraan Inti Plasma
Sumber :Shinta, 2011
2. Pola Kemitraan Kontrak Beli
Pada model kemitraan ini, terjadi hubungan kerjasama antara
kelompok skala kecil dengan perusahaan agroindustri skala
menengah atau besar yang dituangkan dalam suatu perjanjian
kontrak jual beli secara tertulis untuk jangka waktu tertentu yang
disaksikan oleh Instansi Pemerintah. Dalam hal ini Kelompok tani
sebagai wadah untuk mengkoordinasikan para anggotanya dalam
pengaturan produksi, pengumpulan, dan penyortiran produksi yang
akan dibeli oleh perusahaan, melakukan pengemasan produksi
sesuai dengan permintaan perusahaan pembeli dan mewakili
anggotanya dalam hubungannya dengan perusahaan pembeli.
Kelompok merupakan wadah bagi anggotanya dalam negosiasi
harga dengan perusahaan pembeli. Dalam model ini pemerintah
tidak terlibat secara langsung, fungsinya hanya sebagai moderator
dan fasilitator.
Plasma
Plasma Kelompok
Perusahaan
Inti
Plasma
26
Gambar 2. Pola Kemitraan Kontrak Beli
Sumber :Shinta, 2011
3. Pola Kemitraan Sub Kontrak
Model Sub Kontrak adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil
dengan usaha menengah atau besar yang di dalamnya usaha kecil
memproduksi komponen dan atau jasa yang merupakan bagian dari
produksi usaha menengah atau usaha besar. Model kemitraan ini
menyerupai pola kemitraan contract farming tetapi pada pola ini
kelompok tidak melakukan kontrak secara langsung dengan
perusahaan pengolah (processor) tetapi melalui agen atau
pedagang.
Gambar 3. Pola Kemitraan Sub Kontrak
Sumber :Shinta, 2011
4. Pola Kemitraan Dagang Umum
Model kemitraan dagang umum adalah hubungan kemitraan antara
perusahaan kecil dengan usaha menengah atau besar. Usaha kecil
Perusahaan Inti
Fasilitator Menghasilkan
Produk
Kelompok Mitra
Memproduksi Komponen Produksi
Kelompok mitra memproduksi komponen yang
diperlukan perusahaan sebagai mitra produksi nya
Perusahaan Mitra
Kelompok Mitra
Kelompok Mitra
27
memasok kebutuhan yang diperlukan oleh usaha menengah atau
usaha besar atau usaha kecil yang membesarkan hasil usaha besar.
Pengembangan pola dagang umum dapat dilakukan dengan cara
mewajibkan usaha menengah atau usaha besar yang menjadi mitra
usahanya memasarkan hasil produksi usaha kecil, atau usaha kecil
memasok keperluan usaha menengah atau besar. Memberikan
kesempatan usaha kecil untuk mengerjakan produksinya sesuai
keahlian usaha kecil dimaksudkan dan menjual hasil produksinya
tersebut sesuai keahlian usaha kecil dimaksud dan menjual hasil
produksinya tersebut kepada usaha menengah atau usahanya besar
yang bukan mitra usahanya. Memberikan kesempatan usaha kecil
untuk memasarkan produksi dari usaha besar.
Gambar 4. Pola Kemitraan Dagang Umum
Sumber :Shinta, 2011
5. Model Kemitraan Kerjasama Oprasional Agribisnis (KOA)
Model kerjasama operasional agribisnis (KOA) merupakan
hubungan kemitraan yang di dalamnya kelompok mitra
Kelompok
Mitra
Perusahaan
Mitra
Konsumen
Industri
Memasarkan
Produksi Kelompok Kelompok mitra memasok
kebutuhan yang diperlukan
perusahaan mitra atau perusahaan
mitra memasarkan produk hasil
produksi kelompok mitra
28
menyediakan lahan, sarana, dan tenaga kerja, sedangkan
perusahaan-perusahaan mitra menyediakan biaya atau modal dan
atau sarana untuk mengusahakan atau membudidayakan suatu
komoditi pertanian.
Gambar 5. Pola Kemitraan KOA
Sumber :Shinta, 2011
Kemitraan adalah suatu bentuk kerjasama yang dilakukan oleh dua
orang atau lebih yang diharapkan dengan kerjasama tersebut pihak-
pihak yang mengikuti memperoleh keuntungan. Terdapat beberapa
jenis-jenis kemitraan menurut PT PSMI diantaranya yaitu:
1. Kemitraan Mandiri Biaya
Kemitraan biaya yaitu suatu bentuk kerjasama kemitraan dimana
semua biaya yang diperlukan oleh petani untuk melakukan
budidaya tanaman tebu dari proses pengolahan lahan sampai
pemanenan sepenuhnya dibantu oleh perusahaan.
-Lahann
-Sarana
-Tenaga
-Biaya
-Modal
-Teknologi
Kelompok mitra menyediakan
lahan,sarana dan tenaga kerja.
Sedangkan perusahaan
menyediakan modal, sarana,
dan biaya untuk mengusahakan
atau membudidayakan suatu
komoditi pertanian.
Kelompok
Mitra
Perusahaa
n Mitra
29
2. Kemitraan Mandiri Parsial Kontrak
Kemitraan parsial kontrak yaitu suatu bentuk kerjasama dimana
sebagian besar biaya dan kegiatan usahatani nya dilakukan oleh
petani. Perusahaan hanya memberikan bantuan biaya pada saat
pengolahan lahan.
3. Kemitraan Mandiri Murni
Kemitraan mandiri murni adalah suatu bentuk kerjasama kemitraan
dimana seluruh biaya pengolahan lahan sampai dengan pemanenan
ditanggung oleh petani.
B. Kajian Penelitian Terdahulu
Adanya kajian terdahulu pada penelitian sejenis penting dilakukan untuk
mendukung dan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan penelitian.
Kajian penelitian terdahulu yang dilakukan dapat dijadikan sebagai
gambaran kepada penulis tentang penelitianyang sejenis, sehingga dapat
dijadikan referensi bagi penulis. Kajian penelitian terdahulu disajikan
secara lengkap pada Tabel 5.
30
Tabel 4. Kajian Penelitian Terdahulu
No Judul Penelitian / Peneliti Metode Hasil
1. Analisis Pendapatan dan Distribusi
Pendapatan Usahatani Tebu Rakyat di
Kabupaten Lampung Utara (Gustiana,
2017)
1. Analisis deskriptif
2. Analisis
pendapatan
3. Indeks Ratio Gini
Pendapatan usahatani tebu rakyat di Kecamatan Bunga Mayang
Kabupaten Lampung Utara sebesar Rp.41.112.081,95 dengan
rasio atas biaya tunai sebesar 2,32 dan rasio atas biaya total sbesar
1,96 sedangkan pendapatan usahatani tebu rakyat per 1 ha atas
biaya tunai sebesar Rp.23.067.504,55 dan pendapatan atas biaya
total sebesar Rp.19.670.852,61. Pendapatan rumah tangga petani
tebu rakyat di Kecamatan Bunga Mayang. Kabupaten Lampung
Utara sebesar Rp.50.187.402,16/ tahun yang bersumber dari
pendapatan usahatani dari kegiatan budidaya sendiri (on farm),
kegiatan usahatani di luar kegiatan budidaya (off farm), dan
aktivitas diluar kegiatan pertanian (non farm). Distribusi
pendapatan usahatani tebu rakyat di Kecamatan Bunga Mayang
Kabupaten Lampung Utara berada pada kriteria sedang dengan
nilai indeks gini sebesar 0,43. Distribusi pendapatan rumah
tangga petani tebu rakyat di Kecamata Bunga Mayang Kabupaten
Lampung Utara sudah merata dengan indeks gini sebesar 0,36.
