+ All Categories
Home > Documents > 3. TENSILE fix

3. TENSILE fix

Date post: 16-May-2023
Category:
Upload: independent
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
19
BAB I Tensile 1.1 Tujuan 1.1.1 Tujuan intruksional umum 1. Mahasiswa dapat melakukan pengujian tarik (Tensile Test) terhadap suatu material. 1.1.2 Tujuan intruksioanal khusus 1. Mahasiswa mampu membuat diagram tegangan-regangan teknik dan sebenarnya berdasarkan diagram beban-pertambahan panjang yang didapat dari hasil pengujian. 2. Mahasiswa mampu menjelaskan, menganalisa sifat-sifat mekanik material yang terdiri dari kekuatan tarik maksimum, kekuatan tarik luluh, reduction of area, elongation, dan modulus elastisitas. 1.2 Dasar Teori Salah satu sifat mekanik yang sangat penting dan dominan dalam suatu perancangan konstruksi dan proses manufaktur adalah kekuatan tarik. Kekuatan tarik suatu bahan didapat dari hasil uji tarik ( tensile test) yang dilaksanakan berdasarkan standar pengujian yang telah baku seperti ASTM (American Society of Testing and Material), JIS (Japan Industrial Standart), DIN (Deutch Industrie Normung) dan yang lainnya. Terdapat beberapa spesimen pada uji tarik. Bentuk spesimen sebagaimana ditunjukkan pada gambar di bawah ini : 1. Specimen Plat Batang uji berupa plat ditentukan dahulu gauge lengthnya, yaitu 60 mm. Setelah itu diambil titik tengah dari gauge length, yaitu A 0 = 30 mm & B 0 = 30 mm. Kesemuanya itu diberi tanda dengan penitik kemudian diukur kembali panjang gauge lenghtnya apakah tepat 60 mm atau tidak, setelah itu nilainya 1
Transcript

BAB I

Tensile

1.1 Tujuan

1.1.1 Tujuan intruksional umum

1. Mahasiswa dapat melakukan pengujian tarik (Tensile Test) terhadap

suatu material.

1.1.2 Tujuan intruksioanal khusus

1. Mahasiswa mampu membuat diagram tegangan-regangan teknik dan

sebenarnya berdasarkan diagram beban-pertambahan panjang yang

didapat dari hasil pengujian.

2. Mahasiswa mampu menjelaskan, menganalisa sifat-sifat mekanik

material yang terdiri dari kekuatan tarik maksimum, kekuatan tarik

luluh, reduction of area, elongation, dan modulus elastisitas.

1.2 Dasar Teori

Salah satu sifat mekanik yang sangat penting dan dominan dalam suatu

perancangan konstruksi dan proses manufaktur adalah kekuatan tarik. Kekuatan

tarik suatu bahan didapat dari hasil uji tarik (tensile test) yang dilaksanakan

berdasarkan standar pengujian yang telah baku seperti ASTM (American Society of

Testing and Material), JIS (Japan Industrial Standart), DIN (Deutch Industrie

Normung) dan yang lainnya.

Terdapat beberapa spesimen pada uji tarik. Bentuk spesimen sebagaimana

ditunjukkan pada gambar di bawah ini :

1. Specimen Plat

Batang uji berupa plat ditentukan dahulu gauge lengthnya, yaitu 60 mm.

Setelah itu diambil titik tengah dari gauge length, yaitu A0 = 30 mm & B0 = 30

mm. Kesemuanya itu diberi tanda dengan penitik kemudian diukur kembali

panjang gauge lenghtnya apakah tepat 60 mm atau tidak, setelah itu nilainya

1

dimasukkan kedalam penandaan (L0).Gambar berikut ini merupakan spesimen

yang akan mendapat perlakuan uji tarik :

Gambar 1.1 Spesimen Plat

2. Specimen Round Bar

Batang uji berupa rounded ditentukan dulu gauge lenghtnya, yaitu 49.30

mm lalu ditentukan titik tengah gauge lenghtnya. Setelah itu diukur lagi

panjang gauge length dari A ke B untuk dimasukkan kedalam penandaan (Lo).

