Date post: | 15-Apr-2016 |
Category: |
Documents |
Upload: | benedictus-atreides |
View: | 38 times |
Download: | 5 times |
DEBIT DI BAWAH “SLUICE GATE” GROUP II
EKSPERIMEN 5
DEBIT DI BAWAH “SLUICE GATE”
1. TUJUAN PERCOBAAN
a. Menentukan besarnya debit pengaliran di bawah “Sluice Gate”.
2. PERALATAN
a. Multi Purpose Teaching Flume
b. Hook and Point Gauge
c. Perangkat Pitot Tube
d. Adjustable Undershot Weir.
3. DASAR TEORI
Gambar (5-1)
GROUP II
DINI SAFITRI ANDARI
(13 0404 050)
DEBIT DI BAWAH “SLUICE GATE” GROUP II
Pintu sorong (sluice gate) merupakan bangunan hidrolik yang sering digunakan untuk
mengatur debit intake pada embung atau di saluran irigasi. Di dalam sistim saluran irigasi,
pintu sorong biasanya ditempatkan pada bagian pengambilan dan bangunan bagi sadap balk
itu sekunder maupun tersier. Selain itu, alat ini juga dapat digunakan pada industri misalnya
di saluran pengolahan atau pembuangan. Detail pintu ini di saluran dapat dilihat pada Gambar
1.
Bangunan pengatur debit ini sering digunakan oleh karena kemudahan perencanaan
dan pengoperasiannya. Dengan tinggi bukaan pintu tertentu maka akan didapatkan debit yang
dimaksud. Dengan demikian variasi bukaan pintu akan mempengaruhi debit aliran dan profit
muka air di bagian hilir. Aliran yang mengalir di bawah pintu sorong dimulai dari fungsi
superkritis penuh (F > 1) sampai pada bagian vena contracta dan dilanjutkan pada aliran
berkembang sebagian dimana lapisan batas (boundary condition) terbentuk sampai pada aliran
aliran menjadi stabil (F < 1) (Rao,1973). Pada kondisi aliran kritis (Fcr = 1) kedalamannya
merupakan kedalaman kritis, hcr. Kedalaman kritis ini merupakan salah satu komponen pe-
nentu dalam perencanaan bangunan itu sendiri. Perhitungan kedalaman kritis yang tepat akan
menghasilkan perencanaan bangunan yang efektif secara hidrolika yaitu pada perencanaan
tinggi jagaan saluran dan dimensi apron hilir. Hal ini akan berimplikasi pada ketepatan
perencanaan debit saluran, dan pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi distribusi air
irigasi. Selain itu perencanaan yang baik berdasarkan penentuan aliran kritis akan berdampak
GROUP II
DINI SAFITRI ANDARI
(13 0404 050)
DEBIT DI BAWAH “SLUICE GATE” GROUP II
meningkatnya efisiensi biaya konstruksi (pemilihan jenis dan volume hahan) dan efektifitas
operasional pintu bagi para petani. Letak Batas awal aliran stabil (aliran kritis, Fcr = 1) ini
perlu diidentifikasi secara teoritis dan eksperimental sebab ini merupakan salah satu
komponen penentu dalam perencanaan perlakuan aliran selanjutnya.
Pada pintu sorong, penetapan besaran debit aliran dilakukan melalui operasi pintu,
dimana tinggi bukaan, a, menentukan debit yang mengalir setelah pintu sorong. Pada
prakteknya, acuan perencanaan bagian bangunan setelah pintu sorong didasarkan pada
kedalaman kritis, hcr. Contoh analisis perencanaan adalah bangunan peredam energi untuk
pengaturan tinggi muka air hilir (Rice & Kern, 1993). Penentuan kedalaman kritis biasanya
hanya didasarkan pada estimasi debit aliran dari pintu sorong. Debit aliran pun perlu direduksi
dengan faktor koreksi tanpa dimensi (Dep.PU, 1986). Sehingga perhitungan kedalaman kritis
berdasarkan debit aliran kurang praktis digunakan pengguna awam misalnya petani. Pengguna
perlu menetapkan asumsi faktor koreksi berdasarkan grafik sebelum mendapatkan besaran
debit di saluran.
Aliran Melalui Bawah Pintu Sorong
Aliran melalui bawah pintu sorong Pola aliran yang melalui bawah pintu sorong
adalah tampak seperti pada Gambar 2. Jika persamaan Bernoulli digunakan sepanjang aliran
antara x = 0 dan x = x maka didapatkan persamaan sebagai berikut.
