+ All Categories
Home > Documents > Chapter III V

Chapter III V

Date post: 21-Feb-2016
Category:
Upload: rino
View: 3 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
Description:
sd
Popular Tags:
32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. Diagram Alir Penelitian A Gambar III.1. Diagram Alir Penelitian III.2. Bahan dan Alat Penelitian Persiapan Benda Uji AC- WC Tanpa Penambahan Anti Stripping Agent Percobaan Laboratorium Persiapan Material Aspal Pemeriksaan Properti Aspal Pen 60/70 Persiapan Anti Stripping Agent Agregat Agregat Kasar Persiapan Material Agregat Pengujian Properti Agregat Memenuhi Spesifikasi? KAO dari campuran Kerusakan jalan yang disebabkan oleh air menyebabkan pengelupasan butiran pada aspal Digunakan aspal + zat antistripping agent karena dinilai dapat menaikkan daya lekat dan ikatan b tiran aspal Tidak Pembuatan Benda Uji Dengan KAO (untuk AC-WC dengan variasi penambahan Anti Stripping Agent) Pengujian Campuran Dengan Metode Marshall Untuk Menganalisa Karakteristik Marshall Nilai VIM, VMA, VFB, VIM PRD, Stabilitas, Flow, MQ didapatkan? Analisa Data Kesimpulan dan Saran Selesai
Transcript
Page 1: Chapter III V

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Diagram Alir Penelitian

A A

Gambar III.1. Diagram Alir Penelitian

III.2. Bahan dan Alat Penelitian

Persiapan Benda Uji AC-WC Tanpa Penambahan

Anti Stripping Agent

Percobaan Laboratorium

Persiapan Material Aspal

Pemeriksaan Properti Aspal Pen 60/70

Persiapan Anti Stripping Agent

Agregat

Agregat Kasar

Persiapan Material Agregat

Pengujian Properti Agregat

Memenuhi Spesifikasi?

Pengujian Campuran Dengan Metode Marshall Untuk Menganalisa Karakteristik Marshall

(VIM, VFB, VIM PRD, Stabilitas, Flow, MQ)

KAO dari campuran didapatkan?

Kerusakan jalan yang disebabkan oleh air menyebabkan pengelupasan butiran pada aspal

Digunakan aspal + zat antistripping agent karena dinilai dapat menaikkan daya lekat dan ikatan

b tiran aspal

Tidak

Pembuatan Benda Uji Dengan KAO (untuk AC-WC dengan variasi penambahan Anti Stripping Agent)

Pengujian Campuran Dengan Metode Marshall Untuk Menganalisa Karakteristik Marshall

Nilai VIM, VMA, VFB, VIM PRD, Stabilitas, Flow, MQ didapatkan?

Analisa Data

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Page 2: Chapter III V

Adapun bahan yang digunakan untuk pengujian adalah :

a. Material yang digunakan

- Agregat kasar yang digunakan disarankan berupa batu pecah atau kerikil yang keras,

kering, awet, bersih dan bebas dari bahan organik, asam dan bahan lain yang

mengganggu, sedangkan agregat halus yang digunakan pada umumnya merupakan

produk dari mesin pemecah batu (stonecrusher) atau dari pasir alam. Dalam penelitian

ini, agregat yang digunakan diperoleh dari PT. ADHI KARYA, Patumbak.

- Untuk bahan aspal menggunakan aspal ESSO Ex. EXXON MOBIL dengan penetrasi

60/70.

- Bahan tambah menggunakan Anti Stripping Agent WETFIX-BE yang diperoleh dari

PT. Adhi Karya dan Anti Stripping Agent DERBO-401 UN 2735 dari India.

b. Peralatan yang digunakan

i. Alat uji pemeriksaan aspal

Alat yang digunakan untuk pemeriksaan aspal antara lain: alat uji penetrasi, alat uji

titik lembek, alat uji titik nyala dan titik bakar, alat uji daktilitas, alat uji berat jenis

(piknometer dan timbangan), alat uji kelarutan, dan TFOT.

ii. Alat uji pemeriksaan agregat

Alat uji yang digunakan untuk pemeriksaan agregat antara lain mesin Los Angeles (tes

abrasi), saringan standar, alat pengering (oven), timbangan berat.

iii. Alat uji karakteristik campuran agregat aspal

Alat uji yang digunakan adalah seperangkat alat untuk metode Marshall.

III.3 Pengujian dan Persyaratan Bahan

Page 3: Chapter III V

Pengujian dimaksudkan untuk meneliti bahan yang akan dipakai dapat memenuhi

persyaratan.

III.3.1. Aspal

Aspal yang digunakan adalah aspal ESSO dari EXXON dengan penetrasi 60/70.

Adapun persyaratannya adalah pada tabel berikut :

Tabel III.3.1. Pengujian dan Ketentuan Aspal Penetrasi 60/70

No. Jenis Pengujian Metode Persyaratan 1 Penetrasi, 25ºC, 100 gr, 5 detik: 0,1 mm SNI 06-2456-1991 60 – 79 2 Titik lembek : ºC SNI 06-2434-1991 48 - 58 3 Titik nyala: ºC SNI 06-2433-1991 Min. 200 4 Daktalitas , 25ºC: cm SNI 06-2432-1991 Min. 100 5 Berat Jenis SNI 06-2441-1991 Min. 1,0 6 Kelarutan dalam Trichloro Ethylen: %

berat SNI 06-2438-1991 Min. 99

7 Penurunan Berat (dengan TFOT): % berat SNI 06-2440-1991 Max. 0,8 8 Penetrasi setelah penurunan berat: % asli SNI 06-2456-1991 Min. 54 9 Daktalitas setelah penurunan berat: % asli SNI 06-2432-1991 Min. 50 10 Uji bintik (spot test)

- Standar Naptha - Naptha Xylene - Hephtane Xylele

AASHTO T. 102

Negatif

Sumber : Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga 2006

III.3.2. Agregat

Untuk material agregat pengujian bahan meliputi agregat kasar dan halus.