Setelah itu ditandai dengan penitik. Lihat pada Gmbar 1.2

Gambar 1.2 Spesimen Round Bar

3. Spesimen Beton Neser

Batang uji berupa deformed diratakan dulu ujung-ujungnya supaya dapat

diperoleh pengukuran panjang yang lebih presisi. Ujung batang dapat diratakan

dengan cara dikikir maupun dipotong dengan alat pemotong logam. Setelah itu

diukur panjang batang uji dengan menggunakan jangka sorong, lalu ditentukan

titik tengahnya dan dapat ditandai dengan menggunakan penitik. Setelah itu

ditentukan gauge lenghtnya , yaitu melalui Lo yang diperoleh dari rumus Lo=8

x D ; D= √ 4 mπρL

kemudian didapatkan Ao dan Bo. Kemudian diukur lagi

panjang gauge lengthnya (A ke B) Seperti Gambar 1.3 di bawah ini :

2

Gambar 3.3 Spesimen Beton Neser

Pada pengujian tarik spesimen diberi beban uji aksial yang semakin besar

secara kontinyu. Sebagai akibat pembebanan aksial tersebut, spesimen mengalami

perubahan panjang. Perubahan beban (P) dan perubahan panjang (∆L) tercatat

pada mesin uji tarik berupa grafik, yang merupakan fungsi beban dan

pertambahan panjang dan disebut sebagai grafik P - ∆L dan kemudian dijadikan

grafik Stress-Strain (Grafik P-Δℓ ) yang menggambarkan sifat bahan secara

umum. Berikut ini gambar grafiknya :

Gambar 1.4 Grafik P-Δℓ hasil pengujian tarik beberapa logam

Dari Gambar 1.4 di atas tampak bahwa sampai titik p perpanjangan

sebanding dengan pertambahan beban. Pada daerah inilah berlaku hukum Hooke,

sedangkan titik p merupakan batas berlakunya hukum tersebut. Oleh karena itu

titik p di sebut juga batas proporsional. Sedikit di atas titik p terdapat titik e yang

merupakan batas elastis di mana bila beban di hilangkan maka belum terjadi

pertambahan panjang permanen dan spesimen kembali kepanjang semula. Daerah

di bawah titik e di sebut daerah elastis. Sedangkan di atasnya di sebut daerah

plastis.

3

Di atas titik e terdapat titik y yang merupakan titik yield (luluh) yakni di mana

logam mengalami pertambahan panjang tanpa pertambahan beban yang berarti.

Dengan kata lain titik yield merupakan keadaan di mana spesimen terdeformasi

dengan beban minimum. Deformasi yang yang di mulai dari titik y ini bersifat

permanen sehingga bila beban di hilangkan masih tersisa deformasi yang berupa

pertambahan panjang yang di sebut deformasi plastis. Pada kenyataannya karena

perbedaan antara ke tiga titik p, e dan y sangat kecil maka untuk perhitungan

teknik seringkali keberadaan ke tiga titik tersebut cukup di wakili dengan titik y

saja. Dalam kurva titik y ditunjukkan pada bagian kurva yang mendatar atau

beban relatif tetap. Penampakan titik y ini tidak sama untuk semua logam. Pada

material yang ulet seperti besi murni dan baja karbon rendah, titik y tampak

sangat jelas. Namun pada umumnya penampakan titik y tidak tampak jelas. Untuk

kasus seperti ini cara menentukan titik y dengan menggunakan metode offset.

Metode offset di lakukan dengan cara menarik garis lurus yang sejajar dengan

garis miring pada daerah proporsional dengan jarak 0,2% dari regangan maksimal.

Titik y di dapat pada perpotongan garis tersebut dengan kurva σ-ε. Dapat dilihat

pada Gambar 1.5 di bawah ini :

Gambar 1.5 Metode offset untuk menentukan titik yield

Kenaikan beban lebih lanjut akan menyebabkan deformasi yang akan

semakin besar pada keseluruhan volume spesimen. Beban maksimum di

tunjukkan dengan puncak kurva sampai pada beban maksimum ini, deformasi

yang terjadi masih homogen sepanjang spesimen. Pada material yang ulet

(ductile), setelahnya beban maksimum akan terjadi pengecilan penampang

setempat (necking), selanjutnya beban turun dan akhirnya spesimen patah.

4

Sedangkan pada material yang getas (brittle), spesimen akan patah setelah

tercapai beban maksimum.

