35
Alternatif Angka Acuan Sasaran..........di Selat Bali dengan Tujuan Beragam (Purwanto & Wudianto)
ANGKA ACUAN SASARAN UNTUK PENGELOLAAN PERIKANAN LEMURUDI SELAT BALI DENGAN TUJUAN BERAGAM
TARGET REFERENCE POINTS FOR THE MANAGEMENT OF LEMURUFISHERY IN THE BALI STRAIT WITH MULTIPLE-OBJECTIVES
Purwanto dan WudiantoPusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumberdaya Ikan-Jakarta
Teregistrasi I tanggal: 13 Desember 2011; Diterima setelah perbaikan tanggal: 3 Mei 2012;Disetujui terbit tanggal: 4 Mei 2012
ABSTRAK
Kriteria pengelolaan perikanan dalam kerangka pembangunan nasional, yaitu pro-growth, pro-poor,pro-job dan pro-environment, mengarahkan pengelolaan perikanan lemuru di Selat Bali untukmengoptimumkan produksi lestari dan keuntungan perikanan, serta meningkatkan keuntungan per satuankapal dan peluang kerja sebagai nelayan. Masing-masing tujuan tersebut perlu ditetapkan angka acuansasarannya yang diharapkan dicapai dalam pengelolaan perikanan. Mengingat tujuan tersebut salingbertentangan, sehingga tidak dapat dicapai bersamaan, perlu ditentukan tingkat kompromi optimal diantaratujuan tersebut dan angka acuan sasarannya. Tulisan ini menyajikan model pemrograman matematikauntuk optimisasi dengan empat tujuan pengelolaan, serta menggunakannya untuk mengestimasi angkaacuan sasaran dan jumlah optimal kapal penangkapnya. Hasil optimisasi dengan pemberian bobotprioritas yang sama terhadap empat tujuan pengelolaan perikanan dalam kerangka pembangunannasional menunjukkan bahwa angka acuan sasaran pada tingkat kompromi optimal dicapai denganpengendalian upaya penangkapan pada tingkat yang setara dengan daya tangkap 146 kapal pukat cincin.Angka acuan sasaran yang sama dihasilkan dari optimisasi dengan pemberian bobot prioritas yang lebihtinggi terhadap dua tujuan pengelolaan perikanan sesuai dengan Pasal 6 Undang Undang Perikanantahun 2004.
KATAKUNCI: Angka acuan sasaran, pengelolaan perikanan lemuru, pemrograman dengan sasaranberagam
ABSTRACT
The criteria of fisheries management undertaken in a framework of national development, particularlypro-growth, pro-poor, pro-job and pro-environment, guide the management of lemuru fishery in the BaliStrait to optimising lemuru production and fishery profit, and increasing per vessel profit and job opportunityas fishers. As those objectives were conflicting that couldnot be achieved simultaneously, it is necessary toseek an optimal compromise amongst several conflicting objectives and to estimate their target referencepoints. This paper presents a mathematical programming model accommodating four objectives of fisheriesmanagement, and the utilisation of this for estimating the target reference points and the optimal numberof fishing vessels. The result of optimisation shows that target reference points at the optimal compromiselevels for the four conflicting objectives, with equal priority, of fisheries management supporting the nationaldevelopment could be achieved by controlling fishing effort at the level equal to 146 purse-seiners. Thesame target reference points resulted from the analysis providing higher priority to the objectives of fisheriesmanagement stated in Article 6 of Fisheries Act of 2004.
KEYWORDS: Target reference points, lemuru fishery management, multiple goal programming.
PENDAHULUAN
Sumberdaya Ikan (SDI) yang terdapat di wilayahperairan laut dan ZEE Indonesia, termasuk pula stoklemuru di Selat Bali, merupakan salah satu kekayaanalam yang dikuasai oleh negara dan dipergunakanuntuk sebesar-besar kemakmuran rakyat (Pasal 33(3)UUD 1945). Potensi kemakmuran dari SDI tersebutperlu didayagunakan pada tingkat optimal untukmewujudkan Tujuan dan Cita-cita Nasional, yaituantara lain memajukan kesejahteraan umum untuk
mewujudkan bangsa yang makmur (Pembukaan UUD1945). Tujuan Nasional tersebut diwujudkan melaluipelaksanaan Pembangunan Nasional, dengankekayaan alam hayati di laut sebagai salah satu modaldasar (Lampiran UU nomor 17 tahun 2007).
Stok lemuru (Sardinella lemuru Bleeker, 1853)merupakan SDI pelagis kecil utama di perairan SelatBali (Dwiponggo, 1987; Merta et al., 2000). stoklemuru tersebut sudah lama dimanfaatkan olehnelayan dengan menggunakan berbagai jenis alat
___________________Korespondensi penulis:Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumberdaya IkanJl. Pasir Putih I, Ancol Timur - Jakarta Utara
J. Kebijak. Perikan. Ind. Vol.4 No. 1 Mei 2012 :
36
tangkap tradisional (Soemarto, 1959). Namundemikian, perkembangan pesat perikanan lemuruterjadi setelah diperkenalkan pukat cincin pada awaltahun 1970-an dan adanya permintaan akan ikanlemuru yang relatif tinggi untuk mencukupi kebutuhanbahan baku pengolahan (Dwiponggo, 1987; Merta etal., 2000). Pada saat ini pukat cincin telah menjadialat tangkap utama untuk memanfaatkan SDItersebut.
