+ All Categories
Home > Documents > Journal Reading Anestesi

Journal Reading Anestesi

Date post: 19-Oct-2015
Category:
Upload: tiefha-farrah
View: 105 times
Download: 2 times
Share this document with a friend
Description:
journal reading anestesi
Popular Tags:

of 16

Transcript

Journal Reading

PERBANDINGAN HEMODINAMIK SAAT ANESTESI SPINAL ANTARA COLOADING RINGER LAKTAT DAN HES 130/0,4 UNTUK OPERASI BEDAH SESAR

Pembimbing:dr.IGL Sukamto,Sp.Andr. Hanifa Agung, Sp.An

Disusunoleh:FitrahFahmi 07711202Tiefha Farrah Martiningrum 07711081

KEPANITERAANKLINIKILMUANESTESI DAN REANIMASIFAKULTASKEDOKTERANUNIVERSITASISLAMINDONESIARSUDSRAGEN2012

PERBANDINGAN HEMODINAMIK SAAT ANESTESI SPINAL ANTARA COLOADING RINGER LAKTAT DAN HES 130/0,4 UNTUK OPERASI BEDAH SESAR

Journal Reading

oleh:FitrahFahmi 07711202Tiefha Farrah Martiningrum 07711081

Telah disetujui 15 Februari 2012:

Pembimbing

dr.IGL Sukamto,Sp.Andr. Hanifa Agung, Sp.An

PERBANDINGAN HEMODINAMIK SAAT ANESTESI SPINAL ANTARA COLOADING RINGER LAKTAT DAN HES 130/0,4 UNTUK OPERASI BEDAH SESAR

Latar belakang:Anestesia spinal pada bedah sesar menyebabkan penurunan tekanan darah dan sirkulasi uteroplasenta. Pemberian coloading cairan kristaloid belum cukup efektif mencegah penurunan tekanan darah. Coloading HES 130/0,4 500 mL diharapkan lebih efektif karena memiliki efek intravaskular yang lebih lama.Tujuan: Mengetahui perbedaan tekanan darah, laju nadi, pH tali pusat setelah pemberian cairan coloading HES 130/0,4 pada anestesia spinal untuk bedah sesar.Metode: Penelitian ini dilakukan dengan desain eksperimental acak tersamar tunggal mengikutsertakan 84 subyek ASA I dan II yang menjalani operasi bedah sesar dengan anestesia spinal. Tujuh subyek dikeluarkan dari penelitian dan subyek dibagi dua kelompok. 39 subyek masuk dalamkelompok kontrol mendapat coloading RL 1000 mL dan 38 subyek masuk dalam kelompok perlakuan mendapat coloading HES 130/0,4 500 mL. Tekanan darah dan laju nadi diperiksa setiap dua menit setelah anestesia spinal. Setelah bayi lahir dilakukan penilaian skor APGAR dan pemeriksaan pH tali pusat.Hasil: Terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik antara rata-rata tekanan darah arteri rata-rata juga didapatkan setelah pemberian coloading pada menit ke-2 (p=0,025), ke-4(p=0,034), ke-16(p=0,044), ke-18(p=0,08), ke-20(0,06). Selisih rata-rata pada menit ke-2 7 mmHg (SD=3,1), ke-4 sebesar 7,1 mmHg (SD=3,3), ke-16 sebesar 4,7 mmHg (SD=2,7), ke-18 sebesar 7,3 mmHg (SD=2,7), ke-20 sebesar 7,1 mmHg (SD=2,5). Tidak terdapat perbedaan berbedaan bermakna antara jenis cairan coloading dengan pH tali pusat dan skor APGAR.Kesimpulan: Pemberian coloading HES 130/0,4 lebih baik dalam mencegah perubahan tekanan darah dibandingkan dengan coloading RL saat anestesia spinal untuk bedah sesar. Tidak terdapat perbedaan perubahan laju nadi dan pH tali pusat bayi antara coloading HES 130/0,4 dengan coloading RL saat anestesia spinal untuk bedah sesar.

