+ All Categories
Home > Documents > KEMAMPUAN BERBAHASA BALI PADA KALANGAN ...Contoh tersebut mungkin atau seringkali didengar pada...

KEMAMPUAN BERBAHASA BALI PADA KALANGAN ...Contoh tersebut mungkin atau seringkali didengar pada...

Date post: 10-Nov-2020
Category:
Upload: others
View: 13 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
12
59 KEMAMPUAN BERBAHASA BALI PADA KALANGAN REMAJA DI DESA PAKRAMAN PERAUPAN DENPASAR Oleh : I Gede Sudiarta Guru Bahasa Bali Pada SMAN Baturiti Abstract In globalization era, language has an important place to build teenager orientation. Language could show someone and nation characteristic. Language is not only as a communication, but also as a processof human thinking to comprehend something objectively and imaginatively. It could show every aspect of human life. In addition, without language people will be noiseless and will die in the silent. One way to conserve Balinese language is increase teenager’s interst. According to the explanation above, the problems in this research can be formulated as follows ; 1) how is the Balinese teenager’s ability in using Balinese language in Peraupan Denpasar Village? 2) what are the factors that affect Balinese teenager’s ability in using Balinese language in Peraupan Denpasar village? 3) what are the efforts that can be used to increase Balinese teenager’s ability in using Balinese language in Peraupan Denpasar village?. Theories that was used in this research were sociolinguistics theory, language attitude theory, social changes theory and learning motivation theory. This research used some data collection techniques, such as observation, interview and literature. Data which have been collected was proceed and analysed by using qualitative descriptive method. The result of this research showed that as follows; 1) Balinese teenager’s ability in using Balinese in Peraupan Denpasar village is still low if it is connected to sor singgih, 2) the factors that that can affect Balinese teenager’s ability in using Balinese language in Peraupan Denpasar village are technology, environment, and the difficulties of Balinese language also less of tools and infrastructure, 3) the efforts that could be done to solve the problem are making a contest, doing pasraman activity, using Balinese language (sor singgih) in meeting, upgrading parents role, an upgrading school role. Key words : Ability, Balinese language, teenager. I. PENDAHULUAN Dewasa ini arus globalisasi melanda tata kehidupan sosial masyarakat Bali. Hampir semua lini dalam kehidupan masyarakat Bali dipengaruhi oleh perkembangan global yang sulit untuk dikendalikan. Perkembangan global, pada satu sisi mendorong perubahan masyarakat ke arah yang lebih baik dan mapan. Misalnya, perkembangan teknologi komunikasi dapat mempermudah relasi dalam masyarakat. Hal ini terlihat dalam produksi alat-alat komunikasi yang canggih, seperti telepon genggam (hand phone), televisi (TV) dan internet. Pada sisi lain, perkembangan global membawa masyarakat ke arah yang negatif. Misalnya, egois, apatis, dan menampilkan gaya hidup yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah masyarakat Bali. Masyarakat Bali yang Kemampuan Berbahasa Bali Pada Kalangan Remaja Di Desa Pakraman Peraupan Denpasar | I Gede Sudiarta
Transcript
Page 1: KEMAMPUAN BERBAHASA BALI PADA KALANGAN ...Contoh tersebut mungkin atau seringkali didengar pada rembug keluarga atau pasangkepan (rapat). Ini membuktikan penggunakan bahasa Bali masih

59

KEMAMPUAN BERBAHASA BALI PADA KALANGAN REMAJADI DESA PAKRAMAN PERAUPAN DENPASAR

Oleh : I Gede SudiartaGuru Bahasa Bali Pada SMAN Baturiti

Abstract

In globalization era, language has an important place to build teenagerorientation. Language could show someone and nation characteristic.Language is not only as a communication, but also as a processof humanthinking to comprehend something objectively and imaginatively. It could showevery aspect of human life. In addition, without language people will benoiseless and will die in the silent. One way to conserve Balinese language isincrease teenager’s interst. According to the explanation above, the problemsin this research can be formulated as follows ; 1) how is the Balinese teenager’sability in using Balinese language in Peraupan Denpasar Village? 2) what arethe factors that affect Balinese teenager’s ability in using Balinese language inPeraupan Denpasar village? 3) what are the efforts that can be used to increaseBalinese teenager’s ability in using Balinese language in Peraupan Denpasarvillage?. Theories that was used in this research were sociolinguistics theory,language attitude theory, social changes theory and learning motivation theory.This research used some data collection techniques, such as observation,interview and literature. Data which have been collected was proceed andanalysed by using qualitative descriptive method. The result of this researchshowed that as follows; 1) Balinese teenager’s ability in using Balinese inPeraupan Denpasar village is still low if it is connected to sor singgih, 2) thefactors that that can affect Balinese teenager’s ability in using Balineselanguage in Peraupan Denpasar village are technology, environment, and thedifficulties of Balinese language also less of tools and infrastructure, 3) theefforts that could be done to solve the problem are making a contest, doingpasraman activity, using Balinese language (sor singgih) in meeting, upgradingparents role, an upgrading school role.

Key words : Ability, Balinese language, teenager.

I. PENDAHULUANDewasa ini arus globalisasi melanda tata

kehidupan sosial masyarakat Bali. Hampirsemua lini dalam kehidupan masyarakat Balidipengaruhi oleh perkembangan global yangsulit untuk dikendalikan. Perkembangan global,pada satu sisi mendorong perubahanmasyarakat ke arah yang lebih baik dan mapan.Misalnya, perkembangan teknologi komunikasi

dapat mempermudah relasi dalam masyarakat.Hal ini terlihat dalam produksi alat-alatkomunikasi yang canggih, seperti telepongenggam (hand phone), televisi (TV) daninternet. Pada sisi lain, perkembangan globalmembawa masyarakat ke arah yang negatif.Misalnya, egois, apatis, dan menampilkan gayahidup yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidahmasyarakat Bali. Masyarakat Bali yang

Kemampuan Berbahasa Bali Pada Kalangan RemajaDi Desa Pakraman Peraupan Denpasar | I Gede Sudiarta

Page 2: KEMAMPUAN BERBAHASA BALI PADA KALANGAN ...Contoh tersebut mungkin atau seringkali didengar pada rembug keluarga atau pasangkepan (rapat). Ini membuktikan penggunakan bahasa Bali masih

60 JURNAL PENJAMINAN MUTU

dimaksud dalam konteks ini adalah masyarakatBali yang sudah heterogen dalam artian sudahberbaur dengan etnis-etnis lainnya. Pengaruhglobalisasi dan masyarakat multikultural tersebutmempengaruhi kesadaran, sikap dan tindakansebagian masyarakat Bali terhadap bahasa Balisebagai salah satu identitas budayanya.

