Post on 11-Apr-2023
transcript
PEMEROLEHAN BAHASA ANAK UMUR TIGA TAHUN DUA BULAN
Tugas : Individu
Mata Kuliah : Psycholinguistics
Dosen : Syahfitri Purnama, S.H.,
M.H., M.Pd.
Nama : Rustiningsih, S.Pd
NPM : 20137479149
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
PROGRAM PASCA SARJANA
PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
2015KATA PENGANTAR
Assalamua’laikum wr.wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas
limpahan karunia-Nya makalah Pemerolehan Bahasa Anak Umur Tiga
Tahun Dua Bulan dapat diselesaikan pada waktunya.
Makalah pemerolehan bahasa ini berisi tentang penelitian
yang dilakukan oleh penulis mengenai perolehan bahasa anak
umur tiga tahun dua bulan. Data yang dikumpulkan adalah
ujaran kata seorang anak yang direkam melalui media telepon
seluler dalam bentuk wawancara selama kurang lebih dua bulan,
bulan November sampai Desember 2014.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Untuk itu kritik dan
saran dari berbagai pihak sangat diharapkan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penulisan makalah ini. Semoga makalah
pemerolehan bahasa anak umur tiga tahun dua bulan ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca. Terima kasih.
Wassalamua’laikum wr.wb.
Bogor, 30
Januari 2015
Penulis,
Rustiningsih
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan salah satu alat untuk menyampaikan ide,
pemikiran serta informasi tertentu dari seseorang kepada orang
lain. Bahasa dapat berupa symbol yang menghasilkan bunyi
tertentu. Oleh karena itu, bahasa memegang peranan yang sangat
penting dalam kehidupan.
Pada awal kehidupan, seorang anak mempelajari bahasa
pertamanya secara alamiah dari berbagai sumber dan dengan
berbagai macam cara yang berbeda. Banyak faktor yang
mempengaruhi pemerolehan bahasa anak antara lain faktor
biologis, lingkungan sosial, intelegensi dan faktor motivasi.
Sehingga pengetahuan terhadap konsep pemerolehan bahasa anak,
perkembangan bahasa lisan dan tulis yang terjadi pada anak dan
perbedaan individu anak dalam pemerolehan bahasa sangat
penting dimiliki oleh orang tua maupun orang lain disekitar
anak bagi pelaksanaan pembelajaran bahasa seorang anak,
khususnya pada masa awal tumbuh kembang seorang anak.
Makalah ini menguraikan secara singkat dan sederhana
proses pemerolehan bahasa seorang anak umur tiga tahun dua
bulan yang dilakukan melalui proses wawancara dan memaparkan
beberapa contoh ujaran anak yang sulit diucapkan oleh anak
pada umur tiga tahun dua bulan.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk:
1. mengetahui pemerolehan bahasa anak di bawah umur lima
tahun.
2. Mendeskripsikan ujaran kata yang diperoleh anak umur tiga
tahun dua bulan.
3. Memahami perkembangan bahasa anak umur tiga tahun dua
bulan.
C. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di lingkungan Keluarga Roy Gusmawan
Siregar, yang beralamat di Perumahan Pura Blok N5 No. 7
Bojonggede Bogor, Jawa Barat.
D. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan selama kurang lebih dua bulan mulai
tanggal 1 November 2014 sampai 30 Desember 2014.
E. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah seorang anak
laki-laki bernama Aditya Fatih Raya Putra. Aditya lahir pada
tanggal 11 September 2011. Aditya adalah anak kedua dari dua
bersaudara. Kakaknya adalah seorang anak perempuan berumur
enam tahun. Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa
Indonesia.
F. Tekhnik Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian, penulis mengumpulkan data
dengan tekhnik observasi dan wawancara. Data yang dikumpulkan
berupa rekaman ujaran anak yang direkam melaui telepon
seluler.
G. Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk:
1. Peneliti, dapat menambah pengetahuan dalam ilmu
kebahasaan.
2. Pembaca, sebagai bahan bacaan,referensi dan pembanding
dalam mempelajari aspek kebahasaan lain.
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Aitchinson (2008), setiap anak melewati tahapan-
tahapan perkembangan yang sama dalam proses pemerolehan bahasa
namun umur anak pada saat melewati tahapan-tahapan
perkembangan tersebut pada setiap anak berbeda. Banyak faktor
yang membuat perbedaan tersebut terjadi, diantaranya adalah
faktor keluarga dan lingkungan sosial.
Dalam makalah ini, peneliti telah melakukan observasi
terhadap anak berumur tiga tahun dua bulan untuk mengetahui
tingkat pemerolehan bahasa anak.
1. Pengamatan pertama:
a. Hari/Tanggal : Sabtu, 1 November 2014
b. Lokasi : Rumah (menonton TV)
c. Waktu : 20.00 WIB
P = Penulis
A = Aditya
Percakapan 1 :
P = Namanya siapa?
