+ All Categories
Home > Documents > PERBANDINGAN KUALITAS MIKROBIOLOGI AIR MINUM...

PERBANDINGAN KUALITAS MIKROBIOLOGI AIR MINUM...

Date post: 08-Jul-2019
Category:
Upload: vocong
View: 243 times
Download: 5 times
Share this document with a friend
9
1 PERBANDINGAN KUALITAS MIKROBIOLOGI AIR MINUM (COLIFORM) DENGAN ANGKA PENYAKIT DIARE DI KECAMATAN KENJERAN, KOTA SURABAYA COMPARISON BETWEEN DRINKING WATER MICROBIOLOGICAL QUALITY (COLIFORM) AND DIARHEA OCCURRENCE IN KENJERAN SUBDISTRICT, SURABAYA CITY ________________________________________________________________________________________ Tonang Kurniawan Bimasesar 1) dan Mohammad Razif 2) 1,2) Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya Email: 1) [email protected]., 2) [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan mengukur persentase tingkat kejadian diare, memetakan tingkat kontaminasi coliform pada sumber air minum serta menganalisis pola kecenderungan antara jumlah coliform pada sumber air minum dengan kejadian diare pada Kecamatan Kenjeran. Dalam penelitian ini dilakukan suatu analisis perbandingan antara jumlah coliform pada sumber air minum dengan frekuensi warga terkena diare di setiap kelurahan. Tingkat kejadian diare berdasarkan hasil kuesioner Kelurahan Bulak Banteng 19%, Sidotopo Wetan 37%, Tambak Wedi 21%, Tanah Kali Kedinding 23%. Hasil pemetaan menempatkan Klaster I berada pada titik sampling 2 dan 10 yang berlokasi pada bagian selatan Kelurahan Sidotopo Wetan dan Tanah Kali kedinding perbatasan dengan Kecamatan Kapas Kerampung, Klaster II berada pada titik sampling 1, 4, 5, 6 dan 7 berlokasi di Kelurahan Bulak Banteng dan Tambak Wedi dan Klaster III berada pada titik sampling 3, 8 dan 9 yang berlokasi di sebgaian besar Kelurahan Kelurahan Sidotopo Wetan dan Tanah Kali kedinding. Angka kejadian diare pada Kecamatan Kenjeran memiliki korelasi dengan besar tingkat kontaminasi bakteri coliform dan jumlah bakteri coliform yang terkandung juga berkorelasi dengan jenis sumber air minum yang digunakan. Kata kunci: Angka diare Kecamatan Kenjeran, Sumber air minum, bakteri coliform. Abstract This research are to calculate percentation of diarhea occurrence, mapping coliform contamination in water sources and to analysis model between number of coliform in water sources and diarhea occurrence. The diarhea rate in each urban village based of questionnaire, Urban village of Bulak Banteng 19%, Sidotopo Wetan 37%, Tambak Wedi 21%, Tanah Kali Kedinding 23%. The mapping result Cluster I in south corner of Sidotopo Wetan and Tanah Kali kedinding Urban village in border between Kenjeran Subdistrict and Kapas Kerampung Subdistrict at sampling point 2 and 10. Cluster II mostly in Bulak Banteng and Tambak Wedi Urban village at sampling point 1, 4, 5, 6 and 7. Cluster III mostly in Urban village of Sidotopo Wetan and Tanah Kali kedinding at sampling point 3, 8 and 9. The number of diarhea incident have corelation with amount of coliform contamination and it also have corelation with kind of water source that citizen used. Keywords: Diarhea occurance Kecamatan Kenjeran, drinking water sorurces, coliform bacteria.
Transcript

1

PERBANDINGAN KUALITAS MIKROBIOLOGI AIR MINUM (COLIFORM)DENGAN ANGKA PENYAKIT DIARE DI KECAMATAN KENJERAN, KOTA

SURABAYA

COMPARISON BETWEEN DRINKING WATER MICROBIOLOGICALQUALITY (COLIFORM) AND DIARHEA OCCURRENCE IN KENJERAN

SUBDISTRICT, SURABAYA CITY

________________________________________________________________________________________

Tonang Kurniawan Bimasesar1) dan Mohammad Razif2)

