+ All Categories
Home > Documents > Untuk Acuan - World Health Organization, South-East …. Penyediaan air siap minum. 2. Pencemaran...

Untuk Acuan - World Health Organization, South-East …. Penyediaan air siap minum. 2. Pencemaran...

Date post: 26-May-2018
Category:
Upload: ledung
View: 218 times
Download: 1 times
Share this document with a friend
154
Transcript

Untuk Acuan

Bartram J, Corrales L, Davison A, Deere D, Drury D, Gordon B, Howard G, Rinehold A, Stevens M. Manual rencana keamanan air: Tuntunan manajemen risiko untuk pemasok air minum, World Health Organization, Geneva, 2009 WHO Library Cataloguing in Publication Data: Water safety plan manual: step-by- step risk management for drining-water-suppliers.

1. Penyediaan air siap minum. 2. Pencemaran air – pencegahan dan pengendalian. 3. Penyediaan air – standar. 4. Manajemen risiko – metode. 5. Teknik sanitasi –pendidikan. 6. Perencanaan kesehatan regional. 7. Laporan kasus I. World Health Organization. II. International Water Association

ISBN: 978 92 4 156263 8 (NLM classification:WA 675)

© World Health Organization 2009 Dilindungi hak cipta. Publikasi World Health Organization dapat diperoleh dari WHO Press, World Health Organization, 20 Avenue Appia, 1211 Geneva 27, Swiss (tel: +41 22 791 3264; fax: +41 22 791 4857; e-mail: [email protected]). permintaan izin memperbanyak atau menerjemahkan publikasi WHO – baik untuk diperjual belikan atau distribusi nonkomersial – harus disampaikan ke pada WHO Press, pada alamat di atas (fax:+41 22 791 4806; e-mail: [email protected]). Penampilan dan presentasi materi dalam publikasi ini tidak menjadi pernyataan opini apapun dari World Health Organization yang menyangkut status legal, Negara, kawasan, kota, atau area atau otoritasnya, atau yang terkait dengan pembatasan batas-batas wilayah. Garis putus-putus pada peta menandakan perkiraan garis batas yang belum tuntas perjanjiannya. Pernyataan perusahaan terterntu atau produk perusahaan tertentu tidak menjadi pengesahan atau anjuran dari World Health Organization dalam memilih materi yang sama yang tidak dinyatakan dalam dokumen ini. Kecuali ada kesalahan atau tidak dicantumkan, nama-nama produk dagang dibedakan dengan memakai huruf besar pada huruf pertama nama dagang itu. Segala kehati-hatian telah diambil oleh World Health Organization untuk memastikan informasi dalam publikasi ini. Akan tetapi, materi yang dipublikasikan ini didistribusikan tanpa jaminan hukum apapun baik tersurat maupun tersirat. World Health Organization samasekali tidak bertanggung-jawab atas kerusakan-kerusakan akibat pemakaian dokumen ini.

International Water Association (IWA)

The International Water Association (IWA), sebuah jaringan global para professional air, adalah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang resmi bekerja sama dengan WHO. Jaringan resm LSM yang bekerjasama dengan WHO memberikan kontribusi untuk mempromosikan kebijakan, strategi dan program yang diturunkan dari putusan-putusan badan penyelenggara Organisasi itu. Peran IWA sebagai LSM resmi yang bekerjasama dengan WHO memfokuskan kepada dukungan bagi negara-negara untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan intersektoral dan intervensi-intervensi melalui perlindungan kesehatan terhadap ancaman lingkungan sekarang dan jangka panjang. Sejarah panjang mengenai kerjasama itu, asalnya dibentuk melalui kegiatan-kegiatan bersama pendahulu-pendahulu WHO dan IWA, the International Ater Supply Association dan the international Ater Quality Association. Area utama kerjasama itu adalah dalam keamanan air minum.

Bonn Charter untuk Air Minum yang Aman dari IWA mendorong pengaplikasian Water Safety Plans (WSP) seperti yang dinyatakan dalam WHO Guidelines for Drinking Water Quality (Revisi-revisi WHO Guidelines akan dianggap sebagai revisi daripada Bonn Charter sama seperti Bonn Charter mengacu kepada Guidelines). IWA mempromosikan WSP bersama WHO melalui perjanjian resmi projek kolaborasi dan kegiatan program-program terkait sampai tahun 2015, dan melalui keanggotaan para penyedia air, institusi-institusi riset, industri , dan para profesional perseorangan. Pekerjaan IWA mencakup suatu kesatuan antara riset dan praktek, meliputi semua segi siklus air. IWA adalah badan amal terdaftar di Inggris (Perusahaan terdaftar di Inggris No. 3597005 Registered Charity (England) No. 1076690).

Cara mengembangkan dan melaksanakan Rencana Keamanan Air Pendekatan selangkah-demi-selangkah memakai 11 modul pembelajaran

Persiapan Tindakan-tindakan awal, meliputi membentuk tim WSP (Modul 1)

Penilaian Sistem - Menjelaskankan sistem pasokan air (Modul 2) Umpan-balik - Mengenali bahaya-bahaya dan peristiwa-

peristiwa berbahaya serta menilai risiko-risikonya (Modul 3)

Revisi WSP setelah insiden (Modul 11)

Rencanakan dan lakukan tinjauan ulang periodik pada WSP (Modul 10)

- Menentukan dan memvalidasikan cara-cara kendali, penilaian ulang dan memprioritaskan risiko-risiko (Modul 4)

- Kembangkan, laksanakan, dan bina rencana pengembangan/perbaikan (Modul 5)

Peningkatan Diperlukan investasi untuk modifikasi sistem penting (Modul 5)

Pemantauan Operasional - Mendefinisikan pemantauan upaya-upaya

pengawasan (Modul 6)

- Pastikan keefektifan WSP (Apakah sistem mencapai target kesehatan?) (Modul7)

Manajemen dan Komunikasi Insiden

(kedaruratan) - Siapkan prosedur-prosedur manajemen (Modul

8)

- Mengembangkan program penunjang (Modul 9)

Daftar Isi

Persiapan Pendahuluan

Ringkasan Modul-modul

Modul 1. Membentuk tim WSP

Modul 2. Menjelaskan sistem penyediaan air

Modul 3. Mengidentifikasikan bahaya dan kejadian berbahaya serta menilai risikonya

Penilaian Sistem Modul 4. Menentukan dan memvalidasikan cara-cara pengendalian, menilai ulang dan memprioritisasi risiko- risiko

Modul 5. Kembangkan, laksanakan, dan bina rencana perbaikan /peningkatan

Pemantauan Operasional Modul 6. Mendefinisikan pemantauan upaya-upaya pengawasan

Modul 7. Pastikan keefektifan WSP

Manajemen dan Komunikasi

Modul 8. Siapkan prosedur manajemen

Modul 9. Mengembangkan program penunjang

Umpan balik dan Perbaikan Modul 10. Rencanakan dan lakukan tinjauan ulang periodic pada WSP

Modul 11. Revisi WSP setelah terjadi insiden

Ucapan terima kasih

Kepustakaan dan informasi lanjut

Daftar kata-kata

Pendahuluan “Upaya paling efektif untuk memastikan keamanan penyediaan air minum secara konsisten adalah melalui penilaian menyeluruh risiko dan pendekatan manajemen risiko yang meliputi semua langkah dalam penyediaan air mulai dari pengambilan air sampai kepada konsumen. Dalam panduan berikut, pendekatan semacam itu disebut dengan water safety plans (WSP)”. Tujuan Kalimat di atas mengawali Bab 4 dalam Third Edition of the WHO Guidelines for Drinking-water Quality (2004) dan mencakup filosofi dari pendekatan WSP. Bab itu lebih menjelaskan prinsip-prinsip pendekatan WSP daripada menjadi sebuah panduan dalam aplikasi sehari-hari. Tujuan dari buku ini adalah sebagai pedoman praktis untuk memfasilitasi pengembangan WSP terutama dalam penyediaan air terorganisir yang dikelola oleh penyedia air atau yang sejenisnya. Pokok-pokok pertimbangan dalam mengembangkan dan melaksanakan WSP Tujuan dari WSP sangat jelas: Untuk menjamin keselamatan dan diterimanya penyediaan air minum secara terus menerus. Pengembangan dan pelaksanaan pendekatan WSP untuk penyediaan air minum adalah sebagai berikut:

- bentuk sebuah tim dan tentukan metode bagaimana WSP akan dikembangkan;

- mengidentifikasi segala bahaya dan kejadian berbahaya yang dapat mempengaruhi keamanan penyediaan air mulai dari pengambilan air, selama proses produksi dan distribusi sampai kepada tempat pemakaian oleh konsumen;

- menilai risiko yang mungkin timbul dari tiap bahaya dan kejadian berbahaya;

- pikirkan ada tidaknya kendali atau pelindung dalam setiap keadaan yang berisiko dan apakah hal tersebut efektif atau tidak;

- validasikan efektifitas dari kendali dan pelindung; - laksanakan rencana pengembangan bila diperlukan; - mendemonstrasikan bahwa sistem tersebut aman; - meninjau ulang bahaya, risiko, dan kendali secara berkala; - buat catatan hasil yang akurat secara transparan dan demi kejelasan

hasil. Dasar sistematik daripada strategi WSP ini tidak boleh hilang atau

dilupakan selama pelaksanaan. Keuntungan dari strategi WSP adalah

bahwa WSP dapat diterapkan untuk memastikan keamanan air dari semua

tipe dan juga semua ukuran sistem penyediaan air, baik yang sederhana

maupun yang kompleks.

Pendekatan WSP harus dilihat sebagai strategi manajemen risiko atau seperti sebuah sistem yang akan mempengaruhi penggunaan air secara keseluruhan dalam menyediakan air yang aman secara terus menerus. Risiko-risiko nyata yang sekarang tidak terkendali harus dikurangi. Hal ini dapat berupa langkah-langkah jangka pendek, jangka menengah, ataupun jangka panjang untuk perbaikan. Pendekatan WSP haruslah dinamis dan praktis dan bukan menjadi sebuah prosedur operasi semata-mata. Pendekatan WSP jangan dipandang sebagai sarana untuk membentuk sebuah birokrasi dan arsip. Jika nantinya hanya akan berakhir sebagai folder yang berlabel ’WSP’ yang jarang digunakan, jelaslah sudah bahwa program tersebut tidak efektif.

Tidak hanya ada satu cara dalam melaksanakan pendekatan WSP. Tulisan dalam buku ini menunjukan bagaimana strategi dapat dilaksanakan, dengan contoh-contoh efektifitasnya bagi para badan

penyedia air. Hal penting yang perlu dicermati mengenai pendekatan WSP adalah kecocokannya dengan cara pengorganisasian dan pengoperasian badan penyedia air; jika tidak, cara pendekatan ini tentu tidak akan diterima dalam organisasi itu. Mengembangkan pendekatan WSP mungkin dilakukan dengan menunjukkan bahwa cara kerja tertentu akan mengakibatkan risiko atau tidak terkendali dengan benar, sehingga badan penyedia air itu harus mengubah cara kerjanya. Badan penyedia air janganlah mengubah cara kerjanya hanya untuk memenuhi rekomendasi dari sebuah manual atau untuk sekedar merefleksikan metodologi badan penyedia air lain. Tim dalam WSP haruslah memiliki pengalaman dan keahlian untuk mengerti tentang pengambilan air, pengolahan dan distribusi air dan juga bahaya-bahaya yang dapat mempengaruhi selama sistem penyediaan tersebut. Untuk pemanfaatan berskala kecil, mendatangkan ahli dari luar mungkin dapat membantu. Tim ini sangatlah penting agar pendekatan WSP dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang yang terkait dengan keamanan air baik dalam badan pengelola air maupun yang di luarnya. WSP tidak dapat dilakukan hanya dengan belajar dari buku. WSP harus dikerjakan dengan mendatangi tempat yang terkait untuk memastikan pengetahuan, informasi dan skema-skema yang dapat dimanfaatkan oleh badan pengelola. Dalam kunjungan ke tempat pengolahan diperlukan juga masukan-masukan dari orang yang bekerja di sana atau dari tempat pengambilan air dan memperoleh pengetahuan setempat secara rinci yang mungkin tidak didapatkan dalam catatan-catatan badan pengelola. Penilaian, pengembangan, penggabungan atau penulisan ulang prosedur standar operasi adalah sebuah bagian yang tak terpisahkan dari strategi WSP. Idealnya, semua prosedur harus ditandai sebagai bagian dari strategi WSP atau cara kerja yang membantu untuk mendapat pengakuan dan penerimaan dari para badan pengelola air. Pengelola air akan menjadi pelopor dalam pendekatan WSP tapi tidak dilakukan secara terisolasi sendiri. Tujuan utama dari pendekatan WSP adalah untuk mengidentifikasi bahwa semua orang

memiliki tanggung jawab dalam memastikan keamanan air dan agar mereka bekerja sama dengan badan pengelola air dalam pengurangan risiko. Contohnya adalah pekerja pertanian dan perhutanan, pemilik lahan, industri, transportasi, badan pengelola air lain, pemerintah setempat dan konsumen. Perwakilan dari seluruh organisasi mungkin tidak perlu diikutsertakan semua dalam tim WSP tapi mereka perlu menjadi bagian dalam sebuah jaringan komunikasi dan mengerti dampak dari kontribusinya kepada usaha WSP. Penting bahwa WSP diaudit secara reguler oleh badan independen eksternal. Hal ini akan menumbuhkan kepercayaan daripada semua pengampu kepentingan. Akan ada kecenderungan bahwa pengidentifikasian bahaya hanya dibatasi kepada pemikiran tentang masukan-masukan langsung kepada sistem penyediaan air yang mempengaruhi parameter mikroba dan kimia, karena topic-topik tersebut memang sangat penting untuk kepatuhan terhadap standar kualitas air. Namun, pendekatan untuk memastikan air aman haruslah lebih luas, dengan mempertimbangkan aspek-aspek seperti kemungkinan kerusakan karena banjir, kecukupan sumber air dan persediaan alternatif, ketersediaan dan kemampuan persediaan tenaga, kualitas pengolahan kimia dan bahan-bahan, program pelatihan, ketersediaan staff terlatih, pembersihan tempat penampungan, pengetahuan mengenai sistem distribusi, keamanan, prosedur emergensi, kemampuan sistem komunikasi dan ketersediaan fasilitas laboratorium, yang semuanya membutuhkan penilaian risiko. Daftar tersebut bukan berarti sudah semuanya. Jika badan pengelola air menganggap bahwa area-area tersebut bukanlah termasuk pendekatan WSP, maka badan tersebut sebenarnya tidak memiliki keseluruhan pengertian strategi WSP dan belum sepenuhnya mengerti akan konsepnya. Kendali yang jelas untuk risiko yang telah teridentifikasi adalah perlindungan secara fisik atau proses-proses di tempat pengolahan air seperti filtrasi dan disinfeksi, tetapi pertimbangan dan penilaian dari sebuah kendali perlu jauh lebih luas lagi. Kesamaan pengertian antara petani dengan industri dalam penggunaan bahan kimia, pengawasan

ternak, mempekerjakan hanya staf-staf terlatih, pola pemompaan, pemeriksaan secara visual, penutupan atau penghentian operasi otomatis, pengauditan, atau persetujuan kualitas, pemasok bahan kimia dan produsen tanaman, semua dapat dianggap sebagai pengendali selama semua dapat divalidasikan secara efektif dan dipantau untuk mendemonstrasikan bahwa mereka terus menerus memberikan perlindungan. Sekali lagi, daftar ini bukan berarti sudah semuanya. Memulai pelaksanaan pendekatan WSP bukan berarti bahwa setiap kendali yang ada harus divalidasi ulang tetapi mereka memang memerlukan sebuah kehandalan data dan catatan-catatan yang ada untuk dievaluasi. Penting untuk menilai risiko yang berada dimanapun sebelum dan sesudah pengendaliannya (atau pengurangannya) karena dengan cara ini akan terbukti bahwa setiap bahaya telah dikenali dan cara pengendaliannya sudah diuji keefektifannya. Penilaian risiko akan menunjukkan banyak risiko-risiko besar yang tidak dianggap penting bagi keamanan sistem penyediaan air. Namun, penting agar semua risiko tersebut sudah dicatat secara jelas dan dimengerti oleh para pengelola air. Bahkan, yang lebih penting lagi adalah perlunya untuk memprioritaskan dan mempersiapkan program pengembangan secepatnya ketika risiko yang signifikan telah diketahui. Tidak semua risiko dapat dinilai secara mudah hanya dengan menggunakan sebuah metodologi (contohnya dengan menggunakan matriks risiko’semi-kuantitatif’), karena sebuah risiko hanya diperkirakan dalam bentuk kemungkinan munculnya suatu bahaya dan tingkat keparahan konsekuensi yang ditimbulkan bila bahaya tersebut benar-benar terjadi. Beberapa risiko tidak dapat dinilai menggunakan definisi yang sempit tentang ‘kemungkinan’ (contohnya, perkiraan kejadian ‘tiap bulan’) atau tentang ‘konsekuensi’ (contohnya tingkat keparahan dampak kesehatan masyarakat diperkirakan’sedang’). Sebagai contoh, umpan balik dari konsumen yang berpotensi dinilai negatif mengenai hal-hal yang sebenarnya tidak berdampak secara

signifikan terhadap kesehatan, dapat dipandang sebagai risiko yang signifikan bagi reputasi badan pengelola air sehingga harus ditangani melalui WSP. Terkadang, mungkin lebih tepat untuk menilai risiko dalam bentuk format yang disederhanakan (sebagai contoh ‘signifikan’, ‘tidak signifikan’ atau ‘tidak yakin’) berdasarkan sebuah keputusan kelompok. Apapun metode yang digunakan, sangatlah penting bahwa metodologi penilaian risiko dilaksanakan dengan cukup jelas dan secara rinci demi konsistensi. Hal ini khususnya penting untuk badan pengelola air yang besar, karena penilaian risiko mungkin dikerjakan oleh banyak orang yang berbeda. Kerumitan sebuah penilaian risiko tergantung daripada kerumitan pada sistem penyedian air. Kecanggihan alat-alat dan proses pengolahan air yang diperlakukan sebagai kendali untuk memproduksi air yang aman malahan bisa menimbulkan potensi bahaya itu sendiri untuk sistem penyediaan air sehingga memerlukan penilaian risiko yang rinci. Sebagai contoh, sistem ozon dan karbon aktif granuler yang dipakai sebagai pengendali kontaminasi organik dapat menjadi bahaya; misalnya karena emisi ozon, pembentukan bromate, pertumbuhan biofilm, masalah cecap-rasa, dan kontaminasi setelah regenerasi. Pendekatan WSP perlu dilibatkan mulai dari tahap perencanaan semua perbaikan maupun susunan baru sistem penyediaan air. Pemantauan kepatuhan merupakan bagian penting proses verifikasi untuk menunjukkan bahwa WSP tersebut bekerja. Pemantauan ini akan menunjukkan apakah air pada titik dimana kualitasnya harus dipenuhi (biasanya pada keran konsumen), memang memenuhi standar kualitas air; tetapi ini tidak menjadikan air sudah aman karena ketika hasil pemantauan kepatuhan diperoleh, air tersebut sudah diminum atau digunakan untuk kebutuhan rumah tangga lainnya. Validasi, untuk menunjukan bahwa upaya pengendalian dapat mengurangi risiko-risiko, dan pemantauan operasional, untuk mendemonstrasikan bahwa mereka tetap bekerja secara efektif, merupakan alat yang lebih penting dalam menjamin keamanan air karena keduanya terfokus pada proses-

proses yang membuat air aman. Pemantauan operasional merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem pendekatan WSP.

Mengatasi kepuasan diri Banyak unsur dalam pendekatan WSP telah tergabung dalam praktek operasi yang benar daripada badan pengelola air yang ada. Namun, pelaksanaan WSP sepenuhnya akan mengharuskan agar semua badan pengelola air untuk melihat lagi semua hal yang dapat mempengaruhi keamanan air. Segala apa tidak akan terjadi dengan sendirinya. Jika upaya-upaya perlindungan sudah ada dan menghasilkan air dengan kualitas semestinya, pertanyaannya adalah, apakah ini terjadi karena handalnya sistem atau hanya karena keberuntungan? Badan pengelola air yang tidak pernah mengalami insiden dan konsumen yang merasa bahagia dengan air mereka yang sudah aman memang merupakan sebuah keberuntungan, atau mungkin sebenarnya kurang mengikuti prosedur dan penilaian yang seharusnya untuk mengidentifikasi masalah. Pelaksanaan pendekatan WSP secaa terbuka dan transparan akan meningkatkan kepercayaan konsumen dan pemangku kepentingan lain dalam keamanan penyediaan air. Mengembangkan WSP bukan menjadi akhir dari tujuan, namun merupakan cara mencapai tujuan. WSP hanya akan berguna jika dikerjakan dan direvisi.

Sekilas tentang modul

Hal-hal yang perlu diperhatikan saat menggunakan manual ini

Manual ini dibagi menjadi 11 bab, masing-masing mewakili langkah kunci

dalam proses pengembangan dan pelaksanaan WSP. Tiap modul dibagi

menjadi tiga bagian: ’Ringkasan’, ‘Contoh-contoh dan alat-alat’ dan ‘Studi

kasus’, seperti di bawah ini.

Ringkasan

Bagian ringkasan menyediakan sebuah pendahuluan singkat tentang

Modul, termasuk kenapa modul penting dan kecocokannya di dalam

seluruh proses pengembangan dan pelaksanaan WSP. Bagian ini

memberikan ringkasan mengenai kegiatan-kegiatan penting yang harus

dikerjakan, tantangan-tantangan yang mungkin akan dihadapi, dan hasil

yang penting yang akan dihasilkan.

Contoh-contoh dan Alat-alat

Bagian contoh-contoh dan alat-alat menjelaskan tentang sumber daya yang

dapat dipergunakan untuk mendukung pengembangan dan pelaksanaan

WSP. Sumber daya ini termasuk tabel dan daftar contoh, bentuk-bentuk

tampilan, diagram, atau tips praktis untuk menolong tim WSP menghadapi

tantangan-tantangan spesifik. Bagian-bagian ini sering berupa contoh

Output dan metodologi yang digunakan dari beberapa pengalaman WSP

yang terbaru.

Studi kasus

Studi kasus menyampaikan pelajaran yang telah diambil dari pengalaman

nyata. Studi-studi itu dimaksudkan untuk membuat konsep WSP menjadi

lebih nyata dan untuk membantu pembaca mengantisipasi masalah dan

rintangan yang mungkin muncul. Uraian-uraiannya diambil dari inisiatif

WSP di Australia, Amerika Latin dan Kepulauan Karibia (ALKK), dan

Britania Raya (Inggris dan Wales). Pengalaman-pengalaman ini

disampaikan dalam tiga studi kasus yang berbeda. Wawasan yang didapat

melalui perkembangan dari ‘gabungan’ WSP dapat diterapkan untuk sistem

air lainnya yang mempunyai karakter yang sama. Pemaparan secara umum

dari penyedia air dan konteks cara bagaimana WSP dikembangkan dan

dilaksanakan akan disampaikan pada halaman-halaman berikut.

STUDI KASUS 1: AUSTRALIA Profil Sistem-sistem penyediaan air perkotaan melalui perpipaan yang terorganisasi di Australia Pendahuluan WSP ini dilakukan oleh badan-badan pengelola air dan hampir seluruhnya diurus sendiri tanpa bantuan yang berarti dari luar. Kebanyakan pekerja pada badan-badan pengelola air itu sudah terbiasa dengan penggunaan manajemen risiko yang sistematis, manajemen sistem, dan manajemen sistem secara umum, karena adanya keharusan sejak dulu dalam melaksanakan kesehatan dan keselamatan kerja serta sistem manajemen lingkungan. Lagi pula, kebanyakan perusahaan sudah memiliki beberapa sistem manajemen generik, seperti ISO 9001. Sampai derajat tertentu WSP mengambil sistem manajemen yang dan ada, sistem manajemen kesehatan makanan, misalnya HACCP dan ISO 22000. WSP awalnya didorong oleh keinginan perusahaan untuk menerapkan praktek yang benar, dan baru-baru ini didorong oleh keinginan untuk menyesuaikan dengan WSP WHO versi Australia, yaitu menjadi kerangka manajemen kualitas air minum (Australian Drinking Water Guidelines 2004).

Populasi yang dilayani Populasi yang dilayani berkisar antara 50.000 sampai 4 juta orang. Sumber-sumber air Air berasal dari gabungan antara air tanah dan permukaan. Dalam kebanyakan kasus, cukup banyak aktivitas pertanian yang tidak terlalu sering dan tidak diatur berada disekitar tempat pengambilan air, seperti tempat ternak makan rumput; ada juga tempat tinggal penduduk desa. Sistem pembuangan air limbah ditemukan pada beberapa tempat

pengambilan air dan di tempat-tempat pengambilan lain ditemukan kegiatan sanitasi setempat dengan berbagai derajat tingkat pengawasan.

Proses pengolahan Proses pengolahan biasanya memakai disinfektan klorin saja, atau dengan filtrasi dan klorinasi konvensional secara langsung. Sumber air permukaan dari sumber yang terlindungi biasanya diolah dengan klorinasi saja dan yang berasal dari tempat pengambilan air yang sudah dikotori secara koagulasi/flokulasi/ sedimentasi konvensional, serta filtrasi dan klorinasi. Kloraminasi sering diterapkan untuk mempertahankan sisa khlor di berbagai sistem. Sumber air tanah biasanya diolah dengan aerasi dan klorinasi. Proses pengolahan berjalan dengan baik.

Tempat penerima air Rumah tangga mendapat air melalui sistem pipa internal secara langsung. Kota-kota biasanya terhubung dengan sistem peyediaan air perkotaan dengan tekanan aliran air yang tetap sehingga tempat penyimpanan air dalam rumah tangga tidak ada.

Standar kualitas air Standar kualitas air ditetapkan di dalam Australian Drinking Water Guidelines yang sangat mirip dengan WHO Guidelines for Drinking-water Quality. Tes dan pelaporan menurut pedoman sudah dijalankan, terutama untuk E. Coli atau koliform termo-toleran (tahan suhu tinggi).

Kualitas pelayanan Pelayanan air melalui keran berlangsung secara terus menerus dan standar kualtas air terpenuhi hampir setiap saat. Tidak ada catatatan insiden penyakit yang ditularkan melalui air selama periode

pengembangan dan pelaksanaan WSP. Pengolahan di tempat pemakaian tidak diperlukan, meskipun terkadang dilakukan juga oleh konsumen untuk menghilangkan rasa dan bau klorin demi estetika. Kendala sumber daya Sistem-sistem penyediaan air beroperasi atas berdasarkan pemulihan- biaya sepenuhnya dan dividen pemerintah terlunasi. Perusahaan menutup seluruh biaya yang terkait dengan pemeliharaan kualitas dan kuantitas air. Kondisi infrastruktur Sistem-sistem yang diutarakan semua terpelihara dengan baik dengan angka kebocoran yang rendah; ini mencerminkan upaya yang terfokus pada penghematan air di Australia yang relatif termasuk daerah kering. Sistem manajemen aset yang sistematis sudah tersedia dan berguna untuk memperbaiki dan mengganti aset-aset dalam mengendalikan angka kegagalan terkntrol. STUDI KASUS 2: AMERIKA LATIN DAN KEPULAUAN KARIBIA (ALKK) Profil Penyediaan air teroganisir melalui pipa dibawah kendala sumber daya di Amerika Latin dan Kepulauan Karibia. Pendahuluan Program WSP dimulai sebagai bagian dari usaha multi-agensi dimana saran teknis dari pihak luar dan pengumpulan dana dilaksanakan untuk mendorong proyek demonstrasi WSP di wilayah ALKK. Pemilihan tempat proyek dilakukan oleh manajer pelayanan air minum dan pejabat senior pemerintahan, terutama dalam Departemen Kesehatan. Meskipun beberapa pekerja badan pelayanan air sudah terbiasa dengan pendekatan WSP, namun mereka tidak menguasai proses resmi mengenai manajemen pencegahan risiko dan merasa bahwa mereka

tidak memiliki keahlian atau sumber daya untuk menjalankan proses tersebut.

Populasi yang dilayani Populasi yang dilayani berkisar antara 30.000 sampai 120.000 orang. Sumber-sumber air Air berasal dari gabungan antara air tanah dan permukaan. Dalam semua kasus, terdapat cukup banyak aktivitas industri yang tidak diatur berada di sekitar tempat pelimpahan air, seperti pertambangan, pehutanan, atau pembuatan jalan. Sistem pembuangan air kotor perkotaan tidak ada; sehingga ekskreta ditangani dengan sistem septik yang buruk atau dibuang langsung ke dalam badan-badan air untuk sumber air bersih.

Proses pengolahan Antara satu dan lima pusat pengolahair an melayani setiap komunitas. Sumber-sumber air permukaan ditangani dengan teknik pengolahan konvensional: koagulasi/flokulasi/sedimentasi, filtrasi dan khlorinasi. Sumber-sumber air tanah ditangani dengan aerasi, filtrasi dan khlorinasi, atau dalam beberapa kasus, hanya khlorinasi saja. Dalam semua kasus, proses-proses pengolahan tidak dijalankan secara optimal karena operator-operator yang kurang terlatih dan kendala keuangan.

Tempat penerima air Kebanyakan rumah tangga mendapatkan air secara langsung ke rumah mereka. Lainnya memiliki keran di lapangan, dan beberapa menggunakan keran bersama atau tempat penampungan air. Dalam setiap kasus, ada beberapa bagian di kota yang tidak tersambung dengan sistem penyediaan air perkotaan, ataupun memakai sambungan tidak terdaftar dan tidak resmi. Tempat penampungan di rumah tangga

merupakan hal yang wajar dikarenakan pelayananan yang tidak konsisten.

Standar kualitas air Standar kualitas air sering tidak jelas atau inkonsisten. Beberapa badan pengelolaan menggunakan standar berbasis lingkungan dan beberapa yang lain menggunakan standar berbasis kesehatan untuk sistem yang sama. Dalam beberapa kasus, petunjuk berbasis kesehatan dari WHO digunakan tanpa beradaptasi dengan kondisi dan permasalahan setempat, sehingga standar menjadi mustahil dan tidak berguna. Dalam semua kasus, tidak ada program-program pemberlakuan yang aktif.

Kualitas pelayanan Pelayanan air ke keran terputus-putus. Di beberapa daerah, rumah tangga secara rutin mengalami 8 jam atau lebih per hari tanpa pelayanan air dan masa-masa tekanan air rendah menjadi hal yang biasa di kebanyakan rumah. Kualitas air jauh dari kelayakan menurut peraturan standar; pengolahan sekunder yang dilakukan di dalam rumah sudah menjadi hal yang biasa.

Kendala sumber daya Sistem tidak beroperasi dengan dasar pemulihan biaya biarpun sudah disubsidi oleh pemerintah. Oleh karenanya, badan-badan pelayanan air tidak dapat mempertahankan pasokan bahan kimia yang cukup, pemeliharaan peralatan yang memadai, atau biaya listrik yang tinggi untuk memompa 24 jam setiap hari.

Kondisi infrastruktur Sistem-sistem yang diuarkan ditandai dengan infrastruktur pengolahan air yang sudah tua, kebocoran sistem pipa distribusi yang bocor sampai

kehilangan air sebanyak 70% , dan tangki penampungan yang sudah sangat tua di sistem distribusi yang sudah tidak digunakan, mempengaruhi tekanan dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan. Dalam semua kasus, dibutuhkan pengembangan modal untuk mencapai kualitas air yang diinginkan dan pelayanan yang konsisten.

