+ All Categories
Home > Documents > MAKALAH ADAT ISTIADAT KOTA BLITAR

MAKALAH ADAT ISTIADAT KOTA BLITAR

Date post: 01-Apr-2023
Category:
Upload: independent
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
27
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa, Indonesia. Ibu kotanya terletak di Surabaya. Luas wilayahnya 47.922 km², dan jumlah penduduknya 37.476.757 jiwa (2010). Jawa Timur memiliki wilayah terluas di antara 6 provinsi di Pulau Jawa, dan memiliki jumlah penduduk terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa Barat. Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Selat Bali di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Provinsi Jawa Tengah di barat. Wilayah Jawa Timur juga meliputi Pulau Madura, Pulau Bawean, Pulau Kangean serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa, dan Samudera Hindia (Pulau Sempu, dan Nusa Barung). Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia, dan memiliki signifikansi perekonomian yang cukup tinggi, yakni berkontribusi 14,85% terhadap Produk Domestik Bruto nasional. Jawa Timur memiliki sejumlah kesenian khas. Ludruk merupakan salah satu kesenian Jawa Timuran yang cukup terkenal, yakni seni panggung yang umumnya seluruh pemainnya adalah laki-laki. Berbeda dengan ketoprak yang menceritakan kehidupan istana, ludruk menceritakan kehidupan sehari-hari rakyat jelata, yang seringkali dibumbui dengan humor, dan kritik sosial, dan umumnya dibuka dengan Tari Remo, dan parikan. Saat ini kelompok ludruk tradisional dapat dijumpai di daerah Surabaya, Mojokerto, dan Jombang; meski keberadaannya semakin dikalahkan dengan modernisasi. 1
Transcript

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau

Jawa, Indonesia. Ibu kotanya terletak di Surabaya. Luas

wilayahnya 47.922 km², dan jumlah penduduknya 37.476.757 jiwa

(2010). Jawa Timur memiliki wilayah terluas di antara 6

provinsi di Pulau Jawa, dan memiliki jumlah penduduk terbanyak

kedua di Indonesia setelah Jawa Barat. Jawa Timur berbatasan

dengan Laut Jawa di utara, Selat Bali di timur, Samudra Hindia

di selatan, serta Provinsi Jawa Tengah di barat. Wilayah Jawa

Timur juga meliputi Pulau Madura, Pulau Bawean, Pulau Kangean

serta sejumlah pulau-pulau kecil di Laut Jawa, dan Samudera

Hindia (Pulau Sempu, dan Nusa Barung).

Jawa Timur dikenal sebagai pusat Kawasan Timur Indonesia,

dan memiliki signifikansi perekonomian yang cukup tinggi,

yakni berkontribusi 14,85% terhadap Produk Domestik Bruto

nasional.

Jawa Timur memiliki sejumlah kesenian khas. Ludruk

merupakan salah satu kesenian Jawa Timuran yang cukup terkenal,

yakni seni panggung yang umumnya seluruh pemainnya adalah

laki-laki. Berbeda dengan ketoprak yang menceritakan kehidupan

istana, ludruk menceritakan kehidupan sehari-hari rakyat

jelata, yang seringkali dibumbui dengan humor, dan kritik

sosial, dan umumnya dibuka dengan Tari Remo, dan parikan. Saat

ini kelompok ludruk tradisional dapat dijumpai di daerah

Surabaya, Mojokerto, dan Jombang; meski keberadaannya semakin

dikalahkan dengan modernisasi.

1

Reog yang sempat diklaim sebagai tarian dari Malaysia

merupakan kesenian khas Ponorogo yang telah dipatenkan sejak

tahun 2001, reog kini juga menjadi icon kesenian Jawa Timur.

Pementasan reog disertai dengan jaran kepang (kuda lumping)

yang disertai unsur-unsur gaib. Seni terkenal Jawa Timur

lainnya antara lain wayang kulit purwa gaya Jawa Timuran,

topeng dalang di Madura, dan besutan. Di daerah Mataraman,

kesenian Jawa Tengahan seperti ketoprak, dan wayang kulit

cukup populer. Legenda terkenal dari Jawa Timur antara lain

Damarwulan, Angling Darma, dan Sarip Tambak-Oso.

Seni tari tradisional di Jawa Timur secara umum dapat

dikelompokkan dalam gaya Jawa Tengahan, gaya Jawa Timuran,

tarian Jawa gaya Osing, dan trian gaya Madura. Seni tari

klasik antara lain tari gambyong, tari srimpi, tari bondan,

dan kelana.

Terdapat pula kebudayaan semacam barong sai di Jawa Timur.

Kesenian itu ada di dua kabupaten yaitu, Bondowoso, dan

Jember. Singo Wulung adalah kebudayaan khas Bondowoso.

Sedangkan Jember memiliki macan kadhuk. Kedua kesenian itu

sudah jarang ditemui.

Kebudayaan, dan adat istiadat Suku Jawa di Jawa Timur

bagian barat menerima banyak pengaruh dari Jawa Tengahan,

sehingga kawasan ini dikenal sebagai Mataraman; menunjukkan

bahwa kawasan tersebut dulunya merupakan daerah kekuasaan

Kesultanan Mataram. Daerah tersebut meliputi eks-Karesidenan

Madiun (Madiun, Ngawi, Magetan, Ponorogo, Pacitan), eks-

Karesidenan Kediri (Kediri, Tulungagung, Blitar, Trenggalek,

Nganjuk), dan sebagian Bojonegoro. Seperti halnya di Jawa

2

Tengah, wayang kulit, dan ketoprak cukup populer di kawasan

ini.