GROUP II
DINI SAFITRI ANDARI
(13 0404 050)
DEBIT DI BAWAH “SLUICE GATE” GROUP II
Bentuk penampang aliran lewat pintu sorong, mempunyai sisi atas yang tajam dan tidak
ada kontraksi pada sisi-sisi samping maupun bagian bawah seperti terlihat pada gambar.
Alirannya dapat seperti pada gambar 2 atau terbenam seperti pada gambar 3.
Gambar (5-2)
Pada aliran bebas, dengan perbandingan yang besar antara kedalaman hulu dan tinggi
bukaan pintu, permukaan aliran keluar dari pintu cukup halus (smooth). Tetapi pada aliran
terbenam (tenggelam), permukaan hilirnya akan kasar dan berolak.
GROUP II
DINI SAFITRI ANDARI
(13 0404 050)
DEBIT DI BAWAH “SLUICE GATE” GROUP II
Gambar (5-3)
Persamaan Bernoulli dapat dipakai untuk menghitung debit dari suatu aliran yang
melalui sluice gate, tetapi kehilangan energi dari satu section ke section lainnya diabaikan.
Aliran di bawah sluice gate adalah contoh dari aliran converging dimana bentuk persamaan
yang tepat untuk debit dapat ditentukan dengan persamaan energi antara section 0 dan section
l, yaitu:
H0 = H1
Dimana :
H0 = Tinggi energi di section 0
H1 = Tinggi energi di section 1
Sebelum persamaan di atas dikembangkan perlu dicatat bahwa streamlines pada section
1 adalah paralel (permukaan air paralel dengan dasar saluran), sehingga distribusi tekanan
adalah hydrostatic, yaitu y1.
Juga akan diperlihatkan, distribusi kecepatan pada section 1 adalah seragam sehingga
total setiap streamline adalah H1. Maka dapat diasumsikan bahwa tinggi tekan sama dengan
kedalaman air dan kehilangan energi bisa dihapuskan sehingga :
H0 = H1
y0+V
02
2 g= y1+
V12
2 g
GROUP II
DINI SAFITRI ANDARI
(13 0404 050)
DEBIT DI BAWAH “SLUICE GATE” GROUP II
Subtitusi harga kecepatan ke dalam bentuk debit (Q)
y0+Q2
2 gb2 y02
= y1+Q2
2 gb2 y12
Jadi:
Q=by0√2 gy1
√( y0
y1+1)
Q=by1√2 gy0
√( y1
y0+1)
Reduksi dalam aliran akibat hambatan kekentalan antara section 0 dan section 1
ditentukan oleh koefisien Cv. Koefisien Cv bervariasi yaitu: 0.95 < Cv < 1,0 bergantung pada
geometri dari pola pengaliran (dituniukkan oleh perbandingan y1
y0) dan gesekan.
Q=Cv .b . y1√2 gy0
√( y1
y0+1)
Kedalaman air di hilir y1 dapat ditunjukkan sebagai fraction dari bukaan gate, yg yaitu:
y1 = Cc.yg
Cc adalah koefisien konstraksi yang pada umumnya harga koefisien ini adalah 0,61.
q=Cv .Cc .b . yg .√2gy0
√(Cc . yg
y0+1)
Oleh karena itu debit yang di bawah sluice gate dapat dituliskan sebagai berikut:
Q=Cd . b. y g .√2 g. y0
Dimana Cd adalah fungsi dari Cv,Cc, yg, dan yo.
GROUP II
DINI SAFITRI ANDARI
(13 0404 050)
DEBIT DI BAWAH “SLUICE GATE” GROUP II
Jenis Aliran
Ada 3 macam aliran sebagai berikut :
a. Aliran Sub Kritis
Aliran dikatakan sub kritis apabila gaya berat lebih besar daripada gaya inersia,
sehingga air akan mengalir dengan kecepatan rendah. Pada aliran sub kritis V <√ g . h dan Fr <
1. Jika V <√ g .h maka kecepatan perambatan gelombang akan lebih besar daripada kecepatan
rata-rata aliran, sehingga gelombang dapat bergerak ke arah hulu.
