It 57-58_fi Medico Legal Doga

MEDICO LEGAL ASPECT OF FAMILY MEDICINE (1)

(Part of Medico Legal in General)

Fachmi Idris - FK UNSRI

I

Curiculum Vitae •  Name: Fachmi Idris •  Education:

1.  Medical Degree – S1 (UNSRI) 2.  Magister Degree – S2 (UI) 3.  Doctor Degree – S3 (UI)

•  (Some) Medical Student Activist Experience: 1.  President of “Senat Mahasiswa” FK UNSRI 2.  Chairman of “Badan Perwakilan Mahasiswa” FK UNRI 3.  “Majelis Pertimbangan Anggota” Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Seluruh

Indonesia – Jakarta

•  (Some) Working/Professional Experience: 1.  Head of Central Health Community (Puskesmas) Makarti Jaya. 2.  Lecture of Public Health and Community Medicine (Medical Faculty – Sriwijaya

University) 3.  President of Indonesia Medical Association (IDI) – Central Executive Board 4.  President Confederation of Medical Association in Asia and Oceania 5.  President Director of PT. ASKES (Persero)


Lecture Notes Block 21

Topic 1,

Medico Legal (Medical Act as Main Reference)

By

Dr. dr. Fachmi Idris, M.Kes


SUMPAH HIPPOCRATES

KODE ETIK

HUKUM DISIPLIN

HUKUM PIDANA

“Manifesto Phytagorean”

“Kejahatan Perang (Jerman)” “Conflict

Peer group: Sosiologis; Konsumerisme;

Industrio-medico-complex; dll”

?

ETHICO- LEGAL

MEDICO- LEGAL


Laws are rules or actions prescribe by an authority and

the court system that have binding legal force

Laws ~ Legal ? Medical Law ~ “Medico-legal”


Medical law addresses legal rights and obligations that affect patients and protect

individual rights. Some example: Practicing medicine without a license,

medical fraud…..


MEDICAL PRACTICE ACT

(Act No 29, year 2004)


RUJUKAN “IDEAL” MEDICO LEGAL DI INDONESIA

Indonesia Medical Council

(Professional Regulatory Body) ACT NO 29/2004

DISCIPLINARY MEDICAL BOARD

COLLEGIUM OF PROFESSION

Medical Council MEDICAL FACULTY

DISTRICT

CIVIL/ CRIMINAL

CONT PROFESSIONAL DEVELOPMENT (IMA)

LICENSING (to practice)

REGISTRATION (Privilege à Authority)

EDUCATION (Competency)

“Dispute”

ETHICAL BOARD


DOGA (DU) Serkom

+ Ijazah

REGISTRATION

•  IT IS A MUST !, FOR DOCTOR TO CONDUCT MEDICAL PRACTICE.

•  CATEGORY : –  REGULAR (EVERY 5 YEARS). –  TEMPORARY. –  WITH ANY CONDITION.


Di Kota “B”, tertangkap seseorang yang memiliki STR,

praktik sebagai “Dokter Kebidanan”, ternyata bukan

Dokter.


Di Kota “K”, ditemukan oleh Dinas Kesehatan, Dokter yang

“Men-scanning” STR untuk menambah jumlah tempat

praktik


CONDUCTING THE MEDICAL PRACTICE


•  In Jail 5 years/Financial penalty 150 mill (Rp) –  Someone who conduct medical practice like a doctor

•  In Jail 10 years/Financial penalty 300 mill (Rp) –  To deliver doctor without licensing –  If corporate: + 1/3 (in jail or financial penalty) + revoke

corporate licensing

Cont’ed


Doctor will be: •  In Jail for 3 years/financial penalty 100 mill (Rp)

–  Practice without registration –  Practice without licensing

•  In Jail 1 year/financial penalty 50 mill (Rp) –  Practice without “sign” –  Practice without medical record –  Do not conduct doctor obligation

In Medical Act: Doctor must concern

à criminal consequences


LICENSING

•  IT IS A MUST •  ISSUED BY DISTRICT HEALTH OFFICE •  MAX 3 PLACES, 1 PLACE 1 LICENSE •  CONDITIONS:

