+ All Categories
Home > Documents > Penyedia Air Bersih di Daerah Bencana Banjir.pdf

Penyedia Air Bersih di Daerah Bencana Banjir.pdf

Date post: 09-Sep-2015
Category:
Upload: dendy-primanandi
View: 217 times
Download: 3 times
Share this document with a friend
Popular Tags:
19
TEKNOLOGI TEPAT GUNA SEBAGAI PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DAERAH BENCANA BANJIR APPROPRIATE TECHNOLOGY FOR WATER SUPPLY IN FLOOD DISASTER AREA Masrivel Saragih Mahasiswa Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya email: [email protected] , [email protected] Absrak: Bencana banjir merupakan proses meningkatnya volume air akibat luapan air. Jawa Timur merupakan provinsi yang setiap tahunnya mengalami bencana banjir di sejumlah daerah terutama di Bojonegoro dan Lamongan. Banjir mengakibatkan masyarakat setempat mengungsi ke daerah yang aman.Air bersih menjadi salah satu kebutuhan yang penting pada bencana banjir di tempat pengungsian. Pemenuhan air bersih salah satunya menggunkakan teknologi tepat guna dengan proses yang sederhana untuk menghasilkan air bersih yang layak pakai oleh masyarakat di pengungsian. Alat ini mampu melayani 10 Kepala Keluarga dalam sehari. Proses yang dilakukan meliputi koagulasi, flokulasi, sedimentasi, dan filtrasi sederhana. Setiap harinya alat ini mampu menghasilkan 1000 L dengan 5 kali pengoperasian. Alat ini dilengkapi dengan Standart Operational Proccedure (SOP) untuk memudahkan masyarakat dalam mengoperasikannya. Kata Kunci: Banjir, Pengolahan Air Portable, Penyediaan Air Bersih 1. Pendahuluan Banjir adalah peristiwa tergenangnya daratan akibat volume air yang meningkat dalam wilayah yang cukup luas dan waktu yang cukup lama. Banjir dapat terjadi akibat hujan yang lebat, peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan sungai. Menurut Seminar Hasil Kegiatan Pengurangan Risiko Bencana yang diselenggarakan bekerja sama dengan Departemen Sosial, Marfai mengatakan banjir di India dan China disebabkan oleh luapan sungai dan laut sedangkan di Indonesia lebih banyak disebabkan oleh luapan sungai. Indonesia menempati urutan ketiga di
Transcript
  • TEKNOLOGI TEPAT GUNA SEBAGAI PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DAERAH BENCANA BANJIR

    APPROPRIATE TECHNOLOGY FOR WATER SUPPLY IN FLOOD DISASTER AREA

    Masrivel Saragih

    Mahasiswa Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

    email: [email protected], [email protected]

    Absrak:

    Bencana banjir merupakan proses meningkatnya volume air akibat luapan air. Jawa Timur merupakan

    provinsi yang setiap tahunnya mengalami bencana banjir di sejumlah daerah terutama di Bojonegoro dan Lamongan.

    Banjir mengakibatkan masyarakat setempat mengungsi ke daerah yang aman.Air bersih menjadi salah satu

    kebutuhan yang penting pada bencana banjir di tempat pengungsian. Pemenuhan air bersih salah satunya

    menggunkakan teknologi tepat guna dengan proses yang sederhana untuk menghasilkan air bersih yang layak pakai

    oleh masyarakat di pengungsian. Alat ini mampu melayani 10 Kepala Keluarga dalam sehari. Proses yang dilakukan

    meliputi koagulasi, flokulasi, sedimentasi, dan filtrasi sederhana. Setiap harinya alat ini mampu menghasilkan 1000

    L dengan 5 kali pengoperasian. Alat ini dilengkapi dengan Standart Operational Proccedure (SOP) untuk

    memudahkan masyarakat dalam mengoperasikannya.