b. Aliran Super Kritis
Aliran dikatakan super kritis apabila gaya berat sangat lemah bila dibandingkan dengan
gaya inersia, sehingga air akan mengalir dengan kecepatan tinggi. Pada aliran super kritis
V >√ g . h dan Fr > 1. Jika V > √ g .h maka kecepatan perambatan gelombang akan lebih kecil
daripada kecepatan rata-rata aliran, sehingga gelombang hanya bergerak kearah hilir.
c. Aliran Kritis
Antara keadaan sub kritis dan super kritis terdapat keadaan kritis. Pada aliran kritis V =
√ g .h dan Fr = 1. Jika V = √ g .h maka kecepatan perambatan gelombang sama dengan
kecepatan rata-rata aliran, sehingga tidak ada pergerakan gelombang. Kedalaman pada
keadaan kritis disebut kedalaman kritis
4. PROSEDUR
a. Pastikan bahwa flume sudah horizontal.
GROUP II
DINI SAFITRI ANDARI
(13 0404 050)
DEBIT DI BAWAH “SLUICE GATE” GROUP II
b. Tempatkan Gate pada flume secara vertikal dengan tepi bawahnya 15 mm di atas
dasar flume.
c. Alirkan air ke dalanr flume sampai setinggi y0.
d. Dengan air setinggi y0, ukurlah debit (Q), y1, dan H0.
e. Naikkan Gate secara bertahap menjadi 5 mm dan seterusnya, dengan tetap menjaga
ketinggian y0 seperti ketinggian semula (dengan cara merubah debit).
f. Pada masing-masing tinggi bukaan Gate itu, ukur dan catatlah harga-harga Q, y1
dan H0.
g. Ulangi prosedur di atas dengan debit Q yang konstan (seperti di atas, y0 dibuat
berubah), dan ukur serta catatlah y0, y1, dan H0
5. HASIL DAN PERHITUNGAN
Tabel data hasil eksperimen debit di bawah “Sluice Gate” :
GROUP II
DINI SAFITRI ANDARI
(13 0404 050)
DEBIT DI BAWAH “SLUICE GATE” GROUP II
No.
Yg Y0 Y1 Q A0 A1 V0 V1 E0 E1
Cd
(mm) (mm) (mm) (L/det) (bxYo) (bxY1) (Q/Ao) (Q/A1) (mm) (mm)
1 10 90 9,7 0,93 6840 737,2 135,96 1263,53 90,814 90,942 0,9209
2 15 90 10,1 0,97 6840 767,6 141,81 1261,68 91,025 91,491 0,6403
3 20 90 21,9 1,98 6840 1664,4 289,47 1189,62 94,03 94,271 0,9802
4 25 90 25 2,23 6840 1900 326,02 1173,68 95,21 95,417 0,8832
5 30 90 27 2,39 6840 2052 349,42 1164,72 96,142 96,223 0,7888
Lebar Weir (B) = 76 mm
Contoh Perhitungan :
Data (1)
Q = B x Y0 x Y1√ 2 gY 0+Y 1
= 76 + 90 + 9.7 √ 2 X 981090+9.7
= 0.93 L/dtk
1. A0 = B x y0 = 76 x 90 = 6840 mm2
2. A1 = B x y1 = 76 x 9,7 = 737,2 mm2
3. V0 = QA0
= 0,93 x 106
6840 = 135,96 mm/detik
4. V1 = QA1
= 0,93 x 106
737,2 = 1263,53 mm/detik
5. E0 = Y0 + V 02
2x g = 90 + 135,962
2x 9810 = 90,814 mm
6. E1 = Y1 + V 12
2x g = 9,7 + 1263,532
2 x 9810 = 90,942 mm
7. Cd = Q
B x yg x √2 x g x y0 = 0,93 x 106
76 x 10 x√2x 9810 x90 = 0,92
GROUP II
DINI SAFITRI ANDARI
(13 0404 050)
DEBIT DI BAWAH “SLUICE GATE” GROUP II
Data (2)
Q = B x Y0 x Y1√ 2 gY 0+Y 1
= 76 + 90 + 10.1 √ 2 X 981090+10.1
= 0.97 L/dtk
1. A0 = B x y0 = 76 x 90 = 6840 mm2
2. A1 = B x y1 = 76 x 10,1= 767,6 mm2
3. V0 = QA0
= 0,97 x106
6840 = 141,81 mm/detik
4. V1 = QA1
= 0,97 x106
767,6 = 1261,68 mm/detik
