1
PENGARUH KOMPETENSI SOSIAL GURU PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI
KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PENDIDIKAN AGAMA
ISLAMDI KELAS VII SMP NEGERI KECAMATAN
POLONGBANGKENG UTARA
KABUPATEN TAKALAR
THE EFFECT OF SOCIAL COMPETENCY OF ISLAMIC RELIGIOUS
EDUCATION TEACHERS TO MOTIVATION LEARNING PARTICIPANTS
THROUGH EXTRACURRICULAR ACTIVITIES RELIGIOUS EDUCATION
ISLAM IN CLASS VII SENIOR HIGH SCHOOL
POLONGBANGKENG UTARA
DISTRICT TAKALAR
TESIS
JUMRIANI
Nomor Induk Mahasiswa : 105 01 15 026 14
PROGRAM PASCA SARJANA
MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2017
2
3
4
5
ABSTRAK Jumriani. 2017. Pengaruh Kompetensi Sosial Guru Pendidikan Agama Islam terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam di Kelas VII SMP Negeri Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar, di bimbing oleh Abd. Rahman Getteng dan Misykat Malik Ibrahim.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi sosial guru Pendidikan Agama Islam terhadap motivasi belajar peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam di Kelas VII SMP Negeri Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran kompetensi sosial guru Pendidikan Agama Islam, motivasi belajar peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler, dan pengaruh kompetensi sosial guru Pendidikan Agama Islam terhadap motivasi belajar peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam di Kelas VII SMP Negeri Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VII di SMP Negeri 3 Kecamatan Polongbangkeng Utara, SMP Negeri 5 Kecamatan Polongbangkeng Utara, dan SMP Negeri 2 Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling dengan jumlah sampel 44 orang. Instrumen yang digunakan adalah angket kompetensi sosial guru dan angket motivasi belajar peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam.
Analisis data yang digunakan adalah anilisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial. Hasil penelitian menujukkan bahwa deskripsi tingkat kompetensi sosial guru Pendidikan Agama Islam cenderung sedang dengan rata-rata 82,3. Sedangkan deskripsi motivasi belajar peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam cenderung sedang dengan rata-rata 85,11. Berdasarkan hasil analisis
statistik inferensial diperoleh persamaan regresinya yaitu . Hasil uji hipotesis menggunakan Regression Linear pada program SPSS for windows diperoleh p-value= 0,400 > 0,05, hal iniberarti H0 diterima. Dengan demikian, tidak ada pengaruh kompetensi sosial guru Pendidikan Agama Islam terhadap motivasi belajar peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam di Kelas VII SMP Negeri Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.
Kata kunci: Kompetensi Sosial Guru, Motivasi Belajar, Kegiatan Ekstrakurikuler, PAI
6
KATA PENGANTAR
Penulis memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Swt, atas rahmat
dan hidayah-nya sehingga penelitian dan penyusunan tesis dengan judul
“Pengaruh Kompetensi Sosial Guru Pendidikan Agama Islam terhadap
Motivasi Belajar Peserta Didik melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan
Agama Islam di Kelas VII SMP Negeri Kecamatan Polongbangkeng Utara
Kabupaten Takalar” dapat diselesaikan dengan baik.Salam dan shalawat
senantiasa penulis sampaikan kepada Rasulullah Muhammad Sallallahu’
Alaihi Wasallam sebagai satu-satunya uswahtun hazanah dalam
menjalankan aktivitas keseharian kita.
Proses penyelesaian tesis ini, merupakan suatu perjuangan yang
panjang bagi penulis. Selama proses penelitian dan penyusunan tesis ini,
tidak sedikit kendala yang dihadapi. Namun, berkat keseriusan
pembimbing mengarahkan dan membimbing penulis sehingga tesis ini
dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis patut
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setinggi-
tingginya kepada pembimbing Prof. Dr. H. Abd. Rahman Getteng, dan Dr.
Misykat Malik Ibrahim, M. Si. Ucapan terima kasih tak lupa pula
disampaikan kepada Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar,
Direktur Program Pascasarjana, Asisten Direktur I, Asisten Direktur II, dan
Ketua Prodi Pendidikan Islam yang telah memberikan kemudahan kepada
7
penulis, baik pada saat mengikuti perkuliahan, maupun pada saat
pelaksanaan penelitian dan penyusunan laporan. Mudah-mudahan
bantuan dan bimbingan yang diberikan mendapat pahala dari Allah Swt.
Terwujudnya tesis ini juga atas doa, dorongan, dan restu keluarga.
Oleh karena itu, terima kasih penulis ucapkan kepada suami tercinta,
anakda serta seluruh keluarga yang telah meluangkan waktunya dengan
penuh kesabaran, dukungan, dan perhatian membantu merampungkan
selesainya penulisan tesis ini, rekan-rekan mahasiswa Program
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar yang tidak dapat
disebutkan satu persatu, yang telah memberikan dorongan moril dalam
perkuliahan, dan penyusunan tesis ini. Ucapan terimakasih juga penulis
sampaikan kepada rekan-rekan guru dan siswa SMP Negeri Kecamatan
Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar yang turut membantu dalam
penelitian ini.
Akhirnya, penulis berharap semoga segala bantuan yang telah
diberikan oleh berbagai pihak dapat bernilai ibadah dan mendapatkan
pahala dari Allah Swt.
Makassar, Mei 2017
Jumriani
8
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................... ii
HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI............................................ iii
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ................................................ iv
ABSTAK ....................................................................................... v
ABSTRACT .................................................................................. vi
ABSTRAK BAHASA ARAB ........................................................... vii
KATA PENGANTAR ..................................................................... viii
DAFTAR ISI…………………………………………………………….. x
DAFTAR TABEL ……………………………………………………… xii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………. xiii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………. xiv BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ........................................................... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Kompetensi Sosial Guru ...................................... 9
B. Motivasi Belajar Peserta Didik ......................................... 18
C. Pendidikan Agama Islam (PAI) ......................................... 26
D. Kegiatan Ekstrakurikuler PAI ........................................... 34
E. Penelitian yang Relevan ................................................... 44
F. Kerangka Pikir .................................................................. 45
G. Hipotesis Penelitian .......................................................... 47
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian…………… ........................... 48
B. Lokasi Penelitian .............................................................. 49
9
C. Variabel Penelitian ........................................................... 49
D. Definisi Operasional Variabel .......................................... 49
E. Populasi Sampel .............................................................. 50
F. Instrumen Penelitan ......................................................... 53
G. Prosedur Penelitian .......................................................... 54
H. Teknik Analisis Data ......................................................... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................ 64
B. Pembahasan .................................................................... 76
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .......................................................................... 80
B. Saran ............................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 82
LAMPIRAN…………………………………………………………….. 85
10
DAFTAR TABEL
Tabel Teks Halaman
3.1
Jumlah Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 3 Kecamatan
Polongbangkeng Utara, SMP Negeri 5 Kecamatan
Polongbangkeng Utara, dan SMP Negeri 2 Kecamatan
Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar…………..................
51
4.1 Statistik Deskriptif Skor Kompetensi Sosial Guru Pendidikan
Agama Islam Kelas VII SMP Negeri Kecamatan .
Polongbangkeng Utara Kabupaten. Takalar ……………………..
66
4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Kompetensi Sosial Guru
Pendidikan Agama Islam Kelas VII SMP Negeri Kecamatan.
Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar……………………....
66
4.3 Statistik Deskriptif Skor Motivasi Belajar Peserta Didik melalui
Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam Kelas VII
SMP Negeri Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten
Takalar……………………………………………………………
68
4.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Motivasi Belajar Peserta
Didik melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam
Kelas VII SMP Negeri Kecamatan Polongbangkeng Utara
Kabupaten Takalar …………………………….............................
69
4.5 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Test……………....... 70
4.6 Hasil Uji Linieritas Data Kompetensi Sosial Guru Pendidikan
Agama Islam dengan Motivasi Belajar Peserta Didik melalui
Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam……………..
72
4.7 Hasil Uji Koefisien Korelasi Data Kompetensi Sosial Guru
Pendidikan Agama Islam dengan Motivasi Belajar Peserta Didik
melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam........
75
11
DAFTAR GAMBAR
Gambar Teks Halaman
Gambar 3.1 Gambar 4.1 Gambar 4.2
Desain Penelitian ……………………………………………..
Kompetensi Sosial Guru Pendidikan Agama Islam Kelas
VII SMP Negeri Kecamatan Polongbangkeng Utara
Kabupaten Takalar…………………………………………….
Motivasi Belajar Peserta Didik melalui Kegiatan
Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam Kelas VII SMP
Negeri Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten
Takalar….............................................................................
.
48 67 70
12
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran teks Halaman
1. Kisi-kisi Instrumen Kompetensi Sosial Guru Pendidikan
Agama Islam……………………………………………………….. 85
2. Instrumen Angket Kompetensi Sosial Guru Pendidikan Agama
Islam………………………………………………………………….. 88
3. Kisi-kisis Instrumen Angket Motivasi Belajar Peserta Didik
Melalui Kegiatan Ekstra Kurikuler Pendidikan Agama Islam…... 92
4. Instrumen Angket Motivasi Belajar Peserta Didik melalui
Kegiatan Ekstra Kurikuler Pendidikan Agama Islam………….… 93
5. Analisis Data …………………………………………………….….. 97
6. Foto-foto Penelitian …….....……………………………………....... 105
7. Persuratan………………………….………………………………… 08
8. Riwayat Hidup………………………………………………..………. 109
13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk
mengembangkan kualitas manusia sebagai suatu kegiatan yang sadar
akan tujuan (Djamarah, 2005: 22). Aktivitas dalam mendidik yang
merupakan suatu pekerjaan memiliki tujuan yang hendak dicapai. Dalam
pelaksanaannya terjadi suatu proses yang berkesinambungan di setiap
jenis dan jenjang pendidikan, semuanya berkaitan dalam suatu sistem
pendidikan yang integral.
Pendidikan Islam pada dasarnya adalah pendidikan yang bertujuan
untuk membentuk pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh
potensi manusia baik yang berbentuk jasmani maupun rohani.
Menumbuhkan hubungan yang harmonis setiap pribadi dengan Tuhan,
manusia dan alam semesta (Hidayat, 2011: 31). Adapun tujuan
Pendidikan Agama Islam di sekolah ialah agar murid memahami, terampil
merealisasikan pengetahuannya, serta berakhlak mulia dalam kehidupan
pribadi, berkeluarga, dan bermasyarakat.
Menurut Mulyasa (2007: 175), faktor penting dalam pendidikan,
termasuk Pendidikan Agama Islam adalah guru. Guru merupakan
komponen paling menentukan dalam pendidikan dan memegang peran
utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang
diselenggarakan secara formal di sekolah. Selain itu, guru di mata
14
masyarakat dan peserta didik merupakan panutan yang perlu dicontoh
dan merupakan suri-teladan dalam kehidupan sehari-hari. Guru harus
mengambil keputusan secara cepat, tepat waktu, dan tepat sasaran
terutama berkaitan dengan masalah pembelajaran peserta didik.
Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar
terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan
dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan
hidupnya secara optimal. Keyakinan ini muncul karena manusia adalah
makhluk lemah,yang dalam perkembangannya senantiasa membutuhkan
orang lain, sejak lahir,bahkan pada saat meninggal. Semua itu
menunjukkan bahwa setiap orang membutuhkan orang lain dalam
perkembangannya, demikian halnya dengan peserta didik; ketika orang
tua mendaftarkan anaknya ke sekolah, pada saat itu juga ia menaruh
harapan terhadap guru, agar anaknya dapat berkembang secara optimal.
Tujuan tersebut bisa tercapai jika seorang guru memiliki kompetensi yang
tinggi. Salah satu yang harus dimiliki oleh guru adalah kompetensi sosial.
Uno, (2008: 19) mengemukakan bahwa dalam kompetensi sosial,
sudah menjadi kodrat manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk etis.
Ia harus dapat memperlakukan peserta didiknya secara wajar dan
bertujuan agar tercapai optimalisasi potensi pada diri masing-masing
perserta didik. Ia harus memahami dan menerapkan prinsip belajar
humanistik yang beranggapan bahwa keberhasilan belajar ditentukan
oleh kemampuan yang ada pada diri peserta didik tersebut. Instruktur
15
hanya bertugas melayani mereka sesuai kebutuhan mereka masing-
masing. Kompetensi sosial yang dimiliki seorang guru adalah menyangkut
kemampuan berkomunikasi dengan peserta didik dan lingkungan mereka
(seperti orang tua, tetangga, dan sesama teman).
Kunandar (2007: 76) mengemukakan bahwa kompetensi sosial
merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Adapun guru yang
memiliki kompetensi sosial memiliki ciri-ciri: 1) Mampu berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik, 2) Mampu berkomunikasi
dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga
kependidikan, 3) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa guru
sebagai pendidik harus memiliki kompetensi sosial. Karena berkaitan
dengan pendidik atau sumber belajar, guru selalu menjalin komunikasi
yang baik dengan peserta didik, orang tua, tetangga, dan teman
seprofesi. Kompetensi sosial guru berhubungan dengan pencapaian
hasil belajar anak.Karena bagaimana mungkin anak dapat menyerap
bahan pelajaran dengan baik jika guru kurang kemampuannya dalam
berkomunikasi dengan peserta didik. Di dalam proses pembelajaran, guru
menjadi alat motivasi eksterinsik guna memberikan dorongan dari luar diri
peserta didik. Motivasi diberikan agar murid belajar lebih bergairah, baik
16
dalam mendengarkan pelajaran maupun di saat diskusi dengan guru dan
dengan teman lainnya di dalam kelas maupun di luar kelas.
Kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran disebut kegiatan
ekstrakurikuler.Sekolah tidak hanya menyediakan kegiatan pendidikan
intrakurikuler, akan tetapi sekolah juga menyediakan kegiatan
ekstrakurikuler yang berguna untuk lebih memantapkan bakat yang ada
dalam diri peserta didik di luar kemampuan akademiknya.Keberadaan
ekstrakurikuler sangat baik apabila diletakkan pada perannya dengan
tujuan yang jelas. Kegiatan ekstrakurikuler tidak hanya sebagai
pelengkap pembelajaran di sekolah,tetapi justru menjadi sebuah tempat
pengembangan bakat yang tertanam dalam diri peserta didik.
Peserta didik yang tertarik atau menyukai suatu aktivitas maka
peserta didik tersebut dikatakan memiliki minat, kemudian di saat peserta
didik bergerak melakukan aktivitas apa yang peserta didik tersebut suka
maka dikatakan peserta didik tersebut memiliki motivasi karena ada
dorongan yang timbul dalam diri peserta didik tersebut.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan SMP Negeri 3
Kecamatan Polongbangkeng Utara, SMP Negeri 5 Kecamatan
Polongbangkeng Utara, dan SMP Negeri 2 Kecamatan Polongbangkeng
Kabupaten Takalar, menyimpulkan bahwa secara umun peserta didik di
sekolah tersebut secara rutin mengikuti ekstrakurikuler Pendidikan
Agama Islam yang diselenggarakan di sekolah, namun motivasi belajar
peserta didik masih kurang. Mereka kurang memaksimalkan bakat yang
17
mereka miliki melalui kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam
karena masih merasa canggung dengan guru mereka. Guru kurang
berinteraksi dan berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik
sehingga peserta didik merasa ada sekat yang membatasi ruang gerak
mereka untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan mereka di
hadapan guru melalui kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Gusfar Efendi, dkk
yang berjudul “Kompetensi Sosial Guru BK/Konselor Sekolah (Studi
Deskriptif di SMA Negeri Kota Padang) menyimpulkan bahwa kompetensi
sosial guru BK/konselor sekolah di SMA Negeri Padang dilihat dari
kolaborasi interndi tempat bekerja berada pada kategori cukup baik,
kompetensi sosial guru BK/konselor sekolahdi SMA Negeri Padang dilihat
dari peran dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling
berada pada kategori cukup baik, dan kompetensi sosial guru BK/konselor
sekolah di SMA Negeri Padang dilihat dari kolaborasi antar profesi berada
pada kategori cukup baik.