Grafik Tegangan-Regangan Teknik (σ t−σ t )

Hasil pengujian yang berupa grafik atau kurva P−Δℓ tersebut sebenarnya

belum menunjukkan kekuatan material, tetapi hanya menunjukkan besarnya

beban terhadap pertambahan panjang. Untuk mendapatkan kekuatan materialnya

maka grafik P−Δℓ tersebut harus di konversikan ke dalam tegangan-regangan

teknik (grafik σ t−εt ). Grafik σ t−εt di buat dengan asumsi luas penampang

spesimen konstan selama pengujian. Berdasarkan asumsi luas penampang konstan

tersebut maka persamaan yang di gunakan adalah :

σ t =P/Ao (1.1)

ε t=( Δl / l o )×100 Οο (1.2)

di mana :

σ t= tegangan teknik (kN/mm2)

P = tegangan teknik (kN)

Ao = luas penampang awal spesimen (mm2)

ε t = regangan teknik (%)

l o = panjang awal spesimen (mm)

l 1 = panjang spesimen setelah patah (mm)

Δl = pertambahan panjang (mm) = l 1 – l o

Adapun langkah-langkah untuk mengkonversikan kurva P−Δℓ ke dalam

grafik σ t−εt adalah sebagai berikut:

1. Ubahlah kurva P−Δℓ menjadi grafik σ t−εt dengan cara menambahkan

sumbu tegak sebagaiσ t dan sumbu mendatar sebagai ε t.

5

2. Tentukan skala beban (p) dan skala pertambahan panjang ( Δℓ ) pada grafik

P−Δℓ . Untuk menentukan skala beban bagilah beban maksimal yang di

dapat dari mesin dengan tinggi kurva maksimal, atau bagilah beban yield (bila

ada) dengan tinggi yield pada kurva. Sedangkan untuk menentukan skala

pertambahan panjang, bagilah panjang setelah patah dengan panjang

pertambahan total pada kurva dari perhitungan tersebut akan didapatkan data:

1. Skala beban (P) 1mm : ........... kN

2. Skala pertambahan panjang ( Δℓ ) 1mm : ........... mm

3. Ambillah 3 titik di daerah elastis, 3 titik di sekitar yield ( termasuk y), 3 titik di

sekitar beban maksimal (termasuk u) dan satu titik patah (f). Tentukan besar

beban dan pertambahan panjang ke sepuluh titik tersebut berdasarkan skala

yang telah di buat di atas. Untuk membuat tampilan yang baik, terutama pada

daerah elastis, tentukan terlebih dahulu kemiringan garis proporsional (α )

dengan memakai persamaan Hooke di bawah ini:

σ=Ε⋅ε (1.3)

di mana :

σ = tegangan/ stress (kg/mm2, MPa,Psi)

Ε = modulus elastisitas (kg/mm2,MPa,Psi)

ε = regangan/strain (mm/mm, in/in)

Dari persamaan 1.3 di dapatkan :

Ε=σ / ε =tg α (1.4)

4. Konversikan ke sepuluh beban (P) tersebut ke tegangan teknik σ t dengan

menggunakan persamaan 1.1 dan konversikan pertambahan panjangnya ( Δℓ )

ke regangan teknik (εt ) dengan memakai persamaan 1.2.

6

5. Buatlah grafik dengan sumbu mendatar ε t dan sumbu tegak σ t berdasarkan ke

sepuluh titik acuan tersebut. Grafik yang terjadi (gambar 1.6) akan mirip

dengan kurva P−Δℓ , karena pada dasarnya grafik σ t−εt dengan kurva

P−Δℓ identik, hanya besaran sumbu-sumbunya yang berbeda.

Gambar 1.6 Grafik σ t−εt hasil konversi grafik P−Δℓ

Grafik Tegangan-Regangan Sebenarnya (σs−εs)

Grafik tegangan-regangan sebenarnya (σs−εs) di buat dengan kondisi

luas penampang yang sebenarnya yang terjadi selama pengujian. Penggunaan

grafik ini khususnya pada manufaktur di mana deformasi plastis yang terjadi

menjadi perhatian untuk proses pembentukkan. Perbedaan paling menyolok grafik

ini dengan dengan grafikσ t−εt terletak pada keadaan kurva setelah titik u

(beban ultimate). Pada grafik σ t−εt setelah titik u, kurva akan turun sampai

patah di titik f (fracture), sedangkan pada grafikσ s−ε s kurva akan terus naik

sampai patah di titik f. Kenaikkan tersebut di sebabkan tegangan yang terjadi

dihitung dengan menggunakan luas penampang sebenarnya sehingga meskipun

7

beban turun namun karena terjadi pengecilan penampang lebih besar, maka

tegangan yang terjadi juga lebih besar.