Pengujiannya serta Persyaratan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel III.3.2. Pengujian untuk Agregat Kasar dan Agregat Halus

No. Pengujian Standar Nilai Agregat Kasar

1 Abrasi dengan mesin Los Angeles SNI 03-2417-1991 Maks 40% 2 Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 03-2439-1991 Min. 95%

Page 4: Chapter III V

3 Angularitas SNI 03-6877-2002 95/90 * 4 Partikel Pipih dan Lonjong (**) RSNI T-01-2005 Maks 10% 5 Material lolos saringan No.200 SNI 03-4142-1996 Maks 1%

Agregat Halus 1 Nilai Setara Pasir SNI 03-4428-1997 Min 50% 2 Material lolos saringan No.200 SNI 03-4142-1996 Maks 8% 3 Angularitas SNI 03-6877-2002 Min. 45

(*) 95/90 menunjukkan 95% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu atau

lebih dan 90% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah dua atau lebih

(**) Pengujian dengan perbandingan lengan alat uji terhadap poros 1 : 5

III.3.3 Gradasi agregat

Merupakan distribusi variasi ukuran butiran agregat. Gradasi agregat yang digunakan

untuk perencanaan campuran adalah gradasi dari Laston Lapis Aus (AC-WC). Kurva gradasi

untuk Beton Aspal Lapis Aus (AC-WC) yang digunakan dalam penelitian ini adalah kurva

gradasi yang disarankan spesifikasi yaitu beranjak dari bawah kurva fuller, memotong kurva

fuller di antara saringan No.4 dan No.8, dan berada dalam titik kontrol gradasi Beton Aspal

Lapis Aus (AC-WC).

Tabel III.3.3. Gradasi yang Disarankan Spesifikasi

Ukuran Saringan

(mm)

Persyaratan Gradasi (% berat butir yang lolos) Agregat

gabungan Fuller Titik Kontrol Zona Terbatas

19 100 100 100 12,7 90,16 83,4 90 – 100 9,5 75,53 73,2 Maks. 90 4,76 58,15 53,6 - 2,38 35,36 39,1 28 – 58 39,1 – 39,1 1,19 23,12 28,6 - 25,6 – 31,6 0,600 17,55 21,1 - 19,1 – 23,1 0,300 11,66 15,5 - 15,5 – 15,5 0,150 6,70 11,3 0,075 4,86 8,3 4 – 15

Sumber : Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga 2006

Page 5: Chapter III V

III.4. Pengujian Campuran Beraspal

III.4.1 Uji Marshall

Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan ketahanan (stabilitas) terhadap

kelelehan plastis (flow) dari campuran beraspal dan nilai retained stability.

Pada pengujian alat Marshall, hal pertama yang dilakukan adalah menghitung

perkiraan awal KAO (Pb) dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

𝑃𝑃𝑠𝑠 = 0,035(% 𝐶𝐶𝑉𝑉) + 0,045(% 𝑉𝑉𝑉𝑉) + 0,18(% 𝑉𝑉𝑉𝑉) + 𝐾𝐾

Dimana :

Pb = Kadar aspal optimum perkiraan

CA = Agregat kasar tertahan saringan No.8

FA = Agregat halus lolos saringan No.8 dan tertahan di saringan No.200

Filler = Agregat halus lolos saringan No.200

K = Konstanta, dengan nilai 0,5 untuk penyerapan agregat yang rendah dan

nilai 1,0 untuk penyerapan agregat yang tinggi.

Dengan terlebih dahulu membulatkan nilai Pb sampai 0,5% terdekat, kemudian

siapkan benda uji Marshall pada lima variasi kadar aspal masing-masing 3 (tiga) benda uji,

yaitu -1,0%, -0,5%, Pb, +0,5%, +1,0%.

b. Persiapan campuran

Pada pengujian dengan alat Marshall, dibuat tiga benda uji untuk lima variasi kadar

aspal terhadap berat total campuran. Untuk tiap benda uji diperlukan agregat sebanyak

±1200gr sehingga menghasilkan tinggi benda uji kira-kira 6,25 cm. Panaskan pan

Page 6: Chapter III V

pencampuran beserta agregat dengan suhu ± 28ºC di atas suhu pencampur untuk aspal

panas dan aduk sampai merata. Sementara itu panaskan aspal sampai suhu

pencampuran. Tuangkan aspal sebanyak yang dibutuhkan ke dalam agregat yang

sudah dipanaskan tersebut. Kemudian aduklah sampai agregat terlapis merata.

c. Pemadatan benda uji

Bersihkan perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka penumbuk. Masukkan

seluruh campuran ke dalam cetakan dan tusuk-tusuk campuran dengan spatula yang

dipanaskan atau aduklah dengan sendok semen 15 kali keliling pinggirannya dan 10

kali di bagian dalam. Sewaktu melakukan pemadatan, peneliti tidak mencatat berapa

suhu pemadatan. Letakkan cetakan di atas landasan padat, dalam pemegang cetakan,

lakukan pemadatan dengan alat penumbuk sebanyak 75 kali atau sesuai kebutuhan

dengan tinggi jatuh 45 cm, selama pemadatan tahanlah agar sumbu palu pemadat

selalu tegak lurus pada cetaka. Lepaskan keping alat kemudian balikkan alat cetak

berisi benda uji dan pasang kembali. Tumbuklah dengan jumlah tumbukan yang

sama. Sesudah pemadatan, lepaskan keping alas dan pasanglah alat pengeluar benda

uji. Dengan hati-hati keluarkan dan letakkan benda uji di atas permukaan rata yang

halus, biarkan selama kira-kira 24 jam pada suhu ruang.

d. Prosedur percobaan

1. Bersihkan benda uji dari kotoran-kotoran yang menempel

2. Berikan tanda pengenal pada masing-masing benda uji

3. Ukur benda uji dengan ketelitian 0,1 mm

4. Timbang benda uji

5. Rendam kira-kira 24 jam pada suhu ruang

6. Timbang dalam air untuk mendapatkan isi

Page 7: Chapter III V

7. Timbang benda uji dalam kondisi kering permukaan jenuh

8. Rendam benda uji dalam bak perendaman selama 30 menit sampai 40 menit.

Sebelum melakukan pengujian bersihkan batang penuntun (guide rod) dan

permukaan dalam dari batang penekan (test heads). Keluarkan benda uji dari bak

perendaman dan letakkan ke dalam segmen bawah kepala penekan. Pasang

segmen atas di atas benda uji, dan letakkan keseluruhannya dalam mesin penguji.

9. Sebelum pembebanan diberikan, kepala penekan beserta benda uji dinaikkan

hingga menyentuh alas cincin penguji. Atur kedudukan jarum arloji agar berada

pada angka nol. Berikan pembebanan kepada benda uji dengan kecepatan tetap

sebesar 50 mm permenit sampai pembebanan maksimum tercapai dan catat

pembebanan maksimum yang dicapai. Lepaskan selubung tangkai arloji kelelahan

(sleeve) pada saat pembebanan maksimum tercapai dan catat nilai kelelahan yang

ditunjukkan oleh jarum arloji.