A = Adiihh (Adit)
P = sudah makan belum?
A = da… dih…
P = ehm?
A = da...dih…
P = sudah makan belum?
A = da… dih… (sudah tadi)
P = makan apa?
A = pe…peh…
P = makan pe…peh?
A = ………….. (diam tidak merespon, sibuk dengan mainan
mobilannya)
P = Makan apa?
A = …………. (diam tidak merespon, masih sibuk dengan mainan
mobilannya)
P = Tempe?
A = ………. (diam tidak merespon, masih sibuk dengan mainan
mobilannya)
P = Tempenya dari mana?
A = ya…ya…ya…. (sibuk dengan mainan mobilanya)
Hasil Pengamatan :
Aditya sudah dapat merespon pertanyaan yang diajukan
walaupun ujaran yang dihasilkan masih sederhana. Pada
pengamatan pertama, Aditya belum dapat mengucapkan konsonan
–t. Hal ini terlihat pada saat Aditya mengucapkan namanya
sendiri, “Adit”, ujaran yang dihasilkan adalah kata “Adih”.
Konsonan –t diucapkan menjadi –h, pada kata tempe ujaran yang
dihasilkan tidak terdengar sempurna hanya suku kata terakhir
yang berhasil diucapkan walaupun diberikan pengulangan. Pada
kata tempe hanya diucapkan “pe…peh”.
Pada saat merespon Adit masih cenderung tidak mau menjawab
pada saat dia sibuk bermain dengan mainannya. Terlihat pada
saat dia ditanya beberapa pertanyaan Adit tidak mau
memberikan respon karena sibuk bermain dengan mainan
mobilannya.
Pada pengamatan pertama Adit sudah dapat menghasilkan ujaran
satu kata pada saat Adit merespon “Adih”, “pe…peh”, dan Adit
juga sudah dapat menghasilkan ujaran dua kata walaupun
ujaran yang dihasilkan hanya suku kata terakhir dari setiap
kata yang dimaksud, hal ini terlihat pada saat Adit merespon
“da…dih” dengan maksud “sudah tadi”.
Kesimpulan pada pengamatan ini adalah bahwa anak umur tiga
tahun dua bulan sudah mampu merespon pertanyaan yang
diajukan oleh orang lain secara sederhana, beberapa konsonan
belum berhasil diucapkan secara sempuran dan cenderung
hilang atau digantikan dan digabungkan dengan huruf yang
lain. Anak umur tiga tahun dua bulan sudah mampu memberikan
informasi kepada orang lain bahwa anak tersebut menyukai
ataupun tidak menyukai sesuatu.
2. Pengamatan Kedua:
a. Hari/Tanggal : Minggu, 2 November 2014
b. Lokasi : Rumah (menonton TV)
c. Waktu : 19.20 WIB
P = Penulis
A = Aditya
Percakapan 2 :
P = Apa itu?
A = em…mimm….mimm…..
P = mim apa?
A = mimm…mim…
P = mobil?
A = mim…
P = apa itu? Di atas kuping itu?
A = amuk…amuk…
P = nyamuk? Itu bukan nyamuk.
A = amuk…
P = digigit ndak?
A = da… (tidak)
P = itu bukan nyamuk dek, tapi kupu-kupu.
A = pu..pu..
P = iya. Kupu-kupu.
A = pu…pu…
Hasil Pengamatan:
Pada pengamatan kedua, Aditya sudah dapat merespon
pertanyaan yang diajukan dengan baik. Pada pengamatan ini,
konsonan yang tidak bisa dihasilkan adalah –b, –k serta –ny.
Hal ini terlihat pada saat dia menghasilkan kata mobil
menjadi “mim…mim”, tidak menjadi “da” hal ini karena contoh
yang diberikan oleh Ibu Adit (penulis) untuk kata tidak
diucapkan ndak sehingga Adit mengucapkan tidak menjadi “da”,
dan kata nyamuk menjadi “amuk”. Pada saat mengucapkan kata
“kupu-kupu” konsonan –k tidak berhasil diucapkan dan hanya
suku kata terakhir yang berhasil diucapkan menjadi “pu…pu..”.
Dapat disimpulkan bahwa pada pengamatan kedua ini konsonan –
b, –k, –ny tidak berhasil diucapkan, anak umur tiga tahun dua
bulan banyak menghasilkan suku kata terkahir dari setiap
kata yang dimaksud. Kebiasaan yang diterima oleh anak umur
tiga tahun dua bulan saat mengucapkan kata tertentu
berpengaruh terhadap hasil ujaran yang dihasilkan oleh anak
tersebut pada saat proses komunikasi berlangsung.
3. Pengamatan Ketiga:
a. Hari/Tanggal : Rabu, 5 November 2014
b. Lokasi : Rumah (menonton TV)
c. Waktu : 20.00 WIB
P = Penulis
A = Aditya
Percakapan 3 :
P = Nama kamu siapa?
