6
BAB 2
LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Kewirausahaan
2.1.1 Hakikat kerwirausahaan
Menurut Hisrich dan Peters (2000, p9) arti kewirausahaan adalah sebagai berikut:
“Entrepreneurship is the process of creating something new with value by devoting the
necessary time and effort, assuming the accompanying financial, psychic, and social risk, and
receiving the resulting rewards of monetary and personal satisfaction and independence.”
Yang berarti Kewirausahaan adalah mengenai proses menciptakan sesuatu yang berbeda,
yang memiliki nilai tambah melalui pengorbanan waktu, dan tenaga dengan berbagai resiko
sosial, dan mendapat penghargaan akan sesuatu keuntungan yang akan diperoleh beserta
dengan timbulnya kepuasan pribadi dan kebanggaan terhadap hasil yang diperoleh.
Menurut Nickels (2002, p166) didalam bukunya Understanding Business mengartikan
Entrepreneurship: accepting the risk of starting and running business yang berarti menerima
resiko dari memulai dan menjalankan bisnis.
Jadi pada dasarnya kewirausahaan adalah ilmu yang mempelajari mengenai proses
mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan
meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau
memperoleh keuntungan yang lebih besar dengan berbagai resiko yang mungkin
dihadapinya.
2.1.2 Wirausaha
Ada begitu banyak definisi mengenai Entrepreneur (wirausaha). Menurut buku The
First Step To Be An Entrepreneur karangan Paulus Winarto (2002, p2) entrepreneur adalah
orang yang pandai atau berbakat mengenai produk baru, menentukan cara produksi baru,
7
menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur
permodalan operasinya.
Menurut pendapat Raymond Kao dalam buku yang berjudul Defining
Entrepreneurship yang dikutip dalam buku The First Step To Be An Entrepreneur karangan
Paulus Winarto (2002, p2) menyatakan bahwa entrepreneur adalah orang yang menciptakan
kemakmuran dan proses peningkatan nilai tambah melalui inkubasi gagasan, memadukan
sumber daya, dan membuat gagasan menjadi kenyataan.
Pakar Manajemen Bisnis, Rhenald Kasali dalam buku The First Step To Be An
Entrepreneur karangan Paulus Winarto (2002, p3) memberikan definisi yang lebih tegas.
Entrepreneur adalah seseorang yang menyukai perubahan, melakukan berbagai temuan
yang membedakan dirinya dengan orang lain, menciptakan nilai tambah, memberikan
manfaat bagi dirinya dan orang lain, karyanya dibangun berkelanjutan ( bukan sesaat ) dan
dilembagakan agar kelak dapat bekerja dengan efektif di tangan orang lain.
Berdasarkan pendapat Zimmerer dan Norman M. Scarborough (2004, p3)
wirausahawan adalah orang yang menciptakan sebuah bisnis baru dengan mengambil resiko
dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara
mengidentifikasi peluang dan menggabungkann sumber daya yang diperlukan utnuk
mendirikannya.
Dari beberapa pengertian tenteng wirausaha diatas maka dapat disimpulkan bahwa
wirausaha adalah kemampuan seseorang untuk berpikir kreatif, inovatif, dan berani
mengambil serta menanggung resiko untuk mencapai suatu tujuan bisnis atau usaha yang
telah direncanakan.
2.1.3 Karakteristik Wirausaha
Menurut Paulus Winarto (2002, p3) ada lima karakteristik keunggulan yang dimiliki
entrepreneur (wirausaha), yaitu :
8
a) Berani mengambil resiko
Artinya, berani memulai sesuatu yang serba tidak pasti dan penuh resiko. Dalam hal ini
tentu tidak semua resiko diambil, melainkan hanya resiko yang telah diperhitungkan
secara cermat (calculated risk).
b) Menyukai tantangan
Segala sesuatu dilihat sebagai tantangan, bukan masalah. Perubahan yang terus terjadi
dan zaman yang serba edan menjadi motivasi kemajuan, bukan menciutkan nyali
seorang entrepreneur unggulan.
c) Punya daya tahan yang tinggi
Seorang entrepreneur harus punya banyak akal (bukan akal-akalan) dan tidak mudah
putus asa.
d) Punya visi jauh ke depan
Segala yang dilakukannya punya tujuan jangka panjang meski dimulai dengan langkah
yang amat kecil. Ia punya target untuk jangka waktu tertentu. Usahanya bukan letup–
letupan sesaat dan bukan pula karena latah (ikut–ikutan).
e) Selalu berusaha memberikan yang terbaik
Entrepreneur akan mengerahkan semua potensi yang dimilikinya. Jika hal itu dirasa
kurang, ia akan merekrut orang–orang yang lebih berkompeten agar dapat memberikan
yang terbaik kepada pelanggannya.
2.1.4 Faktor-faktor Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan Wirausaha
Keberhasilan dan kegagalan wirausaha sangat tergantung pada kemampuan pribadi
wirausaha. Berdasarkan pendapat Thomas W Zimmerer yang dikutip Suryana (2003, p44) :
• Faktor-faktor keberhasilan tersebut :
a) Mempunyai ide atau visi bisnis yang jelas.
b) Mempunyai kemauan dan keberanian untuk menghadapi resiko baik waktu maupun
uang.
9
c) Mempunyai semangat dan kerja keras dalam membuat perencanaan usaha,
mengorganisasikan dan menjalankannya.
d) Mempunyai loyalitas dan tanggung jawab terhadap pihak-pihak yang berkait.