5. E0 = Y0 + V 02
2x g = 90 + 141,812
2x 9810 = 91,025 mm
6. E1 = Y1 + V 12
2x g = 10,1 + 1261,682
2 x 9810 = 91,491 mm
7. Cd = Q
B x yg x √2 x g x y0 = 0,97 x 106
76 x 15 x√2x 9810 x90 = 0,64
Data (3)
Q = B x Y0 x Y1√ 2 gY 0+Y 1
= 76 + 90 + 21.9 √ 2 X 981090+21.9
= 1.98 L/dtk
1. A0 = B x y0 = 76 x 90 = 6840 mm2
2. A1 = B x y1 = 76 x 21,9 = 1664,4 mm2
3. V0 = QA0
= 1,98 x 106
6840 = 289,47 mm/detik
GROUP II
DINI SAFITRI ANDARI
(13 0404 050)
DEBIT DI BAWAH “SLUICE GATE” GROUP II
4. V1 = QA1
= 1,98 x 106
1664,4 = 1189,62 mm/detik
5. E0 = Y0 + V 02
2x g = 90 + 289,472
2 x 9810 = 94,03 mm
6. E1 = Y1 + V 12
2x g = 21,9 + 1189,622
2x 9810 = 94,271 mm
7. Cd = Q
B x yg x √2x g x y0 = 1,98 x 106
76 x 20 x√2 x 9810 x90 = 0,98
Data (4)
Q = B x Y0 x Y1√ 2 gY 0+Y 1
= 76 + 90 + 25 √ 2 X 981090+25
= 2.23 L/dtk
1. A0 = B x y0 = 76 x 90 = 6840 mm2
2. A1 = B x y1 = 76 x 25 = 1900 mm2
3. V0 = QA0
= 2,23 x 106
6840 = 326,02 mm/detik
4. V1 = QA1
= 2,23 x 106
1900 = 1173,68 mm/detik
5. E0 = Y0 + V 02
2x g = 90 + 326,022
2 x 9810 = 95,21 mm
6. E1 = Y1 + V 12
2x g = 25 + 1173,682
2 x 9810 = 95,417 mm
7. Cd = Q
B x yg x √2x g x y0 = 2,23 x 106
76 x 25 x√2 x 9810 x90 = 0,88
Data (5)
Q = B x Y0 x Y1√ 2 gY 0+Y 1
= 76 + 90 + 27 √ 2 X 981090+27
GROUP II
DINI SAFITRI ANDARI
(13 0404 050)
DEBIT DI BAWAH “SLUICE GATE” GROUP II
= 2.39 L/dtk
1. A0 = B x y0 = 76 x 90 = 6840 mm2
2. A1 = B x y1 = 76 x 27 = 2052 mm2
3. V0 = QA0
= 2,39 x 106
6840 = 349,42 mm/detik
4. V1 = QA1
= 2,39 x 106
2052 = 1164,72 mm/detik
5. E0 = Y0 + V 02
2x g = 90 + 349,422
2 x 9810 = 96,142 mm
6. E1 = Y1 + V 12
2x g = 25 + 1164,722
2 x 9810 = 96,223 mm
7. Cd = Q
B x yg x √2x g x y0 = 2,39 x 106
76 x 30 x√2 x 9810 x90 = 0,78
Maka Cd rata-rata :
Cd = ∑ Cdn
= (0.92+0.64+0.98+0.88+0.78)
5 = 0.84
GROUP II
DINI SAFITRI ANDARI
(13 0404 050)
DEBIT DI BAWAH “SLUICE GATE” GROUP II
6. GRAFIK
Persamaan regresi linear grafik Yg dan Cd
No Yg (x) Cd (y) (X-x) (Y-y) (X-x)^2 (X-x) (Y-y)1 10 0.9209 10 -0.07822 100 -0.78222 15 0.6403 5 0.20238 25 1.01193 20 0.9802 0 -0.13752 0 04 25 0.8832 -5 -0.04052 25 0.20265 30 0.7888 -10 0.05388 100 -0.5388
Total 100 4.2134 0 0 250 -0.1065
X = 20
Y = 0.84268
Persamaan Regresi adalah y = A + Bx
A = Y - BX= 0.851
B = 0.000
Substitusikan Y = 1.498 - 0.023 (x)
X Y regresi
10 1.268
15 1.153
20 1.038
GROUP II
DINI SAFITRI ANDARI
(13 0404 050)
DEBIT DI BAWAH “SLUICE GATE” GROUP II
25 0.923
30 0.808
5 10 15 20 25 30 350
0.20.40.60.8
11.21.4
1.2681.153
1.0380.923
0.8080.9209
0.6403
0.9802 0.8832 0.7888
GRAFIK HUBUNGAN Yg & Cd
sebelum regresisesudah regresi
Yg
Cd
Persamaan Regresi antara Yg/Yo dan Cd
No Yg/Y0 (x) Cd (y) (X-x) (Y-y) (X-x)^2 (X-x) (Y-y)
1 0.111 0.9209 0.1112 -0.078 0.012 -0.0092 0.167 0.6403 0.0552 0.202 0.003 0.0113 0.222 0.9802 0.0002 -0.138 0.000 0.0004 0.278 0.8832 -0.0558 -0.041 0.003 0.0025 0.333 0.7888 -0.1108 0.054 0.012 -0.006