I. LATAR BELAKANGAnestesia spinal masih menjadi pilihan anestesia untuk bedah sesar. Anestesia spinal membuat pasien tetap dalam keadaan sadar sehingga masa pulih lebih cepat dan dapat dimobilisasi lebih cepat. Zat anestesia pada anestesia spinal yang masuk ke sirkulasi maternal lebih sedikit sehingga pengaruh terhadap janin dapat berkurang. Pada umumnya, morbiditas ibu dan janin lebih rendah pada prosedur anestesia spinal. Selain itu, anestesia spinal lebih superior karena menunjukkan angka komplikasi yang lebih sedikit pada beberapa kasus, seperti preeklampsia berat. Anestesia spinal juga menjadi pilihan pada kasus plasenta previa karena perdarahan yang terjadi lebih sedikit dibandingkan dengan bedah sesar dengan anestesia umum. Salah satu efek samping anestesia spinal adalah hipotensi. Jefferson menemukan insidens hipotensi ditemukan sebesar 52% pada penelitiannya dan kejadian hipotensi masih dapat terjadi pada 20 menit pertama dilakukan anestesia spinal. Hipotensi akan menyebabkan ibu mual dan muntah selama operasi, serta bradikardia pada derajat yang lebih berat.Empat alternatif cara pencegahan hipotensi pada anestesia spinal adalah pemberian vasopresor, modifikasi teknik regional anestesia, modifikasi posisi dan kompresi tungkai pasien, pemberian cairan intravena. Usaha meningkatkan volume cairan sentral dengan pemberian cairan intravena merupakan cara yang mudah dilakukan untuk mencegah hipotensi pada anestesia spinal. Cairan yang diberikan dapat berupa kristaloid atau koloid. Teknik pemberian cairan dapat dilakukan dengan preloading atau coloading. Preloading adalah pemberian cairan 20 menit sebelum dilakukan anestesia spinal, sedangkan coloading adalah pemberian cairan selama 10 menit saat dilakukan anestesia spinal.Pemberian cairan kristaloid sebagai preloading tidak memperlihatkan manfaat untuk mencegah hipotensi. Clark dkk. membandingkan kejadian hipotensi antara kelompok pasien yang diberikan preloading dekstrosa 5% dalam ringer laktat sebanyak 1000 mL dan kelompok pasien yang tidak diberikan preloading sebelum anestesia spinal pada pasien yang menjalani bedah sesar. Hasil yang didapatkan menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara dua kelompok tersebut. Coloading kristaloid dapat menjadi pilihan untuk mencegah efek samping hipotensi pada anestesia spinal namun tidak menurunkan angka kejadian hipotensi. Hal ini ditunjukkan pada penelitian Mojika dkk. yang membandingkan pemberian RL sebagai preloading dan coloading pada operasi non-obstetrik. Koloid memiliki keunggulan dibanding kristaloid karena bertahan lebih lama intravaskular. Keuntungan lain adalah jumlah volume koloid yang diperlukan untuk mencegah hipotensi lebih sedikit dibanding kristaloid.Penelitian mengenai pemberian preloading kristaloid atau koloid sebelum anestesia spinal untuk mencegah perubahan hemodinamik telah banyak dilakukan, namun belum ada penelitian yang membandingkan pemberian kristaloid dan koloid pada saat anestesia spinal sebagai coloading sehingga penulis tertarik untuk menelitian masalah ini. Pada penelitian ini penulis akan menggunakan hetarstrach (HES) dengan berat molekul 130 dan koefisien substitusi 0,4 sebagai coloading. Penelitian yang akan dilakukan memiliki metode yang berbeda dari penelitian- penelitian yang sudah ada. Cairan yang digunakan adalah HES 130/0,4 karena memiliki berbagai kelebihan. Berat molekul yang lebih besar dibandingkan dengan penelitian Nishikawa menyebabkan efek volume yang lebih besar. HES 130/0,4 memiliki efek reologi yang lebih baik dibandingkan dengan HES yang lain dan gelatin, sehingga oksigenasi jaringan lebih baik.15,16 Berat molekul 130 kD membuat ginjal tidak terbebani untuk fungsi eliminasi. Pemberian HES akan bertahan lebih dari 20 menit intravaskular sehingga dengan pemberian setengah dari jumlah coloading kristaloid dapat memiliki efek volume yang sama namun bertahan lebih lama intravascular.II. METODE PENELITIANPenelitian ini merupakan penelitian yang bersifat eksperimental dengan rancangan uji klinik acak tersamar tunggal untuk membandingkan pemberian Ringer Laktat 1000mL dan HES 130/0,4 500mL saat dilakukan spinal anestesia pada bedah sesar terhadap kejadian hipotensi. Populasi penelitian adalah pasien yang menjalani operasi bedah sesar dengan anestesia spinal di RS Budi Kemuliaan dan RS Cipto Mangunkusumo. Penelitian dilakukan di instalasi bedah pusat RS Budi Kemuliaan dan RS Cipto Mangunkusumo periode waktu Februari sampai Mei 2010. Kriteria penerimaan adalah pasien wanita hamil berusia 20-35 tahun, berat badan 50 80 kg, tinggi badan 145-180 cm, status fi sik ASA I - II, bersedia mengikutipenelitian. Kriteria penolakan adalah hipertensi dalam kehamilan, kehamilan risiko tinggi, gawat Janin, gemelli, kadar hemoglobin kurang dari 8 g/dl, infeksi pada daerah penyunti kan, gangguan pembekuan darah, hipovolemia berat, peningkatan tekanan intrakranial, deformitas tulang belakang, kelainan kardiovaskular. Sedangkan kriteria

