+ All Categories
Home > Documents > Preskas Mata Rev

Preskas Mata Rev

Date post: 05-Sep-2015
Category:
Upload: apriangga
View: 233 times
Download: 3 times
Share this document with a friend
31
PRESENTASI KASUS KATARAK KONGENITAL & KONJUNGTIVITIS Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan makalah referat ini sangat kami harapkan. Demikian, semoga makalah referat ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan bisa membuka wawasan serta ilmu pengetahuan kita, terutama dalam bidang ilmu penyakit dalam. Jakarta, 21 April 2015 Penyusun DAFTAR ISI
Transcript
  • PRESENTASI KASUS

    KATARAK KONGENITAL & KONJUNGTIVITIS

    Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat

    kekurangan, oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun guna

    penyempurnaan makalah referat ini sangat kami harapkan.

    Demikian, semoga makalah referat ini dapat bermanfaat bagi kita semua

    dan bisa membuka wawasan serta ilmu pengetahuan kita, terutama dalam bidang

    ilmu penyakit dalam.

    Jakarta, 21 April 2015

    Penyusun

    DAFTAR ISI

  • 2

    KATA PENGANTAR

    DAFTAR ISI

    BAB I PENDAHULUAN

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    BAB III ILUSTRASI KASUS

    BAB IV DISKUSI KASUS

    BAB V KESIMPULAN

    DAFTAR PUSTAKA

    .

    .

    .

    .

    .

    .................................................................

    .................................................................

    .................................................................

    2

    3

    4

    5

    17

    27

    29

    30

  • 3

    PENDAHULUAN

    Katarak kongenital merupakan kekeruhan lensa yang terjadi sebelum

    perkembangan refleks fiksasi terjadi yaitu sebelum usia 2-3 bulan. Kelainan lensa

    pada anak yang meliputi kekeruhan, kelainan bentuk, ukuran, lokasi, dan

    gangguan perkembangan lensa dapat menyebabkan kerusakan penglihatan pada

    anak. Katarak kongenital bertanggungjawab sekitar 10% dari seluruh kehilangan

    penglihatan pada anak, diperkirakan 1 dari 250 bayi lahir memiliki beberapa

    bentuk katarak 1.

    Katarak kongenital dapat berdiri sendiri atau berhubungan dengan

    beberapa kondisi, seperti abnormalitas kromosom, sindrom atau penyakit sistemik

    tertentu, infeksi kongenital, trauma, atau radiasi. Gejala gangguan penglihatan

    tergantung dari letak kekeruhan lensa, ukuran, dan densitasnya. Lensa yang keruh

    dapat terlihat tanpa bantuan alat khusus dan tampak sebagai warna putih pada

    pupil atau disebut dengan leukokoria. Keterelambatan penanganan terhadap

    penyakit ini dapat berdampak buruk pada perkembangan fungsi penglihatan pada

    bayi. Untuk menegakkan diagnosis, dilakukan anamnesa dan pemeriksaan mata

    lengkap dan untuk mencari kemungkinan penyebabnya perlu dilakukan

    pemeriksaan tambahan lainnya 2.

    Sebagai dokter umum yang menjadi lini pertama pelayanan kesehatan

    memiliki level 3A terhadap penanganan kasus ini yang artinya harus mampu

    membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

    tambahan, dapat memutuskan dan memberi terapi pendahuluan, serta merujuk ke

    spesialis yang relevan. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang mendalam

    tentang penyakit ini2.

  • 4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Katarak Kongenital

    2.1.1 Definisi

    Katarak berasal dari bahasa Yunani yang berarti air terjun. Katarak dapat

    didefinisikan sebagai setiap kekeruhan pada lensa mata yang terjadi akibat hidrasi

    lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat keduanya yang disebabkan oleh

    berbagai keadaan1.

    Katarak kongenital adalah kekeruhan lensa mata yang terjadi pada saat

    kelahiran atau segera setelah kelahiran hingga tahun pertama kehidupan1.

    2.1.2 Epidemiologi

    Angka kejadian katarak kongenital mencapai 2,49 kasus per 10.000

    kelahiran dinegara-negara barat. Di Inggris, angka kejadian penyakit ini mencapai

    200-300 bayi pertahun.2

    Di Asia, katarak kongenital menyebabkan lebih dari 1 juta kasus

    kebutaan. Di Indonesia sendiri belum terdapat data mengenai jumlah kejadian

    katarak kongenital, tetapi angka kejadian katarak kongenital pada negara

    berkembang adalah lebih tinggi. Pada beberapa negara berkembang, misalnya

    India angka kebutaan yang diakibatkan penyakit ini mencapai 7,4% - 15,3%.

    Faktor herediter, metabolik dan kelainan sistemik serta okuler berperan dalam

    kejadian ini. Insidensi katarak bilateral lebih tinggi jika dibandingkan yang

    unilateral, akan tetapi juga didapatkan bahwa insidensi ini tidak diperbedakan oleh

    jenis kelamin dan tempat.2

  • 5

    2.1.3 Etiologi

    Katarak kongenital dapat disebabkan biasanya disebabkan mutasi gen

    yang dapat bersifat autosomal dominan, autosomal resesif atau idiopatik, . Selain

    factor genetik, katarak kongenital juga dapat disebabkan oleh kelainan sistemik

    meliputi galaktosemia, penyakit Wilson, hipokalsemia, dan diabetes. Dapat juga

    disebebkan oleh infeksi intrauterin yang meliputi infeksi rubella, herpes simplex,

    toxoplasmosis, varicella, dan sifilis 3.