Pada awal perkembangan perikanan lemuru diSelat Bali, peningkatan armada pukat cincin tersebuttelah meningkatkan hasil tangkapan. Volume produksiikan yang melimpah telah mendorong perusahaanpengolahan untuk meningkatkan kapasitasnya.Selanjutnya, peningkatan permintaan akan ikan untukkebutuhan bahan baku industri pengolahan tersebuttelah mendorong nelayan untuk meningkatkankapasitas penangkapan ikannya agar dapatmeningkatkan produksi. Konsekuensinya,kemampuan penangkapan ikan dari armada perikanantersebut cenderung terus berkembang (Merta et al.,2000; Purwanto, 2008 & 2011a). Dampak dari haltersebut adalah kecenderungan penurunankelimpahan SDI dan produktivitas kapal penangkapnya(Merta et al., 2000; Purwanto, 2008 & 2011a).Peningkatan berlanjut pada jumlah kapal pukat cincintelah menyebabkan pemanfaatan berlebih terhadapstok lemuru di Selat Bali sebagaimana hasil penelitiandari Sujastani & Nurhakim (1982), Salim (1986), Merta(1992), dan Merta & Eidman (1995). Hal tersebut tidakhanya menyebabkan penyusutan dan terancamnyakelestarian SDI tersebut tetapi juga menyebabkanhilangnya keuntungan ekonomi dan terancamnyakelangsungan usaha penangkapan ikan (Purwanto,1992, 2008 & 2011a).
Agar stok lemuru dapat menghasilkan manfaatsecara optimum dan berkelanjutan serta terjaminkelestariannya, pemerintah atau otoritas lain perlumelaksanakan pengelolaan terhadap perikananyangmemanfaatkan SDI tersebut (Pasal 6 UU nomor 31tahun 2004). Pengelolaan perikanan secara benardiharapkan akan memberikan dukungan optimumterhadap pembangunan nasional dengan kontribusipositif dalam kaitan denganpertumbuhan ekonomi (pro-growth), pendapatan per kapita (pro-poor) dankesempatan kerja (pro-job), dengan tetapmempertahankan kelestarian sumberdaya alam danlingkungannya (pro-environment) (Buku I LampiranPerpres nomor 5 tahun 2010). Oleh karena itu, strategipengelolaan perikanan dalam kerangka pembangunannasional perlu disusun dan diputuskan denganmempertimbangkan empat kriteria tersebut. Secaraumum, pengambilan keputusan dengan kriteriaberagam tersebut memiliki beberapa tujuan
(objectives), dan masing-masing tujuan perluditetapkan sasaran yang diharapkan.
Dalam pengambilan keputusan dalam pengelolaanperikanan digunakan angka acuan (reference point)sebagai ukuran atau sasaran operasional, yangmencakup angka acuan sasaran (target referencepoint) dan angka acuan batas (limit reference point).Angka acuan sasaran menunjukkan sasaran ataukondisi perikanan yang diharapkan dapat dicapai daripengelolaan perikanan, mencakup antara lainmortalitas penangkapan, biomasa, tingkatkeuntungan, hasil tangkapan utama dan sampingan.Angka acuan sasaran tersebut mencerminkan tujuanyang diinginkan masyarakat dalam pengelolaanperikanan (Sainsbury, 2008). Sementara itu, angkaacuan batas mencerminkan batas dari kondisi yangperlu dihindari (Sainsbury, 2008; FAO, 1997).
Berdasarkan empat kriteria pengelolaan perikanandalam kerangka pembangunan nasional dapatdiidentifikasikan setidaknya empat tujuan padapengelolaan perikanan lemuru di Selat Bali, yaitu (1)mengoptimumkan produksi lemuru dalam rangkamendorong pertumbuhan ekonomi, (2)mengoptimumkan total keuntungan dari perikananlemuru, (3) meningkatkan keuntungan per unit kapalyang diperoleh pelaku usaha penangkapan lemuru dan(4) meningkatkan peluang kerja sebagai awak kapalpenangkap lemuru, dengan tetap mempertahankankelestarian stok lemuru. Namun, empat tujuanpengelolaan perikanan tersebut saling bertentangansehingga tidak dapat dicapai secara bersamaan(Purwanto, 2003, 2011a&b). Oleh karena itu perluditentukan tingkat kompromi optimal diantarabeberapa tujuan yang saling bertentangan dan angkaacuan sasarannya pada tingkat yang memuaskan.
Tulisan ini menyajikan model pemrogramanmatematika untuk optimisasi dengan empat tujuanpengelolaan perikanan lemuru di Selat Bali. Modeltersebut selanjutnya digunakan untuk mengestimasiangka acuan sasaran, yang merupakan tingkatkompromi optimal sasaran dari empat tujuanpengelolaan perikanan tersebut, dan jumlah optimalkapal penangkap lemuru.
TUJUAN PENGELOLAAN PERIKANAN
Sesuai Pasal 6 UU nomor 31 tahun 2004,sebagaimana dijelaskan pada bagian sebelumnya,pengelolaan perikanan lemuru di Selat Bali dilakukanuntuk tercapainya manfaat yang optimal danberkelanjutan serta terjaminnya kelestarian SDI.Sementara itu, pengelolaan perikanan lemuru di SelatBali dalam kerangka pembangunan nasional perlu
35-47
37
Alternatif Angka Acuan Sasaran..........di Selat Bali dengan Tujuan Beragam (Purwanto & Wudianto)
diarahkan untuk mengoptimumkan produksi lemurudalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi(Tujuan-I), mengoptimumkan keuntungan ekonomiperikanan lemuru(Tujuan-II), meningkatkankeuntunganperunit kapalyangdiperolehpelaku usahapenangkapanlemuru (Tujuan-III) dan meningkatkan peluang kerjasebagai awak kapal penangkap lemuru (Tujuan-IV),dengan tetapmempertahankankelestarian stok lemuru.Salah satu kebijakan dalam mencapai tujuanpengelolaan perikanan di Indonesia adalah denganpengendalian kemampuan penangkapan ikan dariarmada perikanan, yang diukur dengan upayapenangkapan(OECD,2007;McCluskey&Lewison,2008).
