PENGARUH KUALITAS AUDIT DAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY TERHADAP TAX AVOIDANCE
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
TRIYUDHO SEPTIANDI SAPUTRO
1111082000063
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Triyudho Septiandi Saputro
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 26 September 1993
3. Alamat : Jl. Haji Alwi RT 003 RW 01 No. 18
Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta
Selatan, 12530
4. Telepon : 0838-7809-0022
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SDS Bhakti Tugas : Tahun 2000 – 2005
2. SMPN 41 Jakarta : Tahun 2005 – 2008
3. SMAN 34 Jakarta : Tahun 2008 – 2011
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : Tahun 2011 – 2016
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan
Akuntansi
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Rohis SMAN 34 Jakarta Divisi Humas dan Media
(Tahun 2009-2010)
2. Anggota BEM FEB UIN Jakarta Divisi Kemahasiswaan
(Tahun 2011-2012)
3. Koordinator Chapter Jakarta Komunitas Jago Akuntansi
Indonesia (Tahun 2015 – Sekarang)
vii
IV. PENGALAMAN KERJA
1. Junior Auditor KAP ARH&J
Februari – April 2014
2. Assistant Project Officer DPS Consultant Agustus – Oktober 2015
V. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Soewandi
2. Tempat, Tanggal Lahir : Madiun, 25 Maret 1956
3. Ibu : Siti Sunarsih
4. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 30 Mei 1956
6. Alamat : Jl. Haji Alwi RT 003 RW 01 No. 18
Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta
Selatan, 12530
viii
INFLUENCE OF AUDIT QUALITY AND CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY TO TAX AVOIDANCE
ABSTRACT
The purpose of this study is to examine the relation between Audit Quality
and Corporate Social Responsibility (CSR) to Tax Avoidance, shows that major
problem about decreasing revenue to taxes into governance. Because of high
Audit Quality and high CSR disclosure should prevent indication of Tax
Avoidance. Samples in this study are the companies who listed in Indonesia Stock
Exchange or IDX and report their annual report for 2012-2014. Number of
companies sampled in this study were 24 manufacturing companies for 3 years
and become 72 samples. The sampling method for this study is purposive
sampling, and the research method used for this study is analysis linear
regression.
The results of this study shows that Audit Quality influence significant
negative to tax avoidance, and CSR influence significant positive to Tax
Avoidance.
Keywords: Tax Avoidance, Corporate Social Responsibility, Audit Quality,
ix
PENGARUH KUALITAS AUDIT DAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY TERHADAP TAX AVOIDANCE
ABSTRAK
Penelitian ini menguji bagaimana hubungan kualitas audit dan Corporate
Social Responsibility (CSR) terhadap Tax Avoidance, yang memperlihatkan
pengurangan pendapatan yang serius terhadap pajak ke pemerintah. Karena
kualitas audit yang tinggi dan tingginya pengungkapan CSR seharusnya dapat
mencegah terjadinya Tax Avoidance. Sampel dalam penelitian ini adalah
perusahaan yang listed di Bursa Efek Indonesia atau BEI dan melaporkan laporan
tahunannya selama 2012-2014. Jumlah perusahaan yang menjadi sampel dalam
penelitian ini sebanyak 24 perusahaan manufaktur selama 3 tahun menjadi 72
sampel. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah purposive sampling,
dan metode penelitian yang digunakan adalah analysis linear regression.
Hasil penelitian ini menunjukkan Kualitas Audit berpengaruh signifikan
negatif terhadap Tax Avoidance, dan CSR berpengaruh signifikan positif terhadap
Tax Avoidance.
Kata kunci: Tax Avoidance, Corporate Social Responsibility, Kualitas Audit
x
PENGARUH KUALITAS AUDIT DAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY TERHADAP TAX AVOIDANCE
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,
yang telah memberikan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kualitas Audit Dan Corporate
Social Responsibility Terhadap Tax Avoidance” dengan baik. Skripsi ini disusun
dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih atas bantuan,
bimbingan, dukungan, semangat dan do’a, baik langsung maupun tidak langsung
dalam penyelesaian skripsi ini, kepada:
1. Orang tua tersayang dan tercinta, yang selalu mencurahkan perhatian, cinta
dan sayang, saran, kritikan, dukungan serta do’a yang tertuju untukku. Terima
kasih atas semua masukan, saran, dorongan dan kritik, perhatian dan doanya
yang tidak pernah putus.
2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini LC., MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr. Amilin, M.Si.,Ak.,CA.,QIA.,BKP selaku Dosen Pembimbing
Skripsi I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi,
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terima
kasih atas ilmu yang telah Bapak berikan selama ini.
5. Ibu Reskino, SE., M.Si.,Ak.,CA selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang
tersayang, yang telah meluangkan waktu, mencurahkan perhatian,
membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis. Terima kasih atas
xi
semua saran dan pembelajaran yang Ibu berikan selama proses penulisan
skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi.
6. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan karyawan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada
penulis.
7. Seluruh teman-temanku UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2011,
terima kasih atas do’a, semangat dan dukungan yang diberikan kepada penulis
selama ini, semoga kita semua meraih kesuksesan yang diinginkan, amin.
8. Akuntansi B UIN 2011, teman terbaik, terimakasih atas memori empat tahun
kita bersama-sama menghadapi kehidupan kampus yang penuh warna.
Semoga kita semua mencapai kesuksesan di masa depan.
9. Grup dan komunitas KJAI, IELTS Line fams dan KKN untuk kesempatan
berorganisasi, sharing ilmu dan pengalaman bersama yang menyenangkan.
10. Dee, Dewa, Ditta, Dpd, Farah, Hanbali, Nurul, Opal, Mamat, dan Yanu.
Terima kasih supportnya guys, dan kebersamaan lebih dari 5 tahun ini,
terlebih kalian Opal dan Dewa yang rela mengantar dari Bandung ke UIN
untuk mengejar tandatangan dosen saya.
11. Ka Ryanna, Amanah, Niwa, Fakhri, Eva, Fandi dan semua teman yang tak
sempat disebutkan, terimakasih banyaaaak atas semuanya, you guys are
definitely the best!
12. Agias dan kakaknya yang telah memberikan support dan bantuan dalam
pembuatan penulisan ini. Terima kasih atas bantuannya
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 1 Juni 2016
Triyudho Septiandi Saputro
xii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................... i
Lembar Pengesahan Skripsi ...............................................................................ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ...........................................................iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ......................................................................iv
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ........................................................v
Daftar Riwayat Hidup ........................................................................................vi
Abstract ........................................................................................................... viii
Abstrak ..............................................................................................................ix
Kata Pengantar ...................................................................................................x
Daftar Isi ............................................................................................................xii
Daftar Tabel .......................................................................................................xv
Daftar Gambar ................................................................................................ xvi
Daftar Lampiran............................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................1
B. Perumusan Masalah ..........................................................................15
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .........................................................15
1. Tujuan Penelitian ........................................................................15
2. Manfaat Penelitian ......................................................................15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................17
A. Tinjauan Literatur .............................................................................17
1. Teori Keagenan ..........................................................................17
2. Teori Legitimasi .........................................................................18
3. Tax Avoidance ............................................................................20
4. Kualitas Audit ...........................................................................29
5. Corporate Social Responsibility (CSR) .......................................31
B. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu.........................................................33
C. Kerangka Pemikiran ...........................................................................36
xiii
D. Hipotesis ............................................................................................37
1. Kualitas Audit dan Tax Avoidance................................................37
2. Corporate Social Responsibility (CSR) dan Tax
Avoidance ....................................................................................38
3. Variabel-variabel kontrol penelitian .............................................41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................43
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................43
B. Metode Penentuan Sampel ...............................................................43
C. Metode Pengumpulan Data ..............................................................45
D. Metode Analisis Data ......................................................................45
1. Statistik Deskriptif .....................................................................45
2. Uji Asumsi Klasik .......................................................................46
a. Normalitas Data ...............................................................46
b. Multikolinieritas ...............................................................47
c. Autokorelasi .....................................................................48
d. Heteroskedastisitas ...........................................................50
3. Uji Analisis Regresi Berganda ....................................................51
a. Koefisien Determinasi ......................................................52
b. Uji Statistik F ...................................................................53
c. Uji Statistik t ....................................................................53
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian .................................................54
1. Variabel Independen ...................................................................54
a. Kualitas Audit...................................................................54
b. Corporate Social Responsibility (CSR) .............................55
2. Variabel Dependen .....................................................................57
a. Tax Avoidance ..................................................................57
3. Variabel Kontrol .........................................................................59
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................61
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ......................................61
1. Deskripsi Objek Penelitian ..........................................................61
xiv
2. Deskripsi Sampel Penelitian ........................................................61
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian .........................................................62
C. Pembahasan .....................................................................................73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................81
A. Kesimpulan .....................................................................................81
B. Implikasi Penelitian ..........................................................................82
C. Keterbatasan Penelitian.....................................................................84
D. Saran ...............................................................................................84
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................86
LAMPIRAN .....................................................................................................90
xv
DAFTAR TABEL
NO. KETERANGAN HALAMAN
1.1 Daftar kasus Tax Avoidance yang telah terjadi dan terungkap ................2
2.1 Hasil-hasil Penelitian Terdahulu ...........................................................33
3.1 Tabel Keputusan Hipotesis Autokorelasi ..............................................49
4.1 Deskripsi Sampel Penelitian ..................................................................62
4.2 Hasil Uji Deskriptif Statistik .................................................................62
4.3 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov............................................65
4.4 Hasil Uji Multikolonieritas Variabel ......................................................66
4.5 Hasil Uji Multikolonieritas Variabel ......................................................67
4.6 Analisis Uji Durbin-Watson ......................................................................68
4.7 Hasil Uji Autokorelasi Variabel .............................................................68
4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi ............................................................71
4.9 Hasil Uji Statistik F ...............................................................................71
4.10 Hasil Uji Statistik F ...............................................................................72
4.11 Hasil Uji Statistik t ................................................................................73
xvi
DAFTAR GAMBAR
NO. KETERANGAN HALAMAN
1.1 Total Penerimaan Pajak dalam Triliun Rupiah ..........................................8
2.1 Kerangka Pemikiran .................................................................................36
4.1 Grafik Histogram ......................................................................................63
4.2 Grafik Normal Plot ....................................................................................64
4.3 Grafik Scatterplot ......................................................................................70
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran - Lampiran .........................................................................................90
Perusahaan Sampel Penelitian ............................................................................91
Data Mentah Penelitian ......................................................................................94
Indikator CSR ....................................................................................................99
Data Auditor atau KAP Perusahaan.................................................................. 101
Hasil Output Penelitian .................................................................................... 106
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan data pajak yang di sampaikan oleh dirjen pajak ada 4.000
perusahaan PMA (Penanaman Modal Asing) pada tahun 2012 nihil nilai
pajaknya, perusahaan tersebut diketahui ada yang mengalami kerugian selama
7 tahun berturut-turut (Pranata & Puspa, 2014). Fenomena perpajakan yang
menarik karena terdapat polemik didalamnya membuat berkembangnya
penelitian mengenai perpajakan.
Beberapa tahun terakhir ini kasus mengenai Tax Avoidance
(penghindaran pajak) menjadi isu hangat, dimana ditemukan beberapa
perusahaan yang telah terungkap hingga ke media. Hundal (2011) dalam
Annuar, Salihu, Normala, & Obid (2014) berargumentasi bahwa Tax
Avoidance (penghindaran pajak) perusahaan merupakan isu yang paling
menantang dari generasi sekarang yang memperlihatkan pengurangan
pendapatan yang serius terhadap pajak ke pemerintah. Hal tersebut
diperlihatkan oleh banyaknya berita mengenai pajak akhir-akhir ini yang
membuat hampir seluruh negara gempar karena terungkapnya banyak
perusahaan besar yang melakukan penghindaran maupun pelanggaran pajak.
Halaman selanjutnya mengungkapkan fenomena pajak yang terjadi hingga
2015 dalam bentuk tabel.
2
No Perusahaan Berita Analisa Sumber
1 Starbucks,
Google, dan
Amazon
(Inggris)
Starbucks tidak
membayar pajak pada
2013. Amazon pada 2011
hanya mencatat beban
pajak sebesar 1.8 juta
euro. Dan Google Inggris
hanya membayar 6 juta
euro pada 2011.
Diungkapkan oleh
bbc.com bahwa
ketiga perusahaan
besar ini telah
melakukan berbagai
usaha untuk
menghindari pajak
di Inggris.
http://www.
bbc.com/ne
ws/uk-
politics-
23019514
2 Perusahaan
Asing
(Indonesia)
Kepatuhan dalam
melaporkan info
perpajakan bagi
perusahaan asing
menurun bila
dibandingkan dengan
tahun lalu yaitu sebesar
89% namun sekarang
hanya 83% begitu yang
dikutip dari Direktur
Penyuluhan, Pelayanan,
dan Hubungan
Masyarakat (Humas)
Ditjen Pajak Mekar
Satria Utama
Pengemplangan
pajak terjadi hanya
pada perusahaan
multinasional asing
yang mungkin
disebabkan
peraturan perpajakan
mengenai pajak luar
negeri.
http://www.
merdeka.co
m/peristiwa/
penghindara
n-pajak-
perusahaan-
global-di-
dunia.html
dan
http://bisnis
keuangan.ko
mpas.com/r
ead/2015/04
/23/1049076
26/Ada.Peru
sahaan.Mult
inasional.As
ing.yang.Di
duga.Menge
mplang.Paja
k
3 Asian Agri
(Indonesia)
Direktorat Jenderal Pajak
Departemen Keuangan
menetapkan lima anggota
direksi Asian Agri Group
sebagai tersangka
penggelapan pajak. Lima
orang itu berinisial LA,
WT, ST, TBK, dan AN.
Tertangkapnya direksi
Asian Agri karena telah
melakukan kecurangan
dalam pelaporan SPT PT.
Asian Agri.
Hal yang dilakukan
direksi PT. Asian
Agri merupakan tax
evasion
(penggelapan pajak)
karena melakukan
penggelembungan
biaya, merubah hasil
penjualan dan
merubah transaksi
ekspor menjadi rugi.
http://www.
merdeka.co
m/uang/dirj
en-pajak-
janji-usut-
kasus-
perpajakan-
wilmar-
grup.html
dan
http://www.
antikorupsi.
org/id/conte
nt/sukanto-
tanoto-
tersangka-
Bersambung pada halaman selanjutnya
Tabel 1.1
Daftar kasus Tax Avoidance yang telah terjadi dan terungkap
3
No Perusahaan Berita Analisa Sumber
penggelapan
-pajak
4 HSBC
Swiss,
Amerika
Serikat,
Prancis,
Belgia dan
Argentina
dan tarif
pajak
Irlandia
(Eropa)
Dalam laporannya,
HSBC Swiss diduga
telah membantu nasabah
kaya menghindari pajak
dengan menawarkan
skema agresif untuk
mengurangi pajak di
negara asal, khususnya
Eropa.
Penghindaran
pembayaran pajak
memang tidak
melanggar hukum,
tetapi secara sengaja
menyembunyikan
dana untuk
menghindari pajak
adalah suatu
pelanggaran
http://dispen
da.jabarprov
.go.id/2015/
06/09/prihat
in-
menghindari
-pajak-di-
tanah-air-2/
,
http://www.
pajak.go.id/
content/artic
le/pemagara
n-pelarian-
pajak-
penghasilan
dan
http://www.
bbc.com/ind
onesia/dunia
/2015/02/15
0209_hsbc_
pajak
5 IKEA
(Eropa)
IKEA dituduh
menghindari pajak
dengan nilai mencapai 1
miliar euro atau setara
dengan 1,1 miliar dollar
AS. Hal tersebut
dilakukan IKEA pada
kurun waktu 2009 hingga
2014.
IKEA dengan
sengaja
memindahkan dana
dari gerainya di
seluruh Eropa ke
anak perusahaannya
di Belanda. Dengan
demikian, mereka
akan terbebas dari
pajak di Linhtenstein
atau Luxembourg
http://bisnis
keuangan.ko
mpas.com/r
ead/2016/02
/16/1010412
26/Komisi.E
ropa.Selidik
i.Kasus.Pen
ghindaran.P
ajak.oleh.IK
EA
Diungkap dalam majalah BBC yang diakses pada tanggal 21 April
2015, dalam artikel yang diunduh dari http://www.bbc.com/news/uk-politics-
23019514 bahwa perusahaan kopi yang telah global ini menghasilkan
Tabel 1.1
Daftar kasus Tax Avoidance yang telah terjadi dan terungkap
Tabel 1.1 (lanjutan)
Daftar kasus Tax Avoidance yang telah terjadi dan terungkap
Sumber : Diolah dari berbagai sumber
4
penjualan sebesar 400 juta Euro di Inggris pada tahun 2012, namun mereka
tak membayar pajak perusahaan sama sekali. Starbucks yang memiliki
penjualan sebesar 400 juta euro pada 2012 dan tidak membayar pajak pada
2013. Begitu pula yang terjadi pada 2 perusahaan global ini, Amazon dengan
penjualan 3,35 miliar euro pada 2011 hanya mencatat beban pajak sebesar 1.8
juta euro. Dan Google Inggris hanya membayar 6 juta euro untuk treasury
pada 2011 ketika turnover 395 juta euro. Tindakan agresif untuk menghindari
pajak setelah sekian lama dilakukan oleh ketiga perusahaan ini akhirnya
terungkap. Diungkapkan oleh bbc.com bahwa ketiganya telah melakukan
berbagai usaha untuk menghindari pajak di Inggris.
Selain itu ada terdapat juga perbankan yang membantu perusahaan
untuk melakukan Tax Avoidance. HSBC membantu klien dunia menghindari
pembayaran pajak ratusan juta poundsterling, demikian temuan BBC pada
Februari tahun 2015 ini yang dimuat dalam web BBC yaitu
http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/02/150209_hsbc_pajak. Dalam
laporannya, HSBC Swiss diduga telah membantu nasabah kaya menghindari
pajak dengan menawarkan skema agresif untuk mengurangi pajak di negara
asal, khususnya Eropa. Perbedaan pembayaran pajak yang menyebabkan
perusahaan beralih ke negara yang lebih rendah tarif pajaknya. Seperti Irlandia
yang tarif pajak rendah menyebabkan perusahaan multinasional pindah ke
Irlandia. Raksasa perbankan HSBC membantu klien dunia menghindar
pembayaran pajak ratusan juta poundsterling, demikian temuan BBC. Data-
data ini berisi rincian hampir 7.000 klien di Inggris. HSBC mengakui
5
sejumlah orang mempergunakan kerahasian bank untuk memiliki rekening
yang tidak diumumkan. Akan tetapi, situasinya menjadi lebih rumit dan berat
manakala terjadi di Indonesia yang kesenjangan ekonominya tak sekecil
negara lainnya. Rekening luar negeri tidak melanggar hukum Inggris, tetapi
banyak orang menggunakannya untuk menyembunyikan uang kontan dari
petugas pajak. Penghindaran pembayaran pajak memang tidak melanggar
hukum, tetapi secara sengaja menyembunyikan dana untuk menghindari pajak
adalah suatu pelanggaran seperti yang dikutip dari web
http://dispenda.jabarprov.go.id/2015/06/09/prihatin-menghindari-pajak-di-
tanah-air-2/)
Selain itu terdapat perusahaan hardware, yaitu IKEA yang terlibat
dalam Tax Avoidance. IKEA dituduh menghindari pajak dengan nilai
mencapai 1 miliar euro atau setara dengan 1,1 miliar dollar AS. Hal tersebut
dilakukan IKEA pada kurun waktu 2009 hingga 2014. Seperti yang terungkap
didalam artikel berita kompas yang diakses Februari 2016 ini pada web
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/02/16/101041226/Komisi.Eropa
.Selidiki.Kasus.Penghindaran.Pajak.oleh.IKEA. Dalam laporan tersebut
ditulis, estimasi pajak yang dihindari IKEA menyebabkan hilangnya
pemasukan pajak di Jerman senilai 35 juta euro atau 39 juta dollar AS, 24 juta
euro atau 26 juta dollar AS di Prancis, dan 11,6 miliar euro atau 13 juta dollar
AS di Inggris. Diduga dengan sengaja memindahkan dana dari gerainya di
seluruh Eropa ke anak perusahaannya di Belanda. Dengan demikian, mereka
akan terbebas dari pajak di Linhtenstein atau Luxembourg.