2. Analisis Pendapatan dan Tingkat
Kesejahteraan Rumah Tangga Petani
Pisang di Kecamatan Padang Cermin
Kabupaten Pesawaran (Canita, 2017)
1.Analisis Deskriptif
2.Analisis
Pendapatan
Pendapatan rumah tangga petani pisang di Kecamatan Padang
Cermin Kabupaten Pesawaran sebesar Rp.31.423.829,36 per
tahun. Sumber pendapatan berasal dari usahatani pisang sebesar
Rp.27.300.193,18 (86,88%), dan dari luar pertanian sebesar
Rp.4.123.636,18 (13,21%). Distribusi pendapatan rumah tangga
petani pisang di Desa Padang Cermin masuk tidak merata. Hal ini
ditunjukan dengan nilai gini rasio sebesar 0,53. Tingkat
kesejahteraan petani menurut Sajogyo (1997), rumah tangga
30
31
petani pisang di Desa Padang Cermin masuk kedalam golongan
cukup 72,73%, sementara menurut kriteria Badan Pusat Statistik
(2014), masuk kategori belum sejahtera sebesar 90,90%.
3. Pengaruh Kemitraan Terhadap
Pendapatan Petani Tebu (Analia Utami
dkk, 2016)
1.Analisis Deskriptif
2. Analisis
Pendapatan
3.Analisis regresi
linier sederhana
Pola kemitraan yang diterapkan di PG Rajawali II, unit PG
Jatitujuh Kabupaten Majalengka yaitu Pola Inti Plasma, hal ini
dapat dicirikan dimana perusahaan memberikan sarana produksi,
memberikan bimbingan teknis manajemen, menampung,
mengelola serta memasarkan hasil produksi. Pendapatan Petani
tebu dengan sistem pola kemitraan dapat meningkatkan dapat
meningkatkan pendapatan petani tebu. Terdapat pengaruh pola
kemitraan yang dikembangkan pabrik gula terhadap pendapatan.
4. Analsisi Distribusi Pendapatan
Usahatani Sayuran di Dusun Buket Desa
Bulugunung, Kecamatan Plaosan,
Kabupaten Magetan (Harsati, 2016)
1.Analisis Deskriptif
2.Analisis
Pendapatan
Keragaan sumber pendapatan rumah tangga petani berasal dari
tiga sumber yaitu usahatani sayuran, usahatani non sayuran, dan
non usahatani. Rata-rata total biaya usahatani sayuran adalah
sbesar Rp.3.953.475,00 per tahun. Rata-rata penerimaan dari
usahatani sayuran adalah sebesar Rp.20.644.866,67, sedangkan
total pendapatan rata-rata usahatani sayuran di Kecamatan
Plaosan adalah sebesar Rp.16.691.391,67. Tingkat kemerataan
lahan menururt koefisieng gini dan kriteria world bank termasuk
tinggi. Kontribusi sektor pertanian memiliki kontribusi sebesar
79,58% terhadap pendapatan rumah tangga sehingga sektor
pertanian memiliki konstribusi sangat tinggi terhadap pendapatan
rumah tangga petani.
5. Pengaruh Kemitraan Terhadap
Pendapatan Usahatani Tebu (Syaifun
dkk, 2015)
1. Analisis
Deskriptif
2. Analisis
Bentuk kemitraan PG Pakis Baru dengan petani tebu adalah
sebagai avails atau sebagai penanggung jawab apabila terjadi
kegagalan pengembalian kredit atau sebagai penjamin kredit
32 31
Tabel 4. (Lanjutan)
32
Pendapatan
3. Analisis Regresi
Linier Berganda
petani tebu mitra. Rata-rata jumlah penerimaan usahatani tebu
petani mitra dalam satu kali musim tanam sebesar
Rp.40.601.264,00 per hektar dengan jumlah rata-rata biaya
sebesar Rp.25.261.110,00 per hektar per musim tanam dan
diperloleh pendapatan rata-rata Rp.14.980.154,00 per hektar per
musim tanam. Sedangkan penerimaan usahatani petani tebu non
mitra dalam satu kali musim tanam sebesar Rp.33.569.741,00 per
hektar dengan jumlah biaya rata-rata Rp.23.493.391,00 dan
diperoleh pendapatan sebesar Rp.10.076.350,00. Berdasarkan
hasil uji statistik menunjukan bahwa variabel kemitraan
memperoleh nilai profitabilitas signifikasi 0,000 dengan nilai
koefisiensi input pada faktor pendapatan kemitraan sebesar
4,981E6 atau menunjukan nilai positif (+) artinya kemitraan
member pengaruh positif terhadap pendapatan usahatani tebu.
6. Analisis Pendapatan dan Tingkat
Kesejahteraan Rumah Tangga Petani
Tebu Tanam dan Keparsan di
Kabupaten Bantul (Rohmah dkk, 2014)
1. Analisis deskriptif
2. Analisis
pendapatan
3. Analisis regresi
linier berganda
4. Indeks Ratio Gini
Faktor-faktor yang berpengaruh secara positif terhadap produksi
usahatani tebu di Kabupaten Bantul adalah luas lahan, jumlah
bibit, jumlah pupuk ZA, jumlah pestisida, jumlsh tenaga kerja
garap dan jumlah tenaga kerja panen. Pendapatan tebu per hektar
untuk tebu keprasan 1 lebih tinggi daripada pendapatan tebu
tanam dan keprasan 2 per hektar. Faktor-faktor yang berpengaruh
secara positif terhadap pendapatan usahatani tebu di Kabupaten
Bantul adalah luas lahan, sedangkan faktor yang berpengaruh
nyata secara negatif terhadap pendapatan adalah harga bibit yang
dinormalkan dan upah tenaga kerja garap yang dinormalkan.
Risiko usahatani tebu dari yang paling rendah risikonya baik
risiko produksi maupun risiko pendapatan adalah tebu keprasan 1,
tebu tanaman dan keprasan 2. Kontribusi pendapatan usahatani
32
Tabel 4. (Lanjutan)
33
tebu baik tebu tanam, keprasan 1 dan tebu keprasan 2 hampir
sama yaitu konstribusi yang tinggi terhdapa pendapatan total.
Pendapatan usahatani tebu baik tebu tanam, tebu keprasan 1 dan
tebu keprasan 2 memperkecil ketimpangan pendapatan total
rumah tangga. Rumah tangga tani tebu merupakan rumah tangga
yang sejahtera.
7. Analisis Pendapatan dan Tingkat
Kesejahteraan Rumah Tangga Petani
Jagung di Kecamatan Natar, Kabupaten
Lampung Selatan (Sari, 2014)
1. Analisis
Deskriptif
2. Analisis
Pendapatan
Pendapatan rumah tangga petani jagung bersumber dari
pendapatan usahatani jagung dan non jagung, dan dari luar
kegiatan usahatani. Pendapatan petani yang berasal dari kegiatan
on farm memberikan kontribusi lebih besar (86,85%)
dibandingkan dengan pendapatan yang berasal dari kegiatan
lainnya. Berdasarkan kriteria Sayigyo (1997), petani jagung di
Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan sebagian besar
berada dalam kategori cukup yaitu sebesar 60,78%. Pada kriteria
BPS (2007) rumah tangga petani jagung di Kecamatan Natar
masuk dalam kategori sejahtera yaitu 70,59%.
8. Analisis Pendapatan Petani Tebu di
Kecamatan Jepon Kabupaten Blora
(Yanutya, 2013)
1. Analisis
Deskriptif
2. Analisis Linier
Berganda
Usahatani tebu di Kecamatan Japon dilihat dari wilayahnya hanya
mencakup beberapa desa yaitu Desa Bacem, Desa Ngampon,
Desa Puledagel, dan Desa Soko. Jika dilihat dari luas lahan,
usahatani di Kecamatan Jepon didominasi oleh petani tebu dengan
luas lahan 0,26-0,50 ha. Pada tahun 2012 pendapatan petani tebu
rendah dipengaruhi oleh pengalama petani tebu yang kurang, dan
modal yang minim. Terdapat tiga variabel yang tidak
berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani tebu yaitu luas
lahan, biaya tenaga kerja, dan umur. Terdapat tiga variabel yang
berpengaruh nyata yaitu modal, pendidikan, dan harga.