A = Adiih…
P = Papah namanya siapa?
A = papah boi. (papah bang boi)
P = kakak namanya siapa?
A = tata teh… (kakak butet)
P = kakak manda.
A = ma na. (manda)
P = manda.
A = ma na. (manda)
P = mamahnya?
A = mamah ti. (rusti)
Hasil Pengamatan :
Pada pengamatan ketiga, terlihat Aditya sudah mampu mengenal
anggota keluarga dan dapat menyebutkan nama semua anggota
keluarganya berdasarkan informasi yang Aditya peroleh
sehari-hari dari kedua orang tua dan lingkungannya. Pada
pengamatan ini, terlihat Adit sudah bisa mengucapkan
konsonan –t dan –b, terlihat pada saat Aditya menghasilkan
ujaran “tata” pada kata kakak, “papah boi” pada kata papah boi.
Papah boi adalah nama panggilan dari ayah Aditya yang biasa
dipanggil bang oi di lingkungan sekitarnya termasuk ibunya
Aditya sehingga Aditya menirukan apa yang diperolehnya dari
lingkungan sekitarnya. Tetapi pada saat konsonan –b bertemu
dengan vokal –u Aditya belum bisa menghasilkan ujaran yang
sempurna seperti kata boi, hal ini terlihat pada saat Aditya
menghasilkan kata Butet untuk panggilan kakaknya menjadi teh.
Untuk konsonan –k Aditya belum dapat menghasilkan ujaran
kata yang sempurna sehingga –k diucapkan menjadi –t, terlihat
pada kata Kakak menjadi tata. Untuk konsonan –d juga belum
dapat dihasilkan apabila bertemu dengan konsonan –n , hal
ini terlihat pada saat Aditya menyebutkan nama kakaknya
manda menjadi “man na”.
Kesimpulan dari pengamatan ini adalah bahwa anak umur tiga
tahun dua bulan sudah mampu mengenal anggota keluarganya
berdasarkan informasi yang sering anak tersebut peroleh dari
berbagai sumber, anak tiga tahun dua bulan masih belum
berhasil mengucapkan kosonan tertentu dan cenderung
menghilangkan atau mengganti dan menggabungkan dengan huruf
yang lainnya. Anak umur tiga tahun dua bulan sudah mampu
menyerap berbagai informasi yang anak tersebur dapatkan dari
lingkungan sekitarnya dan dari berbagai macam sumber.
4. Pengamatan Keempat:
a. Hari/Tanggal : Rabu, 12 November 2014
b. Lokasi : Rumah
c. Waktu : 16.00 WIB
P = Penulis
A = Aditya
Percakapan 4 :
P = sudah makan belum?
A = eyoh. (belum)
P = sudah makan belum?
A = eyoh. (belum)
P = Belum?
A = iyah.
P = Lapar enggak
A = iyah.
P = sudah minum susu?
A = dah. (sudah)
P = Kakaknya kemana?
A = enoh.
P = enoh mana?
A = ajeh. (ngaji)
P = oh, ngaji?
A = iyah. Ji…
P = papahnya kemana?
A = ajeh.
P = ngaji?
A = ajeh.
P = ajeh apa?
A = ajeh papah.
P = oh.ngantar bapak? (bapak tetangga)
A = iyah.
P = naik motor?
A = iyah. Tor.
P = kemana papahnya?
A = enoh.
P = enoh kemana? Ke warung?
A = iyah.
P = beli apa?
A = te. (sate)
P = beli apa? Beli sate?
A = iyah.
P = Adik suka sate?
A = iyah.
P = enak satenya?
A = iyah. nak. (enak)
P = suka somay ndak?
A = iyah.
P = somay enak ndak?
A = iyah. may nak. (somay enak)
Hasil Pengamatan :
Pada pengamatan keempat ini, didapat informasi bahwa Aditya
sudah mampu menjelaskan kegiatan yang sedang dilakukan oleh
orang lain yang berarti sudah mampu memperhatikan keadaan
lingkungannya. Hal ini terlihat pada saat ditanya tentang
kegiatan yang dilakukan oleh ayah dan kakaknya, Aditya sudah
mampu merespon dengan jawaban yang sederhana, namun masih
terbatas pada ujaran satu kata dan dua kata “ajeh” yang
maksudnya adalah “mengaji” dan “mengantar bapak” ( tetangga
sebelah rumah). Aditya juga sudah mampu mengutarakan
perasaan yang terlihat saat dia ditanya sudah makan atau
belum Aditya merespon “eyoh” (belum), dan “dah” (sudah) pada saat
ditanya sudah minum susu. Aditya juga sudah mampu
mengutarakan rasa sukanya terhadap sesuatu yang terlihat
pada saat dia merespon pertanyaan saat ditanya suka sate dan
somay dengan menghasilkan ujaran “iyah. nak” (iya, enak) dan “iyah.
may nak” (iya, somay enak).