1,2)Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan PerencanaanInstitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, SurabayaEmail: 1)[email protected]., 2)[email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mengukur persentase tingkat kejadian diare, memetakan tingkat kontaminasi coliformpada sumber air minum serta menganalisis pola kecenderungan antara jumlah coliform pada sumber airminum dengan kejadian diare pada Kecamatan Kenjeran. Dalam penelitian ini dilakukan suatu analisisperbandingan antara jumlah coliform pada sumber air minum dengan frekuensi warga terkena diare di setiapkelurahan. Tingkat kejadian diare berdasarkan hasil kuesioner Kelurahan Bulak Banteng 19%, SidotopoWetan 37%, Tambak Wedi 21%, Tanah Kali Kedinding 23%. Hasil pemetaan menempatkan Klaster I beradapada titik sampling 2 dan 10 yang berlokasi pada bagian selatan Kelurahan Sidotopo Wetan dan Tanah Kalikedinding perbatasan dengan Kecamatan Kapas Kerampung, Klaster II berada pada titik sampling 1, 4, 5, 6dan 7 berlokasi di Kelurahan Bulak Banteng dan Tambak Wedi dan Klaster III berada pada titik sampling 3, 8dan 9 yang berlokasi di sebgaian besar Kelurahan Kelurahan Sidotopo Wetan dan Tanah Kali kedinding.Angka kejadian diare pada Kecamatan Kenjeran memiliki korelasi dengan besar tingkat kontaminasi baktericoliform dan jumlah bakteri coliform yang terkandung juga berkorelasi dengan jenis sumber air minum yangdigunakan.

Kata kunci: Angka diare Kecamatan Kenjeran, Sumber air minum, bakteri coliform.

Abstract

This research are to calculate percentation of diarhea occurrence, mapping coliform contamination in watersources and to analysis model between number of coliform in water sources and diarhea occurrence. Thediarhea rate in each urban village based of questionnaire, Urban village of Bulak Banteng 19%, SidotopoWetan 37%, Tambak Wedi 21%, Tanah Kali Kedinding 23%. The mapping result Cluster I in south corner ofSidotopo Wetan and Tanah Kali kedinding Urban village in border between Kenjeran Subdistrict and KapasKerampung Subdistrict at sampling point 2 and 10. Cluster II mostly in Bulak Banteng and Tambak WediUrban village at sampling point 1, 4, 5, 6 and 7. Cluster III mostly in Urban village of Sidotopo Wetan andTanah Kali kedinding at sampling point 3, 8 and 9. The number of diarhea incident have corelation withamount of coliform contamination and it also have corelation with kind of water source that citizen used.

Keywords: Diarhea occurance Kecamatan Kenjeran, drinking water sorurces, coliform bacteria.

2

PENDAHULUAN

Salah satu syarat kelayakan air minum adalah dengan tidak terkandungnya bakteri coliform didalamnya. Halini telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan R.I No. 492 tahun 2010 [1] yang berisikan tentangpersyaratan kualitas air minum. Sumber air minum yang biasa digunakan penduduk dapat berasal PDAM dannon-PDAM. Pada Kecamatan Kenjeran Sumber air yang digunakan berasal dari air PDAM seperti SR(sambungan rumah) dan air PDAM yang dibeli dari pedagang keliling, sedangkan sumber air non-PDAMumumnya berupa air sumur. Sebagai salah satu penyedia sumber air minum, PDAM berusaha menjagakualitas air olahannya dengan melakukan khlorinasi. Khlorinasi merupakan proses pemberian khlor sebelumair hasil olahan didistribuskan ke penduduk, dengan harapan sisa khlor yang terkanudung dapat menjaga darikontaminasi mikroorganisme patogen. PAM memilih penggunaan khlorinasi karena disamping efektifmembunuh mikroorganisme patogen juga mempunyai harga yang murah (Anonim, 1999) [2]. Sedangkanpenjual air keliling termasuk salah satu sumber air yang tidak terlindung, air yang didapat biasanya berasaldari air PDAM (Anonim, 2006a) [3]. Pada air sumur yang merupakan air yang sudah biasa digunakan olehmasyarakat Indonesia sejak dulu, rata-rata air yang berasal dari sumur bersih karena air tersebut telah tersaringoleh berbagai batuan dan pasir (Anonim, 2006b)[4]. Terkandungnya coliform dalam jumlah yang besar padaair minum merupakan salah satu indikator bahwa seseorang dapat terserang waterborne diseases. Berbagaigejala penyakit yang bersumber dari air akibat adanya bakteri patogen antara lain diare (dimungkinkan dapatberdarah), nyeri perut, mual, muntah, demam dan Hemolytic-uremic syndrome (HUS) (Anonim, 2009) [5].Tingginya kejadian diare menjadikan penyakit ini menempati sebagai salah satu penyakit penyebab kematianteratas di dunia. Di Indonesia diperkirakan satu dari tujuh anak balita meninggal akibat penyakit diare(Anonim, 2012) [6]. Kejadian diare dapat terjadi akibat adanya bakteri patogen dalam sumber air minumseperti pada PDAM Surya Sembada Surabaya menurut data pada akhir tahun 2013 memiliki tingkat pelayananmencapai 87,89% dan dengan total kebocoran pipa mencapai 33,66% dengan total panjang pipa 5.000 Km.Disamping permasalahan tersebut pemasangangan sambungan yang tidak memenuhi SOP, terlalu panjangnyasaluran pipa distribusi dari lokasi pembubuhan khlor dapat mengakibatkan adanya kontaminasi air dari luarpipa yang tidak sehat dengan air dalam pipa akibat dari pipa yang bocor sehingga dapat terkandung baktericoliform didalamnya (Finansyah, 2003) [7]. Sedangkan sumber air yang didapat dari pedagang kelilingbiasanya para pedagang memperoleh air berasal dari air PDAM akan tetapi buruknya pewadahan yangdilakukan baik oleh penjual atau warga sebagai pembeli dapat mengakibatkan bakteri patogen terkandungdalam air tersebut. Pada sumber air yang berasal dari sumur walaupun air telah tersaring oleh pasir danbebatuan namun apabila banyak terkontaminasi dengan air yang tidak sehat yang masuk kedalam tanah sepertiair saluran dan limbah cair kotoran hewan masuk dan berkontak dengan air tanah mengakibatkan turunnyakualitas air sumur tersebut (Anonim, 2007) [8], karena pada kenyataanya sering dijumpai lokasi pada sumurwarga Kecamatan Kenjeran tidak memenuhi SNI nomor 03-2916-1992 [9] tentang lokasi sumber air yangmegharuskan jarak terhadap sumber air minum minimum ≥10 meter dengan sumber pembuangan limbahataupun saluran pembuangan air limbah, pembuangan sampah, pembuangan kotoran hewan serta jamban dantangki septik. Di Surabaya tercatat 92.072 kasus diare ditemui pada tahun 2012 (Anonim, 2012) [10]. Salahsatu kecamatan di Surabaya yang warganya sering mengalami diare adalah Kecamatan Kenjeran yang terletakdi Surabaya Timur. Pada tahun 2012 Kecamatan Kenjeran dengan jumlah penduduk 149.993 jiwa tercatatwarganya pernah mengalami kejadian diare sebesar 1.602 kasus, jumlah ini termasuk dalam salah satuwilayah yang memiliki kasus diare tertinggi dalam Kota Surabaya.

