+ All Categories
Home > Documents > BAB II fix Apri

BAB II fix Apri

Date post: 25-Nov-2023
Category:
Upload: independent
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Fisika Berbasis Scientific Approach a. Pembelajaran Fisika Semua kegiatan dari manusia dimanapun tempatnya, kapanpun kegitan itu dilakukan, dan apapun macam kegiatan selalu berpatokan pada sains. Nama sains sendiri memiliki gambaran yang beraneka warna sesuai dengan jenis kegiatan yang dilakukan.para ilmuwan sepakat menyatakan bahwa sains adalah suatu bentuk metode yang berpangkal pada pembuktian hipotesa. Sebagian para filosof yang segala sesuatunya dibahas berdasarkan hakekat menyatakan bahwa pada hakekatnya sains adalah jalan unruk mendapatkan kebenaran dari apa yang telah kita ketahui. Semua pandangan yang diketahui manusia dapat dipertanggungjawabkan, tetapi yang dapat ditampilkan hanya definisi bagian dari sains itu sendiri. Dengan cara bersama-sama para filosof dapat mendefinisikan sains secara menyeluruh dimana sains merupakan suatu cara berpikir untuk memahami suatu gejala alam, suatu cara untuk menyelidiki gejala alam, dan sebagai batang tubuh keilmuwan yang diperoleh dari suatu penyelidikan. Menurut Teller (Supriyadi, 2010: 2) menyatakan bahwa tinjauan yang penting dari sains adalah studi tentang alam dan pengertiannya dapat dipakai sebagai dasar munculnya suatu pengetahuan baru yang didasari atas kekuatannya di dalam meramalkan dan keterpakaiannya di dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, sains dapat didefinisikan sebagai ilmu yang dirumuskan, dalam artian keilmuan yang diperoleh dengan aturan main terstandar yang baku. Sains termasuk fisika, merupakan suatu ilmu pengetahuan yangmempelajari gejala alam. Oleh karena itu, untuk mempelajari fisika muncul adanya aktivitas dalam bentuk pengamatan atau eksperimen.
Transcript

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembelajaran Fisika Berbasis Scientific Approach

a. Pembelajaran Fisika

Semua kegiatan dari manusia dimanapun tempatnya, kapanpun

kegitan itu dilakukan, dan apapun macam kegiatan selalu berpatokan pada

sains. Nama sains sendiri memiliki gambaran yang beraneka warna sesuai

dengan jenis kegiatan yang dilakukan.para ilmuwan sepakat menyatakan

bahwa sains adalah suatu bentuk metode yang berpangkal pada

pembuktian hipotesa. Sebagian para filosof yang segala sesuatunya

dibahas berdasarkan hakekat menyatakan bahwa pada hakekatnya sains

adalah jalan unruk mendapatkan kebenaran dari apa yang telah kita

ketahui. Semua pandangan yang diketahui manusia dapat

dipertanggungjawabkan, tetapi yang dapat ditampilkan hanya definisi

bagian dari sains itu sendiri.

Dengan cara bersama-sama para filosof dapat mendefinisikan

sains secara menyeluruh dimana sains merupakan suatu cara berpikir

untuk memahami suatu gejala alam, suatu cara untuk menyelidiki gejala

alam, dan sebagai batang tubuh keilmuwan yang diperoleh dari suatu

penyelidikan. Menurut Teller (Supriyadi, 2010: 2) menyatakan bahwa

tinjauan yang penting dari sains adalah studi tentang alam dan

pengertiannya dapat dipakai sebagai dasar munculnya suatu pengetahuan

baru yang didasari atas kekuatannya di dalam meramalkan dan

keterpakaiannya di dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, sains dapat

didefinisikan sebagai ilmu yang dirumuskan, dalam artian keilmuan yang

diperoleh dengan aturan main terstandar yang baku.

Sains termasuk fisika, merupakan suatu ilmu pengetahuan

yangmempelajari gejala alam. Oleh karena itu, untuk mempelajari fisika

muncul adanya aktivitas dalam bentuk pengamatan atau eksperimen.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, fisika adalah ilmu tentang

zat dan energi (seperti panas, cahaya, dan bunyi). Ada beberapa fisikawan

mendefinisikan fisika sebagai ilmu pengetahuan yang tujuannya

mempelajari bagian dari alam dan interaksi yang terjadi diantara bagian

tersebut termasuk menerangkan sifat-sifatnya dan juga gejala lainnya yang

dapat diamati.

Fisika adalah bagian dari sains. Sains berasal dari kata scientia

yang berarti pengetahuan. Menurut Supriyono Koes (2003:4)

membicarakan hakikat fisika sama halnya dengan membicarakan hakikat

sains karena fisika merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sains. Oleh

karena itu, karakteristik fisika pada dasarnya sama dengan karakteristik

sains pada umumnya.

Kaitannya dalam pembelajaran fisika, objek yang diajarkan

adalah fisika. Sedangkan fisika pada dasarnya sama dengan karakteristik

sains pada umumnya, maka dalam belajar fisika tidak terlepas dari

penguasaan konsep-konsep dasar fisika, teori, atau masalah baru yang

memerlukan jawaban melalui pemahaman sehingga ada perubahan dalam

diri siswa. Untuk mendapatkan suatu konsep maka diperlukan suatu cara

yaitu metode ilmiah atau scientific methods.

Menurut Percy Bridgman’s (Supriyadi, 2010:5) menyatakan

bahwa scientific methods lebih dari sekedar metode biasa dimana dengan

metode ilmiah ini kita dapat mengerjakan lebih dari satu pengertian dan

tanpa adanya rintangan untuk dapat menyelesaikan segala permasalahan

yang timbul. Adanya masalah akan muncul jawaban sementara atau

hipotesa setelah adanya pemikiran-pemikiran dari kajian teori atau

pengalaman lainnya. Dengan melakukan percobaan atau observasi, dan

meneliti tentang fenomena maka akan mendapatkan fakta yang akurat.

Berdasarkan uraian di atas, maka jelaslah bahwa karakteristik

fisika tidak terlepas dari adanya karakteristik sains pada umumnya.

Karakteristik sains itu sendiri adalah penyelidikan berdasarkan masalah

untuk memahami suatu gejala alam sehingga didapatkan sebuah hukum,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

teori, konsep atau masalah baru untuk diteliti lebih lanjut. Sedangkan

untuk mendapatkan suatu konsep maka diperlukan adanya scientific

methods atau metode ilmiah.

b. Berbasis Scientific Approach

Pembelajaran dengan scientific approach adalah proses

pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara

aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan

mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),

merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,

mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik

kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang

ditemukan. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan

pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai

materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari

mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru.

Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan

untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber

melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.

Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan

keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur,

meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan

proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi bantuan guru

tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya

siswa atau semakin tingginya kelas siswa.

Metode saintifik sangat relevan dengan tiga teori belajar yaitu

teori Bruner, teori Piaget, dan teori Vygotsky. Teori belajar Bruner disebut

juga teori belajar penemuan. Ada empat hal pokok berkaitan dengan teori

belajar Bruner (dalam Carin & Sund, 1975). Pertama, individu hanya

belajar dan mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan

pikirannya. Kedua, dengan melakukan proses-proses kognitif dalam proses

penemuan, siswa akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

merupakan suatau penghargaan intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar

seseorang dapat mempelajari teknik-teknik dalam melakukan penemuan

adalah ia memiliki kesempatan untuk melakukan penemuan. Keempat,

dengan melakukan penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan.

Empat hal di atas adalah bersesuaian dengan proses kognitif yang

diperlukan dalam pembelajaran menggunakan metode saintifik.

Teori Piaget, menyatakan bahwa belajar berkaitan dengan

pembentukan dan perkembangan skema (jamak skemata). Skema adalah

suatu struktur mental atau struktur kognitif yang dengannya seseorang

secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya

(Baldwin, 1967). Skema tidak pernah berhenti berubah, skemata seorang

anak akan berkembang menjadi skemata orang dewasa. Proses yang

menyebabkan terjadinya perubahan skemata disebut dengan adaptasi.