33
Tabel 4. (Lanjutan)
34
9. Pola Kemitraan dan Pendapatan
Usahatani Kelapa Sawit di Desa
Tanjung Jaya, Kecamatan Bangun Rejo
Kabupaten Lampung Tengah (Irene,
2013)
1.Analisis Deskripfit
2.Analisis
Kelayakan
Finansial
Sistem kelembagaan dalam pengelolaan usahatani kelapa sawit
yang merupakan pola kemitraan di Desa Tanjung Jaya,
Kecamatan Bangun Rejo Anatara PT Perkebunan Nusantara VII
dan petani mitra berjalan efektif. Adapun pola kemitraan pada
usahatani kelapa sawit antara petani dan perusahaan adalah pola
kemitraan inti plasma. Pada kemitraan ini, perusahaan bertindak
sebagai pemberi pinjaman modal berupa bibit kelapa sawit serta
bimbingan teknis. Usahatani kelapa sawit di Desa Tanjung Jaya,
Kecamatan Bangun Rejo yang bermitran dengan perusahaan
secara financial layak untuk dikembangkan. Hal ini ditunjukan
dengan nilai Gross B/C sebesar 1,6616; Net B/C sebesar 1,9519 ;
NPV sebesar 188.556.020,086 ; IRR sebesar 23,3516 ; dengan
payback period selama 9 tahun pada tingkat suku bunga 16%.
10. Biaya dan Pendapatan Usahatani Tebu
Menurut Status Kontrak (Saskia dan
Waridin, 2012)
1.Analisis Deskriptif
2.Analisis
Pendapatan
3.Uji Normalitas
Biaya usahatani petani tebu yang memiliki kontrak penggilingan
ternyata lebih besar dibandingkan dengan petani tebu yang
memiliki kontrak kredit. Penerimaan petani tebu dengan kontrak
kredit lebih besar dibandingkan dengan petani tebu yang memiliki
kontrak penggilingan, begitupula pendapatannya. Terdapat
perbedaan yang signifikan antara pendapatan atau laba bersih
yang diperoleh petani tebu yang memiliki kontrak kredit dengan
petani tebu yang memiliki komtrak penggilingan. Kemitraan
antara petani tebu dengan PT IGN Cepiring lebih menguntungkan
apabila menggunakan kontrak kredit.
34
Tabel 4. (Lanjutan)
35
Persamaan penelitian ini pada penelitian sebelumnya yaitu pada penelitian
Rohmah (2014), dan Gustiana (2017) yaitu metode analisis data yang
digunakan. Pada penelitian tersebut menggunakan metode anlisis
kuntitatif dan analisis deskriptif kualitatif. Analisis yang digunakan pada
kedua penelitian tersebut yaitu analisis pendapatan usahatani tebu dan
analisis distribusi pendapatan petani tebu yang diuji menggunankan indeks
gini.
Perbedaan penelitian ini pada penelitian sebelumnya yaitu pada penelitian
Rohmah (2014) dan Gustiana (2017), yaitu lokasi penelitian yang
dilakukan dan responden yang digunakan pada penelitian. Pada penelitian
Saskia dan Waridin (2012) pada penelitian ini ditekankan pada analisis
biaya dan pendapatan usahatani tebu. Syaifun (2015) dan Utami (2016)
dalam penelitian yang dilakukan oleh kedua nya lebih menekankan pada
analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani tebu.
Pada penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu ingin mengetahui
jumlah pendapatan yang diperoleh oleh petani tebu yang melakukan
kerjasama kemitraan dengan status mandiri serta distribusi pendapatan
usahatani tebu milik petani yang melakukan kerjasama dengan PT
Pemukasakti Manisindah.
Kelebihan pada penelitian ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya
yaitu, pada penelitian ini penentuan pendapatan petani dilihat melaui status
kontrak kerjasama antara petani dengan perusahaan dan besarnya
rendemen rebu yang dihasilkan oleh petani pada saat musim panen. Pada
36
penelitian Gustiana (2017), penentuan pendapatan petani tebu dilihat
berdasarkan kandungan rendemen tebu setiap individu. Pada penelitian ini
juga menjelaskan status serta kontrak kerjasama antara petani dan
perusahaan, yang mempengaruhi tingkat pendapatan yang diperoleh oleh
petani.
C. Kerangka Pemikiran
Hubungan kerjasama kemitraan antara petani tebu dan perusahaan
membawa dampak positif terhadap pertumbuhan perekonomian
masyarakat. Perkembangan kerjasama kemitraan yang terus meningkat
setiap tahun tidak diikuti dengan perkembangan kualitas hasil usahatani
tebu yang dihasilkan oleh petani. Hasil produktivitas yang didapat oleh
petani mitra mandiri dengan luas lahan 4.600 ha lebih rendah
dibandingkan dengan hasil produktivitas yang dihasilkan perusahaan.
Dapat dikatakan bahwa hasil pendapatan yang dapat diterima dari
melakukan usahatani tebu belum maksimal.
Adanya bimbingan teknis yang dilakukan oleh pihak perusahaan
diharapkan dapat membantu meningkatkan produktivitas tebu yang
dihasilkan oleh petani mitra. Dalam perjanjian kerjasama kemitraan pihak
perusahaan juga bersedia meminjamkan pinjaman dana serta sarana
produksi yang dibutuhkan kepada pihak petani dalam melakukan proses
budidaya. Penggunaan input-input pertanian yang dilakukan secara
optimal merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan produksi yang diperoleh. Faktor-faktor produksi tersebut
37
diantaranya adalah luas lahan, pupuk urea, pupuk KCL, pestisida atau
herbisida dan sebagainya. Dalam pelaksanaannya, meskipun sudah
mendapat bimbingan teknis oleh pihak perusahaan serta adanya bantuan
modal dan sarana produksi, pada kenyataan nya petani lambat dalam
menyerap informasi dan tidak mengikuti prosedur proses budidaya
tanaman yang harus dilakukan oleh petani untuk meningkatkan
produktifitas tebu yang dihasilkan. Sehingga hasil produktivitas yang
diperoleh oleh petani tidak maksimal yang berpengaruh terhadap
pendapatan yang diperoleh oleh petani mitra mandiri.
Produksi hasil pertanian yang diperoleh petani mitra akan di distribusikan
keperusahaan untuk dilakukan pengolahan tebu menjadi gula. Perhitungan
penerimaan yang akan diperoleh petani yaitu berdasarkan jumlah
rendemen yang dihasilkan pada tebu yang dikirim oleh petani mitra.
Dalam penelitian ini diperlukan nya identifikasi biaya dan penerimaan
yang didapat oleh petani untuk mengetahui besar nya biaya-biaya produksi
yang dikeluarkan oleh petani dalam satu kali musim tanam. Untuk
mengetahui keuntungan yang diperoleh petani dapat dilakukan dengan
cara menghitung total penerimaan yang diterima yang telah dikurang
dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh petani. Dalam perhitungan
penerimaan dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan rasio R/C.
Suatu usahatani dapat dikatakan menguntungkan apabila nilai rasio yang
diperoleh yaitu lebih besar dari satu.
38
Terdapat beberapa cara yang dilakukan oleh petani untuk meningkatkan
pendapatan yang di peroleh petani mitra seperti melakukan kegiatan usaha
baik diseketor pertanian maupun non pertanian. Beberapa jenis kegiatan
usaha disektor pertanian yang dilakukan yaitu budidaya tanaman palawija,
ubi kayu, sayuran. Pada kegiatan usaha non pertanian yaitu seperti buruh,
berdagang dan beberapa pekerjaan lainnya.
Beberapa sumber pendapatan tersebut, maka dapat diketahui berapa
besarnya jumlah pendapatan yang diterima oleh petani dari usahatani tebu,
usahatani non tebu dan usaha non pertanian. Kerangka pemikiran analisis
pendapatan petani tebu mitra mandiri disajikan pada Gambar 6.
39
Kemitraan
Faktor Produksi :
Luas Lahan
Pupuk Urea
Pupuk KCL
Pupuk SP36
Pestisida
Tenaga Kerja
Mandiri Murni Mandiri Biaya Parsial Kontrak
Proses
produksi
Output
(Tebu)
Biaya Produksi Penerimaan
Harga
Pendapatan
usahatani tebu
Pendapatan diluar
usahatani
Pendapatan
diluar petanian
Pendapatan
Rumah tangga
Gambar 6. Kerangka pemikiran analisis pendapatan rumah tangga petani tebu mitra mandiri Pada PT
Pemukasakti Manisindah.
