5/14/2018 Jurnal PTK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-ptk-55a822bb9d391 1/24
PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING ANDLEARNING DENGAN PENDEKATAN PROBLEM BASED
INTRUCTION (PBI) GUNA MENINGKATKAN HASILBELAJAR MAHASISWA JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI UNESA PADA MATA KULIAHSTRATEGI PEMASARAN
Yessy Artanti
Fakultas Ekonomi, Unesa, Kampus Ketintang, Surabaya
ABSTRACT
Problem-based instruction model (PBI) is one of the learning model that is able to make
the students develop their own knowledge, develop skills that are high in the investigation, and
increase confidence. PBI model is combined with an assessment of individual performance andgroup performance of students in the evaluation of learning.
The purpose of this study is whether the use of PBI model to improve learning outcomes and
activities of student work and the management of learning activities by the lecturer Department
of Management Faculty of Economics, State University of Surabaya in a subject with the subject
of Marketing Strategies especially product management. This study aims to describe the
exhaustiveness degree student studying marketing management concentration S1 Management
(regular) Faculty of Economics, State University of Surabaya in the subject of Marketing
Strategy through problem-solving approach to group discussions and the final test in the teachingand learning activities.
Subjects were students of marketing management concentration S1 Management 2007 (regular),
which totaled 52 students. The experiment was conducted in three cycles with four stages of the
cycle of planning, action, reflection, and revision. The device includes the study of learning
implementation plan (RPP), student worksheets (LKM), and the assessment sheet. Methods of data collection using the research instrument consisting of pieces of student performance, test,
questionnaire responses of students, and management of learning activities sheet. Analysis of the
data used is descriptive data analysis.The results show the first cycle, the ability of teachers to manage learning based on problems
with performance appraisals are included in both categories, and of 48 students, there are 2students (96%) only achieve exhaustiveness learning. However the learning method based on
this matter can not be applied given the involvement of faculty pure (researchers) in this cycle is
still quite dominant. Researchers are still a lot to give assistance to students in understanding the
case, the discovery of the problem, and solvingproblems. Based on these findings, activities
of learning a second cycle. The results of second cycle studies showed that the ability of teachers
to manage learning based on problems with performance appraisals included in the category of
very good, and almost all students achieve learning exhaustiveness. These findings, showing that
the criteria for research achievement has been reached, so that researchers and lecturers partnersdecided that the learning model based on problems with the assessment performance have been
able to improve learning outcomes. In this cycle of faculty who seek case was matched with the
material to be covered, so that the students' ability to find cases related to the matter is still not
visible. Based on this next cycle it is still needs to be continued.
In the third cycle of learning based on the ability of teachers to manage the problem with
performance appraisal included in the excellent category. Differences in approach in this cycle
compared to the previous cycle are students have been able to find his own case on the internet
as well as independently capable of analyzing, discovering the problem, and solving problems in
5/14/2018 Jurnal PTK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-ptk-55a822bb9d391 2/24
accordance with the content being discussed at that time in a timely manner.
Keywords: problem-based instruction, performance assesstment
Kegiatan pemasaran adalah kegiatan penawaran suatu produk sesuai dengan kebutuhan
dan keinginan konsumen. Seiring dengan perkembangan jaman, teknologi, dan perubahan gaya
hidup manusia modern, maka jenis, tingkat kebutuhan, dan keinginan konsumen turut
berkembang secara dinamis dari waktu ke waktu. Hal tersebut berdampak besar pada praktek-
praktek pemasaran yang berusaha untuk selalu dapat memenuhi apa yang menjadi kebutuhan dan
keinginan konsumen. Bahkan dalam tahapan yang lebih tinggi seorang pemasar dapat
menciptakan kebutuhan dan keinginan konsumen melalui inovasi ataupun melalui kegiatan
edukasi pemasaran.
Saat ini perusahaan nasional tidak bisa lagi menganggap pasar domestik sebagai captive
market-nya. Terbentuknya pasar global memungkinkan para pemain dari seluruh dunia bebas
bermain di pasar domestik manapun. Hasilnya adalah tersedianya banyak pilihan bagi konsumen
untuk membeli produk dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan keinginannya. Di tengah
maraknya persaingan dan membanjirnya penawaran produk dengan ratusan bahkan ribuan merek
di pasar baik dari dalam dan luar negeri maka bertambah pula pekerjaan rumah bagi pemasar
untuk dapat bertahan dan berhasil di pasar. Tantangan tersebut harus segera direspon dengan cara
menyusun strategi pemasaran yang merupakan sekumpulan tindakan pemasaran
yang terintegrasi dalam rangka memberikan nilai kepada konsumen dan
menciptakan keunggulan bersaing bagi perusahaan.
Strategi pemasaran menjadi tanggung jawab utama seorang pemasar
yang meliputi beberapa aktifitas, yaitu: pendefinisian visi, misi dan tujuan
perusahaan, analisis situasi pemasaran, perumusan tujuan pemasaran,
perumusan strategi pemasaran, perumusan program pendukung, pelaksanaan
program dan pengumpulan tanggapan serta penerapan pengendalian. Strategi
pemasaran merupakan cerminan pemikiran terbaik perusahaan tentang hal-hal
yang berkaitan dengan bagaimana perusahaan memanfaatkan potensi
sumberdaya manusia pada pasar yang paling menguntungkan.
Strategi pemasaran merupakan kegiatan yang dibutuhkan oleh perusahaan, dan hal ini
telah disadari sepenuhnya oleh Fakultas Ekonomi terutama Jurusan Manajemen konsentrasi
pemasaran di Universitas Negeri Surabaya dengan memasukkan mata kuliah strategi pemasaran
sebagai salah satu mata kuliah konsentrasi pemasaran.
5/14/2018 Jurnal PTK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-ptk-55a822bb9d391 3/24
Akan tetapi dari semua hal yang telah dilakukan oleh Jurusan
Manajemen, terdapat hal yang lebih penting lagi yaitu bagaimana kompetensi
dari mata kuliah tersebut dapat dipergunakan secara nyata dalam kegiatan
perusahaan yang, yang berarti bahwa kompetensi lulusan dari Jurusan
Manajemen konsentrasi pemasaran sesuai dengan yang dibutuhkan oleh
perusahaan.
Mata kuliah strategi pemasaran di selenggarakan pada semester tujuh
sebagai mata kuliah prasyarat konsentrasi pemasaran. Mata kuliah ini bisa di
ambil jika sudah pernah mengambil mata kuliah manajemen pemasaran.
