1
PENGARUH KEBERHASILAN DIRI ATAS PENGGUNAAN KOMPUTER, PERSEPSI
KEMUDAHAN, DAN PERSEPSI KEGUNAAN TERHADAP MINAT PENGGUNAAN
APLIKASI SIMPUS PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN NGAWI
PREMATUR ALFIAN CAHYADI
Email: [email protected]
Dosen Pembimbing: Aulia Fuad Rahman, DBA, Ak., SAS.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang
Abstract
The purpose of this study is to determine the effect of computer self efficacy, perceived
ease of use, and perceived usefulness to the intention to use application either simultaneously or
partially. The dependent variable used in this study is the intention to use application.
Independent variables used in this study self efficacy, perceived ease of use, and perceived
usefulness. This study is modified based from Social Cognitive Theory and Technology
Acceptance Model.This study used a sample of 95 civil state officers (PNS) as a Health Center
Management Information System (SIMPUS) application users at Health Center in Ngawi
Regency with the simple random sampling method. The method of analyzing data used is
multiple linear regression analysis. Based the regression analysis it’s found that computer self
efficacy, perceived ease of use, and perceived usefulness effecting the intention to use
application. Computer self efficacy and perceived ease of use partially affect the intention to use
application, as well as perceived usefulness.
Keywords: Social Cognitive Theory, Technology Acceptance Model (TAM), Management
Information System, SIMPUS, computer self efficacy, perceived ease of use, perceived
usefulness, the intention to use application.
Abstrak
Tujuan dari penelitian kuantitatif ini adalah untuk menguji pengaruh keberhasilan diri atas
penggunaan komputer, persepsi kemudahan, dan persepsi kegunaan terhadap minat penggunaan
aplikasi baik secara simultan maupun secara parsial. Variabel dependen yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu minat penggunaan aplikasi sedangkan variabel independennya adalah
keberhasilan diri atas penggunaan komputer, persepsi kemudahan, dan persepsi kegunaan.
Penelitian ini dimodifikasi berdasarkan Teori Kognitif Sosial (Social Cognitive Theory) dan
model TAM (Technology Acceptance Model). Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 95
orang pegawai negeri sipil (PNS) sebagai pengguna aplikasi Sistem Informasi Manajemen
Puskesmas (SIMPUS) pada Puskesmas di Kabupaten Ngawi dengan metode pengambilan
sampel acak sederhana (simple random sampling). Metode analisis data yang digunakan adalah
analisis statistik regresi linier berganda. Berdasarkan hasil analisis regresi diketahui bahwa
keberhasilan diri atas penggunaan komputer, persepsi kemudahan, dan persepsi kegunaan
berpengaruh terhadap minat penggunaan aplikasi. Variabel keberhasilan diri atas penggunaan
komputer berpengaruh secara parsial terhadap minat penggunaan aplikasi, variabel persepsi
kemudahan yang berpengaruh secara parsial terhadap minat penggunaan aplikasi, begitu pula
variabel persepsi kegunaan yang berpengaruh secara parsial terhadap minat penggunaan
aplikasi.
Kata Kunci: Social Cognitive Theory, Technology Acceptance Model (TAM), Sistem
Informasi Manajemen, SIMPUS, keberhasilan diri atas penggunaan komputer, persepsi
kemudahan, persepsi kegunaan, dan minat penggunaan aplikasi.
PENDAHULUAN
2
PENDAHULUAN
Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan publik yang
paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Salah satu sarana pelayanan kesehatan yang
mempunyai peran sangat penting dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Hal tersebut dijelaskan melalui Permenkes 75 Tahun 2014
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat pada Pasal 1 ayat (2) yang menyatakan bahwa, “Pusat
Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya”.
Puskesmas melaksanakan tanggungjawabnya sebagai penyelengara pelayanan kesehatan
sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
yang diperjelas pada pasal 54 ayat (1) menyatakan bahwa penyelenggaraan pelayanan kesehatan
dilaksanakan secara bertanggungjawab, aman, bermutu serta merata dan non diskriminatif.
Tanggung jawab Puskesmas tersebut selaras dengan ketentuan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional.
Sebagai bagian dari Dinas Kesehatan, Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis daerah
(UPTD) juga melakukan pengelolaan keuangannya yang telah diatur sesuai dengan peraturan
berikut ini:
1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah. (terkait pengelolaan persediaan farmasi)
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Perubahan Kedua
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah.
Berdasarkan ketentuan peraturan yang berlaku maka Puskesmas dituntut agar dapat
melaksanakan pelayanan kesehatan yang prima kepada masyarakat serta melaksanakan
pengelolaan keuangan daerah sehingga diperlukan teknologi informasi yang dapat membantu
para pegawai Puskesmas dalam melaksanakan tugasnya. Teknologi yang dapat menghubungkan
antara kebutuhan pemerintah untuk membantu dalam melaksanakan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat serta pengelolaan keuangan daerah adalah sistem informasi. Wikipedia (2014)
menjelaskan bahwa sistem informasi adalah kombinasi dari teknologi informasi dan aktivitas
orang yang menggunakan teknologi itu untuk mendukung operasi dan manajemen. Sistem
informasi tersebut diharapkan dapat digunakan untuk menghasilkan berbagai macam laporan
sesuai dengan keperluan pengguna berdasarkan peraturan yang berlaku.
Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi sebagai satuan kerja perangkat daerah (SKPD)
induk Puskesmas se-Kabupaten Ngawi mengambil kebijakan untuk melaksanakan pelayanan
dengan sistem komputasi dengan maksud untuk mempermudah dan mempercepat pelayanan,
mendapatkan data dan informasi yang valid serta mengurangi beban kerja petugas Puskesmas.
Pentingnya pengembangan sistem komputasi yang mendukung pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi Puskesmas tersebut mendorong Tim Sistem Informasi Kesehatan pada Dinas Kesehatan
Kabupaten Ngawi untuk merancang suatu sistem informasi berupa aplikasi komputer (software)
yaitu Sistem Informasi Puskesmas (SIMPUS). SIMPUS di Kabupaten Ngawi merupakan
program aplikasi komputer yang dirancang dan dikembangkan sendiri oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Ngawi untuk memenuhi kebutuhan data dan informasi Puskesmas seperti register
pasien, register penyakit, laporan kunjungan, laporan penyakit, laporan obat, laporan keuangan,
grafik dan data-data lainnya.
SIMPUS yang telah dikembangkan tentunya bergantung pada impelementasi
penggunaannya. Menurut Putra dan Budiyanto (2009) dalam Illias (2013), implementasi dan
3
pengembangan sistem baru akan membutuhkan pengujian antara penerimaan pengguna dan
evaluasi kinerja yang dihasilkan aplikasi berdasarkan fungsinya untuk menemukan kebutuhan-
kebutuhan pengguna. Jika terdapat perubahan mendasar karena adanya kebutuhan pengguna,
maka dapat menyebabkan perlunya perubahan sistem secara total sehingga hal tersebut perlu
direkomendasikan untuk pengembangan sisem selanjutnya.
Pembahasan penggunaan SIMPUS dalam penelitian ini mengarah pada minat keperilakuan
dalam menggunakan teknologi informasi. Konsep yang dapat digunakan dalam penelitian
ini adalah perpaduan antara teori kognitif sosial (Social Cognitive Theory) dan model
penerimaan teknologi (Technology Acceptance Model, TAM) yang menjelaskan bahwa
manusia belajar terhadap suatu teknologi melalui proses observasi yang kemudian berguna
dalam proses berperilaku atau bertindak serta pengguna teknologi cenderung menggunakan
suatu sistem apabila sistem tersebut mudah digunakan dan tidak memerlukan usaha yang keras
untuk penggunaannya.
Kripanont (2007) menjelaskan bahwa Social Cognitive Theory dikembangkan oleh
Albert Bandura pada tahun 1986. Esensi teori ini adalah bahwa manusia belajar terhadap model
melalui proses observasi yang kemudian berguna dalam proses berperilaku atau bertindak. Teori
kognitif sosial juga mempertimbangkan pentingnya kemampuan sang "pengamat" untuk
menampilkan sebuah perilaku khusus dan kepercayaan yang dipunyainya untuk menampilkan
perilaku tersebut. Kepercayaan ini disebut dengan self-efficacy atau efikasi diri dan hal ini
dipandang sebagai sebuah prasayarat kritis dari perubahan perilaku. Menurut Bandura (1997),
self -efficacy adalah penilaian seseorang terhadap kemampuan diri yang disesuaikan dengan
hasil yang dicapai. Berdasarkan hal tersebut, maka self-efficacy dapat dianggap sebagai
keberhasilan diri seseorang atas sesuatu.
Keberhasilan seseorang dalam menggunakan komputer merupakan suatu bentuk self-
efficacy. Wikipedia (2014) menjelaskan bahwa tecnological self-efficacy (TSE) adalah
kepercayaan dalam kemampuan seseorang untuk berhasil melakukan tugas baru berteknologi
canggih. Hal ini adalah aplikasi khusus dari konstruk yang lebih luas dan lebih umum dari self-
efficacy, yang didefinisikan sebagai keyakinan dalam kemampuan seseorang untuk terlibat
dalam tindakan-tindakan tertentu yang menghasilkan hasil yang diinginkan. Self-efficacy tidak
hanya berfokus pada keterampilan seseorang, melainkan juga penilaian dari apa yang bisa
dilakukan dengan keterampilannya. Self-efficacy merupakan hasil penilaian kinerja yang
diharapkan dibandingkan dengan evaluasi keseluruhan potensinya.
