+ All Categories
Home > Documents > Paper Lapangan VLF

Paper Lapangan VLF

Date post: 13-Nov-2023
Category:
Upload: upnyk-id
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
9
PENGOLAHAN DATA LAPANGAN ELEKTROMAGNETIK VLF MENGGUNAKAN SOFTWARE KHFILT, SURFER, DAN MATLAB Ghufron Malik Aryudantara 115.130.066 Program Studi Teknik Geofisika,Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”Yogyakarta Jalan SWK 104 Condongcatur Yogyakarta [email protected] INTISARI Metode elektromagnetik ialah memanfaatkan nilai konduktivitas suatu medium untuk mengukur respon bawah permukaan terhadap penjalaran gelombang elektromagnetik. Pada metode ini dengan mengetahui keadaan struktur bawah permukaan tahanan jenis dengan cara melakukan komponen pasif medan listrik dan medan magnet alam yang perubahannya terhadap waktu. Pengambilan data lapangannya salah satunya menggunakan metode VLF (Very Low Frequency) yang merupakan komponen mengukurnya memanfaatkan tilt angle α yaitu sudut utama dalam polarisasi ellip dari horisontal, dan eliptisitas ε adalah perrbandingan sumbu kecil terhadap sumbu besarnya. Target mencari anomali konduktivitas yang berada dibawah permukaan. Pada acara lapangan akuisisi metode elektromagnetik ini yang dilaksanakan di kampus Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta ini berlangsung pada tanggal 24 dan 25 Oktober 2015 bertepatan hari sabtu dan minggu mulai pukul 07.00 hingga 15.00 WIB. Akusisi dilakukan pada 12 lintasan pengukuran, instrumen elektromagnetik ini menggunakan T-VLF. Intepretasi dapat dilakukan pendekatan geologi dimungkinkan bahwa ada aliran fluida yaitu air dan bila mengenai sebuah medium yang mengandung unsur logam yang tinggi berupa pipa pipa bawah permukaan. Kata Kunci: elektromagnetik, VLF, tilt 1. PENDAHULUAN Metode elektromagnetik ialah memanfaatkan nilai konduktivitas suatu medium untuk mengukur respon bawah permukaan terhadap penjalaran gelombang elektromagnetik. Pada metode ini dengan mengetahui keadaan struktur bawah permukaan tahanan jenis dengan cara melakukan komponen pasif medan listrik dan medan magnet alam yang perubahannya terhadap waktu. Medan jangkauan gelombang elektromagnetik memiliki kawasan frekuensi dengn rentang band frekuensi panjang yang mampu untuk investigasi dari kedalaman beberapa puluh meter hingga ribuan meter dibawah permukaan bumi. Makin rendah frekuensi gelombang dalam memancarkan frekuensi yang dimiliki maka semakin dalam jangkauan dalam penetrasi gelombangnya. Pada metoda elektromagnetik maka dalam pengambilan data lapangannya salah satunya menggunakan metode VLF (Very Low Frequency) yang merupakan komponen mengukurnya memanfaatkan tilt angle α yaitu sudut utama dalam polarisasi ellip dari horisontal, dan eliptisitas ε adalah perrbandingan sumbu kecil terhadap sumbu besarnya. Tilt angel α, dan eliptisitas ε berkaitan erat dengn komponen medan magnetik horisontal, vertikal dan fasanya. Dengan perhitungan matematis yang diperlihatkan maka tilt angel α mirip dengan bagian inphase (komponen real)
Transcript

PENGOLAHAN DATA LAPANGAN ELEKTROMAGNETIK VLF MENGGUNAKAN SOFTWARE KHFILT, SURFER, DAN

MATLAB

Ghufron Malik Aryudantara115.130.066

Program Studi Teknik Geofisika,Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”YogyakartaJalan SWK 104 Condongcatur Yogyakarta

[email protected]