Hal ini sangat tampak dalam fenomenakurangnya penggunaan bahasa Bali dalamkomunikasi masyarakat Bali di Kota Denpasar.Sebaliknya orang cenderung mengikuti gayahidup wisatawan asing sebagai akibat dariaktivitas pariwisata di Kota Denpasar, selainitu masyarakat Bali di Kota Denpasar hampirsebagian besar menggunakan bahasa Indonesiaatau bahasa asing daripada menggunakanbahasa Bali (Suarjana, 2008 : 8). Keadaantersebut akan lebih parah oleh adanya berbagaitekanan-tekanan, baik dari dalam maupun dariluar. Dari dalam, orang Bali sendiri kalauberbahasa Bali jika diperhatikan lebih seksama,terutama dalam pergaulan pada tingkat elit(tokoh-tokoh panutan) sudah mulai jarang yangmampu berbahasa Bali yang baik dan benarsesuai dengan tatanan bahasa atau sor singgih.Disamping faktor dari dalam, faktor dari luarmasih banyak lagi sebagai penyebabberkurangnya minat remaja dalam mempelajaribahasa Bali. Salah satunya semakinberkembangnya teknologi seperti internet,handphone dan siaran televisi. Hal ini tampakdalam lingkup pergaulan masyarakatmultikultural di Kota Denpasar baik dilingkungan kerja, keluarga maupun dimasyarakat, yang dominan menggunakanbahasa Indonesia, bahkan terkadangmenggunakan bahasa campuran antara bahasaIndonesia dengan bahasa Bali, bahasaIndonesia dengan bahasa asing daripadamenggunakan bahasa Bali yang utuh.

Kondisi demikian nampaknya semakinmeluas hingga kelapisan masyarakat pedesaan.Berdasarkan studi awal, peneliti banyakmenemukan penggunaan bahasa Bali yangtidak benar atau bercampur bahasa Indonesia.

Misalnya, dalam pesangkepan (rapat) dibanjar, seorang pemimpin dalam masyarakat(Kelian) membuka sesi tanya jawab denganmengatakan “sadurung lanjut, mungkinwenten sane jagi bertanya indik masalahpuniki. Silahkan angkat tangan, langsungmanten pertanyaannya nggih..” Setelahselesai pemimpin menutup pertemuan denganmengatakan, “Bapak dan Ibu serta wargayang hadir, suksma nggih atas kehadirannyadalam rapat kita malam ini.” Contohtersebut mungkin atau seringkali didengar padarembug keluarga atau pasangkepan (rapat).Ini membuktikan penggunakan bahasa Balimasih belum seutuhnya dipergunakan, masihjuga terdapat unsur bahasa Indonesianya.

Kemampuan berbahasa Bali dikalangananak-anak dalam pergaulannya juga sangatkurang, bahkan dalam kehidupan keluarga,orangtua jarang mengarahkan anaknyamenggunakan bahasa Bali, dan bahkan banggaapabila anaknya fasih berbahasa Indonesia ataubahasa asing sejak usia dini. Di lingkunganpendidikan dari tingkat Taman Kanak-Kanak(TK), Sekolah Dasar (SD), sampai dengantingkat Perguruan Tinggi, lebih dominan belajarbahasa asing (Inggris) dari pada bahasa Balidan bahasa Indonesia. (Sugono, 2007: 162).Dengan demikian penggunaan bahasa Bali diKota Denpasar mengalami pergeseran danpenurunan drastis.

Bertolak dari uraian di atas walaupunbahasa Bali merupakan ciri penting untukmenentukkan identitas keetnikan suatukelompok, nampaknya bahasa Bali tidak selaludapat dipertahankan namun bukan berartibahasa Bali harus ditinggalkan begitu saja.Bahasa Bali justru harus didayagunakan agarbudaya yang adi luhung tidak tercerabut dariakarnya. Dalam menghadapi guncanganperubahan sosial yang begitu cepat dan kuat,pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakatmultikultural di Kota Denpasar merupakanupaya yang relevan untuk mempertahankanbahasa Bali sebagai salah satu warisan leluhursejak dahulu kala.

Page 3: KEMAMPUAN BERBAHASA BALI PADA KALANGAN ...Contoh tersebut mungkin atau seringkali didengar pada rembug keluarga atau pasangkepan (rapat). Ini membuktikan penggunakan bahasa Bali masih

61

Berdasarkan fenomena yang terjadi diDesa Pakraman Peraupan Denpasar tersebut,maka dapat merumuskan beberapapermasalahan, yaitu: 1) Bagaimana kemampuanberbahasa Bali pada kalangan remaja di DesaPakraman Peraupan Denpasar? 2) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhikemampuan berbahasa Bali pada kalanganremaja di Desa Pakraman PeraupanDenpasar? 3) Upaya apa saja yang dilakukanuntuk meningkatkan kemampuan berbahasa Balipada kalangan remaja di Desa PakramanPeraupan Denpasar ?

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakanteknik penentuan informan yaitu purposivesampling, dimana teknik pengumpulan datayang dipakai adalah observasi non partisipan,wawancara terbuka yang standar, dan studikepustakaan. Sesuai data yang dikumpulkandari metode pengumpulan data tersebut, makalangkah-langkah analisis data dengan merujuklangkah-langkah analisis data yang dilakukanseperti yang diungkapkan oleh Kaelan(2005:69) sebagai berikut : 1) Reduksi Data,2) Klasifikasi Data, 3) Display Data, dan 4)Memberikan Interpretasi dan mengambilkeputusan data yang berupa uraian verbalsenantiasa diberikan Interpretasi kemudiandiberikan suatu penafsiran sesuai dengankonteks data yang telah dikumpulkan.

II. HASIL DAN PEMBAHASANPENELITIAN

2.1 Lokasi dan Kondisi Desa PakramanPeraupanPenelitian ini dilaksanakan di Desa

Pakraman Peraupan Denpasar. DesaPakraman Peraupan yang berlokasi di wilayahKecamatan Denpasar Utara memiliki kondisigeografis yang secara umum berada diketinggian 0-75M dari permukaan laut.Morfologi landai dengan kemiringan lahansebagian besar antara 0-5%. Secara kualitatifmasyarakat Desa Pakraman Peraupanmeskipun sudah merupakan masyarakat

perkotaan namun semangat relawan dankegotong-royongan masih sangat baik.

Ditinjau dari letak geografis, DesaPakraman Peraupan adalah bagian dari desaadat peguyangan kangin. Desa adat Peguyangankangin ini terdiri dari 9 banjar yang terletak diKota Denpasar. Kesembilan banjar ini di bagilagi menjadi 3 banjar, ketiga banjar inilah yangdisebut dengan Desa Pakraman Peraupan.Luas Desa Pakraman Peraupan ±200 Ha,dengan lahan terdiri dari perumahan danpertokoan hanya sedikit digunakan lahanpertanian dan perkebunan. Desa PakramanPeraupan terdiri dari 3 Banjar yaitu : BanjarJurang Asri, banjar Pengukuh, dan BanjarBantas. Desa Pakraman Peraupan. Jumlahpenduduk Desa Pakraman PeraupanDenpasar, Bila dilihat dari situasi penduduknya,penduduk desa Peraupan berjumlah 1220 jiwayang tersebar dalam 403 KK yang merupakanwarga asli Desa pakraman Peraupan.