    Kata Kunci: Banjir, Pengolahan Air Portable, Penyediaan Air Bersih

    1. Pendahuluan

    Banjir adalah peristiwa tergenangnya daratan akibat volume air yang meningkat dalam

    wilayah yang cukup luas dan waktu yang cukup lama. Banjir dapat terjadi akibat hujan yang

    lebat, peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan sungai. Menurut Seminar Hasil Kegiatan

    Pengurangan Risiko Bencana yang diselenggarakan bekerja sama dengan Departemen Sosial,

    Marfai mengatakan banjir di India dan China disebabkan oleh luapan sungai dan laut sedangkan

    di Indonesia lebih banyak disebabkan oleh luapan sungai. Indonesia menempati urutan ketiga di

  • dunia sebagai negara rawan bencana setelah India dan China. Hal itu diungkapkan peneliti pada

    Pusat Studi Bencana Alam (PSBA) Universitas Gadjah Mada Muhammad Aris Marfai, (Adi,

    2009).

    Jawa Timur sendiri diprakiraan memiliki potensi banjir bulan Januari, Februaru dan

    Maret 2010. Pembuatan prakiraan potensi banjir ini merupakan hasil kerjasama dari 3 (tiga)

    instansi: BMKG, DitJen Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum dan Bakosurtanal.

    Prakiraan potensi banjir yang disampaikan meliputi potensi banjir tinggi, menengah, rendah dan

    aman dari kejadian banjir, (Anonim, 2010). Salah satu sungai besar yang mengakibatkan banjir

    di sebagian Jawa Timur adalah Sungai Bengawan Solo terutama yang melintas di Bojonegoro

    dan Lamongan.

    Banjir mengakibatkan masyarakat harus mengungsi ke tempat yang lebih aman. Sebagian

    masyarakat menetap di rumah masing masing meski dalam kondisi terkena banjir. Baru baru ini

    terjadi banjir di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, lebih dari 15.000 korban banjir mengungsi

    ke tempat yang lebih aman, (Anonim, 2010).

    Salah satu prioritas yang harus disediakan di lokasi pengungsian adalah air bersih.

    Perbaikan kualitas air bersih, juga harus diutamakan agar terhindar dari serangan penyakit.

    Penyediaan air untuk kebutuhan warga yang berada di pengungsian, diarahkan untuk memenuhi

    kebutuhan minimal air bersih bagi korban bencana alam, baik untuk keperluan minum, masak

    maupun kebersihan pribadi. Pasalnya, masalah utama menurunnya kesehatan banyak disebabkan

    lingkungan yang kurang bersih akibat kekurangan air dan mengonsumsi air yang tercemar,

    (Anonim, 2008). Faktor yang menjadi sulitnya memperoleh air bersih yaitu sumur penduduk

    tercemar akibat tergenang air banjir, rusaknya pipa transmisi penyalur air bersih dan sulitnya

    akses menuju lokasi banjir.

  • iii

    Gambar 1 Lokasi Unit Pengolahan

    Proses penjernihan air bajir ini menggunakan prinsip koagulasi, flokulasi, sedimentasi,

    dan filtrasi sederahana sehingga diperoleh kualiatas air yang lebih baik. U.S. Agency for

    International Developmnet (USAID) 2007, menyebutkan bahwa kebutuhan air korban pasca

    banjir antara 15 20 Liter per orang per hari. Coppola menyebutkan dalam bukunya yang

    berjudul International Disaster Management menyebutkan melalui proses coagulasi, flokulasi

    dan sand filtration untuk mengolah air akan menghasilkan kualitas air yang baik. Melalui alat

    ini, penyediaan air bersih pada kondisi banjir dapat terlayani.