METODE

Tindakan awal dalam pengerjaan penelitian ini adalah mengetahui lokasi yang berpotensi mengalami kejadiandiare tertinggi di Surabaya, diketahui dengan perolehan data sekunder yang didapat dari Dinas Kesehatanpemerintah Kota Surabaya, dalam buku profil kesehatan Kota Surabaya, disamping itu mencari tahu lokasikritis dari suplai air PDAM yang merupakan daerah dengan kandungan khlor terendah. Selanjutnya dilakukanobservasi lapangan untuk mendapatkan jenis sumber-sumber air minum yang digunakan oleh warga hal inimemperkuat pemilihan lokasi penelitian. Setelah diketahui lokasi penelitian yang memenuhi persyratan laludilakukan penyebaran kuesioner secara Stratified Random Sampling dalam pendataan kepada warga dilakukandengan depth interview.

3

Untuk memvalidasi hasil kuesioner dilakukan analisis laboratorium dengan menguji total coliform padasumber air minum yang digunakan, jumlah sampel yang diambil ditentukan berdasarkan angka grafik yangmenunjukkan angka diare. Penentuan jumlah kuesioner dalam satu kecamatan digunakan standar statistikadengan menggunakan Persamaan 1

1)1(1

1

/)1(

2

2

22

d

ppZ

N

dppZn

................................................................................................... (1)Dimana:

n : jumlah sampel respondenN : jumlah anggota populasi (KK)Z : nilai tabel normal standar (1,96)D : sampling error (tingkat kesalahan yang diperbolehkan) 10%P : proporsi yang disetujui, (0,5 – 0,99)(1-p) : proporsi yang tidak disetujui

Dalam metode ini, nilai yang digunakan untuk selang kepercayaan adalah nilai “0,88” (dengan selang nilai 0,5– 0,99). Nilai ini dipilih karena saat pengambilan data menggunakan kuesioner dilakukan depth interviewsehingga tingkat keakuratan data yang didapat dapat lebih tinggi. Berikut hasil perhitungan untuk memperolehjumlah responden dalam satu kecamatan.