Keadaan sosial budaya di Desapakraman Peraupan pada dasarnya sangatberagam karena terdapat suku-suku Jawa danBali yang berbaur dalam kebudayaan yangberbeda dan saling melengkapi satu samalainnya. Banyaknya suku Jawa dan Balidikarenakan banyak sekali pendatang-pendatang dari luar desa maupun dari luardaerah yang ingin menetap di Desa pakramanPeraupan. Masyarakat yang tinggal di desatersebut memeluk beberapa Agama diantaranyaAgama hindu, Kristen, Islam, dan Budhamereka berbaur dalam satu-kesatuan strukturmasyarakat sosial yang harmonis dan salingmendukung.

2.2 Kemampuan Berbahasa Bali PadaKalangan Remaja Di Desa PakramanPeraupan DenpasarPengaruh lingkungan yang berbeda antara

keluarga, masyarakat, dan sekolah dalamperkembangan bahasa akan menyebabkanperbedaan antara anak yang satu dengan yanglain. Hal ini ditunjukkan dengan pemilihan dan

Kemampuan Berbahasa Bali Pada Kalangan RemajaDi Desa Pakraman Peraupan Denpasar | I Gede Sudiarta

Page 4: KEMAMPUAN BERBAHASA BALI PADA KALANGAN ...Contoh tersebut mungkin atau seringkali didengar pada rembug keluarga atau pasangkepan (rapat). Ini membuktikan penggunakan bahasa Bali masih

62 JURNAL PENJAMINAN MUTU

penggunaan kosa kata sesuai dengan tingkatsosial keluarganya. Keluarga dari masyarakatlapisan berpendidikan rendah atau buta hurufakan banyak menggunakan bahasa pasar,bahasa sembarangan, dengan istilah-istilah yangkasar. Masyarakat yang terdidik yang padaumumnya memiliki status sosial yang baik, akanmenggunakan istilah-istilah yang lebih efektif,dan pada umunya anak-anak remajanya jugajuga berbahasa secara lebih baik (Sumarsono,2009).

Hidup bermasyarakat di Bali, berarti harusbisa berbahasa Bali. Tata cara berbicaraberbahasa Bali apabila dilihat dari strukturkebahasaannya itu sangat rumit dan diperlukanwaktu yang lama untuk memahaminya.Keanekaragaman masyarakat Bali khususnyadi Desa Pakraman Peraupan yang berbedaberdasarkan golongan dan status sosialnya. Jikabelajar berbicara harus berdasarkan strukturyang tepat mengenai kebahasaan, maka tidakakan jarang remaja Bali khususnya para remajayang ada di Desa Pakraman Peraupan banyakyang akan meninggalkan penggunaan bahasaBali dan beralih kebahasa lain yang dianggaplebih mudah, apalagi dengan adanya pengaruhperkembangan jaman dan teknologi yangsemakin canggih dan modern. Tentu dengankeadaan tersebut akan berpengaruh terhadapperkembangan bahasa Bali khususnya padakalangan remaja di Desa Pekraman PeraupanDenpasar.

Berdasarkan teori sikap bahasa menurutGarvin dan Mathiot (Jendra, 2011: 110), sikapbahasa yang positif terkait dengan beberapahal, yaitu kesetiaan bahasa, kebanggaan bahasa,dan kesadaran adanya norma bahasa.Penuturan informan di atas jelas menyebutkanbahwa kemampuan masyarakat khususnyakalangan remaja dalam berbahasa Bali sangatkurang, dan bahkan dianggap tidak penting,bahasa lain cenderung lebih penting, lebihmenjanjikan mendapatkan hasil apabiladihubungkan dengan pekerjaan. Fenomena initentu sudah merupakan penyelewengan bahasa,

ketidaksetiaan terhadap bahasa sendiri,kebanggaan terhadap jati diri mulai pudar.Fenomena ini menjadi tantangan dalamperkembangan bahasa Bali dimana bahasa Baliyang saat ini sudah mulai ditinggalkan, bahkanpenggunaan kesehariannya pun masihbercampur dengan bahasa lainnya.Permasalahan ini harus segera diatasi salahsatunya dengan menguatkan kembali kesadaranpara remaja akan pentingnya melestarikanbahasa Bali yang merupakan jati diri orang Bali.

Bertolak dari pemaparan tersebut, dengankemajuan di bidang ilmu pengetahuan danteknologi, yang semua serba mengarah ke hal-hal yang bersifat modern, kemampuanberbahasa Bali di Desa Pakraman Peraupanfungsinya mulai bergeser, minat masyarakatuntuk mempelajari dan menggunakan bahasaBali secara mendalam mulai berkurang. Hal inijuga dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan sepertirapat rutin (pasamuan), kumpul-kumpulremaja dan kegiatan sejenis lainnya. Apalagiyang terjadi di kalangan remaja, minat untukmempelajari bahasa Bali sudah semakin rendahsehingga kemampuan untuk berbahasa Balimenjadi rendah. Masalah tersebut disebabkanbeberapa faktor diantaranya tingkat kesulitandari bahasa Bali jika dihubungkan dengan sorsinggih basa, faktor lingkungan sekitar yangselalu mengajarkan bahasa Bali hanya bersifatlumrah.

Informasi yang lebih akurat jugadidapatkan bahwa kemampuan berbahasa Balipada kalangan remaja di Desa PakramanPeraupan tidak konsisten dalam penggunaankesehariannya. Hal ini dikarenakan semakinberkembangnya Ilmu Pengetahuan danTeknologi seperti (internet, facebook, twitterdan sejenisnya), kurangnya jam pelajarankhusus berbahasa Bali yang diperoleh di bangkusekolah, dan yang paling membingungkanadalah tingkat kesulitan dari bahasa Bali itusendiri (sor singgih basa), sehingga tidak dapatdipungkiri kemampuan penggunaan bahasa Balidalam kehidupan sehari-hari semakin menurun.

Page 5: KEMAMPUAN BERBAHASA BALI PADA KALANGAN ...Contoh tersebut mungkin atau seringkali didengar pada rembug keluarga atau pasangkepan (rapat). Ini membuktikan penggunakan bahasa Bali masih

63

Seiring dengan berkembangnya ilmupengetahuan dan teknologi, menyebabkan sorsinggih bahasa Bali yang ada di DesaPakraman Peraupan mengalami pergeseranfungsi dan kadang kala mulai ditinggalkan olehpengempu bahasa Bali itu sendiri. Minat dankemampuan berbahasa Bali masyarakat DesaPakraman Peraupan secara umum masihsangat rendah terutama yang berhubungandengan tingkat tutur (sor singgih basa).Permasalahan ini dapat dilihat dari berbagikegiatan yang dilaksanakan di Desa PakramanPeraupan yang umumnya menggunakan sorsinggih bahasa Bali sebagai pengantarnyaseperti kegiatan rapat Sekaa Teruna Teruni,Pasraman, kegiatan Dharma Wecana,Penyuluhan tentang bahasa Bali, kegiatankeagamaan yang mendatangkan sulinggih,masyarakat di Desa Pakraman Peraupansangat jarang yang mempunyai kemampuanberbicara menggunakan bahasa Bali yang sesuaidengan tingkatannya dengan sulinggih.

