+ All Categories
Home > Documents > research report, field report - stikesyatsi.ac.id 2013 .pdfdini terhadap pasien pasca operasi di...

research report, field report - stikesyatsi.ac.id 2013 .pdfdini terhadap pasien pasca operasi di...

Date post: 02-Oct-2018
Category:
Upload: lamque
View: 217 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
99
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 Jurnal Kesehatan merupakan jurnal ilmiah yang memuat artikel yang relevan dengan isu-isu kesehatan masyarakat, kebidanan, keperawatan, kesehatan klinis dan sosial baik berupa artikel hasil penelitian, artikel review, literature, atau artikel laporan lapangan (research report, field report). Terbit empat bulan sekali pada bulan April, Agustus, dan Desember. Redaksi : Penanggung Jawab : Ida Faridah, S.Kp., M.Kes Pimpinan Redaksi Dr. Kemas Djamaludin Wakil Pimpinan Redaksi : Ns. Zahrah Maulidia Septimar, S.Kep Dewan Redaksi : Ns. Rina Puspitasari, S.Kep., M.Kep Ns. Febi Ratnasari, S.Kep Ns. Katrina Agustina, S.Kep Ns. Ayu Pratiwi, S.Kep Ns. Ria Setia Sari, S. Kep Sekretaris Redaksi : Ningsih, SE Silvi Yulianita, A.Md. Keb Septy Ariyani, A. Md. Keb Alamat Redaksi : Sekretariat LPPM Stikes Yatsi Tangerang Jl. Raya Prabu Siliwangi (Pasar Kemis) KM 3 Tangerang 15133 Tep : 021-5921132 Fax : 021-5930663
Transcript

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 7 Desember 2013. ISSN 2086-9266

Jurnal Kesehatan merupakan jurnal ilmiah yang memuat artikel yang relevan dengan

isu-isu kesehatan masyarakat, kebidanan, keperawatan, kesehatan klinis dan sosial

baik berupa artikel hasil penelitian, artikel review, literature, atau artikel laporan

lapangan (research report, field report). Terbit empat bulan sekali pada bulan April,

Agustus, dan Desember.

Redaksi :

Penanggung Jawab :

Ida Faridah, S.Kp., M.Kes

Pimpinan Redaksi

Dr. Kemas Djamaludin

Wakil Pimpinan Redaksi :

Ns. Zahrah Maulidia Septimar, S.Kep

Dewan Redaksi :

Ns. Rina Puspitasari, S.Kep., M.Kep

Ns. Febi Ratnasari, S.Kep

Ns. Katrina Agustina, S.Kep

Ns. Ayu Pratiwi, S.Kep

Ns. Ria Setia Sari, S. Kep

Sekretaris Redaksi :

Ningsih, SE

Silvi Yulianita, A.Md. Keb

Septy Ariyani, A. Md. Keb

Alamat Redaksi :

Sekretariat LPPM Stikes Yatsi Tangerang

Jl. Raya Prabu Siliwangi (Pasar Kemis) KM 3

Tangerang 15133

Tep : 021-5921132 Fax : 021-5930663

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 7 Desember 2013. ISSN 2086-9266

DAFTAR ISI

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap perawat dalam melakukan mobilisasi

dini terhadap pasien pasca operasi di instalasi rawat inap bedah RSU

Kabupaten Tangerang..........................................................................................

1

Hubungan lama dan frekuensi hemodialisa dengan kepatuhan pembatasan

cairan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa di

RSU Kabupaten Tangerang.................................................................................

15

Hubungan perekonomian keluarga terhadap tingkat stress pada ibu rumah

tangga di RW 02 didesa Cilongok Tangerang.....................................................

21

Hubungan karakteristik ibu hamil dengan tingkat pengetahuan anemia dalam

kehamilan di Kp. Gembor Kelurahan Jatiuwung Tangerang..............................

28

Hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan

aktivitas sehari-hari didesa sukamantri Tangerang..............................................

34

Hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang program BPJS kesehatan

dengan pemanfaatan BPJS oleh keluarga di KP. Picung RW 05

Pasarkemis..........................................................................................................

40

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian berat badan lahir rendah

pada ibu nifas di rumah sakit umum daerah Kabupaten

Tangerang............................................................................................................

47

Hubungan kehilangan pasangan hidup (proses grieving) terhadap tingkat

kecemasan lansia di desa cilongok Tangerang....................................................

59

Hubungan rasa cemas pasien gagal ginjal dengan komplikasi akut saat proses

hemodialisa di ruangan hemodialisa RSU Kabupaten Tangerang......................

65

Hubungan pengetahuan pasien diabetes tentang diabetes melitus terhadap diet

diabetes di Puskesmas Kotabumi.........................................................................

69

Pengaruh relaksasi benson terhadap kejadian insomnia pada lansia di

Kampung Cilongok kec. Pasar Kemis Tangerang...............................................

75

Hubungan konsep diri terhadap motivasi belajar mahasiswa semester II

keperawatan di STIKes YATSI Tangerang.........................................................

81

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 7 Desember 2013. ISSN 2086-9266

Hubungan motivasi ibu membawa BALITA ke POSYANDU dengan

kelengkapan imunisasi BALITA di puskesmas Jatiuwung Tangerang...............

88

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 7 Desember 2013. ISSN 2086-9266

PEDOMAN PENULISAN NASKAH

1. Jurnal ini memuat artikel yang relevan dengan isu-isu keperawatan, dan

kebidanan, baik berupa artikel hasil penelitian, artikel review literatur, atau

artikel laporan lapangan

2. Naskah hasil penelitian atau naskah konsep yang ditujukan kepada jurnal

kesehatan belum pernah dipublikasikan ditempat lain

3. Naskah yang dikirim harus disertai surat persetujuan publikasi dan ditanda

tangani oleh penulis

4. Komponen Naskah :

Judul ditulis maksimal 150 karakter termasuk huruf dan spasi

Identitas peneliti ditulis di catatan kaki di halaman pertama

Abstrak dalam bahasa Indonesia dan bahasa inggris maksimal 200 kata,

dalam satu alinea mencangkup masalah, tujuan, metode, hasil, disertai

dengan 3 – 5 kata kunci

Pendahuluan tanpa subjudul, berisi latar belakang, sedikit tinjauan pustaka

dan tujuan penelitian

Metode dijelaskan secara rinci, disain, populasi, sample, sumber data,

teknik/instrumen pengumpul data, prosedur analisa data

Pembahasan mengurai secara tepat dan argumentatif hasil penelitian, temuan

dengan teori yang relevan bahasa dialog yang logis, sistematik dan mengalir

Tabel diketik 1 spasi sesuai urutan penyebutan dalam teks.

Kesimpulan dan saran menjawab masalah penelitian tidak melampaui

kapasitas temuan, pernyataan tegas. Saran logis, tepat guna dan tidak

mengada-ada

5. Rujukan sesuai aturan vancouver, urut sesuai dengan pemunculan dalam teks,

dibatasi 25 rujukan dan 80% merupakan periode publikasi 10 tahun terakhir.

Cantumkan nama belakang penulis dan inisial nama depan. Maksimal 6 orang,

selebihnya diikuti “dkk (et all)”. Huruf pertama judul ditulis dengan huruf besar,

selebihnya dengan huruf kecil, kecuali penamaan orang, tempat, dan waktu.