Kawasan pesisir barat Jawa Timur banyak dipengaruhi oleh

kebudayaan Islam. Kawasan ini mencakup wilayah Tuban,

Lamongan, dan Gresik. Dahulu pesisir utara Jawa Timur

merupakan daerah masuknya, dan pusat perkembangan agama Islam.

Lima dari sembilan anggota walisongo dimakamkan di kawasan

ini.

Di kawasan eks-Karesidenan Surabaya (termasuk Sidoarjo,

Mojokerto, dan Jombang), dan Malang, memiliki sedikit pengaruh

budaya Mataraman, mengingat kawasan ini cukup jauh dari pusat

kebudayaan Jawa: Surakarta, dan Yogyakarta.

Adat istiadat di kawasan Tapal Kuda banyak dipengaruhi oleh

budaya Madura, mengingat besarnya populasi Suku Madura di

kawasan ini. Adat istiadat masyarakat Osing merupakan

perpaduan budaya Jawa, Madura, dan Bali. Sementara adat

istiadat Suku Tengger banyak dipengaruhi oleh budaya Hindu.

Masyarakat desa di Jawa Timur, seperti halnya di Jawa

Tengah, memiliki ikatan yang berdasarkan persahabatan, dan

teritorial. Berbagai upacara adat yang diselenggarakan antara

lain: tingkepan (upacara usia kehamilan tujuh bulan bagi anak

pertama), babaran (upacara menjelang lahirnya bayi), sepasaran

(upacara setelah bayi berusia lima hari), pitonan (upacara

setelah bayi berusia tujuh bulan), sunatan, pacangan.

Penduduk Jawa Timur umumnya menganut perkawinan monogami.

Sebelum dilakukan lamaran, pihak laki-laki melakukan acara

nako'ake (menanyakan apakah si gadis sudah memiliki calon

suami), setelah itu dilakukan peningsetan (lamaran). Upacara

3

perkawinan didahului dengan acara temu atau kepanggih.

Masyarakat di pesisir barat: Tuban, Lamongan, Gresik, bahkan

Bojonegoro memiliki kebiasaan lumrah keluarga wanita melamar

pria, berbeda dengan lazimnya kebiasaan daerah lain di

Indonesia, dimana pihak pria melamar wanita. Dan umumnya pria

selanjutnya akan masuk ke dalam keluarga wanita untuk

mendoakan orang yang telah meninggal, biasanya pihak keluarga

melakukan kirim donga pada hari ke-1, ke-3, ke-7, ke-40, ke-100,

1 tahun, dan 3 tahun setelah kematian.

B. RUMUSAN MASALAH

1.Bagaimanakah sejarah kota Blitar ?

2.Apa saja wisata budaya yang terdapat di kota Blitar ?

3.Apa saja ragam budaya unik khas Blitar ?

C. TUJUAN

1.Untuk mengetahui sejarah kota Blitar.

2.Untuk mengetahui macam-macam wisata budaya yang ada di

kota Blitar.

3.Untuk mengetahui ragam budaya unik khas Blitar.

4

BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH KOTA BLITAR

Blitar adalah kota kecil di Jawa Timur 60 km sebelah barat

kota Malang dan 40 km sebelah timur kota Kediri 30 km sebelah

utara Tulungagung. Kota yang tidak terlalu popular, kecuali

sebagai Makam Proklamator “Soekarno” dan Gunung KELUD nya

mungkin sedikit terkenal dengan “pecel blitar” nya. Kota

5

Blitar punya banyak sebutan sebutan. Ia terkenal sebagai Kota

Patria , Kota Lahar, dan Kota Proklamator. Selain itu kota

blita juga di juluki dengan Kotaparaja Blitar yang sudah

memiliki lambang daerah sendiri. Lambang itu bergambar sebuah

gunung dan Candi Penataran, dengan latar belakang gambar

berwarna kuning kecoklatan di belakang gambar gunung –yang

diyakini menggambarkan Gunung Kelud dan berwarna biru di

belakang gambar Candi Penataran. Alasan yang mendasarinya

adalah Blitar selama ini identik dengan Candi Penataran dan

Gunung Kelud. Sehingga, tanpa melihat kondisi geografis,

lambang Kotapraja Blitar pun mengikuti identitas itu.

Sedangkan, makna dari pewarnaan itu, lebih-kurang adalah:

adanya loyalitas yang luhur atau murni kepada kepemerintahan

Hindia-Belanda. Namun, sejumlah produk hukum pemerintah

kolonial Belanda itu, tidak menyurutkan rakyat Kota Blitar

untuk membebaskan diri dari penjajahan. Sejumlah perlawanan-

perlawanan untuk memerdekakan diri, terus berlangsung.Kota ini

secara legal-formal berdiri pada 1 April 1906. Di kota ini

pulalah disemayamkan Bung Karno, Sang Proklamator, Presiden

Pertama RI sekaligus pemikir besar dunia.

Sejarah besar Indonesia lainnya juga tercatat di kota ini.

Sebelum dicetuskannya proklamasi, tempat ini telah menyerukan

kemerdekaan Indonesia yang diikuti dengan pengibaran Sang

Merah Putih yang akhirnya berujung pada Pemberontakan PETA

oleh Sudanco Supriyadi. Bahkan di salah satu sudut kota ini

yakni Candi Penataran, konon merupakan lokasi di mana

Mahapatih Gadjahmada yang tersohor menggaungkan Sumpah Palapa

6

yang menjadi cikal bakal penting berdirinya negara Indonesia

pada masa-masa setelahnya.