Ditelusuri lebih lanjut, bahasa Bali yang adadi Desa Pakraman Peraupan sifatnya sangatberagam seperti misalnya pada kalangan orangyang lebih tua pengunaan bahasa Bali alus lebihdominan dilakukan karena dianggap masihbiasa dan mudah dibandingkan menggunakanbahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Balikalau dilihat dari sisi remaja dan anak-anaksudah mulai berkurang karena dianggap sulitdan menakutkan jika dibandingkan denganbahasa Indonesia. Oleh karena itu padakalangan remaja dan anak-anak bahasa yanglumrah digunakan adalah bahasa campuran(bahasa Bali andap yang disisipi bahasaIndonesia).

Kondisi demikian nampaknya semakinmeluas hingga kelapisan masyarakat pedesaanyang salah satunya adalah di Desa Peraupan.Hal ini dilihat pada beberapa situasi kramabanjar dalam sangkepan/paruman, rembug-rembug keluarga besar serta rapat STT atausangkepan Sekaa Teruna, yang mampumenggunakan bahasa Bali sesuai dengan sorsinggih basa hanya orang-orang tertentu

(Bendesa Adat, Penyarikan, Kelian,Perbekel serta tokoh masyarakat). Masyarakatumum hanya sebagian kecil yang mampumenggunakan sor singgih basa dankebanyakan hanya menggunakan bahasa Balilumrah (andap) bahkan bahasa Bali kasar.Keberadaan ini bisa disebabkan adanyapenyusupan dari unsur-unsur bahasa Indonesiadan bahasa asing. Hal inilah yang menjadi faktabahwa kurang positifnya penutur bahasa Baliakhir-akhir ini di lingkungan masyarakat.

Minat belajar bahasa Bali pada kalanganremaja di Desa Pakraman Peraupan saat initergolong masih sangat rendah biladibandingkan dengan remaja jaman dahulu, halitu dapat dilihat dari penelitian yangdilaksanakan bahwa remaja yang ada di DesaPakraman Peraupan sebagian besar tidak bisamenggunakan bahasa Bali secara benar (sesuaisor singgih basa). Mengukur kemampuanseseorang memang sangat sulit namun sepertikenyataan yang penulis lihat di Desa PakramanPeraupan itu sendiri tentang kemampuanberbahasa Bali kalangan remaja itu benar-benarmemprihatinkan karena sebagaimana penulisamati sejauh ini remaja yang ada di DesaPakraman Peraupan semakin hari semakinenggan belajar bahasa Bali terutama yangberkaitan dengan sor singgih basa Bali.

Permasalahan ini seharusnya tidaklah lepasdari peran orang tua, karena dalam hal ini peranorang tua sangatlah penting dalam mengajarkananak-anak mereka berbahasa Bali yang baikdan benar, guna melestarikan budaya Bali danmelestarikan bahasa Bali itu agar tidak punahserta ditinggalkan oleh pengempunya yangdalam hal ini adalah orang Bali sendiri ataumasyarakat Bali.

2.3 Faktor-Faktor Yang MempengaruhiKemampuan Berbahasa Bali PadaKalangan Remaja Di Desa PakramanPeraupan DenpasarTerkait dengan kemampuan berbahasa

Bali pada kalangan remaja telah diadakan

Kemampuan Berbahasa Bali Pada Kalangan RemajaDi Desa Pakraman Peraupan Denpasar | I Gede Sudiarta

Page 6: KEMAMPUAN BERBAHASA BALI PADA KALANGAN ...Contoh tersebut mungkin atau seringkali didengar pada rembug keluarga atau pasangkepan (rapat). Ini membuktikan penggunakan bahasa Bali masih

64 JURNAL PENJAMINAN MUTU

beberapa upaya untuk menanggulanginya.Semua informan mempunyai pendapat yanghampir sama tentang faktor-faktor yangmempengaruhi kemampuan berbahasa Balipada kalangan remaja. Faktor-faktor tersebutdapat dikemukakan sebagai berikut:

2.3.1 Faktor TeknologiKemajuan teknologi yang semakin pesat

merupakan salah satu sebagai faktor yangmempengaruhi kemampuan berbahasa Balipada kalangan Remaja khususnya di DesaPakraman Peraupan. Media elektronik adalahsalah satu media modern yang dapat menunjangdan menghambat minat belajar bahasa Bali padakalangan remaja di Desa Pakraman PeraupanDenpasar. Salah satu media elektronik yangdimaksudkan adalah siaran di televisi dan radio.Siaran televisi dan radio masih kurang acara-acara seperti siaran berbahasa Bali, dharmawacana yang berbahasa Bali, lagu-laguberbahasa Bali serta hiburan yang menggunakanbahasa Bali sebagai pengantarnya.

Bahasa Bali saat ini tidaklah menjadi pilihanbagi kalangan remaja, karena dalam pikiranmereka hanyalah bahasa Indonesia dan bahasagaul yang sesuai dengan umur mereka. Lainhalnya dengan program-program yangberkaitan dengan bahasa Bali seperti GitaShanti, Tembang-tembang Bali, Orti Bali sertalainnya yang ditayangkan Bali TV. Media televisiini selain merupakan faktor penghambat, jugamerupakan salah satu faktor penunjangmempertahankan bahasa Bali. Akan tetapikeberadaan program-program tersebutharuslah konsisten ditayangkan. Frekuensisiaran tersebut harus konsisten ditayangkan,yaitu setiap hari dalam waktu yang sama,sehingga masyarakat penontonnya kecintaanterhadap bahasa Bali mulai tergugah bangkitdan merasa memiliki.

Dengan keberadaan Bali TV sebagaimedia lokal yang menasional dalam halpenayangan dan berita-berita daerah tentusangat penting. Pihak media juga menyadari

bahwa bahasa Bali merupakan unsur budayaBali yang semakin terpinggirkan oleh pesatnyakemajuan teknologi dalam hidup masyarakatkota Denpasar. Untuk itu Bali TVmemanfaatkan perannya sebagai mediaelektronik untuk selalu menampilkan acara-acara berbasis bahasa Bali, dimana seiringbegitu banyaknya bermunculan media televisilainnya yang menampilkan acara-acaraberbeda yang tidak mengutamakan unsurdaerah khususnya bahasa Bali.