INTISARI

Metode elektromagnetik ialah memanfaatkan nilai konduktivitas suatu medium untuk mengukur respon bawah permukaan terhadap penjalaran gelombang elektromagnetik. Pada metode ini dengan mengetahui keadaan struktur bawah permukaan tahanan jenis dengan cara melakukan komponen pasif medan listrik dan medan magnet alam yang perubahannya terhadap waktu. Pengambilan data lapangannya salah satunya menggunakan metode VLF (Very Low Frequency) yang merupakan komponen mengukurnya memanfaatkan tilt angle α yaitu sudut utama dalam polarisasi ellip dari horisontal, dan eliptisitas ε adalah perrbandingan sumbu kecil terhadap sumbu besarnya. Target mencari anomali konduktivitas yang berada dibawah permukaan. Pada acara lapangan akuisisi metode elektromagnetik ini yang dilaksanakan di kampus Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta ini berlangsung pada tanggal 24 dan 25 Oktober 2015 bertepatan hari sabtu dan minggu mulai pukul 07.00 hingga 15.00 WIB. Akusisi dilakukan pada 12 lintasan pengukuran, instrumen elektromagnetik ini menggunakan T-VLF. Intepretasi dapat dilakukan pendekatan geologi dimungkinkan bahwa ada aliran fluida yaitu air dan bila mengenai sebuah medium yang mengandung unsur logam yang tinggi berupa pipa pipa bawah permukaan.

Kata Kunci: elektromagnetik, VLF, tilt

1. PENDAHULUAN

Metode elektromagnetik ialah memanfaatkan nilai konduktivitas suatu medium untuk mengukur respon bawah permukaan terhadap penjalaran gelombang elektromagnetik. Pada metode ini dengan mengetahui keadaan struktur bawah permukaan tahanan jenis dengan cara melakukan komponen pasif medan listrik dan medan magnet alam yang perubahannya terhadap waktu. Medan jangkauan gelombang elektromagnetik memiliki kawasan frekuensi dengn rentang band frekuensi panjang yang mampu untuk investigasi dari kedalaman beberapa puluh meter hingga ribuan meter dibawah permukaan bumi. Makin rendah frekuensi

gelombang dalam memancarkan frekuensi yang dimiliki maka semakin dalam jangkauan dalam penetrasi gelombangnya.

Pada metoda elektromagnetik maka dalam pengambilan data lapangannya salah satunya menggunakan metode VLF (Very Low Frequency) yang merupakan komponen mengukurnya memanfaatkan tilt angle α yaitu sudut utama dalam polarisasi ellip dari horisontal, dan eliptisitas ε adalah perrbandingan sumbu kecil terhadap sumbu besarnya. Tilt angel α, dan eliptisitas ε berkaitan erat dengn komponen medan magnetik horisontal, vertikal dan fasanya. Dengan perhitungan matematis yang diperlihatkan maka tilt angel α mirip dengan bagian inphase (komponen real)

dari komponen vertikal dan eliptisitas ε mirip dengan bagian dari quadrature (komponen imaginer) dari komponen yang bersifat vertikal. Kedua dari perameter tersebut diukur dalam prosentase terhadap medan primer horisontal.

Pada keadaan sebenarnya metode elektromagnetik VLF ini dapat diintepretasikan kuantitatif dan kualitatif. Intepretasi kualitatif menggunakan filter fraser dan K-Hjelt filter untuk menestimasi lokasi lateral dari zona resistitif dan konduktif, sedangkan intepertasi kuantitatif digunakan metode inversi untuk mengetahui resistivitas bawah permukaan.

Maksud dari praktikum kali ini adalah dapat mengetahui dan memahami konsep dari pengolahan data elektromagnetik metode VLF dan mendapatkan mengintepretasikan data dan peta yang didapat. Tujuan dari praktikum kali ini mendapatkan nilai MA tilt, MA elipt, DF, Rapat Arus Equivalen dan peta penampang bawah permukaan serta membandingkan nilai lintasan lain dan mengintepretasi hasil dengan pendekatan geologi.

2. DASAR TEORI

Metode Very Low Frequency (VLF-EM) merupakan salah satu metode dalam eksplorasi geofisika. Metode ini menggunakan prinsip induksi gelombang elektromagnetik akibat adanya suatu benda yang konduktif di bawah permukaan bumi. Dalam penelitian ini dibahas fenomena efek induksi elektromagnetik akibat adanya batuan yang mempunyai nilai konduktivitas yang cukup tinggi.

Metode VLF mengukur daya hantar listrik batuan dengan cara mengetahui sifat-sifat gelombang EM sekunder. Gelombang sekunder ini dihasilkan dari induksi EM sebuah gelombang EM primer yang berfrekuensi sangat rendah dari 10 sampai 30 KHz. Karena rendahnya harga frekuensi yang digunakan, maka jangkau frekuensi

dikelompokkan ke dalam kelompok VLF (Very Low Frequency).