Compeau dan Higgins (1995) dalam Brown (2008) menjelaskan bahwa definisi yang
sesuai untuk keberhasilan diri atas penggunaan komputer (Computer Self-Efficacy) adalah
penilaian seseorang terhadap kemampuan menggunakan komputer. Menurut Downey (2006)
dan Hwang dan Yi (2002) dalam Kripanont (2007), computer self-efficacy telah lama digunakan
sebagai prediktor pada perilaku penggunaan komputer yang memainkan peranan penting dalam
menentukan minat berperilaku dan perilaku sesungguhnya.
Fu, Farn, dan Chao (2005) menemukan bahwa terdapat pengaruh positif antara
keberhasilan diri atas penggunaan komputer (Computer Self-Efficacy) para wajib pajak di
Taiwan terhadap minat penggunaan aplikasi electronic tax filing. Reid dan Levy (2008) juga
telah membuktikan hal tersebut dalam penelitiannya di Jamaika yang membuktikan bahwa
keberhasilan diri atas penggunaan komputer (Computer Self-Efficacy) berpengaruh positif
terhadap minat penggunaan fasilitas internet banking. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dijelaskan maka peneliti beranggapan bahwa keberhasilan diri atas penggunaan komputer
(Computer Self-Efficacy) berpengaruh terhadap minat penggunaan aplikasi SIMPUS.
Selain Social Cognitive Theory (SCT) terdapat model penelitian terkait minat
penggunaan komputer atau suatu teknologi yaitu Technology Acceptance Model (TAM) yang
dikembangkan dari Theory of Reasoned Action (TRA) oleh Davis (Davis, 1989). Model TRA
adalah teori tindakan yang beralasan dengan satu premis bahwa reaksi dan persepsi seseorang
terhadap sesuatu hal, akan menentukan sikap dan perilaku orang tersebut. Model ini digunakan
sebagai dasar teoritis untuk menentukan sebab akibat yang mehubungkan antara dua kunci
utama yaitu kegunaan yang dirasakan dan persepsi kemudahan penggunaan dan sikap pengguna,
4
minat dan perilaku penggunaan komputer yang sebenarnya. Minat ditentukan oleh manfaat
(kegunaan) yang dirasakan dan persepsi kemudahan atas penggunaan sistem informasi.
TAM bertujuan untuk menjelaskan dan memperkirakan penerimaan (acceptance)
pengguna terhadap suatu sistem informasi. TAM menyediakan suatu basis teoritis untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan terhadap suatu tekhnologi dalam
suatu organisasi. TAM menjelaskan hubungan sebab akibat antara keyakinan (akan manfaat
suatu sistem informasi dan kemudahan penggunaannya) dan perilaku, tujuan/keperluan, dan
penggunaan aktual dari pengguna suatu sistem informasi. (Davis, 1989).
Davis (1989) mendefinisikan persepsi kegunaan (perceived of usefulness) sebagai
“suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa menggunakan sistem tersebut dapat
meningkatkan kinerjanya dalam bekerja”. Kripanont (2007) juga berpendapat sama, “Perceived
of usefulness is the degree to which a person believes that using a particular system would
enhance his or her job performance”. Persepsi atas kemudahan penggunaan (Perceived ease of
use), secara kontras, mengacu pada “suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa
menggunakan sistem tersebut tak perlu bersusah payah. Hal ini mengikuti definisi dari “mudah”
(“ease”): “freedom from difficulty or great effort” atau “tidak memiliki kesulitan atau atau
upaya keras.
Penelitian terkait pengaruh persepsi kemudahan dan persepsi kegunaan terhadap minat
penggunaan teknologi telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Hasan (2007) menemukan
hubungan positif antara persepsi kemudahan dan persepsi kegunaan terhadap minat penggunaan
sistem informasi. Chang (2004) juga menjelaskan hasil penelitiannya bahwa persepsi
kemudahan dan persepsi kegunaan berpengaruh positif terhadap minat penggunaan aplikasi
jaringan intranet pada perguruan tinggi. Hasil penelitian Saleh (2011) dalam Illias (2013) juga
menjelaskan bahwa persepsi kemudahan dan persepsi kegunaan berpengaruh positif terhadap
minat penggunaan sistem akuntansi terkomputerisasi (Computerized Accounting System).
Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh persepsi kemudahan dan
persepsi kegunaan terhadap minat penggunaan aplikasi SIMPUS.
Objek penelitian ini adalah Puskesmas pada Kabupaten Ngawi yang sedang dituntut untuk
berbenah, terutama dalam hal akuntabilitas laporan keuangannya. Selain itu, juga diharapkan
agar dapat menjadikan kinerjanya lebih baik dan transparan sesuai dengan prinsip Good
Governance. Variabel-variabel yang digunakan berdasarkan Teori Kognitif Sosial dan TAM
yang diharapkan dapat membantu mengevaluasi keberhasilan pemanfaatan aplikasi SIMPUS.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, permasalahan yang dapat
dirumuskan dalam penelitian ini adalah 1) Apakah keberhasilan diri atas penggunaan komputer
berpengaruh terhadap minat penggunaan aplikasi SIMPUS? 2) Apakah faktor persepsi
kemudahan berpengaruh terhadap minat penggunaan aplikasi SIMPUS? 3) Apakah faktor
persepsi kegunaan berpengaruh terhadap minat penggunaan aplikasi SIMPUS?
TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
Konsep Sistem Informasi Manajemen
Menurut Laudon (2007), sistem informasi manajemen adalah sekumpulan komponen
yang saling berhubungan yang bekerjasama mengumpulkan (atau mengambil), memproses,
menyimpan, dan menyebarkan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan, koordinasi,
dan pengawasan dalam suatu organisasi. Raymond McLeod, Jr. Dan George P. Schell (2012)
mendefinisikan sistem informasi manajemen sebagai suatu sistem berbasis komputer yang
membuat informasi tersedia bagi para pengguna yang memiliki kebutuhan serupa.
Berdasarkan kedua pengertian tersebut, maka sistem informasi manajemen dapat
diartikan sebagai sekumpulan komponen yang saling berhubungan pada suatu organisasi yang
mengoperasikan sistem-sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi untuk
mendukung manajemen.
5
Konsep Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
Permenkes 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat Pasal 1 ayat (2)
menyatakan bahwa, “Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya”. Sedangkan Sulastomo (2007) menjelaskan bahwa, “Puskesmas adalah unit pelaksana
teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis
dinas kesehatan kabupaten atau kota (UPTD). Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian
dari tugas teknis operasional dinas kesehatan kabupaten atau kota dan merupakan unit pelaksana
tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia”.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, maka Puskesmas adalah unit pelaksana
teknis daerah (UPTD) kabupaten atau kota yang merupakan fasilitas kesehatan tingkat pertama
yang bertanggung jawab dalam menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perorangan secara bertanggungjawab, aman, bermutu serta merata dan non
diskriminatif kepada masyarakat sebagai ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
Konsep Sistem Informasi Manajemen Puskemas (SIMPUS)
Pengertian terkait sistem informasi manajemen telah dijelaskan pada bagian sebelumnya
Berdasarkan hal tersebut, konsep sistem informasi manajemen adalah sistem informasi
manajemen dapat diartikan sebagai sekumpulan komponen yang saling berhubungan pada suatu
organisasi yang mengoperasikan sistem-sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi
untuk mendukung manajemen. Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi (2007) Sistem
Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) merupakan program aplikasi komputer yang
dirancang dan dikembangkan sendiri oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi untuk memenuhi
kebutuhan data dan informasi Puskesmas seperti register pasien, register penyakit, laporan
kunjungan, laporan penyakit, laporan obat, laporan keuangan, grafik dan data-data lainnya.
Berdasarkan dari konsep pengertian sistem informasi manajemen dan konsep pengertian
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas yang telah diperoleh, maka dapat dijelaskan bahwa
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) adalah sistem berbasis komputer yang
dirancang dan dikembangkan untuk menghasilkan informasi operasional Puskesmas sebagai
pendukung kegiatan manajerial pelayanan kesehatan.
Konsep Teori Kognitif Sosial (Social Cognitive Theory)
Kriapanont (2007) menjelaskan bahwa Teori kognitif sosial (Social Cognitive Theory)
dikembangkan pertama kali oleh Albert Bandura pada tahun 1986. Perspektif teoritis SCT
menunjukkan bahwa fungsi manusia harus dipandang sebagai produk dari interaksi dinamis
antar pribadi, perilaku, dan pengaruh lingkungan. Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang
menginterpretasikan, menginformasikan perilaku mereka sendiri, dan mengubah lingkungan
mereka serta faktor-faktor personal yang mereka miliki sehingga berpengaruh pada pilihan
perilaku berikutnya. Bandura (1986) dalam Kripanont (2007) menjelaskan bahwa hal tersebut
adalah dasar dari konsepsi determinisme timbal balik yang menjelaskan hubungan:
a. faktor pribadi sebagai bentuk pembelajaran, pengaruh, dan peristiwa biologis;
b. perilaku;
c. pengaruh lingkungan yang menciptakan suatu interaksi.
Menurut Bandura (1997) teori kognitif sosial berakar pada pandangan tentang human
agency bahwa individu merupakan agen yang secara proaktif mengikutsertakan dalam
lingkungan mereka. Adapun kunci penengertian agency adalah kenyataan bahwa di antara
faktor personal yang lain, individu memiliki self-beliefs yang memungkinkan mereka melatih
mengontrol pikiran, perasaan, dan tindakan mereka, menjelaskan “apa yang dipikirkan,
dipercaya, dan dirasakan orang mempengaruhi bagaimana mereka bertindak”.