–  REGISTRATION CERT (+) –  PRACTICE LOCATION/PLACE (+) –  IMA RECOMMENDATION

*MoH Decree



POKOK PENGADUAN •  Ada dugaan kegagalan operasi kista ovarium yang dilakukan oleh Teradu •  Tidak bertanggung jawab terhadap kegagalan operasi •  Pemberian informasi yang tidak jujur kepada pasien Majelis Pemeriksa Disiplin pada MKDKI berpendapat ; Bahwa setelah Teradu menemukan pelengketan yang berat seharusnya tidak melakukan tindakan apa-apa lagi karena untuk mencegah terjadinya komplikasi dan apalagi tindakan tersebut merupakan kompetensi bidang lain (spesialis bedah digestif) Pada operasi yang dilakukan di RS PI oleh T, dr, Sp.BD ternyata ditemukan kasa dengan ukuran 10 x 50 cm, yang seharusnya tidak terjadi pada kasus ini . Hal ini menunjukan bahwa perhitungan kasa merupakan tanggungjawab operator; kenyataannya operator hanya menanyakan kepada instrumentator. Teradu telah memberikan informasi yang tidak akurat kepada keluarga pasien dengan menunjukan jaringan yang diangkatnya dengan mengatakan sebagai jaringan ovarium. Hasil PA di RSGD pada tanggal 4 Juni 2009 jaringan tersebut bukan jaringan ovarium. Selanjutnya hasil PA di RSPI pada jaringan yang diangkat pada saat operasi di RSPI menunjukan adanya jaringan ovarium. Para teradu seharusnya tidak menyampaikan informasi tersebut sebelum hasil PA yang definitive diperoleh.

Case: Practice without Licensing

Teradu telah melakukan praktik kedokteran baik di “klinik P” maupun di RSGD tanpa memiliki Surat Izin Praktik. Majelis Pemeriksa Dsiplin pada MKDKI memutuskan : Terhadap Teradu, dokter BDN spesialis obstetric dan ginekologi ditemukan pelanggaran displin kedokteran sebagaimana diatur dalam passal 36 Undang-undang nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran bahwa setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia wajib memiliki SIP (Surat Ijin Praktik). Teradu I berpraktik di “klinik P” dan RSGD tidak memiliki SIP. Teradu juga melanggar Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 17/KKI/Kep/VIII/2006 tentang Pedoman Penegakan Disiplin Profesi Kedokteran butir 8 yaitu : Tidak memberikan penjelasan yang jujur, etis dan memadai (adequate information) kepada pasien atau keluarganya dalam melakukan praktik kedokteran, dalam hal ini teradu I menyampaikan hasil operasi sebelum hasil PA keluar.

Sanksi: : Rekomendasi Pencabutan Surat Tanda Registrasi selama 6 Bulan

PRACTICE ACTIVITY

•  BASE ON “AGREEMENT/UNDERSTANDING” DOCTOR-PATIENT

•  IF DOCTOR NOT COME: HAVE TO MAKE ANNOUNCEMENT OR LOOK FOR SUBSTITUTION (WHO HAS A LICENSE)

•  DOCTOR MUST PUT A SIGN •  HOSPITAL MUST PUT LIST OF DOCTOR

THAT PRACTICE AT HOSPITAL * MoH Decree


Di kota “J”, seorang dokter ditangkap dan ditahan polisi

karena tidak memasang papan praktik sebagaimana

seharusnya


SERVICE STANDARD

•  DOCTOR MUST FOLLOW SERVICE STANDARD

•  MEDICAL SERVICE STANDARD: ACCORDING TO HEALTH FACILITY LEVEL & SRATA

* MoH Decree


INFORM CONSENT •  INFORM CONSENT (AFTER

EXPLANATION): –  DIAGNOSIS & MEDICAL

PROCEDURE –  THE OBJECTIVE OF

PROCEDURE –  ALTERNATIVE & RISKS –  COMPLICATION THAT WILL BE

HAPPENED –  PROGNOSIS

•  AGREEMENT: ORAL/ WRITTEN •  HIGH RISK: MUST BE WRITTEN * MoH


MEDICAL RECORD •  DOCTOR MUST FILL IT •  MUST FILL IN (MINIMAL: NAME,

TIME, GIVE A SIGN) •  MED REC. ADMINISTRATIVELY

BELONG HEALTH FACILITY; “CONTENT” OF MED REC. BELONG THE PATIENT

•  MUST TO BE KEPT AS MEDICAL SECRET

* MoH


MEDICAL (PATIENTS) SECRET (CONFIDENTIALITY)

•  DOCTOR OBLIGATION •  COULD BE OPENED:

– FOR PATIENT HEALTH STATUS – FOR OFFICIAL LAW PERSONAL IN

CHARGE – PATIENTS ASKING – BY ANOTHER LAW

* MoH


Selasa, 02/06/2009 12:02 WIB Menulis di Internet Dipenjara 'Bebaskan Prita' Gencar di Facebook Nurul Hidayati - detikNews Facebook Jakarta - Obrolan hangat di kalangan 'aktivis' milis atau pun blogger saat ini adalah Prita Mulyasari. Ibu dua anak yang masih kecil-kecil itu ditahan di LP Wanita Tangerang sejak 13 Mei lalu dengan tuduhan pencemaran nama baik RS Omni International Tangerang lewat internet.