    Etiologi katarak kongenital

    Bilateral Unilateral

    Idiopatik

    Katarak herediter (paling banyak

    autosomal dominan, juga

    autosomal resesif atau X-link)

    Sindrom down

    Sindrom Hallermann-Streiff

    Lowe syndrome

    Galactosemia

    Marfan syndrome

    Trisomy 13-15

    Hipoglikemia

    Sindrom Alport

    Infeksi Maternal

    Rubella

    Sitomegalovirus

    Varicella

    Sifilis

    Toxoplasmosis

    Idiopatik

    Anomali congenital

    Persistent fetal vasculature

    (PFV)

    Anterior segment dysgenesis

    Posterior Lenticonus

    Posterior pole tumor

    Traumatik

    Masked bilateral cataract

  • 6

    2.1.4 Patofisiologi

    Pada katarak kongenital, kelainan yang terjadi adalah pada nukleus lensa,

    nukleus fetal, atau nukleus embrional, tergantung pada waktu stimulus

    karaktogenik atau di kutub anterior atau posterior lensa apabila kelainannya

    terletak di kapsul lensa. Pada katarak developmental, kekeruhan pada lensa timbul

    pada saat lensa dibentuk. Jadi lensa belum pernah mencapai keadaan normal. Hal

    ini merupakan kelainan kongenital. Kekeruhan pada katarak kongenital jarang

    sekali mengakibatkan keruhnya seluruh lensa. Letak kekeruhannya tergantung

    saat terjadinya gangguan pada kehidupan janin, sesuai dengan perkembangan

    embriologik lensa. Bentuk katarak kongenital memberikan kesan tentang

    perkembangan embriologik lensa, juga saat terjadinya gangguan pada

    perkembangan tersebut 3.

    Kekeruhan lensa kongenital sering dijumpai dan seringkali secara visual

    tidak bermakna. Kekeruhan parsial atau kekeruhan di luar visual aksis atau tidak

    cukup padat untuk mengganggu transmisi cahaya, tidak memerlukan terapi selain

    evaluasi untuk menilai perkembangannya. Berbeda hal nya dengan katarak

    kongenital sentral yang padat yang memerlukan tindakan bedah. Katarak

    kongenital yang menyebabkan penurunan penglihatan bermakna harus dideteksi

    secara dini, sebaiknya di ruang bayi baru lahir oleh dokter anak atau dokter

    keluarga. Katarak putih yang dan besar dapat tampak sebagai leukokoria yang

    dapat dilihat oleh orangtua. Katarak infantilis unilateral yang padat, terletak di

    tengah, dan garis tengahnya lebih besar dari 2 mm akan menimbulkan ambliopia

    deprivasi permanen apabila tidak diterapi dalam masa 2 bulan pertama kehidupan

    sehingga mungkin memerlukan tindakan bedah segera. Katarak bilateral simetrik

    memerlukan penatalaksanaan yang tidak terlalu segera, tetapi apabila

    penanganannya ditunda tanpa alasan yang jelas, dapat terjadi ambliopia deprivasi

    bilateral.

  • 7

    2.1.5 Morfologi

    Kekeruhan lensa pada katarak pada anak dapat dijumpai dalam berbagai

    bentuk dan gambaran morfologik.

    Anterior Polar Katarak

    Merupakan jenis katarak yang sering dijumpai pada anak-anak. Gambaran

    klinis berupa titik kecil putih pada center maupun kapsul anterior pada salah

    satu mata atau kedua mata, umumnya berdiameter kurang dari 3 mm. Katarak

    jenis ini biasanya tidak progresif, sehingga tidak mengganggu penglihatan

    secara signifikan. Anisometrop biasanya ditemukan, sehingga perlu dilakukan

    pemeriksaan refraksi.

    Gambar 2.1: Anterior Polar Katarak

    Nuklear Katarak

    Kekeruhan lensa yang terjadi pada nukleus atau pada center lensa, dengan

    ukuran 3mm, dengan ireguleritas yang dapat melampaui ukuran tersebut. Ia

    memiliki densitas bervariasi. Dapat bersifat unilateral ataupun bilateral. Pasien

    dengan katarak nuclear relatif memiliki ukuran mata yang lebih kecil sehingga

    memilki faktor resiko terjadinya glaukoma pada anak-anak.

  • 8

    Gambar 2.2: Nuklear Katarak

    Lamelar Katarak

    Kekeruhan lensa yang berbentuk ring atau lentikular pada korteks lensa

    berdiameter 5 mm atau lebih, dapat terjadi bilateral maupun unilateral dengan

    ukuran mata maupun diameter yang normal. Onset dari katarak jenis ini adalah

    setelah refleks fiksasi ada.

    Gambar 2.3: Lamelar Katarak

    Posterior Lentikonus/Lentiglobus

    Adanya penipisan pada sentral kapsul posterior lensa yang ditandai dengan

    adanya gambaran oil droplet pada refleksnya. Biasanya hampir selalu

    unilateral.