40
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode studi kasus.
Metode studi kasus adalah metode riset yang menggunakan berbagai
macam sumber data yang bisa digunakan untuk meneliti, menguraikan,
dan menjelaskan secara komprehensif berbagai aspek individu, kelompok,
suatu program, organisasi atau peristiwa secara sistematis (Kriyantono,
2006). Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif
kualitatif, yaitu dengan cara mendeskripsikan dan menjelaskan data-data
yang diperoleh saat penelitian melalui pertanyaan yang sama pada setiap
responden penelitian. Statistik desktriptif merupakan suatu analisis yang
mengacu pada transformasi data mentah ke dalam suatu bentuk yang
membuat pembaca lebih mudah untuk memahami dan menafsirkan
maksud dari data angka yang ditampilkan (Sarwono, 2006).
B. Konsep Dasar dan Definisi Operasional
Konsep dasar definisi oprasional adalah suatu penjelasan informasi dalam
melakukan suatu kegiatan analisis penelitian sehingga kegiatan yang
dilakukan dapat terarah sesuai dengan tujuan penelitian.
41
Biaya produksi yaitu biaya yang dikelurkan selama proses produksi satu
kali musim tanam yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variable.
Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam usahatani yang tidak
bergantung pada output yang dihasilkan, seperti penyusutan alat-alat dan
pajak, diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/th).
Biaya variabel adalah biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah
produksi dan merupakan biaya yang digunakan untuk membeli faktor
produksi seperti pupuk, pestisida dan tenaga kerja yang diukur dalam
satuan rupiah (Rp).
Biaya produksi tebu adalah seluruh biaya pemakaian faktor-faktor
produksi yang dikeluarkan dalam usahatani tebu, secara tunai dan
diperhitangkan dalam satu musim tanam yang diukur dalam satuan rupiah
(Rp).
Harga Output adalah harga tebu dan tetes yang berlaku bagi petani mitra
pada saat transaksi diukur dan diukur dalam Rp/ton.
Jumlah pupuk adalah banyak nya pupuk yang digunakan dalam usahatani
pada proses produksi untuk satu kali musim tanam diukur dalam satuan
kilogram (kg).
Jumlah pestisida adalah banyak nya racun yang digunakan untuk
mengendalikan hama dan penyakit tanaman dalam satu kali musim tanam
per hektar.
42
Kemitraan adalah kerjasama dalam keterkaitan usaha dengan dasar
prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat, dan
menguntungkan yang melibatkan pelaku usaha kecil, menengah dan besar.
Kerjasama sistem oprasional (KSO) adalah suatu bentuk kerjasama
yang dalam pelaksanaannya petani menyerahkan lahan yang dimiliki
kepada pihak perusahaan, dan seluruh kegiatan budidaya tanaman tebu
dilakukan oleh pihak perusahaan.
Luas lahan adalah suatu tempat yang digunakan oleh petani untuk
melakuan kegiatan budidaya tanaman tebu yang diukur dalam satuan
hektar (ha).
Mandiri biaya adalah kerjasama kemitraan yang dalam pelaksanaannya
biaya yang diperlukan oleh petani untuk melakukan proses budidaya
merupakan dana pinjaman dari perusahaan.
Mandiri parsial kontrak adalah kerjasama kemitraan yang pada awal
proses pengolahan lahan dan penanaman dilakukan oleh pihak perusahaan
dan untuk proses selanjutnya dikerjakan oleh petani.
Mandiri murni adalah kerjasama kemitraan yang dalam pelaksanaannya
seluruh biaya dan kegiatan budidaya tanaman tebu dilakukan oleh petani
dengan bimbingan teknis dari perusahaan.
Output adalah hasil pengolahan tebu berupa gula dan tetes yang diukur
dalam satuan ton (Ton).
43
Petani tebu adalah sebutan untuk orang atau manusia yang melakukan
kegiatan usaha bercocok tanam dalam pemanfaatan lahan di bidang
pertanian khususnya komoditas tebu.
Produksi tebu jumlah output yang dihasilkan melalui proses budidaya
tebu dilahan pertanian untuk satu kali musim tanam, yang diukur dalam
satuan ton.
Penerimaan adalah perkalian anatara produksi dengan harga jual yang
diterima oleh petani. Diukur dalam satuan rupiah per musim tanam
(Rp/th).
Penerimaan usahatani tebu adalah penerimaan yang diterima oleh petani
yang dihitung dengan cara mengalikan jumlah produksi gula dengan harga
gula ditambah dengan jumlah tetes dikali dengan harga dan diukur dalam
satuan rupiah (Rp).
Pendapatan usahatani adalah penerimaan yang diperoleh petani setelah
dikurangi biaya yang dikeluarkan selama proses produksi dalam satu kali
musim tanam. Pendapatan usahatani diukur dalam satuan rupiah per
musim tanam (Rp/tanam).
Pendapatan usahatani tebu adalah penerimaan yang diperoleh petani
tebu setelah dikurang biaya selama proses produksi seperti, pembelian
pupuk, bibit, upah tenaga kerja, dan biaya penyusutan alat-alat pertanian
dalam satu kali musim tanam. Diukur dalam satuan rupiah pertahun
(Rp/th).
44
Pendapatan usahatani no tebu adalah pendapatan usahatani yang
diperoleh diluar kegiatan budidaya tanaman tebu
Pendapatan rumah tangga adalah hasil pendapatan yang diperoleh dari
penjumlahan pendapatan usahatani dan dan pendapatan non pertanian
yang diperoleh petani.
Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam untuk
mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman yang diukur dalam
satuan kilogram (kg).
Rendemen adalah kadar kandungan gula dalam batang tebu yang
dinyatakan dalam persen. Rendemen untu PT Pemukasakti Manisindah
yaitu 75%.
Usahatani adalah suatu tempat dimana sekelompok orang melakukan
usaha untuk mengelola faktor-faktor produksi seperti alam, tenaga kerja,
modal, dan keterampilan dengan tujuan untuk menghasilkan produksi dan
pendapatan di sektor pertanian.
Usahatani tebu adalah suatu usaha yang dilakukan dengan
mengalokasikan sumber daya yang ada (lahan, modal dan tenaga kerja),
secara efektif dalam memproduksi tebu untuk memperoleh penerimaan
yang diinginkan.
45
C. Lokasi Penelitian, Responden dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Negara Batin dan Pakuan Ratu
Kabupaten Way Kanan. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja
(purposive) dengan pertimbangan bahwa pada tahun 2016, PT PSMI,
Kabupaten Way Kanan memiliki produktivitas tebu rakyat terbesar
diantara perusahaan lain nya. Responden pada penelitian ini adalah petani
tebu yang mengikuti kerjasama kemitraan mandiri dengan PT PSMI di
Kabupaten Way Kanan.
Populasi petani tebu yang mengikuti kerjasama kemitraan mandiri yaitu
125 orang. Penentuan jumlah sampel pada penelitian ini menggunakan
rumus Arikunto(2002) sebagai berikut:
Keterangan:
n = Ukuran Sampel
N = Ukuran Populasi
Penggunaan rumus tersebut berdasarkan pernyataan jika populasi
penelitian kurang dari 100, maka sampel penelitian diambil secara
keseluruhan, sedangkan jika populasi lebih besar dapat diambil 25-30%
(Arikunto, 2002). Berdasarkan rumus tersebut, maka perhitungan jumlah
sampel yang diperoleh adalah:
46
Berdasarkan perhitungan dengan rumus diatas, maka diketahui jumlah
sampel petani tebu mitra mandiri yang akan digunakan yaitu 31 orang.