Judul tidak boleh digaris bawah dan ditebalkan hurufnya

6. Naskah maksimal 20 halaman kuarto spasi ganda, ditulis dengan program

komputer microsoft word, dalam CD dan 3 (tiga) eksemplar copy dokumen

tertulis

7. Naskah harus disertai surat pengantar yang ditanda tangani penulis dan akan

dikembalikan jika ada permintaan tertulis.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 7 Desember 2013. ISSN 2086-9266

8. Naskah dikirim kepada : Redaksi STIKes YATSI jurnal kesehatan – Sekretariat

LPPM STIKes YATSI Jl. Raya Prabu Siliwang (Jl. Raya Pasar Kemis) Km 3

Tangerang, Banten Telp. (021) 592 1132 / 5930 6633 Fax. (021) 5930 6633

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 1

Ns.Zahrah Maulidia S,S.Kep**, Novia Suhendra*, Nur Wahyuningsih*, Nurvita*,

Rahmat*

*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi

**Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK

Mobilisasi dini adalah kemampuan seseorang untuk berjalan bangkit berdiri dan

kembali ke tempat tidur, kursi, kloset duduk dan sebagainya disamping kemampuan

menggerakkan ekstermitas atas. Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Perawat Dalam

Melakukan Mobilisasi Dini Terhadap Pasien Pasca Operasi di Instalasi Rawat Inap

Bedah RSU Kabupaten Tangerang Tahun 2013. Metode penelitian adalah deskriptif

korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah seluruh perawat

diInstalasi Rawat Inap Bedah RSU Kabupaten Tangerang. Besarnya sampel

menggunakan total sampling. Analisa data menggunakan teknik Chi-Square. Hasil

penelitian yaitu 29 (60,4%) berumur dewasa muda(20-30th), 28 (58,3%) berjenis

kelamin Perempuan, 42 (87, 5 %) berpendidikan diploma, 29 (60,4%)

berpengetahuan kurang, 33 (66,7%) bersikap tidak mendukung dan 19 (59,4%)

perawat dengan sikap tidak mendukung latihan mobilisasi dini pasca operasi tidak

dilakukan. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.100>0.05α= maka dapat disimpulkan

bahwa H1

ditolak artinya tidak terdapat hubungan antara sikap perawat terhadap

latihan mobilisasi dini pada pasien pasca operasi. Dengan nilai OR=0,877 sikap

perawat tidak mendukung 0,877 kali berpeluang tidak melakukan latihan mobilisasi

dini pasca operasi dibandingkan dengan sikap perawat yang mendukung. Penelitian

ini diharapkan agar tenaga kesehatan lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

dalam memberikan konseling dan meningkatkan pemahaman dan informasi tentang

latihan mobilisasi dini terhadap pasien pasca operasi dan juga memberikan pelayanan

yang optimal agar pasien merasa nyaman untuk latihan mobilisasi dini terhadap

pasien pasca operasi.

Kata Kunci :Sikap, Mobilisasi Dini dan Pasien Pasca Operasi

FAKTOR-FAKTOR MEMPENGARUHI SIKAP PERAWAT DALAM

MELAKUKAN MOBILISASI DINI TERHADAP PASIEN PASCA

OPERASI DI INSTALASI RAWAT INAP BEDAH RSU KABUPATEN

TANGERANG

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 2

ABSTRACT

Early mobilization was the ability to stand up and walk back to the bed, chair, toilet

seat and so on in addition to the ability to move ekstermitas above. Factors Affecting

the Attitude of Nurses In Doing Mobilization Against Early Post-Surgery Patients in

Inpatient Surgery In RSU Kabupaten Tangerang 2015. The research method was

descriptive correlation with cross sectional approach. The population was all nurses

in the Inpatient Surgery In RSU Kabupaten Tangerang. The amount of sample using

total sampling. Data were analyzed using Chi-square techniques. The results of

research that 29 (60.4%) of young adults aged (20-30th), 28 (58.3%) Female sex, 42

(87, 5%) education diploma, 29 (60.4%) less knowledgeable, 33 (66.7%) being not

endorse and 19 (59.4%) do not support the attitude of nurses to practice early

mobilization after surgery is not performed. Statistical test results obtained by value

p = 0.100> 0.05α = it can be concluded that the H1 accepted meaning there is no

relationship between the attitude of nurses to practice early mobilization of patients

after surgery. With OR = 0.877 attitude of nurses do not support early mobilization

exercises 0,877 times post-surgery is not performed in comparison with the attitude

of nurses support. This research is expected to further improve the quality of health

workers in the health service providing counseling and improving the understanding

and practice of information about early mobilization of the patient after surgery and

also provide optimum services so that patients feel comfortable to exercise early

mobilization of the patient after surgery.

Keywords :Attitudes, Early Mobilization, and Patients Post-Surgery

PENDAHULUAN

Mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini

mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi

fisiologis. (Carpenito, 2011). Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting

pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian.

Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa mobilisasi dini adalah upaya

mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita

untuk mempertahakan fungsi fisiologis.

Pasien dilakukan mobilisasi sedini mungkin untuk menghindari komplikasi

multisistemik karena imobilitas (Baradero, 2009). Hampir pada semua jenis operasi,

setelah 24-48 jam pasien dianjurkan meninggalkan tempat tidur.Tujuan mobilisasi

(duduk dan jalan) yang cepat adalah untuk mengurangi komplikasi paska bedah

terutama atelektasis dan pneumonia hipostatis. Buang air kecil (BAK) dan buang air

besar (BAB) juga akan lebih cepat terjadi spontan. Lokasi operasi lebih cepat sembuh

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 3

bila pasien cepat jalan.Perasaan sakit pertama memang terasa, tetapi nyeri luka itu

lebih cepat menghilang pada pasien yang berjalan dalam waktu 2-3 hari, hal ini dapat

diperiksa dengan adanya bising usus atau flatus.Mobilisasi dini pasien demikian

dilakukan secar bertahap, mula-mula diberikan bantal tinggi, keesokan lagi diizinkan

berdiri disamping tempat tidur beberapa menit.Bila cukup kuat, belajar jalan beberapa

langkah dan akhirnya berjalan tanpa dijaga perawat.Pasien yang memerlukan waktu

lebih lama dianjurkan menarik napas dalam-dalam agar paru-paru dapat berkembang

dengan baik.Lengan, kaki, dinding perut, dan otot pantat digerak-gerakan.Latihan

otot demikian untuk mencegah terjadinya komplikasi.

Keuntungan dilakukannya mobilisasi,dapat mencegah terjadinya gangguan

perubahan pada sistem tubuh seperti pada gangguan metabolisme tubuh, cairan dan

elektrolit, kebutuhan nutrisi,fungsi gastrointestinal, pernapasan, sistem

kardiovaskular, sistem muskuluskeletal, kulit, mencegah perubahan eliminasi serta

mencegah terjadinya perubahan perilaku (Hidayat, 2009).

TUJUAN

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor apa saja yang

dapat mempengaruhi sikap perawat dalam melakukan latihan mobilisasi dini terhadap

pasien pasca operasi di Instalasi Rawat Inap Bedah Rumah Sakit Umum Kabupaten

Tangerang Tahun 2013.

METODE

dalam penelitian ini akan diidentifikasi “Sikap perawat dalam melakukan

latihan mobilisasi dini terhadap pasien pasca operasi di Instalasi rawat Inap Bedah

Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013”.

HASIL PENELITIAN

Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur Di Instalasi Rawat

Inap BedahRumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013 (n=48)

Umur Frekuensi Persentase

Dewasa muda (20-30 th) 29 60.4

Dewasa tengah (31-40 th) 19 39.6

Total 48 100,0

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 4

Tabel diatas memperlihatkan frekuensi responden berdasarkan umur. Hal ini

menunjukan bahwa dari 48perawat, 29 (60,4%) diantaranya berumur dewasa muda

(20-30 th)dan 19 (39,6%) berumur dewasa tengah (31-40 th).

Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin Di Instalasi

Rawat Inap Bedah Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013

(n=48)

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki-laki 20 41.7

Perempuan 28 58.3

Total 48 100.0

Tabel diatas memperlihatkan frekuensi responden berdasarkan Jenis Kelamin. Hal ini

menunjukan bahwa dari 48 responden, 28 responden (58,3 %) diantaranya berjenis

kelaminPerempuan, dan 20 responden (41,7%) diantaranya berjenis kelaminLaki-

laki.

Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pendidikan Di Instalasi

Rawat Inap Bedah Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013

(n=48)

Pendidikan Frekuensi Persentase

Diploma 42 87.5

Profesi 6 12.5

Total 48 100.0

Tabel diatas memperlihatkan frekuensi responden berdasarkan Pendidikan. Hal ini

menunjukan bahwa dari 48 responden, 42 responden (87,5 %) diantaranya

berpendidikandiploma, dan 20 responden (12,5%) diantaranya berpendidikan profesi.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 5

Tabel 1.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Perawat Di Instalasi Rawat Inap

Bedah Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013

(n=48)

PengetahuanPerawat Frekuensi Persentase

Kurang 29 60.4

Baik 19 39.6

Jumlah 48 100,0

Tabel diatas memperlihatkan frekuensi pengetahuanperawat. Hal ini menunjukan

bahwa dari 48 responden, 29responden (60,4%) perawat memiliki

pengetahuankurang, dan 19responden (39,6%) perawat memiliki pengetahuan baik.

Tabel 1.5 Distribusi Frekuensi Sikap Perawat Di Instalasi Rawat Inap Bedah

Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013 (n=48)

Sikap Perawat Frekuensi Persentase

Tidak Mendukung

Mendukung

32

16

66,7

33,3

Jumlah 48 100,0

Tabel diatas memperlihatkan frekuensi sikap perawat. Hal ini menunjukan bahwa dari

48 responden, 33 responden (66,7%) perawat bersikap tidak mendukungdan

16responden (33,3%) perawat bersikap mendukung.

Tabel 1.6 Distribusi Frekuensi Latihan Mobilisasi Dini Pada Pasien Pasca

Operasi Di Instalasi Rawat Inap Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Tangerang

Tahun 2013 (n=48)

Latihan Mobilisasi Frekuensi Persentase

Tidak dilakukan

Dilakukan

29

19

60.4

39,6

Jumlah 48 100,0

Tabel diatas memperlihatkan frekuensi latihan mobilisasi dini pasca operasi. Hal ini

menunjukan bahwa dari 48 responden, 29responden (60,4%) melakukanlatihan

mobilisasi dini pasca operasiTidak dilakukan, dan 19responden (39,6%) melakukan

latihan mobilisasi dini pasca operasidilakukan.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 6

Tabel 1.7 Distribusi Hubungan Antara Umur Responden Dengan Latihan

Mobilisasi Dini Pada PasienPasca Operasi Di Instalasi Rawat Inap Bedah

Rumah Sakit Umum Tangerang Tahun 2013 (n=48)

Umur

Responden

Latihan Mobilisasi Dini

Pada PasienPasca

Operasi

Jumlah

OR

95 %

CI

P

Value

Tidak

dilakukan

Dilakukan

n % n % n %

Dewasa muda

(20-30 th)

Dewasa tengah

(31-40th)

18

11

62,1

57, 9

11

8

37, 9

42,1

29

19

100

100

1,190

(0,36-

3,87)

1.00

Jumlah 29 60,4 19 39, 6 48 100

Pada tabel 1.7 menunjukan hubungan antara umur responden terhadap latihan

mobilisasi dini pasca operasi Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kabupaten

Tangerang Tahun 2015.Hasil analisis diperoleh bahwa 18 dari 29 (85,2,1%)

responden denganumurdewasa muda (20-30 th) latihan mobilisasi dini pasca operasi

tidak dilakukan. Sedangkan 8 dari 19 (42,1 %) respondenyang berumur dewasa

tengah (31-40 th)latihan mobilisasi dini pasca operasi dilakukan. Hasil uji statistik

diperoleh nilai p=1,00 > 0.05α= maka dapat disimpulkan bahwa H1

diterima artinya

tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur terhadap latihan mobilisasi dini

pada pasienpasca operasi Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kabupaten

Tangerang Tahun 2013.Dari analisis juga diperoleh pula nilai OR=1.190 artinya

perawat yangberumurdewasa muda (20-30 th) 1.190 kali berpeluang tidak melakukan

latihan mobilisasi dini pasca operasi dibandingkan dengan perawat yang berumur

dewasa tengah (31-40 th).

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 7

Tabel 1.8 Distribusi Frekuensi Hubungan Antara Jenis KelaminResponden

DenganLatihan Mobilisasi Dini Pada PasienPasca Operasi Di Instalasi Rawat

Inap Bedah Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013 (n=48)

Jenis Kelamin

Responden

Latihan Mobilisasi Dini

Pada PasienPasca

Operasi

Jumlah

OR

95 %

CI

P

Value

Tidak

dilakukan

Dilakukan

n % n % n %

Laki-laki

Perempuan

11

18

55,0

64,3

9

10

45,0

35,7

20

28

100

100

0, 679

(0,21-

2,19)

0.727

Jumlah 29 60,4 19 39, 6 48 100

Pada tabel 1.8 menunjukan hubungan antara jenis kelaminresponden terhadap latihan

mobilisasi dini pasca operasi Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kabupaten

Tangerang Tahun 2013.Hasil analisis diperoleh bahwa 18 dari 28 (64,3%) responden

denganjenis kelamin Perempuan latihan mobilisasi dini pasca operasi tidak dilakukan.

Sedangkan 8 dari 20 (45,0%) respondenyang berjenis kelamin Laki-laki latihan

mobilisasi dini pasca operasi dilakukan. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.727 >

0.05α= maka dapat disimpulkan bahwa H1

diterima artinya tidak terdapat hubungan

yang bermakna antara jenis kelamin terhadap latihan mobilisasi dini pasca operasi Di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013.Dari

analisis juga diperoleh pula nilai OR=0,679 artinya perawat yangberjenis

kelaminperempuan0,679 kali berpeluang tidak melakukan latihan mobilisasi dini

pasca operasi dibandingkan dengan perawat yang berjenis kelamin laki-laki.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 8

Tabel 1.9 Distribusi Frekuensi Hubungan Antara Pendidikan Responden

DenganLatihan Mobilisasi Dini Pada PasienPasca Operasi Di Instalasi Rawat

Inap Bedah Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013 (n=48)

Pendidikan

Responden

Latihan Mobilisasi Dini

Pada PasienPasca

Operasi

Jumlah

OR 95

% CI

P

Value

Tidak

dilakukan

Dilakuka

n

n % n % n % 0,735

(0,12-

4,47)

0.100

Diploma

Profesi

25

4

59,5

66,7

17

2

40,5

33,3

42

6

100

100

Jumlah 29 60,4 19 39, 6 48 100

Pada tabel 1.9 menunjukan hubungan antara pendidikan responden terhadap latihan

mobilisasi dini pasca operasi Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kabupaten

Tangerang Tahun 2013.Hasil analisis diperoleh bahwa 25 dari 42 (59,5%) responden

dengan pendidikan diplomalatihan mobilisasi dini pasca operasi tidak dilakukan.

Sedangkan 2 dari 6 (33,3%) respondenyangpendidikan profesimelakukan latihan

mobilisasi dini pasca operasi baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.100> 0.05α=

maka dapat disimpulkan bahwa H1

diterima artinya tidak terdapat hubungan yang

bermakna antara pendidikan terhadap latihan mobilisasi dini pada pasienpasca operasi

Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013.Dari

analisis juga diperoleh pula nilai OR=0,735 artinya perawat yangberpendidikan

diploma0,735 kali berpeluang tidak melakukan latihan mobilisasi dini pasca operasi

dibandingkan dengan perawat yang berpendidikan profesi.

Tabel 1.10 Distribusi Frekuensi Hubungan Antara Pengetahuan Perawat

Dengan Latihan Mobilisasi Dini Pada Pasien Pasca Operasi Di Instalasi Rawat

Inap Bedah Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013 (n=48)

Pengetahuan

Perawat

Latihan Mobilisasi Dini

Pada PasienPasca

Operasi

Jumlah

OR

95 %

CI

P

Value

Tidak

dilakukan

Dilakukan

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 9

n % n % n % 1,190

(0,36

3,87)

0.100 Kurang

Baik

18

11

62,1

57, 9

118 37, 9

42,1

29

19

100

100

Jumlah 29 60,4 19 39, 6 48 100

Pada tabel 1.10 menunjukan hubungan antarapengetahuan perawatterhadap latihan

mobilisasi dini pasca operasiDi Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kabupaten

Tangerang Tahun 2013.Hasil analisis diperoleh bahwa 18 dari 29(62,1%) perawat

denganpengetahuan kurang latihan mobilisasi dini pasca operasi tidak dilakukan.