pengeluaran adalah terjadi komplikasi selama operasi yang membutuhkan dilakukan anestesia umum dalam 20 menit setelah dilakukan anestesia spinal, ketinggian blok sensorik anestesia spinal kurang dari dermatom torakal enam, atau lebih dari torakal empat. Penelitian ini bersifat uji hipotesis terhadap 2 kelompok numerik tidak berpasangan, maka besar sampel dicari dengan menggunakan rumus :

Penulis tidak menemukan penelitian yang serupa, maka penelitian melakukan studi preleminari dan di dapatkan standar deviasi tekanan darah arteri rata-rata sebesar 5,4. Besarnya perbedaan yang dianggap bermakna sebesar lima milimeter air raksa. Maka besarnya perhitungan jumlah sampel untuk tiap kelompok sebesar:

Dari perhitungan di atas didapatkan jumlah sampel tiap kelompok minimal 38 orang. Dengan kemungkinan drop out sebesar 10 persen, sehingga jumlah sampel tiap kelompok sebesar 42 orang. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah HES 130/0,4, Ringer Laktat, Jarum Spinal 27G, Spuit 3 cc, Obat-obatan seperti: Bupivakain 0,5 % Hiperbarik, perlengkapan sesuai standar anestesia umum (mesin anestesia, sumber oksigen, alat sucti on, stetoskop, laringoskop, ETT, plaster, obat emergensi, dan sedasi), monitor tekanan darah non invasif, pulse oksimetri, elektrokardiografi .