Dosen sebagai salah satu pemeran utama dalam pembelajaran haruslah
profesional dalam bidangnya agar dapat menjalankan tugas dan fungsinya
sebagai pendidik sekaligus sebagai pengajar yang berkompeten. Untuk itu,
dosen harus menguasai bahan yang diajarkan, terampil mengajarkannya, dan
mampu mengatasi berbagai kendala yang ditemui dalam pembelajaran. Salah
satu hal yang dapat dilakukan dosen adalah mampu memilih dan
menggunakan dengan tepat metode atau model pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran, materi yang diajarkan, dan karakteristik
mahasiswa agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara optimal.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti yang diteruskan diskusi dengan
beberapa dosen konsentrasi pemasaran menunjukkan bahwa proses
pembelajaran yang dilaksanakan selama ini masih berorientasi pada pola
pembelajaran yang lebih banyak didominasi dosen. Proses ini hanya
menekankan pada pencapaian tuntutan kurikulum dan penyampaian tekstual
semata dari pada pengembangan kemampuan belajar mahasiswa. Keterlibatan
mahasiswa selama pembelajaran belum optimal sehingga berakibat pada
perolehan hasil belajar mahasiswa yang belum optimal pula. Tanggung jawab
mahasiswa terhadap tugas belajarnya seperti dalam hal kemampuan
mengembangkan, menemukan, menyelidiki, dan mengungkap pengetahuan
yang dimiliki masih sangat kurang.
Pola pengajaran yang selama ini digunakan dosen belum mampu
membantu mahasiswa dalam menyelesaikan soal-soal berbentuk masalah,
mengaktifkan mahasiswa dalam belajar, memotivasi mahasiswa untuk
mengemukakan ide dan pendapat mereka, dan bahkan para mahasiswa masih
enggan untuk bertanya pada dosen jika mereka belum paham terhadap materi
5/14/2018 Jurnal PTK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-ptk-55a822bb9d391 4/24
yang disajikan mahasiswa. Disamping itu juga, dosen senantiasa dikejar oleh
target waktu untuk menyelesaikan setiap pokok bahasan tanpa
memperhatikan kompetensi yang dimiliki mahasiswanya.
Untuk mengantisipasi masalah ini, dosen perlu menemukan suatu pola
atau model pembelajaran yang dapat membantu mahasiswa dalam
menyelesaikan soal-soal berbentuk masalah, menumbuhkan kembali motivasi
dan minat siswa dalam belajar. Pengertian ini mengandung makna bahwa
dosen hendaknya mampu menerapkan suatu model pembelajaran yang dapat
meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengembangkan, menemukan,
menyelidiki, dan mengungkap ide mahasiswa sendiri, serta melalukan proses
penilaian yang berkelanjutan untuk mendapatkan hasil belajar mahasiswa
yang optimal. Dengan kata lain diharapkan dosen mampu meningkatkan
kemampuan berpikir dan memecahkan masalah bagi mahasiswanya.
Salah satu model pembelajaran yang dapat membantu mahasiswa
memecahkan masalah adalah model pembelajaran berdasarkan masalah
(Problem-Based Instruction). Model ini merupakan pendekatan pembelajaran
mahasiswa pada masalah autentik (nyata) sehingga mahasiswa dapat
menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan
yang tinggi dan inkuiri, memandirikan mahasiswa, dan meningkatkan
kepercayaan dirinya (Arends, 1997:288). Pada model ini peran dosen adalah
mengajukan masalah, mengajukan pertanyaan, memberikan kemudahan
suasana berdialog, dan memberikan fasilitas penelitian, serta melakukan
penelitian. Penelitian ini bertujuan, antara lain :1.Untuk mengetahui pengelolaan
pembelajaran berdasarkan masalah pada mata kuliah strategi pemasaran di kelas
manajemen pemasaran 2007 pada materi pokok manajemen produk; 2. Untuk mengetahui
hasil belajar mahasiswa manajemen pemasaran 2007 dengan menggunakan model
pembelajaran berdasarkan masalah untuk mata kuliah strategi pemasaran pada materi
pokok manajemen produk; 3. Untuk mengetahui tanggapan atau pendapat mahasiswamanajemen pemasaran 2007 dalam menerima pembelajaran berdasarkan masalah untuk
mata kuliah strategi pemasaran pada materi pokok manajemen produk.
Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan.
Guru-lah yang menciptakan guna membelajarkannya pada anak didik. Guru yang mengajar dan
siswa yang belajar. Perpaduan dari dua unsur yang manusiawi ini lahirlah interaksi edukatif. Pada
5/14/2018 Jurnal PTK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-ptk-55a822bb9d391 5/24
hakikatnya belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri seseorang setelah berakhirnya
aktivitas belajar. Walaupun pada kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar
(Djamarah, 1996:44). Sebagai suatu proses pengajaran, kegiatan belajar mengajar tidak terlepas
dari ciri-ciri tertentu, antara lain:1.Memiliki Tujuan; 2.Adanya Suatu Prosedur; 3.Adanya Suatu
Penggarapan Materi yang Khusus; 4.Adanya Aktifitas Siswa; 5.Guru hanya sebagai Pembimbing;
6.Adanya Sikap Disiplin; 7.Adanya Batas Waktu; 8.Evaluasi.(Edi Suardi dalam Djamarah, 1996).
Pengertian model pembelajaran menurut Joyce dan Weil (1996:4) adalah suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam
setting tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya
buku-buku, film, komputer, kurikulum dan lain-lain. Saripuddin (1996:78) mengatakan bahwa
model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu
dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang dan para pengajar dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Dari kedua pandangan di atas menunjukkan bahwa
model pembelajaran itu tidak lain adalah suatu pola atau kerangka konseptual yang berisi
prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Model atau pola ini menjadi pedoman bagi guru dan perancang
pembelajaran dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran
berdasarkan masalah (problem-based instruction) merupakan salah satu dari berbagai model
pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam mengaktifkan siswa dalam belajar. Model
pembelajaran berdasarkan masalah bercirikan penggunaan masalah dunia nyata. Model ini dapat
digunakan untuk melatih dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan memecahkan
masalah serta untuk mendapatkan pengetahuan tentang konsep-konsep penting.
Pendekatan pembelajaran ini mengutamakan proses belajar, di mana tugas guru harus
memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai keterampilan mengarahkan diri.
Pembelajaran berdasarkan masalah penggunaannya di dalam tingkat berpikir yang lebih tinggi,
dalam situasi berorientasi masalah, termasuk bagaimana belajar (Arends, 1997:156). Pada
pelaksanaan model pembelajaran berdasarkan masalah, selain guru menjadi penentu keberhasilan
pembelajaran, juga faktor sumber belajar, sarana yang digunakan, dan kurikulum turut berperan.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Sujana (1989:93) bahwa keberhasilan model
pembelajaran berdasarkan masalah tergantung adanya sumber belajar bagi siswa, alat-alat untuk
menguji jawaban atau dugaan. Di samping itu dituntut adanya perlengkapan kurikulum,
menyediakan waktu yang cukup, data yang diperoleh dari lapangan, serta kemampuan peneliti
dalam mengangkat dan merumuskan masalah.