Di luar nilai historis yang tak perlu diragukan lagi, yaitu

bahwa Blitar ternyata juga memiliki ragam budaya unik mulai

dari kuliner hingga kerajinan tangannya. wisata kuliner semua

ada. Kalau wisata belanja (shoping) memang bukan di kota

Blitar tempatnya, kecuali mau beli jajan pasar seperti tiwul,

sompil, kicak, gatot, lopis, gethuk, ketan, jenang grendul,

jenang sumsum, cenil, sawut, wajik, jadah, dll. di Blitar

tempatnya. Dalam tulisan singakat ini akan diuraikan lebih

rinci lagi mengenai beberapa wisata budaya kota Blitar beserta

budaya-budaya unik yang ada di Blitar.

B. WISATA BUDAYA BLITAR

Kota Blitar juga dikenal dengan sebutan Kota Patria , Kota

Lahar dan Kota Proklamator secara legal-formal didirikan pada

tanggal 1 April 1906. Dalam perkembangannya kemudian momentum

tersebut ditetapkan sebagai Hari Jadi kota Blitar. Walaupun

status pemerintahannya adalah Pemerintah Kota, tidak serta-

merta menjadikan mekanisme kehidupan masyarakatnya seperti

yang terjadi dikota -kota besar. Memang ukurannya pun tidak

mencerminkan sebuah kota yang cukup luas. Level yang dicapai

kota Blitar adalah sebuah kota yang masih tergolong antara

klasif ikasi kota kecil dan kota besar. Secara faktual sudah

bukan kota kecil lagi, tetapi juga belum menjadi kota besar.

Kota Blitar memiliki banyak Potensi Wisata budaya di

dalamnya. Dikatakan sebagai wiata budaya karena di dalamnya

terdapat tempat-tempat wisata yang masih berkaitan dengan

7

kebudayaan.  seperti Makam Pahlawan Ir. Soekarno, perpustakaan

Bung Karni,Water Park Sumber Udel, Kebon Rojo, PIPP, Makam

Ariyo Blitar, Monumen Blitar dan Ndalem Gebang.

1. Makam Ir. Soekarno

Makam Bung Karno, merupakan Makam Presiden Pertama

Indonesia yang terletak di Kelurahan Bendogerit,

Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar. awa Timur. Makam Bung

Karno, didampingi pada kiri kanan oleh Makam Ayahanda “

R. Soekani Sosrodiharjo” dan makam Ibunda “Ida Aju Njoman

Rai”.

Memasuki Makam ini dimulai dari sebuah gapura Agung yang

menghadap ke selatan. Bangunan utama disebut dengan

Cungkup Makam Bung Karno. Cungkup Makam Bung Karno

berbentuk bangunan Joglo, yakni bentuk seni bangunan jawa

yang sudah dikenal sejak dahulu. Cungkup Makam Bung Karno

diberi nama Astono Mulyo. Diatas Makam diletakkan sebuah

batu pualam hitam bertuliskan : "Disini dimakamkan Bung

Karno Proklamator Kemerdekaan Dan Presiden Pertama

Republik Indonesia. Penyambung Lidah Rakyat Indonesia."

Kawasan wisata ini terdiri dari beberapa lokasi antara

lain: 1) lokasi Perpustakaan Bung Karno yang merupakan

Perpustakaan Riwayat Perjuangan Bung Karno dan sekaligus

sebagai pusat studi terpadu; 2) lokasi  Musium Bung Karno

yang banyak menyimpan barang-barang yang berkaitan dengan

Bung Karno, lukisan-lukisan Bung Karno (seperti lukisan

Bung Karno yang bisa berdetak dengan sendirinya), dan

beberapa koleksi mata uang Indonesia kuno (beberapa

8

koleksi uang kertas Bung Karno mampu menggulung dengan

sendirinya); 3) lokasi Lapangan Teater yang kerap

digunakan untuk berbagai pementasan seni budaya dan

pagelaran layar lebar;  4) lokasi Makam Bung karno itu

sendiri; dan 5) lokasi penjualan barang-barang khas Bung

Karno (Pasar Murah) yang menjual berbagai assesoris dan

baju dengan tema Bung Karno serta juga menjual beberapa

barang kesenian khas Blitar.

Kawasan wisata ini setiap harinya ramai dikunjungi oleh

wisatawan asing maupun domestik. Ada yang sekedar jalan-

jalan dan ada pula yang melakukan ziarah makam.

2. Perpustakaan Proklamator Bung Karno

Perpustakaan bertaraf internasional ini terletak di

sebelah selatan manyatu dengan kompleks Makam Bung Karno

yaitu di Jalan Kalasan no. 1 Blitar. Perpustakaan

Proklamator BK dikelola oleh Perpustakaan Nasional RI

melalui UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno (PPBK) di

Kota Blitar. Di samping bangunan perpustakaan, PPBK ini

diisi dengan 2 karya seni yang berupa patung Bung Karno

yang terletak di tengah gedung A lantai 1, serta dinding

relief berisi perjalanan hidup Bung Karno yang membentang

di pinggir kolam dari arah perpustakaan kea rah makam.

Relief yang ada di dinding tersebut menceritakan tentang

Bung Karno di masa muda, di masa perjuangan, serta di

masa tuanya. Dengan adanya Perpustakaan Proklamator

Bungkarno di kota Blitar ini merupakan icon yang sangat

strategis, selain menambah sumberdaya yang ada di Kota

9

Blitar juga strategis dalam rangka mewujudkan nation dan

building Indonesia. Fungsi Perpustakaan Proklamator Bung

Karno sebagai pusat study nantinya akan memberikan

sumbangan pada pembangunan manusia Indonesia dengan

kontribusi berupa “wisdom of the fast” yang di gali dari

gagasan Bung Karno dari hasil kajian pada umumnya.

