+ All Categories
Home > Documents > PARAGRAF KOHEREN DAN TAK KOHEREN DALAM TEKS TULIS …

PARAGRAF KOHEREN DAN TAK KOHEREN DALAM TEKS TULIS …

Date post: 16-Oct-2021
Category:
Upload: others
View: 7 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
14
PARAGRAF KOHEREN DAN TAK KOHEREN DALAM TEKS TULIS GURU SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN BANGKA DAN BANGKA TENGAH (Coherent and incoherent paragraphs in the written texts of elementary school teachers in Bangka and Central Bangka Regency) Hidayatul Astar Kantor Bahasa Kepulauan Bangka Belitung Kompleks Perkantoran Pemukiman Terpadu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jalan Pulau Bangka, Air Itam, Pangkalpinang 33149 Pos-el: [email protected] Diajukan: 6 September 2019, direvisi: 21 November 2019 Abstract The written language of a teacher is of course expected to follow the rules of spelling and grammar. This article reveals how the written texts of elementary school teachers in Bangka Regency and Central Bangka Regency. The focus is on paragraph aspects, namely coherent paragraphs and incoherent paragraphs. Data is taken when language development activities in 2017. Teachers were asked to write about tin mining when the activity takes place. The method used is qualitative descriptive. The analysis carried out follows Alwi (2003: 428) and Chalmers (2016) about coherence. Based on data analysis, the texts of elementary school teachers in the two districts are mostly in partial coherent text types (there are coherent paragraphs and some are not coherent). Of the 90 texts studied, 43 (47.77%) were partially coherent, 23 texts (25.56%) were coherent, and 24 texts (26.67%) were incoherent. Furthermore, of the 320 paragraphs studied, 186 (58.81%) were incoherent and 134 (41.19%) coherent. The coherent and incoherent paragraph of the teacher are marked by the relationship between well organized and disorganized ideas. Key words: text, paragraph, coherent, incoherent Abstrak Bahasa ragam tulis seorang guru tentu diharapkan susuai dengan kaidah ejaan dan tata bahasa. Artikel ini mengungkap bagaimana teks tulis guru SD di Kabupaten Bangka dan Ka bupaten Ba ngka Tengah. Fokusnya pada aspek paragraf, yaitu paragraf koheren dan paragraf tak koheren. Data diperoleh dalam aktivitas pembinaan bahasa tahun 2017. Guru diminta menulis tentang ta mbang timah ketika kegiatan dilaksanakan. Metode yang digunakan adalah metode deskrptif kualitatif. Anlisis data menggunakan konsep keherensi Alwi (2003:428) dan Chalmers (2016). Berdasarkan analisis data, teks guru SD di dua kabupaten itu lebih banyak dalam jenis teks koheren sebagian (ada paragraf koheren dan ada yang tak koheren). Dari 90 teks yang diteliti, 43 (47,77%) koheren sebagian, 23 teks (25,56%) koheren, dan 24 teks (26,67%) tak koheren. Selanjutnya, dari 320 paragraf yang diteliti, 186 (58,81%) tak koheren dan 134 (41,19%) koheren. Paragraf koheren dan tak koheren guru ditandai oleh adanya hubungan antaride yang tertata baik dan tidak baik. Kata Kunci: teks, paragraf, koheren, tak koheren
Transcript
Page 1: PARAGRAF KOHEREN DAN TAK KOHEREN DALAM TEKS TULIS …

PARAGRAF KOHEREN DAN TAK KOHEREN DALAM TEKS TULIS GURU SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN BANGKA DAN

BANGKA TENGAH

(Coherent and incoherent paragraphs in the written texts of elementary school teachers in Bangka and Central Bangka Regency)

Hidayatul Astar

Kantor Bahasa Kepulauan Bangka Belitung Kompleks Perkantoran Pemukiman Terpadu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Jalan Pulau Bangka, Air Itam, Pangkalpinang 33149 Pos-el: [email protected]

Diajukan: 6 September 2019, direvisi: 21 November 2019

Abstract

The written language of a teacher is of course expected to follow the rules of spelling and grammar. This article reveals how the written texts of elementary school teachers in Bangka Regency and Central Bangka Regency. The focus is on paragraph aspects, namely coherent paragraphs and incoherent paragraphs. Data is taken when language development activities in 2017. Teachers were asked to write about tin mining when the activity takes place. The method used is qualitative descriptive. The analysis carried out follows Alwi (2003: 428) and Chalmers (2016) about coherence. Based on data analysis, the texts of elementary school teachers in the two districts are mostly in partial coherent text types (there are coherent paragraphs and some are not coherent). Of th e 90 texts studied, 43 (47.77%) were partially coherent, 23 texts (25.56%) were coherent, and 24 texts (26.67%) were incoherent. Furthermore, of the 320 paragraphs studied, 186 (58.81%) were incoherent and 134 (41.19%) coherent. The coherent and incoherent paragraph of the teacher are marked by the relationship between well organized and disorganized ideas. Key words: text, paragraph, coherent, incoherent

Abstrak

Bahasa ragam tulis seorang guru tentu diharapkan susuai dengan kaidah e jaan da n ta ta ba hasa.

Artikel ini mengungkap bagaimana teks tulis guru SD di Kabupaten Bangka dan Ka bupaten Ba ngka

Tengah. Fokusnya pada aspek paragraf, yaitu paragraf koheren dan paragraf tak k oheren. Data

diperoleh dalam aktivitas pembinaan bahasa tahun 2017. Guru diminta menulis tentang ta mbang

timah ketika kegiatan dilaksanakan. Metode yang digunakan adalah metode deskrptif kua l itatif.