DETIK.COM Fachmi Idris - FK UNSRI

QUALITY & COST CONTROL

•  DOCTOR MUST CONTROL QUALITY & COST

•  MEDICAL AUDIT •  SUPERVISION & MONITORING BY IMA


Decentralisasi

Globa- lisasi

Sistem Pelayanan Kesehatan

Kebijakan Nasional

PERPRES: JK

UU SISDIKNAS

UU Kes UU RS

UU PD

UU Dikdok

UU BPJS

Gate Keeper

DOCTOR RIGHT & OBLIGATION

PATIENT RIGHT & OBLIGATION


SUPERVISION (GUIDANCE)

•  CONDUCT TOGETHER AMONG IMC, GOVERNMENT & IMA

•  OBJECTIVES = OBJECTIVE MEDICAL PRACTITIONER ACT


DISCIPLINARY SANCTION

–  LETTER OF WARNING –  RECOMMENDATION TO REVOKE

REGISTRATION CERTIFICATE OR LISENCING SERTIFICATE;

–  DOCTOR MUST FOLLOW EDUCATION OR TRAINING IN MEDICAL INSTITUTION


GUIDING AND SUPERVISION

•  IMPLEMENTATION OF ACT NEED A GUIDING & SUPERVISION

•  ROLE OF MoH, IMC & LOCAL GOVERNMENT


CRIMINAL CONSEQUENCES

(Look Previous Slides)


Thank You


MEDICO LEGAL ASPECT OF FAMILY MEDICINE (2)

(Part of Medico Legal in General)

II


Topic 2,

Medico Legal (Disciplinary Law)

By




Indonesia Disciplinary Medical Honorary Board

DOCTOR/DENTIST DISCIPLINE

•  INSTITUTION IN INDONESIA MEDICAL COUNCIL (IMC) TO GUIDE DISCIPLINE IS: INDONESIA DISCIPLINARY MEDICAL HONORARY BOARD (MKDKI ~ MAJELIS KEHORMATAN DISIPLIN KEDOKTERAN)

•  MKDKI IS AUTONOMOUS BODY IN IMC, INDEPENDENT, RESPONSIBLE TO IMC

•  MEMBERS : 11 PERSON

•  COULD BE ESTABLISHED IN PROVINCES Fachmi Idris - FK UNSRI

THE TASK OF MKDKI

•  ACCEPT & ASSESS THE COMPLAIN, DECIDE CASE OF MEDICAL UN DISCIPLINE

•  DEVELOP GUIDELINES & PROCEDURE TO HANDLE MEDICAL UN DISCIPLINE.


Complain Procedure Medical Act Part II Complaining (Article No. 66) 1  Everyone who know or her/his interest was loosened by doctors/dentist in term of when accepted

medical practice, could complain by writing to the chair of Indonesia Disciplinary Medical Honorary Board

2  The content of complain at least must be consist of : •  Identity • The Name and doctor’s/dentist’s clinic address and time the medical practices happened and the reason of complain

Part III Examination (Article No. 67) Indonesia Disciplinary Medical Honorary Board exam and give decision for complaining related to discipline of doctors/dentist’s (Article No. 68)

If Indonesia Disciplinary Medical Honorary Board find the ethical problem, Indonesia Disciplinary Medical Honorary Board sent the problem to Professional Association (Medical Ethic Honorary board of Indonesia Medical Association) Fachmi Idris - FK UNSRI


MKDKI

Ethic Problem (+)

MKEK Discipline Problem (+)

Ethic Board

Disciplinary Board

Criminal And Civil Court

Morality~ Guiding

Revoke Registration

Criminal & Money penalty

Current Situation:

Worse Condition !!!


KEPUTUSAN KKI: TENTANG

PEDOMAN DISIPLIN PROFESI KEDOKTERAN (nb: Telah Keluar Revisi Terbaru)


CASE STUDIES Ceci Yu, age 77, was waking up at night with shortness of breath and wheezing…… Her physician told her she had asthma and prescribe albuterol, a bronchodilator. Two days later….. Ms. Yu was admitted to the coronary care unit with heart attack. Writing to the chief of medicine, the cardiologist charged that Ms. Yu’s physician had misdiagnosed the wheezing of congestive failure and treated Ms. Yu incorrectly for asthma…….The cardiologist charged that the treatment may precipitated the heart attack!

KEPUTUSAN KKI: TENTANG PEDOMAN DISIPLIN PROFESI KEDOKTERAN

(nb: Akan Keluar Revisi Terbaru) 1.  Melakukan praktik kedokteran dengan tidak kompeten

2.  Tidak merujuk pasien kepada tenaga medik lain yang memiliki kompetensi sesuai.

3.  Mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga kesehatan tertentu yang tidak memiliki kompetensi untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.