Cara kerja penelitian adalah sebagai berikut:1. Kunjungan pra anestesia :- Semua pasien yang memenuhi kriteria penerimaan, dicatat nama, umur, berat badan, tinggi badan, pendidikan.-Pasien diberikan penjelasan mengenai penilitian dan menandatangani informed consent. Penjelasan mencakup kerahasiaan data subyek penelitian dan hak pasien untuk menolak atau mengundurkan diri dalam penelitian.-Diberikan premedikasi raniti din dan metoklopramid.2. Dilakukan randomisasi sederhana dengan metoda amplop, pasien dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama akan mendapat coloading HES, kelompok kedua akan mendapat coloading Ringer laktat. Perlakuan lain adalah sama sesuai standar anestesia spinal.3. Di kamar operasi dilakukan pemasangan monitor NIBP, saturasi oksigen, EKG serta dipasang akses intravena 18 G. Dilakukan pengukuran NIBP, laju nadi, dan saturasi yang selanjutnya dicatat sebagai nilai praanestesia.4. Pasien pada posisi duduk dilakukan anestesia spinal dengan jarum spinal nomer 27G pada L2-3, setelah didapatkan cairan serebrospinal mengalir lancar, dimasukkan zat anesteti k lokal bupivakain 0,5% hiperbarik dengan jumlah 12,5 mg (2,5 cc). Saat dilakukan pemberian anestetik lokal, dilakukan coloading cairan RL sebanyak 1000mL dalam 10 menit pada kelompok pertama, dan HES sebanyak 500 mL maksimal dalam 10 menit pada kelompok kedua.5. Pasien dibaringkan kembali dan dilakukan penilaian ketinggian blok, jika ketinggian blok mencapai dermatom torakal enam maka operasi dapat dimulai, pemeriksaan ketinggian blok diulang setiap dua menit dan dicatat ketinggian blok maksimal.6. Selama tindakan pasien diberikan oksigen nasal kanul 3 liter permenit. Dan mendapat cairan rumatan RL sesuai 10 mL/Kg berat badan.7. Dilakukan pengukuran tekanan darah, laju nadi, dan saturasi. Selanjutnya dicatat pada tiap 2 menit selama 20 menit pertama selanjutnya tiap 5 menit hingga menit ke 30.8. Jika pasien mengalami hipotensi dapat dilakukan pemberian 5 mg efedrin dan dapat diulang setiap 2 menit. Setiap pemberian efedrin di catat dalam lembar observasi.9. Setelah bayi lahir dilakukan pencatatan Apgar score pada menit pertama dan kelima. Analisa gas darah dari tali pusat diperiksa dan dilakukan pencatatan.10. Pasien diberikan oxytocin 20 IU drip setelah bayi lahir.11. Sepuluh menit sebelum operasi selesai diberi obat analgetik ketorolak 30mg IV.12. Setelah operasi selesai pasien ke ruang pulih dan dilakukan observasi tanda vital.III. HASIL PENELITIANTelah dilakukan penelitian untuk mengetahui efek hemodinamik pada pemberian coloading Ringer Laktat1000 mL dan HES 130/0,4 pada anestesia spinal untuk bedah sesar. Penelitian ini dilakukan terhadap 84 subyek penelitian yang terbagi dalam dua kelompok secara randomisasi sederhana. Subyek penelitian memiliki kisaran umur 20 -35 tahun, berat badan 50-80 kg, dan status fisik ASA I dan ASA II. Tujuh subyek penelitian dikeluarkan karena ketiggian blok tidak mencapai torakal enam, dan dua diantaranya harus dilakukan anestesia umum, sehingga kelompok RL berjumlah 39 dan kelompok HES 130/0,4 berjumlah 38. Tabel. 1 menunjukkan deskripsi variabel-variabel yang diobservasi dan dicatat.

Tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik pada tekanan darah sistolik, diastolik, arteri rata-rata, dan laju nadi pada pemeriksaan sebelum dilakukan anesthesia spinal. Hasil ini menunjukkan kedua kelompok memiliki karakteristik yang seragam sebelum dilakukan perlakuan. Terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik antara rata-rata tekanan darah sistolik setelah pemberian coloading pada menit kedua (p=0,023) dan ke-16 (p=0,041). Selisih rata-rata pada menit kedua sebesar 7 mmHg (SD 2,9), dan pada menit ke-16 sebesar 5,9 mmHg (SD 2,84) (gambar 1).Terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik antara rata-rata tekanan darah diastolik setelah pemberian coloading pada menit kedua (p=0,042), keempat (p=0,036), ke-14 (p=0,029), ke-16 (p=0,020), ke-18(p=0,07), ke-20 (0,03), dan ke-25(p=0,027). Selisih rata-rata pada menit kedua 5,8 mmHg (SD=2,8), keempat sebesar 6 mmHg (SD=2,81), ke-14 sebesar 6 (SD=2,7), ke-16 sebesar 5,3(SD=2,3), ke-18 sebesar 7,3 mmHg (SD=2,62), ke-20 sebesar 7,5 (SD=2,42), dan ke-25 sebesar 5,5 (2,4) (gambar 2).Perbedaan yang bermakna secara statistik antara rata-rata tekanan darah arteri rata-rata juga didapatkan setelah pemberian coloading pada menit kedua (p=0,025), keempat (p=0,034), ke-16 (p=0,044), ke-18(p=0,08), ke-20 (0,06). Selisih rata-rata pada menit kedua 7 mmHg (SD=3,1), keempat sebesar 7,1 mmHg (SD=3,3), ke-16 sebesar 4,7 mmHg (SD=2,7), ke-18 sebesar 7,3 mmHg (SD=2,7), ke-20 sebesar 7,1 mmHg (SD=2,5). Perbedaan secara statistik rata-rata laju nadi hanya didapatkan pada menit ke -8 sebesar 7,8 (SD= 3,5) dengan nilai p = 0,027 (gambar 4).Uji statistik yang digunakan untuk menentukan korelasi antara pH tali pusat dan jenis cairan coloading adalah t-test tidak berpasangan. Hasil yang diperoleh adalah nilai p sebesar 0,705. Dengan demikian tidak ditemukan korelasi antara pH talipusat dan jenis cairan coloading.Untuk mencari hubungan antara skor apgar dan jenis cairan coloading digunakan uji Kolmogorov Smirnov . Hasil uji statistik menununjukkan tidakada perbedaan yang bermakna antara jenis cairan dan skor Apgar menit pertama dan kelima.