10. Untuk penambahan masing – masing jenis Anti Stripping Agent dibuat dalam 5

variasi yaitu 0.2%, 0.25%, 0.3%, 0.35% dan 0.4% dari berat aspal masing –

masing direncanakan 3 (tiga) benda uji untuk setiap penambahan.

Setelah nilai stabilitas dan flow didapat, kemudian dihitung besarnya Hasil Bagi

Marshall (Marshall Quotient), Rongga diantara mineral agregat (VMA), Rongga dalam

campuran (VIM) dan Rongga terisi aspal (VFB). Selanjutnya digambarkan grafik hubungan

antara kadar aspal (%) dengan masing-masing parameter Marshall yang telah dihitung

sebelumnya.

Kemudian dilakukan pengujian untuk mendapatkan nilai VIM refusal atau 𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑎𝑎𝑎𝑎𝑓𝑓 .

Selanjutnya dibuat grafik hubungan antara 𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑎𝑎𝑎𝑎𝑓𝑓 dengan kadar aspal. Dengan melihat pada

batas-batas yang disyaratkan untuk semua parameter Marshall (Stabilitas, Flow, MQ, VFB,

Page 8: Chapter III V

VMA, VIM, dan 𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑎𝑎𝑎𝑎𝑓𝑓 ), kemudian dilakukan analisis untuk mendapatkan Kadar Aspal

Optimum (KAO) yang memenuhi semua kriteria campuran.

III.4.2 Uji Rendaman Marshall

Pengujian ini dilakukan untuk melihat ketahanan campuran terhadap pengaruh

kerusakan oleh air. Air pada campuran beraspal dapat mengakibatkan berkurangnya daya

lekat aspal terhadap agregat sehingga dapat melemahkan ikatan antar agregat.

Pengujian dilakukan dengan membuat 24 benda uji pada KAO. Untuk 12 benda uji

pertama dilakukan perendaman dalam air dengan suhu 60 ºC selama 24 jam dan lakukan

pengujian Marshall, kemudian pada sisa benda uji dilakukan pengujian Marshall standar.

Kehilangan stabilitas akibat perendaman di air diukur sebagai ketahanan terhadap

pengaruh air. Perbandingan stabilitas pada benda uji yang direndam dengan yang standar

disebut Indeks Kekuatan Marshall Sisa (Marshall Index of Retained Strength) yang

dinyatakan dalam persen.

Page 9: Chapter III V

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV.1. Penyajian Data IV.1.1. Hasil Pengujian Sifat-Sifat Fisik Agregat

Agregat kasar dan agregat halus yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari

AMP ADHI KARYA. Pengujian agregat dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat fisik atau

karakteristik dari agregat kasar dan agregat halus. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel

IV.1.

Zat aditif Anti Stripping Agent jenis WETFIX yang digunakan berasal dari PT. ADHI

KARYA dan jenis DERBO-401 UN 2735 berasal dari India. Gradasi yang ditinjau

berdasarkan pada gradasi Laston Lapis Aus (AC-WC) dari spesifikasi Departemen Pekerjaan

Umum.

Tabel IV.1 Hasil Pengujian Sifat-Sifat Fisik Agregat

No. Pengujian Persyaratan

Hasil Pengujian Min. Maks.

1. 2. 3. 4.

Kelekatan agregat terhadap aspa

Soundness Test (CA)

Kadar lumpur Agregat Kasar (CA) Agregat Sedang (MA) Agregat Halus (FA)

Los Angeles

95%

12%

40%

>95%

6.6%

2.35%

2.80%

2.90%

21.30%

IV.1.2. Hasil Pengujian Aspal

Page 10: Chapter III V

Dalam penelitian ini digunakan aspal Penetrasi 60/70. Pengujian pada aspal yang

digunakan dalam campuran memenuhi persyaratan spesifikasi. Tabel IV.2 merupakan hasil

pengujian karakteristik aspal Penetrasi 60/70.

Tabel IV.2 Hasil Pengujian Sifat-Sifat Aspal Pen 60/70

No. Pengujian Persyaratan Hasil Pengujian

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Penetrasi, 25ºC; 100 gr; 5 detik; 0,1 mm Titik Lembek, ºC Titik Nyala, ºC Berat jenis Daktalitas, 25ºC; cm Kelarutan dalam Trichlor Ethylen; % berat TFOT; % berat Penetrasi setelah TFOT; 0,1 mm; % asli Daktalitas setelah TFOT; % asli

60 - 79

48 - 58

Min. 200

Min. 1.0

Min. 100

Min. 99

Maks. 0.8

Min. 54

Min. 50

65

49

323

1.023

105.2

99.685

0.064

56.17

104.7

IV.1.2.1. Hasil dan Diskusi Pengujian Aspal dengan Penambahan Anti Stripping Agent IV.1.2.1a.Pengujian Penetrasi Aspal

Page 11: Chapter III V

Nilai penetrasi aspal Pen 60/70 yang diperoleh dari pengujian sebelum penambahan

Anti Stripping Agent sebesar 65. Hasil ini memenuhi Spesifikasi Departemen Pekerjaan

Umum Direktorat Jenderal Bina Marga 2006 yaitu untuk penetrasi aspal Pen 60/70 pada

temperatur 25oC; 100gr; 5 detik harus berada dalam rentang 60 – 79.

Setelah penambahan Anti Stripping Agent, nilai penetrasi pun berubah, antara lain

untuk penambahan WETFIX BE 0.2% (53.50); 0.25% (53.00); 0.3% (52.50); 0.35% (52.00)

dan 0.4% (51.50). Sedangkan untuk penambahan DERBO-401 UN 2735 0.2% (53.17);

0.25% (52.67); 0.3% (52.17); 0.35% (51.50) dan 0.4% (51.33).

Dari hasil pengujian penetrasi dapat disimpulkan bahwa penambahan zat Anti

Stripping Agent dapat menurunkan nilai penetrasi aspal. Dan diantara kedua jenis zat Anti

Stripping tersebut, penggunaan DERBO-401 UN 2735 dapat menurunkan nilai penetrasi

yang lebih besar bila dibandingkan dengan WETFIX BE.

Gambar IV.1. Grafik Perbandingan Nilai Penetrasi Aspal dengan Penambahan Anti

Stripping Agent WETFIX BE dan DERBO-401 UN 2735

IV.1.2.1.b.Pengujian Titik Lembek Aspal

Nilai titik lembek aspal sebelum penambahan kedua jenis Anti Stripping Agent

menunjukkan bahwa aspal Pen 60/70 (49ºC) memenuhi persyaratan Departemen Pekerjaan

Umum Direktorat Jenderal Bina Marga 2006 (48ºC - 58ºC).