Berdasarkan jumlah sampel tersebut ditentukam proporsi sampel untuk
petani mitra mandiri biaya, partial kontrak, dan murni dengan rumus:
Dimana: na = Jumlah sampel petani tebu
nab = Jumlah sampel keseluruhan
Na = Jumlah populasi petani tebu
Nab = Jumlah populasi keseluruhan
Sehingga diperoleh:
npetani mitra mandiri biaya =
= 21,5 = 21 orang
npetani mitra mandiri partial =
= 2,48 = 2 orang
npetani mitra mandiri partial =
= 7,93 = 8 orang
Berdasarkan perhitungan diatas, maka diperoleh sampel petani mitra
mandiri biaya adalah 21 orang, petani mitra mandiri partial 2 orang, dan
petani mitra mandiri murni 8 orang. Waktu penelitian dilakukan pada
bulan Feburari-April 2018.
47
D. Jenis dan Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer adalah diperoleh melalui pertanyaan tertulis
dengan menggunakan kuesioner atau secara lisan dengan menggunakan
metode wawancara. Data sekunder adalah data yang diperoleh bukan dari
sumber pertama, sebagai sarana untuk memperoleh data atau informasi
untuk menjawab masalah yang akan diteliti (Sarwono, 2006). Data primer
diperoleh secara langsung dari petani tebu mitra mandiri sebagai
responden melalui wawancara menggunakan kuesioner. Data Sekunder
diperoleh dari studi kepustakaan literatur terkait, seperti badan pusat
statistik Provinsi Lampung, dan PT Pemukasakti Manisindah.
E. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari dua
cara yaitu metode analisis data kuantitatif (statistik) dan analisis kualitatif
(deskriptif). Suparmoko (1999), metode penelitian kuantitatif adalah
penelitian yang spesifikasinya lebih sistematis, terencana, dan terstruktur
dengan jelas. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap
suatu masalah. Analisis data pada penelitian ini meliputi evaluasi
kemitraan, analisis pendapatan usahatani, dan analisis pendapatan rumah
tangga.
48
1. Analisis Kemitraan
Metode analisis data yang digunakan yaitu analisisi deskriptif kualitatif
yang digunakan untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan kemitraan
petani dalam melakukan usahatani tebu dengan PT Pemukasakti
Manisindah. Informasi yang diperoleh mengenai proses dan
pelaksanaan kegiatan kemitraan diperoleh ketika melakukan
wawancara dengan menggunakan kuesioner. Analisis deskriptif
kualitatif ini digunakan untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan
kemitraan dibandingkan dengan perjanjian yang telah disepakati antara
petani tebu dengan PT Pemukasakti Manisindah.
2. Pendapatan Usahatani
Metode analisis data yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif dan
kualitatif. Analisis usahatani dilakukan untuk melihat manfaat dari
suatu usaha sehingga dapat dikatakan layak dan untuk melihat
seberapa besar tingkat keberhasilan kegiatan usahatani yang dilakukan.
Secara matematis untuk menghitung pendapatan usahatani dapat
ditulis sebagai berikut:
∑
Keterangan:
x =Pendapatan (Rp)
Y = Hasil produksi(Kg)
Py = Harga hasil produksi (Rp)
Xi = Faktor produksi (i= 1,2,3,…n)
Pxi = Biaya faktor produksi ke I (Rp)
BTT = Biaya tetap total(Rp)
49
Untuk mengetahui usahatani tersebut menguntungkan atau tidak secara
ekonomi, dapat dianalisis dengan menggunakan analisis R/C rasio.
Analisis Return Cost (R/C) ratio adalah perbandingan antara
penerimaan (revenue) dengan biaya (cost). Secara matematis nilai R/C
rasio dapat dirumuskan sebagai berikut:
∑
Keterangan:
Y = Hasil produksi (Kg)
Py = Harga hasil produksi (Rp)
Xi = Faktor produksi (i= 1,2,3,…n)
Pxi = Biaya faktor produksi ke I (Rp)
BTT = Biaya tetap total(Rp)
Adapun kriteria pengambilan keputisan adalah:
a. Jika R/C > 1, maka usahatani mengalami keuntungan karena
penerimaan nya yang lebih besar.
b. Jika R/C < 1, maka usahatani mengalami kerugian karena
penerimaan yang lebih rendah dari biaya
c. Jika R/C = 1, maka usahatani yang dilakukan tersebut berada pada
titik impas.
3. Pendapatan Rumah Tangga
Analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan selanjutnya yaitu
menggunakan analisis pendapatan rumah tangga. Pendapatan rumah
tangga diperoleh dari menjumlahkan pendapatan keluarga yang berasal
50
dari usahatani dan pendapatan keluarga yang berasal dari luar
usahatani, dengan rumus:
Prt = P on farm + P off farm + P non farm
Keterangan:
Prt : Pendapatan rumah tangga
P on farm : Pendapatan dari usahatani tebu
P off farm : Pendapatan non usahtani
P non farm : Pendapatan diluar pertanian
51
IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Way Kanan
1. Letak Geografis
Kabupaten Way Kanan merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di
Provinsi Lampung. Secara geografis Kabupaten Way Kanan terletak pada
4,12o-4,58
o Lintang selatan sampai dengan 104,17
o-105,04
o Bujur Timur.
Kabupaten Way Kanan memiliki luas wilayah 3.921,63 km2 atau 11,11%
dari luas wilayah provinsi lampung. Secara administratif Kabupaten Way
Kanan terdiri dari 14 kecamatan. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten
Way Kanan adalah:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan.
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Lampung Utara
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tulang Bawang Barat
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lampung Barat
2. Topografi
Kabupaten Way Kanan dibagi menjadi dua unit topografi, yaitu daerah
topografi berbukit sampai bergunung dan sungai. Keadaan topografi pada
52
daerah berbukit sampai bergunung adalah memiliki lereng-lereng yang
curam atau terjal dengan ketinggian 450-1500 meter dari permukaan laut.
Daerah ini meliputi Bukit Barisan yang ditutupi vegetasi hutan primer atau
sekunder yang puncaknya terdiri dari Bukit Barisan dan Bukit Pesagi.
Keadaan topografi sungai pada Kabupaten Way Kanan yaitu sungai-sungai
kecil. Sungai-sungai tersebut antara lain sungai Way Kanan, Way Umpu,
Way Besay, Way Pisang, Way Giham, dan Way Tahmi.
3. Iklim
Secara umum Kabupaten Way Kanan terbagi menjadi dua tipe iklim, yaitu
bagian barat memiliki curah hujan cukup tinggi berkisar antara 3000-3500
mm per tahun dan bagian timur memiliki curah hujan yang cukup rendah
berkisar 2000-3000 mm per tahun. Musim hujan berlangsung dari bulan
November sampai bulan Februari, sedangkan musim kemarau berlangsung
dari bulan Mei sampai bulan Agustus. Rata-rata suhu udara berselang
dengan temperatur yaitu antara 26,5-30oC. Rata-rata kelembapan relatif
Kabupaten Way Kanan yaitu antara 58,3-94,2%.
4. Administrasi Pemerintahan
Kabupaten Way Kanan dengan ibukota Blambangan Umpu dibentuk secara
resmi pada tanggal 20 April 1999 berdasarkan undang-undang nomor 12
tahun 1999 tentang pembentukan kabupaten daerah tingkat II Kabupaten
Way Kanan, kabupaten daerah tingkat II Lampung Timur, dan Kotamadya
53
daerah tingkat II Metro. Kabupaten Way Kanan pada awal terbentuk terdiri
atas 6 kecamatan dengan jumlah desa yaitu sebanyak 192 kampung. Pada
tahun 2003 Kabupaten Way Kanan memiliki 12 kecamatan dengan 198
jumlah desa. Tahun 2005 terjadi pemekaran wilayah berdasarkan
keputusan bupati Way Kanan nomor 2 tahun 2003 dan peraturan daerah
nomor 2 tahun 2005 sehingga jumlah kecamatan di Kabupaten Way Kanan
sampai saat ini yaitu terdiri dari 14 kecamatan dengan jumlah desa atau
sebanyak 221 kampung.