  • 9

    Gambar 2.4: Posterior Lentikonus/Lentiglobus

    Posterior Subkapsular Katarak

    Katarak jenis ini jarang terjadi pada anak-anak. Ia bersifat didapat dan bilateral

    pada kedua mata dan bersifat progresif. Penyebab sekunder adalah steroid,

    uveitis, abnormalitas retina.

    Gambar 2.5: Posterior Subkapsular Katarak

    Persistent Fetal Vasculature

    Katarak jenis ini jarang terjadi pada anak-anak. Ia bersifat didapat dan bilateral

    pada kedua mata dan bersifat progresif. Penyebab sekunder adalah steroid,

    uveitis, abnormalitas retina.

  • 10

    Adanya kegagalan dari kompleks vaskular hyaloids untuk beregresi, sehingga

    tampak persisten vaskular hyaloids yang menghubungkan membran retrolental

    dengan nervus optikus, walaupun kemudian pembuluh darah nya dapat regresi

    dan hanya meninggalkan membran. Biasanya dikaitkan dengan mikrokornea

    dan peningkatan TIO.

    Berikut ini tabel yang membedakan karakteristik morfologi katarak pada anak :

    Tabel Karakteristik Morfologi Katarak Pada Anak

    Jenis Sifat Penyebaran Progresifitas Unilateral/

    Bilateral

    Mikroftalm

    i

    Anterior Kongenita

    l

    Sporadik Stabil Keduanya -

    Nuklear Kongenita

    l

    Sporadik,

    Inherited

    Stabil Keduanya +

    Lamelar Didapat Sporadik,

    Inherited

    Stabil,

    progresif

    Bilateral -

    Posterior

    Lentikonu

    s

    Didapat Sporadik Progresif Unilateral -

    PFV Kongenita

    l

    Sporadik Stabil Unilateral +

    PSC Didapat Sporadik Progresif Bilateral -

  • 11

    2.1.6 Penatalaksanaan

    Beberapa katarak tidak menyebabkan gangguan penglihatan sehingga

    hanya dibutuhkan pemantauan ketajaman penglihatan, dan belum membutuhkan

    terapi pembedahan. Terapi farmakologik berupa fenilefrin dan tropikamid juga

    dapat mengurangi resiko amblyopia. Katarak sedang hingga berat yang

    mengganggu penglihatan, membutuhkan operasi pengangkatan katarak.

    Kebanyakan bedah katarak (nonkongenital), dimasukkan lensaintraokular buatan

    (IOL) kedalam mata. Namun penggunaan IOL pada anak-anak masih kontroversi.

    Tanpa IOL, bayi akan membutuhkan lensa kontak. Untuk pengembalian fungsi

    penglihatan yang optimal, pada katarak kongenital unilateral dianjurkan

    dilakuakan pembedahan sebelum 6 minggu pertama kehidupan. Sedangkan pada

    kasus katarak kongenital bilateral, dianjurkan untuk dilakukan pembedahan pada

    kedua mata sebelum 10 minggu kehidupan bayi.

    Penatalaksanaan meliputi :

    2.1.6.1 Evaluasi

    Karena seluruh proses dalam penanganan sebuah katarak kongenital lebih

    kompleks, sangatlah penting untuk membuat keputusan yang tepat selama

    evaluasi sebelum operasi. Pada dewasa, kita ketahui bahwa hal yang paling

    menyebabkan hasil tidak baik pada bedah katarak disebabkan oleh pemilihan

    kasus yang tidak tepat. Keputusan yang tidak tepat pada anak-anak stadium ini

    dapat menyebabkan buta sepanjang hidup mereka5.

    Katarak kongenital tidak hanya berefek pada anak-anak namun juga

    kepada keluarga dekat mereka. Uang yang digunakan untuk pengobatan lebih

    bermanfaat untuk menyekolahkan anak lain. Sangatlah penting untuk memastikan

    bahwa keluarga mengerti tentang prognosis dan lamanya pengobatan karena

    sebagian besar merekalah yang melakukan tanggung jawab akan hal tersebut.

    Keluarga juga harus mencari partner dan kolega dalam menangani anak-anak

    mereka5

    2.1.6.2 Pembedahan

    Bedah katarak pada anak-anak sangatlah berbeda dengan orang dewasa.

    Operasi dilakukan dengan anastesi umum, yang mungkin berhubungan dengan

  • 12

    kelainan jantung kongenital atau kelainan kongenital lainnya. Perlakuan mata

    pada anak sangat berbeda dengan mata orang dewasa. Bedah katarak kongenital

    sebaiknya hanya dilakukan dipusat-pusat yang mempunyai perlengkapan untuk

    memenuhi persyaratan prosedur tertentu.

    2.1.6.2.1 Vitrektorhexis

    Kapsulotomi anterior untuk anak anak lebih ditekankan menggunakan

    teknik ini karena resiko keparahan robekan akibat insisi yang rendah. Teknik ini

    menggunakan ujung vitrektor yang direkatkan pada Venturi pump irrigation and

    aspiration system. Untuk kapsulektomi, ujung vitrektor diletakkan pada insisi

    pada limbus. Kemudian dilakukan insisi pada kapsul yang langsung teraspirasi.

