Date post: | 23-Apr-2023 |
Category: |
Documents |
Upload: | universitasjenderalsoedirman |
View: | 1 times |
Download: | 0 times |
ACARA IVTEKNIK PENGENDALIAN IKAN SAKIT
Nama : Dinda AdinaprajaNIM : B0A013013Kelompok : 9 (Sembilan)Asisten : SamidiRombongan : II
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PENGELOLAAN KESEHATAN ORGANISMEAKUATIK
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PROGRAM STUDI DIII PENGELOLAAN SUMBERDAYAPERIKANAN DAN KELAUTAN
PURWOKERTO
2015
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Keberhasilan suatu usaha budidaya ikan tidak
terlepas dari masalah penyakit dan parasit ikan. Meskipun
jarang terjadi pada kolam-kolam yang terawat dengan baik,
wabah penyakit dan parasit yang menyerang ikan dapat
menimbulkan kerugian besar bagi petani ikan karena sering
menyebabkan kematian ikan secara masal. Untuk mengatasi
timbulnya masalah penyakit dan parasit pada ikan
peliharaan, ada baiknya kita mengetahui bagaimana cara
terjangkit maupun penularan penyakit dan parasit terhadap
ikan (Rosidah 2012).
Meskipun usaha pencegahan telah dilakukan dengan
sungguh-sungguh kadangkala ikan masih juga terserang
penyakit maupun parasit. Hal ini mungkin disebabkan
karena adanya proses pembusukan di kolam, baik terhadap
kotoran hasil metabolisme maupun sisa makanan. Adanya
sampah atau zat-zat buangan yang masuk ke kolam juga
dapat memperburuk kondisi perairan. Padat penebaran yang
terlalu tinggi, kondisi ikan yang lemah atau kualitas
makanan yang kurang memenuhi persyaratan dapat juga
membantu perkembangan penyakit maupun parasit. Untuk
mencegah penyerangan penyakit atau parasit ke seluruh
ikan yang dipelihara, perlu diketahui secepat mungkin
tanda-tanda terjangkitnya (Darsono, 2011).
Salah satu kendala bagi ikan air tawar adalah adanya
penyakit ikan yang dapat disebabkan oleh penyebab
infektif (parasit, jamur, bakteri, virus) maupun non
infektif (kualitas air, kandungan gizi pakan, genetik dan
lain-lain). Penyakit tersebut dapat dikendalikan melalui
tindakan preventif (pencegahan) maupun kuratif
(pengobatan) dengan harapan didapatkan ikan yang sehat
sehingga menunjang keberhasilan budidaya ikan. Secara
umum tindakan preventif terhadap penyakit dapat dilakukan
dengan cara melakukan pengolahan budidaya ikan secara
baik. Pada pengendalian penyakit ikan air tawar, yang
terpenting adalah menjaga jangan sampai ikan tersebut
terserang penyakit dan pemantauan terhadap kesehatan
perlu dilakukan secara kontinyu sehingga pengobatan dapat
dilakukan sedini mungkin (Rosidah, 2012).
B. Tujuan
1. Menyiapkan sarana – prasarana pengendalian ikan
sakit
II. Tinjauan Pustaka
Sakit pada ikan yaitu suatu keadaan abnormal yang
ditandai dengan penurunan kemampuan ikan dalam
mempertahankan fungsi-fungsi fisiologik normal. Timbulnya
sakit dapat diakibatkan infeksi patogen yang apat berupa
bakteri, virus, fungi atau parasit. Sakit dapat pula
akibat defisiensi atau malnutrisi, atau sebab-sebab lain
(Irianto, 2005). Secara umum faktor-faktor yang terkait
dengan timbulnya penyakit merupakan interaksi dari 3
faktor yaitu inang, patogen, dan lingkungan atau stressor
eksternal (yaitu perubahan lingkungan yang tidak
menguntungkan, tingkat higienik yang buruk, dan stres)
(Irianto, 2005).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan
adalah aspek luar kulit (warna, perubahan warna menjadi
pucat, hemoragik/pendarahan di dalam, luka-luka, dan
parasit), sirip dan ekor (perubahan morfologi, hilangnya
warna, dan hemoragik), sungut (patah, rusak, memendek,
dan hemoragik), bentuk (skoliosis, skordosis, kifosis),
dan mata (kekeruhan lensa dan hemoragik). Parasitisme
adalah bentuk simbiosis dari dua individu yang satu
tinggal, berlindung atau maka di atau dari individu
lainnya yang disebut inang, selama hidupnya atau sebagian
dari masa hidupnya. Bagi parasit, inang adalah habitatnya
sedangkan mangsa bagi predator bukan merupakan
habitatnya, selain itu pada umumnya parasit memerlukan
suatu individu inang bagi pertumbuhannya, apakah dalam
jangka waktu sampai dewasa atau hanya sebagian dari
stadia hidupnya, sedangkan predator memerlukan beberapa
mangsa selama hidupnya (Irianto, 2005).