Artikel yang dibuat oleh Muh. Ilyas Ismail yang berjudul “Kinerja dan
Kompetensi Guru dalam Pembelajaran” menyatakan bahwa kinerja lebih
berkonotasi pada sejauh mana seseorang melakukan aktivitas baik yang
berkenaan dengan tugas dan kewajiban yang sesuai dengan tingkat
kompetensi yang dikuasainya atau dengan kata lain kinerja sebagai
perilaku lebih banyak dimotori dan dikoordinasikan oleh sejumlah
18
pengetahuan maupun informasi yang dikuasai seseorang dalam
melaksanakan kegiatan sesuai dengan tuntutan tugasnya.
Dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Pengaruh Kompetensi Sosial Guru Pendidikan
Agama Islam terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik melalui Kegiatan
Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islamdi Kelas VII SMP Negeri
Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran kompetensi sosial guru Pendidikan Agama
Islam di Kelas VII SMP Negeri Kecamatan Polongbangkeng Utara
Kabupaten Takalar?
2. Bagaimana gambaran motivasi belajar peserta didik melalui kegiatan
ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islamdi Kelas VII SMP Negeri
Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar?
3. Adakah pengaruh kompetensi sosial guru Pendidikan Agama Islam
terhadap motivasi belajar peserta didik melalui kegiatan
ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam di Kelas VII SMP Negeri
Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar?
19
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui gambaran kompetensi sosial guru Pendidikan Agama
Islam di Kelas VII SMP Negeri Kecamatan Polongbangkeng Utara
Kabupaten Takalar.
2. Mengetahui gambaran motivasi belajar peserta didik melalui kegiatan
ekstrakurikuler di Kelas VII SMP Negeri Kecamatan Polongbangkeng
Utara Kabupaten Takalar.
3. Menganalisis pengaruh kompetensi sosial guru Pendidikan Agama
Islam terhadap motivasi belajar peserta didik melalui kegiatan
ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam di Kelas VII SMP Negeri
Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam meningkatkan motivasi
belajar peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama
Islam.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dan
memberikan kontribusi pemikiran kepada berbagai pihak antara lain:
20
a. Bagi Sekolah
Dengan mengaktifkan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah maka
diharapkan terjalin komunikasi dan interaksi yang positif antara guru dan
peserta didik sehingga dapat membangkitkan motivasi belajar peserta
didik.
b. Bagi Guru
Guru diharapkan memiliki kompetensi sosial agar dapat menjalin
komunikasi yang baik dengan peserta didik melalui kegiatan
ekstrakurikuler yang ada di sekolah.
c. Bagi Peserta didik
Komunikasi yang efektif dan menyenangkan antara guru dan
peserta didik diharapkan mampu membangkitkan motivasi belajar peserta
didik melalui kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam.
21
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Kompetensi Sosial Guru
1. Pengertian Kompetensi Guru
Kompetensi berasal dari kata kompeten yang berarti wenang;
cakap; berkuasa menentukan atau memutuskan sesuatu. Sedangkan
kompetensi itu sendiri berarti kewenangan atau kekuasaan untuk
menentukan suatu hal (Depdikbud,2014: 453). Istilah kompetensi
berhubungan dengan dunia pekerjaan. Kompetensi mengandung
pengertian pemilikan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang
dituntut oleh jabatan tertentu. Kompetensi dimaknai pula sebagai
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam
kebiasaan berfikir, dan bertindak. Kompetensi diartikan sebagai
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh
seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga ia dapat
melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan
sebaik-baiknya.
Menurut Usman (2006: 4), kompetensi diartikan sebagai
kemampuan melaksanakan tugas yang diperoleh melalui pendidikan dan
atau pelatihan. Kompetensi merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki
oleh setiap guru. Jika guru tidak memiliki kompetensi , mustahil ia akan
menjalankan tugasnya dengan baik dan optimal. Mengenai kompetensi
dalam pandangan Islam, meski tidak dijelaskan secara eksplisit dan
22
terperinci tapi ada hadits Nabi menyatakan bahwa suatu urusan atau
perkara harus diserahkan kepada ahlinya (orang yang berkompoten)
sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dalam Shohih
Bukhorinya (Al-Ju’fi dalam Irfan, 2011) berikut:
اعةفان روسدإذاالس لهغي رإلىالأم تظرأه
Artinya: “Apabila suatu perkara diserahkan kepada yang bukan
ahlinya maka tunggulah kehancurannya”. (H.R. Bukhori)
Hadits tersebut menerangkan bahwa suatu urusan atau perkara
harus diserahkan kepada ahlinya, begitu pula dalam hal mengajar dan
mendidik. Hendaklah seorang guru harus memiliki kompetensi dan
keprofesionalan yang tinggi dalam bidangnya karena jika tidak memiliki
keduanya maka tunggulah saat kehancurannya.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2005, dijelaskan dalam bab I pasal 1 ayat 1 bahwa guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Lebih lanjut mengenai kedudukan, fungsi, dan
tujuan guru dijelaskan dalam pasal 2 bahwa guru mempunyai kedudukan
sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal
yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.Kedudukan
guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan martabat
23
dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan
mutu pendidikan nasional.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “guru adalah orang yang
pekerjaannya (mata pencaharian profesinya) mengajar”. Usman (2006: 5)
mendefinisikan bahwa guru merupakan jabatan atau profesi yang
memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Adapun Daulay (2004: 75)
menyatakan bahwa:
Guru adalah salah satu diantara faktor pendidikan yang memiliki perasaan yang paling strategis, sebab gurulah sebetulnya pemain yang paling menentukan di dalam terjadinya proses belajar mengajar. Di tangan guru yang cekatan fasilitas dan sarana yang kurang memadai dapat diatasi, tetapi sebaliknya di tangan guru yang kurang cakap, sarana, dan fasilitas yang canggih tidak banyak memberi manfaat.
Disamping itu, guru bukan hanya berprofesi sebagai pengajar saja,
tetapi lebih dari itu guru juga berperan sebagai pendidik. Dengan kata lain,
guru sebagai pendidik dan pembina generasi muda harus menjadi teladan
dan ikutan di dalam dan di luar sekolah, serta bertingkah laku sesuai
dengan harapan masyarakat dan agama yang dianutnya.
Melihat pendapat para ahli di atas tentang pengertian guru dapat
diambil kesimpulan bahwa seseorang bisa dikatakan guru oleh oranglain
jika ia memiliki keahlian-keahlian khusus yang diperlukan oleh seorang
guru dan juga ia tidak hanya sekedar mengajar semata tetapi harus dapat
menjadi pendidik yang menjadi teladan di dalam dan di luar sekolah.
Dalam pasal 8 bab IV Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
14 Tahun 2005, guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
24
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi guru
sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional
yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa kompetensi guru merupakan kemampuan atau kewenangan
seorang guru dimana dalam melaksanakan segala kewajibannya dituntut
kualitasnya sebagai seorang guru, memiliki profesionalitas yang tinggi
serta memenuhi persyaratan yang diperlukan sebagai guru yang
berkompeten sesuai undang-undang yang berlaku.
2. Kompetensi Sosial Guru
Dalam Standar Nasional Pendidikan penjelasan pasal 28 ayat 3
butir (d) dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial
adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar (Mulyasa, 2007: 173). Hal tersebut diuraikan lebih
lanjut dalam RPP tentang guru, bahwa kompetensi sosial merupakan
kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang-
kurangnya memiliki kompetensi untuk:
a. Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat.
b. Menggunakan tekhnologi komunikasi dan informasi secara fungsional.
25
c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, dan orang tua/wali peserta didik.
d. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar
Rahman (2009:173) menyatakan bahwa:
Kompetensi sosial guru dapat berarti kecakapan dan kemampuan guru berinteraksi dengan murid dan lingkungan masyarakat. Karena guru merupakan tokoh atau tipe makhluk yang diberikan tugas dalam membina dan membimbing murid atau masyarakat ke arah norma yang berlaku, sehingga harus memiliki kemampuan sosial dengan masyarakat.
Kompetensi sosial menurut Slamet (Syaiful Sagala, 2009: 38)
terdiri atas sub kompetensi yaitu :
a. Memahami dan menghargai perbedaan serta memiliki kemampuan
mengelola konflik dan benturan.
b. Melaksanakan kerja sama secara harmonis.
c. Membangun kerja team (team work) yang kompak, cerdas, dinamis
dan lincah
d. Melaksanakan komunikasi secara efektif dan menyenangkan.
e. Memiliki kemampuan memahami dan menginternalisasikan perubahan
lingkungan yang berpengaruh terhadap tugasnya.
f. Memiliki kemampuan menundukkan dirinya dalam system nilai yang
berlaku di masyarakat.
g. Melaksanakan prinsip tata kelola yang baik.
Kompetensi sosial terkait dengan kemampuan guru sebagai
makhluk sosial dalam berinteraksi dengan orang lain. Sebagai makhluk
sosial guru berprilaku santun, mampu berkomunikasi dan berinteraksi
26
dengan lingkungan secara efektif dan menarik mempunyai rasa empati
terhadap orang lain. Kemampuan guru berkomunikasi dan berinteraksi
secara efektif dan menarik dengan peserta didik, sesama pendidik dan
tenaga kependidikan, orang tua dan wali peserta didik, masyarakat
sekolah dan dimana pendidik itu tinggal, dan dengan pihak-pihak
berkepentingan dengan sekolah.
Peraturan Menteri Agama No.16/2010 tentang Pengelolaan
Pendidikan Agama pada Sekolah Pasal 16 “ kompetensi sosial guru
pendidikan agama yaitu sebagai berikut:
Kompetensi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Sikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif berdasarkan
jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan
status sosial ekonomi.
b. Sikap adaptif dengan lingkungan sosial budaya tempat bertugas
c. Sikap komunikatif dengan komunitas guru, warga sekolah dan warga
masyarakat.
Dengan kompetensi sosial yang dimiliki dan diharapkan guru
Pendidikan Agama Islam mampu untuk mengatasi masalah yang dialami
peserta didik yaitu kurangnya pembentukan karakter yang baik bagi
peserta didik, dengan melihat idikator-indikator kompetensi sosial guru,
yaitu:
a. Guru selaku pendidik hendaknya selalu menjadikan dirinya suri
tauladan bagi anak didiknya.
27
b. Di dalam melaksanakan tugas harus dijiwai dengan kasih sayang, adil
serta menumbuhkannya dengan penuh tanggung jawab
c. Guru wajib menjunjung tinggi harga diri setiap murid.
d. Guru seyogyanya tidak memberi pelajaran tambahan kepada
muridnya sendiri dengan memungut bayaran.
Berdasarkan beberapa pengertian kompetensi sosial di atas, dapat
disimpulkan bahwa kompetensi sosial guru adalah kemampuan dan
kecakapan seorang guru dalam berkomunikasi dan berinteraksi secara
efektif pada pelaksanaan proses pembelajaran serta masyarakat sekitar.
Ada dua karakteristik guru yang memiliki kompetensi sosial, yaitu:
a. Berkomunikasi secara santun
Lima cara terampil dalam melakukan komunikasi dengan santun,
yaitu:
1) Ketahuilah apa yang ingin anda katakan
2) Katakanlah dan duduklah
3) Pandanglah pendengar
4) Bicarakan apa yang menarik minat pendengar
5) Janganlah membuat sebuah pidato.
b. Bergaul secara efektif
Bergaul secara efektif mencakup mengembangkan hubungan
secara efektif dengan peserta didik. Dalam bergaul dengan peserta didik,
haruslah menggunakan prinsip saling menghormati, mengasah,
mengasuh dan mengasihi.
28
Selain itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru
berkaitan dengan kompetensi sosial dalam berkomunikasi dengan orang
lain, antara lain:
a. Bekerjasama dengan teman sejawat
Danim (2011: 229) menyatakan bahwa jagalah hubungan baik
dengan sejawat, buahnya adalah kebahagiaan. Guru-guru harus
berinteraksi dengan sejawat. Mereka harus dapat bekerja sama dan saling
menukar pengalaman. Dalam bekerjasama, akan tumbuh semangat dan
gairah kerja yang tinggi.
Dalam ayat 7 kode etik guru disebutkan bahwa “Guru memelihara
hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan
sosial”. Ini berarti bahwa: (1) guru hendaknya menciptakan dan
memelihara hubungan sesama guru dalam lingkungan kerjanya, dan (2)
guru hendaknya menciptakan dan memelihara semangat kekeluargaan
dan kesetiakawanan sosial didalam dan diluar lingkungan kerjanya.
b. Bekerjasama dengan kepala sekolah
Kepala sekolah merupakan unsur pembina guru yang paling
strategis dalam jabaran tugas di lingkungan pendidikan formal. Menurut
Smith, mereka harus mampu menciptakan sistem kerja yang harmonis,
menampakkan suatu tim kerja yang mampu mendorong guru bekerja lebih
efektif.
29
c. Bekerjasama dengan peserta didik
Guru bertugas menciptakan iklim belajar yang menyenangkan
sehingga peserta didik dapat belajar dengan nyaman dan gembira.
Kreatifitas peserta didik dapat dikembangkan apabila guru tidak
mendominasi proses komunikasi belajar, tetapi guru lebih banyak
mengajar, memberi inspirasi agar mereka dapat mengembangkan
kreatifitas melalui berbagai kegiatan belajar sehingga peserta didik
memperoleh berbagai pengalaman belajar. Hal itu dapat memberi
kesegaran psikologis dalam menerima informasi. Disinilah terjadi proses
individualisasi dan proses sosialisasi dalam mendidik.
Adapun hal-hal yang menentukan keberhasilan komunikasi dalam
kompetensi sosial seorang guru adalah:
a. Audience atau sasaran komunikasi, yakni dalam berkomunikasi
hendaknya memperhatikan siapa sasarannya sehingga komunikator
bisa menyesuaikan gaya dan “irama” komunikasi menurut karakteristik
sasaran. Berkomunikasi dengan peserta didik SD tentu berbeda
dengan peserta didik SMA
b. Behaviour atau perilaku, yakni perilaku apa yang diharapkan dari
sasaran setelah berlangsung dan selesainya komunikasi. Misalnya
seorang guru sejarah sebagai komunikator ketika sedang berlangsung
dan setelah selesai menjelaskan Peristiwa Pangeran Diponegoro,
perilaku peserta didik apa yang diharapkan. Apakah peserta didik
menjadi sedih dan menangis merenungi nasib bangsanya, atau
30
peserta didik mengepalkan tangan seolah-olah akan menerjang
penjajah Belanda. Hal ini sangat terkait dengan keberhasilan
komunikasi guru sejarah tersebut.
c. Condition atau kondisi, yakni dalam kondisi yang seperti apa ketika
komunikasi sedang berlangsung. Misalnya ketika guru Matematika
mau menjelaskan rumus-rumus yang sulit. Seorang guru harus
mengetahui kondisi peserta didik tersebut, apakah sedang gembira
atau sedang sedih, atau sedang kantuk karena semalam ada acara.