6
Konsep Technology Acceptance Model (TAM) Technology Acceptance Model (TAM) merupakan salah satu model yang dibangun
untuk menganalisis dan memahami faktor‐faktor yang mempengaruhi diterimanya penggunaan
teknologi komputer yang diperkenalkan pertama kali oleh Fred Davis pada tahun 1986. TAM
merupakan hasil pengembangan dari Theory of Reasoned Action (TRA), yang lebih dahulu
dikembangkan oleh Fishbein dan Ajzen pada 1980.
Model TAM yang diadopsi dari model TRA (Theory of Reasoned Action) menjelaskan
bahwa keyakinan/persepsi menentukan sikap dan perilaku orang tersebut. Reaksi dan persepsi
pengguna Teknologi Informasi (TI) akan mempengaruhi sikapnya dalam penerimaan terhadap
teknologi tersebut. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhinya adalah persepsi pengguna
terhadap kemanfaatan dan kemudahan penggunaan TI sebagai suatu tindakan yang beralasan
dalam konteks pengguna teknologi, sehingga alasan seseorang dalam melihat manfaat dan
kemudahan penggunaan TI dapat menjadikan tindakan/perilaku orang tersebut sebagai tolok
ukur dalam penerimaan sebuah teknologi yang dikembangkan.
Model TAM yang disusun oleh Davis (1989) dapat dipergunakan untuk menjelaskan
penggunaan sistem yang sebenarnya (Actual System Usage). Model ini dikembangkan dari teori
psikologis, menjelaskan bahwa perilaku pengguna komputer dipengaruhi oleh kepercayaan
(belief), sikap (attitude), keinginan (intention), dan hubungan perilaku pengguna (user
behaviour relationship). Tujuan model ini dikembangkan adalah untuk menjelaskan
faktor‐faktor utama dari perilaku pengguna terhadap penerimaan pengguna teknologi. Secara
lebih rinci, TAM menjelaskan tentang teknologi informasi dengan dimensi‐dimensi tertentu
yang dapat mempengaruhi penerimaan teknologi informasi tersebut oleh pengguna (user).
Model ini menempatkan penggunaan (usage) sebagai variabel dependen, serta persepsi
kegunaan (perceived usefulness) dan persepsi kemudahan (perceived ease of use) sebagai
independen variabel. Kedua variabel independen ini dianggap dapat menjelaskan perilaku
penggunaan (usage).
Davis et al. (1989) mendefinisikan persepsi kegunaan (perceived usefulness) sebagai
“suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa menggunakan sistem tersebut dapat
meningkatkan kinerjanya dalam bekerja”. Sedangkan terkait konsep keyakinan atau persepsi
atas kegunaan untuk diri sendiri (Perceive Personal Utility), hal ini dapat lebih mengacu pada
berbagai manfaat yang diperoleh untuk pribadi sedangkan Perceive Usefulness mengacu pada
manfaat untuk organisasi. Persepsi atas kemudahan penggunaan (Perceived ease of use), secara
kontras, mengacu pada “suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa menggunakan sistem
tersebut tak perlu bersusah payah”.
Sikap terhadap penggunaan sistem (Attitude Toward Using) dalam TAM merupakan
bentuk penerimaan atau penolakan seseorang terhadap suatu teknologi yang digunakan dalam
pekerjaannya. Sikap seseorang terdiri atas unsur kognitif/cara pandang (cognitive),
afektif/kemampuan (affective), dan komponen‐komponen yang berkaitan dengan perilaku
(behavioral components). Sedangkan Behavioral Intention to Use adalah kecenderungan
perilaku untuk menggunakan suatu teknologi.
Konsep Minat Penggunaan Aplikasi SIMPUS
Menurut Tim Kamus Besar Bahasa Indonesia (2014), minat diartikan sebagai
kecenderungan hati yang tingi terhadap sesuatu. Sedangkan menurut Slameto (2003), minat
adalah suatu rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas. Ahmadi et al., (1998) mengatakan
bahwa jika tidak ada minat seseorang terhadap suatu pelajaran, maka akan timbul kesulitan
dalam proses belajar.
Menurut Ajzen (1980) minat untuk melakukan perilaku (intention toward behavior)
merupakan kecenderungan seseorang untuk memilih untuk melakukan atau tidak melakukan
suatu perilaku. Minat ini ditentukan oleh sejauh mana individu memiliki sikap positif pada
perilaku tertentu dan sejauh mana bila dia memilih untuk melakukan perilaku itu dia mendapat
dukungan dari orang-orang lain yang berpengaruh dalam kehidupannya. Seseorang yang
mempunyai minat berperilaku tinggi, maka seseorang yang bersangkutan akan melakukan
7
perilaku tersebut. Namun jika seseorang yang bersangkutan memiliki minat yang rendah, maka
perilaku tersebut tidak akan dilakukan atau terwujud.
Berdasarkan pengertian yang telah dijelaskan maka minat penggunaan aplikasi adalah
kecenderungan sesorang untuk memilih dan menggunakan suati aplikasi. Jika hal tersebut
dikaitkan dengan konsep SIMPUS di Puskesmas, maka minat SIMPUS adalah kecenderungan
terkait rasa ketertarikan seseorang pegawai Puskesmas untuk memilih dan menggunakan
aplikasi SIMPUS untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya di Puskesmas.
Konsep Keberhasilan Diri atas Penggunaan Komputer Wikipedia (2012) menjelaskan bahwa tecnological self-efficacy (TSE) adalah
kepercayaan dalam kemampuan seseorang untuk berhasil melakukan tugas baru berteknologi
canggih. Hal ini adalah aplikasi khusus dari konstruk yang lebih luas dan lebih umum dari self-
efficacy, yang didefinisikan sebagai keyakinan dalam kemampuan seseorang untuk terlibat
dalam tindakan-tindakan tertentu yang menghasilkan hasil yang diinginkan. Compeau dan
Higgins (1995) dalam Brown (2008) menjelaskan bahwa definisi yang sesuai untuk
keberhasilan diri atas penggunaan komputer (Computer Self-Efficacy) adalah penilaian
seseorang terhadap kemampuan menggunakan komputer.
Fu, Farn, dan Chao (2005) menemukan bahwa keberhasilan diri atas penggunaan
komputer (Computer Self-Efficacy) para wajib pajak di Taiwan berpengaruh positif terhadap
minat penggunaan aplikasi electronic tax filing. Temuan serupa juga dihasilkan oleh Kripanont
(2007) yang menjelaskan tentang penelitiannya bahwa keberhasilan diri atas penggunaan
komputer (Computer Self-Efficacy) para akademisi pada Thai Bisnis School mempengaruhi
minat penggunaan internet untuk kegiatan perkuliahan.
Berdasarkan penjelasan di atas dan hasil-hasil penelitian sebelumnya, hipotesis pertama
yang diajukan yaitu:
H1: Keberhasilan diri atas penggunaan komputer berpengaruh positif terhadap minat
penggunaan aplikasi SIMPUS
Konsep Persepsi Kemudahan Persepsi atas kemudahan penggunaan (Perceived ease of use), secara kontras, mengacu
pada “suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa menggunakan sistem tersebut tak perlu
bersusah payah (Davis, 1989). Hal ini mengikuti definisi dari “mudah” (“ease”): “freedom from
difficulty or great effort” atau “tidak memiliki kesulitan atau atau upaya keras. Venkatesh
(2003) menjelaskan bahwa perceived ease of use merupakan effort expectancy. Effort
expectancy adalah harapan seseorang atas kemudahaan penggunaan sistem.
Kemudahan penggunaan suatu teknologi yang didesain tentunya mempengaruhi
pengunanya. Reid dan Levy (2008) dalam penelitiannya di Jamaika menjelaskan bahwa persepsi
kemudahan (perceived easy of use) nasabah bank atas penggunaan sistem informasi bank
mempengaruhi minat nasabah bank untuk menggunakan sistem informasi yang telah
dikembangkan oleh pihak bank. Para nasabah beranggapan bahwa menu situs website dan
ATM yang telah disediakan mudah dimengerti dan mudah digunakan.
Penelitian terkait persepsi kemudahan juga diungkapkan oleh Ong, Lai, dan Wang
(2004) dalam Illias (2013) bahwa jika suatu teknologi mudah digunakan, maka akan menambah
ketertarikan seseorang atas penggunaan teknologi. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Mathur
(2011) bahwa berdasarkan penelitiaannya terkait kemudahan fitur-fitur aplikasi CMS (Containt
Management Systems) secara mobile yang ditujukan pada mahasiswa dapat meningkatkan minat
penggunaan aplikasi tersebut sebagai media pendukung kegiatan perkuliahan di Walden
University, Amerika.
Penelitian terkait tentang persepsi kemudahan pada penggunaan sistem operasi Linux
juga telah dilakukan oleh Hunsinger dan Frasen (2011). Mereka menjelaskan bahwa hal-hal
yang dicari oleh para pengguna sistem operasi adalah konsistensi tampilan, kemudahan dalam
memperbarui sistem, aplikasi yang sederhana, dan dukungan teknologi. Penelitian di Amerika
8
tersebut menjelaskan bahwa para responden beranggapan bahwa sistem operasi Linux mudah
dipelajari dan dapat dipergunakan sebagai sistem operasi komputer desktop sehari-hari.
Berdasarkan penjelasan di atas dan hasil-hasil penelitian sebelumnya, hipotesis kedua
yang diajukan yaitu:
H2: Persepsi kemudahan berpengaruh positif terhadap minat penggunaan aplikasi
SIMPUS
Konsep Persepsi Kegunaan
Menurut Davis (1989), persepsi kegunaan (perceived usefulness) didefinisikan
sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa dalam menggunakan teknologi tertentu
akan dapat meningkatkan kinerjanya. Davis, Bagozzi, dan Warshaw (1989) dalam Illias
(2013) menjelaskan bahwa minat penggunaan suatu sistem berhubungan kuat kegunaan yang
diperoleh dari penggunaan sistem. Venkatesh (2003) juga menjelaskan bahwa perceived
usefulness merujuk pada performance expectancy yaitu harapan seseorang bahwa dengan
menggunakan sistem yang dikembangkan akan membantunya untuk meningkatkan kinerjanya
dalam melaksanakan tugas.