5. Demografi
Jumlah penduduk Kabupaten Way Kanan pada tahun 2015 adalah 432.914
jiwa yang terdiri dari 223.116 jiwa penduduk laki-laki dan 209.798 jiwa
penduduk peremupuan. Kepadatan penduduk pada Kabupaten Way Kanan
adalah sebesar 110 jiwa per km2. Jumlah penduduk Kecamatan Negara
Batin sebanyak 37.123 jiwa, dengan 10.718 rumah tangga, dan luas wilayah
36.060 ha. Kepadatan penduduk di Kecamatan Negara Batin adalah 108
orang/km2 pada tahun 2016. Kepadatan penduduk di 14 kecamatan cukup
beragam. Kepadatan penduduk tertinggi yaitu terletak di Kecamatan
Baradatu dengan kepadatan sebesar 255 jiwa/km2. Kepadatan penduduk
terendah yaitu di Kecamatan Negeri Besar dengan kepadatan sebesar 50
jiwa/km2. Komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur 0-14 tahun
adalah sebanyak 29,18%, 15-64 tahun sebanyak 65,99%, dan 65 tahun
keatas sebanyak 4,84% dari jumlah penduduk di Kabupaten Way Kanan.
54
B. Kondisi dan Gambaran Umum Kecamatan Negara Batin
1.Letak Geografis
Kecamatan Negara Batin merupakan salah satu kecamatan dari 14
kecamatan di Kabupaten Way Kanan. Kecamatan Negara Batin merupakan
pemekaran dari kecamatan induk Pakuan Ratu. Kecamatan Negara Batin
resmi berdiri pada tanggal 6 Februari 2001. Secara geografis, batas wilayah
kecamatan Negara Batin meliputi:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan dengan Provinsi Sumatera Selatan
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sungkai Utara
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tulang Bawang
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pakuan Ratu
2.Keadaan Pertanian
Pertanian di Kecamatan Negara Batin terdiri dari pertanian tanaman pangan,
tanaman sayuran, dan tanaman perkebunan. Pertanian merupakan salah satu
sektor utama bagi masyarakat di Kecamatan Negara Batin. Jenis tanah dan
suhu lingkungan yang tinggi menyebabkan hanya jenis-jenis tanaman
tertentu yang dapat tumbuh didaerah tersebut. Kondisi pertanian di
Kecamatan Negara Batin dapat dilihat pada Tabel 5.
55
Tabel 5. Luas tanam per komoditas di Kecamatan Negara Batin Tahun 2017
No Jenis Komoditas Luas Tanam
(ha)
1. Tanaman Pangan Ubi Kayu 5.847
Padi Sawah 2.878
Jagung 335
Kacang Tanah 24
Ubi Jalar 21
2. Tanaman Sayuran Cabai 7
Kacang Panjang 7
Ketimu 7
Terong 7
3. Perkebunan Tebu 3.983
Karet 900
Kelapa Sawit 83
Kakao 79
Kopi 53
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Way Kanan, 2017
Berdasarkan data pada Tabel 5 diketahui bahwa komoditas yang paling
banyak dibudidayakan adalah ubi kayu dengan luas lahan sebesar 5.847 ha.
Tanaman sayuran pada Kecamatan Negara Batin memiliki luas lahan yang
sama yaitu masing-masing sebesar 7 ha. Tanaman perkebunan yang banyak
di budidayakan di Kecamatan Negara Batin adalah Tebu dengan total luas
lahan sebesar 3.983 ha. Luas lahan perkebunan tebu di Kecamatan Negara
Batin dan didukung adanya pabrik gula mendukung komoditas tebu sebagai
salah satu komoditas perkebunan andalan di Kecamatan Negara Batin.
C. Kondisi dan Gambaran Umum Kecamatan Pakuan Ratu
1.Letas Geografis
Kecamatan Pakuan Ratu merupakan salah satu kecamatan yang ada di
Kabupaten Way Kanan, yang berdiri sejak jaman Belanda. Berdasarkan
56
undang-undang No.14 tahun 1964 pada Propinsi Lampung. Luas wilayah
Kecamatan Pakuan Ratu yaitu 45.874 ha. Secara geografis batas wilayah
Kecamatan Pakuan Ratu adalah:
1.Sebelah Utara berbatasan dengan Propinsi Sumatera Selatan
2.Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sungkai Utara
3.Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Negara Batin
4.Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bahuga
2. Keadaan Pertanian
Pertanian di Kecamatan Pakuan Ratu terdiri dari tanaman pangan, tanaman
sayuran dan tanaman perkebunan. Pertanian merupakan salah satu sektor
utama bagi masyarakat di Kecamatan Pakuan Ratu. Jenis tanah dan suhu
lingkungan yang tinggi menyebabkan hanya jenis-jenis tanaman tertentu
yang dapat tumbuh didaerah tersebut. Kondisi pertanian di Kecamatan
Pakuan Ratu dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Luas tanam per komoditas di Kecamatan Pakuan Ratu
No Jenis Komoditas Luas Tanam (ha)
1. Tanaman Pangan Padi Sawah 2.032
Ubi Kayu 1.797
Jagung 1.075
Ubi Jalar 9
Kacang Tanah 8
2. Tanaman Sayuran Kacang Panjang 45
Ketimun 1
3. Perkebunan Karet 3.983
Tebu 900
Kelapa Sawit 83
Kopi 79
Kakao 53
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Way Kanan, 2017
57
Berdasarkan data pada Tabel 6, jumlah tanaman pangan yang paling banyak
dibudidayakan di Kecamatan Pakuan Ratu adalah padi sawah dengan luas
lahan tanam sebesar 2.032 ha. Tanaman sayuran yang dibudidayakan di
Kecamatan Pakuan Ratu yaitu hanya tanaman kacang panjang dan ketimun
dengan luas lahan masing-masing 4,5 ha dan 1ha. Tanaman perkebunan
yang banyak dibudidayakan di Kecamatan Pakuan Ratu adalah karet dengan
luas lahan sebesar 3.983ha.
D. Kondisi dan Gambaran Umum PT PSMI di Kabupaten Way Kanan
1.Gambaran Umum PT PSMI
PT Pemukasakti Manisindah (PT PSMI) adalah perusahaan yang bergerak di
bidang perkebunan tebu dan pabrik gula berdasarkan izin usaha perkebunan
Nomor B.40/04-WK/HK/2010 dan surat keputusan kepala BKPM Nomor
293/1/IU/PMA/PERTANIAN/ INDUSTRI/2011 tentang izin usaha.
Wilayah kerja perusahaan terletak di Kabupaten Way Kanan Propinsi
Lampung, tepatnya di Kecamatan Pakuan Ratu. Areal perkebunan ini
berada di perbatasan Propinsi Lampung dengan Sumatera Selatan. PT PSMI
berjarak 230 km dari ibukota Propinsi Lampung dan 250 dari ibukota
Provinsi Sumatera Selatan. Wilayah Perkebunan berada cukup jauh dari
jalan utama lintas sumatera jalur tengah maupun jalur timur, sehingga akses
angkutan barang dan hasil produksi maupun transportasi umum sangat sulit
dan memerlukan biaya tinggi karena beratnya kondisi jalan menuju kebun.
58
Terdapat 5 akses jalan umum yang dapat digunakan, yaitu Kotabumi,
Menggala, Blambangan Umpu, OKU Timur, dan dari Unit II Menggala.
2.Sejarah PT PSMI
PT PSMI didirikan pada tahun 1990 berdasarkan akta pendirian no. 164
tanggal 22 Oktober 1990 dengan akta perubahan terakhir yaitu no.15 tanggal
8 Agustus 2008 di hadapan notaris dan terdaftar di kementrian hukum dan
HAM No. AHU-72184.AH,01.02 Tahun 2008. Pendirian PT PSMI atas
saran dan permintaan pemerintah Provinsi Lampung untuk membangun
Kabupaten Lampung Utara melalui pengembangan perkebunan tebu dan
pabrik gula sebagaimana yang sudah terlaksana di Kabupaten Lampung
Tengah , yaitu PT Gunung Madu Plantations oleh investor yang sama. Pada
awal pembangunan kegiatan investasi sangat agresif, yaitu sejak
diterbitkannya izin lokasi Nomor.60/IL/PMDN/BKPMD/90 oleh gubenur
lampung.