5/14/2018 Jurnal PTK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-ptk-55a822bb9d391 6/24
Model pembelajaran berdasarkan masalah bercirikan sebagai berikut: (a). Pengajuan
masalah atau pertanyaan, yaitu Pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan
pembelajaran disekitar pertanyaan dan masalah sosial yang penting bagi siswa dan masyarakat.
Pertanyaan atau masalah itu bersifat autentik (nyata) bagi siswa dan tidak mempunyai jawaban
sederhana. Pertanyaan atau masalah menurut Arends (1997: 170) harus memenuhi kriteria: (1)
autentik, yaitu masalah didasarkan dan diambil dari kehidupan sehari-hari sesuai dengan
pengalaman siswa dan prinsip-prinsip akademik, (2) jelas, yaitu masalah dirumuskan dengan
jelas, dalam arti tidak menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan
penyelesaian siswa, (3) mudah dipahami, (4) luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran, dan (5)
bermanfaat. (b). Berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu, yaitu Masalah yang diajukan
dalam pembelajaran berdasarkan masalah hendaknya mengaitkan atau melibatkan berbagai
disiplin ilmu. (c). Penyelidikan yang autentik, yaitu Pembelajaran berdasarkan masalah
mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata
terhadap masalah nyata. Siswa harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan
hipotesis dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan
eksperimen (jika perlu), membuat referensi, dan merumuskan kesimpulan. (d). Menghasilkan
produk/karya dan memamerkannya, yaitu Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa
untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya dan peragaan yang menjelaskan atau
mewakili bentuk penyelesaian masalah yang ditemukan. Produk itu dapat berupa laporan, model
fisik, video, maupun program komputer. Hasil karya tersebut ditampilkan siswa di depan teman-
temannya.(e). Kolaborasi, yaitu Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang
bekerja sama satu dengan lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil.
Pembelajaran berdasarkan masalah dikembangkan untuk membantu siswa
mengembangkan ketrampilan berpikir dan ketrampilan pemecahan masalah, belajar peranan
orang dewasa yang autentik dan menjadi pembelajar yang mandiri. Uraian rinci terhadap tujuan
pembelajaran berdasarkan masalah ini, diuraikan sebagai berikut:
a. Keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah
Berpikir adalah kemampuan untuk menganalisis, mengkritik, dan mencapai kesimpulan
berdasar pada inferensi atau pertimbangan yang seksama. Pernyataan tentang berpikir
memaklumi bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah tidak sama dengan keterampilan
yang berhubungan dengan pola-pola tingkah laku rutin.
b. Pemodelan peranan orang dewasa
5/14/2018 Jurnal PTK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-ptk-55a822bb9d391 7/24
Pembelajaran berdasarkan masalah penting untuk menjembatani antara pembelajaran
sekolah formal dengan aktifitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah. Hal ini
dapat dilihat pada uraian sebagai berikut:
1. PBI mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas.
2. PBI mendorong elemen-elemen belajar magang. Hal tersebut mendorong
pengamatan dan dialog dengan yang lain, sehingga secara bertahap siswa dapat
memahami peran yang diamati tersebut.
3. PBI melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri, yang memungkinkan
mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun
pemahamannya tentang fenomena tersebut.
c. Pembelajaran yang otonom dan mandiri
Pembelajaran berdasarkan masalah, berusaha membantu siswa menjadi pelajar yang
mandiri dan otonom. Dengan bimbingan guru yang berulang-ulang mendorong dan
mengarahkan mereka untuk mengajukan pertanyaan serta mencari penyelesaian terhadap
masalah nyata oleh mereka sendiri. Sehingga siswa belajar untuk menyelesaikan tugas-tugas itu
secara mandiri dalam hidupnya kelak.
Menurut Arends (1997:161) ada lima tahap kegiatan pembelajaran berorientasi model
pembelajaran berdasarkan masalah, yaitu:
Tahap pertama: Orientasi siswa pada masalah
Pada tahap ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang diperlukan,
dan memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah.
Tahap kedua: Mengorganisasi siswa untuk belajar
Pada tahap ini guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil,
membantu siswa mendefinisikan, dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah.
Tahap ketiga: Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok
Pada tahap ini guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai
dengan masalah yang dibahas, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Tahap keempat: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Pada tahap ini guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya
yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu siswa membagi tugas dengan
temannya.
5/14/2018 Jurnal PTK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-ptk-55a822bb9d391 8/24
Tahap kelima: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Pada tahap ini peneliti membantu siswa dalam melakukan evaluasi dan refleksi
terhadap penyelidikan dan proses yang digunakan dalam memecahkan masalah.
Implementasi pelaksanaan model pembelajaran berdasarkan masalah meliputi beberapa
kegiatan berikut ini.
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini dosen melakukan hal-hal sebagai berikut: (1) membuat kesepakatan
dengan dosen senior; (2) Menyiapkan instrument penelitian, yang berupa lembar
pengelolaan pembelajaran berdasarkan masalah, membuat lembar pengamatan aktivitas
mahasiswa selama PBI, membuat lembar soal test, membuat angket respon mahasiswa
terhadap PBI; (3) Membuat perangkat pembelajaran, yang terdiri dari Skenario atau
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat lembar kerja mahasiswa dengan
pendekatan kontekstual, dan membuat media pembelajaran.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
a) Pendahuluan
Pada kegiatan ini dosen mengingatkan mahasiswa tentang materi pelajaran yang lalu,
menyampaikan tujuan pembelajaran, dan memotivasi mahasiswa dalam kegiatan
pemecahan masalah yang autentik.
b) Kegiatan inti
Dosen bersama mahasiswa membahas konsep/teori yang diperlukan dalam kegiatan
pemecahan masalah dan memberikan contoh soal/masalah. Selanjutya, dosen
melaksanakan pembelajaran sesuai tahapan pembelajaran sesuai tahapan pembelajaran
berdasarkan masalah sebagai berikut:
Tahap I: Mengorientasikan Mahasiswa pada Masalah
Pada kegiatan ini dosen mengajukan masalah sesuai dalam lembar kerja mahasiswa dan
meminta mencermati masalah tersebut. Selanjutnya dosen meminta mahasiswa
mengemukakan ide dan teori yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah
tersebut.
Tahap 2: Mengorganisir Mahasiswa untuk Belajar
Pada kegiatan ini mahasiswa dikelompokkan dalam kelompok kecil (5 orang dalam
satu kelompok) secara bervariasi dengan memperhatikan kemampuan, rasial, etnis, dan
jenis kelamin. Selanjutnya dosen meminta mahasiswa secara berkelompok untuk
memecahkan masalah yang diajukan pada tahap 1.
Tahap 3: Membantu Mahasiswa Memecahkan Masalah
5/14/2018 Jurnal PTK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-ptk-55a822bb9d391 9/24
Pada tahap ini mahasiswa melakukan penyelidikan/pemecahan masalah secara bebas dan
berkelompok. Pada kegiatan ini dosen bertugas mendorong mahasiswa mengumpulkan
informasi dan mengajukan pertanyaan yang diperlukan mahasiswa dalam menjelajah dan
menemukan penyelesaian dari masalah yang sedang dibahas.