R² = 0.837

R² = 0.84150

52

54

56

58

60

62

64

66

0 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4

hasi

l uji

penambahan antistripping agent

Penetrasi WETFIX BE

Penetrasi DERBO-401 UN 2375

Page 12: Chapter III V

Setelah penambahan Anti Stripping Agent Wetfix BE 0.2% menjadi 55.5ºC,

penambahan 0.25% menjadi 55.75ºC, penambahan 0.3% menjadi 56.2ºC, penambahan 0.35%

menjadi 56.5ºC dan penambahan 0.4% menjadi 56.9 ºC.

Sedangkan untuk penambahan DERBO-401 UN 2735 0.2% menjadi 56ºC,

penambahan 0.25% menjadi 56.35ºC, penambahan 0.3% menjadi 56.5ºC, penambahan 0.35%

menjadi 57ºC dan penambahan 0.4% menjadi 57.5 ºC.

Dari hasil pengujian titik lembek aspal ini dapat disimpulkan bahwa penambahan zat

Anti Stripping Agent dapat menaikkan nilai titik lembek aspal.

Gambar IV.2. Grafik Perbandingan Titik Lembek Aspal dengan Penambahan Anti Stripping

Agent WETFIX BE dan DERBO-401 UN 2735

Tabel IV.3 Hasil Pengujian Aspal setelah Penambahan Anti Stripping Agent WETFIX BE dan DERBO-401 UN 2735

PENGUJIAN 0% 0.20% 0.25% 0.30% 0.35% 0.40% W D W D W D W D W D

Penetrasi (mm) 65 53.5 53.17 53.0 52.67 52.5 52.17 52.0 51.5 51.5 51.33

Titik Lembek (oC) 49 55.5 56 55.75 56.35 56.2 56.5 56.5 57 56.9 57.5

R² = 0.845

R² = 0.831

48

50

52

54

56

58

60

0 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4

titik

lem

bek

penambahan antistripping agent

Titik Lembek WETFIX BE

Titik Lembek DERBO-401 UN 2375

Page 13: Chapter III V

Keterangan : W = WETFIX BE D = DERBO-401 UN 2735 IV.1.3. Hasil Pengujian Marshall

Pengujian dilakukan untuk mendapatkan nilai KAO. Nilai KAO ini digunakan untuk

membuat membuat benda uji dengan menggunakan bahan tambah Anti Stripping Agent

masing – masing untuk Wetfix dan Derbo-401 UN 2735 sebesar 0.2% ; 0.25% ; 0.3% ;

0.35% ; dan 0.4% dari total berat aspal. Pada penelitian ini diperoleh nilai KAO adalah 5.5%.

Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel IV.4.

Tabel IV.4 Hasil Analisis Marshall untuk KAO Sifat-Sifat Campuran Hasil Pengujian

Spesifikasi Kadar Aspal; % 4,5 5,0 5,5 6,0 6,5

Kepadatan; t/m3 2.334 2.337 2.342 2.333 2.327 -

V I M; % 6.07 5.25 4.32 4.00 3.55 3,5-5,5 %

V I M Refusal; % - 3.95 3.00 2.44 - > 2,5 % V M A; % 14.68 15.01 15.27 16.05 16.71 > 14 % V F B; % 58.65 65.08 71.68 75.09 78.83 > 63 %

Stabilitas; kg 931 994 1032 1020 1007 > 800 kg

Kelelehan; mm 3.72 3.85 3.92 3.88 3.82 > 3 mm

Hasil Bagi Marshall; kg/mm 250 258 264 263 263 > 250 kg/mm

2.3202.3252.3302.3352.3402.3452.3502.3552.360

4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00

Bul

k D

ensi

ty(g

r/cc)

% Bitument by Total mix

700800900

10001100120013001400

4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00

Stab

ility

(Kg)

% Bitument by Total mix

Page 14: Chapter III V

Gambar IV.3. Hasil Pengujian Marshall untuk Mendapatkan KAO IV.1.4. Hasil Pengujian Marshall dengan Penambahan Anti Stripping Agent

Pengujian dilakukan untuk melihat pengaruh penambahan Anti Stripping Agent

(ASA) jenis DERBO-401 UN 2375 dan WETFIX BE terhadap campuran beton aspal.

Ditentukan masing – masing lima variasi penambahan ASA ke dalam campuran beton aspal,

yaitu sebesar 0.2% ; 0.25% ; 0.3% ; 0.35% ; 0.4% dari total berat aspal . Hasil pengujian

dapat dilihat dalam Tabel IV.5.

123456789

4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00

Air V

oids

(%)

% Bitument by Total Mix

VIM PRD

405060708090

4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00

VFB

(%)

% Bitument by Total Mix

14.015.016.017.018.019.0

4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00VMA

( %

)

% Bitument by Total mix

1234567

4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00

Flow

( m

m )

% Bitument by Total Mix

100200300400500600

4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00

M.Q

uotie

nt

( Kg/

mm

)

% Bitument by Total Mix

-1

1

3

5

7

9

4 4.5 5 5.5 6 6.5 7

Stab Density

VIM

VFBVMAFlow

MQ

Page 15: Chapter III V

Tabel IV.5 Hasil Pengujian Marshall AC - WC dengan Penambahan Antistripping Agent

Jenis DERBO-401 UN 2735

Sifat-Sifat Campuran Hasil Pengujian

Kadar ASA: % 0 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4

Kepadatan; t/m3 2.342 2.343 2.344 2.341 2.342 2.341

V I M; % 4.32 4.28 4.26 4.38 4.34 4.36

V M A; % 15.27 15.23 15.21 15.32 15.28 15.30

V F A; % 71.68 71.88 72.01 71.45 71.59 71.53

Stabilitas; kg 1032 1073 1075 1076 1081 1076

Kelelehan; mm 3.92 3.80 3.70 3.63 3.62 3.53

Hasil Bagi Marshall; kg/mm 264 282 290 296 298 305

Tabel IV.6. Hasil Pengujian Marshall AC - WC dengan Penambahan Antistripping Agent

Jenis WETFIX BE

Sifat-Sifat Campuran Hasil Pengujian

Kadar ASA: % 0 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4

Kepadatan; t/m3 2.342 2.343 2.345 2.342 2.344 2.340

V I M; % 4.32 4.28 4.23 4.36 4.25 4.41

V M A; % 15.27 15.23 15.19 15.30 15.20 15.34

V F A; % 71.68 71.89 72.14 71.55 72.09 71.27

Stabilitas; kg 1032 1058 1061 1065 1068 1070

Kelelehan; mm 3.92 3.96 3.88 3.87 3.60 3.54

Hasil Bagi Marshall; kg/mm 264 267 273 275 297 303

Page 16: Chapter III V

IV.1.5. Hasil Pengujian Perendaman Marshall

Pengujian perendaman Marshall merupakan salah satu jenis pengujian untuk

mengetahui durabilitas campuran. Uji rendaman panas dilakukan untuk mengukur kinerja

ketahanan campuran terhadap perusakan oleh air. Dari pengujian ini diperoleh stabilitas

Marshall campuran setelah dipengaruhi oleh air. Hasil perbandingan antara stabilitas benda

uji setelah perendaman dan stabilitas benda uji standar dinyatakan dalam persen, yang disebut

Indeks Kekuatan Marshall Sisa (Marshall Index of Retained Strength). Hasil pengujian

ditunjukkan pada Tabel IV.7 dan Tabel IV.8.