Persepsi kegunaan (perceived usefulness) terkait dengan keyakinan pengguna teknologi
informasi atas manfaat yang diperoleh dan/atau peningkatan kinerja yang diharapkan. Smarkola
(2011) dalam Teo (2011) menjelaskan hasil penelitiannya terkait penggunaan teknologi
informasi komputer bahwa persepsi kegunaan yang dimiliki oleh guru dan siswa di Amerika
berpengaruh terhadap minat penggunaan teknologi informasi untuk meningkatkan kinerjanya
dalam proses belajar mengajar di kelas.
Penelitian terkait juga dilakukan oleh Kim, Mannino, dan Nieschwietz (2009) yang
menjelaskan bahwa persepsi kegunaan atas fitur dasar perangkat lunak audit yang digeneralisasi
(Generalized Audit Software) berpengaruh positif terhadap minat auditor untuk menggunakan
perangkat lunak tersebut karena adanya keyakinan atas peningkatan kinerja dalam kegiatan
audit di Amerika. Hal senada juga terkait dengan hasil penelitian Illias (2013) yang
menjelaskan bahwa persepsi kegunaan para pegawai negeri di Malaysia atas sistem akuntansi
terkomputerisasi pada sektor publik mempengaruhi minat penggunaan sistem tersebut.
Berdasarkan penjelasan di atas dan hasil-hasil penelitian sebelumnya, hipotesis ketiga
yang diajukan yaitu:
H3: Persepsi kegunaan berpengaruh positif terhadap minat penggunaan aplikasi
SIMPUS
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk menguji hipotesis
(hypotheses testing), yaitu apakah variabel keberhasilan diri atas penggunaan komputer,
persepsi kemudahan, serta persepsi kegunaan mempengaruhi minat penggunaan aplikasi
SIMPUS. Penelitian hipotesis umumnya merupakan penelitian yang menjelaskan fenomena
dalam bentuk hubungan antar variabel (Indriantoro dan Supomo, 2002:89).
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti (Arikunto,2002). Metode
yang diterapkan adalah simple random sampling. Simple Random Sampling merupakan teknik
pengambilan sampel secara acak dimana setiap elemen populasi mempunyai kesempatan yang
sama dan bersifat tak terbatas untuk dijadikan sampel penelitian (Indriantoro dan Supomo,
2002). Metode ini diambil karena metode simple random sampling lebih mudah untuk
digeneralisasi. Selain itu, prosedur estimasi dengan menggunakan metode simple random
sampling akan lebih mudah dan sederhana. Adapun pegawai Puskesmas pengguna SIMPUS
sebagai sampel penelitian ini tidak ditentukan dan bersifat acak tanpa memperhatikan jabatan,
jenis kelamin, usia, pendidikan, pengalaman kerja, dan pengalaman menggunakan aplikasi
SIMPUS.
9
Sampel yang diambil adalah para pegawai pengguna SIMPUS sejumlah 120 orang pada
24 Puskesmas yang terdapat di Kabupaten Ngawi. Jumlah kuesioner yang disebar di setiap
Puskesmas adalah 5 kuesioner. Jumlah sampel dalam penelitian ini dirasa cukup representatif
oleh peneliti karena telah memenuhi syarat jumlah sampel sebesar 30 sampai dengan 500
(Sekaran, 2006).
Sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam
penentuan metode pengumpulan data. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data primer. Data primer yaitu data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber data
atau diperoleh dengan tidak melalui media perantara. Data primer yang digunakan dalam
penelitian ini adalah hasil dari kuesioner yang dibagikan kepada responden, yaitu pegawai
pengguna SIMPUS pada Puskesmas di Kabupaten Ngawi.
Jenis kuesioner yang digunakan adalah direct queationnaires. Kuesioner disampaikan
langsung oleh peneliti kepada para pengguna SIMPUS di Puskesmas yang dituju. Pertanyaan
dalam kuesioner ini menggunakan instrumen yang isi pertanyaannya dibuat sendiri oleh
peneliti. Kuesioner dibagi menjadi lima bagian. Bagian pertama menanyakan mengenai
demografi responden. Bagian kedua berisi pertanyaan mengenai keberhasilan diri atas
penggunaan komputer. Bagian ketiga berisi pertanyaan mengenai persepsi kemudahan para
pegawai Puskesmas pengguna aplikasi SIMPUS. Bagian keempat berisi pertanyaan mengenai
persepsi kegunaan para pegawai Puskesmas pengguna aplikasi SIMPUS. Bagian kelima berisi
pertanyaan mengenai minat penggunaan aplikasi SIMPUS.
Peneliti memperoleh data-data yang dibutuhkan melalui kuisioner yang disebarkan
dengan skala likert. Menurut (Sugiyono: 2002), skala likert digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Penelitian ini menggunakan jenis pertanyaan tertutup yang nantinya akan dianalisis secara
kuantitatif dengan menggunakan skala likert yang mempunyai skala jawaban 1-5. Hasil
rekap kuesioner dioleh menggunakan software perhitungan statistik. Software perhitungan
statistik persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah SPSS versi 22.
Dalam penelitian ini menggunakan variabel independen dan variabel dependen.
Sugiyono (2008) menjelaskan bahwa variabel bebas (independen) adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi penyebab terjadinya perubahan atau timbulnya Selanjutnya
variabel terikat (dependen) merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena
adanya variabel bebas (independen). variabel terikat. Adapun variabel independen dalam
penelitian ini adalah keberhasilan diri atas penggunaan komputer, persepsi kemudahan, dan
persepsi kegunaan. Sedangkan variabel dependen terkait penelitian inia adalah minat
penggunaan aplikasi SIMPUS.
Compeau dan Higgins (1995) dalam Brown (2008) menjelaskan bahwa definisi yang
sesuai untuk keberhasilan diri atas penggunaan komputer (Computer Self-Efficacy) adalah
penilaian seseorang terhadap kemampuan menggunakan komputer. Dalam penelitian ini
indikator keberhasilan diri atas penggunaan komputer mengacu pada tingkat keberhasilan yang
dirasakan oleh pegawai Puskesmas sebagai petugas jasa layanan kesehatan atas penggunaan
komputer.
Davis (1989) menjelaskan bahwa persepsi atas kemudahan penggunaan (Perceived ease
of use), secara kontras, mengacu pada “suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa
menggunakan sistem tersebut tak perlu bersusah payah”. Indikator persepsi kemudahan dalam
penelitian ini mengacu pada tingkat kemudahan yang dirasakan oleh pegawai Puskesmas
sebagai petugas jasa layanan kesehatan dalam menggunakan aplikasi SIMPUS.
Menurut Davis (1989) persepsi kegunaan (perceived usefulness) didefinisikan
sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa dalam menggunakan teknologi tertentu
akan dapat meningkatkan kinerjanya. Indikator persepsi kegunaan dalam penelitian ini
mengacu pada tingkat kegunaan yang dirasakan oleh pegawai Puskesmas sebagai petugas jasa
layanan kesehatan dalam menggunakan aplikasi SIMPUS sehingga meningkatkan kinerjanya.
Menurut Ajzen (1980) minat untuk melakukan perilaku (intention toward behavior)
merupakan kecenderungan seseorang untuk memilih untuk melakukan atau tidak melakukan
10
suatu perilaku.Minat merupakan sikap relatif yang menetap pada diri seseorang. Minat
berpengaruh terhadap aktivitas seseorang, sebab minat akan mendorong seseorang
melakukan sesuatu yang diminatinya. Indikator minat penggunaan aplikasi SIMPUS mengacu
pada tingkat keinginan para pegawai Puskesmas untuk menggunakan SIMPUS. Variabel
dependen (minat) dalam penelitian ini dipengaruhi oleh 3 variabel independen.
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik (uji
normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan analisis regresi linier berganda)
yang sebelumnya telah dilakukan uji reliabilitas dan validitas untuk mengukur tingkat kevalidan
dan keandalan dari suatu isntrumen, sedangkan untuk pengujian hipotesis menggunakan Uji-F
dan Uji-T. Selain itu juga dilakukan pengukuran dari koefisien determinasi atau R2.
ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN
Responden yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah pegawai negeri sipil pada
lingkup Puskesmas se-Kabupaten Ngawi yang aktif dan menggunakan Sistem Informasi
Manajemen Puskesmas (SIMPUS). Pegawai negeri sipil yang menjadi responden juga
merupakan pegawai negeri sipil yang bekerja di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi.
Jumlah kuesioner yang disebar kepada pegawai negeri sipil di lingkup Puskesmas se-Kabupaten
Ngawi yang menggunakan SIMPUS adalah sebanyak 120 buah kuesioner pada 24
Puskesmas. Adapun kuesioner yang tidak kembali maupun hilang berjumlah 25 buah
kuesioner. Hasil pengumpulan data dapat dirinci pada tabel berikut ini:
Tabel 1 Sampel dan Tingkat Pengembalian
Jumlah kuesioner yang disebar 120
Jumlah kuesioner tidak kembali 25
Jumlah kuesioner yang memenuhi kriteria 95
Tingkat pengembalian (respond rate) 79,17%
Usable respond rate 20,83%
Sumber : Data kuesioner yang diolah (2014)
Gambaran umum mengenai responden yang menjadi subyek penelitian, tabel 2
berikut ini akan memberikan penjelasan secara menyeluruh berdasarkan beberapa komposisi
tertentu. Komposisi responden pada penelitian ini terdiri dari komposisi berdasarkan
jabatan, jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, pengalaman kerja, dan pengalaman
menggunakan SIMPUS.