Tahap 4: Membantu Mahasiswa Mengembangkan dan Menyajikan Hasil
Pemecahan Masalah
Pada kegiatan ini dosen meminta salah seorang anggota kelompok mahasiswa atau
anggota-anggota kelompok yang ditunjuk untuk mempresentasikan hasil pemecahan yang
telah dilakukan oleh kelompoknya dan membantu mahasiswa jika mereka mengalami
kesulitan. Kegiatan ini berguna untuk mengetahui hasil sementara terhadap pemahaman
dan penguasaan mahasiswa terhadap materi yang diberikan.
Tahap 5: Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Msalah
Pada kegiatan ini dosen membantu menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir
mahasiswa, dan mahasiswa menyusun kembali hasil pemikiran dari kegiatan yang telah
dilakukan dengan menyimpulkan isi pembelajaran yang telah dilaksanakan, kemudian
mengumpulkan hasil pemecahan masalah oleh masing-masing kelompok.
c) Penutup
Dosen memberi post test tentang materi yang telah dipelajari pada akhir pembelajaran
untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Dari hasil
post test dapat dievaluasi kemampuan mahasiswa dalam memahami materi. Tugas-tugas
dan hasil post tets mahasiswa ini dikumpulkan dan akan dinilai oleh dosen.
3. Refleksi
Peneliti menganalisis dan merefleksi tindakan yang dilakukan apakah sudah berhasil
dalam mengajar, meningkatkan aktifitas mahasiswa dalam mengajar, dan memperbaiki
hasil belajar mahasiswa.
4. Revisi
Berdasarkan hasil refleksi, kemudian peneliti membeuat revisi yang berupa tindakan-
tindakan perbaikan dengan merevisi rencana pembelajaran yang disesuaikan dengan
permasalahan baru untuk dilaksanakan pada siklus selanjutnya.
Kelebihan dan kelemahan pembelajaran berdasarkan masalah, adalah:
a. Kelebihan Pembelajaran Berdasarkan Masalah
5/14/2018 Jurnal PTK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-ptk-55a822bb9d391 10/24
1) Siswa lebih memahami konsep materi yang diajarkan, sebab mereka sendiri yang
menemukan konsep itu.
2) Melibatkan siswa secara aktif dalam memecahkan masalah dan menuntut
ketrampilan berpikir siswa lebih tinggi.
3) Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran, sebab masalah-masalah yang
diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata. Hal ini dapat
meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa.
4) Menjadikan siswa lebih mandiri dan lebih dewasa, mampu memberi dan
menerima pendapat orang lain serta menanamkan sikap sosial yang positif di
antara siswa.
b. Kelemahan Pembelajaran Berdasarkan Masalah
1) Saat pembelajaran di kelas membutuhkan waktu yang lama, sehingga terkadang
materi tidak terselesaikan.
2) Menuntut peneliti membuat perencanaan pembelajaran yang lebih matang.
3) Tidak setiap materi dapat diajarkan dengan menggunakan pembelajaran
berdasarkan masalah. Sebaiknya diterapkan terhadap materi yang berhubungan
dengan kehidupan nyata siswa.
Berdasarkan teori-teori yang telah diuraikan di atas maka dapat dikemukakan hipotesis
sebagai berikut :
Diharapkan melalui penerapan model contextual teaching and learning
dengan pendekatan problem based instruction (PBI melalui indikator-indikator
yang telah ditetapkan maka peningkatan proses pembelajaran mata kuliah strategi
pemasaran dapat tercapai.
Gambar 1
Kerangka Berpikir
Pembelajaran
Strategi Pemasaran
PBM
5/14/2018 Jurnal PTK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-ptk-55a822bb9d391 11/24
konvensional Tidak
& monoton Evaluasi
Berhasil
Ya
KBM
Tanpa Variatif & Menarik
Evaluasi
Mengaitkan Materi Strategi
Pemasaran Dengan Memberi
MasalahYang Autentik
Problem Based Instruction
(PBI)
Belajar Bermakna
Hasil Belajar Meningkat
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Negeri
Surabaya yang beralamat di Jalan Kampus Ketintang, Surabaya. Subjek Penelitian. Subjek
dalam penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Manajemen Kosentrasi Pemasaran angkatan 2007
(reguler) Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya dengan jumlah mahasiswa sebanyak 46
orang. Waktu dan Lamanya Penelitian. Penelitian dilaksanakan selama 7 bulan mulai Mei dan
Oktober 2010. Alokasi waktu pelaksanaan penelitian (tindakan) yaitu selama 3 pertemuan
masing-masing satu pertemuan dilaksanakan 2 x 50 menit dalam tiga siklus pada bulan
September dan Oktober.
5/14/2018 Jurnal PTK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-ptk-55a822bb9d391 12/24
Prosedur Penelitian, Pada pertemuan pertama peneliti tidak memberikan materi, tetapi
hanya memberikan pre test kepada mahasiswa mengenai materi yang akan disampaikan. Setelah
pre test selesai, peneliti menjelaskan kepada mahasiswa mengenai model pembelajaran yang akan
dignakan. Selanjutnya pada pertemuan berikutnya peneliti mulai mengadakan proses belajar
mengajar yang dilaksanakan dalam 3 kali putaran (siklus) dan setiap siklus terdiri dari 4 tahap,
yaitu:
1. Tahap Perencanaan
a. Peneliti menyusun instrument penelitian yang berupa:
• Lembar hasil kinerja mahasiswa secara kelompok
• Lembar hasil belajar mahasiswa secara individu ( post test)
• Lembar pengelolaan pembelajaran berdasarkan masalah
b. Peneliti menyusun perangkat pembelajaran berdasarkan masalah berupa rencana pembelajaran.
2. Tahap Tindakan atau Pengamatan
a. Peneliti melaksanakan kegiatan belajar mengajar
b. Peneliti memberikan pre test, penilaian hasil belajar mahasiswa baik secara kelompok maupun
individu (post test) tentang materi yang telah dipelajari.
3. Tahap Refleksi
Pada tahap ini peneliti menganalisis data yang telah diperoleh dari hasil pengamatan
mengenai hal-hal yang sudah baik dan yang masih perlu diperbaiki pada siklus sebelumnya
sehingga pada siklus selanjutnya peneliti bisa lebih maksimal dalam proses pembelajarannya.
4. Tahap Revisi
Berdasarkan hasil refleksi pada tiap siklus, maka dapat diketahui kelemahan rancangan yang
ada sehingga siklus berikutnya menjadi lebih baik. Pada tahap ini juga dilakukan perbaikan-
perbaikan dari kekurangan siklus sebelumnya.
