+ All Categories
Home > Documents > KEBERADAAN SALAHAN DALAM KARAWITAN GAYA ...

KEBERADAAN SALAHAN DALAM KARAWITAN GAYA ...

Date post: 28-Nov-2023
Category:
Upload: khangminh22
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
23
Volume 17 Nomor 2 Bulan November 2017 109 Keberadaan Salahan dalam Karawitan Gaya Surakarta Kartika Ngesti Handono Warih KEBERADAAN SALAHAN DALAM KARAWITAN GAYA SURAKARTA Kartika Ngesti Handono Warih Alumni Mahasiswa Jurusan Karawitan Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Surakarta Hadi Boediono Dosen Jurusan Karawitan Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Surakarta Abstrak “Keberadaan Salahan dalam Karawitan Gaya Surakarta” merupakan hasil penelitian yang tidak hanya membahas mengenai salahan dari aspek garap karawitan saja melainkan juga mengupas hal yang berada di luar karawitan. Penulis tertarik dengan keberadaan istilah salahan dalam karawitan, karena salahan adalah suatu fenomena yang salah tetapi secara sengaja dihadirkan dalam sajian. Para pengrawit terdahulu memiliki alasan dan tujuan khusus dalam memberikan istilah salahan. Selain itu juga masih terdapat kerancuan mengenai suatu pola apakah termasuk salahan atau terdapat istilah lain. Berdasarkan ketertarikan tersebut penulis merumuskan dua rumusan masalah yaitu pertama mengapa terdapat salahan dalam sajian karawitan gaya Surakarta, dan yang kedua apakah yang dapat dijadikan pembeda atau yang dapat mengidentifikasikan salahan dengan banggen atau pola- pola lain yang hampir menyerupai. Guna mendapat data yang dapat mendukung tulisan ini maka digunakan beberapa tahapan metode meliputi; tahap pengumpulan data, validasi data, reduksi data, dan analisis data. Data yang diperoleh berasal dari berbagai sumber diantaranya; wawancara, observasi, studi pustaka, dan transkip rekaman. Tulisan ini mengkaji obyek yaitu salahan secara lebih mendalam. Sejalan dengan pemahaman fenomenologi menurut Hussrel yaitu suatu fenomena tidak hanya dilihat dari kulit luarnya saja, akan tetapi yang lebih mendalam adalah melihat apa yang ada di balik yang tampak. Makna keberadaan salahan dalam sajian karawitan yaitu sebagai simbol ketidaksempurnaan manusia dalam menjalani proses kehidupan, sebagai gambaran wujud keseimbangan hidup, dan suatu gambaran fenomena perkembangan zaman. Dalam sajian karawitan sendiri salahan berfungsi sebagai penanda atau ater menjelang gong, atau titik melodi terrendah. Selain itu juga sebagai tanda batas pengulangan yang keberadaannya hanya sebatas menambah rasa estetik atau penekanan rasa seleh, dan sama sekali tidak mempengaruhi jalannya sajian gendhing. Kata Kunci: makna, ater, salahan. Abstract “The Presence of Salahan in Surakarta Style Karawitan” is the result of a research study that not only discusses salahan in terms of the aspect of treatment or garap in karawitan but also analyzes aspects outside karawitan. The writer is interested in the use of the term salahan in karawitan because salahan is a phenomenon that is wrong or incorrect (salah) but is intentionally presented in a performance. Musicians from the past had a particular goal and reason for using the term salahan. There is still ambiguity about certain patterns as to whether or not they can be classed as salahan or should be identified using a different term. Based on this interest, the writer formulated two problems to be addressed: first, why is salahan present in the performance of Surakarta style karawitan, and second, what identifies a pattern as salahan or distinguishes it from banggen or other similar patterns. In order to obtain data to support this paper, a number of stages were followed: data collection, data validation, data reduction, and data analysis. The data was collected from several sources, including interviews, observation, a library study, and recording transcripts. This article investigates the object of the study, namely salahan, in more depth. It adopts Hussrel’s concept of phenomenology, in which a phenomenon should not only be viewed
Transcript

Volume 17 Nomor 2 Bulan November 2017 109

Keberadaan Salahan dalam Karawitan Gaya Surakarta Kartika Ngesti Handono Warih

KEBERADAAN SALAHANDALAM KARAWITAN GAYA SURAKARTA

Kartika Ngesti Handono WarihAlumni Mahasiswa Jurusan Karawitan

Fakultas Seni PertunjukanInstitut Seni Indonesia Surakarta

Hadi BoedionoDosen Jurusan KarawitanFakultas Seni Pertunjukan

Institut Seni Indonesia Surakarta

Abstrak

“Keberadaan Salahan dalam Karawitan Gaya Surakarta” merupakan hasil penelitian yang tidak hanyamembahas mengenai salahan dari aspek garap karawitan saja melainkan juga mengupas hal yangberada di luar karawitan. Penulis tertarik dengan keberadaan istilah salahan dalam karawitan, karenasalahan adalah suatu fenomena yang salah tetapi secara sengaja dihadirkan dalam sajian. Parapengrawit terdahulu memiliki alasan dan tujuan khusus dalam memberikan istilah salahan. Selain itujuga masih terdapat kerancuan mengenai suatu pola apakah termasuk salahan atau terdapat istilahlain. Berdasarkan ketertarikan tersebut penulis merumuskan dua rumusan masalah yaitu pertamamengapa terdapat salahan dalam sajian karawitan gaya Surakarta, dan yang kedua apakah yangdapat dijadikan pembeda atau yang dapat mengidentifikasikan salahan dengan banggen atau pola-pola lain yang hampir menyerupai.Guna mendapat data yang dapat mendukung tulisan ini maka digunakan beberapa tahapan metodemeliputi; tahap pengumpulan data, validasi data, reduksi data, dan analisis data. Data yang diperolehberasal dari berbagai sumber diantaranya; wawancara, observasi, studi pustaka, dan transkiprekaman. Tulisan ini mengkaji obyek yaitu salahan secara lebih mendalam. Sejalan dengan pemahamanfenomenologi menurut Hussrel yaitu suatu fenomena tidak hanya dilihat dari kulit luarnya saja,akan tetapi yang lebih mendalam adalah melihat apa yang ada di balik yang tampak.Makna keberadaan salahan dalam sajian karawitan yaitu sebagai simbol ketidaksempurnaan manusiadalam menjalani proses kehidupan, sebagai gambaran wujud keseimbangan hidup, dan suatugambaran fenomena perkembangan zaman. Dalam sajian karawitan sendiri salahan berfungsi sebagaipenanda atau ater menjelang gong, atau titik melodi terrendah. Selain itu juga sebagai tanda bataspengulangan yang keberadaannya hanya sebatas menambah rasa estetik atau penekanan rasa seleh,dan sama sekali tidak mempengaruhi jalannya sajian gendhing.

Kata Kunci: makna, ater, salahan.

Abstract

“The Presence of Salahan in Surakarta Style Karawitan” is the result of a research study that not only discussessalahan in terms of the aspect of treatment or garap in karawitan but also analyzes aspects outside karawitan. Thewriter is interested in the use of the term salahan in karawitan because salahan is a phenomenon that is wrong orincorrect (salah) but is intentionally presented in a performance. Musicians from the past had a particular goaland reason for using the term salahan. There is still ambiguity about certain patterns as to whether or not theycan be classed as salahan or should be identified using a different term. Based on this interest, the writer formulatedtwo problems to be addressed: first, why is salahan present in the performance of Surakarta style karawitan, andsecond, what identifies a pattern as salahan or distinguishes it from banggen or other similar patterns.In order to obtain data to support this paper, a number of stages were followed: data collection, data validation,data reduction, and data analysis. The data was collected from several sources, including interviews, observation,a library study, and recording transcripts. This article investigates the object of the study, namely salahan, inmore depth. It adopts Hussrel’s concept of phenomenology, in which a phenomenon should not only be viewed

Jurnal Pengetahuan, Pemikiran, dan Kajian Tentang “Bunyi”

Volume 17 Nomor 2 Bulan November 2017110

Pengantar

Dunia karawitan memiliki banyak istilahyang digunakan untuk menamai suatu obyek,subyek, maupun keterangan oleh para pelakukarawitan. Penamaan istilah tersebut salahsatunya bertujuan untuk memudahkan prosespenyampaian antar pelaku karawitan, selain itujuga untuk mempermudah dalam proses belajarmengajar. Dari sekian banyak istilah yangterdapat dalam lingkup karawitan, beberapapenggunaan istilah itu belum mempunyai patokanatau pengakuan yang baku. Sejauh ini suatuistilah yang digunakan dalam suatu kelompokmerupakan istilah yang telah lama ada dan tidakdiketahui asal muasal penamaan istilah tersebut.Selain itu juga bisa menggunakan istilah yangtelah disepakati oleh kelompok tersebut. Lamakelamaan istilah tersebut menjadi dianut olehgenerasi berikutnya dan seterus sampai menjadiseperti sebuah pembakuan. Seperti diterangkanoleh Supanggah bahwa “Proses kristalisasitersebut menumbuhkan kesepakatan-kesepakatan atau konvensi kelompok ataumasyarakat tertentu yang kemudian menjadiaturan, norma atau hukum yang tak tertulisnamun sampai kadar tertentu dipatuhi bersamaoleh masyarakat karawitan.” (Supanggah, 2007:246). Oleh sebab itu terkadang terdapat istilahyang berbeda meskipun obyeknya sama. Begitupula sebaliknya, istilah yang sama dengan obyekyang berbeda.

Salah satu istilah yang memiliki banyakpemahaman di antara pelaku karawitan adalahsalahan. Salahan bukan sesuatu yang asing dalamgarap sajian karawitan. Salahan merupakan salahsatu istilah dalam karawitan, tetapi pengertianistilah salahan dalam karawitan masih belum jelas.Sampai saat ini belum ada buku atau penelitianyang mengangkat pemahaman salahan. Istilah

from outside but should also be explored in more depth to see what exists behind the outer layer.The meaning of salahan in a karawitan performance is a symbol of the imperfectness of human beings as they passthrough their journey of life, a representation of the form of a balanced life, and a representation of the phenomenonof current development. In a karawitan performance itself, salahan functions as a sign or ater on the approach tothe gong stroke, or the lowest point of a melody. It also marks the end of a repetition and merely enhances theaesthetics of a performance, emphasizing the sense of seleh, yet not influencing the course of performance of agending.

Keywords: meaning, ater, salahan.

salahan dalam karawitan belum diketahuitermasuk dalam suatu golongan. Pengertian yangmemungkinkan untuk salahan yaitu bisa berupateknik, pola, garap atau untuk penamaan yanglain. Keberadaan tabuhan salahan dalam karawitanjuga mengacu pada tabuhan baku dari suatuinstrumen. Tabuhan baku diibaratkan sebagaitabuhan yang benar. Kemungkinan para senimanterdahulu memilih istilah salahan karena tabuhansalahan adalah tabuhan yang menyalahi tabuhanbakunya.

Kebanyakan orang mengatakan bahwasalahan terdapat pada instrumen kethuk (ladrang,ketawang) dan kendhang lancaran saja. Jikaberfungsi sebagai penanda bahwa suatu lagugendhing akan mendekati akhir lagu atau selehberat, maka bagaimana dengan tanda-tanda diinstrumen lain yang menyerupai salahan. Padakenyataanya terdapat banyak fenomena yangmenyerupai salahan tetapi belum mempunyainama, atau memiliki nama yang berbeda.Misalnya yang terdapat pada kemanak, penunthungpada gendhing, slenthem pada garap sesegan, danfenomena lainnya. Bagaimana pula dengankeberadaan banggen. Salahan dan banggenmempunyai fungsi yang hampir sama, tetapiberada di instrumen yang berbeda. Bagaimanapara empu memandang hal itu, apakah adaketerkaitan antara banggen dan salahan. Keraguan-keraguan seperti di atas yang akan dijelaskanpada tulisan ini. Selain itu juga melihatkeberadaan salahan dalam karawitan tidak hanyadari segi fungsi, tetapi juga makna.

Makna Salahan dalam Kehidupan Masyarakatdan Budaya Jawa

Salahan merupakan salah satu wujud hasilberfikir kreatif manusia dalam seni karawitanuntuk memaknai hidup yaitu simbol

Volume 17 Nomor 2 Bulan November 2017 111

Keberadaan Salahan dalam Karawitan Gaya Surakarta Kartika Ngesti Handono Warih

ketidaksempurnaan hidup manusia. Karenameskipun tujuan utama hidup manusia Jawaadalah mencapai kesempurnaan, akan tetapimanusia menyadari bahwa Maha Sempurnaadalah Satu yaitu Tuhan. “gendhing sebagairepresentasi dari manusia pada dasarnya akanmelalui sebuah proses” (Endraswara, 2003: 78).Jadi karawitan dapat digambarkan sebagaiwujud sebuah proses hidup manusia, dan salahanmenjadi simbol ketidak sempurnaan itu.

Salah dan benar seperti dua sisi mata koin,menjadi satu tetapi saling berlawanan. Setalahmengetahui mengenai “salah” sekarangpemahaman mengenai “benar”. Menurut Jacob,kebenaran merupakan sesuatu yang sesuaidengan kesadaran, disetujui, dianggap baik,dianggap mempunyai nilai, dan dijadikan acuandalam bertindak (Jakob, 2000: 3). Jika unsur-unsurtersebut dikaitkan dengan salahan dalamkarawitan gaya Surakarta, maka akan ditemukananalisa seperti berikut.

Unsur pertama yaitu kebenaranmerupakan sesuatu yang sesuai dengankesadaran. Salahan juga dilakukan oleh penabuhdengan penuh kesadarannya. Seorang penabuhtahu pada instrumen apa, irama apa, sajiangendhing apa, dan bagaimana salahan dimainkan.Bahkan jika salahan tidak dilakukan justrumenjadi sajian yang salah.