Dengan memahami kondisi seperti ini maka guru dapat menentukan
strategi apa yang ia gunakan agar nantinya apa yang diajarkan bisa
diterima oleh peserta didik.
d. Degree atau tingkatan, yakni tingkatan manakah target bahan
komunikasi yang harus dikuasai oleh sasaran itu sendiri. Misalnya
saja ketika seorang guru Bahasa Inggris menjelaskan kata kerja
menurut satuan waktunya, past tense, present tense dan future tense,
berapa jumlah minimal kata kerja yang harus dihafal oleh peserta didik
pada hari itu. Jumlah minimal kata kerja yang dikuasai oleh peserta
didik dapat dijadikan sebagai alat ukur keberhasilan guru Bahasa
Inggris tersebut. Apabila tercapai berarti ia berhasil, sebaliknya
apabila tidak tercapai berarti ia gagal.
B. Motivasi Belajar Peserta Didik
Motivasi berawal dari kata “motif” yang diartikan sebagai daya
penggerak atau pendorong. Motif dapat diartikan sebagai kekuatan yang
31
terdapat dalam individu yang menyebabkan individu tersebut bertindak
atau berbuat sesuatu yang mempunyai tujuan. Jadi, motivasi merupakan
keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku ke
arah tujuan.
Sumantri (2015: 374) mendefinisikan motivasi sebagai suatu
rangkaian usaha berbentuk kekuatan yang berfungsi mendorong
seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Sardiman (2007) dalam Sumantri (2015: 374), memotivasi
merupakan perubahan-perubahan energi yang terjadi di dalam diri
seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului
dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Sedangkan James Drever
dalam Sumantri (2015: 375) menjelaskan bahwa motif adalah sebuah
faktor alamiah yang efektif yang bergerak dalam menentukan arah
tingkah laku seseorang menuju pada tujuan akhir atau cita-cita, baik
dipahami secara sadar atau tidak.
Motivasi dalam diri individu mempunyai kekuatan yang berbeda,
ada motif yang begitu kuat sehingga menguasai motif-motif lainnya. Motif
yang paling kuat adalah motif yang menjadi penyebab utama tingkah laku
individu.
32
Terjemahannya:“bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu
mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya
atas perintah Allah[767]. Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan
sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan[768] yang ada pada
diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap
sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak
ada pelindung bagi mereka selain Dia” (Shihab, 2002).
Dalam islam kita memang diharuskan start action (baca : ikhtiar) ,
kita tidak bisa hanya berdoa saja (baca tawakkal) dan berpangku tangan
saja apalagi hanya bermimpi (baca dreaming) . Makna doa itu sendiri
adalah berusaha, jadi salah kaprah kalau ada orang berdoa saja dan tidak
berusaha.Memang segala sesuatu telah diatur oleh Allah SWT, namun
Allah SWT juga benci kepada orang yang hanya berpangku tangan saja.
Kita tidak akan memiliki keterampilan dan kemampuan begitu saja tanpa
kita belajar dan berusaha.
Sumantri (2015) menjelaskan tiga fungsi motivasi sebagai berikut:
1. Mendorong manusia untuk berbuat sebagai penggerak atau motor
yang melepaskan energy motivasi dalam hal ini merupakan motor
penggerak dari setiap kegiatan yang dikerjakan.
2. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak
dicapai. Dengan demikian, motivasi dapat memberikan arah dan
kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
33
3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa
yang harus dikerjakan yang sesuai dengan tujuan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
motivasi adalah segala sesuatu kekuatan atau energi yang mampu
menggerakkan tingkah laku seseorang yang timbul oleh adanya
rangsangan baik dari dalam maupun dari luar individu yang ditandai
dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan akhir.
Motivasi belajar dalam proses pembelajaran sangat diperlukan dan
guru harus senantiasa memberikan motivasi-motivasi dalam setiap proses
pembelajaran karena itu akan sangat berguna dalam keberhasilan proses
pembelajaran yang akan dilakukan. Uno (2008) dalam Sumantri (2015:
378), motivasi belajar adalah dorongan dan kekuatan dalam diri
seseorang untuk melakukan tujuan tertentu yang ingin dicapai. Dengan
kata lain motivasi belajar dapat diartikan sebagai suatu dorongan yang
ada pada diri seseorang sehingga seseorang mau melakukan aktivitas
atau kegiatan belajar guna mendapatkan beberapa keterampilan dan
pengalaman.
Lebih lanjut Uno (2008) menegaskan bahwa motivasi belajar
adalah dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang
belajar sehingga mengadakan perubahan tingkah laku dengan indicator
sebagai berikut:
1. Adanya hasrat dan keinginan untuk sukses dan berhasil.
2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.
34
3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan.
4. Adanya penghargaan dalam kelompok.
5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.
6. Adanya lingkungan yang kondusif sehingga peserta didik dapat
belajar dengan baik.
Bomia et al. (1997: 1) dalam Yunus (2009: 93), motivasi mengacu
pada kesediaan, kebutuhan, keinginan dan dorongan peserta didik untuk
berpartisipasi, dan menjadi sukses dalam proses pembelajaran. Sobel &
Maletsky (2004: 31-32) dalam Farhan & Retnawati (2014: 229)
menegaskan bahwa penting untuk dicatat bahwa murid-murid seharusnya
diberi waktu yang cukup untuk menformulasikan dugaan dan
mendiskusikannya di dalam kelas sebelum mencoba mencari jawaban
yang benar melalui perhitungan. Jika tidak disediakan waktu yang cukup,
topik yang disampaikan hanya akan membuat murid-murid melakukan
perhitungan dan kehilangan aspek motivasi.
Motivasi merupakan suatu stimulus yang memberikan kekuatan
(energi) kepada seseorang untuk melaksanakan suatu aktivitas, yang
mengarahkannnya agar tepat pada tujuan yang diharapkan dan menjaga
agar tetap stabil terhadap apa yang telah dilakukan. Kecenderungan
motivasi dalam diri seorang individu akan terlihat pada kinerja peserta
didik pada aktivitas pembelajaran matematika. Santrock (2009: 199)
dalam Farhan & Retnawati (2014: 299) mengatakan bahwa motivasi
35
melibatkan proses yang memberikan energi, mengarahkan, dan
mempertahankan perilaku.
Motivasi belajar dalam proses pembelajaran sangat diperlukan dan
guru harus senantiasa memberikan motivasi-motivasi dalam setiap proses
pembelajaran karena itu akan sangat berguna dalam keberhasilan proses
pembelajaran yang akan dilakukan. Winkel (1995) dalam Sumantri (2015:
379) memegang peranan penting dalam memberikan gairah atau
semangat dalam belajar, sehingga peserta didik yang bermotivasi kuat
memiliki energy banyak untuk melakukan kegiatan belajar.
Woolfolk (1993) dalam Sumantri (2015: 381) mengemukakan
beberapa pandangan dasar yang berhubungan dengan motivasi belajar,
yaitu:
1. Pandangan behavioris, menekankan pengaruh dari unsur
rangsangan, kontiguitas, penguatan/peneguhan, dan hukuman pada
masalah motivasi. Seseorang termotivasi untuk berperilaku tertentu,
agar mendapatkan penguatan/ peneguhan atau dapat menghindarkan
dirinya dari suatu hukuman. Kejadian yang berlangsung ialah adanya
perangsangan (stimulus), diikuti dengan adanya reaksi (respons)
sehingga menimbulkan akibat tertentu. Motivasi dalam hal ini
berfungsi sebagai daya penggerak yang ada pada orang itu untuk
berperilaku tertentu guna mendapatkan akibat yang diinginkan.
2. Pandangan humanistis, menekankan kebebasan perorangan, hak
memilih sendiri, mengatur sendiri, menentukan sendiri,
36
mengembangkan diri secara optimal, dan dorongan memperkaya diri.
Daya penggerak yang menimbulkan perilaku bersumber pada unsur-
unsur internal. Hubungannya dengan motivasi ialah peran kebutuhan
yang mendasari unsur-unsur internal.
3. Pandangan kognitivis, menentukan peranan keyakinan, tujuan,
penafsiran, harapan, minat, dan kemampuan. Berbeda dengan
pandangan behavioris, maka pandangan ini membahas apa yang
berlangsung dalam diri subjek yang berhadapan dengan pengalaman
dan kejadian. Daya motivasional menurut pandangan ini adalah isi
interpretasi yang diberikan kepada rangsangan baik dari dalam
maupun dari luar. Sejalan dengan pandangan kognitivis, maka orang
sebagai sumber motivasinya sendiri.
4. Pandangan belajar sosial, memperhatikan baik pengaruh dari akibat
maupun peranan dari interpretasi individu. Pandangan yang
memadukan pandangan behavioris dan pandangan kognitivis ini
dapat dicirikan sebagai konseptulisasi “pengharapan dan
penghargaan” (expenctancy value). Hal ini berarti bahwa motivasi
belajar pada diri seseorang dilihat sebagai produk dari pengharapan
untuk mendapatkan suatu akibat dan penafsiran terhadap arti akibat
itu untuk dirinya sendiri.
Motivasi berdasarkan sumber yang menimbulkannya dibagi
menjadi dua, yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. W. S. Winkel
(1995) dalam Sumantri (2015: 381) mengatakan bahwa motivasi belajar
37
dibedakan dalam motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Motivasi
ekstrinsik, yakni kegiatan belajarnya dimulai dan dilanjutkan berdasarkan
atas kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berhubungan
dengan kegiatan belajar itu sendiri. Misalnya, rajin belajar karena ingin
mendapatkan hadiah yang dijanjikan kepadanya jika dia mendapatkan
hasil yang baik. Motivasi intrinsik, yakni kegiatan belajarnya dimulai dan
diteruskan berdasarkan penghayatan suatu keinginan dan dorongan yang
secara mutlak berkaitan dengan kegiatan belajar. Misalkan, peserta didik
belajar ingin mengetahui seluk beluk suatu masalah.
Menurut Uno (2011: 9) dalam Farhan & Retnawati (2014: 230),
motivasi intrinsik berisi:
1. Penyesuaian tugas dengan minat,
2. Perencanaan yang penuh variasi,
3. Umpan balik atas respon peserta didik,
4. Kesempatan respon peserta didik yang aktif, dan
5. Kesempatan peserta didik untuk menyelesaikan tugasnya.
Lebih lanjut Uno (2011: 9) dalam Farhan & Retnawati (2014: 230)
mengatakan bahwa motivasi ekstrinsik mencakup antara lain:
1. Penyesuaian tugas dengan minat,
2. Perencanaan yang penuh variasi,
3. Respon peserta didik,
4. Kesempatan peserta didik yang aktif,
5. Kesempatan peserta didik untuk menyelesaikan tugas pekerjaannya.
38
6. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.
Indikator motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik dapat
disimpulkan berdasarkan pendapat Uno (2011: 10) dalam Farhan &
Retnawati (2014: 230) bahwa motivasi adalah dorongan internal dan
eksternal dalam diri seseorang untuk mengadakan perubahan tingkah
laku, yang mempunyai indikator sebagai berikut:
1. Adanya hasrat dan keinginan untuk melakukan kegiatan,
2. Adanya dorongan dan kebutuhan melakukan kegiatan,
3. Adanya harapan dan cita-cita,
4. Penghargaan dan penghormatan atas diri,
5. Adanya lingkungan yang baik, dan
6. Adanya kegiatan yang menarik.
C. Pendidikan Agama Islam.
Kalimat Pendidikan Agama Islam secara bahasa terbagi tiga kata
yaitu pendidikan, agama dan kata Islam. Pendidikan menurut Routledge
(2011: 12) adalah process of acquiring or imparting knowledge and skills.
Yang berarti bahwa proses mendapatkan atau menanamkan pengetahuan
dan keterampilan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Depdikbud,2014: 172) pendidikan mengandung maksud suatu proses
dalam rangka mengubah sikap dan tata tingkah laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui kegiatan
pengajaran dan pelatihan. Pendidikan adalah The art of imparting or
39
acquiring knowledge and habit through instructional as study (Joe Park,
1962: 3).
Kata agama berarti ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan
(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta
tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia
serta lingkungannya. Kata Islam berasal dari bahasa Arab asal katanya
salima-yaslamu-salaamatan-salaaman yang berarti selamat, sentosa
Yunus, 1990: 177).
Ada beberapa definisi terkait dengan pendidikan agama Islam,
diantaranya Tayar Yusuf (2006: 67) berpendapat bahwa Pendidikan
Agama Islam merupakan usaha sadar generasi tua kepada generasi
muda untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan,
keterampilan agar mereka kelak menjadi manusia bertakwa kepada Allah
Swt.
Darajat (2006:3) berpendapat bahwa maksud dari Pendidikan
Agama Islam adalah suatu usaha yang dilakukan untuk membina dan
mengasuh peserta didik agar senantiasa mampu memahami ajaran Islam
secara menyeluruh kemudian menghayati tujuan yang pada akhirnya
peserta didik tersebut dapat mengamalkan serta menjadikan Islam
sebagai way of life.
Pendidikan Agama Islam adalah kegiatan yang dilakukan bertujuan
untuk menghasilkan orang-orang beragama, sehingga pendidikan agama
perlu diarahkan ke arah pertumbuhan moral dan akhlak peserta didik
40
(Zuhairini & Abdul Ghofir, 2004: 1). Pendidikan Agama Islam merupakan
sebutan yang diberikan pada salah satu subyek mata pelajaran yang ada
di sekolah yang harus dipelajari oleh peserta didik yang beragama Islam
dalam menyelesaikan pendidikannya dalam tingkatan tertentu.
Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan yang berorientasi
pada penanaman nilai-nilai Islam, baik yang bersumber dari ajaran Islam
(al-Qur’an dan hadits), maupun bersumber dari nilai-nilai kemanusiaan
yang sesuai dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Yang nantinya
nilai-nilai Islami tersebut akan mempengaruhi pola aktivitas manusia
dalam segala aspek, baik aktivitas manusia dalam hubungannya dengan
Tuhan, sesama manusia dan hubungannya dengan aktivitas manusia
dalam mengelola alam ini.
Pendidikan Agama Islam adalah salah satu mata pelajaran yang
wajib diberikan kepada peserta didik di sekolah umum. Pendidikan Agama
Islam di sekolah umum adalah suatu program pendidikan yang berfungsi
untuk menanamkan nilai-nilai Islam melalui proses pembelajaran baik di
kelas maupun di luar kelas yang dikemas dengan nama Pendidikan
Agama Islam dan disingkat dengan PAI.
Dari beberapa defenisi tersebut, dapat diketahui bahwa yang
dimaksud dengan Pendidikan Agama Islam pada sekolah umum adalah
penanaman nilai-nilai ajaran Islam oleh generasi tua kepada generasi
selanjutnya yang dikemas dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
(PAI) baik melalaui kegiatan intrakurikuler di kelas atau ekstrakurikuler di
41
luar jam pelajaran formal dengan tujuan agar peserta didik dapat
menguasai, memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam
kehidupan sehari-hari.
Pendidikan Agama Islam diberikan dengan mengikuti tuntunan
bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan
manusia yang bertakwa kepada Allah Swt dan berakhlak mulia
(Nazaruddin, 2007: 95).
Ada tiga aspek yang dapat dilihat dalam pelaksanaan pendidikan
agama Islam, yaitu:
1. Dasar Religius
Dasar religius adalah dasar yang bersumber dari pokok ajaran
Islam yaitu al-Qur’an dan hadits (Alim, 2006: 5). Mengenai dasar
Pendidikan Agama Islam ini adalah al-Qur’an dan hadits yang tidak perlu
diragukan lagi kebenarannya. Hal ini sesuai dengan firman Allah pada
Q.S. An-Nahl/016: 64
Terjemahannya: “dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab
(Al-Qur’an) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka
apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi
kaum yang beriman”.
