Date post: | 10-Dec-2014 |
Category: |
Documents |
Upload: | arum-puspita |
View: | 326 times |
Download: | 42 times |
Journal Reading
Arum Puspita Sari1120221169
Journal Reading
Medikasi preanestesi pada anak : Perbandingan antara dexmedetomidin intranasal dengan
midazolam oral
Ashraf M.Ghali, Abdul Kader Mahfouz, Maher Al-BahraniSaudi Journal of Anaesthesia 2011
Latarbelakang
Kegelisahan preoperasi pd anak
Midazolam sebagai obat premedikasi pd anak
Obat-obatan baru
α2 agonis dexmedetomidinVs
Metode
120 anak yg akan menjalani adenotonsilektomi
nasal dexmedetomidin 1µg/kg (grup D)
midazolam oral 0,5 mg/kg (grup M)
Penilaian :
- Efek sedatif preoperatif, - Perubahan tingkat kegelisahan
-Kemudahan pemisahan anak dengan orangtua, - Profil pemulihan
- Efek analgesi postoperatif
- Prospektif- Double blind
- Studi secara acak
Hasil
• Premedikasi anak dengan dexmedetomidin intranasal menunjukkan :– Penurunan tingkat sedasi yang signifikan (P =
0,042), – Penurunan tingkat kegelisahan (P = 0,036), dan – Kemudahan permisahan anak dengan orangtua (P =
0,029) dibandingkan dengan anak yang mendapatkan midazolam oral pada saat pemindahan pasien ke ruang operasi.
• Nilai Skor Aldrete 10 tidak jauh berbeda pada kedua kelompok (P = 0,067).
• Selain itu, jumlah anak yang mendapatkan fentanyl sebagai medikasi analgesi tindakan penyelamatan secara signifikan lebih rendah (P = 0,027) pada kelompok dexmedetomidin.
Kesimpulan
- Pada studi ini dexmedetomidin intranasal menunjukkan pilihan yang terbaik untuk medikasi preanestesi dibandingkan dengan midazolam oral.
Pendahuluan Anestesi pada pediatri
↓ Mengurangi kegelisahan
Kegelisahan dapat memproduksi reaksi agresifitas, meningkatkan stres, dan dapat mempersulit dalam mengatasi kontrol nyeri
setelah operasi.
Benzodiazepin,Midazolam oral
α2-agonis, Dexmedetomidin
Obat-obatan preanestesi
Tujuan
- Mengevaluasi efek sedasi sebelum operasi, - Perubahan tingkat kegelisahan
- Kemudahan pemisahan anak-orangtua (sebagai titik akhir primer), dan
- Profil pemulihan dr anestesi setelah operasi (sebagai titik akhir sekunder)
Pada sedasi dexmedetomidin intranasal dibandingkan dengan midazolam oral sebelum operasi pada anak yang
akan menjalani adenotonsilektomi.
Metode
• Persetujuan dari Institusi Komite Medik dan inform consent tertulis dari orangtua pasien atau wali yang sah.
• Studi ini dilakukan pada RS.Mata dan Telinga, Sultanate of Oman dari Januari 2010 sampai Maret 2011.
•120 status fisik anak berdasarkan American Society of Anesthesiology (ASA), diantaranya;• Laki-laki dan perempuan, •Usia 4-12 tahun,• Dijadwalkan menjalani operasi adenotonsilektomi pada pasien rawat jalan,
Kriteria Inklusi
•Status fisik ASA lebih tinggi dari 1, •Diketahui menderita alergi atau reaksi hipersensitifitas karena dexmedetomidin atau midazolam,• Riwayat gangguan sistem saraf pusat, • Riwayat penggunaan obat psikotropika, dan retardasi mental. •Anak yang meludah, muntah, menolak pemberian secara intranasal.
Kriteria Eksklusi
Manajemen Preanestesi
• Semua pasien dipuasakan satu malam, tetapi diizinkan untuk minum air putih sampai 4 jam sebelum operasi.
• Pada ruangan preoperatif diperbolehkan kehadiran salahsatu dari orangtua pasien dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok D dan kelompok M
Kelompok D
1µg/kg dexmedetomidin intranasal masing-masing dalam :
- volume total 0,5 mL normal saline dan- 10 mL jus apel secara oral sebagai placebo
pada 60 dan 30 menit sebelum induksi anestesi.