Setelah dilakukan 3 kali siklus berturut-turut, pada siklus ketiga peneliti memberikan angket
pada mahasiswa untuk diisi secara individu. Angket ini digunakan untuk mengetahui
pendapat atau tanggapan mahasiswa terhadap model pembelajaran berdasarkan masalah.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes meliputi pre test dan post test ,
observasi, wawancara, dan diskusi. Observasi, Digunakan untuk mengumpulkan data tentang
partisipasi mahasiswa dalam implementasi pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah.
Tes, Digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar mahasiswa. Tes yang
digunakan adalah pre test, test hasil kinerja mahasiswa secara berkelompok, dan tes sub
kompetensi (post test) yang diisi masing-masing individu dengan tujuan untuk mengetahui
tingkat hasil belajar mahasiswa. Angket, Angket digunakan untuk memperoleh informasi
5/14/2018 Jurnal PTK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-ptk-55a822bb9d391 13/24
tentang pendapat atau respon mahasiswa dalam memperoleh pembelajaran melalui
penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah. Dokumentasi, Peneliti melihat nama
dosen, nama mahasiswa, silabus, dan rencana pembelajaran pada materi pokok manajemen
produk.
Teknik Analisis Data
1. Analisis Hasil Belajar
a. Hasil Kinerja Mahasiswa Secara Kelompok
Hasil kinerja mahasiswa ini diberi skor maksimal 100 dan skor minimal 40. Untuk
menentukan tingkatan kelompok, peneliti membagi menjadi 4 tingkatan, yaitu:
• Tidak memuaskan 40 ≤ k ≤ 55
• Cukup memuaskan dengan banyak kekurangan 56 ≤ k ≤ 65
• Memuaskan dengan sedikit kekurangan 66 ≤ k ≤ 80
• Sangat memuaskan 80≤ k
Selain itu penilaian kinerja mahasiswa juga dianalisis dengan menggunakan acuan
kriteria yaitu seorang mahasiswa dikatakan tuntas dalam melaksanakan kinerja jika
memperoleh nilai lebih dari 66.
b. Hasil Belajar Mahasiswa Secara Individu ( Post Test)
Data hasil tes belajar mahasiswa terhadap proses pembelajaran dianalisis dengan
menggunakan kriteria, yaitu hasil belajar mahasiswa ditentukan tuntas atau tidak jikaseorang mahasiswa mencapai ketuntasan hasil belajar dengan nilai ≥66 . Dan suatu kelas
dikatakan tuntas jika di dalam kelas telah mencapai ≥ 85% mahasiswa yang telah
dikatakan tuntas belajar.
2. Analisis Pengelolaan Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari skor rata-rata tahap-tahap
proses belajar mengajar yang telah disesuaikan dengan tahap-tahap pengajaran, meliputitahap persiapan, tahap pelaksanaan (pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup), tahap
pengelolaan waktu yang digunakan, dan suasana kelas saat proses belajar mengajar.
Dari tahap atau aspek tersebut, maka selanjutnya dapat dihitung dengan rumus:
total skor seluruh komponen
Rata tiap tahap =
5/14/2018 Jurnal PTK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-ptk-55a822bb9d391 14/24
jumlah komponen
Selanjutnya data-data tersebut dikonversikan dengan criteria sebagai berikut:
Nilai 1.00 – 1.50 : Tidak Baik
Nilai 1.51 – 2.50 : Kurang Baik
Nilai 2.51 – 3.50 : Cukup Baik
Nilai 3.5 – 4.00 : Baik
3. Analisis Respon atau Tanggapan Mahasiswa
Data hasil respon mahasiswa terhadap proses pembelajaran dianalisis dengan
menggunakan prosentase yaitu banyaknya pemilih dibagi dengan jumlah pemilih
keseluruhan dikali 100%. Untuk respon mahasiswa ini, peneliti menetapkan apabila 75%
bahkan lebih mahasiswa menyatakan senang atau setuju terhadap pembelajaran yang
diberikan oleh peneliti yaitu pembelajaran berdasarkan masalah, maka model
pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dikatakan positif dan bisa diterapkan dalam
menyampaikan materi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Siklus Pertama
Pada tahap ini diawali dengan tahap perencanaan, Pada tahap ini peneliti mempersiapkan
instrument penelitian antara lain: rencana pembelajaran, lembar pengelolaan pembelajaran
berdasarkan masalah, lembar aktifitas mahasiswa, dan lembar post test siklus 1. setelah tahap
perencanaan, dilanjutkan dengan tahap kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan revisi.
Berdasarkan hasil refleksi, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus II tetap
dilakukan seperti halnya yang dilakukan pada siklus I. Tetap perlu adanya perbaikan-perbaikan
pada hal-hal sebagai berikut:
a. Peneliti harus lebih banyak memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
menemukan masalah ataupun informasi sendiri baik melalui berdiskusi dengan temannya
maupun melalui pengalaman bermakna mahasiswa.
b. Peneliti sebaiknya memberikan umpan balik dari hasil diskusi yang telah disajikan oleh
mahasiswa dengan menyajikan kasus-kasus lainnya yang setopik. Sehingga pengetahuan
mahasiswa tidak terbatas dari hasil diskusi mereka.
5/14/2018 Jurnal PTK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-ptk-55a822bb9d391 15/24
c. Peneliti harus bisa memprediksikan waktu dengan baik, sebaiknya waktu yang diberikan
untuk diskusi tidak terlalu panjang agar diskusi mahasiswa hanya sebatas pada materi atau
masalah yang diberikan bukan yang lain.
Siklus Kedua
Pada siklus II ini ada beberapa perencanaan yang dilakukan oleh peneliti. Adapun
perencanaan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pada proses pembelajaran pada siklus II, peneliti harus memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk menemukan masalah dan mencari informasi sendiri guna memecahkan
permasalahan. Untuk mewujudkan rencana ini, seminggu sebelum siklus II dilaksanakan
peneliti telah memberikan kasus yang berkaitan dengan materi siklus II kepada ketua kelas
untuk disebarkan ke masing-masing kelompok. Harapan peneliti adalah agar mahasiswa lebih
punya waktu untuk mempelajari, menemukan masalah, dan mencari informasi-informasi lain
sebagai bahan referensi pembahasan dan pemecahan masalah.
b. Setiap diskusi, peneliti sebaiknya memberikan umpan balik. Umpan balik ini merupakan
suatu cara untuk memberitahu kepada mahasiswa mengenai hasil mereka dalam suatu tes atau
pemecahan masalah yang mereka kerjakan setelah menyelesaikan suatu proses belajar. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui apakah mahasiswa telah benar-benar paham tentang apa yang
telah mereka diskusikan atau mereka presentasikan.
c. Peneliti sebaiknya harus memprediksikan waktu dengan tepat. Jadi antara tahap persiapan
sampai pada tahap penutup dan saat memberikan post test waktu yang dibutuhkan cukup.
d. Selain tiga rencana tadi, peneliti juga telah menyiapkan rencana pembelajaran, lembar
pengelolaan pembelajaran berdasarkan masalah, lembar penilaian kinerja mahasiswa, dan
soal untuk post test II.
e. Pada siklus II ini, anggota tiap kelompok tetap sama seperti kelompok pada siklus I.