Total 1.111 4.2134 0 0 0.031 -0.001
GROUP II
DINI SAFITRI ANDARI
(13 0404 050)
DEBIT DI BAWAH “SLUICE GATE” GROUP II
X = 0.2222Y = 0.84268
Persamaan Regresi adalah y = A + Bx
A = Y - BX= 0.852B = -0.04101
Substitusikan Y = 1.498 - 2.302 (x)
X Y regresi
0.1 1.2678
0.15 1.1527
0.2 1.0376
0.25 0.9225
0.3 0.8074
0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.350
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.41.2678
1.15271.0376
0.92250.8074
0.9209
0.6403
0.98020.8832
0.7888
GRAFIK HUBUNGAN Yg/Y0 & Cd
sebelum regresisesudah regresi
Yg/Y0
Cd
GROUP II
DINI SAFITRI ANDARI
(13 0404 050)
DEBIT DI BAWAH “SLUICE GATE” GROUP II
Persamaan Regresi antara E0 dan Cd
No E0 (x) Cd (y) (X-x) (Y-y) (X-x)^2 (X-x) (Y-y)
1 90.814 0.9209 2.6302 -0.078 6.918 -0.2062 91.025 0.6403 2.4192 0.202 5.853 0.4903 94.03 0.9802 -0.5858 -0.138 0.343 0.0814 95.21 0.8832 -1.7658 -0.041 3.118 0.0725 96.142 0.7888 -2.6978 0.054 7.278 -0.145
Total 467.221 4.2134 0 0 23.510 0.291
X = 93.4442Y = 0.84268
Persamaan Regresi adalah y = A + Bx
A = Y - BX= -0.312
B = 0.01236Substitusikan Y = 1.785 - 0.35835 (x)
X Y regresi
90.814 2.352099
91.025 2.331102
94.03 2.032075
95.21 1.914653
96.142 1.82191
GROUP II
DINI SAFITRI ANDARI
(13 0404 050)
DEBIT DI BAWAH “SLUICE GATE” GROUP II
90 91 92 93 94 95 96 970
0.5
1
1.5
2
2.52.352098862.33110225
2.03207471.91465291.82190958
0.92090.6403
0.9802 0.88320.7888
GRAFIK HUBUNGAN E0 & Cd
sebelum regresisesudah regresi
E0
Cd
Persamaan Regresi antara y1 dan Cd
No y1 (x) Cd (y) (X-x) (Y-y) (X-x)^2 (X-x) (Y-y)1 9.7 0.9209 8.02 -0.078 64.320 -0.6272 10.1 0.6403 2.62 0.202 6.864 0.5303 21.9 0.9802 -0.08 -0.138 0.006 0.0114 25 0.8832 -3.78 -0.041 14.288 0.1535 27 0.7888 -6.78 0.054 45.968 -0.365
Total 108.6 4.2134 0 0 131.448 -0.298X = 21.72Y = 0.84268
Persamaan Regresi adalah y = A + Bx
GROUP II
DINI SAFITRI ANDARI
(13 0404 050)
DEBIT DI BAWAH “SLUICE GATE” GROUP II
A = Y - BX= 0.892B = -0.00227
Substitusikan Y = 1.785 - 0.35835 (x)
X Y regresi
9.7 5.200995
10.1 5.344335
21.9 9.572865
25 10.68375
27 11.40045
8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 2802468
1012
5.2009955.344335
9.57286510.6837511.40045
0.92090.6403 0.98020.88320.7888
GRAFIK HUBUNGAN Y1 & Cd
sebelum regresisesudah regresi
Y1
Cd
7. FOTO ALAT
GROUP II
DINI SAFITRI ANDARI
(13 0404 050)
DEBIT DI BAWAH “SLUICE GATE” GROUP II
PERANGKAT PITOT TUBE HOOK & POINT GAUGE
MULTI PURPOSE TEACHING FLUMEADJUSTBLE UNDERSHOT WEIR
8. APLIKASI
Pintu air adalah perangkat yang dirancang untuk memungkinkan aliran air dikendalikan
dari berbagai sistem air. Pintu komponen umum diberbagai sistem mulai dari waduk, bending,
dan spillway. Pada dasarnya sistem yang digunakan untuk mengontrol tingkat dan aliran air di
sungai dan danau akan dilengkapi dengan berbagai jenis pintu air.