Anlisis data menggunakan konsep keherensi Alwi (2003:428) dan Chalmers (2016). Berdasarkan

analisis data, teks guru SD di dua kabupaten itu lebih banyak dalam jenis teks koheren sebagian (ada

paragraf koheren dan ada yang tak koheren). Dari 90 teks yang diteliti, 43 (47,77%) koheren

sebagian, 23 teks (25,56%) koheren, dan 24 teks (26,67%) tak koheren. Selanjutnya, dari 320

paragraf yang diteliti, 186 (58,81%) tak koheren dan 134 (41,19%) koheren. Pa ragraf koheren dan

tak koheren guru ditandai oleh adanya hubungan antaride yang tertata baik dan tidak baik.

Kata Kunci: teks, paragraf, koheren, tak koheren

Page 2: PARAGRAF KOHEREN DAN TAK KOHEREN DALAM TEKS TULIS …

Kelasa, Vol. 14, No. 2, Desember 2019: 157—170

158

1. Pendahuluan Bahasa, jika ditinjau dari

berbagai sudut pandang, memiliki

ragam. Berdasarkan sarana yang

digunakan, bahasa terbagi dua, yaitu

bahasa ragam lisan dan bahasa ragam tulis (Alwi, 2017:6). Bahasa

ragam lisan menggunakan alat-alat ucap manusia dan dibantu oleh

ekspresi, gestur, dan intonasi. Bahasa lisan yang baik tentu yang

mudah dipahami, jelas, dan tidak menimbulkan salah tafsir. Tidak

jarang sesorang yang ingin berbicara akan menyiapkan konsep atau bahan

yang akan disampaikan dalam

bentuk poin-poin yang ingin

disampaikan. Sementara itu, bahasa

tulis menggunakan sarana alat tulis,

seperti pulpen, pensil, dan peng-

hapus. Menulis biasanya mem-butuhkan waktu yang lebih lama

dibandingkan dengan berbicara dan

penulis tidak berinteraksi langsung

dengan pembaca (Chafe dalam

Renkema, 2004:65). Penulis akan

membaca lagi tulisannya apakah

sudah tertata dengan baik sebelum dia berikan atau kirimkan kepada

orang lain. Tidak jarang bahasa tulis direvisi berkali-kali.

Dalam rangka meningkatkan

profe-sionalisme guru, Kantor

Bahasa Kepulauan Bangka Belitung

menemukan fenomena bahasa tulis atau teks guru yang belum sesuai

dengan harapan. Terdapat

percampuran penggunaan kata

ragam tinggi dan ragam rendah, ejaan dan tata bahasa yang belum

sesuai kaidah, dan susunan paragraf

yang tak koheren. Ini tentu tidak ter-

lepas dari pengetahuan, pengalaman

menulis, atau kemauan para guru.

Guru mungkin sudah begitu di-sibukkan dengan kegiatan mengajar

dan kegiatan administrasi di sekolah

sehingga seperti tidak ada waktu

untuk meningkatkan kemampuan

menulis ragam tinggi atau ilmiah. Penggalan teks yang ditulis guru SD

di Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Belitung berikut

memperlihatkan hal demikian.

Pulau Bangka dengan keindahan panorama alam, sudah terkenal di

Indonesia. Terutama panorama pan-tainya, pertanian dan

perkebunan. Hasil pertanian seperti lada, cengkeh dan hasil

perkebunan seperti karet serta hasil laut seperti udang, kepiting.

Itu semua membuat masya-rakat

Bangka sejahtera dan tentram.

Tapi itu kehidupan sebelum

adanya penambangan timah. (GBSD/P2)

Dalam teks tersebut, terdapat penggunaan kata tapi sebagai

konjungsi antarkalimat. Seharusnya

yang digunakan adalah akan tetapi

atau namun. Dalam hal ejaan, tanda koma (,) tidak dibenarkan antara

subjek dan predikat Pulau Bangka

dengan keindahan panorama alam

(S), sudah terkenal di Indonesia (P); tanda koma digunakan dalam setiap

rincian lebih dari tiga kata walaupun

ada kata penghubung dan, tetapi dalam tulisan tidak digunakan

Terutama panorama pantainya,

pertanian dan perkebunan. Kalimat

Hasil pertanian seperti lada, cengkeh dan hasil perkebunan seperti karet

serta hasil laut seperti udang,

kepiting tidak efektif karena tidak

Page 3: PARAGRAF KOHEREN DAN TAK KOHEREN DALAM TEKS TULIS …

Paragraf Hoheren...(Hidayatul Astar)

159

berpredikat. Tulisan itu mem-

buktikan bahwa guru belum memiliki kemampuan menulis

ragam tinggi atau ilmiah yang memadai. Selain itu, konsep

memparagrafkan juga belum dipahami seperti terlihat dalam dua

paragraf berikut.

Sejak semaraknya

penamba-ngan timah yang ada di Pulau Bangka,

membuat pulau yang begitu indah kini tinggal menjadi

pulau yang penuh dengan

kubangan-kubangan air. Ini

meru-pakan salah satu

dampak negatif dari penambangan timah yang

ada.

Bukan hanya itu saja, dam-pak-dampak negatif

yang ditim-bulkan oleh penambangan timah.

Contohnya rusaknya

ekosistem laut maupun di darat, bencana alam, lubang

tambang (kolong) yang

begitu banyak, dan dampak

psikologis bagi generasi penerus.(GBSD/P4)

Kedua paragraf tersebut seharusnya

disatukan karena berbicara hal yang sama. Kalimat topik dan kalimat

penje-lasnya harus lebih

dieksplisitkan dan ditata ulang ketika dijadikan sebuah paragraf

yang baik.