Proses terbentuknya adaptasi ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu

asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses kognitif yang

dengannya seseorang mengintegrasikan stimulus yang dapat berupa

persepsi, konsep, hukum, prinsip ataupun pengalaman baru ke dalam

skema yang sudah ada didalam pikirannya. Akomodasi dapat berupa

pembentukan skema baru yang dapat cocok dengan ciri-ciri rangsangan

yang ada atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan

ciri-ciri stimulus yang ada. Dalam pembelajaran diperlukan adanya

penyeimbangan atau ekuilibrasi antara asimilasi dan akomodasi.

Vygotsky, dalam teorinya menyatakan bahwa pembelajaran

terjadi apabila peserta didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas

yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam

jangkauan kemampuan atau tugas itu berada dalam zone of proximal

development daerah terletak antara tingkat perkembangan anak saat ini

yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah

bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu. (Nur dan

Wikandari, 2000:4).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik

sebagai berikut:

1) Berpusat pada siswa.

2) Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi

konsep, hukum atau prinsip.

3) Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam

merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan

berpikir tingkat tinggi siswa.

4) Dapat mengembangkan karakter siswa.

1) Tujuan pembelajaran berbasis scientific approach

Tujuan pembelajaran berbasis scientific approach didasarkan

pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran

dengan pendekatan saintifik adalah:

a) Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan

berpikir tingkat tinggi siswa.

b) Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu

masalah secara sistematik.

c) Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa

belajar itu merupakan suatu kebutuhan.

d) Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.

e) Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya

dalam menulis artikel ilmiah.

f) Untuk mengembangkan karakter siswa.

2) Prinsip-prinsip pembelajaran berbasis scientific approach

Beberapa prinsip scientific approach dalam kegiatan

pembelajaran adalah sebagai berikut:

a) Pembelajaran berpusat pada siswa.

b) Pembelajaran membentuk students self concept.

c) Pembelajaran terhindar dari verbalisme.

d) Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk

mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

e) Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan

berpikir siswa.

f) Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi

mengajar guru.

g) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan

dalam komunikasi.

h) Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang

dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.

3) Langkah-langkah pembelajaran berbasis scientific approach

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua

jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah

(saintifik). Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific appoach)

dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melaui

pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau

informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan

menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta.

Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin

pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara

prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran

harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan

menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah. Pendekatan saintifik

dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut:

a) Mengamati (observasi)

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses

pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki

keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata,

peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya.

Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin

tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki

kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan mengamati dalam

pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Nomor 81a, hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi

kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui

kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru

memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih

mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal

yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi

yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan

mencari informasi.

b) Menanya

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan

secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang

sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu

membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan:

pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit

sampai kepada yang abstra berkenaan dengan fakta, konsep,

prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang

bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik.

Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan

dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan

pertanyaan sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu

mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari kegiatan kedua

dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya

dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih

dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat

dikembangkan. Pertanyaan terebut menjadi dasar untuk mencari

informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang

ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber

yang tunggal sampai sumber yang beragam.

Kegiatan menanya dalam kegiatan pembelajaran

sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun

2013, adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk

mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati

(dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang

bersifat hipotetik). Adapun kompetensi yang diharapkan dalam

kegiatan ini adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu,

kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran

kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.

c) Mengumpulkan Informasi

Kegiatan mengumpulkan informasi merupakan tindak

lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan

mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai

cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih

banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau

bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul

sejumlah informasi. Dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013,

aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen,

membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/

kejadian/, aktivitas wawancara dengan nara sumber dan

sebagainya. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah

mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat

orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan

mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari,

mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.

d) Mengasosiasikan/ Mengolah Informasi/ Menalar

Kegiatan mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar

dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam

Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah memproses

informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan

mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati

dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi

yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat

mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang

berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan

untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi

lainya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut.

Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan

sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan

menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta

deduktif dalam menyimpulkan.

Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar,

yaitu proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata

empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan

berupa pengetahuan. Aktivitas menalar dalam konteks

pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah

banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran

asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada

kemamuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan

beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi

penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus

ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa

lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori

otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya

yang sudah tersedia.

e) Menarik kesimpulan

Kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran dengan

pendekatan saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah

data atau informasi. Setelah menemukan keterkaitan antar

informasi dan menemukan berbagai pola dari keterkaitan tersebut,

selanjutnya secara bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok,

atau secara individual membuat kesimpulan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

f) Mengkomunikasikan

Pada pembelajaran berbasis scientific approach guru

diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk

mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini

dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang

ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan

dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan

dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok

peserta didik tersebut. Kegiatan mengkomunikasikan dalam

kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam

Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah menyampaikan

hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara

lisan, tertulis, atau media lainnya.

Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini

adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan

berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan

jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan

benar.

4) Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran

Kegiatan pembelajaran meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu

kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan

pendahuluan bertujuan untuk menciptakan suasana awal pembelajaran

yang efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses

pembelajaran dengan baik. Sebagai contoh ketika memulai

pembelajaran, guru menyapa anak dengan nada bersemangat dan

gembira (mengucapkan salam), mengecek kehadiran para siswa dan

menanyakan ketidakhadiran siswa apabila ada yang tidak hadir.

Dalam metode saintifik tujuan utama kegiatan pendahuluan

adalah memantapkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang

telah dikuasai yang berkaitan dengan materi pelajaran baru yang akan

dipelajari oleh siswa. Dalam kegiatan ini guru harus mengupayakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

agar siswa yang belum paham suatu konsep dapat memahami konsep

tersebut, sedangkan siswa yang mengalami kesalahan konsep,

kesalahan tersebut dapat dihilangkan. Pada kegiatan pendahuluan,

disarankan guru menunjukkan fenomena atau kejadian aneh atau

ganjil (discrepant event) yang dapat menggugah timbulnya pertanyaan

pada diri siswa.

Kegiatan inti merupakan kegiatan utama dalam proses

pembelajaran atau dalam proses penguasaan pengalaman belajar

(learning experience) siswa. Kegiatan inti dalam pembelajaran adalah

suatu proses pembentukan pengalaman dan kemampuan siswa secara

terprogram yang dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu. Kegiatan

inti dalam metode saintifik ditujukan untuk terkonstruksinya konsep,

hukum atau prinsip oleh siswa dengan bantuan dari guru melalaui

langkah-langkah kegiatan yang diberikan di muka.

Kegiatan penutup ditujukan untuk dua hal pokok. Pertama,

validasi terhadap konsep, hukum atau prinsip yang telah dikonstruk

oleh siswa. Kedua, pengayaan materi pelajaran yang dikuasai siswa.

2. Pengembangan Modul pada Materi Suhu, Kalor dan Perpindahan Kalor

a. Pengertian Modul

Modul adalah suatu cara pengorganisasian materi pelajaran yang

memperhatikan fungsi pendidikan. Strategi pengorganisasian materi

pembelajaran mengandung squencing yang mengacu pada pembuatan

urutan penyajian materi pelajaran, dansynthesizing yang mengacu pada

upaya untuk menunjukkan kepada pebelajar keterkaitan antara fakta,

konsep, prosedur dan prinsip yang terkandung dalam materi pembelajaran.

Untuk merancang materi pembelajaran, terdapat lima kategori kapabilitas

yang dapat dipelajari oleh pebelajar, yaitu informasi verbal, keterampilan

intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motorik. Strategi

pengorganisasian materipembelajaran terdiri dari tiga tahapan proses

berpikir, yaitu pembentukan konsep, intepretasi konsep, dan aplikasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

prinsip. Strategi-strategi tersebut memegang peranan sangat penting dalam

mendesain pembelajaran. Kegunaannya dapat membuat siswa lebih

tertarik dalam belajar, siswa otomatis belajar bertolak dari prerequisites,

dan dapat meningkatkan hasil belajar.

Modul merupakan bahan ajar cetak yang dirancang untuk dapat

dipelajari secara mandiri oleh peserta pembelajaran. Modul disebut juga

media untuk belajar mandiri karena di dalamnya telah dilengkapi petunjuk

untuk belajar sendiri (Depdiknas, 2008: 3). Sedangkan menurut Suprawoto

(2009: 2) modul adalah alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi,

metode, batasan-batasan materi pembelajaran, petunjuk kegiatan belajar,

latihan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan

menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan dan dapat

digunakan secara mandiri.