Sedangkan 8 dari 19 (42,1%) perawat denganpengetahuan baiklatihan mobilisasi dini

pasca operasi dilakukan. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.100> 0.05α= maka

dapat disimpulkan bahwa H1

diterima artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna

antara pengetahuan perawat terhadap latihan mobilisasi dini pada pasienpasca operasi

Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013.Dari

analisis juga diperoleh pula nilai OR=0,190 artinya perawat yang pengetahuan

kurang1,190 kali berpeluang tidak melakukanlatihan mobilisasi dini pasca operasi

dibandingkan dengan perawat yang pengetahuan baik.

Tabel 1.11 Distribusi Frekuensi Hubungan Antara Sikap Perawat Dengan

Latihan Mobilisasi Dini Pada PasienPasca Operasi Di Instalasi Rawat Inap

Bedah Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013 (n=48)

Sikap

Perawat

Latihan Mobilisasi

Dini Pada PasienPasca

Operasi

Jumlah

OR

95 %

CI

P

Valu

e

Tidak

dilakukan

Dilakukan

n % n % n %

0,877

(0,25

5 –

3,00)

0.100

Tidak

mendukung

Mendukung

19

10

59,4

62,5

13

6

40,6

37,2

32

16

100

100

Jumlah 29 60,4 19 39,6 48 100

Pada tabel 1.11 menunjukan hubungan antara sikap perawatterhadap latihan

mobilisasi dini pasca operasi Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum

Kabupaten Tangerang Tahun 2013.Hasil analisis diperoleh bahwa 19 dari 32 (59,4%)

perawat dengansikap tidak mendukung latihan mobilisasi dini pasca operasi tidak

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 10

dilakukan. Sedangkan 6dari 16 (37,2%) perawat dengansikap mendukung latihan

mobilisasi dini pasca operasi dilakukan. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.100 >

0.05α= maka dapat disimpulkasikn bahwa H1

ditolak artinya tidak terdapat hubungan

yang bermakna antara sikap perawat terhadap latihan mobilisasi dini pada

pasienpasca operasi Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kabupaten

Tangerang Tahun 2013.Dari analisis juga diperoleh pula nilai OR=0,877 artinya sikap

perawat tidak mendukung 0,877 kali berpeluang tidak melakukan latihan mobilisasi

dini pasca operasi dibandingkan dengan sikap perawat yang mendukung.

DISKUSI

Faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang salah satunya yaitu

umur. Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik

dan psikolologis (mental). Petumbuhan pada fisik secara garis besar ada empat

kategori. Perubahan pertama perubahan ukuran, kedua perubahan proporsi, ketiga

hilangnya ciri-ciri lama, keempat timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat

pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir seseorang

semakin matang dan dewasa (Mubarak dkk, 2007).Sesuai dengan hasil penelitian

karakteristik responden yang terdiri dari umur, penelitian ini yang menunjukan

menunjukan bahwa dari 48perawat, 29 (60,4%) diantaranya berumur dewasa muda

(20-30 th)dan 19 (39,6%) berumur dewasa tengah (31-40 th).Sejalan dengan

penelitian Nasution (2010) tentang hubungan pengetahuan dan sikap terhadap

pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu pascasalin dengan seksio sesaria di RSUD dr.

Pirngadi Medan, diketahui bahwa sebagian besar responden berada pada kelompok

usia dalam rentang 20-34 tahun.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik

kesimpulan Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur responden, jenis

kelamin responden, pendidikan responden, pengetahuan perawat, sikap perawat

terhadap latihan mobilisasi dini pada pasien pasca operasi Di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hidayat, A. A., & Uliyah, M. (2011).Buku Ajar Keterampilan Praktik Klinik

(KDPK). Surabaya: Health Books Publishing

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 11

2. Kiik, S. M. (2011). Pengaruh mobilisasi dini terhadap pemulihan peristaltik

usus pada pasien pasca operasi abdomen di ruang ICU BPRSUD Labuang

Baji Makassar. Makassar

3. Najmah. 2011. Managemen & Analisa Data Kesehatan Kombinasi Teori dan

Aplikasi SPSS Hal 10. Yogyakarta. Nuha Medika.

4. Nasution (2010) Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Pelaksanaan

Mobilisasi Dini Pada Ibu Pascasalin Dengan Seksio Sesaria Di RSUD Dr.

Pirngadi Medan.Medan

5. Nursalam.(2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan; Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian

Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika

6. Santoso, S. (2010). Statistik Non Parametrik; Konsep dan Aplikasi Dengan

SPSS. Jakarta: Gramedia.

7. Sofian, A. (2012).Rustam Mochtar; Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 12

Ida Faridah,S.Kp.,M.Kes**, Agustina Putri Utami*, Alfika Safitri*, Aldi Nubli

Aghazali*, euis ipah Nadipa*

*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi

**Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah usaha yang diarahkan agar setiap

penduduk dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Upaya tersebut sampai

saat ini masih menjadi kendala yang disebabkan masih tingginya masalah kesehatan,

terutama berkaitan dengan penyakit yang dapat menghambat kemampuan seseorang

untuk hidup sehat. Penyakit – penyakit tersebut diantaranya adalah Gagal Ginjal

Kronik (GGK). Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi hubungan lama dan

frekuensi hemodialisa dengan kepatuhan pembatasan cairan pada klien gagal ginjal

kronik yang menjalani terapi hemodialisis di RSU Kabupaten Tangerang Agustus

Tahun 2013.Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kuantitatif

dengan rancangan penelitian deskriptif korelasional menggunakan metode analitik

dengan pendekatan cross sectional .Populasi pada penelitian ini adalah semua klien

yang mempunyai penyakit GGK yang sedang melakukan hemodialisis di Ruang HD

RSU Kabupaten Tangerang Agustus Tahun 2013. Teknik pengambilan sampel pada

penelitian ini adalah Simple Random Sampling dengan sampel 75 responden.Data

diperoleh dengan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitas terhadap 20

klien di RSU Kabupaten Tangerang yang tidak diikutkan menjadi sampel penelitian.

Analisa data dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan ujiChi-Square.

Dari 75 klien GGK sebagian besar yaitu 42 (56%) patuh dalam membatasi asupan

cairan, dengan lama hemodialisa > 3 bulan yaitu 45 (60%) dan frekuensi hemodialisa

< 2 kali seminggu yaitu 40 (53,3%). Terdapat hubungan antara lama hemodialisa

dengan kepatuhan membatasi cairan dengan pvalue 0,000 (< alpha= 0.05)dan

hubungan antara frekuensi hemodialisa dengan kepatuhan membatasi cairan pvalue

0,002(< alpha= 0.05). Terdapat hubungan antara lama hemodialisa dan frekuensi

hemodialisa dengan kepatuhan membatasi cairan. Diharapkan Instalasi Pelayanan

harus lebih aktif dalam meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada klien

HUBUNGAN LAMA DAN FREKUENSI HEMODIALISA DENGAN

KEPATUHAN PEMBATASAN CAIRAN PADA KLIEN GAGAL GINJAL

KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISIS DI RSU

KABUPATEN TANGERANG

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 13

hemodialisa dengan selalu mengikuti perkembangan Evidence Based kepatuhan klien

GGK yang menjalani hemodialisa.

Kata Kunci : Lama Hemodialisa, Frekuensi Hemodialisa, Kepatuhan

ABSTRACT

Health development is essentially directed effort so that every resident can realize

optimal health status. The effort is still a constraint due to the high health problem,

especially relating to diseases that can hinder a person’s ability to live a healthy life.

The diseases include Chronic Renal Failure. Research purposes to identify a duration

and frequncy relationship of hemodialysis with fluid restriction compliance in clients

with chronic renal failure undergoing hemodialysis therapy in RSU Kabupaten

Tangerang year August 2013.This research is quantitative with descriptive

correlational design using analytical method with cross sectional approach.