Metode ini memanfaatkan gelombang pembawa (carrier wave) dari pemancar yang dibuat oleh militer yang sebenarnya untuk komunikasi bawah laut. Gelombang ini memiliki penetrasi yang cukup dalam karena frekuensinya yang cukup rendah. Gelombang VLF menjalar ke seluruh dunia dengan atenuasi yang kecil dalam pandu gelombang antara permukaan bumi dan ionosfer.

Karena induksi gelombang primer tersebut, di dalam medium akan timbul arus induksi (arus Eddy). Arus induksi inilah yang menimbulkan medan sekunder yang dapat ditangkap di permukaan. Besarnya kuat medan EM sekunder ini sebanding dengan besarnya daya hantar listrik batuan (), sehingga dengan mengukur kuat medan pada arah tertentu, secara tidak langsung kita dapat mendeteksi daya hantar listrik batuan di bawahnya.

Medan elektromagnetik dinyatakan dalam 4 vektor-vektor medan. Yaitu; E = intensitas medan listrik (V/m), H = intensitas medan magnetisasi (A/m), B = induksi magnetik, atau rapat fluks (Wb/m2 atau tesla) dan D = pergeseran listrik (C/m2). Keempat persamaan tersebut dikaitkan dalam persamaan maxwell (persamaan 1)

c

ti

t

DB

DH

BE

0

Apabila diasumsikan medan E dan H tersebut hanya sebagai fungsi waktu eksponensial, akan diperoleh persamaan vektorial sebagai;

EHHEEE22

22

ii

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

dengan permitivitas dielektrik (F/m), permeabilitas magnetik (H,m), dan kondukivitas listrik (S/m). Bagian kiri pada sisi kanan pers (2) menunjukkan arus konduksi, sedangkan bagian kanannya menunjukkan sumbangan arus pergeserannya.

Di dalam VLF (pada frekuensi < 100 KHz), arus pergeseran akan lebih kecil daripada arus konduksi karena permitivitas dielektrik batuan rata-rata cukup kecil (sekitar 100dengan 0sebesar 910-12 F/m) dan konduktivitas target VLF biasanya 10-

2 S/m.

2.1 Fase dan Polarisasi EliptPada saat gelombang primer masuk

ke dalam medium, gaya gerak listrik tertinggal 90o. Gambar 2.1 menunjukkan (ggl) induksi es akan muncul dengan frekuensi yang sama, tetapi fasenya diagram vektor antara medan primer P dan ggl induksinya.

Gambar 2.1 Hubungan amplitudo dan fase gelombang sekunder (S) dan primer (P)

Kombinasi antara P dan S akan membentuk resultan R. Komponen R yang sefase dengan P (Rcos) disebut sebagai komponen real (in-phase) dan komponen yang tegak lurus P (Rsin) disebut komponen imajiner (out-of-phase, komponen kuadratur). Perbandingan antara komponen real dan imajiner dinyatakan dalam persamaan;

RL /tanImRe

(7) Persamaan 2.3 menunjukkan bahwa semakin besar perbandingan Re/Im (semakin besar pula sudut fasenya), maka konduktor semakin baik, dan

semakin kecil maka konduktor semakin buruk.Jika medan magnet horisontal adalah Hx

dan medan vertikalnya sebesar Hx ei

(gambar 2), maka besar sudut tilt diberikan sebagai;

2

1

cos2)2tan(

x

z

x

z

HH

HH

(8)dan eliptisitasnya diberikan sebagai:

2cossin

sin

x

iz

xz

HeH

HHab

(9)

Gambar 2.2. Parameter polarisasi elips

2.2 Moving AverageMoving Average adalah nilai rata – rata pengolahan data yang di jumlahkan kemudian dibagi 4. Biasanya data yang diolah yaitu data tilt dan elipt. Dengan perhitungan sebagai berikut :

(10)

(11)Dimana : MA tilt : Moving Average tiltMA elipt : Moving Average eliptElipt : data eliptTilt : data tilt(n-1) : data sebelumnya(n+1) : data selanjutnya

x

z

a

b Hz

Hx

P

RS

es

R cos

S sin

S cos

R sin 0

3. METODOLOGI PENELITIANPada acara lapangan akuisisi metode

elektromagnetik ini yang dilaksanakan di kampus Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta ini berlangsung pada tanggal 24 dan 25 Oktober 2015 bertepatan hari sabtu dan minggu mulai pukul 07.00 hingga 15.00 WIB. Akusisi dilakukan pada 12 lintasan pengukuran, instrumen elektromagnetik ini menggunakan T-VLF.