    Air bersih menjadi salah satu kebutuhan yang mendasar bagi kehidupan manusia. Air

    bersih yang memenuhi standar atau persyaratan kesehatan adalah air minum yang tidak berbau,

    berwarna dan berasa serta memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan menurut PERMENKES RI

    No. 492/MEN.KES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Berikut adalah

    pesyarataan kualiatas air minum berdasarkan keputusan tesebut. Sebagian besar air baku untuk

    penyediaan air bersih diambil dari air permukaan seperti sungai, danau dan sebagainya. Salah

  • satu langkah penting pengolahan untuk mendapatkan air bersih adalah menghilangkan kekeruhan

    dari air baku tersebut. Kekeruhan disebabkan oleh adanya partikel-partikel kecil dan koloid yang

    berukurang 10nm sampai 10m. Partikel-partikel kecil dan koloid tersebuttidak lain adalah

    kwarts, tanah liat, sisa tanaman, ganggang dan sebaginya. (Alaerts, 1984).

    Selama becana banjir berlangsung, sumber air menjadi terganggu dan terkontaminasi

    akibat banjir, kebutuhan air besih menjadi sangat penting dan harus cepat dalam menangani

    korban bencana banjir. Tanpa air bersih, korban akan mengalami gangguan kesehatan yaitu

    terserang penyakit. (Coppola, 2007).

    Buku Intoduction to International Disaster Management meyebutkan bahwa ada

    beberapa alternatif penyediaan air bersih pada kondisi banjir:

    a. Penyediaan air melalui tangki truk, kapal, atau dari tangki yang didatangkan dari luar daerah

    banjir.

    b. Air botol kemasan

    c. Menemukan sumber penyaluran air terdahulu yang belum rusak akibat banjir

    d. Menambah jaringan penyaluran air daerah namun terbatas akibat kondisi banjir

    e. Melakukan pemompaan dari sumber air yang belum terkontaminasi ke lokasi pengungsian

    f. Melakukan proses pengolaan air banjir itu sendiri untuk menghasilkan air bersih sebagai

    contoh menggunakan filter

    g. Mobilisasi pengungsi ke lokasi dimana banyak sumber air

    Proses pengolahan air banjir merupakan alternatif yang sangat baik untuk memperoleh air

    bersih pada kondisi darurat. Sementara itu kebutuhan air bersih yang diperlukan pengungsi

    tidaklah banyak. U.S. Agency for International Development (USAID) 2007 menyebutkan bahwa

    kebutuhan air yang diperlukan oleh pengungsi meliputi:

    a. Untuk minum 3 - 4 liter per orang per hari

    b. Masak dan bersih-bersih 2 3 liter per orang per hari

  • v

    c. Sanitasi 6 7 liter per orang per hari

    d. Cuci pakayan 4 6 liter per orang per hari

    Sehingga total air yang diperlukan oleh pengungsi antara 15 20 liter per orang per hari.

    Coppola juga menyebutkan bahwa untuk memproses air banjir menjadi air bersih

    menggunakan metoda koagulasi, flokulasi dan filtrasi menggunakan pasir. Ketiga tahap ini

    mampu menghasilkan air bersih yang layak pakai oleh pengungsi.

    2. Metodologi

    Penelitian ini dilakukan menggunakan alat yang telah direncanakan terlebih dahulu yang

    terdiri dari satu unit reaktor untuk proses koagulasi, flokulasi dan sedimentasi dan satu unit

    reaktor untuk proses filtrasi dan dari filtrasi langsung dialirkan menuju konsumen seperti yang

    ditunjukkan pada Gambar 2 dan Gambar 3 Unit koagulasi, flokulasi dan sedimentasi

    direncanakan menggunakan drum yang terbuat dari fiber. Pemilihan drum ini dikarenakan karena

    drum ini sangat kuat dan mudah untuk dibawa serta dimodifikasi. Drum ini akan dimodifikasi

    sedemikian menggunakan pengaduk (paddle) untuk proses pengadukan dengan dimensi paddle

    sesuai perhitungan yang telah direncankan sebelumnya. Pengaduk terbuat dari pipa PVC

    berukuran 19.05 mm dan paddle terbuat dari plat aluminium. Bagian bawah drum ini akan dibuat

    outlet lumpur menggunkan pipa dengan keran 19.05 mm. Filtrasi direncanakan menggunakan

    pipa PVC berukuran 203.2 mm. Media yang digunkan yaitu pasir.