    Kemudian vitrektor dapat masuk dan mengaspirasi korteks dan nucleus lensa.

    Gambar 2.5: Vitrektorhexis

    2.1.6.2.2 Lensektomi

    Lensektomi dilakukan dengan insisi kecil pada limbus atau pars plana.

    Kemudian dilakukan irigasi. Kemudian dilakukan pengangkatan kapsulektomi

    korteks dan nucleus lensa. Kapsulektomi posterior juga dilakukan dikarenakan

    opasifikasi yang cepat. Adapun kapsul pada perifer ditinggalkan, nantinya

    digunakan untuk digunakan sebgai tempat implantasi lensa.

  • 13

    Gambar 2.6: Teknik kapsulektomi

    2.6.1.2.3 Extra-Capsular Cataract Extraction (ECCE)

    Kapsul anterior pada anak jauh lebih elastis daripada lensa orang dewasa.

    Hal ini membuat continuous curvilinear capsulorhexis (CCC) menjadi lebih sulit.

    The rhexis should be kept small (4-5mm) as the lens matter dapat dengan mudah

    diaspirasi oleh sebuah kanul Simcoe. Alternatif lain, sebuah kapsulotomi standar

    yang pembuka dapat dilakukan. Jika kapsul yang ditinggalkan intak, kapsul

    tersebut akan menjadi keruh. Pada dewasa,kapsul posterior yang keruh tidak

    signifikan mengganggu penglihatan.

    Meskipun pada ank-anak,setiap mata sebenarnya akan membutuhkan

    kapsulotomi. Beberapa pembedah melakukan sebuah kapsulotomi primer pada

    akhir ECCE. Bagaimanapun, hal ini sering kali berakhir dan membutuhkan

    perbaikan, terutama pada anak yang lebih muda7.

    Sebuah lansektomi kebanyakan dilakukan pada anak usia dibawah 5 tahun

    dan ECCE pada anak yang lebih tua. Secara rasional dilakukan karena anak yang

    lebih tua mempunyai risiko lebih besar menderita ambliopia, sehingga penglihatan

    hilang dari kapsul yang keruh dapat kembali lagi. Pada anak yang lebih muda,

    kekeruhan pada lensa dapat mengarah pada ambliopia yang irreversibel dan harus

  • 14

    dicegah. Pada tehnik ini, bagian depan kapsul dipotong dan diangkat, lensa

    dibuang dari mata, sehingga menyisakan kapsul bagian belakang. Lensa

    intraokuler buatan dapat dimasukkan kedalam kapsul tersebut.

    Selama pembedahan, sebuah pembukaan yang kecil dibuat disisi dalam

    kornea melewati mata bagian depan. Seorang anak biasanya dibiarkan tertidur

    semalam sehingga pihak rumah sakit dapat meyakinkan bahwa penyembuhan

    berjalan baik. Saat lensa yang katarak dikeluarkan, biasanya diganti dengan lensa

    buatan yang diletakkan di dalam mata (intraocular lens atau IOL), namun didalam

    banyak kasus katarak kongenital/ pada anak hal ini tidak dilakukan dan

    dibutuhkan kacamata atau lensa kontak. Beberapa ahli merekomendasikan

    penggunaan lensa kontak untuk anak-anak atau bayi dibandingkan dengan implant

    (IOL). Karena lensa kontak tidak ditanam ke dalam mata, sehingga mereka akan

    lebih mudah mengganti atau melepas sesuai kebutuhan karena mata masih terus

    tumbuh dan berkembang. Pemasangan secondary implant IOL dapat dilakukan

    bila pada operasi ekstraksi lensa dilakukan pemasangan IOL.

    Terapi Medikamentosa

    Jika material korteks dapat diekstraksi dengan sempurna, maka reaksi inflamasi

    pasca opearsi tidak berat. Namun, setelah operasi tetap diperlukan pemberian

    antibiotik, steroid, dan siklopegik dalam beberapa minggu. Steroid topikal juga

    dibutuhkan untuk meanmbah agresifitas pengobatan.

    Manajemen Ambliopia

    Selain terapi farmakologis, terapi amblyopia juga dibutuhkan segera setelah

    operasi. Pada bayi dengan afakia bilateral, kacamata merupakan metode koreksi

    terbaik. Kacamata memilki kelebihan berupa kemudahan untuk dilakukan

    perubahan refraksi yang terjadi beriringan dengan kemajuan umur. Pada bayi

    dengan afakia monokular, lensa kontak merupakan terapi yang dianjurkan karena

    kemudahan pengubahan kekuatan refraksi yang terus berubah karena kemajuan

    usia. Penggunaan kacamata tidak disarankan karena resiko asimetris antar kedua

    lensa pada kedua mata.