Gambar 3.1 Desain Survei

Gambar 3.2. Peralatan Akuisisi VLF

T-VLF GPS Kompas Accu Meteran Console Sunto Sensor VLF Kabel penghubung

3.1 Diagram Alir

Gambar 3.2 Diagram alir Pengambilan Data.

Berikut merupakan penjelasan diagram alir proses pengambilan data lapangan : Pada pelaksanaanya terlebih dahulu

mengetahui keadaan geologi daerah penelitian agar dalam proses pengambilan data dan pengolahan serta tujuan dapat diketahui sesuai target akusisi.

Mempersiapkan instrumen akusisi metode elektromagnetik yaitu T-VLF, alat berikut bersifat sebagai receiver menerima sinyal yang dipancarkan oleh transmiter stasiun pemancar Jepang dan Australia.

Pembentangan lintasan pengukuran sesuai dengan desain survei yang telah dibuat yaitu 150 meter.

Mencatat koordinat pada lintasan pengukuran dan azimuth lintasan serta titik elevasi lintasan.

Mengatur alat T-VLF dengan memasukkan nomor lintasan, frekuensi yang digunakan, stasiun pemancar.

Mencatat pada tabel data berupa nilai yang didapatkan dari alat berupa nilai tilt, elipt, Hhor, Hver, dan fraser.

Setelah dilakukan pengukuran selanjutnya melakukan standar operasional dengan mengembalikan keadaan alat seperti semula.

Selesai.

Gambar 3.3 Diagram alir Pengolahan DataBerikut merupakan penjelasan

diagram alir pengolahan dari data yang didapatkan saat akuisisi : Pada langkah pertama setelah

didapatkan data pengukuran daerah penelitian yang berupa nilai dari nilai tilt, elipt, Hhor, Hver, dan fraser yang didapatkan dari masing masing pemancar Jepang dan Australia.

Data yang didapatkan kemudian diolah kedalam software Ms Excel untuk mendapatkan nilai tilt, elipt, MA tilt dan elipt serta nilai RAE.

Membuat data simpanan dalam bentuk notepad ataupun penggunakan script matlab yang kemudian diolah pada software Matlab. Yang hasilnya berupa 3 penampang, yang penampang pertama menunjukkan data Tilt dan MA Tilt, penampang kedua dan ketiga menunjukkan nilai konduktivitas.

Setelah mendapatkan nilai nilai tersebut maka langkah selanjutnya dibuat penampang rapat arus dengan software surfer dengan memasukkan nilai pengukuran, nilai kedalaman dan nilai Rapat Arus Equivalen. Menggunakan interpolasi tringaluasi.

Bila menggunakan bantuan software Khffilt yang merupakan data karous

hingga mendapatkan penampang arus konduktivitas bawah permukaan

Melakukan intepretasi dari peta penampang bawah permukaan hasil olahan dengan bantuan software yang didapatkan dan intepretasi dikorelasikan dengan geologi daerah penelitian agar target ataupun tujuan sesuai dengan akuisisi metode elektromagnetik ini dilakukan

Selesai

4. HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Penampang Pemacancar Jepang

Gambar 4.1. Penampang Matlab Jepang

Gambar 4.2. Penampang Surfer Jepang

Gambar 4.3. Penampang Khffilt Jepang

Pada gambar ketiga peta penampang yang menggunakan stasiun pemancar dari Jepang diatas merupakan hasil dari pengolahan dengan menghasilkam data berupa nilai tilt, elipt, MA tilt dan elipt serta nilai RAE dan diolah dengan bantuan software Matlab, Surfer dan Khffilt. Pada ketiga jenis peta penampang tersebut akan didapatkan sebuah informasi nilai kedalaman dari penetrasi gelombang dari pemancaran frekuensi stasiun dan nilai Rapat Arus Equivalen daerah penelitian. Nilai Rapat Arus Equivalen ini merupakan arus yang menginduksi dari sifat nilai konduktivitas suatu medium dan arus yang mengalami konsentrasi pada jenis konduktor dari pengaruh daerah penelitian yang akan memiliki sifat yang kurang konduktif. Asumsi yang digunakan pada rapat arus ini adalah untuk menentukan sifat rapat arus yang menghasilkan suatu medan listrik yang identik dengan medan magnet yang diukur pada daerah penelitian yang telah melalui tahap perhitungan.