6
Selain diluar negeri ternyata kasus Tax Avoidance ini sampai ke
Indonesia. Tak hanya menjadi tren di luar negeri, namun Indonesia
mengalaminya juga. Artikel yang diakses pada April 2015 dari web
http://www.merdeka.com/uang/dirjen-pajak-janji-usut-kasus-perpajakan-
wilmar-grup.html ini mengungkapkan salah satu kasus yang terungkap yaitu
Asian Agri. Direktur PT Asian Agri melakukan kecurangan terhadap laporan
perpajakannya hingga merugikan negara begitu besar. Diberitakan oleh
Antikorupsi.org dan Pajak.go.id bahwa Direktorat Jenderal Pajak Departemen
Keuangan menetapkan lima anggota direksi Asian Agri Group sebagai
tersangka penggelapan pajak. Lima orang itu berinisial LA, WT, ST, TBK,
dan AN. Tertangkapnya direksi Asian Agri karena telah melakukan
kecurangan dalam pelaporan SPT PT. Asian Agri. Menyembunyikan uang Rp
2,621 triliun dari petugas pajak sehingga tidak perlu membayar 30% atau Rp
786,3 miliar untuk pajaknya. Hal yang dilakukan direksi PT. Asian Agri
merupakan tax evasion (penggelapan pajak) karena melakukan
penggelembungan biaya, merubah hasil penjualan dan merubah transaksi
ekspor menjadi rugi. Penelitian Uppal (2005) dalam tentang kasus Tax
Avoidance di Indonesia mengemukakan bahwa di negara-negara berkembang
banyak terjadi kasus Tax Avoidance (Prakosa, 2014). Caranya dengan tidak
melaporkan atau melaporkan namun tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya
atas pendapatan yang bisa dikenai pajak. Tax Avoidance ini telah membuat
pendapatan pajak negara menjadi sempit dan mengakibatkan kehilangan
potensi pendapatan pajak yang begitu besarnya. Serta masih sedikit pula kasus
7
yang terungkap di dalam negeri yang dapat dijadikan contoh untuk Tax
Avoidance ini.
Beberapa fenomena diatas menyangkut Tax Avoidance merupakan
contoh dari kasus yang diambil dari perusahaan besar. Itu terlihat dari
banyaknya temuan Tax Avoidance pada tahun 2012 hingga sekarang dan
hampir terjadi diseluruh belahan negara. Contohnya kasus Tax Avoidance
yang terjadi di luar negeri seperti contohnya Starbucks, Google dan Amazon
di Inggris, Asian Agri dan perusahaan asing di Indonesia, IKEA di Eropa dan
HSBC di beberapa negara seperti Swiss, Amerika Serikat, Prancis, Belgia dan
Argentina.
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang berperan
besar (Maharani & Suardana, 2014). Maka dari itu setiap warga negara yang
memiliki kewajiban untuk membayar pajak atau wajib pajak diharuskan
membayar pajak sesuai dengan perhitungan dan perundang-undangan yang
berlaku. Seperti yang diungkapkan dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 tentang perubahan keempat atas UU nomor
6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal
1 ayat 1 yang berbunyi pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang
terhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Padahal potensi perpajakan di Indonesia sangatlah besar, namun sayang belum
tergarap optimal. Dari 254,8 juta penduduk Indonesia, hingga Januari 2015,
8
baru tercatat 26,8 juta WP orang pribadi. Padahal pemilik pekerjaan potensial
mencapai 44,8 juta orang.
Dengan potensi yang begitu besar, negara Indonesia dapat
mengembangkan penerimaannya melalui sektor pajak. Para ahli
memproyeksikan bahwa peningkatan pajak akan terus berkembang hingga
masa akhir kepemimpinan Presiden saat ini (Poesoro, 2015). Gambar dibawah
ini memproyeksikan total penerimaan pajak dari tahun 2000-2019.
Grafik diatas menggambarkan proyeksi peningkatan pajak dari 2015-
2019 yang didasarkan APBN 2002-2014. Grafik dimulai dari tahun 2000 yang
memiliki realisasi penerimaan pajak 200 triliun (Poesoro, 2015) hingga tahun
2015 mencapai 877 triliun dalam realisasi penerimaaan pajaknya. Dalam
melakukan proyeksi penerimaan pajak, Poesoro (2015) menggunakan dua
Gambar 1.1
Total Penerimaan Pajak dalam Triliun Rupiah
Sumber : Proyeksi Poesoro (2015) berdasarkan APBN 2002-2014
9
asumsi yaitu target penerimaan pajak sesuai dengan asumsi yang tertera dalam
APBN-P 2014 dan juga reaslisasinya. Tampak dalam tahun 2015-2019
peningkatan akan berlanjut hingga akhir masa kepemimpinan Presiden Jokowi
dengan total Rp. 1.989 triliun. Grafik tersebut menunjukkan kemungkinan
peningkatan pendapatan negara dalam bidang perpajakan yang dapat
mendukung pembangunan negara Indonesia.
Namun disisi lain, sebagai wajib pajak, pajak merupakan sebuah beban
atau pengurang pendapatan. Maka dari itu wajib pajak mencoba memutar otak
agar dapat menghindari pajak secara legal. Walaupun terdengar seperti sebuah
kesalahan atau kecurangan namun penghindaran pajak ini sama sekali tidak
melanggar ketentuan yang berlaku, peraturan perpajakan dan peraturan
akuntansinya. Hal ini diungkapkan Maharani & Suardana (2014) yang
berpendapat bahwa persoalan mengenai penghindaran pajak merupakan
masalah yang rumit, diperbolehkan namun tidak diinginkan.
Manusia bersifat oportunistik, yaitu kecenderungan untuk
memanfaatkan kesempatan dengan tujuan memperoleh keuntungan dari suatu
posisi atau keadaan tertentu, namun dengan merugikan pihak lainnya (Pranata
& Puspa, 2014). Manipulasi data-data keuangan untuk kepentingan apapun
dan siapapun adalah salah. Hal ini memberikan pandangan bahwa hal yang
berkaitan dengan etika bisnis merupakan suatu hal yang benar. Maka dari itu
terkadang terdapat pembenaran yang dilakukan oleh suatu perusahaan
berkaitan dengan kegiatan bisnis perusahaan tersebut.
10
Meminimalisasi beban pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara,
mulai dari yang masih berada dalam bingkai peraturan perpajakan sampai
dengan yang melanggar peraturan perpajakan (Annisa & Kurniasih, 2012).
Dari perbedaan cara itu menimbulkan beberapa istilah dalam dunia perpajakan
mengenai menghindari, memotong, menggelapkan, mengatur dari pajak
perusahaan.
Beberapa peneliti sebelumnya menggunakan istilah yang berbeda-beda
antara lain: agresivitas pajak (tax aggressiveness) diangkat oleh (Balakrishnan
and Guay, 2012; Frank, Lynch, & Rego, 2009; Richardson & Lanis, 2012),
manajemen pajak (tax management) diangkat oleh (Minnick dan Noga, 2010),
dan perencanaan pajak (tax planning) diangkat oleh (Armstrong & Blouin,
2011; Sabli dan Noor, 2012; Wahab dan Holland, 2012) juga penghindaran
pajak (Tax Avoidance) (Annisa & Kurniasih, 2012; Annuar et al., 2014;
Kanagaretnam, 2014). Hanlon et al. (2010) menyimpulkan bahwa semua
definisi dan istilah tersebut memiliki arti yang sama.
Peningkatan transparansi terhadap pemegang saham dalam hal pajak
semakin dituntut oleh otoritas publik (Annisa & Kurniasih, 2012). Asumsinya
bahwa dampak dari perilaku pajak yang agresif dari suatu perusahaan
membuat pemegang saham sadar agar tidak ingin perusahaan mereka turut
agresif dalam hal pajak dan segera mencegah tindakan tersebut jika mereka
tahu sebelumnya karena pengawasan dari otoritas publik.
11
Oleh karena tuntutan oleh otoritas publik akan transparansi dalam
pelaporan, membuat pemegang saham berpikir bahwa kualitas audit dalam
suatu perusahaan merupakan hal yang vital. Telah terbukti dari penelitian
sebelumnya, bahwa kualitas audit penting. Kanagaretnam (2014)
menyimpulkan dari penelitian Becker et al. (1998), Francis et al. (1999),
Krishnan (2003), Khurana and Raman (2004), Choi et al. (2008), Francis and
Wang (2008), dan Kanagaretnam et al. (2010), yang menjelaskan bahwa
Kantor Akuntan Publik (KAP) dari Big 4 (PriceWaterhouseCooper - PWC,
Deloitte Touche Tohmatsu, KPMG, Ernst & Young-E&Y) meningkatkan
kualitas pengungkapan dan meninggikan kepercayaan dari laporan keuangan
di Amerika dan global. Dan juga memiliki tingkat kecurangan lebih rendah
dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit oleh KAP non Big 4 (Annisa
& Kurniasih, 2012).
Dari hasil penelitian Kanagaretnam (2014) mengenai hubungan
kualitas audit dan Tax Avoidance menemukan bukti kuat bahwa KAP Big 4
berhubungan dengan semakin rendahnya Tax Avoidance. Sementara penelitian
Kanagaretnam (2014) mengambil sampel dari berbagai negara, kemudian
peneliti ingin melihat dari sudut pandang lokal, yaitu Indonesia.
Selain dari kualitas audit, terdapat hal lain yang dapat dihubungkan
dengan Tax Avoidance, yaitu corporate social responsibility. Hoi, Wu, &
Zhang (2014) memaparkan bahwa perusahaan dengan kegiatan Corporate
Social Responsibility (CSR) yang lebih tidak bertanggung jawab, terlebih
perusahaan dengan kegiatan CSR yang tidak bertanggung jawab dan
12
berlebihan pada tahun tertentu, memiliki probabilitas yang lebih tinggi dari
keterlibatan dengan penampungan pajak (tax sheltering), perbedaan buku
pajak yang lebih besar (book-tax gap) dan cash effective tax rate yang lebih
rendah. Itu menunjukkan semakin tinggi kinerja CSR perusahaan, semakin
sedikit kemungkinan untuk melakukan Tax Avoidance.
Kegiatan Tax Avoidance selain akan merugikan masyarakat dan
pemerintah, seiring dengan berjalannya waktu akan merugikan perusahaan
multinasional juga. Itu karena bila terdapat investigasi dari pemerintah yang
diliput oleh media yang akan menimbulkan perspektif negatif dari konsumen
(Huda, 2014). Lalu dampaknya akan terlihat pada kepercayaan konsumen
terhadap suatu perusahaan. Sehingga perspektif konsumen yang akan
menurunkan reputasi perusahaan berdampak terhadap nilai saham suatu
perusahaan.
Selain efek eksternal yang ditimbulkan perspektif konsumen dari
pandangan negatif terhadap perusahaan yang melakukan Tax Avoidance,
terdapat efek internal dalam perusahaan karenanya. Manajemen yang
melakukan Tax Avoidance menimbulkan kerugian dimata pemegang saham,
karena dikhawatirkan akan melakukan kegiatan lain yang berlawanan dengan
tujuan pemegang saham seperti penyimpangan manajerial yang apabila
terdeteksi akan menimbulkan pasar saham akan bereaksi negatif (Huda, 2014).
Dan reaksi negatif dari pasar saham akan menimbulkan penurunan harga
saham. Dan sebagai cerminan dari harga saham, nilai perusahaan akan ikut
menurun. (Huda, 2014).
13
Berdasarkan uraian diatas, mengenai seberapa pentingnya kualitas
audit dan juga corporate social responsibility, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian yang berkaitan dengan Tax Avoidance. Hal yang
membedakan penelitian ini dengan penelitian Annisa & Kurniasih (2012),
Kanagaretnam (2014), Maharani & Suardana (2014), Richardson & Lanis
(2012) dan Wahyudi (2015) adalah :
1. Peneliti menambah variabel lain yaitu CSR sebagai variabel baru yang
jarang dihubungkan dengan Tax Avoidance. Sementara di negara lain telah
menghubungkan kedua variabel ini, seperti yang telah diteliti oleh
(Richardson & Lanis, 2012). Selain itu, kemungkinan terjadinya Tax
Avoidance dapat terjadi dari manajer perusahaan, yang peneliti yakin ini
dapat terlihat dari laporan tahunan perusahaan, dan salah satunya laporan
pengungkapan CSR
2. Peneliti menggunakan proksi BTG atau Book Tax GAP yang masih jarang
dipakai sebagai perhitungan BTG, seperti Wahyudi (2015), Prakosa
(2014), Pranata & Puspa (2014) menggunakan ETR sebagai proksi dari tax
avoidance. Peneliti mengikuti jejak Annisa & Kurniasih (2012) dengan
menggunakan BTG, namun (Annisa & Kurniasih, 2012) menggunakan
seluruh perusahaan yang listed di bursa saham. Dan peneliti membedakan
dan lebih spesifik ke perusahaan manufaktur yang listed di bursa saham.
Penelitian ini penting untuk diteliti karena fenomena yang terjadi saat
ini mendorong kita sebagai warga yang taat kepada negara untuk terhindar
atau menghindar dari tindakan Tax Avoidance yang merugikan negara ini,
14
selain itu Tax Avoidance juga merupakan isu yang sedang hangat di abad 21
dan masih sedikit pembahasan lebih lanjut mengenai fenomena ini. Begitu
besarnya dan berkembangnya fenomena ini hingga beberapa tahun terakhir
banyak terungkap perusahaan yang melakukan Tax Avoidance dimulai dari
internasional hingga perusahaan nasional. Seperti Google, Starbuck,
Amazon.com, IKEA hingga HSBC menjadi fasilitator atau pemberi jasa
bagaimana cara menghindari pajak disuatu negara. Perusahaan dalam negeri
pun terungkap ada yang tertangkap tangan melakukan penggelapan pajak.
Namun belum banyak kasus dari Indonesia yang terungkap hingga diharapkan
dengan penelitian ini dapat mengungkap kemungkinan atau potensi Tax
Avoidance ini dengan variabel yang diteliti.
Hundal (2011) dalam Annuar et al. (2014) berargumen bahwa Tax
Avoidance merupakan isu paling menantang untuk generasi sekarang karena
dapat mengurangi pendapatan pajak pemerintah. Selain itu uniknya penelitian
ini yaitu dihubungkan dengan kualitas audit yang diproksikan oleh besarnya
KAP dalam perusahaan listing di BEI yang menjadi indikator dari penilaian
atau pendeteksian terjadinya Tax Avoidance. Menurut Richardson & Lanis
(2012) CSR dapat berpotensi mempengaruhi keagresifan pajak yang dapat
berakhir dengan Tax Avoidance. Maka peneliti juga ingin melihat seberapa
besar pengaruh dari pengungkapan CSR dalam suatu laporan keuangan dapat
mempengaruhi terdapatnya Tax Avoidance dalam suatu perusahaan di
Indonesia.
15
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti melakukan penelitian
ini dengan judul “Pengaruh Kualitas Audit dan Corporate Social
Responsibility terhadap Tax Avoidance”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang
hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah kualitas audit berpengaruh signifikan negatif terhadap Tax
Avoidance di Indonesia?
2. Apakah CSR berpengaruh signifikan negatif terhadap Tax Avoidance di
Indonesia?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah menemukan bukti empiris dari :
a. Kualitas audit terhadap Tax Avoidance di Indonesia dengan melihat
dari perusahaan listing BEI
b. CSR terhadap Tax Avoidance di Indonesia dengan melihat dari
perusahaan listing BEI
2. Manfaat Penelitian
Adapun penelitian ini dilakukan untuk memberikan manfaat
dibidang akademik maupun praktik, sebagai berikut:
a. Bagi Akademisi:
16
1) Memberikan pengetahuan tentang Tax Avoidance pada perusahaan.
2) Memberikan informasi sebagai sumber referensi penelitian dengan
variabel Tax Avoidance.
3) Memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan dalam
penulisan penelitian selanjutnya.
b. Bagi Perusahaan
1) Memberikan wawasan mengenai Tax Avoidance dan pengelolaan
CSR dalam perusahaan.
c. Bagi Investor
1) Memberikan indikator untuk menilai suatu perusahaan dan
memberikan keyakinan dalam memilih perusahaan.
d. Bagi Pemerintah
1) Memberikan masukan bagi pemerintah dalam pembuatan
kebijakan di bidang perpajakan yang dapat mencegah praktik
penghindaran pajak perusahaan.
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Keagenan
Pengelolaan perusahaan harus diawasi dan dikendalikan untuk
memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada
berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku (Prakosa, 2014). Oleh sebab
itu diperlukan adanya pemisahan antara pemilik dengan pengelola perusahaan
yang dapat menimbulkan masalah, antara lain yaitu adanya kemungkinan
pengelola atau manajer melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan
keinginan atau kepentingan pemilik atau pemegang saham.
Teori agensi berisi mengenai hubungan secara kontrak antara anggota-
anggota di perusahaan. Hubungan agensi terjadi saat satu orang atau lebih
(principal/pemegang saham) mempekerjakan orang lain (agen/manajer) untuk
memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang
pengambilan keputusan (Jao & Pagalung, 2011). Inti dari hubungan keagenan
adalah adanya pemisahan fungsi antara kepemilikan di investor dan
pengendalian di pihak manajemen.
Definisi lain menurut Lukviarman (2006) dalam Pranata & Puspa
(2014), Agency Theory merupakan perspektif yang secara jelas
menggambarkan masalah yang timbul dengan adanya pemisahan antara
kepemilikan dan pengendalian terhadap perusahaan, yaitu terdapatnya konflik
18
kepentingan dalam perusahaan. Konflik ini disebut agency problem atau
masalah agensi (Jao & Pagalung, 2011).
Permasalahan yang timbul antara pemegang saham dan manajer
menimbulkan kekhawatiran bagi pemegang saham. Dan salah satu
kekhawatiran bagi pemegang saham adalah tindakan untuk menghindar dari
pajak (Tax Avoidance). Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Fisher (2014)
mengatakan apabila terdapat manajer atau manajemen yang melakukan Tax
Avoidance akan menimbulkan pandangan yang tidak baik pula terhadap
pemegang saham yang disebabkan kekhawatiran terhadap manajer akan
melakukan tindakan yang berlawanan dengan pemegang saham.
Permasalahan yang timbul atas dasar kepercayaan tidak hanya
ditunjukkan kekhawatiran pemegang saham kepada manajer perusahaan.
Begitu pula juga oleh masyarakat terhadap perusahaan yang terus mencoba
untuk meyakinkan bahwa mereka melakukan kegiatan sesuai dengan batasan
dan norma-norma masyarakat agar dapat diterima di dalam masyarakat.
2. Teori Legitimasi
Terdapat 2 teori yang berhubungan dengan pengungkapan sosial
perusahaan, yakni teori legitimasi dan agensi (Nasir, Kurnia, & Hakri, 2013).
Legitimacy theory secara esensial adalah teori yang berorientasi pada sistem,
dalam hal ini organisasi atau perusahaan dipandang sebagai salah satu
komponen dalam lingkungan sosial yang lebih besar. Karena merupakan suatu
komponen yang besar dalam suatu lingkungan sosial, maka perusahaan turut
19
andil dalam melakukan aktivitas sosial di lingkungan tersebut. Seperti yang
diungkapkan oleh Nasir et al. (2013) bahwa teori ini secara jelas mengakui
suatu entitas bisnis dibatasi oleh kontrak sosial yang menyebutkan bahwa
perusahaan sepakat untuk menunjukkan berbagai aktivitas sosial perusahaan
agar diterima masyarakat akan tujuan perusahaan yang pada akhirnya akan
menjamin kelangsungan hidup perusahaan.