Disamping dari media televisi dan radio,dibidang telekomunikasi juga dapatmempengaruhi penggunaan bahasa Bali, yaitudengan kemajuan teknologi telepon genggam(HP) yang sudah menjadi kebutuhan pokok darimanusia itu sendiri. Dibidang lain yangmengalami kemajuan adalah semakingampangnya akses internet yang memudahkanmanusia untuk mencari informasi-informasiterbaru yang berkembang. Dengan semakinmudahnya orang membuka internet,menyebabkan pola pikir manusia sudahsemakin mengglobal (mendunia). Selain itu,peranan media cetak seperti koran, majalahdan sejenisnya juga dianggap masih kurangmemadai jika dikaitkan dengan bahasa Bali itusendiri. Rubrik yang menggunakan bahasa Balihanya terbit pada hari minggu saja itupun hanyabeberapa baris saja yang melampirkanpembahasan yang berkaitan dengan bahasaBali.

4.3.2 Faktor LingkunganSeperti yang diketahui bahwa dalam

belajar bahasa, tidak dapat dilakukan dalamkeadaan sepi tetapi harus membutuhkaninteraksi dengan orang lain. Terdapat beberapahal yang penting dalam perkembangan bahasayaitu perubahan kultural dan kontekssosiokultural bahasa, dukungan terhadapbahasa dan pandangan behavioral. Interaksidengan orang lain sudah tentu dapat dilakukandalam lingkup suatu lingkungan, baik lingkungankeluarga, sekolah, maupun masyarakat.

Page 7: KEMAMPUAN BERBAHASA BALI PADA KALANGAN ...Contoh tersebut mungkin atau seringkali didengar pada rembug keluarga atau pasangkepan (rapat). Ini membuktikan penggunakan bahasa Bali masih

65

1. Lingkungan keluargaKeluarga merupakan wadah yang pertama-

tama dan merupakan dasar yang fundamentalbagi perkembangan dan pertumbuhan anak,kebiasaan yang dilakukan orang tua sehari-harimemberikan warna dasar terhadappembentukan kepribadian anak dan ini dapatmenjurus kearah positif atau kearah negatif.Akan tetapi pengaruh itu tidaklah terbataskepada waktu setelah menjadi remaja saja,akan tetapi telah dimulai sejak dari bayi, bahkansejak dalam kandungan. Penggunaan bahasa,khususnya di kalangan keluarga muda dikawasan perkotaan di Bali lebih cenderungberkomunikasi dengan menggunakan bahasaIndonesia, terutama dalam mendidik sertamenjalin komunikasi dengan anak-anaknya.Sehingga, para pengamat bahasa dan sastramengkhawatirkan bahwa bahasa Bali,khususnya bahasa Bali halus akan mengalamikepunahan.

2. Lingkungan SekolahLingkungan sekolah sangat memungkinkan

berkembangnya atau terhambatnya prosesperkembangan penyesuaian diri. Umumnyasekolah dipandang sebagai media yang sangatberguna untuk mempengaruhi kehidupan danperkembangan intelektual, sosial, nilai-nilai,sikap dan moral remaja . Ini berarti bahwasekolah tidak hanya berfungsi memberikanpengajaran dan pendidikan secara formal yangmempengaruhi pembinaan remaja, karenaseorang guru bagi muridnya tidak hanyamerupakan pengajar yang memberikan ilmu danketerampilan baginya, tetapi guru dalampembinaan remaja. Lingkungan sekolah tidakmenjamin penggunaan bahasa Bali digunakansecara konsisten, terutama pada saat pelajaranbahasa Bali. Bahasa Bali yang seharusnyadigunakan sebagai bahasa pengantar dalampelajaran bahasa Bali terkadang tampak bahkansering pemakaian kata-katanya berasal daribahasa yang berbeda (bahasa Indonesia)dengan bahasa yang sedang kita gunakan. Hal

ini adalah salah satu wujud konkret darifenomena yang disebut kontak bahasa (Jendra2011:55).

Terkait dengan hal tersebut, kepopuleranbahasa Indonesia dan upaya bertahan bahasaBali sebagai salah satu identitas budaya,masyarakat sangat mengharapkan kepadapihak sekolah sebagai salah satu saranapendidikan dalam pengembangan bahasa.Perkembangan bahasa Bali, baik sebagai unsurbudaya dan identitas masyarakat Bali maupunsebagai alat komunikasi, sangat bergantungpada bagaimana upaya pihak sekolah dalammengembangkan kurikulum bahasa sebagaimata pelajaran yang wajib ditempuh para anakdidik. Terkait hal ini, kebijakan DinasPendidikan sangat mendukung dengandijadikannya mata pelajaran bahasa Balisebagai mata pelajaran yang wajib ditempuholeh semua anak didik, baik di sekolah dasar(SD) maupun sekolah lanjutan (SMP danSMA). Oleh karena itu, masyarakat Bali sangatmengharapkan kebijakan itu terusdipertahankan karena lingkungan sekolahmerupakan unsur pembinaan yang penting bagiremaja setelah lingkungan keluarga.

3. MasyarakatPerkembangan bahasa remaja dilengkapi

dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat dimana mereka tinggal. Bersamaan dengankehidupannya di dalam masyarakat luas,anak(remaja) mengikuti proses belajar disekolah. Pengaruh pergaulan di dalammasyarakat terkadang sangat menonjol,sehingga bahasa anak (remaja) menjadi lebihdiwarnai pola bahasa pergaulan yangberkembang di dalam kelompok teman sebaya.

Semakin sering dan luas pergaulan orangBali dengan orang-orang dari suku lain diIndonesia, semakin tinggi pula tingkatpemakaian bahasa Indonesianya. Begitu jugasemakin banyak wisatawan asing yang datangke Bali semakin tinggi tingkat ketertarikan orangBali untuk menguasai bahasa Inggris agar bisa

Kemampuan Berbahasa Bali Pada Kalangan RemajaDi Desa Pakraman Peraupan Denpasar | I Gede Sudiarta

Page 8: KEMAMPUAN BERBAHASA BALI PADA KALANGAN ...Contoh tersebut mungkin atau seringkali didengar pada rembug keluarga atau pasangkepan (rapat). Ini membuktikan penggunakan bahasa Bali masih

66 JURNAL PENJAMINAN MUTU

berinteraksi dengan wisatawan-wisatawantersebut. Seperti halnya bahasa Indonesia,secara perlahan bahasa Inggris kini telahmenjadi bahasa yang tidak asing lagi bagikebanyakan orang Bali. Hal tersebut berartimunculnya variasi pemakaian bahasa Bali yangbercampur dengan bahasa Inggris dan bahasalain (Iwan Indrawan Jendra, 2011:41).