Tabel IV.7. Hasil Pengujian Perendaman Marshall pada Kadar Aspal Optimum DERBO-401 UN 2375

Sifat-Sifat

Campuran Syarat Hasil Pengujian

Kadar ASA: % - 0 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4

Kadar aspal ; % - 5.5 5.5 5.5 5.5 5.5 5.5

Stabilitas awal (S1) ;

Kg >800 1032 1073 1075 1076 1081 1076

Stabilitas

Perendaman 24 jam

(S2) ; Kg

- 797 948 951 959 965 961

IKS (S2/S1) ; % >75% 77.22 88.34 88.50 89.10 89.32 89.33

Tabel IV.8. Hasil Pengujian Perendaman Marshall pada Kadar Aspal Optimum WETFIX BE

Page 17: Chapter III V

Sifat-Sifat

Campuran Syarat Hasil Pengujian

Kadar ASA: % - 0 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4

Kadar aspal ; % - 5.5 5.5 5.5 5.5 5.5 5.5

Stabilitas awal (S1) ;

Kg >800 1032 1058 1061 1065 1068 1070

Stabilitas

Perendaman 24 jam

(S2) ; Kg

- 797 925 933 939 943 952

IKS (S2/S1) ; % >75% 77.22 87.43 87.93 88.17 88.30 89.01

IV.2 Analisis Data IV.2.1 Analisis Data Pengujian Agregat

Hasil dari pengujian sifat-sifat fisik agregat kasar serta agregat halus yang digunakan

dalam campuran seperti yang terlihat pada Tabel IV.1, menunjukkan bahwa agregat yang

digunakan memenuhi spesifikasi yang ditentukan Departemen Pekerjaan Umum Direktorat

Bina Marga 2006.

1. Kekekalan bentuk terhadap larutan Magnesium Sulfat (𝑉𝑉𝑎𝑎𝑀𝑀𝑀𝑀4)

Pengujian pelapukan atau yang dikenal dengan soundness test merupakan pengujian

untuk menentukan ketahanan suatu agregat terhadap pelapukan akibat pengaruh

cuaca. Pengujian ini menggunakan larutan magnesium sulfat yang menyebabkan

terjadinya pelapukan agregat akibat kristalisasi garam di dalam pori-pori agregat.

Kristalisasi garam tersebut selama proses pengeringan akan mendesak sisi pori

agregat dan akhirnya meremukkan partikel-partikel yang lemah. Hasil pengujian yang

dilakukan adalah 6.6% dan memenuhi syarat yang ditetapkan Departemen Pekerjaan

Umum Direktorat Jenderal Bina Marga 2006 yaitu maksimum 12%. Dari hasil ini

Page 18: Chapter III V

menunjukkan bahwa agregat yang digunakan tahan dan tidak mudah hancur akibat

pengaruh cuaca.

2. Kekerasan

Kekerasan dari agregat kasar diukur dengan uji abrasi menggunakan mesin Los

Angeles, nilai yang diperoleh dari pengujian tersebut adalah 21.30% yang memenuhi

dari spesifikasi Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga 2006

yang menetapkan persyaratan maksimum sebesar 40%. Dari pengujian ini dapat

disimpulkan bahwa agregat yang digunakan memiliki nilai keausan yang cukup kuat

sehingga tidak akan mudah pecah selama pemadatan maupun akibat pengaruh beban

lalu lintas.

3. Kelekatan agregat terhadap aspal

Hasil uji kelekatan agregat terhadap aspal lebih besar dari 95%. Hasil ini memenuhi

spesifikasi Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga 2006 yang

menetapkan batasan minimum 95%. Ini menunjukkan agregat yang diuji memiliki

sifat kelekatan terhadap aspal yang tinggi sehingga sifat ketahanan terhadap

pemisahan aspal (film-stripping) juga tinggi. Stripping adalah pemisahan aspal dari

agregat akibat pengaruh air, dapat membuat agregat ini cocok untuk bahan campuran

beraspal.

IV.2.2 Analisis Data Pengujian Marshall dan Kepadatan Mutlak

IV.2.2.1 Analisis Volumetrik Campuran

Page 19: Chapter III V

Volumetrik campuran sangat berpengaruh terhadap sifat campuran beraspal. Analisis

volumetrik yang dilakukan meliputi Kepadatan, VIM, VMA, VFB, dan 𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑅𝑅𝑎𝑎𝑓𝑓 . Analisis

terhadap karakteristik volumetrik campuran sebagai berikut :

1. Kepadatan / Berat Isi (Density)

Dari hasil pengujian diperoleh nilai kepadatan dengan penambahan Anti Stripping

Agent DERBO-401 UN 2375 0% (2,342t/m3), penambahan 0.2% (2.343 t/m3),

penambahan 0.25% (2.344 t/m3), penambahan 0.3% (2.341 t/m3), penambahan 0.35%

(2.342t/m3), penambahan 0.4% (2.341 t/m3). Dan dengan penambahan Anti Stripping

Agent WETFIX BE 0% (2,342t/m3), penambahan 0.2% (2.343 t/m3), penambahan

0.25% (2.345 t/m3), penambahan 0.3% (2.342 t/m3), penambahan 0.35% (2.344t/m3),

penambahan 0.4% (2.340t/m3). Berikut grafik perbandingan nilai density dengan

penambahan antistripping agent jenis DERBO-401 UN 2375 dan WETFIX BE.