Berdasarkan Depdiknas (2008: 3-5), modul yang baik dan

menarik terdapat karakteristik :

1) Self Instructional

Bahan ajar berupa modul dapat menjadikan pembacanya dapat belajar

secara mandiri, tanpa bantuan dari orang lain. Untuk memenuhi

karakter self instructional, maka dalam modul harus:

a) Berisi tujuan yang dirumuskan dengan jelas.

b) Berisi materi pembelajaran yang dikemas ke dalam unit-unit kecil/

spesifik sehingga memudahkan belajar secara tuntas.

c) Menyediakan contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan

pemaparan materi pembelajaran.

d) Menampilkan soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang

memungkinkan pengguna memberikan respon dan mengukur

tingkat penguasaannya.

e) Kontekstual yaitu materi-materi yang disajikan terkait dengan

suasana atau konteks tugas dan lingkungan penggunanya.

f) Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif.

g) Terdapat rangkuman materi pembelajaran.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

h) Terdapat instrumen penilaian/assessment, yang memungkinkan

penggunaan diklat melakukan self assesment.

i) Terdapat instrumen yang dapat digunakan penggunanya mengukur

atau mengevaluasi tingkat penguasaan materi.

j) Terdapat umpan balik atas penilaian, sehingga penggunanya

mengetahui tingkat penguasaan materi.

k) Tersedia informasi tentang rujukan/pengayaan/referensi yang

mendukung materi pembelajaran dimaksud.

2) Self Contained

Dalam satu modul terdapat satu materi pokok yang dibahas secara

menyeluruh. Konsep self contained memiliki tujuan memberikan

kesempatan kepada siswa untuk dapat mempelajari satu materi pokok

dengan tuntas. Jika harus dilakukan pembagian atau pemisahan materi

dari satu unit kompetensi harus dilakukan dengan hati-hati dan

memperhatikan keluasan kompetensi yang harus dikuasai.

3) Stand Alone (berdiri sendiri)

Untuk mempelajari modul tidak digunakan bersama dengan media

pembelajaran lainnya. Dalam mengerjakan tugas dalam modul pun,

siswa tidak menggunakan bantuan dari media lain. Apabila modul

masih menggunakan media lain dalam pembelajarannya maka tidak

dapat dikategorikan media yang berdiri sendiri.

4) Adaptive

Modul yang adaptive yaitu modul yang dapat menyesuaikan dengan

perkembangan ilmu dan teknologi, serta mudah untuk digunakan.

Hendaknya isi pembelajaran dalam modul yang adaptif dapat

digunakan sampai dengan kurun waktu tertentu.

5) User Friendly

Modul hendaknya menggunakan bahasa yang komunikatif dengan

pengguna, sehingga tidak menimbulkan kesulitan saat

menggunakannya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Ada tiga teknik yang dapat dipilih dalam menyusun modul.

Ketiga teknik tersebut menurut Sungkono (2003: 54-55) yaitu menulis

sendiri, pengemasan kembali informasi, dan penataan informasi.

1) Menulis Sendiri (Starting from Scratch)

Penulis (guru) dapat menulis modul sendiri untuk kegiatan

pembelajaran, karena diasumsikan bahwa guru merupakan pakar yang

kompeten dalam menulis dan lebih mengetahui kemampuan siswanya

dalam mata pelajaran tersebut.

2) Pengemasan Kembali Informasi (Information Repackaging)

Saat penulisan modul, penulis perlu memanfaatkan buku-buku teks

dan informasi yang telah ada di pasaran untuk dikemas kembali

menjadi modul yang baik. Informasi yang dikumpulkan,

dikelompokkan sesuai dengan kebutuhan, kemudian disusun dengan

bahasa yang komunikatif.

3) Penataan Informasi (Compilation)

Penataan informasi yang ditunjukkan dalam modul tidak mengalami

perubahan apabila informasi tersebut diambil dari buku teks, jurnal

ilmiah, artikel, dam lain-lain. Materi dipilih, dipilah dan disusun

berdasarkan kompetensi yang akan dicapai dan silabus yang hendak

digunakan.

Secara prinsip tujuan pembelajaran adalah agar siswa berhasil

menguasai bahan pelajaran sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan.

Karena dalam setiap kelas berkumpul siswa dengan kemampuan yang

berbeda-beda (kecerdasan, bakat dan kecepatan belajar) maka perlu

diadakan pengorganisasian materi, sehingga semua siswa dapat mencapai

dan menguasai materi pelajaran sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam

waktu yang disediakan, misalnya satu semester. Di samping

pengorganisasian materi pembelajaran yang dimaksud di atas, juga perlu

memperhatikan cara-cara mengajar yang disesuaikan dengan pribadi

individu. Bentuk pelaksanaan cara mengajar seperti itu adalah dengan

membagi-bagi bahan pembelajaran menjadi unit-unit pembelajaran yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

masing-masing bagian meliputi satu atau beberapa pokok bahasan.

Bagian-bagian materi pembelajaran tersebut disebut modul.

Sistem belajar dengan fasilitas modul telah dikembangkan baik di

luar maupundi dalam negeri, yang dikenal dengan Sistem Belajar

Bermodul (SBB). SBB telah dikembangkan dalam berbagai bentuk dengan

berbagai nama pula, seperti Individualized Study System, Self-pased study

course, dan Keller plan (Tjipto Utomo dan Kees Ruijter, 1990). Masing-

masing bentuk tersebut menggunakan perencanaan kegiatan pembelajaran

yang berbeda, yang pada pokoknya masing-masing mempunyai tujuan

yang sama, yaitu:

1) Memperpendek waktu yang diperlukan oleh siswa untuk menguasai

tugas pelajaran tersebut.

2) Menyediakan waktu sebanyak yang diperlukan oleh siswa dalam batas-

batas yang dimungkinkan untuk menyelenggarakan pendidikan yang

teratur.

Pelaksanaan pembelajaran bermodul memiliki perencanaan

kegiatan sebagai berikut :

1) Modul dibagikan kepada siswa paling lambat seminggu sebelum

pembelajaran.

2) Penerapan modul dalam pembelajaran menggunakan metode diskusi

model pembelajaran kooperatif konstruktivistik.

3) Pada setiap akhir unit pembelajaran dilakukan tes penggalan, tes

sumatif dan tugas latihan yang terstruktur.

4) Hasil tes dan tugas yang dikerjakan siswa dikoreksi dan dikembalikan

dengan feeddback yang terstruktur paling lambat sebelum

pembelajaran unit materi ajar berikutnya.

5) Memberi kesempatan kepada siswa yang belum berhasil menguasai

materi ajar berdasarkan hasil analisis tes penggalan dan sumatif,

dipertimbangkan sebagi hasil diagnosis untuk menyelenggarakan

program remidial pada siswa di luar jam pembelajaran.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Ciri-ciri modul adalah sebagai berikut:

1) Didahului oleh pernyataan sasaran belajar.

2) Pengetahuan disusun sedemikian rupa, sehingga dapat menggiring

partisipasi siswa secara aktif.

3) Memuat sistem penilaian berdasarkan penguasaan.

4) Memuat semua unsur bahan pelajaran dan semua tugas pelajaran.

5) Memberi peluang bagi perbedaan antar individu siswa.

6) Mengarah pada suatu tujuan belajar tuntas.

Keuntungan yang diperoleh dari pembelajaran dengan penerapan

modul adalah sebagai berikut :

1) Meningkatkan motivasi siswa, karena setiap kali mengerjakan tugas

pelajaran yang dibatasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan.

2) Setelah dilakukan evaluasi, guru dan siswa mengetahui benar, pada

modul yang mana siswa telah berhasil dan pada bagian modul yang

mana mereka belum berhasil.

3) Siswa mencapai hasil sesuai dengan kemampuannya.

4) Bahan pelajaran terbagi lebih merata dalam satu semester.