STUDI KASUS 3: BRITANIA RAYA (INGGRIS DAN WALES) Profil Penyediaan air perpipaan swasta yang terorganisasi di Inggris dan Wales Pendahuluan Studi kasus ini, yang ditulis oleh regulator kualitas air minum, menjelaskan beberapa keuntungan-keuntungan dan tantangan-tantangan yang dihadapi oleh badan swasta penyediaan air yang memakai WSP di Inggris dan Wales. Pihak pengatur mendukung perusahaan-perusahaan air untuk melaksanakan WSP setelah adanya pemberitaan edisi ketiga dari WHO Guidelines for Drinking-water Quality di tahun 2004, dengan kebijakannya yaitu pendekatan WSP. Dorongan untuk pelaksanaan WSP diberikan oleh pihak pengatur dengan menyatakan bahwa skema perbaikan air minum untuk lima tahun program pengembangan ke depan hanya akan menerima dukungan pihak pengatur apabila mereka sudah teridentifikasi dalam metode WSP. Studi kasus ini menitikberatkan pada daerah yang dilihat pihak pengatur sebagai bagian yang lemah atau belum lengkap dalam metode WSP, dengan tujuan untuk membantu para penyedia air yang akan memulai pelaksanaan WSP. Pengalaman –pengalaman yang disampaikan jangan ditafsirkan sebagai pengalaman semua penyedia air, karena beberapa perusahaan sudah mengembangkan metode WSP yang baik sejak dari awal. Pada tiga tahun pertama dilaksanakannya WSP, pihak pengatur memberikan petunjuk dan arahan untuk pengembangan. Pihak pengatur menekankan untuk tidak mengkhususkan metode rinci WSP, dengan tujuan untuk memastikan bahwa perusahaan tersebut mengembangkan WSP mereka sesuai

dengan bagaimana perusahaan tersebut berjalan, sebuah pemikiran penting yang memberikan keberagaman bagi perusahaan air dibawah regulasi-regulasi yang dipakai. Pemantauan kepatuhan akan regulasi pada awalnya dipandang sebagai tahap verifikasi penting dari WSP. Namun, sebagai tambahan mulai dari awal 2008, unsur-unsur pengidentifikasian bahaya dan penilaian risiko dari kerangka kerja WSP yang menjadi syarat regulasi dan WSP mulai muncul dalam program audit pihak regulator.

Populasi yang dilayani Populasi yang dilayani oleh setiap badan pengelola air berkisar antara 2.500 sampai 8.5 juta konsumen. Sumber-sumber air Kira-kira 70% pemasokan berasal dari sumber air permukaan, 30% dari sumber air tanah. Sebanyak 26 perusahaan air menyediakan 15.750 juta liter air perpipaan per hari untuk 53,6 juta populasi melalui jaringan distribusi sepanjang 338.500 km. Terdapat 4.520 tempat penampungan dan 1.690 daerah penyediaan air.

Proses pengolahan Studi kasus ini mencakup 1.220 tempat pengolahan air, dengan berbagai macam proses, termasuk koagulasi/flokulasi/ edimentasi secara konvensional, filtrasi dan khlorinasi, dan teknologi-teknologi yang makin banyak dipakai, seperti GAC (granular activated carbon), membran, ozonisasi, dan sinar UV, untuk mengatasi risiko yang muncul. Banyak sumber air tanah yang masih ditangani dengan disinfektan saja.

Tempat penerima air Rumah tangga menerima air langsung ke rumah mereka melalui sistem perpipaan internal, terhubung dengan sistem perpipaan milik

perusahaan dengan pengatur tekanan air yang dapat diandalkan terus menerus. Meskipun demikian, penyimpanan air dalam rumah merupakan hal yang biasa di Inggris dan Wales.

Standar kualitas air Regulasi kualitas air sudah diterapkan di Inggris dan Wales, sejalan dengan European Union’s Drinking Water Directive, yang mencerminkan WHO Guidelines fo Drinking Water Quality. Para penyedia air berada di bawah regulasi ketat mengenai keuangan, kualitas air minum, dan peraturan lingkungan.

Kualitas pelayanan

Kualitas air terolah secara keseluruhan sangat baik, biasanya 99.9%

memenuhi standar nasional dan Eropa untuk kualitas air minum.

Kendala sumber daya

Industri air di Inggris dan Wales beralih ke tangan swasta pada tahun 1989,

sehingga memberikan perbaikan investasi oleh penyedia air. Hal ini

menjadikan industri yang maju dan canggih.

Kondisi infrastruktur

Sistem yang dijelaskan sudah terpelihara dengan baik, namun tingkat

kebocoran pada jaringan masih menjadi masalah di beberapa daerah

dengan kondisi perpipaan yang sudah tua.

Pendahuluan Pembentukan tim yang berdedikasi dan yang memenuhi syarat adalah suatu keharusan untuk menjaga kemampuan teknis yang diperlukan untuk Rencana Keamanan Air (Water Safety Plan, WSP). Langkah ini termasuk menyusun sebuah tim yang terdiri dari individu-individu yang berasal dari penyedia pelayanan, dan juga dalam beberapa kasus, berasal dari kelompok yang lebih luas dari para pemangku kepentingan, dengan tanggung jawab kelompok dalam memahami sistem penyediaan air dan mengenali bahaya-bahaya yang dapat mempengaruhi kualitas air dan keamanannya dalam rangkaian penyediaan air. Tim akan bertanggung jawab untuk mengembangkan, mengimplementasikan, dan memelihara WSP sebagai bagian inti dari kegiatan mereka sehari-hari. Penting bahwa semua pihak terkait memerankan peran aktif dalam pengembangan WSP dan mendukung pendekatan WSP. Penting bagi tim WSP mempunyai pengalaman yang adekuat dan kepiawaian untuk mengerti tentang pengambilan air dari sumbernya, penatalaksanaan dan distribusi dan bahaya-bahaya yang dapat mempengaruhi keamanan keseluruhan sistem pemasokan air mulai dari sumber sampai ke pihak yang mengkonsumsi. Untuk badan pelayanan yang kecil, akan berguna untuk memiliki tambahan kemampuan lainnya. Amat vital bagi tim untuk membuat pendekatan WSP dipahami dan diterima oleh siapa saja yang berkepentingan dengan keamanan air baik di dalam maupun di luar badan pelayanan air. Oleh karenanya, tim yang bersifat inklusif yang bekerja sama dengan semua orang di dalam maupun di luar badan pelayanan air akan jauh lebih efektif daripada tim yang eksklusif dan memaksakan cara pendekatan WSP kepada badan pelayanan air. Tugas awal yang penting dari tim adalah mengatur bagaimana mengimplementasikan pendekatan WSP dan metodologi apa yang akan dipergunakan, terutama dalam upaya memperhitungkan risiko.

Kegiatan-kegiatan kunci sertakan manajemen senior, dan pastikan dukungan pendanaan dan bahan baku Untuk implementasi WSP yang sukses, penting bagi manajemen senior mendukung prosesnya. Dukungan ini penting untuk memperoleh dukungan bagi perubahan-perubahan dalam keseharian pekerjaan,

memastikan adanya sumber daya finansial yang cukup dan secara aktif mempromosikan keamanan air sebagai tujuan oganisasi. Pemahaman kasus secara jelas diperlukan untuk menunjukkan bahwa adopsi WSP penting dan menguntungkan untuk organisasi tersebut.

Menentukan keahlian yang diperlukan dan besar tim yang tepat Melibatkan staf operasional di dalam tim akan berdampak pada suksesnya rencana karena memfasilitasikan pengimplementasian dan kepemilikannya. Namun, tergantung dari besarnya badan pelayanan air, kebanyakan anggota tim tidak akan menjalankan kewajiban-kewajiban WSP sepenuh hati 100% melainkan akan melanjutkan kewajiban-kewajiban keseharian mereka. Anggota tim secara kolektif harus mempunyai keahlian-keahlian untuk mengenali bahaya-bahaya dan paham akan penanganan risiko-risiko yang terkait dengan bahaya itu. Tim harus mempunyai otoritas untuk memungkinkan pengimplementasian saran-saran yang berasal dari WSP.

Menunjuk pemimpin tim Pemimpin tim harus ditunjuk untuk menjalankan proyek dan tetap fokus. Pemimpin ini harus mempunyai otoritas dan kemampuan-kemampuan organisasional dan interpersonal untuk memastikan proyek dapat diimplementasikan. Pada situasi dimana kemampuan yang diperlukan tidak tersedia di tempat, pemimpin tim harus mencari kesempatan-kesempatan untuk memperoleh dukungan dari luar. Hal ini dapat meliputi pemakaian pembanding atau perjanjian-perjanjian kemitraan dengan organisasi-organisasi lainnya, program-program bantuan nasional atau internasional dan sumber daya, misalnya dari internet. Menetapkan dan merekam peran dan tanggung jawab tiap individu dalam tim

Penting untuk membagi tanggung jawab antar anggota tim sejak awal proses dan menetapkan secara jelas serta merekam tugas-tugas mereka. Untuk tim-tim yang besar biasanya sangat terbantu dengan memakai tabel yang berisi ringkasan aktifitas-aktifitas rencana WSP dan siapa yang bertanggung jawab untuk melaksanakannya.

Menetapkan jangka waktu pengembangan WSP Pengembangan WSP tahap awal memerlukan waktu yang cukup. WSP akan mengakibatkan bertambah banyaknya waktu yang digunakan staf memeriksa sistem di lapangan namun akan mengurangi ketergantungan pada hasil tes laboratorium rutin. Pendekatan WSP memungkinkan para operator mengetahui sistem mereka secara lebih efektif karena mereka menggunakan waktu lebih banyak untuk mengenali dan mengendalikan risiko-risiko daripada hanya sekedar menganalisiskan risiko. Saat WSP selesai dibentuk dan organisasi menjadi terbiasa dengan sistem, waktu kerja yang diperlukan akan berkurang.

Tantangan-tantangan yang harus dihadapi Menemukan anggota yang terampil; Mengatur muatan kerja tim WSP agar sesuai dengan peran dan

struktur organisasi yang ada; Mengenali dan mengikutsertakan para pemangku kepentingan dari

luar. Menjaga kebersamaan tim Membuat tim berkomunikasi secara efektif dengan badan pengadaan

air dan para pemangku kepentingan lainnya.

Output Pembentukan tim multidisiplin dan berpengalaman yang mengerti komponen sistem, dan ditempat pada tempatnya untuk bekerja dengan benar dalam menilai risiko-risiko yang mungkin terkait dengan tiap-tiap komponen di dalam sistem. Tim harus mengerti kesehatan dan target-target lain yang harus dicapai; dan memiliki keahlian untuk memastikan setelah dilakukan penilaian, apakah sistem dapat mengikuti standar kualitas air yang benar.

Modul 1 Membentuk tim WSP

Contoh/alat 1.1: Daftar keterampilan yang harus dipertimbangkan saat menilai keahlian yang diperlukan untuk tim WSP yang besar

Keahlian teknis dan pengalaman operasional khusus sistem Kemampuan dan kemauan untuk memulai pengembangan, implementasi, dan pemeliharaan WSP; Otoritas organisasional untuk melaporkan ke otoritas pengendalian yang benar, seperti eksekutif sebuah organisasi,

atau pemimpin-pemimpin sebuah komunitas; Mengerti sistem-sistem manajemen termasuk prosedur darurat; Mengerti proses-proses yang dipakai untuk memperoleh dan membicarakan hasil-hasil pemantauan dan pelaporan; Mengerti target-target kualitas kualitas air yang harus dicapai; Menghargai kebutuhan kualitas air para pelanggan; Mengerti aspek-aspek praktek mengimplementasikan WSP pada konteks operasional yang benar; Mengerti dampak pengawasan kualitas air yang diusulkan terhadap lingkungan; Membiasakan diri dengan pelatihan dan program-program kepedulian.

Contoh/alat 1.2: Komposisi tim WSP (dari Melbourne Water, badan pelayanan air yang besar memasok air kepada 3,5 juta orang melalui perusahaan-perusahaan eceran terpisah)

Nama jabatan Tim kerja Keahlian

Pemimpin Tim/Insinyur Senior Perencanaan Kualitas Air Pengaturan kualitas air Operator Penyediaan Air Tim Pengolah Air Pengoperasian – Upper Yarra Dukungan Proses – Jasa Pengiriman Pengoperasian – Area Utara Spesialis Penanganan Air Operator Penyediaan Air Tim Westenport Area Pengoperasian – distribusi/pengolahan Pimpinan Seksi Pengolahan Air Sistem Pengolahan Manajemen aset tempat pengolahan Kontraktor Pengoperasian Operasi-operasi – Area Selatan Pengaturan penyediaan air Operator Penyediaan Air Tim Thomson Reservoir Pengoperasian –Thomson Reservoir Insinyur Proses Pengoperasian – Area Utara Pengaturan penyediaan air Operator Penyediaan Air Tim Silvan Reservoir Pengoperasian tempat pengolahan Operator Penyediaan Air Tim Maroondah-Winneke Reservoir Sugarloaf Resrbpor. Wommele Treatment Pland

dan Maroodah Reserovoir area Ilmuwan Utama Perencanaan Qualitas Air Mikrobiologi Pimpinan Seksi Pekerjaan Dihulu Pengoperasian Pengoperasian tempat sumber air Ilmuwan dari perusahaan air eceran Perusahaan Air Eceran Spesialis/ahli kimia kualitas air Insinyur dari perusahaan air eceran Perusahaan Air Eceran Pengaturan kualitas air Manajer Insinyur dari perusahaan air eceran Perusahaan Air Eceran Perencanaan kualitas air

Contoh/alat 1.3: Pendekatan-pendekatan lain pembentukan tim WSP untuk sistem-sistem yang lebih besar dan lebih kecil Tergantung dari besarnya organisasi penyediaan air, dan di mana letak tanggung jawab organisasi-organisasi untuk sistem-sistem ganda, mungkin perlu untuk mempunyai kelompok kerja WSP lebih dari satu yang berfungsi melaporkan ke tim pusat. Kegunaan pengaturan ini harus dinilai sejak permulaan proses, dan termasuk: tim inti; kelompok kerja kecil lainnya yang menangani aspek-aspek tertentu dari WSP (contoh pada ‘tempat pengambilan air’, ‘air dari sumber’, ‘pengolahan’ dan ‘sistem distribusi’); dan anggota-anggota tim eksternal beserta para peninjau yang mungkin terdiri dari badan-badan pemerintah dan ahli-ahli independen. Penting agar tiap-tiap tim menggunakan metodologi yang sama, terutama untuk menilai risiko-risiko dan menyadari apa yang dilakukan oleh tim-tim lainnya. Badan pelayanan air yang kecil biasanya tidak memilliki sendiri ahli-ahli kualitas air. Namun, badan pelayanan tersebut harus setidaknya memiliki operator-operator dan manajemen di dalam tim dan mengajak ahli-ahli eksternal dalam bidang kesehatan dan kualitas air. Sumber-sumber eksternal ini dapat terdiri dari badan-badan(contoh, departemen kesehatan, teknik dan sanitasi atau sumber daya alam) atau konsultan-konsultan.

Contoh-contoh formulir yang dapat digunakan untuk mencatat informasi penting pada waktu menyusun tim WSP dan memulai tahap-tahap awal WSP tertera pada Contoh/alat 1.4, 1.5 dan 1.6.

Contoh/alat 1.4: Formulir rincian tim WSP

Rincian tim WSP dan tim-tim kecil lainnya harus dicatat sebagai bagian metodologi WSP badan pelayanan air. Hal ini perlu diperbarui ketika karyawan dan rincian kontak diganti.

Nama Keanggotaan Jabatan Tugas di dalam tim Informasi kontak Sam Kariuke Blue Water Supply Operator Penyediaan Air Petugas Penghubung Tempat Pengambilan Air 234-5678

[email protected] dll:

Modul 1 Membentuk tim WSP

Contoh/alat 1.5: Formulir rencana pembiayaan WSP (contoh untuk badan pelayanan yang besar) Biarpun pemakaian tenaga kerja dari luar diperlukan jika ahli atau kapasitas dalam perusahaan terbatas, pengalihan daya ini harus dibatasi serendah-rendahnya karena akan menghambat perkembangan pengetahuan tenaga-tenaga kerja dalam badan perusahaan. Kegiatan Budget kegiatan Aspek-aspek bersumber dari

dalam badan pelayanan Aspek-aspek bersumber dari luar badan pelayanan

Budget staff

Pembentukan tim WSP US$ 5.000 Pelaksanaan dan manajemen proyek

Fasilitasi dan peninjauan ulang 1,5 setara beban kerja penuh (full-time equivalen) selama pengembangan dan implementasi 0,5 FTE untuk pemeliharaan berjalan

Kelompok kerja WSP Masing-masing US$ 30.000 Manajemen proyek Penghubung pemangku kepentingan Integrasi dengan sistem-sistem yang ada

Dukungan teknis Pengumpulan data Analisis dan presentasi data

3 FTE selama pengembangan dan pelaksanaan 1 FTE untuk pemeliharaan berjalan

dll:

Contoh/alat 1.6: Formulir identifikasi pemangku kepentingan

Nama pemangku kepentingan

Hubungan dengan masalah penyediaan air minum

Titik kunci Titik tempat kontak dalam tim WSP

Titik tempat kontak dengan pemangku kepentingan

Mekanisme interaksi Acuan kepada rincian kontak dan catatan interaksi

Enivironment Protection Authority (EPA)

Meregulasikan falisitas-fasilitas pencemaran yang besar

Mengganggu perlindungan tempat pengambilan air baku

Petugas Perwakilan Regulasi

Manajer wilayah Pertemuan tahunan File EPA

Organisasi pertanian di tanah yang berdekatan dengan tempat pengambilan air baku

Peternakan dan pemakaian bahan kimia pertanian

Meminimalkan asupan bahaya mikroba dan bahan kimia kedalam tempat pengambilan air baku

Petugas Perwakilan tempat pengambilan air baku

Manajer pengoperasian

Pertemuan-pertemuan informal dan terjadwal

File tempat pengambilan air baku milik pemangku kepentingan

Tempat pembuatan bahan kimia

Sumber setempat pembuangan kedalam tempat pengambilan air baku

Patuh kepada standar air buangan industri

Petugas Perwakilan regulasi

Manajer tempat operasi

Peertemuan tahunan File tempat pengambilan air baku milik pemangku kepentingan

dll:

Contoh/alat 1.7: Mengerti komitmenWSP WSP melambangkan tanggung jawab nyata yang diemban bersama oleh semua karyawan relevan dalam organisasi penyediaan air. Pengembangan dan pelaksanaan memakan waktu dan membutuhkan sumber daya banyak. Pengimplementasian menuntut adanya komitmen dari semua tataran dalam organisasi. Pemeliharaan WSP membutuhan perhatian manajemen yang berjalan untuk mendorong suatu budya kepatuhan terhadap segala tuntutan WSP. Mungkin baru bertahun-tahun kemudian keuntungan-keuntungan pelaksanaan WSP menjadi nyata, tetapi pengalaman yang lalu menunjukkan bahwa asupan dan komitmen memperoleh imbalannya ketika WSP menjurus kepada keefisienan dan pengertian yang lebih baik mengenai sistem penyediaan air beserta produksi air berkualitas yang secara konsisten memenuhi target-target berbasis kesehatan.

Modul 1 Membentuk tim WSP

Studi kasus 1: Australia Pengalaman Lapangan 1.1 – peranan tim WSP

Tim WSP biasanya diatur dan dipimpin oleh koordinator badan pelayanan air yang berdedikasi. Orang ini biasanya adalah insinyur atau ilmuwan berpengalaman dalam manajemen kualitas air selama beberapa tahun atau lebih. Orang yang mengkoordinasi biasanya mempunyai gelar “Manager Kualitas Air – Water Quality Manager”, atau “Koordinator Kualitas Air – Water Quality Manager”, atau yang baru-baru ini, gelar “Koordinator Kualitas Produk – Product Quality Coordinator”, gelar-gelar yang dipakai untuk mencerminkan perpanjangan tugas mereka menangani air daur ulang. Biasanya tim koordinasi WSP adalah kelompok yang kecil yang hanya terdiri dari koordinatornya saja, atau seorang koordinator dengan satu atau beberapa staff pendukung, yang hampir bisa dikatakan bekerja hanya untuk menciptakan dan memelihara WSP. Penanganan seluruh tim bertambah menjadi lusinan atau lebih pegawai yang biasanya mengikutsertakan pegawai dari pengoperasian-pengoperasian, pemeliharaan lapangan, dan perencanaan penyediaan air yang bertanggung jawab terhadap kerja tim WSP sebagai sebagian kecil keseluruhan peran mereka.

Pengalaman Lapangan 1.2 – pihak luar

Satu atau lebih pengampu kepentingan biasanya bertanggung jawab dalam usaha-usaha WSP. Pada kebanyakan kasus, otoritas kesehatan

yang mengatur badam pelayanan air terlibat dalam lokakarya penilaian risiko dan dalam peninjauan rencana. Seringkali pemerintahan lokal dan badan-badan manajemen tempat pengambilan air baku ikut serta di dalam perencanaan. Pemasok-pemasok air berjumlah besar, atau usaha-usaha eceran, sering terlibat dalam pengembangan WSP, diwakili oleh konsumen eceran mereka dan semua pemasok-pemasoknya. Kontraktor-kontraktor, misalnya kontraktor-kontraktor penatalakasanaan, operasi dan pemeliharaan biasanya juga terlibat dalam pengembangan WSP dalam badan pelayanan air mereka. Namun, keikutsertaan para pemangku kepentingan eksternal dan para kontraktor ini biasanya hanya terbatas pada meninjau ulang dan pelatihan saja. Terkadang fasilitator profesional dikontrak untuk membantu dukungan pengembangan rencana-rencana, berperan sebagai pelatih atau pembimbing dan memberikan dukungan teknis kepada koordinator WSP, dan dukungan umum untuk menyelenggarakan loakarya dan membantu menyelesaikan dokumentasi.

Kelompok “pemula” kecil terdiri atas ahli-ahli eksternal dan manajer senior badan pelayanan mendiskusikan tujuan-tujuan dan komposisi tim WSP dan menyetujui bahwa tim itu harus mempunyai dua fungsi penting. Fungsi pertama adalah mengumpulkan orang-orang dengan keahlian di bidang penyediaan air (contoh: pengambilan air baku, penolahan, dan distribusi), kesehatan dan masalah-masalah

Studi kasus 2: Amerika Latin dan Kepulauan Karibia (ALKK)

Pengalaman Lapangan 1.1 – peran tim WSP

lingkungan, untuk mengembangkan WSP. Maka, Gugus Tugas multidisiplin dibentuk untuk memberikan peranan di tempat. Tujuan kedua tim adalah memberikan dukungan politis dan otoritas yang diperlukan untuk memungkinkan pengimplementasian rekomendasi yang dihasilkan dari WSP. Sejauh ini, Komite Pengendalian yang terdiri dari petugas-petugas senior badan pelayanan air, Kementerian Kesehatan dan Badan Pelestarian Lingkungan (Environmental Protection Agencies) regional dibentuk untuk mengemban dan mendukung aktifitas Gugus Tugas. Mengikutsertakan petugas-petugas senior sejak awal proyek terbukti menjadi penting dalam menciptakan dukungan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang memerlukan otoritas politis atau manajerial, seperti membuat standar-standar kualitas air, menerapkan syarat-syarat regulasi, mencurahkan pendanaan atau sumber daya ketenagaan.

Pengalaman Lapangan 1.2 – menunjuk penulis /koordinator WSP

Idealnya, peran koordinator WSP diisi oleh pegawai badan pelayanan air, namun, karena keterbatasan sumber daya, badan pelayanan itu tidak dapat menyediakan pegawai yang sanggup bekerja penuh didalam tugas yang memerlukan waktu cepat itu. Oleh karena itu, tim WSP memutuskan untuk mengajak seorang konsultan memegang peran sebagai koordinator WSP, yang meliputi perencanaan dan memfasilitasi pertemuan-pertemuan Gugus Tugas, berhubungan dengan anggota Gugus Tugas dan Komite Pengendalian, mengenali adanya kesenjangan informasi, menyediakan keahlian teknis di bidang penilaian kualitas air, dan menulis dokumen WSP. Tidak lama kemudian, sejumlah masalah terungkap dengan sendirinya, yaitu keseganan badan pelayanan air untuk berbagi informasi yang berpotensi sensitif mengenai cara

kerja mereka; keprihatinan adanya sengketa kepentingan didalam negara kecil dimana terdapat banyak tumpang tindih yang terjadi dalam lingkup professional; dan pengurangan rasa investasi dan keterlibatan pelayanan di dalam WSP.

Konflik-konflik kepribadian juga berdampak kepada tidak efektifnya dinamika kerja tim dan kemajuan proses kerja menjadi jelas terhambat. Akhirnya konsultan kedua dilibatkan menggantikan konsultan pertama dan manajer badan pelayanan air senior diberikan tanggung jawab tambahan untuk pengembangan WSP. Bertambahnya tugas manajer badan pelayanan air menyebabkan perlu dilepasnya beberapa tugas lain selama prroses pengembangan WSP, namun ini terbukti penting untuk menigkatkan kolaborasi antar badan dan momentum proyek. Pengaturan kedua ini sukses dan menggarisbawahi pentingnya penilaian yang hati-hati dalam menunjuk seorang koordinator WSP untuk menghindari konflik kepentingan dan memastikan kekompakkan tim.

Studi kasus 3: Britania Raya (Inggris dan Wales)

Pengalaman Lapangan 1.1 – mencapai komitmen untuk menggunakan pendekatan WSP

Antusiasme terhadap pendekatan WSP biasanya tidak terjadi secara menyeluruh di dalam industri; di beberapa perusahaan ada keraguan terhadap nilai tambah bagi industri yang maju dan sudah baik performanya. Namun, perusahaan-perusahaan lain segera melihat pendekatan WSP mengembangkan apa-apa yang selama ini sudah mereka kerjakan dalam penilaian dan manajemen risiko.

Beberapa perusahaan tidak merasa nyaman menggunakan istilah ‘keamanan’ dalam Rencana Keamanan Air – Water Safety Plan karena mereka merasa konsumen akan berpendapat bahwa air tersebut mungkin tidak aman. Karena itu, perusahaan-perusahaan ini lebih memilih untuk menamai WSP mereka dengan ‘Rencana-rencana Manajemen Risiko – Risk Management Plans’ atau semacamnya, yaitu istilah-istilah yang dipandang oleh badan regulasi sebagai alternatif yang tepat, asalkan isinya konsisten dengan WSP.

Dokumen pendek yang menjelaskan metodologi WSP, yaitu cara pengimplementasian dan pencapaian yang diharapkan dipandang sebagai titik awal penting untuk mendapatkan persetujuan dewan dan manajemen senior yang sangat diperlukan dalam mencapai keberhasilan proyek. Pengalaman umum dari hampir seluruh perusahaan air adalah waktu yang diperlukan untuk implementasi WSP biasanya diabaikan.

WSP berbentuk buku/kertas tertulis terbatas jangkauannya di dalam perusahaan sehingga tidak membangkitkan rasa memiliki pada staf. Untuk perusahaan air yang besar, system informasi berlandaskan komputer yang tersedia bagi semua staf melalui intranet lebih sukses. Sistem-sistem tersebut biasanya berisi unsure-unsur dasar WSP untuk tiap sistem penyediaan air yang diuraikan secara konvensional dan menyertakan mata rantai ke prosedur-prosedur terkait dan materi-materi lainnya. Rencana-rencana terbaik menilai segala-galanya sebagai bagian dari WSP. Isu-isu yang terkait dengan keamanan dan sensitif diselesaikan dengan berbagai tingkat akses terbatas.

Pengalaman Lapangan 1.2 – memperluas tim WSP

Pada kebanyakan perusahaan, tim-tim meluas dari kelompok inti yang kecil sejalan dengan bertambahnya pengetahuan mengenai berapa luas pendekatan WSP yang dijalankan benar-benar dipahami. Pada perusahaan-perusahaan sangat besar yang bekerja di daerah geografi yang luas, tim-tim kecil dibentuk yang dikoordinasi oleh tim pusat. cara ini berjalan dengan baik dalam memperluas keterlibatan perusahaan.

Para pemangku kepentingan eksternal belum secara langsung menjadi anggota tim WSP. mungkin ini disebabkan oleh alasan yang dapat dimaklumi yaitu sikap menutup diri agar tidak memberikan informasi sensitif secara bebas.

Pengalaman Lapangan 1.3 – mengajarkan tim WSP sudut pandang baru

Pada beberapa perusahaan, di awal proses impelementasi, tanggung jawab pengembangan WSP hanya diberikan secara penuh kepada manajer kualitas air atau yang setara. Ini berarti sistem penyediaan air dikerjakan hanya oleh seseorang yang merasa sudah terbiasa dengan sistem tersebut dan tahu mengenai semua bahaya, risiko dan kelemahan-kelemahannya sehingga pendekatan baru WSP menjadi sirna. Orang semacam itu juga akan cenderung membatasi pemikirannya kepada bahaya-bahaya yang terkait dengan kepatuhan kepada parameter saja (meskipun hal ini bukan terbatas menjadi masalah bagi orang-orang itu saja) karena hal ini sudah merupakan pengalaman sehari-harinya. Ini berarti cakupan pendekatan WSP yang sangat luas sudah hilang sejak dari awal.

Modul 2

Menjelaskan sistem penyediaan air

Modul 2 Menjelaskan sistem penyediaan air

Pendahuluan Tugas pertama tim WSP adalah menjelaskan sepenuhnya penyediaan air. Ketika badan pelayanan air belum mempunyai pendokumentasian sistem air, investigasi-investigasi lapangan perlu dilakukan. Tujuannya adalah untuk memastikan pendokumentasian lanjutan tentang sifat kualitas air sebelum diproses, saat diproses, dan setelah diproses, dan sistem yang dipergunakan untuk menghasilkan air dengan kualitas tersebut sudah akurat sehingga risiko- risiko-risiko dapat dinilai dan dikelola. Sekalipun benar bahwa mungkin masih ada peluang untuk pendekatan umum yang harus diambil jika pekerjaan yang dihadapi hampir sama atau ketika hubungan dengan badan-badan eksternal tetap sama bagi sejumlah pemasok-pemasok air, tiap pasokan itu harus dinilai dengan rinci sendiri-sendiri. Data harus dikumpulkan secara spesifik tentang pemasok tersebut, dan semua langkah-langkah lain yang diambil dan mengarah kepada WSP harus khusus bagi pemasok itu. Banyak badan pelayanan air sudah memiliki pengalaman ekstensif mengenai sistem air dan menyimpan pendokumentasian yang relevan. Pada kasus ini, WSP sedikitnya memerlukan agar dokumeni secara sistematik ditinjau untuk memastikan pembaharuannya, lengkap serta diperiksa keakuratannya dalam kunjungan lapangan. Kegiatan-kegiatan Kunci Penjelasan rinci sistem penyediaan air diperlukan untuk mendukung proses penilaian risiko selanjutnya. Langkah tersebut harus menghasilkan informasi yang cukup untuk mengetahui dimana letak kerentanan sistem terhadap situasi-situasi berbahaya, tipe-tipe bahaya tertentu, dan cara-cara pengendaliannya. Yang berikut ini harus disertakan dalam penjelasan itu tetapi bukan merupakan daftar

yang lengkap dan tidak semua relevan bagi setiap sistem penyediaan air:

Sumber (atau sumber-sumber) air termasuk aliran air hujan/atau proses-proses isi ulang, dan jika memungkinkan, sumber-sumber alternatif dalam kejadian insiden;

Standard-standard kualiatas air yang relevan;

Perubahan-perubahan yang diketahui dan yang dicurigai tentang kualitas sumber air sehubungan dengan cuaca dan kondisi-kondisi lainnya;

Setiap keterkaitan sumber-sumber dan kondisi-kondisi; Rincian-rincian pemakaian lahan ditempat pengambilan; Titik pengambilan air; Informasi yang berhubungan dengan penyimpanan air; Informasi yang berhubungan dengan pengolahan air,

termasuk proses-proses dan bahan-bahan kimia atau bahan lain yang dimasukkan ke dalam air;

Rincian mengenanai bagaimana air didistribusikan termasuk jaringan, penyimpanan dan mobil-mobil tangki;

Penjelasan tentang bahan-bahan yang kontak dengan air; Pengenalan konsumen dan penggunaan air; Adanya karyawan yang terlatih; Seberapa baik prosedur yang ada dicatat.