Chariri (2008) mengatakan teori legitimasi sangat bermanfaat dalam
menganalisis perilaku organisasi (Nasir et al., 2013). Legitimasi merupakan
hal yang penting bagi organisasi/perusahaan sehingga batasan-batasan yang
ditekankan oleh norma dan nilai sosial dalam suatu lingkungan, dan reaksi
terhadap batasan norma dan nilai sosial tersebut mendorong pentingnya
analisis perilaku organisasi dengan memperhatikan lingkungan sosial. Oleh
karena itu, kegagalan perusahaan dalam menyesuaikan diri dengan norma
ataupun adat yang diterima oleh masyarakat, akan mengancam legitimasi
perusahaan serta sumber daya perusahaan, lalu akan mengancam legitimasi
perusahaan serta sumber daya perusahaan, dan pada akhirnya akan
mengancam kelangsungan hidup perusahaan. (Nasir et al., 2013).
Dalam teori legitimasi menyatakan bahwa perusahaan terus mencoba
untuk meyakinkan bahwa mereka melakukan kegiatan sesuai dengan batasan
dan norma-norma masyarakat agar dapat diterima di dalam masyarakat. Hal
itu mendukung bahwa perusahaan juga memiliki andil dalam pembangunan
bangsa dengan melalui kepatuhannya akan membayar pajak. Sebagai suatu
kewajiban bermasyarakat maka dari itu perusahaan mengungkapkan kegiatan
20
CSR. Oleh karenanya teori ini menggambarkan pandangan terhadap
pentingnya pengungkapan CSR di suatu perusahaan. Penelitian ini melihat
bagaimana norma serta tanggung jawab terhadap lingkungan dan masyarakat
merupakan hal penting yang akan mempengaruhi perusahaan. Selain memiliki
kualitas audit yang baik, perusahaan juga perlu mengungkapkan kegiatan CSR
kepada masyarakat.
3. Tax Avoidance
Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya oleh Maharani &
Suardana (2014) bahwa persoalan mengenai penghindaran pajak merupakan
masalah yang rumit, diperbolehkan namun tidak diinginkan. Namun
sebenarnya tindakan penghematan pajak yang dilakukan oleh sejumlah
perusahaan di Indonesia tidak dimaksudkan untuk menggelapkan pajak, tapi
lebih pada tujuan penghematan besarnya beban pajak yang dibayar oleh
perusahaan dengan cara memanfaatkan celah pada peraturan perpajakan yang
ada di Indonesia (Annisa & Kurniasih, 2012). Khurana dan Moser (2009)
menyatakan bahwa aktivitas Tax Avoidance yang dilakukan oleh manajemen
perusahaan dalam upaya semata-mata untuk meminimalisasi kewajiban pajak
perusahaan atau yang sekarang bisa kita sebut Tax Avoidance (Annisa &
Kurniasih, 2012).
“Corporate Tax Avoidance broadly as the reduction in explicit taxes
paid, and we measure Tax Avoidance as the difference between the firm’s
“unmanaged tax amount” and its “managed tax amount””
21
Kalimat diatas mengutip dari Kanagaretnam (2014) yang berisi definisi
dari Tax Avoidance secara luas yaitu sebagai pengurangan pajak eksplisit
dibayar, dan mengukur penghindaran pajaknya sebagai perbedaan antara
"unmanaged amount tax" perusahaan dan "managed amount tax". Perbedaan
ini menunjukkan seberapa agresif manajer mengatur strategi untuk
mengurangi pajak yang harus dibayar. Secara rinci Kanagaretnam (2014)
menjelaskan bahwa Tax Avoidance merupakan upaya yang dilakukan oleh
wajib pajak melalui pemanfaatan kompleksitas pajak, dan hal-hal yang tidak
diatur (loopholes) dalam peraturan perpajakan.
Sama hal dengan Pohan (2009) yang mendefinisikan Tax Avoidance
sebagai proses pengendalian tindakan agar terhindar dari konsekuensi
pengenaan pajak yang tidak dikehendaki. Bila dilihat dari definisi tersebut
maka hal itu telah diatur atau sengaja dilakukan oleh pengelola perusahaan
atau manajer untuk menghindar dari pajak. Sedangkan Jaya, Arafat, & Kartika
(2014) menyebutkan bahwa Tax Avoidance merupakan rekayasa “tax affairs”
yang masih tetap berada dalam bingkai ketentuan perpajakan (lawful). Yang
menekankan pada ketiadaannya suatu pelanggaran perundang-undangan
perpajakan.
Secara singkat Annisa & Kurniasih (2012) serta Maharani & Suardana
(2014) memaparkan Tax Avoidance adalah salah satu cara untuk menghindari
pajak secara legal atau dengan menuruti peraturan yang ada dan tidak
melanggar peraturan perpajakan. Dari semua definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa Tax Avoidance merupakan upaya mengefisiensikan beban
22
pajak dengan cara menghindari pengenaan pajak dengan mengarahkannya
pada transaksi yang bukan objek pajak. (Pohan, 2013)
Selain dikenal dengan nama Tax Avoidance, banyak peneliti
menyebutnya dengan manajemen pajak (tax planning). Tax planning
merupakan sarana untuk menyelesaikan kewajiban perpajakan dengan benar
namun jumlah pajak yang dibayarkan dapat ditekan serendah mungkin untuk
memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan (Jaya et al., 2014).
Zain (2005) dalam Pohan (2009) menyatakan perencanaan pajak atau
perbuatan untuk menghindari pajak (Tax Avoidance) yang berhasil dan harus
secara jelas dibedakan dengan perbuatan penyelundupan pajak (Tax Evasion)
karena menurut Zain (2005), Tax Avoidance termasuk dalam pengertian
perencanaan pajak (Tax Planning).
Selain tax planning ada juga istilah lain, yaitu agresivitas pajak (Tax
Aggressiveness). Tax aggressiveness adalah strategi perusahaan yang tidak
sesuai dengan harapan masyarakat (Richardson & Lanis, 2012). Frank et al.
(2009) mendefinisikan pelaporan pajak yang agresif (Aggressive Tax) sebagai
manipulasi turunan penghasilan kena pajak (taxable income) melalui
perencanaan pajak (Tax Planning) yang mungkin atau tidak mungkin
dianggap penggelapan pajak (Tax Evasion). Kesimpulannya agresivitas pajak
merupakan kegiatan mengatur pajak untuk menghindarinya (Tax Avoidance)
tanpa menggelapkan (Tax Evasion) pajak itu sendiri. Namun Balakrishnan and
Guay (2012) berpendapat bahwa agresivitas pajak adalah seperangkat lebih
23
luas dari transaksi yang tujuan utamanya adalah hanya untuk menurunkan
kewajiban pajak perusahaan.
Banyak istilah dalam perpajakan seperti penggunaan istilah agresivitas
pajak (tax aggressiveness) dalam penelitian (Balakrishnan and Guay, 2012;
Frank et al., 2009; Richardson & Lanis, 2012). Penggunaan istilah manajemen
pajak (tax management) dalam penelitian Minnick dan Noga (2010). Dan
istilah perencanaan pajak (tax planning) dalam penelitian (Armstrong &
Blouin, 2011; Sabli & Noor, 2012; Wahab dan Holland, 2012). Dan istilah
dalam penelitian ini sendiri yaitu penghindaran pajak (Tax Avoidance) dalam
penelitian (Annisa & Kurniasih, 2012; Annuar et al., 2014; Kanagaretnam,
2014).
Semua istilah selain Tax Avoidance pada intinya sama, hanya
menggunakan istilah yang berbeda beda namun artinya serupa, dari tax
aggressiveness (agresifitas pajak), tax management (manajemen pajak), tax
planning (perencanaan pajak) dan Tax Avoidance (penghindaran pajak) seperti
yang disimpulkan oleh Hanlon et al. (2010). Namun beda halnya dengan tax
evasion (penggelapan pajak) yang telah melanggar peraturan yang berlaku.
Menurut Annisa & Kurniasih (2012) Indonesia memiliki celah
(loopholes) legalitas dalam tindakan penghematan pajak yang masih ambigu,
sehingga Wajib Pajak tidak disarankan untuk menarik kesimpulan sendiri
terkait dengan undang-undang perpajakan. Lebih baik bila Wajib Pajak
24
melakukan cross check terkait pemahaman undang-undang dengan otoritas
perpajakan.
Dalam melakukan pengaturan pajak (tax planning) terdapat 2
perbedaan mendasar yaitu menghindari (Tax Avoidance) atau menggelapkan
(tax evasion). Tax evasion (penggelapan pajak) merupakan suatu usaha
penghindaran pajak dengan melanggar ketentuan peraturan perpajakan
(Annisa & Kurniasih, 2012). Sehingga dapat dibedakan dengan jelas antara
Tax Avoidance dan tax evasion, yaitu Tax Avoidance (penghindaran pajak)
sebagai usaha untuk mengurangi hutang pajak yang bersifat legal (lawful),
sedangkan tax evasion (penggelapan pajak) adalah usaha untuk mengurangi
hutang pajak yang bersifat tidak legal (unlawful). (Xynas, 2011)
Upaya Tax Avoidance dilakukan menggunakan strategi dengan
mematuhi ketentuan yang berlaku, seperti memanfaatkan pengecualian dan
potongan yang diperkenankan dalam ketentuan, maupun memanfaatkan hal-
hal yang belum diatur (loopholes) dalam peraturan perpajakan yang berlaku
(Mangunsong, 2002).
Terdapat tiga langkah akan dilakukan perusahaan dalam
meminimalkan pajak yang dikenakan (Prakosa, 2014). Pertama, perusahaan
berusaha untuk menghindari pajak baik secara legal maupun ilegal. Kedua,
caranya mengurangi beban pajak seminimal mungkin baik secara legal
maupun ilegal. Ketiga atau terakhir, apabila kedua langkah sebelumnya tidak
dapat dilakukan maka wajib pajak akan membayar pajak tersebut. Prakosa
25
(2014) menjelaskan tidak sedikit perusahaan yang melakukan perencanaan
pajak (tax planning) dengan tujuan untuk meminimalisasi pajak yang harus
dibayar oleh perusahaan.
Menurut buku Chairil Anwar Pohan (2013) dan Suandy (2008) dalam
Annisa & Kurniasih (2012) terdapat beberapa hal yang memengaruhi perilaku
wajib pajak untuk menimimalkan kewajiban pembayaran pajak mereka atau
memotivasi mereka untuk menghindari pajak, baik secara legal maupun
illegal, yang bisa disebut dengan Propensity of Dishonesty yaitu :
a) Tinggi kerumitan suatu peraturan (complexity of rule). Maka semakin
rumitnya suatu peraturan mengenai perpajakan, membuat wajib pajak
cenderung menghindarinya karena biaya untuk mengetahuinya
menjadi tinggi.
b) Besarnya pajak yang dibayar (Tax required to pay). Semakin besar
jumlah pajak yang harus dibayarkan maka semakin besar pula
kemungkinan wajib pajak untuk melakukan kecurangan untuk
menghindar, memperkecil atau menggelapkaan pajak.
c) Biaya untuk negosiasi (Cost of bribe). Terkadang secara disengaja atau
tidak disengaja wajib pajak melakukan negosiasi dengan fiskus dalam
melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. Oleh karenanya,
apabila uang untuk negosiasi semakin tinggi, maka semakin kecil pula
/kecenderungan wajib pajak untuk melakukan pelanggaran.
d) Risiko deteksi (Probability of detection). Menjelaskan mengenai
kemungkinan besarnya pelanggaran dari ketentuan perpajakan itu
26
terdeteksi. Bila rendah risiko terdeteksinya, maka wajib pajak
cenderung melakukan pelanggaran. Dan semakin tinggi risikonya,
wajib pajak akan lebih konservatif untuk tidak melanggar peraturan.
e) Besarnya denda (Size of penalty). Semakin ringan denda atau sanksi
dari pelanggaran suatu ketentuan pajak, maka wajib pajak cenderung
melakukan pelanggaran. Sebaliknya bila semakin berat sanksi
perpajakan yang dapat dikenakan, maka wajib pajak cenderung untuk
tidak melanggar ketentuan perpajakan.
f) Moral masyarakat. Tergantung pribadi orang yang menentukan apakah
akan patuh atau tidak.
Dari motivasi yang mendorong untuk melakukan penghindaran pajak
tersebut maka muncullah modus-modus untuk melakukannya. Dalam
bukunya, manajemen perpajakan, Chairil Anwar Pohan memaparkan cara-cara
pengelakan pajak. Ada 6 cara pengelakan pajak yang biasa dipraktikan, yaitu :
1. Penggeseran pajak (Tax Shifting) yaitu pemindahan atau pentransferan
beban pajak dari subjek pajak kepada pihak lain, dengan demikian
orang atau beban yang dikenakan pajak mungkin sekali tidak
menanggungnya.
2. Kapitalisasi pajak (Capitalization) yaitu pengurangan harga objek
pajak yang besarnya sama dengan jumlah pajak yang akan dibayarkan
kemudian oleh pembeli.
27
3. Transformasi (Transformation) yaitu cara pengelakan pajak yang
dilakukan oleh pabrikan dengan cara menanggung beban pajak yang
dikenakan terhadapnya
4. Penyelundupan pajak (Tax Evasion) menunjuk pada rekayasa tax
affairs yang berada diluar bingkai peraturan perpajakan
5. Penghindaran pajak (Tax Avoidance) menunjuk pada rekayasa tax
affairs yang masih dalam bingkai ketentuan perpajakan
6. Pengecualian pajak (Tax Exemption) adalah pengecualian pengenaan
pajak yang diberikan kepada perorangan atau badan berdasarkan
undang-undang pajak.
Selain Tax Avoidance, bentuk lain dari manajemen pajak adalah tax
evasion, dimana yang dimaksud dengan tax evasion (penggelapan pajak)
merupakan suatu usaha penghindaran pajak dengan melanggar ketentuan
peraturan perpajakan (Annisa & Kurniasih, 2012). Sehingga dapat dibedakan
dengan jelas antara Tax Avoidance dan tax evasion, yaitu penghindaran pajak
(Tax Avoidance) sebagai usaha untuk mengurangi hutang pajak yang bersifat
legal (lawful), sedangkan penggelapan pajak (tax evasion) adalah usaha untuk
mengurangi hutang pajak yang bersifat tidak legal (unlawful). (Xynas, 2011)
Dari semua cara-cara mengelak pajak, peneliti ingin mengangkat
seputar Tax Avoidance karena istilah ini umum di Indonesia. Selain itu Tax
Avoidance juga merupakan suatu hal yang masih tabu antara diperbolehkan
namun merugikan negara dan masyarakat. Maka dari itu topik ini peneliti
angkat. Didukung pernyataan Hundal (2011) dalam Annuar et al. (2014) yang
28
mengatakan bahwa penghindaran pajak (Tax Avoidance) perusahaan
merupakan isu yang paling menantang dari generasi sekarang yang
memperlihatkan pengurangan pendapatan yang serius terhadap pajak ke
pemerintah.
Dalam memahami bagaimana Tax Avoidance terjadi, Komite urusan
fiskal dari Organization for Economic Co – operation and Development
(OECD) dikutip Suandy (2008) dalam Jaya et al. (2014) menyebutkan
karakteristik dari Tax Avoidance mencakup tiga hal, yaitu:
a. Adanya unsur artifisial dimana berbagai pengaturan seolah–olah
terdapat di dalamnya padahal tidak, dan ini dilakukan karena ketiadaan
faktor pajak.
b. Skema semacam ini sering memanfaatkan loopholes dari undang–
undang atau menerapkan ketentuan–ketentuan legal untuk berbagai tujuan,
padahal bukan itu yang sebetulnya dimaksudkan oleh pembuat undang–
undang.
c. Kerahasiaan juga sebagai bentuk dari skema ini dimana umumnya para
konsultan menunjukkan alat atau cara untuk melakukan penghindaran
pajak dengan syarat wajib pajak menjaga serahasia mungkin (Council of
Executive Secretaries of Tax Organizations, 1991).
Dalam perhitungan Tax Avoidance, peneliti menggunakan book tax
gap atau book tax difference (BTD). Book tax gap adalah metode
penghitungan melihat kesenjangan atau perbedaan antara laba komersial yang
dilaporkan dalam laporan laba rugi menurut peraturan akuntansi dengan laba
29
fiscal atau laba yang dilaporkan dalam laporan laba rugi untuk kepentingan
perpajakan yang disusun berdasarkan peraturan perpajakan negara yang
bersangkutan (Annisa & Kurniasih, 2012).
Menurut Annisa & Kurniasih (2012), mengukur penghindaran pajak
atau Tax Avoidance sulit dilakukan karena data untuk pembayaran pajak
dalam Surat Pemberitahuan Pajak (SPT) sulit didapat untuk itu perlu
pendekatan untuk menaksir berapa pajak yang sebenarnya dibayar perusahaan
kepada pemerintah oleh karena itu dalam penelitian mereka mengadopsi
pendekatan tidak langsung untuk mengukur variabel dependen penghindaran
pajak yaitu dengan memulai menghitung perbedaan laba akuntansi dengan
penghasilan / laba kena pajak (gap between financial and taxable income),
perbedaan yang dilaporkan ke pemegang saham atau investor menggunakan
GAAP/SAK, sedangkan ke Kantor Pelayanan Pajak dengan Peraturan
Perpajakan, perbedaan ini terkenal dengan sebutan book tax gap (Desai &
Dharmapala, 2007).
4. Kualitas Audit
Kualitas audit dengan transparansi menjadi salah satu elemen yang
berhubungan. Transparansi terhadap investor dapat dicapai dengan
melaporkan hal-hal terkait perpajakan pada pasar modal dan rapat umum
pemegang saham. Peningkatan transparansi terhadap pemegang saham dalam
hal pajak semakin dituntut oleh otoritas publik (Annisa & Kurniasih, 2012).
30
Maka dari itu transparansi laporan sangat penting untuk mengungkapkan
segala kegiatan perusahaan.
Hal tersebut mendorong pemegang saham atau perusahaan
mempekerjakan atau menggunakan jasa auditor yang lebih terpercaya atau
berkualitas. Perusahaan menggunakan jasa auditor yang berkualitas dapat
menjamin informasi laporan keuangan yang dilaporkan, sehingga pengguna
laporan keuangan atau investor akan lebih percaya atas informasi tersebut
(Pranata & Puspa, 2014).
Purwanti & Rahardjo (2012) mengungkapkan bahwa salah satu cara
pemilik atau investor untuk meminimalisir asimetris informasi dan
ketidakseimbangan yang terjadi di perusahaan yaitu dengan menggunakan
auditor yang berkualitas, harapan terhadap auditor yang berkualitas adalah
dapat menemukan indikasi keganjilan atau kecurangan seperti manajemen
laba yang dilakukan di perusahaan.
Berdasarkan penelitian Teoh dan Wong (1993) dalam Sari, Anugerah,
& Dwiningsih (2010) ditunjukkan pasar merespon secara berbeda terhadap
kualitas auditor, yang diproksikan dengan auditor big 5 dan non big 5. Artinya
semakin berkualitas auditor maka semakin tinggi kredibilitas angka akuntansi
yang dilaporkan, dengan demikian semakin besar tingkat pengungkapan
laporan keuangan. Pengaruh tingginya kredibilitas angka akuntansi yang
dilaporkan oleh KAP yang dikategorikan KAP `besar` mempunyai pengaruh
31
yang lebih untuk mempengaruhi perusahaan untuk lebih transparan dalam
mengungkapkan informasi.
Pengukuran kualitas audit dapat dilakukan dengan menggunakan
proksi spesialisasi industri dan ukuran KAP. Tax Avoidance diukur dengan
book tax gap yaitu menyimpulkan perbedaan terkait laba yang dilaporkan ke
pasar modal atau laba komersial dengan laba yang dilaporkan dalam otoritas
perpajakan atau laba fiskal (Annisa & Kurniasih, 2012).