Berdasarkan asumsi volume konstan maka persamaan yang di gunakan

adalah:

σs =σ t (1 + ε t ) (1.5)

ε s =ℓn ( 1 + ε t ) (1.6)

Persamaan diatas berlaku hanya sampai dengan titik maksimum, karena

sampai dengan titik tersebut tidak terjadi deformasi yang homogen sepanjang

benda uji.

Adapun langkah-langkah untuk mengkonversikan garfik σ t−εt ke dalam

grafik σ s−ε s adalah sebagai berikut:

1. Ambil kembali ke sepuluh titik pada grafik σ t−εt yang merupakan konversi

dari grafik P−Δℓ .Untuk menentukan nilai tegangan sebenarnya gunakan

persamaan 5 sedangkan untuk nilai regangan sebenarnya gunakan persamaan

1.6. Persaman tersebut hanya berlaku sampai titik maksimum yaitu titik 1-8.

Sedangkan nilai ke dua titik lainnya (titik 9 dan titik 10) yang berada setelah

puncak kurva akan mengalami perubahan.

2. Untuk menghitung nilai tegangan sebenarnya dan regangan sebenarnya pada

kedua titik tersebut gunakan persamaan berikut:

σ s=P/ A i (1.7)

ε s =ℓn(Ao/Ai) ` (1.8)

Dimana Ai = Luas penampang sebenarnya. Untuk titik ke-10, A10 adalah luas

penampang setelah patah, sedangkan untuk titik ke-9, A9 nilainya antara A8

dengan A10.

8

3. Buatlah grafik dengan sumbu mendatar ε s dan sumbu tegak σ s berdasarkan ke

sepuluh titik acuan tersebut.

Kesepuluh titik acuan tersebut terdapat dalam gambar di bawah ini :

Gambar 1.7 Grafik tegangan dan regangan sebenarnya(σs−εs)

Sifat Mekanik yang di dapat dari uji tarik

1. Tegangan Tarik Yield(σ y )

σ y=Py / AΟ (1.9)

di mana :

σ y = tegangan yield (kN/mm2)

Py = beban yield (kN)

2. Tegangan Tarik Maksimum/ Ultimate(σu)

9

σ u=Pu / AΟ (1.10)

di mana : σ u = tegangan ultimate (kN/mm2)

pu = beban ultimate (kN)

3. Regangan (ε )

ε=( Δℓ /ℓΟ )×100 00 (1.11)

di mana :

ε = regangan (%).

Δℓ = pertambahan panjang (mm)

ℓΟ = panjang awal spesimen (mm)

Regangan tertinggi menunjukkan nilai keuletan suatu material.

4. Modulus Elastisitas (E)

Kalau regangan menunjukkan keuletan, maka modulus elastisitas

menunjukkan kekakuan suatu material. Semakin besar nilai E, menandakan

semakin kakunya suatu material. Harga E ini di turunkan dari persamaan

hukum Hooke sebagaimana telah di uraikan pada persamaan 1.3 dan 1.4.

Dari persamaan tersebut juga nampak bahwa kekakuan suatu material

relatif terhadap yang lain dapat di amati dari sudut kemiringan (α ) pada garis

proporsional. Semakin besar α , semakin kaku material tersebut.

5. Reduksi Penampang/Reduction of Area (RA )

RA=[(A0-A1)/A0] ¿ 100%

di mana A1 = luas penampang setelah patah (mm2)

Reduksi penampang dapat juga di gunakan untuk menetukan keuletan

material. Semakin tinggi nilai RA, semakin ulet material tersebut.

1.3 Metodologi

1.3.1 Peralatan dan Bahan

10

1.3.1.1 Peralatan

a. Mesin uji tarik.

b. Kikir.

c. Jangka sorong.

d. Ragum.

e. Penitik.

f. Palu.

1.3.1.2 Bahan

a. Specimen uji tarik pelat.

b. Specimen uji tarik round bar.

c. Specimen uji tarik beton neser.

d. Kertas milimeter.