Kedua yaitu unsur kebenaran merupakansesuatu yang disetujui. Keberadaan salahan tentutelah disetujui oleh para empu karawitan.Terbukti dengan salahan telah diajarkan di duniaakademik karawitan, dan telah dilakukan darigenerasi ke generasi pengrawit. Keberadaansalahan di keraton juga memperkuat keberadaansalahan dalam sajian karawitan khususnya gayaSurakarta. Karena apapun yang berasal darikeraton akan dianut oleh masyarakat luarkeraton.

Unsur ketiga yaitu kebenaran adalahsesuatu yang dianggap baik dan unsur keempatyaitu kebenaran merupakan sesuatu yangdianggap mempunyai nilai. Makna dalam salahanmengandung nilai dalam kehidupan. Nilai-nilaiyang dimaksud adalah nilai kebaikan. Pemaknaansalahan dalam pembahasan sebelumnya dapatmenjelaskan nilai-nilai positif yang terkandungdalam salahan. Salahan sebagai simbolisasikehidupan bahwa takdir seorang manusia dalam

menjalani kehidupan tidak akan pernah luput darikesalahan, khilaf, dosa, karena kesempurnaanhanya milik Tuhan.

Unsur kelima yaitu kebenaran merupakansesuatu yang dijadikan acuan dalam bertindak.Keberadaan salahan dalam karawitan merupakanacuan bagi instrumen lain bahwa setelah salahanberarti melodi lagu gendhing akan mencapai titikterberat (biasanya ditandai oleh gong). Penjelasanmengenai keterkaitan antara arti kata benardengan istilah salahan dalam karawitan mungkinmemang terkesan seperti otak-atik gatuk, tetapisemua hal tersebut cukup logis jika dikaitkan satusama lain.

Kata salah dalam salahan sudah tidakterkait dengan fenomena salah dalam pengertianumum. Alasannya yaitu karena dapat dilihat daripenjelasan mengenai definisi benar menurutJakob. Keseluruhan definisi benar yang mencakuplima unsur dapat diaplikasikan dalam salahan,tetapi pemaknaan salahan dalam kehidupanbudaya Jawa tetap berlaku. Pemaknaan yangdimaksud yaitu salahan sebagi wujud kesadaranbahwa tiada manusia yang sempurna, bahwakesempurnaan hanya milik Tuhan. Pemaknaankedua yaitu salahan sebagai simbol keseimbangandalam hidup.

Pemaknaan salahan yang lain dalamkehidupan yaitu suatu fenomena salah atau tidaklazim tetapi justru menambah rasa estetik.Seorang wanita dahulunya identik dan selalumenggunakan kebaya dan jarik, serta memilikirambut yang panjang. Akan tetapi padaperkembangannya sekarang, banyak wanita yangmenggunakan celana dalam kesehariannyadengan tatanan rambut pendek, seperti lazimnyapenampilan seorang laki-laki. Saptonomenerangkan seperti berikut: “Salah tapi enak,itu kan salahan. Sekarang kan dunianya memangberkembang, perkembangan itu mungkin jugaada faktor-faktor yang salah itu juga diterapkan”(Saptono, wawancara 21 Desember 2016).

Salahan dalam Karawitan Gaya Surakarta

Seperti telah dijelaskan di awal tulisan inibahwa salahan merupakan gabungan dari katadasar salah yang ditambah akhiran–an. Imbuhan–an sendiri tentu memiliki makna dalampenempatannya di akhir kata salahan. Menurut

Jurnal Pengetahuan, Pemikiran, dan Kajian Tentang “Bunyi”

Volume 17 Nomor 2 Bulan November 2017112

pandangan Suraji, imbuhan–an dalam salahanmemiliki arti menyerupai. Jadi kata salahan dapatdiartikan suatu tindakan yang menyerupai salah.Seperti halnya bedhayan (bedhaya-an), srimpen(srimpi-an), sindenan (sinden-an). Istilah-istilah itumenjelaskan bahwa jika bedhayan itu artinya suatusajian itu digarap menyerupai garap tari bedhaya,srimpen digarap menyerupai garap pada garaptari srimpi, sindhenan digarap menyerupai yangdilakukan seorang sindhen. Dijelaskan juga bahwasebenarnya istilah-istilah tersebut merupakanpengistilahan yang hanya dilakukan parapengrawit atau praktisi karawitan saja gunamempermudah dalam berkomunikasi (Suraji,wawancara 13 Mei 2016).

Salah dalam istilah salahan dalamkarawitan merupakan suatu tindakan yangdisengaja menyimpang. Salah yang dimaksudyaitu lebih kepada perbedaan pola tabuhan daripola bakunya. Perbedaan disengaja denganharapan dapat menambah kesan estetik dalamsajian. Kesimpulannya yaitu salahan merupakantindakan salah (dalam hal ini berbeda denganpola tabuhan baku) yang menjadi aturan dalamsajian karawitan.

Meskipun salahan sudah menjadi aturandalam sajian karawitan, tabuhan salahan bukantergolong tabuhan pamurba (pemimpin) ataupenentu sajian. Telah disebutkan bahwakeberadaan salahan diharapkan dapat menambahkesan estetik dalam sajian gendhing, oleh sebabitu ada atau tidaknya salahan tidakmempengaruhi jalannya gendhing. Meskipunsalahan menjadi aturan dalam karawitan, tetapiketika salahan tidak dilakukan, tidak akanmempengaruhi jalannya sajian gendhing. Perluditekankan sekali lagi bahwa keberadaan salahanlebih kepada rasa estetik.

Unsur kata salah dalam karawitan jugaterdapat pada istilah lain yaitu salah gumun. Salahgumun adalah nama jarak nada pada bilah-bilahgamelan yang sering dijumpai pada seleh genderantara nada gulu (2 atau ro ) dan nada limaslendro (Soeharto, 1978: 129). Artinya salah gumunmemiliki jarak nada seleh yaitu satu nada. Gumundalam bahasa Jawa berarti heran. Seperti contohkalimat berikut “aku kok nggumun karo kedadianiku” yang artinya “saya merasa heran dengankejadian itu”. Pada umumnya seleh gender yangpaling sering dijumpai yaitu seleh gembyang (jarak

empat nada atau satu oktaf) dan kempyung (jarakdua nada). Penamaan istilah salah gumunkemungkinan dikarenakan meskipun jarak selehgender satu nada tidak lazim digunakan tetapipada kasus tertentu dapat memberi rasa enak,sehingga muncul perasaan heran ketika sesuatuyang tidak lazim justru menghasilkan perpaduansuara yang indah. Kata “salah” pada istilahsalahan dan salah gumun memiliki sifat yanghampir sama. Salah satunya yaitu kata “salah”dimaknai sebagai hal yang berbeda tetapimemiliki nilai tambah dalam rasa estetik.

Salahan selain mengandung unsurkemiripan kata dengan salah gumun juga memilikikemiripan fungsi dengan istilah lain yaitu banggen.Djojomlojo menjelaskan bahwa banggen dansalahan memiliki fungsi yang sama yaitu memberitanda kepada seluruh pemain instrumen bahwagendhing yang disajikan akan menuju pada titikakhir yaitu gong (Purwanto, 2010: 210-211).

Istilah banggen diambil dari instrumenbangge yang ada pada perangkat gamelanMonggang. Kata benggen diperoleh dari katabangge yang mendapat imbuhan –an. Dari katabangge-an terjadi luluh tembung karena akhir darikata bangge merupakan huruf hidup, sehinggabangge-an menjadi banggen. Sama halnya dengansalahan, imbuhan –an dalam kata banggen jugabermakna menyerupai. Jika salahan dikatakanmenyerupai salah, maka banggen dikatakanmenyerupai bangge. Artinya tabuhan banggenadalah tabuhan yang teknik penyuaraannyamenyerupai teknik instrumen bangge dalamMonggang. Istilah banggen selain dalam sajiangamelan Monggang juga berada pada gamelanAgeng, yaitu terletak pada tabuhan instrumenkethuk dalam sajian inggah irama dadi.

Salahan dalam Garap Karawitan

Salahan dalam karawitan memiliki peranpenting yaitu sebagai penanda. Artinya dalamkebudayaan Jawa keberadaan salahan sesuaidengan makna ke tiga. Salahan yang memilikipengertian sesuatu yang berbeda. Perbedaanyang disengaja dilakukan agar dapat menjadipusat perhatian. Dari perhatian tersebut, salahanmelakukan tugasnya yaitu memberi aba-aba,rambu-rambu, tanda, akan menuju pada gong.Tanda ini tidak hanya berlaku bagi pemain

Volume 17 Nomor 2 Bulan November 2017 113

Keberadaan Salahan dalam Karawitan Gaya Surakarta Kartika Ngesti Handono Warih

instrumen lain, tetapi juga pendengar ataupenikmat.

Dalam dunia karawitan munculpertanyaan yaitu siapa yang mengilhamiterciptanya salahan. Jika dirunut asal usulnyamaka akan sulit untuk menemukan pencetussalahan. Minimnya data menjadi kendala utamadalam menelusuri pencetus salahan. Karawitanyang bersifat dinamis cenderung mengalamiperkembangan dari waktu ke waktu. Di erakerajaan, sumber dari karawitan hanya dapatditelisik dari dua tempat yaitu dari dalam keratonatau dari luar keraton.

Suraji menuturkan bahwa dalam prosespembelajaran karawitan oleh Martopangrawit1

telah ditata terstruktur sedemikian rupa, belumdiketahui secara pasti munculnya salahan dari luarkeraton atau dari dalam keraton. Melihat bentukgendhing-gendhing yang dipelajari berasal darikeraton, maka kemungkinan salahan berasal daridalam keraton, karena dalam keraton terdapatkonvensi-konvensi yang cukup ketat, tetapiapabila di luar keraton kemungkinan adanyakonvensi sepertinya sulit untuk dikembangkan.Pertimbangan yang lain yaitu keberadaan garapbanggen yang fungsinya menyerupai salahanberasal dari gamelan pakurmatan, sedangkanyang memiliki perangkat gamelan pakurmatanadalah keraton (Suraji, wawancara 13 Mei 2016).Saptono, salah seorang pengrawit dalam keratonmenyebutkan bahwa awal munculnya salahanmasih belum jelas. Salahan bisa jadi muncul daridalam keraton dengan dasar bahwa tokoh-tokohpengrawit yang berkualitas berasal dari dalamkeraton. Indikasi lainnya yaitu mengenaikonvensi yang ketat dalam karawitan juga berasaldari dalam keraton. (Saptono, wawancara 21Desember 2016).

Pendapat sejalan juga disampaikan olehSukamso bahwa salahan berasal dari dalamkeraton. Beliau meyakini bahwa semuapembetukan garap karawitan berasal dari dalamkeraton, lalu disebarkan luaskan di masyarakatluar tembok keraton. Peran salahan di masyarakatluar tembok keraton sangat dirasakan, hal inidikarenakan pada jaman dahulu belum ada teknispembelajaran karawitan secara tertata. Selain ituminim sumber daya manusia yang mampumemainkan gamelan, sehingga terkadang pemaingong sering diisi oleh sembarang orang. Kondisi

seperti demikian yang membuat salahan berperan.Pengegong yang pada dasarnya tidak mengertitentang gamelan akan diberi tanda kapan akanmenabuh gong ketika salahan dimainkan olehkendhang atau kethuk (Sukamso, wawancara 13April 2016).

Melihat dan mempertimbangkan ketigapendapat beserta argumen dari ketiganarasumber di atas, keraton lebih dapat diyakinisebagai induk munculnya salahan. Keraton sebagaipusat pemerintahan merupakan pusat dariberbagai hal, yang mengatur mengenai tatacarahidup bermasyarakat. Segala hal di dalamkeraton terikat pada peraturan yangdimaksudkan untuk kebaikan dan ketertiban.Masyarakat diluar keraton akan mengikutiaturan-aturan tersebut dan diterapkan dalamkehidupan bermasyarakat. Begitu pula mengenaiaturan dalam sajian karawitan. Kendhangan ciblonyang pada awalnya ditemukan diluar tembokkeraton, tetapi setelah masuk keraton akan diolahkembali menjadi lebih tertata, denganketerbukaannya akhirnya ciblon masuk tembokkaraton. Seiring dengan berjalannya waktu,kesenian yang hidup di luar tembok keratonmengalami perkembangan yang cukup pesat.Oleh sebab itu hal-hal lain yang bersifat konvensidalam sajian karawitan pasti berasal dari dalamkeraton termasuk salahan.

Keberadaan gamelan pakurmatan yanghanya terdapat di lingkungan keraton juga lebihmeyakinkan bahwa salahan muncul dari dalamkeraton. Salahan dan banggen memiliki fungsihampir sama, sehingga dapat saling dikaitkan.Istilah banggen diambil dari kata bangge, yaitusalah satu nama instrumen yang terdapat padaperangkat gamelan Monggang. Perangkatgamelan Monggang merupakan bagian darigamelan pakurmatan yang berfungsi untukmengiringi upacara-upacara di dalam keraton.Keberadaan gamelan pakurmatan hanya beradadi dalam keraton,2 dengan kata lain salahan sudahada di dalam keraton bersamaan dengan adanyagamelan Monggang.

Pengrawit yang berkualitas tidak hanyaberasal dari dalam keraton. Di luar keraton jugabanyak pengrawit-pengrawit yang handal danmumpuni. Salah satu alasan kemunculan salahandiyakini dari dalam keraton yaitu keberadaanpengrawit dalam keraton yang berkualitas. Pada

Jurnal Pengetahuan, Pemikiran, dan Kajian Tentang “Bunyi”

Volume 17 Nomor 2 Bulan November 2017114

kenyataannya pengrawit-pengrawit berkualitasdalam keraton juga berasal dari luar keraton,sehingga jika menjadikan keberadaan pengrawitberkualitas yang ada di dalam keraton sebagaidasar kemunculan salahan dinilai masih kurangkuat. Dua alasan sebelumnya yaitu berdasarkankonvensi dan keberadaan perangkat gamelanpakurmatan yang hanya ada di dalam keratondinilai lebih kuat untuk memastikan bahwasalahan berasal dari dalam keraton.