Pada pengelolaan perikanan lemuru di Selat Bali,sasaran ideal untuk Tujuan-I adalah produksi lestarimaksimum (maximum sustainable yield – MSY) yangdicapai dengan pengendalian upaya penangkapanpada tingkat E
MSY. Sasaran ideal untuk Tujuan-II adalah
total keuntungan optimum yang dicapai dengan
pengendalian upaya penangkapan pada tingkat EMEY
(Gambar 1(A)), yang menghasilkan produksi lestariyang secara ekonomis optimum (maximum economicyield - MEY). Sementara itu, Tujuan-III dicapai denganmemperkecil upaya penangkapan, namunpengurangan upaya penangkapan lebih rendah dariE
MEYakan menghasilkan keuntungan ekonomi
perikanan yang lebih kecil dibandingkan tingkatoptimumnya, walaupun keuntungan per kapal tetapmeningkat (Gambar 1(B)). Sebaliknya, Tujuan-IVdicapai dengan memperbesar upaya penangkapan,namun peningkatan upaya penangkapan melebihiE
MSYmenghasilkan produksi lemuru yang lebih rendah
dibandingkan MSY, walaupun peluang kerja di kapalpenangkap lemuru tetap meningkat (Gambar 1). Dilain pihak, agar stok lemuru setidaknya pada tingkatkelimpahan dengan laju pertumbuhan biomasamaksimum, sehingga menghasilkan produksi lestarimaksimum, upaya penangkapan perlu dikendalikanpaling tinggi pada tingkat E
MSY(Purwanto, 2008, 2011).
0
20
40
60
80
100
120
0
10
20
30
40
50
60
70
- 80 160 240 320
Keu
ntu
nga
np
erik
anan
(Rp
mil
yar/
thn
)
Pro
du
ksi
ikan
(10
00
ton/
thn
)
Upaya penangkapan(Jumlah kapal)
Produksi ikanKeuntungan perikanan
-30
0
30
60
90
120
-400
-200
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
- 60 120 180 240 300Ju
mla
hn
elay
an(1
00
ora
ng/
thn
)
Keu
ntu
nga
np
erka
pal
(Rp
juta
/th
n)
Upaya penangkapan(Jumlah kapal)
Keuntungan per kapalJumlah nelayan
(A)
0
MSYMEY
EMEY
EMSY
(B)
Gambar 1. Hubungan antara upaya penangkapan dengan (A) produksi ikan dan keuntungan perikanan, serta(B) keuntungan per kapal dan jumlah nelayan pukat cincin lemuru di Selat Bali, berdasarkan dataand informasi dari Purwanto (2011a) dengan SOI=0.
Figure 1. The relationship between fishing effort and (A) fish production and fishery profit, and (B) profit perboat and number of fishers, based on data and information from Purwanto (2011a) with SOI=0.
Pada Tabel 1 disajikan implikasi dari pemilihanangka acuan diantara MSYdanMEY untuk pengelolaanperikanan. Penggunaan angka MSY sebagai sasaranakan memungkinkan optimisasi produksi dan peluangkerja di atas kapal perikanan, namun keuntunganperikanan akan sub-optimal dan keuntungan per unit
kapal lebih rendah.Sebaliknya,bila sasaranpengelolaanadalah MEY, keuntungan perikanan akan optimal dankeuntungan per kapal akan lebih tinggi, namun produksilestari akan sub-optimal dan peluang kerja sebagainelayan akan lebih rendah.
J. Kebijak. Perikan. Ind. Vol.4 No. 1 Mei 2012 :
38
Tabel 1. Dampak pengelolaan perikanan dengan acuan MSY dan MEY, serta sasaran ideal yang diharapkanpada perikanan lemuru di Selat Bali.
Table 1. Estimated impact of fishery management using MSY and MEY as reference points, and expectedvalue of ideal goals of the management of Bali strait lemuru fishery.
Kriteria/Criteria Satuan (Units)
Dampak kebijakan pengelolaanperikanan/ Estimated impact of
fishery management
Sasaran idealpengelolaanperikanan/Expected
value of idealgoals forfishery
management
MSY sebagaiacuan
/MSY as areference point
MEY sebagaiacuan
/MEY as areference point
(1) (2) (3) (4) (5)Produksi lemuru/Lemuru production
Ton/tahun(Tonnes/yr)
58711 54477 58711
Keuntungan perikanankeseluruhan/Total fisheryprofit
Rp juta/tahun(Rp million/yr)
57071 65964 65964
Keuntungan pelakuusaha/Profit gained byeach fisher
Rp juta/kapal/ tahun(Rp million/vessel/yr)
339.1 535.9 535.9
Peluang kerja di kapal/Job opportunity as vesselcrews
Orang (People) 5040 3690 5040
Biomasa lemuru/Lemuru biomass
Ton (Tonnes) 26940 34175 34175
Upaya penangkapan/Fishing effort
Jumlah kapal pukatcincin (number ofpurse-seiners)
168 123
Keterangan: berdasarkan data and informasi dari Purwanto (2008, 2011a) dengan SOI=0.
Idealnya, tingkat optimum dari produksi lestari,keuntungan perikanan, keuntungan per unit kapal danpeluang kerja di kapal perikanan (kolom (5) pada Tabel1) dicapai secara bersamaan. Namun, sebagaimanadisajikan pada Gambar 1 dan Tabel 1 (kolom (3) &(4)), empat tujuan pengelolaan perikanan tersebuttidak dapat dicapai secara bersamaan (Purwanto,2003, 2011a&b). Olehkarena itu perluditentukan tingkatkompromi optimal diantara beberapa tujuan yang salingbertentangan dengan sasaran pada tingkat yangmemuaskan (Romero & Rechman, 1989).