Dalam beberapa kasus fungsi utama dari pintu air adalah untuk mengarahkan aliran dari
suatu bagian ke bagian lain, seperti pintu pengambilan air dari berbagai sungai atau danau
yang ditemukan dibelkang sebuah spillway. Hal ini sering dilakukan untuk menentukan
GROUP II
DINI SAFITRI ANDARI
(13 0404 050)
DEBIT DI BAWAH “SLUICE GATE” GROUP II
jumlah tekanan pada bendungan atau reservoir saat hujan atau salju mencair yang telah
menghasilkan sejumlah air dalam sistem yang dianggap baik atau aman.
Pintu air umumnya juga digunakan untuk mengatur kapasitas discharge? Aliran buang.
Jadi walaupun pada suatu sungai ataupun danau mengalami pasang dan surut, jumlah debit air
sungai atau danau tersebut akan relative stabil.
Pintu air merupakan alat yang berguna bagi kehidupan sehari-hari. Pintu air dapat
digunakan sebagai alat pengatur sarana irigasi, kolam, tambak, ataupun sebagai alat untuk
mencegah banjir didaerah perkotaan, dimana pintu air tersebut dapat mengatur aliran sungai.
Contohnya pintu air merunda yang berfungsi mengontrol debit air laut dan air dari daratan
Jakarta bagian timur agar tidak terjadi banjir.
Pintu air juga dapat mempercepat kecepatan aliran air, sehingga dapat dogunakan
sebagai sarana untuk PLTA denga menggunakan turbin.
9. KESIMPULAN
1) Karena Y0 konstan, maka Q sangat mempengaruhi nilai Cd.
2) Semakin tinggi bukaan pintu (Yg) maka gaya hidrostatis yang bekerja pada suatu
pintu semakin kecil.
3) Harga koefisien debit (Cd) tidak konstan untuk setiap pengaliran di bawah sluice
gate, dari hasil eksperimen terlihat hasil yang berbeda-beda dan tidak stabil
(fluktuatif).
4) Harga Cd rata-rata untuk pengaliran di bawah sluice gate ini adalah 0,84
5) Dari gambar grafik hubungan antara Y1 dan Cd terlihat hasil yang fluktuatif
GROUP II
DINI SAFITRI ANDARI
(13 0404 050)
DEBIT DI BAWAH “SLUICE GATE” GROUP II
6) Dari gambar grafik hubungan antara yg
y0 dan Cd terlihat hasil yang fluktuatif
7) Dari gambar grafik hubungan antara E1 dan Cd terlihat hasil yang fluktuatif
8) Ketidak akuratan data dipengaruhi oleh :
1. Kalibrasi alat
2. Kurang cermat dalam pembacaan alat saat praktikum (human error).
10. REFERENSI
a. Asisten laboratorium Hidrolika FT USU
b. Laporan praktikum Hidrolika FT USU T.A. 2012/2013
c. Modul penuntun praktikum laboratorium Hidrolika FT USU
d. Dep. PU, 1986, Standar perencanaan irigasi; Kriteria perencanaan bangunan utama,
84-88, Dirjen Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum. Galang Persada, Bandung.
e. Rice, E. Charles & Kern C. Kadavy (1993). Protection Against Scour at SAF
Stilling Basins. Journal of Hydraulic Engineer- in, ASCE, 119 (1).133-139.
GROUP II
DINI SAFITRI ANDARI
(13 0404 050)