Analisis kemunculan salahan yang berasaldari dalam keraton belum dapat menjawab sejakkapan kemunculan salahan dalam sajiankarawitan. Jika mempertimbangkan keberadaanbanggen dan salahan merupakan dua hal yangberkaitan, maka awal munculnya salahan dapatditelusuri melalui adanya banggen pada gamelanMonggang. Gamelan Monggang muncul padapemerintahan PB. IX yaitu sekitar tahun 1145-an(Pradjapangrawit, 1990: 20-21). Oleh sebab itukemunculan salahan dapat dirujuk melaluikemunculan perangkat gamelan Monggang.

Merujuk keberadaan salahan padainstrumen kemanak dalam tari bedhaya, Saptonomenuturkan bahwa kemanak pada tari bedhayasudah terdapat salahan (Saptono, wawancara 21Desember 2016). Kemunculan bedhaya terdapatdalam serat Wedhapradangga:(Pradjapangrawit, 1990: 5).

Keterangan dalam buku Rahasia RamalanJayabaya, Ranggawarsita, dan Sabda Palonmengenai perhitungan tahun seperti berikut:“karya itu diberi suryasengkala SANGKA KUDASUDDA CANDRAMA (tahun 1.079 Saka atau1.157 Masehi)” (Any, 1990: 39). Berdasarkanhitungan tersebut maka kemunculan tari bedhayayaitu pada tahun 532 masehi (tahun 264Suryasengkala ditambah 78). Tahun tersebutmerupakan awal dari kemunculan tari bedhayadengan diiringi gendhing kemanak yang dapatdijadikan acuan pula menjadi awal munculnyasalahan berdasarkan pola tabuhan salahan yangterdapat pada kemanak.

Salahan yang terdapat dalam banggen padaMonggang dan salahan yang terdapat pada gendhingkemanak dalam bedhaya jelas lebih dahulu gendhingkemanak dalam bedhaya . Data yang lebihmeyakinkan mengenai kemunculan salahan yaitubersamaan dengan kemunculan Monggang, yaitusekitar tahun 1145. Pola bangge pada sajian

perangkat gamelan Monggang, sejak pertama kalimuncul hingga sekarang tidak pernah terjadiperubahan. Dikarenakan data sejarah salahanmasih sangat kurang, maka sejarah salahan dapatdilihat dari sejarah munculnya banggen. Artinyajika dikaitkan dengan kemunculan banggen makaakan mangacu pada sejarah kemunculanperangkat gamelan pakurmatan, yaitu KodhokNgorek dan Monggang. Sejarah kedua perangkattersebut memiliki lebih banyak data, sehinggaakan lebih mudah menggali kemunculan banggenyang akan dikaitkan dengan salahan.

Fungsi SalahanPengertian fungsi menurut M. E Spiro

dibedakan menjadi tiga macam yaitu: 1) fungsimenerangkan adanya hubungan guna antarasuatu hal dengan tujuan tertentu; 2) fungsimenerangkan korelasi sesuatu hal dengan hal lain;dan 3) fungsi menerangkan hubungan yangterjadi antara sesuatu hal dengan hal lain dalamsistem integrasi (Murniningsih, 1999: 13). Fungsisalahan berarti menerangkan hubungan guna dankorelasi antara salahan dan fenomena-fenomenadalam karawitan.

Fungsi utama salahan dalam sajian gendhingyaitu keberadaannya sebagai penanda menjelanggong. Gong merupakan seleh titik terberat dalamsajian karawitan. Disebutkan oleh Waridi bahwadalam sajian gendhing-gendhing tradisi Jawa,kususnya gaya Surakarta selalu ditandai dengankeberadaan titik-titik penting. Dari titik-titikpenting tersebut, titik gong merupakan titikterpenting (Waridi, 2003: 55-56).

Menurut Rahayu Supanggah, salahan tidakdapat digolongkan ke dalam bagian teknik. Telahdisebutkan bahwa setiap instrumen memilikiteknik yang berbeda-beda, sedangkan salahanditerapkan pada beberapa instrumen sekaligus.3

Jika disesuaikan dengan definisi pola menurutRahayu Supanggah maka salahan dapatdiklasifikasikan ke dalam golongan pola. Salahanmerupakan sebuah pola yang memiliki karakternyèlèhi, yaitu ketika seseorang mendengar salahanpada instrumen apapun maka setelah pola salahanpasti akan gong. Dari aspek ukuran, pada setiapinstrumen dan irama pola salahan memiliki ukuranatau satuan yang berbeda-beda.

Pendapat yang dapat menguatkan bahwasalahan tergolong pola yaitu pengertian kendhang

Volume 17 Nomor 2 Bulan November 2017 115

Keberadaan Salahan dalam Karawitan Gaya Surakarta Kartika Ngesti Handono Warih

salahan dalam Kamus Istilah Tari dan Karawitan.Menurut definisi dari Kamus menyebutkanbahwa kendhang salahan merupakan suatu cengkok,dimana cengkok merupakan bagian dari pola.“Kendhang salahan: suatu cengkok kendhangan didalam kendhangan bentuk lancaran yang dipukulhanya satu kali saja setiap akan kembali padapermulaan. Pada umumnya kendhang cengkoksalahan ini sebagai tanda akhir dalam jenisgendhing lancaran yang terdiri lebih dari satugongan.” (Sudarsono dkk, 1977-1978: 88) Salahanmemiliki peran sebagai suatu tanda di dalamsajian karawitan. Tanda yang dimaksud yaitusalahan memberi tanda musikal pada instrumenlain bahwa sajian telah berada pada meloditerberat. Hal ini dapat dibuktikan melaluikeberadaan salahan di berbagai instrumen danirama selalu berada pada menjelang gong.

Fungsi salahan yang lain yaitu bagian dariestetika gendhing. Aksen salahan dalam sajiangendhing memberikan kesan tersendiri yangmenambah keindahan sajian gendhing. Sepertiyang diterangkan oleh Djelantik: “Unsurpembentuk kusus estetika karawitan yang dapatmenentukan keindahan dalam sajian karawitandiantaranya: irama, laya, cengkok, pola, pathet,garap, dinamika, waktu jeda, vokal, dan budaya”(Djelantik, 1990: 127). Dalam hal ini salahan dapatdiposisikan sebagai sebuah pola dan jugadinamika, karena salahan merupakan pola kususyang terletak pada titik terberat melodi gendhing.Keberadaan tabuhan salahan pada melodi laguterberat suatu gendhing, tidak terkait dengan lagubalungan gendhing. Selain itu, meskipun setiap lagumelodi terberat suatu gendhing berbeda-beda,pola tabuhan salahan akan tetap sama dan beradadi tempat yang sama pula. Oleh karena itu salahantergolong pendukung estetika karawitan dalambentuk pola.

Salahan memiliki waktu dan tempatnyasendiri. Sama halnya seperti banggen. Sebagaidinamika, keberadaan salahan juga memberikanperubahan dinamika dalam sajian gendhing.Dinamika yang ditimbulkan salahan tergolongkecil, tetapi dapat memicu perhatian sehinggamampu diposisikan sebagai pemberi tanda padainstrumen lain. Rasa estetik dari aspek dinamikini mungkin lebih dirasakan pada pendengarawam karawitan. Artinya orang di luarkarawitan yang justru lebih sensitif menangkap

perubahan dinamika yang diakibatkan olehsalahan. Hal ini dikarenakan bagi pelakukarawitan yang sudah biasa memainkan gamelan,salahan sudah merupakan hal yang lumrah ditelinga mereka.

Keberadaan salahan sebagai penambahrasa estetik dalam sajian karawitan dapatdiibaratkan seperti ornamen dalam sebuahbangunan. Ornamen dapat diartikan sebagaidekorasi, sesuatu yang dirancang untukmenambah keindahan benda, tetapi biasanyatanpa kegunaan praktis. Singkatnya, ornamenberkaitan erat dengan upaya-upaya untukmemperindah sesuatu. Sesuai dengan konsepdasar ornamen itu sendiri yaitu menghias agarsesuatu yang dihias menjadi lebih indah (Guntur,2007: 2-12). Salahan diibaratkan seperti ornamendalam sajian karawitan yang keberadaannyadiharapkan dapat memperindah sajian.

Bram Palgunadi menyebutkan bahwaterdapat ricikan yang digolongkan dalam ricikanpenanda. Ricikan tersebut yaitu kethuk, kempyang,kenong, kempul, gong suwukan, dan gong ageng.(Palgunadi, 2002: 238). Ricikan penandamerupakan ricikan yang berfungsi memberi tandabatas dan perjalanan ricikan gamelan dalam suaturangkaian balungan gendhing . Akan tetapiketerangan Palgunadi hanya sebatas ricikan ataualat musiknya saja. Salahan sebagai pola dalamkarawitan yang merupakan piranti karawitanjuga dapat digolongkan sebagai penanda. Jikakethuk, kempyang, kenong, kempul, dan gongtermasuk dalam golongan ricikan penanda, makasalahan termasuk dalam golongan pola penandadalam sajian karawitan. Artinya salahanmerupakan pola yang berfungsi memberi tandabatas dan perjalanan ricikan gamelan dalam suaturangkaian balungan gendhing. Hal ini dibuktikanmelalui penempatan salahan yang selalu beradapada setiap mendekati tabuhan gong atau lagumelodi terberat suatu gendhing. Contohnya sajapada tabuhan kethuk salahan ladrang dan ketawang.Berikut pola tabuhan kethuk dan kempyang bentukladrang dan ketawang pada pola yang diulang-ulang (pola umum):

[ ——-- + - . - + - . +]Pola tabuhan kethuk ladrang dan ketawang salahan:

- + j- + jp. + - + - g.

Jurnal Pengetahuan, Pemikiran, dan Kajian Tentang “Bunyi”

Volume 17 Nomor 2 Bulan November 2017116

Letak salahan berada pada di bagian dua gatramenjelang gong. Pola salahan ladrang dan ketawangpada dasarnya adalah sama. Tetapi karena jumlahgatra dari kedua bentuk gendhing tersebutberbeda, maka penempatan salahan nya pun jugasedikit berbeda. Jumlah gatra dalam satu gongpada bentuk ladrang yaitu delapan gatra ,penempatan kethuk salahan yaitu:

Penempatan kethuk salahan pada gendhingbentuk ladrang yaitu pada gatra ke tujuh,sedangkan pada gendhing bentuk ketawang yangberjumlah empat gatra dalam satu gong-an, makapenempatan salahan yaitu seperti sebagai berikut.

Penempatan kethuk salahan pada gendhingbentuk ketawang yaitu pada gatra ke tiga. Tetapipada kasus ketawang, karena dalam setiap gonghanya terdapat empat gatra, dan dalam satugendhing terdapat beberapa gong-an, maka tabuhankethuk salahan hanya berada pada gong terakhirsaja. Jika dalam setiap gong dilakukan tabuhansalahan, dirasa terlalu sering atau terlalu dekatjarak kethuk salahan yang satu dan yangberikutnya.

Pada contoh ketawang Kasatriyan yangmemiliki empat gong-an maka kethuk salahan hanyadilakukan pada bagian gong ke empat saja. Begitupula jika diterapkan pada ketawang yang memilikijumlah gong-an yang berbeda. Pada intinya polakethuk salahan pada bentuk ketawang hanyadilakukan pada gong-an terakhir. Contoh polapenanda selain salahan yaitu pola kendhangmenjelang suwuk. Penjelasan mengenai polapenanda yang lain akan dibahas padapembicaraan berikutnya. Mencakup penanda-penanda lain dalam sajian karawitan yang akandijadikan satu bahasan yaitu ater.

Ater dan Banggen sebagai Salahan

Salahan dan banggen merupakan satukesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Salahanadalah suatu pola pada instrumen tertentu

dimana kedudukannya dalam sajian karawitanyaitu sebagai penanda bahwa sajian akanmendekati akhir melodi terendah yang ditandaidengan tabuhan gong. Sama halnya dengansalahan, banggen merupakan suatu pola yangkeberadaannya juga difungsikan sebagai penandaakhir melodi terendah atau gong, hanya saja polatabuhan banggen mengadopsi pola tabuhaninstrumen bangge dalam sajian Gamelan KodhokNgorek dan Monggang. Bisa dikatakan banggenadalah sebutan lain dari salahan.

Fungsi utama salahan dan banggen adalahsebagai tanda menjelang gong. Sebagai gambaranyaitu jika suatu instrumen sudah memainkan polasalahan, itu artinya sajian tersebut sudahmendekati tabuhan gong. Tanda yang dimaksudyaitu sesuatu yang menyertai atau pengantarmenuju suatu tujuan. Tanda dalam sajiankarawitan dapat diglobalkan ke dalampembahasan yang lebih luas menjadi istilah yanglain yaitu ater. Menurut kamus bahasa ater dapatdiartikan sebagai memberi, mengantarkan ataungateri (Purwadi, 2006: 17).

Di ranah karawitan ater merupakan tanda-tanda yang digunakan pelaku karawitan untuksaling berkomunikasi dalam sajian. Salahan dapatdigolongkan ke dalam bentuk ater musikal,dimana salahan berfungsi sebagai tanda akan gongmelalui pola dari beberapa instrumen, yang telahdisepakati oleh pelaku-pelaku karawitan.(Jonathan, 2010: 63)

Dalam ranah karawitan jawa terdapatberbagai jenis ater. Di antaranya yaitu atermenjelang gong, ater peralihan irama, dan atermenjelang suwuk. Ater menjelang gong yaitusalahan dan banggen yang telah di bahas pada subbab sebelumnya. Lain hal nya dengan atermenjelang gong yaitu salahan dan banggen, aterperubahan irama dan menjelang suwuk dalamsajian karawitan lebih didominasi oleh instrumenkendhang.