Uji statistik yang digunakan untuk menentukan hubungan antara perbedaan pemberian efedrin dan jenis cairan coloading adalah Komolgorov Smirnov karena syarat uji chi kuadrat tidak terpenuhi. Tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antar jenis cairan coloading dan jumlah pemberian efedrin. Uji statistik yang digunakan untuk menentukan hubungan antara jenis cairan coloading dan efek samping hipotensi adalah Komolgorov Smirnov. Tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antarjenis cairan coloading dan insiden terjadinya efek samping hipotensi.IV. PEMBAHASANPenelitian ini adalah penelitian jenis cairan coloading, jenis cairan yang digunakan adalah koloid HES 130/0,4. Penelitian ini berbeda dari penelitian sebelumnya karena membandingkan secara langsung coloading kristaloid dan koloid. Tekanan onkotik koloid menjaga cairan lebih lama berada dalam intravaskular. Efek volume yang lebih lama inilah yang diharapkan membedakan tekanan darah pasca spinal antara pemberian cairan RL dan HES 130/0,4. Penelitian ini menggunakan subyek yang hampir sama yaitu ibu hamil. Pemilihan karakteristik subyek penelitian diharapkan mempertajam hasil penelitian. Usaha untuk membatasi karakteristik subyek dengan pembatasan usia, tinggi badan, dan status fisik ASA. Ketinggian blok adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap perubahan hemodinamik. Sehingga ketinggian blok lebih dari kurang dari torakal enam dan lebih dari torakal empat dikeluarkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketinggian blok juga diseragamkan seperti barisitas, volume, dosis anestetik lokal, dan posisi penyunti kan. Karakteristik umur, berat badan, dan tinggi badan dibatasi sehingga diharapkan kedua kelompok memiliki karakteristik tekanan intraabdomen yang hampir sama.Randomisasi sederhana dilakukan untuk menentukan kelompok perlakuan. Penggunaan plasebo dihindari pada penelitian ini untuk mencegah terjadinya hipotensi dan bahayanya perfusi organ yang buruk pada subyek penelitian. Standar yang digunakan adalah coloading RL karena telah terbuktimencegah terjadinya hipotensi. Perhitungan besar sampel menggunakan standardeviasi rerata tekanan darah arteri rata-rata yang dilakukan studi sebelum dilakukan penelitian ini sebesar. Perbedaan tekanan darah arteri rata-rata yang diaggap bermakna sebesar lima milimeter air raksa. Pemeriksaan tekanan darah dan laju nadi sebelum dilakukan anestesia spinal menunjukkan tidakberbeda bermakna secara statistik. Kedua kelompok memiliki karakteristik hemodinamik yang sama.Pemeriksaan rata-rata tekanan darah sistolik yang lebih tinggi pada kelompok perlakuan (HES 130/0,4) dibandingkan dengan kelompok kontrol (RL) terutama bermakna secara statistik pada pengukuran menit kedua dan ke-16. Rerata tekanan darah arteri rata-rata kelompok perlakuan lebih tinggi dan berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol pada pengukuran menit kedua, keempat, ke-16, ke-18, dan ke-20. Perbedaan tekanan darah yang terjadi sebesar empat sampai tujuh milimeter air raksa. Hasil ini menunjukkan bahwa coloading 500 mL HES 130/0,4 memiliki efek mencegah perubahan tekanan darah yang lebih baik dibandingkan dengan coloading 1000 mL RL. Perbedaan rata-rata tekanan darah terjadi hingga menit ke-20 pasca dilakukan anestesia spinal. Efek volume intravaskular HES 130/0,4 meningkatkan preload jantung yang akhirnya meningkatkan isi sekuncup, dimana laju nadi tetap konstan. Penelitian ini menunjukkan tidakadanya perubahan yang besar terhadap laju nadi pada dua kelompok. Penelitian Karinen 26 menunjukkan preloading koloid lebih baik dalam mencegah perubahan hemodinamik dibandingkan dengan kristaloid, dengan demikian koloid dapat diberikan secara coloading atau preloading untuk mencegah perubahan hemodinamik. Penelitian Karinen mengukur tekanan vena sentral pada subyek penelitiannya. Didapatkan peningkatan tekanan vena sentral yang signifikan setelah 10 menit cairan diberikan. Jumlah cairan yang lebih besar (15 mL/Kg) diberikan pada penelitian Teohdidapatkan pemberian koloid