Mengingat fakta teks tulis guru

seperti itu, perlu dilakukan

penelitian atau kajian mulai dari ejaan sampai ke paragraf. Dalam

kesempatan ini, yang menjadi fokus

penelitian adalah pada aspek paragraf khususnya bagaimana

koherensi dalam paragraf teks tulis guru.

Hasil penelitian ini bermanfaat

terutama bagi para guru dalam rangka menulis teks yang baik. Bagi

para pemangku kepentingan, hasil penelitian ini berguna sebagai bahan

pengambilan kebijakan dalam rangka meningkatkan kemampuan

menulis para guru atau tenaga kependidikan, khususnya pada

bagian paragraf.

Kerangka Teori

Koherensi merupakan hubung-an perkaitan antarproposisi (Alwi

2003: 428). Hubungan antar-

proposisi itu direpresentasikan oleh

pertautan secara semantis antara kalimat yang satu dengan kalimat

lainnya secara logis. Sejalan dengan

itu, Gordon (2011) menyebutkan

bahwa koherensi mengacu pada

kemudahan memahami tulisan.

Young Min (2016) me-

ngemukakan bahwa koherensi me-rupakan hubungan pada level ide.

Oleh Chalmers (2016) koherensi itu

disebut kesatuan ide-ide. Ada ide

pokok dan ide pendukung. Ide pokok

berfungsi sebagai patokan atau

pengendali terhadap ide-ide lainnya.

Ide pokok dalam sebuah paragraf

dapat secara eksplisit dan dapat pula

secara implisit. Ide pokok itu disebut

gagasan pengontrol yang menjadi

patokan bagi munculnya gagasan pendukung (Rahardi, 2006: 73).

Oleh karena itu, sebuah paragraf

atau sebuah teks yang baik harus

menggambarkan struktur berpikir

Page 4: PARAGRAF KOHEREN DAN TAK KOHEREN DALAM TEKS TULIS …

Kelasa, Vol. 14, No. 2, Desember 2019: 157—170

yang lengkap (Mahsun, 2014: 1).

Dalam tulisan ragam ilmiah disyaratkan ide pokok itu selalu

eksplisit supaya tidak menimbulkan salah tafsir atau pertanyaan bagi

pembaca.

Koherensi berkaitan dengan kohesi. Sebuah teks, wacana, atau

paragraf dapat ditinjau bagaimana kohesi dan koherensi-nya. Ada

sebuah teks yang koheren, tetapi tidak kohesif. Sebaliknya, ada juga

teks yang tak koheren, tetapi kohesif. Dalam konteks penelitian ini

acuan yang digunakan adalah

teks/paragraf yang koheren dan

kohesif. Penanda kohesifnya harus

eksplisit seperti yang yang dikutip Chalmers dari Atkins. P.W. 1991

berikut ini.

Threre are three components to a typical

modern catalyticcon-verter: one to effect the

reduc-tion of nitrogen oxides,

another to facilitate

the oxidation of carbon monoxide and hydrocarbons,

and the third to maintain the correct abundance of oxygen.

In the first stage the nitrogen

oxides are redu-ced using a platinum catalyst, which

facilitates their decom-

position into nitrogen and

oxygen. In the next stage the carbon fragments are oxidi-

zed over a platinum /rhodium

catalyst. Finally, the correct

amo-unt of oxygen is ensured by monitoring the amount of

oxygen passing into the

engine, and by incorporating into the catalyst a metal oxide

that absorbs oxygen (by

reacting with it to form a higher oxide) when the fuel

mixture has too much oxygen and reverts to the lower oxide,

releasing oxygen, when the mixture has too little (Atkins.

P.W, 1991)

Paragraf tersebut koheren dan kohesif. Pemarkah kohesif terlihat

secara eksplisit: in the firs stage, in the nexs stage, dan finally dalam

kalimat kedua, ketiga, dan keempat. Isi terkait dan terorganisasi dengan

logis sehingga mudah dipahami

maksudnya. Contoh yang dikemukan

Gordon (2011) berikut juga koheren

dan kohesif

My favourite colour

is blue. I like it because it is

calming and it relaxesme. I often go outside in the

summer and lie on the grass and look into the clear

sky when I am stressed.

For this reason, I'd have to

say my favourite colour is blue.

Kalimat kedua terkait dengan

kalimat pertama; kalimat ketiga terkait dengan kalimat pertama;

kalimat keempat terkait dengan kalimat kedua dan ketiga. Paragraf

itu menjadi tak koheren ketika kalimat berikutnya diganti walapun

kohesif. Gordan (2011) mencontoh-

kannya seperti berikut.

My favourite colour is

blue. Blue sports cars go very fast. Driving in this way is

dangerous and can cause

many car crashes. I had a car

160

Page 5: PARAGRAF KOHEREN DAN TAK KOHEREN DALAM TEKS TULIS …

Paragraf Hoheren...(Hidayatul Astar)

161

Paragraf itu kohesif, tetapi tak koheren karena isi tidak terkait atau

terorganisasi dengan logis. Ide pokok yang terdapat dalam kalimat

pertama tidak didukung atau tidak dijelaskan oleh kalimat-kalimat

berikutnya.