• Faktor-faktor kegagalannya :
a) Tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan mengelola usaha
b) Kurang berpengalaman dalam mengelola Sumber Daya Manusia (SDM),
mengoperasikan perusahaan, kemampuan mengkoordinasikan, dan lain-lain.
c) Kurang dapat mengendalikan keuangan, yakni tidak dapat mengatur pengeluaran dan
pemasukan secara cermat.
d) Perencanaan merupakan titik awal dari suatui kegiatan, sekali gagal dalam
perencanaan maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.
e) Lokasi yang kurang memadai atau kurang strategis menyebabkan perusahaan sukar
untuk beroperasi.
f) Kurangnya pengawasan peralatan yang dapatmengakibatkan alat tidak efisien dan
tidak efektif.
g) Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha mengakibatkan usaha yang
dilakukan menjadi gagal.
h) Ketidakmampuan dalan melakukan peralihan atau transisi kewirausahaan yang
disebabkan oleh ketidakberanian untuk mengadakan perubahan dan tidak mampu
membuat peralihan setiap waktu.
2.2 Investasi
2.2.1 Pengertian Investasi
Menurut H.M. Yacob Ibrahim dalam buku Studi Kelayakan Bisnis (2003, p133)
menyatakan bahwa biaya investasi adalah biaya yang diperlukan dalam pembangunan
proyek, terdiri dari pengadaan tanah, gedung, mesin, peralatan, biaya pemasangan, biaya
feasibility study dan biaya lainnya yang berhubungan dengan pembangunan proyek.
10
Pengertian investasi menurut Kasmir dan Jakfar (2008, p4) adalah mengorbankan
uang sekarang untuk uang dimasa mendatang. Mengorbankan uang artinya menanamkan
sejumlah dana (uang) dalam suatu usaha saat sekarang atau saat investasi dimulai.
kemudian mengharapkan pengembalian investasi dengan disertai tingat keuntungan yang
diharapkan dimasa yang akan datang. Menurut Husnan dan Muhammad (2005, p5) manfaat
dari kegiatan investasi adalah penyerapan tenaga kerja, peningkatan output yang dihasilkan,
penghematan devisa maupaun pembelanjaan devisa.
Investasi dapat dilakukan dalam berbagai bidang usaha, oleh karena itu, investasi
dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
a) Investasi nyata (real investment)
Merupakan investasi yang dibuat dalam harta tetap (fixed asset) seperti tanah,
bangunan, peralatan atau mesin-mesin.
b) Investasi financial (financial investment)
Merupakan investasi dalam bentuk kontrak kerja, pembelian saham atau obligasi atau
surat
berharga lainnya seperti sertifikat deposito.
2.2.2 Ciri-ciri Investasi
Ciri-ciri investasi berdasarkan pendapat Sutojo (2001, p2) adalah:
1. Investasi tersebut menyerap dan mengikat dana dalam jumlah besar.
2. Manfaat yang akan diperoleh perusahaan (misalnya keuntungan), baru dapat
dinikmati sepenuhnya beberapa masa setelah investasi dilakukan.
3. Tingkat resiko yang ditanggung perusahaan lebih tinggi.
4. Keputusan invesatasi proyek yang keliru, tidak dapat direvisi begitu saja, seperti
halnya keputusan memberikan kredit penjualan kepada pelanggan baru secara tidak
tepat, tanpa harus menderita kerugian yang cukup besar.
11
2.3 Studi Kelayakan Bisnis
2.3.1 Pengertian Studi Kelayakan Bisnis
Menurut Husein Umar (2007, p8) Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian
terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis
dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian
keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan, misalnya rencana peluncuran
produk baru.
Menurut Kasmir dan Jakfar (2008, p6) Studi Kelayakan Bisnis adalah suatu kegiatan
yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan,
dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan. Layak disini diartikan
juga akan memberikan keuntungan tidak hanya bagi perusahaan yang menjalankannya,
tetapi juga bagi investor, kreditor, pemerintah dan masyarakat luas.
Menurut Ahmad Subagyo (2007, p6) Studi Kelayakan bisnis adalah studi kelayakan
yang dilakukan untuk menilai kelayakan dalam pengembangan sebuah usaha.
Menurut Jacob Ibrahim (2003, p1) Studi kelayakan Bisnis merupakan bahan
pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari
suatu gagasan / proyek yang direncanakan.
Dari beberapa pandangan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa Studi
Kelayakan Bisnis adalah suatu penelitian atau studi yang digunakan untuk menganalisa layak
atau tidaknya suatu bisnis untuk dijalankan, yang mana hasil analisa tersebut dapat
dipergunakan untuk pengambilan keputusan selanjutnya, sehingga dapat menghasilkan
keuntungan yang maksimal secara berkelanjutan dimasa yang akan datang, dan agar dapat
terhindar dari suatu resiko yang besar apabila bisnis tersebut ternyata tidak layak untuk
dijalankan.
12
2.3.2 Pihak-pihak yang memerlukan Studi Kelayakan Bisnis
Menurut Kasmir dan Jakfar (2008, p13-14) pihak-pihak yang memerlukan Studi
Kelayakan Bisnis dalam menjalankan kegiatan bisnisnya, antara lain :
1. Pihak Investor / pemilik usaha
Investor adalah pihak yang menanamkan dana atau modal dalam suatu proyek dengan
memperhatikan prospek usaha. Maka hasil dari studi kelayakan digunakan oleh pihak
investor untuk dipelajari dan menjadi bahan pertibangan dalam pelaksanaan bisnis,
apakah memberikan keuntungan atau tidak.