M. Quraisy Shihab (2002: 634) dalam tafsirnya menyebutkan
bahwa dalam ayat ini Allah tidak menurunkan kepada Nabi Muhammad
42
Saw alkitab yakni al-Qur’an kecuali agar beliau dapat menjelaskan kepada
manusia, apa yang mereka perselisihkan khususnya dalam persoalan
agama dan menjadi petunjuk serta rahmat bagi mereka yang beriman,
demikian juga bagi mereka yang benar-benar bermaksud dan siap hati
dan pikirannya untuk beriman.
2. Dasar Hukum
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945 adalah landasan dasar dalam pendidikan Nasional. Dua
landasan tersebut berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa dan bermartabat dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab (Assegaf, 2005: 3).
Selanjutnya yang digunakan sebagai dasar dari Undang-Undang
Dasar 1945 mengenai Pendidikan Agama Islam sebagaimana yang
tertera dalam pasal 29 ayat 2 yang berbunyi “Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk memeluk agama masing-masing dan
beribadah menurut agamanya itu”.
Adapun dasar yuridis ini juga tercermin dalam Undang-Undang
No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban yang bermartabat dalam rangka
43
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dari keterangan tersebut diketahui bahwa dasar Pendidikan Agama
Islam bukan hanya terdapat pada al-Qur’an dan hadits, akan tetapi juga
terdapat dalam undang-undang yang mempunyai tujuan yang sama
dengan tujuan yang terdapat dalam al-Qur’an dan hadits.
3. Dasar Sosial Psikologi
Dasar psikologis artinya dasar yang berhubungan dengan aspek
kejiwaan kehidupan bermasyarakat, hal ini didasarkan pada pendapat
bahwa dalam hidupnya manusia baik sebagai individu maupun sebagai
anggota masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya
tidak tenang dan tidak tentram, sehingga memerlukan adanya pegangan
hidup, semua manusia di dunia ini selalu membutuhkan adanya pegangan
hidup yang disebut dengan agama.
Manusia pada hakikatnya menginginkan segala kebutuhannya bisa
terpenuhi dengan sempurna dalam rangka mencapai keharmonisan dan
kebahagiaan dunia dan akhirat. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
merupakan kendali dan tolak ukur bagi manusia dalam mencapai
ketenangan dalam hidupnya. Selama ini Pendidikan Agama Islam
mempunyai peran sentral dalam membentuk perilaku manusia yang
sesuai dengan tujuan diciptakannya manusia. Karena Pendidikan Agama
44
Islam sebagai salah satu mata pelajaran yang mengandung muatan
ajaran-ajaran Islam dan tatanan nilai hidup dan kehidupan Islami.
Manusia adalah makhluk hidup yang diberi kelebihan dari makhluk
lainnya. Dalam kehidupan manusia menghadapi berbagai fenomena yang
ada. Manusia mempunyai sifat optimis dan pesimis. Oleh karena itu
agama bagi manusia merupakan pegangan dalam hidupnya. Orang akan
merasa tenang dan tentram dalam hidupnya kalau mereka dapat
mendekatkan diri kepada Allah Swt sesuai dengan firman Allah Q.S ar-
Ra’du/013: 28
Terjemahannya: “28. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati
mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya
dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram”.
Adapun tujuan secara umum dilaksanakannya Pendidikan Agama
Islam seperti yang dikemukakan oleh Harun Nasution yaitu untuk
menghasilkan manusia yang berjiwa agama yang tidak hanya cukup
berpengetahuan agama saja (Nasution, 1995: 5). M. Arifin (2000: 39)
mengatakan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam di sekolah umum
adalah untuk “Meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan
pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi
manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt serta
45
berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan
tersebut senada dengan tujuan yang tercantum dalam undang-undang
bahwa pendidikan agama dimaksudkan untuk meningkatkan potensi
spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak
mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti dan moral sebagai
perwujudan sebagai perwujudan dari pendidikan agama.
Peningkatan potensi spiritual mencakup pengenalan, pemahaman
dan penanaman nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut
dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. peningkatan
potensi spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi
berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan
harkat dan martabat sebagai makhluk Tuhan (Depertemen Pendidikan
Nasional, 2003: 1).
Dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 22 tahun
2006 mengenai standar isi untuk satuan pendidikan Dasar dan Menengah,
Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk:
a. Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan,
pembiasaan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam
46
sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan
dan ketakwaannya kepada Allah Swt.
b. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak
mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas,
produktif, jujur, adil dan etis, Berdisiplin, bertoleransi (tasamuh),
menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta
mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.
Berdasarkan penjelasan pada dua poin di atas diketahui bahwa
Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk mendapatkan kebahagiaan baik
di dunia dan di akhirat.
D. Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan pengayaan dan
perbaikan yang berkaitan dengan program kokurikuler dan intrakurikuler.
Kegiatan ini dapat dijadikan sebagai wadah bagi peserta didik yang
memiliki minat mengikuti kegiatan tersebut. Melalui bimbingan dan
pelatihan guru, kegiatan ekstrakurikuler dapat membentuk sikap positif
terhadap kegiatan yang diikuti oleh para peserta didik.
Kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti dan dilaksanakan oleh peserta
didik baik di sekolah maupun di luar sekolah, bertujuan agar peserta didik
dapat memperkaya dan memperluas diri. Memperluas diri ini dapat
dilakukan dengan memperluas wawasan pengetahuan dan mendorong
pembinaan sikap atau nilai-nilai.
47
Muhaimin (2008: 74) menyatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler
merupakan kegiatan pendidikan yang dilaksanakan di luar jam pelajaran
intrakurikuler di kelas dan pelayanan konseling yang bertujuan untuk
membantu mengembangkan kemampuan peserta didik sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat dan minat melalui kegiatan yang secara khusus
diselenggarakan oleh pendidik atau tenaga kependidikan yang
berkewenangan atau berkemampuan di sekolah atau madrasah.
Djaelani (2000: 122) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilaksanakan secara
berkala atau hanya dilaksanakan pada waktu tertentu termasuk pada
waktu libur, baik yang dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah
dengan maksud untuk memperluas pengetahuan peserta didik dalam
mengenal hubungan antar berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat
serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya.
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, dapat diketahui
bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan suatu kegiatan yang
dilaksanakan di luar jam mata pelajaran intrakurikuler yang bisa
dilaksanakan di sekolah ataupun di luar sekolah dengan tujuan untuk
menambah wawasan, pengalaman, pengamalan peserta didik serta
mengembangkan bakat yang mereka miliki.
Pengembangan kegiatan ekstrakurikuler merupakan bagian dari
pengembangan institusi sekolah. Berbeda dari pengaturan kegiatan
intrakurikuler yang secara jelas disiapkan dalam perangkat kurikulum,
48
kegiatan ekstrakurikuler lebih mengandalkan inisiatif sekolah. Secara
yuridis, pengembangan kegiatan ekstrakurikuler memiliki landasan hukum
yang kuat, karena diatur dalam surat keputusan Menteri yang harus
dilaksanakan oleh sekolah.
Penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu
cara penambahan pendidikan agama Islam, sehingga harus disusun
secara terencana agar semua pihak yang terkait dalam penyelanggaraan
Pendidikan Agama Islam dapat berperan secara aktif mendukung
tercapainya tujuan pendidikan agama Islam.
Kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam yang
dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah upaya
pemantapan, pengayaan, dan perbaikan nilai-nilai, norma, dan
pengembangan bakat, minat, kepribadian, kreativitas peserta didik dalam
aspek keimanan, ketaqwaan kepada Allah Swt, akhlak mulia, penguasaan
kitab suci Al-Qur’an, ibadah, sejarah, kebudayaan dan seni agama Islam
yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka, dilaksanakan di sekolah
atau di luar sekolah untuk lebih memperluas pengetahuan, wawasan,
pengalaman dan pengamalan sekaitan dengan mata pelajaran pendidikan
agama Islam.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa
kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam pada SMP adalah
kegiatan kurikuler Pendidikan Agama Islam pada SMP yang dilakukan
oleh peserta didik pada jenjang SMP di luar jam belajar kegiatan
49
intrakurikuler Pendidikan Agama Islam dan kegiatan kokurikuler, di bawah
bimbingan guru Pendidikan Agama Islam dan pengawasan satuan
pendidikan, bertujuan untuk mengembangkan potensi, bakat, minat,
kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta didik
secara optimal untuk mendukung pencapaian tujuan Pendidikan Agama
Islam.
Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam
selain memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengekspresikan atau mengembangkan minat dan bakatnya, juga
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam memadukan,
mengintegrasikan, menerapkan pengetahuan, sikap dan keterampilan
yang telah dipelajari dalam kegiatan intrakurikuler ke dalam situasi
kehidupan nyata, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun
masyarakat. Oleh karena itulah, setiap sekolah perlu mengembangkan
dan menyelenggarakan program ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam
agar tujuan dan kompetensi yang ingin dicapai Pendidikan Agama Islam
melalui penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam dapat memenuhi
standar yang diharapkan.
Sebagai suatu kegiatan keagamaan untuk mencapai tujuan
bersama, kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam berangkat dari
pandangan hidup (filosofi) dan pemikiran dasar (pendekatan) yang
berbeda dengan kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Konteks pengertian
yang dimaksud dalam filosofi dan pemikiran dasar disini adalah yang
50
berkaitan dengan perbaikan mental-moral para remaja atau lebih spesifik
lagi upaya pembangunan dan pengembangan kepribadian peserta didik
sebagai calon pemimpin bangsa dimasa selanjutnya. Oleh karenanya,
dasar pendirian kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam ini
harus mengarah pada kajian filosofis mengenai berbagai masalah yang
terdapat dalam bidang pendidikan yang didasarkan pada ajaran Islam
yang tercermin dalam Al-Qur’an dan Hadits.
Filosofi kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam bisa
diketahui dengan melihat pemikiran dasar atau pandangan yang ada.
Oleh karena itu, bentuk pendekatan yang dipilih dalam kegiatan
ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam adalah pendekatan sosio-
transformatif, yakni pendekatan yang berdasarkan keyakinan bahwa
pembangunan dan pengembangan masyarakat pada dasarnya adalah
perubahan pandangan, pemikiran, sikap dan tingkah laku bersama
menuju kepada keswadayaan dan kemandirian, mulai dari asas
pengenalan masalah, penentuan rencana kegiatan untuk menyelesaikan
masalah sampai pada bagaimana evaluasinya.
Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam
secara umum bertujuan untuk mendukung tujuan Pendidikan Agama
Islam yaitu untuk menumbuhkan serta meningkatkan keimanan melalui
pemberian dan pemupukan, pengetahuan, penghayatan, pengamalan
serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi
manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan dan
51
ketaqwaan kepada Allah Swt, disamping juga memiliki akhlak mulia dalam
kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta untuk
dapat melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi.
Dalam pedoman ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam SMP
(Kementerian Agama RI, 2015: 3) diuraikan fungsi kegiatan
ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam SMP, yaitu:
1. Pembinaan, yaitu membentuk perilaku Islami dalam kehidupan
sehari-hari dan memberikan bantuan klinis bagi peserta didik yang
mengalami kesulitan dalam penguasaan kompetensi Pendidikan
Agama Islam;
2. Pengembangan,yaitu bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untuk
mendukung perkembangan personal peserta didik melalui perluasan
bakat, minat,dan kreativitas;
3. Sosial, yaitu bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan dan tanggung jawab sosial
keagamaan peserta didik. Kompetensi sosial dikembangkan
dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
memperluas pengalaman, praktik keterampilan sosial, dan
internalisasi nilai moral dan nilai sosial keagamaan;
4. Rekreatif, yaitu bahwa kegiatan ekstrakurikuler dilakukan dalam
suasana rileks, menggembirakan, dan menyenangkan sehingga
menunjang proses perkembangan peserta didik. Kegiatan
52
ekstrakurikuler harus mengembangkan kehidupan budaya Islami di
sekolah yang lebih menarik bagi peserta didik;
5. Persiapan karier, yaitu untuk mengembangkan kesiapan karir peserta
didik melalui pengembangan kapasitas dan kompetensi Pendidikan
Agama Islam.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa tujuan kegiatan ekstrakurikuler
Pendidikan Agama Islam pada SMP, yaitu sebagai berikut:
1. Meningkatkan kemampuan sikap, pengetahuan, dan keterampilan
peserta didik;
2. Mengembangkan bakat dan minat peserta didik dalam pembinaan
kepribadian muslim;
3. Mewujudkan budaya keberagamaan (religious culture) pada tingkat
satuan pendidikan;
4. Meningkatkan syi’ar Islam.
Adapun prinsip penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler
Pendidikan Agama Islam pada SMP adalah sebagai berikut:
1. Bersifat individual, yaitu dikembangkan sesuai dengan potensi, bakat,
dan minat peserta didik masing-masing.
2. Bersifat wajib, bagi peserta didik yang belum menguasai kompetensi
Pendidikan Agama Islam tertentu;
3. Bersifat pilihan, yaitu dikembangkan sesuai dengan minat dan diikuti
oleh peserta didik secara sukarela;
53
4. Partisipasi aktif, yaitu menuntut keikutsertaan peserta didik secara
penuh sesuai dengan minat dan pilihan masing-masing;
5. Menyenangkan, yaitu dilaksanakan dalam suasana yang
menggembirakan bagi peserta didik;
6. Membangun etos kerja, yaitu dikembangkan dan dilaksanakan dengan
prinsip membangun semangat peserta didik untuk berusaha dan
bekerja dengan giat dan baik;
Hasil observasi yang dilakukan di SMP Negeri 3 Kecamatan
Polongbangkeng Utara, SMP Negeri 5 Kecamatan Polongbangkeng
Utara, dan SMP Negeri 2 Kecamatan Polongbangkeng Utara,Kabupaten
Takalar, diperoleh data dari bagian tata usaha masing-masing sekolah
tentang kegiatan ekstrakurikuler yang dilakukan di sekolah sebagai
berikut:
1. Pembiasaan:
a. Shalat berjamaah
b. Membaca Al-Qur’an mengawali dan mengakhiri suatu hari proses
pembelajaran.
c. Membaca doa mengawali dan mengakhiri proses pembelajaran
dan pekerjaan lainnya
d. Mengucapkan dan menjawab salam
e. Menjaga kebersihan, kesehatan dan lainnya.
2. Mengikuti Pentas Pendidikan Agama Islam:
a. Musabaqah Tilawatil Qur’an
54
b. Kaligrafi
c. Hafalan surat pendek
d. Pidato
e. Cerdas cermat
f. Lomba mengarang tentang sejarah Islam
g. Membaca puisi dan sajak
3. Pesantren Kilat (materi pesantren kilat)
a. Keimanan
b. Ibadah
c. Akhlak
d. Praktik-praktik dan latihan-latihan
e. Latihan pengendalian diri dan kebersamaan.
4. Amaliyah Ramadhan
Sekolah membagikan buku laporan amaliyah Ramadhan yang
berisi laporan perkembangan :
a. Puasa Ramadhan
b. Sahur dan Berbuka Puasa Bersama
c. Shalat Lail (Tarawih)
d. Tadarrus Al-Qur’an
e. I’tikaf
f. Infak dan Shadaqah
g. Zakat Fitrah.
h. Pesantren Kilat Ramadhan
55
i. Peringatan Nuzulul Qur’an
j. Mendengarkan Ceramah Ramadhan
k. Shalat Idul Fitri
l. Halal Bil Halal
5. Rohani Islam (ROHIS)
a. Keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt dan pemahaman
ajaran Islam
b. Kesadaran untuk berorganisasi
c. Mengorganisasikan tugas sehari-hari
d. Kemampuan keterampilan hidup yang sadar
e. Keterampilan berbahasa yang santun
f. Kesadaran berestetika
g. Kesadaran mentaati peraturan
h. Keterampilan sosial
i. Keterampilan Pengelolaan agresivitas
j. Keterampilan mengelola stress
k. Keterampilan merencanakan.
6. Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ)
a. Mengenal huruf-huruf dalam Al-Qur’an
b. Mengenal kata dalam Al-Qur’an
c. Mengenal kata-kata pilihan dalam Al-Qur’an
d. Mengenal ayat-ayat dalam Al-Qur’an.
e. Mengenal surat-surat dalam Al-Qur’an
56
f. Mengenal hukum baca dalam Al-Qur’an berkaitan dengan Tajwid.
7. Peringatan Hari Besar Islam (PHBI)
a. Tahun Baru Hijriyah
b. Maulid Nabi Muhammad saw
c. Isra Mi’raj Nabi Muhammad saw
d. Nuzulul Qur’an
e. Hari Raya Idul Fitri
f. Hari Raya Idul Adha
8. Praktek Ibadah
a. Praktek berwudhu
b. Praktek Tayammum
c. Praktek Shalat
d. Praktek Memandikan Jenazah
e. Praktek Zakat
f. Praktek Haji dan Umrah
g. Praktek Muamalah dan lainnya.
E. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Penelitiannya yang dilakukan oleh Sutarno, dkk yang berjudul
“Pengaruh Kompetensi Guru Mata Pelajaran TIK terhadap Motivasi
dan Hasil Belajar Peserta Didik” menyimpulkan bahwa motivasi belajar
pada mata pelajaran TIK didukung oleh kompetensi guru, meskipun
57
hanya kompetensi sosial dan profesional saja yang terbukti secara
persial mempengaruhi motivasi belajar peserta didik. Dalam kasus ini,
kompetensi guru serta motivasi belajar berpengaruh sangat besar
dalam meningkatkan hasil belajar. Banyak faktor lain di luar objek
penelitian yang meningkatkan hasil belajar selain dari motivasi dan
kompetensi guru.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Atik Alami yang berjudul “Pengaruh
Kompetensi Profesional dan Kompetensi Sosial Guru Ekonomi
Akuntansi Terhadap Prestasi Belajar Peserta didik SMA di Kota PATI
menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif antara kompetensi
profesional dan kompetensi sosial guru ekonomi akuntansi terhadap
prestasi belajar peserta didik di kota Pati. Guru yang memiliki
kompetensi baik akan menghasilkan peserta didik berprestasi baik
pula. Kompetensi sosial guru ekonomi akuntansi berpengaruh positif
terhadap prestasi belajar peserta didik SMA di kota Pati. Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan guru berkomunikasi dengan
sesama pendidik, peserta didik dan orang tua peserta didik sudah
sangat baik.
F. Kerangka Pikir
Kompetensi sosial terkait dengan kemampuan guru sebagai
makhluk sosial dalam berinteraksi dengan orang lain. Sebagai makhluk
sosial guru berprilaku santun, mampu berkomunikasi dan berinteraksi
dengan lingkungan secara efektif dan menarik mempunyai rasa empati
58
terhadap orang lain. Kemampuan guru berkomunikasi dan berinteraksi
secara efektif dan menarik dengan peserta didik, sesama pendidik dan
tenaga kependidikan, orang tua dan wali peserta didik, masyarakat
sekolah dan dimana pendidik itu tinggal, dan dengan pihak-pihak
berkepentingan dengan sekolah.
Dengan kompetensi sosial yang dimiliki dan diharapkan guru
Pendidikan Agama Islam mampu untuk mengatasi masalah yang dialami
peserta didik termasuk membangkitkan motivasi belajar peserta didik.
Motivasi merupakan faktor yang menentukan seseorang dalam
memilih kegiatan, sehingga besar sekali pengaruhnya terhadap
pencapaian tujuan yang ingin dicapai. Ditinjau dari asalnya motivasi dari
dalam diri individu (intrinsik) dan motivasi dari luar individu (ekstrinsik)
sangat bergantung pada individu. Masing-masing individu berbeda dalam
memilih satu kegiatan atau satu aktivitas, tetapi apabila mereka memilih
satu kegiatan yang sama pada hakikatnya akan memiliki motivasi yang
berbeda.
Keikutsertaan peserta didik mengikuti suatu kegiatan
ekstrakurikuler khususnya ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam sangat
besar dipengaruhi oleh adanya motivasi, baik motivasi yang berasal dari
dalam individu peserta didik (intrinsik) atau motivasi yang berasal dari luar
individu peserta didik (ekstrinsik). Untuk itu diharapkan peserta didik
mempunyai motivasi yang tinggi baik motivasi intrinsik atau ekstrinsik,
59
sehingga minat untuk mengikuti suatu kegiatan khusunya ekstrakurikuler
akan tinggi juga.
G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis berasal dari bahasa Yunani, yaitu hupo dan thesis. Hupo
berarti lemah, kurang, atau di bawah dan thesis berarti teori, proposisi,
atau pertanyaan yang disajikan sebagai bukti. Jadi hipotesis dapat
diartikan sebagai suatu pertanyaan yang masih lemah kebenarannya dan
perlu dibuktikan atau dugaan yang sifatnya masih sementara (Hasan,
2010: 140).
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Terdapat pengaruh kompetensi sosial guru Pendidikan Agama
Islam terhadap motivasi belajar peserta didik melalui kegiatan
ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam di Kelas VII SMP Negeri
Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.
60
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
penelitian korelasi, yaitu korelasi sebab-akibat. Menurut Arikunto (2010:
76) antara keadaan yang pertama dengan yang kedua terdapat hubungan
sebab akibat. Keadaan pertama diperkirakan menjadi penyebab yang
kedua. Keadaan pertama berpengaruh terhadap yang kedua. Oleh
karenanya, penelitian korelasional ini disebut sebagai penelitian pengaruh.
Adapun desain penelitiannya adalah sebagai berikut:
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Keterangan:
= Kompetensi sosial guru Pendidikan Agama Islam
= Motivasi belajar peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler
Pendidikan Agama Islam
Y X
61
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian bertempat di Kecamatan Polongbangkeng Utara,
Kabupaten Takalar. Sekolah yang menjadi tempat penelitian adalah SMP
Negeri 2 Kecamatan Polongbangkeng Utara, SMP Negeri 3 Kecamatan
Polongbangkeng Utara,dan SMP Negeri 5 Kecamatan Polongbangkeng
Utara, Kabupaten Takalar.
C. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa saja yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Variabel Bebas (Independent)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain
atau biasa disebut dengan variabel penyebab. Adapun variabel bebas
dalam penelitian ini adalah Kompetensi Sosial Guru Pendidikan Agama
Islam.
2. Variabel Terikat (Dependent)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain
atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah motivasi belajar peserta didik melalui kegiatan
ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam.
D. Defenisi Operasional Variabel
Defenisi operasional variabel dimaksudkan untuk memberikan
gambaran yang jelas tentang variabel-variabel yang diperhatikan. Adapun
62
defenisi operasional variabel dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Kompetensi sosial adalah kemampuan dan kecakapan seorang guru
dalam berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif pada
pelaksanaan proses pembelajaran serta masyarakat sekitar.
2. Motivasi belajar peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler
Pendidikan Agama Islam adalah suatu dorongan yang ada pada diri
peserta didik sehingga dia mau melakukan aktivitas atau kegiatan
melalui kurikuler Pendidikan Agama Islam pada jenjang SMP di
luar jam belajar kegiatan intrakurikuler Pendidikan Agama Islam
dan kegiatan kokurikuler, di bawah bimbingan guru Pendidikan
Agama Islam dan pengawasan pendidikan, bertujuan untuk
mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian,
kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara optimal untuk
mendukung pencapaian tujuan pendidikan agama Islam.
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi,
populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam
yang lain (Sugiyono, 2012: 60). Selain itu, menurut Arikunto (2010: 173)
populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.
63
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa populasi
adalah keseluruhan subjek penelitian yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VII
di SMP Negeri 3 Kecamatan Polongbangkeng Utara,SMP Negeri 5
Kecamatan Polongbangkeng Utara, dan SMP Negeri 2 Kecamatan
Polongbangkeng Utara,Kabupaten Takalar tahun pelajaran 2016/ 2017
yang berjumlah 294 orang.
Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan jumlah peserta didik
SMP Negeri 3 Kecamatan Polongbangkeng Utara, SMP Negeri 5
Kecamatan Polongbangkeng Utara, dan SMP Negeri 2 Kecamatan
Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar:
Tabel 3.1 Jumlah Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 3 Kecamatan Polongbangkeng Utara, SMP Negeri 5 Kecamatan Polongbangkeng
Utara, dan SMP Negeri 2 Kecamatan Polongbangkeng Utara,Kabupaten Takalar
Nama Sekolah Jumlah Peserta Didik Kelas VII
SMP Negeri 2 Polongbangkeng Utara 158
SMP Negeri 3 Polongbangkeng Utara 88
SMP Negeri 5 Polongbangkeng Utara 48
Jumlah Keseluruhan 294
Sumber: http://sekolah.data.kemdikbud.go.id/
64
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2012: 118). Arif Tiro (2008: 4)
mengemukakan bahwa sampel adalah sejumlah anggota yang dipilih/
diambil dari suatu populasi. Besarnya sampel ditentukan oleh banyaknya
data atau pengamatan dalam sampel itu. Besarnya sampel yang
diperlukan bervariasi menurut tujuan pengambilannya dan tingkat
kehomogenan populasi.
Arikunto menyarankan mengambil semua sampel apabila
subjeknya kurang dari 100 sehinga penelitiannya merupakan penelitian
populasi.Tetapi jika populasinya lebih dari 100 maka dapat diambil 10% -
15% atau 20%-25% atau lebih.Merujuk dari penjelasan Arikunto maka
sampel dalam penelitian ini adalah 15% dari populasi yakni sebanyak 44
orang.
Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple
random sampling. Penentuan sampel dengan cara memilih secara random
peserta didik di SMP Negeri 3 Kecamatan Polongbangkeng Utara, SMP
Negeri 5 Kecamatan Polongbangkeng Utara, dan SMP Negeri 2
Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar.
Cara perhitungan sampel adalah sebagai berikut:
SMP Negeri 2 Polongbangkeng Utara=
(dibulatkan jadi
24)
65
SMP Negeri 3 Polongbangkeng Utara=
(dibulatkan jadi
13)
SMP Negeri 5 Polongbangkeng Utara=
(dibulatkan jadi
7)
Jadi jumlah sampel keseluruhan adalah 24 + 13 + 7 = 44 orang.
F. Instrumen Penelitian
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka
harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya
dinamakan instrumen penelitian. Jadi, instrumen penelitian adalah suatu
alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang
diamati.
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan instrumen
untuk mengumpulkan data. Adapun instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Angket kompetensi sosial guru adalah angket yang digunakan
untuk mengukur kompetensi sosial guru Pendidikan Agama Islam.
2. Angket motivasi belajar peserta didik melalui kegiatan
ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam adalah angket yang
digunakan untuk mengukur motivasi belajar peserta didik melalui
kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam.
66
G. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan tahap awal dalam melakukan suatu
kegiatan sebelum peneliti mengadakan penelitian langsung ke lapangan
untuk mengumpulkan data. Pada tahap ini, peneliti membuat proposal
tesis, mengurus surat izin untuk mengadakan penelitian kepada pihak-
pihak yang bersangkutan serta mempersiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan dalam penelitian.
2. Tahap Penyusunan
Tahap ini dilakukan dengan tujuan agar peneliti mengetahui
permasalahan yang terjadi di lapangan sehingga mempermudah dalam
pengumpulan data. Selain itu, menyusun instrumen penelitian.
3. Tahap Pelaksanaan
Adapun cara yang dilakukan dalam tahap ini yaitu dengan
melakukan penelitian di lapangan untuk mendapatkan data yang kongkrit
dengan menggunakan instrumen penelitian serta dengan jalan membaca
referensi/ literatur yang berkaitan dengan pembahasan ini baik dengan
menggunakan kutipan langsung ataupun kutipan tidak langsung. Tahap
pelaksanaan dalam hal ini adalah sebagai berikut:
a. Memberikan angket kepada peserta didik untuk diisi sesuai dengan
data yang sebenarnya terjadi pada peserta didik. Angket yang
67
diberikan kepada peserta didik adalah angket kompetensi sosial guru
Pendidikan Agama Islam dan angket motivasi belajar peserta didik
melalui kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam.
b. Memberikan penjelasan kepada peserta didik bagaimana proses
pengisian angket tersebut yaitu dengan menjawab pertanyaan yang
ada pada angket tersebut dengan jujur.
H. Teknik Analisis Data
1. Statistik Deskriptif
Dalam hal ini, statistik deskriptif berfungsi untuk mendapatkan
gambaran yang lebih jelas untuk menjawab permasalahan yang ada
dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Tabel distribusi frekuensi, langkah-langkahnya sebagai berikut:
1) Range/jangkauan (R), yaitu nilai terbesar (NT) dikurang nilai terkecil
(NK)
R = NT – NK
2) Banyak kelas interval (k)
k = 1 + (3,3) log n n = banyak data
3) Menentukan panjang kelas dengan rumus:
RI
k
b. Menghitung rata-rata dengan rumus:
i i
i
f xX
f
68
Keterangan:
X = Rata-rata variabel
if = Frekuensi untuk variabel
ix = Tanda kelas interval variabel
c. Menghitung Standar Deviasi
√∑
Keterangan: xi = Tanda kelas interval variabel
= Rata-rata
= Jumlah sampel
d. Menentukan kategori
Pada analisis deskriptif ini, peneliti menggunakan kategorisasi
kompetensi sosial guru Pendidikan Agama Islam dan motivasi belajar
peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam.
Untuk kategorisasi tingkat kompetensi sosial guru Pendidikan Agama
Islam dan motivasi belajar peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler
Pendidikan Agama Islam digunakan kategorisasi untuk dengan rumus
sebagai berikut :
Rendah : x <(µ - 1,0 ( ))
Sedang : (µ - 1,0 ( ))≤ x < (µ + 1,0 ( ))
Tinggi : (µ + 1,0 ( ))≤ x
Keterangan : Mean/ Rata-rata.
: Standar Deviasi (Azwar, 2013:109)
69
e. Menghitung persentase nilai rata-rata, dengan rumus:
x100%f
PN
Keterangan: P = Angka persentase f = Frekuensi yang dicari persentasenya N = Banyaknya sampel (Tiro, 2000:116).
2. Statistik Inferensial
Untuk keperluan pengujian hipotesis, maka rumus yang digunakan
untuk menguji kebenaran hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Uji Prasyarat
1) Uji Normalitas
Uji normalitas data merupakan syarat pokok yang harus dipenuhi
dalam analisis parametrik. Pengujian normalitas data bertujuan
mengetahui apakah populasi data dapat berdistribusi normal atau tidak.
Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov
Test pada program SPSS for windows.
Adapun data yang diuji normalitas adalah data kompetensi sosial
guru Pendidikan Agama Islam (X) dan motivasi belajar peserta didik
melalui kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam (Y).Data
populasi dapat diasumsikan berdistribusi normal apabila nilai p-value α
dengan taraf nyata α = 0,05, dengan syarat:
Jika Pvalue≥ 0,05 maka distribusi data adalah normal
70
Jika Pvalue< 0,05 maka distribusi data adalah tidak normal
2) Uji Linearitas
Uji linearitas adalah uji yang akan memastikan apakah data yang
kita miliki sesuai dengan garis linear atau tidak. Uji linearitas digunakan
untuk mengkonfirmasikan apakah sifat linear antara dua variabel yang
diidentifikasikan secara teori sesuai atau tidak dengan hasil observasi
yang ada.