2. Metode Penelitian Data penelitian ini diperoleh

ketika kegiatan Sosialisasi PUEBI (pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia) dan Peningkatan Kompetensi Berbahasa Indonesia Guru SD di Kabupaten Bangka dan Kabupaten Bangka Tengah. Pada kegiatan tersebut, setiap guru diberi bagan dan ilustasi singkat untuk kemudian diolah menjadi sebuah tulisan sepanjang lebih kurang 200 kata yang ditujukan untuk pembaca umum. Bagan dan ilustrasinya diberikan sebagai berikut.

Pulau Bangka terkenal

sebagai penghasil timah

terbesar di Indo-nesia. Aktivitas penambangan di

pulau ini telah dimulai sejak zaman kolonial Belanda, yaitu

sejak 1711 dan berkembang

pesat hingga sekarang. Seiring berjalannya waktu, disadari

atau tidak, penambangan ini

berdampak negatif terhadap

masyarakat, terutama lingkungan di Pulau Bangka,

baik di darat maupun laut.

Waktu yang disediakan untuk menulis selama 60 menit.

Teks tulis tangan guru yang

ter-kumpul diketik, lalu diolah dan

diklasifikasi dari segi ke-

koherensiannya. Setiap teks di-tentukan statusnya sebagai teks

koheren, teks koheren sebagian,

atau teks tak koheren. Jumlah ketiga

jenis teks itu dihitung persentase-nya. Hasil perhitungan persentase

itu digunakan sebagai gambaran

kekoherenan teks guru secara

keseluruhan. Setelah itu, ditentukan berapa jumlah dan persentase

paragraf yang koheren dan tak

koheren secara keseluruhan. Persentase kedua jenis paragraf itu

digunakan sebagai gambaran kekoherenan paragraf guru.

Selanjutnya, paragraf koheren dan tak koheren dianalisis hubungan

antarkalimatnya sehingga diperoleh gambaran ciri dan pola kekoherenan

dan ketakkoherenannya. Hasil analisis diinterpretasikan untuk

memperoleh simpulan.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Pengantar

Teks guru SD di Kabuapten Bangka dan Kabupaten Bangka Tengah, berda-

sarkan tinjaun koherensi dari paragraf

awal sampai akhir, dapat dikategorikan

accident once and broke my

leg. I was very sad because I had to miss a holiday in Europe

because of the injury.

Page 6: PARAGRAF KOHEREN DAN TAK KOHEREN DALAM TEKS TULIS …

Kelasa, Vol. 14, No. 2, Desember 2019: 157—170

162

atas tiga, yaitu teks koheren, teks

koheren sebagian, dan teks tak koheren. Data menunjukkan bahwa teks guru

lebih banyak dalam kategori koheren sebagian seperti terlihat dalam Tabel 1

berikut. Dari 90 teks guru, 23 (33,64%) koheren, 43 (66,36%) koheren sebagian,

dan 24 (26,67%) tak koheren.

Tabel 1

Kekoherensian Teks Guru SD di Kabupaten Bangka dan Kabupaten

Bangka Tengah

Data itu menunjukkan bahwa guru

lebih banyak menghasilkan teks yang koheren sebagian. Dari 90 teks,

43 (47,78%) kohoren sebagian, sedangkan sisanya koheren 23

(25,56%) dan tak koheren 24 (26,67%). Jika dilihat per kabupaten,

teks yang tak koheren lebih banyak dihasilkan oleh guru di Kabupaten

Bangka Tengah. Dari 24 teks yang tak koheren, 18 (75%) ditulis oleh

guru di Kabupaten Bangka Tengah.

Sebaliknya, teks yang koheren lebih banyak dihasilkan oleh guru di

Kabupaten Bangka. Dari 23 teks yang koheren, 17 (73,91%) ditulis

oleh guru di Kabupaten Bangka. Data itu memper-lihatkan adanya

perbedaan kemampuan menulis teks

guru berdasarkan wilayah. Dapat dipahami bahwa Kabupaten Bangka

Tengah merupakan pecahan dari Kabupaten Bangka sehingga

gurunya pun belum memadai, baik dari sisi jumlah maupun kualitas.

Jika dilihat berdasarkan jumlah

paragraf, ada 320 paragraf yang telah ditulis oleh 47 guru SD di

Kabupaten Bangka dan 43 di Bangka Tengah. Dari 320 paragraf itu yang

koheran 134 (41,19%) dan yang tak koheren 186 (58,81%). Persentase

koheren dan tak koheren per

kabupaten terlihat dalam Tabel 2

berikut.

Tabel 2

Kekoherensian Paragraf Guru

SD di Kabupaten Bangka dan

Kabupaten Bangka Tengah

No. Kategor

i

Guru SD B

Guru SD BT

Jumlah

F % F % F %

1. Kohere

n 9

2. Tak

Kohoren

102 51,78 84 68,29 186 58,8

1

Jumlah 197 100 123 100 320 100 No. Kategori

Guru SD B Guru SD T Jumlah

F % F % F %

1. Koheren 17 36,17 6 13,95 23 25,56

2. Koheren

Sebagian

24 51,06 19 44,19 43 47,77

3. Tidak

Kohoren

6 12,77 18 41,86 24 26,67

Jumlah 47 100 43 100 90 100

41,195 48,22 39 31,71 134

Data itu menunjukkan bahwa dari

197 paragraf yang dibuat oleh guru

SD di Kabupaten Bangka, 102

(51,78%) tak koheren dan 95

(48,22%) koheren dan dari 123

paragraf yang dibuat guru SD di Kabupaten Bangka Tengah, 39

(31,71%) koheren dan 84 (68,29%)

tak koheren. Paragraf tak koheren

Page 7: PARAGRAF KOHEREN DAN TAK KOHEREN DALAM TEKS TULIS …

Paragraf Hoheren...(Hidayatul Astar)

163

3.2 Paragraf Koheren

Paragraf koheren memiliki

model atau pola penalaran tertentu.