5. Corporate Social Responsibility (CSR)
Pertanggungjawaban sosial perusahaan atau Corporate Sosial
Responsibility (CSR) adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara
sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial kedalam
operasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggung
jawab organisasi dibidang hukum (Nasir et al., 2013).
Hoi et al. (2014) menemukan bahwa perusahaan dengan kegiatan CSR
yang lebih tidak bertanggung jawab, terutama mereka dengan kegiatan CSR
yang tidak bertanggung jawab dan berlebihan pada tahun tertentu, memiliki
probabilitas yang lebih tinggi dari terlibat dalam penampungan pajak (tax
sheltering), perbedaan buku pajak yang lebih besar antara
diskresioner/permanen, dan tingkat beban kas pajak yang lebih rendah.
CSR merupakan sebuah gagasan, perusahaan tidak lagi dihadapkan
pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai
perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya
(financial) saja (Nasir et al., 2013). Tapi tanggung jawab perusahaan harus
32
berpijak pada triple bottom lines. Di sini bottom lines lainnya selain finansial
juga ada sosial dan lingkungan. Karena kondisi keuangan saja tidak cukup
menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable).
Menurut Richardson & Lanis (2012) berdasarkan kesimpulannya dari
jurnal Desai and Dharmapala (2006b), Williams (2007) dan Avi Yonah
(2008), CSR berpotensi mempengaruhi agresivitas pajak dalam hal bagaimana
rekening perusahaan dan mengarahkan sistem dan proses dalam hal
kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan faktor penting
keberlangsungan hidup dari suatu perusahaan (Richardson & Lanis, 2012).
Sementara CSR adalah tindakan sosial sebagai bentuk tanggung jawab sebuah
perusahaan terhadap semua pemegang kepentingan. Oleh karena itu suatu
perusahaan membutuhkan dukungan para pemegang kepentingan untuk
menjalankan operasional perusahaan.
33
B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 berikut merupakan penelitian-penelitian yang menjadi sumber referensi dalam penelitian ini:
No. Nama Peneliti Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1 Kiridaran
Kanagaretnam,
Jimmy Lee,
Chee Yeow
Lim, Gerald J.
Lobo (2014)
Auditor Quality
and Corporate
Tax Avoidance
Kualitas audit
dan Tax
Avoidance
Proksi kualitas
audit
menggunakan
besarnya KAP
Sampel peneliti
di 1 negara,
dengan laporan
keuangan
perusahaan
listing
Menggunakan
book tax-gap dari
laporan
keuangan
Hasil penelitian dari 34 negara, kualitas audit
berhubungan dengan rendahnya penghindaran
pajak.
Auditor Big N berpengaruh besar kepada
kualitas audit.
Dan efek dari kualitas audit terhadap Tax
Avoidance kurang menonjol saat formal
institusi sudah kuat
2 Grant
Richardson,
Roman Lanis
(2011)
Corporate
Social
Responsibility
And Tax
Aggressiveness
Variabel CSR
Variabel Tax
Aggressiveness
= Tax Avoidance
Sampel peneliti
adalah
perusahaan
listing di BEI
Pengukuran
penghindaran
pajak: book tax-
gap
Berdasarkan 408 perusahaan yang listing di
Australia, semakin tinggi level CSR maka
semakin rendah agresivitas pajak.
Tabel 2.1
Penelitian- Penelitian Terdahulu
Bersambung pada halaman selanjutnya
34
No. Nama Peneliti Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
3 Annisa dan
Kurniasih
(2012)
Pengaruh
Corporate
Governance
Terhadap Tax
Avoidance
Variabel Tax
Avoidance
Proksi Tax
Avoidance
menggunakan
book tax-gap
Proksi kualitas
audit
menggunakan
besarnya KAP
Variabel
Corporate
Governance
Variabel CSR
Dari hasil penelitian terhadap 200 perusahaan
listing BEI
Tidak terdapat pengaruh signifikan pada
kepemilikan institusional terhadap Tax
Avoidance.
Tidak terdapat pengaruh signifikan pada
dewan komisaris terhadap Tax Avoidance
Tidak terdapat pengaruh signifikan pada
komposisi dewan komisaris terhadap Tax
Avoidance
Terdapat pengaruh signifikan pada komite
audit terhadap Tax Avoidance
Terdapat pengaruh signifikan pada kualitas
audit terhadap Tax Avoidance
4 Maharani &
Suardana
(2014)
Pengaruh
Corporate
Governance,
Profitabilitas
Dan
Karakteristik
Eksekutif Pada
Tax Avoidance
Perusahaan
Manufaktur
Variabel
Independen yaitu
Tax Avoidance
Variabel
Dependen
corporate
governance,
profitabilitas
dan karakteristik
eksekutif
Proporsi dewan komisaris, kualitas audit,
komite audit yang merupakan proksi dari
corporate governance dan ROA yang
merupakan proksi dari profitabilitas
berpengaruh negatif
Risiko perusahaan yang merupakan proksi
dari karakteristik eksekutif berpengaruh
positif
Kepemilikan insitusional yang merupakan
proksi dari corporate governance tidak
berpengaruh terhadap tindakan Tax
Tabel 2.1 (lanjutan)
Penelitian- Penelitian Terdahulu
Bersambung pada halaman selanjutnya
35
No. Nama Peneliti Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Avoidance
5 Dudi Wahyudi
(2015)
Analisis
Empiris
Pengaruh
Aktivitas
Corporate
Social
Responsibility
(CSR) terhadap
Penghindaran
Pajak di
Indonesia
Variabel
Independen yaitu
Tax Avoidance
Variabel
Dependen
Corporate Social
Responsibility
Proksi Tax
Avoidance
dengan Cash
ETR
Tingkat aktivitas CSR tidak berpengaruh
signifikan terhadap penghindaran pajak
Tabel 2.1 (lanjutan)
Penelitian- Penelitian Terdahulu
Sumber : Diolah dari berbagai sumber
36
C. Kerangka Pemikiran
Berikut merupakan kerangka pemikiran dalam penelitian ini:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Kualitas Audit
Corporate
Social
Responsibility
Tax
Avoidance
Indonesia
Hasil
penelitian
Fenomena tax avoidance yang marak terjadi akhir-akhir ini
Basis teori : teori legitimasi dan teori agensi
Kesimpulan dan saran
Populasi : perusahaan manufaktur yang listing di BEI
Metode regresi berganda
37
D. Hipotesis
a. Kualitas Audit dan Tax Avoidance
Begitu banyak istilah perpajakan tersebut, namun peneliti ingin
mengungkap mengenai istilah Tax Avoidance. Kanagaretnam (2014)
meneliti hubungan kualitas auditor dengan Tax Avoidance. Dengan
menghubungkan kualitas audit dengan Tax Avoidance perusahaan yang
terjadi dalam skala global oleh beberapa negara. Dalam jurnal yang sekaligus
menjadi acuan dalam pembuatan skripsi ini, jurnal ini membuat hipotesa
bahwa kualitas audit yang di proksi kan dengan besarnya KAP berhubungan
negatif dengan penghindaran pajak perusahaan yang dihitung dengan metode
book tax gap.
Annisa & Kurniasih (2012) meyakinkan bahwa terdapat pengaruh
signifikan dari kualitas audit terhadap Tax Avoidance. Keyakinan itu
didapatkan apabila sebuah perusahaan yang diaudit oleh KAP yang besar
atau memiliki nama seperti Big 4, akan memiliki kualitas informasi
keuangan yang dapat dipercaya dan baik pula. Oleh karena KAP Big 4 yang
menjaga kualitas dari auditnya, maka membuat perusahaan yang diaudit
terjaga kualitas laporan keuangannya dan dapat terdeteksi bila terdapat
kejanggalan sehingga terhindar dari kemungkinan terjadinya Earning
Management atau bahkan Tax Avoidance.
Maharani & Suardana (2014) juga mendapatkan hasil yang serupa.
Kualitas audit berpengaruh negatif terhadap Tax Avoidance sehingga bila
dijabarkan semakin baik kualitas audit yang di proksikan oleh besarnya KAP
38
maka semakin rendahnya Tax Avoidance. Ini dikarenakan oleh kesulitan
suatu perusahaan untuk melakukan Tax Avoidance apabila diaudit oleh KAP
besar atau Big 4.
Namun hasil berbeda didapatkan oleh Jaya et al. (2014) dan Pranata
& Puspa (2014). Kedua penelitian menemukan bahwa kualitas audit tidak
berpengaruh terhadap Tax Avoidance. Jaya et al. (2014) menggunakan
perhitungan Tax Shelter yang diadaptasi dari penelitian Wilson (2009)
dalam penelitian Khurana dan Moser (2012). Dan Pranata & Puspa (2014)
menggunakan perhitungan ETR.
Perbedaan ini membuat peneliti ingin menguji hubungan kualitas
audit dengan Tax Avoidance. Berdasarkan penelitian sebelumnya pun
mengatakan terdapat hubungan negatif antara keduanya. Maka dari
penelitian sebelumnya, peneliti mengajukan hipotesis dalam penelitian ini
sebagai berikut:
H1: Kualitas Audit berpengaruh signifikan negatif terhadap Tax Avoidance
b. Corporate Social Responsibility (CSR) dan Tax Avoidance
Kewajiban Perusahaan sebagai Wajib Pajak dalam menjadi bagian
suatu kenegaraan adalah membayar pajak. Dalam teori legitimasi
menyatakan bahwa perusahaan terus mencoba untuk meyakinkan bahwa
mereka melakukan kegiatan sesuai dengan batasan dan norma-norma
masyarakat agar dapat diterima di dalam masyarakat. Hal itu mendukung
bahwa perusahaan juga memiliki andil dalam pembangunan bangsa dengan
melalui kepatuhannya akan membayar pajak. Apabila dengan penuh
39
kesadaran perusahaan membayar pajak sesuai nominal yang ditetapkan,
berarti perusahaan telah membina hubungan baik dengan pemerintah
(Maesarah, Atikah, & Husnaini, 2015).
CSR merupakan kegiatan sosial yang diungkapkan oleh perusahaan
dalam rangka mematuhi peraturan yang berlaku. Peraturan BAPEPAM dan
Lembaga Keuangan mengenai keluasan pengungkapan item-item CSR yaitu
pada peraturan nomor X.K.6 revisi tahun 2012 mengenai Penyampaian
Laporan Tahunan Emiten Atau Perusahaan Publik. Berlakunya peraturan
tersebut membuat pengungkapan item dari CSR menjadi disclosure yang
bersifat wajib.
Semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR yang dilakukan oleh
perusahaan, diharapkan dapat menekan terjadinya Tax Avoidance. Hal itu
karena apabila suatu perusahaan yang mengungkapkan CSR namun
melakukan Tax Avoidance, maka akan mempengaruhi reputasi perusahaan
tersebut sehingga penilaian masyarakat atau stakeholder menurun. Maka dari
itu perusahaan yang telah mengungkapkan CSR nya diharapkan terhindar
dari praktik Tax Avoidance
Dalam penelitian Richardson & Lanis (2012) mereka meyakinkan
bahwa pemegang kepentingan diluar direksi juga dapat mempengaruhi
keberlangsungan perusahaan. Serta semakin perusahaan memiliki tanggung
jawab sosial kemungkinan besar dapat menghalangi terjadinya kegiatan
40
penghindaran pajak secara agresif Richardson & Lanis (2012). Dengan
demikian kegiatan CSR berpengaruh negatif dengan Tax Avoidance.
Penelitian Hoi et al. (2014) mendapatkan hasil yang sama dengan
Richardson & Lanis (2012). Hoi juga menyimpulkan bahwa perusahaan
dengan banyaknya kegiatan CSR yang tidak dipertanggung jawabkan
memiliki kemungkinan lebih besar untuk melakukan Tax Sheltering.
Gribnau (2015) menilai secara moral, bahwa perusahaan yang
mengungkapkan dan melakukan kegiatan CSR maka akan lebih mengikuti
peraturan dengan melakukan Tax Planning yang mengikuti peraturan yang
berlaku.
Namun dibandingkan dengan dalam negeri, tidak selamanya terdapat
hubungan antara pengungkapan CSR dengan Tax Avoidance. Melalui
penelitiannya Wahyudi (2015) menyimpulkan bahwa CSR tidak
berhubungan dengan Tax Avoidance. Maesarah et al. (2015) telah meneliti
hal yang sama dengan Wahyudi (2015) dan mendapatkan hasil yang serupa,
yaitu CSR tidak berhubungan dengan Tax Avoidance di Indonesia.
Perbedaan ini membuat peneliti ingin menguji hubungan CSR
dengan Tax Avoidance. Berdasarkan penelitian sebelumnya pun mengatakan
terdapat hubungan negatif antara keduanya. Maka dari penelitian
sebelumnya, peneliti mengajukan hipotesis dalam penelitian ini sebagai
berikut:
H2: CSR berpengaruh signifikan negatif terhadap Tax Avoidance
41
c. Variabel-variabel kontrol penelitian
Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dalam
penelitian ini juga memasukkan beberapa variabel kontrol. Variabel kontrol
adalah variabel bebas yang dalam pelaksanaan penelitian tidak dimasukkan
sebagai variabel bebas tetapi keberadaannya dikendalikan (dikontrol) dengan
tujuan untuk meminimalisir pengaruh dari faktor-faktor di luar variabel yang
diuji. (Maesarah et al., 2015)
CompSize merupakan variabel kontrol untuk melihat besarnya suatu
perusahaan yang dihitung melaui log natural dari total asset. Besarnya
perusahaan akan sejalan dengan semakin agresifnya Tax Avoidance
dibanding perusahaan kecil karena mempengaruhi ekonomi secara global.
(Richardson & Lanis, 2012)
Menurut Richardson dan Lanis (2007) dalam Maesarah et al. (2015)
perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi akan dikenai
pajak yang tinggi. Sesuai dengan pernyataan yang terdapat pada Undang-
Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 1 menjelaskan bahwa penghasilan yang
diterima oleh subjek pajak (perusahaan) akan dikenai pajak penghasilan,
sehingga semakin besar penghasilan yang diterima oleh perusahaan akan
menyebabkan semakin besar pajak penghasilan yang dikenakan kepada
perusahaan.
ROA yang merupakan proksi dari Profitabilitas apabila naik maka
akan mengakibatkan kenaikan ETR, sehingga ROA memiliki hubungan yang
42
positif dengan ETR. Dampak reformasi perpajakan yang menurunkan tarif
pajak statutori, sehingga hubungan ROA dengan Tax Avoidance menjadi
negatif (Maesarah et al., 2015)
Besarnya profitabilitas perusahaan dapat mengurangi beban pajak
perusahaan. Itu disebabkan oleh perusahaan dengan tingkat efisiensi yang
tinggi dan memiliki pendapatan yang tinggi cenderung menghadapi beban
pajak yang rendah. Rendahnya beban pajak perusahaan dikarenakan
perusahaan dengan pendapatan yang tinggi berhasil memanfaatkan
keuntungan dari adanya insentif pajak dan pengurang pajak yang lain yang
dapat menyebabkan tarif pajak efektif perusahaan lebih rendah dari yang
seharusnya (Maesarah et al., 2015).
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2010). Penelitian ini menggunakan sampel dari annual report perusahaan
yang listing di BEI melalui beberapa syarat.
Data yang diperoleh melalui sumber yang telah ada dan tidak perlu
dikumpulkan sendiri oleh peneliti disebut data sekunder. (Sekaran, 2006).
Pengambilan data diambil secara langsung yang didapatkan dari laporan
tahunan (annual report) di BEI atau idx.com pada tahun 2012-2014.
Pemilihan sampel menggunakan teknik purposive sampling.
Purposive sampling adalah teknik untuk menentukan sampel penelitian yang
dipilih dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010), sehingga perusahaan
yang tidak sesuai dengan kriteria yang ditentukan peneliti akan dikeluarkan
dari sampel dengan tujuan agar data yang diperoleh nantinya bisa lebih
representatif.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel merupakan perusahaan yang terdaftar (listing) di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tahun 2012-2014. Data tersebut merupakan data
sekunder yang diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) atau
44
www.idx.co.id dan situs perusahaan yang bersangkutan. Metode yang
digunakan peneliti dalam pemilihan sampel penelitian adalah pemilihan
sampel bertujuan (purposive sampling), dengan teknik berdasarkan
pertimbangan (judgement sampling) yang merupakan tipe pemilihan sampel
secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010) dengan kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI)
2. Memiliki data laporan keuangan dan annual report pada tahun 2012-2014
3. Tidak mengalami kerugian pada tahun 2012-2014
4. Laporan keuangan disajikan dalam mata uang rupiah
Dengan didasarkan pada pertimbangan untuk mengendalikan variasi
dari jenis industri yang dapat mempengaruhi aktivitas penghindaran pajak,
maka peneliti menggunakan perusahaan manufaktur sebagai sampel.
Perusahaan-perusahaan perbankan, asuransi, dan keuangan lainnya juga
tidak dimasukkan karena perlakuan khusus dalam standar akuntansi dan
peraturan perpajakannya. Perusahaan real estate/properti tidak dijadikan
sampel karena merupakan jenis kegiatan usaha yang perlakuan Pajak
Penghasilan-nya berbeda, yaitu dikenakan PPh Final berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2008. Dan peneliti
mengambil 3 tahun dari tahun 2012 hingga 2014 karena Menurut peraturan
BAPEPAM dan Lembaga Keuangan mengenai keluasan pengungkapan
item-item CSR yaitu pada peraturan nomor X.K.6 revisi tahun 2012
45
mengenai Penyampaian Laporan Tahunan Emiten Atau Perusahaan Publik.
Berlakunya peraturan tersebut membuat pengungkapan item dari CSR
menjadi disclosure yang bersifat wajib.
Untuk menghitung book tax gap dan CSR, data yang digunakan
adalah laporan tahunan (annual report). Namun untuk beberapa perusahaan
yang memisahkan annual report dan laporan keuangannya, maka dilengkapi
celahnya dengan penggunaan laporan keuangan. Dengan melakukan analisis
konten, data kualitatif pengungkapan CSR dikuantifikasi untuk mendapatkan
skor pengungkapan.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, peneliti
menggunakan data sekunder. Peneliti memperoleh data sekunder yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti melalui buku dan majalah, publikasi
pemerintah, ikhtisar statistik, basis data, media, laporan tahunan perusahaan
dan sebagainya (Sekaran, 2006). Menggunakan data annual report
perusahaan yang tersedia di dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) dan berita
terkait mengenai tax avoidance.
D. Metode Analisis Data
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, dan
minimum (Ghozali, 2013).
46
2. Uji Asumsi Klasik
a) Normalitas data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal. Terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah residual
berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji
statistik (Ghozali, 2013). Seperti yang diketahui uji t dan F
mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.
Bila asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk
jumlah sampel kecil.
1) Analisis Grafik
Salah satu cara mendeteksi melalui grafik histogram apakah
variabel terdistribusi secara normalitas, yaitu dengan melihat
penyebaran data pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan
melihat histogram dari residualnya. Dasar dalam pengujian
normalitas ini adalah :
Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi
normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti
arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola
distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas
47
2) Uji Statistik
Apabila pendeteksian normalitas hanya dengan cara melihat
grafik, maka hasil yang didapat akan menyesatkan karena
kemungkinan ketidak hati-hatian secara visual kelihatan normal,
padahal secara statistik menunjukan ketidak normalan dalam
pendistribusian. Oleh sebab itu, dalam pengujian normalitas selain uji
grafik harus dilengkapi dengan uji statistik.
Uji statistik yang digunakan adalah uji statistik non-
parametrik kolmogorov-smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan
membuat hipotesis :
H₀ : Data residual berdistribusi normal
Ha : Data residual tidak berdistribusi normal
b) Multikolinieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen
(Ghozali, 2013). Multikolonieritas adalah situasi adanya variabel-
variabel bebas diantara satu sama lain. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model
regresi adalah sebagai berikut :
1) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi
empiris yang sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-
48
variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi
variabel dependen.
2) Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika
antar variabel independen terdapat korelasi yang cukup tinggi (di
atas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya
multikolonieritas.