Tabel 4 Demografi Responden
Karakteristik
Responden Kategori Jumlah (Orang) Prosentase
Jabatan
Kepala Puskesmas 8 8,42%
Bagian Tata Usaha 10 10,53%
Bagian Keuangan 9 9,47%
Dokter 8 8,42%
Tenaga Kerja Kesehatan 55 57,89%
Lainnya 5 5,26%
Total 95 100,00%
11
Jenis Kelamin
Pria 33 34,74%
Wanita 62 65,26%
Total 95 100,00%
Usia
<20 tahun 0 0,00%
20-35 tahun 38 40,00%
36-50 tahun 48 50,53%
>50 tahun 9 9,47%
Total 95 100,00%
Pendidikan Terakhir
Tidak Tamat SD 0 0,00%
Tamat SD/Sederajat 0 0,00%
Tamat SMP/Sederajat 1 1,05%
Tamat SMA/Sederajat 20 21,05%
Tamat Diploma 40 42,11%
Tamat Sarjana 30 31,58%
Tamat Pascasarjana 4 4,21%
Total 95 100,00%
Pengalaman Kerja
< 5 tahun 11 11,58%
6 - 10 tahun 32 33,68%
11 -15 tahun 20 21,05%
16 - 20 tahun 19 20,00%
> 20 Tahun 13 13,68%
Total 95 100,00%
Pengalaman
Menggunakan SIMPUS
< 5 tahun 37 38,95%
6 - 10 tahun 46 48,42%
11 -15 tahun 10 10,53%
16 - 20 tahun 2 2,11%
Total 95 100,00% Sumber : Data primer diolah (2014)
Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa responden dengan jabatan sebagai
tenaga kerja kesehatan menempati urutan pertama dengan jumlah 55 responden atau 57,89%.
Wanita merupakan mayoritas responden dengan jumlah 62 orang atau 65,26% sedangkan
responden pria sejumlah 33 orang atau 34,74% dari total jumlah 95 orang responden. Mayoritas
responden berusia 36-50 tahun dengan jumlah 48 responden atau 50,53%. Responden dengan
pendidikan terakhir tamat diploma sejumlah 40 responden atau 42,11% merupakan jumlah
mayoritas dari total 95 responden. Pengalaman kerja responden mayoritas antara 6-10 tahun
sejumlah 32 responden atau 33,68%. Sedangkan pengalaman responden dalam menggunakan
SIMPUS mayoritas antara 6-10 tahun sejumlah 46 responden atau 48,42%.
Melalui distribusi jawaban responden dapat diketahui frekuensi serta variasi jawaban
dari responden terhadap tiap variabel atau butir pertanyaan yang terdapat pada kuesioner.
Sebelum dilakukan analisis dan pembahasan atas hasil penelitian, maka disajikan distribusi
atas jawaban responden atas setiap item variabel dalam penelitian. Ringkasan atas distribusi
jawaban responden untuk tiap variabel dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut:
12
Tabel 3 Ringkasan Distribusi Jawaban Responden
Variabel Prosentase Rata-rata
Jawaban 1 2 3 4 5
Keberhasilan Diri
atas Penggunaan
Komputer (X1)
0,00% 0,84% 20,63% 56,00% 22,53% 4,00
Persepsi
Kemudahan (X2) 0,00% 0,63% 14,11% 56,63% 28,63% 4,13
Persepsi Kegunaan
(X3) 0,00% 0,88% 15,79% 58,77% 24,56% 4,07
Minat Penggunaan
Aplikasi (Y) 0,00% 0,70% 16,84% 60,18% 22,28% 4,04
Sumber : Data primer diolah (2014)
Berdasarkan tabel 3 dapat dijelaskan bahwa rata-rata responden menyatakan setuju.
Pada variabel keberhasilan diri atas penggunaan komputer (X1) secara mayoritas responden
menyatakan setuju dengan nilai 56,00%. Hasil rekap variabel persepsi kemudahan (X2)
responden menyatakan setuju senilai 56,63%, selanjutnya pada variabel persepsi kegunaan (X3)
responden yang menyatakan setuju senilai 58,77% juga menempati urutan pertama. Hal tersebut
juga ditunjukkan bahwa pada variabel minat penggunaan aplikasi (Y) mayoritas responden
yang menyatakan setuju dengan nilai 60,18%. Data yang telah diolah tersebut menunjukkan
bahwa tiap responden memiliki minat secara positif untuk menggunakan aplikasi SIMPUS yang
ditunjukkan dengan rata-rata jawaban senilai 4,04 (skala likert 1-5).
Uji Validitas dan Reabilitas
Tabel 4 Hasil Uji Validitas Variabel Penelitian
Variabel No Item r hitung r tabel
Kesimpulan N = 95
Keberhasilan Diri atas Penggunaan
Komputer (X1)
X1.1 0,873 0,202 Valid
X1.2 0,814 0,202 Valid
X1.3 0,747 0,202 Valid
X1.4 0,805 0,202 Valid
X1.5 0,84 0,202 Valid
Persepsi Kemudahan (X2)
X2.1 0,882 0,202 Valid
X2.2 0,85 0,202 Valid
X2.3 0,767 0,202 Valid
X2.4 0,838 0,202 Valid
X2.5 0,819 0,202 Valid
Persepsi Kegunaan (X3)
X3.1 0,757 0,202 Valid
X3.2 0,802 0,202 Valid
X3.3 0,78 0,202 Valid
X3.4 0,749 0,202 Valid
X3.5 0,8 0,202 Valid
X3.6 0,825 0,202 Valid
13
Minat Penggunaan Aplikasi (Y)
Y1.1 0,835 0,202 Valid
Y1.2 0,815 0,202 Valid
Y1.3 0,844 0,202 Valid
Y1.4 0,809 0,202 Valid
Y1.5 0,819 0,202 Valid
Y1.6 0,819 0,202 Valid
Sumber : Data primer diolah (2014)
Berdasarkan hasil uji validitas pada Tabel 4, diketahui bahwa semua item
penelitian baik pada variabel dependen maupun variabel independen memiliki nilai r
hitung yang lebih besar dari r tabel dengan N=95. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
semua item pertanyaan tersebut telah valid dan dapat dilakukan analisis selanjutnya.
Uma Sekaran (2006) menjelaskan bahwa realiabilitas adalah upaya
membuktikan konsistensi dan stabilitas instrumen pengukuran. Hasil pengukuran
dikatakan reliabel apabila nilai koefisien alpha cronbach > 0,6. Berdasarkan Tabel 5
diketahui bahwa nilai alpha crobach pada variabel dependen dan independen berada
di atas 0,6 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut telah reliabel dan
dapat dilakukan analisis selanjutnya.
Tabel 5 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner
Variabel Alpha Cronbach Kesimpulan
Keberhasilan Diri atas Penggunaan Komputer (X1) 0,873 > 0,6 Reliabel
Persepsi Kemudahan (X2) 0,888 > 0,6 Reliabel
Persepsi Kegunaan (X3) 0,871 > 0,6 Reliabel
Minat Penggunaan Aplikasi (Y) 0,904 > 0,6 Reliabel
Sumber : Data primer diolah (2014)
Uji Asumsi Klasik Pengujian normalitas data penelitian adalah untuk menguji apakah dalam model statistik
variabel-variabel penelitian berdistribusi normal atau tidak normal. Model regresi yang baik
adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Untuk menentukan data dengan uji
Kolmogrov-Smirnov, nilai signifikansi harus diatas 0,050 atau 5% (Ghozali, 2006).
Pengujian terhadap normalitas data dengan menggunakan Kolmogrov-Smirnov dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 6 Hasil Uji Normalitas
Statistik Uji Nilai Keterangan
Test Statistic 0,073 Asumsi
normalitas
terpenuhi Signifikansi 0,200
Sumber : Data Primer Diolah (SPSS), 2014
Berdasarkan pengujian Kolmogorov Smirnov di atas, untuk nilai residual hasil
persamaan regresi menghasilkan koefisien Test Statistic sebesar 0,73 dengan nilai
asymptatic significance > 0,05 yaitu sebesar 0,200. Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan untuk telah memenuhi asumsi normalitas.
14
Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal.
Selain dengan menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov maka untuk menentukan normalitas data
dapat dilihat dari Plot of Regression Standardized Residual. Apabila grafik yang diperoleh dari
output SPSS ternyata titik-titik mendekati garis diagonal, dapat disimpulkan bahwa model
regresi berdistribusi normal (Priyatno, 2014). Hasil uji normalitas dapat dilihat pada grafik
berikut:
Gambar 1 Grafik Normal Regresi Residual Standar P-P Plot
Multikolinearitas artinya antarvariabel independen yang terdapat dalam model regresi
memiliki hubungan linier yang sempurna atau mendekati sempurna (koefisien korelasinya
tinggi atau bahkan 1). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi sempurna atau
mendekati sempurna di antara variabel bebasnya (Priyatno, 2014). Ghozali (2006) menjelaskan
bahwa uji multikoliniearitas digunakan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (independent).