Pada umumnya pola penalaran yang

digunakan guru SD di Kabupaten Bangka dan Bangka Tengah adalah

pola penalaran deduktif, yaitu

mengungkapkan yang umum terlebih dahulu, baru dilanjutkan

dengan yang khusus. Pola paragraf itu akan tergantung pada jumlah

kalimat yang membangun sebuah

paragaf. Jika hanya dibangun oleh

dua kalimat, tentu salah satunya kalimat topik dan satunya lagi

kalimat penjelas yang dalam Suladi

(2014:4) disebut kalimat

pengembang. Uraian berikut hanya

difokuskan pada paragraf koheren yang dibangun oleh lebih dari dua

kalimat.

Paragraf di bawah ini dibangun

oleh tiga kalimat. Pola

pengembangannya menggunakan penalaran deduktif sehing-ga

disebut juga paragraf deduktif. Kalimat pertama berisi kalimat topik

yang berisi ide pokok, sedangkan dua kalimat berikutnya kalimat

penjelas yang berisi kalimat yang mendukung ide pokok.

(K1)Propinsi Kepulauan

Bangka Belitung merupakan

salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki

sumber daya alam yang melimpah. (K2)Selain sumber

daya alam berupa hasil perkebunan dan pertanian,

juga terdapat bahan tambangnya yang terkenal

yaitu timah. (K3)Logam putih

ini tidak hanya dikenal di Indonesia namun juga terkenal

sampai ke luar negeri. (GBSD/P3)

Ide pokok K1…sumber daya alam…. diperinci lagi dalam K2 …berupa

hasil perkebunan…. K3 tidak menjelaskan atau mendukung apa

yang ada dalam K1, tetapi menjelaskan apa yang ada dalam K2,

yaitu timah. Pola paragrafnya seperti

di bawah ini.

K1 K2 K3

Paragraf di bawah ini juga

dibangun oleh tiga kalimat. Pola

pengembangannya juga menggunakan penalaran deduktif.

(K1)Dampak negatif dari

penambangan timah ini terbagi dalam beberapa hal,

diantaranya adalah terdapat lubang tambang, (kolong), air

asam tambang, rusaknya

ekosistem laut, rusaknya ekosistem darat, dampak

psikologis bagi generasi

penerus serta bencana alam.

(K2)Hal ini tidaklah baik untuk kelangsungan kehidupan

manusia dan makhluk hidup

lainnya. (K3)Oleh karena itu,

kita harus bertindak keras dalam menang-gulangi masalah

ini. (GBTSD/P1)

Ide pokok K1 Dampak negatif

penambangan timah….didukung oleh

K2 Hal ini…. dan oleh K3 Oleh karena itu, …. Pola paragrafnya seperti di

bawah ini.

K2

K1

selalu lebih banyak dihasilkan oleh

guru di dua wilayah itu.

Page 8: PARAGRAF KOHEREN DAN TAK KOHEREN DALAM TEKS TULIS …

Kelasa, Vol. 14, No. 2, Desember 2019: 157—170

164

K3

Pola paragraf deduktif berikut

ini dibangun oleh empat kalimat.

Kalimat pertama berisi kalimat topik yang berisi ide pokok, sedangkan

tiga kalimat berikutnya berisi ide

penjelas atau pendukung ide pokok.

(K1) Pulau Bangka merupakan pulau yang dikenal

sebagai penghasil timah

terbesar di Indonesia. (K2)

Keberadaan timah di Pulau Bangka tersebar hampir di

seluruh wilayahnya. (K3)Tak

heran jika timah menjadi salah satu sumber mata pencaharian

masya-rakat Bangka.(K4) Maka

sangat mungkin jika

kebanyakan masyarakat di Pulau Bangka sangat ber-

gantung pada logam yang satu ini. (GBTSD/P3)

Ide pokok K1 Pulau Bangka… penghasil timah….didukung oleh K2

Keberadaan timah…. dan oleh K3 ….timah menjadi…sumber mata

pencaharian; K4mendukung K3 karena yang dijelaskan masyarakat

Bangka yang sudah disebutkan pada K3. Pola paragraf itu seperti di

bawah ini.

K2

K1 K3 K4

Paragraf yang dibangun oleh lima kalimat berikut menggunakan

pola penalaran induktif. Ide pokok

terdapat pada kalimat terakhir (K5),

sedangkan K1—K4 sebagai kalimat

pendukung.

(K1)Sekarang ini rasa sejuk

sangat jarang sekali kita rasakan pada siang hari.

(K2)Tanaman kerak duduk dan kedebik jarang kita temui.

(K3)Pada hal dulu banyak burung-burung hinggap dan

berki-cau riang karena makanannya banyak. (K4)Kami

pun sangat suka pada buah kerak duduk dan kedebik, rasa

manis dan asam menyatu. (K5)

Semua hilang entah bagaimana cara mengulang cerita indah

itu. (GBSD/P1)

Ide pokok K5 Semua hilang… didukung oleh K1 …rasa sejuk sangat

jarang…., oleh K2 Taman kerak …

jarang kita temui, oleh K3 …banyak

burung-burung hinggap…., dan

olehK4 Kami pun suka pada kerak duduk…. Pola paragraf itu seperti di

bawah ini.

K1

K2 K5

K3

K4

Paragaraf di bawah ini juga

dibangun oleh lima kalimat, tetapi pengembangannya menggunakan

pola penalaran deduktif. K1 sebagai

kalimat topik dan didukung langsung oleh K2 dan tak langsung

oleh K4—K5.