Kedudukan kendhang sebagai pamurbairama menjadikannya laksana supir dalam suatukendaraan. Berkuasa dalam mengarahkanjalannya sajian, dan semua instrumen harusmengikuti kehendak pengendhang. Atermenjelang suwuk instrumen kendhang yaituberwujud perubahan pola dari pola tabuhanbiasanya. Contoh pola kendhang menjelang suwukpada kendhang kalih ketawang:

----- - + - . - + - n. ------ + - p. - + - n. --- - + - p. - + - n. - + j-+ jp.+ - + - g.

- + - . - + - n. - + j- + jp. + - + - g.

Volume 17 Nomor 2 Bulan November 2017 117

Keberadaan Salahan dalam Karawitan Gaya Surakarta Kartika Ngesti Handono Warih

K K K K K jKIP B . P . P jKPB . PP B P B . P B P P B . P B jKIP gBPerbedaan pola kendhang kalih ketawang

yang dilakukan secara berulang-ulang denganpola menjelang suwuk hanya berbeda di bagiandua gatra menjelang gong. Pola kendhanganmenjelang suwuk hanya dilakukan sekali, yaituketika pengendhang menghendaki sajian untuksuwuk. Apabila pengendhang sudah melakukanpola tabuhan menjelang suwuk tetapi pemain laintidak mendengarkan, maka akan terjadi missedcommunication. Akibatnya sajian gendhing tidakberjalan dengan baik atau bahkan rusak. Olehsebab itu setiap pengrawit harus tetapmendengarkan instrumen yang lainnya. Halsemacam itu merupakan contoh komunikasi antarpengrawit melalui permainan instrumen dalamsajian karawitan.

Tanda menjelang suwuk yang dilakukanoleh kendhang tidak hanya berupa pola tabuhannyamelainkan juga dengan laya nya yang semakinmencepat (sedikit ngampat atau seseg). Tetapiperubahan laya yang semakin mencepat tidakhanya sebagai tanda menuju suwuk, perubahanlaya juga berlaku jika akan terjadi perubahanirama misalnya dari irama dadi ke irama tanggung.

Pada kasus peralihan irama, ater darikendhang untuk perubahan irama lebih kepadamelambat atau mencepatnya laya. Jika menujuirama ½ ke irama ¼ maka laya akan diperlambat,sebaliknya jika peralihan irama ¼ menuju irama½ maka laya akan dipercepat. Mencepat danmelambatnya laya inilah yang nantinya juga akanberpengaruh pada pola kendhangan. Sebagaicontoh peralihan kendhang kalih ladrang dari iramatanggung menuju irama dadi:

Buka: I I P B ..BP..BgP[ . . B P . . B P . . B P . . B nP . . B P . . B P . . B P . . B nP . . B P . . B P . . B P . . B nP P B P . B . P B . . B P . . B gP ]Pola kendhangan di atas merupakan pola

kendhang kalih ladrang irama tanggung. Jika akanmenuju ke irama dadi, maka pengendhang akanmemberi ater yaitu dengan melambatkan layanya.

. . B P . . B P . . B P . . B nP. . B P . . B P .P.B.K.P .B.KIP.nB.P.B.K.P .KPB.K.I .P.P.P.B .P..PB.nP..PB.PB. PBP.B.PB .K.K.K.P .B.KIP.gBBiasanya di lingkungan karawitan sudah

disepakati untuk melambatkan laya dengansimbol atau maka ater tidak hanya berwujudperubahan pola tabuhan, melainkan perubahanlaya juga dapat dijadikan sebagai ater. Selain dalamsajian karawitan dalam gamelan ageng, ater jugadapat ditemukan dalam sajian gamelanPakurmatan. Istilah bedug nronjol dalam sajiangamelan Sekaten juga pengistilahan untuk ater.Dikutip dari tulisan Rustopo bahwa tugas bedugdalam sajian gamelan Sekaten yaitu sebagaiberikut.a) Memberi tekanan pada saat-saat tertentu dan

cara menabuh tertentu menurut bentukgendhing yang disajikan.

b) Memberi tanda akan seseg dan tambanc) Sebagai salah satu “panutan” ricikan yang lain

pada “jengglengan” dalam racikan. (Rustopo,1981: 16)

Fungsi kedua bedug yaitu memberi tandaakan seseg dan tamban, serupa dengan fungsikendhang dalam memberi ater. Jika akan sesegdisebut dengan bedug nronjol, sedangkan jika akantamban disebut dengan bedug ngganduli. Padaintinya yaitu perubahan pola yang hanya seper-sekian ketukan dapat berpengaruh untuk seluruhsajian, yang diikuti oleh perubahan laya, danselanjutnya akan menuju pada yang akan dicapaientah itu suwuk atau peralihan gendhing. Tetapijika pembicaraan dalam konteks gamelan Sekaten,maka tidak terdapat peralihan gendhing.

Salah satu tugas bedug adalah “ngajakseseg”. Cara tabuhannya adalah dengan menabuhsetengah sabetan sebelum saat, pada tabuhanbedug pertama sesudah gong gendhing itusendiri. Ini berlaku untuk semua bentukgendhing, kecuali gendhing ladrang Rambu(Rustopo, 1981: 47-48). Setelah ngajak seseg, makatugas bedug selanjutnya yaitu mengajak untuksuwuk. Menuju suwuk, laya yang semula seseg harusdipelankan kembali atau kendho. Caranya yaitubila dalam ngajak seseg bedug ditabuh setengahsabetan sebelum saatnya, maka dalam mengajak

Jurnal Pengetahuan, Pemikiran, dan Kajian Tentang “Bunyi”

Volume 17 Nomor 2 Bulan November 2017118

untuk suwuk bedug ditabuh setengah sabetansesudah saatnya.

Selain ater yang terdapat pada beduggamelan Sekaten, dibahas mengenai ater yang adadalam gamelan Monggang. Terdapat beberapa aterdalam perangkat gamelan Monggang, yaituterdapat di pada instrumen kendhang, bangge,penonthong, dan rojeh. Ater tersebut meliputi 1)ater menjelang akhir dari satu putaran, 2) ater akanperalihan irama, dan 3) ater menjelang suwuk.

Pola dalam satu rambahan irama lancar padasajian Monggang, yaitu ditandai dengan tiga kalipengulangan pola bangge biasa dan ditambah satukali pola tabuhan banggen. Dalam satu pola banggeterdapat satu gong kecil dan satu gong besar. Jadidalam satu rambahan atau satu putaran terdapatempat tabuhan gong kecil dan empat tabuhan gongbesar. Agar tidak cawuh dalam membedakan polatabuhan bangge biasa dan pola tabuhan banggen,maka dapat dilihat notasi berikut:

Pola tabuhan bangge biasa (A) :.... .6.. .6.. .6..Pola tabuhan banggen (B) : 6..6 ..6. .6.. .6..

Setelah digambarkan dengan simbol A danB, maka dalam satu putaran sajian Monggangirama lancar dapat dirumuskan A – A – A – B,demikian diulang-ulang sampai pada peralihan.

Peralihan dari irama lancar menuju iramatanggung/dadi dilakukan setelah pola tabuhanbanggen. Jika pengendhang menghendaki untukperalihan maka laya akan diperlambat denganmenggunakan pola kendhangan peralihan. Berikutpola kendhangan Monggang irama tanggung/dadi:

a : OPO. OPO. PO.P O.PBb : OPO. PO.P OOPO OPOBc : OPO. POO. O.P. OOOBd : OOP. OPO. POOP O.PB

Pada irama tanggung/dadi selanjutnyaskema kendhangan menjadi a – b – a – b – a – c – d– b atau a – b – a – c – d – b. Setelah kendhangmelakukan pola tabuhan c maka instrumen bangge,penonthong besar, dan kecer rojeh akan melakukanpola tabuhan banggen. Dalam satu kali skemakendhangan atau satu kali banggen berarti samahalnya dengan satu kali putaran sajian Monggangirama tanggung/dadi. Waktu atau tempatperalihan dari irama tanggung / dadi menuju irama

lancar sama dengan ketika peralihan dari lancarmenuju tanggung/dadi, yaitu setelah pola tabuhanc pada kendhang. Selanjutnya laya akan dipercepatdan kendhang menggunakan kendhangan peralihan.Setelah kembali ke irama lancar dalam beberapkali rambahan, ketika akan suwuk juga dilakukansetelah pola tabuhan banggen (Supardi, 2004: 8-10).

Perangkat gamelan Monggang dan KodhokNgorek memiliki kemiripan dari segi instrumenmaupun garap sajian. Diketahui dalam perangkatKodok Ngorek terdapat dua jenis penonthong, yaitupenonthong ageng dan penonthong alit. Dari keduajenis penonthong tersebut, yang melakukan polabangen adalah penonthong ageng. Peralihan keirama tanggung/dadi dimulai apabila ricikanpenonthong besar menyajikan pola tabuhanbanggen, kemudian masuk ke irama tanggung/dadi menggunakan kendhangan peralihan keirama dadi (yaitu setelah gong kecil), layadiperlambat sampai dengan seleh gong besar(Supardi, 2004: 18).

Mengutip dari diktat pembelajarankarawitan pakurmatan sebagai berikut: “suwukdilakukan setelah pola tabuhan banggen padaricikan penonthong” (Supardi, 2004: 16). Artinyabahwa pola banggen pada penonthong memilikiperan penting yaitu sebagai tanda ajakan kepadakendhang untuk melakukan suwuk.

Pola penonthong biasa :...n. .q.g. .q.n. .q.g.Pola penonthong banggen :q..nq ..qg. .q.n. .q.g.

Jadi pola tabuhan banggen selain digunakansebagai tanda batas putaran, digunakan jugasebagai tanda tempat atau waktu untukperubahan irama dan akan suwuk. Hal ini berlakuuntuk perangkat gamelan Monggang maupunKodhok Ngorek.

Seni Karawitan selain dapat berdiri sendirijuga dapat berkaitan dengan kesenian lain, salahsatunya yaitu tari. Garap karawitan tari tentuberbeda dengan garap karawitan yang berdirisendiri (klenengan) karena dalam karawitan tariharus disesuaikan oleh gerak. Ater yang terdapatdalam karawitan tari yaitu ater menjelang gong.Meskipun dari segi musikal ater tersebutmerupakan komunikasi antara pengendhang,instrumen gamelan lain, selanjutnya diterima oleh

Volume 17 Nomor 2 Bulan November 2017 119

Keberadaan Salahan dalam Karawitan Gaya Surakarta Kartika Ngesti Handono Warih

gong, tetapi pengendhang terlebih dahulumengikuti gerakan dari penari. Jika penari tidakmelakukan suatu gerakan tertentu makapengendhang tidak akan mengateri untuk gong.Seperti contoh ketika penari srisig4 dan sekiranyasudah akan selesai melakukan srisig, makapengendhang akan mengateri selanjutnya diikutioleh gong.

Beberapa seniman mengenal ater yangterdapat pada kendhangan srepegan dalamkonteks tari tersebut dengan istilah salahan, selainitu juga terdapat istilah lain yang mungkin lebihtepat yaitu istilah colongan. Sesuai dengannamanya yaitu colongan yang berarti curian ataumencuri, artinya ada yang hilang. Seperti telahdijelaskan pada paragraf sebelumnya bahwapengendhang mengikuti gerak tari, selanjutnyapada pola tersebut diikuti oleh perubahan selehgong, oleh karena itu terdapat beberapaperubahan jumlah sabetan balungan. Jumlah sabetanberbeda dengan balungan baku mengikuti ater darikendhang. Artinya meskipun belum pada tempatgong jika pengendhang sudah membuat ater untukgong maka semua instrumen harus mengikuti,sehingga yang seharusnya dalam satu gong-anberisi tiga gatra atau 12 sabetan balungan menjadiberkurang. Berikut pola ater menjelang gong padasrepegan gerak tari:

Pola utuh 8 sabetan balungan : . jBDj.DB jDIB jIBDPola 6 sabetan balungan : j.DB jDIB jIBDPola 4 sabetan balungan : jDIB jIBD

Pada intinya gong dalam srepeg kaitannyadengan sajian tari yaitu jika kendhang melakukanpola berikut jDIB jIBgD . Contoh pada balunganSrepeg Manyura.

[3 2 3 2 5 3 5 3 2 1 2 g12 1 2 1 3 2 3 2 5 6 ! g6! 6 ! 6 5 3 5 3 6 5 3 g2 ]

Penerapan pola kendhangan menjelang gong utuh:3 2 3 2 5 3 5 3 2 1 2 g1. jBDj.DB jDIB jIBDContoh penerapan kendhangan colongan padabalungan srepeg:Pola kendhangan 8 sabetan balungan:3 2 3 2 5 3 5 g3 5 3 5 3 2 1 2 1. jBDj.DB jDIB jIBD

Pola kendhangan 6 sabetan balungan:3 2 3 2 5 g3 5 3 5 3 atau 3 2 5 3 5 g3 5 3 5 3j.DB jDIB jIBD j.DB jDIB jIBDPola kendhangan 4 sabetan balungan:3 2 3 2 5 3 5 g3 2 3 2 g1jDIB jIBD

Selain ketika srisig, juga terdapat pola-polaater colongan yang sifatnya sudah pakem atausudah menjadi suatu kebiasaan yaitu ketikasembahan dan sabetan. Ketika sembahan pola yangdigunakan adalah pola A-B-C, sedangkan ketikasabetan menggunakan pola A-B-B. Pola tersebutsudah menjadi kesepakatan antara penari denganpengrawit.