Pembanguan PT PSMI pada tahap selanjutnya mulai tersendat karena
munculnya persoalan ketersedian lahan yang dipandang tidak begitu efektif
untuk berdirinya sebuah pabrik gula. Lahan yang pertama kali disediakan
oleh pemerintah seluas 30.000 ha melalui izin lokasi tersebut, ternyata tidak
semua lahan dapat digunakan sebagaimana mestinya karena 12.000 ha lahan
tersebut termasuk lahan register. Kurangnya area lahan yang dibutuhkan
menyebabkan penyediaan bahan baku tebu untuk pendirian sebuah pabrik
gula dengan nilai investasi cukup besar tidak mencukupi.
59
Kesulitan dalam penyediaan lahan untuk ditanam tebu semakin meningkat
yaitu pada tahun 1998 dimana terjadinya reformasi. Dampak yang diperoleh
PT PSMI atas peristiwa tersebut yaitu terjadinya penguasaan tanah milik
perusahaan oleh masyarakat sehingga jumlah tanah yang dapat dikuasai
semakin sedikit. Pembanguan pabrik gula yang seharusnya dilakukan
menjadi terhambat dimana sebagian mesin-mesin tersebut sudah
didatangkan dari luar negeri sejak tahun 1994. Perusahaan sempat
mengalami mati suri dimana pada saat itu perusahan yang belum memiliki
penghasilan dipaksa untuk membayar tanah kepada masyarakat yang
semakin mempersulit kondisi keuangan perusahaan.
Tertundanya pembangunan pabrik oleh PT PSMI, maka hasil panen tebu
terpaksa dikirim ke perusahaan lain yaitu PTPN 7 Bunga Mayang dan PT
Gunung Madu Plantations yang memerlukan biaya tinggi sehingga tidak
diteruskan. Pengiriman tebu ke pabrik lain yang cukup jauh dengan
infrastruktur yang sangat berat juga menimbulkan persoalan keamana di
sepanjang jalan yang dilalui, serta menyita waktu, biaya dan fikiran.
Mengingat sudah cukup banyak karyawan yang menggantungkan hidup dari
perusahaan ini, dan atas permintaan serta dorongan pemerintah Propinsi
Lampung maupun Kabupaten Way Kanan, maka pada tahun 2007 pemilik
saham memutuskan kembali untuk membangun pabrik dengan kapasitas
kecil yaitu 4.000 ton tebu per hari dengan catatan tersedia lahan tanam
sebanyak 10.000 ha.
60
Pada saat awal pembangunan pabrik, luas lahan yang dapat ditanami hanya
sebanyak 5.000 ha dari 9.000 ha lahan yang masih bisa dikuasai perusahaan.
Perusahaan meyakini bahwa luas tanaman sebanyak 10.000 ha dapat
terpenuhi melalui program kerjasama kemitraan dengan masyarakat sekitar.
Pada tahun 2008 mulai dirintis kerjasama kemitraan dengan harapan pada
tahun 2009, perusahaan sudah dapat melakukan kegiatan giling dipabrik
sendiri.
3.Kemitraan
Kerjasama kemitraan pada PT PSMI dengan masyarakat mulai terbentuk
pada tahun 2008. Kerjasama kemitraan antara perusahaan dan petani sangat
membantu perusahaan, sehingga dapat mulai melakukan giling sendiri
dengan hasil produksi gula pertama yang dihasilkan yaitu sebanyak 40.000
ton dengan kualitas premium yang sangat baik. Pada awal kerjasama
kemitraan jenis kemitraan yang terdapat di PT PSMI yaitu kemitraam KSO
(Kerjasama Sistem Oprasional).
Melihat hasil yang diperoleh dari mengikuti kerjasama kemitraan cukup
menarik, sehingga jumlah petani mitra terus meningkat. Luas kebun mitra
yang sebelumnya hanya 150 ha, setelah 6 tahun pada tahun 2015 sudah
menjadi 5.000 ha hampir sama dengan kebun inti. Investasi pabrik pada
tahun 2007 yang besar, 45% dimanfaatkan untuk kesejahteraan petani mitra.
Pada tahun 2013 PT PSMI sudah dapat meningkatkan hasil produksi dua
kali lipat hasil produksi tahun pertama yaitu sebanyak 82.000 ton gula
kristal putih kualitas premium. Jumlah ini hanya 30% mencukupi kebutuhan
61
gula di Indonesia tetapi PT PSMI sudah dapat memenuhi kebutuhan gula
untuk wilayah Lampung, Sumatera Selatan, Jambi, Riau, Sumatera Barat,
Bengkulu, dan sebagian DKI dan Jawa Barat.
Terpenuhinya kebutuhan gula dan meningkatnya produksi gula yang
diperoleh oleh PT PSMI dapat tercapai karena adanya kerjasama kemitraan
yang terjalin sangat baik antara masyarakat disekitar perkebunan dengan
perusahaan. Seiring dengan berkembangnya lahan kemitraan ini, maka
kapasitas pada pabrik pada PT PSMI sudah ditingkatkan dari 4000 TCD
menjadi 6000-8000 TCD, dan secara bertahap ditingkatkan menjadi 12000
TCD. Melihat peningkatan jumlah petani mitra perusahaan mulai
menyarankan kepada petani untuk mencoba melakukan kegiatan budidaya
tanaman tebu sendiri dengan bimbingan teknis oleh perusahaan. Kerjasama
kemitraan yang sebelumnya hanya KSO selanjutnya berkembang menjadi
dua jenis kerjasama yaitu KSO dan Mandiri.
Kerjasama kemitraan KSO yaitu suatu bentuk kerjasama kemitraan dimana
petani hanya menyerahkan lahan kepada perusahaan untuk dilakukan
pengolahan dan proses budidaya tanaman. Kemitran mandiri adalah suatu
jenis kerjasama kemitraan dimana petani melakukan pengolahan dan
budidaya tanaman tebu sendiri dengan bimbingan teknis dari pihak
perusahaan. Kemitraan mandiri terdiri dari tiga jenis kemitraan yaitu
mandiri biaya, mandiri partial kontrak dan mandiri murni. Perbedaan antara
ketiga jenis kemitraan tersebut yaitu biaya yang digunakan oleh masing-
masing petani mitra. Selain melakukan kerjasama dengan petani, atas
62
dukungan pemerintah, perusahaan juga melakukan kerjasama dengan
PT.Inhutani V dalam bentuk kerjasama pembangunan dan pemanfaatan
wilayah kerja PT.Inhutani V yang berdekatan dengan areal kebun PT PSMI,
dengan melibatkan masyarakat setempat sesuai dengan regulasi yang ada.
Kerjasama antara perusahaan dan PT Inhutani V merupakan bentuk
partisipasi PT.Inhutani V dalam mendukung program pemerintah dibidang
ketahanan pangan dan swasembada gula. Bentuk kerjasama tersebut yaitu
dengan cara pihak PT Inhutani memberikan izin kepada masyarakat
disekitar perkebunan untuk melakukan pengolahan lahan diarea register
tersebut. Petani yang telah memperoleh izin dapat mendaftarkan diri
menjadi anggota kemitraan dengan perusahaan. Mengingat lahan register
merupakan hutan, untuk mempermudah pihak petani perusahaan membantu
petani pada awal proses pengolahan lahan hingga lahan siap tanam sampai
pada proses penanaman.
100
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Secara keseluruhan pelaksanaan kegiatan kemitraan antara petani tebu
mitra mandiri biaya, mandiri partial kontrak dan mandiri murni dengan
PT PSMI sudah sesuai dengan kontrak kerjasama yang telah disepakati.
2. Pendapatan usahatani tebu per hektar petani mitra mandiri biaya lebih
besar dibandingkan dengan pendapatan petani tebu mitra mandiri partial
kontrak dan mitra mandiri murni.
3. Pendapatan utama rumah tangga petani tebu mitra mandiri biaya, mitra
mandiri partial kontrak, dan mitra mandiri murni rata-rata diperoleh dari
usahatani tebu.