5) Pendidikan lebih berdaya guna, karena bahan pelajaran disusun

menurut jenjang akademik.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diyakini bahwa

pembelajaran bermodul secara efektif akan dapat mengubah konsepsi

siswa menuju konsep ilmiah, sehingga pada gilirannya hasil belajar

mereka dapat ditingkatkan seoptimal mungkin baik dari segi kualitas

maupun kuantitasnya. Hasil penelitian terdahulu (Richard Duschl, 1993)

menyatakan bahwa pembelajaran modul dalam pembelajaran konsep yang

menyangkut kesetimbangan kimia dapat mengubah miskonsepsi siswa

menuju konsep ilmiah. Di lain pihak, Santyasa, dkk (1995, 1996,

1997,1998, 1999) menyatakan bahwa penerapan modul dapat mengubah

miskonsepsi siswa menjadi konsepsi ilmiah dan dapat meningkatkan hasil

belajar siswa.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

b. Pengembangan Modul

Dalam mengembangkan modul diperlukan prosedur tertentu yang

sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai, struktur isi pembelajaran yang

jelas, dan memenuhi kriteria yang berlaku bagi pengembangan

pembelajaran. Ada lima kriteria dalam pengembangan modul, yaitu 1)

membantu siswa menyiapkan belajar mandiri, 2) memiliki rencana

kegiatan pembelajaran yang dapat direspon secara maksimal, 3) memuat

isi pembelajaran yang lengkap dan mampu memberikan kesempatan

belajar kepada siswa, 4) dapat memomitor kegiatan belajar siswa, dan 5)

dapat memberikan saran dan petunjuk serta infomasi balikan tingkat

kemajuan belajar siswa. Teori dan model rancangan pembelajaran

hendaknya memperlihatkan tiga komponen utama, yaitu 1) kondisi belajar,

2) metode pembelajaran, dan 3) hasil pembelajaran. Berdasarkan

penjelasan tersebut, pengembangan modul harus mengikuti langkah-

langkah yang sistematis. Langkah-langkah tersebut adalah 1) analisis

tujuan dan karakteristik isi bidang studi, 2) analisis sumber belajar, 3)

analisis karakteristik pebelajar, 4) menetapkan sasaran dan isi

pembelajaran, 5) menetapkan strategi pengorganisasian isi pembelajaran,

6) menetapkan strategi penyampaian isi pembelajaran, 7) menetapkan

strategi pengelolaan pembelajaran, dan 8) pengembangan prosedur

pengukuran hasil pembelajaran. Langkah-langkah 1), 2), 3), dan 4)

merupakan langkah analisis kondisi pembelajaran, langkah-langkah 5), 6),

dan 7) merupakan langkah pengembangan, dan langkah 8) merupakan

langkah pengukuran hasil pembelajaran.

1) Analisis Tujuan dan karakteristik Isi Bidang Studi

Analisis tujuan dan karakteristik isi bidang studi perlu

dilakukan pada tahap awal kegiatan perancangan pembelajaran.

Langkah ini dilakukan untuk mengetahui sasaran pembelajaran yang

bagaimana yang ingin dicapai. Secara lebih spesifik, langkah ini

dimaksudkan untuk mengetahui tujuan orientasi pembelajaran,

misalnya orienatsi konseptual, prosedural, ataukah teoretik. Di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

samping itu, juga dimaksudkan untuk mengetahui tujuan pendukung

yang memudahkan pencapaian tujuan orientasi tersebut. Analisis

karakteristik isi bidang studi dilakukan untuk mengetahui tipe isi

bidang studi apa yang akan dipelajari siswa, apakah berupa fakta,

konsep, prosedur, ataukah prinsip. Yang lebih pokok lagi adalah untuk

mengetahui bagaimana struktur isi bidang studinya.

2) Analisis Sumber Belajar

Analisis sumber belajar dilakukan segera setelah langkah

analisis tujuan dan karakteristik isi bidang studi. Langkah ini

dimaksudkan untuk mengetahui sumbersumber belajar apa yang telah

tersedia dan dapat digunakan untuk menyampaikan isi pembelajaran.

Hasil kegiatan ini akan berupa daftar sumber belajar yang tersedia

yang dapat mendukung proses pembelajaran.

3) Analisis Karakteristik Pebelajar

Karakteristik pebelajar didefinisikan sebagai aspek atau

kualitas perseorangan berupa bakat, kematangan, kecerdasan, motivasi

belajar, dan kemampuan awal yang telah dimilikinya. Langkah ini

dilakukan untuk mengetahui kualitas perseorangan yang dapat

dijadikan petunjuk dalam mempreskripsikan strategi pengelolaan

pembelajaran, yang hasilnya berupa daftar pengelompokan

karakteristik siswa menjadi sasaran pembelajaran.

Untuk mengoptimalkan perolehan, pengorganisasian, dan

pengungkapan pengetahuan baru, dapat dilakukan dengan membuat

pengetahuan baru itu bermakna bagi pebelajar dengan cara

mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah

dimilikinya. Ada lima jenis kemampaun awal yang harus diperhatikan

dalam perancangan pembelajaran, yaitu a) pengetahuan bermakna

yang tak terorganisasi (arbitrarily meaningful knowledge), b)

pengetahuan analogis (analogic knowledge), c) pengetahuan tingkat

yang lebih tinggi (superordinate knowledge), d) pengetahuan setingkat

(kooedinate knowledge), dan e) pengetahuan tingkat yang lebih rendah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

(subordinate knowledge). Jenis-jenis pengetahuan awal itu sangat

menentukan dalam membangun pengetahuan baru bagi siswa dalam

pembelajaran.

4) Menetapkan Indikator dan Isi Pembelajaran

Langkah ini sebenarnya sudah bisa dilakukan segera setelah

melakukan analisis indikator dan karakteristik isi bidang studi, yang

hasilnya berupa daftar yang memuat rumusan indikator pembelajaran

dan struktur isi yang akan dipelajari (Degeng, 1997).

Ada tiga kriteria dalam merumuskan indikator pembelajaran,

yaitu a) dijabarkan secara konsisten dan sistematis dari subordinat

yang terdapat pada bagian analisis pembelajaran, b) menggunakan

satu kalimat atau lebih, dan c) pernyataan yang digunakan sangat

membantu dan berlaku dalam penyusunan butir-butir tes. Indikator

pembelajaran yang baik memiliki empat kriteria, yaitu a) a subject,

yaitu orang yang belajar, b) a verb, yaitu kata kerja aktif yang dapat

menunjukkan perubahan tingkah laku, c) a condition, yaitu keadaan

yang diperlukan pada saat siswa belajar, dan d) standard, yaitu kriteria

keberhasilan belajar yang ingin dicapai.

Indikator pembelajaran dimaksudkan untuk membangun

harapan-harapan dalam diri pebelajar tentang hak-hak yang harus

dikuasai setelah belajar. Dengan kata lain, siswa yang mengetahui

sasaran yang ingin dicapai cenderung dapat mengorganisasi kegiatan

belajarnya ke arah tujuan yang ingin dicapai, sehingga sasaran

pembelajaran dapat memotivasi siswa untuk belajar.

5) Menetapkan Strategi Pengorganisasian Isi Pembelajaran

Menetapkan strategi pengorganisasian isi pembelajaran

segera bisa dilakukan setelah analisis dan penetapan tipe serta

karakteristik materi pembelajaran. Pemilihan strategi

pengorganisasian pembelajaran sangat dipengaruhi oleh tipe isi bidang

studi yang dipelajari dan bagaimana struktur isi bidang studi tersebut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Hasil langkah ini akan berupa penetapan model untuk mengorganisasi

isi bidang studi, baik tingkat mikro maupun makro.

6) Menetapkan Strategi Penyampaian Isi Pembelajaran

Menetapkan strategi penyampaian pembelajaran didasarkan

pada hasil analisis sumber belajar. Daftar sumber belajar yang telah

tersedia dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Pada langkah

penetapan strategi penyampaian isi pembelajaran, daftar yang telah

dibuat tersebut dijadikan dasar dalam memilih dan menetapkan

strategi penyampaian pembelajaran. Hasil langkah ini adalah berupa

penetapan model untuk menyampaikan materi pembelajaran.

Penyampaian isi pembelajaran mengacu kepada cara yang

dipakai untuk menyampaikan isi pembelajaran kepada siswa sekaligus

menerima dan merespon masukan-masukan dari siswa. Oleh sebab itu,

penyampaian pembelajaran disebut metode untuk melaksanakan

proses pembelajaran. Komponen-komponen yang perlu diperhatikan

dalam mempreskripsikan strategi penyampaian isi pembelajaran

adalah a) media pembelajaran, b) interaksi isi pembelajaran dengan

media, dan c) bentuk atau struktur belajar mengajar. Ada lima

komponen strategi penyampaian pembelajaran, yaitu a) kegiatan

prapembelajaran, b) penyajian informasi, c) peran siswa, d)

pengetesan, dan e) tindak lajut.