PEMROGRAMAN MATEMATIKA UNTUKOPTIMISASI DENGAN TUJUAN BERAGAM
Masalah pengambilan keputusan pengelolaanperikanan dengan empat tujuan (Tujuan I – IV) tersebutdapat dituliskan dalam rumusan matematika denganupaya penangkapan sebagai variabel keputusan.Rumusan matematika tersebut, yang disusunberdasarkan model bio-ekonomi dari Gordon (1954)dengan menggunakan model produksi dari Schaefer(1954; 1957), adalah sebagai berikut:
Maksimumkan Y = U.E (1)Maksimumkan R = h.U.E – c.E (2)Maksimumkan P = h.U – c (3)Maksimumkan K = k.E (4)
Dengan syarat:U = a
1- a
2.E (5)
Bm
< b1
- b2.E (6)
E > 0 (7)
Keterangan:Y = produksi lemuru,U = berat keseluruhan lemuru hasil tangkapan per
unit kapal,E = upaya penangkapan,R = keuntungan ekonomi perikanan lemuru,P = keuntungan per unit kapal penangkap lemuru,K = peluang kerja sebagai awak kapal penangkap
lemuru,h = harga lemuru per satuan berat,c = biaya penangkapan lemuru per unit kapal,k = jumlah awak per unit kapal,B
m= kelimpahan minimum stok lemuru untuk
mempertahankan kelestariannya,a
1, a
2, b
1, dan b
2= koefisien.
35-47
39
Alternatif Angka Acuan Sasaran..........di Selat Bali dengan Tujuan Beragam (Purwanto & Wudianto)
Optimisasi untuk pengelolaan perikanan denganberagam tujuan dapat dilakukan denganmenggunakan goal programming ataupuncompromise programming (Romero&Rechman,1989).Goal programming telah digunakan antara lain olehDrynan & Sandiford (1985), Sandiford (1986), Mardleet al. (2000), dan Kjaersgaard &Andersen (2003) untukestimasi sasaran pengelolaan perikanan di Eropa, danoleh Purwanto (2011b) untuk estimasi sasaranpengelolaan di Laut Arafura. Sementara itu,compromise programming antara lain digunakan olehPurwanto (2003; 2011c) untuk estimasi sasaranpengelolaan perikanan di Laut Jawa dan LautArafura.
Optimisasi untuk menentukan tingkat kompromioptimal dari sejumlah sasaran ideal yang disajikanpada tulisan ini (kolom (5) pada Tabel 1) dilakukandengan pemrograman matematika dengan sasaranberagam (multiple-goal programming). Optimisasi inimenggunakan model deterministik serta tidakmempertimbangkan dinamika karena faktor waktuagar model sederhana dan mudah dipahami.Optimisasi dengan multiple-goal programmingditujukan untuk meminimumkan deviasi relatif angkaacuan sasaran (target reference point), yangmerupakan tingkat kompromi yang dihasilkan darioptimisasi, terhadap sasaran ideal pengelolaanperikanan lemuru di Selat Bali. Pada pemrogramanmatematika dengan sasaran beragam yang disajikanpada tulisan ini akan menghasilkan angka acuansasaran untuk pengelolaan perikanan tersebut.Pencapaian sasaran pengelolaan perikanan tersebutdilakukan dengan pengendalian upaya penangkapan.Nilai maksimal (ideal) dan nilai minimal (anti-ideal)sasaran-sasaran pengelolaan perikanan lemuru yangdigunakan dalam optimisasi ini menggunakan titikacuan E
MEYdan E
MSY. Walaupun upaya pengelolaan
perikanan diarahkan untuk mencapai semua tujuanpengelolaan, prioritas dapat ditetapkan dalammencapai tujuan tersebut. Pemberian prioritas yangberbeda terhadap masing-masing tujuan pengelolaandilakukan dengan memberikannya pembobotandengan nilai berbeda. Berikut ini adalah rumusanmatematika dari masalah optimisasi tersebut untukdipecahkan dengan multiple-goal programming.
A. Fungsi Tujuan:
Minimumkan: R = w1.r
1+w
2.r
2+w
3.r
3+w
4.r
4(8)
B. Fungsi Kendala:
Deviasi relatif terhadap sasaran:r
1= n
1/(G
1– L
1) (9)
r2= n
2/(G
2– L
2) (10)
r3= n
3/(G
3– L
3) (11)
r4= n
4/(G
4– L
4) (12)
Sasaran produksi lemuru:G
1= U.E + n
1(13)
Sasaran perolehan neto perikanan:G
2= h.U.E – c.E + n
2(14)
Sasaran keuntungan pelaku usaha:G
3= (h.U – c) + n
3(15)
Sasaran peluang kerja di kapal:G
4= k.E + n
4(16)
Kelimpahan stok lemuru:B
MSY< b
1- b
2.E (17)
Produktivitas kapal penangkap ikan:
U = a1
- a2.E (18)
Keterangan:w
1, w
2, w
3dan w
4= bobot yang mencerminkan prioritas
masing-masing tujuan pengelolaan;G
1, G
2, G
3dan G
4= nilai sasaran ideal masing-masingtujuan pengelolaan;
L1, L
2, L
3dan L
4= nilai sasaran minimal atau sasaran
tidak ideal (anti-ideal) masing-masing tujuan pengelolaan;
n1, n
2, n
3dan n
4= nilai deviasi negatif dari tingkatkompromi masing-masing sasaranterhadap nilai idealnya;
BMSY
= kelimpahan stok (biomasa) lemuruyang menghasilkan MSY.