4.  Menyediakan dokter atau dokter gigi pengganti yang tidak memiliki kompetensi dan kewenangan yang sesuai atau tidak memberitahukan penggantian tersebut;

5.  Menjalankan praktik kedokteran dalam kondisi tingkat kesehatan fisik ataupun mental sedemikian rupa sehingga tidak kompeten dan dapat membahayakan pasien;

6.  Dalam penatalaksanaan pasien, melakukan yang seharusnya tidak dilakukan atau tidak melakukan yang seharusnya dilakukan, sesuai dengan tanggung jawab profesionalnya, tanpa alasan pembenar atau pemaaf yang sah, sehingga dapat membahayakan pasien.


CASE STUDIES Completely healthy age 45, Henry reluctantly submitted to a treadmill exercise test at the local YMCA…. The study was abnormal, and Henry, who had fee-for-service insurance, sought the advice of a cardiologist…., The cardiologist knew that treadmill tests are sometimes positive in healthy people…. He ordered a coronary angiogram, which was perfectly normal. Three hours after the study, a clot formed in the femoral artery at the site of the catheter insertion, and emergency surgery was required to save Henry’s leg……

KEPUTUSAN KKI: Lanjutan....

7.  Melakukan pemeriksaan atau pengobatan berlebihan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasien

8.  Tidak memberikan penjelasan yang jujur, etis dan memadai (adequate information) kepada pasien atau keluarganya dalam melakukan praktik kedokteran

9.  Melakukan tindakan medik tanpa memperoleh persetujuan dari pasien atau keluarga dekat atau wali atau pengampunya.

10.  Dengan sengaja, tidak membuat atau menyimpan rekam medik sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan atau etika profesi.

11.  Melakukan perbuatan yang bertujuan untuk menghentikan kehamilan yang tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan dan etika profesi

12.  Melakukan perbuatan yang dapat mengakhiri kehidupan pasien atas permintaan sendiri dan atau keluarganya, sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan dan etika profesi.


KEPUTUSAN KKI: Lanjutan.... 13.  Menjalankan praktik kedokteran dengan menerapkan pengetahuan

atau ketrampilan atau teknologi yang belum diterima atau diluar tatacara praktik kedokteran yang layak

14.  Melakukan penelitian dalam praktik kedokteran dengan manusia sebagai subjek penelitian tanpa persetujuan etik (ethical clearance)

15.  Tidak melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, padahal tidak membahayakan dirinya, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya;

16.  Menolak atau menghentikan tindakan pengobatan terhadap pasien tanpa alasan yang layak dan sah sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan atau etika profesi;

17.  Membuka rahasia kedokteran sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan atau etika profesi;

18.  Membuat keterangan medis yang tidak didasarkan kepada hasil pemeriksaan yang diketahuinya secara benar dan patut;

19.  Turut serta di dalam perbuatan yang termasuk ke dalam tindakan penyiksaan (torture) atau eksekusi hukuman mati


DOKTER LAYANAN PRIMER

Profesional, Bermartabat dan Sejahtera (???)


20.  Meresepkan atau memberikan obat golongan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA) yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan etika profesi

21.  Melakukan pelecehan seksual atau tindakan intimidasi atau tindakan kekerasan terhadap pasien;

22.  Menggunakan gelar akademik atau sebutan profesi yang bukan haknya;

23.  Menerima imbalan sebagai hasil dari rujukan atau permintaan pemeriksaan atau pemberian resep obat/ alat kesehatan;

24.  Mengiklankan kemampuan/pelayanan atau kelebihan kemampuan/ pelayanan yang dimiliki, baik lisan ataupun tulisan, yang bertentangan dengan etika profesi;



POKOK PENGADUAN : Tanggal 21 Desember 2006, pengadu menerima klaim dari keluarga tertanggung a.n. NPP yang dirawat di RS MHTC Tanggal 20 Pebruari 2007, pengadu sebagai penanggung dari PT AS menerima dokumen klaim tertanggung a.n. NPP, ringkassan keluar/resume dari RSMHTC tertanggal 20 Desember 2006 yang ditandatangani oleh DS, dr, Sp.BA yang menyatakan: Diagnosis akhir : necrosis Ileum ec hernia interna + volvulus. Jenis tindakan/operasi : Laparatomi reseksi ileum 20 cm +caecum. Sedangkan diagnosis yang tertulis diatas selembar surat dengan kop RST tertanggal 13 Pebruari 2007 yang dibuat dan ditanda tangani DS, dr, Sp.BA menerangkan bahwa pasien a.n. NPP dioperasi karena karena Necrosis ileum ec volvulus dengan hernia interna. Majelis Pemeriksa Disiplin pada MKDKI berpendapat bahwa : yang terjadi pada pasien NPP adalah : Necrosis usus yang disebabkan oleh volvulus Defek (lubang) pada mesenterium yang letaknya berbeda dengan volvolus Tidak ditemukan adanya usus yang masuk dalam defek tersebut yang berarti tidak ada hernia interna. Penulisan diagnosis akhir seharusnya : Necrosis Ileum ec volvulus Defek pada mesenterium