40

11,0

)188,0(*88,0*96,1*

131857

11

1,0/)88,01(*88,0*96,1

2

2

22

Sehingga hasil responden total yang dibutuhkan dalam satu kecamatan sebesar 40 responden. Selanjutnyaperhitungan untuk memperoleh kebutuhan responden per kelurahan. Pembagian responden secaraperkelurahan dibagai dengan proposional berdasarkan jumlah penduduk perkelurahan. Pembagian berdasarkanPersamaan 2, berikut hasi perhitungan responden yang dibutuhkan setiap kelurahan:

40*RendukKecamatTotalPendu

hanudukKeluraJumlahPendsponden .................................................................. (2)

Hasil perhitungan pembagian responden per kelurahan apabila dibentuk kedalam tabel dapat dilihat padaTabel 1

Tabel 1 Jumlah responden perkelurahan

KecamatanJumlah Responden

per Kelurahan

Bulak Banteng 5

Sidotopo Wetan 15

Tambak Wedi 4

Tanah Kali Kedinding 16

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan jumlah kuesioner yang disebarkan sebanyak 40. Penyebarankuesioner juga mempertimbangkan aspek-aspek yang direncanakan. Berikut 40 titik lokasi pembagiankuesioner yang telah dilakukan ditunjukkan pada Gambar 1

4

Gambar 1 Lokasi 40 Titik pembagian kuesioner

Berdasarkan hasil pengambilan data secara kuesioner dua tingkat teratas yang warganya rentan mengalamidiare yakni Kelurahan Sidotopo Wetan dengan persentase sebesar 40,21% dan Kelurahan Tanah KaliKedinding sebesar 25,27% sedangkan Kelurahan Tambak Wedi dan Bulak Banteng memiliki rentang nilailebih kecil terkena diare sebesar 23,21% dan 20%. Pada kuesioner tentang faktor fasilitas sanitasi wargadidata tentang kebiasaan untuk buang air besar di kakus serta tersedianya kakus yang telah dilengkapi tangkiseptik. Bila dilihat berdasarkan hasil kuesioner, warga pada seluruh kelurahan sebagian besar telahmembiasakan diri untuk buang air besar di kakus akan tetapi terdapat penurunan persenatse terjadi akibatterdapat beberapa warga yang kakusnya tidak dilengkapi dengan tangki septik, biasanya warga tersebutmengakalinya dengan langsung menyalurkan menuju sungai. Pada Kelurahan Bulak banteng dan TambakWedi memiliki tingkat persentase fasilitas sanitasi lebih besar dibanding kelurahan lainnya, hal inidikarenakan dua kelurahan tersebut sering mendapat sosialisasi untuk tidak membuang sampah dan blackwater mereka ke sungai. Intensitas sosialisasi yang tinggi ini terjadi akibat dua kelurahan ini berada didekatpintu air yang mengalirkan air sungai menuju laut. Disamping itu beberapa warga dari 2 kelurahan inipengahasilan utama berasal dari memunguti sampah yang mereka dapat dari saringan bar screen pintu air.Selanjutnya di tingkat kelancaran drainase, tingkat kelancaran dapat diketahui dengan selalu teralirnya airpada saat musim kemarau atau saat musim penghujan, baik itu pada selokan atau pada sungai. Berdasarkanhasil kuesioner Kelurahan Tanah Kali Kedinding hanya terdapat 60% wilayahnya drainase yang lancar,sehingga pada saat musim hujan air pada saluran meluap. Hal ini dapat terjadi disebabkan tiga kelurahanlainnya terdapat kerja bakti rutin setiap bulannya. Faktor lain penyebab tingginya kejadian diare adalah faktorkelancaran pengangkutan sampah. Pada Kecamatan Kenjeran pengangkutan sampah dilakukan seminggu tigakali. Berdasarkan data hasil kuesioner pada Kelurahan Tanah Kali Kedinding dan Tambak Wedi hanya 60%dan 70% wilayahnya yang lancar diangkut secara rutin. Dan berdasarkan hasil kuesioner sebagian warga yangwilayahnya tidak rutin diangkut sampahnya oleh petugas kebersihan sebesar 80% sampahnya dibakar dansisanya dibuang langsung ke sungai.

Adanya pengetahuan tentang higenis dapat meminalisir kemungkinan seseorang terkena diare. Tingkat higenisdisini dapat diketahui dari kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun sebelum makan, kebiasaan mencucimakanan sejenis sayur-sayuran atau buah-buahan sebelum dikonsumsi dan air yang digunakan untuk mencuci.Berdasarkan hasil kuesioner dapat diketahui Kelurahan Tanah Kali Kedinding dan Tambak Wedi memilikitingkat higenis hanya sebesar 85%, hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan tentang pentingnya mencucitangan menggunakan sabun sebelum mengonsumsi makanan karena masih ditemui beberapa warga yang tidakmenggunakan alat bantu makan (sendok dan garpu) dan air yang digunakan untuk mencuci semuanya berasaldari sumur yang belum tentu terbebas dari coliform. Dari hasil kuesioner Kelurahan Sidotopo Wetan terdapat40% warganya mengonsumsi air PDAM langsung tanpa merebusnya terlebih dahulu, kelurahan ini jugamerupakan kelurahan tertinggi yang menggunakan air distribusi PDAM sebagai air minum. Untuk seluruhhasil perolehan data melalui kuesioner disertakan pada Tabel 2.