2. Pihak Kreditor
Pihak kreditor seperti bank atau lembaga keuangan lainya perlu melakukan studi
kelayakan bisnis telebih dahulu sebelum memberikan pinjaman demi menjaga
keamanan dana yang dipinjamkan.
3. Pihak Pemerintah
Bagi pemerintah pentingya Studi Kelayakan Bisnis adalah untuk menyakinkan apakah
bisnis yang dijalanakan dapat memberi manfaat bagi perekonomian secara umum,
seperti mendatangkan visa.
4. Pihak Masyarakat luas
Bagi masyarakat luas, Studi Kelayakan Bisnis akan memberikan manfaat seperti
lapangan pekerjaan, wilayah yang terisolasi seperti daerah pedesaan akan terbuka dan
memiliki berbagai fasilitas, sebagai akibat dari adanya proyek yang dijalankan.
5. Pihak Manajemen
Hasil Studi Kelayakan Bisnis merupakan ukuran kerja bagi pihak manajemen
perusahaan untuk menjalankan apa saja yang sudah ditugaskan.
13
2.3.3 Tujuan Studi Kelayakan Bisnis
Menurut Kasmir dan Jakfar (2008, p12-13) Studi Kelayakan bisnis memiliki 5 tujuan,
yaitu :
1. Menghindari resiko kerugian
Untuk mengatasi resiko kerugian dimasa yang akan datang, karena dimasa yang akan
datang ada semacam kondisi ketidakpastian. Kondisi ini ada yang dapat diramalkan
akan terjadi atau memang dengan sendirinya terjadi tanpa dapat diramalkan. Dalam
hal ini fungsi Studi Kelayakan adalah untuk meminimalkan resiko yang tidak kita
inginkan, baik resiko yang dapat kita kendalikan maupun yang tidak dapat
dikiendalikan.
2. Memudahkan perencanaan
Jika sudah dapat meramalkan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang, maka
akan mempermudah kita dalam melakukan perencanaan dan hal-hal apa saja yang
perlu dilaksanakan.
3. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan
Dengan adanya berbagai rencana yang sudah disusun akan sangat memudahkan
pelaksanaan bisnis. Para pelaksana yang mengerjakan bisnis tersebut telah memiliki
pedoman yang harus diikuti, sehingga pengerjaan usaha dapat dilakukan secara
sistematik dan sesuai dengan rencana yang telah disususun.
4. Memudahkan pengawasan
Dengan telah dilaksanakannya suatu usaha atau proyek sesuai dengan rencana yang
sudah disusun, maka akan memudahkan perusahaan untuk melakukan pengawasan
terhadap jalannya usaha.
5. Memudahkan pengendalian
Bila dalam pelaksanaan pekerjaan telah dilakukan pengawasan, maka jika terjadi
suatu penyimpangan akan mudah terdeteksi, sehingga akan dapat dilakukan
14
pengendalian atas penyimpangan yang akan menghambat pencapaian tujuan pada
perusahaan.
2.3.3 Manfaat Studi Kelayakan Bisnis
Menurut Kamaluddin (2004, p2) manfaat yang ditimbulkan dari adanya Studi
Kelayakan Bisnis, antara lain :
1. Manfaat Finansial
Artinya bisnis tersebut dirasa sangat menguntungkan bagi pelaku bisnis sendiri
apabila bisnis tersebut dibandingkan dengan resiko yang akan ditanggung.
2. Manfaat ekonomi nasional
Artinya bisnis tersebut jika dijalankan mampu menunjukkan manfaat makro bagi
negara, hal ini bisa ditunjukkan dengan semakin banyak tenaga kerja yang terserap,
GNP meningkat dll.
3. Manfaat sosial
Artinya masyarakat sekitar lokasi bisnis tersebut merasa memperoleh manfaat atas
bisnis yang dilakukan.
2.3.4 Tahap-tahap Studi Kelayakan Bisnis
Tahap-tahap menurut Husein Umar (2007, p21-24) Studi Kelayakan Bisnis adalah
sbb:
1. Tahap penemuan ide
Tahap dimana wirausaha memiliki ide untuk merintis usaha barunya, ide tersebut
kemudian dirumuskan dan diidentifikasi. Ide yang akan dijalan kan haruslah
berpotensi untuk dijual dan menguntungkan.
2. Tahap peneliatian
Tahap dimana dimulai dengan mengumpulakan data, lalu mengolah data berdasarkan
teori-teori yang relevan, menganalisis dan menginterpresentasikan hasil pengolahan
15
data dengan alat-alat analisis yang sesuai, menyimpulakan hasil sampai pada
pembuatan laporan hasil penelitian tersebut.
3. Tahap evaluasi
Tahap dimana evaluasi terhadap suatu usulan bisnis untuk perkiraan saat dibangun
atau didirikan dan saat dioprasionalkan secara rutin. Hal yang dibandingkan dalam
evaluasi bisnis adalah seluruh ongkos yang akan ditimbulkan oleh usulan serta
manfaat atau beneit yang diperkirakan akan diperoleh.
4. Tahapan Pengurutan usulan yang layak
Tahap dimana melakukan penelitian rencana bisnis yang dianggap paling penting
direalisasikan. Kemudian menentukan rencana yang diprioritaskan, dimana rencana
tersebut memiliki skor tertinggi jika dibandingkan dengan usulan yang ada
berdasarkan kriteria-kriteria penilaian yang telah ditentuakan.