Population in this study were all clients who have a disease CRF who were

conducting hemodialysis in the HD Room at RSU Kabupaten Tangerang year August

2013.Sampling technique in this study is simple random sampling with a sample of 75

respondents. Data obtained by questionnaires that have been tested for validity and

reliability of the 20 klien in RSU Kabupaten Tangerang were not included in the

research samples. Data analysis of univariate and bivariate using Chi-Square test. 75

clients of CRF mostly where 42 (56%) obediently in limiting flluid intake, with

duration of hemodialysis > 3 months is 45 (60%) dan frequency of hemodialysis <2

times a week is 40 (53,3%). There is relationship between duration hemodialysis with

fluid restricting compliance with p value 0,000 (<a= 0,05) and the relationship

between the frequncy of hemodialysis with fluid restricting compliance with p value

0,002(<a= 0,05). There is a relationship between duration and frequency

hemodialysis with fluid restriction compliance. Installation Services are expected to

be more active in improving the quality of nursing care to hemodialysis clients with

follow development of Evidence Based to client compliance CRF undergoing

hemodialysis.

Keywords : Duration of Hemodialysis, Frequency of Hemodialysis,

Compliance

PENDAHULUAN

Penderita GGK meningkat setiap tahunnya, berdasarkan Center for Disease

Control and Prevention, prevalensi gagal ginjal kronik di Amerika Serikat pada akhir

tahun 2002 sebanyak 345.000 orang, pada akhir tahun 2007 bertambah 80.000 orang,

dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan yang tinggi yaitu lebih dari dua juta

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 14

orang yang menderita penyakit ginjal kronik. Di Amerika Serikat, negara yang sudah

sangat maju dan tingkat gizinya tinggi, setiap tahun ada sekitar 20 juta orang dewasa

menderita penyakit kronik ginjal dan setiap tahunnya sekitar 50.000 orang Amerika

meninggal akibat gagal ginjal menetap.

Gagal ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang

beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya

berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal kronik bisa ditandai dengan

penurunan fungsi ginjal yang irreversibel, dan pada suatu derajat yang memerlukan

terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra,

2006).

TUJUAN

Untuk mengidentifikasi hubungan lama dan frekuensi hemodialisa dengan

kepatuhan pembatasan cairan pada klien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi

hemodialisis di RSU Kabupaten Tangerang Periode Agustus 2013.

METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kuantitatif dengan

rancangan penelitian deskriptif korelasional menggunakan metode analitik dengan

pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mengetahui dinamika korelasi

antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau

pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap

subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap

status karakter atau variabel subjek pemeriksaan (Notoatmodjo, 2010). Deskriptif

korelasional yaitu penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui tingkat

hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan, tambahan atau

manipulasi terhadap data yang memang sudah ada (Arikunto, 2010).

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 15

HASIL PENELITIAN

Karakteristik Responden

Tabel 2.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan KarakteristikKlien Gagal Ginjal

Kronik di Ruang HD RSU Kabupaten Tangerang Periode Agustus 2013

No KarakteristikResponden Frekuensi %

1 Umur

20-35 Tahun 5 6.7

36-50 Tahun 13 17.3

51-65 Tahun 39 52

>65 Tahun 18 24

Jumlah 75 100

2 Jenis Kelamin

Laki-laki 46 61.3

Perempuan 29 38.7

Jumlah 75 100

3 Pendidikan

SD 37 49.4

SMP 19 25.3

SMA 13 17.3

Diploma/PT 6 8

Jumlah 75 100

4 Pekerjaan

IRT 21 28

Swasta/Buruh 34 45.3

PNS 11 14.7

Wiraswasta 6 8

Pensiunan 3 4

Jumlah 75 100

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 75 klien gagal ginjal kronik di Ruang

HD RSU Kabupaten Tangerang, dilihat dari usia sebagian besar berusia 51-65 tahun

yaitu 39 (52%), berjenis kelamin laki-laki yaitu 46 (61,3%), berpendidikan SD yaitu

37 (49,4%) dan bekerja sebagai swasta (buruh) yaitu 34 (45,3%).

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 16

Diagram 1 DistribusiFrekuensi Kepatuhan

Berdasarkan diagram 1 diketahuibahwadari 75 klien gagal ginjal kronik di Ruang HD

RSU Kabupaten Tangerang sebagian besar yaitu 42 (56%) patuh dalam membatasi

asupan cairan.

Diagram 2 DistribusiFrekuensi Lama Hemodialisa

Berdasarkan diagram 2 diketahuibahwadari 75 klien gagal ginjal kronik di Ruang HD

RSU Kabupaten Tangerang sebagian besar yaitu 45 (60%) dengan lama hemodialisa

> 3 bulan.

Patuh 42(56%)

Kurang Patuh 33(44%)

Kepatuhan

Lama (>3 Bulan)

45(60%)

Baru (<=3 Bulan)

30(40%)

Lama Hemodialisa

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 17

Diagram 3 DistribusiFrekuensi Hemodialisa

Berdasarkan diagram diketahuibahwadari 75 klien gagal ginjal kronik di Ruang HD

RSU Kabupaten Tangerang sebagian besar yaitu 40 (53,3%) dengan frekuensi

hemodialisa < 2x seminggu.

Tabel 2.2 Hubungan Lama Hemodialisa dengan Kepatuhan Membatasi Asupan

Cairan Klien Gagal Ginjal Kronik di Ruang HD RSU Kabupaten Tangerang

Periode Agustus 2013

Lama

Hemodialisa

Kepatuhan

Total

POR

(95%CI) P

Value Patuh

Tidak

Patuh

N % N % N %

Lama (> 3

bln) 35 77.8 10 22.2 45 100

6.765

(2.426-

18.862) 0.000

Baru (< 3

bln) 7 23.3 23 76.7 30 100

Jumlah 42 56 33 44 75 100

Hasil tabel silang antara lama hemodialisa dengan kepatuhan membatasi cairan

diketahui bahwa dari 45 klien gagal ginjal kronik dengan lama hemodialisa dalam

kategori lama (> 3 bulan) sebagian besar yaitu 35 (77.8%) patuh membatasi cairan

sedangkan dari 30 klien gagal ginjal kronik dengan lama hemodialisa dalam kategori

baru (< 3 bulan) sebagian besar yaitu 23 (76.7%) tidak patuh membatasi cairan.

Dari hasil uji Chi Square diperoleh pvalue 0,000 (< alpha= 0.05) dengan

menggunakan alpha 5% (0,05) dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya

Jarang (<2x Seminggu) 40 (53,3%)

Sering (>=2x Seminggu 35 (46,7%)

Frekuensi Hemodialisa

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 18

terdapat hubungan antara lama hemodialisa dengan kepatuhan membatasi

cairandengan POR= 6.765 (95% CI : 2.426-18.862) yang artinya klien gagal ginjal

kronik dengan lama hemodialisa dalam kategori lama (> 3 bulan) berpeluang 6.7 kali

lebih besar untuk patuh membatasi cairan dibandingkan dengan klien baru (< 3

bulan).

Tabel 2.3 Hubungan Frekuensi Hemodialisa dengan Kepatuhan Membatasi

Asupan Cairan Klien Gagal Ginjal Kronik di Ruang HD RSU Kabupaten

Tangerang Periode Agustus 2013

Frekuensi

Hemodialisa

Kepatuhan Total

POR

(95%CI) P

Value Patuh

Tidak

Patuh

N % N % N %

Sering 25 71.4 10 28.6 35 100 4.412

(1.716-

11.343)

0.002

Jarang 17 42.5 23 57.5 40 100

Jumlah 42 56 33 44 75 100

Hasil tabel silang antara frekuensi hemodialisa dengan kepatuhan membatasi

cairan diketahui bahwa dari 35 klien gagal ginjal kronik dengan frekuensi

hemodialisa dalam kategori sering (> 2x seminggu) sebagian besar yaitu 25 (71.4%)

patuh membatasi cairan sedangkan dari 40 klien gagal ginjal kronik dengan frekuensi

hemodialisa dalam kategori jarang (< 2x seminggu) sebagian besar tidak patuh yaitu

23 (57.5%).