5

Tabel 2 Perbandingan hasil kuesioner perkelurahan

KelurahanKejadian

Diare

PemakaianSumber Air

PDAM

TingkatSanitasi

TingkatKelancaran

Sampah

TingkatPerilakuHigenis

PenggunaAir Rebus

(%)

PenggunaAir

Kemasan(%)

PenggunaAir MinumLangsung

PDAM(%)

SidotopoWetan

40.2% 80% 90% 90% 100% 20% 40% 40%

Tanah KaliKedinding

25.3% 90% 87% 60% 85% 27% 60% 13%

BulakBanteng

20.0% 100% 95% 90% 95% 23% 77% 23%

TambakWedi

23.2% 100% 95% 70% 85% 38% 44% 19%

Besarnya tingkat kejadian diare pada masing-masing kelurahan menjadi dasar dalam menentukan jumlahpengambilan sampel pada sumber air minum yang dianalisis tingkat kandungan bakteri coliform dilaboratorium. Pengambilan sampel air pada sumber air minum warga merupakan langkah awal dalampenganalisisan jumlah coliform yang di lakukan laboratorium Teknik Lingkungan ITS Surabaya. Sampel yangdiambil berasal dari rumah warga yang telah diberi kuesioner sebelumnya. Berdasarkan hasil kuesionerterdapat dua sumber air minum yang sering digunakan warga, pertama yang menggunakan sumber air berasaldari PDAM (SR dan pedagang keliling) dan sumber air non PDAM yang berasal dari sumur (berdasarkanhasil survei tidak terpat sumber air minum non-PDAM selain air sumur). Berdasarkan diagram persentasepenggunaan jenis sumber air minum, pada Kelurahan Sidotopo Wetan terdapat 20% warganya yangmenggunakan air yang bersumber dari sumur dan pada Kelurahan Tanah Kali Kedinding terdapat 10%warganya yang menggunakan air yang bersumber dari sumur sedangkan dua kelurahan lainnya 100%warganya ditemui menggunakan air yang bersumber dari PDAM. Sampel sumber air minum yang diambil diseluruh kelurahan berjumlah 10 sampel.

Pembagian pengambilan sampel di setiap kelurahan dibagi secara proposional berdasarkan jumlah pendudukdan tingkat kejadian diare. Sedangkan untuk pembagian pengambilan sampel antara sumber air yang berasaldari PDAM dan non PDAM ditentukan berdasarkan proporsi jumlah penggunaan sumber air pada masing-masing kelurahan. Sehingga jumlah sampel yang diambil per kelurahan seperti yang terlihat pada Tabel 3.Berikut terdapat pula 10 lokasi pengambilan sampel air pada sumber air wyang ditunjukkan pada Gambar 2dan berikut beberapa hasil dokumntasi yang dapat diambil pada saat proses pengambilan sampel, baik sampelyang berasal dari air PDAM maupun non PDAM. Berdasarkan hasil analisis laboratorium dapat diketahuibahwa nilai coliform pada sumber air minum sumur jauh lebih tinggi dari pada yang bersumber dari PDAM.Hasil analisis laboratoratorium disertakan pada Tabel 4. Apabila dilihat nilai coliform pada sumber air yangberasal dari sumur, nilai coliform dua kelurahan memiliki nilai yang sama dapat dimungkinkan bahwa nilaicoliform pada sumber air yang berasal dari sumur di Kecamatan Kenjeran memiliki nilai 4000 /mL. Untuksumber air minum yang berasal dari PDAM, Kecamatan Sidotopo Wetan memiliki tingkat kontaminasicoliform tertinggi hal ini disebabkan oleh adanya beberapa warga disana yang menggunakan air PDAM yangberasal dari pedagang keliling. Air telah dibeli tersebut selanjutnya ditampung pada bak-bak plastik yangbiasanya berukuran ±50 L yang dapat dimungkinkan bak-bak tersebut jarang dibersihkan sehingga terdapatbakteri coliform yang tinggi disamping jarang dibersihkan tidak jarang ditemui wadah-wadah penampung airtersebut tidak tertutup sehingga pada dasar bak tersebut terdapat kotoran-kotaran sejenis pasir.