Penentuan tingkat kompromi tujuan dan angkaacuan sasaran pada perikanan lemuru di Selat Balirelatif rumit dengan kenyataan bahwa produktivitaskapal penangkap lemuru dipengaruhi secara nyatatidak hanya oleh upaya penangkapannya melainkanjuga oleh variasi iklim yang ditunjukkan oleh ENSO(El Niño southern oscillation), dengan indeks osilasiselatan (southern oscillation index - SOI) sebagaiproxy (Purwanto, 2011a). Namun demikian, variasiiklim tidak dimasukkan pada pemrogramanmatematika tersebut agar model sederhana danmudah dipahami. Terkait dengan itu, dalampemrograman, khususnya angka estimasi koefisiendari persamaan (17) & (18) digunakan nilai SOI=0.Angka ini mendekati rata-rata angka SOI pada 100tahun terakhir (1912-2011), yaitu 0.169. Nilai masing-masing parameter/koefisien dan sasaran ideal dantidak ideal yang digunakan untuk pemrogramantersebut disajikan pada Tabel 2. Nilai parameter/koefisien tersebut bersumber dari Purwanto (2011a),serta hasil perhitungan dan hasil pengamatan di
J. Kebijak. Perikan. Ind. Vol.4 No. 1 Mei 2012 :
40
lapangan. Optimisasi dengan non-linear multiple-goalprogramming tersebut dilakukan menggunakan pirantilunak GAMS (General Algebraic Modelling System;Anonymous, 2011). Program GAMS untuk optimisasitersebut disajikan pada Lampiran 1.
SASARAN DARI BERAGAM TUJUANPENGELOLAAN
Angka acuan sasaran (target reference points) yangmerupakan nilai estimasi kompromi optimal terhadapberagam sasaran ideal yang saling bertentangan padapengelolaan perikanan lemuru di Selat Bali dalamkerangka Pembangunan Nasional diperoleh darioptimisasi menggunakan pemrograman matematikadengan memberikan bobot prioritas yang samaterhadap empat tujuan pengelolaan. Hasil estimasiangka acuan sasaran dengan pemrograman tersebutdisajikan pada Tabel 3.
Tingkat produksi dan total keuntungan perikananlemuru untuk acuan sasaran pengelolaan perikananlemuru di Selat Bali masing-masing adalah sekitar57.7 ribu ton/tahun dan Rp 63.7 milyar/tahun (Tabel3). Deviasi relatif angka acuan sasaran tersebutterhadap masing-masing sasaran idealnya adalahsekitar 25%. Kompromi optimal tersebut mendekatisasaran ideal. Sementara itu, angka acuan tingkatkeuntungan yang diperoleh pelaku usaha dan peluangkerja di kapal sebagai sasaran pengelolaan perikanantersebut adalah sekitar Rp 437.5 juta/kapal/tahun dan4371 orang. Deviasi relatif dua angka acuan sasaranini terhadap masing-masing sasaran idealnya adalahsekitar 50%. Kompromi optimal ini berada di tengahdi antara batas atas yang merupakan sasaran idealdan batas bawah yang merupakan sasaran tidak ideal.Untuk mencapai sasaran yang menjadi acuan dalampengelolaan perikanan tersebut perlu dilakukanpengendalian upaya penangkapan lemuru padatingkat yang setara dengan daya tangkap dari 146kapal pukat cincin (Tabel 3). Pada tingkat upayapenangkapan tersebut kelimpahan stok lemuru diSelat Bali diharapkan akan mencapai sekitar 30.6 ributon. Biomasa lemuru pada kondisi dicapainyakompromi optimal dari sejumlah tujuan pengelolaanperikanan yang saling bertentangan tersebut lebihbesar dibandingkan biomasa untuk mempertahankankelestarian stok lemuru dengan laju pertumbuhanmaksimum (B
MSY).
Hal tersebut sesuai dengan perkembangan strategipengelolaan perikanan pada tahun-tahun terakhir iniyang tidak lagi menggunakan MSY sebagai angkaacuan yang menjadi sasaran (target reference point)
pengelolaan perikanan melainkan digunakan sebagaiangka acuan yang menjadi batas (limit referencepoint) guna memperkecil resiko kegagalan pelestarianSDI (FAO, 1997; Mace, 2001; Quinn & Collie, 2005).Angka acuan yang menjadi sasaran pengelolaanadalah pada tingkat yang lebih rendah daripada MSY.
Pemrograman optimisasi dengan beragam tujuanyang saling bertentangan dengan menggunakan angkaacuan batas (limit reference point) MSY, E
MSY, MEY
dan EMEY
, sebagaimana disajikan dalam tulisan ini,menghasilkan E
MEY< E* < E
MSY, yaitu tingkat upaya
penangkapan optimal (E*) lebih rendah dibandingkanE
MSYnamun lebih tinggi dibandingkan E
MEY. Deviasi
relatif E* terhadap EMSY
dan EMEY
adalah sekitar 50%.Dengan menggunakan acuan tingkat upayapenangkapan optimal hasil optimisasi tersebut dalampengendalian penangkapan lemuru, pengelolaanperikanan selain menghasilkan capaian sasaran padatingkat kompromi optimal juga lebih menjaminkelestarian stok lemuru. Pengendalian upayapenangkapan lemuru pada tingkat kompromi optimalmengkondisikan pemanfaatan SDI pada tingkatoptimal dan lestari. Hal ini juga akan mengkondisikanadanya iklim investasi yang lebih kondusif bagikegiatan perikanan berbasis sumberdaya alam hayati.
Tujuan pengelolaan perikanan di Indonesiamencakup aspek ekonomi, sosial, sumberdaya alamdan lingkungan, sebagaimana dirumuskan sebagaikriteria pembangunan yaitu pro-growth, pro-poor, pro-job dan pro-environment Pemrograman optimisasidengan beragam sasaran yang saling bertentangan,sebagaimana disajikan disini, telah digunakan untukmengestimasikan tingkat kesetimbangan diantaraaspek-aspek tersebut. Deviasi relatif dari tingkatkompromi optimal terhadap sasaran ideal produksidan total keuntungan perikanan lemuru (25%) sertaterhadap sasaran ideal keuntungan pelaku usaha danpeluang kerja di kapal (50%) mengindikasikankesetimbangan optimal diantara aspek-aspektersebut.