Bahasa Bali seperti yang dipergunakandalam pergaulan di Desa Pakraman Peraupanadalah pemakaian bahasa Bali yang sudahbercampur dengan bahasa Indonesia danbahasa Inggris. Hal inilah sebagai salah satufaktor masih rendahnya kemampuan berbahasaBali. Terkait dengan hal tersebut, pengaruhlingkungan yang berbeda antara keluarga,masyarakat, dan sekolah dalam perkembanganbahasa akan menyebabkan perbedaan antaraanak yang satu dengan yang lain. Hal iniditunjukkan dengan pemilihan dan penggunaankosa kata sesuai dengan tingkat sosialkeluarganya. Keluarga dari masyarakat lapisanberpendidikan rendah atau buta huruf akanbanyak menggunakan bahasa pasaran, bahasasembarangan, dengan istilah-istilah yang kasar,tetapi tetap konsisten menggunakan bahasa Baliwalaupun disisipi bahasa lainnya. Masyarakatyang terdidik yang pada umumnya memilikistatus sosial yang baik, akan menggunakanistilah-istilah yang lebih efektif, dan padaumunya anak-anak remajanya juga berbahasasecara lebih baik bahkan jauh lebih modern,hanya saja bahasa utamanya bahasa Bali yangdigunakan tidak konsisten bahkan terkadangtidak menggunakannya sama sekali dalamberkomunikasi dengan sesama.

4. KebudayaanSetiap kebudayaan memiliki norma-norma

tertentu yang mengatur kepentingan manusiasebagai anggota masyarakat agar dapatterpelihara ketertiban dan keamanan sesuaidengan apa yang diharapkan. Pengaruh-pengaruh kebudayaan asing baik melalui mediamassa (film, surat kabar, majalah dan

sebagainya), maupun yang disaksikan langsungdapat berakibat positif dan negatif dalamperkembangan kepribadian remaja.

Perkembangan global dibantu media yangcanggih memungkinkan arus informasi yangbegitu padat dan deras menyerang generasimuda. Benturan budaya yang mau tak mauakhirnya juga benturan norma berakibatterjadinya pergeseran nilai hampir disemuakehidupan, gaya hidup global mewarnaigenerasi muda hanyut terbawa arus serba baratyang menembus budaya-budaya lokal yangberakar religi. Imperialisme kebudayaan tengahberlangsung menyusup kesemua sudut negerimelalui tularan media informasi dan komunikasiatau dibawa langsung oleh para wisatawan.Dampak pergaulan hidup global telahmenunjukkan tanda-tanda mencemaskanterutama dalam kehidupan remaja, yangmerupakan tumpuan harapan bangsa sebagaigenerasi penerus dan pewaris kebudayaan.

2.3.3 Faktor Tingkat Kesulitan SertaKurangnya Sarana dan Prasarana

Bahasa Bali merupakan bahasa ibu yangsangat perlu dilestarikan, mengingat di tengahkehidupan modern yang multikultural bahasaBali semakin jarang digunakan. Bahkan yanglebih ironis sebagian orang yang mengklaimdirinya sebagai masyarakat modernberpendapat bahwa menggunakan bahasa Baliadalah kembali ke zaman dahulu, ketinggalanzaman, alias kampungan. Sangat disayangkananak-anak yang kebetulan berada di komunitaskultur, dalam hal ini di perkotaan, sangat jarangdijumpai para remaja mampu berbahasa Balikarena orangtuanya enggan mengajarkanbahasa ibu tersebut kepada anaknya. Paraorangtua bahkan senang dan bangga apabilaanaknya fasih berbahasa Indonesia atau bahasalainnya. Selain faktor internal dalam keluarga,faktor lingkungan juga sangat berperanterhadap lestarinya bahasa Bali, khususnya diBali.

Terlepas dari persoalan tersebut bilahendak melestarikan bahasa Bali agar tidak

Page 9: KEMAMPUAN BERBAHASA BALI PADA KALANGAN ...Contoh tersebut mungkin atau seringkali didengar pada rembug keluarga atau pasangkepan (rapat). Ini membuktikan penggunakan bahasa Bali masih

67

punah dari para penuturnya, pada umumnyakita terjebak pada persoalan-persoalan praktisyang tengah dihadapi masyarakat Bali padaumumnya. Seperti kurangnya minat orangmempelajari bahasa Bali karena adanyapersoalan anggah-ungguhing basa Bali yangdianggap terlalu sulit dan menakutkan.Kurangnya praktek berbahasa Bali sebagaisalah satu penyebab mengapa bahasa Bali itusulit untuk dipelajari. Seharusnya pelajaranbahasa Bali yang diterima selanjutnya diimbangidengan praktek berbahasa Bali baikdimasyarakat, keluarga, maupun di sekolah. Halini tentu akan sangat berdampak pada kefasihananak dalam berbahasa Bali. Tidak hanya teorisaja yang didapat, tetapi praktek langsung jugaharus dilaksanakan. Itulah permasalahan dalambahasa Bali yang dianggap aktual, yangmenyebabkan bahasa Bali tidak bisaberkembang.

Selain tingkat kesulitan tersebut ada jugafaktor lain seperti misalnya kurangnya saranadan prasarana yang berbasis bahasa Bali.Sarana dan prasarana yang dimaksud adalahjika dilihat di tempat-tempat umum sepertiperpustakaan, buku-buku yang menggunakanbahasa Bali jumlahnya tidak memadai bahkanterkadang tidak tersedia. Bila dilihat dari sudutyang lebih khusus, yaitu khususnya di daerahpedesaan yang dalam hal ini adalah DesaPakraman Peraupan, buku-buku berbahasaBali yang bisa dijadikan acuan dalam berbicaradidepan umum seperti misalnya rapat atauparuman sangat minim adanya. Selain itu,perpustakaan umum di daerah tersebut jugatidak ada, hanya tersedia di sekolah-sekolahsaja bahkan belum terlihat lengkap dan belummemenuhi standar. Semua permasalahantersebut merupakan salah satu faktor kesulitandan kendala dalam mempelajari bahasa Bali,dan menjadi salah satu faktor yangmempengaruhi kemampuan berbahasa Balipada kalangan remaja di Desa PakramanPeraupan.

2.3.4 Faktor PariwisataDapat diketahui bahwa hampir sebagian

masyarakat di Bali bekerja danmempertaruhkan nasibnya pada bidang-bidangyang berkaitan dengan pariwisata, sehinggadampak dari pariwisata itu sendiri sebagaihasilnya dapatlah membantu kesejahteraanmasyarakat yang ada di Bali pada umumnya.Tersebarnya lapangan pekerjaan yang lebihbanyak terkait pariwisata dapat memberikanpeluang pekerjaan lebih banyak terhadapmasyarakat di Bali, terkait dengan masyarakatadat, dampak positif yang dapat dipetik adalahdimana diberikannya peluang terhadapmasyarakat adat yang memiliki kesenian-kesenian yang khas di masing-masing daerahuntuk memperkenalkan dan sekaligusmenjadikan sebagai suatu penghasilan bagimasyarakat tersebut.