3. Sumber Udel

Taman Air Sumberudel berlokasi di Jl Kali Brantas,

Kelurahan Bendo, Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar. Taman

Air Sumberudel yang diresmikan kembali oleh Walikota

Blitar pada tanggal 10 Oktober 2007 ini telah direnovasi

selama kurang lebih satu setengah tahun. Dahulu Taman Air

ini lebih populer disebut dengan sebutan Pemandian

Tirtajati.

Pemandian Sumber Udel mempunyai standart Nasional karena

mempunyai 2 (dua) jenis kolam renang, yaitu kolam renang

untuk anak-anak dan kolam renang untuk orang dewasa.

Kolam renang "Sumber Udel" ini juga mempunyai beberapa

fasilitas, antara lain :

-          Tempat mainan anak-anak

-          Panggung gembira dengan tampilan kesenian Khas

Blitar setiap bulan

-          Pesewaan dan penitipan alat-alat renang.

4. Kebon Rojo

Kebun Rojo Merupakan taman hiburan dan rekreasi keluarga

yang berada dikompleks Rumah Dinas Walikota Blitar yang

10

disediakan untuk masyarakat umum/ wisatawan secara

gratis. Ditaman tersebut terdapat beberapa jenis hewan

yang sengaja dipelihara didalam satu kawasan khusus

seperti rusa, monyet dan burung Merak.

Ditempat ini juga tersedia fasilitas bermain anak, tempat

bersantai, patung hewan dan ornamen-ornamen yang melekat

pada areal panggung apresiasi untuk para seniman dengan

latar belakang tugu peringatan Satu Abad Bung Karno.

Ditengah –tengah kawasan Kebon Rojo terdapat air mancur

dan berbagai jenis tanaman langka yang berfungsi sebagai

paru-paru kota.

5. PIPP

Pusat Informasi Pariwisata dan Perdagangan (PIPP) Kota

Blitar merupakan sentral layanan informasi dan komunikasi

bagi para pelaku ekonomi, khususnya pelaku perdagangan

dan layanan informasi tentang priwisata.

Saat ini PIPP Kota Blitar dikelola dan dipublikasikan

melalui UPTD Pusat Informasi Pariwisata dan perdagangan

Kota Blitar yang merupakan lembaga teknis dibawah naungan

Dinas Informasi, Komunikasi dan Pariwisata Daerah Kota

Blitar. Didalam eksistensi dan pengembangannya, PIPP Kota

Blitar menjadi sarana publikasi pariwisata dan potensi

daerah secara bersama – sama antara Kota Blitar beserta

daerah sekitarnya.

6. Makam Ariyo Blitar

11

Makam Adipati Arya Blitar terletak di Kelurahan Blitar,

Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar. Adipati Arya Blitar atau

Adipati Nila Suwarna adalah adipati pertama di Kadipaten

Arya Blitar (sebutan Kota Blitar dibawah kekuasaan

Kerajaan Majapahit hingga kekuasaan Kraton Surakarta

Hadiningrat). Beliau adalah tokoh yang berpengaruh dalam

pendirian Kadipaten Arya Blitar.

Pada umumnya Makam Adipati Arya Blitar ramai dikunjungi

pada Bulan Suro dan juga setiap malam Jum’at Legi.

Kebanyakan wisatawan mengunjungi makam ini untuk

berziarah.

7. Monumen Blitar

Monumen Blitar yang dimaksud adalah monument Supriyadi 

merupakan monumen yang dibangun untuk mengenang peristiwa

pemberontakan tentara PETA yang dipimpin oleh Shodanco

Supriyadi melawan tentara Jepang. Monumen ini dibangun di

depan bekas markas PETA. Awalnya pada monumen ini hanya

dibangun sebuah patung saja, namun sekarang telah

dibangun 6 patung lagi. Untuk mengenang lebih dalam jasa-

jasa para pahlawan PETA, setiap tahunnya di tempat ini

selalu diselenggarakan pementasan Teater Pemberontakan

PETA.

Tepat didepan monumen ini terdapat TMP (Taman Makam

Pahlawan) Raden Wijaya, taman makam ini dibangun sebagai

tempat pemakaman pahlawan-pahlawan bangsa yang berada di

Blitar. Di dalam TMP Raden Wijaya juga terdapat Monumen

Potlot. Walaupun Monumen Plotot hanyalah sebuah tiang

12

bendera namun keberadaan monumen ini tidak dapat

diabaikan begitu saja, karena di monument inilah Bendera

Merah Putih untuk pertama kalinya dikibarkan oleh

Shodanco Partohardjono dalam detik-detik pemberontakan

pada tanggal 14 Februari 1945 di Kota Blitar.

8. Ndalem Gebang

Ndalem Gebang ( Rumah tinggal Bung Karno ) merupakan

rumah tempat tinggal Orang tua Bung Karno. Rumah ini

letaknya tidak jauh dari Makam Bung Karno kira-kira 2 km

ke arah selatan, tepatnya di Jalan Sultan Agung No. 69

Kota Blitar. Rumah ini sebenarnya milik bapak Poegoeh

Wardoyo suami dari Sukarmini, Kakak kndung Bung Karno.

Selain ditempati oleh kedua orang tua Bung Karno,

ditempat ini pula Sang Proklamator pernah tinggal ketika

masa-masa remaja. Banyak sekali kenangan Bung Karno yang

terukir di Kota Blitar. Seperti kebiasaan beliau pada

sore hari yang suka jalan-jalan di 'Bon Rojo' dan ke luar

masuk kampung di Bendogerit. Sepanjang perjalanan selalu

diikuti anak-anak dan remaja, sambil bernyanyi-nyanyi dan

bersenda gurau. Semakin lama jumlah pengiring yang

menjadi "pasukan kecil" Bung Karno itu semakin banyak.