Optimisasi lanjutan dilakukan dengan memberikanbobot prioritas yang lebih tinggi terhadap dua tujuanpengelolaan perikanan lemuru sesuai dengan amanatpada Pasal 6(1) UU no 31 th 2004, yaitu untukmengoptimumkan produksi lemuru dalam rangkamendorong pertumbuhan ekonomi (Tujuan-I) danmengoptimumkan keuntungan ekonomi perikananlemuru(Tujuan-II).Optimisasidenganduatujuantersebutmenghasilkan tingkat kompromi optimal yang tidakberbeda dari hasil optimisasi untuk pengelolaanperikanan dalam kerangka pembangunan nasional.
35-47
41
Alternatif Angka Acuan Sasaran..........di Selat Bali dengan Tujuan Beragam (Purwanto & Wudianto)
Tabel2
.N
ilaik
oefis
ien/p
ara
mete
rdan
sasara
nya
ng
dig
unakan
dala
mpem
rogra
man
dengan
sasa
ran
bera
gam
untu
kpengelo
laan
perikanan
lem
uru
diS
ela
tB
ali.
Ta
ble
2.T
he
valu
eo
fcoe
ffic
ien
ts/p
ara
mete
rsa
nd
go
als
use
din
apro
gra
mm
ing
with
mu
ltiple
goa
lsfo
rth
em
an
age
me
ntofle
mu
rufish
ery
inth
eB
ali
str
ait.
Su
mb
er:
Pu
rwa
nto
(20
11),
ke
cu
ali
G4
da
nL
4ya
ng
me
rup
aka
nh
asil
pe
rhitu
ng
an
be
rda
sa
rka
nE
MS
Yd
an
EM
SY
da
riP
urw
an
to(2
011
)d
an
k;
kh
asil
pe
ng
am
ata
n.
J. Kebijak. Perikan. Ind. Vol.4 No. 1 Mei 2012 :
42
Tabel3
.N
ilais
asa
ran
ide
aly
an
gdih
ara
pkan
da
na
ngka
acu
an
sa
sara
nda
ripe
nge
lola
an
peri
ka
na
nle
mu
rudiS
ela
tBali.
Ta
ble
3.E
xpe
cte
dva
lue
ofid
ealg
oals
and
targ
etre
fere
nce
po
ints
ofth
em
anag
em
ento
fle
muru
fishery
inth
eB
ali
str
ait.
35-47
43
Alternatif Angka Acuan Sasaran..........di Selat Bali dengan Tujuan Beragam (Purwanto & Wudianto)
Hasil optimisasi tersebut menunjukkan bahwapelaksanaan pengelolaan perikanan denganmemberikan bobot prioritas yang lebih tinggi terhadapTujuan-I dan Tujuan-II membutuhkan strategipengelolaanyang tidakberbedadari strategipengelolaanperikanandalam kerangkaPembangunanNasionalyangdilaksanakan untuk mencapai empat tujuan denganbobot prioritas yang sama.Angka acuan yang menjadisasaran, yang merupakan tingkat kompromi optimalterhadap sasaran ideal dari tujuan yang salingbertentangan, dalam pengelolaan perikanan lemurudalam kerangkapembangunan nasionalmaupundalamrangka merealisasikan amanat Pasal 6 UU nomor 31tahun 2004 dicapai dengan mengendalikan upayapenangkapan lemuru pada tingkat yang setara dengandaya tangkap dari 146 kapal pukat cincin.
Pada tahun 2011, upaya penangkapan lemuru dariarmada penangkapan yang beroperasi di Selat Baliyang berpangkalan di Muncar saja telah mencapai203 unit kapal pukat cincin. Jumlah inimengindikasikan bahwa jumlah kapal pukat cincin diSelat Bali melebihi tingkat upaya penangkapan untukpemanfaatan sumberdaya yang secara biologisoptimal (E
MSY). Konsekuensi dari hal ini adalah
sasaran pengelolaan perikanan sulit tercapai. Untukmencapai tingkat kompromi optimal, jumlah kapalperikanan tersebut perlu dikurangi. Pengalamanselama ini menunjukkan bahwa pengurangan jumlahkapal yang beroperasi di suatu perairan sulitdilakukan. Langkah pertama dalam pengendalianupaya penangkapan dapat dilakukan denganmelakukan pengendalian trip penangkapan hinggajumlah yang setara dengan tingkat kompromi optimalyang dibarengi dengan kebijakan moratoriumperizinan, yaitu tidak ada penambahan kapal barumaupun penggantian kapal tua dengan kapal baruhingga jumlah kapal lebih rendah dari tingkatoptimalnya. Saat jumlah kapal lebih rendah lebihrendah dibanding tingkat optimal, maka peluangpengadaan kapal baru diberikan kepada nelayan yangpaling awal menghentikan operasi kapal tuanyasebanyak selisih antara jumlah kapal yang beroperasidan jumlah optimalnya.
Pengelolaan perikanan tidak akan mencapaisasaran yang diharapkan bila nelayanmempraktekkan pelaporan kegiatan perikanannyasecara tidak benar (unreported fishing) dan terdapatpraktek penangkapan secara ilegal (illegal fishing).Oleh karena itu, pengelolaan perikanan perlu dibarengidengan upaya minimisasi kegiatan perikanan ilegaldan pelaporan kegiatan perikanan secara tidak benar,yang dapat dilakukan dengan pelaksanaanpengawasan dan penegakan hukum.
KESIMPULAN
Sasaran ideal dari empat tujuan yang salingbertentangan pada pengelolaan perikanan lemuru diSelat Bali tidak dapat dicapai secara bersamaan.Angkaacuan sasaran pada tingkat kompromi optimal untukpengelolaan perikanan dalam kerangka pembangunannasional, dengan memberikan bobot prioritas samaterhadap empat tujuan pengelolaan, dicapai denganpengendalian upaya penangkapan pada tingkat yangsetara dengan daya tangkap 146 kapal pukat cincin.Angka acuan sasaran yang sama dihasilkan darioptimisasi dengan pemberian bobot prioritas yang lebihtinggi terhadap dua tujuanpengelolaan perikanan sesuaidengan Pasal 6 Undang Undang Perikanan tahun2004.