Kegiatan pertama yang dilakukan dalam penyampaian

prapembelajaran adalah memberikan motivasi kepada siswa tentang

pentingnya mata kuliah yang dimaksud. Kegiatan kedua adalah

menjelaskan sasaran khusus pembelajaran dengan maksud agar siswa

menyadari kemampuan apa yang mereka capai setelah melakukan

kegiatan pembelajaran. Kegiatan ketiga adalah menjelaskan

kemampuan apa yang diperlukan sebagai prasyarat belajar.

Pada komponen penyajian informasi, kegiatan yang

dilakukan oleh guru adalah menjelaskan tentang urutan materi

pembelajaran, besarnya satuan pengajaran dalam bentuk satuan kredit

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

semester maupun jam semesternya, penyajian isi, dan memberikan

contoh-contoh yang relevan. Penyajian isi dilakukan melalui model

belajar kooperatif konstruktivistik. Siswa kerja secara kooperatif

memecahkan masalah yang telah dituangkan dalam LKS, hasilnya

dilaporkan secara tertulis, dan apabila terdapat masalah tak

terpecahkan akan diadakan diskusi kelas untuk memformulasikan cara

bersama yang paling tepat untuk memecahkan masalah tersebut.

Pada komponen peran siswa, guru mengupayakan suatu iklim

agar kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa. Interaksi siswa

dengan LKS yang digunakan merupakan aktivitas yang sengaja

diciptakan untuk mewujudkan iklim kontruktivistik dalam

pembelajaran. Dalam kegiatan ini siswa sepenuhnya berlatih

memecahkan masalah yang ada pada LKS menggunakan kemampuan

masing-masing dalam kelompok-kelompok kecil. Hasil diskusi yang

telah ditulis oleh kelompok, selanjutnya diberikan balikan baik dalam

diskusi kelas maupun diskusi dalam kelompok, artinya siswa

diberitahu cara pemecahan yang benar, dan siswa melanjutkan

menggunakan cara tersebut sehingga berhasil memecahkan masalah-

masalah pada LKS. Tinggi rendahnya kadar keaktifan siswa dalam

memecahkan masalah melalui interaksinya dalam kelompok akan

menetukan tujuan pembelajaran, artinya makin tinggi tingkat

keaktifan siswa makin tinggi pencapaian sasaran belajar dan makin

rendah tingkat keaktifan siswa makin rendah pula pencapaian sasaran

pembelajaran.

Pada komponen pengetesan, pada dasarnya guru dapat

melakukan empat macam tes, yaitu a) tes tingkah laku masukan, b)

pra tes, c) tes sambil jalan, dan d) pasca tes. Pasca tes adalah tes

penggalan, yaitu tes yang dilakukan dengan tujuan untuk mengukur

apakah materi pembelajaran sesuai dengan sasaran pembelajaran.

Pengetesan dilakukan dengan memberikan tugas kepada siswa untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

mengerjakan soal-soal latihan, baik yang ada pada modul, maupun

yang khusus disiapkan untuk itu.

Pada komponen tindak lanjut, guru menentukan apakah suatu

pembelajaran perlu ditinjak lanjuti dengan memberikan pengajaran

remidial atau memberi pengayaan kepda siswa. Langkah ini dapat

dilakukan setelah guru mengetahui tingkat pencapaian pembelajaran.

7) Menetapkan Strategi Pengelolaan Pembelajaran

Menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran sangat

bergantung pada hasil analisis karakteristik pebelajar. Klasifikasi

karakeristik yang dibuat ketika melakukan analisis karakteristik

dijadikan sebagai dasar memilih dan menetapkan strategi pengelolaan.

Hasil kegiatan dalam langkah ini akan berupa penetapan penjadwalan

penggunaan komponen strategi pengorganisasian dan penyampaian

pembelajaran, pengelolaan motivasional, pembuatan catatan tentang

kemajuan belajar siswa, dan kontrol belajar.

8) Pengukuran Hasil Pembelajaran

Langkah terakhir dalam desain pembelajaran adalah

melakukan pengukuran hasil pembelajaran, yang mencakup tingkat

keefektifan, efesiensi, dan daya tarik pembelajaran. Kegiatan ini

dilakukan dengan mengadakan pengamatan proses pembelajaran dan

tes hasil belajar. Hasil kegiatan ini akan berupa bukti mengenai

tingkat keefektifan, efesiensi, dan daya tarik pembelajaran.

c. Komponen-Komponen Modul

Adapun struktur modul dari Depdiknas (2008: 21-26) yakni

memuat komponen-komponen sebagai berikut:

1) Bagian PembukaBagian pembuka ini terdiri dari judul, daftar isi, peta informasi,daftar tujuan kompetensi, dan tes awal. Dalam pembuatan modul,judul harus menarik dan memberikan gambaran tentang materiyang akan dibahas. Daftar isi menyajikan topik-topik yang akandibahas. Peta informasi memperlihatkan kaitan antar topik-topikdalam modul. Daftar tujuan kompetensi membantu siswa untukmengetahui pengetahuan, sikap, atau ketrampilan apa saja yangdapat dikuasai setelah menyelesaikan pelajaran. Tes awal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

memiliki tujuan untuk memeriksa apakah siswa telah menguasaimateri prasyarat untuk mempelajari materi modul.

2) Bagian IntiBagian inti ini terdiri atas:a) pendahuluan atau tinjauan umum materi yang meliputi

deskripsi pembelajaran, prasayarat menggunakan modul,petunjuk menggunakan modul, tujuan akhir, standarkompetensi dan kompetensi dasar dan tes awal

b) hubungan dengan meteri yang lain atau peta konsep,c) uraian materi yang sistematikanya sebagi berikut:

(1) Kegiatan Belajar I: Judul(a) Tujuan Kompetensi(b) Uraian Materi(c) Tes Formatif(d) Tugas(e) Rangkuman(f) Umpan Balik atas penilaian

(2) Kegiatan Belajar II: Judul, struktur seperti KegiatanBelajar I.

3) Bagian PenutupPenutup dalam modul bisa terdiri atas glosasary atau daftaristilah, tes akhir dan indeks.

Menurut Santyasa (2009:16-19) komponen-komponen modul

mencakup 1) bagian pendahuluan, 2) bagian kegiatan belajar, dan 3) daftar

pustaka. Bagian pendahuluan mengandung 1) penjelasan umum mengenai

modul, 2) indikator pembelajaran. Bagian kegiatan belajar mengandung 1)

uraian isi pembelajaran, 2) rangkuman, 3) tes, 4) kunci jawaban, dan 5)

umpan balik.

1) Tujuan Pembelajaran

Hakikat sasaran pembelajaran mengacu kepada hasil

pembelajaran yang diharapkan. Sasaran umum pembelajaran

ditetapkan terlebih dahulu dan semua upaya pembelajaran diarahkan

untuk mencapai sasaran tersebut. Sasaran khusus pembelajaran

merupakan penjabaran dari sasaran umum pembelajaran yang

menjelaskan tingkah laku khusus yang dimiliki siswa setelah

menyelesaikan pembelajaran tersebut. Sasaran pembelajaran

diklasifikasikan menjadi dua jenis, sejalan dengan dua jenis strategi

pengorganisasian pembelajaran yang ada (strategi makro dan mikro),

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

yaitu sasaran umum dan sasaran khusus. Sasaran khusus pembelajaran

adalah pernyataan khusus tentang hasil pembelajaran yang diinginkan.

Sasaran ini diacukan kepada konstruk tertentu, apakah itu fakta,

konsep, prosedur, atau prinsip. Oleh karena itu akan banyak

mempengaruhi strategi pengorganisasian mikro. Istilah yang lebih

populer adalah behavior objective, performance objective, yakni

uraian tentang apa yang dapat dikerjakan siswa setelah menyelesaikan

satu unit pembelajaran.