Selain dampak baik, pastinya ada dampakburuk dari pariwisata itu sendiri terhadapmasyarakat adat bali, dimana penyaringankebudayaan yang tak bisa dikendalikan seringmenimbulkan dampak buruk terhadap polahidup masyarakat adat itu sendiri serta tanpadisadari mulai terkikisnya kebudayaan dankearifan lokal masyarakat adat itu sendiri,apabila masyarakat tidak bisa mengendalikanarus pengaruh pariwisata tidak bisa dipungkiribahwa kebudayaan yang menjadi objek daripariwisata dan wisatawan akan terkikis olehkebudayaan asing yang dibawa wisatawan itusendiri, sehingga dampaknya akan berpengaruhburuk juga terhadap mata pencaharianmasyarakat itu sendiri. Dimana pengaruh-pengaruh tersebut mengakibatkan suatuperubahan sosial, dimana bisa perubahan yangdikehendaki ataupun yang tidak dikehendaki,dimana perubahan yang dikehedaki tersebutpastinya adalah perubahan yang dianggap baikoleh masyarakat terkait dengan dampakpariwisata yang akan mengakibatkanperubahan masyarakat di berbagai bidang.

Jadi segala hal pastilah memiliki dampak

Kemampuan Berbahasa Bali Pada Kalangan RemajaDi Desa Pakraman Peraupan Denpasar | I Gede Sudiarta

Page 10: KEMAMPUAN BERBAHASA BALI PADA KALANGAN ...Contoh tersebut mungkin atau seringkali didengar pada rembug keluarga atau pasangkepan (rapat). Ini membuktikan penggunakan bahasa Bali masih

68 JURNAL PENJAMINAN MUTU

baik dan buruk, begitu pula dengan pariwisataitu sendiri yang dimana kendati telah lamamelekat terhadap kehidupan masyarakat di Balinamun tetap saja memiliki dampak-dampakyang terkadang bisa baik, bisa buruk terhadapkeberadaan bahasa Bali pada masyarakat Balikhususnya pada kalangan remaja di desaPakraman Peraupan Denpasar. Dampakpositif tentu dapat kita terima dengan baik dandijadikan pedoman, tapi dampak negatifseharusnya kita buang dan menolak pengaruh-pengaruh tersebut dengan melaksanakanberbagai daya upaya yang dilaksanakan olehpemerintah dan warga Bali khususnya demikelangsungan kelestarian bahasa Balikedepannya.

2.4 Upaya yang Dilakukan UntukMeningkatkan KemampuanBerbahasa Bali pada Kalangan Remajadi Desa Pakraman Peraupan DenpasarUpaya-upaya untuk melestarikan bahasa

Bali terus dilakukan, baik oleh perorangan,kelompok maupun pihak pemerintah antara lain: (1) Melalui kegiatan berbagai jenis lombaberbahasa Bali (pidarta, dharma wecana,sambrama wecana, nyastra, satua-satuaBali, dan sebagainya). (2) Melalui siaran-siaranradio, televisi, dan surat kabar. (3) Melaluikegiatan penyuluhan-penyuluhan kepadamasyarakat menyangkut betapa pentingnyapenggunaan bahasa Bali. (4) Melalui kegiatanseminar dan bermacam-macam kegiatan yangsejenisnya. Namun semua kegiatan tersebutbelum membuahkan hasil yang maksimal,karena kegiatan tersebut lebih banyak bersifatsementara, sehingga perlu ditingkatkan lagimenjadi kegiatan yang bersifat rutinitas dandibutuhkan masyarakat.

Upaya yang perlu diadakan diantaranyasegala kegiatan lomba yang berkaitan denganbahasa Bali, dalam kegiatan rapat STT ataupunkegiatan kepemudaan lainnya, selalumenggunakan bahasa Bali sebagaipengantarnya. Disamping itu perlu diadakan

pasraman tingkat remaja, dimana materi yangdiberikan harus yang berkaitan denganpenggunaan bahasa Bali. Sehingga dengankegiatan semacam ini, diharapkan dapatmeningkatkan kemampuan berbahasa Balipada kalangan remaja khususnya di DesaPakraman Peraupan Denpasar. Beberapapendapat dari informan dapat disimpulkan solusiatau upaya yang bisa dilakukan oleh masyarakatDesa Pakraman Peraupan dan remaja padakhususnya untuk meningkatkan kemampuanberbahasa Bali yang baik dan benar, sebagaiberikut :2.4.1 Menggunakan Bahasa Bali Dalam

Kegiatan Adat (rapat)Adat adalah sebuah kegiatan, perbuatan

yang lazim diturut atau dilakukan sejak dahulukala, cara kelakuan yang sudah menjadikebiasaan (Departemen Kebudayaan danKebudayaan, 1990:5). Masyarakat Bali padaumumnya dikenal sebagai masyarakat yangsangat konsisten dengan kegiatan adat istiadatdalam keseharian hidupnya. Kegiatan adatistiadat dan kebiasaan yang sudah lazimdipraktikkan misalnya kegiatan sangkep, baiksangkep Desa, sangkep Teruna-Teruni,sangkep Subak, maupun peminangan.

Sangkep (rapat) adalah kegiatan adat yangbertujuan untuk mempersatukan pemikiran atauide-ide antar warga se-desa dalam lingkup desaadat tertentu untuk mencapai kata sepakat.Dalam kegiatan sangkep terutama padasangkep Teruna-Teruni, penggunaan bahasaBali seharusnya sangat komunikatif digunakanoleh pemimpin sangkep maupun padaanggotanya. Tetapi yang penulis amati,belakangan kondisi seperti ini sudah mengalamidegradasi (penurunan) penggunaan, Sehinggaperlu ditingkatkan kembali khususnya mulai daritingkat remaja sampai masyarakat secaraumum. Di kalangan remaja perlu di biasakanmenggunakan bahasa Bali yang sesuai dengantingkatannya dalam kegiatan rapat sertakegiatan-kegiatan lainnya, bahkan harussebagai rutinitas yang harus diterapkan

Page 11: KEMAMPUAN BERBAHASA BALI PADA KALANGAN ...Contoh tersebut mungkin atau seringkali didengar pada rembug keluarga atau pasangkepan (rapat). Ini membuktikan penggunakan bahasa Bali masih

69

penggunaannya, supaya kemampuanpenggunaan bahasa Bali semakin terbiasa.Pada saat rapat, perlu sesekali mengundangpenglingsir adat, maupun tokoh warga lainnyasebagai pemberi motivasi, dukungan terhadapsegala kegiatan yang akan dilaksanakan,disamping itu para penglingsir ini sudahtentunya akan memberikan masukan yangberkaitan dengan melestarikan budaya Bali,tradisi Bali dan sudah tentunya bahasa Bali itusendiri.

2.4.2 Mengadakan LombaUpaya yang telah dilakukan untuk

meningkatkan kemampuan berbahasa Balipada kalangan remaja di Desa PakramanPeraupan Denpasar, salah satunya denganmengadakan lomba. Kegiatan lomba yangdimaksud adalah kegiatan yang bertujuan untukmenumbuhkan minat para remaja dalammelestarikan budaya khususnya bahasa Bali.Lomba-lomba yang dimaksud seperti :masatua, pidato bahasa Bali, menulis aksaraBali, serta menyalin huruf latin ke akasaraBali. Dengan kegiatan-kegiatan seperti inidiharapkan para remaja yang ada di DesaPakraman Peraupan semakin termotivasi danlebih bersemangat dalam mempelajari bahasaBali.