Pola kendhangan yang semula memilikiistilah kendhangan salahan dan kendhangan colongan,berdasarkan penempatannya yang berubah-ubahtidak dapat dikatakan sebagai salahan. Sepertitelah dijelaskan sebelumnya bahwa salah satusifat salahan yaitu sebagai tanda bataspengulangan (siklus). Sebagai batas pengulangan,letak salahan akan selalu berada di tempat yangsama, sedangkan pada kaitannya dengan geraktari ini penempatan pola selalu berubah-ubahbergantung pada gerak tari. Oleh karena ituistilah yang lebih tepat untuk menamai polakendhangan tersebut yaitu kendhangan colongan.

Setelah mengupas mengenai berbagai aterpada berbegai bentuk gendhing dan pada berbagaiperangkat gamelan di Surakarta, dapatdipastikan bahwa ater dalam karawitan gayaSurakarta memiliki peran atau kedudukan yangpenting. Selain itu, ater juga mancakup hal yangluas. Seperti unsur ater, jenis-jenis ater, bagian-bagian ater, dan nama-nama ater. Oleh karena ituperlu kiranya jika ada penelitian kusus mengenaiater untuk lebih memperkuat teori-teori dalamkarawitan.

Perbedaan dan Persamaan antara Banggen danSalahan

Banggen merupakan salah satu istilah didunia karawitan yang mirip dengan salahan. Padasub bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa katabanggen diambil dari instrumen bangge yang adapada perangkat gamlean Monggang. Keberadaanbangge dalam perangkat gamelan Monggang yaitu

Jurnal Pengetahuan, Pemikiran, dan Kajian Tentang “Bunyi”

Volume 17 Nomor 2 Bulan November 2017120

salah satunya guna memberi tanda sebagaipenanda menjelang gong besar. Persamaanbanggen dan salahan yaitu mempunyai peran yangsama dalam hal sebagai tanda atau komunikasimusikal antara pemusik, bahwa rangkaian lagutelah mendekati gong.

Terdapat dua perbedaan antara salahandan banggen. Perbedaan pertama terdapat padaperan banggen dalam Monggang dan Kodhok Ngorekuntuk mengurangi dan menambah kecepatanirama atau laya. Perbedaan kedua yaitu terletakpada jalinan tabuhan. Menurut Supanggah polatabuhan banggen terdengar seperti tabuhan ¾dalam irama 4/4 (Supanggah, 23-11-2016). Jikadiuraikan seperti berikut:

o . . o . . o . . o . . . o . g.Perbedaan kedua yaitu tabuhan salahan

lebih bebas, artinya tidak terikat oleh polainstrumen manapun. Pola salahan pada setiapinstrumen berbeda satu sama lain. Berbedadengan pola kethuk banggen pada gendhing,dinamakan banggen karena pola tabuhannyamengadopsi pola tabuhan instrumen bangge padagamelan Monggang. Itu artinya istilah banggendalam gamelan ageng adalah salahan yang polanyamengadopsi pola bangge dalam gamelanMonggang.

Banggen dan salahan pada dasarnya sama-sama bagian dari ater menjelang gong, hanyaberbeda pengistilahannya saja. Perbedaan istilahtersebut didasarkan dari pola tabuhannya. Polasalahan berbeda disetiap instrumen dan bentukgendhing, tetapi pola banggen pada instrumen danbentuk gendhing apapun akan tetap sama, yaitumengacu pada pola instrumen bangge dalamMonggang dan Kodok Ngorek.

Istilah banggen dalam Monggang jugaterletak pada garap kendhang, yaitu ketika akanterjadi perubahan irama, juga sebagai atermencepat dan atau melambatkan laya. Polabanggen dalam kendhangan Monggang yaitu sepertiberikut:5

Buka kendhang (dimulai dari iramatanggung) P . P . gP[ . P . P . P . GP . P . P . P . gP ]Peralihan ke irama dadi saat banggen:. P . P . P . GP P P . P P P . gP[ O P O . O P O . P O . P O . P GB

. P O . P O . P . . P . O P O gB ]Banggen:O P O . P O O . O . P . O O O gBO . P . O P O . P O . P O . P GBO P O . P O . P . . P . O P O gBPeralihan ke irama tanggung: . P . gPIrama tanggung:[ P P . P P . P GB P P . P P . P gB ]Suwuk setelah banggen:P . P . P . P GB P B P . P B P g.Analisis Garap Salahan

Salahan merupakan suatu perubahan poladari pola dasar yang dilakukan sebagai tandamenjelang gong atau titik melodi terrendah dalamsuatu rangkaian melodi, dan sebagai tanda bataspengulangan dimana keberadaannya diharapkanjuga dapat menambah rasa estetik dalam sajian.Salah satu pola yang dapat dipastikan salahanyaitu pola salahan pada instrumen kethuk ladrangdan ketawang. Selain pada kethuk ladrang danketawang, pola salahan masih dapat ditemukanpada beberapa instrumen lain. Pengertian salahandi atas dapat dijadikan sebagai acuan dalammengidentifikasi pola salahan yang lain. Hal-halyang memenuhi klasifikasi tersebut berarti dapatdikatakan sebagai salahan. Seperti yangditerangkan oleh Supanggah: “Intinya berartikembali pada pengertian salahan lalu dikaitkandengan fenomena-fenomena yang menyerupai”(Supanggah, wawancara 23 Nopember 2016).Berdasarkan keterangan Supanggah maka dapatdilakukan analisis guna menemukan pola salahanyang sebenarnya di berbagai garap karawitan.Analisis dilakukan dengan cara membandingkangarap suatu instrumen yang diindikasikansebagai salahan dengan sifat-sifat salahan yangtelah diuraikan dalam bab sebelumnya.

1. KethukKethuk merupakan salah satu instrumen

yang menjadi bagian dari perangkat gamelanageng. Kedudukan kethuk dalam sajian yaitusebagai pemangku irama, yaitu menguatkankendhang dalam menentukan bentuk gendhing danmenunjukkan macam irama (Martopangrawit,1969: 4). Selain itu kethuk juga sangat berpengaruh

Volume 17 Nomor 2 Bulan November 2017 121

Keberadaan Salahan dalam Karawitan Gaya Surakarta Kartika Ngesti Handono Warih

dalam penyebutan bentuk atau struktur suatujudul gendhing. Contoh penulisan berikut: Onang-Onang Gendhing Kethuk 2 kerep minggah 4 larasslendro pathet sanga, artinya dalam satu tabuhankenongan gendhing Onang-Onang terdapat duatabuhan kethuk, lalu inggah nya memiliki empattabuhan kethuk dalam satu tabuhan kenong; MintasihGendhing Kethuk 4 kerep minggah 8, artinya dalamsatu tabuhan kenong gendhing Mintasih terdapatempat kali tabuhan kethuk , sedangkankaninggahnya dalam satu tabuhan kenong memilikidelapan kali tabuhan kethuk. Jadi kethuk sangatmenentukan struktur suatu bentuk gendhing.Terdapat instrumen lain yang tidak dapatdipisahkan dari kethuk yaitu instrumen kempyang.Keberadaan kempyang dan kethuk tidak dapatdipisahkan satu sama lain baik dari segi susunanpenempatan atau letak, maupun dari segitabuhannya.

Nada yang terdapat pada kethuk yaitu 2dalam laras slendro dan y pada laras pelog. Nadayang terdapat pada kempyang yaitu ! dalam larasslendro dan 6 pada laras pelog.

Djojomlojo dalam tulisan Purwantomenyebutkan bahwa teknik penyuaraan kethukdibedakan menjadi dua bagian yaitu cekak (suarapendek) dan nggleter (suara panjang). Penyuaraancekak (suara pendek) digunakan untuk bentukgendhing; ayak-ayakan, srepeg, sampak, dan lancaran.Penyuaraan nggleter (suara panjang) digunakanuntuk bentuk gendhing ketawang, ladrang, dangendhing (bentuk gendhing kethuk 2 kerep keatasatau gendhing yang lebih besar (lebih besar artinyabentuk gendhing kethuk 2 kerep, kethuk 2 arang,kethuk 4 kerep, kethuk 4 arang). Meskipun hanyaterdapat satu nada dalam instrumen kethuk dankempyang, tetapi juga diperlukan teknik pithetan(tutupan) dalam praktiknya, seperti halnyainstrumen lain yang memiliki lebih dari satu nada.Hal ini dikarenakan suara cekak dan nggleter yangterdapat pada kethuk, panjang suaranya tidakmelebihi sabetan balungan berikutnya. Tabuhankethuk pada bentuk gendhing seperti ayak-ayakan,srepegan, sampak, dan lancaran sebagian besarberada di antara atau disela-sela tabuhan sabetanbalungan, sehingga suara sangat jelas terdengar.

Menurut Purwanto terdapat dua teknikdalam memproduksi penyuaraan nggleter yaituteknik tabuhan dara muluk dan tabuhan ndheruk.

Teknik tabuhan dara muluk yaitu suatu pukulanyang tidak terhitung jumlah tabuhannya denganvolume tabuhan sama rata yang diawali denganpukulan jarang menuju sekerap atau sepenuhsampai sekerap/sepenuh mungkin dalam kurunwaktu kurang lebih satu detik. Kemudian tekniktabuhan ndheruk, istilah ini digunakan olehMloyowidodo untuk menerangkan teknikpukulan kethuk. Teknik tabuhan nderuk dilakukandengan pukulan kerap atau penuh sejak pertamakali masuk dengan durasi waktu kurang lebihsama. Pukulan nggleter pada kethuk biasadigunakan untuk bentuk gendhing ketawang,ladrang dan bentuk gendhing inggah kethuk 4, kethuk8, dan kethuk 16. Penyuaraan nggleter pada kethukdikombinasikan dengan pukulan kempyangsehingga membuat jalinan ritme yang ajeg/tetap,yaitu: kempyang – kethuk – kempyang – kosong,begitu seterusnya.

Disebutkan dalam tulisan Purwanto bahwaterdapat pola kusus dalam tabuhan kethuk yangmenjadi tanda menjelang gong. Dikatakan khususkarena pola tersebut berbeda dengan pola yangajeg atau tabuhan biasa, atau juga yang disebutdengan tabuhan limrah menurut Djojomlojo.Tabuhan tersebut yaitu kethuk salahan dan kethukbanggen.

Tabuhan banggen adalah sebuah polatabuhan yang berbeda dengan pola biasa (limrah)yang digunakan dalam inggah gendhing iramadados yang dimulai pada empat gatra menjelanggong. Seakan-akan tabuhan banggen adalah sebuahtanda kepada seluruh ricikan yang lain bahwasajian gendhing yang disajikan sedang menuju gong(Purwanto, 2010: 210).

Tabuhan salahan yang dijelaskan olehPurwanto yaitu seperti kutipan berikut:

Tabuhan salahan, seperti kata salahan itusendiri sudah menunjuk bahwa tekniktabuhan ini menyalahi aturan dari tabuhankethuk kempyang konvensional ataubiasanya (limrah). Tabuhan salahan hanyadigunakan pada bentuk gendhing ketawangdan ladrang irama tanggung dan dados yangditempatkan dalam gatra pertama kenongkeempat atau 4 sabetan menjelanggong.(…) Pola tabuhan salahan ini jugamemberikan tanda kepada seluruh pemainricikan lainnya dan sekaligusmengingatkan kepada seluruh pemain

Jurnal Pengetahuan, Pemikiran, dan Kajian Tentang “Bunyi”

Volume 17 Nomor 2 Bulan November 2017122

bahwa gendhing yang disajikan sedangmenuju pada titik akhir yaitu gong(Purwanto, 2010: 211).

Berdasarkan kutipan mengenai banggendan salahan di atas, terdapat kesamaan yaitukeduanya sama-sama memberikan tanda kepadainstrumen lain bahwa gendhing yang disajikansedang menuju pada titik akhir yaitu gong.Keterangan tersebut menguatkan bahwa terdapatketerkaitan antara keduanya. Berdasarakanpembahasan pada bab sebelumnya telahdisimpulkan bahwa salahan dan banggen adalahdua istilah yang sama yaitu ater menuju gong.Keduanya adalah bagian dari ater, hanya sajaberada di tempat (bentuk gendhing dan irama)yang berbeda dan pola tabuhan yang berbeda.

Salahan kethuk pada bentuk ketawang danladrang akan menghasilkan jalinan komunikasiantara beberapa instrumen. Penggunaan kethukpada bentuk ketawang dan ladrang selalumenggunakan kempyang, sehingga kethuk dankempyang akan menjalin komunikasi musikaldengan instrumen yang dilalui saat terjadi salahanyaitu pada saat kempul. Selanjutnya, jalinankomunikasi tersebut akan diterima oleh gong.

Pola kethuk salahan dalam sajian bentukgendhing ketawang:

Pola kethuk salahan dalam sajian bentukgendhing ladrang:

Kethuk salahan pada bentuk gendhingketawang dan ladrang pada dasarnya memiliki polayang sama, tetapi keduanya terdapat ketentuan-ketentuan yang berbeda. Jika diterapkan padaladrang dapat diterapkan pada irama dadi maupunirama tanggung di setiap gong. Alasannya yaitukarena struktur ladrang terdapat empat kenongan(tabuhan kenong) sehingga memungkinkan (jarakatau space dalam memainkan salahan) untukmelakukan salahan di setiap gong. Apabiladiterapkan pada ketawang maka hanya akandilakukan pada gong terakhir, karena dalam satugong ketawang hanya terdapat dua kenongan

(tabuhan kenong) maka akan terasa terlalu rapatdalam memainkan salahan. Hal tersebut dinilaikurang dalam keindahan sajiannya.