Acara santai demikian biasanya diakhiri sampai di ndalem

Gebang menjelang matahari terbenam.

Ndalem gebang Setiap bulan Juni ramai dikunjungi para

wisatawan, baik dalam rangka Haul Bung Karno ataupun

karena adanya kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh

Pemerintah Kota Blitar, seperti Grebeg Pancasila. Dimana

13

Grebek Pancasila ini merupakan salah satu budaya blitar

yang unik yang diadakan untuk memperingati hari lahirnya

pancasila, yaitu 1 Juni.

C. RAGAM BUDAYA UNIK KHAS BLITAR

Kota Blitar selain mempunyai wisata budaya yang bagus, juga

mempunyai beragam budaya yang unik dan khas. Yang masih sering

dimunculkan mengenai rgam budaya Blitar yaitu Budaya Wayang

Orang, Grebek Pancasila, PSP (Purnama seruling Penataran), dan

Kirab Budaya.

1. Budaya Wayang Orang

Budaya Wayang Orang ini dimasa atau era sekarang sudah

pudar bahkan hampir mati, namun seniman-seniman budaya

yang ada di Kota Blitar tidak ingin budaya bangsa yang

lahir sejak dulu itu punah.

Sebagaimana dalam wayang kulit, lakon yang biasa

dibawakan dalam Wayang Orang juga bersumber dari Babad

Purwa yaitu Mahabarata dan Ramayana. Kesenian Wayang

Orang yang hidup dewasa ini pada dasarnya terdiri dari

dua aliran yaitu gaya Surakarta dan gaya Yogyakarta.

Perbedaan yang ada di antara dua aliran terdapat terutama

pada intonasi dialog, tan, dan kostum.

Budaya wayang Orang ini juga telah banyak dikagumi oleh

banyak orang dan selain itu dalam rangka melestarikan

budaya wayang orang ini,juga ikut berpartisipasi untuk

memeriahkan suatu acara, misalanya dalam acara pecan

budaya kabupaten Kediri yang dilaksanakan setiap tanggal

30 juli di Simpang Lima Gumul, Wayang orang ini juga

14

turut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Pada acara

itu, wayang orang yang dibawakan oleh para seniman ini

dalam kesempatan pecan Budaya Kediri itu ditampilkan

dengan judul “Pergiwo Pergiwati” yang disutradari oleh

Erwin dan diskenarioi olehLik Hir.

2. Grebek Pancasila

Kota Blitar, daerah yang tak lepas dari lembaran kisah

sejarah perjuangan rakyat dalam mempertahankan

kemerdekaan Indonesia pun memiliki begitu banyak tradisi

lokal yang harus kita lestarikan, salah satunya adalah

Grebeg Pancasila.

Grebeg adalah tradisi masyarakat Jawa yang biasanya

diselenggarakan sebagai upacara peringatan hari-hari

besar tertentu. Misalnya, Grebeg Suro dan Grebeg Maulud.

Masyarakat Blitar pun menggunakan tradisi Grebeg untuk

memperingati secara khusus Hari Kelahiran Pancasila

setiap tanggal 1 Juni, yaitu Grebeg Pancasila, yang

menjadi satu kesatuan dalam rangkaian acara peringatan

Bulan Bung Karno – bulan Juni.

Pancasila sebagai mahakarya dari pemikiran agung dan

hasil refleksi Bung Karno selama masa-masa

pengasingannya pun tak lepas dari perhatian masyarakat

Blitar, khususnya para seniman.Pada masa itu nilai-nilai

luhur yang terkandung dalam Pancasila sebagai falsafah

hidup bangsa Indonesia sering dilanggar, maka muncul

kemudian hasrat untuk mempersatukan masyarakat Blitar

khususnya  dalam penegakan kembali nilai-nilai luhur

Pancasila.

15

Pancasila sebagai mahakarya dari pemikiran agung dan

hasil refleksi Bung Karno selama masa-masa

pengasingannya pun tak lepas dari perhatian masyarakat

Blitar, khususnya para seniman.Pada masa itu nilai-nilai

luhur yang terkandung dalam Pancasila sebagai falsafah

hidup bangsa Indonesia sering dilanggar, maka muncul

kemudian hasrat untuk mempersatukan masyarakat Blitar

khususnya  dalam penegakan kembali nilai-nilai luhur

Pancasila.

Grebeg Pancasila bertujuan mengajak bangsa Indonesia

untuk mengenang dan menghayati nilai-nilai luhur budaya

bangsa, sekaligus menciptakan kedamaian, bukan kedamaian

semu melainkan kedamaian yang tidak terperangkap dalam

pengkotak-kotakan manusia berdasarkan suku, agama,

profesi, status sosial, ekonomi, dan agar bangsa

Indonesia tidak mudah hanyut dalam berbagai gelombang

kehidupan.

Budaya Grebeg Pancasila merupakan salah satu ikon Kota

Blitar yang akan menjadi kegiatan warga Kota Blitar rutin

setiap tahun, yang juga diharapkan mampu menarik minat

pengunjung/wisatawan. Selain itu dapat menyatukan

masyarakat Blitar melalui acara Grebeg Pancasila yang

melibatkan peran aktif masyarakat Blitar dari segala

lapisan, mulai dari pelajar, wiraswasta, seniman,

budayawan, pedagang, tukang becak, sopir angkutan umum,

dan pegawai negeri.

Mengingatkan masyarakat Blitar akan indahnya keragaman.

Masyarakat Blitar memiliki latar belakang budaya, etnis,

16

dan agama yang berbeda-beda. Harapannya, masyarakat mampu

hidup bersatu, rukun, dan gotong-royong dalam seluruh

aspek kehidupan. Di balik perayaan Grebeg Pancasila

terkandung nilai-nilai yang ingin diwujudkan, yaitu Nilai

Politis, Nilai Ekonomi, dan Nilai Budaya.