Pada siklus II ini pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan
hasil yang baik, Saat peneliti menyampaikan pendahuluan mahasiswa sudah mulai
memperhatikan peneliti. Begitu juga ketika peneliti memotivasi mahasiswa, mahasiswa telah
banyak memperhatikan. Selain itu, dalam penyampaiann indikator juga sudah mengalami
peningkatan. Jadi rata-rata pendahuluan yang telah dilakukan peneliti menunjukkan hasil yang
baik.
Pada kegiatan inti di siklus II ini sudah cukup baik. Mulai menyampaikan garis besar
materi kepada mahasiswa, mengorganisasikan mahasiswa kepada suatu masalah, membimbing
5/14/2018 Jurnal PTK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-ptk-55a822bb9d391 16/24
mahasiswa dalam menyelesaikan masalah, membantu mahasiswa dalam menyajikan diskusi,
sampai pada tahap kegiatan membantu mahasiswa dalam menganalisis suatu masalah.
Ketika membimbing mahasiswa, peneliti cenderung memberikan kesempatan lebih
banyak untuk memecahkan masalah sesuai dengan pengalaman pembelajaran sebelumnya. Hal
ini, sesuai dengan aturan dalam metode pembelajaran berdasarkan masalah, yaitu peranan peneliti
sebagai penyaji masalah, memfasilitasi penyelidikan, dan berdialog dengan mahasiswa serta
mendukung mahasiswa dalam belajar.
Setiap kelompok yang telah selesai menyajikan hasil diskusi, akan diberikan umpan
balik. Umpan balik yang diberikan peneliti tidak lain adalah untuk mengetahui apakah
mahasiswa telah benar-benar mengerti tentang apa yang telah didiskusikan atau belum, sehingga
setelah materi selesai, diharapkan mahasiswa telah paham secara keseluruhan. Ketika
mengerjakan post test II mahasiswa mampu mengerjakan sendiri dan memperoleh hasil yang
baik, artinya tidak ada yang tidak tuntas.
Pada tahap penutup, pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti cukup baik.
Setelah semua kelompok menyajikan hasil diskusi, peneliti bersama-sama mahasiswa
menyimpulkan materi yang telah dipelajari bersama. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian
post test II. Saat, mahasiswa mengerjakan post test II, peneliti benar-benar menguasai kelas.
Sehingga diharapkan mahasiswa tidak ada yang berdiskusi atau bertanya pada temannya. Jadi
hasil yang akan diperoleh mahasiswa merupakan hasil murni.
Pengelolaan waktu yang dilakukan oleh peneliti cukup baik. Peneliti mampu
memprediksi waktu yang diberikan kepada mahasiswa, baik saat diskusi, presentasi, maupun saat
mengerjakan posttest. Pada siklus II, pembelajaran yang dilakukan peneliti menunjukkan hasil
yang baik. Pembelajaran sudah terpusat pada mahasiswa. Mahasiswa cenderung aktif dan
antusias.
Ketika berdiskusi mereka lebih banyak berdiskusi sendiri dengan kelompoknya daripada
bertanya pada peneliti. Begitu pula saat mempresentasikan hasil. Hal ini disebabkan mahasiswa
telah menyiapkan sebelumnya dan mengetahui prosedur tentang pembelajaran berdasarkan
masalah dilakukan. Peneliti hanya tingggal mengarahkan atau menuntun mahasiswa saat mereka
mengalami kesulitan.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dapat diuraikan berikut ini:
1) Pada siklus II ini diketahui model pembelajaran berdasarkan masalah mudah dipahami
oleh mahasiswa. Hal ini terlihat dengan keterlibatan mahasiswa secara aktif saat diskusi dan
presentasi hasil pemecahan masalah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai hasil kinerja
5/14/2018 Jurnal PTK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-ptk-55a822bb9d391 17/24
mahasiswa yang memuaskan (rata-rata diatas 66) Keaktifan mahasiswa saat berdiskusi telah
menimbulkan suatu kondisi pembelajaran kondusif serta aktif.
2) Peneliti diharapkan mampu memberi motivasi pada mahasiswa, agar semangat
mahasiswa dalam pembelajaran berdasarkan masalah tidak menurun. Peneliti hendaknya
memberi reward bagi kelompok yang mampu mempresentasikan hasil terbaik. Motivasi
tersebut diharapkan menambah semangat mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran.
3) Pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti pembelajaran berdasarkan
masalah telah sesuai dengan sintask pembelajaran berdasarkan masalah. Untuk siklus
selanjutnya hendaknya peneliti memberi motivasi lebih pada mahasiswa sebagai sarana untuk
membentuk cara belajar siswa yang baik. Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil
diskusinya, peneliti bersama-sama mahasiswa merangkum materi yang dipelajari bersama.
Berdasarkan hasil releksi dan evaluasi tindakan di atas dapat disimpulkan bahwa:
a. Peneliti telah memberikan motivasi pada mahasiswa dengan cukup baik, tapi hendaknya
memberi motivasi yang lebih lagi pada mahasiswa. Hal ini dilakukan agar mahasiswa tetap
aktif saat melakukan diskusi atau pemecahan amsalah
b. Peneliti hendaknya memberikan reward bagi kelompok yang mampu menyajikan hasil
pemecahan terbaik
Berdasarakan hasil releksi diatas, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar telah mengalami
peningkatan yang baik, sehingga siklus III dapat dilakukan. Tapi perlu adanya perbaikan atau
tambahan sebagai berikut.
a. Peneliti seharusnya lebih antusias lagi dalam memotivasi mahasiswa sehingga semangat
mahasiswa tidak menurun.
b. Sebaiknya peneliti memberi reward atau hadiah yang diberikan pada kelompok yang mampu
menyajikan hasil pemecahan masalah paling baik.
c. Penemuan masalah pada kasus di siklus II ini berasal dari mahasiswa sendiri. Artinya
mahasiswa mencari sendiri masalah tentang strategi brand management dan kelanggengan
merek yang dikaitkan dengan produk dan citra perusahaan. Kemudian, mahasiswa
diharapkan mampu menganalisisnya atau memberikan solusi dari permasalahannya. Dan
diharapkan tiap kelompok telah mengusai masalah serta pemecahannya yang akan disajikan
pada siklus selanjutnya.