5. Tahap rencana pelaksanaan
Setelah dievaluasi, dipelajari, dianalisis dan hasilnya meyakinkan, maka langkah
berikutnya adalah tahapan untuk membuat rencana kerja pelaksanaan pembangunan
proyek. Mulai dari menentukan jenis pekerjaan, waktu yang dibutuhkan untuk setiap
pekerjaan, jumlah dan kualifikasi tenaga pelaksana, ketersediaan dana dan sumber
daya lain, kesiapan manajemen dan lain-lain.
6. Tahap pelaksanaan
Tahap merealisasikan pembangunan proyek kemudian melaksanakan operasional
bisnis secara rutin yang berupa fungsi keuangan, pemasaran, produksi/operasi, SDM
dan manajement agar selalu bekerja efektif dan efisisen dalam rangka meningkatkan
laba perusahaan.
16
2.3.5 Aspek-aspek Studi Kelayakan Bisnis
2.3.5.1 Aspek Pasar dan pemasaran
Menurut Stanton dalam buku studi kelayakan bisnis karangan Husein Umar
(2007, p35) pasar adalah kumpulan orang-orang yang mempunyai keinginan untuk
puas, uang untuk belanja dan kemauan untuk membelanjakannya. Jadi ada tiga faktor
utama yang menunjang terjadinya pasar yaitu: orang dengan segala keinginanya, daya
belinya, serta tingkah laku dalam pembeliannya. Sedangkan menurut kotler (2005, p8)
pemasaran adalah proses social dan manajerial yang mebuat individu dan kelompok
memperolah apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran
timbal balik produk dan nilai dengan orang lain.
Kajian aspek pasar dan pemasaran bertujuan untuk mengetahui keadaan objek di
masa lalu dan saat ini, sedangkan tujuan pemasaran dalam ilmu marketing adalah untuk
mengendalikan pasar di waktu yang akan datang (market driven). Materi yang akan dibahas
dalam aspek ini, antara lain:
a) Permintaan
b) Penawaran
c) Proyeksi permintaan dan penawaran
d) Proyeksi penjualan
e) Produk (barang/jasa)
f) Analisis pesaing
g) Pemasaran dan implementasi strategi
Hal yang penting untuk diketahui dalam aspek pasar adalah seberapa
besar pasar potensial yang ingin dimasuki atau tersedia untuk masa yang akan datang.
Untuk mengetahui pasar potensial, maka perlu dilakukan pengukuran terhadap permintaan,
baik permintaan saat ini maupun masa yang akan datang. Proyeksi permintaan Ahmad
Subagyo (2007, p73-76) digunakan untuk memproyeksikan volume penjualan dan
17
selanjutnya diikuti dengan proyeksi volume produksi. Volume produksi ini kemudian dijadikan
acuan dasar dalam menyusun perhitungan proyeksi arus kas dan laba-rugi perusahaan.
Metode proyeksi permintaan ini digunakan untuk hampir semua bidang usaha yang
berjangka waktu 3 sampai 5 tahun dan cukup efektif karena biasanya disesuaikan dengan
siklus hidup suatu produk. Penggunaan didasarkan pada kondisi historis permintaan produk
dan beberapa tahun sebelumnya secara deret waktu.
Proyeksi permintaan sangat erat kaitannya dengan forecasting (peramalan).
forecasting (Peramalan) adalah seni dan ilmu memprediksi peristiwa-peristiwa masa depan.
Peramalan harus mengambil data historis dan memproyeksikannya ke masa depan dengan
beberapa model matematis. Model forecasting yang digunakan adalah proyeksi trend, yaitu
mencocokkan garis trend ke rangkaian titik historis dan kemudian memproyeksikan garis itu
ke dalam ramalan jangka menengah hingga jangka panjang.
Metode kuadrat terkecil (least square method) merupakan metode statistik yang
tepat untuk mengembangkan garis trend linear. Pendekatan ini menghasilkan garis lurus
yang meminimalkan jumlah kuadrat perbedaan vertikal dari garis setiap observasi aktual.
Dengan, rumus:
Y = a+bX
Untuk persamaan linear, garis trend diperoleh dari penyelesaian simultan nilai a dan
b pada dua persamaan normal berikut:
a = nY∑
b = ∑∑
2XXY
Y = perkiraan permintaan/penjualan dalam suatu periode
a = perpotongan sumbu Y di a (konstanta)
b = kelandaian garis regresi
18
X = deret waktu tertentu (variabel bebas)
N = jumlah tahun yang ada
Pemberian kode sangat mudah dilakukan. Apabila ada sejumlah periode waktu
ganjil, titik tengah periode waktu ditentukan sebagai X = 0, sehingga jumlah plus dan minus
akan sama dengan nol.
Bauran pemasaran (Kotler 2005, p18) adalah seperangkat alat pemasaran yang
digunakan perusahaan secara terus-menerus untuk mencapai tujuan pemasarannya di pasar
sasaran. Bagi pemasaran suatu produk barang, manajemen pemasaran di bagi menjadi 4
(empat) kebijakan pemasaran yang lazim disebut sebagai bauran pemasaran (marketing
mix) atau 4P dalam pemasaran yang terdiri dari 4 (empat) komponen, yaitu produk
(product), harga (price), distribusi atau tempat (place), dan promosi (promotion). Yang
masing-masing akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Produk (Product)
Produk berupa barang atau jasa yang dapat dibeda-bedakan atau diklasifikasikan
menurut bentuk dan jenisnya. Produk barang tidak hanya memperhatikan
penampilan, tetapi juga hendaknya berupa produk yang mudah, praktis, aman, tidak
mahal, sederhana dan ekonomis dalam proses produksi dan distribusinya.