1.4 Langkah kerja

1. Menyiapkan spesimen

a. Ambil spesimen dan jepit pada ragum.

b. Ambil kikir, dan kikir bekas machining pada specimen yang

memungkinkan menmyebabkan salah ukur.

c. Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.

2. Pembuatan gauge length

a. Ambil penitik dan tandai spesimen dengan dua titikan sejuh 60 mm

untuk spesimen Plat dan Round Bar sedangkan untuk spesimen Beton

Neser titiknya sejauh 8kali diameter dari spesimen Beton neser.

Posisikan gauge lenght tepat di tengah-tengah specimen.

b. Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.

3. Pengukuran dimensi

a. Ambil spesimen dan ukur dimensinya.

11

b. Catat jenis spesimen dan data pengukurannya pada lembar kerja.

c. Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.

4. Pengujian pada mesin uji tarik

a. Catat data mesin pada lembar kerja.

b. Ambil kertas milimeter dan pasang pada tempatnya.

c. Ambil spesimen dan letakkan pada tempatnya secara tepat.

d. Setting beban dan pencatat grafik pada mesin tarik.

e. Berikan beban secara kontinyu sampai spesimen patah.

f. Amati dan catat besarnya beban pada saat yield, ultimate dan patah

sebagaimana yang tampak pada monitor beban.

g. Setelah patah, ambil specimen dan ukur panjang dan luasan

penampang yang patah .

h. Ulangi langkah di atas untuk seluruh specimen.

1.5 Hasil dan Pembahasan

1.5.1 Sifat Mekanik yang dapat di uji pada Uji Tarik

Keterangan:

Spesimen 1: Plat

Spesimen 2: Round Bar

Spesimen 3: Beton Neser

1. Perhitungan Yield Stress

Spesimen 1

σ y=F y/ AΟ

= (26 KN/119 mm)x1000

= 218,49 Mpa

Spesimen 2

12

σ y=F y/ AΟ

= (50 KN/124,62 mm)x1000

= 401,22 Mpa

Spesimen 3

σ y=F y/ AΟ

= (24 KN/67,89 mm) x 1000

= 353,51 Mpa

2. Perhitungan Ultimate Stress

Spesimen 1

σ u=Fu / AΟ

= (29 KN /119 mm )x 1000

= 243,69 Mpa

Spesimen 2

σ u=Fu / AΟ

= (66 KN/124,62 mm)x1000

= 529,61 Mpa

Spesimen 3

σ u=Fu / AΟ

= (32 KN /67,89 mm)x1000

= 471,35 Mpa

3. Perhitungan Elongation

Spesimen 1

ε=( Δℓ /ℓΟ )×100 00

= ((81,42-60,80)/60,80)x100%

= 33,91 %

13

Spesimen 2

ε=( Δℓ /ℓΟ )×100 00

= ((80,40-60,10)/60,10)x100%

= 33,77%

Spesimen 3

ε=( Δℓ /ℓΟ )×100 00

=((99,32-76,6)/76,6)x100%

= 32,42%

4. Modulus Elastisitas

Spesimen Uji 1(Plat)

Ε=σ / ε

= 0,61 kN/0,0666 mm

= 9.16 kN/mm2

Spesimen Uji 2( Round Bar)

Ε=σ / ε

= 0,40 kN/0,0801 mm2

= 4,99 kN/mm2

Spesimen Uji 3 (Beton Neser)

Ε=σ / ε

= 0,35 kN/0,0442 mm2

= 7,92 kN/mm2

5. Perhitungan Reduction of Area

Spesimen 1

RA=[(A0-A1)/A0] ¿ 100%

14

=[(119 – 42,72)/119] x 100%

= 64,10 % Mpa

Spesimen 2

RA=[(A0-A1)/A0] ¿ 100%

= [(124,62 – 46,78)/124,62] x 100%

= 62,46 % Mpa

Spesimen 3

RA=[(A0-A1)/A0] ¿ 100%

=[(67,89 – 22,38 )/67,89] x 100%

= 67,03 % Mpa

1.5.2 Tabel Tegangan-Regangan Teknik dan Sebenarnya

Spesimen 1 (Plat)

Skala pertambahan panjang 1mm = 0,357 mm

Skala beban 1mm = 1 kN

Tabel 1.1 specimen plat

No X Y

Skala X

Skala Y

Δli (mm)