Pengertian indikator pembelajaran dapat ditinjau dari empat

sudut pandang, yaitu a) segi peran siswa, b) kepentingan siswa, c)

wujudnya, dan d) cara merumuskannya. Dari segi peran siswa, sasaran

khusus pembelajaran diartikan sebagai pernyataan tentang hasil yang

dicapai siswa setelah dibelajarkan. Ditinjau dari segi kepentingan

siswa, sasaran khusus pembelajaran diartikan sebagai deskripsi

tingkah laku yang diharapkan dapat dimiliki siswa setelah mengikuti

pembelajaran. Ditinjau dari wujudnya, sasaran khusus pembelajaran

berarti deskripsi informasi yang ditunjukkan siswa sebagai hasil

pembelajaran. Ditinjau dari segi cara merumuskannya, sasaran khusus

pembelajaran dapat diartikan sebagai hasil belajar yang dirumuskan

secara rinci.

2) Uraian Isi pembelajaran

Uraian isi pembelajaran menyangkut masalah strategi

pengorganisasian isi pembelajaran yang oleh Reigeluth, Bunderson,

dan Merril dalam degeng (1988), diartikan sebagai strategi yang

mengacu kepada cara untuk mebuat urutan (squencing) dan

mensintesis (synthesizing) fakta, konsep, prosedur, dan prinsip-prinsip

yang berkaitan. Squencing mengacu kepada upaya pembuatan urutan

penyajian isi bidang studi, sedangkan synthesizing mengacu kepada

upaya untuk menunjukkan kepada siswa keterkaitan antara fakta,

konsep, prosedur, dan prinsip yang terkandung dalam bidang studi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Proses pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar jika isi

dan prosedur pembelajaran diorganisasi menjadi urutan yang

bermakna, bahan disajikan dalam bagian-bagian yang bergantung

pada kedalaman dan kesulitannya. Untuk tujuan tersebut diperlukan

langkah sintesis pembelajaran. Mensintesis adalah mengaitkan topik-

topik suatu bidang studi dengan keseluruhan isi bidang studi, sehingga

isi yang disajikan lebih bermakna menyebabkan siswa memiliki

ingatan yang baik dan lebih tahan lama terhadap topik-topik yang

dipelajari.

Materi pembelajaran yang tepat untuk disajikan dalam

kegiatan pembelajaran adalah a) relevan dengan sasaran pembelajaran,

b) tingkat kesukaran sesuai dengan taraf kemampuan pebelajar, c)

dapat memotivasi pebelajar, d) mampu mengaktifkan pikiran dan

kegiatan pebelajar, e) sesuai dengan prosedur pengajaran yang

ditentukan, dan f) sesuai dengan media pengajaran yang tersedia.

Berkaitan dengan pengembangan modul, isi pembelajaran

diorganisasikan menurut struktur isi pembelajaran dengan analisis

sasaran khusus pembelajaran.

3) Rangkuman

Rangkuman merupakan komponen modul yang menyajikan

ide-ide pokok isi pembelajaran modul, sebagai tinjauan ulang serta

pendalaman terhadap materi pembelajaran yang telah dipelajari siswa.

Rangkuman dapat memberikan manfaat yang sangat berarti bagi siswa

dalam mengorganisasi ingatannya, karena rangkuman berisi

pernyataan singkat yang mudah diingat dan dipahami.

Rangkuman merupakan a) pernyataan singkat mengenai isi

bidang studi yang telah dipelajari, b) contoh-contoh setiap konsep,

prosedur, atau prinsip yang diajarkan. Pemberian rangkuman dalam

pengajaran merupakan bagian penting dari strategi pembelajaran

sehingga memiliki manfaat yang sangat penting, baik untuk siswa,

maupun guru.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Hal penting yang perlu diperhatikan dalam menyusun

rangkuman adalah, a) rangkuman harus singkat dan langsung pada

isinya, b) rangkuman berisi ide-ide pokok, c) rangkuman mencatat

informasi dalam bentuk catatan atau grafik/diagram, atau formulasi-

formulasi, d) rangkuman dapat membangun dan mengembangkan

pelajaran, e) bagian yang peting perlu digaris bawahi atau diketik

miring, f) menarik dan dapat dibaca.

4) Tes

Tes merupakan alat untuk mengetahui seberapa jauh

indikator pembelajaran telah dicapai oleh siswa. Tes juga berfungsi

sebagai umpan balik bagi guru, untuk mengetahui seberapa jauh

keberhasilan bimbingan yang diberikannya dan berfungsi untuk

memperbaiki proses pembelajaran. Proses pembelajaran akan lebih

berhasil apabila diberikan tes yang relevan dengan sasaran khusus

pembelajaran. Bentuk tes dapat berupa tes subyektif dan/atau tes

obyektif. Skor setiap item tes boleh sama atau berbeda, bergantung

kepada tingkat kesukaran masing-masing item tes.

5) Kunci Jawaban

Kunci jawaban berisi jawaban tes yang wajib dikerjakan oleh

siswa. Kunci jawaban berfungsi sebagai panduan siswa terhadap

jawaban tes, dan umpan balik bagi guru untuk mengetahui seberapa

jauh tingkat keberhasilan belajar siswa terhadap indikator

pembelajaran. Jawaban tes mengacu kepada isi pembelajaran.

Jawaban soal subyektif sebaiknya disusun dengan singkat dan padat

serta tidak menimbulkan tafsiran yang lain atau berbeda.

6) Umpan Balik

Umpan balik adalah komponen modul yang berisi informasi

tentang a) skor tiap-tiap item tes, b) rumus cara menghitung skor akhir

yang dicapai siswa, c) pedoman menentukan tingkat pencapaian

indikator siswa berdasarkan skor yang dicapai, dan d) kegiatan

berikutnya yang dilakukan siswa setelah diketahui tingkat pencapaian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

pembelajaran. Informasi dalam umpan balik memiliki dua fungsi,

yakni a) fungsi perbaikan, b) fungsi penguatan (reinforcement).

7) Daftar Pustaka

Daftar pustaka merupakan bagian penting bagi modul.

Dengan daftar pustaka yang lengkap, mutakhir dan relevan, siswa

dapat menelusuri informasi untuk melakukan pendalaman dan

pengembangan materi pembelajaran sesuai dengan sasaran

pembelajaran yang telah dirumuskan.

d. Suhu, Kalor dan Perpindahan Kalor

1) Suhu

Suhu merupakan ukuran relatif (derajat) panas atau dinginnya

suatu benda atau sistem.

a) Termometer dan Pengukuran Suhu

Termometer adalah suatau alat yang digunakan untuk

mengukur suhu suatu benda atau sistem secara kuantitatif.

Terometer dibuat berdasarkan sifat dasar suatu bahan yang berubah

secara teratur terhadap suhu (sifat termometrik).

(1) Jenis-jenis Termometer

Karena terdapat beberapa sifat termometrik bahan,

maka termometer juga terdapat dalam beberapa jenis, yaitu (a)

Termometer raksa, (b) Termometer gas volume tetap, (c)

Termometer hambatan platina, (d) Termokopel dan (e)

Pirometer.

(2) Jenis-jenis Skala Termometer

Dalam fisika, terdapat empat macam skala yang biasa

digunakan dalam pengukuran suhu, yaitu (a) Skala Celsius, (b)

Skala Fahrenheit, (c) Skala Kelvin dan (d) Skala Reamur.

b) Pemuaian Benda

Umumnya setiap zat (benda) akan memuai jika

dipanaskan dan menyusut jika didinginkan. Pemuaian benda terdiri

dari :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

(1) Pemuaian Zat Padat

Pada dasarnya, susatu zat padat yang dipanaskan akan

memuai ke segala arah dan dalam hal ini pemuaian zat padat

terdiri dari (a) pemuaian panjang, (b) pemuaian luas dan (c)

pemuaian volume.

(2) Pemuaian Zat Cair

Berbeda dari pemuaian zat padat, zat cair hanya

mengalami pemuaian volume.

(3) Pemuaian Gas

Gas juga mengalami pemuaian volume, tetapi

pemuaian volume gas lebih besar dari pemuaian volume zat

cair untuk kenaikan suhu yang sama. Selain itu, gas dapat

mengalami pemuaian tekanan pada volume tetap. Pemuaian

gas memenuhi (a) hukum Boyle, (b) hukum Charles, (c)

hukum Gay Lussac dan (d) hukum Boyle-Gay Lussac.

2) Kalor

Dalam fisika, kalor didefinisikan sebagai energi yang

mengalir dari benda yang bersuhu lebih tinggi ke benda yang bersuhu

lebih rendah ketika kedua benda bersentuhan satu sama lain sampai

suhu keduanya sama dan keseimbangan termal tercapai.