Kesimpulan dari pengamatan ini adalah anak umur tiga tahun
dua bulan sudah mampu memberikan informasi mengenai kegiatan
yang sedang dilakukan oleh dirinya maupun orang lain dengan
baik walaupun ujaran yang dihasilkan baru ujaran satu kata
dan masih suku kata terakhir yang berhasil diucapkan. Tetapi
pada pengamatan ini juga anak umur tiga tahun dua bulan
sudah mampu menghasilkan ujaran tiga kata “iyah. may nak” dan
juga sudah mampu memberikan informasi mengenai perasaan dan
rasa sukanya terhadap sesuatu walaupun masih ujaran
sederhana yang berhasil diucapkan.
5. Pengamatan Kelima:
a. Hari/Tanggal : Minggu, 16 November 2014
b. Lokasi : Rumah (halaman)
c. Waktu : 16.00 WIB
P = Penulis
A = Aditya
Percakapan 5 :
P = Adik beli apa?
A = cucu
P = beli susu?
A = iyah.
P = beli dimana?
A = onoh. (sambil menunjuk ke arah warung)
P = di warung?
A = iyah.
P = belinya sama siapa?
A = tama tata.
P = sama kakak?
A = iyah. Tata.
P = dede beli berapa susunya?
A = uwa.
P = beli dua?
A = iyah. Uwa.
P = susu apa?
A = cu cet. (susu sachet)
P = susu sachet?
A = iyah.
P = enak enggak susunya?
A = naak.
P = tadi sudah mandi belum?
A = dah. (sudah)
P = mandi sama siapa?
A = tama tata.
P = sama kakak?
A = iyah.
P = kakak mandi?
A = iyah. ni.
P = oh. Mandi.
A = ma papah ni.
P = ?
A = papah ni..
P = papah juga mandi?
A = iyah. ni.
Hasil Pengamatan :
Pada pengamatan kelima, Aditya sudah mampu memberikan
informasi mengenai kegiatan yang sudah dilakukannya yang
terlihat pada saat Aditya merespon pertanyaan membeli apa
dengan menjawab “cucu”. Konsonan –s masih sulit diucapkan
sehingga dihasilkan konsonan –c “cucu” yang maksudnya adalah
susu, atau menjadi konsonan –t seperti pada kata “sama”
menjadi “tama”.konsonan –d juga masih belum bisa diucapkan
yang terlihat pada saat menyebut “dua” menjadi “uwa”. Pada
ujaran dua kata yang dihasilkan masih suku kata terakhir
yang berhasil diucapkan pada setiap kata yang dimaksud. Hal
ini terlihat pada saat mengatakan “susu sachet” menjadi “cu cet”.
Aditya juga sudah dapat memberikan informasi mengenai
kegiatan yang dilakukan oleh orang lain “papah ni” yang
maksudnya adalah “papah mandi”
Kesimpulan dari pengamatan ini adalah anak umur tiga tahun
dua bulan belum berhasil menghasilkan konsonan –s yang
terdapat pada suatu kata tetapi menggantinya dengan konsonan
–c dan –t . Konsonan –d juga masih sulit dihasilkan dan
tampak hilang pada saat diucapkan. Anak umur tiga tahun dua
bulan sudah mampu memberikan informasi tanpa ditanya
mengenai kegiatan yang dilakukan oleh orang lain, dalam hal
ini keinginan untuk mengutarakan isi hati sudah mulai
tampak.
6. Pengamatan Keenam:
a. Hari/Tanggal : Minggu, 16 November 2014
b. Lokasi : Rumah (menonton film)
c. Waktu : 19.30
P = Penulis
A = Aditya
Percakapan 6 :
P = Lagi nonton apa?
A = bi….bi…bi….
P = tadi robotnya sudah habis?
A = dah.
P = itu siapa itu?
A = bi…bi…bi…
P = oh, chibi-chibi?
A = iyah. bi…bi…bi…
P = lagunya bisa enggak? Dari hatimuuu (menirukan lagu
cherybelle).
A = muuuu (ikut menirukan)
Hasil pengamatan :
Pada kegiatan ini, Aditya sudah mampu menirukan sesuatu dan
mampu bernyanyi mengikuti orang lain, hal ini terlihat pada
saat penulis bernyanyi mengenai film yang Aditya tonton
Aditya merespon dengan mengikuti nyanyian yang ia dengar
walaupun masih sederhana dan hanya suku kata terakhir yang
berhasil diucapkan “muuuuu” (ikut menirukan). Konsonan –c
belum berhasil diucapkan hal ini terlihat pada saat Aditya
mengucapkan nama sebuah grup vokal “cheribelle” yang biasanya
disingkat menjadi “chibi-chibi”, Aditya hanya berhasil
mengucapkan suku kata terakhir dari setiap kata yang ada
menjadi “bi..bi..bi”.
Kesimpulan dari pengamatan ini adalah anak umur tiga tahun
dua bulan sudah mampu menirukan apa yang dilakukan oleh
orang lain dan masih sering mengucapkan suku kata terakhir
pada setiap kata yang dimaksud.