- Nilai Politis: memperjuangkan tegaknya Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan

Pancasila dan UUD 1945.

- Nilai Ekonomi: melihat bahwa biaya yang digunakan

untuk perayaan Grebeg Pancasila cukup besar, maka

membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak dalam

menyukseskan acara bersama tersebut.

- Nilai Budaya: memperjuangkan kelestarian budaya

bangsa Indonesia yang telah menjadi ciri khas dan

kebanggaan bangsa Indonesia karena adanya

keanekaragaman tersebut.

Peran Grebeg Pancasila bagi masyarakat Blitar tampak

jelas pada saat prosesi Grebeg Pancasila. Berikut ini

adalah uraian mengenai prosesi Grebeg Pancasila.

a. Prosesi Grebeg Pancasila

  Bedholan Grebeg

Bedholan Grebeg ialah persiapan upacara  Grebeg

Pancasila dengan mengambil benda-benda pusaka dari

Istana Gebang menuju kantor walikota Blitar oleh

pasukan Bregada Siji, Bregada Enem, dan Bregada Patang Puluh Lima

Benda-benda pusaka yang dimaksud yaitu:

patung lambang NKRI (Garuda Pancasila),

17

foto Bung Karno, sebagai penggagas Pancasila,

ideologi bangsa Indonesia

bendera Merah Putih, sebagai bendera pemersatu bangsa

Indonesia

teks pidato Bung Karno tanggal 1 Juni 1945 di depan

Sidang BPUPKI, sebagai cikal bakal Pancasila.

Prosesi pengambilan benda-benda pusaka ini dilaksanakan

pada 31 mei pukul 19.00 sampai selesai (tepat sehari

sebelum dilaksanakannya upacara Grebeg Pancasila)

Selain itu sekarang pada acara Grebeg Pancasila di

Bulan Bung Karno ada PARADE LAMPION yang di ikuti oleh

sekolah, dinas pemerintaan dan ormas di wilayah Blitar

Raya. Parade Lampion di selenggarakan pada malam hari

dimulai pukul 19.00 WIB dengan ritual upacara di rumah

Bungkarno (Istana Gebang) dilanjutkan pawai lampion

menuju ke pelataran Kantor Kota Blitar.

  Upacara Budaya

Upacara Budaya dilakukan pada tanggal 1 Juni pukul

07.00 sampai selesai dan berlokasi di Aloon-aloon kota

Blitar. Upacara ini sekaligus memperingati hari lahir

Pancasila. Upacara ini dirancang dengan gaya etik dan

estetik namun tanpa meninggalkan kekhidmatan dan makna

sebuah upacara. Ritus upacara ini diawali dengan Ladrang

Grebeg Pancasila, kemudian Ketawang Ibu Pertiwi, disusul

masuknya Gunungan Lima yang dibawa  oleh Bregada Siji,

Bregada Enem, dan Bregada Patang Puluh Lima yang diiringi

dengan iringan gendhing Lancaran Bala Pancasila.

18

Acara puncak dari upacara Budaya tersebut adalah Sabda

Kawedhar, berupa amanat Grebeg Pancasila oleh pembina

upacara, yaitu walikota Blitar. Pidato tahunan ini

mengakhiri rangkaian upacara yang diikuti mesyarakat

seluruh kelurahan di Blitar dan aparat pemerintahan

maupun keamanan.

  Kirab Gunungan Lima

Kirab Gunungan Lima merupakan penggambaran lima dasar

Pancasila. Simbol itu dikawal oleh Bregada Siji, Bregada

Enem, dan Bregada Patang Puluh Lima. Menurut budayawan KRT

Sukardi Purwoyudho Nagoro,  Gunungan Lima mempunyai

filosofis tersendiri yang diharapkan dapat menjadi

simbol akan tuntunan tingkah laku masyarakat. Gunungan

tersebut berisi ontong (jantung pisang), kacang panjang,

wortel, bawang merah bawang putih, jeruk dan cabe

merah. Berikut ini adalah filosofis/makna dari bentuk

Gunungan dan aksesorisnya.

1. Makna bentuk Gunungan

Bentuk Gunungan yang mengerucut melambangkan masyarakat

Blitar yang bersatu padu, gotong-royong menuju pada

satu titik, yaitu Tuhan Yang Mahakuasa.

2. Makna aksesoris yang ada pada Gunungan

Makna dari aksesoris yang terdiri dari ontong, kacang

pancang, bawang merah-bawang putih, cabe merah dan

jeruk, serta wortel pada Gunungan adalah sebagai

berikut.

a) Ontong (jantung pisang) yang berada dipuncak

gunungan, mengingatkan akan perlunya hati yang bersih

19

dan  mengutamakan hati nurani yang tidak hanya

mengandalkan otak dan kecakapan berbicara semata.

b) Kacang panjang yang tumbuh mengikuti lanjarannya

(patokannya). Maknanya, bahwa semua tingkah laku

manusia harus selalu mengikuti norma atau aturan yang

berlaku. Dengan kata lain bahwa masyarakat hendaknya

patuh terhadap hukum-hukum yang berlaku secara umum.

c) Bawang merah-bawang putih, melambangkan eksistensi

ayah dan ibu. Dimana orang tua menjadi pusat hidup

yang mengingatkan sangkan paraning dumadi atau asal-usul

dan tujuan hidup di kemudian hari. Sehingga kita juga

diharapkan tetap menghormati orang tua.

d) Cabe merah dan jeruk melambangkan sifat kecut/asam

dan pahitnya kehidupan. Sifat-sfat kehidupan tersebut

pasti akan dialami manusia, maka hendaknya kita

selalu mengusahakan yang terbaik, setia belajar pada

pengalaman, dan yang peling penting adalah berpasarah

pada Sang Mahakuasa.

e)  Wortel merupakan sayuran luar negeri dimaknai

sebagai kebudayaan luar negeri yang dapat diterima

oleh budaya Indonesia. Mengenai hal ini, tentunya

masyarakat sendiri diharapkan memiliki sikap

selektif  dalam menerima kebudayaan asing. Sehingga

masyarakat Indonesia sendiri tidak larut dalam budaya

yang menyesatkan. Maka dari itu, maka sikap selektif

seperti ini perlulah jika bercermin dari Pancasila

itu sendiri.