Teradu membuat diagnose dengan tiga versi yang berbeda. Versi 1 (laporan operasi), Diagnosa pasca bedah : Necrosis ileum Versi 2 (resume medis), Diagnosa akhir : Necrosis ileum ec hernia interna ec Volvulus Versi 3 (diperbaiki dan ditulis pada kertas resep RST): Necrosis ileum ec volvulus dengan hernia interna Perubahan penulisan diagnosis seperti yang tercantum pada versi 3, tidak tercatat dalam rekam medis , tidak sesuai dengan tata cara pembetulan rekam medis sebagaiman diatur dalam PERMENKES No.269/MENKES/PER/III/2008 Bab III Pasal 5. Diagnosis Versi ke 3 masih mengandung makna yang berbeda dengan yang digambarkan oleh teradu dalam lampiran laporan operasi. Majelis menilai terdapat ketidakcermatan dalam menuliskan diagnosis yang dibuat oleh teradu Ditemukan pelanggaran disiplin kedokteran butir 1 Peraturan KKI No.17/KKI/Kep/VIII/2006 yaitu tidak melakukan praktik kedokteran dengan cermat, dalam hal ini tidak melakukan penulisan dan perubahan diagnosis pada rekam medis dan tidak menuliskan diagnosis dengan cermat sehingga dapat menimbulkan salah persepsi bagi yang berkepentingan Menjatuhkan saksi disiplin berupa peringatan tertulis agar membuat rekam medis sesuai ketentuan yang berlaku, dan menuliskan diagnosis dengan cermat.


25.  Ketergantungan pada narkotika, psikotropika, alkohol serta zat adiktif lainnya

26.  Berpraktik dengan menggunakan STR atau SIP dan/atau sertifikat kompetensi yang tidak sah

27.  Ketidak jujuran dalam bertransaksi dengan pasien dalam memberikan pelayanan medik

28.  Dikenai hukuman pidana yang telah berkekuatan tetap atas perbuatan pidana yang berkaitan dengan keluhuran/martabat profesi kedokteran atau disiplin profesi atau etika profesi


PENUTUP


Masalah Hukum (-) Masalah Hukum (+)

Masalah Etika (+)

Masalah Etika (-)

“Mengambil Pasien” Aborsi

Dispensing


Exceeding the speed limit when rushing an injured child to the hospital

An insurance company denying payment for a lie saving heart transplant on a 70-year-old male

Cheating on a laboratory test

Patient Rape

“SUASANA SIDANG DI MKDKI”

55


Thank You

MEDICAL NEGLIGENCE


III


Topic 3,

Medical Negligence By



Memenuhi Syarat Untuk Dikaji Sebagai MALPRAKTEK

Dokter~ Dokter bertindak benar pada prosedur yang selama ini sebenarnya salah (misal mengikuti prosedur RS)

KETIDAKNYAMANAN, KECACATAN PERMANEN ATAU KEMATIAN

MASYARAKAT MENUNTUT

ANALISIS: MEDICAL ERROR (“Salah”) ATAU MEDICAL VIOLATION (“Lalai” ~ Neglect)

MEDICAL ERROR

MEDICAL VIOLATION

Sistem Error

TUNTUTAN HUKUM

“MALPRAKTIK”

• Sengaja (Dolus): Pasti Pidana

• Lalai (Culpa) ~ NEGLECT: Untuk dipidana harus mengacu pada Standar

Profesi (lihat Kriteria Leenen)

• “Error”: ????

