+ All Categories
Home > Documents > Ppt Lepra Kelompok 3

Ppt Lepra Kelompok 3

Date post: 18-Dec-2015
Category:
Upload: josephine-ria-pitasari
View: 20 times
Download: 8 times
Share this document with a friend
Description:
Laporan Cbl Indera
Popular Tags:
26
CBL - LEPRA KELOMPOK 3 Blok Organ Indera
Transcript
  • CBL - LEPRAKELOMPOK 3Blok Organ Indera

  • Kelompok 3Aninda Krisnamurti 2011060069Adi Jaya Temawan 2011060071Nicholas Carley W.2011060104Ria Pitasari2011060216Belinda Anabel2011060234

  • KELAINAN SARAF PADA PENDERITA

  • STAGE 1(involvement)STAGE 2(partial damage)STAGE 3(destruction)

  • Stage 1 (nerve involvement)Bakteri M. leprae menginvasi epineuriumPembengkakan saraf karena inflamasi (invasi M. leprae)Kompresi saraf nyeri, iskemia

  • Stage 2 (partial damage)Kompresi dan iskemia kerusakan akson terganggu fungsi sensori, otonom, dan motorikBisa terjadi nekrosis absesParalisis terlokasir pada saraf yang terkena

  • Stage 3 (nerve destruction)Saraf rusak atrofi dan membentuk fibrosisTidak berfungsi

  • LESI PADA PENDERITA LEPRA

  • Manifestasi klinis lepra tergantung pada imunitas pasien terhadap M. leprae. Jika sistem imun seluler baik akan menunjukkan gambaran klinis (termasuk lesi) tuberkuloid (tuberculoid leprosy: TT).Sistem imun seluler yang kurang baik akan memberikan gambaran klinis lepromatosa (lepromatous leprosy: LL). Penderita TT memiliki kurang dari lima lesi dan lebih sedikit bakteri. Pasien LL memiliki banyak lesi (lebih dari lima) dan berisi banyak bakteri. Selain TT dan LL terdapat berbagai gambaran klinis yang bervariasi di antara kedua pola (TT dan LL) tersebut yang membentuk spektrum borderline.

  • Reaksi lepra: Tipe 1 (reaksi reversal)Reaksi hipersensitivitas tipe IV yang biasa muncul pada kulit penderita lepra. Reaksi ini disebabkan oleh respon imun yang bersifat CMI (Cell Mediated Imuntiy). Reaksi reversal menyebabkan rasa sakit karena adanya inflamasi pada daerah yang terkena (merah, nyeri, dan oedem).

  • Reaksi lepra: Tipe 2 (ENL)

    Erythema Nodosum LeprosumReaksi hipersensitivtas tipe III ENL terjadi lebih banyak saat pengobatan banyaknya bakteri yang mati dan menjadi antigen tersendiri. Antigen ini dan antibody dalam tubuh akan membentuk kompleks antigen-antibodi (kompleks imun). Pada reaksi ini akan timbul nodus eritem dan nyeri.

  • PEMERIKSAAN UNTUK MEMBANTU DIAGNOSIS LEPRA

  • 1. PEMERIKSAAN FISIK

    Inspeksi: hipopigmentasi atau lesi kemerahan

    Pemeriksaan saraf tepi. Perbesaran / penebalan saraf tepi. Tipe lepromatous: billateral dan menyeluruhTipe tuberkoloid: terlokalisasi mengikuti tempat lesi.

    Tes fungsi saraf: tes rasa raba, rasa nyeri, dan rasa suhu.

    Tes otonom: suntikan dengan pilokarpin subkutan.

    Tes motoris. Uji ketahanan otot pada otot-otot ekstremitas dan jari.

  • 2. PEMERIKSAAN LABHasil biopsi kulit dari tempat terkahir lesi muncul atau tempat yang dingin (telinga) menunjukan BTA + (berbentuk batang berwarna merah dengan latar biru.)Perhitungan indeks morfologi kadang juga dilakukan untuk menilai prognosis terapi

    3. PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGISGambaran tipe tuberkoloid adalah tuberkel dan kerusakan saraf yang lebih nyata, kadang tidak ada basil dan non solid. Tipe lepromatosa terdapat subepidermal clear zone. Bisa dijumpai sel virchow dengan banyak basil. Pada tipe borderline terdapat campuran unsur-unsur tersebut.

  • 3. PEMERIKSAAN SEROLOGIPemeriksaan MLPA (Mycobacterium Leprae Particle Agglutination). Ditemukan Adanya phenolic glycolipid-1 yang spesifik untuk M. leprae.

    4. LEPROMIN SKIN TESTUntuk menilai klasifikasi dan prognosis lepra. Hasil positif untuk tuberculoid leprosy atau borderline lepromatous, dan hasil negative untuk lepromatous leprosy.

  • TATALAKSANA KASUS LEPRA

  • Regimen pengobatan lepra disesuaikan dengan yang direkomendasikan oleh WHO/DEPKES RI (1981) berdasarkan klasifikasi lepra yang disederhanakan menjadi:

    1. Pausi Basiler (PB): lesi 5

  • PB dengan Lesi Tunggal

  • PB (dengan 2 5 lesi)

  • MB dengan (lesi > 5)

  • Setelah selesai masa pengobatan, pasien dapat dinyatakan RFT (Realease From Treatment). Masa pengamatan setelah RFT dilakukan secara pasif untuk tipe PB selama 2 tahun dan tipe MB selama 5 tahun.

    Bila reaksi lepra tidak ditangani dengan cepat dan tepat maka dapat timbul kecacatan berupa kelumpuhan yang permanen seperti claw hand, drop foot, claw toes, dan kontraktur.

    Untuk mengatasi hal-hal tersebut diatas dilakukan pengobatan Prinsip pengobatan Reaksi Lepra, yaitu immobilisasi/istirahat, pemberian analgesik dan sedatif, pemberian obat-obat anti reaksi, serta MDT diteruskan dengan dosis yang tidak diubah.

  • Pengobatan Alternatif1. Pengganti RifampisinRifampisin dapat menyebabkan alergi, gangguan pada fungsi hepar, penyakit penyerta atau beberapa penderita dapat resisten terhadap obat ini

  • 2. Pengganti KlofazaminEfek samping klofazamin adalah adanya hiperpigmentasi kulit. Untuk itu klofazimin pada MDT_MB dapat diganti dengan ofloksasin 400 mg/hari selama 12 bulan atau minosiklin 100 mg/hari selama 12 bulan.Pada tahun 1997, WHO Expert of Committe on Leprosy merekomendasikan juga regimen MDT-MB alternatif selama 24 bulan:- Rifampisin 600 mg/bulan selama 24 bulan,- Ofloksasin 400 mg/bulan selama 24 bulan, dan- Minosiklin 100 mg/bulan selama 24 bulan

  • 3. Pengganti DDSBila DDS menyebabkan terjadinya efek samping berat pada penderita PB maupun MB, obat ini harus dihentikan. Regimen pengganti DDS berikut diberikan selama 6 bulan dengan cara:

  • THANK YOU


Recommended