Diagram alur yang akan mencatat keseluruhan elemen-elemen dalam sistem penyediaan air secara rinci harus dikembangkan. Diagram alur itu harus divalidasikan melalui pengecekan lapangan dan kemudian digunakan dalam proses penilaian risiko. Buku acuan silang harus dibuat bagi dokumentasi lainnya yang menunjukkan rincian-rincian seperti peta dengan batas-batas lahan, tempat-tempat pengolahan air kotor, tangki septik, industri dan sumber risiko potensial lainnya. Peta area-area pemasokan air harus dicek. Acuan-acuan dan salinan diagram alur yang diberi bertanggal yang sudah divalidasikan harus disimpan sebagai bagian dari WSP. Tidak semua langkah-langkah proses menjadi tanggung jawab organisasi penyediaan air. Namun, perlu dilakukan pencatatan siapa-siapa yang mempunyai tanggung jawab primer karena informasi ini akan berdampak dalam pemilihan dan efisiensi cara-cara pengendalian. Untuk sistem yang sederhana, hanya urutan tiap-tiap langkah sudah cukup untuk menunjukkan arah aliran air di dalam sistem. Akan tetapi, untuk sistem yang lebih kompleks mungkin diperlukan tanda-tanda panah untuk menunjukkan arah aliran air.

Tantangan yang biasa dihadapi

Kekurangan adanya peta-peta yang akurat untuk memperlihatkan sistem-sistem distribusi;

Kurangnya pengetahuan dalam hal penggunaan lahan/manajemen tempat pengambilan air;

Kurangnya pengetahuan dalam industri dan risiko; Mendapatkan seluruh badan-badan lokal dan pemerintah dengan

informasi yang berharga atau akan berperan; Waktu yang diperlukan karyawan untuk melakukan kerja

lapangan; Prosedur-prosedur dan pemdokumentasian yang sudah

ketinggalan jaman

Output

1. Uraian rinci sistem penyediaan air yang baru, termasuk diagram alur.

2. Pemahaman kualitas air yang sekarang disediakan oleh bdan penyediaan air.

3. Pengenalan konsumen dan penggunaan air.

Modul 2 Menjelaskan sistem penyediaan air

Contoh/alat 2.1: Mempertimbangkan penyusunan-penyusunan dasar pada sistem penyediaan air yang akan dinilai

Penjelasan harus mencakup keseluruhan sistem dari sumber sampai titik akhir pasokan. Karyawan harus dipersiapkan untuk menyediakan waktu yang cukup untuk langkah ini. Sebagai contoh, mengerjakan penilaian lapangan sistem distribusi air yang besar; pipa yang lebih dari 800km di Kampala, Uganda memerlukan 40 orang-hari kerja, sedangkan penilaian jaringan yang lebih kecil sepanjang 600 km memerlukan 15 hari.

Contoh/alat 2.2: Unsur-unsur dasar untuk menggambarkan sistem penyediaan air

Tempat pengambilan air

Penatalaksaan

Distribusi

Konsumen

Beberapa bentuk-bentuk lain untuk sistem penyediaan juga mungkin, sebagai contoh, lebih dari satu sumber tempat pengambilan memasok sebuah tempat pengolahan air; daerah distribusi memperoleh pasokan air dari banyak tempat pengolahan air; pembagian distribusi air lebih lanjut ke dalam pipa utama, reservoir pelayanan dan elemen-elemen jaringan; dan secara terpisah memilah konsumen menjadi pengguna domestik dan industrial. Sistem dasar harus mencatat seluruh masukan dan Output meskipun mereka tidak beroperasi sepanjang waktu.

Contoh/alat 2.3: Diagram alur sistem air yang baik

Diagram alur yang akurat daripada sistem penyediaan air mulai dari tempat pengambilan ke titik penggunaan sangat membantu pengenalan bahaya-bahaya, risiko-risiko dan pengendalian arus air. Hal ini akan membantu menentukan bagaimana risiko-risiko dapat berpindah ke konsumen dan apakah semua itu dapat atau sedang dikendalikan. Sangat penting untuk membawa lembar peta diagram alur ke lapangan untuk mengecek keakuratannya karena pengetahuan lokal merupakan masukan yang penting. Untuk kesederhanaan dan konsistensinya, dapat

digunakan simbol-simbol diagram alur teknik standar (lihat Contoh/alat 2.5). untuk sistem-sistem besar akan berguna untuk membagi diagram alur setiap elemen dasar atau beberapa darinya (tempat pengambilan air, pengolahan, distribusi, dan konsumen) menjadi bagian-bagian terpisah. Diagram alur yang terpisah dapat dibuat, sebagai contoh lebih dari satu sumber pada tempat pengambilan air, untuk bermacam-macam jalur-jalur pengolahan dan reservoir-reservoir pelayanan, dan pipa utama dan jaringan perpipaan pada tahap distribusi.

Contoh/alat 2.4: Pemakaian dan pengguna air yang dimaksudkan

Pemakaian yang pantas harus disebutkan dalam regulasi. Sebagai contoh, European Drinking Water Directive mencakup air yang dikhususkan untuk konsumsi manusia yang diartikan sebagai air untuk minum, memasak, penyiapan makanan, dan produksi makanan.

Pemakaian yang dimaksudkan Pemakai air yang dimaksudkan

Air yang disediakan dimaksudkan untuk konsumsi umum, kebersihan perseorangan dan mencuci pakaian. Bahan makanan juga boleh diolah dengan air itu.

Air disediakan untuk populasi umum.

Konsumen yang dimaksud tidak termasuk mereka yang memiliki kelainan imunitas atau industri dengan kebutuhan kualitas air yang khusus. Kelompok-kelompok ini disarankan menyediakan pengolahan tambahan di titik penggunaan.

Contoh/alat 2.5: System pengecekan diagram alur proses. Perlu diingat bahwa diagram alur yang terpisah perlu dibuat untuk pabrik pengolahan air agar dapat memperlihatkan langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan. (contoh koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, penyimpanan air bersih, tempat penambahan bahan kimiawi seperti alum dan pengatur pH, dan oksidan-oksidan prapengolahan, khlor sebagai desinfektan utama dan bila perlu, tambahan khlor untuk memperoleh sisa khlor yang diperlukan, , pengatur pH air hasil olahan, dll)p22.

Modul 2 Menjelaskan sistem penyediaan air

Contoh/alat 2.6: Diagram dasar sistem distribusi, mengacu kepada prosedur-prosedur dan diagram-diagram lebih rinci dimana perlu

Studi kasus 1: Australia

Pengalaman Lapangan 2.1 – diagram alur Kebanyakan pengelola sudah memiliki diagram-diagram dengan sistem yang ekstensif termasuk data sistem informasi geografis (geographic information system – GIS) dari tempat pengambilan air, lokasi-lokasi aset, dan jaringan distribusi. Kebanyakan pengelola juga memiliki diagram-diagram sistem hidrolik dan alur proses untuk aset-aset mereka. Namun, sedikit dari mereka yang memiliki tipe diagram alur teoritis yang biasa digunakan untuk WSP. Karena itu, kebanyakan pengelola mengembangkan satu atau lebih diagram-diagram alur tambahan untuk mendukung WSP mereka. Kebanyakan pengelola mengembangkan diagram alur yang menyeluruh kemudian banyak yang mengembangkan diagram alur khusus untuk tiap tempat pengolahan dan untuk tiap sistem penyediaan air yang berbeda. Diagram alur secara umum dikembangkan menggunakan perangkat lunak generik biasa, tapi banyak juga yang menggunakan perangkat lunak diagram alur khusus.

Pengalaman Lapangan 2.2 – menjelaskan kualitas air sekarang Kebanyakan pengelola melakukan analisis data kualitas air sebagai bagian fase penilaian risiko untuk pengembangan WSPnya. Kualitas air biasanya dirancang sebagai gambar grafik rangkaian waktu

menurut tanggal, biasanya menggambarkan nilai-nilai patokan. Table-tabel biasanya dipersiapkan untuk menggambarkan ringkasan statistik kualitas air dan membandingkannya denga nilai-nilai patokan. Data ini dipakai untuk memberitahukan badan pelayanan air mengenai bahaya-bahaya yang akan muncul pada tahap-tahap yang diamati. Tambahan pemeriksaan kualitas air atau pemeriksaan khusus biasanya tidak diperlukan untuk melengkapi WSP, meskipun pengambilan sampel pemeriksaan seringkali diberi bertanda sebagai tindakan perbaikan untuk kemudian hari.

Pengalaman Lapangan 2.3 – menjelaskan sistem Penjelasan-penjelasan sistem biasanya singkat dan dalam bentuk ringkasan. Penjelasan-penjelasan rinci tentang sistem, misalnya, laporan-laporan yang digunakan untuk merancang dan beroperasi, dijadikan acuan secara sangat rinci, sedangkan WSP hanya memberikan rincian yang ringkas. Akibatnya, penjelasan-penjelasan sistem WSP biasanya cukup singkat dan ditujukan kepada para pendengar tertentu: tim WSP.

Studi kasus 2: Amerika Latin dan Kepulauan Karibia (ALKK)

Pengalaman Lapangan 2.1 – diagram alur Tim WSP mendapatkan bahwa diagram alur menjadi alat yang berguna untuk menjelaskan sistem dan sering mengacu kepada diagram itu selama proses pengembangan WSP. Daripada

menggunakan menggunakan simbol-simbol diagram alur teknik standar, tim lebih memilih sebuah alternatif skematis untuk menggambarkan sistem penyediaan air dengan cara yang intuitif karena cara ini dianggap lebih mudah diinterpretasikan dan lebih mudah diterima khalayak. Skematik tersebut menunjukkan semua sumber-sumber air permukaan dan air tanah serta penjelasan rinci proses-proses pengolahan, termasuk koagulasi/flokulasi/sedimentasi, filtrasi, penyimpanan, dan semua titik-titik penambahan bahan kimia serta panah penunjuk dan diameter pipa untuk menunjukkan alur di dalam sistem distribusi. Tingkat yang sangat rinci ini membuat diagram menjadi alat yang sangat berguna untuk memfasilitasi pengertian dan mendiskusikan sistem yang sedang dinilai. Peta-peta tambahan mengenai daerah aliran sungai dan jaringan distribusi juga merupakan panduan visual yang berguna.

Pengalaman Lapangan 2.2 – menjelaskan kualitas air minum sekarang Komponen penting dari penjelasan sistem adalah penilaian kualitas dari air olahan dan air yang dipasok saat ini. Pemeriksaan kualitas air dan penijauan catatan-catatan pemantauan yang dikumpulkan oleh pengelola air dan departemen kesehatan menunjukkan bahwa air yang sudah selesai diolah secara konsisten tidak memenuhi standar-standar kualitas air, menunjukkan perbedaan yang sangat nyata antara kualitas air yang dirasakan dengan kualitas air yang sesungguhnya. Perbedaan-perbedaan ini penting untuk dipertimbangkan saat mengevaluasi efektifitas cara kendali yang ada dan dalam menilai risiko akibat bahaya-bahaya yang sudah dikenal (Modul 4). Sebagai contoh, jika dipercayai bahwa khlorinasi di

tempat pengolahan air sudah cukup untuk menjaga kualitas air disepanjang jaringan distribusi namun tidak pernah dibantah dalam penilaian kualitas air sekarang, penambahan dosis khlor tidak dapat dinilai sebagai bentuk koreksi yang penting untuk mencegah kontaminasi mikroba. Karena langkah-langkah WSP selanjutnya bergantung dan dibangun berdasarkan informasi yang didapat dari penjelasan sistem, adalah penting bahwa penjelasan sistem mampu mencerminkan kondisi-kondisi yang ada secara akurat.

Pengalaman Lapangan 2.3 – melakukan survei rumah tangga Masalah-masalah tidak konsistennya pelayanan dan tidak jelasnya kualitas air menimbulkan banyak komunitas perumahan menyimpan atau mengolah air di rumah. Untuk lebih mengerti dampak praktek-praktek dititik konsumsi, dilakukan Survei Penggunaan Air Rumah Tangga dan Kesehatan yang meyampaikan pertanyaan-pertanyaan mengenai sumber-sumber air rumah tangga, penyimpanan, dan praktek-praktek pengolahan, sudut pandang konsumen, kepuasan dan kesadaran akan kesehatan. Kadar sisa khlor air ledeng diperiksa dan beberapa sampel juga diperiksa kontaminasi mikrobanya. Survei rumah tangga menemukan bahwa penyimpanan air di tangki dan bejana air minum berhubungan dengan meningkatnya kontaminasi; area yang dilayani secara tidak konsisten atau bahkan tanpa ada pelayanan; menemukan bahwa sebagian besar air yang sampai ke ledeng tidak diberi khlor; dan mengungkapkan bahwa dampak-dampak kesehatan terkait air dan biayanya merupakan keprihatinan besar komunitas. Informasi tersebut berguna untuk menginformasikan badan penyediaan air tentang pengalaman dan

prioritas konsumen serta memberitahukan Kementerian Kesehatan mengenai masalah kesehatan dan perlunya pendidikan masyarakat.

Modul 2 Menjelaskan sistem penyediaan air

Pengalaman Lapangan 2.4 – memilih standar regulasi yang tepat Dalam rangka menentukah apakah regulasi standar-standar kimia dan disinfeksi air dipenuhi, akan lebih berguna jika semua badan yang terlibat dalam pemantauan sepakat akan standar-standar mana yang harus diikuti. Pada permulaan proses WSP, tingkat-tingkat angka target untuk beberapa bahan kimia ditetapkan pada tingkat yang sangat rendah sehingga tidak dapat diharapkan akan tercapai meskipun memakai sistem yang telah disempurnakan. Badan-badan pengelola itu berbeda pendapat apakah mereka akan menggunakan standar berbasis lingkungan dari EPA, standar-standar nasional atau Uni Eropa, atau standar berbasis kesehatan dari WHO. Badan-badan yang diwakilkan dalam tim WSP sepakat untuk menggunakan kriteria yang konsisten yang menjamin keamanan air minum dan dapat dicapai sesuai dengan kemampuan sistem yang ada. Pada kasus persyaratan kekeruhan air, tim berpendapat bahwa sistem tersebut tidak dapat diharapkan secara konsisten memenuhi target yang ditentukan sebelum melakukan perbaikan-perbaikan. Daripada tetap melanggar ketentuan, diambillah pendekatan bertahap yaitu menetapkan target menengah dengan pengertian bahwa standar-standar itu akan dimodifikasikan sejalan dilakukannya revisi-revisi perbaikan WSP. Pendekatan bertahap untuk mencapai tingkat target

persyaratan kekeruhan air merupakan cara yang proaktif dan realistis dalam menghadapi keterbatasan-keterbatasan di dalam sistem dan sekaligus memberikan sebuah perencanaan jangka panjang untuk mencapai kepatuhan kepada parameter ini.

Studi kasus 3: Britania Raya (Inggris dan Wales)

Pengalaman Lapangan 2.1 – raian sistem pemeriksaan di lapangan

Badan pengolahan air dan sistem-sistem distribusi air sudah sangat baik dicatat menggunakan diagram-diagram alur dan teknik. Banyak informasi tersedia tentang pengambilan air baku, baik dari investigasi perusahaan sendiri dan persyaratan-persyaratan regulasi mengenai pestisida, nitrat dan Cryptosporidium. Tantangan utamanya adalah waktu dan beban kerja yang diperlukan untuk membawa diagram-diagram sistem yang ada hasil tinjauan di atas meja untuk diperiksa keakuratannya di lapangan dan kemudian mendapat masukan dari tempat pengambilan air baku serta dari para teknisi lapangan dan operator. Pekerjaan ini memberikan hasil keuntungan karena biasanya peninjauan itu berhasil mengungkapkan kesalahan-kesalahan kecil atau informasi yang sebelumnya belum diketahui oleh badan pusat.

Pengalaman Lapangan 2.2 – menggabung data penyediaan air yang ada ke dalam WSP

Umumnya, perusahaan-perusahaan air mempunyai informasi yang sangat baik mengenai sistem distribusi dan menjaga sistem-sistem GIS yang canggih serta catatan-catatan pengguna-pengguna industrial besar dan pengguna-pengguna yang sensitif seperti rumah sakit dan sekolah-sekolah. Biarpun sistem-sistem dan catatan-catatan tersebut sudah tersedia pada tempatnya bukan berarti selalu langsung disertakan dalam pengembangan WSP.

Modul 3 Mengidentifikasi bahaya dan kejadian berbahaya serta menilai risikonya

Modul 3 Mengidentifikasi bahaya dan kejadian berbahaya serta menilai risikonya

Dalam prakteknya modul ini bersama dengan Modul 4 (menentukan dan memvalidasikan cara-cara pengendalian, menilai ulang, dan menentukan risiko-risiko prioritas), serta Modul 5 (mengembangkan, melaksanakan rencana perbaikan/peningkatan), biasanya dilakukan bersamaan. Demi kejelasan, masing-masing modul ini disajikan dalam bentuk terpisah karena melibatkan sejumlah aktifitas. Pada intinya langkah dalam modul-modul ini merupakan penilaian sistem yang menidentifikasikan bahaya-bahaya potensial dan kejadian-kejadian berbahaya pada tiap-tiap mata rantai penyediaan air, besarnya risiko yang ditimbulkan oleh tiap-tiap bahaya dan kejadian-kejadian berbahaya, cara-cara yang tepat untuk mengendalikan risiko yang teridentifikasikan, dan konfirmasi bahwa standar-standar serta target-target telah dipenuhi.

Mengenali semua bahaya dan kejadian-kejadian berbahaya yang dapat terjadi ketika penyediaan air terkontaminasi, terbengkalai, atau terputus;

Mengenali semua bahaya potensial biologis, fisik dan kimia yang terkait dengan tiap langkah yang dapat mempengaruhi keamanan air dalam penyediaan air minum;

Menilai risiko-risiko yang terdentifikasikan pada tiap titik dalam diagram alur yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Modul 3, yaitu langkah pertama dalam proses ini, harus:

Pendahuluan

Langkah-langkah utama Mengidentifikasi bahaya-bahaya dan kejadian-kejadian berbahaya Untuk setiap langkah diagram alur proses yang sudah divalidasikan, tim WSP diminta untuk menilai kesalahan apa yang mungkin terjadi di titik yang mana pada sistem penyediaan air dalam hal bahaya-bahaya dan kejadian-kejadian berbahaya. Pengenalan bahaya mencakup kunjungan ke lokasi dan juga studi pustaka. Inspeksi secara visual terhadap beberapa aspek misalnya daerah sekitar titik-titik tempat pengambilan air dan unsur-unsur pengolahan akan mengungkap bahaya-bahaya yang belum teridentifikasi jika hanya dari studi di atas meja. Pengenalan bahaya juga memerlukan penilaian informasi dan peristiwa-peristiwa sejarah dan informasi prediktif berdasarkan data pengelolaan dan pengetahuan mengenai aspek-aspek tertentu pengolahan dan sistem-sistem penyediaan. Tim harus memperhitungkan faktor-faktor yang dapat membawa risiko-risiko yang tidak serta merta terlihat nyata, misalnya keletakan tempat pengolahan air di dataran tempat banjir (dimana tidak ada catatan mengenai banjir) atau umur pipa-pipa pada sistem distribusi (pipa-pipa yang tua lebih rentan terhadap fluktuasi tekanan air dibandingkan dengan yang baru). Pengenalan faktor-faktor ‘berpengaruh’ seperti hal-hal ini menuntut agar tim WSP berpikir secara kreatif dan luas. Sejumlah bahaya-bahaya dan kejadian-kejadian berbahaya mungkin muncul pada setiap langkah dalam sistem penyediaan air.

Penilaian risiko

Risiko yang terkait dengan tiap bahaya dapat digambarkan dengan mencari kemungkinan terjadinya (contoh ‘pasti’, ‘mungkin’, ‘jarang’) dan mengevaluasi parahnya konsekuensi jika bahaya tersebut muncul (contoh ‘tidak berarti’, ‘berdampak besar’, ‘bencana’). Dampak potensial pada kesehatan masyarakat adalah pertimbangan yang paling penting, namun faktor lain seperti efek-efek estetik, kelangsungan dan kecukupan pasokan, dan reputasi pengelola juga harus dipertimbangkan. Sasarannya harus dibedakan antara risiko-risiko signifikan dengan yang kurang signifikan. Cara terbaik dalam memulai hal ini adalah dengan membuat tabel sederhana sehingga secara sistematis mencatat semua peristiwa-peristiwa berpotensi berbahaya dan bahaya-bahaya terkait, sekaligus dengan perkiraan besarnya risiko (lihat Contoh/alat 3.8). Ketika memulai proses penilaian risiko, pengelola harus menentukan definisi rinci mengenai apa yang mereka maksud dengan ‘mungkin’, ‘jarang’, ‘tidak signifikan’, ‘berdampak besar’, dll. Istilah-istilah ini harus memungkinkan penilaian risiko terhindar dari sikap terlalu subyektif. Hal yang amat penting adalah perlunya menetapkan lebih dulu definisi atau angka matriks risiko yang menentukan risiko yang ‘signifikan’. Informasi yang akan menjelaskan penilaian risiko akan didapat dari pengalaman, pengetahuan, dan pertimbangan dari pengelola, masing-masing anggota tim, pekerjaan sehari-hari industri yang baik, dan pustaka teknis. Jika data tidak cukup untuk memilah apakah sebuah risiko besar atau kecil, risiko-risiko harus dinilai signifikan sampai pemeriksaan selanjutnya menjelaskan hasil penilaian tersebut.

Penilaian risiko harus spesifik untuk tiap sistem air minum karena tiap sistem adalah unik.

Bahaya-bahaya dan kejadian-kejadian berbahaya

Bahaya-bahaya didefinisikan sebagai: Agen-agen fisik, biologi, kimia, atau radiologi yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat.

kejadian-kejadian berbahaya didefinisikan sebagai: Sebuah peristiwa yang membawa bahaya-bahaya kepada, atau gagal untuk menjauhkan bahaya-bahaya dari penyediaan air.

Sebagai contoh, hujan deras (kejadian berbahaya) akan memicu masuknya mikroba-mikroba patogen (bahaya) ke dalam sumber air baku.

Tantangan-tantangan yang harus dihadapi

Kemungkinan lolosnya bahaya-bahaya baru dan kejadian-kejadian berbahaya. Karena penilaian risiko memperlihatkan gambaran ‘sesaat’ tentang sistem, penilaian risiko harus ditinjau ulang secara teratur agar tidak melewatkan bahaya-bahaya baru dan kejadian-kejadian berbahaya.

Ketidakpastian dalam penilaian risiko-risiko karena tidak adanya data, kurangnya pengetahuan mengenai aktifitas seputar rantai penyediaan air dan kontribusi relatif kekurangan-kekurangan itu

kepada terbentuknya risiko akibat bahaya atau kejadian-kejadian berbahaya.

2. Penilaian risiko-risiko disampaikan dalam bentuk yang dapat diinterpretasikan dan dapat dibandingkan, sedemikian sehingga risiko-risiko yang lebih signifikan dapat secara jelas dibedakan dari risiko-risiko yang kurang signifikan.

Mendefinisikan secara jelas kemunculan dan konsekuensinya secara cukup rinci untuk menghindarkan penilaian-penilaian subyektif dan memungkinkan konsistensi.

Output

1. Gambaran mengenai kesalahan apa yang mungkin terjadi dan di mana terjadinya terkait dengan bahaya-bahaya dan kejadian-kejadian berbahaya.

Modul 3 Mengidentifikasi bahaya dan kejadian berbahaya serta menilai risikonya

Contoh/alat 3.1: bahaya-bahaya yang seringkali mempengaruhi tempat pengambilan air Kejadian-kejadian berbahaya (sumber bahaya) Bahaya-bahaya terkait (dan masalah yang perlu dipertimbangkan) Pola cuaca dan meteorologi Banjir, perubahan-perubahan cepat pada kualitas sumber air Variasi musim Perubahan-perubahan pada kualitas sumber air Geologi Arsen, fluoride, timah, uranium, radon

Lubang-lubang resapan (jalan masuk air permukaan) Agrikultur Kontaminasi mikroba, pestisida-pestisida, nitrat

Penyebaran lumpur dan kotoran Pembuangan bangkai-bangkai hewan

Kehutanan Pestisida-pestisida, PAHs – polyaromic hydrocarbon (kebakaran) Industri (termasuk bekas daerah industri dan daerah industri yang sudah terbengkalai)

Kontaminasi bahan kimia dan mikroba Kecenderungan kehilangan sumber air akibat kontaminasi

Pertambangan (termasuk tambang-tambang yang ditinggalkan) Kontaminasi bahan kimia Transportasi – jalan-jalan Pestisida-pestisida, bahan-bahan kimia (kecelakaan lalulintas) Transportasi – rel-rel kereta api Pestisida-pestisida Transportasi – bandara-bandara (termasuk lapangan terbang yang sudah ditinggalkan)

Bahan-bahan-kimia organik

Pengembangan Aliran air hujan Perumahan – tank septik Kontaminasi mikroba Rumah pejagalan Kontaminasi organik dan mikroba Alam liar Kontaminasi mikroba Penggunaan rekreasi Kontaminasi mikroba Persaingan pemakaian air Kecukupan Penyimpanan air yang belum diolah Tumbuhnya alga dan racun-racun, Stratifkasi air Lapisan aquifer yang tidak terlindung Kualitas air berubah tidak menentu Sumur/sumur bor tidak kedap air Intrusi air permukaan Selubung sumur bor berkarat atau tidak sempurna Intrusi air permukaan Banjir Kualitas dan kecukupan air baku

Contoh/alat 3.2: bahaya-bahaya khas terkait dengan pengolahan

Kejadian-kejadian berbahaya (sumber bahaya) Bahaya-bahaya terkait (dan masalah yang perlu dipertimbangkan) Segala bahaya disekitar tempat pengambilan air yang tidak terkendali/dikurangi

Seperti yang teridentifikasikan di tempat pengambilan air

Pasokan listrik Pengolahan terganggu /hilangnya hasil desinfeksi Kemampuan pekerjaan pengolahan Pengolahan berlebihan Desinfeksi Kehandalan

produk samping desinfeksi fasilitas pelangkah (by-pass facility) Pengolahan tidak adekuat Kegagalan pengolahan Air tidak terolah Pengolahan materi dan bahan kimia yang tidak diperbolehkan Kontaminasi pasokan air Bahan kimia pengolah air yang terkontaminasi Kontaminasi pasokan air Filter yang tersumbat Pembuangan partikel tidak adekuat Kedalaman media filter tidak sesuai Pembuangan partikel tidak adekuat Keamanan/perusakan Kontaminasi/kehilangan pasokan Kegagalan instrumentasi Kehilangan kendali Telemetri Kegagalan komunikasi Banjir terhentinya atau terbatasnya pengolahan Kebakaran/ledakan terhentinya atau terbatasnya pengolahan

Modul 3 Mengidentifikasi bahaya dan kejadian berbahaya serta menilai risikonya

Contoh/alat 3.3: bahaya-bahaya serupa yang berhubungan dengan jaringan distribusi Kejadian-kejadian berbahaya (sumber bahaya) Bahaya-bahaya terkait (dan masalah yang perlu dipertimbangkan) Segala bahaya disekitar tempat pengolahan air yang tidak terkendali/dikurangi Seperti yang teridentifikasikan di tempat pengolahan Pipa utama pecah Jalan masuk kontaminasi Fluktuasi tekanan Jalan masuk kontaminasi Pasokan yang terputus-putus Jalan masuk kontaminasi Membuka/menutup katup Deposit-deposit pengganggu berubah/berbalik arah

masuknya air lama Penggunaan material yang tidak diperkenan Kontaminasi pasokan air Akses pihak ketiga kepada hidran-hidran Kontaminasi oleh aliran balik

Deposit-deposit pengganggu bertambah banyak Sambungan-sambungan liar Kontaminasi oleh aliran balik Pelayanan reservoir terbuka Kontaminasi oleh alam liar Pelayanan reservoir bocor Jalan masuk kontaminasi Akses pelayanan reservoir yang tidak terlindungi Kontaminasi Keamanan/perusakan Kontaminasi Lahan terkontaminasi Kontaminasi pasokan air melalui tipe pipa yang salah

Contoh/alat 3.4: bahaya-bahaya serupa yang berhubungan dengan kebijakan konsumen Kejadian-kejadian berbahaya (sumber bahaya) Bahaya-bahaya terkait (dan masalah yang perlu dipertimbangkan) Segala bahaya disekitar tempat distrbusi air yang tidak terkendali/dikurangi Seperti yang teridentifikasikan di tempat distribusi Sambungan-sambungan liar Kontaminasi oleh aliran balik Pipa terbuat dari timah hitam Kontaminasi timah hitam Pipa-pipa pelayanan terbuat dari plastik Kontaminasi tumpahan minyak atau pelarut

Contoh/alat 3.5: Menentukan metode penilaian risiko yang paling sesuai Proses penilaian risiko dapat melibatkan pendekatan kuantitatif atau semi-kuantitatif, meliputi perkiraan seringnya/frekuensi dan keparahan/konsekuensi (lihat Contoh/alat 3.6, 3.7, 3.8), atau pendekatan kualitatif yang disederhanakan berdasarkan penilaian ahli tim WSP (lihat Contoh/alat 3.9 dan 3.10). Sistem penyediaan air yang kecil mungkin hanya memerlukan keputusan tim, sedangkan sistem yang lebih kompleks mungkin mendapat manfaat dari pendekatan penentuan prioritas risiko semi-kuantitatif. Pada kasus manapun, perlu untuk mencatat alasan keputusan bertindak itu agar menjadi pengingat bagi tim dan/atau auditor atau peninjau kenapa keputusan tersebut diambil.

Contoh/alat 3.6: Pendekatan matriks risiko semi-kuantitatif (dari Deere dkk., 2001) Derajat Keparahan atau Konsekuensi Tak berpengaruh atau tak

berdampak – Rating: 1 Dampak kepatuhan kecil – Rating: 2

Dampak estetik menengah – Rating: 3

Dampak besar regulasi– Rating: 4

Dampak bencana kesehatan masyarakat – Rating: 5

Hampir pasti/sehari sekali – Rating: 5

5 10 15 20 25

Mungkin/sekali seminggu – Rating: 4

4 8 12 16 20

Menengah/sekali sebulan – Rating: 3

3 6 9 12 15

Kurang mungkin/sekali setahun – Rating: 2

2 4 6 8 10

Kem

uncu

lan

atau

frek

uens

i

Jarang/sekali dalam 5 tahun – Rating: 1

1 2 3 4 5

Angka risiko <6 6-9 10-15 >15 Derajat risiko Rendah Menengah Tinggi Sangat tinggi

Semua risiko harus didokumentasikan dalam WSP dan harus dibahas secara reguler meskipun kemunculannya mungkin jarang dan derajat risikonya rendah. Ini akan mencegah terlupakannya risiko-risiko atau terabaikan dan melengkapi pengelola dengan catatan untuk berhati-hati manakala insiden-insiden tersebut terjadi.