Tabel 3 Pembagian pengambilan sampel perkelurahan

KecamatanJumlah SampelPerkelurahan

PDAM Non PDAM

Bulak Banteng 2 2 0

Sidotopo Wetan 3 2 1

Tambak Wedi 2 2 0

Tanah Kali Kedinding 3 2 1

6

Gambar 2 Sepuluh titik lokasi pengambilan sampel

Tabel 4 Hasil Analisis Laboratorium

Sampling Point Kelurahan Jenis Sumber AirJumlah Coliform

(/mL)

1 Tanah Kali Kedinding PDAM 50

2 Tanah Kali Kedinding PDAM 0

3 Tanah Kali Kedinding Non PDAM (Air sumur) 4000

4 Tambak Wedi PDAM 8

5 Tambak Wedi PDAM 8

6 Bulak Banteng PDAM 6

7 Bulak Banteng PDAM 2

8 Bulak Banteng Non PDAM (Air sumur) 4000

9 Sidotopo Wetan PDAM (Pedagang keliling) 2200

10 Sidotopo Wetan PDAM 0

Pada urutan tertinggi ke dua berada pada Kelurahan Tanah Kali Kedinding, berdasarkan hasil survei kuesionerhal ini mungkin disebabkan oleh tidak terkandungnya sisa khlor yang bisa diketahui dari rumah-rumah wargapada keluran tersebut yang semua warganya menggunakan pompa yang langsung terhubung dari sauranPDAM tepatnya terpasang setelah meteran. Penggunaan pompa yang terjadi di setiap rumah pada Kelurahanini disebabkan air pada saluran PDAM tidak mengalir yang menandakan bahwa head di saluran tersebut kecilhal ini dapat berkorelasi dengan banyaknya kebocoran di sepanjang saluran perpipaan. Banyaknya kebocoranpada saluran perpipaan dapat menyebabkan kontaminasi air dengan kualitas tercemar masuk kedalam salurandistribusi PDAM sehingga terkandung bakteri coliform didalamnya. Apabila dibandingkan antara data jumlahwarga yang terkena diare periode dibawah enam bulan beserta faktor-faktor lain penyebab diare dandibandingkan dengan jenis sumber air minum yang digunakan dengan angka coliform, Kelurahan SidotopoWetan memiliki angka kejadian diare sebesar 40,21% dan terdapat 20% warganya yang menggunakan airyang bersumber dari sumur dan jika dibandingkan dengan jumlah coliform dalam sumber air terdapatkandungan coliform sebesar 1100 /mL airnya sedangkan pada air sumur yang digunakan terdapat jumlahcoliform sebesar 4000 /mL sehingga dapat diketahuai terdapat hubungan antara kejadian diare dengan angkakejadian diare disamping itu tingginya kejadian diare pada kelurahan ini diperparah akibat adanya beberapawarga yang menggunakan air sumur sebagai air untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka dalam sehari-hari.

Setelah semua data terkumpul mulai dari frekuensi warga terserang penyakit diare dengan periode dibawah 6bulan, jenis sumber air minum yang digunakan hingga analisis jumlah kandungan coliform yang terdapatdalam sumber air minum selanjutnya dapat dilakukan pemetaan. Pembagian klaster menunjukkan suatutingkatan kejadian diare dan nilai coliform pada sumber air. Metode penglasteran dibentuk berdasarkan angkakandungan coliform pada setiap titik sampling.

7

Terdapat 10 titik pengambilan sampel, dari 10 titik tersebut berdasarkan nilai coliform yang terkandung dapatdibagi dalam tiga klaster. Penomoran klaster dimulai dari kondisi yang terbaik (kandungan coliform padasumber air kecil) hingga yang terburuk, yang maksudnya semakin kecil tingkatan klaster semakin rendahkandungan coliform pada sumber air tersebut. Pada Klaster I ditunjukkan dengan warna biru laut, pada klasterini nilai coliform yang terkandung dalam sumber air sebesar 0 /mL, sedangkan pada Klaster II nilai coliformberkisar 1-100 /mL yang ditunjukkan dengan warna hijau, dan pada klaster III memiliki kandungan coliformdiatas 100 /mL yang ditunjukkan dengan arsiran warna merah. Hasil penglasteran pada peta dasar ditunjukkanpada Gambar 3 dan apabila penglasteran tersebut dibentuk kedalam bentuk tabel akan menjadi Tabel 5.

Gambar 3 Pembagian klaster berdasar titik sampling

Klaster I berada pada titik sampling 2 dan 10. Klaster ini berada pada bagian selatan kelurahan SidotopoWetan dan Tanah Kali Kedinding yang berada pada perbatasan dengan Kecamatan Kapas Kerampung.Sedangkan pada Klaster II yang memiliki nilai coliform berkisar 1-100 /mL, terdapat empat titik samplingdalam klaster ini anatara lain 1, 4, 5, 6 dan 7 klaster ini mayoritas berada pada Kelurahan Bulak Banteng danTambak Wedi. Dan pada Klaster III terdapat empat titik sampling anatara lain 3, 8 dan 9. Hal ini terjadi akibatrata-rata warga pada titik sampling ini (Kelurahan Sidotopo Wetan dan Kelurahan Tanah Kali Kedinding)menggunakan air untuk kebutuhan sehari berasal dari air PDAM yang diperoleh dari pedagang keliling dan airsumur yang rata-rata memiliki nilai coliform berkisar 2200-4000 /mL.