  • 15

    2.1.6.3 Intra Ocular Lenses (IOLs)

    Pada anak-anak sangatlah penting untuk mengkoreksi afakia sesegera

    mungkin setelah pembedahan.Salah satu pilihan adalah untuk menanam sebuah

    IOL ketika katarak di ekstraksi. Sayangnya hal tersebut bukanlah hal yang

    sederhana. Hal ini dikarenakan penambahan panjang aksial bola mata pada dekade

    pertama kehidupan yang berujung pada myopia. Sehingga, pada sepuluh tahun

    pertama kehidupan, pasien dengan IOL setidaknya akan terjadi myopia hingga -7

    sampai -8 D. Untuk itu, ada dua pendekatan yang direkomendasikan guna

    menghadapi hal tersebut:

    Implantasi lensa intraokular dengan kekuatan yang sesuai untuk dewasa,

    sehingga setelah pemasangan dibutuhkan lensa tambahan guna

    mengkompensasi kekuatan lensa yang terpasang.

    Implantasi lensa intraokular dengan kekuatan yang sesuai dengan umur

    bayi. Hal ini dianggap lebih menguntungkan karena dapat mengurangi

    resiko amblyopia, khususnya pada katarak kongenital unilateral.

    2.1.7 Komplikasi

    Komplikasi yang terjadi akibat ekstraksi katarak pada anak-anak dan

    dewasa sangat berbeda. Ablasio retina, edema makula, dan abnormalitas kornea

    jarang terjadi. Adapun resiko infeksi dan perdarahan pasca operasi relatif sama

    antara anak-anak dan dewasa. Resiko yang lebih sering terjadi pada anak-anak

    adalah glaukoma . Glaukoma timbul setelah beberapa tahun pasca operasi.

    Penatalaksanaan dari komplikasi ini meliputi iridektomi, dan goniosinekiolisis.

    Komplikasi lebih biasa terjadi pada anak dibawah umur satu tahun yang

    melakukan operasi katarak kongenital, seperti bengkak, perdarahan, nyeri atau

    kemerahan didalam atau disekitar mata yang dioperasi.

    Selain komplikasi akibat ekstraksi katarak, komplikasi lain yang terjadi

    akibat katarak kongenital adalah amblyopia. Untuk itu diperlukan pemberian

    kacamata atau lensa kontak pasca operasi jika tidak dilakukan IOL.

    2.1.8 Prognosis

    Prognosis visual untuk pasien katarak anak yang membutuhkan operasi

    tidak sebagus pada pasien dengan katarak senilis. Terjadinya amblyopia dan

    anomali nervus optik atau retina membatasi tingkat visus yang cukup bermakna.

  • 16

    Prognosis untuk perbaikan ketajaman visus paska operasi lebih buruk pada

    katarak kongenital unilateral dan lebih baik pada katarak kongenital lengkap

    bilateral progresif lambat.

  • 17

    BAB III

    ILUSTRASI KASUS

    I. Identitas Pasien

    Nama : An. S M M

    Jenis kelamin : Laki-laki

    Umur : 0 tahun 3 bulan

    Bangsa : Indonesia

    Alamat : Jl. Matahari I, RT 9, Kec. Telanai Pura, Kab. Jambi, Prov.

    Jambi

    Agama : Islam

    Pekerjaan :

    Pendidikan :

    Masuk Poli Mata : 20 April 2015

    II. Anamnesis

    Anamnesis dilakukan secara alloanamnesa pada tanggal 20 April di Poli

    Mata RSUP Fatmawati.

    Keluhan Utama

    Belekan pada kedua mata

    Keluhan Tambahan

    Bercak putih pada mata kiri

    Riwayat Penyakit Sekarang

    Pasien datang ke poliklinik mata RSUP Fatmawati atas rujukan dari

    RSUD Jambi. Ibu pasien mengeluhkan kedua mata anaknya belekan sejak

    lahir, warna kekuningan, namun 2 bulan SMRS warna belekan berubah

    menjadi kuning kehijauan, belekan juga disertai mata kemerahan yang timbul

    bersamaan dengan belekan. Ibu pasien sudah membawa anaknya kedokter dan

    didiagnosis konjungtivitis dan diberikan obat tetes mata (Vigamox) dan dirasa

    membaik, keluhan tidak disertai mata berair.

  • 18

    Ibu pasien juga mengeluhkan adanya bercak putih pada mata kiri anaknya

    sejak 2 bulan SMRS. Awalnya, bercak putih tidak terlalu nampak, namun

    semakin hari tampak semakin memberat. Ibu pasien juga sudah anaknya

    kedokter dan didiagnosis katarak kongenital, dan direncanakan operasi

    katarak. Namun, katarak batal dilakukan karena adanya penyakit kelainan

    jantung bawaan.

    Riwayat Penyakit Dahulu

    Riwayat demam tinggi, kejang disangkal

    Riwayat Imunisasi

    Pasien baru mendapat imunisasi DPT 1 kali

    Riwayat Kelahiran

    Pasien lahir secara sectio cesaria atas indikasi gemeli pada umur

    kehamilan 37 minggu. Berat lahir 2500 gram, langsung menangis.

    Riwayat Kehamilan

    Demam tinggi saat hamil tidak ada, keputihan tidak ada. Imunisasi saat

    hamil tidak ada

    Riwayat penyakit keluarga

    Riwayat penyakit dan kelainan mata tidak ada.