Penjelasan pada ketiga peta penampang yang memberikan informasi bawah permukaan. Pada penampang yang dibuat oleh Matlab terlihat letak titik anomali pada kedalaman 20 pada jarak ke 100 dengan nilai RAE sebesar 140% dengan tilt diatas 60%. Pada penampang ini hanya memfokuskan pada letak anomali tampa mempertimbangkan anomali yang terletak pada titik yang lain walaupun nilai anomali tersebut kecil. Terlihat pada penampang ini dominasi nilai konduktivitas yang rendah dengan warna biru sebagai tandanya tersebar

dengan nilai RAE 0 hingga 30% namun pada jarak ke 25 hingga 30 pada kedalaman 12 meter terdapat anomali yang memiliki nilai RAE yang sedang dengan nilai 90%.

Pada kedua peta penampang Surfer dan Khffilt ini hampir menampakkan jenis klosur yang sama dengan letak anomali yang hampir dan nilai respon konduktivitas yang sama pula. Pada peta Surfer ini memperlihatkan letak anomali yang memiliki respon konduktivitas yang tinggi terletak pada titik ke 25 dan 95 meter yang ditandai dengan warna merah bernilai sebesar 20 hingga 30% masing masing terletak pada kedalaman 10 dan 20 meter dari permukaan. Sedangkan letak anomali yang memiliki respon konduktivitas yang cukup rendah terletak pada jarak 65, 75 dan 85 dengan nilai -30 hingga -15% dan masing masing terletak pada kedalaman yang berbeda beda yaitu 6, 8 dan 20 meter dibawah permukaan. Pada peta penampang Khffilt ini hanya berbeda titik anomali yang memiliki konduktivitas yang tinggi terletak pada jarak 27 dan 97 meter.

Jadi bila dilakukan intepretasi dari hasil ketiga peta penampang diatas ini yang hanya didapatkan nilai konduktivitas tanpa mengetahui sifat kemagnetan dan resistivitas pada daerah penelitian maka dapat diperkirakan nilai anomali konduktivitas yang tinggi dapat berupa sebuah aliran air bawah permukaan atau mengenai sebuah medium yang mengandung unsur logam.

4.2 Penampang Pemacancar Australia

Gambar 4.4. Penampang Matlab Australia

Gambar 4.5. Penampang Surfer Australia

Gambar 4.6. Penampang Khffilt Australia

Ketiga peta penampang ini memounyai sumber frekuesni yang dihasilkan oleh stasiun pemancar Australia. Sama seperti pengolahan pada stasiun pemancar Jepang yang dalam akhirnya akan mendapatkan nilai tilt, elipt, MA tilt dan elipt serta nilai RAE yang pada berikutnya akan dilakukan pemodelan pada peta dengan bantuan software Surfer, Matlab, dan Khffilt. Asumsi yng digunakan pada rapat arus equivalen ini adalah untuk menentukkan sifat rapat arus yang menghasilkan suatu medan listrik yang identk dengan medan magnetik dan dilakukan perhitungan matematis yang nantinya secara teori kedalaman bahwa semua arus equivalen akan memberikan indikasi pada setiap nilai kedalaman variasi pada konsentrasi arus.

Pada kenampakkan peta penampang hasil olahan Matlab ini adalah letak anomali yang memiliki nilai konduktivitas yang tinggi terletak pada jarak ke 80 meter dengan kedalaman 20 meter ditandai dengan warna merah pada penampang. Pada peta penampang ini pemodelannya lebih menampakkan sifat anomali konduktivitas yang tinggi sehingga hanya memfokuskan pada nilai yang tinggi. Keadaan anomali yang tinggi ini memiliki nilai tilt sebesar 50%

dengan nilai RAE sebesar 280% ditandai dengan warna merah sedangkan nilai yang rendah ditandai dengan warna biru.