  • Gambar 2 Denah Alat

    Gambar 3 POTONGAN A-A

    Tahapan proses ini terdiri dari proses koagulasi, flokulasi, sedimentasi dan filtrasi.

    Pengeisian air baku ke reaktor sampai penuh yang ditandai dengan adanya overflow. Kemudian

    dilakukan penambahan koagulan (PAC) ke dalam reaktor. PAC yang dimasukkan sudah dalam

    keadaan dalam kemasan siyaset yang telah diperoleh dari hasil percobaan jar test di laboratorium.

  • vii

    Sehingga masyarkat tidak lagi menimbang di lapangan. Setelah penambahan koagulan dilakukan

    pengadukan cepat menggunakan pengaduk yang telah terpasang di reaktor tersebut selama 1 menit.

    Setelah pengadukan cepat dilakukan proses pembentukan flok dengan pengadukan lambat selama 5

    menit. Kemudian diendapkan selama 25 menit, kemudian dilakukan pembuangan sludge melalui

    kran yang telah disediakan di bagian bawah reaktor. Setelah lumpur habis dibuang maka kran outlet

    reaktor dibuka menuju filter yang telah direncanakan. Air dari filter langsung ke konsumen.

    Untuk percobaan alat ini dilakukan beberapa kali proses menggunakan air sungai untuk

    memperoleh berapa lama filter akan clogging. Pada saat percobaan alat ini dilakukan juga

    pengukuran kualitas air yang dihasilkan dari beberapa kali percobaan. Dari hasil percobaan alat

    akan diperoleh suatu efisiensi setiap unit. Media filter yang direncanakan menggunakan pasir. Filter

    yang digunakan menggunakan single media. Alat yang telah terbentuk seperti pada Gambar 4.

    Gambar 4 Reaktor dan Filter

  • 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

    Air baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah air yang diambil dari Kali Lamong. Air

    baku diambil pada saat musim penghujan sehingga air yang diperoleh memiliki kekeruhan yang

    lebih tinggi dibandingkan dengan musim kemarau.

    Gambar 5 Lokasi Pengambilan Air Baku Kali Lamong

    Gambar 6 Lokasi Pengambilan Air Baku Kali Mas

  • ix

    Gambar 7 Kali Lamong

    Gambar 8 Kali Mas

    Kali Lamong terletak di pertabatasan Surabaya-Gresik. Kali Lamong merupakan cabang

    sungai Bengawan Solo. Kali ini termasuk kali yang setiap tahun meluap. Kali Mas digunakan untuk

    menguji filter sampai clogging. Lokasi running alat berlokasi di Jalan Ketabang Kali.

    Parameter yang dianalisa dari air baku tersebut yaitu Kekeruhan, dan E.coli. Hasil analisa air

    baku dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2

  • Tabel 1 Hasil Analisa Air Baku Kali Lamong

    No. Parameter Satuan Persyaratan Air Minum Hasil Analisa 1 Kekeruhan NTU 5 20

    2 E.coli Jumlah per 100 ml sampel 0 5000

    3 Warna TCU 15 193 4 pH - 6,5-8,5 7,91

    Sumber: Hasil Penelitian

    Tabel 2 Hasil Analisa Air Baku Kali Mas

    No. Parameter Satuan Persyaratan Air Minum Hasil Analisa 1 Kekeruhan NTU 5 136 2 pH - 6,5-8,5 7,03

    Sumber: Hasil Penelitian

    3.1 Analisa Kekeruhan

    Kekeruhan merupakan parameter yang penting dalam mengolah air. Removal kekeruhan

    melalui dua variabel yaitu tinggi media (300mm, 600mm, dan 900mm) dan filtration rate (2, 4, dan

    8 m3/m2.jam). Kedua variabel tersebut akan menghasilkan sembilan kualitas air yang berbeda.

    Melalui variabel tinggi media dan filtration rate diperoleh hasil analisa seperti pada Tabel 3.