(K1)Aktivitas penambangan de-ngan menggunakan mesin

tentu akan meninggalkan bekas

tambang. (K2)Bekas tambang

Page 9: PARAGRAF KOHEREN DAN TAK KOHEREN DALAM TEKS TULIS …

Paragraf Hoheren...(Hidayatul Astar)

165

tersebut berupa galian-galian

atau lubang tambang. (K3)Masyarakat di pulau

Bangka menyebutnya dengan kolong. (K4)Semakin banyak

aktivitas penambangan timah maka kolong juga semakin

banyak. (K5)Lahan di pulau Bangka semakin gersang

berganti dengan banyaknya lubang tambang. (GBSD/P15)

Bagian ide pokok K1, yaitu bekas

tambang, dijelaskan lebih lanjut

dalam K2 dengan kata

lubangtambang, lalu dalam K3 disebut dengan kolong. Selanjutnya,

K4 mendukung atau menambahkan

informasi tentang kolong dalam K3,

lalu K4 itu didukung oleh K5 yang

berupa akibatnya banyaknya kolong. Jika dipolakan, bentuknya seperti di

bawah ini.

K1 K2 K3 K4

K5

Pengembangan paragraf berikut dalam enam paragraf. Pola

penalaramnya juga menggunakan

pola penalaran deduktif.

(K1)Bangka merupakan

pengha-sil timah terbesar di Indonesia. (K2) Tidak heran

kalau masyarakatnya banyak

bekerja sebagai penambang timah. (K3)Pekerjaan ini dapat

dila-kukan oleh anak-anak

sampai orang dewasa.

(K4)Akibatnya banyak anak-anak yang putus sekolah

karena harga timah yang di

tawarkan oleh pengusaha

sangat menggiurkan

masyarakat. (K5) Me-reka lebih memilih bekerja sebagai

penambang timah di bandingkan be-lajar di bangku

sekolah. (K6)Mereka tidak memikirkan akibat yang akan

terjadi di masa yang akan datang. (GBSD/P25)

Ide pokoknya dalam K1adalah

Bangka penghasil timah. Ide pokok

itu didukung secara langsung oleh K2 sebagai akibat atau konsekuensi

dari kenyataan itu. Selanjutnya, K3

mendukung pernyataan dalam K2;

K4 mendukung atau berkaitan dengan K3; K5 dan K6 mendukung

K4. Jika dipolakan, bentuknya

seperti di bawah ini.

K5

K1 K2 K3 K4

K6

3.3 Paragraf Tak Koheren

Ketakkoherenan paragraf teks tulis guru Bangka pada umumnya

disebabkan oleh adanya satu atau lebih kalimat yang tidak berkaitan

dengan kalimat topik atau kalimat topik tersendiri. Selain itu,

ketidakjelasan informasi yang ingin

disampaikan penulis dalam bentuk kalimat yang tidak efektif atau logis

juga sebagai penyebab

ketakkoherenan paragraf guru.

Beberapa contoh paragaraf yang tak koheren tersebut diuraikan berikut

ini.

Page 10: PARAGRAF KOHEREN DAN TAK KOHEREN DALAM TEKS TULIS …

Kelasa, Vol. 14, No. 2, Desember 2019: 157—170

Paragraf yang dibangun oleh

dua kalimat berikut tak koheren karena K1 tidak didukung oleh K2.

Ada kemung-kinan ketidakmengertian penulis terha-

dap dampak psikologis itu seperti apa sehingga munculah dampak

yang bukan dampak psikologis. Seharusnya dampak psikologis yang

muncul berupa perilaku dalam kehidupan bermasyarakat, misalnya

malu karena daerahnya sudah rusak.

(K1)Dari beberapa contoh dampak negatif akibat penam-

bangan timah dapat

menimbulkan dampak

psikologis bagi generasi

penerus. (K2)Bagaimana tidak, bila alam digali terus menerus

tanpa ada reklamasi, tentu

bencana alam yang akan

menimpa kita sendiri, masyarakat susah untuk

bercocok tanam, susah mencari nafkah, susah untuk mencukupi

kebutuhan sehari-hari.

(GBSD/P20)

Tiga kalimat yang membangun pa-ragraf di bawah ini berhubungan,

tetapi hubungannya tidak logis

karena penje-lasan dalam K2, yaitu sedangkan di laut untuk nelayan.

Tidak ada dampak banjir dan

longsor ke nelayan. K3 belum

tergolong kalimat yang efektif. Selain itu, di awal K3 seharusnya ada alat

kohesi sebagai pananda

hubungannya dengan K2 dan K1,

yaitu untuk itu atau karena itu).

(K1)Akibat penambangan

terus menerus menjadi banjir, tanah longsor. (K2)Dampak ini

sangat me-rugikan bagi kita

terutama masya-rakat untuk di darat sedangkan di laut untuk

nelayan. (K3)Untuk gene-rasi penerus untuk mengadakan

perbaikan alam ini dengan cara reboisasi. (GBSD/P-9)

Ketakkoherenan paragraf

berikut ini juga disebabkan oleh tidak adanya hubungan logis

antarkalimat: K1 tidak terkait

dengan K2, K3, dan K4; K2 tidak terkait secara logis dengan K3.