PERSANTUNAN
Tulisan ini merupakan bagian dari hasil penelitiandengan judul Inisiasi Penerapan Ecosystem Approachto Fisheries Management. T.A. 2012 pada PusatPenelitian Pengelolaan Perikanan dan konservasiSumberdaya Ikan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2011. GAMS: A User’s Guide. GAMSDevelopmentCorporation,Washington,DC.269p.
Drynan, R.G. & F. Sandiford. 1985. Incorporatingeconomic objectives in goal programming forfishery management. Marine ResourceEconomics. 2: 175-195.
Dwiponggo, A. 1987. Indonesia’s marine fisheriesresources. 10-63. In C. Bailey, A. Dwiponggo & F.Marahudin. 1987. Indonesian marine capturefisheries. ICLARM Studies and Reviews 10. 196 p.
FAO. 1997. Fisheries management. FAO TechnicalGuidelines for Responsible Fisheries. No. 4.Rome, FAO. 1997. 82 p.
Gordon, H.S. 1954. The economic theory of thecommon property resource: the fishery. Journalof Political Economy, 62: 124-42.
Kjaersgaard, J. & J.L.Andersen. 2003. Multi-objectivemanagement in fisheries: The case of the Danishindustrial fishery in the North Sea. DanishResearch Institute of Food Economics. 90 p.
Mace, P.M. 2001.Anew role for MSY in single-speciesand ecosystem approaches to fisheries stockassessment and management. Fish andFisheries. 2: 2-32.
J. Kebijak. Perikan. Ind. Vol.4 No. 1 Mei 2012 :
44
Mardle, S., S. Pascoe, M. Tamiz & D. Jones. 2000.Resource allocation in the North Sea demersalfisheries: A goal programming approach.Annalsof Operations Research, 94: 321–342.
McCluskey, S.M. & R.L. Lewison. 2008. Quantifyingfishing effort: a synthesis of current methods andtheir applications. Fish and Fisheries 9: 188–200.
Merta, I G.S. 1992. Dinamika populasi ikan lemuru,Sardinella lemuru Bleeker 1853 (Pisces:Clupeidae) di perairan Selat Bali dan alternatifpengelolaannya. Disertasi Doktor. ProgramPascasarjana, I.P.B., Bogor. 228 p.
Merta, I.G.S. & H.M. Eidman. 1995. Predictedbiomass, yield and value of the lemuru (Sardinellalemuru) fishery in the bali Strait. In : Potier, M.and S. Nurhakim (eds.) Biodynex. Pelfish,Jakarta, p.137-144.
Merta, I.G.S., K. Widana, Yunizal and R. Basuki.2000. Status of the lemuru fishery in bali straitits development and prospects. Paperspresented at workshop on the fishery and themanagement of Bali sardinella (sardinella lemuru)in Bali strait, Denpasar, Bali, Indonesia, 6–8April1999. FAO, Rome. 42 p.
Organisation for Economic Co-operation andDevelopment. 2007. Glossary of statisticalterms. OECD. 863 p.
Purwanto. 1992. Rente ekonomi dan tingkatpengusahaan sumberdaya perikanan lemuru diperairan selat Bali. Jurnal Ekonomi Lingkungan.1 (3): 28 - 39.
Purwanto. 2003. Status and management of the JavaSea fisheries, p. 793 - 832. In G. Silvestre, L.Garces, I. Stobutzki, M. Ahmed, R.A. Valmonte-Santos, C. Luna, L. Lachica-Aliño, P. Munro, V.Christensen and D. Pauly (eds.) Assessment,Management and Future Directions for CoastalFisheries in Asian Countries. WorldFish CenterConference Proceeding 67. 1120 p.
Purwanto. 2008. Resource rent generated in the Balistrait sardine fishery in a fluctuating environment.Final Draft. Prepared for the World BankPROFISH Program. Washington. D.C. 33 p.
Purwanto. 2011a. Bio-economic optimal levels of theBali strait sardine fishery operating in afluctuating environment. Ind. Fish. Res. J., 17(1):1-12.
Purwanto. 2011b. Model optimisasi dengan sasaranberagam untuk pengelolaan perikanan udang diLaut Arafura. Jurnal Kebijakan PerikananIndonesia. 3(1): 61-75.
Purwanto. 2011c. A compromise solution to theconflicting objectives in the management of theArafura shrimp fishery. Ind. Fish. Res. J., 17(1):37-44.
Quinn II, T.J. & J.S. Collie. 2005. Sustainability insingle-species population models. Phil. Trans.R. Soc. B, 360: 147–162.
Romero, C. & T. Rehman. 1989. Multiple CriteriaAnalysis for Agricultural Decisions. ElsevierScience Publishers, Amsterdam. 257 p.
Sainsbury, K. 2008. Best Practice Reference PointsforAustralian Fisheries. AFMA, Canberra. 158p.
Salim, S. 1986. Assessment of the lemuru (Sardinellalongiceps) fishery in the Bali Strait, Indonesia.M.Sc. Dissertation. School of Anim. Biol., Univ.Coll. North Wales, Bangor, U.K. 52 p.
Sandiford, F. 1986. An analysis of multiobjectivedecision-making for the Scottish inshore fishery.Journal of Agricultural Economics. 37: 207-219.
Schaefer, M. B. 1954. Some aspects of the dynamicsof populations important to the management ofcommercial marine fisheries. Bulletin of the InterAmerican Tropical Tuna Commission. 1: 25-56.
Schaefer, M. B. 1957. Some considerations ofpopulation dynamics and economics in relationto the management of marine fisheries. Journalof the Fisheries Research Board of Canada. 14:669-81.