20

3.  Kenduri Pancasila

Sesudah upacara Grebeg Pancasila yang dilaksanakan di

Aloon-aloon kota Blitar, Lima Gunungan inti tersebut

kemudian diarak menuju makam Bung Karno. Perarakan ini

melibatkan hampir seluruh masyarakat Blitar dan para

pelajar Blitar sebagai bentuk partisipasi aktif bagi

pelestarian budaya lokal. Prosesi terakhir dari Grebeg

Pancasila ialah Kenduri Pancasila. Kenduri Pancasila

yang dimaksud di sini ialah pemberian doa kepada arwah

Bung Karno sebagai bentuk penghargaan bagi penggagas

pembentukan Pancasila sebagai inti Ideologi bangsa

Indonesia. Disini seluruh warga masyarakat boleh

mengikuti Kenduri ini. Tak jarang para wisatawan dari

luar kota dan orang-orang yang peduli akan budaya ini

juga hadir, walaupun mereka datang dari kota-kota yang

jauh seperti Semarang. Prosesi ini dilaksanakan di

pelataran makam Bung Karno yang berada di kelurahan

Bendo Gerit, kecamatan Sanan Wetan, kota Blitar.

Setelah pemberian doa kepada sang Proklamator usai,

acara dilanjutkan dengan Ngalap Berkah. Ngalap Berkah ialah

ritus dimana Lima Gunungan yang dipakai sebagai media

pemanjatan doa, diperebutkan oleh masyarakat yang

meyakini bahwa gunungan-gunungan tadi memiliki

kandungan supranatural dan diyakini membawa bala

keselamatan bagi yang mengambilnya. Dalam hal ini,

masyarakat yang mengambil bagian-bagian dari Gunungan

tersebut tetap mempercayai adanya Tuhan sebagai sumber

keselamatan dan sumber yang memberi kehidupan.

21

Kenduri Pancasila mengandung makna penting, yaitu:

1. Supaya Bung Karno memperoleh kediaman yang layak

disisi-Nya karena melalui dialah ideologi Negara

Kesatuan Republik Indonesia dapat tergali.

2. Melalui kenduri ini pula khususnya masyarakat Blitar

dapat hidup sejahtera, aman dan sentosa.

3. Kenduri ini juga sebagai tali pengikat silaturahmi

dalam sebuah komunitas masyarakat dan aparat kota

Blitar “Manunggaling Kawula lan Pangarsa”.

Dalan perayaan Grebeg Pancasila peran pelajar juga

dilibatkan, bahkan hampir di setiap     bagian

ritualnya. Semoga hal ini mampu mendorong inisiatif

kita, para pelajar, untuk turut serta terlibat dalam

kegiatan-kegiatan kebudayaan di daerah kita masing-

masing. Semoga kita semakin sadar bahwa peran kita

amatlah penting untuk pembangunan di masadepan. Untuk

itu, biarkan pundak kita kekar oleh karena tanggung

jawab yang diberikan oleh para pendahulu kepada kita

demi melestarikan kebudayaan dan nilai-nilai yang

terkandung di dalamnya.

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berbudaya, bangsa

yang cinta akan kebudayaan daerah dan juga bangga akan

kebudayaan nasional. Jangan biarkan bangsa kita dijajah

oleh  kebudayaan-kebudayaan modern yaag dapat

menggerogoti sendi-sendi kehidupan kita. Kita harus

selektif dalam bersikap terbuka terhadap kebudayaan

baru yang masuk, agar Indonesia selalu tegak nilai-

22

nilai luhur Pancasila yang merangkum seluruh nilai-

nilai kebudayaan di daerah kita masing-masing.

3. PSP (Purnama seruling Penataran)

Purnama Seruling Penataran merupakan  pertunjukan seni

budaya tahunan milik Pemerintah Kabupaten Blitar melalui

Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata bertajuk

‘Pagelaran Seni Pesona Bumi Penataran’.

Pertunjukan pada malam bulan purnama, dilaksanakan di

area wisata Candi Penataran selalu berlangsung memukau

dan meriah. Kolaborasi PSP dan Pagelaran Seni Pesona Bumi

Penataran menyuguhkan visualisasi mengagumkan sebuah epos

legendaris bagaian dari sejarah Jawa dan kebesaran

Kerajaan Majapahit dengan judul ’Banjaran Gajah Mada’.

Acara ini dipentaskan di panggung terbuka pendapa teras

Candi Penataran, pertunjukan ini mampu menyatukan ragam

kesenian Jawa berupa tari, teater dan musik dalam satu

panggung. Acara ini mengajak penonton menikmati cerita

dalam rangkaian gerak tari khas Jawa dan modern yang

diiringi musik dan gamelan.

Acara dengan lakon Banjaran Gajah Mada benar-benar

menjadi sebuah seni pertunjukan yang cantik, mengagumkan

dan sulit tertandingi. Pertunjukkan ini menunjukkan

sebuah pesan yang dibawa untuk membangkitkan semangat

nasionalisme para penonton melalui pengucapan Sumpah

Amukti Palapa (menyatukan nusantara) Maha Patih Gajah

Mada.