Pada dasarnya, kalor merupakan bentuk energi yang

berhubengan dengan gerakan atom, molekul dan partikel-partikel lain

yang menyusun sebuah materi. Kalor dapat dihasilkan dari reaksi-

reaksi kimia (seperti pembakaran), reaksi nuklir (seperti reaksi fusi

pada matahari), disipasi elektromagnetik (seperti pada kompor listrik),

dan disipasi mekanik (seperti gesekan).

3) Perpindahan Kalor

Seperti disebutkan sebelumnya, kalor cenderung bergerak

dari tempat bersuhu lebih tinggi ke tempat bersuhu lebih rendah.

Perpindahan kalor tersebut dapat terjadi secara konduksi, konveksi,

dan radiasi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

a) Konduksi

Konduksi merupakan istilah umum perpindahan kalor

pada zat padat. Dalam skala mikroskopis, konduksi terjadi karena

satu partikel (atom atau molekul) bergetar dan berinteraksi dengan

atom-atom dan molekul-molekul tetangga. Dari interaksi tersebut,

maka kalor dapat berpindah dari satu partikel ke partikel lain.

b) Konveksi

Konveksi erupakan perpindahan kalor yang banyak terjadi

pada zat cair dan gas. Perpindahan kalor secara konveksi terjadi

karena adanya gerakan fluida yang berbeda massa jenis. Konveksi

biasanya dibedakan menjadi konveksi alamiah dan konveksi paksa.

Pada konveksi alamiah, aliran fluida terjadi karena

perbedaan massa jenis, sedangkan pada konveksi paksa aliran

fluida diarahkan secara sengaja untuk tujuan tertentu dengan

menggunakan alat. Contoh konveksi alamiah adalah konveksi gas

pada peristiwa angin laut atau angin darat. Sementara itu, konveksi

apksa dapat ditemukan pada alat-alat seperti mesin pendingin dan

pengering rambut.

c) Radiasi

Radiasi merupakan salah satu perpindahan kalor dalam

bentuk gelombang elektromagnetik tanpa melalui suatu zat

perantara. Sebagai contoh, panas matahari dapat mencapai ke bumi

dengan mekanisme radiasi, sehingga mampu melewati ruang

hampa.

Radiasi kalor memenihi hukum Stefan-Boltzmann, yaitu

energi yang dipancarkan oleh suatu permukaan benda hitam dalam

bentuk radiasi kalor tiap satuan waktu sebanding dengan luas

permukaan dan sebanding dengan pangkat empat suhu mutlak

permukaan itu.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian pengembangan modul

pembelajaran fisika antara lain sebagai berikut:

1. Penelitian pengembangan modul yang dilakukan oleh Firman Nugroho (2013)

yang berjudul “ Pengembangan Modul Berbasis Science, Environment,

Technology, and Society (SETS) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Kelas X SMA Muhammadiyah Sewon pada Pokok Bahasan Gelombang

Elektromagnetik”. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (R&D)

dengan model 4-D (Define, Design, Develop, dan Disseminate). Pada tahap

Define dilakukan analisis ujung depan, analisis siswa, analisis tugas, analisis

konsep, spesifikasi tujuan pembelajaran. Pada tahap Design dilakukan

pemilihan format dan desain awal modul. Pada tahap Develop dilakukan

validasi modul oleh dosen ahli dan guru Fisika SMA, kemudian dilanjutkan

dengan tanggapan siswa dalam uji lapangan operasional. Tahap Dessiminate

tidak dilaksanakan karena permasalahan-permasalahan terkait dengan

pembelajaran fisika di SMA Muhammadiyah Sewon hanya mengacu sampai

tahap Develop. Produk penelitian ini data divalidasi oleh dosen ahli, guru fisika

SMA, kemudian diteruskan agar mendapat tanggapan siswa sebagai uji

lapangan yang diperoleh melalui angket. Hasil penelitian ini menyimpulkan

bahwa modul berbasis SETS pada pokok bahasanGelombang Elektromagnetik

untuk siswa kelas X SMA Muhammadiyah Sewon yang dapat meningkatkan

hasil belajar terdiri dari dua kegiatan belajar dan lima karakteristik. Menurut

penilaian dosen ahli dan guru fisika, modul ini termasuk dalam kategori “baik”.

Peningkatan hasil belajar dengan modul berbasis SETS didapat nilai standar

gain sebesar 0,33, dengan effect size sebesar 1,42 dengan persentase 92 % dan

kategori tinggi. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan modul

berbasis SETS sebesar 104,5 dan berada pada kategori “baik”.

2. Penelitian pengembangan modul yang telah dilakukan oleh Indah Hening

(2013) yang berjudul “Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika Berbasis

Strategi Active Learning pada Pokok Bahasan Kalor untuk Meningkatkan

Keaktifan Siswa di SMA N 1 Sedayu Tahun Pelajaran 2012/2013”. Penelitian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

ini menggunakan model Research and Development (R&D) yang

dikembangkan oleh Borg & Gall, dengan melakukan Research and informating

collecting, Planning, Develop Prelminary form of product, Preliminary field

testing, sampai dengan Main Product revision. Pengujian produk awal

dilakukan melalui validasi ahli dan uji coba lapangan. Validasi ahli (dosen dan

guru Fisika) digunakan untuk mengetahui kelayakan modul. Uji coba lapangan

operasional digunakan untuk mengetahui keaktifan siswa saat pembelajaran

menggunakan modul.

Hasil penelitian ini adalah modul pembelajaran fisika berbasis strategi active

learning valid mengaktifkan siswa di SMA. Kevalidan tersebut ditunjukan dari

hasil uji validitas kriteria penilaian ideal rata-rata seluruh komponen sebesar

4,04 dengan kategori validitas “sangat baik”. Demikian pula ditunjukkan uji

realibilitasnya menggunakan metode borich dari dosen ahli sebesar 80,97%

dan dari guru fisika sebesar 84,87 % dengan kategori realibilitas “sangat baik”.

Uji lapangan operasional hasil penilaian keaktifan siswa melalui kegiatan

belajar I, II, dan III, siswa memberi perhatian yang baik terhadap penyajian

materi ajar sebanyak 75%. Dari segi respon dalam kegiatan belajar yaitu

sebanyak 78,22% dan dari segi kedisiplinan siswa dalam belajar yang dinilai

sebanyak 85,48%. Modul pembelajaran fisika yang valid ini memiliki

karakteristik yaitu memunculkan sintaks dari strtaegi active learning terdiri

dari kegiatan quiz team, the learning cell dan disscustion.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Alias, Siraj, DeWitt, Attaran dan Nordin (2013)

yang berjudul “Evaluated on the Usability of Physics Module in a Secondary

School in Malaysia: Student’s Retrospective”. Penelitian ini bertujuan untuk

melaksanakan dan mengevaluasi modul Fisika berbasis teknologi dan gaya

belajar dengan menggunakan penilaian retrospektif siswa. Para peneliti

menggunakan 14 mahasiswa untuk menguji modul fisika tentang “Gas Law”.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa modul membantu siswa untuk belajar

konsep-konsep abstrak fisika sesuai dengan teknologi dan gaya belajar.

Berdasarkan temuan ini, para peniliti menyarankan bahwa modul fisika yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

didasarkan pada teknologi dan gaya belajar dapat menjadi paket pembelajara

yang efektif.

4. Penelitian pengembangan bahan ajar berupa modul oleh Meta Kuswandari

(2013) yang berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Fisika SMA dengan

Pendekatan Kontekstual pada Materi Pengukuran Besaran Fisika”. Penelitian

yang menggunakan pendekatan kualitatif dengan didukung data kuantitatif ini

merupakan penelitian pengembangan berdasarkan model yang dikembangkan

oleh Borg dan Gall. Prosedur pengembangan penelitian ini meliputi: (1).