    Tabel 3 Analisa Kekeruhan

    No. Filtration

    Rate m3/m2.jam

    Tinggi Media (mm)

    Kekeruhan Air Baku

    (NTU)

    Kekeruhan Akhir (NTU)

    Persentase Removal

    (%) 1 2 300 663 1.9 88.89 2 4 300 663 1.7 90.06 3 8 300 663 1.9 88.89 4 2 600 663 3.6 78.95 5 4 600 663 3.8 77.78 6 8 600 663 2.9 83.04 7 2 900 663 3.1 81.87 8 4 900 663 2.2 87.13 9 8 900 663 2.8 83.63

    Sumber: Hasil Analisa

    Tabel 4.5 merupakan kulitas effluent hasil pengolahan menggunakan variabel tinggi media

    dan filtration rate. Kualitas outlet filter tersebut sudah memenuhi standart kualitas air minum sesuai

  • xi

    dengan PERMENKES RI No. 492/MEN.KES /PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air

    Minum yaitu untuk kekeruhan maksimum 5 NTU.

    Gambar 7 Grafik Analisa Kekeruhan

    Gambar 7 menunjukan hasil analisa kekeruhan dari hasil outlet berdasarkan variabel tinggi

    media dan filtration rate. Berdasarkan tabel dan grafik di atas diperoleh kualitas kekeruhan yang

    paling baik yaitu pada saat tinggi media 300 mm dengan filtration rate 4 m3/m2/jam diperoleh

    kekeruhan 1.7 NTU. Kualitas outlet yang paling buruk yaitu pada saat tinggi media 600 mm dan

    filtration rate 4 m3/m2.jam. Tinggi media sebesar 300 mm menghasilkan kualitas air yang baik

    sedangkan dengan penambahan tinggi media 600 mm dan 900 mm kekeruhan lebih besar namun

    masih di bawah standart kekeruhan untuk air minum. Demikian juga untuk filtration rate semakin

    rendah maka kualitasnya seharusnya lebih namun pada penelitan ini hal tersebut tidak terjadi.

    Kualitas air yang dihasilkan alat ini sudah termasuk sangat baik untuk digunakan sebagai air bersih

    di tempat pasca bencana. Jika menggunakan filtration rate sebesar 4 m3/m2.jam maka untuk

    menghasilkan air bersih maka masyarakat harus membutuhkan waktu yang cukup lama.

  • Gambar 8 Grafik Efisiensi Removal Kekeruhan Unit Filter

    Gambar 8 merupakan efisiensi removal kekeruhan Unit Filter. Dari variasi filtration rate dan

    tinggi madia pada grafik tersebut diperoleh bahwa pada saat tinggi media 300 mm dengan

    filtration rate 2, 4 dan 8 m3/m2.jam secara berturut-turut efisiensi removal kekeruhan sebesar

    88.89%, 90.06% dan 88.89%. Pada saat tinggi media 600 mm dengan filtration rate 2, 4 dan 8

    m3/m2.jam secara berturut-turut efisiensi removal kekeruhan sebesar 78.95%, 77.78% dan 83.04%.

    Pada saat tinggi media 900 mm dengan filtration rate 2, 4 dan 8 m3/m2.jam secara berturut-turut

    efisiensi removal kekeruhan sebesar 81.87%, 87.13% dan 83.63%. Efisiensi removal paling besar

    yaitu 90.06% pada saat tinggi media 300 mm dan filtration rate 4 m3/m2/jam.

    Proses sedimentasi juga memiliki efisiensi removal kekeruhan yang diambil dari selisih

    kekeruhan air baku dengan hasil outlet sedimentasi. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa

    efisiensi removal kekeruhan melalui proses sedimentasi sebesar 97,42%. Efisiensi terbesebu

    memiliki pengaruh yang sangat besar dalam meremoval kekeruhan yang mengakibatkan air yang

    masuk ke filter lebih bersih. Secara keseluruhan efisiensi unit pengolahan dalam meremoval

    kekeruhan sebesar 99,74%.