Kethuk salahan pada sajian bentuk gendhinginggah:

Pola kethuk salahan pada bentuk gendhinginggah biasa disebut dengan banggen, karena polayang digunakan menyerupai pola bangge dalamperangkat gamelan Monggang dan Kodhok Ngorek.Tedapat tabuhan kethuk bersamaan dengankempyang yang biasa dibunyikan dengan „byuk’.Kethuk banggen ini terdapat pada kenong terakhiratau kenong ke empat, gatra pertama dan ke dua.Maka kethuk salahan (yang kemudian disebutkethuk banggen dalam gendhing inggah akanberbunyi seperti berikut: byuk – song – pyang –thuk – pyang – song – byuk - song. Selanjutnya polabiasa yaitu kempyang – kethuk - kempyang - kosongsampai gong.

2. KendhangKarawitan gaya Surakarta merupakan

kesenian yang dapat berdiri sendiri, artinya tidakterkait dengan kesenian lainnya. Karawitan yangdapat berdiri sendiri biasa disebut denganklenengan. Selain dapat berdiri sendiri, karawitanjuga dapat menjadi unsur pendukung kesenianlainnya seperti tari, pakeliran, ketoprak, danbentuk kesenian lain. Instrumen kendhang antaraklenengan, tari, dan pedalangan memilikiperbedaan yang mendasar. Pada sajian klenenganpengendhang bisa dengan leluasa mengatur sajiangendhing, berbeda jika berkaitan dengan sajiantari atau pakeliran pengendang harusberkomunikasi dengan penari atau dalang.Bahkan dalam sajian pakeliran pengendhangharus mengikuti aba-aba dari dalang. Artinyakedudukan kendhang dalam sajian tari danpakeliran tidak sekuat kedudukannya dalamsajian klenengan.

- + - . - + - n. - + j-+ pj. + - + - g .

- + - . - + - n. - + - p. - + - n. - + - p. - + - n. - + j-+ pj. + - + - g.

- + - . - + - . - + - . - + - n. - + - . - + - . - + - . - + - n. - + - . - + - . - + - . - + - n. - . - + - . - . - + - . - + - g. + +

Volume 17 Nomor 2 Bulan November 2017 123

Keberadaan Salahan dalam Karawitan Gaya Surakarta Kartika Ngesti Handono Warih

Kedudukan kendhang dalam perangkatgamelan ageng adalah sebagai pamurba irama.Pamurba artinya pemimpin, jadi kendhangmemimpin atau berkuasa atas jalannya irama.Sebagai pemimpin tentu kendhang harusmemberikan aba-aba kepada instrumen lain jikaakan mengajak atau mengarahkan sajian padasuatu perubahan tertentu. Seperti perubahanirama, perubahan gendhing, akan andegan, suwuk,dan masih banyak lagi yang bisa dilakukan olehkendhang. Kendhang juga melakukan komunikasidengan instrumen lain melalui garap atau polatabuhannya.

Aba-aba yang dilakukan kendhangbertujuan untuk memberikan tanda kepadainstrumen lain bahwa akan terjadi perubahan didalam sajian gendhing yang tengah berjalan.Sebelum terjadi perubahan dalam sajian,pengendhang butuh perhatian dari seluruhpenabuh instrumen lain agar dapat mendukungmaksud dari pengendhang. Salah satu contohketika pengendhang berkehendak untuk suwuk,instrumen yang lain juga harus mendukung.Menjelang suwuk kendhang akan sedikitmenambah laya selama beberapa saat, kemudianketika akan suwuk secara perlahan-lahanmengurangi kecepatan laya sampai mencapaisuwuk. Jika instrumen lain tidak mengikutipengendhang (mempercepat dan memperlampatlaya) maka kehendak pengendhang untuk suwuktidak akan tercapai. Kalaupun berhasil, suwuktidak berjalan dengan lancar. Oleh karena itusebelum menyampaikan kehendaknya,pengendhang harus memberi tanda padainstrumen lain agar mendapat perhatian. Tanda-tanda itulah yang dalam sajian karawitan biasadisebut dengan ater. Artinya kendhangmemberikan tanda atau ater agar mendapatkanperhatian dari instrumen lain, selanjutnyamenyampaikan maksud dari pengendhang.

Tanda atau ater dapat berupa perubahanlaya, dapat pula berupa pola tabuhan. Ater berupalaya biasanya tanda bahwa sajian akan terjadisesuatu yang lebih besar seperti peralihan irama,peralihan bentuk gendhing, peralihan garap, dansuwuk. Ater seperti ini disertai juga denganperubahan pola dalam tabuhan, sedangkan untuktanda yang lebih kecil seperti akan gong atausekedar mendapat perhatian dari instrumen lain,

pengendhang hanya akan melakukan perubahanpola.

Tanda atau ater menjelang gong tergolongtanda kecil yang dilakukan oleh kendhang dimanacukup dengan hanya melakukan sedikitperubahan pola tabuhan. Istilah untuk atermenjelang gong yaitu disebut dengan salahan.Setiap bentuk gendhing memiliki pola yangberbeda-beda, oleh karena itu pola salahan padakendhang juga berbeda di setiap bentuk gendhing.

Terdapat beberapa bagian dalam garapkendhang yang dapat diidentifikasi sebagai salahan,yaitu diantaranya: Kendhang II lancaran danKendhang penunthung gendhing.

Pola kendhang II lancaran ditemukan padabagian irama tanggung, yaitu sebagai berikut:

Buka: I I P B . P . gPIrama lancar:. P . P . P . P . P . P . P . gP[ P P P P P B P P P B P P P B P gP ]Salahan: B P P B P P B P P B P P P B P gP

Jika dicermati, pola kendhang salahan padabentuk lancaran lebih mirip dengan pola banggen.Kemiripan kendhang lancaran salahan denganinstrumen bangge dalam perangkat gamelanMonggang pada pola banggean yaitu ketika pukulanbanggen tepat pada pukulan “B” pada tabuhankendhang salahan lancaran.

Pola banggen pada bangge: 6..6 ..6. .6.. .6..Pola salahan kendhang lancaran: BPPB PPBP PBPP PBPP

Meskipun pola kendhangan salahan padalancaran mengadopsi pola banggen pada instrumenbangge perangkat gamelan Monggang dan KodhokNgorek, tetapi pola kendhangan ini tetap lebihpopuler dengan nama kendhang salahan, bukankendhang banggen. Terdapat dua kemungkinanyang menjadikan kendhang salahan dalam lancaranirama tanggung ini tidak berubah istilah menjadibanggen meskipun polanya mirip dengan polabanggen. Kemungkinan pertama yaitu karenabangge dalam perangkat gamelan Monggangmaupun Kodhok Ngorek berjenis pencon, sehinggaketika diterapkan pada kendhang yang berjenisselaput maka dinilai kurang relevan. Berbedapada kasus salahan pada kethuk dapat berubahnama menjadi banggen karena kethuk berwujud

Jurnal Pengetahuan, Pemikiran, dan Kajian Tentang “Bunyi”

Volume 17 Nomor 2 Bulan November 2017124

pencon. Dari segi bentuk keduanya (bangge dankethuk) sama-sama berbentuk pencon.Kemungkinan kedua yaitu kemungkinan yangdisampaikan oleh Rusdiantoro. Beliauberpendapat bahwa terdapat kemungkinandisebut banggen karena teknik penyuaraannyadengan menggunakan dua tangan sekaligus. Halini dapat dilihat dari teknik penyuaran dalamkethuk banggen dimana ditemukan teknikpenyuaraan dengan dua tangan sakaligus, yaituketika kethuk dan kempyang dipukul bersamaan.Pola salahan kendhang kalih lancaran ,penyuaraannya cukup dengan menggunakan satutangan secara bergantian (Rusdiantoro,wawancara 11 April 2016).

Kendhang penunthung adalah nama lain darikendhang ketipung. Memiliki ukuran paling kecildi antara ukuran kendhang-kendhang lain dalamkarawitan gaya Surakarta. Keberadaan kendhangketipung yang menyertai kendhang setunggalberperan untuk memperkuat jalannya laya atauirama. Dijelaskan oleh Sumarsam mengenaikeberadaan salahan dalam kendhang ketipung“Untuk lebih menjelaskan akan datangnya gong,kendang ketipung disini mempunyai teknik yangdinamakan kendangan salahan” (Sumarsam,1979:70).

Letak salahan kendhang ketipung berbedapada setiap bentuk gendhing. Perbedaan tersebutberkaitan dengan jumlah gatra dalam satu gong.Kendhang ketipung salahan irama tanggung untukbentuk ladrang berada pada gatra ke tujuh dandelapan. Kendhang ketipung salahan irama tanggunguntuk bentuk ketawang berada pada gatra ke tigadan ke empat. Kendhang ketipung salahan iramatanggung untuk bentuk inggah berada pada gatrake 15 dan ke 16. Pada dasarnya kendhang ketipungsalahan irama tanggung terlatak pada dua gatramenjelang gong.

Berikut pola kendhang ketipungan yangdiidentifikasi sebagai salahan:Ketipungan baku ladrang, ketawang dan inggahgendhing pada irama tanggung.

. . . . . . . n. . . . . . . . n.jPP . jPP . jPP . jPP . jPP. jPP . jPP . jPP.Kendhang ketipungan salahan untuk ladrang,ketawang dan inggah gendhing pada irama tanggung.

. . . . . . . n. . . . . . . . g.jPP . jPP . jPP . jPP . jPP . jPP j.kPP jPP jPP jPP g.baku salahan Selain contoh di atas juga terdapatvariasi kendhang ketipungan salahan yang biasadilakukan oleh beberapa pengendhang:. . . . . . . n. . . . . . . . g.jPP . jPP . jPP . jPP . jPP . jPP j.P jPP jPP jPP g.baku salahanKendhang ketipungan baku ketawang, ladrang, daninggah gendhing pada irama dadi.. . . . . . . n.jKOjPOjPOjKOjKOjPOjPOjKO jKOjPOjPOjKOjKOjPOjPOjKO -. . . . . . . n.jKOjPOjPOjKOjKOjPOjPOjKO jKOjPOjPOjKOjKOjPOjPOjKOKendhang ketipungan salahan untuk ladrang daninggah gendhing.. . . . . . . n.jKOjPOjPOjKOjKOjPOjPOjKO -jKOjPOjPOjKOjKOjPOjPOjKObaku. . . . . . . g.-jKOjPOjPOjKOjKOjPOjPOjKP jOPjOPjOPjOPP P P gOsalahanatau variasi lain yaitu:. . . . . . . .jKOjPOjPOjKOjKOjPOjPOjKO -jKOjPOjPOjKOjKOjPOjPOjKObaku. . . . . . . g.jKOjPOjPOjKPjOKjPKjPOjKP jOPjOPjOPjOPP P P gOsalahanKendhang ketipungan salahan untuk ketawang.. . . . . . . n.jKOjPOjPOjKOjKOjPOjPOjKO -jKOjPOjPOjKOjKOjPOjPOjKObaku. . . . . . . g.-jKOjPOjPOjKOjKOjPOjPOjKP jKOP P P P P P g.salahanKendhang ketipungan merong baku pada iramatanggung. . . . . . . . . . . . . . . .. P P . . P P . . P P . . P P .

Volume 17 Nomor 2 Bulan November 2017 125

Keberadaan Salahan dalam Karawitan Gaya Surakarta Kartika Ngesti Handono Warih

Kendhang ketipungan salahan untuk merongpada irama dadi dan tanggung.. . . . . . . . . . . . . . . g.. P P . . P P . . P P j.P . P P g.3. Kemanak

Kemanak adalah salah satu instrumengamelan tertua. Disebutkan dalam seratWedhapradangga bahwa perangkat gamelanpertama yang dibuat yaitu kemanak, kethuk,kendhang, dan gong, sebelum sampai saat ini telahberkembang menjadi seperangkat gamelan pelogdan slendro. Wujud fisik kemanak yaitu seperti buahpisang, dengan batang sebagai pegangan danlubang di dalamnya sebagai resonansi suara.Sepasang kemanak terdiri dari dua buah instrumenyang masing-masing dimainkan oleh dua orangyang berbeda secara bergantian. Pemukulkemanak sama seperti pemukul bonang penerus.Jalinan pukulan kemanak yaitu seperti berikut:“teng tong teng pin teng tong teng pin teng tong tengpin teng tong teng pin” begitu seterusnya sampaimenjelang gong atau seleh terberat akan melakukanpola salahan.

Karawitan gaya Surakarta terdapatsebutan gendhing kemanak yaitu lagu vokal yangdidalamnya hanya diiringi oleh tabuhan kemanakdan kendhang ageng (garap kendhang setunggal).Contoh yaitu: Mijil Ludira, Duradasih, AnglirMendung. Gendhing kemanak biasa digunakanuntuk bedhaya dan srimpi, tetapi tidak semuabedhaya atau srimpi menggunakan gendhingkemanak. Berikut salahan kemanak pada gendhingkemanak:

Keberadaan kemanak juga terdapat padaSantiswaran-Larasmadya. Rusdiantoro berpendapatmengenai kedudukan salahan kemanak padaSantiswaran sangat penting. Ada peran yangseolah olah mewakili gong, padahal disitu tidakada gong. Artinya itu rasa seleh” (Rusdiantoro, 22Maret 2017). Meskipun dalam sajian Santiswarantidak terdapat gong, tetapi keberadaan salahanjustru menjadi begitu berperan untukmemberikan tekanan rasa seleh - + - . - + - . -+ -+ + - + - .

Salahan kemanak pada Santiswaran: - + - . -+ - . - + -j .- - + - .

Acuan kemanak dalam melakukan polasalahan yaitu pada tabuhan kendhang . Jikapengendhang melakukan pola seperti berikut:

jIPjLPI V jIPjLPI jVD j.Ij.Dj.Ij.B j.PjIBj.DgBMaka kemanak akan mengikuti dengan pola

salahan, sedangkan kendhang mengacu pada laguvokal dalam mempertimbangkan rasa seleh. Jadisemua instrumen saling berkomunikasi satu samalain.