Ukuran untuk menentukan “malprofesional”/“malpraktik” apabila dokter tersebut tidak memenuhi standar profesi kedokteran. Menurut rumusan Leenen pelanggaran terhadap standar profesi dapat dinilai dari (dalam Ameln, F, 1991, hal 87):

“MALPRAKTIK” (Acuannya Standar Profesi & Informed Consent)

Pelanggaran Standar Profesi (Leenen): 1.  Praktik tidak hati-hati à kelalaian berat à Pidana 2.  Tidak sesuai ukuran medik (dasarnya ilmu medik &

pengalaman: sifatnya tidak eksak) 3.  Diukur pula kemampuan rata-rata (dibandingkan

katagori keahlian yang sama) 4.  Dilihat juga situasi dan kondisinya

5.  Dinilai juga penerapan proporsionalitas tindakan dengan tujuan mediknya

CASE STUDIES Jack was given a prescription for a sulfa drug…. When he took the first pill, he turned bet red, began to wheeze, and fell to the floor….. His friend called 911, and Jack was treated in the emergency room for anaphylactic shock, a potential allergic reaction… The emergency room physician learned that Jack had developed a rash the last time he took sulfa. Jack’s physician had never asked him if he was allergic to sulfa, and Jack did not realize that the prescription contained sulfa!

Medical negligence is defined as failure to meet the

standard of practice of an average qualified physician

practicing in the same specialty.

Fakta, Pada Praktik Kedokteran (TERMASUK PRAKTIK

DOGA) Selalu Mungkin Terjadi:

KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN (KTD)

(Dari Ketidaknyamanan, Kecacatan, sampai Kematian)

MEDICAL “ERROR”:

???

KANADA

UNTUK SETIAP 10.000 PASIEN PENDUDUK YANG MASUK RUMAH SAKIT

740 PASIEN (7,4%) KTD

KALAU SISTEMNYA BAIK: KEJADIAN PADA 296 PASIEN (40%) MESTINYA DAPAT DICEGAH!

NEW ZEALAND

UNTUK SETIAP 10.000 PASIEN PENDUDUK YANG MASUK RUMAH SAKIT

1.290 PASIEN (12,9%) KTD

KALAU SISTEMNYA BAIK: KEJADIAN PADA 451 PASIEN (35%) MESTINYA DAPAT DICEGAH!

Ingat kasus pemasangan tabung gas anestesi--Nitrous oxide (Dinitrogen Monoxide,

N2O)--tertukar dengan tabung gas karbon dioksida di

“Gas Room”?

AUSTRALIA Research Pada: 14.000 REKAM MEDIK (PADA 28 RS di NSW & SA)

2.324 PASIEN (16,6%) ETD

KALAU SISTEMNYA BAIK: KEJADIAN PADA 1.185 PASIEN (51%) MESTINYA DAPAT DICEGAH!

•  318 Pasien (13,7%): CACAT PERMANEN •  113 Pasien (4,9%): MENINGGAL DUNIA

SINGAPORE 1999~2001

DARI TOTAL DOKTER SINGAPORE: 5.608 DOKTER

601 DOKTER DIKOMPLAIN MASYARAKAT! TERBUKTI

MELANGGAR STANDARD!

47,3%

> 10%

DI AMERIKA 120 SAMPAI 268 PASIEN MENINGGAL PER HARI

KARENA TINDAKAN DOKTER YANG PROFESIONAL! =

5 SAMPAI 11 PASIEN MENINGGAL PER JAM

PROFESIONALISME VS “SUPPORT SYSTEM” VS “ADVERSE EVENT”

Medical Malpractice Crisis in the U.S.

First Malpractice Crisis

Second Malpractice Crisis

Third Malpractice Crisis

Mid-1970s

Mid-1980s

Present

10/16

Misconduct (“Tidak Sesuai Kaidah Teknis Medis”)

Good-Conduct (“Sesuai Kaidah Teknis Medis”)

TERJADI !!! Kecacatan/Kematian Atau Reaksi Tubuh yang Tidak Diharapkan

TIDAK TERJADI !!! Kecacatan/Kematian Atau Reaksi Tubuh yang Tidak Diharapkan

Pidana dan atau Perdata (-) “Hukum” Disiplin (+) Kondisi Ideal

Pidana dan atau Perdata (+) “Hukum” Disiplin (+)

Pidana dan atau Perdata (-) “Hukum” Disiplin (-)

ANALISIS LINIER (PADA GOOD SYSTEM) MENETAPKAN MALPRAKTEK

Khusus Pidana: Gross Negligence

ERROR AND NEGLIGENCE PREVENTION

Processes Conditions

Unsafe acts (Professional Misconduct)

Errors

Violations

Organization Environments Individual

Knowledge Deficiency

Performance Deficiency

Conceptual Frame Work: What (Should) Be Done in Indonesia

The 40th CMAAO mid term Council Meeting, Kuala Lumpur , Malaysia, November 26-27, 2004, (Fachmi Idris, Elect President)

During a coronary angiogram, emboli traveled to the brain of Ivan Romanov,….resulting in a serious stroke, with loss of use of his left arm

and leg!!!

The angiogram was appropriate and performed without any technical errors.