Modul 3 Mengidentifikasi bahaya dan kejadian berbahaya serta menilai risikonya

Contoh/alat 3.7: Cara menghitung risiko dengan matriks Peristiwa Kehilangan integritas jaringan karena sambungan-sambungan liar yang mengakibatkan masuknya patogen Derajat keparahan peristiwa dan dasar angka

5 – Dampak kepada kesehatan masyarakat termasuk penyakit dan berpotensi kematian

Kemunculan peristiwa dan dasar angka

2 – Pengendalian-pengendalian pipa ledeng pada tempatnya, tetapi tidak efektif – setidaknya ada dua penjangkitan penyakit akibat sambungan liar dalam kurun waktu 5 tahun terakhir

Angka 5 x 2 = 10 risiko tinggi Hasil Risiko memerlukan tindakan secepatnya, termasuk meninjau ulang pengendalian yang ada dan menimbang apakah perlu

dipergunakan pengendalian (pengendalian-pengendalian) baru (lihat Modul 5)

Contoh/alat 3.8:Output penilaian bahaya dan penilaian risiko menggunakan pendekatan semi-kuantitatif Langkah proses

Kejadian-kejadian berbahaya (sumber bahaya)

Tipe bahaya

Kemunculan Derajat keparahan

Angka Derajat risiko (sebelum pertimbangan pengawasan)

Dasar

Sumber (air tanah)

Defekasi ternak di sekitar mulut sumur yang tidak dipagar menyebabkan sumber potensial jalan masuk patogen ketika cuaca basah

Mikroba 3 5 15 Tinggi Potensi penyakit dari patogen-patogen ternak, misalnya Cryptosporidium

Sumber Campuran pestisida-pestisida dari pertanian

Bahan kimia 2 4 8 Menengah Potensi terbawanya bahan kimia beracun dan menyebabkan konsentrasi pada air olahan melebihi batas-batas standar nasional dan Panduan WHO

Sumber Potensi pembuangan sampah yang liar

Mikroba dan Bahan kimia

1 1 1 Rendah Potensi rendah kontaminasi pada penyediaan air oleh limbah berbahaya ditambah hujan

Tangki penyimpanan

Reservoir tidak beratap menyebabkan burung-burung berkumpul dan defikasi pada air olahan

Mikroba 2 5 10 Tinggi Potensi penyakit dari patogen-patogen, seperti Salmonella dan Campylobacter

Pengolahan Tidak ada cadangan pasokan listrik

Mikroba dan Bahan kimia

2 5 10 Tinggi Potensi kehilangan pengolahan dan pompa/tekanan

Distribusi Kebocoran-kebocoran pada pipa utama dan sistem distribusi

Mikroba 5 3 15 Tinggi Kebocoran berpotensi menjadi sumber mikroba patogen dan menyebabkan tingginya %-ase air tak aman

Contoh/alat 3.9: penilaian risiko yang disederhanakan berdasarkan keputusan ahli tim WSP

Sebuah alternatif untuk menilai risiko-risiko berdasarkan model kemungkinan dan derajat keparahan konsekuensi-konsekuensi, adalah dengan melakukan proses penilaian risiko yang disederhanakan, berdasarkan penilaian tim. Risiko-risiko dapat dikatakan ‘signifikan’, ‘tidak menentu’, atau ‘tidak signifikan’, berdasarkan penilaian bahaya-bahaya/kejadian-kejadian berbahaya pada tiap langkah didalam proses. Kemudian, seperti yang diterangkan pada Modul 4 dan 5, penting perlu ditentukan apakah risiko-risiko dapat dikendalikan, dengan cara-cara kendali yang mana, dan jika perlu, mengenali dan memanfaatkan program pengembangan, yang mungkin akan memerlukan cara-cara pengurangan jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang. Penting untuk mendokumentasikan peristiwa-peristiwa mana yang memerlukan perhatian segera. Kementerian Kesehatan NZ (2005) mengartikan ‘perhatian segera’ sebagai hal-hal yang terjadi seringkali dan/atau dapat menyebabkan penyakit yang signifikan. Penjelasan berikut dapat digunakan untuk memperjelas keterangan ini.

Contoh/alat 3.10: Definisi istilah-istilah penjelasan untuk digunakan dalam prioritisasi sederhana risiko

Istilah penjelasan Arti Keterangan Signifikan Jelas merupakan prioritas Risiko tersebut harus dipertimbangkan lebih lanjut untuk menentukan perlu atau tidaknya tambahan cara-cara

pengendalian dan apakah langkah proses tertentu harus ditingkatkan menjadi titik pengendaliaan utama di dalam sistem. Perlu untuk memvalidasikan cara-cara pengendalian yang sudah ada sebelum menentukan perlunya cara pengendalian tambahan

Tidak tentu Tidak jelas apakah peristiwa tersebut merupakan risiko yang signifikan atau tidak

Risiko tersebut mungkin memerlukan pengkajiaan lebih lanjut untuk mengetahui apakah betul merupakan risiko yang signifikan atau tidak

Tidak signifikan Jelas bukan prioritas Perlu diketahui bahwa risiko ini akan dijabarkan dan didokumentasikan serta akan ditemui pada masa yang akan datang sebagai bagian peninjauan ulang peran WSP

Contoh/alat 3.11: Memprioritaskan dan mendokumentasikan risiko-risiko yang memerlukan tindakan segera dan peninjauan rutin

Bahaya apapun yang dinilai risiko sebagai ‘tinggi’ atau ‘sangat tinggi’ atau ‘signifikan’, harus segera mempunyai, atau memerlukan kendali yang tervalidasi (atau cara-cara mitigasi). Jika cara kendali tidak tersedia, program perbaikan harus langsung dibuat. Segala bahaya yang tergolong ‘menengah’ atau ‘risiko rendah’ harus didokumentasikan dan terus menerus ditinjau secara reguler. Pengendalian-pengendalian untuk risiko ‘tinggi’ atau ‘sangat tinggi’ juga dapat mengurangi risiko-risiko yang lain.

Contoh/alat 3.12: Perlunya bekerja sama dengan para pemangku kepentingan Pengenalan bahaya tidak berarti bahwa perusahaan air bertanggung jawab atas penyebabnya. Banyak bahaya timbul dengan sendirinya atau akibat aktifitas pertanian atau industri. Pendekatan WSP menghendaki agar para pengelola air bekerja sama dengan para pemangku kepentingan lainnya agar mereka sadar akan tanggung jawab dan dampak tindakan-tindakan mereka terhadap kemampuan pengelola memasok air minum yang aman. Pendekatan WSP mengupayakan dialog, pendidikan, dan kolaborasi untuk mengurangi atau meniadakan risiko-risiko.

Modul 3 Mengidentifikasi bahaya dan kejadian berbahaya serta menilai risikonya

Studi kasus I: Australia

Pengalaman Lapangan 3.1 – Mengenali ancaman-ancaman terhadap kualitas air

Biasanya lokakarya dua-hari diadakan untuk tiap sistem penyediaan air besar dan melibatkan seluruh tim WSP dengan satu atau beberapa orang ahli dari luar, pemangku kepentingan dan fasilitator. Proses pengenalan bahaya dan penilaian risiko biasanya diadakan pada hari pertama. Penentuan titik pengendalian dan spesifikasi biasanya dipresentasikan pada hari kedua. Peristiwa-peristiwa berbahaya biasanya dicantumkan pada tiap langkah proses yang ditemukan pada diagram alur. Untuk tiap kejadian berbahaya, bahaya-bahaya yang timbul di bahas dan risiko-risikonya dinilai berdasarkan dua faktor: derajat keseringan dan konsekuensi. Derajat keseringan biasanya dinyatakan sebagai frekuensi kemunculan yang diantisipasi. Konsekuensi biasanya dinyatakan dengan besarnya populasi (kecil-besar) dan parahnya efek (operasional-estetik-kesehatan). Lokakarya biasanya melibatkan latihan curah pendapat (brainstorming), mengulas data kualitas air dan mempertimbangkan rentangan skenario-skenario ‘bagaimana-jika’ (what-if scenarios). Kebanyakan pengelola menilai risiko-risiko dengan perkiraan bahwa cara-cara pengendalian yang ada sudah beres. Beberapa pengelola

menilai tiap risiko dua kali: dengan mempertimbangkan atau tanpa mempertimbangkan efek pengendalian yang sudah ada. Kebanyakan pengelola menggunakan matriks ranking penilaian risiko berdasar pada sistem penilaian risiko milik perusahaan mereka yang seringkali juga digunakan untuk penilaian risiko lingkungan, kesehatan pekerja dan keamanan serta penilaian risiko lainnya.

Pengalaman Lapangan 3.2 – keterbatasan-keterbatasan pendekatan semi-kuantitatif kepada penilaian risiko

Pendekatan semi-kuantitatif relatif mudah digunakan di Australia karena pendekatan ini sudah menjadi dasar Standar Manajemen Risiko Australia dan New Zealand – Australian and New Zealand Risk Management Standard (1995, 1999, 2004) dan sudah dikenal oleh kebanyakan profesional industri. Namun, selalu saja ada kesukaran untuk membuat kesepakatan mengenai risiko-risiko. Sudah menjadi kebiasaan bahwa untuk sebuah risiko yang sama terdapat konotasi lebih dari satu: ‘derajat kemunculan yang kecil bagi konsekuensi yang parah’ dan ‘derajat kemunculan yang besar dengan konsekuensi minor’. Misalnya, risiko terkontaminasi air kotor tergolong dalam dua kategori ‘sering namun minor’ (keluhan-keluhan mengenai air kotor yang sporadik tanpa adanya dampak

kesehatan sering dilaporkan) dan ‘jarang tetapi parah’ (kejadian air kotor yang besar sampai mengganggu disinfeksi adalah serius tetapi tidak biasa terjadi). Oleh karena itu, penting untuk memastikan dengan jelas apa yang dimaksud dengan risiko tersebut. Kekurangan lain sistem penentuan skor (scoring) adalah pada seringnya konsekuensi-konsekuensi kesehatan tidak membedakan efek-efek akut jangka pendek, efek-efek yang sudah mapan, misalnya infeksi-infeksi patogen, dari efek-efek teoritis jangka pendek, misalnya efek samping desinfeksi. Oleh karena itu, menyandangkan peringkat (ranking) pada risiko cenderung melebih-lebihkan pentingnya risiko-risiko kesehatan terkait dengan beberapa bahan kimia yang sebenarnya relatif rendah atau bahkan perlu dipertanyakan tingkat kemaknaannya jika dibandingkan dengan risiko-risiko mikroba.

Studi kasus 2: Amerika Latin dan Kepulauan Karibia (ALKK)

Pengalaman Lapangan 3.1 – mengenali ancaman-ancaman pada

rvei tentang kondisi-kondisi saat

if yang ditetapkan untuk kualitas air

Seminar dua hari diadakan untuk membahas proses identifikasi bahaya dan penilaian risiko. Bahaya-bahaya di daerah aliran air, proses pengolahan, sistem distribusi, dan rumah tangga dipelajari oleh anggota Gugus Tugas (Task Force) melalui latihan-latihan urun pendapat dan melalui peninjauan ulang kunjungan lapangan pemantauan kualitas air dan laporan-laporan survei rumah tangga. Masalah ancaman yang paling kritis ternyata berasal dari institusi, yaitu kurangnya pelatihan operator, kurangnya pertanggung jawaban sistem dalam melakukan pemantauan rutin dan kurangnya prosedur standar operasional. Bahaya-bahaya fisik yang diketahui melalui

urun pendapat, seperti pemasukan air kotor dan bensin, walaupun penting, ternyata cenderung hipotetis. Ancaman-ancaman fisik yang lebih kritis, misalnya kurangannya khlor dan adanya coliform tahan panas pada air yang disalurkan, diketahui melalui peninjauan ulang pemantauan dan laporan-laporan suitu dan praktek-prakteknya.

Karena adanya rentang bahaya-bahaya yang mungkin terjadi pada tiap langkah rangkaian penyediaan air, dipakailah faktor-faktor ganda untuk menentukan risiko; dan sifat relatif serta subyektif proses pemberian skor, masukan para pemangku kepentingan dengan beragam keahlian dan pengalamannya menjadi penting untuk meminimalkan kerancuan (bias) daripada jika hanya dipakai satu saja sudut pandang badan pengelola. Cara tersebut juga meningkatkan akuntabilitas badan pengelola tersebut dan memfasilitasi tugas pertanggung jawaban yang cocok dalam mengambil langkah-langkah korektmenghadapi risiko-risiko itu.

Pengalaman Lapangan 3.2 – keterbatasan-keterbatasan pendekatan semi-kuantitatif untuk penilaian risiko

Pada awalnya dipakai pendekatan semi-kuantitaif sebagai lanjutan diterapkannya matriks penentuan skor WSP dari WHO (Buku Petunjuk Bab 4). Akan tetapi, timbullah kebingungan dan ketidak setujuan terhadap beberapa bahaya-bahaya yang tidak selalu dapat dimasukkan ke penentuan peringkat berdasarkan perhitungan kuantitatif. Hal ini merembet kepada diskusi-diskui yang memakan waktu mengenai situasi hipotetis tersebut. Pada banyak kasus,

penetapan derajat keparahan dan kemungkinan muncul tidak konsisten. Misalnya, derajat keparahan luapan air pengurasan lubang pelimbahan (cesspool), ditetapkan pada pada derajat keparahan tinggi, sementara derajat keparahan luapan dari lubang-lubang resapan dinilai rendah; ini berakibat pada prioritas penentuan-penentuan yang jauh berbeda, meskipun kemungkinan munculnya bahaya ditentukan pada tingkat yang sama. Para peserta juga juga menemukan kesulitan untuk menyingkirkan dasar cara-cara pengendalian yang ada ketika akan melakukan penilaian risiko; ini merupakan tambahan frustrasi pada proses pendahuluan penentuan peringkat. Anggota-anggota tim WSP menemukan bahwa hasil penentuan peringkat tidak mencerminkan prioritas dan karenanya mereka memutuskan untuk mengganti dengan pendekatan yang lebih intuitif dan menunda penentuan peringkat prioritas risiko-risiko sampai sesudah cara-cara pengendalian telah betul-betul dipertimbangka (lihat Pengalaman Lapangan ALKK 4.1)

Pengalaman Lapangan 3.1 – memperluas penerapan penilaian

unya pemakaian lebih luas

SP masih merupakan tantangan bagi

yesuaikan matrik perhitungan

edium sehingga akhirnya harus dibuat prioritas ulang.

Studi kasus 3: Britania Raya (Inggris dan Wales)

risiko

Proses awal bagi banyak perusahaan-perusahaan adalah dengan membatasi pengenalan bahaya dan analisis risiko hanya pada hal-hal yang terkait langsung dengan parameter-parameter yang harus diikuti. Masalah-masalah seperti banjir, sumber-sumber listrik, keamanan, tanggap darurat, telemetri, komunikasi-komunikasi dan sistem IT, meskipun didokumentasikan dengan baik melalu prosedur-prosedur dalam perusahaan, tidak dianggap sebagai bagian

WSP; seringkali karena hal tersebut tidak berada langsung dalam kendali kepala atau anggota tim WSP (biasanya dari divisi operasional atau bagian ilmiah perusahaan). Perkembangan bertahap pendekatan WSP menunjukkan perlnamun hal ini masih merupakan masalah.

Banyak perusahaan telah mengaplikasikan teknik-teknik penilaian risiko pada pengoperasiani, aset-aset dan sistem finansial mereka sejak bertahun-tahun dan sudah mempunyai catatan-catatan risiko. Kadang-kadang kepemilikan pencatatan risiko tidak diketahui oleh tim WSP sehingga, misalnya, berjangkitnya penyakit melalui air tidak terekam di WSP karena sudah tersimpan pada pencatatan risiko perusahaan. Perluasan Wsebagian perusahaan.

Pengalaman Lapangan 3.2 – menrisiko dengan pemasok

Kebanyakan perusahaan menemukan matrik risiko 5x5 dari Buku Petunjuk edisi 3 Bab 4 berguna untuk penentuan skor dan menentukan prioritas risiko-risiko. Beberapa dari mereka mengubah ratio skor karena menganggap lebih mudah untuk membedakan risiko menjadi ‘tinggi’, ‘menengah’ dan ‘rendah’. Penggunaan matriks risiko 3x3 non-skor bentuk dasar (tinggi, menengah, dan rendah) dinilai tidak banyak membantu karena kebanyakan risiko berakhir di kategori risiko m

Modul 3 Mengidentifikasi bahaya dan kejadian berbahaya serta menilai risikonya

Banyak perusahaan menambahkan istilah dasar dalam Buku Petunjuk dengan penjelasan-penjelasan lanjutan untuk membantu penilaian yang konsisten, terutama ketika lebih dari satu tim melakukan penilaian-penilaian.

Sebuah contoh ditampilkan di bawah ini namun penting bahwa tiap perusahaan mengerjakan metode mereka sendiri daripada menyalin contoh-contoh dari yang lain.

Konsekuensi

Air sehat

Jangka pendek atau terlokalisasi,

pelanggaran tidak terkait dengan

kesehatan atau segi estetik

Masalah estetik tersebar luas atau

pelanggaran jangka panjang

tidak terkait dengan kesehatan

Potensi efek kesehatan

jangka panjang

Potensi penyakit

Tak signifikan Kecil Menengah Besar Bencana

Risiko tinggi > 20 Risiko menengah 10-19

Risiko rendah < 10 1 2 4 8 16

Tidak pernah terjadi di masa lampau dan sangat mustahil terjadi di masa depan

Sangat jarang terjadi

1 1 2 4 8 16

Ada kemungkinan dan tidak dapat disingkirkan sepenuhnya

Jarang terjadi 2 2 4 8 16 32

Ada kemungkinan dan dalam situasi tertentu dapat terjadi

Kemungkinan terjadi

3 3 6 12 24 48

Pernah terjadi di masa lampau dan berpotensi terjadi kembali

Seringkali terjadi

4 4 8 16 32 64 Kem

uncu

lan

Telah terjadi di masa lampau dan dapat terjadi lagi

Hampir pasti terjadi

5 5 10 20 40 80

Pengalaman Lapangan 3.3 – menangani risiko-risiko pada tempat bangunan konsumen

Sudah diketahui bahwa banyak WSP tidak menganggap konsumen-konsumen ataupun organisasi-organisasi konsumen sebagai para pemegang andil WSP. Pengidentifikasian bahaya dan penilaian risiko tempat bangunan konsumen adalah daerah terlemah pada kebanyakan WSP dan sesungguhnya ada batasan pada apa yang dapat dicapai oleh perusahaan-perusahaan air meskipun mereka mempunyai kekuasaan melakukan inspeksi.

Penyimpanan air di dalam bangunan biasa dilakukan di Inggris dan Wales dan menjadi sumber bahaya namun hal ini berada pada wilayah diluar kendali perusahaan air. Sebuah contoh baik tentang kerja sama didalam industri air adalah adanya paket pendidikan bagi konsumen-konsumen yang mengatur apa-apa yang dapat mereka lakukan untuk melindungi keamanan penyediaan air mereka pada bidang seperti higiene, perpipaan dan pencegahan aliran balik air (back syphonage). Perusahaan-perusahaan sadar bahwa wilayah ini memerlukan penanganan ekstra hati-hati karena ada bahaya menakut-nakuti konsumen untuk meminum air ledeng.

Modul 4

Menentukan dan memvalidasikan cara-cara pengendalian, menilai ulang, dan memprioritisasikan risiko-risiko

Modul 4 Menentukan dan memvalidasikan cara-cara pengendalian, menilai ulang, dan memprioritisasikan risiko-risiko

Pendahuluan Sambil melakukan pengidentifikasian bahaya-bahaya dan menilai risiko-risiko, tim WSP harus mencatat cara-cara pengendalian yang berlaku saat ini dan yang akan digunakan. Terkait dengan ini, tim harus menilai apakah pengendalian-pengendalian yang berlaku saat ini sudah efektif. Bergantung pada jenis kendali, pekerjaan ini dapat dilakukan melalui inspeksi tempat usaha, spesifikasi pabrik, atau memantau data. Risiko-risiko yang ada kemudian harus diperhitungkan ulang berdasarkan kemungkinan dan konsekuensinya, dengan memperhatikan cara-cara pengendalina yang berlaku saat itu. Penurunan risiko pada tiap cara pengendalian akan menjadi indikasi tingkat keefektifannya. Jika efektifitas pengendalian tidak diketahui pada saat dilakukan penilaian awal risiko, risiko tersebut harus dianggap sebagai kendali yang tidak berfungsi. Setiap risiko yang tersisa setelah semua cara pengendalian dipertimbangkan dan tidak dapat diterima oleh tim WSP, harus di periksa untuk dicarikan tambahan jalan keluarnya.

Cara pengendalian (juga disebut sebagai ‘barier pelindung’ atau ‘cara mitigasi’) adalah langkah-langkah pada penyediaan air minum yang secara langsung mempengaruhi kualitas air minum dan menjamin air secara konsisten memenuhi syarat-syarat kualitas air. Semua ini merupakan kegiatan-kegiatan dan proses-proses yang diterapkan untuk mengurangi atau memitigasi risiko-risiko.

Kegiatan-kegiatan kunci Mengidentifikasikan pengendalian Cara pengendalian yg ada harus ditentukan untuk bahaya-bahaya yang sudah teridentifikasi atau untuk kejadian-kejadian berbahaya. Kehilangan kendali (misalnya pengendalian yang diperlukan, tetapi tidak berada di tempatnya untuk mitigasi bahaya) harus secara benar dicatat dan dipelajari, seperti yang dijelaskan di bawah ini.

Memvalidasikan efektifitas pengendalian Validasi adalah proses pengumpulan bukti kinerja cara-cara pengendalian. Untuk beberapa pengendalian, validasi memerlukan program pemantauan yang intensif untuk memperlihatkan kinerja sebuah pengendalian dalam kondisi normal dan dalam kondisi luar biasa. Hal ini jangan sampai dikacaukan dengan pemantauan operasional, yang menunjukkan bahwa pengendalian yang sudah divalidasi tetap bekerja secara efektif. Keefektifitasan tiap cara pengendalian harus ditentukan pada titik kerjanya pada sistem penyediaan air bukan secara terisolasi karena kinerja kendali yang satu dapat mempengaruhi kinerja pengendalian sesudahnya. Jika pengendalian sudah dilakukan selama beberapa waktu, badan pengelola mungkin mempunyai cukup data pengoperasian untuk memberikan jaminan bahwa pemantauan validasi selanjutnya sudah tidak diperlukan.

Data teknis dari literatur ilmiah atau data dari hasil kajian pada tempat-tempat percobaan pengolahan air minum akan sangat berguna dalam proses validasi, tetapi harus diperhatikan apakah keadaan yang dijelaskan atau yang sedang dicobakan sama atau sangat serupa dengan risiko-risiko yang teridentifikasi yang memerlukan kendali. Validasi juga dapat dilakukan dengan cara membiakkan organisme-organisme atau bahan kima pengganggu dan menetapkan keefektifan pembuangan atau inaktifasinya. Namun, ini bukan prosedur yang boleh dilakukan jika air akan dipasok. Validasi pengendalian akan melibatkan berbagai metodologi. Misalnya, memvalidasikan jarak penyanggah (buffer) dan pemagaran di tempat pengambilan air baku dapat dilakukan melalui survei-survei sanitasi tempat pengambilan air baku untuk menjamin risiko minimal mikroba patogen masuk ke dalam tempat pengambilan air baku; demikian juga, sumber tenaga cadangan yang didapat dari generator darurat di tempat pengolahan bisa divalidasikan dengan mendemonstrasikan alat itu langsung bekerja begitu tenaga untuk pompa air mati, dan mesin itu mempunyai daya yang cukup untuk menjalankan proses yang diperlukan.

Selama pengoperasian, penting untuk memantau efektifitas cara-cara yang sudah divalidasikan sesuai dengan target-target yang sudah ditentukan atau ‘nilai-nilai batas kritis’ (lihat Modul 6 pada Pemantauan Operasional).

Target-target ini dapat dinyatakan dalam angka batas atas dan/atau batas bawah. Sebagai contoh, jika cara pengendalian adalah ‘mempertahankan terus kadar sisa khlor’, angka batas kritis akan dinyatakan agar air mencapai kadar sisa khlor sekitar 0,2-0,5 mg/l, pH 6,5-7 dan kekeruhan <1 NTU.

Menilai ulang risiko-risiko, melihat efektifitas pengendalian

Risiko-risiko harus ditimbang ulang dalam hal derajat kemunculan dan konsekuensi-konsekuensinya dengan memperhitungkan efektifitas tiap pengendalian. Cara-cara pengendalian harus dipertimbangkan bukan hanya untuk kinerja rata-rata jangka waktu yang lebih lama, namun juga dengan penekanan pada potensi mereka akan gagal atau menjadi tidak efektif dalam jangka waktu yang pendek. Penting bahwa risiko-risiko signifikan yang tidak dikendalikan diperhatikan sebagai risiko-risiko signifikan yang tersisa dalam sistem penyediaan air itu. Penentuan mengenai terabaikannya pengendalian yang tepat dinilai penting dan didiskusikan pada Modul 5.

Memprioritisasikan semua risiko-risiko yang sudah diketahui

Risiko-risiko harus diprioritaskan berdasakan kemungkinannya berdampak pada kapasitas sistem untuk menyalurkan air bersih. Risiko dengan prioritas tinggi akan memerlukan modifikasi sistem atau peningkatan untuk mencapai target-target kualitas air. Risiko-

risiko dengan prioritas rendah seringkali dapat diminimalkan sejalan dengan aktifitas praktek rutin yang baik.

Mengenai Modul 5, suatu rencana peningkatan atau perbaikan harus dikembangkan untuk menangani semua risiko yang belum terkendali dan belum dijadikan prioritas. Rencana peningkatan itu harus menentukan siapa yang bertanggung jawab untuk perbaikan-perbaikan dimaksud, sekaligus dilengkapi dengan kerangka waktu yang tepat untuk pengimplementasian pengendalian-pengendalian ini.

Contoh-contoh pengendalian meliputi cara-cara mitigasi jangka pendek (misalnya, peringatan dan pelarangan output atau tidak menggunakan sumber-sumber tertentu); dan cara-cara mitigasi jangka panjang dan menengah (misalnya, meningkatkan kegiatan konsultasi komunitas; cara-cara pengambilan air, seperti misalnya memberi penutup pada tempat penyimpanan air; perbaikan-perbaikan pengolahan, misalnya peningkatan koagulasi dan penyaringan; dan proyek-proyek investasi besar lainnya).

Tantangan yang harus dihadapi

Menentukan tanggung jawab staf mengenai siapa yang akan melakukan kerja lapangan untuk mengidentifikasikan bahaya-bahaya dan menentukan cara-cara pengendalian;

Memastikan pengendalian yang tepat sudah teridentifikasikan dan hemat biaya serta berkelanjutan;

Ketidakpastian dalam memprioritisasikan risiko-risiko karena tidak adanya data; kurangnya pengetahuan mengenai aktifitas dalam rantai penyediaan air dan kontribusi relatif kepada tipe bahaya yang ditimbulkan oleh peristiwa berbahaya bahaya dan skor risiko dari peristiwa tersebut.

Output 1. Pengidentifikasian kendali 2. Validasi efektifitas pengendalian. 3. Pengidentifikasian dan pemberian prioritas pada risiko-risiko

yang belum cukup terkendali.

Modul 4 Menentukan dan memvalidasikan cara-cara pengendalian, menilai ulang, dan memprioritisasikan risiko-risiko

Contoh/alat 4.1: Cara-cara pengendalian yang biasa dilakukan terkait dengan bahaya-bahaya pada tempat pengambilan air Melarang akses ke sumber-sumber air Kepemilikan pengelola air dan pengawasan lahan sumber air Pemagaran ternak Memindahkan ternak jauh dari akses ke sungai saat masa sapi/domba beranak Aturan-aturan kebiasaan pemakaian bahan kimia pertanian penyebaran lumpur Memindahkan operasi-operasi pertanian jauh dari lokasi-lokasi sensitif Perencanaan kendali Persetujuan dan komunikasi dengan organisasi-organisasi transpor Komunikasi dan pendidikan para pemegang andil tempat pengambilan air Standar-standar limbah industri dan pengendalian volume Penyimpanan air baku Kemampuan untuk menghentikan pengambilan air (informasi waktu pengiriman) Biologi sungai – indikator sumber kontaminasi tersebar atau terpusat Menutupi dan melindungi mata air Kemampuan untuk menggunakan sumber air alternatif jika bahaya-bahaya menimpa satu sumber Terus menerus memantau pengambilan air dan sungai Inspeksi-inspeksi lapangan Inspeksi-inspeksi internal dan reguler sumur dan sumur bor

Contoh/alat 4.2: Cara-cara pengendalian yang biasa dilakukan terkait dengan bahaya-bahaya pada pengolahan

Proses-proses pengolahan tervalidasi Pembatasan-pembatasan pengoperasian memakai alat alarm Generator yang siap sedia Mematikan mesin secara otomatis Pemantauan terus menerus dengan dilengkapi alarm Karyawan yang terlatih (kompetensi operator) Kebijakan dan prosedur pembelian Pemasangan pagar, bangunan-bangunan berkunci, alarm-alarm Pendukung komunikasi-komunikasi

Contoh/alat 4.3: Cara-cara pengendalian yang biasa dilakukan terkait dengan bahaya-bahaya pada jaringan distribusi Inspeksi-inspeksi reservoir secara reguler (eksternal dan internal) Menutupi layanan terbuka reservoir-reservoir Peta-peta jaringan yang sudah diperbarui (up-to-date) Status ledeng yang sudah diketahui Kebijakan dan prosedur pembelian Prosedur-prosedur reparasi pipa besar Karyawan yang terlatih (kompetensi operator) Prosedur-prosedur higiene Keamanan hidran Ledeng aliran satu arah Pemantauan dan pencatatan tekanan air Pipa-pipa yang terlindungi Pemasangan pagar, ujung-ujung pipa berkunci, alarm-alarm untuk penerobos ke reservoir-reservoir dan menara-menara

Contoh/alat 4.4: Cara-cara pengendalian yang biasa dilakukan terkait dengan bahaya-bahaya pada bangunan-bangunan konsumen

inspeksi bangunan Pendidikan konsumen Kendali-kendali sumbatan pada pipa-pipa Ledeng aliran satu arah Saran untuk memasak/ idak menggunakan air

Modul 4 Menentukan dan memvalidasikan cara-cara pengendalian, menilai ulang, dan memprioritisasikan risiko-risiko

Contoh/alat 4.5: batas-batas kritis dan kegiatan terkait dengan bahaya mikroba

Bahaya-bahaya dan peristiwa-peristiwa berbahaya

Contoh cara-cara pengendalian Target batas kritis Batas kritis sebagai pemicu kegiatan

Bahaya-bahaya mikroba yang berasal dari kontaminasi reservoir pelayanan

Pastikan penutup untuk inspeksi tetap berada pada tempatnya Pastikan ventilator dan saluran kabel terjaga dari gangguan tikus

Penutup untuk inspeksi terkunci pada tempatnya dan alat anti tikus tidak rusak

Penutup untuk inspeksi tidak berada pada tempatnya atau tidak terkunci atau kerusakan pada alat anti tikus

Bahaya-bahaya mikroba yang berasal dari kontaminasi reservoir air sumber

Perlindungan tempat pengambilan air dari pendudukan lahan oleh manusia dan ternak Pembuatan pagar (untuk ternak) pada sumber air dan jalur air

Hanya memperbolehkan pengembangan dan kegiatan yang sudah diberikan izin pada tempat sumber air dan pemagaran tidak rusak

Hal-hal yang berhubungan dengan rusaknya pengembangan yang sudah diberikan izin dan kegiatan dalam sumber air dan pembuatan pagar

Bahaya-bahaya kimiawi, mikrobial, dan fisik melampaui kemampuan pengolahan

Penutupan pengambilan air sumber selama kontaminasi tinggi, contoh setelah badai

Pemantauan hujan, tingkat aliran dan kekeruhan pada rentangan normal

Pengawasan hujan, tingkat aliran dan kekeruhan melebihi jangka yang telah ditetapkan

Bahaya senyawa cyanotoxin dari perkembangan alga dalam reservoir sumber air

Mengaduk tempat-tempat penampungan untuk mengurangi cyanobacteria

Pengadukan pengoperasian sistem jika diperlukan

Kegagalan pengadukan/percampuran sistem dan terbentuknya stratifikasi

Contoh/alat 4.6: bentuk validasi sumber informasi

Hal yang divalidasikan Validasi Referensi Nilai batas kritis sisa khlor Australian Drinking Water Guidelines menyatakan bahwa Ct of 15

diperlukan untuk mengendalikan bakteri patogen yang memerlukan konsentrasi minimum tertentu dari khlor pada titik-titik pengukuran yang ditentukan waktu aliran puncak siang hari

Australian Drinking Water Guidelines (1996 dan 2004). National Health and Medical Research Council.