Selain pada instrumen kemanak, salahandalam Santiswaran juga ditemukan padainstrumen terbang dara. Sama halnya denganasalahan kemanak, terbang dara juga mengacu polakedhang dalam melakukan salahan. Berikut polasalahan dalam terbang dara:Terbang alit : [ OOO. OOOP OOO. OOO. ]Terbang dara I : [ .O.-. .O.. .O.. .O.. ]Terbang dara II : [ ...O ...O ...O ...O ]SSalahan : ...O ...O .B.. .B.G.Terbang gedhe : [ .... .... .... .... ]4. Slenthem

Salahan pada slenthem dilakukan ketikainggah gendhing disajikan pada garap sesegan.Martopangrawit memberikan penjelasan bahwaistilah sesegan lain sama sekali dengan seseg. Jikaseseg itu perihal laya, tetapi jika sesegan termasuksuatu bentuk komposisi gending. Yalah sebagianlagu yang khusus digunakan untuk sesegan. Dalamhal ini juga setiap gending mempunyai sesegan,gending-gending yang mempunyai sesegan,diantaranya: Bremara, Jalaga, Gobet, LadrangPlayon, gending-gending bonang slendro dansebagainya (Martopangrawit, 1969: 17).

Terkait dengan gendhing-gendhing yangmempunyai sesegan Rusdiantoro menerangkanbahwa gendhing yang tidak memiliki sesegan jugabisa digarap sesegan, yaitu dengan menggunakanbalungan asli gendhing tersebut (Rusdiantoro,wawancara 22 Maret 2017). Menurut Suraji padadasarnya garap sesegan dapat diaplikasikan padagendhing apapun, hanya saja dalam budaya Jawamasih harus mempertimbangkan kemungguhangendhing. Pertimbangan mungguh yang dimaksudialah berdasarkan kebiasaan yang dilakukan oleh

- + - . - + - . - + - + - + - g.

Jurnal Pengetahuan, Pemikiran, dan Kajian Tentang “Bunyi”

Volume 17 Nomor 2 Bulan November 2017126

penggarap sebelumnya, konteks kegunaangendhing dan keadaan situasional acara (Suraji,wawancara 23 Maret 2017).

Sesegan pada inggah termasuk dalamvariasi garap. Artinya bagian sesegan tidak harusdilewati, tergantung pilihan penggarap gendhing.Pada garap sesegan tabuhan slenthem yang semulasama dengan notasi gendhing akan berubahmenjadi balungan nibani, tetapi tidak akan adaperubahan ketika balungan gendhing tersebutmemang merupakan balungan nibani.

Teknik tabuhan slenthem pada saat garapsesegan memiliki dua pilihan garap. Pilihan pertamayaitu teknik tabuhan kinthilan. Slenthemmenggunakan teknik kinthilan ketika keduademung melakukan teknik pinjalan. Contoh padabalungan 6 5 3 2 :

Teknik pinjalanDemung 1 : 6 . . . 6 . . . 3 . . . 3 . . .Demung 2 : . . 5 . . . 5 . . . 2 . . . 2 .

Teknik kinthilanSlenthem : . 6 . 5 . 6 . 5 . 3 . 2 . 3 . 2

Pilihan kedua yaitu slenthem melakukanteknik tabuhan nibani. Teknik ini digunakan ketikakedua demung melakukan teknik kinthilan.Contoh balungan 6 5 3 2

Teknik kinthilanDemung 1 : 6 . 5 . 6 . 5 . 3 . 2 . 3 . 2 .Demung 2 : . 6 . 5 . 6 . 5 . 3 . 2 . 3 . 2

Teknik nibaniSlenthem : . . . 6 . . . 5 . . . 3 . . . 2

Pilihan teknik garap ditentukan olehpenggarap gendhing tersebut. Faktor yangmenjadi pertimbangan garap yaitu dari segikomposisi instrumen, sifat gendhing yangdisajikan, dan kreatifitas penggarap. Suatu sajianterkadang tidak menggunakan perangkatgamelan jangkep atau komplit. Untuk itu biasanyapenggarap gendhing mempertimbangkan faktorkelengkapan instrumen dalam memilih garapsajian. Setiap gendhing memiliki sifat dan karaktermasing-masing, ada yang luruh, prenes ataukemayu, agung (Rusdiantoro, wawancara 22Maret 2017). Penggarap juga selalumemperhatikan karakter gendhing dalam memilih

garap karena hal itu sangat berpengaruh dalammembangun karakter dan rasa pada gendhingyang akan disajikan. Selanjutnya yang tidak kalahberpengaruh dalam pemilihan garap yaitukreatifitas penggarap gendhing itu sendiri. Sepertiyang dijelaskan Supanggah mengenai konsepgarap, penggarap memiliki peran yang dominandalam menentukan garap gendhing. Pengetahuan,pengalaman, dan lingkungan penggarap sangatmempengaruhi hasil sajian gendhing. Salahan padaslenthem diperkirakan berkaitan dengan tabuhanbonang penembung pada Sekaten. Merujuk padaketerangan Suraji yang menyatakan bahwagendhing-gendhing sesegan diawali olehMloyowidodo pada tahun 1990-an, tepatnyaantara tahun 1991-1992. Penerapan garap Sekatendalam klenengan bertujuan untuk memperluaspengetahuan garap Sekaten pada pengrawit di luarkeraton, agar tidak hanya pengrawit di dalamkeraton saja yang mengetahui tentang garapSekaten. Selanjutnya slenthem dianalogikan menjadilaras bonang penembung (Suraji, wawancara 23Maret 2017).

Sumarsam menerangkan bahwa gendhing-gendhing gamelan biasa (yang dimaksud yaitugendhing-gendhing pada gamelan ageng) dapatdiaplikasikan pada gamelan Sekaten.

Adalah suatu kebiasaan dalam praktekgamelan biasa bahwa untuk permainan gendhingladrangan yang berkarakter tertentu, bagianinggah (atau bagian sesegan) gendhing bonangdimainkan dengan gaya soran (tabuhan keras)dalam irama tanggung, sebagai klimakspertunjukan. Cara permainan ini patutditerapkan pada praktek permainan gamelansekaten. (Sumarsam, 2002: 146). Terdapatkemungkinan keterkaitan antara salahan padaslenthem dan bonang penembung pada Sekaten, sertatidak menutup kemungkinan bahwa tabuhan yangterdapat pada gamelan Sekaten di aplikasikanpada gendhing-gendhing gamelan biasa.

Pada bagian sesegan, laya akan dipercepatseperti saat soran atau pada irama tanggung.Sebelum masuk pada garap sesegan, kendhang akanmenabuh pola kendhangan engkyek. Kendhang engkyeksebagai ater bahwa garap sajian gendhing akanmenuju sesegan. Menurut Suraji dalam sajiangendhing Sekaten, terdapat bedug nronjol sebagaitanda akan sesegan. Pada sajian klenengan tidak

Volume 17 Nomor 2 Bulan November 2017 127

Keberadaan Salahan dalam Karawitan Gaya Surakarta Kartika Ngesti Handono Warih

ada bedug nronjol, sebagai gantinya makadigantikan dengan kendhangan engkyek. Jadi ketikagendhing melakukan pola kendhangan engkyek, padasaat mendekati gong kendhang mengajak instrumenlain untuk ngampat, sampai pada saat setelah gong,semua instrumen sudah masuk pada garap sesegan.(Suraji, wawancara 23 Maret 2017)

Tabuhan salahan pada slenthem terletak dibagian menjelang gong. Akan terjadi perubahantabuhan pada dua atau tiga gatra sebelum gong.Selanjutnya pola salahan pada slenthemdibandingkan dengan pola salahan pada bonangpenembung sekaten:Pola salahan pada penembung sekaten:

. . . . . . . jOO j.O . O O . jOO . gOPola salahan pada slenthem:

. 3 . 6 . 3 . j21 j.1 . 1 y . jty . gyPola yang terdapat pada salahan pada

slenthem setelah dibandingkan memiliki kesamaanpola dengan salahan yang terdapat pada bonangpenembung. Artinya terdapat kemungkinan terjadiadopsi pola dari salah satu diantara keduanya.

5. Bonang Penembung SekatenBonang penembung pada perangkat

gamelan Sekaten menjadi satu bagian atau saturancak dengan bonang barung. Seorang panabuhuntuk bonang barung dan dua orang untukmenabuh bonang penembung. Teknik menabuhbonang penembung yaitu dengan cara nibani, yaitumenabuh nada-nada pada setiap tabuhan balunganmundur di tiap-tiap gatra sesuai dengan kalimatlagu. Tugas bonang penembung menurut Rustopoyaitu sebagai salah satu panutan bagi instrumenlain pada waktu jengglengan6 dalamracikan.7(Rustopo, 1981: 14)

Pola tabuhan penembung banggen yang jugadisebut salahan ini digunakan pada seluruh bentukgendhing dalam Sekaten, baik gendhing-gendhingkhusus maupun gendhing-gendhing srambahan8

(pengecualian pada ladrang Rambu, pada bagianakan jatuh gong 3 atau dada). Tepatnya letakbanggen berada pada dua gatra menjelang gong.Terdapat dua macam pola tabuhan penembungbanggen, yaitu dalam irama dadi dan iramangampat akan seseg atau sesegan.(Rustopo, 1981: 50)

Pola tabuhan penembung banggen yangdigunakan pada dua gatra akan gong dalam iramadados. Skema:Sabetan balungan : O O O O O O O O gOPenembung : O j.O . O O . jOO . OContohBalungan : 6 3 5 6 5 3 5 6 g7Penembung : 6 j.6 . 6 5 . j67 . 7

Pola tabuhan penembung banggen dalamngampat akan seseg dan sesegan. Skema:Sabetan balungan : O O O O O O O O gOPenembung : jOO j.O . O O . jOO . OContohBalungan : 6 3 5 6 5 4 5 6 g7Penembung : j66 j.6 . 6 5 . j67 . 7

Pola ini mulai digunakan sesudah bedugditabuh nronjol, sampai dengan gendhing suwuk.

6. Demung SekatenMengenai salahan yang terdapat pada

demung gamelan Sekaten, Rustopo menjelaskan:Pola tabuhan salahan adalah pola tabuhan

demung kusus digunakan menjelang gong. Padaintinya hampir sama dengan pola tabuhan imbal,hanya bedanya, pada garapan salahan terdapattabuhan demung yang berharga seperempatsabetan yaitu pada antara sabetan balungankedua pada gatra akhir menjelang gong. Jadirasanya tidak sepolos garapan imbal, melainkanagak “nggronjal” sedikit (Rustopo, 1981: 37).

Keberadaan salahan pada demung Sekatenjuga dikuatkan oleh keterangan dari Panggiyoyang disebutkan dalam kertas pembawaankarawitan. Beliau menyebutkan macam-macamteknik yang digunakan untuk menggarap demungdiantaranya mbalung, imbal, minjal, salahan, dansekaran. (Panggiyo, 1981: 41-42)Contoh: Balungan : . 3 . 2Demung I : 3 . 6 j.3. . 1 .Demung II : . 5 . 5 j.2. . 2

Penggunaan pola salahan pada demungtidak mutlak. Artinya pola salahan ini dapatdigunakan dan meskipun tidak digunakan punjuga tidak akan berpengaruh pada sajian. Hal inisesuai dengan sifat salahan.

Jurnal Pengetahuan, Pemikiran, dan Kajian Tentang “Bunyi”

Volume 17 Nomor 2 Bulan November 2017128

7. Bangge Monggang dan Kodhok NgorekPerangkat gamelan Monggang memiliki

instrumen yang bernama bangge. Banggemerupakan bagian dari satu rancak instrumenberbentuk pencon yang bernama gambyong.Gambyong terdiri dari penitir, pembangge, dankenongan. Seperti halnya tabuhan kendhang yangterdiri dari dua instrumen yang menghasilkansatu suara (peneteg ageng dan peneteg alit),gambyong juga demikian. Tiga orang memainkansatu rancak gambyong, setiap penabuh memainkanpenitir, pembangge, dan kenongan. Tiga bagianinstrumen ini akan menghasilkan satu suara.Berikut transkip bunyi yang dihasilkan:

Penitir : 1 . 1 . 1 . 1 G. 1 . 1 . 1 . 1 g.Pembangge : . . . . . y . G. . y . . . y . g.Kenongan : . . . t . . . Gt . . . t . . . gtGambyong : 1 . 1 t 1 y 1 Gt 1 y 1 t 1 y 1 gt

Pola tabuhan bangge dalam perangkatgamelan Monggang dan Kodhok Ngorek inilah yangmenjadi acuan istilah banggen dalam sajiankarawitan gamelan Ageng. Salahan dalam sajiankarawitan gaya Surakarta, berubah nama menjadibanggen berdasarkan polanya. Dalam perangkatgamelan Pakurmatan, bangge adalah nama sebuahinstrumen, sedangkan dalam perangkat gamelanAgeng, banggen adalah nama lain dari salahan yangpolanya mengadopsi dari pola bangge dalamperangkat gamelan Pakurmatan. Pola banggendalam instrumen bangge perangkat gamelanMonggang dan Kodhok Ngorek juga termasuk bagiandari salahan. Pola banggen dilakukan ketika akangong, selain itu juga sebagai tanda bataspengulangan. Hanya saja pola banggen pada sajianMonggang dan Kodhok Ngorek juga dijadikansebagai acuan dalam peralihan irama ataupunsuwuk.

8. Garap KlenanganKlenangan adalah salah satu teknik imbal-

imbalan yang terdapat dalam gamelan Cara Balenyang dilakukan oleh instrumen klenang dan kenut(Supardi, 2004: 24). Wujud fisik klenang dan kenutmenyerupai bonang. Berada dalam satu rancakyang terdiri dari empat pencon. Dua pencon nadarendah merupakan klenang, dan dua pencon laindengan nada lebih tinggi merupakan kenut.