Gambar IV.4. Grafik Perbandingan Nilai Density dengan Penambahan Anti Stripping Agent

DERBO-401 UN 2375 dengan WETFIX BE

Kurva diatas menunjukkan hasil percobaan laboratorium dengan penambahan kedua

jenis zat Anti Stripping Agent tersebut dimana nilai density meningkat akibat

penambahan zat hingga 0.25% namun mengalami penurunan saat penambahan 0.3%

R² = 0.862R² = 0.578

R² = 0.427

2.339

2.34

2.341

2.342

2.343

2.344

2.345

2.346

0 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4

hasi

l uji

penambahan antistripping agent

DENSITY

DENSITY WETFIX BE

DENSITY DERBO-401 UN 2375

Page 20: Chapter III V

dan kemudian meningkat kembali saat penambahan 0.35%. Kurva berwarna merah

menunjukkan kurva normal nilai density.

2. Rongga Dalam Campuran (Void In Mixture)

Kandungan VIM menunjukkan persentase rongga udara antara butir agregat

terbungkus aspal. Untuk campuran dengan penambahan Anti Stripping Agent jenis

DERBO-401 UN 2375 diperoleh penambahan 0% (4.32), 0.2% (4.28%), 0.25%

(4.26%), 0.3% (4.38%), 0.35% (4.34%), 0.4% (4.36%). Dan untuk campuran dengan

penambahan Anti Stripping Agent jenis WETFIX BE 0% (4.32), 0.2% (4.28%),

0.25% (4.23%), 0.3% (4.36%), 0.35% (4.25%), 0.4% (4.41%). Ini memenuhi

spesifikasi Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga 2006 yang

mensyaratkan nilai VIM untuk kedua jenis campuran minimum 2.5%. Berikut grafik

perbandingan nilai VIM dengan penambahan Anti Stripping Agent DERBO-401 UN

2375 dan WETFIX BE

Gambar IV.5. Grafik Perbandingan Nilai VIM dengan Penambahan Anti Stripping Agent

DERBO-401 UN 2375 dengan WETFIX BE

R² = 0.848

R² = 0.438

R² = 0.386

4.1

4.15

4.2

4.25

4.3

4.35

4.4

4.45

0 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4

hasi

l uji

penambahan antistripping agent

VIM

VIM WETFIX BE

VIM DERBO-401 UN 2375

Page 21: Chapter III V

Kurva diatas menunjukkan hasil percobaan laboratorium dengan penambahan kedua

jenis zat Anti Stripping Agent tersebut dimana nilai VIM meningkat akibat

penambahan zat hingga 0.25% namun mengalami penurunan saat penambahan 0.3%

dan kemudian meningkat kembali saat penambahan 0.35%. Kurva berwarna merah

merupakan kurva normal terhadap nilai VIM.

3. Rongga Dalam Mineral Agregat (Void In Mineral Aggregate)

VMA merupakan volume rongga antar butiran yang terletak diantara partikel agregat

dari suatu campuran perkerasan yang dipadatkan, termasuk di dalamnya rongga udara

dan kadar aspal efektif.

Nilai VMA menunjukkan banyaknya rongga yang terisi aspal pada campuran

sehingga sangat mempengaruhi keawetan campuran.

Dari hasil pengujian, diperoleh nilai VMA dengan penambahan Anti Stripping Agent

jenis DERBO-401 UN 2375 sebesar 0% (15.27), penambahan 0.2% (15.23),

penambahan 0.25% (15.21), penambahan 0.3% (15.32), penambahan 0.35% (15.28),

penambahan 0.4% (15.30). Sedangkan dengan penambahan Anti Stripping Agent

jenis WETFIX BE sebesar 0% (15.27), penambahan 0.2% (15.23), penambahan

0.25% (15.19), penambahan 0.3% (15.30), penambahan 0.35% (15.20), penambahan

0.4% (15.34). Ini memenuhi spesifikasi Departemen Pekerjaan Umum Direktorat

Jenderal Bina Marga 2006 yang mensyaratkan nilai VMA untuk kedua jenis

campuran minimum 14%.

Kurva berikut menunjukkan hasil percobaan laboratorium dengan penambahan kedua

jenis zat Anti Stripping Agent tersebut dimana nilai VMA meningkat akibat

penambahan zat hingga 0.25% namun mengalami penurunan saat penambahan 0.3%

Page 22: Chapter III V

dan kemudian meningkat kembali saat penambahan 0.35%. Kurva berwarna merah

merupakan kurva normal terhadap nilai VMA.

Gambar IV.6. Grafik Perbandingan Nilai VMA dengan Penambahan Anti Stripping Agent

DERBO-401 UN 2375 dengan WETFIX BE

4. Rongga Terisi Aspal (Void Filled Asphalt)

VFA merupakan persentase butiran yang mengisi ruang rongga diantara butiran

agregat (VMA) dan yang akan diisi aspal, VFA tidak termasuk aspal yang diserap.

VFA merupakan persentase dari nilai VMA setelah dikurangi dengan VIM.

Dari hasil pengujian, diperoleh nilai VFA dengan penambahan Anti Stripping Agent

DERBO-401 UN 2375 sebesar 0% (71.68), penambahan 0.2% (71.88), penambahan

0.25% (72.01), penambahan 0.3% (71.45), penambahan 0.35% (71.59), penambahan

0.4% (71.53). Sedangkan nilai VFA dengan penambahan Anti Stripping Agent

WETFIX BE sebesar 0% (71.68), penambahan 0.2% (71.89), penambahan 0.25%

(72.14), penambahan 0.3% (71.55), penambahan 0.35% (72.09), penambahan 0.4%

(71.27). Ini memenuhi spesifikasi Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal

R² = 0.852

R² = 0.411

R² = 0.342

15.1

15.15

15.2

15.25

15.3

15.35

0 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4

hasi

l uji

penambahan antistripping agent

VMA

VMA WETFIX BE

VMA DERBO

Page 23: Chapter III V

Bina Marga 2006 yang mensyaratkan nilai VFA untuk kedua jenis campuran

minimum 63%.

Gambar IV.7. Nilai VFA Campuran Beraspal dengan Penambahan Anti Stripping Agent

DERBO-401 UN 2375 dan WETFIX BE 0%; 0.2%; 0.25%; 0.3%; 0.35%; 0.4%

Kurva diatas menunjukkan hasil percobaan laboratorium dengan penambahan kedua

jenis zat Anti Stripping Agent tersebut dimana nilai VFA meningkat akibat

penambahan zat hingga 0.25% namun mengalami penurunan saat penambahan 0.3%

dan kemudian meningkat kembali saat penambahan 0.35%. Kurva berwarna merah

merupakan kurva normal terhadap nilai VFA.

IV.2.3. Analisis Nilai Empiris Marshall

R² = 0.864

R² = 0.444

R² = 0.374

71.25

71.45

71.65

71.85

72.05

72.25

72.45

0 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4

hasi

l uji

penambahan antistripping agent

VFA

VFA WETFIX BE

VFA DERBO-401 UN 2375

Page 24: Chapter III V

Nilai empiris Marshall ditunjukkan dengan nilai stabilitas, kelelehan dan hasil bagi

Marshall. Nilai tersebut merupakan besaran yang diukur langsung dari pengujian pada saat

benda uji dibebani dengan alat uji Marshall.