Parameter yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya gejala multikolinearitas antar
variabel independent adalah nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Apabila nilai
VIF > 10 dan nilai tolerance > 1 maka terjadi multikolinearitas. Sebaliknya, bila VIF < 10 dan
nilai tolerance < 1 maka tidak terjadi multikolinearitas. Berdasar hasil dari masing-masing
variabel independent dapat dilihat pada berikut ini:
Tabel 7 Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel Independen Toleransi VIF Keterangan
Keberhasilan Diri atas Penggunaan
Komputer (X1) 0,414 2,415
Tidak terjadi
multikoloniearitas
Persepsi Kemudahan (X2) 0,477 2,098 Tidak terjadi
multikoloniearitas
Persepsi Kegunaan (X3) 0,414 2,417 Tidak terjadi
multikoloniearitas Sumber : Data Primer Diolah (SPSS), 2014
Berdasarkan Tabel 4.10 tidak terdapat satu pun variabel dari ketiga variabel bebas
mempunyai nilai VIF > 10 dan toleransi < 1, artinya ketiga variabel bebas (independent) yaitu
Keberhasilan Diri atas Penggunaan Komputer (X1), Persepsi Kemudahan (X2), Persepsi
Kegunaan (X3) tidak terdapat hubungan multikolinearitas sehingga dapat digunakan untuk
memprediksi peningkatan variabel Minat Penggunaan Aplikasi (Y) selama pengamatan.
15
Menurut Priyatno (2014), heteroskedastisitas adalah varian residual yang tidak sama pada
pengamatan di dalam model regresi. Salah satu cara untuk mengetahui adanya
heteroskedastisitas adalah dengan melakukan Uji Glejser.
Uji Glejser dilakukan dengan cara meregresikan nilai residual absolut dengan variabel
independen yang ada pada model penelitian. Persyaratan Uji Gejser dapat dipenuhi bila nilai p
(Sig) > 5% yang artinya tidak terjadi heteroskedastisitas. Berdasarkan Uji Glejser diperoleh data
sebagimana disajikan tabel berikut ini:
Tabel 8 Hasil Uji Heteroskedastisitas (Dengan Cara Uji Glejser)
Variabel Independen
Unstandardized
Coefficients T Nilai p (Sig)
Beta
Keberhasilan Diri Atas Penggunaan
Komputer (X1) 0,094 1,426 0,157
Persepsi Kemudahan 0,008 0,135 0,893
Persepsi Kegunaan -0,055 -0,916 0,362
* p > 0,05
Sumber : Data Primer Diolah (SPSS), 2014
Berdasarkan hasil tabel di atas dapat dilihat bahwa p (Sig) untuk ketiga variabel bebas >
0,05 maka disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji heterokedastisitas di atas
menunujkkan bahwa masing-masing variabel bebas tidak berkorelasi signifikan dengan nilai
absolute residual sebagaimana ditunjukkan dengan nilai signifikansi masing-masing variabel >
0.05, sehingga asumsi tidak adanya heterokedastisitas dalam model regresi ini terpenuhi.
Penyimpangan autokorelasi dalam penelitian diuji dengan uji Durbin-Watson (DW-test)
Priyatno (2014),. Hasil uji regresi dibandingkan dengan level of significance 0.05 (α = 0.05)
dengan sejumlah variabel independen (k = 3) dan banyaknya observasi (n = 95). Pendeteksian
autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode statistik dari Durbin-Watson (Uji
DW) dengan syarat DU < DW < (4 – DU). Jika nilai DW lebih besar dari du dan kurang dari (4
– DU) maka tidak terjadi autokorelasi, baik itu autokorelasi positif atau autokorelasi negatif.
Berdasarkan output SPSS 22, maka hasil uji autokorelasi adalah sebagai berikut:
Tabel 9 Hasil Uji Autokorelasi
Jumlah Variabel Independen (k) N DU DW
3 95 1,7316 1,885
Sumber : Data Primer Diolah (SPSS), 2014
Nilai hasil uji DW yang dihasilkan adalah 1,885 dengan n = 95. Nilai DU yang
diperoleh dari tabel DW dengan level of significance 0,05 (α = 0,05) dengan tiga variabel
independen (k = 3) dan dan n = 95 adalah 1,7316. Syarat yang berlaku adalah DU < DW < (4 –
DU) maka hasilnya 1,7316 < 1,885 < (4-1,7316) atau 1,7316 < 1,885 < 2,2684. Berdasarkan
hasil perhitungan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tidak mengalami
autokorelasi diantara variabel bebas.
Analisis regresi berganda berfungsi untuk mengetahui ada tidaknya hubungan atau
pengaruh variabel bebas Keberhasilan Diri atas Penggunaan Komputer (X1), persepsi
kemudahan (X2), persepsi kegunaan (X3) baik secara parsial maupun secara simultan terhadap
minat penggunaan aplikasi (Y) dengan persamaan regresi:
Y = α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
16
Hasil perhitungan analisis regresi dengan menggunakan SPSS dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 10 Hasil Perhitungan Regresi
Variabel Koefisien t-value
(t)
p-value
(Sig.) Keterangan
Konstanta 0,915
Keberhasilan Diri Atas
Penggunaan Komputer
(X1)
0,208 2,145 ,035 Signifikan
Persepsi Kemudahan
(X2) 0,297 3,264 ,002 Signifikan
Persepsi Kegunaan (X3) 0,533 6,068 ,000 Signifikan
Sumber : Data Primer Diolah (SPSS), 2014
Berdasarkan tabel tersebut, maka dapat disusun persamaan regresi linier berganda
sebagai berikut :
Y = 0.915 + 0.208X1 + 0.297X2 + 0.533X3 + e Penjelasan atas hasil persamaan regresi linier yang telah diperoleh adalah sebagai
berikut ini:
a. Konstanta (α) sebesar 0,915 artinya bahwa dengan menganggap semua variabel bebas
sama dengan 0, maka minat penggunaan aplikasi pengguna SIMPUS dalam kondisi
positif dengan nilai 0,915 artinya sebelum dilakukan penelitian terhadap variabel
keberhasilan diri atas penggunaan komputer, perpsespi kemudahan dan persepsi
kegunaan ternyata minat penggunan aplikasi sudah positif.
b. Koefisien regresi variabel keberhasilan diri atas penggunaan komputer (b1) sebesar
0,208 artinya bahwa setiap peningkatan satu satuan keberhasilan diri atas penggunaan
komputer, maka minat penggunaan aplikasi SIMPUS pada dinas kesehatan kabupaten
Ngawi akan mengalami peningkatan sebesar 0,208 dan begitu pula sebaliknya setiap
penurunan satu satuan keberhasilan diri atas penggunaan komputer, maka minat
penggunaan aplikasi SIMPUS pada dinas kesehatan kabupaten Ngawi akan mengalami
penurunan sebesar 0,208. Dalam hal ini variabel lain yang mempengaruhi minat
penggunaan aplikasi SIMPUS pada tiap Puskesmas yang menjadi objek penelitian di
Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi dianggap tetap (X2=0; X3=0)
c. Koefisien regresi variabel persepsi kemudahan (b2) sebesar 0,297 artinya bahwa setiap
peningkatan satu satuan persepsi kemudahan, maka minat penggunaan aplikasi
SIMPUS pada dinas kesehatan kabupaten Ngawi akan mengalami peningkatan sebesar
0,297 dan begitu pula sebaliknya setiap penurunan satu satuan persepsi kemudahan,
maka minat penggunaan aplikasi SIMPUS pada dinas kesehatan kabupaten Ngawi akan
mengalami penurunan sebesar 0,297. Dalam hal ini variabel lain yang mempengaruhi
minat penggunaan aplikasi SIMPUS pada tiap Puskesmas yang menjadi objek
penelitian di Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi dianggap tetap (X1=0; X3=0)
d. Koefisien regresi variabel persepsi kegunaan (b3) sebesar 0,533 artinya bahwa setiap
peningkatan satu satuan persepsi kegunaan, maka minat penggunaan aplikasi SIMPUS
pada dinas kesehatan kabupaten Ngawi akan mengalami peningkatan sebesar 0,533 dan
begitu pula sebaliknya setiap penurunan satu satuan persepsi kegunaan, maka minat
penggunaan aplikasi SIMPUS pada Dinas Kesehatan kabupaten Ngawi akan mengalami
penurunan sebesar 0,533. Dalam hal ini variabel lain yang mempengaruhi minat
penggunaan aplikasi SIMPUS pada tiap Puskesmas yang menjadi objek penelitian di
Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi dianggap tetap (X1=0; X2=0)
17
Uji Hipotesis
Uji parsial (uji t) dilakukan dengan membandingkan nilai t tabel dan t hitung. Nilai t
hitung diperoleh dengan menggunakan bantuan aplikasi software SPSS. Selanjutnya nilai t
hitung akan dibandingkan dengan tingkat kesalahan (α=5%) derajat kebebasan (df) = (n-k).
Kriterianya adalah:
a. H0 diterima jika t hitung < t tabel
b. Ha diterima jika t hitung > t tabel
Tabel 11 Hasil Uji –t
Model Koefisien t tabel t hitung Nilai p (Sig).
Keberhasilan Diri Atas Penggunaan
Komputer (X1) 0,208 1,986 2,145 0,035
Persepsi Kemudahan (X2) 0,297 1,986 3,264 0,002
Persepsi Kegunaan (X3) 0,533 1,986 6,068 0,000
* p < 0,05 ; (df) = n-2 = 95-2 = 93
Variabel Dependen: Minat Penggunaan Aplikasi
Sumber : Data Primer yang diolah (SPSS)
Penghitungan nilai t tabel yang diperoleh adalah 1,986 dengan derajat kebebasan (df) =
n-2 = 95-2 = 93. Berdasrkan hasil perhitungan SPSS dapat dilihat bahwa nilai t hitung masing-
masing variabel bebas lebih besar dari t tabel dengan signifikansi (sig) < 0,05 maka dengan
demikian H0 ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel
bebas berpengaruh terhadap variabel terikat. Jadi secara parsial keberhasilan diri atas
penggunaan komputer (X1), persepsi kemudahan (X2), persepsi kegunaan (X3) terhadap minat
penggunaan aplikasi pada Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi.