2. Harga (Price)
Harga merupakan sejumlah nilai yang akan ditukarkan oleh konsumen dengan
segala manfaat dari memiliki atau menggunakan produk tersebut. Yang nilainya
ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui proses tawar-menawar, atau yang
ditetapkan oleh penjual untuk satu harga yang sama terhadap semua pembeli.
3. Distribusi / Tempat (Place)
Sebagian besar produsen menggunakan perantara pemasaran untuk memasarkan
produknya, khususnya barang dengan cara membangun saluran distribusi, yakni
sekelompok organisasi yang saling tergantung dalam mempunyai keterlibatan
19
mereka yang berkepentingan, pada proses yang memungkinkan suatu produk
tersedia bagi pengguna atau konsumen.
4. Promosi (Promotion)
Dalam dunia pemasaran tidak selalu hanya membicarakan produk, harga produk,
dan mendistribusikan produk, tetapi juga ada hal lain yang cukup penting dalam
mengkomunikasikan produk ini kepada masyarakat agar produk tersebut dapat
dikenal dan akhirnya dibeli oleh konsumen. Dalam mengkomunikasikan produk perlu
dibuat suatu strategi yang tepat dalam memenangkan persaingan atau dengan
strategi yang sering disebut bauran promosi, yang terdiri atas empat komponen
utama yaitu periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, dan penjualan
perorangan.
2.3.5.2 Aspek Teknis atau operasi
Menurut Husein Umar (2007, p88) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek ini
adalah masalah penentuan lokasi, luas produksi, tata letak (lay-out), penyusunan peralatan
pabrik dan proses produksinya termasuk pemilihan teknologi. Kelengkapan kajian aspek
operasi sangat tergantung dari jenis usaha yang akan dijalankan, karena setiap jenis usaha
memiliki prioritas tersendiri. Jadi analisis dalam menjalankan usahanya dengan menilai
ketepatan lokasi, luas produksi dan lay-out serta kesiagaan mesin-mesin yang akan
digunakan.
Menurut Kasmir dan Jakfar (2008, p146-147) Beberapa hal yang hendak dicapai
dalam penilaian aspek teknis / operasi, yaitu :
1. Agar perusahaan dapat menentukan lokasi yang tepat, baik untuk lokasi pabrik,
gudang, cabang, maupun kator pusat.
2. Agar perusahaan dapat menentukan layout yang sesuai dengan proses produksi
yang dipilih, sehingga dapt memberikan efisiensi.
20
3. Agar perusahaan bisa menentukan teknologi yang paling tepat dalam menjalankan
produksinya.
4. Agar perusahaan bisa menentukan metode persediaan yang paling baik untuk
dijalankan sesuai dengan bidang usaha.
5. Agar dapat menentukan kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan sekarang dan masa
yang akan datang.
Menurut Kasmir dan Jakfar (2008, p146-147) 2 faktor yang menjadi pertimbangan
dalam menentukan lokasi pabrik adalah:
1. Faktor Utama (Primer)
Pertimbangan utama dalam penentuan lokasi pabrik adalah:
• Dekat dengan pasar
• Dekat dengan bahan baku
• Tersedia tenaga kerja, baik jumlah mapun kualifikasi yang diinginkan
• Terdapat fasilitas pengangkutan seperti jalan raya
• Tersedia sarana dan prasarana seperti listrik
• Sikap masyarakat
2. Faktor sekunder
Pertimbangan sekunder dalam penentuan lokasi pabrik adalah:
• Biaya untuk investasi di lokasi, seperti biaya pembelian tanah atau
pembangaunan gedung
• Prospek perkembangan harga atau kemajuan di lokasi tersebut di masa yang
akan datang
• Kemungkinan untuk perluas lokasi
• Iklim dan tanah
• Masalah pajak dan peraturan perburuhan di daerah setempat
21
Metode evaluasi pemilihan lokasi. Menurut Ahmad Subagyo (2007, p140-141)
Metode pemeringkatan faktor mempunyai enam tahap, yaitu:
• Mengembangkan daftar faktor terkait.
• Menetapkan bobot pada setiap faktor untuk mencerminkan seberapa jauh
faktor itu penting bagi pencapaian tujuan perusahaan.
• Mengembangkan skala usaha untuk setiap faktor (misal dari 1 – 10).
• Meminta manajer menentukan skor setiap lokasi untuk setiap factor dengan
menggunakan skala yang telah dikembangkan pada tahap 3.
• Mengalikan skala skor itu dengan bobot setiap faktor dan menentukan
jumlah total untuk setiap lokasi.
• Membuat rekomendasi yang didasarkan pada skor laba maksimal,
rekomendasi ini juga dengan mempertimbangkan hasil pendekatan
kuantitatif.