    III. Pemeriksaan Fisik

    Status Generalis

    Keadaan umum : Baik, sesak(-), sianosis (-)

    Kesadaran : Compos mentis

    Tanda vital

    Tekanan darah : -

    Nadi : 120 kali / menit

    Suhu : 36 C

    Pernapasan : 30 kali / menit

    BB : 5,2 kg

    TB : 59 cm

    Kepala : UUB datar, LK 37 cm

  • 19

    Mata : Katarak OS, mikroftalmus OS konjungtiva

    hiperemis

    THT : Dalam batas normal

    Mulut : Karies gigi (-)

    Leher : KGB tidak teraba membesar

    Thoraks

    Jantung : BJ I-II reguler, murmur kontinu disela iga II linea

    parasternal kiri, gallop (-)

    Paru : Suara napas vesikuler, wheezing -/-, rhonkii -/-

    Abdomen : datar , lemas, hepar dan limpa tidak teraba

    Ekstremitas : Akral hangat +/+, edema --/--

    Status Oftalmologi

    Pemeriksaan kamar terang

    OD OS

    Visus Ada (fiksasi cahaya) Ada (fiksasi cahaya)

    Kedudukan bola mata

    Posisi Ortoposisi Ortoposisi

    Eksoftalmus - -

    Enoftalmus - -

    Pergerakan bola mata

  • 20

    Palpebra superior

    Edema - -

    Spasme - -

    Hiperemis - -

    Benjolan - -

    Ulkus - -

    Fistel - -

    Hordeolum - -

    Kalazion - -

    Ptosis - -

    Palpebra inferior

    Edema - -

    Hiperemis - -

    Benjolan - -

    Ulkus - -

    Fistel - -

    Hordeolum - -

    Kalazion - -

    Margo Palpebra Superior et Silia

    Edema - -

    Hiperemis - +

    Ektropion - -

    Entropion - -

    Sekret - -

    Benjolan - -

    Trikiasis - -

    Madarosis - -

    Poliosis - -

    Ulkus - -

    Fistel - -

  • 21

    Margo Palpebra Inferior et Silia

    Edema - -

    Hiperemis - -

    Ektropion - -

    Entropion - -

    Sekret - -

    Benjolan - -

    Trikiasis - -

    Madarosis - -

    Poliosis - -

    Ulkus - -

    Fistel - -

    Area Kelenjar Lakrimalis

    Edema - -

    Hiperemis - -

    Benjolan - -

    Fistel - -

    Punctum Lakrimalis

    Edema - -

    Hiperemis - -

    Sekret - -

    Epikantus - -

    Konjungtiva Tarsal Superior

    Kemosis - -

    Hiperemis + +

    Anemis - -

  • 22

    Folikel - -

    Papil - -

    Litiasis - -

    Simblefaron - -

    Konjungtiva Tarsal Inferior

    Kemosis - -

    Hiperemis - -

    Anemis - -

    Folikel - -

    Papil - -

    Litiasis - -

    Simblefaron - -

    Konjungtiva Fornix Superior et Inferior

    Kemosis - -

    Hiperemis + +

    Folikel - -

    Simblefaron - -

    Konjungtiva bulbi

    Kemosis - -

    Pterigium - -

    Pinguekula - -

    Flikten - -

    Simblefaron - -

    Injeksi konjungtiva + +

    Injeksi silier - -

    Injeksi episklera - -

    Perdarahan

    subkonjungtiva

    - -

  • 23

    Kornea

    Kejernihan Jernih Keruh

    Edema - -

    Ulkus - -

    Flikten - -

    Makula - -

    Leukoma - -

    Leukoma adheren - -

    Stafiloma - -

    Neovaskularisasi - -

    Pigmen iris - -

    Bekas jahitan - -

    Tes fluoresein Tidak dilakukan Tidak dilakukan

    Tes sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan

    imbus kornea

    Arkus senilis - -

    Bekas jahitan - -

    Sklera

    Episkleritis - -

    Skleritis - -

    Tekanan intraokuler

    Tonometri digital Tidak dilakukan Tidak dilakukan

    Palpasi N N

    Pemeriksaan kamar gelap

    Kornea

    OD OS

    Kejernihan Jernih Keruh

    Keratik presipitat - -

  • 24

    Infiltrat - -

    Nebula - -

    Imbibisio - -

    Kamera Okuli Anterior

    Kedalaman Dalam Dalam

    Kejernihan Jernih Jernih

    Flare - -

    Sel - -

    Hipopion - -

    Hifema - -

    Iris

    Warna Coklat tua Coklat tua

    Gambaran radier Normal Normal

    Eksudat - -

    Atrofi - -

    Sinekia anterior - -

    Sinekia anterior

    perifer

    - -

    Sinekia posterior - -

    Iris bombe - -

    Iris tremulans - -

    Pupil

    Bentuk Bulat Bulat

    Besar 3 mm 3 mm

    Regularitas Baik Baik

    Isokoria + +

    Letak Sentral Sentral

    Refleks cahaya langsung + +

  • 25

    Refleks cahaya tak

    langsung

    + +

    Lensa

    Kejernihan Jernih Keruh

    Shadow test - -

    Refleks kaca - -

    Pigmen iris - -

    Luksasi - -

    Subluksasi - -

    Lensa intra okular - -

    Corpus vitreus

    Kejernihan - Tidak dapat dinilai

    Perdarahan - Tidak dapat dinilai

    Funduskopi

    Refleks fundus Positif, Normal Menurun

    Red reflex Positif, normal Menurun

    Papil

    Warna

    Bentuk

    Batas

    Sulit dinilai

    (pasien tidak kooperatif)