Adapun kriteria pengujian linearitas dengan hasil olahan program
SPSS for windows, yaitu:
Jika Pvalue≥ 0,05 maka data linear
Jika Pvalue< 0,05 maka data tidak linear
b. Analisis Regresi Linear Sederhana
1) Persamaan garis regresi linear sederhana
Analisis regresi digunakan untuk menentukan bentuk dari
hubungan antar variabel.Tujuan utama dalam penggunaan analisis itu
adalah untuk meramalkan atau memperkirakan nilai dari satu variabel
dalam hubungannya dengan variabel lain yang diketahui melalui
persamaan garis regresinya. Bentuk persamaannya adalah :
Keterangan :
= variabel terikat (variabel yang diduga)
= variabel bebas (variabel yang diketahui) = intersep (nilai , bila ) = slope (kemiringan garis regresi)
71
Persamaan memberikan arti jika variabel
mengeluarkan satu satuan maka variabel akan mengalami peningkatan
atau penurunan sebesar .
Untuk membuat peramalan, penaksiran atau pendugaan dengan
persamaan regresi, maka nilai dan harus ditentukan terlebih dahulu.
Dengan metode kuadrat kecil (least square), nilai dan dapat ditentukan
dengan rumus berikut:
= ∑ ∑ ∑
∑ ∑
= ∑ ∑
2) Kesalahan baku regresi dan koefisien regresi sederhana
Kesalahan baku atau selisih taksir standar merupakan indeks yang
digunakan untuk mengukur tingkat ketepatan regresi (pendugaan) dan
koefisien regresi (penduga) atau mengukur variasi titik-titik observasi di
sekitar garis regresi.
Untuk regresi, kesalahan bakunya dirumuskan:
= √∑ ∑ – ∑
Untuk koefisien regresi b (penduga b), kesalahan bakunya
dirumuskan:
=
√∑ ∑
72
3) Uji Korelasi
Untuk menguji hubungan kedua variabel dengan menggunakan
rumus Pearson Product Moment. Adapun rumusnya adalah sebagai
berikut:
=
2 22 2
n XY X Y
n X X n Y Y
Keterangan:
= koefisien korelasi
XY = jumlah hasil kali skor x dengan skor y yang berpasangan
2X = jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X
2X = jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y
Nilai koefisien korelasi sederhana ( ) berkisar antara -1 sampai +1
yang kriteria pemanfaatannya dijelaskan sebagai berikut:
1. Jika nila ,menunjukkan hubungan linear positif sempurna
antara motivasi belajar peserta didik melalui kegiatan
ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam dan kompetensi sosial
guru Pendidikan Agama Islam artinya semakin tinggi kompetensi
sosial guru Pendidikan Agama Islam maka semakin tinggi pula
motivasi belajar peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler
Pendidikan Agama Islam atau semakin rendah kompetensi sosial
guru Pendidikan Agama Islam, maka semakin rendah pula
motivasi belajar peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler
Pendidikan Agama Islam.
73
2. , menunjukkan hubungan linear negatif sempurna antara
kompetensi sosial guru Pendidikan Agama Islam dan motivasi
belajar peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan
Agama Islam artinya semakin tinggi kompetensi sosial guru
Pendidikan Agama Islam maka semakin rendah motivasi belajar
peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama
Islam atau semakin rendah kompetensi sosial guru Pendidikan
Agama Islam maka semakin tinggi motivasi belajar peserta didik
melalui kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam.
3. Jika nilai , maka telah terjadi hubungan yang linear positif,
yaitu semakin tinggi kompetensi sosial guru Pendidikan Agama
Islam maka semakin tinggi pula motivasi belajar peserta didik
melalui kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam.
4. Jika nilai , maka telah terjadi hubungan yang linear negatif,
yaitu semakin tinggi kompetensi sosial guru Pendidikan Agama
Islam maka semakin rendah motivasi belajar peserta didik melalui
kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam atau semakin
rendah kompetensi sosial guru Pendidikan Agama Islam maka
semakin motivasi belajar peserta didik melalui kegiatan
ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam.
5. Jika nilai , artinya tidak ada hubungan sama sekali antara
kompetensi sosial guru Pendidikan Agama Islam dengan motivasi
74
belajar peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan
Agama Islam.
Untuk menentukan keeratan hubungan/korelasi antar variabel
(kompetensi sosial guru Pendidikan Agama Islam) dan variabel
(motivasi belajar peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan
Agama Islam), berikut ini diberikan nilai r sebagai patokan.
1. r = 0; tidak ada korelasi
2. 0 <r ≤ 0,20 ; korelasi sangat rendah/lemah sekali
3. 0,20 <r ≤ 0,40 ; korelasi rendah/lemah tapi pasti
4. 0,40 <r ≤ 0,70 ; korelasi yang cukup berarti
5. 0,70 <r ≤ 0,90 ; korelasi yang tinggi ; kuat
6. 0,90 <r< 1,00 ; korelasi sangat tinggi; kuat sekali, dapat diandalkan
7. r = 1 ; korelasi sempurna.
c. PengujianHipotesis
Pengujian hipotesis merupakan pengujian hipotesis koefisien
regresi sederhana dengan hanya satu X yang mempengaruhi Y.
Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan one sample t test.
Adapun kriteria pengujiannya adalah jika p-value α maka diterima
dan jika p-value < α maka ditolak. Adapun hipotesis dalam penelitian ini
sebagai berikut:
H0: Tidak ada pengaruh kompetensi sosial guru Pendidikan Agama
Islam terhadap motivasi belajar peserta didik melalui kegiatan
75
ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam di Kelas VII SMP Negeri
Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.
H1: Terdapat pengaruh kompetensi sosial guru Pendidikan Agama
Islam terhadap motivasi belajar peserta didik melalui kegiatan
ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam di Kelas VII SMP Negeri
Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.
76
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini akan menjawab rumusan masalah yang
diajukan. Dalam tesis ini peneliti menetapkan 3 rumusan masalah yang
akan dijawab. Rumusan masalah 1 dan 2 menggunakan statistik
deskriptif, sedangkan rumusan masalah ke-3 diselesaikan dengan
menggunakan statistik inferensial. Analisis statistik inferensial sekaligus
akan menjawab hipotesis yang diajukan. Berikut ini hasil penelitian yang
telah dilakukan di kelas VII SMP Negeri se-Kecamatan Polongbangkeng
Utara Kabupaten Takalar.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kompetensi
sosial guru Pendidikan Agama Islam terhadap motivasi belajar peserta
didik melalui kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam di Kelas VII
SMP Negeri Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.Data
tentang kompetensi sosial guru Pendidikan Agama Islam dan motivasi
belajar peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama
Islam dengan menggunakan angket skala Likert. Setelah data terkumpul,
selanjutnya dianalisis menggunakan analisis deskriptif untuk mengetahui
gambaran dari masing-masing variabel dan statistik inferensial
menggunakan uji asumsi klasik, regresi linear sederhana, dan uji
hipotesis.
77
Berikut hasil penelitian tentang pengaruh kompetensi sosial guru
Pendidikan Agama Islam terhadap motivasi belajar peserta didik melalui
kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam di Kelas VII SMP Negeri
Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.
1. Hasil Analisis Deskriptif
Hasil analisis statistik deskriptif menunjukkan deskripsi tentang
karakteristik distribusi skor kompetensi sosial guru Pendidikan Agama
Islam dan skor motivasi belajar peserta didik melalui kegiatan
ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam di kelas VII SMP Negeri
Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.
a) Deskripsi Kompetensi Sosial Guru Pendidikan Agama Islam
Kelas VII SMP Negeri Kecamatan Polongbangkeng Utara
Kabupaten Takalar
Kompetensi sosial guru Pendidikan Agama Islam diperoleh
berdasarkan data dari angket kompetensi sosial guru Pendidikan Agama
Islam.Angket diberikan kepada 44 peserta didik kelas VII dan kemudian
peneliti memberikan skor pada pilihan peserta didik.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 44
orang terkait kompetensi sosial guru Pendidikan Agama Islam, maka
penulis dapat mengumpulkan data melalui skala yang diisi oleh peserta
didik, yang kemudian diberikan skor pada masing-masing item. Berikut ini
adalah tabel hasil analisis deskriptif data kompetensi sosial guru
78
Pendidikan Agama Islam Kelas VII SMP Negeri Kecamatan
Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Skor Kompetensi Sosial Guru Pendidikan Agama Islam Kelas VII SMP Negeri Kec.Polongbangkeng
Utara Kab. Takalar
Statistik Kompetensi Sosial Guru Pendidikan Agama Islam
Jumlah Sampel 44 Skor Terendah 53,00 Skor Tertinggi 97,00
Rata-Rata 81,23 Standar Deviasi 11,60
Range (Rentang Nilai) 44,00
Distribusi frekuensi dan persentase kompetensi sosial guru
Pendidikan Agama Islam yang diberikan kepada 44 peserta didik sebagai
sampel penelitian disajikan dalam tabel 4.2 sebagai berikut:
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Kompetensi Sosial Guru Pendidikan Agama Islam Kelas VII SMP Negeri Kec.
Polongbangkeng Utara Kab. Takalar
Interval Kategori
Kompetensi Sosial Guru Pendidikan Agama Islam
Frekuensi Persentase
(%)
Rendah 6 13,64
≤ < Sedang 29 65,91
≤ Tinggi 9 20,45
Jumlah 44 100
Berdasarkan tabel 4.1 dan 4.2 di atas dapat digambarkan bahwa
dari 44 peserta didik kelas VII SMP Negeri Kecamatan Polongbangkeng
Utara Kabupaten Takalar yang dijadikan sampel penelitian untuk
mengukur tingkat kompetensi sosial guru Pendidikan Agama Islam kelas
VII SMP Negeri Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar,
pada umumnya memiliki tingkat kompetensi sosial guru Pendidikan
79
Agama Islam cenderung sedang dengan rata-rata tingkat kompetensi
sosial guru Pendidikan Agama Islam 81,23 dan standar deviasi 11,60.
Selain itu, skor tertinggi 97,00, skor terendah 53,00, dan range (rentang
data) 44.
Berikut disajikan diagram batang untuk memperjelas gambaran
mengenai kompetensi sosial guru Pendidikan Agama Islam kelas VII SMP
Negeri Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.
Gambar 4.1 Kompetensi Sosial Guru Pendidikan Agama Islam Kelas VII SMP Negeri Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten
Takalar
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa kompetensi sosial
guru Pendidikan Agama Islam kelas VII SMP Negeri Kecamatan
Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar pada umumnya berada pada
kategori sedang dengan frekuensi 29, selanjutnya kategori rendah dengan
frekuensi 6, dan kategori tinggi dengan frekuensi 9 dari 44 sampel
penelitian.
b) Deskripsi Motivasi Belajar Peserta Didik melalui Kegiatan
Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam Kelas VII SMP Negeri
Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar
Motivasi belajar peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler
Pendidikan Agama Islam diperoleh berdasarkan data dari angket motivasi
0
20
40
Rendah Sedang Tinggi
6
29
9
Frek
uen
si
Kompetensi Sosial Guru PAI
Frekuensi
80
belajar.Angket diberikan kepada 44 peserta didik kelas VII dan kemudian
peneliti memberikan skor pada pilihan peserta didik.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 44
orang terkait motivasi belajar peserta didik, maka penulis dapat
mengumpulkan data melalui skala yang diisi oleh peserta didik, yang
kemudian diberikan skor pada masing-masing item. Berikut ini adalah
tabel hasil analisis deskriptif data motivasi belajar peserta didik melalui
kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam Kelas VII SMP Negeri
Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Skor Motivasi Belajar Peserta Didik melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam
Kelas VII SMP Negeri KecamatanPolongbangkeng Utara Kabupaten Takalar
Statistik Motivasi Belajar Peserta Didik
melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam
Jumlah Sampel 44 Skor Terendah 58,00 Skor Tertinggi 110,00
Rata-Rata 85,11 Standar Deviasi 9,97
Range (Rentang Nilai) 52,00
Distribusi frekuensi dan persentase motivasi belajar peserta didik
melalui kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam yang diberikan
kepada 44 peserta didik sebagai sampel penelitian disajikan dalam tabel
4.2 sebagai berikut:
81
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Motivasi Belajar Peserta Didik melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama
Islam Kelas VII SMP Negeri Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar
Interval Kategori
Motivasi Belajar Peserta Didik melalui Kegiatan
Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam
Frekuensi Persentase
(%)
Rendah 2 4,55
≤ < Sedang 32 72,73
≤ Tinggi 10 22,73
Jumlah 44 100
Berdasarkan tabel 4.3 dan 4.4 di atas dapat digambarkan bahwa
dari 44 peserta didik kelas VII SMP Negeri Kecamatan Polongbangkeng
Utara Kabupaten Takalar yang dijadikan sampel penelitian untuk
mengukur tingkat motivasi belajar peserta didik melalui kegiatan
ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam kelas VII SMP Negeri Kecamatan
Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar, pada umumnya memiliki
tingkat motivasi belajar peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler
Pendidikan Agama Islam cenderung sedang dengan rata-rata tingkat
motivasi belajar peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan
Agama Islam 85,11dan standar deviasi 9,97. Selain itu, skor tertinggi
110,00, skor terendah 58,00, dan range (rentang data) 52.
Berikut disajikan diagram batang untuk memperjelas gambaran
mengenai motivasi belajar peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler
Pendidikan Agama Islam kelas VII SMP Negeri Kecamatan
Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.
82
Gambar 4.2 Motivasi Belajar Peserta Didik melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam Kelas VII SMP Negeri
Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa motivasi belajar
peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam
kelas VII SMP Negeri Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten
Takalar pada umumnya berada pada kategori sedang dengan frekuensi
32, selanjutnya kategori rendah dengan frekuensi 2, dan kategori tinggi
dengan frekuensi 10 dari 44 sampel penelitian.
2. Analisis Data Inferensial
Pada bagian ini akan menjawab rumusan masalah 3. Analisis yang
digunakan adalah analisis statistik inferensial dan pengujiannya dilakukan
menggunakan SPSS for Windows.Namun, sebelum melakukan pengujian
untuk menjawab rumusan masalah tersebut, terlebih dahulu dilakukan uji
prasyarat sebagai berikut.
a) Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
0
10
20
30
40
Rendah Sedang Tinggi
2
32
10 Fr
eku
ensi
Motivasi Belajar Peserta Didik melalui Kegiatan Ekstrakurikuler PAI
Frekuensi
83
Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah data
sampel yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji
normalitas ini dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov
Test pada program SPSS for windows.Hasil uji normalitas data disajikan
pada tabel berikut.
Tabel 4.5 Hasil Uji NormalitasKolmogorov-Smirnov Test
Variabel Nilai p-value
Kompetensi sosial guru Pendidikan Agama Islam
0,200
Motivasi belajar peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikulerpendidikan
agama islam 0,200
Berdasarkan pengujian normalitas yang dilakukan pada data
kompetensi sosial guru Pendidikan Agama Islam dan data motivasi belajar
peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam
kelas VII SMP Negeri Kec.Polongbangkeng Utara Kab.Takalar. Taraf
signifikansi nyata yang ditetapkan adalah α = 0,05. Hasil pengujian
normalitas data kompetensi sosial guru Pendidikan Agama Islam
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov Test pada program SPSS for
windows diperoleh nilai p-value=0,200 >α = 0,05. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa data kompetensi sosial guru Pendidikan Agama Islam
berdistribusi normal. Hasil pengujian normalitas data motivasi belajar
peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov Test pada program SPSS for
windows diperoleh nilai p-value= 0,200 >α = 0,05. Dengan demikian,
84
dapat disimpulkan bahwa data motivasi belajar peserta didik melalui
kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam berdistribusi normal.