Berikut pola tabuhan klenangan pada seleh 2:

Klenang : ty..ty.. ty..ty.. ty..ty.. ty.y.y..Kenut : ..12..12 ..12..12 ..12..12 ..12..12

Selain pola baku di atas, terdapat beberapapola variasi seperti berikut:

Klenang : ty..ty.. ty..ty.. ty..ty.. ty..ty..Kenut : .212.212 .212.212 .212.212 .2121.21Klenang : yt..yt.. yt..yt.. yt..yt.. ty.y.y.Kenut : ..21..21 ..21..21 ..21..21 ..1.1.12

Contoh di atas jalinan melodi pada seleh 2(ro). Selanjutnya jika seleh y (nem) jalinannya yaitu2356, intinya yaitu urutan tiga nada sebelum nadaseleh.

Selain pada garap gamelan Cara Balenteknik klenangan juga ditemukan dalam garapgamelan ageng yaitu seperti pada ketawangSubakastawa dan ketawang Pisan Bali (Sumarsam,2002: 62). Keterangan tersebut diperkuat jugaoleh Supanggah seperti berikut.

“Itu kan diambil dari Cara Balen.Digunakan juga kalau ada balungan yangmenyerupai seperti pakurmatan. MisalnyaSubakastawa .1.y .1.t kui kan balunganMonggang, kan kui balungan pakurmatan jugamula digarap dadi klenangan juga. TerusPisang Bali kui kan kaya Cara Balen, muladigarap klenangan. Gendhing lain yangdigarap klenangan apabila terdapat urutanbalungan seperti yang terdapat pada CaraBalen .2.1 .2.y atau .1.6.1.t”(wawancara, 15 Desember 2016).

Teknik klenangan dalam perangkatgamelan ageng merupakan jalinan yang dilakukaninstrumen bonang barung dan bonang penerus.Bonang barung menggunakan wilayah pencon atassedangkan bonang penerus menggunakan wilayahpencon bawah. Pola klenangan pada gamelan Agengsama dengan pola klenangan pada gamelan CaraBalen. Bisa dikatakan bahwa bonang barungberperan sebagai klenang dan bonang penerussebagai kenut. Contoh penerapan pola bakuklenangan pada gamelan Ageng sebagai berikut:

Bonang barung : ty..ty.. ty..ty.. ty..ty..ty.y.y..Bonang penerus : ..12..12 ..12..12 ..12..12..12..12

Volume 17 Nomor 2 Bulan November 2017 129

Keberadaan Salahan dalam Karawitan Gaya Surakarta Kartika Ngesti Handono Warih

Jalinan melodi bonang barung dan bonangpenerus jika disatukan akan menghasilkan nadadalam satu oktaf yang sama seperti berikut:[ ty12 ty12 ty12 ty12 ty12 ty12 ty1y 1y12 ]

Rumusan pola klenangan dapatdigambarkan seperti berikut ty12 dilakukansebanyak enam kali selanjutnya pola nyelehi ty1y1y12 . Dikatakan pola nyelehi karena padapengulangan pola ty12 diibaratkan sebagaipadang sedangkan pola ty1y 1y12 diibaratkansebagai ulihan. Pola nyelehi ini selanjutnyaditafsirkan sebagai pola salahan. Unsur lain yangmemperkuat salahan dalam teknik klenanganadalah sifat salahan sebagai batas pengulanganatau siklus. Pola klenangan dilakukan sebanyakdelapan kali hitungan dan pada hitungan ke tujuhdan ke delapan terdapat perubahan tabuhan yangdisebut dengan salahan. setelah salahan maka polaklenangan akan kembali ke hitungan awal sampaisalahan, lalu kembali lagi ke hitungan awal lagi,dan begitu seterusnya. Artinya bahwa salahanpada klenangan sangat jelas menunjukkan sebagaitanda pengulangan pola.

Kesimpulan

Secara etimologi salah berarti sesuatu yangkeliru atau tidak benar. Salahan merupakan katadasar salah yang mendapat imbuhan –an yangmemunculkan makna kata yang baru. Makna katabaru yang muncul tidak luput dari keberadaansalahan dalam sajian karawitan itu sendiri yaitusesuatu yang berbeda, berubah ataumenyimpang dari tabuhan bakunya. Pemaknaanpertama salahan yaitu sebagai suatu simbolketidaksempurnaan hidup manusia. Manusiasadar bahwa kesempurnaan hanya milik Tuhan,dan dalam setiap siklus kehidupan manusia akanselalu terdapat kesalahan. Kedua yaitu salahandimaknai sebagai keseimbangan dalam hidup.Keseimbangan antara salah dan benar, sepertiyang disimbolkan dalam Yin dan Yan. Salah danbenar adalah suatu keseimbangan hidup manusiadalam proses perjalanan hidupnya ( laku).Pemaknaan ketiga salahan yaitu keterkaitannyadengan garap sajian. Keberadaan salahan yangsengaja diciptakan berbeda dari permainanbakunya, selain untuk menambah sajian lebihmenarik yaitu juga agar bagian salahan lebih

menonjol dan menjadi perhatian. Sesuatu yangberbeda akan menjadi titik fokus yangmenghasilkan daya tarik bagi siapa saja yangmelihatnya. Salahan dalam kehidupan masyarakatyaitu suatu digambarkan sebagai suatu fenomenasalah atau tidak lazim tetapi justru menambahrasa estetik.

Keberadaan salahan dari aspek fungsi gunadalam sajian yaitu sebagai tanda bahwa rangkaianmelodi akan mencapai pada titik meloditerrendah, atau biasanya ditandai dengan selehgong. Artinya salahan merupakan ater menuju gongatau seleh melodi terberat. Keberadaan gongdapat diartika sebagai tanda batas. Letak salahanberada pada bagian menjelang gong artinya jugasuatu tanda pengulangan. Seperti suatu siklusyang terus menerus berulang. Selain sebagaipenanda, keberadaan salahan juga dapatmenambah kesan estetik. Dari suatu pengulanganlalu muncul salahan, memberi aksen yang berbedadi tengah pengulangan yang panjang. Meskipunkeberadaan salahan dalam sajian berperansebagai penanda menjelang gong, tetapi ada atautidaknya salahan tidak mempengaruhi jalannyasajian gendhing. Pokok-pokok yang menjadi sifatdasar salahan di antaranya: (1) Keberadaansebagai ater menjelang gong atau titik terberatrangkaian melodi; (2) Polanya selalu diulang-ulang / siklus atau sebagai tanda bataspengulangan; dan (3) Sebagai penambah rasaestetik tetapi keberadaannya tidak berpengaruhpada sajian gendhing.

Banggen dan salahan pada dasarnya sama-sama bagian dari ater menjelang gong, hanyaberbeda pengistilahannya saja. Secara singkat aterdapat diartikan sebagai suatu tanda musikal(ritme, nada, atau bunyi) atau non musikal(gerakan tangan, anggukan kepala, kedipan mata,dan sebagainya) menjelang terjadinya suatuperubahan dalam sajian. Salahan dan banggenmerupakan bagian dari ater menjelang gong atauseleh terberat alur melodi. Perbedaan istilah padakeduanya didasarkan atas pola tabuhan. Tabuhanpola salahan berbeda di setiap instrumen danbentuk gendhing, tetapi tabuhan pola banggen padainstrumen dan bentuk gendhing apapun akan tetapsama, yaitu mengacu pada pola instrumen banggedalam Monggang dan Kodok Ngorek. Jadi padadasarnya banggen adalah bagian dari salahan dansalahan adalah bagian dari ater.

Jurnal Pengetahuan, Pemikiran, dan Kajian Tentang “Bunyi”

Volume 17 Nomor 2 Bulan November 2017130

Instrumen dalam karawitan gayaSurakarta yang memiliki pola salahan diantaranya: kethuk ketawang dan ladrang, kethukbangge gendhing inggah, kendhang kalih lancaran,kendhang penunthung ketawang, kendhangpenunthung ladrang, kendhang penunthung inggah,kendhang penunthung merong (irama tanggung danirama dadi), kemanak, slenthem pada saat garapsesegan, demung dan bonang penembung padagamelan Sekaten, bangge pada gamelan Monggangdan Kodhok Ngorek, dan garap klenangan padagamelan Carabalen tetapi juga biasa diterapkan digamelan ageng pada beberapa gendhing tertentu.

(Endnotes)

1 Martopangrawit adalah seorang empukarawitan keraton Surakarta Hadiningrat.(www.sukoasih.com-senin,25 Juli 2016-pkl 17.21)

2 Kecuali di institusi pendidikan sepertiIsntitut Seni Indonesia Surakarta dan Yogyakarta

3 Meskipun pada beberapa kasus sepertigembyangan yang menjadi teknik dari instrumenbonang dan gender, tetapi kasus semacam itusangat jarang terjadi. Pola yaitu suatu istilah yangpada umumnya digunakan untuk menyebutsatuan tabuhan ricikan gamelan dengan ukurantertentu dimana telah memiliki karakter tertentu.Pola dapat berupa ritme ataupun lagu. Contohistilah dalam karawitan yang masuk ke dalamgolongan pola: sekaran, cengkok, wiled, dan istilah-istilah lainnya (Supanggah, 2007: 204).

4 Srisig adalah salah satu teknik gerak tarigaya Surakarta yaitu berjalan dengan gerak cepatatau lari-lari kecil, dengan posisi tumit kakidiangkat (Sudarsono, dkk, 1978: 178).

5 Agus Prasetyo,skripsi berjudul “AnalisisMusikal Komposisi Musik Arus Monggang KaryaDanis Sugiyanto”, 2012, hal: 46-47

6 Jengglengan yang dimaksud yaitu berupatabuhan bersama-sama yang dilakukan instrumenbedug, bonang penembung, balungan, dan gong dalamracikan.

7 12 Racikan adalah suatu susunan laguyang digunakan untuk mengawali gendhing-gendhing Sekaten. Fungsinya hampir sama sepertibuka gendhing, tetapi lagu racikan lebih panjangdari buka gendhing. (Rustopo, 1981: 14)

8 Gendhing srambahan adalah gendhingSekaten yang mengambil dari repertoar gendhing-gendhing klenengan

Kepustakaan

Any, Anjar. 1990. Rahasia Ramalan Jayabaya,Ranggawarsita, dan Sabda Palon.Semarang: Aneka Ilmu.

Djelantik. 1990. Pengantar dasar ilmu estetika jilid1. Denpasar: STSI Denpasar.

Endraswara, Suwardi. 2008. Mistik Kejawen.Jogjakarta: Narasi. 2003 Laras Manis,Tuntunan Praktis Karawitan Jawa .Yogyakarta: Kuntul Press.

Guntur. 2001. “Studi Ornamen” dalam buku ajarprodi s-1 kriya seni, program due-likeSTSI Surakarta.

Jonathan. 2010. “Signifikasi ater dalam KomposisiSipakatau Ensembel yang berjudulMetamorfosis”. Skripsi ISI Surakarta.

Murniningsih, Dewi. 1999. “Qasidah NasidariaKalurahan Kauman, KotamadyaSemarang. Kajian Fungsi dan BentukPenyajian”. Skripsi STSI Surakarta.

Palgunadi, Bram. 2002. Serat Kandha KarawitanJawi. Bandung: Penerbit ITB.

Panggiyo. 1981. “Pembawaan KarawitanPakurmatan Jenis Carabalen,Monggang, Kodok Ngorek,Sekaten” Kertas guna memperolehijazah seniman karawitan. Surakarta:ASKI.

Purwanto, Djoko. 2010. “Ricikan Kethuk padaKarawitan Jawa Gaya Surakarta”, JurnalGelar,volume 8, No. 2 (Desember) hal.207-218.

Rustopo. 1981. “Analisa Garap Racikan padaSekaten”. Kertas guna memperolehijazah seniman karawitan. Surakarta:ASKI.

Soeharto, M. 1978. “Kamus Musik Indonesia”.Jakarta: PT Gramedia.

Sudarsono, dkk. 1977-1978. “Kamus Istilah Taridan Karawitan Jawa”. dalam ProyekPenelitian Bahasa dan Sastra Indonesiadan Daerah. Jakarta.

Volume 17 Nomor 2 Bulan November 2017 131

Keberadaan Salahan dalam Karawitan Gaya Surakarta Kartika Ngesti Handono Warih

Sumarsam. 1979. Kendangan Gaya Solo (KendanganKalih & Setunggal dengan SelintasPengetahuan Gamelan. Surakarta: ASKIDepartemen Pendidikan danKebudayaan.

_______. 2002. Hayatan Gamelan. Surakarta: STSIPress.

Supanggah. 2002. Bothekan Karawitan I. Jakarta:MSPI.

_______. 2007. Bothekan Karawitan II: Garap.Surakarta: ISI Press.

Supardi. 2004. “Karawitan Pakurmatan” dalamDiktat Petunjuk Praktikum. ProgramHibah A-1 Jurusan Karawitan STSISurakarta.

NarasumberRahayu Supanggah (68 tahun), empu dalam

karawitan sekaligus seorang komposer,

juga tengah mengajar S1 dan S2 diInstitut Seni Indonesia Surakarta,Ngringo, Palur, Karanganyar

Rusdiyantoro, (59 tahun), pengrawit sertapengajar Institut Seni IndonesiaSurakarta Jurusan Karawitan, Ngringo,Palur, Karanganyar

Saptono, (65 tahun), pengrawit sekaligus abdidalem Keraton Kasunanan Surakarta,Kleco

Sukamso (59 tahun), pengrawit serta pengajarInstitut Seni Indonesia Surakarta JurusanKarawitan, Ngringo, Palur,Karanganyar

Suraji (56 tahun), pengrawit serta pengajar InstitutSeni Indonesia Surakarta JurusanKarawitan, Ngringo, Palur,Karanganyar


Recommended