3) Multikolonieritas juga dapat terlihat dari nilai Tolerance dan
Variance Inflation Factor (VIF). Nilai cutoff yang umum dipakai
untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai
Tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10 (Ghozali,
2013:105-106).
c) Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode
tertentu dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya.
Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.
Pengujian ini akan menggunakan uji Durbin-Watson (DW
test) yang mensyaratkan adanya konstanta (intercept) dalam model
regresi dan tidak ada variabel lagi di antara variabel independen
(Ghozali, 2013). Mekanisme pengujian Durbin Watson adalah
sebagai berikut:
49
1) Merumuskan hipotesis :
Ho : tidak ada autokorelasi ( r = 0 )
Ha : ada autokorelasi ( r ≠ 0 )
2) Menentukan nilai d hitung (Durbin-Watson).
3) Untuk ukuran sampel tertentu dan banyaknya variabel
independen,
menentukan nilai batas atas (du) dan batas bawah (dl) dalam tabel.
4) Mengambil keputusan dengan kriteria sebagai berikut:
Hipotesis nol Keputusan Jika
Tidak ada
autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl
Tidak ada
autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du
Tidak ada
autokorelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4
Tidak ada
autokorelasi negatif No decision 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl
Tidak ada
autokorelasi, positif
maupun negatif
Tidak ditolak du < d < 4 – du
Jika 0 < d < dl, Ho ditolak berarti terdapat autokorelasi
positif.
Jika dl ≤ d ≤ du, daerah tanpa keputusan (gray area), berarti
uji tidak menghasilkan kesimpulan.
Jika du < d < 4 – du, Ho tidak ditolak berarti tidak ada
autokorelasi.
Tabel 3.1
Tabel Keputusan Hipotesis Autokorelasi
Sumber : Ghozali, 2013
50
Jika 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl, daerah tanpa keputusan (gray area),
berarti uji tidak menghasilkan kesimpulan.
Jika 4 – dl < d < 4, Ho ditolak berarti terdapat autokorelasi
positif. (Ghozali,2013:110-111)
d) Heteroskedastisitas
Menurut (Ghozali, 2013) mengatakan bahwa uji
heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dan residual menghasilkan tetap
dari satu pengamatan ke pengamatan lain, maka disebut
Homoskedasitisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah model yang tidak heteroskedastisitas
atau dengan kata lain terjadinya Homoskesdatisitas.
Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas
pada model regresi yang akan diuji, yaitu dengan melihat Grafik Plot
antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan
residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya pola tertentu pada grafik
scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y
yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y
sesungguhnya) yang telah di-studentized (Ghozali, 2013). Dasar
analisis dalam pengujian ini adalah :
51
a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit),
maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan
di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Pengujian menggunakan Grafik Plots memiliki kelemahan
yang cukup signifikan oleh karena jumlah pengamatan
mempengaruhi hasil ploting. Semakin sedikit jumlah pengamatan
semakin sulit menginterpretasikan hasil grafik plot. Oleh sebab itu
perlu dilakukan uji statistik yang lebih dapat menjamin ke akuratan
hasil. (Ghozali, 2013)
Terdapat beberapa uji statistik yang digunakan untuk
mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas. Salah satunya yang
digunakan dalam penelitian ini adalah uji glejser. Menurut Gujarati
(2003) dalam Ghozali (2013) uji glejser dilakukan dengan cara
meregresikan variabel independen terhadap nilai absolut residual.
Persamaan regresinya adalah :
|Ut|= α+βXt+vt
Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi
variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas.
Apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka tidak terjadi
52
heteroskedastisitas namun apabila kurang dari 0,05 maka terjadi
heteroskedastisitas.
3. Analisis regresi berganda (multiple regression)
Prasyarat pengujian dengan analisis regresi berganda adalah dengan
dilakukannya uji asumsi klasik, untuk memastikan bahwa data penelitian
valid, tidak bias, konsisten, dan penaksiran koefisien regresinya efisien
(Gujarati (2003) dalam Ghozali (2013)).
Persamaan regresi berganda untuk hipotesis dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Y = + 1 1+ 2 2+ 3 3+ 4 4+
Keterangan:
Simbol Keterangan
Y Tax Avoidance (Book tax gap)
Konstanta
X1 Kualitas Audit
X2 Corporate Social Responsibility (CSR)
X3 Ukuran Perusahaan
X4 Profitabilitas
Error
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur
dari goodness of fit-nya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai
koofisien determinasi, nilai statistic F dan nilai statistik t (Ghozali, 2013).
Sumber : Diolah dari berbagai sumber
53
a. Koefisien Determinasi
Menurut Ghozali (2013), koefisien determinasi (R2) pada intinya
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu
yang kecil berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variansi variabel
dependen. Jika jumlah variabel independen lebih dari dua, sebaiknya
menggunakan koefisien determinasi yang telah disesuikan yaitu adjusted
R2.
b. Uji statistik F
Pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013). Pengujian hipotesis dengan
uji statistik F dilakukan dengan menggunakan significance level 0.05
(α=5%). Adapun kreteria penerimaan atau penolakan hipotesis adalah
jika nnilai F > 4.00 dan nilai signifikan ≤ 0.05, maka hipotesis diterima
(koefisien regresi signifikan).
c. Uji Statistik t
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen (Ghozali, 2013). Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji
adalah apakah suatu parameter (bi) sama dengan nol, atau :
Ho : bi = 0
54
Artinya adalah apakah suatu variabel independen bukan merupakan
penjelas yang signifikan terhadap variabel independen. Hipotesis
alternatifnya (HA) parameter suatu variabel tidak sama dengan nol, atau :
HA : bi ≠ 0
Artinya variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan
terhadap variabel independen. Pengujian hipotesis dengan uji statistik t
dilakukan dengan menggunakan significance level 0.05 (α=5%). Adapun
kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis adalah jika nilai signifikan
≤ 0.05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi signifikan) dan
sebaliknya.
Dalam penelitian ini t-test digunakan untuk mengetahui perbedaan
variabel Kualitas Audit dan Corporate Social Responsibility terhadap
Tax Avoidance di Indonesia yang dimuat dalam bursa saham di masing-
masing negara, yaitu di www.idx.com.
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
a) Kualitas Audit
Pengaruh tingginya kredibilitas angka akuntansi yang
dilaporkan oleh KAP yang dikategorikan KAP `besar` mempunyai
pengaruh yang lebih untuk mempengaruhi perusahaan untuk lebih
transparan dalam mengungkapkan informasi (Sari et al., 2010).
Dalam penelitiannya Mayangsari (2003) dalam Annisa & Kurniasih
(2012) mengungkapkan bahwa pengukuran kualitas audit dapat
55
dilakukan dengan menggunakan proksi spesialisasi industri dan
ukuran KAP. Dan transparansi informasi dikaitkan dengan kualitas
audit dari suatu KAP. Kualitas audit diproksikan dengan besar
kecilnya kantor akuntan publik (KAP) yang memeriksa perusahaan
sampel. KAP besar dianggap lebih baik kualitas auditnya sehingga
cenderung akan lebih banyak melakukan pengungkapan atas
informasi perusahaan atau lebih transparan.
Kualitas audit biasa diukur berdasarkan besar kecilnya ukuran
Kantor Akuntan Publik (KAP) (Pranata & Puspa, 2014). KAP Besar
yang sering disebut (Big Four) dipertimbangkan akan melakukan audit
dengan lebih berkualitas dibandingkan dengan KAP Kecil (non Big
Four). Semakin besar sebuah KAP, semakin besar sumberdaya yang
dimilikinya, sumber daya yang lebih besar diekspetasi memiliki
hubungan dengan kualitas audit yang baik, dengan memiliki lebih
banyak sumber daya dan lebih banyak klien sehingga mereka tidak
tergantung pada satu atau beberapa klien saja.
Dalam penelitian ini KAP dinyatakan sebagai KAP besar apabila
KAP tersebut termasuk dalam KAP kategori big 4 (Deloite, Ernst &
Young, KPMG, Price Waterhouse Coopers) dan KAP kecil selain KAP
kategori big 4. Variabel kualitas audit diukur dengan dummmy variable.
1 untuk KAP besar, dan 0 untuk KAP kecil.
Dalam penelitian ini kualitas audit dilambangkan dengan
KAPSize.
56
Diaudit oleh Big Four = 1
Diaudit oleh Non Big Four = 0
b) Corporate Social Responsibility (CSR)
Clarkson et al. (2008) dalam Richardson & Lanis (2012)
menyarankan pengungkapan CSR dalam annual report sebagai indikator
terbaik dalam melihat kinerja CSR. Walaupun Cho dan Patten (2007)
dan de Villiers dan Van Staden (2011) mengatakan tidak ada
hubungannya pengungkapan CSR dengan kegiatan CSR seperti yang
disimpulkan (Richardson & Lanis, 2012). Namun Richardson & Lanis
(2012) belum menemukan bukti yang mengatakan bahwa pengungkapan
CSR merupakan proksi yang lemah untuk melihat kegiatan CSR di
Australia.
Variabel CSR diukur dengan menggunakan proksi indeks
pengungkapan CSR. Butir-butir pengungkapan CSR dari pedoman
berkelanjutan GRI (G4 Sustainability Reporting Guideline) digunakan
untuk mengembangkan indeks pengungkapan CSR dari yang dilakukan
oleh perusahaan sampel dalam laporan tahunan. Dengan ketentuan baru
dari peraturan GRI tahun 2014. Maka terdapat 91 poin yang diteliti
dengan beberapa sub pengunkapan. Namun penelitian ini diadaptasi dari
penelitian sebelumnya Richardson & Lanis (2012), diambil sub
pengungkapan yang berfokus pada kegiatan tanggung jawab sosial yang
nyata. Kriteria tersebut yaitu yang merefleksikan beberapa kegiatan CSR
(kemasyarakatan, pelanggan, lingkungan dan pemasok), yang
57
berhubungan dengan semua kegiatan CSR yang tidak terpatok pada satu
industri saja, namun yang menyeluruh. Peneliti ingin melihat bagaimana
kriteria tersebut dalam melihat fenomena yang terjadi di Indonesia yang
memiliki bursa saham dan pengungkapan annual report yang cukup
seperti Australia.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, pengukuran CSR
menggunakan dummy yaitu skor 1 (untuk yang terdapat pengungkapan
CSR) dan 0 (untuk yang tidak terdapat pengungkapan CSR). Dengan
mengukur 52 item yang telah di adaptasi dari penelitian sebelumnya
yaitu Richardson & Lanis (2012) dengan sub bab perusahaan dan strategi
CSR, kepegawaian, investasi kegiatan sosial, lingkungan, pelanggan dan
pemasok, serta kemasyarakatan dan keterlibatan politik. Dari sub bab
yang telah di rinci kan dari penelitian sebelumnya. Peneliti menilai
pengungkapan CSR dalam laporan keuangan antara negara Indonesia.
Dalam penelitian ini Corporate Social Responsibility dilambangkan
dengan CSR
2. Variabel Dependen
a) Tax Avoidance
Seperti kutipan dalam Kanagaretnam (2014) bahwa mengukur
penghindaran pajak sebagai perbedaan “unmanaged amount tax” dan
“managed amount tax”. Annisa & Kurniasih (2012), Jaya et al. (2014)
dan Maharani & Suardana (2014) sependapat bahwa tax avoidance
58
memanfaatkan celah peraturan sehingga dapat mengaturnya sedemikian
rupa sehingga terhindar dari pajak yang tidak diinginkan.
Istilah lain dari tax avoidance yaitu tax aggressiveness yang
didefinisikan oleh Frank et al. (2009) sebagai pelaporan pajak yang
agresif sebagai manipulasi turunan penghasilan kena pajak (taxable
income) melalui perencanaan pajak (tax planning) yang mungkin atau
tidak mungkin dianggap penggelapan pajak (tax evasion).
Perbedaan antara buku dan pelaporan pajak telah digunakan
secara ekstensif untuk mempelajari kualitas laba perusahaan dan apakah
penghasilan kena pajak berisi informasi tambahan pendapatan pra-pajak.
Hanlon (2005) dan Comprix et al. (2010) mengatakan bahwa perbedaan
buku pajak yang besar berhubungan dengan pendapatan kurang gigih dan
kualitas yang lebih rendah dari akrual. Dalam nada yang sama, Dhaliwal
et al. (2008) meneliti apakah perbedaan buku-pajak yang besar
berhubungan dengan biaya yang lebih tinggi dari modal ekuitas.
(Balakrishnan and Guay, 2012)
Mengukur tax avoidance merupakan hal yang sulit dilakukan
karena data untuk pembayaran pajak dalam Surat Pemberitahuan Pajak
(SPT) sulit didapat (Annisa & Kurniasih, 2012). Oleh karena itu
kebanyakan penelitian mengenai tax avoidance menggunakan data yang
berasal dari laporan keuangan karena keterbatasan data laporan pajak
yang dipublikasikan perusahaan. Setiap pengukuran yang berasal dari
59
laporan keuangan perusahaan memiliki kekurangan, namun berguna
untuk estimasi peneliti. (Hanlon et al., 2010)
Maka dari itu diperlukan pendekatan untuk menaksir berapa
pajak yang sebenarnya dibayar perusahaan kepada pemerintah (Annisa &
Kurniasih, 2012). Dalam penelitian mereka mengadopsi pendekatan
tidak langsung untuk mengukur tax avoidance yaitu dengan memulai
menghitung perbedaan laba akuntansi dengan laba kena pajak (gap
between financial and taxable income). Perbedaan yang dilaporkan ke
pemegang saham atau investor menggunakan GAAP/SAK, sedangkan ke
Kantor Pelayanan Pajak dengan Peraturan Perpajakan, perbedan ini
terkenal dengan sebutan book tax gap (Desai & Dharmapala, 2007).
Metode ini menarik minat para peneliti untuk mendalaminya dan
telah menjadi proksi untuk mengukur tax avoidance disamping proksi
yang lain disebabkan oleh pajak yang dibayar ke pemerintah tidak dapat
diketahui secara langsung maka untuk variable tax avoidance beberapa
peneliti menerapkan book tax gap, mencari estimasi book-tax gap di
lakukan dengan cara mengurangkan penghasilan kena pajak (taxable
income) dari laba sebelum pajak yang dilaporkan di laporan laba rugi
(earning before income tax). Untuk mengontrol perbedaan dalam skala
perusahaan ,dan juga book tax gap yang di naikan oleh nilai buku asset,
maka book tax gap juga di skala dengan membaginya dengan nilai buku
asset. (Annisa & Kurniasih, 2012).
60
Dalam penelitian ini Tax Avoidance dilambangkan dengan
btg_totalaset
btg_
3. Variabel Kontrol
CompSize merupakan variabel kontrol untuk melihat besarnya
suatu perusahaan yang dihitung melaui log natural dari total asset.
Besarnya perusahaan akan sejalan dengan semakin agresifnya Tax
Avoidance dibanding perusahaan kecil karena mempengaruhi ekonomi
secara global. (Richardson & Lanis, 2012)
Ukuran perusahaan merupakan skala pengklasifikasian sebuah
perusahaan yang dilihat dari total aset yang dimiliki oleh perusahaan
tersebut. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diproksikan dalam
logaritma natural dari nilai buku total nilai aset perusahaan. Secara
matematis total aset sebagai proksi dari ukuran perusahaan dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba. Penelitian ini menggunakan ROA sebagai proksi
untuk mengukur profitabilitas. ROA diukur dengan menggunakan proksi
model Lanis dan Richardson (2012) yaitu:
61
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Deskripsi Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan manufaktur yang
listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) serta menyantumkan
pengungkapan terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) selama 3
tahun dari 2012 hingga 2014. Dalam penelitian ini, laporan tahunan
perusahaan digunakan sebagai bahan untuk dianalisis oleh peneliti.
Peneliti mengambil sampel sebanyak 24 perusahaan dan
mengambil rentang waktu 3 tahun dalam penelitiannya. Peneliti
menggunakan laporan keuangan tahunan tiap perusahaan selama 3 tahun
berturut-turut sebanyak 24 perusahaan sehingga total sampel penelitian
sebanyak 72 sampel.
2. Deskripsi Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini, sampel dipilih dengan metode purposive
sampling dengan judgement sampling. Dengan kriteria sebagai berikut :
62
No. Kriteria Jumlah
1 Perusahaan manufaktur yang listed 2014 141
2 Perusahaan manufaktur yang listed di BEI tapi tidak
memiliki laporan tahunan dari 2012 hingga 2014 dan
disajikan dalam mata uang selain rupiah serta tidak
melampirkan laporan CSR
(113)
3 Perusahaan yang baru listing atau relisting atau baru IPO
tahun 2014
(4)
4 Data manufaktur yang diteliti 24
5 Data manufaktur yang diteliti selama 3 tahun 72
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Hasil Uji Deskriptif Statistik
Berikut merupakan hasil analisis deskriptif statistik dari penelitian ini
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
btg_totalaset 72 .00001 .21010 .0218902 .03759582
KAPSize 72 0 1 .49 .503
CSR 72 .13 .69 .3382 .18248
CompSize 72 12.11327 30.15073 21.9165025 5.95813294
CompROA 72 .00357 .71928 .1501528 .12651207
Valid N (listwise) 72
Dari tabel tersebut terlihan N sebanyak 72 yang berarti penelitian
ini memiliki sampel sebanyak 72. Dengan rata-rata Book Tax Gap (BTG)
0.0218902, besarnya KAP yang merupakan penjelasan dari kualitas audit
dengan rata-rata 0.49, rata-rata CSR sebesar 0.3382, CompSize yang
merupakan variabel kontrol memiliki rata-rata sebesar 21.9165025, serta
CompROA juga merupakan variabel kontrol memiliki rata-rata sebesar
0.1501528.
Tabel 4.2
Hasil Uji Deskriptif Statistik
Tabel 4.1
Deskripsi Sampel Penelitian
Sumber : data sekunder yang diolah
Sumber : Output SPSS
63
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Normalitas
Cara untuk mendeteksi apakah variabel terdistribusi secara
normalitas, yaitu dengan melihat penyebaran data pada sumbu
diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya.
Grafik histogram diatas memberikan pola distribusi yang
seimbang sehingga dapat disimpulkan bahwa data normal. Namun
untuk meyakinkan kesimpulan, peneliti melihat kembali grafik
normal plot.
Gambar 4.1
Grafik Histogram
Sumber : Output SPSS
64
Selain gambaran dari grafik histogram, dapat terlihat pula dari
grafik normal plot mengenai persebaran titik-titik menyebar disekitar
garis diagonal sehingga dapat disimpulkan kembali model regresi ini
tidak menyalahi aturan normalitas. Karena menurut dasar
pengambilan keputusanya jika data menyebar disekitar garis diagonal
dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya
menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi
asumsi normalitas. (Ghozali, 2013).
Selain itu dalam menguji normalitas data dalam uji asumsi
klasik. Peneliti menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov.
Dengan hipotesis awal
Gambar 4.2
Grafik Normal Plot
Sumber : Output SPSS
65
H0 : Data residual terdistribusi normal
HA : Data residual tidak terdistribusi normal
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 72
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7
Std. Deviation .02740928
Most Extreme Differences
Absolute .130
Positive .130
Negative -.106
Kolmogorov-Smirnov Z 1.104
Asymp. Sig. (2-tailed) .174
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Melihat tabel dari uji Kolmogorov-Smirnov, terlihat bahwa
besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 1.104 dan signifikan
pada 0.174. Hal ini berarti H0 diterima yang berarti data residual
terdistribusi normal. Dan sekali lagi hasilnya konsisten dengan uji
sebelumnya.
b. Hasil Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolonieritas adalah dengan
melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Ukuran
Tabel 4.3
Normalitas Kolmogorov-Smirnov
Sumber : Output SPSS
66
ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang
dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dibawah merupakan
tabel hasil uji multikolonieritas variabel penelitian ini.