preloading lebih baik dalam meningkatkan curah jantung dibandingkan dengan coloading sampai tiga menit pasca spinal anestesia. Penelitian ini menggunakan teknik pemberian cairan secara coloading karena dengan cara ini diharapkan preload jantung akan lebih besar. Preloading akan menyebabkan pelepasan hormon ANP (Atrial Natriuretic Peptide) yang lebih besar. ANP dilepaskan karena adanya stimulus regangan otot jantung, regangan ini terjadi karena jantung terisi cairan preloading. Efek pelepasan ANP adalah penurunan tekanan darah akibat meningkatnya permeabilitas, meningkatnya kapasitas vena, dan diuresis.13,14 Pemberian cairan secara coloading diharapkan dapat memaksimalkan ekspansi volume akibat pemberian cairan. Pengukuran tekanan darah arteri rata-rata menunjukkan nilai rerata yang lebih tinggi pada kelompok kontrol hingga pengukuran menit ke-18 dan ke-20. Hal ini menunjukkan efek volume HES 130/0,4 masih bertahan intravaskular hingga 20 menit pasca coloading. HES 130/0,4 lebih lama dalam intravaskular karena memiliki tekanan koloid onkotik yang besar dan HES memiliki waktu paruh hingga dua jam.Meskipun tekanan darah sistolik dan arteri rata-rata kelompok perlakuan lebih tinggi, akan tetapi tidakterdapat perbedaan yang bermakna pada rerata pH tali pusat. Hasilyang serupa juga ditunjukkan pada penelitian Nishikawa,Teoh, dan Karinen. Sistem uteroplasenta tidakmemiliki autoregulasi, karena pembuluh darah plasenta sudah berdilatasi penuh. Perfusi uteroplasenta hanya bergantung pada tekanan darah ibu hamil. Batas tekanan darah terendah yang masih dapat dikompensasi untuk menjamin perfusi uteroplasenta manusia yang masih baik sampai saat ini belum dapat ditentukan.Penelitian pada hewan coba menunjukkan penurunan aliran darah uteroplasenta hingga 30% dan kurang dari 10 menit masih dapat ditoleransi oleh janin. Hal inilah yang membuat pH tali pusat tidakberbeda pada dua kelompok tersebut.Penelitian Karinen menunjukkan pemeriksaan pulsati lity index pada arteri maternal dengan dopler menunjukkan perfusi yang tidakberbeda bermakna pada kelompok yang memiliki insiden hipotensi lebih tinggi.Pemeriksaan laktat pada arteri umbilikal pun menunjukkan tidakada perbedaan pada berbagai kelompok yang memiliki insiden hipotensi yang berbeda.Tidak terdapat perbedaan skor apgar yang bermakna antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Hasil ini juga serupa dengan penelitianpenelitian sebelumnya. Autoregulasi sistem uteroplasenta yang membuat perfusi janin tetap baik menyebabkan skor apgar tetap baik pula. Efedrin diberikan jika tekanan darah arteri rata-rata kurang dari 20 % tekanan darah arteri rata-rata pra spinal anestesia. Hasil penelitian ini menunjukkan kebutuhan pemberian efedrin yang tidakberbeda bermakna antara dua kelompok.Kriteria pemberian vasokonstriktor sangat berkaitan dengan hasil ini. Penelitian Dyer yang menggunakan kriteria pemberian vasokonstriktor jika terjadi penurunan 10%dari tekanan daraharteri rata-rata pra anestesia, menunjukkan kebutuhan vasokonstriktor yang lebih besar. Jadi kriteria ini menentukan pula kebutuhan dan perbedaan yang terjadi antara kelompok perlakuan dan kontrol.V. SIMPULANPemberian coloading HES 130/0,4 lebih baik dalam menjaga tekanan darah dibandingkan dengan coloading RL saat anestesia spinal untuk bedah sesar. Tidak terdapat perbedaan laju nadi antara coloading HES 130/0,4 dengan coloading RL saat anestesia spinal untuk bedah sesar. Tidak terdapat perbedaan pH talipusat bayi antara coloading HES 130/0,4 dengan coloading RL saat anestesia spinal untuk bedah sesar.VI. SARANPemberian cairan masih dianjurkan untuk mencegah perubahan hemodinamik dan efek sampingnya pada anestesia spinal untuk bedah sesar. Kombinasi dengan teknik lain dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap efek coloading HES 130/0,4 terhadap curah jantung, kadar laktat darah tali pusat, dan tekanan onkotik koloid ibu hamil dibandingkan dengan coloading RL. Perlu dilakukan pula penelitian tentang jenis dan jumlah cairan koloid terbaik untuk mencegah hipotensi.