Mr. Romanov had suffered a medical injury (an injury caused by his medical

treatment), but the event was not due to negligence

Processes Conditions

Unsafe acts

Errors

Violations

Organization Environments Individual

Knowledge Deficiency

Performance Deficiency

Role of Institutions

Medical Association

Other Stake Holders (Hospital Association, etc) Health Authority

(Ministry of Health)

Improving CME/ CPD System

Improving Regulation

(Health Act & Hospital Act)

Medical Council

Registration System (Medical Act)

NEGLECT

During a dilatation and curettage (D&C), Judy Morrison’s physician unknowingly perforated

her uterus and lacerated her colon!

Ms. Morrison reported severed pain, but was sent home without further evaluation. She

returned 1 hour later to the emergency room with persistent pain and internal bleeding…….

She required a two-stage surgical repair over

the following 4 months.

This medical injury was found by legal system to be due to negligence!

PENUTUP

ANALISIS KESISTEMAN UNTUK

MENILAI KEMUNGKINAN TERJADINYA

MEDICAL NEGLIGENCE & “PENCEGAHAN

UTAMA”

PRINSIP MORAL PROFESI

•  AUTONOMY – MENGHORMATI HAK-HAK PASIEN

•  BENEFICENCE – BERORIENTASI KPD KEBAIKAN PASIEN

•  NON MALEFICENCE (DO NO HARM) – TIDAK MEMPERBURUK PASIEN

•  JUSTICE – NON DISKRIMINASI / KEADILAN

DISTRIBUTIF

Dokter secara Individual harus ingat:

PENYEBAB MEDICAL ERROR Workplace, & Organizational Factor

Error

Organizational factors

Local workplace factors

Unsafe acts

Causes Investigation

Thank You

MANAGE CARE (Health Insurance)

IV


Topic 4,

Manage Care (Health Insurance)

By Dr. dr. Fachmi Idris, M.Kes


Managed Care:

A variety of techniques for influencing the clinical behavior of health care provider and/or patients, often by integrating the

payment and delivery health care


Principles

Rationale incentives; Keep cost down without sacrificing

the quality of care


Syamsul: GP Farmasi Fachmi Idris - FK UNSRI

Method

•  Standardization of fee •  Reduced variations of care •  Cheaper alternatives without undue

sacrifice of quality or convenience •  Exclusion of non effective treatment •  Reduction of unnecessary tests and

treatment


Can Managed Care Work?

Paying attention to:

1.  Provider Interest

2.  User Interest

3.  MCO Interest Fachmi Idris - FK UNSRI

Source: Understanding Health Policy (Bodenheimer & Grumbach)


Can Managed Care Work?

Provider Interest -  Adequate premium -  Motivation -  Incentives -  Empowerment to practice professionally



!"""#$%&$'%#

()"*+""#,-.%#/01$2&1/#

3)"*43(#5&6/78%9#/%%:76;#1%875-'#5-9%#

3!#,&/$72-'#&<2$-=%62#5'7675#

>#-9%#76#?&/$72-'#8%$-921%62#

)#9%@%99%8#2&#-6&2,%9#$,0/757-6#$%9#1&2,#

!#9%@%99%8#2&#-#<67.%9/720#1%875-'#5%629%#$%9#1&62,#A"B""!CD#

E6#-6#-.%9-;%#1&62,F#

G9&1#H9%%6#IJB#G90%9#HK#L9B#M-N6#OPB#%2#-'Q#R,%#%5&'&;0#&@#1%875-'#5-9%#9%.7/72%8Q#S#K6;'#L#T%8#4UUF3"3!*)B#3""!V#T&87W%8#/&<95%#X0#E897/F#T5Y,766%0B#!>>(##

S<1X%9#&@#$%9/&6/#%Z$%97%6576;#-6#7''6%//#8<976;#-6#-.%9-;%#1&62,#$%9#!"""#$%&$'%#

P&762%9/F#[&1$-60#$9&W'%#GT\E##G-17'0#T%87576%#['7675#E6#]-0<#P<=,#3"">#

^#A()CD#

_#A3)CD#

3B!C#"B>C#

"B)C#

`\O#`PK`EJIE`

#

`PK`EJIE`#

abc]RKd#\T\Te#

!"#$%&'()$%#*)+%,%()!"#$%&$%"'()*+',-./*.0$.12(/#*3'4$5$%$%',3"0*312(/#*3'60-012(/#*3'7*)-$3&$8'99:';*%".''