Coefficient Correlationsa
Model CompROA CSR CompSize KAPSize
1
Correlations
CompROA 1.000 .370 .079 -.507
CSR .370 1.000 .019 -.701
CompSize .079 .019 1.000 .300
KAPSize -.507 -.701 .300 1.000
Covariances
CompROA .001 .000 1.667E-006 .000
CSR .000 .001 3.372E-007 .000
CompSize 1.667E-006 3.372E-007 4.281E-007 2.294E-006
KAPSize .000 .000 2.294E-006 .000
a. Dependent Variable: btg_totalaset
Tabel diatas untuk melihat terdapatkah hubungan antara
variabel independen. Dengan melihat besaran korelasi antar variabel
independen tampak bahwa hanya variabel KAPSize yang mempunyai
korelasi cukup tinggi dengan variabel CSR dengan tingkat korelasi
sebesar -0.701 atau sekitar 70%. Oleh karena tingkat korelasi ini
masih dibawah 95% maka dapat dikatakan tidak terjadi
multikolonieritas yang serius.
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolonieritas Variabel
Sumber : Output SPSS
67
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) .046 .019 2.448 .017
KAPSize -.033 .012 -.440 -2.818 .006 .325 3.078
CompSize -.003 .001 -.437 -4.211 .000 .738 1.355
CSR .084 .027 .409 3.071 .003 .448 2.232
CompROA .158 .032 .531 4.918 .000 .680 1.471
a. Dependent Variable: btg_totalaset
Hasil perhitungan nilai Tolerance juga menunjukkan tidak
ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari
0.10. Nilai Tolerance KAPSize, CompSize, CSR dan CompROA
yang memiliki nilai sebesar 0.325, 0.738, 0.448 dan 0.680 yang
berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya
lebih dari 95%. Hasil perhitungan nilai variance inflation factor (VIF)
juga menunjukkan hal yang sama bahwa tidak ada satu variabel
independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat
disimpulkan bahwa tidak ada mulitkolonieritas antar variabel
independen dalam model regresi.
c. Hasil Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode
t-1 ata sebelumnya. Peneliti menggunakan uji Durbin-Watson (DW
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolonieritas Variabel
Sumber : Output SPSS
68
Test) untuk menguji autokorelasi dalam penelitian ini yang
berpatokan terhadap tabel dibawah ini dalam pengambilan keputusan.
Dari hasil pengujian autokorelasi menggunakan Durbin-
Watson, maka didapatkan hasil seperti yang tertera dibawah dalam
tabel 4.6 berikut ini.
Hipotesis nol Keputusan Jika
Tidak ada
autokorelasi positif
Tolak 0<d<dl
Tidak ada
autokorelasi positif
No decision dl≤d≤du
Tidak ada
autokorelasi negatif
Tolak 4-dl≤d≤4
Tidak ada
autokorelasi negatif
No decision 4du≤d≤4-dl
Tidak ada
autokorelasi, positif
maupun negatif
Tidak ditolak Du<d<4-du
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .684a .468 .437 .02821560 2.154
a. Predictors: (Constant), CompROA, CSR, CompSize, KAPSize
b. Dependent Variable: btg_totalaset
Tabel 4.6
Tabel Analisis Uji Durbin-Watson
Tabel 4.7
Hasil Uji Autokorelasi Variabel
Sumber : Ghozali, 2013
Sumber : Output SPSS
69
Hasil nilai DW sebesar 2.154, nilai ini akan kira bandingkan
dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikasnsi 5%,
jumlah sampel 70 (n) dan jumlah variabel indpenden 4 (k=4).
Dengan melihat tabel Durbin-Watson, didapati angka dl sebesar
1.494 dan du sebesar 1.735. Dari hasil perbandingan uji autokorelasi
yang dapat dilihat dari tabel 4.7, nilai DW sebesar 2.154 lebih besar
dari batas (du) yaitu 1.735, dan kurang dari 4-1.735, maka dapat
disimpulkan bahwa H0 diterima yang berarti tidak terdapat
autokorelasi positif maupun negatif.
d. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
(Ghozali, 2013)
70
Dari grafik scatterplots terlihat bahwa titik titik menyebar
baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedsatisitas pada model
regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi Tax
Avoidance berdasarkan masukan variabel independen kualitas audit
dan CSR.
3. Hasil Uji Analisis regresi berganda
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan model
analisis regresi berganda (multiple regression analysis), yaitu
dilakukan melalui uji koefisien determinasi, uji statistik t dan uji F.
Gambar 4.3
Grafik Scatterplots
Gambar 4.3
Grafik Scatterplot
Sumber : Output SPSS
71
a. Hasil Uji Koefisien determinasi
b.
Dari tabel diatas, terlihat nilai koefisien determinasi dari R
square adalah 0.468 yang artinya kemampuan variabel bebas dalam
menjelaskan varians dari variabel terikatnya adalah sebesar 47%.
Namun karena penggunaan R square sering menimbulkan masalah,
banyak peneliti menyarankan untuk menggunakan adjusted R square.
Interpretasinya sama dengan R square, akan tetapi nilai adjusted R
square dapat anik atau turun dengan adanya penambahan variabel
baru. Maka dari itu bila dilihat dari tabel diatas hasil adjusted R
square sebesar 0.437 yang artinya sebesar 44% variabel bebas dapat
menjelaskan variabel terikatnya.
c. Hasil Uji F
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
.684a .468 .437 .02821560 2.154
a. Predictors: (Constant), CompROA, CSR, CompSize, KAPSize
b. Dependent Variable: btg_totalaset
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .684a .468 .437 .02821560 2.154
a. Predictors: (Constant), CompROA, CSR, CompSize, KAPSize
b. Dependent Variable: btg_totalaset
Tabel 4.9
Hasil Uji Statistik F
Tabel 4.8
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Sumber : Output SPSS
Sumber : Output SPSS
72
Dari tampilan output SPSS model summary besarnya adjusted
R2 adalah 0.437, hal ini berarti 43.7% variasi Tax Avoidance dapat
dijelaskan oleh variasi dari kedua variabel independen kualitas audit
dan CSR serta variabel kontrol besarnya perusahaan dan besarnya
ROA. Sedangkan sisanya (100% - 43.7% = 56.3%) dijelaskan oleh
sebab-sebab lain diluar model.
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression .047 4 .012 14.764 .000b
Residual .053 67 .001
Total .100 71
a. Dependent Variable: btg_totalaset
b. Predictors: (Constant), CompROA, CSR, CompSize, KAPSize
Dari uji ANOVA atau F test didapat nilai F hitung sebesar
14.764 dengan probabilitas 0.000. karena probabilitasnya jauh lebih
kecil dari 0.05, maka model regersi dapat digunakan unutk
memprediksi Tax Avoidance atau dapat dikatakan kualitas audit,
CSR, besarnya perusahaan, dan besarnya ROA secara bersama-sama
berpengaruh terhadap Tax Avoidance.
Tabel 4.10
Hasil Uji Statistik F
Sumber : Output SPSS
73
d. Hasil Uji t
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) .046 .019 2.448 .017
KAPSize -.033 .012 -.440 -2.818 .006 .325 3.078
CompSize -.003 .001 -.437 -4.211 .000 .738 1.355
CSR .084 .027 .409 3.071 .003 .448 2.232
CompROA .158 .032 .531 4.918 .000 .680 1.471
a. Dependent Variable: btg_totalaset
Dari keempat variabel independen yang dimasukkan kedalam
model regresi, keempat variabel memiliki probabilitas signifikasnsi
jauh dibawah 0.05. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel Tax
Avoidance (btg_totalaset) dipengaruhi oleh Kualitas Audit
(KAPSize), Corporate Social Responsibility (CSR), Size
(CompSize), dan Return On Asset (CompROA) dengan persamaan
sistematis :
TA = 0.046 – 0.033 KAPSize + 0.084 CSR – 0.003 CompSize +
0.158 CompROA
C. Pembahasan
1. Kualitas audit dengan Tax Avoidance
Hasil uji signifikansi yang dilakukan dengan Uji Statistik T
menunjukkan bahwa variabel Kualitas Audit yang diproksikan
dengan besarnya KAP atau KAPSize memiliki nilai t sebesar -2.818
Tabel 4.11
Hasil Uji Statistik t
Sumber : Output SPSS
74
dengan tingkat signifikansi sebesar 0.006. Maka dapat disimpulkan
bahwa Kualitas Audit memiliki pengaruh negatif terhadap Tax
Avoidance.
Teori agensi mengajarkan kita bahwa terdapat pemisahan
tugas antara pemilik saham dengan pengelola. Pengelola atau
manajer harus mengelola dengan baik dengan mentaati kebijakan
pemilik saham dan otoritas publik yang berwenang. Salah satu
tuntutan dari otoritas publik yaitu, didalam suatu perusahaan harus
terdapat transparansi informasi agar terlihat atau diketahui segala
kegiatan perusahaan. Dan untuk meyakini kinerja atau perusahaan
terkadang pemilik saham menggunakan jasa ketiga yaitu auditor
eksternal.
Auditor eksternal bertugas untuk menganalisa, dan melihat
kecakapan dari suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya
melalui laporan keuangan. Dan auditor eksternal bila kemampuannya
semakin diakui atau memiliki nama, secara tidak langsung akan
memiliki kualitas audit yang baik. Auditor eksternal yang diakui atau
telah memiliki nama di Indonesia sekarang adalah Big 4, yaitu
PriceWaterhouseCooper (PWC), Deloitte Touche Tohmatsu, KPMG,
Ernst & Young (E&Y).
Segala kegiatan perusahaan akan dianalisa oleh auditor untuk
melihat apakah sudah baik dan sesuai dengan peraturan yang berlaku
75
atau tidak. Salah satu yang diperiksa adalah sektor perpajakan.
Melihat apakah sesuai peraturan yang berlaku juga merupakan kerja
dari auditor, maka hubungan negatif keduanya berdasarkan
keyakinan apabila sebuah perusahaan yang diaudit oleh KAP yang
besar atau memiliki nama seperti Big 4, akan memiliki kualitas
informasi keuangan yang dapat dipercaya dan baik. Oleh karena KAP
Big 4 yang menjaga kualitas dari auditnya, maka membuat
perusahaan yang diaudit terjaga kualitas laporan keuangannya dan
dapat terdeteksi dengan mudah oleh auditor Big 4 ini bila terdapat
kejanggalan sehingga terhindar dari kemungkinan terjadinya Earning
Management atau bahkan Tax Avoidance.
Temuan ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Kanaganetnam et al (2014) yang meneliti hubungan kualitas audit
dengan Tax Avoidance. Dalam penelitiannya ditemukan bahwa
semakin baik kualitas audit yang di proksikan oleh besarnya KAP,
maka semakin rendah Tax Avoidance yang terjadi. Serta penelitian
yang dilakukan oleh (Maharani & Suardana, 2014) juga mendapatkan
hasil yang sama. Kualitas audit berpengaruh signifikan negatif
terhadap Tax Avoidance,sehingga bila dijelaskan bila kualitas audit
tinggi maka Tax Avoidance rendah selaras dengan penelitian ini.
Begitu pula dengan penelitian (Annisa & Kurniasih, 2012) yang
memiliki kesimpulan serupa.
76
Namun penelitian Jaya et al. (2014) mengatakan bahwa
Kualitas Audit tidak berpengaruh signifikan terhadap Tax Avoidance,
dengan menggunakan 10 perusahaan dengan rentang waktu 5 tahun.
Hasil yang didapatkan Komposisi kepemilikan saham institusional,
Ukuran dewan direksi, Kualitas audit, Konservatisme Akuntansi
tidak berpengaruh terhadap Tax Avoidance. Pranata & Puspa (2014)
juga mendapatkan hasil yang serupa dengan Jaya et al. (2014).
Kualitas Audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Tax
Avoidance.
Maka dapat disimpulkan bahwa H1 diterima karena sesuai
dengan hasil yang didapatkan peneliti, yaitu Kualitas Audit
berpengaruh signifikan negatif terhadap Tax Avoidance
2. CSR dengan Tax Avoidance
Hasil uji signifikansi yang dilakukan dengan Uji Statistik T
menunjukkan bahwa variabel Corporate Social Responsibility (CSR)
yang diproksikan dengan CSR memiliki nilai t sebesar 3.071 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0.003. Maka dapat disimpulkan bahwa
CSR memiliki pengaruh positif terhadap Tax Avoidance.
Teori legitimasi merupakan teori yang menjelaskan mengenai
kegiatan CSR. Legitimacy theory secara esensial adalah teori yang
berorientasi pada sistem, dalam hal ini organisasi atau perusahaan
dipandang sebagai salah satu komponen dalam lingkungan sosial
77
yang lebih besar. Karena merupakan suatu komponen yang besar
dalam suatu lingkungan sosial, maka perusahaan turut andil dalam
melakukan aktivitas sosial di lingkungan tersebut. Dan sejak 2012,
peraturan BAPEPAM mengenai pengungkapan CSR, membuat
perusahaan wajib mengungkapkan item dari CSR menjadi disclosure.
Kewajiban untuk mengungkapkan segala kegiatan ini
merupakan tanggung jawab terhadap lingkungan dimana perusahaan
berada selain itu merupakan salah satu tindakan transparansi terhadap
kegiatan sosial yang dilakukan perusahaan. Pengungkapan CSR
merupakan hal wajib agar masyarakat mengetahui tanggung jawab
sosial suatu perusahaan, sehingga berpengaruh terhadap citra suatu
perusahaan. Ketika suatu perusahaan memiliki citra yang baik,
perusahaan akan menjaga citra perusahaan tersebut dengan
menjalankan usahanya dengan menaati peraturan yang berlaku dan
menghindari tindakan yang akan mempengaruhi citra perusahaan
tersebut. Menjaga citra perusahaan salah satunya dengan tidak
melakukan tax avoidance.
Berdasarkan hal itu, semakin tinggi tingkat pengungkapan
CSR yang dilakukan oleh perusahaan, diharapkan dapat menekan
terjadinya Tax Avoidance. Namun hasil yang didapatkan peneliti
berbanding terbalik dengan hipotesis yang diajukan. Itu kemungkinan
disebabkan sedikitnya penggunaan sampel yang diambil hanya dari
78
24 perusahaan manufaktur dan kemungkinan terjadi bias karena
peneliti meneliti laporan CSR selama 3 tahun.
Temuan ini berbanding terbalik dengan penelitian yang
dilakukan oleh Richardson & Lanis (2012) yang meneliti hubungan
antara Corporate Social Responsibility (CSR) dengan Tax Avoidance.
Dalam penelitiannya disimpulkan bahwa bila pengungkapan CSR
dalam suatu perusahaan itu baik maka semakin rendahnya
kemungkinan terjadinya Tax avoidance ini. Dikarenakan perusahaan
yang mengungkapkan CSR dengan baik maka menjadi perhatian para
investor sehingga berdampak langsung terhadap nilai perusahaan
sehingga perusahaan akan berusaha untuk mengungkapkan CSR
dengan baik dan menghindari tindakan Tax Avoidance agar dapat
dinilai baik oleh investor sehingga investor mau berinvestasi. Begitu
pula dengan penelitian Hoi et al. (2014) yang menyimpulkan bahwa
bila suatu perusahaan semakin tidak bertanggung jawab dengan
kegiatan CSR mereka, maka semakin agresif penghindaran pajak
mereka.
Hasil lain dari penelitian mengenai hubungan CSR dengan
Tax Avoidance adalah penelitian Wahyudi (2015) yang mengatakan
bahwa dalam konteks Indonesia tingkat aktivitas CSR tidak
berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. Namun
penelitian ini memiliki keterbatasan berupa datanya hanya satu tahun
79
pajak dan jumlah sampel yang hanya 42 perusahaan publik. Serta
penelitian Maesarah et al. (2015) yang mengatakan CSR tidak
berpengaruh terhadap Tax Avoidance.
Maka dapat disimpulkan bahwa H2 ditolak, karena hasil tidak
sesuai dengan hipotesa yang dibuat yaitu CSR berpengaruh
signifikan negatif terhadap Tax Avoidance.
3. Size dan ROA sebagai variabel kontrol dengan Tax Avoidance
Hasil uji signifikansi yang dilakukan dengan Uji Statistik T
menunjukkan bahwa variabel Size dan ROA yang diproksikan
dengan CompSize dan CompROA memiliki tingkat signifikansi
sebesar 0.000 untuk keduanya. Maka dapat disimpulkan bahwa Size
dan ROA sebagai variabel kontrol memiliki pengaruh terhadap Tax
Avoidance.
CompSize merupakan variabel kontrol untuk melihat
besarnya suatu perusahaan yang dihitung melaui log natural dari total
asset. Besarnya perusahaan akan sejalan dengan semakin agresifnya
Tax Avoidance dibanding perusahaan kecil karena mempengaruhi
ekonomi secara global.
Tingkat profitabilitas yang tinggi akan dikenai pajak yang
tinggi sesuai dengan pernyataan Undang- Undang No. 36 Tahun
2008 pasal 1 menjelaskan bahwa penghasilan yang diterima oleh
80
subjek pajak (perusahaan) akan dikenai pajak penghasilan, sehingga
semakin besar penghasilan yang diterima oleh perusahaan akan
menyebabkan semakin besar pajak penghasilan yang dikenakan
kepada perusahaan.
Noor, et.al (2010) dalam Maesarah et al. (2015) menemukan
bahwa besarnya profitabilitas perusahaan dapat mengurangi beban
pajak perusahaan. Itu disebabkan oleh perusahaan dengan tingkat
efisiensi yang tinggi dan memiliki pendapatan yang tinggi cenderung
menghadapi beban pajak yang rendah. Rendahnya beban pajak
perusahaan dikarenakan perusahaan dengan pendapatan yang tinggi
berhasil memanfaatkan keuntungan dari adanya insentif pajak dan
pengurang pajak yang lain yang dapat menyebabkan tarif pajak
efektif perusahaan lebih rendah dari yang seharusnya.
Temuan ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Maharani & Suardana (2014) yang menemukan Profitabilitas (ROA)
berpengaruh signifikan negatif. Karena semakin besar ROA dalam
suatu perusahaan maka semakin rendah potensi Tax Avoidance
terjadi. Maesarah et al. (2015) memiliki hasil serupa, dengan
menggunakan Variabel ROA sebagai kontrol dalam penelitiannya,
dan menyatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan negatif dengan
Tax Avoidance. Serta menyatakan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap Tax Avoidance.
81
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh Kualitas Audit dan CSR terhadap Tax Avoidance. Sampel
dalam penelitian ini berjumlah 72 yang terdiri dari 24 perusahaan selama
rentang waktu 3 tahun dari 2012 hingga 2014. Berdasarkan data yang
telah dikumpulkan dan hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap
permasalahan dengan menggunakan analisis regresi berganda, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kualitas Audit memiliki pengaruh yang signifikan negatif terhadap
Tax Avoidance. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Annisa & Kurniasih (2012), Kanagaretnam (2014)
dan Maharani & Suardana (2014). Hasil ini tidak mendukung
penelitian Jaya et al. (2014) dan Pranata & Puspa (2014).
2. Corporate Social Responsibility memiliki pengaruh yang signifikan
positif terhadap Tax Avoidance. Hasil penelitian ini tidak mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Hoi et al. (2014) dan Richardson &
Lanis (2012) yang mengatakan terdapat pengaruh signifikan negatif.
Dan hasil ini tidak mendukung penelitian Maesarah et al. (2015) dan
Wahyudi (2015) karena hasil penelitian menunjukkan terdapat
pengaruh signifikan positif.
82
B. Implikasi Penelitian
Berdasarkan kesimpulan diatas, menunjukkan bahwa variabel
kualitas audit dan CSR berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance.
Seorang pemilik modal ingin perusahaannya bersih dan selalu menjaga
nama baik perusahaannya tersebut. Oleh karena nama perusahaan
menjadi taruhan apabila didapatkan kejanggalan atau temuan yang dapat
menurunkan atau mencemari nama perusahaan, maka pemilik modal
menggunakan jasa pihak ketiga untuk mengeceknya, yaitu auditor.