Lomba masatua dapat melatih daya ingatremaja tentang bahasa yang dipelajarinya dalamkondisi dan keadaan yang berbeda. Kegiatanini bertujuan untuk meningkatkan kemampuanberbicara dengan menggunakan bahasa Baliyang sesuai dengan tingkatannya. Aspek yangpaling ditonjolkan adalah kemampuan remajadalam mengenal bahasa serta bisamenceritakan kembali cerita yang sudahdibaca. Adapun satua yang dilombakan adalahsatua yang sudah dikenal dan memasyarakat.Hal ini bertujuan agar para remaja lebih mudahuntuk mempelajarinya, sehingga diharapkanadanya keinginan yang lebih untuk membacadan mempelajari satua. Lomba mesatua inidiadakan setiap perayaan ulang tahun sekaa

teruna di Desa Pakraman Peraupan,disamping untuk belajar, juga secara tidaklangsung melestarikan budaya mesatua.

2.4.3 Kegiatan PasramanKata pasraman berasal dari kata

“asrama” (sering ditulis dan dibaca ashram)yang artinya tempat berlangsungnya prosesbelajar mengajar atau pendidikan. Pendidikanpasraman menekankan pada disiplin diri,mengembangkan akhlak mulia dan sifat-sifatyang rajin, suka bekerja keras, pengekanganhawa nafsu dan gemar untuk menolong oranglain. Konsep pasraman yang berkembangsekarang diadopsi dari sistem pendidikan Hinduzaman dahulu di India, sebagaimana disuratkandalam kitab suci Weda dan hingga kini masihtetap terpelihara.

Pasraman merupakan kegiatan yangdilakukan di tiap-tiap desa adat denganberbagai tujuan didalamnya. Peserta kegiatanpasraman meliputi anak-anak dan remaja.Kegiatan ini bertujuan untuk melatih anak-anakdan remaja agar mengenal berbagai hal tentangkegiatan keagamaan, adat, dan khususnyapenggunaan bahasa Bali dalam berbagaikegiatan. Dengan pasraman diharapkan paragenerasi muda yang ada di desa mempunyaikemampuan lebih berbahasa Bali dalamkegiatan sehari-hari.III. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukandi Desa Pakraman Peraupan Denpasar, makadapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Kemampuan berbahasa Bali padakalangan remaja di Desa PakramanPeraupan Denpasar saat ini tergolongmasih rendah, ini disebabkan karenabahasa Bali sangat sulit jikadihubungkan dengan sor singgih.Disamping itu kebiasaan remaja diDesa Pakraman Peraupan hanyamenggunakan bahasa Bali lumrahdalam kehidupannya sehari-hari,bahkan lebih sering menggunakan

Kemampuan Berbahasa Bali Pada Kalangan RemajaDi Desa Pakraman Peraupan Denpasar | I Gede Sudiarta

Page 12: KEMAMPUAN BERBAHASA BALI PADA KALANGAN ...Contoh tersebut mungkin atau seringkali didengar pada rembug keluarga atau pasangkepan (rapat). Ini membuktikan penggunakan bahasa Bali masih

70 JURNAL PENJAMINAN MUTU

bahasa Indonesia karena pergaulanmasyarakat yang multikultural.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhikemampuan berbahasa Bali padakalangan remaja di Desa PakramanPeraupan Denpasar adalah faktorteknologi, faktor lingkungan, faktortingkat kesulitan serta kurangnyasarana dan prasarana dalampembelajaran, dan faktor pariwisata.Semua faktor-faktor tersebut sangatmempengaruhi keberadaan bahasaBali dalam masyarakat khususnyapada kalangan remaja yang saat inimasih diragukan penggunaan dankemampuan mereka dalam berbahasaBali yang baik dan benar sesuai aturandan norma sopan santun yang adadalam masyarakat.

3. Upaya-upaya yang dapat dilakukanuntuk meningkatkan kemampuanberbahasa Bali pada kalangan remajayang ada di Desa PakramanPeraupan Denpasar adalah denganberbagai cara yaitu melalui kegiatanpasraman, mengadakan lomba-lomba,menggunakan bahasa Bali sesuai sorsinggih dalam setiap kegiatan rapat,meningkatkan peranan orang tua agarmengajarkan bahasa Bali padaanaknya sejak dini, peranan sekolahsebagai ujung tombak agarditingkatkan, serta pemerintah supayamengupayakan untuk menambah jampelajaran bahasa Bali di sekolah danmenambah tenaga guru bahasa Baliyang sesuai dengan keahliannya.

DAFTAR PUSTAKA

Balai Bahasa Denpasar. 1985. Kamus Bali-Indonesia. Denpasar: Penerbit BalaiBahasa.

Campbell, Tom. 1994. Tujuh Teori Sosial ;Sketsa, Penilaian, Perbandingan.Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum.Jakarta : Rineka Cipta.

Daradjat, Zakiah. 1991. Ilmu Jiwa Agama.Cet. XIII; Jakarta: Bulan Bintang

Emzir. 2007. Metodologi PenelitianPendidikan. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada.

Gumilar, 2007, dalam http//www.google.co.id).

Kridalaksana, Harimurti. 1984. KamusLinguistik. Edisi kedua. Jakarta :penerbit PT Gramedia.

Mantra, IB. 1990. Bali : Masalah SosialBudaya. Denpasar : Upada Sastra

Poerwadarminta. 1976. Kamus UmumBahasa Indonesia. Jakarta: BalaiPustaka.

Pitana, I Gde. 1994. Dinamika Masyarakatdan Kebudayaan Bali. Denpasar :Offset BP

Suasta, Ida Bagus Made. 1986. Kedudukandan Fungsi Bahasa Bali. Denpasar:Jurusan Bahasa Daerah Fakultas SastraUniversitas Udayana.

Suarjana, 2008. Sor Singgih Bahasa BaliDalam Bahasa dan Kebudayaan.Singaraja: Rhika Dewata

Suarjana, Putra I Nyoman. 2011. Sor SinggihBahasa Bali (ke-bali-an Manusia BaliDalam Dharma Peparikan, Pidarta,Sambrama Wecana dan DharmaWecana). Denpasar: PT. TohpatiGrafika Utama.

Suandi, 1996. Pemakaian Tingkat TuturBahasa Bali. Denpasar : Pustaka BaliPost

Sumarsono. 2009. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda dan Pustaka Pelajar

Tinggen, I Nengah. 1995. Sor Singgih BasaBali. Singaraja: Rhika Dewata.

Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra.Pengantar Teori Sastra. Jakarta. PustakaJaya.


Recommended