  • xiii

    3.2Analis E.coli

    Salah satu parameter syarat untuk air minum berdasarkan PERMENKES RI No.

    492/MEN.KES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum adalah E.coli dengan kadar

    0/100 ml sampel. Kali Lamong merupakan sungai yang dibantaran sungainya terdapat banyak

    pemukiman penduduk. Kondisi sekarang ini setelah disurvei ditemukan bahwa banyak sekali

    masyarakat yang langsung membuang kotoran ke sungai tersebut. Melihat kondisi tersebut perlu

    dianalisa kandungan E.coli karena sangat mempengaruhi kesehatan. Jika efluen dari alat ini masih

    terdapat kandungan E.coli maka air ini tidak bisa disebut air minum tetapi air bersih. Analisa E.coli

    dilakukan di laboratorium Teknik Lingkungan menggunakan metoda MPN. Hasil analisa E.coli

    terdapat pada Tabel 2 dan Gambar 9. Analisa E.coli menggunakan air baku pada saat kondisi air

    sebanarnya, sebab jika menggunakan kekeruhan buatan akan mempengaruhi kandungan E.coli air

    baku tersebut. Data hasil analisa E.coli selengkapnya terdapat pada Lampiran E.

    Tabel 4 Analisa E.coli

    No. Filtration

    Rate m3/m2.jam

    Tinggi Media (mm)

    E.coli Awal (MPN/ 100ml

    sampel)

    E.coli Akhir (MPN/ 100ml

    sampel)

    Persentase Removal

    (%) 1 2 300 5000 2 99.96 2 4 300 5000 6 99.88 3 8 300 5000 4 99.92 4 2 600 5000 4 99.92 5 4 600 5000 1 99.98 6 8 600 5000 2 99.96 7 2 900 5000 1 99.98 8 4 900 5000 6 99.88 9 8 900 5000 4 99.92

    Sumber : Hasil Penelitian

  • Gambar 9 Grafik Analisa E.coli

    Dari data pada Tabel 4 dan Gambar 9 diperoleh informasi bahwa masih terdapat

    kandungan E.coli dalam air hasil olahan. Grafik di atas memberikan variasi terhadap removal

    E.coli berdasarkan tinggi media dan kecepatan filtrasi. Kondisi yang paling efisien untuk

    removal E.coli yaitu pada saat tinggi media 900 mm dan filtration rate 2 m3/m2.jam yaitu

    sebesar 2 index MPN/100 ml sampel. Konsentrasi E.coli yang dihasilkan sudah sangat kecil

    namun belum bisa disebut air minum. Dapat disimpulkan bahwa air yang dihasilkan termasuk

    air bersih sehingga harus dimasak dulu sebelum dikonsumsi.

    Gambar 10 Grafik Efisiensi Removal E.coli

  • xv

    Dari variasi filtration rate dan tinggi madia, diperoleh bahwa pada saat tinggi media 300

    mm dengan filtration rate 2, 4 dan 8 m3/m2.jam secara berturut-turut efisiensi removal E.coli

    sebesar 99.96%, 99.88% dan 99.92%. Pada saat tinggi media 600 mm dengan filtration rate 2, 4

    dan 8 m3/m2.jam secara berturut-turut efisiensi removal E.coli sebesar 99.92%, 99.98% dan

    99.96%. Pada saat tinggi media 900 mm dengan filtration rate 2, 4 dan 8 m3/m2.jam secara

    berturut-turut efisiensi removal E.coli sebesar 99.98%, 99.88% dan 99.92%. Dari data tersebut

    diperoleh efisiensi paling tinggi dalam melakukan removal E.coli sebesar 99,98%.

    Pengujian E.coli ini hanya menggunkan air dengan kekeruhan sebenarnya yaitu 20 NTU

    dengan nilai kandungan E.coli sebesar 5000 MPN per 100 ml sampel. Pada penelitian ini tidak

    dibandingakan dengan E.coli ketika menggunakan kekeruhan buatan. Untuk penelitian

    selanjutnya disarankan perlu untuk dilakukan pengujian E.coli dengan air baku sebenarnya

    dibandingkan dengan E.coli dengan air baku menggunakan kekeruhan buatan sehingga

    diperoleh perbandingan antara kualitas efluaen berdasarkan parameter E.coli antara dua air baku

    yang berbeda kualitasnya.