Pi (kN)

Ao(mm2)

lo (mm)

li (mm)

Ai (mm2)

σt (MPa)

ԑt (%)

σs (Mpa)

ԑs (%)

0 0 0 0.37 1 0.00 0.00 119 60.80 60.80119.0

0 0.00 0.00% 0.00 0%

1 3 7 0.37 1 1.10 7.00 119 60.80 61.90116.8

8 0.05 1.81% 0.06 2%

2 440 0.37 1 1.47

40.00 119 60.80 62.27

116.19 0.33 2.42% 0.34 2%

3 660 0.37 1 2.21

60.00 119 60.80 63.01

114.83 0.50 3.63% 0.52 4%

4 770 0.37 1 2.58

70.00 119 60.80 63.38

114.16 0.58 4.23% 0.61 4%

5y11

73 0.37 1 4.05

73.00 119 60.80 64.85

111.57 0.61 6.66% 0.65 6%

613

80 0.37 1 4.79

80.00 119 60.80 65.59

110.31 0.67 7.87% 0.73 8%

15

715

85 0.37 1 5.52

85.00 119 60.80 66.32

109.09 0.71 9.08% 0.78 9%

820

90 0.37 1 7.36

90.00 119 60.80 68.16

106.14 0.75 12.11% 0.85 11%

925

95 0.37 1 9.21

95.00 119 60.80 70.01

103.35 0.79 15.14% 0.92 14%

10u

35

97 0.37 1 12.89

97.00 119 60.80 73.69 98.19 0.81 21.19% 0.99 19%

1150

80 0.37 1 18.41

80.00 119 60.80 79.21 63.26 0.67 30.28% 1.26 63%

12f54

70 0.37 1 19.88

70.00 119 60.80 80.68 42.72 0.58 32.70% 1.64 102%

0.0000% 50.0000% 100.0000%150.0000%0.000

0.200

0.400

0.600

0.800

1.000

1.200

1.400

1.600

1.800

Tegangan - Regangan TeknikTegangan - Regangan Sebenarnya

Gambar 1.8 Grafik Tegangan-Regangan Specimen Plat

Spesimen 2 (Round Bar)

Skala beban 1mm = 1 kN

Skala pertambahan panjang 1mm = 0,362 mm

Tabel 1.2 Spesimen Round Bar

No X Y

Skala X

Skala Y

Δli (mm)

Pi (kN)

Ao(mm2)

lo (mm)

li (mm)

Ai (mm2)

σt (MPa)

ԑt (%)

σs (Mpa)

ԑs (%)

0 0 0 0.21 1 0.00 0.00 124.62 60.10 60.10 124.62 0.00 0.00% 0.00 0%1 2 7 0.21 1 0.42 7.00 124.62 60.10 60.52 123.76 0.05 0.69% 0.06 1%2 9 15 0.21 1 1.88 15.00 124.62 60.10 61.98 120.83 0.12 3.13% 0.12 3%

16

3 14 25 0.21 1 2.93 25.00 124.62 60.10 63.03 118.83 0.20 4.87% 0.21 5%4 19 35 0.21 1 3.98 35.00 124.62 60.10 64.08 116.89 0.28 6.61% 0.30 6%

5y 23 50 0.21 1 4.81 50.00 124.62 60.10 64.91 115.38 0.40 8.00% 0.43 8%6 27 47 0.21 1 5.65 47.00 124.62 60.10 65.75 113.91 0.37 9.40% 0.41 9%7 34 55 0.21 1 7.12 55.00 124.62 60.10 67.22 111.43 0.44 11.83% 0.49 11%8 44 63 0.21 1 9.21 63.00 124.62 60.10 69.31 108.06 0.50 15.32% 0.58 14%9 54 65 0.21 1 11.30 65.00 124.62 60.10 71.40 104.90 0.52 18.80% 0.62 17%

10u 69 66 0.21 1 14.44 66.00 124.62 60.10 74.54 100.48 0.53 24.02% 0.66 22%

11 87 62 0.21 1 18.21 62.00 124.62 60.10 78.31 89.17 0.49 30.29% 0.70 33%12f 97 47 0.21 1 20.30 47.00 124.62 60.10 80.40 46.78 0.37 33.77% 1.00 98%