Penilaian
• Tingkat sedasi telah dinilai menggunakan 6 poin skala sedasi, yang telah dimodifikasi dari MOAA/S (Modified from the observer Assessment of alertness and sedation scale (Tabel 1).
• Tingkat kegelisahan telah dinilai menggunakan mYPAS (modified Yale Preoperative Anxiety Scale).
• Kemudahan pemisahan anak-orangtua telah dievaluasi menggunakan skala 3 poin, yang pertama kali dijelaskan oleh Feld et al. (Tabel 1).
Anestesi & manajemen setelah operasi
Anestesi diinduksi dengan menginhalasi sevofluran 2-5% dalam oksigen
↓diberikan 1µg/kg fentanil intravena.
↓Intubasi endotrakea dilakukan pada semua kasus tanpa bantuan
relaksan otot dan anestesi, setelah itu dipertahankan dengan sevofluran (2-4%) dengan nitrit oksida (60%) dan oksigen (40%)
↓Selama operasi, setiap anak mendapatkan parasetamol 15 mg/kg
dalam infus intravena
• Ketika bangun ekstubasi setelah itu segera ditempatkan ke posisi pemulihan dan diperbolehkan bangun secara alami di PACU (Postanesthesia Aldrete Care Unit).
• Waktu saat skor Aldrete mencapai skor 10 telah dicatat (Siap dipindahkan dari ruang PACU).
• Nyeri setelah operasi dinilai setiap satu jam pada 6 jam pertama menggunakan skala nyeri objektif (OPS)
Analisis Statistik
• Analisis statistik pada penelitian ini telah menggunakan SPSS versi 15.0 untuk windows (SPSS, Chicago, IL).
• Analisis varians untuk membandingkan interval data, dan Turkey tes digunakan sebagai tes post hoc
• Uji Fisher’s Exact digunakan untuk membandingkan data nominal atau persentase
• Bonferroni correction untuk melakukan perbandingan ulang telah diterapkan sebagian. P< 0,05 menunjukkan signifikansi.
Hasil
• Dua kelompok telah dibandingkan dengan berdasarkan variabel : usia, jenis kelamin, berat badan, dan durasi operasi (Tabel 2).
• Pada saat pemindahan pasien ke ruang operasi,– Denyut jantung lebih rendah pada kelompok
dexmedetomidin (P=0,036) dan – Tekanan darah secara signifikan lebih rendah pada
kelompok dexmedetomidin (P=0,032).
• Pada hasil SpaO2, terdapat nilai normal yang tidak jauh berbeda pada kedua kelompok (P=0,087) .
• Pada saat pemindahan pasien ke ruang operasi, anak mendapatkan premedikasi berupa dexmedetomidin intranasal secara signifikan mencapai tingkat sedasi yang lebih rendah (P=0,042), dan tingkat kegelisahan yang rendah (P=0,036).
• Meskipun demikian, skor tertinggi nilai dan persentase anak pada saat pemisahan anak-orangtua ialah grade 1 (P=0,029) yaitu pada kelompok dexmedetomidin.
• Jumlah anak yang menerima fentanil sebagai medikasi analgesi secara signifikan lebih rendah (P=0,027) pada kelompok dexmedetomidin.
Diskusi
• Penelitian sebelumnya membandingkan dexmedetomidin intranasal dan midazolam oral, menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda.
• Yuen et al, melaporkan bahwa dexmedetomidin intranasal memproduksi sedasi yang lebih besar dibandingkan dengan midazolam oral.
• Pada kesempatan lain, Schmidt et al tidak menemukan perbedaan tingkat sedasi dan respon terhadap pemisahan dari orangtua antara dexmedetomidin intranasal dan midazolam oral.
Kesimpulan
• Pada penelitian ini dexmedetomidin intranasal menunjukkan pilihan yang lebih baik untuk medikasi preanestesi dibandingkan dengan midazolam oral.
• Dexmedetomidin menunjukkan :– Tingkat sedasi yang lebih rendah, – Tingkat kegelisahan yang lebih rendah, dan– Kemudahan pemisahan anak-orangtua pada saat
pemindahan pasien ke ruang operasi– Efek analgesi yang lebih baik – Waktu keluar dari PACU yang tidak jauh berbeda dengan
midazolam oral.
Terima Kasih ……