Dari hasil uji Chi Square diperoleh pvalue 0,002 (< alpha= 0.05) dengan

menggunakan alpha 5% (0,05) dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya

terdapat hubungan antara frekuensi hemodialisa dengan kepatuhan membatasi

cairandengan POR= 4.412 (95% CI : 1.716-11.343) yang artinya klien gagal ginjal

kronik dengan frekuensi hemodialisa dalam kategori sering (> 2x seminggu)

berpeluang 4.4 kali lebih besar untuk patuh membatasi cairan dibandingkan dengan

klien jarang (< 2x seminggu).

DISKUSI

Pada klien gagal ginjal kronik tindakan untuk mempertahankan hidup salah

satunya dengan terapi hemodialisis dan taat terhadap intervensi yang diberikan bagi

klien gagal ginjal. Barnet et al(2008), menyatakan biasanya klien gagal ginjal kronik

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 19

yang menjalani terapi hemodialisis sering kali mengalami kegagalan dalam diet,

pembatasan cairan dan pengobatan yang bisa memberikan dampak besar dalam

morbiditas dan kelangsungan hidup klien. Dilaporkan lebih dari 50% klien yang

menjalani terapi hemodialisis tidak patuh dalam pembatasan asupan cairan (Baines &

Jindal, 2000 ; Kutner, 2001 ; Tsay, 2003 dalam Barnet et al, 2008).

Klien gagal ginjal kronik apabila tidak melakukan pembatasan asupan cairan

maka cairan akan menumpuk di dalam tubuh dan akan menimbulkan edema di sekitar

tubuh seperti tangan, kaki, muka, dirongga perut yang disebut acites dan paru – paru

sehingga membuat sesak nafas. Kondisi ini akan membuat tekanan darah meningkat

dan memperberat kerja jantung. Secara tidak langsung berat badan klien juga akan

mengalami peningkatan berat badan yang cukup tajam, mencapai lebih dari berat

badan normal (0,5 kg /24 jam) yang dianjurkan bagi klien gagal ginjal kronik yang

menjalani terapi hemodialisa. Karena itu perlunya klien gagal ginjal kronik

mengontrol dan membatasi jumlah asupan cairan yang masuk dalam tubuh.

Pembatasan asupan cairan penting agar klien yang menderita gagal ginjal tetap

merasa nyaman pada saat sebelum, selama dan sesudah terapi hemodialisis (Brunner

& Suddart, 2002; Hudak & Gallo, 1996 ; YGDI, 2008). Pada dasarnya klien gagal

ginjal baik akut maupun kronik sangat tergantung pada terapi hemodialisis yang

fungsinya menggantikan sebagian fungsi ginjal (Sunarni, 2009).

Kepatuhan terapi pada klien hemodialisa merupakan hal yang penting untuk

diperhatikan, karena jika klien tidak patuh akan terjadi penumpukan zat-zat

berbahaya dari tubuh hasil metabolisme dalam darah. Sehingga klien merasa sakit

pada seluruh tubuh dan jika hal tersebut dibiarkan dapat menyebabkan kematian.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antaralama dan frekuensi

hemodialisa dengan kepatuhan membatasi cairan klien gagal ginjal kronik yang

menjalani terapi hemodialisis di RSU Kabupaten Tangerang Periode Agustus

2013,maka dapat disimpulkan Terdapat hubungan antara lama hemodialisa dengan

kepatuhan membatasi cairan sehingga Ho ditolak, Terdapat hubungan antara

frekuensi hemodialisa dengan kepatuhan membatasi cairan sehingga Ho ditolak.

DAFTAR PUSTAKA

1. Alam, S., & Hadibroto, I. (2007). Gagal ginjal. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

2. Brunner&Suddarth, (2002) Keperawatan Medikal Bedah, edisi8, vol.2.

Jakarta; EGC.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 20

3. Cahyaningsih, N. D. (2009). Hemodialisa (Cuci Darah ). Jogjakarta : Mitra

Cendikia Press.

4. Lisnowati, F. 2011. Hubungan Lama dan Frekuensi Hemodialisis dengan

Kepatuhan Pasiendalam Membatasi Asupan Cairan. Skripsi. Fakultas Ilmu-

Ilmu Kesehatan Program StudiIlmu Keperawatan UPN “Veteran” Jakarta.

5. RSU Kabupaten Tangerang. 2014. Laporan Tahunan Rekam Medis Pasien

Hemodialisa di Istalasi Rawat Inap. Tangerang.

6. Smeltzer, C, Suzanne, & Bare, G, brenda. 2005. Buku Ajar : Keperawatan

Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC.

7. Suyodo A. 2010. ILmu Penyakit Dalam. Jakarta: Internal Publishing Pusat

Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam..

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 21

Ns.Katrin Agustina ,S. Kep**, Yasminta Monika*, Yulioktaviani*, Yuni Vestiana*,

Zulprima*

*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi

**Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK

Untuk dapat melakukan kegiatan ekonomi dalam rumah tangga keluarga harus

memiliki penghasilan atau pendapatan yang dapat dipergunakan untuk

melakukan kegiatan ekonomi. Tuntutan kerja yang terlalu banyak dan beban

kerja yang berat dapat menimbulkan stress. Ibu rumah tangga memiliki

pengertian sebagai wanita yang lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah,

mempersembahkan waktunya untuk memelihara anak-anak dan mengasuh

menurut pola-pola yang diberikan masyarakat.

Tujuan penelitian Ini dilakukan untuk mengetahui hubungan perekonomian

keluarga terhadap tingkat stres pada ibu rumah tangga. Metode penelitian dalam

penelitian ini menggunakan deskriptif korelasi dengan pendekatan cross

sectional. Populasi yang peneliti ambil yaitu populasi yang ada di RW 02 Desa

Cilongok yaitu 264 kepala keluarga. Sampel yang digunakan oleh peneliti ialah

simple random sampling. Instrumen yang digunakan berupa lembar kuesioner.

Teknis analisis data menggunakan analis univariat dan bivariat. Hasil penelitian

ada hubungan perekonomian keluarga terhadap tingkat stress pada ibu rumah

tangga, dengan hasil pendapatan terhadap tingkat stress p value sebesar 0,000,

pengeluaran terhadap tingkat stres sebesar 0,001, jumlah keluarga inti terhadap

tingkat stress p value sebesar 0,001 maka dapat disimpulkan bahwa

ada hubungan perekonomian keluarga dengan tingkat stress.

Kesimpulan dan saran hasil penetian memang ada hubungan perekonomian

keluarga terhadap tingkat stress ibu rumah tangga. Disarankan Bagi petugas

kesehatan untuk memberikan penyuluhan yang menjelaskan informasi tentang

program pemerintah yang berkaitan dengan jumlah anggota rumah tangga.

Kata kunci : Perekonomian, Stress, Ibu rumah tangga.

HUBUNGAN PEREKONOMIAN KELUARGA TERHADAP

TINGKAT STRES PADA IBU RUMAH TANGGA DI RW 02 DESA

CILONGOK TANGERANG

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 22

ABSTRACT

To be able to carry out economic activities in the family household must have an

income or revenue that can be used to carry out economic activities. Demand too

much work and a heavy workload can cause stress. Housewife has a meaning as a

woman who spent more time at home, dedicate time to nurture and care for children

according to the patterns of a given society.

The purpose of this research was conducted to determine the relationship of the

family economy on the level of stress on the housewife.

The research method in this study used a descriptive correlation with cross sectional

approach. Population is the population that researchers take that populations in the

village of Cilongok RW 02 that 264 heads of household. The sample used by the

researchers is simple random sampling. Instruments used in the form of a

questionnaire sheet. Technical analysis of data using univariate and bivariate

analyzes.