Penelitian dan megumpulkan informasi, (2). Perencanaan, (3). Pengembangan

draft produk, (4). Uji coba lapangan awal, (5). Merevisi hasil uji coba lapangan

awal, dan (6). Uji coba lapangan utama. Teknik pengumpulan data yang

digunakan berupa angket dan observasi. Data-data yang diperoleh berasal dari

validator yang terdiri atas 2 dosen ahli, 2 guru sebagai reviewer dan 2 peer

reviewer serta responden yang terdiri atas 10 siswa dari SMA Negeri 1 Simo

dan 30 siswa yang berasal dari lima SMA yaitu SMA Negeri 1 Simo, SMA

Negeri Karanggede, SMA Negeri 2 Boyolali, SMA Bhineka Karya Simo dan

SMA Negeri 2 Simo.Data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan penilaian

skor standar dari Saifudin Azwar yang kemudian dibagi menjadi lima

kategori.Teknik analisis data kualitatif yang digunakan yakni model interaktif

dari Miles dan Huberman yang melalui tahap reduksi data, penyajian data dan

penarikan kesimpulan.Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasandapat

disimpulkan bahwa: Pengembangan bahan ajar pembelajaran Fisika yang

berupa modul materi Pengukuran Besaran Fisika kelas X secara umum sudah

sangat baik dengan kesesuaian hasil validasi ke ahli, peer reviewer dan

reviewer dalam aspek kelayakan isi, bahasa dan gambar, penyajian serta

kegrafisan. Hasil validasi menujukkan bahwa ahli I dan ahli II memberi skor

total yakni 92 (Sangat baik), reviewer I dan II masing-masing memberi skor 86

dan 85 (Sangat Baik), sedangkan peer reviewer I memberi skor 82 (Baik) dan

peer reviewer II sebesar 98 (sangat baik). Hasil ujicoba dalam lapangan awal

dan utama dengan hasil yang sangat baik. Hal ini terbukti bahwa dari 4 siswa

yang menilai baik dan 6 siswa menilai sangat baik dalam uji coba lapangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

awal yang dilakukan kepada 10 siswa serta 7 siswa menilai baik dan 23 siswa

menilai sangat baik dalam uji coba lapangan utama yang dilakukan kepada 30

siswa.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Resita Arum Sari (2013) tentang

pengembangan modul yang berjudul “Pengembangan Modul Berbasis

Pendekata Keterampilan Proses pada Pokok Bahasan Fluida Statis di SMA

Negeri 1 Mlati”. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (R&D)

dengan model 4-D (Define, Design, Develop, dan Disseminate). Pada tahap

Define dilakukan analisis ujung depan, analisis siswa, analisis tugas, analisis

konsep dan spesifikasi tujuan pembelajaran. Pada tahap Design dilakukan

pemilihan format dan desain awal modul. Pada tahap Develop dilakukan

validasi oleh dosen ahli dan guru Fisika SMA, kemudian dilanjudkan dengan

uji lapangan operasional. Pada tahap Dessiminate tidak dilaksanakan karena

permasalahan-permasalahan terkait dengan pembelajaran fisika di SMA Negeri

1 Mlati hanya mengacu pada tahap Develop (pengembangan) saja. Data

validasi dosen ahli dan guru Fisika SMA digunakan untuk mengetahui

kelayakan modul. Data uji lapangan operasional digunakan untuk mengetahui

keterampilan proses siswa saat pembelajaran menggunakan produk dan respon

siswa setelah pembelajaran menggunakan produk. Hasil penelitian

pengembangan produk, menurut penilaian dosen ahli dan guru Fisika SMA

termasuk dalam kategori “sangat baik” dan pada uji lapangan operasional hasil

penilaian keterampilan proses menyusun hipotesis termasuk dalam kategori

“baik”, menentukan variabel dan menuliskan data hasil data percobaan

termasuk dalam kategori “sangat baik” sedangkan membuat kesimpulan

termasuk dalam kategori “cukup” dan penilaian respon siswa termasuk dalam

kategori “sangat baik”.

6. Penelitian pengembangan modul yang dilakukan oleh Lidy Alimah Fitri, Eko

Setyadi, dan Nur Ngazizah (2013) yang berjudul “Pengembangan Modul Fisika

pada Pokok Bahasan Listrik Dinamis Berbasis Domain Pengetahuan Sains

untuk Mengoptimalkan Minds-On siswa SMA Negeri 2 Purworejo Kelas X

Tahun Pelajaran 2012/2013”. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

SMA Negeri 2 Purworejo kelas X Tahun Pelajaran 2012/2013 yang berjumlah

31 siswa. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode

observasi, metode angket, tes, dan dokumentasi. Metode penelitian yang

digunakan adalah Research and Development (R&D). Produk yang

dikembangkan adalah modul Fisika berbasis domain pengetahuan sains dengan

pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL). Berdasar hasil penelitian

diperoleh rerata persentase hasil evaluasi modul dari ahli 83%, dari guru Fisika

82%, dari teman sejawat 89%. Penggunaan modul Fisika berbasis domain

pengetahuan sains dapat meningkatkan pemahaman siswa dengan persentase

ketuntasan siswa 84%. Selain itu, penggunaan modul dapat mengoptimalkan

minds-on siswa. Rerata minds-on siswa adalah 43,52 dengan kategori “baik”.

Dengan demikian, modul Fisika berbasis domain pengetahuan sains dengan

pendekatan CTL layak digunakan dalam pembelajaran Fisika untuk

mengoptimalkan minds-on siswa.

C. Kerangka Berfikir

Indonesia masih membutuhkan banyak perbaikan dalam bidang

pendidikan. Indonesia harus mengindahkan fakta ini karena masih tertinggal jauh

di belakang negara-negara lainnnya, bahkan dalam ASEAN. Keterbelakangan

sektor pendidikan tercemin dari laporan Human Development Index (HDI) 2011.

Dari 194 negara yang dilaporkan HDI, Indonesia mendapat peringkat 124 dengan

skor 0,617.

Berdasarkan hal tersebut maka pemerintah berupaya meningkatkan

kualitas pendidikan. Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan,

kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi yang

signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta

didik. Pada saat ini, pemerintah telah mengubah kurikulum tingkat satuan

pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013.

Berlakunya Kurikulum 2013 memang dinilai membuat guru memiliki

alokasi waktu yang lebih dalam melaksanakan pembelajaran. Namun, proses uji

publik dinilai asal-asalan serta minimnya sosialisasi Kurikulum 2013 membuat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

guru dan sekolah masih kebingungan. Penerapan Kurikulum 2013 dianggap hanya

sekadar formalitas. Selain itu, buku diktat dan buku teks juga terlambat dicetak

dan didistribusikan ke sekolah-sekolah sehingga berdampak pada penundaan

pelatihan guru. Akibatnya, pada tingkat implementasi, banyak guru bingung saat

menerapkan Kurikulum 2013 di kelas.

Keterlambatan dalam pencetakan dan pendistribusian buku tidak hanya

membuat guru kebingungan namun siswa dalam mengikuti pembelajaran tentu

juga akan mengalami kesulitan karena keterlambatan buku sebagai bahan ajar ini.

Tidak hanya itu saja, bahan ajar baik berupa buku, modul maupun LKS yang

beredar belum sesuai dengan Kurikulum 2013 karena belum disajikan dengan

pendekatan ilmiah (scientific approach). Oleh karena itu, dikembangkan bahan

ajar fisika berupa modul berbasis scientific approach untuk siswa SMA kelas X

pada materi Suhu, Kalor dan Perpindahan Kalor.

Pengembangan modul pembelajaran fisika berbasis scientific approach

memiliki kerangka berpikir seperti yang tampak pada Gambar 2.1.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

Pengembangan bahan ajar fisika SMAberbasis scientific approach

Modul pembelajaran fisika berbasis scientificapproach pada materi suhu, kalor dan

perpindahan kalor untuk siswa SMA kelas X

KURIKULUM 2013

Pembelajaran Fisika SMA berbasis scientificapproach

SMA belum sepenuhnya menerapkanpembelajaran fisika berbasis scientific approach

MinimnyasosialisasiKurikulum

2013

Guru masih bingungmenerapkan

pembelajaran fisikasesuai Kurikulum

2013

Bahan ajar fisikaberbasis scientificapproach belum

tercukupi

penyebab

solusi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berfikir di atas, maka diajukan

pertanyaan penelitian berkaitan dengan pengembangan modul pembelajaran fisika

pada materi Suhu, Kalor dan Perpindahan Kalor berbasis scientific approach

untuk siswa SMA kelas X, sebagai berikut:

1. Bagaimana mengembangkan modul yang memenuhi kriteria baik?

2. Apakah modul yang dikembangkan memenuhi kriteria yang baik?


Recommended