Nilai batas kritis efluen yang sudah disaring

Sistem-sistem yang menyaring harus memastikan kekeruhan tidak melebihi dari 1 NTU dan 0,3 NTU untuk penyaringan konvensional atau penyaringan secara langsung dari sekurang-kurangnya 95% sampel harian dalam tiap bulan

US EPA National Primary Drinking Water Regulations (2002)

Batas kritis untuk waktu tempuh bawah tanah di saringan tepi sungai

Tempat dan kedalaman sumur harus menjamin waktu tempuh air minimal dalam tanah selama 30 hari (seperti yang terlihat dari program observasi selama dua tahun pada serangkaian sumur-sumur observasi) untuk menjamin peniadaan sampai < 1 µg/L toxin-toxin meskipun selama waktu pertumbuhan cyanobacter berkepanjangan dengan kadar toxin-toxin > 100 µg/L di dalam sungai

Laporan internal mencatat analisis data selama dua tahun dalam sumur-sumur observasi dan sumur-sumur produksi

Batas kritis untuk kekeruhan pada saluran keluar tiap unit filtrasi cepat

Program penelitian dijalankan oleh lima pengelola dalam waktu dua tahun menunjukkan oocyst Crystosporidia tetap berada dibawah batas deteksi jika saringan-saringan dioperasikan untuk mencapai batas kritis kekeruhan

Laporan proyek program penelitian gabungan. Metode analisis harus mencapai target kinerja agar hasilnya dapat diterima

Contoh/alat 4.7: Validasi pengendalian sebelum memprioritisasikan risiko-risiko untuk mitigasi

Risiko-risiko hanya dapat dinilai ulang dan diprioritaskan setelah dilakukan validasi cara-cara pengendalian. Validasi awal dapat dilakukan melalui pemantauan intensif, kecuali pengendalian-pengendalian telah membuktikan efektifitasnya selama ini. Jika yakin sistem perlu untuk diperbaiki untuk meraih tujuan kualitas air yan relevan, sebuah rencana peningkatan/perbaikan harus dikembangkan dan diimplementasikan.

Contoh/alat 4.8: menjaga konsistensi dalam menilai ulang dan memprioritisasikan risiko-risiko Putuskan langsung metode penilaian risiko yang konsisten, seperti yang dilakukan pada Modul 3; Spesifik menegaskani apa yang dimaksud dengan ‘bahaya’ dalam kaitannya dengan:

Kemungkinan munculnya bahaya, dengan memperhitungkan efektifitas pengendalian-pengendalian; Konsekuensi munculnya bahaya; Kemungkinan bahwa hal tersebut mempengaruhi keamanan penyediaan air; dan Di mana dan kapan hal tersebut muncul

Contoh/alat 4.9: menentukan cut-off point untuk memprioritisasikan risiko-risiko

Tim WSP harus menentukan cut-off point, dimana risiko-risiko yang telah dinilai ulang dan berada di atas titik batas itu akan memerlukan penanganan selanjutnya dan yang berada dibawahnya akan terus menerus ditinjau ulang. Pada Contoh/alat 3.6, nilai skor 6 diambil sebagai cut-off point, tetapi sebagai tambahan risiko yang menyebabkan konsekuensi berkelas bencana harus didokumentasikan dan terus menerus ditinjau biarpun derajat kemunculannya jarang. Menggolongkan risiko dari rendah hingga sangat tinggi dapat menjadi agak subyektif tetapi akan membantu memprioritisasikan saat tindakan sangat segera diperlukan.

Contoh/alat 4.10: Hasil penilaian bahaya dan penentuan serta validasi cara-cara pengendalian

Peristiwa berbahaya

Tipe bahaya Kemungkinan muncul

Derajat keparahan

Risiko Cara pengendalian Efektifitas cara pengendalian

Dasar

Defekasi ternak diikuti turunnya hujan

Mikroba (patogen)

3 5 15 Penyaringan air Saraan memasak air jika penyaringan gagal (langkah korektif)

Protozoa dikendalikan dengan penyaringan yang sudah divalidasikan ukuran pori-porinya menurut data pabrik dan uji oocyst

Timbulnya wabah penyakit yang dihantarkan melalui air terlihat dalam situasi serupa

dll.

Modul 4 Menentukan dan memvalidasikan cara-cara pengendalian, menilai ulang, dan memprioritisasikan risiko-risiko

Contoh/alat 4.11: berurusan dengan ketidakpastian dalam member angka skor risiko-risiko Ketidakpastian memberikan angka skor bagi risiko untuk tiap bahaya dan peristiwa-peristiwa berbahaya dapat ditangani dengan mengadakan investigasi lebih lanjut yang dapat ditambahkan pada WSP Langkah Tempat pengambilan air/Sumber air Peristiwa Kebocoran dari tempat-tempat seperti peternakan yang terbengkalai, landfill atau tempat-tempat yang terkontaminasi dan

hanyutan senyawa-senyawa yang larut didalam air (contoh pestisida) ke dalam sumber air. Dasar Sementara faktor-faktor pengenceran tergolong signifikan, tidak ada data pemantauan dan tidak ada pembatas-pembatas

terhadap bahaya ini yang terpasang pada tempatnya. Jika pestisida berada pada konsentrasi yang tinggi, dapat berpotensi menjadi risiko kesehatan.

Investigasi-investigasi yang mungkin untuk mengurangi ketidakpastian

1. Melakukan survei sanitasi dengan fokus khusus kepada penggunaan pestisida dan lokasi-lokasi lahan yang rendah, terutama tempat yang terkena jangkauan semprotan pestisida.

2. Melakukan pemantauan pestisida pada tempat pengambilan air di sumbernya selama keadaan normal maupun tidak. Kepraktisan investigasi 1. Sangat praktis dengan biaya yang rendah dan dapat digabungkan dengan studi-studi lain yang dilakukan oleh para

pemangku kepentingan lain. 2. Sangat praktis tapi dengan biaya yang tinggi.

Hasil Tim WSP menyarankan melakukan salah satu pilihan di atas, dilakukan oleh siapa, pada waktu kapan, dan dengan biaya berapa.

Contoh/alat 4.12: Prioritisasi risiko dan penilaian ulang

Bah

aya

Peristiwa berbahaya (sumber bahaya)

Kem

uncu

lan

Der

ajat

ke

para

han

Nila

i

Derajat risiko (lihat table 3.6)

Contoh cara pengendalian Validasi cara pengendalian Penilaian ulang risiko pasca-pengendalisan

M

ikro

bial

Metode desinfeksi tidak adekuat

3 4 12 Tinggi Tingkatkan metode desinfeksi (jangka panjang). Kurangi masuknya kontaminasi ke dalam sistem dan memperpanjang waktu penampungan reservoir (jangka pendek). Pemasangan alarm-alarm yang dipicu rendahnya tingkat desinfektan

Alarm-alarm efektif dan bukti pembasmian secara konsisten organisme-organisme indikator dalam rentang kondisi pengoperasian

Rendah dengan pemantauan operasional yang benar

K

imia

wi

Pembentukan efek samping desinfeksi pada kadar yang melewati kadar Buku Petunjuk

3 3 9 Menengah Mengurangi umur air dengan tanki di hilir disaat-saat permintaan air rendah

Pengurangan secara konsisten efek samping desinfeksi dalam rentang kondisi pengoperasian

Rendah dengan pemantauan operasional yang benar

M

ikro

bial

Kurang efektifnya deinfeksi akibat meningkatnya kekeruhan

4 4 16 Sangat tinggi

Tingkatkan proses-proses penjernihan dan filtrasi (jangka panjang) Pemasangan alarm-alarm yang dipicu rendahnya tingkat desinfektan

Alarm-alarm efektif dan bukti pembasmian secara konsisten organisme-organisme indikator dalam rentang kondisi pengoperasian

Rendah dengan pemantauan operasional yang benar

M

ikro

bial

Sangat gagal berfungsi / kegagalan tempat desinfeksi

2 5 10 Tinggi Tempat-tempat pemberian khlor dicocokkan kembali dengan kehandalan alat dan ketepatan proses 99,5% Pemasangan alarm-alarm yang dipicu rendahnya tingkat desinfektan

Alarm-alarm efektif dan bukti pembasmian secara konsisten organisme-organisme indikator dalam rentang kondisi pengoperasian

Rendah dengan pemantauan operasional yang benar

M

ikro

bial

Ketepatan tempat desinfeksi kurang dari tingkat target 99,5%

3 4 12 Tinggi Tentukan rentang dosis khlor dan dihubungkan dengan alarm

Alarm-alarm efektif dan bukti pembasmian secara konsisten organisme-organisme indikator dalam rentang kondisi pengoperasian

Rendah dengan pemantauan operasional yang benar

M

ikro

bial

Kegagalan tempat desinfeksi UV

3 4 12 Tinggi Alarm-alarm pada waktu pemadaman listrik

Alarm dipicu dalam rentang kondisi pengoperasian

Rendah dengan pemantauan operasional yang benar

Modul 4 Menentukan dan memvalidasikan cara-cara pengendalian, menilai ulang, dan memprioritisasikan risiko-risiko

Mik

robi

al

Kadar sisa khlor dalam distribusi dan sistem retikulasi (jaringan) rendah

4 4 16 Sangat tinggi

Tolak ukur diatur untuk mendapatkan target kadar sisa khlor agar mencapai standar mikroba pada tempat bangunan konsumen dan terhubung dengan alarm

Alarm-alarm efektif dan bukti pembasmian secara konsisten organisme-organisme indikator dalam rentang kondisi pengoperasian

Rendah dengan pemantauan operasional yang benar

Mik

robi

al

Mati listrik di tempat desinfeksi

2 5 10 Tinggi Sumber listrik cadangan Cadangan dipastikan datang dari sumber generator lain. Pemindahan otomatis dipicu dalam rentang kondisi pengoperasian

Rendah dengan pemantauan operasional yang benar

Bah

aya

Peristiwa berbahaya (sumber bahaya)

Kem

uncu

lan

Der

ajat

ke

para

han

Nila

i

Derajat risiko (lihat table 3.6)

Contoh cara pengendalian Validasi cara penendalian

Penilaian ulang risiko pasca-pengendalisan

Fisi

k,

kim

iaw

i, Kontaminasi bahan kimia yang dibubuhkan atau salah memasukkan dan membubuhkan bahan kimia

2 4 8 Menengah Kendali Pemantauan on-line. Sertifikat analisis laboratorium dari pemasok

Audit intensif dari pemasok. Alarm dipicu dalam rentang kondisi pengoperasian

Rendah dengan pemantauan operasional yang benar

Kim

iaw

i

Dosis kurang atau berlebih dari tempat flouridasi

3 3 9 Menengah Tempat pembubuhan memiliki alarm pada kadar tinggi dan rendah dan cut-off pembubuhan pada kadar tinggi

Alarm dipicu dalam rentang kondisi pengoperasian

Rendah dengan pemantauan operasional yang benar

Kim

iaw

i, fis

ik

Dosis kapur kurang atau berlebih untuk perbaikan pH

3 3 9 Menengah Tempat pembubuhan memiliki alarm pada kadar tinggi dan rendah dan cut-off pembubuhan pada kadar tinggi

Alarm dipicu dalam rentang kondisi pengoperasian

Rendah dengan pemantauan operasional yang benar

Fisi

k

Kegagalan memompa

4 3 12 Tinggi Pengukuran tekanan memicu pompa cadangan (bukan menggantikan)

Tidak ada pengendalian Prioritas tinggi untuk mitigasi

Kim

iaw

i

Nitrat melampaui angka standar

3 2 6 Menengah Mencampur dengan sumber rendah nitrat dari cadangan air lainnya. (Sumber alternatif tersebut mempunyai kadar nitrat yang meningkat dan diharuskan mengikuti standar keperluan lain)

Pengendalian jangka panjang yang tidak bisa diandalkan

Menengah – jaga perkembangan melalui peninjauan reguler dan anjurkan skema mitigasi alternatif

 

 

 

 

 

Ada ketidakpastian yang signifikan dalam memperkirakan efektifitas dan nilai pengendalian beberapa tempat pengambilan air dan sistem distribusi. Sering terjadi keengganan untuk bergantung pada pengawasan tempat pengambilan air karena pada prakteknya sulit mengukur dan memaksa pengawasan-pengawasan. Juga ada kesukaran mendapatkan keyakinan tentang efektifitas pengawasan-pengawasan tempat pengambilan air, selain dengan cara-cara menyingkirkan penduduk, agrikultur, industri, dan pengembangan tempat dari tempat itu, yang dipraktekkan pada beberapa tempat pengambilan air. Pada umumnya, jika kegiatan diperbolehkan pada tempat pengambilan air, dapat dianggap bahwa pengolahan diperlukan tanpa memperhitungkan cara aktifitas itu dikelola. Sebuah contoh yang bagus adalah banyak air sumber yang memasok sistem pengolahan dengan desinfeksi saja melarang kegiatan rekreasional di tempat pengambilan air dan bendungan karena tidak ada kepastian bahwa kegiatan ini dapat dikelola menjadi kegiatan yang terbatas terkait dengan upaya menghindari kontaminasi yang berlebihan. Tataran lain yang perlu diperhatikan adalah mempertahankan kadar residu desinfektan di dalam sistem distribusi. Kebanyakan pengelola menargetkan pengawasan residu ke tangki air, yang memang jelas merupakan tempat masuknya pencemaran, tetapi kebanyakan mereka tidak menargetkan kadar residu desinfeksi ke semua ledeng dan hanya mengandalkan pada

 

Pengalaman Lapangan 4.2 – bidang-bidang ketidakpastian

Pada kebanyakan kasus, kinerja aktual pengendalian dalam menghilangkan kontaminan, dan konsentrasi bahaya-bahaya di dalam air baku, tidak pernah dijelaskan. Bahkan, pendekatan kualitatif yang secara kira-kira digunakan untuk menilai tingkat kecukupan pengendalian hanya berdasarkan pengalaman operator. Kendali-kendali teknik yang handal, sudah ditelemetri, otomatis, seperti tempat pengolahan, seringkali digolongkan sebagai titik pengendalian kritis. Cara-cara pengendalian yang kurang terawasi, seperti strategi-strategi pencegahan arus balik dan tindakan manajemen pengambilan air, terkadang digolongkan sebagai titik kendali yang kritis tetapi lebih sering digolongkan sebagai program pendukung atau hanya titik pengendalian. Seringkali terjadi kesulitan besar dalam menyatukan pendapat mengenai apa yang seharusnya menjadi titik pengendalian kritis dan bukan hanya titik pengawasan biasa; dan beberapa pengelola bahkan tidak menggunakan istilah titik pengendalian kritis sama sekali (sesuai dengan WSP WHO dan buku petunjuk MoH NZ). Bagaimanapun juga, pada umumnya ada kesepakatan mengenai pengawasan-pengawasan mana yang penting dan harus ditangani secara aktif.

Pengalaman Lapangan 4.1 – menggunakan pendekatan kualitatif untuk menilai pengendalian

Studi kasus I: Australia

angka kebocoran dan kehandalan tekanan air digabungkan dengan prosedur-prosedur perbaikan sanitasi.

  

Studi kasus 2: Amerika Latin dan Karibia (ALKK)

Pengalaman Lapangan 4.1 – menggunakan pengetahuan dan pengalaman kualitatif operator untuk menginformasikan penilaian risiko

Melalui diskusi tentang bahaya-bahaya, cara-cara pengendalian yang ada, efektifitas cara-cara pengawasan, dan perkiraan-perkiraan pribadi mengenai pentingnya bahaya-bahaya, tim sampai kepada konsensus mengenai prioritisasi risiko-risiko. Karena sistem penyediaan air terkenal ‘rentan’ penilaian risiko pra-pengawasan yang komprehensif tidak dilakukan. Menunda penilaian risiko hingga mempertimbangkan penilaian cara-cara pengendalian yang ada beserta keefektifannya berhasil mengurangi waktu yang dipakai untuk menilai risiko daripada yang sudah mempunyai cara-cara pengendalian yang baik dan memungkinkan penambahan variable-variabel lainnya, seperti variabel kelayakan mencegah bahaya tersebut. Sebagai contoh, kejadian pencurian tangki khlor yang berakibat pada tidak dilakukannya khlorinasi pada masa lampau, dinilai termasuk peringkat rendah menurut pendekatan semi-kuantatif, sedangkan kontaminasi akibat aktifitas perumahan dan industri di sepanjang kanal pengambilan air sepanjang 13 mil dimasukkan ke dalam peringkat tinggi. Pendekatan kualitatif menganggap mudahnya mengatasi masalah pencurian tangki (dengan mengunci kotak); karenanya memberikan nilai yang lebih

tinggi daripada banyaknya ancaman yang ada sepanjang kanal tempat pengambilan air. Hal ini menunjukkan bahwa upaya menyadangkan prioritas pada risiko dapat dengan mudah dipengaruhi oleh mudahnya upaya mitigasi masalah. Dalam contoh ini meskipun mengunci kotak jelas merupakan suatu perbaikan, risiko yang jauh lebih besar terkait dengan kualitas air baku harus tetap menjadi prioritas utama.

Pengalaman Lapangan 4.2 – mempertimbangkan efektifitas cara-cara pengawasan

Dalam mempersiapkan deskripsi sistem, tim WSP menemukan adanya standar dan protokol yang tidak dilakukan sebagaimana mestinya. Sebagai contoh, khlorinasi dijelaskan sebagai bagian dari operasi standar tempat pengolahan air; tetapi pada saat dilakukan pengembangan WSP, khlorinatr belum tersambung. Pemantauan rutin kualitas air berjalan semestinya, tetapi tidak ada sistem peninjauan ulang atau komunikasi mengenai hasil. Maka, meskipun cara-cara pengendalian harus dilakukan, pengendalian itu hanya dilakukan secara minimal atau tidak efektif. Penilaian operasi sistem yang masih berlaku seperti yang dijelaskan dalam Pengalaman Lapangan 2.2 ALKK sangat berguna untuk memahami efektifitas cara-cara dan praktek-praktek pengendalian dimana diperlukan revisi cara-cara pengendalian yang ada atau mengembangkan cara-cara pengendalian yang baru.

 

Studi kasus 3: Britania Raya (Inggris dan Wales)

Pengalaman Lapangan 4.1 – menilai risiko sebelum dan sesudah pengendalian

Bidang yang telah dianjurkan oleh petugas regulator, yang telah diikutsertakan dalam beberapa metodologi tetapi belum seluruhnya, adalah penilaian risiko-risiko sebelum dan sesudah pengendalian. Alasannya adalah hal ini penting untuk mengetahui berapa banyak risiko yang dapat mempengaruhi sistem penyediaan air jika tidak ada pengawasan-pengawasan. Hal ini berkembang menjadi perlunya pemikiran yang jelas mengenai efektifitas tiap pengawasan dalam kondisi-kondisi normal dan abnormal. Keharusan membuktikan alasan-alasan untuk mengurangi risiko pra- dan pasca-pengendalian adalah alat yang penting untuk memastikan keabsahan kriteria penilaian risiko, perhitungan skor dan efektifitas pengawasan-pengawasan.

Pengalaman Lapangan 4.2 – validasi cara-cara pengendalian

Untuk industri yang sudah mapan, identifikasi dan validasi pengendalian terkadang terlihat sebagai langkah yang kurang penting karena perusahaan-perusahaan tersebut mengira mereka mempunya banyak sekali data dan informasi sehingga efektifitas pengawasan-pengawasan sudah jelas terjadi. Namun pendekatan WSP menyarankan penilaian kembali penggunaan data tersebut.

Validasi prakarsa di tempat pengambilan air misalnya manajemen hewan dan pestisid-pestisida serta penggunaan pupuk merupakan sebuah tantangan karena hal tersebut tidak selalu merupakan cara

yang jelas dan memerlukan turut sertanya para pemangku kepentingan tempat pengambilan air dan perusahaan air.

Efektifitas pendekatan WSP sekarang terlihat menjadi perhatian industri dan petugas regulator. Sebagai contoh, pendekatan WSP efektif dalam memvalidasikan unit-unit desinfeksi UV, yang baru-baru ini diizin untuk dipergunakan sebagai cara penanganan Cryptosporidium.

Ada kebingungan mengenai arti istilah validasi dan verifikasi dan hal ini terkadang muncul saling bertukaran meskipun pemahamannya telah menjadi semakin baik dengan diimplementasikannya pendekatan WSP secara luas.

Pendahuluan

Jikalau langkah sebelumnya mengisyaratkan risiko yang signifikan terhadap keamanan air dan menunjukkan bahwa pengendalian yang ada tidak efektif atau tidak berjalan, maka perlu dibuat rencana perbaikan/peningkatan. Setiap perbaikan yang dibuat perlu mempunyai seorang ‘pemilik’ yang bertanggung jawab melaksanakan dan harus pula mempunyai tanggal target pelaksanaan. Hasil penilaian mungkin tidak secara otomatis menentukan diperlukannya investasi modal baru, kadang-kadang, yang hanya diperlukan adalah meninjau ulang, mendokumentasikan, dan memformalkan praktek-praktek yang tidak jalan itu dan menentukan area dimana perbaikan perlu dilakukan. Pada kasus lain, mungkin diperlukan pengendalian baru, diperbaikan, atau perubahan besar-besaran infrastruktur.

Rencana-rencana perbaikan/peningkatan dapat berupa program jangka pendek, menengah, atau jangka panjang. Sumber daya yang signifikan mungkin diperlukan dan karenanya perlu dibuat analisis yang teliti dan penentuan prioritas yang seksama sesuai dengan penilaian sistem. Mungkin saja perbaikan harus menjadi prioritas dan diterapkan secara bertahap.

Implementasi rencana-rencana perbaikan/peningkatan harus dipantau untuk memastikan adanya perbaikan dan efektif serta WSP juga sudah di perbaharui. Perlu dipertimbangkan bahwa penerapan pengendalian baru pun dapat menjadi risiko baru bagi sistem.

 

Langkah-langkah kunci

Susun rencana perbaikan/peningkatan

Dalam rencana perbaikan/peningkatan tentukan pengurangan atau pengendalian jangka pendek, menengah, atau jangka panjang bagi setiap risiko signifikan sambil meyakini pula bahwa risiko lain yang lebih kecil dapat juga dikendalikan dengan cara-cara ini.

Laksanakan rencana perbaikan/peningkatan

Perbaharui WSP, termasuk kalkulasi ulang risiko akibat dilakukannya pengendalian baru

Tantangan-tantangan khas

Kepastian WSP selalu diperbaharui Penjaminan tetap adanya sumber-sumber financial Kurangnya sumberdaya manusia, seperti ahli teknis yang

merencanakan dan melaksanakan peningkatan yang diperlukan

Kepastian risiko baru tidak disusupkan dengan adanya program perbaikan

Luaran:

1. Pengembangan rencana prioritas perbaikan/peningkatan untuk setiap risiko signifikan yang tidak terkendali.

2. Pelaksanaan rencana perbaikan sesuai dengan rencana jadwal kegiatan jangka pendek, menengah atau jangka panjang.

3. Pemantauan pelaksanaan rencana prioritas perbaikan/peningkatan

Contoh/alat 5.1: Daftar pokok-pokok masalah yang harus dipertimbangkan ketika mengembangkan rencana perbaikan/peningkatan

Pilihan untuk meredam risiko Tanggung jawab terhadap program perbaikan (pemilik proses) Pendanaan Pekerjaan-pekerjaan utama Pelatihan Peningkatan prosedur operasional Riset dan pengembangan Pengembangan protocol insiden Komunikasi dan pelaporan

Contoh/Alat 5.2: Langkah-langkah dan Penanggung jawab rencana perbaikan/peningkatan kualitas air minum

Langkah Berasal dari Tentukan rencana khas perbaikan Penanggung jawab

Batas waktu Status

Lakukan upaya-upaya pengendalian risiko yang terkait dengan Cryptosporidium

Cryptosporidium sudah ditentukan sebagai risiko tak terkendali

Defekasi ternak disekitar mulut sumur yang tidak berpagar bersama Cryptosporidium dan musim hujan

Pasang dan lakukan pengolahan sinar ultraviolet

Pastikan dengan cara membandingkan kinerja pengolahan teoritis dan pengolahan yang diperlukan untuk

Misalnya, ahli teknik

Misalnya, tanggal selesainya pelaksanaan

Misalnya, sedang berjalan, belum mulai, dsb.

merupakan sumber potensial jalur masuk

Sementara ini belum ada jaminan risiko-risiko ini dikendalikan dengan adekuat

menghilangkan infeksi Cryptosporidium

Lakukan upaya-upaya pengendalian risiko yang timbul dari pestisida pertanian masuk ke penyediaan air

Proses penilaian risiko sudah menemukan campuran pestisida yang dipakai dalam pertanian

Sementara ini belum ada jaminan risiko-risiko ini dikendalikan dengan adekuat

Pasang filtrasi ozon dan karbon aktif granuler pada tempat pengolahan air

Misalnya, ahli teknik

Misalnya, tanggal selesainya pelaksanaan

Misalnya, sedang berjalan, belum mulai, dsb.

Tinjau ulang kebutuhan, jika perlu cari pilihan untuk mengurangi risiko kontaminasi kualitas air dari virus dan protozoa bagi sistem pembuangan air kotor

Proses penilaian risiko terhadap risiko patogen yang berasal dari sistem pembuangan air kotor. Sementara ini belum ada jaminan risiko-risiko ini dikendalikan secara adekuat pada tingkat yang diperbolehkan melalui cara-cara pengawasan yang ada

Kembangkan disinfeksi tambahan air kotor dan pengolahan air di hilir termasuk juga strategi-strategi penghindaran yang perlu

Misalnya, petugas kualitas air

Misalnya, tanggal selesainya pelaksanaan

Misalnya, sedang berjalan, belum mulai, dsb.

Dsb.

Hampir semua WSP menetapkan perlunya pengelolaan modal untuk memperbaiki kehandalan sistem-sistem dan kelemahan- kelemahannya. Pada umumnya pada keadaan normal, para pemasok air di Australia sanggup menyediakan air yang aman. Oleh karena itu hampir semua peningkatan modal ditujukan kepada pengurangan risiko kegagalan proses dan meningkatkan kehandalan sistem secara menyeluruh. Salah satu keuntungan WSP adalah dengan memanfaatkan bukti yang diperoleh melalui dorongan WSP memberikan peluang agar perbaikan modal didanai dan mendapat prioritas. Sebelum memakai WSP sering kali kebutuhan prioritas mendanai kualitas air dinilai kurang jelas. Demikian juga, WSP memberikan dasar untuk meningkatkan modal untuk memperbaiki kehandalan teoritis dan mengurangi risiko. Dahulu, yang diandalkan adalah hanya menanggapi kerusakan yang terjadi saja. Oleh karena itu WSP telah membantu mendorong perencanaan kualitas air yang lebih proaktif dan berlandaskan pencegahan.

Pengalaman Lapangan 5.2 – merevisi rencana perbaikan modal

Pada umumnya, tindakan-tindakan korektif ketika batas-batas kritis dilampau dilakukan dengan menutup penyaluran air sampai semua masalah diatasi. Hampir semua sistem biasanya mempunyai persediaan air olahan yang cukup atau mempunyai persediaan alternatif sehingga tindakan tersebut dimungkinkan. Namun, sistem-sistem yang sulit menghentikan penyaluran air mempunyai sistem siaga dan serba guna yang dilengkapi dengan alat pengatur aliran air untuk menurunkan risiko terjadinya pemasokan air yang belum diolah.

Secara umum, kegagalan pengolahan air yang diikuti dengan ketidak mampuan memasok pengadaan air alternatif atau bergantung pada air olahan cadangan berujung pada pemberitahuan agar memasak air sebagai langkah perlindungan.

Pengalaman Lapangan 5.1 – tindakan-tindakan korektif untuk mengatasi pembubuhan khlor yang tidak adekuat

Studi kasus 1: Australia

Studi kasus 2: Amerika Latin dan Kepulauan Karibia (ALKK)

Pengalaman Lapangan 5.1 – tindakan-tindakan korektif untuk mengatasi pembubuhan khlor yang tidak adekuat

Beberapa bahaya yang teridentifikasi melalui survei rumahtangga dan catatan pemantauan menjurus kepada kurangnya sisa khlor dalam sistem distribusi air. Risiko yang terkait dengan keadaan ini adalah tinggi kan karenanya tindakan-tindakan korektif untuk mengoptimalkan pembubuhan khlor dimasukkan menjadi prioritas tertinggi. Kekurangan khlor itu terkait dengan kurangnya pengetahuan operator tentang dosis yang benar, kurangnya pemantauan rutin khlor di dalam sistem distribusi, kurangnya komunikasi hasil pemantauan kepada operator tempat pengolahan, dan persepsi bahwa kalau sumbernya sudah bersih berarti hanya memerlukan pengolahan minimal. Tindakan-tindakan korektif diajukan untuk mengatasi setiap faktor penyerta ini:

pengembangan program pelatihan untuk operator tempat pengolahan air (Lihat Pengalaman Lapangan 7.1 ALKK); pengembangan protokol komunikasi hasil pemantauan kepada operator tempat pengolahan (Pengalaman Lapangan 7.1 ALKK); dan penyajian hasil-hasil tes kualitas air untuk menyampaikan persepsi salah tentang keamanan sumber air Pengalaman Lapangan 2.2 ALKK). Tindakan-tindakan korektif yang dijalankan sangat rinci, dan menyertakan pihak-pihak yang bertanggung jawab (para pemilik proses), tugas spesifik, dan tanggal target penyelesaian.

Pengalaman Lapangan 5.2 – pengembangan program pendidikan bagi konsumen

Survei rumah tangga membuktikan adanya persepsi dalam komunitas bahwa mata air dan selokan memberikan air berkualitas tinggi dan dapat dikonsumsi langsung, sedangkan tes kualitas air menunjukkan sumber-sumber itu terkontaminasi mikroba. Juga dibuktikan adanya kekurang-pengetahuan

tentang pengolahan efektif pada saat air akan dikonsumsikan, dan cara menyimpan air di rumah agar tidak terkontaminasi. Tindakan-tindakan korektif yang diambil untuk menghadapi ancaman-bahaya ini difokuskan kepada perancangan dan pelaksanaan program pendidikan bagi konsumen. Media yang tepat untuk mengkomunikasikan berbagai informasi mengikutsertakan radio dan televisi, pengumuman layanan masyarakat, dan poster yang dikembangkan bersama oleh badan pemanfaatan air dan Kementerian Kesehatan. Sekali lagi, rencana-rencana kegiatan yang rinci dibuat dengan menentukan pihak-pihak yang bertanggung jawab, tugas spesifik, dan tanggal target penyelesaian.