DAFTAR PUSTAKA1. Paech M. Anesthesia for Cesarean Section. In Palmer CM, DAngelo R, eds. Handbook of Obstetric Anesthesia. Oxford: BIOS Scientific Publishers Limited; 2002: 81-113.2. Wee MYK, Brown H, Reynolds F. The Na! onal Institute of Clinical Excellence (NICE) guidelinesfor caesarean sec! ons: implica! ons for the anaesthe! st. International Journal of Obstetric Anesthesia 2005; 14: p. 147-58.3. Mojica JL, Melendez HJ, Bau! sta LE. The Timing of Intravenous Crystaloid Administra! on and Incidence of Cardiovascular Side Eff ect During Spinal Anesthesia: The Results from a Randomized Controlled Trial. AnesthAnalg 2002; 94: 432-7.4. Skillman C. Eff ect of graded reduc! ons in uteroplacental blood fl ow on the fetal lamb. Am J Physiol Heart CircPhysiol 1985; 249(6): 1098-105.5. NN. www.anzca.edu.au/fellows/.anaesthesia.anaesthesia./hypotension-during-regional- anaesthesia-for-caesarean-birth.html. [Online].; 2009 [cited 2009 Februari 12. Available from: www.anzca.edu.au/fellows/anaesthesia.anaesthesia./hypotension-during-regional-anaesthesia-for-caesarean-birth.html.6. Mercier FJ. Phenylephrine added to prophylactic ephedrine infusion during spinal anesthesia for elective cesarean sec! on. Anesthesiology 2001; Sep; 95: 668-74.7. Ben-David B. Low-dose bupivacaine-fentanyl spinal anesthesia for cesarean delivery. Reg Anesth Pain Med2000; 25: 235-9.8. Morgan PJ. The Eff ect of Increasing Central Blood Volume to Decrease the Incidence of Hypotension Following Spinal Anesthesia for Cesarean Sec! on. In Halpern SH, Douglas MJ. Evidence Based Obstetric Anesthesia. Massacuse+ s: Blackwell Publishing, Inc; 2005, 89-100.9. Jeff erson. Pencegahan Hipotensi dan Efek Samping Hipotensi Akibat Anesthesia Spinal pada Bedah Sesar Elektif: Perbandingan Antara Pemberian Ringer Laktat Saat Dilakukan Anestesia Spinal dengan 20 menit Sebelum Tindakan. Jakarta: Fakultas Kedokteran UniversitasIndonesia RSUPN Cipto Mangunkusumo; 2005.10. Mcllroy DR, Karasch ED. Acute Intravascular Volume Expansion with Rapidly Administered Crystalloid or Colloid in the Setting of Moderate Hypovolemia. AnesthAnalg 2003; 96: 1572-7.11. Singh U, Saha U. Preven! on of Hypotension FollowingSpinal Anesthesia for Caesarean Sectioon-Comparison of Volume Preloading with Ringer Lactate & 6% Hydroxyetyl Starch (HES 130/0,4). Journal Anaesth Clin Pharmacol 2009; 25: 54-8.12. Nishikawa K, Naho Y, Saito S, Goto F. Comparasion of Effects of Rapid Colloid Loading Before and After Spinal Anesthesia on Maternal Hemodynamics and Neonatal Outcomes in Cesarean Sec! on. Journal of Clinical Monitoring and Computing 2007; 21: 125-9.13. Teoh W. Colloid Preload Versus Coload for Spinal Anesthesia for Cesarean Delivery: The Effects on Maternal Cardiac Output. Anesth Analg ; 2009; 108: 1592-8.14. Levin E. Natriuretic Peptides. The New England Journalof Medicine 1998 Sep; 339(5): 321-8.9


Recommended