Seharusnya dampak negatif berupa

dampak psikologis dalam K1

didukung oleh K2—K4, tetapi dalam paragraf itu K2 dan K3 merupakan

kalimat pendukung dari ide pokok

tertentu dalam hal ini dampak

negatif penambangan liar atau

dampak negatif penambangan timah di darat)

(K1)Dampak negatif yang lebih utama adalah psikologis

bagi generasi penerus anak-

anak Bangka. (K2)Lahan sudah banyak berlubang dan berair,

air bersih sudah berubah

menjadi air asam, tanah banyak

habis, dan ikan sudah punah. (K3)Bagaimana nasib anak-

anak kita nanti, pasti banyak

pengangguran dan

kesengsaraan serta peperangan di Pulau Bangka. (K4)Untuk itu

kita perlu perhatikan sejak

sekarang bagaimana menanggulangi penam-bangan

Liar. (GBSD/P2)

Ketakkoherenan paragraf di

bawah ini berbeda dengan dua

paragraf di atas. Ketiga kalimat yang membangunnya merupakan kalimat

166

Page 11: PARAGRAF KOHEREN DAN TAK KOHEREN DALAM TEKS TULIS …

Paragraf Hoheren...(Hidayatul Astar)

167

yang berisi pokok pikiran sendiri-

sendiri. Tidak ada yang bertindak sebagai kalimat pendukung. Ini

disebabkan oleh adanya lompatan pikiran penulis terhadap apa yang

dia ketahui dan alami tanpa berfokus pada satu ide pokok.

(K1)Pulau Bangka pulau

kelahir-anku 52 tahun yang lalu indah, da-mai, tentram dan

aman. (K2)Orang tua ku salah

satu karyawan PT Timah di Bangka. (K3)Aku tidak

mengerti timah itu apa

sewaktu masih kecil dulu.

(GBSD/P-21)

Ketakkoherenan paragraf

berikut juga berkaitan dengan

adanya ide pokok lebih dari satu. Ini

pun juga disebabkan oleh kegagalan penulis berfokus pada satu ide

pokok. Lompatan pikiran penulis terlihat dalam subjek, yaitu pulau

Bangka dalam K1, timah dalam K2, dan Indonesia dalam K3. Seharusnya

ide pokok dlm paragraf itu cukup satu saja, yaitu timah, Indonesia, atau

Pulau Bangka. K4 dan K5 merupakan

kalimat pendukung K2.

(K1)Pulau Bangka terkenal

dengan hasil tambang timah.

(K2) Timah sangat banyak kegunaannya dalam industri.

(K3)Indonesia sa-ngat

beruntung karena memiliki ke-kayaan alam berupa timah.

(K4) Namun, seiring berjalannya waktu, lama

kelamaan timah akan habis. (5)Yang tertinggal hanyalah

lahan-lahan yang rusak karena

penam-bangan timah.

(GBTSD/P13)

Ketakkoherenan paragraf

berikut ini disebabkan oleh adanya

kalimat tertentu, yaitu K2 yang tidak berhubungan dengan K1. Ada

informasi yang hilang karena pilihan kata dalam K1, yaitu kata illegal.

Kata itu harus dimuculkan sehingga menjadi penambangan illegal

sehingga terkait dengan K2. Pilihan kata penambanganillegal dalam K2

tidak bisa disamakan dengan mereka dalam K4 karena mengacu ke orang,

yaitu penambang liar).

(K1)Penambangan timah bukan hanya di darat.

(K2)Penam-bangan ilegal pun

akan membuka TI (Tambang

Inkonvensional) di laut

ataupun sungai. (K3)Ini ter-lihat jelas penambangan yang

ada sekarang di sungai Air Anyir. (K4)Banyak yang

mereka lakukan untuk

memperluas lahan penam-

bangan di sungai. (K5)Pohon bakau mereka tebang tanpa

ditanam kembali. (K6)Air sungai pun menjadi keruh

seperti lumpur akibat

penambangan. (K7)Ekosis-tem seperti udang, kepiting,

ikan sungai pun menjadi

langka. (K8)Polusi dari mesin

TI pun sa-ngat merugikan untuk masyarakat setempat.

(GBSD/P17)

Sepuluh kalimat yang membangun paragraf yang tak

koheren berikut ada yang berkaitan dan ada yang tidak. K1--K3

berkaitan. K1 sebagai kalimat topik, sedangkan K2 dan K3 sebagai

Page 12: PARAGRAF KOHEREN DAN TAK KOHEREN DALAM TEKS TULIS …

Kelasa, Vol. 14, No. 2, Desember 2019: 157—170

168

kalimat pendukung. Selanjutnya, K4-

-K10 lepas dari tiga kalimat itu karena berupa ide pokok sendiri

(K4) dan K5—K10 mendukung ide pokok di luar paragraf itu, yaitu

dampak negatif penambangan timah.

(K1)Penambangan timah di Pulau Bangka telah dimulai

sejak TH 1711. (K2)Dalam penambangan ti-mah tersebut

lebih banyak merusak

lingkungan seperti kolong. (K3)Ter-bentuknya kolong ini

karena ada pengerukan dengan

menggunakan alat berat.

(K4)TI apung dapat merusak kehidupan di laut, pence-maran

lingkungan dan berkurang-nya

hasil tangkapan nelayan. (K5)

Dampak psikologis bagi

generasi penerus adalah selalu dihantui perasaan bencana.

(K6)Dengan pe-nambangan timah rusaknya ekosis-tem

darat, seperti kesuburan tanah berkurang, kerusakan hutan

dan habitat yang ada di dalamnya. (K7)Air asam

tambang, dapat meru-sak gigi.

(K8)Apapun dampak negatif

dari penambangan timah

adalah terjadinya bencana alam, tanah longsor, banjir.