Selain itu uji simultan (uji F) juga perlu dilakukan untuk menganalisis regresi. Untuk
mengetahui adanya pengaruh secara simultan keberhasilan diri atas penggunaan komputer (X1),
persepsi kemudahan (X2), persepsi kegunaan (X3) terhadap minat penggunaan aplikasi pada
Puskesmas di Kabupaten Ngawi dapat dilakukan dengan membandingkan hasil F hitung
dengan F tabel dan juga bisa melalui perbandingan probabilitas value (sig).
Tabel 12 Hasil Uji –F
Df 1 Df 2 F Tabel F Hitung Sig.
3 91 2,700 83,015 0,000
Sumber : Data Primer yang diolah (SPSS)
Berdasarkan tabel diatas diperoleh F hitung = 83,015, sedangkan nilai df = 1 (jumlah
kelompok data-1) atau 4-1= 3, dan df 2 (n-jumlah kelompok data) atau 95-4 = 91 sehingga F
tabel 2,700, dan probabilitas value (sig) dalam penelitian ini adalah 0,000 < 0,05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa secara simultan (bersama-sama) variabel bebas keberhasilan diri atas
penggunaan komputer (X1), persepsi kemudahan (X2), persepsi kegunaan (X3) berpengaruh
signifikan positif terhadap minat penggunaan aplikasi pada Puskesmas di Kabupaten Ngawi.
Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 13
Koefisien Determinasi
R R2 R
2 Disesuaikan Standar Eror atas Estimasi
0,856 0,732 0,724 1,673
Sumber : Data Primer yang diolah (SPSS)
18
Besarnya nilai R = 0,856 menunjukkan keeratan hubungan antara variabel bebas
terhadap variabel terikat. Nilai R = 0,856 menunjukkan hubungan ketiga variabel bebas dengan
variabel terikat adalah sangat erat (hubungan yang sangat kuat). Sedangkan untuk mengetahui
besar presentase variasi variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas, maka
dapat dilihat dari besarnya nilai R2
disesuaikan. Dari tabel 4.16 diperoleh nilai R2 disesuaikan
atau nilai koefisien determinasi sebesar 0,724 atau 72,4% hal ini berarti 72,4% variasi minat
penggunaan aplikasi pada Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi bisa dijelaskan oleh variasi dari
ketiga variabel bebas yaitu bebas keberhasilan diri atas penggunaan komputer (X1), persepsi
kemudahan (X2), persepsi kegunaan (X3), sedangkan sisanya sebesar 27,6% dijelaskan oleh
sebab-sebab lain diluar model. Standar Eror atas Estimasi (SEE) adalah sebesar 1,673 , semakin
kecil nilai SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel
dependen.
Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa keberhasilan
diri atas penggunaan komputer, persepsi kemudahan, dan persepsi kegunaan berpengaruh secara
signifikan terhadap minat menggunakan aplikasi SIMPUS, penjelelasannya sebagai berikut:
Hipotesis 1: Nilai variabel keberhasilan diri atas penggunaan komputer (X1) dapat
diketahui dari hasil distribusi frekuensi bahwa secara keseluruhan memperoleh nilai rata-rata
sebesar 4,00 dari skala 1 sampai dengan 5. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengguna
aplikasi SIMPUS memiliki tingkat keberhasilan diri yang memadai dalam menggunakan
komputer. Keberhasilan diri atas penggunaan komputer berpengaruh positif terhadap minat
penggunaan aplikasi SIMPUS, oleh karena itu para pegawai Puskesmas perlu berupaya untuk
terus meningkatkan keberhasilannya (kemampuan dan keterampilan) dalam menggunakan
komputer secara berkelanjutan melalui pendidikan dan pelatihan.
Hipotesis 2: Nilai variabel persepsi kemudahan (X2) dapat diketahui dari hasil
distribusi frekuensi bahwa secara keseluruhan memperoleh nilai rata-rata sebesar 4,13 dari skala
1 sampai dengan 5. Hal tersebut menunjukkan bahwa pegawai pengguna aplikasi SIMPUS
memiliki kemudahan dalam menggunakan aplikasi SIMPUS. Persepsi kemudahan berpengaruh
positif terhadap minat penggunaan aplikasi SIMPUS, oleh karena itu pihak pengembang
aplikasi SIMPUS perlu mengembangkan fitur-fitur yang mudah diakses oleh pengguna aplikasi
SIMPUS secara berkelanjutan.
Hipotesis 3: Nilai variabel persepsi kegunaan (X3) dapat diketahui dari hasil
distribusi frekuensi bahwa secara keseluruhan memperoleh nilai rata-rata sebesar 4,07 dari skala
1 sampai dengan 5. Hal tersebut menunjukkan bahwa pegawai pengguna merasa dapat
meningkatkan kinerjanya dalam menyelesaikan pekerjaannya dengan menggunakan aplikasi
SIMPUS. Persepsi kegunaan berpengaruh positif terhadap minat penggunaan aplikasi
SIMPUS, oleh karena itu pihak pengembang aplikasi SIMPUS perlu mengembangkan fitur-fitur
yang berguna untuk meningkatkan kinerja pengguna SIMPUS dalam menjalankan tugasnya..
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penelitian terkait variabel
keberhasilan diri atas penggunaan komputer berpengaruh positif terhadap minat penggunaan
aplikasi. Hal tersebut konsisten dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Hong
et al (2013) dan Kripanont (2007). Hasil penelitian yang telah dilakukan juga menunjukkan
bahwa persepsi kemudahan berpengaruh secara positif terhadap minat penggunaan aplikasi.
Hasil penelitian tersebut konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan
oleh Reid dan Levy (2008), Mathur (2011), Hunsinger dan Frasen (2011), serta Ong, Lai, dan
Wang (2004) sesuai penjelasan Illias (2013). Selain variabel keberhasilan diri atas penggunaan
komputer dan persepsi kemudahan, ternyata variabel persepsi kegunaan juga berpengaruh
positif terhadap minat penggunaan aplikasi. Hal tersebut konsisten dengan penelitian terdahulu
yang telah dilakukan oleh Smarkola (2011) dalam Teo (2011), kemudian Kim, Mannino, dan
Nieschwietz (2009), serta Illias (2013) yang menyimpulkan hal sama.
19
KESIMPULAN, KETERBATASAN, SARAN, DAN IMPLIKASI
Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa kerberhasilan diri atas penggunaan
komputer, persepsi kemudahan, dan persepsi kegunaan berpengaruh terhadap minat penggunaan
aplikasi, dalam hal ini adalah aplikasi SIMPUS. Berdasarkan analisis dan pembahasan yang
telah dilakukan, maka dapat dijelaskan kesimpulan sebagai berikut ini:
1. Variabel keberhasilan diri atas penggunaan komputer, variabel persepsi kemudahan, dan
variabal persepsi kegunaan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel
minat penggunaan aplikasi SIMPUS.
2. Variabel keberhasilan diri atas penggunaan komputer secara parsial berpengaruh terhadap
minat penggunaan aplikasi SIMPUS. Pengaruh variabel ini bersifat positif dan signifikan,
artinya apabila terjadi kenaikan tingkat keberhasilan diri atas penggunaan komputer maka
minat penggunaan aplikasi SIMPUS juga akan semakin meningkat dan sebaliknya apabila
terjadi penurunan tingkat keberhasilan diri atas penggunaan komputer maka minat
penggunaan aplikasi SIMPUS juga akan semakin menurun.
3. Variabel persepsi kemudahan secara parsial berpengaruh terhadap minat penggunaan
aplikasi SIMPUS. Pengaruh variabel ini bersifat positif dan signifikan, artinya apabila
terjadi kenaikan tingkat persepsi kemudahan maka minat penggunaan aplikasi SIMPUS
juga akan semakin meningkat dan sebaliknya apabila terjadi penurunan tingkat persepsi
kemudahan maka minat penggunaan aplikasi SIMPUS juga akan semakin menurun.
4. Variabel persepsi kegunaan secara parsial berpengaruh terhadap minat penggunaan
aplikasi SIMPUS. Pengaruh variabel ini bersifat positif dan signifikan, artinya apabila
terjadi kenaikan tingkat persepsi kegunaan maka minat penggunaan aplikasi SIMPUS juga
akan semakin meningkat dan sebaliknya apabila terjadi penurunan tingkat persepsi
kegunaan maka minat penggunaan aplikasi SIMPUS juga akan semakin menurun.
Keterbatasan Keterbatasan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut ini:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat penggunaan aplikasi SIMPUS dalam penelitian
ini hanya tiga yaitu keberhasilan diri atas penggunaan komputer, persepsi kemudahan, dan
persepsi kegunaan namun sebenarnya masih banyak faktor lain yang mempengeruhi. Hal
tersebut dapat ditunjukkan melalui hasil uji nilai koefisien determinasi statistik yang
dihasilkan sebesar 0,724 atau 72,4% hal ini berarti 72,4% variasi minat penggunaan
aplikasi SIMPUS bisa dijelaskan oleh variasi dari ketiga variabel bebas yaitu bebas
keberhasilan diri atas penggunaan komputer (X1), persepsi kemudahan (X2), persepsi
kegunaan (X3), sedangkan sisanya sebesar 27,6% dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar
model.
2. Penggunaan kuesioner menyebabkan jawaban yang diberikan oleh responden kurang
menunjukkan keadaan sesungguhnya.