Siklus Ketiga
5/14/2018 Jurnal PTK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-ptk-55a822bb9d391 18/24
Pada tahap siklus ini sebelum melakukan proses pembelajaran, peneliti telah
mempersiapkan beberapa perencanaan dan instrument penelitian. Adapun perencanaan tersebut
antara lain:
a. Pada putaran sebelumnya antusias mahasiswa sudah baik, dan diharapkan pada siklus ketiga
mahasiswa tetap mempunyai sikap yang sama. Hal ini dikarenakan adanya dorongan dan
motivasi peneliti yang makin meningkat dan lebih baik kepada mahasiswa sehingga mereka
lebih bersemangat dalam mengikuti proses belajar mengajar
b. Pada siklus ketiga peneliti juga memberi reward atau hadiah pada suatu kelompok yang
mampu menyajikan atau mempresentasikan hasil pemecahan masalah terbaik. Reward atau
hadiah diberikan atas prestasi yang dicapai oleh mahasiswa dengan tujuan untuk merangsang
mahasiswa memperoleh prestasi yang lebih dikemudian hari. (Djamarah, 1996:167)
c. Instrumen penelitian juga digunakan pada siklus ini, meliputi rencana pembelajaran, lembar
pengelolaan pembelajaran berdasarkan masalah, lembar aktivitas mahasiswa dan lembar
posttest untuk tahap terakhir.
Perencanaan dalam siklus ketiga ini diharapkan mampu merangsang minat belajar mahasiswa
tidak hanya minat belajar di kampus namun juga saat di rumah, sehingga diharapkan ada
ketuntasan dalam hasil belajar seluruh mahasiswa.
Dari hasil posttest siklus ketiga semua mahasiswa dikatakan tuntas dalam belajar. Hal ini
dapat dilihat dari semua rata-rata nilai mahasiswa yang mencapai hampir 80. Pada siklus ketiga
ini, dapat disimpulkan prosentase ketuntasan belajar mencapai 99% dan ini sesuai dengan
harapan peniliti.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakakukan oleh peneliti pada siklus ketiga
diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Proses belajar mengajar yang dilakukan oleh peneliti pada siklus ketiga secara keseluruhan
sudah baik, bahkan saat diskusi dan presentasi hasil pemecahan masalah kondisi kelas mulai
aktif dan kondusif. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah dapat
meningkatkan aktifitas mahasiswa dalam belajar dan menyampaikan pendapat.
2. Pembelajaran berdasarkan masalah yang diterapkan dalam proses kegiatan belajar mengajar
telah sesuai dengan sintaks pembelajaran berdasarkan masalah yanga ada dan ini dapat
dinyatakan positif karena mampu meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Pada siklus ketiga,
pengelolaan pembelajaran yang dilakukan peneliti sudah baik sehingga tidak perlu ada
perbaikan.
Berdasarkan data pengelolaan pembelajaran berdasarkan masalah yang peneliti peroleh
pada siklus ketiga sudah baik. Hasil yang diperoleh adalah peneliti telah sukses menerapkan
5/14/2018 Jurnal PTK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-ptk-55a822bb9d391 19/24
pembelajaran berdasarkan masalah. Mulai tahap persiapan, pelaksanaan sampai dengan tahap
penutup semua fase kegiatan memperoleh rata-rata kategori baik. Pengelolaan waktu yang
dilaksanakan sudah berjalan baik, karena mahasiswa telah terbiasa dengan penerapan metode
problem based instruction (PBI) dan juga telah memahami masalah yang dihadapi sehingga
mereka tidak sulit dalam mencari solusi masalah.
Pada siklus ketiga ini, suasana pembelajaran dalam kelas terlihat aktif. Masing-masing
mahasiswa dalam kelompok sangat antusias mengikuti diskusi dalam kelas. Tiap kelompok
berusaha mempertahankan pendapatnya dan sering mengajukan pertanyaan pada kelompok lain.
Meskipun banyak silang pendapat antar kelompok, namun masih terjalin sikap tenggang rasa dan
saling menghargai pendapat antar kelompok.
Hasil pengelolaan pembelajaran berdasar masalah secara keseluruhan mempunyai nilai
rata-rata baik. Hal ini dikarenakan, mahasiswa telah terbiasa dengan metode PBI dan telah
menguasai masalah yang harus dipecahkan sendiri. Begitu pula, hasil kinerja mahasiswa yang
juga mengalami peningkatan. Pada siklus ketiga ini, terjadi perdebatan masing-masing kelompok
saat diskusi namun masih mampu dikendalikan oleh peneliti. Mahasiswa berusaha memperoleh
reward sebanyak-banyaknya dari peneliti berupa tambahan nilai.
Berdasarkan hasil refleksi dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan
pada siklus ketiga telah baik. Sebaiknya pada pembelajaran berdasarkan masalah diberikan suatu
permasalahan autentik dan mudah mengena pada pemikiran mahasiswa. Selain itu, peneliti juga
memberi reward bagi kelompok yang mampu menyajikan hasil pemecahan masalah terbaik,
karena kondisi ini mampu memotivasi mahasiswa dalam belajar.
Pembelajaran berdasarkan masalah sebaiknya harus mampu memprediksi waktu dengan
baik, karena pada metode ini terdapat tahap diskusi dan penyajian hasil pemecahan masalah yang
tidak memerlukan waktu cukup lama. Pada metode ini, peneliti juga diharapkan mampu
menguasai kelas karena tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-
macam kegiatan belajar mahasiswa dalam lingkungan sosial, emosional dan intelektual dalam
kelas. Fasilitas yang ada memungkinkan mahasiswa belajar dan bekerja dengan baik, terciptanya
suasana sosial yang memberikan kepuasan suasana disiplin, perkembangan intelektual,
emosional dan sikap serta apresiasi pada siswa (Sudirman N. dalam Djamarah, 1996).
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian melalui model PBI, pengelolaan PBI, hasil belajar
mahasiswa, dan respon mahasiswa diuraikan sebagai berikut:
5/14/2018 Jurnal PTK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-ptk-55a822bb9d391 20/24
a. Berdasarkan tabel penilaian pengelolaan pembelajaran berdasarkan masalah pada
siklus satu, siklus dua, dan siklus ketiga diperoleh data sebagai berikut:
Diagram 1. Pengelolaan Pembelajaran Berdasarkan Masalah
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
siklus 1 siklus 2 siklus 3
% hsl kinerja
Berdasarkan hasil sebelumnya diketahui bahwa pada siklus pertama nilai rata-rata
pengelolaan pembelajaran berdasarkan masalah sebesar 2,67%, selanjutnya siklus kedua sebesar
3,2%. Sedangkan siklus ketiga mencapai 4%. Peningkatan ini disebabkan pada setiap siklus
dilakukan refleksi dan revisi. Pada setiap akhir pembelajaran berdasarkan masalah, peneliti
berdiskusi dengan team teaching untuk menyampaikan kekurangan dan kelebihan yang ada
sehingga dapat dilakukan proses perbaikan pada siklus selanjutnya.
b. Hasil belajar pada penelitian ini meliputi dua hal, yaitu hasil belajar mahasiswa
yang diperoleh melalui posttest dan hasil kinerja mahasiswa.
1) Hasil belajar mahasiswa
Hasil belajar mahasiswa mengalami peningkatan yang siginifikan untuk semua siklus.