2) Uji Linearitas
Pengujian lineritas dilakukan untuk mengetahui kelinearan
hubungan antara variabel bebas yakni kompetensi sosial guru
Pendidikan Agama Islam dengan variabel terikat yakni motivasi belajar
peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam .
Selain itu uji linieritas akan memastikan apakah data yang kita miliki
sesuai dengan garis linear atau tidak. Uji linieritas ini dianalisis dengan
menggunakan SPSS for windoews. Taraf signifikansi yang ditetapkan
adalah Hasil uji liniearitas disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.6 Hasil Uji Linieritas Data Kompetensi Sosial Guru Pendidikan Agama Islam dengan Motivasi Belajar Peserta Didik
melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam.
Motivasi Belajar Peserta Didik melalui Kegiatan
Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam * Kompetensi
Sosial Guru Pendidikan Agama Islam
Fhitung 0,388
Nilai p-value 0,985
Berdasarkan pengolahan dengan SPSS maka diperoleh dari baris
Deviation from Linearity, yaitu Fhitung= 0,388, dengan p-value= 0,985
> . Sehingga dapat disimpulkan antara kompetensi sosial guru
Pendidikan Agama Islam dengan motivasi belajar peserta didik melalui
kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam mempunyai hubungan
yang linier.
85
b) Analisis Regresi Linear Sederhana
1) Persamaan Regresi Linear Sederhana
= ∑ ∑ ∑
∑ ∑
=
=
= ∑ ∑
=
= 94,205
Jadi, persamaan regresinya adalah .
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel memiliki
hubungan dengan variabel , yaitu jika variabel X mengalami peningkatan
satu satuan, maka variabel Y juga akan mengalami perubahan.
2) Kesalahan Baku Regresi dan Kesalahan Baku Koefisien Korelasi
Sebelum dilanjutkan dengan pengujian hipotesis yang telah
ditentukan maka terlebih dahulu dicari kesalahan baku regresi dan
kesalahan baku koefisien regresi b (penduga b) sebagai berikut:
Se = √∑ ∑ ∑
86
√
√
√
Untuk koefisien regresi b (penduga b), kesalahan bakunya
dirumuskan:
=
√∑ ∑
√
√
√
3) Koefisien Korelasi
= ∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
87
√( )
√
√
√
Uji signifikansi koefisien korelasi diperoleh rxy= < 0, maka
telah terjadi hubungan yang linear negatif, yaitu semakin tinggi
kompetensi sosial guru Pendidikan Agama Islam maka semakin rendah
motivasi belajar peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan
Agama Islam atau semakin rendah kompetensi sosial guru Pendidikan
Agama Islam maka semakin tinggi motivasi belajar peserta didik melalui
kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam.
Adapun hasil koefisien korelasi yang dianalisis dengan
menggunakan SPSS dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.7 Hasil Uji Koefisien Korelasi Data Kompetensi Sosial Guru Pendidikan Agama Islam dengan Motivasi Belajar Peserta Didik
melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam
Kompetensi Sosial Guru Pendidikan Agama Islam*Motivasi Belajar Peserta Didik melalui Kegiatan Ekstrakurikuler
Pendidikan Agama Islam
rhitung 0,130
RSquare 0,017
88
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai 0,130,
sedangkan nilai rtabel (5%) ( – – ) adalah 0,2973.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa yakni 0,130 < 0,2973.Hal
ini berarti diterima atau ditolak. Dengan demikian, koefisien korelasi
X dan Y adalah tidak berarti atau tidak signifikan yang artinya bahwa
hasilnya tidak dapat diberlakukan pada populasi dimana sampel diambil.
Sedangkan koefisien determinasi diperoleh dari nilai Rsquare= 0,017, yang
mengandung makna bahwa hanya 1,7 % variasi variabel motivasi belajar
peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam
dipengaruhi oleh variabel kompetensi sosial guru Pendidikan Agama Islam
dan sisanya ditentukan faktor lain.
c) Pengujian Hipotesis
Hasil uji hipotesis menggunakan Regression Linear pada program
SPSS for windows diperoleh p-value= 0,400 > 0,05. Hal ini berarti H0
diterima. Dengan demikian, regresi Y atas X adalah tidak signifikan atau
dengan kata lain kompetensi sosial guru Pendidikan Agama Islam tidak
berpengaruh terhadap motivasi belajar peserta didik melalui kegiatan
ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam di Kelas VII SMP Negeri
Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.
B. Pembahasan
Pembahasan berikut berdasarkan analisis statistik deskriptif dan
statistik inferensial yang dilakukan:
89
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap siswa
kelas VII SMP Negeri Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten
Takalar yang berjumlah 44 peserta didik. Variabel kompetensi sosial guru
Pendidikan Agama Islam pada penelitian ini menggunakan 20 item
pernyataan, dan pada tabel 4.1 menunjukkan rata-rata tingkat kompetensi
sosial guru Pendidikan Agama Islam adalah 81,23. Berdasarkan
perhitungan statistik deskriptif tersebut disimpulkan bahwa tingkat
kompetensi sosial guru Pendidikan Agama Islam berada pada kategori
sedang dengan persentasi 65,91% dengan jumlah peserta didik yaitu 29
orang. Adapun variabel motivasi belajar peserta didik melalui kegiatan
ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam pada penelitian ini menggunakan
22 item pertanyaan dan pada tabel 4.3 menunjukkan rata-rata motivasi
belajar peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama
Islam adalah 85,11. Berdasarkan perhitungan statistik deskriptif tersebut
disimpulkan bahwa motivasi belajar peserta didik melalui kegiatan
ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam berada pada kategori sedang
dengan persentasi 72,73 % dengan jumlah peserta didik yaitu 32 orang.
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan tidak ada pengaruh
kompetensi sosial guru Pendidikan Agama Islam terhadap motivasi belajar
peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam di
Kelas VII SMP Negeri Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten
Takalar.Hal ini jelas berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
90
HandraYani (2011) yang menyatakan bahwa ada pengaruh kompetensi
sosial guru terhadap hasil belajar peserta didik.
Hasil penelitian didukung dengan pendapat Irham dan Wiyani
(2013) yang menyatakan bahwa kompetensi sosial guru meliputi hal-hal
seperti berkomunikasi secara santun, bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga pendidik lain, orangtua atau wali
murid dan masyarakat luas, mengindahkan norma-norma masyarakat
yang berlaku, dan beradaptasi dengan budaya masyarakat. Lebih lanjut
Ross-Krassnor (Denham, 2003) mendefinisikan kompetensi sosial sebagai
keefektifan dalam berinteraksi, hasil dari perilaku-perilaku teratur yang
memenuhi kebutuhan-kebutuhan pada masa perkembangan dalam jangka
pendek maupun dalam jangka panjang.
Hal yang serupa terjadi pada peserta didik kelas VII SMP Negeri
Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar yang komptensi
sosial guru Pendidikan Agama Islam tidak mempengaruhi motivasi belajar
peserta didik.Hal ini dikarenakan interaksi komunikasi yang terjalin antara
guru Pendidikan Agama Islam dengan peserta didik tidak berlangsung
intens. Kenyataannya guru Pendidikan Agama Islam hanya berinteraksi
dengan peserta didik pada saat pembelajaran Pendidikan Agama Islam
berlangsung di dalam kelas, pada saat kegiatan ektrakurikuler
dilaksanakan di luar kelas, dan pada waktu-waktu tertentu saja, misalnya
jam istirahat untuk melaksanakan shalat berjamaah.
91
Interaksi komunikasi yang terjadi pada saat pembelajaran dalam
kelas terjadi hanya satu kali dalam satu pekan. Hal ini berakibat guru
Pendidikan Agama Islam tidak memiliki banyak waktu untuk memotivasi
peserta didik di dalam kelas yang hanya berlangsung selama beberapa
jam pada saat pembelajaran.
Berdasarkan uji hipotesis yang telah ditentukan bahwa tidak
terdapat pengaruh antara kompetensi sosial guru Pendidikan Agama
Islam terhadap motivasi belajar peserta didik melalui kegiatan
ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam di Kelas VII SMP Negeri
Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar. Jadi dapat
disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini tidak terbukti, artinya
tidak terdapat pengaruh antara kompetensi sosial guru Pendidikan Agama
Islam terhadap motivasi belajar peserta didik melalui kegiatan
ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam di Kelas VII SMP Negeri
Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar. Kesimpulan ini
juga diperkuat dengan hasil uji hipotesis menggunakan Regression Linear
pada programSPSS for windows diperoleh p-value= 0,400 > 0,05, yang
berarti bahwa Ho diterima dan H1 ditolak artinya tidak ada pengaruh
antara kompetensi sosial guru Pendidikan Agama Islam terhadap motivasi
belajar peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama
Islam di Kelas VII SMP Negeri Kecamatan Polongbangkeng Utara
Kabupaten Takalar.
92
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat
ditarik simpulan sebagai berikut.
1. Berdasarkan data yang diperoleh mengenai kompetensi sosial
guru Pendidikan Agama Islam di Kelas VII SMP Negeri
Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar pada
umumnya memiliki tingkat kompetensi sosial guru Pendidikan
Agama Islam cenderung sedang dengan rata-rata tingkat
kompetensi sosial guru Pendidikan Agama Islam 81,23.
2. Berdasarkan data yang diperoleh mengenai motivasi belajar
peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Agama
Islam kelas VII SMP Negeri Kecamatan Polongbangkeng Utara
Kabupaten Takalar, pada umumnya memiliki tingkat motivasi
belajar peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan
Agama Islam cenderung sedang dengan rata-rata tingkat motivasi
belajar peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan
Agama Islam 85,11.
3. Berdasarkan hasil statistik inferensial, kompetensi sosial guru
Pendidikan Agama Islam tidak berpengaruh terhadap motivasi
belajar peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan
93
Agama Islam di Kelas VII SMP Negeri Kecamatan
Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar. Persamaan regresi
linear sederhana adalah :
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari penelitian ini,
maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut.
1. Bagi guru, diharapkan dapat lebih meningkatkan kompetensi sosial
dalam mengajar dan dalam melakukan kontrol terhadap proses
belajar mengajar serta penemuan cara belajar yang tepat bagi
peserta didik.
2. Bagi peserta didik, sebaiknya dapat digunakan sebagai acuan
untuk meningkatkan keinginan atau motivasi untuk belajar, menjalin
dan menjaga hubungan yang baik dengan guru maupun sesama
peserta didik.
3. Bagi peneliti lain, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
faktor lain yang mempengaruhi motivasi.
94
DAFTAR PUSTAKA
Alim, Muhammad.Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran
dan Kepribadian Muslim. Bandung: Rosdakarya.2006.
Al-Ju’fi, Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin
Bardizbah al-Bukhori. Shohih Bukhori. Penerjemah Zainuddin Hamidy,
dkk., Jakarta: Wijaya. 1992.
Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam . Jakarta: Bumi Aksara.2000
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.2010.
Assegaf, Abd. Rachman. Pendidikan Nasional; Pergeseran Kebijakan Pendidikan
Agama Islam dari Proklamasi ke Reformasi. Yogyakarta: Kurnia
Kalam.2005.
Azwar, Saifuddin.Penyusunan Skala Psikologi, (Cet III, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. 2013.
Danim, Sudarwan.Pengembangan Profesi Guru: dari Pra-Jabatan, Induksi, ke
Profesional Madani. Jakarta: Kencana.2011.
Darajat, Zakiyah. Pendidikan Agama dan Pembinaan Mental. Jakarta: Bulan
Bintang.2006.
Departemen Pendidikan Nasional. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Agama
Islam Sekolah Menengah Peratama dan Tsanawiyah . Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.2003.
Daulay, Haidar Putra. Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di
Indonesia. Jakarta: Kencana.2004.
Depdikbud.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.2014.
Djaelani, A. Timur. Peningkatan Mutu Pendidikan dan Pengembangan
Perguruan Agama. Jakarta: Dermaga.2000.
Djamarah, Syaiful Bahri. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu
Pendekatan Teoretis Psikologis. Jakarta: PT. Rineka Cipta.2005.
Efendi, Gusfar, Nurfarhanah, dan Yusri. Kompetensi Sosial Guru Bk/Konselor
Sekolah (Studi Deskriptif di SMA Negeri Kota Padang). Jurnal Ilmiah
Konseling (online). Vol.2 No.1.2013.
95
(http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor. diakses tanggal 1 Agustus
2016).
Farhan, Muhamad, & Heri Retnawati. Keefektifan PBL dan IBL Ditinjau dari
Prestasi Belajar, Kemampuan Representasi Matematis, dan Motivasi
Belajar, Jurnal Riset Pendidikan Matematika Universitas Negeri
Yogyakarta, 1 (2). 2014.
Hasan, Iqbal. Pokok-Pokok Materi Statistika 2 Statistik Inferensial. Jakarta:
Bumi Aksara.2010.
Hidayat, Komaruddin. Psikologi Beragama. Bandung: Mizan.2011.
Irham, Muhamad&Wiyani, Novan A. Psikologi Pendidikan: Teori dan
Aplikasinya dalam Proses Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
2013.
Kementerian Agama RI. Pedoman Ekstrakurikuler SMP (Berikut Panduan
Kegiatan Ekstrakurikuler PAI SMP).2015.
Kunandar. Guru Profesional. Jakarta: Rajawali Press.2007.
Muhaimin. Pengembangan Model KTSP pada Sekolah dan Madrasah. Jakarta:
PT Raja Grapindo Persada.2008.
Mulyasa, E. Standar Kompetensi & Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosda
Karya.2007.
Nasution, Harun. Islam Rasional. Bandung: Mizan.1995.
Nazaruddin. Manajemen Pembelajaran (Implementasi Konsep, Karakteristik
dan Metodologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum. Jogjakarta:
Sukses Offset.2007.
Park, Joe. Selected Reading in the Philosophy of Education. New York: The
Macmillan Company.1962.
Peraturan-Menteri-Agama-Nomor-16-Tahun.html.
Rahman, Nazarudin. Regulasi Pendidikan Menjadi Guru Profesional Pasca-
Sertifikasi. Yogyakarta: Pustaka Felichan.2009.
Routledge.Key Wood Education the Basics.New York: Routledge.2011.
Sagala, Syaiful. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.
Bandung: Alfabeta.2009.
96
Shihab, M Quraisy. Tafsir Al-Misbah, Pesan,Kesan dan Keserasian Al-Quran.
Jakarta: Lentera Hati, Vol.6.2002.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta.2012.
Sumantri, Mohamad Syarif. Strategi Pembelajaran. Cet I; Jakarta: Rajawali
Pers. 2015.
Sutarno, Heri, Dedi Rohendi, dan Gigin Gantini Putri. Pengaruh Kompetensi
Guru Mata Pelajaran TIK terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa.
Jurnal Pengajaran MIPA. 6(2) h. 134-141.2011.
Tiro, Muhammad Arif. Dasar-Dasar Statistika. Makassar: Andira Publisher.2008.
Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab
II Pasal 3. Bandung: Citra Umbara.2014.
Uno, Hamzah B. Profesi Keguruan, Jakarta: Bumi Aksara.2008.
Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya.
2006.
Yani, Handra. Pengaruh Kompetensi Sosial Guru terhadap Hasil Belajar Siswa
di Sekolah Menengah Pertama Negeri 25 Kota Pekanbaru.Naskah
Publikasi, Program Studi Pendidikan Agama IslamFakultas
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan
SyarifKasim RiauPekanbaru. 2011.
Yunus, Aida S. 2009. Motivation in the Learning of Mathematics.European
Journal of Social Sciences, 7 (4).
Yunus, Mahmud.Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Karya Agung. 1990.