7. Pengamatan Ketujuh:
a. Hari/Tanggal : Kamis, 20 November 2014
b. Lokasi : Rumah
c. Waktu : 19.30
P = Penulis
A = Aditya
Percakapan 7 :
P = Makan pakai apa?
A = yo…yoy..
P = ehm?
A = yoyoy..
P = yoyoy? Makan telor?
A = iyah. yoyoy.
P = pakai apa?
A = me…meh…
P = ehm?
A = me..meh.
P = emam bebek?
A = iyah.
P = bebeknya diapain?
A = iyeng.
P = bebeknya digoreng?
A = iyah.
Hasil Pengamatan :
Pada pengamatan ini, penulis menemukan bahwa konsonan –t dan –r
belum berhasil diucapkan pada kata “telur” hanya suku kata
terakhir yang berhasil diucapkan dan untuk konsonan –r diganti
menjadi –y menjadi “yoyoy” dan kata “goreng” menjadi “iyeng”.
Konsonan –b juga belum berhasil diucapkan dengan benar tetapi
diganti dengan –m terlihat pada kata “me..meh” yang maksudnya
adalah “bebek”.
Kesimpulan pada pengamatan ini adalah anak umur tiga tahun dua
bulan masih belum berhasil mengucapkan secara utuh kata yang
terdiri dari dua suku kata atau lebih sehingga ujaran yang
dihasilkan hanya suku kata terakhirnya saja dan juga masih
kesulitan menghasilkan konsonan –t, –r dan –b.
8. Pengamatan Kedelapan:
a. Hari/Tanggal : Kamis, 20 November 2014
b. Lokasi : Rumah (menonton film)
c. Waktu : 20.00 WIB
P = Penulis
A = Aditya
Percakapan 8 :
P = yang loncat-loncat apa itu?
A = du dah…
P = ehm?
A = du dah…
P = kuda?
A = du dah…
P = bukan. Yang loncat-loncat rabbit.
A = e..bit…
P = yang terbang apa?
A = urung.
P = burung?
A = iyah. urung.
P = itu apa namanya? Srigala.
A = ga…la….
P = sri – ga – la
A = i – ga –ya
Hasil Pengamatan:
Pada pengamatan ini, penulis menemukan bahwa Aditya masih
belum berhasil mengucapkan konsonan –k yang terlihat pada
ujaran “dudah” yang maksudnya adalah “kuda”, konsonan –r
pada kata “rabbit” menjadi hilang dan tidak diucapkan
sehingga kata rabbit hanya diucapkan “ebit”, konsonan –b juga
belum berhasil diucapkan dan terlihat hilang pada saat
mengucapkan burung sehingga menjadi “urung”. Pada saat
diminta menirukan untuk mengucapkan sebuah kata, konsonan –
s juga hilang tidak diucapkan hanya vokal yang terdengar
kemudian sudah jelas mengucapkan konsonan –g namun konsonan
–l berubah menjadi –y pada kata “serigala” sehingga diucapkan
menjadi “i – ga – ya”.
Kesimpulan pada pengamatan ini adalah anak umur tiga tahun
dua bulan pada saat mengucapkan beberapa konsonan masih
belum berhasil diucapkan dan digantikan dengan konsonan
yang lain, belum berhasil mengucapkan satu kata yang
terdiri dari dua suku kata atau lebih secara utuh dan
sempurna, namun masih suku kata terakhir dan bunyi vokal
terakhir dari setiap suku kata yang berhasil diucapkan.
9. Pengamatan Kesembilan:
a. Hari/Tanggal : Minggu, 30 November 2014
b. Lokasi : Rumah (pekarangan)
c. Waktu : 10.00 WIB
P = Penulis
A = Aditya
Percakapan 9 :
P = Adik dari mana?
A = bu. (Ibu. Tetangga rumah)
P = Dari rumah ibu?
A = Iyah.
P = Ibu siapa?
A = Iyo. (tyo nama anak Ibu tetangga rumah)
P = Ibunya mas tyo?
A = Iyah. iyo. (tyo)
A = Tata wawas. (ke arah kakaknya dengan maksud ingin
berkata Awas).
P = Kenapa kakak?
A = Tata wawas. (Kakak awas)
P = owh. Kakak awas?
A = Iyah.
Hasil Pengamatan :
Pada pengamatan ini, ditemukan bahwa Aditya belum berhasil
mengucapkan vokal –i yang bertemu dengan konsonan –b pada
kata Ibu sehingga yang berhasil diucapkan adalah suku kata
terakhir yaitu “bu” , konsonan –t juga belum berhasil
diucapkan dan menjadi hilang sehingga hanya vokal yang
terdengar seperti pada kata “tyo” menjadi “iyo”. Vokal –a juga
belum berhasil diucapkan secara jelas dan menjadi tergabung
dengan konsonan –w seperti pada kata “awas” yang berhasil
diucapkan oleh Aditya adalah “wawas” dan konsonan –k juga
belum berhasil diucapkan sehingga diganti menjadi –t yang
terlihat pada kata “kakak” yang diucapkan menjadi “tata”.