Salah satu kendala bagi ikan air tawar adalah adanya
penyakit ikan yang dapat disebabkan oleh penyebab
infektif (parasit, jamur, bakteri, virus) maupun non
infektif (kualitas air, kandungan gizi pakan, genetik dan
lain-lain). Penyakit tersebut dapat dikendalikan melalui
tindakan preventif (pencegahan) maupun kuratif
(pengobatan) dengan harapan didapatkan ikan yang sehat
sehingga menunjang keberhasilan budidaya ikan. Secara
umum tindakan preventif terhadap penyakit dapat dilakukan
dengan cara melakukan pengolahan budidaya ikan secara
baik, seperti melakukan persiapan kolam dengan baik dan
tepat yaitu pengeringan kolam, pengapuran dan pemupukan,
melakukan pencucian akuarium atau bak yang akan dipakai
dengan menggunakan desinfektan, padat penebaran optimal,
melakukan penanganan ikan secara baik pada saat penebaran
maupun panen sehingga tidak menimbulkan luka yang dapat
menyebabkan infeksi, pencegah agar tidak terjadi kontak
langsung antara ikan sakit dan sehat dengan cara
mengisolasi ikan yang terserang penyakit, pencegah
penularan yang dapat terjadi melalui peralatan yang
dipakai, wadah maupun air media pemeliharaan, menjaga
agar kualitas air media tetap pada kondisi optimal, dan
menjaga kualitas pakan agar tetap baik dan cukup dalam
jumlah pakan yang diberikan (Irianto, 2005).
III. Materi dan Metode
A. Materi
Alat yang digunakan pada praktikum TeknikPengelolaan Kesehatan Organisme Akuatik acara 4diantaranya akuarium, alat timbang, seser, pipet, alattulis, spuit plastik, dan pakan ikan.
Bahan yang digunakan pada praktikum TeknikPengelolaan Kesehatan Organisme Akuatik acara 3diantaranya ikan yang diduga berpenyakit, bahan kimia :PK, formalin, methylene blue, malachite green, fiscamheart, antibiotika : amphicillin, chloramphenitol,terramycin, vitamin : C, B, B komplek.
B. Metode
- Disiapkan bahan imia dan antibiotika yang
direncanakan untuk pengobatan
- Ditentukan cara aplikasi pemberiannya
- Ikan yang diduga sakit disiapkan dengan pengangkat
seser
- Dilakukan beberapa penanganan ikan sakit
- Dicermati hasil penanganan dan diulangi beberapa
kali serta dicatat hasilnya
IV. Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
Tabel 4.1. Data hasil pengamatan Teknik Pengendalian Ikan Sakit
NO Waktu Tingkah Laku1. 5 menit pertama - Berenang bergerombol
- Berenang didasar- Berenang normal- Kadang naik kepermukaan
2. 5 menit kedua - Berenang tidak normal- Ikan loncat- Berenang hiperaktif
3. 5 menit ketiga - Ikan berenang tidak normal (kadang berenang hiperaktif, kadang pasif)
- Berenang dipermukaan
Gamabr 4.1. Hasil pengamatan Teknik Pengendalian Ikan Sakit
Pengamatan tingkah laku ikan setelah diberi MB
Gambar 1.1 Ikan Nilemsehat
Gambar 1.2 Ikan Nilemsetelah diberi MB ( 5
menit pertama)
Tahapan pemberian Vitamin C pada pakan
Perhitungan :
Gambar 1.8 pakandiangin –anginkan
Gambar 1.7 pakan diberipelapis berupa minyak
goreng
Gambar 1.3 Ikan Nilemsetelah diberi MB ( 5
menit kedua)
Gambar 1.4 Ikan Nilemsetelah diberi MB ( 5
menit ketiga)
Gambar 1.6 Vitamin Cditabukan hingga merata
Gambar 1.5 Pakandibasahi permukaannya
sambil diaduk
Jenis Bahan Kimia : MGDosis : 1 gramVolume air : 10 literTindakan : perendamanMG : 1 ppm
: 10 liter X 1 ppm: 10 mg: 1 gram
Vitamin CBerat pakan : 250 gramVitamin C : 3 ( Vit; cipi, 50 mg)Putih Telur : Secukupnya
B. Pembahasan
Malachite Green merupakan pewarna triphenylmethane
dari group rasamilin. Bahan ini merupakan bahan yang
kerap digunakan untuk mengobati berbagai penyakit dan
parasit dari golongan protozoa, seperti: ichtyobodo,
flukes insang, trichodina, dan white spot, serta sebagai
fungisida. Penggunaan bahan ini hendaknya dilakukan pada
sistem tertutup seperti akuarium atau kolam ikan hias.