Results of the study there were economic relations to the level of stress on a family of

housewives, with revenues on the level of stress p value of 0.000, the expenditure of

the stress level of 0.001, the number of nuclear families on the level of stress p value

of 0.001, it can be concluded that there is a family economy the level of stress.

Conclusions and suggestions reseach result there is a family economic relations to

the level of stress housewife. Suggested For health workers to provide counseling that

describes information about government programs related to the number of

household members.

Keywords: Economy, Stress, Housewives

PENDAHULUAN

Menurut survey yang dilakukan oleh Institute Health Service di Amerika

Serikat menemukan bahwa 22,9% wanita mengatakan bahwa mereka mengalami

depresi selama hidup mereka dan 13,1% pria mengatakan merasakan hal serupa.

Berdasarkan survey tersebut dapat diketahui bahwa wanita berpotensi cenderung

lebih tinggi dalam mengalami stress (Nurlaila, 2011).

Menurut National Safety Council, 2004. Stress tidak selamanya negatif.

Stress dapat dipandang dalam dua cara : (1) stress baik, disebut stress positif,

artinya seseorang memandang stress sebagai suatu situasi atau kondisi yang

justru dapat dijadikan motivasi atau inspirasi. (2) stress buruk adalah stress yang

dapat mengakibatkan seseorang marah, tegang, cemas, bingung, merasa bersalah,

dan kewalahan. Setiap orang selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan yang

berpotensi untuk menjadi stress.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 23

TUJUAN

Untuk mengetahui hubungan perekonomian keluarga terhadap tingkat

stress pada ibu rumah tangga di RW 02 Desa Cilongok Tangerang Tahun 2013.

METODE

Jenis penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan

pendekatan cross sectional. Korelasi berfungsi untuk mengetahui derajat atau

keeratan hubungan, dan untuk mengetahui arah hubungan dua variabel

(Notoatmodjo, 2010). Variabel yang akan diteliti adalah perekonomian keluarga

dan tingkat stress. Desain ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada Hubungan

antara perekonomian keluarga terhadap tingkat stress pada ibu rumah tangga di

RW 02 Desa Desa Cilongok Tangerang Tahun 2013.

HASIL PENELITIAN

Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Data Demografi Di RW

02 Desa Desa Cilongok Tangerang Tahun 2013

No Data demografi Jumlah (N) Persentase (%)

1 Usia

Usia 20-40 tahun 104 65,4

Usia 41-60 tahun 55 34,6

Total 159 100

2 Pekerjaan

Bekerja 38 23,9

Tidak bekerja 121 76,1

Total 159 100

Pada Table 3.1 menunjukan bahwa distribusi frekuensi berdasarkan

usia mayoritasnya adalah 20 - 40 tahun berjumlah 104 orang (65,4%), sedangkan fre

kuensi distribusi usia 55 orang (34,6%). Distribusi

frekuensi berdasarkan pekerjaan mayoritasnya adalah tidak bekerja berjumlah 121

orang (76,1%) sedangkan distribusi frekuensi yang bekerja berjumlah 38 orang

(23,9%).

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 24

Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perekonomian Keluarga

di RW 02 Desa Cilongok Tangerang Tahun 2013

No Perekonomian keluarga Jumlah (N) Persentase

1

2

3

Pendapatan

Tinggi

Rendah

Total

Pengeluaran

Tinggi

Rendah

Total

Jumlah keluarga inti

Banyak

Sedikit

Total

98

61

159

129

30

159

124

35

159

61,6

38,4

100

81,1

18,9

100

78,0

22,0

100

Pada Table 3.2 menunjukan bahwa distribusi frekuensi berdasarkan

pendapatan mayoritasnya adalah pendapatan tinggi berjumlah 98 orang (61,6%) .

Distribusi frekuensi berdasarkan pengeluaran mayoritasnya adalah pengeluaran tinggi

berjumlah 129 orang (81,1%). Distribusi frekuensi berdasarkan jumlah keluarga inti

mayoritasnya adalah jumlah keluarga inti banyak berjumlah 124 orang (78,0%).

Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Stres di RW 02

Desa Cilongok Tangerang Tahun 2013

Tingkat stress Frekuensi Persentasi

Tidak stress

Stress

61

98

38,4

61,6

Total 159 100

Berdasarkan tabel 3.3 menunjukan bahwa distribusi frekuensi berdasarkan tingkat

stress mayoritasnya responden yang mempunyai stress yakni berjumlah 98 orang

(61,6%) sedangkan yang tidak stress berjumlah 61 orang (38,4%).

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 25

Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi

Interval koefisien Tingkat hubungan

± 0,00-0,199 Korelasi sangat rendah

± 0,20-0,399 Korelasi rendah

± 0,40-0,599 Korelasi cukup

± 0,60-0,799 Korelasi kuat

± 0,80-1.00 Korelasi sangat kuat

Tabel 3.4 Hubungan Pendapatan Terhadap Tingkat Stress Pada Ibu Rumah

Tangga Di RW 02 Desa Cilongok Tangerang Tahun 2013

Variabel

Pendapatan

Tingkat Stress Total P

value

=

0,000

OR=

0,007 Tidak Stress Stress

Tinggi 6 6,1% 92 93,9% 98 100%

Rendah 55 90,2% 6 9,8% 61 100%

Total 61 38,4% 98 61,6% 159 100%

Dari hasil penelitian pada tabel 4 menyatakan bahwa dari 98 responden yang

pendapatannya tinggi, diketahui 92 orang (93,9%) mengalami stress. Hasil

perhitungan dengan menggunakan rumus chi square menunjukkan nilai p = 0,000

berarti nilai p lebih kecil dari α (0,05), berarti terdapat hubungan antara pendapatan

dengan tingkat stres pada ibu rumah tangga, dan korelasi antara pendapatan dengan

tingkat stress pada ibu rumah tangga sebesar -.840 atau korelasi sangat rendah dan

OR = 0,007.

Tabel 3.5 Hubungan Pengeluaran Terhadap Tingkat Stress Pada Ibu Rumah

Tangga Di RW 02 Desa Cilongok Tangerang Tahun 2013

Variabel

Pengeluaran

Tingkat Stress Total P value

= 0,001

OR=

7,352 Tidak Stress Stress

Tinggi 58 45,0% 71 55,0% 129 100%

Rendah 3 10,0% 27 90,0% 30 100%

Total 61 38,4% 98 61,6% 159 100%

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 26

Dari hasil penelitian pada tabel 5 menyatakan bahwa dari 129 responden yang

pengeluarannya tinggi, diketahui 71 orang (55,0%) mengalami stress. Hasil

perhitungan dengan menggunakan rumus chi square menunjukkan nilai p = 0,001

berarti nilai p lebih kecil dari α (0,05), berarti terdapat hubungan antara pengeluaran

dengan tingkat stress pada ibu rumah tangga, dan korelasi antara pengeluaran dengan

tingkat stress pada ibu rumah tangga sebesar 0,281 atau korelasi rendah dan OR =

7,352.

Tabel 3.6 Hubungan Jumlah Keluarga Inti Terhadap Tingkat Stress Pada Ibu

Rumah Tangga Di RW 02 Desa Cilongok Tahun 2013

Variabel

Jumlah

Keluarga

Inti

Tingkat Stress Total P value

=

0,001

OR=

0,271 Tidak Stress Stress

Banyak 39 31,5% 85 68,5% 124 100%

Sedikit 22 62,9% 13 37,1% 35 100%

Total 61 38,4% 98 61,6% 159 100%

Dari hasil penelitian pada tabel 6 menyatakan bahwa dari 124 responden yang jumlah

keluarga intinya banyak, diketahui 85 orang (68,5%) mengalami stress. Hasil

perhitungan dengan menggunakan rumus chi square menunjukkan nilai p = 0,001

berarti nilai p lebih kecil dari α (0,05), berarti terdapat hubungan antara jumlah

keluarga inti dengan tingkat stress pada ibu rumah tangga, dan korelasi antara jumlah

keluarga inti dengan tingkat stress pada ibu rumah tangga sebesar -.268 atau korelasi

sangat rendah dan OR = 0,271.