Aditya sudah mampu membentuk kalimat perintah seperti
terlihat pada kata “kakak awas” menjadi “tata wawas”.
Kesimpulan pada pengamatan ini adalah anak umur tiga tahun
dua bulan belum berhasil mengucapkan vokal yang harus
diucapkan mandiri tetapi menggabungkan vokal tersebut
dengan konsonan. Anak umur tiga tahun dua bulan pada
pengamatan ini sudah mampu memberikan informasi mengenai
kegiatan yang sudah ia lakukan dan mampu membuat kalimat
perintah sederhana.
10. Pengamatan Kesepuluh :
a. Hari/Tanggal : Rabu, 3 Desember 2014
b. Lokasi : Rumah (menonton film)
c. Waktu : 17.00 WIB
P = Penulis
A = Aditya
Percakapan 10 :
P = Lagi nonton apa?
A = mah…bobot…bobot…. (mah robot-robot)
P = lagi nonton robot?
A = iyah. bobot. (robot)
P = enggak nonton upin ipin?
A = pi pin? (upin ipin)
P = iya. Upin ipin? Ade enggak nonton upin ipin?
A = da. Bobot…bobot..
P = owh. Nonton robot aja?
A = iyah.
P = enggak nonton bo bo boy?
A = boboy? (bo bo boy)
P = iya. Enggak nonton bo bo boy?
A = da. Bobot. (tidak. Robot).
Hasil Pengamatan :
Pada pengamatan ini, ditemukan bahwa konsonan –r masih
belum berhasil diucapkan secara jelas dan cenderung hilang
yang terlihat pada kata “robot” menjadi “bobot”. Penulis juga
masih menemukan bahwa Aditya masih sering menghasilkan suku
kata terakhir pada setiap kata yang diucapkan. Hal tersebut
terlihat pada kata upin ipin yang diucapkan menjadi “pi pin”,
tidak diucapkan menjadi “da”. Sehingga terlihat bahwa vokal –u
dan –i yang seharusnya diucapkan mandiri belum berhasil
diucapkan dan cenderung hilang yang terlihat pada kata upin
ipin menjadi “pi pin”. Pada pengamatan ini juga ditemukan bahwa
Aditya sudah dapat memberikan informasi mengenai rasa
sukanya terhadap sesuatu dan memperlihatkan bahwa Aditya
sudah mampu memilih sesuatu yang ia inginkan. Hal ini
terlihat pada saat penulis menawarkan untuk menonton
beberapa film lainnya, Aditya tetap tidak mau menonton
walaupun film yang ditawarkan adalah film favoritnya juga,
tetapi dalam hal ini dia tetap pada keinginannya untuk
menonton film robot.
Kesimpulan dalam pengamatan ini adalah bahwa beberapa vokal
yang seharusnya diucapkan mandiri masih belum berhasil
diucapkan dan cenderung hilang dan beberapa konsonan juga
masih sulit dihasilkan sehingga cenderung hilang atau
digantikan dengan konsonan yang lain. Anak umur tiga tahun
dua bulan sudah mampu memilih apa yang dia inginkan dan
tetap pada pilihan yang sangat dia sukai walaupun diberikan
pilihan lainnya.
11. Pengamatan Kesebelas:
a. Hari/Tanggal : Minggu, 14 Desember 2014
b. Lokasi : Rumah (bermain play station)
c. Waktu : 10.00 WIB
P = Penulis
A = Aditya
Percakapan 11:
P = Ade lagi main apa?
A = e.. eh.. (PS =Play Station)
P = main pe es?
A = iyah. e..eh.. (PS)
P = enggak main layangan?
A = ah? Yang ayang?
P = iya. Layang – layang?
A = da.
Hasil pengamatan :
Pada pengamatan ini penulis menemukan bahwa konsonan –p
masih sulit diucapkan dan cenderung hilang hanya terdengar
vokalnya saja, seperti pada saat mengucapkan kata PS, kata
yang berhasil diucapkan adalah “e..eh” disini konsonan –p
diucapkan menjadi vokal –e , konsonan –s belum jelas
dihasilkan dan cenderung diganti dengan konsonan lainnya
seperti pada kata PS menjadi “e…eh” dalam hal ini konsonan –
s diganti menjadi –eh. Ditemukan juga bahwa konsonan –l
menjadi hilang pada saat mengucapkan kata layangan menjadi
“yang ayang”. Terlihat pula bahwa Aditya sudah mampu memilih
yang dia ingin lakukan seperti pada saat penulis memberikan
pilihan untuk melakukan kegiatan bermain lainnya Aditya
tetap pada hal yang dia ingin lakukan.