Malachyte green diketahui mempunya efek sinergis apabila
diberikan bersama-sama dengan formalin. Terdapat indikasi
bahwa kepopuleran penggunaan bahan ini agak menurun,
karena diketahui bisa menimbulkan akibat buruk bagi
kesehatan manusia apabila terhirup. Malachyte Green juga
dapat menimbulkan akibat buruk pada filter biologi dan
pada tanaman air (Irawan, 2000). Kekurangan malachite
green jika digunakan dalam jumlah yang berlebihan
malachite green dapat menyebababkan kematian masal pada
ikan yang dipeliharam karena kandungannya yang cukup
keras, selain itu diketahui beberapa ikan tidak akan
tolerir atau tidak akan mampu bertahan lama jika
diberikan pengobatan dengan bahan kimia jenis ini.
Kelebihannya pada sebagian ikan, yang mampu mentolerir
malachite green ini dan dalam pemberian dosis yang cukup
malachite green ampuh untuk menyembuhkan penyakit yang
menyerang pada ikan (Irawan, 2000).
Penanggulangan penyakit ikan dapat dibagi menjadi
tindakan pencegahan (prevention) dan tindakan pengobatan
(therapy). Pada dasarnya pencegahan terhadap penyakit
ditujukan kepada hal-hal yang dapat menyebabkan tekanan
(stress) pada ikan. Tindakan tersebut dapat berupa
penerapan manajemen budidaya yang sempurna, penanganan
ikan yang tidak kasar, penerapan manajemen pakan serta
manajemen qualitas air yang baik. Pemilihan jenis ikan
yang tahan terhadap penyakit merupakan salah satu
pencegahan yang cukup efektif. Tindakan pencegahan lain
yang sekarang banyak diterapkan adalah dengan cara
menstimulasi kekebalan tubuh. Kekebalan tersebut bisa
spesifik maupun yang non specifik (cellular). Kekebalan
specifik dapat di stimulasi dengan memberikan vaksin,
sedangkan kekebalan non spesifik dapat dipacu dengan
memberikan imunostimulan. Penelitian tentang vaksin di
Indonesia telah dimulai tahun 1983 dan telah menunjukan
hasil yang menyakinkan (Supriyadi dan Taupik, 1983).
Cara pengendalian ikan sakit menurut Darsono (2011),
yaitu :
1. Pengaliran air
Mutu air dan sedimen seharusnya dijaga pada level
yang mencukupi untuk kesehatan lingkungan budidaya dengan
melakukan angka penebaran benih dan pakan yang sesuai.
Air pasok dan keluar di wadah budidaya seharusnya
difiltrasi/ saring untuk mencegah masuknya species yang
tidak diinginkan termasuk parasit dalam air tawar.
2. Pencucian kolam
Prosedur persiapan wadah dapat menimbulkan bahaya
keamanan pangan. Prosedur persiapan wadah seharusnya
bertujuan untuk meminimalkan bahaya keamanan pangan
seperti bakteri patogen, inang perantara parasit
zoonotik. Prosedur persiapan yang efektif juga menurunkan
resiko masalah kesehatan hewan air yang akan menurunkan
kebutuhan atau penggunaan obat ikan dan penggunaan bahan
kimia. Wadah budidaya dipersiapkan dengan baik sebelum
penebaran benih. Dasar kolam seharusnya dipersiapkan
dengan baik dengan pembersihan, membuang endapan serta
pengeringan dasar. Buangan dasar kolam harus dibuang dgn
cara yang saniter, hindari kontaminasi pada air pasok
atau lingkungan sekitar.