Pada kedua peta penampang berikutnya yang telah dilakukan pengolahan menggunakan software Surfer dan Khffilt ini memiliki ciri yang sama para klosur yang hampir sama. Pada peta Surfer ini menampakkan anomali konduktivitas yang tinggi warna merah yang terletak pada jarak ke 90 hingga 85 meter ini terletak pada kedalaman 20 meter dibawah permukaan nilai konduktivitasnya sebsar 40 hingga 65% sedangkan dominasi konduktivitas yang rendah hampir mendominasi pada peta ini yang ditandai dengan warna biru pada peta memiliki nilai sebesar -35 hingga -10% konduktivitas namun juga terdapat warna kuning dan hijau yang menandakan juga terdapat titik yang nilai konduktivitasnya sedang yang memiliki nilai 5 hingga 15%.

Pada peta hasil pengolahan dengan software Khffilt ini juga tidak jauh berbeda dengan peta Surfer hanya berbeda pada letak titik anomali konduktivitas yang tinggi yang terletak pada jarak ke 90 dan 97 meter pada kedalaman ke 10 dan 15 meter memiliki nilai konduktivitas diantara lain 35 hingga 55%.

Jadi bila dilakukan intepretasi dari hasil ketiga peta penampang diatas ini yang hanya didapatkan nilai konduktivitas tanpa mengetahui sifat kemagnetan dan resistivitas pada daerah penelitian maka dapat diperkirakan nilai anomali konduktivitas yang tinggi dapat berupa sebuah aliran air bawah permukaan atau mengenai sebuah medium yang mengandung unsur logam.

4.3 Korelasi Penampang kHafilt / Surfer / MatLab Pemcancar Australia / Jepang

Gambar 4.7. Korelasi Penampang RAE Jepang

Jadi pada peta penampang ini dilakukan korelasi dengan lintasan lain yang berdekatan dengan lintasan penelitian guna menguatkan intepretasi agr sesuai dengan target akusisi metode elektromagnetik ini. Korelasi ini menggunakan data RAE yang telah dilakukan pengolahan lanjutan dengan software Matlab dan menghasilkan peta penampang tersebut. Menggunkan data berupa nilai tilt, elipt, MA tilt dan elipt serta nilai RAE tersebut akan didapatkan sebuah informasi nilai kedalaman dari penetrasi gelombang dari pemancaran frekuensi stasiun dan nilai Rapat Arus Equivalen daerah penelitian. Nilai Rapat Arus Equivalen ini merupakan arus yang menginduksi dari sifat nilai konduktivitas suatu medium dan arus yang mengalami konsentrasi pada jenis konduktor dari pengaruh daerah penelitian yang akan memiliki sifat yang kurang konduktif. Asumsi yang digunakan pada rapat arus ini adalah

untuk menentukan sifat rapat arus yang menghasilkan suatu medan listrik yang identik dengan medan magnet yang diukur pada daerah penelitian yang telah melalui tahap perhitungan.

Jadi bila dilakukan intepretasi dari hasil korelasi peta penampang diatas ini yang hanya didapatkan nilai konduktivitas tanpa mengetahui sifat kemagnetan dan resistivitas pada daerah penelitian maka dapat diperkirakan nilai anomali konduktivitas yang tinggi dapat berupa sebuah aliran air bawah permukaan atau mengenai sebuah medium yang mengandung unsur logam. Dan dapat dilakukan pendekatan geologi dimungkinkan bahwa ada aliran fluida yaitu air dan bila mengenai sebuah medium yang mengandung unsur logam yang tinggi berupa pipa pipa bawah permukaan.

5. KESIMPULANJadi setelah dilakukan pengolahan data lapangan maka kesimpulannya adalah : Pengolahan dengan menghasilkam

data berupa nilai tilt, elipt, MA tilt dan elipt serta nilai RAE dan diolah dengan bantuan software Matlab, Surfer dan Khffilt.

Intepretasi dari hasil peta penampang diatas ini yang hanya didapatkan nilai konduktivitas tanpa mengetahui sifat kemagnetan dan resistivitas pada daerah penelitian maka dapat diperkirakan nilai anomali konduktivitas yang tinggi dapat berupa sebuah aliran air bawah permukaan atau mengenai sebuah medium yang mengandung unsur logam.

DAFTAR PUSTAKALaboratorium Geofisika Eksplorasi.

Buku Panduan Praktikum Elektromagnetik, Laboratorium Geofisika Eksplorasi, Jurusan Teknik Geofisika, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta. 2015.


Recommended