Auditor dibutuhkan dalam menemukan indikasi terdapatnya kecurangan
atau permainan dalam suatu perusahaan yang dilakukan oleh pengelola
atau manajer. Pemilik modal menggunakan jasa dari pihak ketiga atau
auditor untuk memeriksa keuangan suatu perusahaan agar yakin akan
perusahaan tersebut tidak memiliki indikasi kecurangan atau yang di
tekankan disini yaitu tax avoidance.
Namun tidak semua pemberi jasa auditor handal, terdapat
pengalaman dan beberapa faktor yang menjadikan seorang auditor
handal. Peneliti sebelumnya percaya bahwa semakin bagus nama KAP
tersebut maka semakin bagus kualitas auditornya, dan beberapa nama
KAP terbesar di Indonesia yaitu PriceWaterhouseCooper (PWC),
Deloitte Touche Tohmatsu, KPMG, Ernst & Young (EY). Maka dari itu
KAP besar yang diakui kualitas auditnya dapat mencegah terjadinya tax
avoidance.
83
Tidak hanya kualitas audit yang memiliki pengaruh dengan tax
avoidance, namun CSR juga memiliki pengaruh terhadapnya. Sesuai
dengan teori legitimasi yang memberikan manfaat terhadap
lingkungannya, maka perusahaan ikut andil dalam menjaga kelestarian
lingkungan dengan melakukan berbagai kegiatan sosial yang
diungkapkan dalam laporan tahunan. Selain yang diungkapkan dalam
laporan tahunan, pembayaran pajak juga merupakan satu hal yang dapat
membuktikan bahwa perusahaan juga bertanggungjawab terhadap sosial
karena tujuan penggunaan pajak juga digunakan untuk pembangunan.
Sesuai dengan peraturan BAPEPAM dan Lembaga Keuangan mengenai
keluasan pengungkapan item-item CSR yaitu pada peraturan nomor
X.K.6 revisi tahun 2012 mengenai Penyampaian Laporan Tahunan
Emiten Atau Perusahaan Publik. Berlakunya peraturan tersebut membuat
pengungkapan item dari CSR menjadi disclosure yang bersifat wajib.
Perusahaan yang mengungkapkan kegiatan sosialnya maka dianggap
patuh terhadap peraturan yang berlaku sehingga juga dianggap patuh
terhadap perpajakan juga, oleh karena itu akan mengurangi tingkat
kemungkinaan terjadinya tax avoidance.
Kualitas audit dan CSR diharapkan dapat menjadi indikasi
terdapatnya tax avoidance sehingga perusahaan yang melakukannya
dapat diketahui dan diawasi agar potensi pendapatan pajak terhadap
negara berkurang atau menghilang.
84
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam melakukan penelitian.
Berikut merupakan keterbatasan penelitian :
1. Penelitian ini hanya meneliti sektor manufaktur saja. Karena sektor
manufaktur merupakan salah satu yang terbanyak dari sektor lain,
juga terdapat beda dengan sektor perbankan dalam menganalisa
indikasi tax avoidance didalamnya.
2. Penelitian ini menggunakan adaptasi proksi CSR dari penelitian
sebelumnya, Richardson & Lanis (2012). Yaitu 52 item yang telah
dipilih oleh Richardson & Lanis (2012) sebagai proksi untuk
menentukan pengungkapan CSR.
D. Saran
Penelitian ini dimasa mendatang diharapkan dapat menyajikan
hasil penelitian yang lebih baik lagi dengan adanya beberapa masukan
mengenai beberapa hal diantaranya :
1. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah sampel
penelitian menjadi lebih banyak serta rentang waktu yang lebih lama
antara 5 sampai 10 tahun.
2. Penelitian selanjutnya disarankan menggunakan variabel lain seperti
Accounting Fraud, karena penelitian dengan variabel ini masih baru
bila dihubungkan dengan Tax Avoidance.
3. Penelitian selanjutnya disarankan menggunakan cara perngukuran
lain untuk mengukur Tax Avoidance selain menggunakan BTG,
85
seperti ETR, CETR dan GETR sehingga terdapat perbedaan dalam
hasil. Serta penelitian lain dapat membandingkan pengukuran BTG
dan pengukuran lain menggunakan robustness test. Tapi sangat baik
bila penelitian selanjutnya mendapatkan data pembayaran SPT
perusahaan agar data yang didapatkan sangat valid.
4. Penelitian selanjutnya juga dapat menggunakan acuan GRI terbaru
dalam mengukur variabel CSR.
5. Penelitian selanjutnya dapat membandingkan kegiatan Tax
Avoidance di Indonesia dengan negara tetangga seperti Malaysia atau
Singapura. Sehingga dapat mengetahui fenomena yang terjadi di luar
Indonesia.
86
DAFTAR PUSTAKA
Annisa, Nuralifmida Ayu, & Kurniasih, Lulus (2012). Pengaruh Corporate
Governance Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Akuntansi & Auditing, 8 No.
2, 95–189.
Anonym. “Starbucks pays UK corporation tax for first time since 2009”. Artikel
diakses tanggal 21 April 2015 dari http://www.bbc.com /news/uk-politics-
23019514
Anonym. “Komisi Eropa Selidiki Kasus Penghindaran Pajak oleh IKEA”.
Artikel diakses tanggal 16 Maret 2016 dari http://bisniskeuangan.kompas.
com/read/2016/02/16/101041226/Komisi.Eropa.Selidiki.Kasus.Penghindar
an.Pajak.oleh.IKEA
Anonym. “Prihatin! Menghindari Pajak di Tanah Air”. Artikel diakses tanggal
21 April 2015, pukul 13.05 dari http://dispenda.jabarprov.go.id/2015/
06/09/prihatin-menghindari-pajak-di-tanah-air-2/
Anonym. “HSBC bantu penghindaran pajak”. Artikel diakses tanggal 21 April
2015, pukul 14.30 dari http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/02/
150209_hsbc_pajak
Annuar, H. A., Salihu, I. A., Normala, S., & Obid, S. (2014). Corporate
ownership, governance and tax avoidance: An interactive effects. Procedia
- Social and Behavioral Sciences, 164(2014), 150–160.
http://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.11.063
Armstrong, Christopher S., & Blouin, Jennifer L. (2011). The Incentives for Tax
Planning.
Balakrishnan, Karthik and Guay, Wayne. (2012). Does Tax Aggressiveness
Reduce Financial Reporting Transparency? The Journal of the American
Taxation Association, 33(2), 111–135. http://doi.org/http://dx.doi.org/
10.2139/ssrn. 1792783
Barford, Vanessa and Holt, Gerry. “Google, Amazon, Starbucks: The rise of 'tax
shaming'. Artikel diakses tanggal 21 April 2015, pukul 13.25 dari www.bbc.com/news/magazine-20560359
Desai, Mihir A., & Dharmapala, Dhammika (2007). Corporate Tax Avoidance
and Firm Value. NBER Working Paper Series.
Fisher, Jasmine M. (2014). Fairer Shores : Tax Havens , Tax Avoidance , And
Corporate Social Responsibility. Boston University Law Review Vol.
94:337, 337–365.
Frank, Mary Margaret, Lynch, Luann J., & Rego, Sonja Olhoft (2009). Tax
87
Reporting Aggressiveness and Its Relation to Aggressive Financial
Reporting. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(1), 1689–
1699. http://doi.org/10.1017 /CBO9781107415324.004
Ghozali, Imam. “Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21 Update
PLS Regresi Edisi 7”. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
2013.
Gribnau, Hans (2015). Corporate Social Responsibility and Tax Planning : Not
by Rules Alone Responsibility and Tax Planning : Not by Rules Alone.
Social and Legal Studies, 24(2)(09). http://doi.org/10.1177/
0964663915575053
Hanlon, Michelle, Heitzman, Shane (2010). A Review of Tax Research A Review
of Tax Research.
Hoi, Chun-Keung (Stan), Wu, Qiang, and Zhang, Hao (2014). Is Corporate
Social Responsibility ( CSR ) Associated with Tax Avoidance ? Evidence
from Irresponsible CSR Activities Is Corporate Social Responsibility ( CSR
) Associated with Tax Avoidance ? Evidence from Irresponsible CSR
Activities, (585).
Huda, Ramzil (2014). Pherspektif atas Praktik Penghindaran Pajak Internasional.
Review Perspektif Atas Praktik Penghindaran Pajak Internasional,
(September).
Jao, Robert, & Pagalung, Gagaring (2011). Corporate Governance, Ukuran
Perusahaan, Dan Leverage Terhadap Manajemen Laba Perusahaan
Manufaktur Indonesia. Jurnal Akuntansi & Auditing, 8(1), 43–54.
Jaya, Tresno Eka, Arafat, M. Yasser, & Kartika, Dinda (2014). Corporate
Governance, Konservatisme Akuntansi Dan Tax Avoidance. Prosiding
Simposium Nasional Perpajakan 4, (1), 1–5. http://doi.org/10.1007/s13398-
014-0173-7.2
Julaikah, Nurul. “Dirjen Pajak janji usut kasus perpajakan Wilmar Grup”.
Artikel diakses tanggal 21 April 2015, pukul 14.10 dari http://www.
merdeka.com/uang/dirjen-pajak-janji-usut-kasus-perpajakan-wilmar-grup.
html
Kanagaretnam, Kiridaran (2014). Auditor Quality and Corporate Tax
Avoidance.
Maesarah, Yasti, Atikah, Siti, & Husnaini, Wahidatul (2015). Pengaruh
karakteristik perusahaan dan corporate social responsibility terhadap
penghindaran pajak.
Maharani, I Gusti Ayu Cahya, & Suardana, Ketut Alit (2014). Pengaruh
Corporate Governance , Profitabilitas Dan Karakteristik Eksekutif Pada Tax
88
Avoidance Perusahaan Manufaktur. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana 9.2 ISSN 2302-8556, 2, 525–539.
Majalah Ikatan Akuntan Indonesia.“Perluas coverage ratio pajak Indonesia”. Hal
10
Mangunsong, Soddin. (2002). Mangunsong 2002 Peranan Tax Planning Dalam
Mengefisiensikan Pembayaran Pajak Penghasilan. Jurnal Ilmiah Akuntansi
November 2002 Vol. 2 No. 1.
Mustami, Adinda Ade. “Ada Perusahaan Multinasional Asing yang Diduga
Mengemplang Pajak”. Artikel diakses tanggal 21 April 2015, pukul 13.15
dari http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/04/23/104907626/Ada.
Perusahaan.Multinasional.Asing.yang.Diduga.Mengemplang.Pajak
Nasir, Azwir, Kurnia, Pipin, & Hakri, Teguh Dheki (2013). Pengaruh
Kepemilikan Manajerial, Leverage, Profitabilitas, Ukuran, Dan Umur
Perusahaan Terhadap Pengungkapan Informasi Pertanggungjawaban Sosial
Perusahaan Pada Perusahaan Food And Beverage Yang Terdaftar Di Bei.
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
http://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Poesoro, Adri A. L. (2015). Proyeksi Penerimaan Pajak Indonesia 2015-2019.
Inside Tax, Edisi 26.
Pohan, Chairil Anwar. “Manajemen Perpajakan : Strategi Perencanaan Pajak
Dan Bisnis”. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2013
Pohan, Hotman T. (2009). Analisis pengaruh kepemilikan institusi, rasio tobin q,
akrual pilihan, tarif efektif pajak, dan biaya pajak ditunda terhadap
penghindaran pajak pada perusahaan publik. Jurnal Informasi, Perpajakan,
Akuntansi Dan Keuangan Publik Vol. 4, No. 2, Juli 2009 Hal. 113 - 135,
4(2).
Prakosa, Kesit Bambang (2014). Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Keluarga
dan Corporate Governance Terhadap Penghindaran Pajak Di Indonesia.
SNA 17 Mataram, Lombok Universitas Mataram 24-27 Sept 2014, 1–27.
Pranata, Febri Mashudi, Puspa, Dwi Fitri, dan Herawati (2014). Pengaruh
Karakter Eksekutif Dan Corporate. E-Jurnal Bung Hatta Vol. 4 No. 1
(2014).
Purwanti, Rahayu Budhi, & Rahardjo, Shiddiq Nur (2012). Pengaruh Kecakapan
Manajerial , Kualitas Auditor , Komite Audit , Firm Size Dan Leverage
Terhadap Earnings Management ( Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2008-2010 ). Diponegoro Journal
Of Accounting Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 1-12, 1, 1–12.
Richardson, Grant, & Lanis, Roman (2012). Corporate Social Responsibility
89
and Tax Aggressiveness.
Santosa, Anggoro Budi. “Pemagaran Pelarian Pajak Penghasilan”. Artikel
diakses tanggal 21 April 2015, pukul 14.55 dari http://www.pajak.go.id
/content/article/pemagaran-pelarian-pajak-penghasilan
Sari, Ria Nelly, Anugerah, Rita, & Dwiningsih, Rhia (2010). Pengaruh Struktur
Kepemilikan, Kualitas Audit Dan Ukuran Perusahaan Terhadap
Transparansi Informasi (Studi Empiris pada 100 Perusahaan Publik
Terbesar di Indonesia). Pekbis Jurnal, Vol.2, No.3, November 2010: 326-
335, 2(3), 326–335.
Sekaran, Uma. “Research Methods for Business Metodologi Penelitian untuk
Bisnis Edisi 4 Buku 2”. Jakarta: Salemba Empat. 2006.
Sugiyono . “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”. Bandung:
Alfabeta . 2014
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 16 tahun 2009 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan. Diambil dari
www.pajak.go.id/content/article/melalui-pajak-kita-membangun-negeri .
Yang diakses pada tanggal 22 April 2015
Wahyudi, Dudi (2015). Analisis Empiris Pengaruh Aktivitas Corporate Social
Responsibility ( CSR ) terhadap Penghindaran Pajak di Indonesia.
Xynas, Lidia (2011). Tax Planning , Avoidance and Evasion in Australia 1970-
2010 : The Regulatory Responses and Taxpayer Compliance. Revenue Law
Journal: Vol. 20: Iss. 1, Article 2.
91
KODE NAMA TAHUN KODE NAMA TAHUN
ADES PT. Akasha wira international 2012 KDSI PT Kedawung Setia Industrial Tbk 2012
ADES PT. Akasha wira international 2013 KDSI PT Kedawung Setia Industrial Tbk 2013
ADES PT. Akasha wira international 2014 KDSI PT Kedawung Setia Industrial Tbk 2014
AMFG PT Asahimas Flat Glass Tbk 2012 KLBF PT Kalbe Farma Tbk 2012
AMFG PT Asahimas Flat Glass Tbk 2013 KLBF PT Kalbe Farma Tbk 2013
AMFG PT Asahimas Flat Glass Tbk 2014 KLBF PT Kalbe Farma Tbk 2014
ASII PT Astra International Tbk 2012 LION PT Lion Metal Works Tbk 2012
ASII PT Astra International Tbk 2013 LION PT Lion Metal Works Tbk 2013
ASII PT Astra International Tbk 2014 LION PT Lion Metal Works Tbk 2014
AUTO PT Astra Otoparts Tbk 2012 LMSH PT Lionmesh Prima Tbk 2012
AUTO PT Astra Otoparts Tbk 2013 LMSH PT Lionmesh Prima Tbk 2013
AUTO PT Astra Otoparts Tbk 2014 LMSH PT Lionmesh Prima Tbk 2014
CPIN PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk 2012 NIPS PT Nipress Tbk 2012
CPIN PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk 2013 NIPS PT Nipress Tbk 2013
CPIN PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk 2014 NIPS PT Nipress Tbk 2014
GGRM PT Gudang Garam Tbk 2012 ROTI PT Nippon Indosari Corpindo Tbk 2012
GGRM PT Gudang Garam Tbk 2013 ROTI PT Nippon Indosari Corpindo Tbk 2013
GGRM PT Gudang Garam Tbk 2014 ROTI PT Nippon Indosari Corpindo Tbk 2014
HMSP PT HM Sampoerna Tbk 2012 SCCO PT Sucaco Tbk 2012
HMSP PT HM Sampoerna Tbk 2013 SCCO PT Sucaco Tbk 2013
HMSP PT HM Sampoerna Tbk 2014 SCCO PT Sucaco Tbk 2014
ICBP PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 2012 SIPD PT Sierad Produce Tbk 2012
ICBP PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 2013 SIPD PT Sierad Produce Tbk 2013
ICBP PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 2014 SIPD PT Sierad Produce Tbk 2014
INDS PT Indospring Tbk 2012 SKLT PT Sekar Laut Tbk 2012
INDS PT Indospring Tbk 2013 SKLT PT Sekar Laut Tbk 2013
INDS PT Indospring Tbk 2014 SKLT PT Sekar Laut Tbk 2014
Bersambung pada halaman selanjutnya
Perusahaan Sampel Penelitian
92
KODE NAMA TAHUN KODE NAMA TAHUN
JECC PT Jembo Cable Company Tbk 2012 SMCB PT Holcim Indonesia Tbk 2012
JECC PT Jembo Cable Company Tbk 2013 SMCB PT Holcim Indonesia Tbk 2013
JECC PT Jembo Cable Company Tbk 2014 SMCB PT Holcim Indonesia Tbk 2014
KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk 2012 SMGR PT Semen Indonesia Tbk 2012
KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk 2013 SMGR PT Semen Indonesia Tbk 2013
KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk 2014 SMGR PT Semen Indonesia Tbk 2014
KBLM PT Kabelindo Murni Tbk 2012 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk 2012
KBLM PT Kabelindo Murni Tbk 2013 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk 2013
KBLM PT Kabelindo Murni Tbk 2014 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk 2014
Sumber : data sekunder yang diolah
94
kode stock
nama perusahaan
tahun Kualitas
Audit CSR size ROA
BTG/ Totalaset
ADES
PT. Akasha wira international 2012 0 0.153846 19.77933 0.196947 0.059566583
ADES
PT. Akasha wira international 2013 0 0.153846 19.9047 0.134207 0.041359077
ADES
PT. Akasha wira international 2014 0 0.25 20.0398 0.082222 0.002574946
AMFG
PT Asahimas Flat Glass Tbk 2012 1 0.538462 21.85963 0.148876 0.016472894
AMFG
PT Asahimas Flat Glass Tbk 2013 1 0.538462 21.98722 0.127353 0.011272272
AMFG
PT Asahimas Flat Glass Tbk 2014 1 0.538462 22.08895 0.152564 0.002376996
ASII
PT Astra International Tbk 2012 1 0.653846 25.92878 0.153055 0.076758068
ASII
PT Astra International Tbk 2013 1 0.653846 26.08921 0.128616 0.061674626
ASII
PT Astra International Tbk 2014 1 0.673077 26.18722 0.115884 0.070398129
AUTO
PT Astra Otoparts Tbk 2012 1 0.403846 22.90725 0.142245 0.011971435
AUTO
PT Astra Otoparts Tbk 2013 1 0.442308 23.24778 0.096946 0.000588474
AUTO
PT Astra Otoparts Tbk 2014 1 0.442308 23.38917 0.07705 0.012360261
CPIN
PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk 2012 1 0.134615 23.23681 0.273431 0.038854765