Menurut Barry Render dan Jay Reizer (2005, p450-452) tata letak (layout)
merupakan salah satu keputusan yang menentukan efisiensi operasi perusahaan dalam
jangka waktu yang panjang. Tata letak memiliki implikasi strategis karena menentukan daya
saing perusahaan dalam hal kapasitas, proses, fleksibilitas, dan biaya serta mutu kehidupan
kerja. Beberapa unsur yang harus diperhatikan dalam pembuatan keputusan mengenai tata
letak perusahaan yang meliputi:
1. Pertimbangan penanganan bahan
2. Kapasitas dan persyaratan luas ruang
3. Lingkungan hidup dan estetika
4. Aliran informasi
5. Biaya perpindahan antar-wilayah kerja yang berbeda.
22
2.3.5.3 Aspek Manajemen dan Sumber Daya Manusia (SDM)
Menurut Kasmir dan Jakfar (2008, p161) aspek manajemen dan organisasi
merupakan aspek yang cukup penting untuk dianalisis untuk kelayakan suatu usaha. Karena
walaupun suatu usaha telah dinyatakan layak untuk dilaksanakan tanpa didukung dengan
manajemen dan organisasi yang baik, bukan tidak mungkin akan mengalami kegagalan.
Yang dinilai dari aspek ini adalah para pengelola usaha dan struktur organisasi yang ada.
Proyek yang dijalankan akan berhasil apabila dijalankan oleh orang-orang yang profesional,
mulai dari merencanakan, melaksanakan, sampai dengan mengendalikannya apabila terjadi
penyimpangan. Sehingga struktur organisasi yang dipilih harus sesuai dengan bentuk dan
tujuan usahanya. Tujuan perusahaan akan lebih mudah tercapai jika memenuhi kaidahkaidah
atau tahapan dalam proses manajemen. Proses manajemen atau kaidah ini akan tergambar
dari masing-masing fungsi yang ada dalam manajemen. Adapun fungsi-fungsi manajemen
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah proses menentukan arah yang akan ditempuh dan kegiatan-
kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah diterapkan. Dalam proses
ini ditentukan tentang apa yang harus dilakukan, kapan dan bagaimana melakukannya
serta dengan cara apa hal tersebut dilaksanakan.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah proses mengelompokkan kegiatan-kegiatan atau pekerjaan-
pekerjaan dalam unit-unit. Tujuannya adalah supaya tertata dengan jelas antara tugas,
wewenang dan tanggung jawab serta hubungan kerja dengan sebaik mungkin dalam
bidangnya masing-masing.
3. Pelaksanaan (Actuating)
Menggerakkan atau melaksanakan adalah proses untuk menjalankan kegiatan atau
pekerjaan dalam organisasi. Dalam menjalankan organisasi para pimpinan/manajer
23
harus menggerakkan bawahannya (para karyawan) untuk mengerjakan pekerjaan
yang telah ditentukan dengan cara memimpin, memberi perintah, memberi petunjuk,
dan memberi motivasi.
4. Pengawasan (Leading)
Pengawasan adalah proses untuk mengukur dan menilai pelaksanaan tugas apakah
telah sesuai dengan rencana. Jika dalam proses tersebut terjadi penyimpangan, maka
akan segera dikendalikan.
2.3.5.4 Aspek Hukum
Menurut Kasmir dan Jakfar (2008, 23) aspek ini membahas masalah kelengkapan
dan keabsahaan dokumen perusahaan, mulai dari bentuk badan usaha sampai izin-izin yang
dimiliki. Kelengkapan dan keabsahan dokumen sangat penting, karena hal ini merupakan
dasar hukum yang harus dipegang apabila di kemudian hari timbul masalah. Keabsahan dan
kesempurnaan dokumen dapat diperoleh dari pihak-pihak yang menerbitkan atau
mengeluarkan dokumen tersebut.
Menurut Ahmad Subagyo (2007, p167) Usaha dalam bentuk apapun memerlukan
keabsahan legalitas karena faktor ini yang menentukan keberlanjutan hidupnya. Sebelum
melakukan investasi di suatu daerah/wilayah secara simultan, pada saat menganalisis aspek-
aspek studi kelayakan, maka terlebih dahulu dilakukan evaluasi dan pra-penelitian tentang
peraturan hokum dan ketentuan-ketentuan legalitas/perizinan yang berlaku di
daerah/wilayah tersebut. Keterlanjuran investasi di suatu daerah/wilayah yang ternyata
melarang bentuk usaha yang dimaksud akan menimbulkan kerugian besar. Dipandang dari
sudut sumbernya, bentuk legalitas dapat dibedakan menjadi 2 sumber, yaitu:
1) Kelompok masyarakat, yaitu sekelompok masyarakat yang hidup dan tinggal di
daerah/wilayah tempat proyek/bisnis akan didirikan. Kelompok masyarakat ini
dapat merupakan bagian dari sistem dan struktur pemerintahan maupun kelompok
adat/suku. Misal, dalam struktur pemerintahan ada rukun tetangga (RT), rukun
24
warga (RW), desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota madya, dan seterusnya.
Selain itu juga terdapat kelompok adat/suku, misalnya suku/adat Minang, Dayak,
Bugis, dan sebagainya yang menguasai tanah ulayat.
2) Pemerintah, yang merupakan bagian dari struktur dan system pemerintahan di
Indonesia, termasuk lembaga pemerintahan dari desa sampai ke negara serta
instansi/lembaga/departemen yang membidangi sektor-sektor tertentu.