Yusuf, Tayar. Ilmu Praktik Mengajar. Bandung: PT. Al-Ma’rif.2006.
Zuhairini & Abdul Ghofir. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Malang: Universitas Malang.2004.
97
KISI-KISI INSTRUMEN KOMPETENSI SOSIAL GURU PAI
No. Indikator
Nomor
Item
Pernyataan
1.
Berkomunikasi
dan bergaul
secara efektif
dengan siswa
1
Guru PAI selalu menghargai siswa
ketika siswa mengemukakan
pendapat
3
Guru PAI selalu berhubungan baik
dengan siswa
2.
Selalu
memberikan
contoh yang
baik di
lingkungan
sekolah
2
Guru PAI selalu menggunakan
bahasa yang sopan ketika
menyampaikan materi pelajaran
4
Guru PAI ketika mengajar bersikap
lemah lembut kepada semua siswa
6
Guru PAI selalu mencontohkan
Akhlak yang baik di lingkungan
Sekolah
16
Guru PAI selalu mencerminkan
sikap tolong menolong
20 Guru PAI selalu memberikan saran/
98
nasihat kepada siswa yang
bermasalah
17
Guru PAI mampu menunjukkan
sikap tanggung jawab
3.
Hubungan
guru dengan
sesama Guru/
Tenaga
Kependidikan
8
Guru PAI menjalin hubungan baik
dengan sesama guru
9
Guru PAI selalu bekerja sama
dengan guru lainnya dalam pekerjaan
4.
Agen
perubahan
sosial siswa
5
Guru PAI aktif dalam kegiatan hari-
hari besar Islam
7
Guru PAI kepada siswanya selalu
mengingatkan untuk selalu bersyukur
apa yang Allah berikan
11
Guru PAI dalam pembelajaran selalu
menginformasikan topik baru yang
terjadi di masyarakat
12
Guru PAI anda selalu mengajarkan
toleransi terhadap sesama siswa
13 Guru PAI selalu memberikan nasihat
99
untuk peduli kepada sesama manusia
14
Guru PAI selalu mengingatkan
kepada siswanya untuk selalu
bersabar
15
Guru PAI menyarankan kepada
siswanya untuk berpartisipasi dalam
kegiatan sosial di masyarakat
18
Guru PAI selalu mengingatkan siswa
untuk memiliki rasa peduli terhadap
sesame
19
Guru PAI selalu mengajak siswa
untuk ikut serta dalam setiap
kegiatan sosial di sekolah
10
Guru PAI selalu mengingatkan siswa
untuk selalu patuh kepada orang tua
100
Instrumen Angket Kompetensi Sosial Guru PAI
Nama :…………………………………………………….
NIS :…………………………………………………….
Kelas :…………………………………………………….
Petunjuk:
1. Bacalah pernyataan-pernyataan di bawah ini dengan seksama!
2. Anda diminta untuk menilai tingkat kesesuaian Guru PAI Anda dengan
pernyataan-pernyataan tersebut dengan cara memilih salah satu dari lima
alternatif jawaban yang tersedia pada masing-masing pernyataan.
3. Apapun pilihan jawaban Anda tidak akan dinilai “Benar” atau “Salah”.
Karena itu Anda diharapkan memberikan jawaban yang benar-benar
berdasarkan penilaian Anda sendiri.
4. Beri tanda cek (√) pada kolom di sebelah pernyataan
SS : Bila Sangat Sering Anda lakukan
S : Bila Sering Anda lakukan
K : Bila Kadang-Kadang Anda lakukan
P : Bila Pernah Anda lakukan
TP : Bila Tidak Pernah Anda lakukan
101
No. Pernyataan
Alternatif Jawaban
SS S K P TP
1.
Guru PAI selalu menghargai siswa
ketika siswa mengemukakan pendapat
2.
Guru PAI selalu menggunakan bahasa
yang sopan ketika menyampaikan
materi pelajaran
3.
Guru PAI selalu berhubungan baik
dengan siswa
4.
Guru PAI ketika mengajar bersikap
lemah lembut kepada semua siswa
5.
Guru PAI aktif dalam kegiatan hari-hari
besar Islam
6.
Guru PAI selalu mencontohkan Akhlak
yang baik di lingkungan Sekolah
7.
Guru PAI kepada siswanya selalu
mengingatkan untuk selalu bersyukur
apa yang Allah berikan
102
8.
Guru PAI menjalin hubungan baik
dengan sesama guru
9.
Guru PAI selalu bekerja sama dengan
guru lainnya dalam pekerjaan
10.
Guru PAI selalu mengingatkan siswa
untuk selalu patuh kepada orang tua
11.
Guru PAI dalam pembelajaran selalu
menginformasikan topik baru yang
terjadi di masyarakat
12.
Guru PAI anda selalu mengajarkan
toleransi terhadap sesama siswa
13.
Guru PAI selalu memberikan nasihat
untuk peduli kepada sesama manusia
14.
Guru PAI selalu mengingatkan kepada
siswanya untuk selalu bersabar
15.
Guru PAI menyarankan kepada
siswanya untuk berpartisipasi dalam
kegiatan sosial di masyarakat
16. Guru PAI selalu mencerminkan sikap
103
tolong menolong
17.
Guru PAI mampu menunjukkan sikap
tanggung jawab
18.
Guru PAI selalu mengingatkan siswa
untuk memiliki rasa peduli terhadap
sesama
19.
Guru PAI selalu mengajak siswa untuk
ikut serta dalam setiap kegiatan sosial di
sekolah
20.
Guru PAI selalu memberikan saran/
nasihat kepada siswa yang bermasalah
104
KISI-KISI INSTRUMEN ANGKET MOTIVASI BELAJAR PESERTA
DIDIK MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PAI
No. Indikator
No. Item Pernyataan
Positif Negatif
1. Tekun menghadapi tugas 14 2, 16
2. Ulet menghadapi kesulitan 10 21
3.
Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam
masalah
1, 20, 3 12, 17
4. Lebih senang bekerja mandiri 5 22
5.
Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin
(mempunyai perhatian)
7, 8 19, 13
6. Dapat mempertahankan pendapatnya 15 18
7. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini 6 9
8. Senang mencari dan memecahkan masalah 11 4
105
Instrumen Angket Motivasi Belajar Peserta Didik melalui Kegiatan
Ekstrakurikuler PAI
Nama :…………………………………………………….
NIS :…………………………………………………….
Kelas :…………………………………………………….
Petunjuk:
5. Bacalah pernyataan-pernyataan di bawah ini dengan seksama!
6. Anda diminta untuk menilai tingkat kesesuaian diri Anda dengan pernyataan-
pernyataan tersebut dengan cara memilih salah satu dari lima alternatif
jawaban yang tersedia pada masing-masing pernyataan.
7. Apapun pilihan jawaban Anda tidak akan dinilai “Benar” atau “Salah”.
Karena itu Anda diharapkan memberikan jawaban yang benar-benar
berdasarkan penilaian Anda sendiri.
8. Beri tanda cek (√) pada kolom di sebelah pernyataan
SS : Bila Sangat Sering Anda lakukan
S : Bila Sering Anda lakukan
K : Bila Kadang-Kadang Anda lakukan
P : Bila Pernah Anda lakukan
TP : Bila Tidak Pernah Anda lakukan
106
No. Pernyataan
Alternatif Jawaban
SS S K P TP
1.
Ketika diskusi/kerja kelompok pelajaran
PAI dikelas berlangsung, saya
mengemukakan pendapat.
2. Saya tidak membaca buku pelajaran PAI
3.
Saya tertarik mengikuti pelajaran PAI
apabila guru menggunakan media
pembelajaran
4.
Saya tidak peduli walaupun nilai PAI saya
jelek
5.
Saya lebih suka mengerjakan tugas PAI
sendiri dari pada dibantu teman.
6.
Saya mengerjakan tugas-tugas PAI dengan
sungguh-sungguh
7.
Saya berusaha memperhatikan penjelasan
guru PAI dengan baik
8. Saya merasa terganggu ketika pelajaran
107
berlangsung teman-teman gaduh/ ribut
9.
Saya tidak pernah bersungguh-sungguh
dalam mengerjakan soal-soal tugas PAI
10.
Saya tetap mengerjakan tugas PAI meskipun
soal tersebut sulit.
11.
Saya selalu berusaha untuk mendapatkan
nilai PAI yang tinggi.
12.
Saya malas mengikuti pelajaran PAI
meskipunguru menggunakan media
pembelajaran
13.
Saya tidak peduli apabila teman-teman
gaduh/ ribut walaupun pelajaran sedang
berlangsung
14.
Saya rajn membaca buku PAI terutama jika
akan diadakan ulangan
15.
Saya berusaha mengumpulkan tugas PAI
tepatwaktu
16.
Saya membaca buku PAI hanya jika akan
diadakan ulangan
108
17.
Ketika diskusi/kerja kelompok pembelajaran
PAI di kelas berlangsung, saya tidak
berkomentar (malas berpartisipasi)
18.
Saya mengabaikan tugas-tugas PAI yang
diberikan guru sebelum ada yang menegur
19.
Saya mengobrol dengan teman ketika guru
menyampaikan pelajaran PAI
20. Saya selalu bersemangat ketika belajar PAI
21. Saya putus asa apabila soal/tugas PAI sulit
22.
Saya tidak dapat mengerjakan tugas PAI
tanpa adanya bantuan teman/orang lain.
109
ANALISIS DATA
A. Data Hasil Penelitian
No.
Responden
Kompetensi
Guru PAI Kategori
Motivasi Belajar
Peserta Didik
melalui Kegiatan
Ekstrakurikuler
Kategori
1. 91 Sedang 71 Sedang
2. 90 Sedang 82 Sedang
3. 86 Sedang 92 Sedang
4. 95 Tinggi 87 Sedang
5. 95 Tinggi 110 Tinggi
6. 94 Tinggi 95 Tinggi
7 79 Sedang 82 Sedang
8 87 Sedang 83 Sedang
9 86 Sedang 77 Sedang
10 91 Sedang 87 Sedang
11 95 Tinggi 76 Sedang
12 97 Tinggi 92 Sedang
13 94 Tinggi 70 Sedang
14 95 Tinggi 69 Rendah
15 83 Sedang 78 Sedang
16 97 Tinggi 85 Sedang
17 97 Tinggi 76 Sedang
18 81 Sedang 73 Sedang
19 81 Sedang 58 Rendah
20 80 Sedang 79 Sedang
21 81 Sedang 96 Tinggi
22 73 Sedang 99 Tinggi
23 82 Sedang 81 Sedang
24 90 Sedang 82 Sedang
25 71 Sedang 79 Sedang
26 62 Rendah 94 Tinggi
27 75 Sedang 97 Tinggi
28 76 Sedang 100 Tinggi
20 85 Sedang 99 Tinggi
30 53 Rendah 94 Tinggi
31 59 Rendah 87 Sedang
32 60 Rendah 77 Sedang
33 81 Sedang 89 Sedang
34 77 Sedang 87 Sedang
35 76 Sedang 84 Sedang
36 67 Rendah 75 Sedang
37 77 Sedang 80 Sedang
38 80 Sedang 79 Sedang
110
39 76 Sedang 91 Sedang
40 85 Sedang 94 Tinggi
41 78 Sedang 90 Sedang
42 72 Sedang 89 Sedang
43 55 Rendah 89 Sedang
44 89 Sedang 91 Sedang
Rata-rata 81,23 85,11
Standar
Deviasi 11,60 9,97
111
B. Analisis Data dengan SPSS for Windows
1. Deskriptif Kompetensi Sosial Guru PAI dan Motivasi Belajar Peserta
Didik melalui Kegiatan Ekstrakurikuler
Descriptives
Statistic Std. Error
Motivasi Belajar PAI Peserta
Didik
Mean 85.1136 1.50377
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 82.0810
Upper Bound 88.1463
5% Trimmed Mean 85.2071
Median 86.0000
Variance 99.498
Std. Deviation 9.97489
Minimum 58.00
Maximum 110.00
Range 52.00
Interquartile Range 13.75
Skewness -.138 .357
Kurtosis .397 .702
Kompetensi Sosial Guru PAI Mean 81.2273 1.74811
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 77.7019
Upper Bound 84.7527
5% Trimmed Mean 81.8384
Median 81.0000
Variance 134.459
Std. Deviation 11.59564
Minimum 53.00
Maximum 97.00
Range 44.00
Interquartile Range 14.75
Skewness -.684 .357
Kurtosis .002 .702
112
113
2. Uji Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Motivasi Belajar PAI Peserta
Didik .075 44 .200
* .990 44 .958
Kompetensi Sosial Guru PAI .099 44 .200* .939 44 .022
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
114
115
3. Uji Linearitas
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Motivasi Belajar
PAI Peserta Didik
* Kompetensi
Sosial Guru PAI
Between
Groups
(Combined) 1600.098 26 61.542 .391 .985
Linearity 72.433 1 72.433 .460 .507
Deviation from
Linearity 1527.666 25 61.107 .388 .985
Within Groups 2678.333 17 157.549
Total 4278.432 43
4. Persamaan Regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 94.205 10.796 8.726 .000
Kompetensi Sosial Guru
PAI -.112 .132 -.130 -.850 .400
a. Dependent Variable: Motivasi Belajar Peserta Didik
5. Uji Korelasi
Correlations
Motivasi Belajar
Peserta Didik
Kompetensi
Sosial Guru PAI
Pearson Correlation Motivasi Belajar Peserta
Didik 1.000 -.130
Kompetensi Sosial Guru PAI -.130 1.000
Sig. (1-tailed) Motivasi Belajar Peserta
Didik . .200
Kompetensi Sosial Guru PAI .200 .
N Motivasi Belajar Peserta
Didik 44 44
Kompetensi Sosial Guru PAI 44 44
116
Measures of Association
R R Squared Eta Eta Squared
Motivasi Belajar PAI Peserta
Didik * Kompetensi Sosial
Guru PAI
-.130 .017 .612 .374
6. Uji Hipotesis
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 72.433 1 72.433 .723 .400b
Residual 4205.999 42 100.143
Total 4278.432 43
a. Dependent Variable: Motivasi Belajar Peserta Didik
b. Predictors: (Constant), Kompetensi Sosial Guru PAI
117
DOKUMENTASI
118
119
120
RIWAYAT HIDUP
Jumriani. Penulis adalah anak ketiga dari lima
bersaudara.Lahir dari buah cinta dan kasih sayang
dari Ayahanda Dg. Bali dengan Ibunda Dg. Mami
pada tanggal 15 Agustus 1972, bertempat di
Mattompodalle, Kecamatan Polongbangkeng Utara,
Kabupaten Takalar. Riwayat pendidikan, penulis menamatkan Sekolah
Dasar pada tahun 1986 di SD Inpres Mattompodalle Kecamatan
Polongbangkeng Utara kemudian pada tahun yang sama penulis
melanjutkan pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan tamat pada
tahun 1989 di SMP Negeri 1 Palleko, Kecamatan Polongbangkeng Utara.
Pada tahun 1989 penulis melanjutkan lagi ke Sekolah Menengah Atas
dan Alhamdulillah tamat pada tahun 1992 di SMEA Negeri Limbung
Kabupaten Gowa. Pada tahun 2003 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa
Strata-1 di FakultasTarbiyah dan Keguruan di STAI DDI Jeneponto dan
selesai pada tahun 2007.
Pada tahun 2010, penulis terangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil
(PNS) sebagai Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP
Negeri 5 Polongbangkeng Utara sampai sekarang.Kemudian, pada tahun
2014 penulis melanjutkan studinya di Program Pascasarjana Magister
Pendidikan Islam Universitas Muhammadiyah Makassar sampai sekarang.