23

Kisah Banjaran Gajah Mada berdurasi satu jam yang

dibawakan pada pertunjukan ini diambil dari berbagai

sumber, kisah, prasasti dan mitologi Jawa kuno serta

serupa dengan apa yang tertulis dalam Kitab

Pararaton.Jalan cerita dirangkum dalam tiga lakon atau

babak.

Dimulai dengan cerita asal-usul, masa kecil hingga

dewasa, serta kiprah Gajah Mada pada saat dan setelah

berhasil menumpas pemberontakan Rakuti kemudian diangkat

menjadi Maha Patih lalu mengantarkan Kerajaan Majapahit

pada puncak kejayaan dimasa pemerintahan Raja Tribhuwana

Tunggadewi.

Setiap para penonton dibuat untuk bisa terhanyut dan

mencermati setiap gerakan agar mengetahui detil cerita.

Ada kelembutan gerak-gerik penari-penari Jawa yang khas.

Terdapat dialog yang terucap dari para pemeran dan

penutur atau narator yang menggambarkan jalan cerita

sehingga membuat pertunjukan ini terasa tidak

membosankan.

Tidak hanya teater/drama, tari dan musik saja yang

dipersiapkan. tetapi, pencahayaan yang luar biasa mampu

menggambarkan kejadian tertentu dalam cerita. Begitu pula

riasan pada setiap pemeran, tidak hanya mempercantik

tetapi juga mampu menggambarkan watak tokoh yang

diperankan.

Kelincahan penari-penari saat berakrobat juga sangat

menghibur. Menampilkan gerakan-gerakan sulit yang hanya

bisa dilakukan oleh mereka-mereka yang sudah terlatih

24

tersaji indah. Pun demikian dengan rangkaian pesta

kembang api dan warna-warni asap buatan di awal dan akhir

pertunjukan semakin memeriahkan suasana.

Totalitas tokoh-tokoh dalam pertunjukan ini benar-benar

memukau. Dan sangat menarik untuk disaksikan, Wima

Brahmantya (Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Blitar)

pemeran Maha Patih Gajah Mada menyampaikan pesan utama

dari cerita dengan mengucapkan Sumpah Amukti Palapa yang

diikuti dengan pengibaran sebuah bendera berukuran

raksasa di puncak candi induk.

Wima Brahmantya dalam sebuah kesempatan menyampaikan, ide

cerita dari lakon Banjaran Gajah Mada digali untuk

membangkitkan semangat nasionalisme. Dengan mengambil

nilai-nilai dari kerja keras dan jerih payah tanpa pamrih

Maha Patih Gajah Mada.

4. Kirab Budaya

Kirab Budaya merupakan serangkaian budaya ritual bersih

desa di Kelurahan  Blitar. Acara ini diseleggarakan

dengan tujuan untuk terus menerus nguri – nguri budaya

denga baik. Acara kirab seni budaya ini diselenggarakan 

keliling Kelurahan Blitar dengan start dan finish di

depan Kantor Kelurahan Blitar. Dalam kirab budaya ini

dimeriahkan oleh puluhan grup kesenian yang ada

dikelurahan Blitar 

Kirab Budaya diikuti oleh kesenian - kesenian yang ada di

Kelurahan Blitar. Seperti empat grup kesenian Jaranan dan

penampilan komponen pelajar di wilayah Kelurahan Blitar

25

juga ikut andil dalam Kirab Budaya ini, seperti becak

hias, drum band serta pasukan pengibar bendera oleh para

pelajar. Sedangkan sebelum puncak acara berlangsung,

sudah didahului dengan kegiatan - kegiatan keagamaan,

seperti pembacaan tahlil dan khotaman Al-Qur’an.

Sementara setelah puncak acara juga diisi dengan kenduri

massal di Balai Kelurahan Blitar. Setelah selesai sholat

Jum’at, diisi dengan kesenian langen tayub hingga malam

hari.   

Dengan adanya bersih desa ini diharapkan bisa

membersihkan diri dan menghilangkan pemikiran negatif

untuk menatap kedepan yang lebih baik, tidak hanya bagi

pemerintah saja, namun juga masyarakat. Selain sebagai

sarana untuk melestarikan seni budaya yang ada.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Jawa Timur adalah sebuah provinsi di bagian timur Pulau Jawa,

Indonesia. Ibu kotanya terletak di Surabaya. Blitar adalah kota

kecil di Jawa Timur 60 km sebelah barat kota Malang dan 40 km

sebelah timur kota Kediri 30 km sebelah utara Tulungagung.

Kota yang tidak terlalu popular, kecuali sebagai Makam

Proklamator “Soekarno” dan Gunung KELUD nya mungkin sedikit

terkenal dengan “pecel blitar” nya.

26

Kota Blitar memiliki banyak Potensi Wisata budaya di

dalamnya. Dikatakan sebagai wiata budaya karena di dalamnya

terdapat tempat-tempat wisata yang masih berkaitan dengan

kebudayaan.  seperti Makam Pahlawan Ir. Soekarno, perpustakaan

Bung Karni,Water Park Sumber Udel, Kebon Rojo, PIPP, Makam

Ariyo Blitar, Monumen Blitar dan Ndalem Gebang. Kota Blitar

selain mempunyai wisata budaya yang bagus, juga mempunyai

beragam budaya yang unik dan khas. Yang masih sering

dimunculkan mengenai ragam budaya Blitar yaitu Budaya Wayang

Orang, Grebek Pancasila, PSP (Purnama seruling Penataran), dan

Kirab Budaya.

27


Recommended