Tabel 5 Pemetaan berdasarkan klaster

Klaster Sampling Point Kelurahan Jenis Sumber AirNilai Coliform

(MPN/mL)

I2 Tanah Kali Kedinding PDAM 010 Sidotopo Wetan PDAM 0

II

4 Tambak Wedi PDAM 85 Tambak Wedi PDAM 86 Bulak Banteng PDAM 67 Bulak Banteng PDAM 21 Tanah Kali Kedinding PDAM 50

III

3 Tanah Kali KedindingNon-PDAM (Air

Sumur)4000

8 Sidotopo WetanNon-PDAM (Air

Sumur)4000

9 Sidotopo WetanPDAM (Pedagang

Keliling)2200

8

Kelurahan Sidotopo Wetan yang sebian besar wilayahnya masuk dalam Klaster III memiliki tingkat kejadiandiare tertinggi yakni sebesar 40,2% hal ini ini terjadi karena pengaruh nilai coliform yang terkandung dalamsumber air mencapai 1100 /mL untuk kategori sumber air minum yang berasal dari PDAM dan besarkontaminasi coliform pada sumber air minum non PDAM sebesar 4000 /mL. Disamping itu apabila dilihatdari persentase pemakaian sumber air, warga pada Kelurahan Sidotopo Wetan hanya menggunakan air yangbersumber dari PDAM sebesar 80%, nilai merupakan nilai terkecil bila dibandingkan dengan kelurahanlainnya, dengan begitu sebagian warga lainnya menggunakan sumber air minum yang berasal dari sumurpadahal tingkat kontaminasi coliform pada sumur lebih besar dari pada air PDAM yang dibeli pada pedagangkeliling. Pada Kelurahan Tanah Kali Kedinding yang sebagian besar wilayahnya berada pada klaster III,merupakan kelurahan di peringkat ke dua untuk kategori warga yang terbanyak terkena diare dengan periodedibawah enam bulan. Kejadian ini berkorelasi dengan tingkat kontaminasi coliform pada sumber air minum,dapat dilihat pada hasil analisis laboratorium nilai kontaminasi coliform pada sumber air minum yang berasaldari PDAM rata-rata sebesar 25 /mL dan pada sumber air minum yang berasal dari sumur sebesar 4000,jumlah coliform rata-rata ini merupakan jumlah terbanyak setelah Kelurahan Sidotopo Wetan.

Apabila dilihat pada penggunaan sumber air minum hanya 90% warganya menggunakan air yang bersumberdari PDAM sisanya menggunakan air yang berasal dari sumur. Penggunaan air minum yang bersumber darisumur sangat berpengaruh pada tingkat kejadian diare karen jumlah bakteri coliform pada sumur mencapai4000 /mL.Untuk dua kelurahan lainnya yakni Kelurahan Bulak Banteng dan Sidotopo Wetan yang termasukdalam wilayah dengan Klaster I memiliki tingkat kejadian diare sebesar 25,3% dan 20% hal ini disebabkanoleh adanya sedikit bakteri coliform pada sumber air minum yang mereka gunakan, hal ini disebabkanberdasarkan hasil survei rata-rata seluruh warga sudah menggunakan sumber air minum berasal dari PDAMuntuk kebutuhan sehari-harinya. Telah diketahui penyebab diare dapat disebabkan oleh berbagai macamdalam penelitian ini faktor terutamanya adalah kontaminasi bakteri coliform pada sumber air minum. Bakteriini dapat berada pada sumber air yang disebabakan oleh pencemaran pada saat proses distribusi atau dapatterkontaminasi saat di penampungan air (reservoir/roof tank) hal ini terjadi pada sumber air yang berasal dariPDAM. Sedangkan kontaminasi air PDAM yang didapat dari pedagang keliling, biasanya pewadahan yangdigunakan oleh warga yang berupa bak-bak plastik yang berukuran ±50 L yang tidak higenis akibat jarangdibersihkan atau bahkan tidak terdapatnya penutup bak sehingga dapat mengakumulasi bakteri patogen.

Faktor lain yang berpengaruh terhadap angka kejadian diare antara lain fasilitas sanitasi, kelancaran salurandrainase, kelancaran pengangkutan sampah dan tingkat perilaku higenis. Dengan begitu setelah dianalisisseluruh faktor-faktor yang mungkin dapat mempengaruhi angka kejadian dapat diketahui adanya suatu polakecenderungan dimana tingginya tingkat diare berkorelasi dengan total nilai coliform pada sumber air minumyang digunakan. Semakin tinggi kandungan coliform dapat dipastikan angka diare pada lokasi/kelurahantersebut juga semakin tinggi. Dalam hal ini jumlah bakteri coliform yang terkandung dapat cepat diketahuidengan melihat penggunaan jenis sumber air yang digunkana, dimana jenis sumber air yang berasal dariPDAM memiliki tingkat kontaminasi coliform jauh lebih rendah dibanding sumber air yang berasal dari Non-PDAM. Berdasarkan hasil data-data yang terkumpul dapat diketahui tingginya angka kejadian diare dapatterjadi akibat kandungan bakteri coliform yang terdapat sumber air yang warga gunakan.