Saran
Adapun saran-saran yang dapat dijelaskan adalah sebagai berikut ini:
1. Variabel-variabel independen lain yang berhubungan dengan minat penggunaan aplikasi
perlu ditambahkan untuk penelitian selanjutnya. Hal tersebut bertujuan untuk mendapatkan
gambaran yang lebih memadai mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi minat
penggunaan aplikasi.
2. Bagi peneliti selanjutnya perlu menambah dan memperbaiki kuesioner panelitian ini agar
responden dapat memberikan jawaban lebih sesuai dengan keadaan sebenarnya.
20
Implikasi
Implikasi penelitian yang dapat dijelaskan adalah sebagai berikut ini:
1. Keberhasilan diri atas penggunaan komputer telah terbukti berpengaruh secara signifikan
terhadap minat penggunaan aplikasi SIMPUS, oleh sebab itu Dinas Kesehatan selaku dinas
induk Puskesmas perlu mengupayakan peningkatan keterampilan dan kemahiran para
pegawai Puskesmas dalam menggunakan/mengoperasikan komputer melalui kegiatan
pendidikan dan pelatihan sebagai implikasi lebih lanjut.
2. Persepsi kemudahan telah tebukti berpengaruh secara signifikan terhadap minat
penggunaan aplikasi SIMPUS. Hal tersebut mengimplikasikan bahwa pengembang aplikasi
SIMPUS perlu meningkatkan fitur-fitur yang mudah diakses oleh pengguna aplikasi
SIMPUS, dalam hal ini adalah pegawai Puskesmas secara berkelanjutan.
3. Persepsi kegunaan telah terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap minat penggunaan
aplikasi SIMPUS. Hal tersebut mengandung implikasi bahwa pengembang aplikasi perlu
meningkatkan fitur-fitur yang meningkatkan kinerja para pegawai Puskesmas sebagai
pengguna aplikasi SIMPUS dalam melaksanakan tugasnya secara berkelanjutan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Abu. Ahmadi H. 1998. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Anonim. 2014. Pengertian Sistem Informasi. Wikipedia Ensiklopedia Online.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_informasi), diakses pada tanggal 10 November
2014.
Anonim. 2014. Technology Acceptance Model. Wikipedia Ensiklopedia Online.
(http://en.wikipedia.org/wiki/Technology_acceptance_model), diakses pada tanggal
10 November 2014.
Anonim. 2012. Technological self-efficacy. Wikipedia Ensiklopedia Online.
(http://en.wikipedia.org/wiki/Technological_self-efficacy), diakses pada tanggal
10 November 2014.
Anonim. 2013. Teori Kognitif Sosial. Wikipedia Ensiklopedia Online.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Kognitif_Sosial), diakses pada tanggal 24 Januari
2015.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: Rineka
Cipta.
Bandura, A. 1997. Social Foundation of Tought and Action: A Social Cognitive Theory. New
Jersey:Prentice-Hall,Inc.
Hasan, Bassam. 2007. Examining the Effects of Computer Self-Efficacy and System Complexity
on Technology Acceptance. Information Resources Management Journal, Volume 20,
Issue 3 edited by Mehdi Khosrow-Pour © 2007, IGI Global
Brown, James. H. 2008. Developing and Using a Computer Self-Efficacy Scale for Adults. 24th
Annual Conference on Distance Teaching and Learning. University of Winconsin,
Milwaukee, USA
Chang, Paul Vin-Cent. The Validity of an Extended Technology Acceptance Model (TAM) for
Predicting Intranet/Portal Usage. A Master’s paper for the M.S. in I.S. degree. April,
2004. 36 pages. Advisor: Barbara Wildemuth.
Compeau, D. R., & Higgins, C. A. (1995). Computer self-efficacy: Development of a measure
and initial test. MIS Quarterly. Volume 19, Number 2, pp. 189-211.
Dajan, Anto. 1986. Pengantar Metode Statistik Jilid Dua. Jakarta: LP3ES.
Davis, Fred .D. 1989. Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use and Acceptance of
Information System Technology. MIS Quarterly Vol.13 No.3 pp.319-339.
Davis, Fred D. 1993. User acceptance of information technology: system characteristic, user
perceptions and behavioral impacts. Int. J. Man-Machine Studies (1993) 38, 475-478.
University of Michigan, Business School, An Arbor, MI 48109, USA
Fithgerald, Jerry 2004. Pengertian Sistem, Jakarta
Fu, Jen-Ruei, Cheng-Kiang Farn, dan Wen-Pin Chao. 2005. Acceptance of electronic tax filing:
A study of taxpayer intentions. Information & Management 43 (2006) 109–126.
National Tax Administration of Northern Taiwan Province, Ministry of Finance.
Taiwan
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS Cetakan IV.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hall, James A. dan Tommie Singleton. 2007. Information Technology Auditing and Assurance,
Audit dan Assurance Teknoligi Informasi. Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Empat
Hartono, Jogiyanto. 2007. Sistem Informasi Keperilakuan. Yogyakarta: Andi
Hong, Jon-Chao, et al. The Innovativeness and Self-efficacy Predict the Acceptance of Using
iPad2 As a Green Behavior by The Government’s Top Administrators. TOJET: The
Turkish Online Journal of Educational Technology – April 2013, volume 12 Issue 2
Hunsinger, D. Scott dan Susanna B. Fransen. 2011. Factors Influencing People to Use Linux.
Journal of Information Systems Applied Research Volume 4, No. 1 April 2011 ISSN:
1946-1836. USA: Department of Computer Information Systems Appalachian State
University
22
Ikatan Akuntan Indonesia, 2009. Standar Akuntansi Keuangan. PSAK. No. 14
Ikatan Akuntan Indonesia, 2010. Standar Akuntansi Keuangan. PSAK. No. 23
Illias, Azleen dan Nurul Nazriah Binti Zainudin. 2013. Factor Affecting the Computerised
Accounting System (CAS) Usage in Public Sector. Journal of Internet Banking and
Commerce, April 2013, vol. 18, no.1
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi
Dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE.
Jogiyanto,HM., 2005, Analisis dan Desain Sistem Informasi, ANDI, Yogyakarta.
Kieso, D. E., Weygandt, J. J., & Warfield, T. D (2011). Intermediate Accounting Volume 1
IFRS Edition. United States of America : Wiley and Sons Inc.
Kim, Hyo-Jeong., Michael Mannino, dan Robert J. Nieschwietz. Information technology
acceptance in the internal audit profession: Impact of technology features and
complexity. International Journal of Accounting Information Systems 10 (2009) 214–
228
Kripanont, Nanaporn. 2007. Examining a Technology Acceptance Model of Internet Usage by
Academics within Thai Business Schools. Melbourne, Australia: Victoria University
Laudon, Kenneth C dan Jane P. Laudon. 2007. Sistem Informasi Manajemen. Edisi Kesepuluh.
Terjemahan Chriswan Sungkono dan Machmudin Eka P. Jakarta: Salemba Empat
Mathur, Roopa. 2011. Students' Perceptions of a Mobile Application for College Course
Management Systems. Minneapolis, Minnesota USA: Walden University
McLeod, Raymond dan George P. Schell .2011. Sistem Informasi Manajemen Edisi
Kesembilan. Jakarta: Salemba Empat
Mustafa, Hasan . 2000. Teknik Sampling. Jakarta: Erlangga.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 Tentang Perubahan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Perubahan Kedua Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja instansi
Pemerintah.
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional
Priyatno, Duwi. 2014. SPSS 22 Pengolah Data Terpraktis. Yogyakarta: Penerbit Andi
Rainer, Kelly R., dan Casey G Cegeielski. 2011. Introduction to Information Systems, Enabling
and Transforming Business. International Student Version. Asia: John Wiley & Sons
(Asia) Pte. Ltd
Reid, Michael. Ph.D dan Yair Levy, Ph.D. 2008. Integrating Trust and Computer Self-Efficacy
with TAM: An Empirical Assessment of Customers’ Acceptance of Banking Information
Systems (BIS) in Jamaica. Journal of Internet Banking and Commerce, December 2008,
vol. 12, no. 3
Romney, Marshall B., dan Paul John Steinbart. 2006. Sistem Informasi Akuntansi, Edisi
Kesembilan, Salemba Empat, Jakarta.
Santoso, Singgih. 2002. Buku Latihan Statistik Parametrik. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Sekaran, Uma. 2006. Metode Penelitian Untuk Bisnis, Edisi keempat. Terjemahan Kwan Men
Yon. Jakarta: Salemba Empat.
Sekaran, Uma. 2010. Research Method For Business : A Skill Building Approach, Fifth Edition.
United Kingdom : John Wiley & Sons Ltd.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
23
Sugiyono. 2008. Statistika untuk Penelitian. Cetakan Ketiga belas. Bandung : Penerbit Alfabeta
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RD. Bandung: Penerbit Alfabeta
Sulastomo. 2000. Manajemen Kesehatan. PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta
Surat Keputusan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara Nomor 63 tahun 2004.
Teo, Timothy. 2011. Technology Acceptance in Education Research and Issues. Netherland,
Rotterdam: Sense Publishers
Tim Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2014. Publik. (http://kbbi.web.id), diakses 10 November
2014.
Tim SIK Kabupaten Ngawi. 2007. Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS). Ngawi:
Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan
Daerah
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Venkatesh, Moris, M.G., Davis, G.B., and Davis F.D. 2003. User Acceptance of
InformationTechnology: Toward a Unified View. MIS Querterly, Vol.27,No.3,
September.
Woolfolk, A. E. (2004). Educatoinal psychology. New Jersey: Allyn & Bacon.