    Sulit dinilai

    C/D ratio Sulit dinilai

    (pasien tidak kooperatif)

    Sulit dinilai

    A/V ratio 2/3 Sulit dinilai

    Retina Sulit dinilai

    (pasien tidak kooperatif)

    Sulit dinilai

    Makula lutea Refleks makula (+) Sulit dinilai

  • 26

    OD OS

    IV. Resume

    Ibu pasien mengeluhkan kedua mata anaknya belekan sejak lahir, warna

    kekuningan, namun 2 bulan SMRS warna belekan berubah menjadi kuning

    kehijauan, belekan juga disertai mata kemerahan yang timbul bersamaan dengan

    belekan dan sudah diberikan obat tetes mata oleh dokter .

    Ibu pasien juga mengeluhkan adanya bercak putih pada mata kiri anaknya

    sejak 2 bulan SMRS dan didiagnosis katarak kongenital, dan direncanakan operasi

    katarak. Namun, operasi katarak batal dilakukan karena adanya penyakit kelainan

    jantung bawaan.

    Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan kedudukan bola mata normal,.

    Pada pemeriksaan mata kiri didapatkan mikroftalmia, injeksi konjungtiva (+),

    sekret (+), pseudotest (-) leukokoria (+), segmen posterior tidak dapat dinilai.

    Pada pemeriksaan mata kanan didapatkan injeksi konjungtiva (+), sekret (+),

    pseudotest (-).

    V. Diagnosis Kerja

    - OD : Konjungtivitis kronik bakterialis

    - OS : Konjungtivitis kronik bakterialis, katarak nuklear kongenital ec

    infeksi Rubella

    VI. Diagnosis Banding

    - OD: Konjungtivitis kronik jamur

    - OS: Konjungtivitis kronik jamur, katarak anterior polar kongenital ec

    mutasi genetik

    menurun

  • 27

    VII. Penatalaksanaan

    Pemeriksaan swab konjungtiva

    Pemeriksaan darah (TORCH)

    Konjungtivitis: Kloramfenikol ED 6 X 1 ODS

    USG mata

    Vitrectorhexis + IOL OS pasca operasi jantung

    Terapi pasca Vitrektorhexis:

    Atropine 0,5% ED 1X1 OS

    Prednisolon asetat 1% ED 4 X 1 OS

    Levofoxacine ED 6 X 1 OS

    VIII. Prognosis

    OD Ad vitam : ad Bonam

    Ad visam : ad Bonam

    OS Ad vitam : ad Bonam

    Ad visam : dubia ad Malam

  • 28

    BAB IV

    DISKUSI KASUS

    Gejala yang di keluhkan oleh orang tua pasien pada kasus ini adalah

    adanya bercak putih pada mata kiri. Dari pemeriksaan ophthalmologi didapatkan

    lensa OS keruh tidak rata (gambaran pearly nuclear cataract). dan kurang beraksi

    terhadap sekitarnya.

    Pemeriksaan mata yang dianjurkan pada seluruh bayi baru lahir untuk

    skrining katarak kongenital, yaitu pemeriksaan red reflex dengan menggunakan

    oftalmoskop secara simultan pada kedua mata dan pemeriksaan retinoskop

    melalui pupil yang tidak berdilatasi. Didapatkan bahwa pada mata kiri tidak dapat

    dinilai. .Kekeruhan kapsul anterior seringkali tidak signifikan secara visual.

    Namun kekeruhan sentral/posterior yang cukup densitasnya, diameter >3 mm,

    biasanya cukup bermakna mempengaruhi visual. Pemeriksaan penunjang yang

    dapat dilakukan antara lain USG mata apabila dengan funduskopi segemen

    posterior tidak dapat dievaluasi karena kekeruhan lensa. Pada pasien ini sudah

    dilakuakn pemeriksaan tersebut dan disimpulkan adanya katarak kongenital .

    Bintik putih pada mata tersebut muncul sejak lahir namun ibu pasien

    menganggap hal itu biasa dan akan hilang dengan sendirinya. Hal ini

    menjelaskan bahwa proses kekeruhan katarak telah terjadi pada masa

    perkembangan janin intrauterin. Lensa mata berasal dari lapisan ectoderm

    permukaan, yang kemudian mengadakan invaginasi (lens pit) dan melepaskan

    diri dari ectoderm permukaan membentuk vesikel lensa (lens vesicle). Segera

    setelah vesikel lensa terlepas dari ectoderm permukaan, sel-sel bagian posterior

    membentuk serat lensa primer (nukleus embrionik). Serat-serat lensa sekunder

    memanjang dari daerah ekuatorial dan tumbuh ke depan di bawah epitel

    subkapsular, dan ke belakang di bawah kapsul posterior, membentuk nukleus

    fetal. Pertumbuhan dan proliferasi dari serat-serat sekunder berlangsung terus

    namun dengan lambat, karenanya lensa menjadi bertambah besar secara lambat.