Kesimpulan dari pengamatan ini adalah bahwa anak umur tiga
tahun dua bulan sudah mampu memilih apa yang dia ingin
lakukan walaupun diberikan pilihan kegiatan lainnya. Anak
umur tiga tahun dua bulan masih belum berhasil mengucapkan
vokal yang harus diucapkan mandiri namun cenderung hilang
atau digabungkan dengan konsonan yang lain. Beberapa
konsonan masih belum berhasil diucapkan secara sempurna dan
kadang cenderung hilang atau digantikan dengan kata yang
lainnya.
12. Pengamatan Kedua belas:
a. Hari/Tanggal : Rabu, 17 Desember 2014
b. Lokasi : Rumah (beranda rumah)
c. Waktu : 16.00 WIB
P = Penulis
A = Aditya
Percakapan 12 :
P = Lagi makan apa ade?
A = uweh. (kue)
P = kue?
A = iyah.
P = dari siapa kuenya?
A = bu. (Ibu tetangga sebelah rumah)
P = enak enggak?
A = nak. (enak)
P = sudah bilang terima kasih belum?
A = atih? Dah.
P = sudah? Bilangnya gimana?
A = atih. (terima kasih)
P = terima kasih Ibu.
A = atih bu.
P = sama – sama.
A = mama
Hasil Pengamatan:
Pada pengamatan ini ditemukan bahwa konsonan –k masih belum
berhasil diucapkan secara sempurna dan menjadi hilang
seperti pada kata kue menjadi “uweh” pada ujaran ini konsonan
–k hilang hanya terdengar vokal –u yang merupakan huruf
berikutnya setelah konsonan –k. Untuk vokal –e yang harus
diucapkan mandiri masih digabungkan dengan konsonan –h
sehingga –e pada kue diucapka –eh pada ujaran “uweh”. Vokal –a
yang harus diucapkan mandiri masih digabungkan dengan
konsonan –h menjadi –ah pada kata iya diucapkan menjadi ”iyah”.
Tetapi vokal –i menjadi hilang pada kata Ibu sehingga
diucapkan menjadi “bu”. Aditya sudah mampu memberikan
informasi mengenai rasa sukanya terhadap sesuatu yang
terlihat pada saat ditanya tentang rasa kue yang ia makan
dan ia merespon dengan kata enak walaupun diucapkan suku
kata terakhir menjadi “nak” dalam hal ini pula vokal –e yang
harus diucapkan mandiri menjadi hilang. Aditya sudah mampu
mengucapkan terima kasih secara sederhana walaupun belum
jelas dan sempurna dan hanya dua suku kata terakhir dari
setiap kata yang terlihat pada saat mengucapkan “atih” yang
maksudnya adalah terima kasih. Aditya sudah dapat menirukan
kata-kata secara sederhana yang penulis ajarkan walaupun
masih ujaran satu kata dan dua kata.
Kesimpulan dari pengamatan ini adalah anak umur tiga tahun
dua bulan sudah mampu memberikan informasi mengenai
perasaannya terhadap orang lain tentang suatu hal, masih
belum berhasil mengucapkan vokal yang harus diucapkan secara
mandiri dan mampu menirukan kata-kata yang diajarkan sampai
dua kata.
13. Pengamatan Ketiga belas:
a. Hari/Tanggal : Sabtu, 20 Desember 2014
b. Lokasi : Rumah (kamar tidur)
c. Waktu : 20.30 WIB
P = Penulis
A = Aditya
Percakapan 13 :
P = Ade tolong ambilkan kipas!
A = aah? Pah? (kipas)
P = iya. Kipas.
A = mah pah. (mah, kipas. Sambil menyerahkan kipasnya)
P = terima kasih.
A = ma…ma…
Hasil Pengamatan :
Pada pengamatan ini, Aditya sudah mampu merespon bila
dimintai tolong mengambil sesuatu. Terlihat pada saat
penulis meminta tolong untuk mengambilkan kipas, Adit
sesegera mungkin mengambilkan kipas yang diminta dan
menyerahkan kipas tersebut kepada penulis. Terlihat pula
bahwa konsonan –k belum berhasil diucapkan secara sempurna
dan cenderung hilang sehingga pada kata Kipas hanya
diucapkan suku kata terkahirnya saja menjadi “pah” dan
konsonan –s menjadi hilang digantikan dengan konsonan –h.
Aditya sudah mampu merespon ucapan terima kasih yang
diucapkan oleh penulis kepadanya walaupun masih sederhana
dan belum sempurna, hal ini terlihat saat Aditya
mengucapkan “mama” yang maksudnya adalah “sama-sama”
setelah penulis mengucapkan terima kasih. Disini juga masih
ditemukan bahwa konsonan –s masih belum berhasil diucapkan
secara sempurna dan cenderung hilang.