Pengalaman Lapangan 5.3 – merevisi rencana perbaikan modal

Beberapa kebutuhan perbaikan modal ditentukan melalui peninjauan ulang sistem dan bahaya. Ketika pengembangan WSP dikerjakan, sebuah rencana perbaikan modal yang

dikembangkan oleh badan pemakai dan disponsori donor dari luar sudah diusulkan. Tim WSP mendapatkan bahwa perbaikan-perbaikan yang diusulkan dalam rencana itu tidak selalu encerminkan prioritas yang sudah diindentifikasikan melalui proses WSP dan tidak didasari penilaian kebutuhan secara seksama da analisis risiko; rencana yang diajukan itu masih mengandung kekurangan-kekurangan penting. Pengidentifikasian prioritas kebutuhan melalui WSP memungkinkan tim untuk memberikan asupan ke dalam rencana itu; yang segera ditanggapi oleh sponsor oleh karena kemampuan tim untuk mempertimbangkan usulan-usulan perubahan. Rencana perbaikan modal dimodifikasikan kearah penanganan prioritas hasil identifikasi tim sambil meningkatkan dampak potensialnya melalui proses yang didorong oleh penerima dan berdasarkan informasi yang nyata.

Studi kasus 3: Britania Raya (Inggris dan Wales)

Pengalaman Lapangan 5.1 – menargetkan program-program investasi

Sistem pengaturan dana yang ada mengharuskan adanya program investasi lima-tahunan, dengan dukungan potensial dari regulator dengan syarat pemberian modal itu diidentifikasikan melalui metodologi WSP. Pelaksanaan WSPs

memberikan peluang untuk suatu program prioritas pemodalan berdasarkan risiko komprehensif. Pada mulanya beberapa perusahaan enggan untuk berbagi hasil analisis risiko dengan pihak regulator sekalipun dalam bentuk tak resmi, namun kecenderungan ini menurun dengan perlunya regulator kualitas air menyetujui program perbaikan yang akan diajukan untuk pendanaan. Penilaian risiko juga menyoroti perlunya pemeliharaan yang baik asset-aset; area yang sebelumnya sukar dipertimbangkan untuk pendanaan yang benar. Ada beberapa contoh perusahaan yang sudah menyadari syarat-syarat yang diperlukan untuk investasi dan telah mencoba mengerjakannya secara mundur melalui proses penilaian risiko. Audit eksternal program perbaikan harus sanggup mengidentifikasikan penilaian risiko yang salah.

Pengalaman Lapangan 5.2 – memprioritaskan inisiatif pengambilan air baku

Sudah bertahun-tahun pengolahan air menjadi lebih canggih dan kompleks menghadapi sumber air yang tercemar. Dengan pengawasan yang sedikit terhadap tempat-tempat pengambilan air baku, perusahan air tidak mempunyai banyak pilihan. Akan tetapi, pendekatan WSP sekarang sudah mulai menyediakan prioritas bagi inisiatif tempat pengambilan air baku melalui kolaborasi antara perusahaan air dan pemegang hak tempat pengambilan air. Inisiatif-inisiatif itu perlu dilakukan melalui pendekatan yang fleksibel dari pihak regulator karena

keuntungan-keuntungan yang diraih masih memerlukan waktu lama untuk dicapai dibandingkan dengan penginstalasian pengolahan air namun keuntungannya jauh lebih berlanjut dan kurang nyata.

Banyak perusahaan melakukan pekerjaan bersama dalam bidang ini dan beberapa perusahaan mempunyai hubungan dan komunikasi yang sangat baik dengan regulator lingkungan yang mempunyai banyak informasi tentang tempat pengambilan air; dalam beberapa kasus hubungan itu lemah tetapi dengan pendekatan WSP menjadi lebih baik. Banyak perusahaan juga sudah melakukan inisiatif dengan pihak pemegang hak tempat pengambilan air yang lain, khususnya dengan pertanian terkait dengan pemakaian pestisida dan pupuk serta tempat pengembangan ternak dan tempat merumput. Dalam beberapa hal, langkah inisiatif kehilangan daya ungkitnya dan pendekatan WSP mempunyai cara untuk menghidupkan kembali. Contohnya, reorganisasi jaringan rel kereta-api bertujuan untuk memperbaiki pengertian tentang pemakaian pestisida didekat sumber air. Pendekatan WSP membantu keterlibatan para pemegang hak atas tempat pengambilan air baku seperti, otoritas-otoritas industri, kehutanan, jalan, rel kereta-api, dan bandara; area yang oleh perusahan air seringkali dinilai sukar diajak memahami dan berminat dalam masalah keamanan air.

Pendahuluan

Pemantauan operasional meliputi pendefinisian dan validasi pemantauan upaya-upaya pengawasan dan menetapkan prosedur untuk membuktikan bahwa pengawasan-pengawasan terus berjalan. Langkah-langkah ini harus didokumentasikan dalam prosedur manajemen.

Pendefinisian pemantauan upaya-upaya pengawasan juga memerlukan keikutsertaan langkah-langkah koreksi yang perlu apabila target operasional tidak tercapai.

Langkah-langkah kunci

Jumlah dan jenis upaya-upaya pengawasan bervariasi dalam setiap sistem dan akan ditentukan oleh jenis dan frekuensi bahaya dan kejadian-kejadian berbahaya yang terkait dengan sistem. Pemantauan titik-titik pengawasan sangat perlu untuk mendukung manajemen risiko sambil menunjukkan bahwa upaya pemantauan efektif dan jika ditemukan pelencengan, dapat dilakukan tindakan pada waktu yang tepat agar tidak mengganggu target kualitas air yang sudah ditetapkan.

Pemantauan yang efektif bertumpu pada penetapan:

- Apa yang akan dipantau - Bagaimana caranya memantau - Waktu atau frekuensi pemantauan - Dimana akan dipantau - Siapa yang memantau - Siapa yang menganalisis - Siapa yang akan menerima hasilnya untuk kemudian

bertindak?

Contoh parameter pemantauan operasional

Yang dapat diukur: sisa khlor, pH, kekeruhan

Yang dapat diobservasikan: keutuhan pagar-pagar atau kawat anti tikus; jumlah ternak dalam peternakan di tempat pengambilan air baku

Pemantauan rutin biasanya dilakukan berdasarkan observasi-observasi sederhana dan tes, misalnya kekeruhan atau keutuhan struktur bangunan bukan uji kimia atau mikrobiologi yang rumit. Untuk beberapa cara pengawasan, mungkin perlu dibuat ‘batasan kritis’ yang menentukan batas keamanan air. Deviasi dari batas kritis ini biasanya memerlukan tindakan segera dan mungkin memerlukan pemberitahuan otoritas kesehatan setempat dan/atau pengaplikasian rencana mendadak untuk mendapat pemasokan air alternatif. Langkah-langkah pemantauan dan korektif membentuk lingkar pengawasan yang menjamin agar air minum yang tidak aman tidak sampai dikonsumsikan. Langkah korektif harus spesifik dan bila mungkin ditentukan sebelumnya agar pelaksanaannya dapat cepat dikerjakan.

Data pemantauan memberikan umpan-bali yang penting tentang cara kerja sistem pengadaan air dan harus sering dinilai.

Catatan-catatan pemantauan yang dinilai secara teratur merupakan unsur penting dalam WSP. Catatan-catatan ini dapat ditinjau ulang melalui audit eksternal dan internal untuk menentukan apakah pengawasan-pengawasan sudah cukup dan juga untuk membuktikan kepatuhan sistem pengadaan air kepada sasaran-sasaran kualitas air.

Tantangan-tantangan khusus

- Kekurangan sumberdaya manusia untuk melakukan pemantauan dan analisis;

- Implikasi financial oleh adanya peningkatan pemantauan, terutama pemantauan melalui computer;

- Kurangnya atau tidak adanya data evaluasi - Perubahan sikap anggota staf yang sudah terbiasa

dengan cara lain memantau - Jaminan bahwa sumberdaya tersedia untuk depertemen

operasional untuk melakukan langkah-langkah korektif.

Luaran

1. Penilaian kinerja cara-cara pemantauan pada penggal waktu yang tepat

2. Terbentuknya tindakan-tindakan korektif untuk deviasi-deviasi yang mungkin muncul

Contoh/alat 6.1: Daftar faktor-faktor yang harus diperhitungkan ketika menentukan program pemantauan untuk cara-cara pengawasan

Siapa yang memantau? Frekuensi pemantauan? Siapa yang menginterpretasikan hasilnya? Apakah hasil-hasilnya mudah diinterpretasikan pada waktu dilakukan pemantauan atau observasi? Apakah langkah-langkah korektif dapat diimplementasikan sebagai tanggapan adanya deviasi? Apakah daftar kejadian berbahaya dan bahaya sudah diperiksa berdasarkan pemantauan atau kriteria lain untuk memastikan

semua risiko dapat dikendalikan? Catatan: seringkali pemastian pemantauan (liaht Modul 7) menjadi pemantauan untuk kepatuhan yang disyaratkan oleh badan-badan regulator atau pemerintah dalam mana parameter-parameter dan frekuensi pemantauan dispesifikasikan sebagai bagian daripada kepatuhan.

Contoh/alat 6.2: Tindakan-tindakan korektif

Jika pemantauan menunjukkan adanya batas kritis yang terlampaui, tindakan korektif harus ditentukan bagi setiap pengawasan untuk mencegah air tercemar dipasok keluar. Kejadian-kejadian itu bisa muncul dalam bentuk: pelanggaran kriteria pemantauan operasional, rendahnya kinerja tempat pengolahan air kotor yang membuang limbah ke sumber air, hujan yang ekstrim di tempat pengambilan air baku, atau bocoran bahan berbahaya. Contoh-contoh tindakan korektif mencakup pemakaian alarm dan mekanisme penutupan aliran secara otomatis, atau pengalihan ke sumber air yang lain selama terjadinya pelanggaran operasional (memberi waktu bagi operator untuk memperbaiki pengadaan air menjadi benar kembali). Risiko-risiko terkait dengan pemakaian sumber alternative harus diketahui dan diatas dalam keseluruhan lingkup kerangka kerja WSP.

Contoh/alat 6.3: Daftar masalah yang harus diperhitungkan untuk merancang tindakan-tindakan korektif

Apakah tindakan-tindakan korektif sudah didokumentasi secara benar, termasuk menugaskan kepada yang bertanggung jawab dalam pelaksanaannya?

Apakah penduduk sudah dilatih dengan benar dan diberikan kewenangan penuh untuk melaksanakan tindakan-tindakan korektif?

Apakah ada proses peninjauan ulang untuk menganalisiskan tindakan-tindakan mencegah terulangnya kejadian yang memerlukan tindakan-tindakan korektif?

Contoh/alat 6.4: Syarat-syarat pemantauan jangka panjang dan jangka pendek dan tindakan-tindakan korektif

Langkah proses/Cara pengawasan

Batas kritis Apa Dimana Kapan Bagaimana Siapa Tindakan korektif

< 1 tangki septik per 40 ha dan tidak ada dalam jarak 30 m dari tempat aliran air baku

Persetujuan rencana dari Konsil

Inspeksi tempat oleh kantor-kantor Konsil

Setahun sekali

Di tempat oleh Konsil

Petugas berwenang tempat pengambilan air/perbatasan air baku

Mengusahakan penyingkiran sistem tangki septik melalui pengadilan perencanaan

Sumber: pengendalian perkembangan di tempat pengambilan air baku (contoh pemantauan jangka panjang)

Menyingkirkan semua ternak muda dari tepi

Audit praktek manajemen

Inspeksi tempat Departemen

Setahun sekali

Di tempat Departemen

Petugas berwenang tempat

Bertemu dengan pemilik lahan

aliran air atau lapangan yang tidak berpagar

pertanian Pertanian Pertanian pengambilan air/perbatasan air baku

yang melanggar dan diskusikan program insentif

Pengolahan: Pembubuhan khlor di tempat pengolahan air (contoh pemantauan jangka pendek)

Kadar khlor ketika air keluar dari tempat pengolahan harus > 0,5 dan < 1,5 mg/l

Sisa disinfektan

Di titik masuk ke sistem distribusi

Secara elektronik

Penganalisis khlor

Petugas Kualitas Air

Aktifkan protokol pelanggaran khlor

Dll.

Studi kasus 1: Australia

Pengalaman Lapangan 6.1 – mengidentifikasikan dan memantau cara-cara pengendalian kritis

Hampir semua cara-cara pengendalian yang dianggap sebagai ‘kritis’diperlakukan sebagai ‘titik-titik pengendalian kritis’ dan dipantau berdasarkan kriteria ‘batas kritis’. Hampir semua kasus dipantau secara elektronik dengan pengendali otomatis yang mengatasi hasil-hasil yang buruk, dan/atau alarm telemetri yang dikirimkan ke pusat pengaduan 24 jam dan operator bertugas. Kebanyakan, sistem-sistem sudah ada sebelum dipakainya WSPs, tetapi WSP memberikan forum untuk meninjau ulang dan meninggkatkan sistem-sistem ini. Yang khas adalah batas-batas kritis yang dipakai berkaitan dengan kekeruhan air yang tersaring, sisa khlor, pasca disinfeksi primer, dan penjagaan tekanan air yang didistribusikan yang diukur secara tidak langsung melalui tekanan tinggi air didalam tangki dan tekanan pompa. Sebagai tambahan banyak pemakai meresmikan pemantauan terjadwal dan prosedur inspeksi untuk sumber-sumber air baku dan untuk asset-aset misalnya tangki-tangki air. Prosedur untuk praktek kerja saniter ketika dilakukan reparasi dan pemasangan pipa air sering diperlakukan sebagai cara kunci pengendalian dan kadang-kadang diklasifikasikan sebagai titik-titik pengendalian kritis. Sistem pencegahan arus balik biasanya mendapat prioritas yang diperbaharui dalam WSPs dan kebanyakan

pemakaian dengan WSPs mempunyai program-program aktif untuk memperkuat pencegahan arus balk dengan berbagai standar bergantung risiko yang dihadapi di tempat yang dipasokkan air.

Pengalaman Lapangan 6.2 – pemantauan operasional proses pengolahan

Pemantauan operasional proses pengolahan biasanya dilengkapi penuh dengan instrument-instrumen yang dikalibrasikan secara elektronik yang dihubungkan dengan sistem-sistem SCADA (sistem computer yang dipakai untuk memantau dan mengendalikan proses). Tingkat peringatan alarm diatur khusus untuk memberikan peringatan dini dan pemicu kedarutan. Alarm-alarm biasanya memanggil operator-

operator sistem untuk berada di tempat pengolahan dan sering memulai proses-proses otomatis untuk menghentikan pemasokan air ke dalam tempat penyimpanan air yang sudah diolah. Pada prakteknya, sistem-sistem pemantauan otomatis memerlukan banyak pekerjaan karena maslah dengan memilih instrument-instrumen yang handal dan sistem-sistem pengendalian yang handal. Akan tetapi, kebanyakan para pemakai bertahan sampai sistem-sistem benar-benar handal dan terus menerus memperbaiki sistem-sistem ini selanjutnya sambil WSP menjadi matang. Kebanyakan sistem dirancang mempunyai banyak pemicu untuk selalu mencegah pemasokan air yang belum diolah. Misalnya, sistem-sistem seringkali berhenti atau beralih ke sistem-sistem siaga dan biasanya ada

alarm peringatan dini yang memberikan waktu untuk mengatasi masalah sebelum merugikan konsumen.

Pengalaman Lapangan 6.3 – pemantauan operasional sepanjang jaringan distribusi

Proses untuk mempertahankan tekanan aliran air yang agak tinggi pada seluruh sistem distribusi sudah berlaku di pusat-pusat perkotaan Australia. Biarpun dianggap biasa, penjagaan tekanan positif memberikan pengawasan kualitas air yang sangat efektif melalui pemantauan sensor tinggi air dalam tangki dan pengukur tekanan pada titik-titik kunci dalam jaringan distribusi. Kebanyakan sistem-sistem itu memiliki pemberi tekanan yang sangat handal di seluruh jaringan yang diukur dari jarak jauh melalui alarm yang dihubungkan dengan SCADA untuk menyiagakan operator-operator sistem jika tekanan di stasiun pompa mana saja atau ketinggian air di wadah pelayanan yang mana pun mulai menurun sampai dibawah ketinggian kritis. Jika area yang bertekanan rendah diketahui melalui laporan consumer, langsung dilakukan perbaikan operasional atau teknik, karena tekanan aliran air rendah atau hilang di tempat konsumen tidak di dapat dibenarkan. Di beberapa wilayah terisolasi pembatasn air yang terkait dengan kekeringan menjurus kearah aliran-aliran air memuncak dan waktu-waktu tekanan air menjadi rendah. Ini terjadi di tempat-tempat yang tinggi ketika semua rumah mengiri taman-taman secara berbareng pada jam-jam pembatasan pemakaian air. Sudah dipakai pengaturan

penyiraman bergilir antara rumah-rumah bernomor genap dan ganjil dengan tujuan menghindarkan efek itu. Menurut hukum, mempertahankan tekanan air sepanjang waktu merupakan syarat standar pelayanan yang harus dipatuhi oleh semua pengada air di daerah urban yang besar di Australia. Khas bahwa tangki-tangki air dan stasiun pemompa air dipantau secaa teratur dan biasanya tertutup seluruhnya, diberi beratap, terjaga, dan bebas tikus. \pemantauan sisa disinfektan di dalam jaringan semakin dibuat otomatis tetapi tidak seketat pemeliharaan tekanan air penjagaan dan manajemennya. Kebanyakan sitem-sistem distribusi mempunyai bagian sistem yang cukup signifikan yang secara rutin tidak mengandung sisa disinfektan yang efektif. Namun, dengan adanya pengaturan tekanan yang handal, hal ini pada banyak keadaan, tidak dianggap sebagai masalah kesehatan dan biasanya secara umum bisa diterima. Bahkan, beberapa sistem yang dilengkapi dengan WSPs tidak membubuhi sisa disinfektan dan hanya memakai disinfeksi oleh sinar UV. Dalam cuaca yang amat panas pada pipa-pipa yang panjang, sisa disinfektian secara rutin dipantau dan dijaga agak bisa mencegah pertumbuhan bakteri di dalam sistem distribusi. Alat-alat pencegah terjadinya arus balik yang dapat diuji dan melindungi pengadaan air terkena sambungan berbahaya tingkat tinggi dan menengah biasanya diuji setahun sekali dan para pemakai biasanya menyimpan catatan-catatan hasil tes ini dan secara aktif menelusuri kegagalan pelaporan hasil tes.

Studi kasus 2: Amerika Latin dan Kepulauan Karibia (ALKK)

Pengalaman Lapangan 6.1 – mengidentifikasikan dan memantau cara-cara pengendalian kritis

Untuk cara kunci pengendalian dalam menangani ancaman-bahaya yang diidentifikasikan dalam Modul 3, suatu rencana pemantauan telah dibuat. Rencana ini berisikan rentang operasional yang layak untuk setiap parameter, menentukan lokasi pemantauan yang benar, menentukan jadwal frekuensi pemantauan, dan menugaskan pihak-pihak yang bertanggung jawab. Tindakan-tindakan korektif yang harus diambil ketika pemantauan menunjukkan adanya parameter yang melampaui batas-batas yang layak juga dibuat. Pemantauan cara-cara pengendalian kritis (pemantauan operasional) memberi asupan bagi para operator dan manager identifikasi adanya kemungkinan penyebab ketidak beresan yang bisa diketahui melalui pemantauan kepatuhan.

Pengalaman Lapangan 6.2 – pemantauan operasional proses pengolahan

Tim WSP mengidentifikasikan bahwa koagulasi/flokulasi. Sedimentasi, filtrasi, dan khlorinasi merupakan cara-cara pengendalian kritis yang harus dipantau. Untuk menilai efektifitas koagulasi, dilakukan pengukuran kekeruhan di

saluran keluar bak sedimentasi. Untuk memantau efektifitas filtrasi, kekeruhan diukur lagi setelah proses filtrasi; dan untuk menilai efektifitas dosis pembubuhan khlor diukur pada titik masuk ke dalam sistem distribusi. Pemantauan di tempat pengolahan dilakukan oleh operator lapangan bagian pemakaian dan hasilnya diberikan kepada manajer pemakaian setiap bulan atau langsung dilaporkan juga ternyata melampaui parameter yang sudah ditetapkan. Sebelum WSP, cara-cara pengendalian kritis ini jarang dilakukan atau dicatat. Karena catatan tidak pernah dipelajari dan operator lapangan tidak menerima umpan balik mereka meremehkan penjagaan dan pelaporan catatan pemantauan. Jadwal untuk menyebarluaskan laporan operasi pemakaian dari tiap tempat pengolahan air sudah ditetapkan. Peyampaian umpan balik menambah tanggung jawab operator lapangan dan meningkatkan kepatuhan kepada protokol serta menginformasikan merek setiap perubahan atau masalah yang terkait dengan kualitas air.

Pengalaman Lapangan 6.3 – pemantauan operasional sepanjang jaringan distribusi

Kurangnya tekanan air dalam sistem distribusi karena pipa yang bocor atau sambungan liar menimbulkan pelayanan air yang inkonsisten dan menimbulkan kontaminasi mikroba serta bahan kimia. Oleh karena menjaga tekanan air dinilai sebagai car pengendalian kritis. Pengukur-pengukur tekanan dipasang pada titik-titik strategis sepanjang jaringan distribusi, rencana pemantauan dan pencatatan oleh operator ditetapkan, dan

catatan hasil pemantauan dipelajari setiap bulan oleh manajer pemakaian. Sistem peningkatan kesadaran operator dan penyeliaan meningkatkan tanggung jawab dan kepatuhan kepada protokol yang sudah ditetapkan; juga menjamin agar para operator lebih mendapatkan informasi tentang keadaan tekanan yang memerlukan tindakan koreksi segera.

Studi kasus 3: Britania Raya (Inggris dan Wales)

Pengalaman Lapangan 6.1 – mengembangkan strategi pemantauan operasional yang jelas

Pemantauan operasional merupakan bagian normal dan bagian ekstensif dari prosedur perusahaan air dan biasanya sudah dimasukkan dan ditinjau ulang sebagai bagian pelaksanaan WSP. Keuntungan WSP adalah bahwa metodologi yang dipakai mengharuskan adanya strategi pemantauan operasional yang jelas dengan segala tanggung jawab tertentu unuk menimbang relevansinya dengan produksi dan distribusi yang aman air minum dan cara bagaimana semua itu diprogramkan dan dinilai. Dengan cara ini kecenderungan melakukan tes yang tidak relevan dapat dihindarkan.

Pendahuluan

Mempunyai proses resmi untuk memverifikasi dan mengaudit WSP menjamin bahwa WSP berfungsi dengan baik. Verifikasi atau memastikan merupakan tiga tindakan yang dilakukan bersama untuk memberikan bukti bahwa WSP berfungsi secara efektif. Ketiganya adalah:

- Pemantauan kepatuhan; - Audit internal dan eksternal terhadap kegiatan operasional; - Kepuasan konsumen. Verifikasi harus memberikan bukti bahwa keseluruhan rancangan dan operasi sistem mampu secara konsisten memberikan air dengan kualitas spesifik yang memenuhi target berbasis kesehatan. Jika tidak, rencana perbaikan/peningkatan harus direvisi dan diterapkan.

Kegiatan-kegiatan kunci

Pemantauan kepatuhan

Seluruh cara-cara pengendalian harus memiliki paket pemantauan yang jelas batasannya dalam memastikan keefektifan dan kinerja pemantauan yang mengacu kepada batasan-batasan yang ditentukan. Organisasi pengadaan air

harus bisa berharap agar mendapatkan hasil-hasil pemantauan verifikasi yang konsisten dengan target-target kualitas air. Rencana-rencana langkah korektif perlu dikembangkan agar menanggapi, dan mengerti alasan adanya segala hasil yang tidak diharapkan. Frekuensi pemantauan verifikasi bergantung pada tingkat kepercayaan yang disyaratkan oleh organisasi pengadaan air dan otoritas regulasi. Paket pemantauan harus mengikutsertakan peninjauan ulang pada interval dan pada waktu-waktu timbulnya perubahan yang direncanakan maupun tidak direncanakan di dalam sistem pemasokan.

Audit internal dan eksternal terhadap kegiatan operasional

Audit yang ketat membantu menjaga pelaksanaan praktis WSP, menjamin bahwa risiko dan kualitas air terkendali. Audit dapat melibatkan peninjauan ulang internal dan eksternal oleh

otoritas regulasi atau pengaudit independen yang memenuhi syarat. Audit dapat merupakan peran penilaian sekaligus pemeriksaan kepatuhan. Frekuensi untuk audit dengan tujuan verifikasi bergantung pada tingka kepercayaan yang disyaratkan oleh organisasi pengadaan air dan otoritas regulasi. Audit harus dilaksanakan secara regular.

Kepuasan konsumen

Verifikasi termasuk pula pengecekan apakan konsumen sudah puas dengan air yang dipasok. Jika mereka belum puas, terdapat risiko mereka akan memakai air lain yang kurang aman.

Tantangan-tantangan khas

- Kekurangan pengaudit eksternal yang handal untuk WSPs

- Kekurangan laboratorium yang memenuhi syarat untuk memeroses dan menganalisiskan sampel

- Kekurangan sumber daya manusia dan financial - Kekurang pengetahuan mengenai kepuasan atau

keluhan konsumen

Luaran

1. Konfirmasi bahwa WSP handal dan tepat guna 2. Bukti bahwa WSP dilaksanakan prakteknya sesuai yang

diharapkan dan berfungsi dengan efektif 3. Konfirmasi bahwa kualitas air memenuhi target-target yang

ditentukan

Contoh/Alat 7.1: Parameter-parameter yang mungkin diikutkan dalam program-program pemantauan verifikasi rutin

Untuk verifikasi kualitas mikrobiologi air, organisme-organisme indikator biasanya dipantau. Sistem verifikasi yang paling banyak digunakan adalah memakai bakteri indikator feses E. coli atau coliform-coliform yang tahan akan suhu tinggi (thermotolerant) pada titik-titik yang mewakili pemantauan di dalam sistem pengadaan air. Pemakaian alat lain seperti, hitung cawan heterotropik (heterotropic plate counts), atau Clostridium perfringens dapat dipakai untuk pemantau operasional atau penyelidikan agar lebih mengerti tentang sistem pengadaan air.

Verifikasi untuk parameter-parameter kimia dilakukan dengan pengukuran langsung bukan dengan indicator. Kebanyakan bahaya kimia tidak akan muncul dalam tingkat kadar berbahaya yang akut dan frekuensi verikasi (seringkali setiap kuartal atau kadang-kadang setengah tahunan) boleh lebih jarang daripada verifikasi mikroorganisme.

Cecap rasa dan bau secara kuantitatif dan kualitatif dapat dipantau untuk menjamin kondisi jaringan distribusi dan instalasi konsumen.

Contoh/alat 7.2: Daftar faktor-faktor yang harus diperhitungkan untuk membuat program pemantauan verifikasi yang rutin (Program verifikasi berpedoman pemakaian dapat memberikan tambahan derajat kepercayaan, melengkapi regulasi yang mengkhususkan kepada pemantauan parameter-parameter dan frekuensi.)

Jika perlu, susun program pemantauan verifikasi yang sesuai dengan syarat-syarat regulasi; Tunjuk personel yang cocok untuk melakukan fungsi-fungsi pemantauan; Buat sistem komunikasi diantara staf pemantau; Tetapkan analisis yang tepat; Pastikan titik-titik tempat pemantauan sudah terpilih; Pastikan frekuensi pemantauan sudah tepat;

Pastikan hasil-hasil diinterpretasikan dan hasil-hasil yang tidak biasa atau buruk diselidiki; Buat sebuah sistem untuk memastikan adanya pelaporan hasil yang rutin kepada regulator yang tepat.

Contoh/alat 7.3: Mengaudit WSP dan implementasi WSP

Selain analisis kualitas air, verifikasi harus pula mencakup audit WSP dan praktek operasional untuk menunjukkan praktek yang baik dan kepatuhan. Pengaudit akan menunjukkan peluang-peluang untuk perbaikan misalnya area-area dimana prosedur tidak diikuti sebagaimana mestinya, sumber daya tidak mencukupi, perbaikan-perbaikan terencana tidak praktis, atau pelatihan dan dukungan motivasi diperlukan oleh staf.

Jika melakukan audit, penting bahwa pengaudit memiliki pengetahuan rinci tentang pengadaan air minum dan prosedur-prosedur disaksikan sendiri, bukan hanya sekedar catatan saja. Catatan tidak selalu benar secara factual dan dalam beberapa hal, peralatan yang katanya berfungsi menurut catatan mungkin saja kenyataannya tidak berfungsi dan menjadikan air tidak aman serta letupan penyakit yang terbawa air (waterborne disease).

Contoh/alat 7.4: Daftardiperoleh dalam audit

faktor-faktor yang harus diperhitung an k untuk mem

Semua bahaya/kejadian yang mungkin sudah diperhitungkan; kejadian sudah diketahui;

astikan semua informasi yang tepat sudah

Prosedur pengendalian yang tepat untuk semua Prosedur pemantauan yang tepat sudah dibuat;

ngendalian sudah diatur; Batas-batas kritis untuk tiap cara pe Tindakan korektif sudah diketahui;

Sebuah sistem verifikasi sudah dibuat.

Contoh/alat 7.5:Rencana pemantauan operasional dan pemantauan verifikasi (dari Jinga, Uganda)

Proses pada unit

Pemantauan operasional (lihat Modul 6) Pemantauan verifikasi

Apa Kapan Siapa Apa Kapan Siapa

E. coli Tiap minggu

Enterococci Tiap minggu

Pengukuran on-line

- pH - Khlor

Tiap hari

Mengaudit catatan Tiap bulan

Catatan uji bejana (jar test) Tiap minggu

Kekeruhan Tiap hari

Pengolahan

Catatan dosis Tiap minggu

pH Tiap minggu

Kekeruhan Tiap minggu

E. coli Tiap bulan

Khlor Tiap minggu Kekeruhan Tiap bulan

Sistem distribusi

Inspeksi sanitasi Tiap minggu

Operator pengolah air/analis

Enterococci Tiap bulan

Analis

Dll.

Studi kasus 1: Australia

Pihak pemakai pengolahan air khas tidak membuat perubahan yang berarti dalam pemantauan verifikasi mereka sebagai

bagian dari WSPs. Pada umumnya, selama berpuluh-puluh tahun area ini merupakan fokus yang kuat bagi regulasi pengadaan air sebelum WSP dilahirkan. Baik pemantauan kepuasan konsumen maupun tes kualitas air sudah merupakan proses yang baku, dan datanya dilaporkan kepada masyarakat.

WSPs mengubah fokus kearah pencegahan dan perbaikan pemantauan operasional tapi tidak secara berarti mempengaruhi pemantauan verifikasi. Perubahan yang besar adalah reposisi pemantauan keluhan konsumen dan tes kualitas air menjadi ‘pemantauan verifikasi’. Efek lain WSP adalah ‘memindahkan’ tes verifikasi menjadi ‘konfirmasi setelah-ada-fakta’ sedangkan sebelumnya tindakan-tindakan verifikasi sering difokuskan kepada manajemen kualitas air.

Pengalaman Lapangan 7.2 – menciptakan sistem untuk audit internal dan eksternal

Salah satu perubahan-perubahan besar terkait WSPs adalah pengauditan manajemen kualitas air. Audit internal dan semakin bertambahnya audit eksternal. Audit menjadi biasa bagi pihak pemakai pengolahan air di Australia; sekarang audit dilakukang kira-kira dalam interval setiap tahun oleh pengaudit eksternal. Dalam beberapa tahun yang lalu,sistem audit manajemen kualitas air minum yang baru sudah dipakai, bersama dengan tumbuhnya kelompok spesialis pengaudit. Terdapat beberapa oposisi terhadap pengauditan eksternal dari pihak pemakai pengolahan air akan tetapi regulator semakin menuntut agar audit eksternal dijadikan bagian peran pengawasan.