1. Stabilitas (Stability)

Stabilitas merupakan parameter empiris untuk mengukur kemampuan dari campuran

aspal untuk menahan deformasi yang disebabkan oleh suatu pembebanan. Faktor-

faktor yang mempengaruhi nilai stabilitas diantaranya adalah gradasi agregat dan

kadar aspal. Ini memenuhi spesifikasi Departemen Pekerjaan Umum 2006 yang

mensyaratkan nilai stabilitas untuk kedua jenis campuran minimum 800 kg.

Gambar IV.8. Nilai Stabilitas Campuran Beraspal dengan Penambahan Anti

Stripping Agent DERBO-401 UN 2375 dan WETFIX BE

0%; 0.2%; 0.25%; 0.3%; 0.35%; 0.4%

Kurva diatas menunjukkan bahwa penambahan kedua jenis zat Anti Stripping Agent

meningkatkan nilai stabilitas. Namun penggunaan Anti Stripping Agent jenis

R² = 0.855

R² = 0.913

1030

1040

1050

1060

1070

1080

0 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4

hasi

l uji

penambahan antistripping agent

STAB DERBO-401 UN 2375

STAB WETFIX BE

Page 25: Chapter III V

DERBO-401 UN 2735 memiliki nilai peningkatan yang lebih besar bila dibandingkan

dengan WETFIX BE.

2. Kelelehan (Flow)

Kelelehan atau flow merupakan parameter empirik untuk mengukur kelenturan

campuran, yaitu kemampuan untuk mengikuti deformasi yang terjadi akibat lalu

lintas, tanpa timbulnya retak dan perubahan volume. Suatu campuran yang memiliki

kelelehan yang rendah akan lebih kaku dan kecenderungan untuk mengalami retak

dini pada usia pelayanannya.

Dari hasil pengujian diperoleh nilai kelelehan (flow) dengan aspal Pen 60/70 sebesar

3.92 mm. Nilai flow dengan penambahan Anti Stripping Agent mengalami perubahan

seiring penambahannya, dimana nilai yang diperoleh dengan penambahan Anti

Stripping agent WETFIX BE sebesar 0.2% (3.30 mm), penambahan 0.25% (3.05

mm), penambahan 0.3% (3.17 mm), penambahan 0.35% (3.30 mm), penambahan

0.4% (3.54 mm). Sedangkan dengan penambahan Anti Stripping Agent DERBO 401

UN 2375, sebesar 0.2% (3.11 mm), penambahan 0.25% (3.03 mm), penambahan

0.3% (3.29 mm), penambahan 0.35% (3.55 mm), penambahan 0.4% (3.45 mm). Ini

memenuhi spesifikasi Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga

2006 yang mensyaratkan nilai flow untuk kedua jenis campuran minimum 3 mm.

Berikut grafik hasil percobaan laboratorium terhadap nilai flow yang

dihasilkan dengan penambahan Anti Stripping Agent DERBO-401 UN2735 dan

WETFIX BE. Namun kurva biru bergaris putus – putus menunjukkan nilai flow oleh

DERBO-401 UN 2735 yang lebih baik.

Page 26: Chapter III V

Gambar IV.9. Nilai Flow Campuran Beraspal dengan Penambahan Antistripping Agent 0%;

0.2%; 0.25%; 0.3%; 0.35%; 0.4%

3. Hasil Bagi Marshall

Hasil Bagi Marshall atau Marshall Quotient (MQ) adalah indikator terhadap kekakuan

campuran secara empirik, yang merupakan hasil bagi stabilitas dengan kelelehan.

Semakin tinggi nilai MQ, maka kemungkinan akan semakin tinggi kekakuan suatu

campuran dan semakin rentan campuran tersebut terhadap keretakan.

Dari hasil pengujian, diperoleh nilai MQ dengan penambahan Anti Stripping Agent

WETFIX BE 0.2% (321 kg/mm), penambahan 0.25% (348 kg/mm), penambahan

0.3% (336 kg/mm), penambahan 0.35% (324 kg/mm), penambahan 0.4% (303

kg/mm) sedangkan dengan penambahan Anti Stripping Agent DERBO-401 UN 2375

0.2% (345 kg/mm), penambahan 0.25% (354 kg/mm), penambahan 0.3% (327

kg/mm), penambahan 0.35% (304 kg/mm), penambahan 0.4% (312 kg/mm). Ini

memenuhi spesifikasi Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga

2006 yang mensyaratkan nilai MQ untuk campuran AC-WC modified minimum 300

kg/mm.

R² = 0.928

R² = 0.935

R² = 0.559

3

3.1

3.2

3.3

3.4

3.5

3.6

3.7

3.8

3.9

0 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4

hasi

l uji

penambahan antistripping agent

FLOW WETFIX BE

FLOW DERBO-401 UN 2375

FLOW DERBO-401 UN 2375

Page 27: Chapter III V

Gambar IV.10. Nilai MQ Campuran Beraspal

dengan Penambahan Anti Stripping Agent 0%; 0.2%; 0.25%; 0.3%; 0.35%; 0.4%

Grafik diatas merupakan hasil percobaan laboratorium terhadap nilai MQ yang

dihasilkan dengan penambahan Anti Stripping Agent DERBO-401 UN 2735 dan

WETFIX BE. Namun kurva hijau bergaris putus – putus menunjukkan nilai MQ oleh

DERBO-401 UN 2735 yang lebih baik.