101
B. Saran
Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah :
1. Bagi perusahaan, perlu meningkatkan kinerja kemitraan mengenai
frekuensi pembinaan, komunikasi yang dibangun antara perusahaan dan
petani, dan ketetapan pembayaran hasil panen.
2. Bagi petani, perlu ditingkatkan proses budidaya tanaman tebu sesuai
dengan anjuran yang ditetapkan perusahaan sehingga hasil produksi yang
diperoleh petani meningkat.
3. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Way Kanan, pemerintah diharapkan
dapat mengawasi ketersediaan pestisida di Kabupaten Way Kanan,
sehingga tidak terjadi kelangkaan pestisida.
4. Bagi peneliti lain diharapkan dapat melakukan penelitian lanjutan
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi produksi petani tebu mitra
dan dampak kerjasama kemitraan bagi kesejahteraan petani.
102
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2002. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. PT Rineka
Cipta, Jakarta.
BPS [Badan Pusat Statistik]. 2007. Tanaman Perkebunan. Badan Pusat Statistik.
Jakarta.
______________________. 2015. Perkembangan Luas Areal Perkebunan Tebu
Seluruh Provinsi di Indonesia Tahun 2012-2015. Badan Pusat Statistik.
Jakarta.
BPS [Badan Pusat Statistik] Provinsi Lampung. 2014. Luas Areal Tanam dan
Produktifitas Tebu Rakyat Menurut Kabupaten di Provinsi Lampung tahun
2013 dan 2014. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Bandar Lampung.
Badan Pusat Statistik. 2014. Indikator Kesejahteraan Rakyat 2007. Badan Pusat
Statistik.
Canita, P.L., Dwi Haryono, dan Eka Kasymir. 2017. Analisis Pendapatan dan
Tingkat Kesejahteraan RumahTangga Petani Pisang di Kecamatan Padang
Cermin Kabupaten Pesawaran. Jurnal Ilmu-ilmuAgribisnis. 5(3) :235-241.
http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/view/1635/1461. Diakses
pada 23 November 2017.
Dinas Perkebunan. 2009. Statistika Perkebunan. Dinas Perkebunan Provinsi
Lampung. Bandar Lampung.
Fadilah, R dan Sumardjo. 2011. Analisis Kemitraan Antara Pabrik Gula Jatitujuh
Dengan PetaniTebu Rakyat. Jurnal Transdisiplin sosiologi, komunikasi dan
Ekologi Manusia. 5(2) : 160-169. Gustiana, E. 2017. Analisis Pendapatan dan Distribusi Pendapatan Usahtani Tebu
Rakyat di Kecamatan Bunga Mayang Kabupaten Lampung Utara. Skripsi.
Universitas Lampung, Bandar Lampung. http://digilib.unila.ac.id/28091
/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAHASAN.pdf. Diakses pada
3 November 2017.
103
Gustiyana, H. 2004. Analisis Pendapatan Usahatani untuk Produk Pertanian.
Salemba Empat, Jakarta.
Haeruman, H. 2001. Kemitraan dalam Pengembangan Ekonomi Lokal: Bunga
Rampai. YayasanMitra Pembangunan Desa-Kota, Jakarta.
Harsati, B. Joko Sutrisno, dan Suwarto. 2016. Analisis Distribusi Pendapatan
Usahatani Sayuran di Dusun Buket Desa Bulugunung, KecamatanPlaosan,
Kabupaten Magetan. Jurnal AGRISTA. 4(3) : 401-407. http://jurnal.fp.uns.
ac.id/index.php/agrista/article/view/653. Diakses pada 24 November 2017.
Indrawanto, Chandra. Purwono. Siswanto. Syakir. dan Rumini. 2010. Budidaya
Tanaman dan Pasca Panen Tebu. ESKA Media, Jakarta.
Irene, A.P.Tubagus Hasanudin, dan Indah Nurmayasari. 2013. Pola Kemitraan
dan Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit di Desa Tanjung Jaya, Kecamatan
Bangun Rejo Kabupaten Lampung Tengah. Jurnal Ilmu-ilmu Agribisnis.
1(4) : 358-366. http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/view/
712/654. Diakses pada 24 November 2017.
Kriyantono, R. 2006. Teknis Praktis Riset Komunikasi. Kencana, Jakarta.
Mantra, I.B. 2004.Demografi Umum.Pustaka Pelajar.Yogyakarta.
Mardani, A. 2006. Analisis optimalisasi usahatani di desaTuloKecamatan Dolo
Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah. JurnalAgroland. 13(1) : 71-76.
Naim, S. Lutfi Aris, dan Eka Dwi. 2015. Pengaruh kemitraan terhadap pendapatan
petanitebu. Jurnalilmu-ilmu pertanian. 11(1) : 47-58. https://publikasi
ilmiah.unwahas.ac.id. Diakses pada 25 November 2017.
PT Pemukasakti Manisindah. 2017. Hasil Tonase Tebu Inti dan Kemitraan PT
Pemukasakti Manisindah tahun 2017. PT Pemukasakti Manisindah,
Lampung.
Pranoto, Iqbal Lazuardi. Dyah Aring Hepiana Lestari, dan Ktut Murniati. 2017.
Evaluasi Kemitraan Antara Petani Tebu dan PT Perkebunan Nusantara VII
Unit Usaha Bunga Mayang, Kecamatan Bunga Mayang, Kabupaten
Lampung Utara. Jurnal Ilmu-ilmu Agribisnis. 5(4) :380-381. http://jurnal.
fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/view/1746/1549. Diakses pada tanggal
04 Juli 2018.
Rahim, A.B.D. dan D.R.D.Hastuti. 2008. Ekonomika Pertanian (Pengantar Teori
dan Kasus). Penebar Swadaya, Jakarta.
104
Rohmah, W. Any Suryatini, dan Slamet Hartono. 2014. Analisis pendapatan dan
Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Petani Tebu Tanam dan keprasan di
Kabupaten Bantul. Jurnal Agro Ekonomi. 24(1) : 54-64. https://jurnal.ugm.
ac.id/jae/article/download/17382/11315. Diakses pada 23 November
2017. Sajogyo. 1990. Sosiologi Pedesaan. Lembaga Penelitian Sosiologi Pedesaan
(LPSP). IPB. Bogor.
Sari, D.K., Dwi Haryono, dan Novi Rosanti. 2014. Analisis Pendapatan dan
Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Petani Jagung di Kecamatan Natar
Kabupaten Lampung Selatan. Jurnal Ilmu-ilmu Agribisnis. 2(1) : 64-70.
http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/view/562/524. Diakses
pada 23 November 2017.
Sarwono, J. 2006.Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. GrahaIlmu,
Yogyakarta.
Saskia, D.Y dan Waridin. Biaya dan Pendapatan Usahatani Tebu Menurut Status
Kontrak. Skripsi. Universitas Diponogero, Semarang. http://eprints.undip.
ac.id/36188/1/SASKIA.pdf. Diakses pada 24 November 2017.
Shinta, A. 2011.Ilmu Ushatani. UB Press, Malang,JawaTimur.
Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. UI-Press, Jakarta.
Soekartawi. 1991. lmu Usahatani. UI-Press, Jakarta.
Soekirno, S. 2005. Mikro Eknomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Suparmoko. 1999. Metode Penelitian Praktis. GrahaIlmu. BPFE Yogyakarta,
Yogyakarta.
Suratiyah, K. 2009. Ilmu Usahatani. PT Penebar Swadaya, Jakarta.
Tambunan, T.H. 2003. Perkembangan Sektor Pertanian di Indonesia, Beberapa
Isu Penting. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Utami, A. Dinar, dan Kosasih Sumantri.2016. Pengaruh Pola Kemitraan Terhadap
Pendapatan Petani Tebu. Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan. 4(5): 2-8.
http://jurnal.unma.ac.id. Diakses pada 25 November 2017.
Yanutya, P.A. 2013. Analisis Pendapatan Petani Tebu di Kecamatan Jepon
Kabupaten Blora. Jurnal EDAC. 2(4) : 286-294. http://journal. unnes.
ac.id/sju/indek.php/edaj . Diakses pada 23 November 2017.