Pengalaman Lapangan 7.3 – memilih standar regulasi yang tepat

Setiap jurisdiksi (Negara bagian dan wilayah khusus) sudah mengharuskan atau dalam fase mengembangkan persyaratan agar badan pengolah air mempunyai WSPs. Negara bagian Victoria melalui Akta tahun 2003 (Safe Drinking Water Act 2003) dan Negara-negara bagian lainnya sudah atau sedang memberlakukan persyaratan yang sama melalui akta, regulasi, atau lisensi. Besar kemungkinannya bahwa pada tahun 2015 semua badan pengolah air di semua Negara bagian Australia akan melaksanakan WSPs yang akan di audit regulasinya. Pengauditan pertama regulasi dilakukan di Victoria tahun 2008, dengan memberikan peluang antara Akta dan waktu berlakunya akta itu. Negara-negara bagian yang lain dan wilayah khusus sedang mengikuti jejak ini.

Studi kasus 2: Amerika Latin dan Kepulauan Karibia (ALKK)

Pengalaman Lapangan 7.1 – mengembangkan rencana pemantauan kepatuhan

Ketika catatan-catatan badan pengolah air dikumpulkan dan dipelajari untuk menilai status terkini pengadaan air perpipaan (lihat Pengalaman Lapangan 2.2 ALKK), terungkap bahwa protokol badan pengolah air untuk tes, pencatatan, dan pelaporan kualitas air yang selesai diolah tidak secara konsisten dipatuhi oleh operator. Kekosongan data sudah biasa terjadi dan perangkat data yang ada tidak pernah secara sistimatis dikompilasikan dan dipelajaran untuk memastikan kepatuhan kepada standar kualitas air dan menginformasikan putusan-

putusan operasional. Juga, kebanyakan sampel diproses di laboratorium yang jauh dan hasilnya tidak pernah dilaporkan balik kepada para operator, sehingga tidak memberikan kepada mereka asupan balik yang penting mengenai operasi-operasi di lapangan. Penyimpangan dari protokol ini terkait dengan kurangnya personel untuk melakukan tes dan analisis hasil; biaya pengiriman sampel ke laboratorium yang jauh; kekurangan reagen tes yang diperlukan; dan kurangnya tanggung jawab (baik internal maupun eksternal). Tim WSP sepakat bahwa mengatasi hambatan-hambatan ini harus mendapat prioritas tertinggi karena pengeahuan tentang kualitas air yang dihasilkan adalah merupakan hal mendasar bagi pengadaan air. Rencana pemantauan kepatuhan dirvisi untuk mengikutkan panduan rinci dalam pengumpulan data, pencatatan, kompilasi dan analisis, dan pelaporan umpanbalik bagi operator. Rencana pemantauan hasil revisi juga menguraikan langkah-langkah internal yang akan diambil jika hasilnya mengindikasikan adanya ketidakpatuhan terhadap standar kualitas air.

Pengalaman Lapangan 7.2 – menciptakan sistem untuk audit internal dan eksternal

Ketika proses WSP mulai, tidak ada sistem resmi untuk dilakukannya pengauditan internal dan eksternal terhadap kualitas air atau operasi-operasi dan praktek manajemen badan pengolah air. Sebagai hasil adalah kurangnya tanggung jawab dalam pengolahan air dan pengabaian rutin terhadap prosedur

yang berlaku. Untuk mengatasi masalah ini, badan pengolah air mengembangkan rencana untuk memasukkan laporan bulanan kualitas air (dibuat sebagai bagian daripada rencana pemantauan kepatuhan seperti yang diuraikan dalam Pengalaman Lapangan 7.1 ALKK). Kepada manajemen senior di dalam badan pengolahan air dan kepada Kementerian Kesehatan. Pelaporan internal dan eksternal catatan-catatan kualitas air ini diharapkan akan mendorong pemantauan kepatuhan menjadi konsisten dan memfasilitasikan pengawasan regulasi. Untuk dapat memastikan bahwa prosedur-prosedur lain yang tercantum dalam WSP juga diikuti secara konsisten, pihak badan pengolah air bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan mengembangkan rencana tambahan pengauditan internal dan eksternal WSP yang lebih komprehensif. Rencana yang lebih komprehensif ini melakukan tinjauan ulang sekitar setahun sekali oleh manajemen senior pihak pengolah air dan tinjauan setahun sekali oleh Kementerian Kesehatan. Walaupun keseluruhan WSP bisa di tinjau ulang selama audit-audit ini, area fokus utama adalah prosedur pengoperasian standar (standar operating procedures – termasuk pula rencana pemantauan operasional dan pemantauan kepatuhan), program-program pelatihan operator, dan rencana-rencana tindakan untuk menghadapi bahaya dengan prioritas tinggi. Juga, untuk meningkatkan keterikatan dengan rencana-rencana dan prosedur yang sudah berjalan, audit ini diharapkan akan memperbaiki konunikasi baik did dalam badan pengolah air maupun antara badan pengolah air dengan badan regulasi.

Studi kasus 3: Britania Raya (Inggris dan Wales)

Pengalaman Lapangan 7.1 – memverifikasi melalui kepatuhan dan audit

Pada umumnya, verifikasi keefektifan pendekatan WSP adalah melalui kepatuhan kepada syarat-syarat regulasi bagi kualitas air minum, pengolahan dan pemakaian zat kimia dan bahan-bahan.

Pengatur kualitas air minum adalah pengaudit eksternal WSP. Dalam keadaan normal, badan ini tidak mengantisipasikan melakukan audit kepada WSPs kepunyaan perusahaan secara keseluruhan, tetapi unsure-unsur tertentu WSP akan mengikukan dalam audit yang lain hal-hal seperti penilaian kepatuhan, jalur audit sampel, investigasi-investigasi insiden, inspeksi tempat, keluhan-keluhan konsumen, dan keterwakilan pemangku kepentingan.

Langkah pendokumentasian jelas prosedur-prosedur manajemen yang akan dilakukan ketika sistem beroperasi dengan normal (prosedur pengoperasian standar; standar operating procedures, SOP) dan ketika sistem beroperasi dalam keadaan ‘insiden’ (tindakan-tindakan korektif) merupakan bagian integral daripada WSP. Prosedur itu harus dituliskan oleh staf berpengalaman dan harus diperbaharui sesuai dengan keperluan, khususnya menyangkut pengimplementasian daripada rencana perbaikan/peningkatan dan tinjauan ulang insiden-insiden, kedaruratan, dan keadaan nyaris gagal. Lebih disukai jika dilakukan wawancara kepada staf dan pastikan bahwa kegiatan-kegiatan mereka direkam dalam pendokumentasian. Ini membantu juga kepemilikan dan akhirnya implementasi prosedur-prosedur itu.

Langkah-langkah kunci

Pendahuluan

Pendomentasian segala aspek WSP adalah penting. Prosedur-prosedure manajemen merupakan langkah-langkah yang harus diambil selama kondisi operasional yang normal, dan merinci langkah-langkah yang diikuti dalam keadaan ínsiden’spesifik ketika mungkin terjadi lepas kendali pada sistem. Staf manajemen mengemban tanggung jawab untuk memastikan prosedur selalu diperbaharui dan tersedia untuk menjaga para operator dan staf manajemen terhubungi dan turut serta agar memudahkan orang ‘mengerjakan yang benar’, menyediakan sumberdaya yang cukup, dan memastikan orang mau maju

kemuka bukan menahan informasi karena takut dimarahi. Siklus peninjauan ulang dan pembaharuan yang efisien juga penting.

Jika pemantauan mendeteksi sebuah proses beroperasi diluar ketentuan batas kritis atau batas operasional, perlu bertindak untuk memulihkan operasi dengan memperbaiki pelencengan itu. Bagian penting daripada WSP adalah pengembangan langkah-langkah korektif yang mengidentifikasikan tanggapan operasional khusus yang dipersyaratkan menyusul terjadinya deviasi dari batas-batas yang ditentukan.

Kejadian/insiden atau deviasi yang tidak diduga dapat timbul sedangkan langkah-langkah korektif belum ada. Dalam kasus ini, harus diikuti rencana baku kedaruratan. Keadaan ini memerlukan protokol untuk penilaian situasi dan identifikasi dari situasi-situasi yang memerlukan aktivasi rencana tanggap darurat. Juga penting bahwa keadaan-keadaan nyaris gagal dinilai karena mungkin merupakan indikator kedarutan yang akan datang.

Setelah terjadi keadaan darurat harus dilakukan investigasi yang melibatkan seluruh staf untuk mendiskusikan kinerja, penilai juga prosedur-prosedur yang berjalan sudah memadai, dan sampaikan segala masalah yang perlu diperhatikan. Pendokumentasian yang tepat dan pelaporan keadaan darurat juga harus dibuat. Peninjauan penyebab keadaan darurat atau nyaris gagal dan tanggapannya dapat mengindikasikan bahwa perubahan terhadap protokol yang ada, penilaian risiko dan WSP diperlukan (lihat Modul 11).

Tantangan-tantangan khas

- Menjaga prosedur-prosedur selalu diperbaharui; - Memastikan staf menyadari adanya perubahan-perubahan - Memperoleh informasi tentang keadaan nyaris gagal

Contoh/alat 8.1 memberikan ringkasan umum yang dapat dipakai untuk mengawali pengembangan daftar SOPs yang akan berbentuk khusus untuk operasi badan pengolah air. Tak mungkin untuk membuat daftar semua SOPs yang diperlukan oleh sebuah fasilitas karena bervariasinya proses dalam tiap fasilitas. SOPs dapat diprioritaskan dan didokumentasikan

sekali, SOPs tambahan dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan ditambahakan ke dalam pendokumentasian. SOP harus dikembangkan dengan cara yang memungkinkan revisi bila diperlukan.

Luaran

Prosedur-prosedur manajemen untuk keadaan-keadaan normal dan insiden/kedaruratan yang melakukan:

- Tindakan-tindakan tanggap; - Pemantauan operasional; - Tanggung jawab badan pengolah air dan pemangku

kepentingan lain; - Protokol-protokol dan strategi komunikasi, berikut

prosedur peringatan dan rincian kontak staf; - Tanggung jawab untuk cara-cara koordinasi yang

dilakukan dalam keadaan darurat; - Rencana komunikasi untuk mengingatkan dan

menginformasikan para pemakai pengadaan air dan pemangku kepentingan lain (mis. Layanan-layanan kedaruratan);

- Sebuah program untuk meninjau ulang dan merevisi pendokumentasian sesuai kebutuhan;

- Rencana-rencana untuk menyediakan dan mendistribusikan penyediaan air dalam keadaan darurat.

Contoh/alat 8.1: Prosedur-prosedur Pengoperasian Standar (SOP) khas untuk badan pengolah air

Kategori Sub-kategori SOP

Pemeriksaan keliling harian

Keamanan tempat

Penyimpanan catatan

Prosedur pelaporan

Tugas/informasi umum

Pencegahan kontaminasi silang untuk operator

Pengambilan sampel Prosedur pengambilan sampel

Tinjauan operasi fasilitas

Tanggap darurat Mati listrik

Operasi katup Air baku

Penapisan

Pengukuran aliran air Kalibrasi meteran

Operasi pompa Penyalahan operasi pompa yang bekerja

Asupan dan pengolahan pendahulu

Menambah/mengurangi operasi pompa

Prosedur pembubuhan

Prosedur disinfeksi

Dll.

Jika pemantaun menemukan adanya deviasi dari batas kritis atau operasional, perlu dilakukan tindakan-tindakan korektif.

Contoh/alat 8.2: Daftar prosedur manajemen (atau tindakan korektif) untuk menangani insiden

Rincian tanggung jawab dan kontak untuk personel penting dan pemangku kepentingan lain; Deskripsi jelas tindakan-tindakan yang diperlukan ketika terjadi deviasi; Lokasi dan identitas SOPs dan perlengkapan yang diperlukan; Lokasi perlengkapan cadangan; Informasi relevan logistic dan teknik.

Prosedur pengawasan kualitas aspek WSP harus juga dicatat sebanyak mungkin. Semua pengukuran terhadap cara-cara pengendalian, misalnya, harus bisa dikenai prosedur pengendalian kualitas, seperti pengendalian analitis internal dan eksternal di dalam laboratorium. (Perhatikan bahwa ini mungkin juga diperlakukan sebagai ‘program pendukung’.)

Contoh/alat 8.3: Daftar karakteristik dan sistem yang terkait dengan manajemen orang yang akan memfasilitasikan keberhasil WSP yang sedang berlangsung

Memilih parameter yang mempunyai arti untuk dilaporkan; Memiliki sistem pelaporan kegagalan yang jelas dan efisien; Melibatkan managemen tingkat yang lebih tinggi dalam pelaporan sehingga mereka turut serta dalam kejadian-kejadian: Merancang audit ‘terhormat’ pembidik daerah-daerah yang berpuas diri dan menjurus kepada konsekuensi buruk; Mengobservasikan model ‘tidak disalahkan’ dimana kegagalan dibagi diantara peserta sistem; Memiliki mekanisme luas yang terjangkau untuk menyajikan kesempatan perbaikan, analisis risko, dan iterpretasi dan

menantang praktek-praktek yang ada; Menjamin bahwa semua procedure ditandatangani pada tingkat senior. Hal ini merupakan bagia penting dari mekanisme

perbaikan berkelanjutan.

Contoh/alat 8.4: Prosedur manajemen kedaruratan

Selama dalam kedaruratan mungkin perlu untuk memodifikasikan pengolahan sumber air yang ada atau untuk sementara memakai sumber air alternatif. Mungkin perlu untuk meningkatkan disinfeksi pada sember air atau memberikan tambahan disinteksi (misalnya khlorinasi ulang) selama dilakukan distribusi. Prosedur-prosedur dalam keadaan darurat ini harus didokumentasikan.

Contoh/alat 8.5: Daftar area penting untuk ditangani dalam prosedur manajemen kedaruratan

Tindakan-tindakan tanggap, termasuk pula peningkatan pemantauan; Tanggung jawab dan otoritas internal dan eksternal kepada organisasi; Rencana-rencan untuk pengadaan air dalam keadaan darurat; Protokol dan strategi komunikasi, termasuk juga prosedur peringatan (internal, badan regulasi, media dan publik); Mekanisme penambahan surveilens kesehatan masyarakat; Prosedur kedaruratan harus dipraktekkan dengan teratur.

Studi kasus 1: Australia

Pengalaman Lapangan 8.1 – mengembangkan prosedur standar operasi (SOPs)

Pada umumnya, industri pengadaan air Australia agak informal dengan pendokumentasian dan prosedur resmi yang terbatas. Oleh karenanya, kebanyakan WSPs mengikutkan beberapa pendokumentasian tambahan terkait. Kurangnya formalitas ini sebagian mencerminkan lamanya karir dan pengalaman yang luas hampir semua operator pengadaan air; jadi membuat prosedur tertulis dianggap kurang penting dibandingkan dengan gudang pengalaman dan keterlatihan dilapangan. Secara umum, prosedur yang telah dikembangkan untuk WSPs Australia adalah pernyataan-pernyataan singkat mengenai apa yang harus dicapai bukan prosedur rinci cara mencapai objektif. Pada umumnya, ada ketergantungan kepada pelatihan dan pengalaman operator serta kehati-hatian dibandingkan dengan mengikuti prosedur terdokumentasi. Namun, jika sebagian besar pengoperasian pengelolaan sumber air diserahkan kepada kontraktor, kebanyakan otoritas sudah

mengembangkan prosedur rinci yang dipakai untuk mengukur dan menilai kegiatan kontraktor.

Tim WSP sepakat bahwa SOPs menjadi area fokus kritis selama waktu pengembangan WSP. Operator-operator tempat pengolahan air dan personel pemelihara sistem distribusi tidak memiliki dokumen acuan untuk menginformasikan dan memandu pengoperasian dari hari ke hari. Petunjuk operasional mengambilk bentuk instruksi verbal dari penyelia (supervisor) dan seringkali tidak lengkap dan salah diartikan. Kurangnya prosedur pengoperasian yang jelas dan sistematik diketahui menjadi hambatan utama dalam pengadaan air aman dan juga dipercaya berdampak buruk kepada semangat dan keterikatan para personel pengelola sumber air. Karenanya banyak waktu dan tenaga dikerahkan dalam pengembangan SOPs. SOPs spesifik sistem bagi pengelelola diciptakan dengan

Pengalaman Lapangan 8.1 – mengembangkan prosedur standar operasi (SOPs)

Studi kasus 2: Amerika Latin dan Kepulauan Karibia (ALKK)

mengadaptasikan SOPs sistem lain di wilayah untuk dipakai pada infrastruktur, kerangka kerja, prioritas, dan kendala-kendala institusional. SOPs berisikan informasi mengenai kontaminan fisik, kimia, dan mikroba yang dipermasalahkan berikut peran setiap proses pengolahan dalam membersihkan atau menginaktifasikan kontaminan. SOPs juga berisi penuntun untuk mengoptimalkan pengoperasian tempat pengolahan, semeprti menentukan pH paling efektif dan dosis aluminium sulfat untuk koagulasi; menetapkan indikator-indikator pengurasan balik saringan dan penggantian media; serta menjamin kecukupan dosis khlor dan lama wakttu kontak memusnahkan kuman. Rencana pemantauan cara pengendalian dan rencana pemantauan kepatuhan (lihat Pengalaman Lapangan ALKK 6.1 dan 7.1) juga merupakan komponen-komponen penting dalam SOPs.

Pengalaman Lapangan 8.2 – penundaan rencana tanggap darurat karena kendala sumber daya

Tim WSP memutuskan untuk tidak mengembangkan rencana formal tanggap darurat/insiden selama pelaksanaan pertama pengembangan agar dapat memusatkan kepada upaya-upaya di tempat lain. Anggota tim hanya sekedar tidak mempunyai waktu cukup dalam jadwal mereka untuk mengelola tiap tugas yang diusulkan dalam Manual secara benar; jadi memilih prioritas perlu dilakukan. Karena operasi pengelolaan begitu rupa sehingga ketidakpatuhan terhadap kebanyakan standar kualitas air hanya merupakan peraturan bukan suatu

kekecualian, sistem air efektif selalu berada dalam keadaan darurat. Konsumen terus menerus dianjurkan memasak air dan diadakan suatu sistem untuk memaksakan anjuran itu dengan tambahan pengumuman Kementerian Kesehatan setiap kali pengambilan sampel menunjukkan kualitas buruk air. Sekalipun tim WSP mendapatkan kesempatan untuk mendorong rencana dasar respon, mereka yakin bahwa sitem air akan terbaik dilanyani melalui fokus kepada sumber daya yang terbatas untuk memperbaiki kualitas air. Sementara perbaikan kualitas air terjadi melalui intervensi-intervensi WSP dan pengalaman selanjutnya, pihak pengelola hendak menangani kesenjangan-kesenjangan dalam rencana tanggapan selama revisi-revisi berikutnya oleh WSP (lihat Pengalaman Lapangan ALKK 10.1).

Studi kasus 3: Britania Raya (Inggris dan Wales)

Pengalaman Lapangan 8.1 – Merevisi prosedur memanfaatkan luaran hasil WSP

Perusahan-perusahan air sudah mempunyai manajemen dan SOPs yang baik. Tantangannya adalah bagaimana memodifikasikan semua ini sejalan dengan luaran-luaran hasil WSP dan mengatur prosedur-prosedur itu sebagai bagian dari WSP.

Pendahuluan

Program-program penunjang merupakan kegiatan yang menunjang pengembangan keterampilan dan pengetahuan penduduk, bertanggung jawab kepada pendekatan WSP, dan menunjang kapasitas pengelolaan sistem dalam menghasilkan air yang aman. Seringkali program berhubungan dengan pelatihan, rise, dan pengembangan. Program-program penunjang dapat pula memerlukan kegiatan-kegiatan yang tidak langsung mendukung keamanan air, misalnya yang menuju kepada optimalisasi proses seperti meningkatkan pengawasan kualitas di dalam laboratorium. Program mungkin sudah ada, tetapi sering dilupakan atau diabaikan sebagai unsur yang penting dari WSP. Contoh-contoh kegiatan lain termasuk kursus pendidikan lanjut, kalibrasi perlengkapan, pemeliharaan pencegahan, higiene dan sanitasi, demikian pula aspek-aspek legal seperti program untuk memahami keharusan organisasi untuk patuh kepada regulasi. Adalah penting bahwa organisasi mengerti tanggung jawabnya dan memiliki program yang siap untuk menghadapi masalah-masalah ini.

Kegiatan-kegiatan kunci

- Identifikasikan program-program penunjang yang dibutuhkan untuk implementasi pendekatan WSP;

- Tinjau ulang, dan bilamana perlu, merevisi program-program penunjang yang sudah ada;

- Kembangkan program-program penunjang tambahan bagi kesenjangan-kesenjangan pengetahuan atau keterampilan staf yang dapat menghambat pelaksanaan tepat waktu WSP.

Tantangan khas

- Sumber daya manusia; - Perlengkapan; - Sumber financial; - Dukungan manajemen; - Tidak mengidentifikasikan prosedur dan proses sebagai

bagian WSP.

Luaran

Program-program dan kegiatan yang menjamin pendekatan WSP diserapkan kedalam operasi-operasi pengelolaan air

Program-program penunjang meliputi pelatihan staf yang tepat dalam segala aspek persiapan dan pelaksanaan WSP, prosedur-prosedur kendali kualitas seperti kendali kualitas analitik internal dan eksternal dalam laboratorium-laboratorium dan riset dan pengembangan program untuk mendukung solusi-solusi jangka panjang.

Contoh/alat 9.1: Tinjau ulang program-program yang ada

Dalam mengembangkan program penunjang, tidak selalu perlu mengembangkan program-program baru. Organisasi-organisasi harus menilai program-program yang sudah ada untuk menemukan kesenjangan-kesenjangan yang perlu diatasi termasuk pembaharuan program-program yang sudah ada.

Semua prosedur harus didokumentasikan dan ditentukan tanggalnya untuk menjamin agar staf mengikuti versi terbaru.

Contoh/alat 9.2: jenis-jenis program penunjang yang dapat diikutkan dalam WSP

program Maksud Contoh

Pelatihan dan kesadaran Menjamin personel organisasi (dan kontraktor) mengerti keamanan air dan pengaruh kegiatan-kegiatan mereka

Pelatihan WSP

Persyaratan-persyaratan kompetensi

Pelatihan awal

Prosedur-prosedur higiene

Riset dan pengembangan Mendukung putusan-putusan yang dibuat untuk memperbaiki atau menjaga kualitas air

Mengerti bahaya-bahaya potensial

Riset tentang indikator kontaminasi yang lebih baik

Kalibrasi Menjamin pemantauan batas kritis dapat dipercaya dan dalam keakuratan yang dapat diterima

Jadwal kalibrasi

Alat kalibrasi otomatis

Protokol keluhan konsumen

Menjamin consumer menanggapi jika muncul beberapa keraguan mengenai kualitas air

Pusat informasi melalui telepon

Pelatihan keluhan-keluhan

Dll.

Studi kasus 1: Australia

Pengalaman Lapangan 9.1 – program pelatihan operator

Dahulu kesempatan dan persyaratan pelatihan resmi untuk operator-operator dan para manager tentang sistem pengadaan air terbatas. Pada waktu pelatihan kebanyakan diberikan selama bekerja. Akan tetapi, sekarang para regulator mendorong lebih banyak pelatihan resmi, penilaian-penilaian dan kualifikasi kompetensi dan sedang melakukan pelatihan pengembangan dn paket-paket penilaian untuk industri air di Australia. Dengan sendirinya WSPs menduduki peringkat tinggi dalam pelatihan dan pengalaman sebagai program penunjang, namun sekarang, hal ini khas dalam bentuk relatif tidak formal.

Pengalaman Lapangan 9.2 – kalibrasi dan pemeliharaan

Program manajemen aset sudah tersedia di pihak pengelola air perkotaan di Australia. Pada umumnya, aset utama swasta dinilai dan dipelihara dengan baik. Sebuah area yang sudah diperbaiki dengan lahirnya WSP adalah pemeliharaan aset proses pengolahan air dan kalibrasi peralatan pemantauan. WSPs sudah mendorong tinjauan ulang yang lebih rini dan seringkali menghasilkan peningkatan cara pemeliharaan aset proses dan cara perlengkapan pemantauan dikalibrasikan dan di pelihara.

Studi kasus 2: Amerika Latin dan Kepulauan Karibia (ALKK)

Pengalaman Lapangan 8.1 – mengembangkan program pelatihan operator

Pengelola air tidak mempunyai program resmi pelatihan operator dan operator-operator yang terlatih buruk dinilai merupakan prioritas tertinggi menjadi ancaman terhadap kualitas air. Pelatihan tidak pernah diberikan selama bertahun-tahun dan sudah banyak terjadi penggantian operator selama itu. Selain itu, sesi-sesi pelatihan yang lampau dilaksanakan oleh ahli-ahli eksternal dan kapasitas dalam institusi tidak pernah dikembangkan untuk mengatasi kebutuhan akan pelatihan dimasa mendatang. Oleh karenanya, tim WSP mengembangkan program pelatihan operator dengan fokus keberlanjutan. Seorang manajer senior pengelola sudah ditunju sebagai pimpinan pelatihan dan bebera orang personel pengelola sudah dipilih sebagai pelatih. Pimpinan pelatihan merancang dan melaksanakan kursus ‘pelatihan bagi pelatih’ dan banyak mengambil materi yang ada di dalam SOPs (lihat

Pengalaman Lapangan 8.1 ALKK). Seorang konsultan berkontribusi dalam keterampilan tambahan untuk mengoptimalkan pengoperasian sistem dan teknik efektif memecahkan masalah dengan cepat (troubleshooting). Pengalaman yang disampaikan oleh konsultasi itu dan pengelola selanjutnya diharapkan membangun kapasitas yang cukup di dalam pengelolaan untuk menghindarkan

diperlukannya dukungan eksternal dimasa mendatang. Setelah selesai kursus ‘pelatihan bagi pelatih’ para pelatih dan pimpinan pelatihan merancang kursus pelatihan operator. Kursus seluruhnya pelatihan operator akan diadakan setiap tiga tahun dan tiap kali akan ada penggantian operator. Sebuah kursis penyegar yang sederhana diadakan setiap tahun.

Pengalaman Lapangan 9.2 – perbaikan pemantauan surveilens

Tim WSP menentukan bahwa pemantauan surveilens merupakan faktor penting dalam pengadaan air yang aman karena memberikan jaminan dan menunjukkan kehati-hatian. Sebuah tinjauan ulang catatan pemantauan surveilen beberapa tahun (dilaksanakan sebagai bagian penilaian keadaan sekarang seperti yang diuraikan dalam Pengalaman Lapangan 2.2 ALKK) mengungkapkan bahwa Kementerian Kesehatan tidak secara konsisten melalukan pengambilan sampel bulanan kualitas air pada sistem distribusi seperti yang disyaratkan di dalam protokol. Sekali sekali, temuan-temuan tidak diinformasikan kepada pengelola. Sebaliknya personel pengelola mengetahui hasil surveilens yang buruk bersama para konsumen berdasarkan pengumuman-pengumuman pelayanan public. Tim WSP juga tahu bahwa petugas-petugas surveilens tidak pernah secara resmi dilatih dalam teknik yang tepat pengambilan mikroba, sehingga membuat pengelola secara rutin meragukan kebenaran hasil surveilens dan selanjutnya menimbulkan hubungan yang buruk antara

pengelola dan petugas surveilens. Untuk menangani masalah ini, rencana pemantauan surveilens ditingkatkan dengan menyertakan sistem komunikasi hasil yang tepat waktu dengan pengelola dan pelatihan petugas surveilens mengenai teknik pengambilan sampel, lokasi tepat pengambilan sampel dan parameter-parameter kunci yang penting. Pejabat-pejabat senior dari Kementerian Kesehatan diikutkan dalam proses perbaikan rencana surveilens untuk menjamin keikutsertaan dan tanggung jawabnya.

Pengalaman Lapangan 9.3 – meningkatkan pengembalian biaya (cost recovery)

Pengembalian biaya diidentifikasikan sebagai area fokus kritis WSP asalkan operasi yang efektif oleh pengelola bergantung pada aliran pendapatan yang cukup. Pendapatan yang ada lebih kecil dari pengembalian biaya penuh; walaupun didukung oleh subsidi pemerintah, pengelola tidak mempunyai dana yang cukup untuk menutupi keperluan-keperluan dasar operasional seperti mempekerjakan staf, membeli bahan kimia untuk pengolahan air dan reagen tes, menggantikan media filter, dan perlengkapan pemeliharaan. Pengelola juga tidak sanggup menjalankan pemompaan dengan biaya mahal 24 jam sehari – sebuah halangan berimplikasi besar terhadap kualitas iar dan kesehatan konsumen. Penghentian harian layanan aliran air delapan jam atau lebih menjadikan pengadaan air rawan terhadap kontaminasi ulang sebagai akibat terjadinya secara rutin tekanan air yang rendah di dalam sistem distribusi dan memberikan konsumen tanpa pilihan lain yang memaksa mereka menyimpan air di rumah. Pengembalian biaya yang

buruk sebagian terkait dengan sistem penentuan dan penagihan biaya yang tidak efektif. Lebih-lebih, kualitas air yang buruk dan pelayanan yang terputus-putus mempengaruhi kesediaan konsumen membayar air (seperti yang dibuktikan dalam Pengalaman Lapangan 2.3 ALKK). Tim WSP mengembangan sebuah rencana untuk melancarkan upaya-upaya yang sedang dilakukan pengelola dalam mengubah sistem penagihan dan menciptakan strategi hubungan masyarakat dalam memperbaiki hubungan antara konsumen-pengelola dan meningkatkan kesediaan untuk membayar.

Studi kasus 3: Britania Raya (Inggris dan Wales)

Pengalaman Lapangan 8.1 – Merevisi program penunjang untuk memasukkan luaran WSP

Area ini bukan merupakan tantangan yang signifikan untuk perusahaan-perusahaan karena mereka sudah memiliki program-program penunjang yang baik seperti program pelatihan, prosedur higiene, sistem kualitas ISO, laboratorium terakreditasi dengan program pengendalian mutu internal dan eksternal dan riset serta pengembangan perusahaan maupun industri kolaboratif. Tantangannya adalah memperlakukan dan memasukkan program penunjang itu sebagai bagian daripada WSP.

- Program perubahan dan perbaikan tempat pengambilan air baku, pengolahan, dan distribusi dapat berdampak pada diagram proses dan penilaian risiko;

Tim WSP harus sepakat mengadakan pertemuan secara reguler untuk meninjau ulang segala aspek WSP agar tetap akurat. Asupan dari operator lokal atau hasil kunjungan ke lapangan dapat pula dijadikan bagian daripada peninjauan ulang. Hasil-hasil pemantauan operasional dan kecenderungan perkembangan harus dikaji. Disamping peninjauan ulang reguler terencana, WSP harus juga ditinjau ulang jika, misalnya

Tim WSP harus secara periodik mengadakan pertemuan dan meninjau ulang serta belajar dari pengalaman-pengalaman dan prosedur-prosedur yang baru (disamping meninjau ulang secara reguler WSP melalui analisis data yang dikumpulkan sebagai bagian proses pemantauan). Proses peninjauan ulang adalah kritis bagi keseluruhan implementasi WSP dan memberikan landasan bagi penilaian dimasa mendatang. Setelah terjadi kedaruratan, insiden, atau nyaris gagal, risiko harus dikaji ulang dan mungkin perlu disisipkan kedalam rencana perbaikan/peningkatan.