Data Mentah Penelitian
95
kode stock
nama perusahaan
tahun Kualitas
Audit CSR size ROA
BTG/ Totalaset
CPIN
PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk 2013 1 0.192308 23.47834 0.21952 0.044034113
CPIN
PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk 2014 1 0.192308 23.76122 0.10099 0.040820778
GGRM PT Gudang Garam Tbk 2012 1 0.230769 24.44918 0.133239 0.012605481
GGRM PT Gudang Garam Tbk 2013 1 0.25 24.65058 0.116923 0.018539124
GGRM PT Gudang Garam Tbk 2014 1 0.288462 24.78751 0.123768 0.036153355
HMSP
PT HM Sampoerna Tbk 2012 1 0.269231 23.99084 0.509886 0.014883955
HMSP
PT HM Sampoerna Tbk 2013 1 0.269231 24.03398 0.529463 0.002331397
HMSP
PT HM Sampoerna Tbk 2014 1 0.269231 24.06897 0.483368 0.007919733
ICBP
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 2012 1 0.423077 23.59985 0.170512 0.000839047
CBP
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 2013 1 0.442308 23.78044 0.139508 0.017365911
ICBP
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 2014 1 0.538462 23.93854 0.136038 0.025734547
INDS
PT Indospring Tbk 2012 0 0.134615 21.23296 0.108602 0.047232277
INDS
PT Indospring Tbk 2013 0 0.134615 21.51014 0.084033 0.042097502
INDS
PT Indospring Tbk 2014 0 0.230769 21.54861 0.073397 0.022352017
JECC PT Jembo Cable 2012 0 0.25 20.3793 0.069016 0.001918642
96
kode stock
nama perusahaan
tahun Kualitas
Audit CSR size ROA
BTG/ Totalaset
Company Tbk
JECC
PT Jembo Cable Company Tbk 2013 0 0.25 20.93823 0.035034 0.064426882
JECC
PT Jembo Cable Company Tbk 2014 0 0.25 20.78387 0.031196 0.042578855
KAEF
PT Kimia Farma (Persero) Tbk 2012 0 0.211538 21.45388 0.134026 0.045191981
KAEF
PT Kimia Farma (Persero) Tbk 2013 0 0.211538 21.62827 0.11494 0.065543681
KAEF
PT Kimia Farma (Persero) Tbk 2014 0 0.288462 21.81122 0.106331 0.057347379
KBLM PT Kabelindo Murni Tbk 2012 0 0.153846 20.39884 0.044271 0.044480829
KBLM PT Kabelindo Murni Tbk 2013 0 0.192308 20.29907 0.016309 0.079304458
KBLM PT Kabelindo Murni Tbk 2014 0 0.230769 20.28893 0.042259 0.032103767
KDSI
PT Kedawung Setia Industrial Tbk 2012 0 0.134615 20.16214 0.083487 0.184204486
KDSI
PT Kedawung Setia Industrial Tbk 2013 0 0.134615 20.56102 0.055486 0.047611048
KDSI
PT Kedawung Setia Industrial Tbk 2014 0 0.134615 20.67426 0.06089 0.076606638
97
kode stock
nama perusahaan
tahun Kualitas
Audit CSR size ROA
BTG/ Totalaset
KLBF PT Kalbe Farma Tbk 2012 1 0.538462 22.96588 0.245066 0.158801767
KLBF PT Kalbe Farma Tbk 2013 1 0.538462 23.1494 0.227354 0.164026082
KLBF PT Kalbe Farma Tbk 2014 1 0.557692 23.24298 0.22243 0.166116387
LION
PT Lion Metal Works Tbk 2012 0 0.134615 19.8874 0.239107 0.045493049
LION
PT Lion Metal Works Tbk 2013 0 0.134615 20.02725 0.170543 0.009838098
LION
PT Lion Metal Works Tbk 2014 0 0.134615 20.21261 0.104745 0.011364981
LMSH PT Lionmesh Prima Tbk 2012 0 0.134615 18.67181 0.350614 0.236178294
LMSH PT Lionmesh Prima Tbk 2013 0 0.153846 18.76921 0.137177 0.013231953
LMSH PT Lionmesh Prima Tbk 2014 0 0.192308 18.75655 0.078667 0.01428384
NIPS PT Nipress Tbk 2012 0 0.192308 20.07833 0.055962 0.027623372
NIPS PT Nipress Tbk 2013 0 0.230769 20.49813 0.057094 0.024640098
NIPS PT Nipress Tbk 2014 0 0.288462 20.91128 0.055839 0.022472771
ROTI
PT Nippon Indosari Corpindo Tbk 2012 1 0.326923 20.9097 0.165811 0.015138212
ROTI
PT Nippon Indosari Corpindo Tbk 2013 1 0.480769 21.32358 0.115656 0.00781977
ROTI
PT Nippon Indosari Corpindo Tbk 2014 1 0.5 21.48542 0.117954 0.049103912
SCCO PT Sucaco Tbk 2012 0 0.153846 21.11997 0.151102 0.009887223
SCCO PT Sucaco Tbk 2013 0 0.269231 21.28973 0.082381 0.012559625
98
kode stock
nama perusahaan
tahun Kualitas
Audit CSR size ROA
BTG/ Totalaset
SCCO PT Sucaco Tbk 2014 0 0.288462 21.22768 0.110113 0.040234178
SIPD PT Sierad Produce Tbk 2012 0 0.423077 21.91662 0.006012 0.032333616
SIPD PT Sierad Produce Tbk 2013 0 0.423077 21.87247 0.003571 0.130339624
SIPD PT Sierad Produce Tbk 2014 0 0.423077 21.75321 0.008777 0.107019703
SKLT PT Sekar Laut Tbk 2012 0 0.173077 19.33596 0.046703 0.018789063
SKLT PT Sekar Laut Tbk 2013 0 0.173077 19.5259 0.054961 0.028781734
SKLT PT Sekar Laut Tbk 2014 0 0.211538 19.61936 0.071007 0.0127965
SMCB
PT Holcim Indonesia Tbk 2012 1 0.692308 23.22212 0.153898 0.001799644
SMCB
PT Holcim Indonesia Tbk 2013 1 0.692308 23.42429 0.089731 0.028268498
SMCB
PT Holcim Indonesia Tbk 2014 1 0.692308 23.5679 0.058585 0.000451924
SMGR
PT Semen Indonesia Tbk 2012 1 0.615385 24.00339 0.236556 0.073669645
SMGR
PT Semen Indonesia Tbk 2013 1 0.615385 24.15055 0.22474 0.079173821
SMGR
PT Semen Indonesia Tbk 2014 1 0.615385 24.25884 0.20664 0.067939646
SMSM
PT Selamat Sempurna Tbk 2012 0 0.442308 21.17127 0.236195 0.108861961
SMSM
PT Selamat Sempurna Tbk 2013 1 0.557692 21.26134 0.269248 0.12518932
SMSM
PT Selamat Sempurna Tbk 2014 1 0.557692 21.28253 0.309337 0.103644936
Sumber : data sekunder yang diolah
99
No Sub bab Item item
1
Corporate and CSR strategy
items
Corporate mission misi perusahaan
2 Code of ethics/business conduct kode etik
3 CSR strategy management manajemen strategi CSR
4 Record of complaints catatan komplain
5 Relationship with clients hubungan dengan klien
6 Impact on work practice pengaruh kuat terhadap kebiasaan kerja
7 Impact on supplies pengaruh terhadap persediaan
8 Corporate governance statement pernyataan CG
9
Staff strategy items
Staff training pelatihan karyawan
10 Staff career development pengembangan karir staf
11 staff diversity pemisahan kerja staf
12 staff protection perlindungan karyawan
13 compliance with labor standards kepatuhan terhadap UU buruh
14 employee's ownership kepemilikan karyawan
15 staff communication komunikasi karyawan
16 general staff appoinment policy kebijakan penunjukan karyawan umum
17 executive appoinment policy kebijakan penunjukan eksekutif
18 major appoinment of the year perjanjian/penunjukan besar tahun ini
19 breakdown of employees bygeographical
rincian karyawan berdasarkan wilayah
20 breakdown of employees by line of business
rincian karyawan berdasarkan lini bisnis
21 breakdown of employees by level of qualifications
rincian karyawan berdasarkan tingkat kualifikasi
22 breakdown of employees by ethic origins
rincian karyawan berdasarkan asal daerah
23 discussion of employee's welfare diskusi kesejahteraan karyawan
24 information on accidents at workplace
informasi mengenai kecelakaan ditempat kerja
25 monitoring of staff and employees work relation policy
pengawasan kebijakan hubungan kerja karyawan
26 implement of employees mission statement
implementasi pernyataan misi karyawan
27 Social Investment
Items
social commitment statement pernyataan komitmen sosial
28 value of social invesment and charitable work
nilai investasi sosial dan kegiatan amal
Indikator CSR
100
No Sub bab Item item
29 assistance to charities and NGO's pertolongan terhadap kegiatan komunitas sosial
30 community sponsorship (financial support) bantuan keuangan kegiatan sosial
31 staff volunteering karyawan sukarela
32
Environment items
Environmental protection statement
pernyataan perlindungan lingkungan
33
Does the firm recognize environmental protection objectives?
apa perusahaan menyadari perlindungan lingkungan
34
Do they measure their performance against the objectives? terdapat implementasinya kah?
35 Greenhouse gas emissions policy kebijakan emisi gas
36 Energy consumption konsumsi energi
37 Water consumption konsumsi air
38 Paper recycling daur ulang kertas
39 Ink recycling daur ulang tinta
40
Customer and Supplier Items
Statement of internal control pernyataan pengendalian internal
41 Value added statement pernyataan pertambahan nilai
42 Product safety statement pernyataan keamanan produk
43 Improvement in product quality perbaikan dalam kualitas produk
44 Improvement in customer service perbaikan pelayanan pelanggan
45 Distribution of marketing network for finished products
distribusi ke pasar untuk barang jadi
46 Customer award /ratings received penghargaan
47
Community and Political Involvement
Items
Participation in government social campaign
partisipasi kegiatan sosial pemerintah
48 Community programs (health and education)
program komunitas (kesehatan dan pendidikan)
49 KPIs linked to CSR (social, community, and environment) indikator KPI
50 Assigned specific responsibility tanggung jawab khusus
51 Policies on lobbying and political donations kebijakan dalam donasi berpolitik
52 Charity/pro-bono work kegiatan untuk kepentingan publik
Indikator CSR
Sumber : Lanis and Richardson, 2012
101
kode stock
Tahun Nama perusahaan Keterangan
Kualitas Audit
ADES 2012 PT. Akasha wira international
Johan Malonda Mustika dan rekan (JM) 0
AMFG 2012 PT Asahimas Flat Glass Tbk
Siddharta Widjaja & Rekan (KPMG) 1
ASII 2012 PT Astra International Tbk
PWC (Tanudiredja, Wibisana & Rekan) 1
AUTO 2012 PT Astra Otoparts Tbk
PWC (Tanudiredja, Wibisana & Rekan) 1
CPIN 2012 PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk
EY (Purwanto Suherman dan Surja) 1
GGRM 2012 PT Gudang Garam Tbk KPMG (Siddharta & Widjaja) 1
HMSP 2012 PT HM Sampoerna Tbk
PWC (Tanudiredja, Wibisana & Rekan) 1
ICBP 2012 PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
EY (Purwanto Suherman dan Surja) 1
INDS 2012 PT Indospring Tbk
Tanubrata, Sutanto, Fahmi &rekan (BDO) 0
JECC 2012 PT Jembo Cable Company Tbk
Tanubrata, Sutanto, Fahmi &rekan (BDO) 0
KAEF 2012 PT Kimia Farma (Persero) Tbk
Hendrawinata, Eddy, Siddharta & Tanzil (Kreston) 0
KBLM 2012 PT Kabelindo Murni Tbk
Doli, Bambang, Sulistiyanto, Dadang & Ali (dbsd&a) 0
KDSI 2012 PT Kedawung Setia Industrial Tbk
Kosasih, Nurdiyaman, Thahjo&rekan (Crowe howarth) 0
KLBF 2012 PT Kalbe Farma Tbk
EY (Purwanto Suherman dan Surja) 1
LION 2012 PT Lion Metal Works Tbk
Kosasih, Nurdiyaman, Thahjo&rekan (Crowe howarth) 0
LMSH 2012 PT Lionmesh Prima Tbk
Kosasih, Nurdiyaman, Thahjo&rekan (Crowe howarth) 0
NIPS 2012 PT Nipress Tbk
Budiman Wawan Pamudji&rekan 0
ROTI 2012 PT Nippon Indosari Corpindo Tbk
EY (Purwanto Suherman dan Surja) 1
Data Auditor atau KAP Perusahaan
102
kode stock
Tahun Nama perusahaan Keterangan
Kualitas Audit
SCCO 2012 PT Sucaco Tbk
Kosasih, Nurdiyaman, Thahjo&rekan (Crowe howarth) 0
SIPD 2012 PT Sierad Produce Tbk
Tanubrata, Sutanto, Fahmi &rekan (BDO) 0
SKLT 2012 PT Sekar Laut Tbk
Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & rekan (PKF) 0
SMCB 2012 PT Holcim Indonesia Tbk
EY (Purwanto Suherman dan Surja) 1
SMGR 2012 PT Semen Indonesia Tbk
EY (Purwanto Suherman dan Surja) 1
SMSM 2012 PT Selamat Sempurna Tbk
Teramihardja Pradhono Chandra 0
ADES 2013 PT. Akasha wira international
Johan Malonda Mustika dan rekan (JM) 0
AMFG 2013 PT Asahimas Flat Glass Tbk
Siddharta Widjaja & Rekan (KPMG) 1
ASII 2013 PT Astra International Tbk
PWC (Tanudiredja, Wibisana & Rekan) 1
AUTO 2013 PT Astra Otoparts Tbk
PWC (Tanudiredja, Wibisana & Rekan) 1
CPIN 2013 PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk
EY (Purwanto Suherman dan Surja) 1
GGRM 2013 PT Gudang Garam Tbk KPMG (Siddharta & Widjaja) 1
HMSP 2013 PT HM Sampoerna Tbk
PWC (Tanudiredja, Wibisana & Rekan) 1
ICBP 2013 PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
EY (Purwanto Suherman dan Surja) 1
INDS 2013 PT Indospring Tbk
Tanubrata, Sutanto, Fahmi &rekan (BDO) 0
JECC 2013 PT Jembo Cable Company Tbk
Tanubrata, Sutanto, Fahmi &rekan (BDO) 0
KAEF 2013 PT Kimia Farma (Persero) Tbk
Hendrawinata, Eddy, Siddharta & Tanzil (Kreston) 0
KBLM 2013 PT Kabelindo Murni Tbk
Doli, Bambang, Sulistiyanto, Dadang & Ali (dbsd&a) 0
KDSI 2013 PT Kedawung Setia Industrial Tbk
Kosasih, Nurdiyaman, Thahjo&rekan (Crowe 0
Data Auditor atau KAP Perusahaan
103
kode stock
Tahun Nama perusahaan Keterangan
Kualitas Audit
howarth)
KLBF 2013 PT Kalbe Farma Tbk
EY (Purwanto Suherman dan Surja) 1
LION 2013 PT Lion Metal Works Tbk
Kosasih, Nurdiyaman, Thahjo&rekan (Crowe howarth) 0
LMSH 2013 PT Lionmesh Prima Tbk
Kosasih, Nurdiyaman, Thahjo&rekan (Crowe howarth) 0
NIPS 2013 PT Nipress Tbk
Supoyo, Sutjahjo, Subyantara&rekan 0
ROTI 2013 PT Nippon Indosari Corpindo Tbk
EY (Purwanto Suherman dan Surja) 1
SCCO 2013 PT Sucaco Tbk
Doli, Bambang, Sulistiyanto, Dadang & Ali (dbsd&a) 0
SIPD 2013 PT Sierad Produce Tbk
Tanubrata, Sutanto, Fahmi &rekan (BDO) 0
SKLT 2013 PT Sekar Laut Tbk
Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & rekan (PKF) 0
SMCB 2013 PT Holcim Indonesia Tbk
EY (Purwanto Suherman dan Surja) 1
SMGR 2013 PT Semen Indonesia Tbk
Deloitte (Osman Bing Satrio &Eny) 1
SMSM 2013 PT Selamat Sempurna Tbk
EY (Purwanto Suherman dan Surja) 1
ADES 2014 PT. Akasha wira international
Tanubrata, Sutanto, Fahmi &rekan (BDO) 0
AMFG 2014 PT Asahimas Flat Glass Tbk
Siddharta Widjaja & Rekan (KPMG) 1
ASII 2014 PT Astra International Tbk
PWC (Tanudiredja, Wibisana & Rekan) 1
AUTO 2014 PT Astra Otoparts Tbk
PWC (Tanudiredja, Wibisana & Rekan) 1
CPIN 2014 PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk
EY (Purwanto Suherman dan Surja) 1
GGRM 2014 PT Gudang Garam Tbk KPMG (Siddharta & Widjaja) 1
Data Auditor atau KAP Perusahaan
104
kode stock
Tahun Nama perusahaan Keterangan
Kualitas Audit
HMSP 2014 PT HM Sampoerna Tbk
PWC (Tanudiredja, Wibisana & Rekan) 1
ICBP 2014 PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
EY (Purwanto Suherman dan Surja) 1
INDS 2014 PT Indospring Tbk
Tanubrata, Sutanto, Fahmi &rekan (BDO) 0
JECC 2014 PT Jembo Cable Company Tbk
Tanubrata, Sutanto, Fahmi &rekan (BDO) 0
KAEF 2014 PT Kimia Farma (Persero) Tbk
Hendrawinata, Eddy, Siddharta & Tanzil (Kreston) 0
KBLM 2014 PT Kabelindo Murni Tbk
Doli, Bambang, Sulistiyanto, Dadang & Ali (dbsd&a) 0
KDSI 2014 PT Kedawung Setia Industrial Tbk
Kosasih, Nurdiyaman, Thahjo&rekan (Crowe howarth) 0
KLBF 2014 PT Kalbe Farma Tbk
EY (Purwanto Suherman dan Surja) 1
LION 2014 PT Lion Metal Works Tbk
Kosasih, Nurdiyaman, Thahjo&rekan (Crowe howarth) 0
LMSH 2014 PT Lionmesh Prima Tbk
Kosasih, Nurdiyaman, Thahjo&rekan (Crowe howarth) 0
NIPS 2014 PT Nipress Tbk
Supoyo, Sutjahjo, Subyantara&rekan 0
ROTI 2014 PT Nippon Indosari Corpindo Tbk
EY (Purwanto Suherman dan Surja) 1
SCCO 2014 PT Sucaco Tbk
Doli, Bambang, Sulistiyanto, Dadang & Ali (dbsd&a) 0
SIPD 2014 PT Sierad Produce Tbk
Tanubrata, Sutanto, Fahmi &rekan (BDO) 0
SKLT 2014 PT Sekar Laut Tbk
Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma & rekan (PKF) 0
SMCB 2014 PT Holcim Indonesia Tbk
EY (Purwanto Suherman dan Surja) 1
SMGR 2014 PT Semen Indonesia Tbk
Deloitte (Osman Bing Satrio &Eny) 1
SMSM 2014 PT Selamat Sempurna Tbk
EY (Purwanto Suherman dan Surja) 1
Sumber : Data sekunder yang diolah
Data Auditor atau KAP Perusahaan
107
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
btg_totalaset 72 .00001 .21010 .0218902 .03759582
KAPSize 72 0 1 .49 .503
CSR 72 .13 .69 .3382 .18248
CompSize 72 12.11327 30.15073 21.9165025 5.95813294
CompROA 72 .00357 .71928 .1501528 .12651207
Valid N (listwise) 72
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
.684a .468 .437 .02821560 2.154
a. Predictors: (Constant), CompROA, CSR, CompSize, KAPSize
b. Dependent Variable: btg_totalaset
Grafik Normal Plot
108
Coefficient Correlationsa
Model CompROA CSR CompSize KAPSize
1
Correlations
CompROA 1.000 .370 .079 -.507
CSR .370 1.000 .019 -.701
CompSize .079 .019 1.000 .300
KAPSize -.507 -.701 .300 1.000
Covariances
CompROA .001 .000 1.667E-006 .000
CSR .000 .001 3.372E-007 .000
CompSize 1.667E-006 3.372E-007 4.281E-007 2.294E-006
KAPSize .000 .000 2.294E-006 .000
a. Dependent Variable: btg_totalaset
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) .046 .019 2.448 .017
KAPSize -.033 .012 -.440 -2.818 .006 .325 3.078
CompSize -.003 .001 -.437 -4.211 .000 .738 1.355
CSR .084 .027 .409 3.071 .003 .448 2.232
CompROA .158 .032 .531 4.918 .000 .680 1.471
a. Dependent Variable: btg_totalaset
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 72
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7
Std. Deviation .02740928
Most Extreme Differences
Absolute .130
Positive .130
Negative -.106
Kolmogorov-Smirnov Z 1.104
Asymp. Sig. (2-tailed) .174
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.