(K9)Ini adalah akhir dari segalanya. (K10)Dampak yang

paling mengerikan adalah bencana alam. (GBTSD/L39)

Ketakkoherenan paragraf di

bawah ini disebabkan oleh kalimat tertentu, yaitu K3 yang merupakan

topik atau ide baru. K3 itu didukung oleh K4--K6 dengan susunan kalimat

yang tidak efektif. Walaupun ada

hubungannya dengan K1 dan K2,

K3—K6 tidak berkaitan secara logis. (K1)Kolong bukanlah

penam-pakan alam seperti danau. (K2)Ko-long

terbentuk dari penambangan ilegal. (K3)Biasanya

penambangan ilegal ini hanya menggali daratan menjadi

sebuah lubang tambang. (K4)Setelah selesai

penambangan ilegal ini,

langsung meninggalkan lubang tambang dan mencari

lahan yang baru. (K5)Lubang

tambang yang mereka

tinggalkan akan menjadi kolong. (K6)Penam-bangan

ilegal di darat biasanya

mereka mencari lahan

dengan dengan cara

penebangan hutan secara ilegal. (GBSD/P17)

Sebagai penanda ketakkohere-nan paragraf berikut ini adalah juga

karena kalimat topik yang lebih dari

satu, yaitu K1 dan K3. K2, K4, dan K5 mendukung K1, sedangkan K3 tidak

mendukung kalimat mana pun.

Sementara itu, K6 merupakan

kalimat yang mendukung kalimat topik di luar paragraf ini, yaitu

tentang timah itu sendiri.

(K1)Penghasil timah terbesar di Indonesia yaitu ada

di Pulau Bangka. (K2)Pulau

Bangka banyak menyim-pan timah sejak zaman kolonial

Belanda. (K3)Banyak Negara-Negara luar ingin menguasai

Indonesia karena kekayaan alamnya. (K4)Pen-duduk di

Pulau Bangka mayoritas mata pencahariannya dengan

Page 13: PARAGRAF KOHEREN DAN TAK KOHEREN DALAM TEKS TULIS …

Paragraf Hoheren...(Hidayatul Astar)

169

bertambang timah, yang

dikenal dengan TI (Tambang Inkonvensio-nal). (K5)Karena

pekerjaan ini men-janjikan kekayaan, sehingga masya-

rakat beralih pekerjaan. (K6)Kalau dulu timah mudah

didapat, dan hasilnya cukup memuaskan. (GBSD/P32)

4. Simpulan Hanya sedikit guru (25,26%)

yang menulis secara koheren dari paragraf awal sampai akhir teks yang ditulisnya. Ini disebabkan oleh guru belum mengatur struktur berpikirnya dengan baik terhadap objek yang akan ditulis (mana bagian pengantar atau peragraf pembuka, paragraf isi, dan paragraf penutup). Tanpa sadar guru mengungkapkan ide pokok lebih dari satu dalam sebuah paragraf atau terjadi lompatan pikiran yang sulit dipahami atau tidak jalas apa yang dimaksudkan.

Dari 320 paragraf yang

dianalisis, 134 (41,19 %) koheren

dan 186 (58,81) tak koheren.

Paragraf yang koheren ditandai oleh

adanya hubungan antarkalimat secara jelas dan logis (mana yang

kalimat topik dan mana yang kalimat

pendukung atau kalimat penjelas).

Tidak ada lompatan pikiran penulis yang diluar konteks ide pokok yang

menjadi fokusnya. Sebaliknya,

paragraf yang tak koheren ditandai

oleh hubungan antarkalimat yang tidak logis, kalimat yang tidak

efektif, adanya lompatan pikiran

dalam bentuk ide-ide pokok atau tidak fokus pada satu ide pokok.

Adanya paragraf yang koheren dan tak koheren yang dihasilkan

guru disebabkan oleh terbiasa atau

tidak terbiasanya guru menulis

secara baik, khususnya yang

berkategori tulisan ilmiah. Selain itu, wawasan seorang guru terhadap

objek yang ditulis juga belum memadai atau pengamatannya

belum maksimal. Oleh karena itu, guru SD harus terus diberi arahan

atau bimbingan penulisan yang baik sehingga berimbas kepada anak

didik dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di masa depan.

Daftar Acuan

Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku

Bahasa Indonesia Edisi Ketiga.

Jakarta: Balai Pustaka.

Alwi, Hasan, dkk. 2017. Tata Bahasa Baku

Bahasa Indonesia. Jakarta: Badan

Pengembangan dan Pembinaan

Bahasa.

Chalmers. 2016. Dalam Error! Hyperlink

reference not valid.. Diakses 16

November 2016.

Gordon. 2011. Dalam http://gordonscru-

ton.blogspot.co.id/2011/08/what-

is-cohesion-coherence-

cambridge.html. Diakses 17

November 2016.

Mahsun. 2014. Teks dalam Pembelajaran

Bahasa Indonesia Kurikulum 2013.

Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Rahardi, Kuncara R. 2006. Dimensi-

dimensi Kebahasaan Aneka

Masalah Bahasa Indonesia

Terkini. Jakarta: Penerbit

Erlangga.

Renkema, J. 2004. Introduction to

Discourse Practice. Philadelphia:

John Benjamins Publishing

Company.

Page 14: PARAGRAF KOHEREN DAN TAK KOHEREN DALAM TEKS TULIS …

Kelasa, Vol. 14, No. 2, Desember 2019: 157—170

Suladi. 2014. Buku Seri Penyuluhan

Pragraf. Jakarta: Badan

Pengembangan dan Pembinaan

Bahasa.

Young Min 2016. Dalam Error! Hyperlink

reference not valid. coherence.

Diakses 15 November.

170


Recommended