    Pengolahan air baku Kali Mas, parameter E.coli tidak dianalisa. Hal ini salah satu

    kelemahan dari penelitian ini. Penelitian terakhir yang dilakukan oleh peneliti Lembaga Kajian

    Ekologi dan Konservasi Lahan Basah bahwa kandungan E.coli di hulu Kali Mas sebesar 350

    miliar 1600 miliar per 100 ml sampel (Fakhrizal, 2004). Hal tersebut akibat banyaknya

    pencemaran limbah domestik di sepanjang Kali Mas. Nilai tersebut sangat berbeda jauh dengan

    nilai E.coli pada Kali Lamong yang hanya 5000 per 100 ml. Pengolahan Kali Lamong masih

    menyisihkan kandungan E.coli yang mengakibatkan air hasil olahan ini belum bisa langsung

    diminum melainkan harus dimasak terlebih dahulu agar mikroorganisemnya mati.

    Setiap unit pengolahan memiliki kemampuan melakukan removal kekeruhan, dan E.coli.

    Analisa efesiensi unit pengolahan diperoleh berdasarkan kualitas air baku dengan air hasil

  • olahan. Efisiensi yang diperoleh berdasarkan setiap parameter yang diuji yaitu kekeruhan, dan

    E.coli. Semakin tinggi efisiensi removal maka kualitas air yang dihasilkan akan semakin bagus.

    Perhitungan efisiensi unit pengolahan dalam melakukan removal kekeruhan, dan E.coli terdapat

    pada Tabel 5 Perhitungan diperoleh dari hasil selisih antara inlet dan outlet unit pengolahan.

    Tabel 5 Efisiensi Unit Pengolahan

    No Unit Proses Parameter Efisiensi (%)

    1 Unit Pengolahan

    Koagulasi, Flokulasi,

    Sedimentasi, Filtrasi

    Kekeruhan 99,94

    E.coli 99,98

    Sumber: Hasil Penelitian

    Tabel 5 menunjukkan efisiensi pengolahan air berdasarkan parameter kekeruhan, dan

    E.coli. Nilai efisiensi diambil dari persentase removal yang paling tinggi dari setiap percobaan

    alat.

    Uji clogging dapat dilihat dari hasil efluen yang dihasilkan. Clogging terjadi akibat

    pengaruh dari partikel suspensi, kandungan zat kimia, dan aktivitas mikroorganisme. (Duran at

    al, 2009). Untuk mengetahui sampai kapan filter dapat berfungsi dengan baik, maka perlu

    dilakukan uji clogging dengan melakukan proses running alat secara terus menerus sampai

    diperoleh data yang menunjukan adanya clogging. Setiap proses pengolahan diperoleh data data

    kualitas hasil olahan sebagai dasar untuk mengetahui waktu clogging.. Dari data tersebut

    diperoleh grafik penurunan kualitas air akibat kemampuan filter dalam menyaring menjadi

    semakin rendah.

    Semakin sering filter digunakan maka kemampuanya untuk menyaring menjadi semakin rendah.

    Pada saat running alat yang ke sembilan peningkatan nilai kekeruhan meningkat secara drastis

    yaitu dari 7.2 NTU mejadi 17.4 NTU. Melalui data tersebut dapat disimpulkan bahwa filter harus

  • xvii

    dicuci setelah dipakai sebanyak 9 kali. Pencucian filter dilakukan dengan mengeluarkan pasir

    dan dibilas dengan air bersih.