Dalam praktiknya terdapat beragam izin. Banyaknya izin dan jenis-jenis izin yang
dibutuhkan tergantung dari jenis usaha yang dijalankan. Adapun izin yang dimaksud adalah:
1) Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
2) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
3) Izin-izin Usaha
4) Sertifikat Tanah atau surat-surat berharga yang dimiliki
Izin-izin perusahaan lainnya yang harus segera diurus bagi pemilik usaha dan yang harus
dinilai oleh penilai adalah yang sesuai dengan jenis bidang usaha perusahaan tersebut. Izin-
izin tersebut antara lain adalah:
1) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
2) Surat Izin Usaha Industri (SIUI)
3) Izin Usaha Tambang
4) Izin Usaha Perhotelan dan Pariwisata
5) Izin Usaha Farmasi dan Rumah Sakit
6) Izin Usaha Peternakan dan Pertanian
7) Izin Domisili, di mana perusahaan / lokasi proyek berada
8) Izin Gangguan
9) Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
10) Izin tenaga kerja asing jika perusahaan menggunakan tenaga kerja asing
25
Di samping keabsahan dokumen di atas yang tidak kalah pentingnya adalah penelitian
dokumen lainnya, yaitu:
1) Bukti Diri (KTP/SIM)
2) Sertifikat Tanah
3) Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB)
4) Serta surat-surat atau sertifikat lainnya yang dianggap perlu.
2.3.5.5 Aspek Keuangan
Menurut Ahmad Subagyo (2007, p60) aspek ekonomi dan keuangan membahas
tentang kebutuhan modal dan investasi yang diperlukan dalam pendirian/pengembangan
usaha yang direncanakan, kemudian merangkumnya dalam bentuk laporan keuangan
(neraca, laba/rugi, dan cash flow), dan menganalisnya untuk menentukan kelayakan usaha
tersebut. Tujuan analisis dalam aspek ini adalah untuk mengevaluasi keseluruhan
pembahasan tiap-tiap aspek yang membutuhkan dana dan modal kerja ke dalam analisis
investasi yang ditinjau dari waktu pengembalian modal (payback period), tingkat
pengembalian (rate of return), tingkat pengembalian investasi (return on investment), dan
nilai sekarang bersih (net present value).
Secara keseluruhan penilaian dalam aspek keuangan meliputi hal-hal seperti:
1. Sumber-sumber dana yang akan diperoleh
2. Kebutuhan biaya investasi
3. Estimasi pendapatan dan biaya investasi selama beberapa periode termasuk
jenis jenis dan jumlah biaya yang dikeluarkan selama umur investasi.
4. Proyeksi neraca dan laporan laba/rugi untuk beberapa periode ke depan.
5. Kriteria penilaian investasi.
6. Rasio keuangan yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan.
Menurut Husein Umar (2007, p196-209) perusahaan yang memiliki beberapa usulan
proyek investasi yang ternyata layak untuk direalisasikan, sementara itu, dana atau anggaran
26
yang tersedia tidak mencukupi, maka perlu menerapkan prioritas terhadap beberapa usulan
tersebut. Penilaian terhadap investasi dan melakukan analisis terhadap urutan prioritas dapat
dilakukan dengan empat metode :
• Metode Penilaian Investasi
Terdapat empat metode yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk dipakai
dalam penilaian aliran kas dari investasi, yaitu metode Payback Period, Net Present Value,
Internal Rate of Return, dan Profitability Index serta Break Even Point.
a) Payback Period (PP)
metode pemulihan investasi (Payback Period) merupakan metode analisis kelayakan
investasi untuk menilai jangka waktu (tahun) pemulihan seluruh modal yang
diinvestasikan dalam suatu proyek. Dengan rumus:
tahunrsihKasMasukBe
tasiNilaiInvesPPiodPaybackPer 1:)( ×
Dengan kriteria kelayakan:
- Proyek layak jika masa pemulihan modal investasi lebih pendek dari usia
ekonomis.
- Proyek tidak layak jika masa pemulihan modal investasi lebih lama dibandingkan
usia ekonomisnya.
b) Internal Rate of Return (IRR)
Metode tingkat balikan internal (Internal Rate of Return), merupakan metode
penilaian kelayakan proyek dengan menggunakan perluasan metode nilai sekarang.
Pada posisi
NPV = 0 akan diperoleh tingkat (rate) persentase tertentu (misalnya IRR – x %).
Dengan formula:
27
)12(21
1 iiNPVNPV
NPViIRR −×−
+=
Catatan:
1
i = Tingkat bunga 1
2
i = Tingkat banga 2
NPV1 = Net Present Value 1
NPV2 = Net Present Value 2
Dengan Kriteria kelayakan:
- Proyek dinilai layak jika IRR lebih besar dari persentase biaya modal (bunga kredit)
atau sesuai dengan persentase keuntungan yang ditetapkan investor, sebaliknya
- Proyek dinilai tidak layak jika IRR lebih kecil dari persentase biaya modal (bunga
kredit) atau lebih rendah dari persentase keuntungan yang ditetapkan investor.
c) Net Present Value (NPV)
Metode nilai sekarang (Net Present Value) merupakan perbandingan antara PV kas
bersih (PV of Proceed) dengan PV investasi (Capital Outlay) selama umur investasi.
Selisih antara nilai kedua PV tersebutlah yang kita kenal dengan Net Present Value
(NPV). Untuk menghitung NPV, terlebih dahulu harus menghitung PV kas bersihnya.