3. Perendaman
Perendaman ada tiga jenis yaitu short bathing, hand
dipping dan long bathing.
4. Melalui pakan / per Oral
Pakan dapat menyebabkan masalah keamanan pangan
dengan menarik datangnya hama pengerat, penanganan pakan
tidak tepat atau menjadi media penular pada udang/ikan.
Usaha budidaya, selain menggunakan pakan komersial yang
dijual, pembudidaya terkadang membuat sendiri pakannya.
Bahan baku pakan seharusnya tidak menggunakan pestisida,
bahan kimia, termasuk logam berat dan kontaminan lain
yang dilarang dan membahayakan. Pakan Ikan yang digunakan
memiliki nomor pendaftaran/ sertifikat yang dikeluarkan
Direktur Jenderal atau surat jaminan dari institusi yang
berkompeten. Menggunakan pakan komersial yang terdaftar.
Apabila membuat pakan sendiri menggunakan formula yang
standar dan bahan baku yang tidak mengandung bahan
terlarang dan membahayakan (pestisida,bahan kimia,logam
berat dan kontaminan lain).
5. Penyuntikan
Seperti yang sudah. kita bayangkan, suntikan
biasanya dipakai untuk mengobati bagian dalam tubuh ikan.
Penyakit karena bakteri menuntut kita untuk melakukan
pengobatan dengan cara ini. Penyuntikan bisa dilakukan
dengan dua cara yang berbeda yaitu penyuntikan lewat otot
(daging) dikenal sebagai intramuscular dan penyuntikan
lewat perut atau intraperitoneal.
6. Pengolesan
Cara olesan umumnya dipakai untuk mengobati penyakit
yang menyerang tubuh bagian luar ikan. Cara ini bisa
dilakukan dengan menggunakan kapas bersih dan obat yang
bisa digunakan seperti obat merah, atau Yodium tinctuur.
Luka yang disebabkan karena kita mencabut Lernaea (cacing
jangkar) atau kutu ikan bisa diobati dengan cara ini.
Menurut Rosidah (2012) menyatakan bahwa upaya
penanggulangan terhadap serangan penyakit dapat dilakukan
melalui tindakan pencegahan maupun pengobatan. Upaya
pencegahan dapat dilakukan diantaranya dengan cara
mengontrol kulaitas air agar sesuai, pemberian pakan yang
sesuai baik kualitas maupun kuantitasnya, sedangkan
pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan bahan kimia
atau antibiotik. Beberapa bahan kimia yang digunakan
bersifat presistensi, artinya bahan kimia tersebut tidak
mudah terurai secara alami, sehingga dikategorikan tidak
ramah lingkungan. Penggunaan antibiotik cukup efektif
untuk pengobatan penyakit ini, namun akan meningkatkan
frekuensi isolat bakteri yang resisten terhadap
antibiotik.
Apabila ikan terlanjur terserang penyakit segera
dilakukan pengobatan sesuai penyebab penyakit. Antibiotik
diberikan untuk penyakit yang disebabkan oleh bakteri,
anti parasit diberikan untuk penyakit-penyakit yang
disebabkan oleh parasit. untuk penyakit-penyakit virus,
treatment yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan
system ketahanan tubuh ikan melalui pemberian vitamin
terutama vitamin C. Pemberian imunostimulan dan vitamin C
untuk menjaga stamina dan meningkatkan ketahanan tubuh
ikan secara rutin selama pemeliharaan. Agar ikan dapat
dengan mudah dan mau untuk memakan vitamin C ini cara
termudah yaitu dengan mencampurkannya dengan pakan yang
akan diberikan pada ikan, dapat dengan cara menghaluskan
bahan selanjutnya campurkan dengan pakan yang akan
diberikan, atau dapat langsung dicampurkan dengan air
namun dalam dosis yang tinggi (Irawan, 2000).
V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapatkan dari hasil praktikum
Teknik Pengelolaan
Kesehatan Organisme Akuatik acara 1 diantaranya:
1.
2.