Pada kegiatan pembelajaran ini peneliti menetapkan nilai kelulusan yang diperoleh
mahasiswa adalah 66, sehingga mahasiswa yang mendapat nilai dibawah 66 dinyatakan
belum tuntas dalam belajar. Pada siklus pertama hasil belajar mahasiswa mencapai 81%,
hasil belajar mahasiswa pada siklus kedua meningkat menjadi 85% dan pada siklus ketiga
meningkat menjadi 100%. Peningkatan hasil belajar ini disebabkan mahasiswa telah
memahami materi yang telah disampaikan melalui diskusi dan pemecahan masalah.
Diagram 2. Hasil Belajar Mahasiswa
5/14/2018 Jurnal PTK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-ptk-55a822bb9d391 21/24
0
20
40
60
80
100
SIKLUS 1 SIKLUS 2 SIKLUS 3
% TUNTAS HSL BLJR
2) Hasil kinerja mahasiswa
Tugas kinerja mahasiswa diberikan setiap siklus yang digunakan untuk mengetahui
kemampuan kinerja mahasiswa dalam memecahkan masalah. Analisis data hasil tugas
kinerja kelompok ditunjukkan pada tabel berikut ini:
TABEL 1
DESKRIPSI HASIL KINERJA
Kelompok Siklus
I
Siklus
II
Siklus
III
Rata-
Rata
Keterangan
1 75 70 70 71.6 Memuaskan
2 70 70 75 71.6 Memuaskan
3 70 75 70 71.6 Memuaskan
4 70 80 75 75 Memuaskan
5 75 70 80 75 Memuaskan
6 68 75 85 76 Memuaskan
7 75 70 70 71.6 Memuaskan
8 80 75 75 76.6 Memuaskan
9 67 85 80 77.3 Memuaskan
10 70 75 75 73.3 Memuaskan
11 73 70 70 71 Memuaskan
12 70 75 75 73.3 Memuaskan
Berdasarkan tabel tersebut, hasil kinerja mahasiswa secara keseluruhan sudah
mencapai ketuntasan, karena rata-rata nilai yang mahasiswa mencapai diatas 66. semua
kelompok mencapai hasil memuaskan. Hal ini karena semua kelompok dalam berdiskusi
maupun menyajikan hasil karyanya telah masksimal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
dalam grafik prosentase hasil kinerja mahasiswa berikut ini.
5/14/2018 Jurnal PTK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-ptk-55a822bb9d391 22/24
2) Untuk mengetahui respon mahasiswa terhadap pembelajaran berdasarkan
masalah peneliti memberikan angket yang harus diikuti oleh mahasiswa. Dari hasil
angket yang telah disebarkan, ternyata 95% mahasiswa menyatakan senang belajar mata
kuliah strategi pemasaran dengan materi manajemen produk yang terdiri dari positioning,
strategi brand management, dan program manajemen produk melalui model pembelajaran
berdasarkan masalah. Adanya model pembelajaran berdasarkan masalah ini mampu
mendorong mahasiswa berani dalam menyampaikan pendapat dan menjadi lebih aktif
dalam proses belajar mengajar (95%).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penerapan pembelajaran kooperatif dengan tipe problem based
instruction (PBI) dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas proses belajar mengajar.
2. Dari hasil observasi memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan
pada pengelolaan pembelajaran berdasarkan masalah. Pada siklus I sampai dengan siklus II
nilai rata-rata pengelolaan pembelajaran semakin meningkat. Peningkatan ini karena
mahasiswa sudah terbiasa dalam melakukan pembelajaran berdasarkan masalah.
3. Kemampuan dalam diskusi kelompok juga mengalami kemajuan
yang sangat berarti. Hal ini dapat dilihat dari sudah mulai terbiasanya mahasiswa dengan
belajar secara kelompok.
4. Aktivitas hasil kerja mahasiswa dalam kelompok telah mencapai
kesempurnaan setelah siklus III. Ini dapat dilihat dari peningkatan hasil kerja mahasiswa yang
mana semua kelompok mampu mencapai nilai rata-rata ≤ 66.
5. Penguasaan mahasiswa terhadap materi pembelajaran
menunjukkan peningkatan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan ketuntasan hasil belajar pada
siklus I sampai dengan siklus II mengalami peningkatan, dan mencapai hasil 100% untuk
siklus III.
6. Pembelajaran model problem based instruction (PBI) ini relevan
dengan pembelajaran kontekstual.
7. Melalui pembelajaran problem based instruction (PBI),
mahasiswa membangun sendiri pengetahuan, menemukan langkah-langkah dalam mencari
penyelesaian dari suatu materi yang harus dikuasi oleh mahasiswa secara kelompok
5/14/2018 Jurnal PTK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-ptk-55a822bb9d391 23/24
8. Pembelajaran mata kuliah strategi pemasaran dengan model
problem based instruction (PBI) pada materi media strategi pemasaran lebih menyenangkan.
Hal ini terlihat dari respon mahasiswa yang menyatakan 95% mahasiswa senang belajar
dengan menggunakan model PBI dan terlihat aktif dalam menyampaikan pendapat mereka
Saran
Telah terbuktinya pembelajaran problem based instruction (PBI) dapat meningkatkan hasil
belajar dan aktivitas mahasiswa dalam mata kuliah strategi pemasaran, maka kami sarankan hal-
hal sebagai berikut:
1. Pembelajaran problem based instruction
(PBI) dapat digunakan bagi dosen sebagai alternatif model pembelajaran yang dapat
diterapkan dalam menyampaikan mata kuliah strategi pemasaran dengan materi manajemen
produk.
2. Problem based instruction (PBI)
merupakan pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa sehingga dalam pemilihan topik
permasalahan hendaknya terkait dengan masalah yang autentik dan aktual. Begitu pula,
dalam pemecahan masalah harus mampu mencakup semua sub pokok bahasan yang terdapat
dalam materi.
3. Penelitian yang dilakukan masih dalam
satu materi dengan penggunaan strategi yang terbatas. Oleh sebab itu, peneliti lain diharapkan
dapat lebih variatif dalam menerapkan strategi pembelajaran agar dapat menunjukkan hal-hal
penting yang tidak dapat ditunjukkan dalam penelitian ini.
DAFTAR RUJUKAN
Arends, Richard. 1997. Classroom Instructional and Management. New York:
MCGraw-Hill
Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press
Djamarah, S.B. dan Awan Zain. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Joyce, Bruce and Marshal Weil. 1996. Models of Teaching. Boston: Allynand
Bacon
5/14/2018 Jurnal PTK - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-ptk-55a822bb9d391 24/24
Saripuddin, Udin W dan T. Sukamto. 1996. Teori-teori Belajar dan Model-model
Pembelajaran. PAU untuk peningkatan dan pengembanganaktivitas
instruksional. Jakarta: Ditjen DIKTI
Sujana. 1989. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Karunia