Tabel IV.9. Hasil Pengujian Campuran Beraspal

Tanpa dan Dengan penambahan Antistripping Agent

SIFAT

SYARAT

HASIL

SYARAT

HASIL PENGUJIAN

CAMPURAN UJI W D W D W D W D W D

Kadar ASA (%) - 0 - 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4

R² = 0.929

R² = 0.987R² = 0.572

260

270

280

290

300

310

320

330

340

350

0 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4

hasi

l uji

penambahan antistripping agent

MQ WETFIX BE

MQ DERBO-401 UN 2375

MQ DERBO-401 UN 2375

Page 28: Chapter III V

Kepadatan; (t/m3) - 2.342 - 2.343 2.343 2.345 2.344 2.342 2.341 2.344 2.342 2.340 2.341

VIM; (%) 3.5 - 5.5 4.32 3.5 - 5.5 4.28 4.28 4.23 4.26 4.36 4.38 4.25 4.34 4.41 4.36

VMA; (%) >14 15.27 >14 15.23 15.23 15.19 15.21 15.30 15.32 15.2 15.28 15.3 15.30

VFA; (%) >63 71.68 >63 71.89 71.88 72.14 72.01 71.55 71.45 72.09 71.59 71.3 71.53

Stabilitas; (kg) >800 1032 >800 1058 1073 1061 1075 1065 1076 1068 1081 1070 1076

Kelelehan; (mm) >3 3.29 >3 3.30 3.11 3.05 3.03 3.17 3.29 3.30 3.55 3.54 3.45

MQ; (kg/mm) >250 264 >250 321 345 348 354 336 327 324 304 303 312

IV.2.4. Retained Stability

Hasil perbandingan antara stabilitas benda uji setelah perendaman dan stabilitas benda

uji standar dinyatakan dalam persen, yang disebut Indeks Kekuatan Marshall Sisa (Marshall

Index of Retained Strength).

Dari pengujian yang dilakukan, nilai retained stability yang diperoleh dengan

penambahan Anti Stripping Agent WETFIX BE 0% (77.22%), penambahan 0,2% (87.43%),

penambahan 0,25% (87.93%), penambahan 0,3% (88.17%), penambahan 0,35% (88.30%)

dan penambahan 0,4% (89.01%).

Sedangkan dengan penambahan Anti Stripping Agent DERBO-401 UN 2375, nilai

retained stability yang diperoleh dengan penambahan antara lain 0% (77.22%), penambahan

0,2% (89.34%), penambahan 0.25% (88.50%), penambahan 0,3% (89.10), penambahan

0,35% (89.32), dan penambahan 0,4% (89.33%). Ini memenuhi spesifikasi Departemen

Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga 2006 yang mensyaratkan nilai Retained

Stability untuk campuran AC-WC modified minimum 75%.

Page 29: Chapter III V

Gambar IV.11. Nilai Retained Stability Campuran Beraspal

dengan Penambahan Anti Stripping Agent 0%; 0.2%; 0.25%; 0.3%; 0.35%; 0.4%

Grafik diatas menunjukkan bahwa hasil percobaan laboratorium dengan penambahan

Anti Stripping Agent dapat meningkatkan nilai Retained Stability. Namun penggunaan

DERBO-401 UN 2735 menunjukkan peningkatan nilai Retained Stability yang lebih besar

dibandingkan penambahan WETFIX BE

R² = 0.823

R² = 0.768

77

79

81

83

85

87

89

91

0 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4

hasi

l uji

penambahan antistripping agent

Retained Stability WETFIX BE

Retained Stability DERBO-401 UN 2375

Page 30: Chapter III V

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

1. Dilakukan pengujian AC–WC dengan penambahan zat aditif Anti Stripping Agent.

Adapun jenis Anti Stripping Agent yang digunakan ada dua jenis, antara lain :

WETFIX BE dan DERBO-401 UN 2735. Pengujian ini dilakukan untuk

membandingkan kinerja antara Anti Stripping Agent jenis WETFIX BE dan DERBO-

401 UN 2735. Dengan demikian dapat diketahui perbandingan nilai Retained Stability

dengan penggunaan kedua zat Anti Stripping Agent tersebut.

2. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan aggregat dari PT. Adhi Karya

Patumbak. Untuk zat aditifnya, Anti Stripping Agent WETFIX BE juga diperoleh dari

PT. Adhi Karya Patumbak, sedangkan DERBO-401 UN 2735 diperoleh dari India.

Gradasi agregat yang digunakan untuk perencanaan campuran adalah gradasi dari

Laston Lapis Aus (AC-WC) dan aspal yang digunakan adalah aspal Pen 60/70.

Sedangkan untuk pengujian, yang dilakukan adalah pengujian Marshall Test.

Pengujian ini menggunakan Spesifikasi Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen

Pekerjaan Umum 2006.

3. Parameter campuran beraspal yang ditinjau adalah stabilitas, flow, density, VIM,

VMA, VFB, MQ, VIMrefusal, dan Retained Stability.

4. Terlebih dahulu dilakukan pengujian aggregat dan aspal penetrasi 60/70. Dimana hasil

pengujian yang diperoleh memenuhi persyaratan dalam Spesifikasi Bina Marga

Departemen Pekerjaan Umum 2006.

Page 31: Chapter III V

5. Pengujian yang selanjutnya dilakukan adalah dengan menambahkan kedua jenis zat

Anti Stripping Agent tersebut pada aspal pen 60/70 untuk menguji penetrasi dan titik

lembek aspal. Dari hasil pengujian tersebut, ternyata penggunaan DERBO-401 UN

2735 dapat menurunkan nilai penetrasi aspal yang lebih besar bila dibandingkan

dengan WETFIX BE. Sedangkan untuk nilai titik lembek aspal, penggunaan DERBO-

401 UN 2735 dapat menaikkan nilai titik lembek aspal yang lebih tinggi bila

dibandingkan dengan WETFIX BE.

6. Pengujian kemudian dilakukan terhadap campuran dengan penambahan dan tanpa

penambahan Anti Stripping Agent. Variasi penambahan masing – masing zat Anti

Stripping tersebut adalah : 0.2% ; 0.25% ; 0.3% ; 0.35% ; 0.4% dari berat aspal.

7. Dari hasil penelitian, diperoleh nilai KAO sebesar 5.5%. Hasil pengujian perendaman

marshall pada KAO dengan penambahan kedua jenis Anti Stripping Agent memenuhi

persyaratan sesuai Spesifikasi Departemen Pekerjaan Umum Bina Marga 2006, yakni

stabilitas awal > 800 kg dan Indeks Kekuatan Marshal Sisa > 75 %.

8. Untuk analisis volumetrik campuran, nilai density dan VFA yang diperoleh dengan

penambahan WETFIX BE lebih besar dibandingkan akibat penambahan DERBO-401

UN 2735. Sedangkan untuk nilai VIM dan VMA dngan penambahan DERBO-401

UN 2735 menunjukkan peningkatan lebih besar bila dibandingkan dengan

penambahan WETFIX BE.

9. Untuk analisis nilai empiris marshall, hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai

Stability, Marshall Quotient serta Retained Stability dengan penambahan DERBO-

401 UN 2735 menunjukkan peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan

penambahan WETFIX BE.

Page 32: Chapter III V

V.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian diajukan saran sebagai berikut :

Sebaiknya percobaan di laboratorium dilakukan lebih teliti untuk meminimalkan berbagai

kemungkinan kesalahan yang terjadi sehingga data yang diperoleh lebih relevan.


Recommended