Kesimpulan pada pengamatan ini adalah anak umur tiga tahun
dua bulan sudah mampu merespon kalimat perintah sederhana
dengan melakukan apa yang diperintahkan kepada anak
tersebut. Anak umur tiga tahun dua bulan sudah mampu
merespon ucapan terima kasih walaupun masih belum sempurna.
Anak umur tiga tahun dua bulan masih belum berhasil
mengucapkan vokal yang harus diucapkan mandiri dan masih
belum berhasil mengucapkan konsonan terterntu secara
sempurna.
14. Pengamatan Keempat belas:
a. Hari/Tanggal : Selasa, 30 Desember 2014
b. Lokasi : Rumah (tempat tidur)
c. Waktu : 20.30 WIB
P = Penulis
A = Aditya
Percakapan 14 :
A = mah pah! Mah pah! (mah, kipas. Sambil meminta untuk
dikipaskan)
P = ade mau apa? Kipas?
A = iyah.
P = ade mau bobo?
A = iyah. bobo. Pah…pah… (sambil menunjuk ke arah kipas)
Hasil Pengamatan :
Pada pengamatan ini, Aditya sudah mampu mengucapkan kalimat
perintah sederhana, hal ini terlihat pada saat Aditya
meminta untuk dikipaskan oleh penulis dengan mengucapkan
“mah pah” berkali-kali sampai penulis mengambil kipas dan
mengipaskan kearahnya. Pada ujaran tersebut juga terlihat
bahwa konsonan –k masih belum berhasil diucapkan dan
cenderung hilang pada saat mengucapkan kata kipas sehingga
menjadi “pah”.
Ditemukan pula bahwa konsonan –b yang bertemu dengan vokal
–o sudah berhasil diucapkan secara jelas pada kata bobo.
Tetapi vokal –a yang harus diucapkan mandiri masih belum
berhasil diucapkan dan masih digabungkan dengan konsonan –h
yang terlihat pada kata iya yang diucapkan menjadi “iyah”.
Kesimpulan pada pengamatan ini bahwa anak umur tiga tahun
dua bulan sudah mampu membuat kalimat perintah sederhana
dan mengucapkannya secara berulang sampai orang
disekitarnya melakukan apa yang anak tersebut minta. Anak
umur tiga tahun sudah mampu mengucapkan beberapa huruf
konsonan secara jelas namun masih juga belum berhasil
mengucapkan dan cenderung menghilangkan huruf konsonan dan
vokal tertentu ataupun menambahkan dengan huruf yang lain.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sampai akhir pengamatan yang dilakukan, penulis menyimpulkan
bahwa anak umur tiga tahun dua bulan:
1. sudah mampu menyampaikan pilihaannya kepada orang lain dan
sangat berharap bahwa orang lain mengetahui akan pilihannya
tersebut.
2. sudah dapat menyusun kalimat perintah sederhana.
3. sudah dapat merespon pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
dengan baik.
4. sudah dapat menyampaikan perasaan sukanya terhadap sesuatu.
5. sudah dapat melakukan kegiatan komunikasi dengan baik
walaupun terbatas dalam pengucapannya.
6. masih belum berhasil mengucapkan vokal yang harus diucapkan
mandiri pada awal ataupun akhir suatu kata.
7. masih belum berhasil mengucapkan beberapa konsonan seperti
–k, –g, yang seringnya cenderung hilang tidak diucapkan
ataupun digantikan dengan fonem lain.
8. masih belum berhasil mengucapkan konsonan –s pada awal kata
yang sering digantikan oleh konsonan –t dan kadang hilang
tidak diucapkan.
9. Sangat dipengaruhi oleh lingkungan diluar dirinya, dimana
anak memperoleh banyak informasi dari berbagai sumber.
Saran
Berdasarkan analisa yang sudah dilakukan, penulis juga
menyarankan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
anak sangat berpengaruh sekali dan memberikan dampak dalam
kehidupan anak di masa depan sehingga diharapkan orang tua
yang merupakan lingkungan terdekat dari anak dapat memberikan
contoh-contoh dan ajaran yang baik kepada anak sehingga
informasi yang didapat anak tidak bertentangan dengan aturan
dan norma-norma yang ada dalam keluarga dan masyarakat.
Selain itu juga, pemerolehan bahasa merupakan hal yang penting
dalam hidup seorang anak, disarankan agar orang tua memberikan
kontribusi positif dalam tahap perkembangan anak dan mampu
mendampingi anak serta ikut berperan aktif dalam setiap proses
yang dialami sang anak.
DAFTAR PUSTAKA
Dardjowidjojo, Soenjono, Echa. 2000. Kisah Pemerolehan Bahasa
Anak. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Purnama, Syahfitri. “Kajian Pemerolehan Bahasa Anak Umur Dua
Tahun”. Dalam Buletin Widya Tahun 28 Nomor 310 Juli 2011.
Suparman, Ujang M.A., Ph.D. 2010. Psycholinguistics: The
Theory of Language Acquisition. Bandung: Penerbit CV.
Arfino Raya.