Tindakan-tindakan yang perlu dilakukan supaya tingkat kejadian diare tersebut menurun antara lainmenghimbau warga seperti pada Kelurahan Sidotopo Wetan yang 40% warganya masih menggunkan airminum yang dikonsumsi langsung dari saluran distribusi untuk direbus hingga mendidih dahulu sebelumdikonsumsi. Disamping itu apabila dilihat dari hasil analisis dari sumber air yang berasal dari PDAM adanyakandungan bakteri coliform yang terkandung walaupun nilainya kecil dapat menandakan selama distribusi airolahan PDAM bercampur dengan air yang tidak sehat akibat adanya pipa yang bocor atau wadah untukmenampung air di rumah-rumah warga yang tidak higenis akibat jarang dibersihkan sehingga upaya yangseharusnya dilakukan adalah menghitung ulang dosis khlor yang seharusnya diinjeksikan supaya air olahanyang didistribusikan tetap terjaga kualitasnya dan untuk pewadahan yang tidak higenis di rumah-rumah wargadiharapkan warga mendapatkan suatu himbauan agar menetapkan frekuensi pembersihan reservoir dan rooftank yang digunakan.

9

KESIMPULAN

1. Tingkat kejadian diare berdasarkan hasil kuesioner Kelurahan Bulak Banteng 19%, Sidotopo Wetan 37%,Tambak Wedi 21%, Tanah Kali Kedinding 23%

2. Hasil pemetaan menempatkan Klaster I berada pada titik sampling 2 dan 10 yang berlokasi pada bagianselatan Kelurahan Sidotopo Wetan dan Tanah Kali kedinding perbatasan dengan Kecamatan KapasKerampung, Klaster II berada pada titik sampling 1, 4, 5, 6 dan 7 berlokasi di Kelurahan Bulak Bantengdan Tambak Wedi dan Klaster III berada pada titik sampling 3, 8 dan 9 yang berlokasi di sebagian besarKelurahan Sidotopo Wetan dan Tanah Kali kedinding.

3. Angka kejadian diare pada Kecamatan Kenjeran memiliki korelasi dengan besar tingkat kontaminasibakteri coliform dan jumlah bakteri coliform yang terkandung juga berkorelasi dengan jenis sumber airminum yang digunakan.

4. Berdasarkan hasil analisis laboratorium, sumber air pada PDAM memiliki kandungan total coliform yanglebih rendah dibanding dengan sumber air minum yang berasal dari sumur atau pedagang keliling, terbuktiwarga yang pada kelurahannya menggunakan air PDAM 100% memiliki angka kejadian diare lebih kecil.

Daftar Pustaka

1. Anonim. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010,tentang persyaratan kualitas air minum. Jakarta.

2. Anonim. 1999. Combined sewer overflow technology fact sheet “chlorine disinfection”. USEPA, Officeof water, Washington, D.C.

3. Anonim. 2006a. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Surabaya tahun 2006-2010. Pemerintah Kota Surabaya.

4. Anonim. 2006b. Optimalisasi sambungan sosial (kran umum, mck, dan tangki air) PDAM kota padang,2006. Environmental Servive Program, Development Alternatives, Inc. for United States Agency.

5. Anonim. 2009. Waterborne diseases, A-Z list. Arizona departement of health service. [online] availablefrom: http://azdhs.gov/phs/oids/epi/disease/waterborne/ (accessed January 28, 2014).

6. Anonim. 2012. Ringkasan kajian kesehatan ibu dan anak. UNICEF Indonesia. [online] available from:www.unicef.or.id (accessed January 28, 2014).

7. Finansyah, R. W. 2003. Identifikasi kebocoran air pada sistem perpipaan di PDAM Surabaya denganmenggunakan laju penurunan chlorine dan laju pertumbuhan bakteri coli. Tesis, Jurusan Teknik TeknikLingkungan ITS Surabaya.

8. Anonim. 2007. Total, fecal & e. coli bacteria in ground water. Water stewardship information series. Thebritish columbia ground water association.

9. Anonim. 1992. SNI nomor 03-2916-1992 tentang spesifikasi sumur gali untuk sumber air bersih. Jakarta.10.Anonim. 2012. Profil kesehatan Kota Surabaya. Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Surabaya.


Recommended