    Epitel lensa akan membentuk serat primer lensa secara terus menerus sehingga

    mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa yang membentuk

    nukleus lensa. Pada katarak kongenital, kelainan utama terjadi di pada saat

  • 29

    pembentukan nukleus lensa, nukleus fetal, atau nukleus embrional, tergantung

    pada waktu stimulus karaktogenik atau di kutub anterior atau posterior lensa

    apabila kelainannya terletak di kapsul lensa.

    Katarak kongenital dapat berdiri sendiri atau berhubungan dengan

    beberapa kondisi, seperti abnormalitas kromosom, sindrom atau penyakit sistemik

    tertentu, infeksi kongenital, trauma, atau radiasi. Dari anamnesa pada kasus ini

    tidak ditemukan riwayat infeksi intrauterin. Ibu pasien menyangkal adanya

    demam saat usia kehamilan muda disertai keputihan yang gatal dan berbau.Ibu

    pasien juga menyangkal tentang adanya binatang peliharaan (kucing). Namun,

    pada kehamilan, ibu pasien tidak melaksanakan imunisasi, dan Ibu pasien juga

    belum melaksankan cek infeksi TORCH, sehingga masih dimungkinkan adanya

    infeksi TORCH. Kecurigaan akan katarak kongenital yang disebabkan infeksi

    rubella juga ditandai adanya kelainan jantung bawaan (PDA L-R Shunt) yang

    merupakan salah satu dari trias Rubella syndrome. Dan ditemukannya

    mikroftalmia pada mata kiri.

    Penatalaksanaan katarak kongenital pada kasus ini adalah dengan

    dilakukan ekstraksi katarak dengan teknik Vitrektorhexis + IOL OS. Katarak yang

    memberi efek pada penglihatan dipertimbangkan pembedahan untuk

    mengeluarkan lensa.

    Prognosis visual untuk pasien katarak anak yang membutuhkan operasi

    tidak sebagus pada pasien dengan katarak senilis pada orang dewasa, apalagi

    operasi sudah terlambat dilakukan. Sehingga amblyopia dan anomali nervus optik

    atau retina membatasi tingkat visus yang cukup bermakna.

  • 30

    BAB V

    KESIMPULAN

    5.1 Kesimpulan

    Katarak kongenital merupakan kekeruhan lensa yang terjadi sejak

    pertumbuhan janin intrauterin.

    Katarak kongenital dapat berdiri sendiri atau berhubungan dengan beberapa

    kondisi, seperti abnormalitas kromosom, sindrom atau penyakit sistemik

    tertentu, infeksi kongenital, trauma, atau radiasi.

    Diagnosis katarak kongenital ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan

    ophthalmologi, dan pemeriksaan penunjang.

    Penatalaksanaan katarak kongenital meliputi tindakan pembedahan baik

    denganatau tanpa pemasangan lensa intraokular, dilakukan untuk mendukung

    fungsi penglihatan yang berkembang secara normal. Jika penyebabnya diketahui,

    maka dilakukan pengobatan terhadap penyebab terjadinya katarak kongenital.

  • 31

    DAFTAR PUSTAKA

    American Academy of Ophthalmology. 2011. Childhood Cataracts and Other

    Pediatric Lens Disorders. Pediatric Ophthalmology and Strabismus,

    section 6, chapter 21, page 245-262

    American Academy of Ophthalmology. 2011. Lens and Cataract, section 11,

    chapter 1 4

    Christopher F. 2012. Congenital cataract is a lens opacity that is present at birth

    or shortly after birth. Access on 2nd

    November 2013 at

    http://www.merckmanuals.com/professional/pediatrics/eye_defects_and_c

    onditions_in_children/congenital_cataract.html

    Elizabeth, Joseph. 2006. Management of Congenital Cataract. Kerala Journal of

    Ophthalmology, vol. XVIII, no. 3, page 224-230

    Fkih, El L, Hmaied W, El Hif S, Moalla S, Marakchi S, Tabib N, Azzouz H.

    2007. Congenital Cataract Etiology. Tunis Med, vol. 85, no.12, page 1025-

    1029

    Hejtmancik, J. Fielding. 2008. Congenital Cataracts and their Molecular Genetics.

    Semin Cell Dev Biol, vol. 19, no. 2, page 134149

    Hussain, N. 2006. Congenital Rubella Syndrome. Professional Med J, vol. 13, no.

    1, page 11-16

    Ilyas S. 2007. Ilmu Penyakit Mata.Edisi ketiga. FKUI. Jakarta

    Kanksi Jack J. dan Nischal Ken K. 2000. Differential Diagnosis of Childhood

    Cataract. The Lens. Ophthalmology Clinical Sign and Differential

    Diagnosis, chapter 9, page 224-227

    Khurana, A.K. 2007. Disease of the Orbit. Comprehensive Ophthalmology.

    Fourth Edition, page : 280-283

    Paul Riordan-Eva dan John P. Whitcher. 2007. Childhood Cataract. Lens.

    Vaughan dan Asburys General Ophthalmology 17th

    Edition. chapter 8.

    The McGraw-Hill Companies.

    http://www.merckmanuals.com/professional/pediatrics/eye_defects_and_conditions_in_children/congenital_cataract.htmlhttp://www.merckmanuals.com/professional/pediatrics/eye_defects_and_conditions_in_children/congenital_cataract.html

Recommended