0.0000% 50.0000% 100.0000%150.0000%0.000

0.200

0.400

0.600

0.800

1.000

1.200

Tegangan - Regangan TeknikTegangan - Regangan Sebenarnya

Gambar 1.9 Grafik Tegangan-Regangan Spesimen Round Bar

Spesimen 3 (Beton Neser)

Skala beban 1mm = 1 kN

Skala pertambahan panjang 1mm = 0,4225 mm

Tabel 1.3 Spesimen Uji Beton Neser

No X Y

Skala X

Skala Y

Δli (mm

)

Pi (kN)

Ao(mm2)

lo (mm)

li (mm)

Ai (mm2)

σt (MPa)

ԑt (%)

σs (Mpa)

ԑs (%)

0 0 0 0.28 1 0.00 0.00 67.89 75.00 75.00 67.89 0.00 0.00% 0.00 0%1 2 7 0.28 1 0.55 7.00 67.89 75.00 75.55 67.39 0.10 0.74% 0.10 1%

17

2 512 0.28 1 1.38 12.00 67.89 75.00 76.38 66.66 0.18 1.84% 0.18 2%

3 817 0.28 1 2.21 17.00 67.89 75.00 77.21 65.95 0.25 2.95% 0.26 3%

410

22 0.28 1 2.76 22.00 67.89 75.00 77.76 65.48 0.32 3.68% 0.34 4%

5y12

24 0.28 1 3.32 24.00 67.89 75.00 78.32 65.02 0.35 4.42% 0.37 4%

620

25 0.28 1 5.53 25.00 67.89 75.00 80.53 63.23 0.37 7.37% 0.40 7%

725

24 0.28 1 6.91 24.00 67.89 75.00 81.91 62.16 0.35 9.21% 0.39 9%

850

30 0.28 1 13.82 30.00 67.89 75.00 88.82 57.33 0.44

18.42% 0.52 17%

963

31 0.28 1 17.41 31.00 67.89 75.00 92.41 55.10 0.46

23.21% 0.56 21%

10u

82

32 0.28 1 22.66 32.00 67.89 75.00 97.66 52.14 0.47

30.22% 0.61 26%

1186

29 0.28 1 23.77 29.00 67.89 75.00 98.77 42.22 0.43

31.69% 0.69 48%

12f88

23 0.28 1 24.32 23.00 67.89 75.00 99.32 22.38 0.34

32.43% 1.03

111%

0.00% 50.00% 100.00% 150.00%0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

Tegangan - Regangan TeknikTegangan - Regangan Sebenarnya

Gambar 1.10 Grafik Tegangan-Regangan Spesimen Beton Neser

1.6 Kesimpulan

18

1.6.1 Kesimpulan Intruksional Umum

1. Dari pengujian tarik ini mahasiswa dapat melakukan pengujian tarik

(Tensile Test) terhadap suatu material.

1.6.2 Kesimpulan Intruksioanal Khusus

1. Setelah melakukan praktikum mahasiswa mampu membuat diagram

tegangan-regangan teknik dan sebenarnya berdasarkan diagram beban-

pertambahan panjang yang didapat dari hasil pengujian.

2. Dari pengujian tarik in mahasiswa mampu menjelaskan, menganalisa

sifat-sifat mekanik material yang terdiri dari kekuatan tarik maksimum,

kekuatan tarik luluh, reduction of area, elongation, dan modulus elastisitas.

Dari hasil perhitungan diatas, maka diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 1.4 Tabel Sifat Mekanik

No Specimenσy (MPA) σu (MPA) E (KN/mm2) ԑ max (%) RA (%)

1. Plat 218.49 243.69 9.16 21.19 64.10

2. Round Bar 401.22 529.61 4.99 24.02 62.46

3. Beton Neser 353.51 471.35 7.92 30.22 67.03

Data yang dapat diperoleh diatas dapat disimpulkan bahwa :

Specimen 2 memiliki kekuatan elastic paling besar karena nilai

tegangan yieldnya paling besar.

Specimen 2 memiliki kekuatan tarik paling besar karena memiliki

tegangan maksimum paling besar.

Specimen 3 memiliki kekuatan paling besar karena modulus

elastisitasnya paling tinggi.

Specimen 3 memiliki keuletan paling tinggi karena memiliki

elongation paling besar.

19


Recommended