Soemarto. 1959. Craft and gear utilised in the sardinefishery at Muncar, Indonesia. In: H. Rosa andG.I. Murphy (eds.), Proceeding of the WorldScientific Meeting on the Biology of Sardines andrelated species. Rome, 14-21 Sept. 1959. Vol.III. FAO, Rome. p. 1247-1264.
Sujastani, T. dan S. Nurhakim. 1982. Potensisumberdaya perikanan lemuru (Sardinellalongiceps) di Selat Bali. Prosiding SeminarPerikanan Lemuru, Banyuwangi, 18-21 Januari1982. Pus. Lit. Bang. Kan., DepartemenPertanian, Jakarta. p. 1- 11.
35-47
45
Alternatif Angka Acuan Sasaran..........di Selat Bali dengan Tujuan Beragam (Purwanto & Wudianto)
Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesiatahun 1945 (UUD 1945).
Undang Undang (UU) nomor 31 tahun 2004 tentangPerikanan.
Undang Undang nomor 17 tahun 2007 tentangRencana Pembangunan Jangka PanjangNasional tahun 2005 – 2025.
Peraturan Presiden (Perpres) nomor 5 tahun 2010tentang Rencana Pembangunan JangkaMenengah Nasional tahun 2010–2014.
J. Kebijak. Perikan. Ind. Vol.4 No. 1 Mei 2012 :
46
Appendix 1 GAMS programs for the optimisation of the management of shrimp fishery in the ArafuraSea with multiple goals
$Title MANAGEMENT OF THE BALI LEMURU FISHERY - GOALANALYSIS
SCALARSPRICEPrice of lemuru in Rp million per tonnes / 2.1 /COST Cost of fishing in Rp million per vessel per yr / 393.533 /ALFA0 A0 coefficient of Schaefer production model / 697.795 /ALFA1 A1 coefficient of Schaefer production model / 2.073 /BETA0 B0 coefficient of Schaefer biomass model / 53881.029 /BETA1 B1 coefficient of Schaefer biomass model / 160.096 /BIOMMSY Lemuru biomass at MSY in tonnes / 26940.525 /CREWNumber of people working on a purse seiner / 30 /
* Weights attached to each of the objectivesW1 Weight of priority for goal-1:QTYMSY / 1 /W2 Weight of priority for goal-2:RENTMEY / 1 /W3 Weight of priority for goal-3:VPROFMEY / 1 /W4 Weight of priority for goal-4:LABORMSY / 1 /
* Ideal solution:QTYMSY Maximum sustainable yield in tonnes / 58711.489 /RENTMEY Total profit at MEY in Rp million / 65963.726 /VPROFMEY Profit per unit vessel at MEY in Rp million / 535.918 /LABORMSY Total labor engaged in lemuru fishery at MSY / 5040 /
* Anti-ideal solution:QTYMEY maximum economic yield in tonnes / 54477.096 /RENTMSY Total profit at MSY in Rp million / 57071.502 /VPROFMSY Profit per unit vessel at MSY in Rp million / 339.152 /LABORMEY Total labor engaged in lemuru fishery at MEY / 3690 /;
VARIABLESGOAL
POSITIVE VARIABLESRDEVCATCH Relative deviation of catchRDEVRENT Relative deviation of resource rentRDEVPROF Relative deviation of vessel profitRDEVLAB Relative deviation of laborn1n2n3n4RENT Resource rent generated in Rp million per yearTREVN Total annual return of catching lemuru in Rp millionTCOST Total annual cost of catching lemuru in Rp millionVPROF Profit per unit vessel in Rp millionTCATCH Total catch of lemuru fishery in tonnesCPUE Catch per unit effort of lemuru fishery in tonnesTLABOR Total labor engaged in lemuru fisheryEFFORT Effort standardised in the number of purse seinersBIOMASS Abundance of lemuru stock in tonnes;
EQUATIONSOBJECTIVERELDEVIATION1RELDEVIATION2RELDEVIATION3RELDEVIATION4GOALPRODN
35-47
47
Alternatif Angka Acuan Sasaran..........di Selat Bali dengan Tujuan Beragam (Purwanto & Wudianto)
GOALRRENTGOALVPROFITGOALTLABORRESOURCERENTFISHINGREVENUEFISHINGCOSTVESSELPROFITPRODUCTIONPRODUCTIVITYTOTALLABORLMRSTOCKCONSTSTOCKABUNDANCE;
OBJECTIVE.. GOAL =E= W1*RDEVCATCH + W2*RDEVRENT+ W3*RDEVPROF + W4*RDEVLAB;
RELDEVIATION1.. RDEVCATCH =E= n1/(QTYMSY - QTYMEY);RELDEVIATION2.. RDEVRENT =E= n2/(RENTMEY - RENTMSY);RELDEVIATION3.. RDEVPROF =E= n3/(VPROFMEY - VPROFMSY);RELDEVIATION4.. RDEVLAB =E= n4/(LABORMSY - LABORMEY);
GOALPRODN.. QTYMSY =E= TCATCH + n1;GOALRRENT.. RENTMEY =E= RENT + n2;GOALVPROFIT.. VPROFMEY =E= VPROF + n3;GOALTLABOR.. LABORMSY =E= TLABOR + n4;
RESOURCERENT.. RENT =E= TREVN - TCOST;FISHINGREVENUE.. TREVN =E= PRICE*TCATCH;FISHINGCOST.. TCOST =E= COST*EFFORT;VESSELPROFIT..VPROF =E= PRICE*CPUE - COST;
PRODUCTION.. TCATCH =E= EFFORT*CPUE;PRODUCTIVITY.. CPUE =E= ALFA0 - ALFA1*EFFORT;TOTALLABOR.. TLABOR =E= CREW*EFFORT;LMRSTOCKCONST.. BIOMASS =G= BIOMMSY;STOCKABUNDANCE.. BIOMASS =E= BETA0 - BETA1*EFFORT;
MODEL POLICY /ALL/;SOLVE POLICY MINIMISING GOAL USING NLP;