PV kas bersih dapat dicari dengan jalan membuat dan menghitung dari cash flow
perusahaan selama umur investasi tertentu. Dengan formula:
Investasir
KasBersihNr
KasBersihr
kasBersihNPV n −+
+++
++
=)1(
.....)1(
2)1(
12
28
Dengan kriteria kelayakan:
- Proyek dinilai layak jika Net Present Value (NPV) bernilai positif,
- Proyek dinilai tidak layak jika Net Present Value (NPV) bernilai negatif.
d) Profitability Index (PI)
Indeks profitabilitas (Profitability Index) adalah rasio atau perbandingan antara
jumlah nilai sekarang arus kas selama umur ekonomisnya dan pengeluaran awal
proyek. Jumlah nilai sekarang arus kas selama umur ekonomis hanya
memperhitungkan arus kas pada tahun pertama hingga tahun terakhir, dan tidak
termasuk pengeluaran awal.
Dengan formula:
%100×=∑∑
iPVInvestashPVKasBersi
PI
Dengan kriteria kelayakan:
- Proyek dinilai layak jika PI > atau = 1,00
- Proyek dinilai tidak layak jika PI < 1,00
2.2.6.6 Aspek Ekonomi dan Sosial
Aspek ini dinalisis guna menganalisa kelayakan suatu bisnis dilihat dari lingkungan
eksternal perusahaan, serta juga dimasukkan dalam perhitungan untuk mengetahui seberapa
jauh lingkungan eksternal tersebut mempengaruhi dan memberikan peluang sekaligus
ancaman bagi perusahaan. Selain itu manfaat lainnya adalah untuk mengetahui sumbangsih
seperti apa yang dapat diberikan oleh perusahaan pada lingkungan eksternalnya jika usulan
proyek perusahaan dapat terlaksana.
29
Menurut Kasmir dan Jakfar (2008, 193) aspek ekonomi dan sosaial merupakan dampak
yang timbul karena adanya investasi, yang lebih ditekankan kepada masyarakat dan
pemerintah. Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Dilihat dari aspek ekonomi
Secara garis besar dampak dari aspek ekonomi dengan adanya suatu usaha atau
investasi adalah: Meningkatnya Pendapatan masyarakat dengan pemberian
kesempatan kerja bagi masyarakat, Peningkatan sumber daya yang dapat
dimanfaatkan serta meningkatakan perekonomian pemerintah local serta
menghasilkan devisa bagi Negara
2. Dilihat dari aspek sosial
Harus diperhatikan dan diingat bahwa perusahaan tidak akan hidup sendiri tanpa
dukungan dari masyarakat. Dapat dikatakan bahwa perusahaan hidup bersama
dalam satu tatanan kehidupan yang beragam, kompleks dan penuh warna-warni
yang hendaknya selalu berada dalam suatu titik keseimbangan. Jadi, selain
bertujuan mencari keuntungan yang sebesar-besarnya, hendaknya juga prusahaan
juga memiliki tanggung jawab social. Sedangkan bagi perusahaan yang bergerak
dalam bidang sosial, khususnya dalam bidang pendidikan, hendaknya fokus bisnis
utamanya adalah untuk meningkatkan kualitas layanan masyarakat (sumber daya
manusia).
2.2.6.7 Aspek AMDAL
Menurut Kasmir dan Jakfar (2008,203) Pengutamaan telaan AMDL secara khusus
adalah meliputi dampak lingkungan di sekitarnya, baik di dalam usaha atau proyek maupun
diluar suatu proyek yang akan dijalankan. Artinya keberadaan suatu usaha atau proyek akan
mempengaruhi kegiatan-kegiatan yang berada di sekitar rancana lokasi, baik dampak
rencana usaha terhadap kegiatan-kegiatan yang sudah ada disekitarnya maupun dampak
terhadap lingkungan hidup.
30
Salah satu media utama dari aspek ini adalah AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan)
yang sedang dan telah dikembangkan di beberapa negara maju dengan nama Environmental
Impact Analysis atau Environmental Impact Assessment (EIA).
AMDAL diperlukan dalam melakukan studi kelayakan dengan dua alasan pokok yaitu:
1. Karena undang-undang dan peraturan pemerintah menghendaki demikian. Hal ini
cukup efektif untuk memaksa para pelaksana maupun pemilik proyek yang kurang
memperhatikan kualitas lingkungan dan hanya memikirkan keuntungan proyeknya
saja tanpa menghiraukan dampak samping yang mungkin ditimbulkan.
2. AMDAL harus dilakukan agar kualitas lingkungan tidak rusak dengan beroperasinya
suatu proyek - proyek industri. Kegunaan daripada AMDAL itu sendiri adalah:
a. Dalam pengelolaan lingkungan, AMDAL dijadikan sebagai standarisasi dalam
menyusun prakiraan dampak yang mungkin ditimbulkan dari proyek yang akan
dijalankan. Jika pada kenyataannya dampak lingkungan jauh berbeda dengan
standar yang telah ditetapkan dalam AMDAL, maka hal ini mungkin saja
disebabkan karena perusahaan melakukan kesalahan dalam penyusunan
laporan mengenai AMDAL atau perusahaan tidak mengindahkan laporan
AMDAL itu sendiri.
b. Dalam pengelolaan proyek, AMDAL merupakan salah satu syarat yang harus
dipenuhi untuk mendapatkan perizinan selain aspek-aspek studi kelayakan
bisnis lainnya seperti aspek teknis dan ekonomis, dsb
31
2.4 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Rencana Investasi Peningkatan kapasitas mesin
PD. PELANGI INDAH LEATHER
Indikator:
- Aspek Pasar dan Pemasaran - Aspek Teknis atau Operasi - Aspek Manajemen dan Sumber Daya
Manusia (SDM) - Aspek Hukum - Aspek Keuangan - Aspek Ekonomi dan social - Aspek AMDAL
Alternatif Kelayakan
Layak Tidak Layak