    Running alat ini berfungsi untuk membandingkan kualitas yang dihasilkan dengan

    menggunakan air baku Kali Lamong dengan air baku menggunakan Kali Mas. Pengolahan air

    Kali Lamong dilakukan di ruang kaca Teknik Lingkungan. Air baku diambil dari Kali Lamong

    menggunakan profil tank yang diangkut menggunakan pick up sebanyak 800 Liter. Sedangkan

    pengolahan air Kali Mas langsung dilakukan di tepi Kali Mas yang terletak di Jalan Ketabang

    Kali Surabaya.

    Pengolahan Kali Lamong dilakukan sebanyak empat kali proses pengolahan akibat air

    baku yang terbatas. Dari data karakteristik air baku diperoleh hasil anasila kekeruhan sebesar 20

    NTU. Hal tersebut tidak sesuai dengan karakteristik air banjir yang memiliki tingkat kekeruhan

    diatas 250 NTU. Oleh karena itu, dilakukan pembuatan kekeruhan buatan dengan penambahan

    lumpur (clay) yang diambil dari dasar sungai Kali Lamong sampai nilai kekeruhannya sesuai

    dengan karakteristik air banjir.

    Selain menggunakan air baku Kali Lamong, dilakukan juga pengolahan air baku Kali

    Mas. Pengolahan air Kali Mas ini dilakukan langsung di lapangan. Unit pengolahan dibawa ke

    tepi singai Kali Mas di Jalan Ketabang Kali. Pengolahan dilakukan selama 2 hari sebanyak 6

    Kali. Pengolahan tidak dilakukan penambahan kekeruhan buatan melainkan langsung

    menggunakan airnya secara langsung. Pengolahan air Kali Mas ini juga berfungsi untuk

    mengetahi sampai kapan filter clogging.

    4. KESIMPULAN

    Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

    1. Dengan tinggi media 300 mm maka removal kekeruhan paling tinggi, sedangkan untuk

    filtration rate sebesar 4 m3/m2.jam kemampuan removal kekeruhan paling tinggi.

  • 2. Dengan pemilihihan filtration rate sebesar 8 m3/m2.jam dan tinggi media sebesar 900 mm

    pada saat running alat di lapangan, alat ini mampu meremoval kekeruhan 99.94%.

    3. Dalam kondisi baik, alat ini memiliki kemampuan meremoval kekeruhan, dan E.coli

    secara berturut-turut sebesar 99,94%, dan 99,92%. Hasil

    4. Outlet yang dihasilkan tergolong ke dalam air bersih, sehingga sebelum dikonsumsi harus

    dimasak terlebih dahulu.

    5. Alat ini bisa dipasang dan dibongkar kembali untuk mempermudah mobilisasi dan

    penyimpanan.

    6. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa filter harus dicuci setelah alat dioperasikan

    sebanyak 9 kali.

    7. Standard Operational Procedure (SOP) disediakan sehingga masyarakat mampu

    mengoperasikannya alat ini.

    Daftar Pustaka

    Adi, A. P., 2009. Indonesia Urutan Ke-3 untuk Urusan Banjir. <

    http://4raptor.wordpress.com/2009/12 /30/indonesia-urutanke-3-banjir/>.

    Alaerts, G. A, dan Santika, S. S., 1984. Metoda Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional.

    Anonim. 2008. Solusi Atasi Banjir. Majalah Berita Indonesia.

    Anonim. 2010. PERMENKES No. 492/MEN.KES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualita

    Air Minum

    Anonim . 2010. Potensi Banjir Bulan Januari, Februari dan Maret 2010.

  • xix

    Anonim, 2010. Lebih 15.000 Korban Banjir Karawang Mengungsi. < http://www.

    sinarharapan.co.id /berita/read/lebih-15000-korban-banjir-karawang-mengungsi/>

    Coppola, D. P., 2007. Introduction to International Disaster Management. Oxford: Elsevier.

    Duran, M. R., Puing J. B., Arbat, G., Barragan, J., Ramirez, F. C., 2009. Effect of filter, emitter

    and location on clogging when using effluents. Agricultural Water Management No. 96,

    hal 67-79.

    Fakhrizal. 2004. Mewaspadai Bahaya Limbah Domestik di Kali Mas. Ecoton


Recommended