Pendahuluan

Langkah-langkah kunci

Jaga agar WSP terus menerus diperbaharui

Dengan meninjau ulang dan merevisi secara regular, WSP menjamin bahwa risiko-risiko baru yang mengancam produksi dan distribusi air yang aman secara teratur dikaji dan ditangani. WSP yang relevan dan selalu diperbaharui akan menjaga rasa percaya diri dan dukungan dari staf dan pihak pengampu kepentingan yang ada didalam pendekatan WSP.

WSP dapat cepat menjadi ‘ketinggalan zaman’ karena:

- Prosedur-prosedur hasil revisi; - Penggantian staf; - Perubahan kontak dengan pihak pengampu kepentingan.

Adakan pertemuan-pertemuan reguler revisi WSP

sumber air yang baru sedang dikembangkan, direncanakan perbaikan besar-besaran pengolahan air dan akan dimanfaatkan, atau setelah terjadi insiden besar kualitas air (lihat juga Modul 11). Selama pertemuan reguler peninjauan ulang, tanggal untuk meninjau ulang berikutnya harus ditentukan.

Tantangan-tantangan khas

- Pengumpulan kembali tim WSP; - Menjadi dukungan berlanjut bagi proses WSP; - Menjamin bahwa jika staf sebelumnya meninggalkan

tempat pengolahan, kewajibannya diteruskan oleh yang lain;

- Menyimpan catatan-catatan perubahan; - Menjaga kontak dengan para pengampu kepentingan.

Luaran

WSP yang selalu diperbaharui dan terus menerus cocok untuk kebutuhan pengelola air dan para pengampu kepentingan.

Contoh/alat 10.1: Kapan harus meninjau ulang WSP

WSP harus langsung ditinjau kembali segera setelah timbul perubahan kondisi atau masalah yang signifikan dalam rangkaian kegiatan penyediaan air. WSP juga harus ditinjau ulang dari waktu ke waktu, khususnya yang terkait dengan hasil yang diperoleh setelah melakukan WSP. Semua perubahan WSP hasil peninjauan ulang itu harus didokumentasikan.

Contoh/alat 10.2: Contoh daftar untuk meninjau ulang WSP

Catatan-catatan pertemuan tinjau ulang yang terakhir; Catatan-catatan setiap tinjau ulang interim/sementara; Perubahan keanggotaan tim WSP; Perubahan tempat pengambilan air, pengolahan, distribusi; Tinja ulang kecenderungan data operasional; Validasi pengendalian-pengendalian baru; Tinjau ulang terhadap verifikasi; Pelaporan audit internal dan eksternal; Komunikasi para pemangku kepentingan; Tanggal pertemuan tinjau ulang yang akan datang.

Contoh/alat 10.3: Perubahan-perubahan yang dapat mempengaruhi WSP

Pengembangan perumahan akan meningkatkan kebutuhan akan air di dalam lingkungan Sistem Pengadaan Air Hawthorne. Hal ini berujung pada usulan tentang air dari lingkungan Sistem Pengadaan Air Dahlia harus disalurkan ke wilayah itu. Akan tetapi, material yang dipakai dalam perpipaan sistem distribusi Sistem Hawthorne tidak cocok dengan sifat kimia yang agresif dari Penyediaan Dahlia yang akan meyebabkan korosi dan kebocoran bahan logam perpipaan. Situasi ini seharusnya tidak terjadi jika tim WSP sudah mengkaji risiko itu sebelum adanya perubahan itu. Seharusnya, tim yang dulu, menjamin bahwa diagram proses ‘penggabungan’ sistem penyediaan air sudah diperbaharui, dan yakin apakah pengkajian risiko terhadap pemasok air yang lain sudah layak, termasuk data hasil pemantauan operasional, dan keluhan-keluhan konsumen.

 

 

Studi Kasus 1: Australia

Pengalaman Lapangan 10.1 – tinjauan eksekutif WSP

Kebanyakan badan pelayanan air didaerah urban Australia minimal mempunyai seorang penjaga setingkat eksekutif yang memberikan laporan tentang pelaksanaan WSP serta luarannya pada tingkat eksekutif. Audit terhadap WSP khas dilaporkan kepada eksekutif bidang pemakaian. WSP memberikan kerangka-kerja yang berguna untuk pengorganisasian dan pelaksanaan tindakan-tindakan manajemen kualitas air dalam

bentuk yang membantu para eksekutif membuat putusan-putusan strategis mengenai manajemen kualitas air.

Pengalaman Lapangan 10.2 – Revisi WSP

Badan pelayanan Australia memperlakukan WSP sebagai ‘dokumen hidup’ yang dapat diubah sejalan dengan perbaikan-perbaikan. Kebanyakan WSP merupakan versi terkendali dalam bentuk versi elektronik berbasis jaringan intranet bukan dalam bentuk kertas dokumen (hard copy). WSP khususnya direvisi besar-besaran setiap beberapa tahun disertai revisi-revisi ad hoc yang biasanya dijadwalkan selaras dengan audit

atau perlakuan lain atau bila ada perubahan-perubahan besar aset.

Studi Kasus 2: Amerika Latin dan Kepulauan Karibia (ALKK)

Pengalaman Lapangan 10.1 – Pembentukan komite peninjauan ulang WSP

Tim WSP merasa perlu untuk membentuk proses formal peninjauan ulang WSP beserta revisi yang diperlukan untuk menjamin agar WSP selalu diperbaharui dan efektif. Oleh karena kesibukan para anggota Komite Pengendali (steering committee) dan Gugus Tugas (task force), pemeliharaan WSP dalam jangka waktu yang lama dinilai tidak realistik jika tidak disertai rencana jelas mengenai garis besar kegiatan-kegiatan peninjauan ulang yang besar serta mengenali badan-badan yang bertanggung-jawab. Komite Peninjauan-ulang dibentuk dan setuju akan mengadakan pertemuan dua tahun sekali setelah pembentukan WSP. Pertemuan ini dimaksudkan untuk merevisi WSP yang mencerminkan kemajuan dalam kegiatan korektif dan menyampaikan segala kekurangan yang ditemukan. Disamping peninjauan-ulang tiap dua tahun yang ditentukan, Komite Peninjauan-ulang setuju untuk mengadakan pertemuan tiap kali terjadi insiden yang berhubungan dengan air minum untuk dapat merevisi WSP seperlunya agar mencegah terjadinya insiden yang sama.

Pengalaman Lapangan 10.2 – Revisi WSP setelah terjadi perbaikan modal

Beberapa perbaikan modal diusulkan sebagai hasil pemakaian WSP. Perubahan-perubahan struktural atau operasional pada sistem dapat menimbulkan risiko-risiko tambahan, seperti kurangnya pengetahuan tentang pengoperasian alat baru atau perubahan-perubahan kadar desinfektan untuk sistem yang sudah dimodifikasikan. Komite Peninjauan-ulang akan memeriksa kembali WSP sebagai lanjutan adanya perbaikan struktural untuk menilai dan mengungkapkan adanya bahaya yang tidak diduga sebelumnya sambil memperbaharui WSP setiap kali diadakan perubahan-perubahan. Demikian pula, setelah kapasitas kualitas air yang lebih baik sudah terealisasikan melalui perbaikan-perbaikan modal dan operasional, standar akan dikaji lagi dan mungkin perlu dimodifikasikan, misalnya dengan cara perubahan standard bertahap yang dibuat untuk standar kekeruhan seperti yang dibahas dalam Pengalaman Lapangan ALKK 7.3.

Studi kasus 3: Britania Raya (Inggris dan Wales)

Pengalaman Lapangan10.1 – Tetap mempertahankan pendekatan WSP

Perusahaan-perusahaan yang memiliki WSP dalam bentuk kertas ditantang oleh tuntutan beban kerja untuk menjaga berkas itu selalu diperbaharui terutama bila didapatkan dan dilaksanakan banyak perbaikan-perbaikan. Menjega inisiatif WSP agar tetap tercakup didalam pengoperasian perusahaan besar kemungkinan akan menjadi tantangan sebelum pengkajian risiko dan manajemen risiko pendekatan WSP dijadikan persyaratan regulasi.

- Penilaian terbuka dan jujur daripada penyebab, rangkaian kejadian, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kedaruratan, insiden, atau keadaan nyaris gagal;

- Fokus dan bertindak dalam lingkup hasil pembelajaran dari pengalaman bukan mencari-cari kesalahan.

Seperti telah diuraikan sebelumnya, untuk menjamin agar mencakup bahaya dan masalah yang timbul, WSP harus ditinjau ulang secara periodik oleh tim WSP. Kepentingan khusus daripada pelaksanaan kerangka kerja WSP adalah kemungkin adanya reduksi jumlah dan besarnya insiden, kedaruratan, atau nyaris gagal yang akan mempengaruhi atau berpotensi mempengaruhi kualitas air minum. Akan tetapi, kejadian-kejadian itu masih saja dapat muncul. Disamping peninjauan ulang yang periodik, penting bahwa WSP ditinjau ulang setelah setiap kali terjadi kedaruratan, insiden atau kejadian yang tidak diduga terlepas apakan bahaya yang baru sudah teridentifikasi untuk menjamin, jika mungkin, keadaan itu tidak berulang dan memastikan apakah tanggapan sudah memadai atau masih bisa dilakukan lebih baik. Tinjauan ulang setelah terjadi insiden hamper sellu dapat mengidentifikasikan area untuk perbaikan baik untuk bahaya yang baru atau risiko yang sudah direvisi pada penilaian risiko, revisi prosedur pelaksanaan operasi, masalah pelatihan atau masalah komunikasi, dan WSP harus direvisikan agar mencerminkan perubahan-perubahan itu. Dalam berbagai kasus, perlu kiranya untuk mengikutsertakan pengampu kepentingan yang lain dalam melakukan tinjauan ulang. Penting pula bahwa para pengada air, di dalam WSP mereka, memiliki prosedur yang siap untuk memastikan bahwa tim WSP sudah dibuat waspada mengenai keadaan-keadaan dan rincian semua insiden, kedaruratan, dan nyaris gagal.

Tantangan-tantangan khas

 

Pendahuluan

Langkah-langkah kunci

- Tinjau ulang WSP setelah terjadi insiden, kedaruratan, atau nyaris gagal;

- Tentukan penyebab terjadinya insiden, kedaruratan, atau keadaan nyaris gagal serta cukup tidaknya respon yang diberikan;

- Revisi WSP dimana perlu, termasuk pula menyisipkannya kedalam program penunjang

 

 

Luaran

1. Tinjauan ulang yang komprehensif dan transparan mengapa insiden terjadi dan kesungguhan tanggapan pengelola air.

2. Masuknya hasil pembelajaran pengalaman ke dalam pendokumentasian dan prosedur-prosedur WSP.

 

 

Contoh/alat 11.1: Daftar pertanyaan setelah terjadi kedaruratan, insiden, atau keadaan nyaris gagal

Apa penyebab masalah? Apakah penyebab merupakan bahaya yang sudah diidentifikasikan dalam penilaian risiko WSP? Bagaimana pertama kali masalah diidentifikasikan atau diketahui? Langkah-langkah paling penting mana yang diperlukan dan apakah dikerjakan? Jika relevan, apakah tindakan yang dilakukan tepat dan pada waktunya untuk mengingatkan konsumern dan melindungi kesehatan

mereka? Masalah komunikasi apa yang timbul dan bagaimana cara menghadapinya? Apa konsekuensi-konsekuensi langsung dan jangka panjang dari kedaruratan itu? Bagaimana cara memperbaiki penilaian risiko/prosedur/pelatihan/komunikasi? Sampai berapa jauh rencana tanggap darurat berfungsi?

Contoh/alat 11.2: setelah terjadi insiden, kedaruratan, atau keadaan nyaris gagal dafar berikut mungkin berguna untuk merevisi WSP

Rincian tanggung jawab dan cara menghubungi personel kunci, biasanya meliputi pengampu kepentingan dan individu-individu lain dinyatakan dengan jelas;

Definisi jelas tingkat pemicu terjadinya insiden termasuk skala tingkat kewaspadaan (misalnya, kapan suatu insiden ditingkatkan menjadi kewaspadaan untuk memasak air);

Meninjau ulang apakah prosedur-prosedur manajemen cocok untuk insiden yang terjadi, bila tidak lakukan revisi; Prosedur standar pengoperasian (SOP) dan perlengkapan yang diperlukan termasuk perlengkapan cadangan, sudah tersedia dan

relevan; Informasi teknik dan logistic yang relevan sudah siap dan selalu diperbaharui; Daftar dan petunjuk acuan cepat sudah disiapkan dan selalu diperbaharui; Apakah penilaian risiko perlu direvisi? Apakah prosedur/pelatihan/komunikasi perlu diperbaiki?

Apakah insiden yang terjadi menimbulkan perlunya program perbaikan?

 

 

 

 

 

Studi kasus 1: Australia

Pengalaman lapangan 11.1 – mendefinisikan ‘insiden’ serta merencanakan tinjauan ulang dan revisi

Sebelum mengembangkan WSPs sekalipun, pengelola air Australia sudah terbiasa memiliki rencana-rencana respon terhadap insiden dan kedaruratan. Masalah-masalah kualitas air yang besar atau ancaman-ancaman pada kualitas air biasanya dinyatakan sebagai ‘insiden’ yaitu terminologi yang dipakai untuk menyatakan kejadian khusus. Kriteria hasil kesepakatan, dipakai untuk menyatakan awal mula terjadinya insiden, yaitu pada waktu yang sama ketika tim manajemen insiden dibentuk. Kemudian tim manajemen insiden mengelola insiden itu untuk

meminimalkan bahaya yang ditimbulkan selama kejadian dan memulihkan keadaan kepada operasi-operasi normal secepat mungkin. Kebanyakan insiden-insiden kualitas air mencakup tanggapan secepatnya kepada peringatan dini dan memobilisasikan sumber daya secukupnya agar konsumen tidak terkena dampak insiden. Insiden-insiden seperti itu biasanya ditangani secara internal oleh pengelola. Dalam beberapa kasus, air terkontaminasi atau tidak cukup terolah dapat juga sampai kepada konsumen. Jika air terkontaminasi atau tidak cukup terolah namun sampai juga kepada konsumen, biasanya insiden itu akan melibatkan departemen kesehatan, sedangkan konsumen pun dinasihati agar tidak meminum air itu atau menggodok air sebelum mengkonsumsi. Walaupun ada kontaminasi, biasanya pengadaan air tidak ditutup. Secara keseluruhan air dipakai juga untuk keperluan-keperluan sanitasi dan higiene dan kebanyakan kontaminasi tidak terlalu berat sehingga penyaluran air tidak perlu dihentikan.

Penyaluran tetap berlangsung sambil masyarakat dihimbau agar menghindari air tercemar itu atau memasaknya sebelum dipakai sebagai usaha berjaga-jaga. Selanjutnya, setelah terjadi insiden maka diadakan proses ‘pemulihan’ dimana akar penyebab masalah dicari dan WSP diubah, jika mungkin untuk mencegah berulangnya masalah itu.

Pengalaman lapangan 11.2 – penilaian pasca-insiden

Sebagai contoh, banyak WSPs memicu terjadinya insiden akibat kegagalan sistem disinfeksi pada tahap-tahap awalnya. Sebelum WSP dilaksanakan, tidak selamanya ada nilai kritis yang dipakai yang menunjukkan bahwa disinfeksi menjadi masalah atau tidak. Dengan Dimulainya WSPs, batas kritis disinfeksi ditetapkan dan seringkali dilanggar. Akibat penganalisisan akar penyebab masalah setelah terjadi insiden, banyak pengelola air mengubah cara-cara disinfeksi mereka. Para pengelola menerapkan tugas penuh atau paruh waktu (dengan fokus pad komponen-komponen yang rawan) dan sistem siaga untuk memungkinkan dilakukannya perubahan pada sistem siaga pada saat terjadi kegagalan pada sistem tugas. Pada beberapa pengelola air yang menghendaki kehandalan tinggi, dibuat dua sistem siaga terpisah untuk memberikan cadangan lebih lanjut dimana salah satu system ditaruh pada lokasi hilir secara terpisah. Dalam banya sistem, sarana otomatis diterapkan untuk memungkinkan pemindahan pengoperasian ke system cadangan dan memberikan isyarat waspada kepada para operator. Tempat penyimpanan air yang

sudah diolah juga dilengkapi dengan alat-alat; dalam beberapa kasus dilengkapi dengan peralatan yang memungkinkan sistem berhenti dan memberikan waktu jeda sehari atau lebih agar dapat mereparasi sistem tampa mempengaruhi konsumen. Pihak pengelola yang mengalami insiden berkali-kali pada tahun-tahun pertama pengimplementasian WSP secara bertahap menjadi pengelola yang mengalami insiden kurang dari sekali dalam setahun melalui proses perbaikan ini.

Studi Kasus 2: Amerika Latin dan Kepulauan Karibia (ALKK)

 

Pengalaman lapangan 11.1 – mendefinisikan ‘insiden’ serta merencanakan tinjauan ulang dan revisi

Tim WSP mendefinisikan ‘insiden’ sebagai pelanggaran kualitas air yang berimbas kepada ancaman langsung atau akut kepada kesehatan masyarakat. Ketika WSP dikembangkan, masalah-masalah yang berpotensi membenarkan definisi ini, misalnya kontaminasi mikroba pada sistem distribusi menjadi hal yang umum dan biasanya menjadi faktor motivasi untuk mengawali pelaksanaan WSP. Ancaman-bahaya seperti itu diidentifikasikan sebagai bagian daripada Modul 3 dan 4. Pelaksanaan tindakan-tindakan korektif, seperti pembubuhan khlor dan perbaikan praktek pemantauan, diharapkan akan mengatasi masalah-masalah tersebut. Jika pemantauan pasca pelaksanaan menemukan berulangnya kontaminasi mikroba,

Komite Peninjauan Ulang akan mengadakan pertemuan untuk membicarakan kelemahan-kelemahan perencanaan.

Pengalaman lapangan 11.2 – penilaian pasca-insiden

Selama pengembangan WSP, sebuah insiden terjadi yaitu gas khlor terlepas ke daerah perumahan. Sejumlah kegagalan dalam mitigasi kedaruratan dan prosedur tanggap diidentifikasikan termasuk kurangnya pemantauan transfer gas khlor dan setasiun tugas tanpa ada orangnya sehingga kebocoran berlangsung tanpa diketahui pihak pengelola; kurangnya pelaporan segera kepada pihak-pihak yang tepat di dalam institusi pengelola, kepada EPA Environmental Protection Agency, Badan Pelindung Lingkungan); kegagalan mengevakuasi dengan benar; kurangnya penyiapan petugas-petugas kesehatan untuk mengevaluasi insiden. Evaluasi pasca-insiden oleh pihak pengelola dan EPA kemudian dilakukan untuk mengatasi setiap kegagalan dan menerapkan prosedur protokol dan penerapan aturan kepada WSP dalam rangka pencegah berulangnya insiden-insiden itu.

Studi kasus 3: Britania Raya (Inggris dan Wales)

Pengalaman Lapangan 11.1 – menjaga agar rencana kedaruratan tetap diperbaharui

Perusahan-perusahaan air sudah mempunyai rencana kedaruratan yang baik dan selalu diuji serta diperbaharui sebagai bagian prosedur-prosedur normal. Sekali lagi, dengan prosedur-prosedur yang sudah mantap itu, tantangan yang ada ialah menjadikan semua ini sebagai upaya yang datang dari bawah payung WSP.

Ucapan Terima kasih Manual ini disusun untuk mendukung rangkaian lokakarya peningkatan kemampuan WSP yang diselenggarakan oleh WHO sambil terus menerus diperbaiki. Manual ini selalu direvisi oleh tinjauan kelompok ahli dibidangnya dan masyarakat umum, berikut umpan balik selama konperensi internasional WSP yang diselenggarakan oleh the International Water Association (IWA), the Associa�ão Portuguesa de Engenharia Sanitária e Ambiental (APESB) dan ko-sponsor WHO.

Penyiapan Manual WSP amat didukung oleh the Drinking Water Inspectorate, Inggris; the Australian Agency for International Development; the Water and Sanitation Regulatory Agency, Portugal; the Ministry of health, Labour and Welfare, Jepang; the Environmental Protection Agency, USA; the Swedish International Development Cooperation Agency, dan the Federal Ministry of Health, Jerman.

Manual ini tidak mungkin jadi tanpa kontribusi dari penulis-penulis: Annette Davison dan Dan Deere (Water Futures, Australia), David Drury, (Drinking Water Inspectorate, Inggris), Bruce Gordon dan Jamie Bartram, (World Health Organization, Swiss), Melita Stevens (Melbourne Water, Australia), Guy Howard (DFID, Inggris), dan Lana Corrales dan Angella Rinehold (CDC, USA).

Bruce Gordon dan Jamie Bartram mengkoordinasikan pembuatan Manual.

Sekelompok ahli internasional memberikan materi dan berpartisipasi dalam mengembangkan dan meninjau ulang Manual, baik secara langsung maupun melalui kegiatan terkait. Dengan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada:

Charmin Abbot, United Utilities, Inggris

Stephanie Adrian, Environmental Protection Agency, USA

Roger Aertgeerts, WHO European Centre for Environment and Health, Italia

Márcio Amazonas, The Coca-Cola Company, USA

Rafael Bastos, University of Vi�osa, Brazilia

Robert Bos, World Health Organization, Swiss

Matthew Bowman, Water Corporation, USA

Paul Byleveld, NSW Department of Health, Australia

Claudia Castell-Exner, DVGW Department of Water, Jerman

Ingrid Chorus, Umweltbundesamt, Jerman

David Cunliffe, SA Department of health, Australia

Jennifer De France, World Health Organization, Swiss

Peter Donlon, Water Service Association of Australia

John Fawell, Inggris

Rick Gelting, CDC, USA

Sam Godfrey, UNICEF, India

Steve Hrudey, University of Alberta, Kanada

Darryl Jackson, Australia

Hamanth Kasan, Rand Water, Afrika Selatan

Soichi Kunikane, Jepang

Bonifacio Magtibay, Department of Health, Filipina

SG Mahmud, Bangladesh

Anabelle May, Drinking Water Inspectorate, Inggris

Gertjan Medema, Kiwa Water Research, Belanda

Jennifer Mercer, World Health Organization, Swiss

Colin Nicholson, Sydney Water, Australia

Chris Nokes, Environmental Science and Research Ltd. Selandia Baru

Sam Perry, Washington State Department of Health, USA

Kathy Pond, University of Surrey, Inggris

Will Robertson, Kanada

Ken Rotert, Environmental Protection Agency, USA

Oliver Schmoll, Umweltbundesamt, Jerman

David Sheehan, Department of Human Services, Australia

David Smith, Melbourne Water, Australia

Steve Smith, Wessex Water, Inggris

Michael Taylor, Selandia Baru

Sarah Tibatemwa, National Water and Sewerage Corporation, Uganda

José Manuel Pereira Vieira, University of Minho, Portugal

Chris Vijoen, Rand Water, Afrika Selatan

Tom Williams, International Water Association, Belanda

Terima kasih kami sampaikan pula kepada berbagai praktisi ai di Australia, Amerika Latin dan Wilayah Karibia, dan Inggris yang telah memberikan pandangan-pandangan berharga dalam proses pembuatan WSO yang tercermin dalam Maual, terutama di dalam studi kasus.

Terima kasih juga kami sampaikan kepada Kathy Pond, University of Surrey, yang sangat berkontribusi dalam menyunting Manual ini.

Penny Ward dan Beth Woolnough memberikan bantuan administrative selama pembuatan Manual.

Kepustakaan dan Informasi Lanjut

AS/NZS, Risk Management Standard AS/NZS 4360, 3rd ed. Standards Australia and Standards New Zealand, 2004 (ISBN:0-7337-5904-1)

Artram J. Fewtrell L. Stenström T-A. Harmonised assessment of risk and risk management for water-related infectious disease: an overview. In Fewtrell L, Bartram J, eds. Water quality: guidelines, standards and health – assessment of risk and risk management for water-related infectious disease. London, World Health Organization, IWA Publishing, 2002:1-16.

Bethmann D, BAus C (2005). Comparison of decisive elements of the water safety plan with the DVGW system of technical standards. DVGW Report, Project No:W11/02/04.

Davison A, Deere D (2005). Risk management and due diligence in the water industry. Water, May:23-26.

Davison A, Howard G, Stevens M, Callan P, Fewtrell L, Deere D, Bartram J. Water safety plans: managing drinking-water quality from catchment to consumer. Geneva, World Health Organization, 2005 (WHO/SDE/WSH/05.06).

Davison A, Howard G, Stevens M, Callan P, Kirby R, Deere D, Bartram J. Water safety plans: Protection of the human environment. Geneva, World Health Organization, 2003 (WHO/SDE/WSH/02.09).

Davison AD, Pryor EL, Howard G, Deere DA. Duly diligent utilities. In: IWA World Water Congress & Exhibition, Marrakech, 19-24 September 2004.

Deere DA, Davison AD (2005). The Ps and Qs of risk assessment. Water, March:38-43

Deere D, Stevens M, Davison A, Helm G, Dufour A. Management Strategies. In Fewtrell L, Bartram J, eds. Water quality: guidelines, standards and health – assessment of risk and risk management for water-related infectious disease. London, World Health Organization, IWA Publishing, 2001:257-288.

Godfrey S. Howard G. Water Safety Plans – Planning water safety management for urban piped water supplies in developing countries (Book 1). UK, Loughborough University – Water, Engineering and Development Centre/Department for International Development, 2005.

Godfrey S. Howard G. Water Safety Plans – Supporting water safety management for urban piped water supplies in developing countries (Book 2). UK, Loughborough University – Water, Engineering and Development Centre/Department for International Development, 2005.

Howard G. Urban water supply surveillance – a reference manual. UK, Loughborough University – Water, Engineering and Development Centre/Department for International Development, 2002.

ICPS. Principles for the assessment of risks to muman health from exposure to chemicals. Geneva, World Health Organization, International Programme on Chemical Safety, 1999. (Environmental Health Criteria 210).

Mahmud SG, Shamsuddin AJ, Ahmed, MF, Davison A, Deere D, Howard G (2007). Development and implementation of water saftey plans in Bangladesh. Journal of Water and Health, 5(4):585-597.

NHMRC/NRMMC. Australian Drinking Water Guidelines (ADWG) national watr quality management strategy. National Health and Medical Research Council/Natural Resource Magement Ministerial Council (ISBN: 1864961244).

NZ NoH. Small drinking-water supplies. Preparing a public health risk management palan. Drinking-water supplies. Wellington, New Zealand Ministry of Health, 200t (ISBN: 0-478-29618-5).

O’Connor DR. Report of the Walkerton enquiry: the events of May 2000 and related issues. Part One. A Summary. Ontario Ministry of the Attorney General, 2002 (ISBN: 0-7794-2558-8).

Stevens M, Howard G, Davison A, Bartram J, Deere D. Risk management for distribution systems. In: Ainsworth R ed. Safe piped water: managing mcrobila water quality in piped distribution systems. London, IWA Publishing, 2004 (ISBN: 1-84339-039-6).

Teunis PFM, Davison AD, Deere DA (in press). Short term fluctuations in pathogen removal.

WHO/FAO Hazard characterization for pathogens in food and water: guidelines. Geneva, World Health Organization/Food and Agriculture Organization of the United Nations, 2003.

WHO. Guidelines for drinking-water quality, 3rd ed. Geneva, World Health Organization, 2004.

WHO Water Safety Plan portal – includes case studies, tools and other information on developing water safety plans: http://www.who.int/wsportal/en/, http://wsportal.org.

Daftar Kata-kata Daftar berikut merupakan istilah-istilah yang dipakai dalam GDWQ dan dokumen-dokumen lain seperti Codex Alimentarius dan

materi-materi petunjuk lain yang dipakai di dalam Manual ini.

Istilah Definisi

Kendali (kata benda) (misalnya kendali bahaya):

Keadaan dimana prosedur-prosedur yang benar dilakukan dan kriteria dipenuhi

Pengendalian (kata kerja) (misalnya pengendalian bahaya):

Melakukan semua tindakan yang perlu untuk menjamin dan menjaga kepatuhan terhadap kriteria yang ditentukan dalam WSP.

Cara Pengendalian Segala tindakan dan kegiatan yang dapat dipakai untuk mencegah atau mengeliminasikan bahaya terhadap keamanan air atau menguranginya sampai tingkat yang dapat diterima

Titik Pengendalian: Langkah dimana pengendalian dapat diterapkan untuk mencegah atau mengeliminasikan bahaya terhadap keamanan air atau menguranginya sampai tingkat yang dapat diterima. Beberapa rencana berisikan titik-titik penting pengendalian yaitu tempat dimana pengendalian menjadi amat penting untuk mencegah atau menyingkirkan ancaman keamanan air.

Tindakan Korektif: Setiap tindakan yang harus dilakukan jika hasil-hasil pemantauan di titik pengendalian menunjukkan kehilangan kendali.

Batas Kritis: Kriteria yang memisahkan antara diterima dan tidak diterima

Deviasi: Kegagalan mencapai batas kritis.

Diagram Alur: Representasi sistematik urutan langkah-langkah atau operasi yang dipakai dalam produksi atau

pembuatan suatu karakteristik air tertentu

HACCP: Hazard Analysis and Critical Control Point (Titik Analisis Bahaya dan Kendali Kritis).

Analisis Bahaya: Proses pengumpulan dan pengevaluasian informasi terhadap bahaya dan kondisi-kondisi yang menjurus kepada timbulnya bahaya untuk memutuskan mana yang bermakna bagi keamanan air dan karenanya harus ditangani dalam WSP

Bahaya: Agen biologi, kimia, fisik atau radiologi di dalam air atau keadaan air yang potensial menyebabkan efek gangguan kesehatan. Nama lain untuk bahaya adalah ‘kontaminan’.

Kejadian Berbahaya: Proses dimana bahaya/kontaminan masuk ke dalam pengadaan air.

Pemantauan: Tindakan melaksanakan urutan berencana mengobservasi atau mengukur parameter-parameter kendali untuk menilai apakah titik pengendalian benar terkendali atau air benar memenuhi kriteria kualitas

Penilaian Risiko: Untuk kepentingan Manual ini, penilaian risiko diartikan sama dengan analisis bahaya.

Skor Risiko: Skor yang dipilih berdasarkan bahaya dalam proses analisis risiko

Langkah: Titik, prosedur, operasi atau tahap dalam rangkaian pengadaan air termasuk bahan baku, mulai dari produksi primer sampai pemanjanan akhir.

Program Penunjang/ Persyaratan Penunjang:

Kegiatan-kegiatan dasar yang disyaratkan untuk menjamin air yang aman termasuk pelatihan, spesifikasi bahan baku dan prakter manajemen air yang baik. Program-program ini dapat menjadi sama pentingnya seperti titik-titik pengendalian dalam mengendalian risiko kualitas air namun dipakai jika pengaplikasian cenderung mencakup kerangka waktu yang panjang dan/atau area organisasi atau geografi yang lebih luas. Mencakup program-program pendukung umum organisasi dan program-program spesifik yang ditargetkan kepada risiko khusus.

Validasi: Memperoleh bukti bahwa unsure-unsur WSP dapat secara efektif mencapai target-target kualitas

air.

Verifikasi: Penerapan metode-metode, prosedur, tes, dan penilaian-penilaian lain, untuk menentukan kepatuhan kepada WSP, yaitu memeriksa apakah sistem memberikan kualitas air seperti yang dikehendaki dan apaka WSP pada prakteknya benar dilaksanakan.

WHO: World Health Organization (Badan Kesehatan Dunia)

WSP: Water Safety Plan (Rencana Keamanan Air)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Recommended