<=>?@A$3-.'B-%#$.C''

:D?@2"$&%(.".'!$%'#+*3$E5'E*%!$+-)-$%C''=FG@2"$&%(.".'!$%'#+*3$E5'E*%!$+-)-$%'&$H$#'!$3-3$#I'

-%.%/),"#$%&'()+')0#+1#"2'%)34(+)516,7)-1&("/8)55089::;<=)>7:?@)A"#'2'

4'2%=)BCB)A"#'2))%+%D%E)&16,"("#2')FG6%E)4%&'(H-1&("/)4,"2'%D'2H-1&("/)4GI2,"2'%D'2)

Diperbarui: Sekarang 155

USER/PAYERS



Can Managed Care Work? User Interest -  Alignment of incentives not to over-use

services -  Clear understanding of the services to be

provided by the scheme -  Clear understanding of the stake holder

role keeping the system sustainable


Can Managed Care Work? MCO Interest -  Alignment of incentives not only for cost

control and profit maximization but also quality assurance

-  Ombudsman mechanism to ensure doctors are not unduly exploited





SALAH SATU CONTOH



SALAH SATU CONTOH

DASAR-DASAR KONSEP MCO/HMO

1.  Prepaid Capitation Payment 2.  Group Practice 3.  Bipartite System



1.  Prepaid Capitation Payment -  Mendorong perencanaan lebih baik

(harus ada kemampuan manajerial) -  Pemeliharaan kesehatan dengan

pertimbangan medis yang jelas (insetif & dis-insentif) à financial incentive




2. Group Practice -  Kelompok dokter lebih solid, image

group ditonjolkan, peer’s review berjalan -  Dokter dapat cuti -  Mendorong efisiensi (konsep networking

facility)


DOKTER CUTI PENGHASILAN MELAYANG ???? Fachmi Idris - FK UNSRI


3. Bipartite System - Konsumen & HMO

RS Group Dokter HMO

Kaiser Permanente Health Plan


Ada Uang Abang Sayang, Tidak ada Uang……???? Fachmi Idris - FK UNSRI

Tugas: -  Kajian & penelitian yang berkaitan dengan penyelenggaraan JSN -  Mengusulkan kebijakan investasi dana JSN -  Mengusulkan anggaran JSN bagi penerima bantuan iuran & tersedianya anggaran operasional kepada pemerintah

DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL (JSN):

PERUMUS KEBIJAKAN UMUM & SINKRONISASI PENYELENGGARAAN SJSN

-  Menentukan jenis pelayanan kesehatan yang dijamin -  Mengembangkan SISTEM PELAYANAN KESEHATAN, sistem kendali mutu, & sistem pembayaran pelayanan kesehatan

BADAN PENYELENGGARA (JAMINAN KESEHATAN)

Penentuan Besar Pembayaran kepada fasilitas kesehatan (Asosiasi Fasilitas Kesehatan) yang bekerjasama


Peserta Non PBI

Peserta PBI

Kerja Upah

Kerja Non Upah

BPJS-KES

PPK (Pemerintah dan Swasta) BEKERJA SAMA

Persentase

Nominal (Berkala)

6 Bulan pasca PHK

6 Bulan pasca PHK (tetap nganggur)

Cacat total tetap Dan Tidak Mampu

Fakir Miskin Dan Orang Tidak Mampu

Anggota Keluarga > 5 Orang Wajib Tambah Iuran

Pemberi Kerja

Nominal (Berkala)

Batas Upah

Pelayanan Tidak Dijamin Pelayanan Dijamin: “PPKR” + Obat + Bahan Medis Habis Pakai

Urun Biaya (Untuk Yankes Potensi Moral Hazard)

DPHO terUnggi + Bahan Medis Habis Pakai yg Dijamin

PPK Tidak Tersedia

Kompensasi

Dirawat di RS (Kelas Standar)

PPK Keadaan Darurat

PHK

UU R-‐Perpres R-‐PP Per. Lain-‐nya Keterangan Warna (Kaitan dengan Peraturan)

FINANCING

AREA

(PREMIUM)

“REIMBURSEMENT”

AREA (C-‐P-‐P)

AREA

YANKES

INA MANAGE CARE (UU SJSN)

PROSPECTIVE PAYMENT SYSTEM

• Capitation System • Package System • Budget System


Source: Understanding Health Policy (Bodenheimer & Grumbach) Fachmi Idris - FK UNSRI



PROSPECTIVE PAYMENT SYSTEM (CAPITATION SYSTEM)

• Prevention of Excessive Treatment

• Enhancing of Preventive and Promotive Action


PROSPECTIVE PAYMENT SYSTEM (CAPITATION SYSTEM)

• Pay Attention: Sub Standard of Service (Economic lost concern by) à Need selection and Provider Supervision

• Risk: Force Major Condition à Consumer Explaination


Thank You

Date post:	29-Dec-2015
Category:	Documents
Upload:	lia-damayanti-egc
View:	18 times
Download:	2 times

It 57-58_fi Medico Legal Doga

Documents