DISKUSI

Menurut Smet,1994 (dalam Noviyan, 2012), pekerjaan-pekerjaan yang

menuntut tanggung jawab bagi kehidupan manusia juga dapat mengakibatkan stres.

Dan diantara faktor-faktor yang membuat suatu pekerjaan itu stressfull adalah

tuntutan kerja. Salah satu tuntutan kerja yang dapat menimbulkan stres adalah

pekerjaan itu mungkin terlalu banyak.

Berdasarkan analisa bivariat hubungan perekonomian keluarga terhadap

tingkat stress pada ibu rumah tangga didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara

perekonomian keluarga terhadap tingkat stress pada ibu rumah tangga. Hal ini

ditunjukkan dengan nilai pearson chi square sebesar 0,000 sehinggan Ha diterima.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 27

Kondisi sosial ekonomi juga dapat menimbulkan stress. Hal ini terjadi karena kondisi

ekonomi yang tidak stabil bahkan serba kekurangan. Apalagi, sebelumnya individu

tersebut pernah memiliki status sosial ekonomi yang mapan. Tetapi, karena adanya

krisis ekonomi, ia kemudian dipecat dari pekerjaannya, sehingga ia menganggur dan

tidak memiliki penghasilan tetap. Kondisi ini sangat rawan dan berpotensi besar

memunculkan stress (Pradipta Sarastika, 2014).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian Ada hubungan antara pendapatan, pengeluaran,

jumlah keluarga inti dengan tingkat stress pada ibu rumah tangga di RW 02 Desa

Cilongok Tangerang Tahun 2013.

DAFTAR PUSTAKA

1. Agus, S. (2012). Bab I Kajian Teori Pendapadatan. Skripsi Mahasiswa

Universitas Yogyakarta Di Akses Pada Tanggal 22 Februari 2015

2. Mumtahinnah, N. (2008). Hubungan Antara Stres Dengan Agresi Pada Ibu

Rumah Tangga Yang Tidak Bekerja. Skripsi Mahasiswa Fakultas Psikologi

Universitas Gunadarma Di Akses Pada Tanggal 27 Januari 2015

3. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta

4. Nuraeni, S. (2013). Hubungan Tingkat Stres Terhadap Keputihan Pada Ibu

Rumah Tangga Di Kp. Cilongok Daon Desa Daon Rt 03/ Rw 01 Kecamatan

Rajeg Kabupaten Tangerang Tahun 2013. STIKes YATSI Tangerang 2013

5. Nurlaila, Anda. 2011. Cara Pria Dan Wanita Hadapi Stres . Di Akses

Pada Tanggal 28 Januari 2015

6. Utami, L, P. (2012). Perbedaan Tingkat Stress Ditinjau Dari Empty Nest

Syndrome Dan Status Ibu. Diakses Pada Tanggal 27 Januari 2015

7. Susilawati, Dkk. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 28

Ns.Febi Ratnasari,S.Kep**, Muhammad Farouq Al-Bantani*, Muhammad

Firmansyah*, Mas Imam Ghozali*, Mersi Wahyuningsih*

*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi

**Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK

Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi dan asam folat

dalam makanan ibu. Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena

dapat mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat serta mempunyai

pengaruh yang besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional,

tekhnik pengambilan sampel secara total sampling dengan jumlah responden 45 ibu

hamil dan alat yang digunakan untuk pengambilan data menggunakan kuisioner.

Penelitian menunjukan masih ada 14 responden (31,1%) yang berpengetahuan kurang

dari 45 responden (100%), hasil uji statistik pada = 0,05 menunjukan ada hubungan

antara umur dengan pengetahuan ibu hamil tentang anemia dalam kehamilan dimana

nilai P sebesar 0,000 (P < 0,05), pada = 0,05 menunjukan ada hubungan antara

pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil tentang anemia dalam kehamilan dimana

nilai P sebesar 0,008 (P < 0,05), pada = 0,05 menunjukan ada hubungan antara

pekerjaan dengan pengetahuan ibu hamil tentang anemia dalam kehamilan dimana

nilai P sebesar 0,001 (P < 0,05). Melihat hasil yang diperoleh maka disarankan agar

ibu hamil lebih meningkatkan pengetahuan dengan mencari informasi tentang anemia

dalam kehamilan dari tenaga kesehatan.

Kata Kunci : Pengetahuan anemia dalam kehamilan

ABSTRACT

Anemia in pregnancy is anemia due to iron deficiency and folic acid in the

mother's diet. Anemia in pregnancy is a national problem because it can reflect the

level of socio-economic welfare of society and have great influence on the quality of

human resources. This research used analytic survey research with cross sectional

approach. The sampling technique is total sampling the number of respondents 45

pregnant women and tools used for data collection using questionnaires.

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN TINGKAT

PENGETAHUAN ANEMIA DALAM KEHAMILAN DI KAMPUNG

GEMBOR KEL.JATIUWUNG TANGERANG

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 29

Research shows there are 14 respondents (31.1%) of the 45 respondents

(100%) who lack the knowledge of anemia in pregnancy. Results of statistical tests on

= 0.05 showed correlation between age and knowledge of maternal anemia in

pregnancy where the P value of 0.000 (P <0.05). At = 0.05 indicates correlation

between education and knowledge of pregnant women about anemia in pregnancy

where the P value of 0.008 (P <0.05). At = 0.05 showed correlation between job

knowledge pregnant women about anemia in pregnancy where the value of P of 0.001

(P <0.05). Seeing the results obtained it is recommended that pregnant women

increased knowledge by seeking information about anemia in pregnancy from health

personnel.

Keywords: Knowledge of Anemia in pregnancy

PENDAHULUAN

Pelayanan kesehatan maternal merupakan salah satu unsur penentu status

kesehatan (Saifuddin, 2009). Berdasarkan penelitian WHO, selama tahun 2005

terdapat 536.000 wanita yang meninggal disebabkan komplikasi kehamilan dan

persalinan, maka didapatkan 400 per 100.000 ibu yang meninggal setiap kelahiran

hidup dari seluruh kematian maternal di dunia (DepKes RI, 2008).

Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator kesehatan ibu yang

masih cukup tinggi di Indonesia bila di bandingkan dengan AKI di negara ASEAN

lainnya. Menurut SDKI tahun 2012, AKI di Indonesia yaitu 359 per 100.000

kelahiran hidup. Adapun faktor penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan

35,63%, pre eklamsia dan eklamsia 20,12%, infeksi 20,7% dan komplikasi abortus

20,84%. Perdarahan merupakan faktor terbesar penyebab tingginya AKI. Salah satu

faktor resiko utama terjadinya perdarahan adalah anemia, sedangkan penyebab tidak

langsung antara lain adalah pada ibu hamil yang menderita Kekurangan Energi

Kronik sebesar 16,7%, dan 70% dari angka kematian ibu adalah ibu hamil yang

anemia, serta 19,7% ibu hamil yang non anemia Kejadian anemia pada ibu hamil

akan meningkatkan resiko terjadinya kematian ibu dibandingkan dengan ibu yang

tidak anemia (Nova Fridalni, 2010).

Hasil penelitian Jumirah, dkk (1999) menunjukkan bahwa ada hubungan

kadar Hb ibu hamil dengan berat bayi lahir, dimana semakin tinggi kadar Hb ibu

semakin tinggi berat badan bayi yang dilahirkan.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 30

TUJUAN

Diketahuinya Hubungan Karakteristik Ibu Hamil Dengan Tingkat

Pengetahuan Anemia Dalam Kehamilan Di kampung gembor kel jatiuwung

,tangerang

METODE PENILITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik, yaitu suatu metoda

penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu

terjadi (Notoatmodjo, 2010). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Cross Sectional. Desain study Cross Sectional ialah suatu penelitian untuk

mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara

pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time

approach). Data yang menyangkut variabel bebas (variabel resiko) dan variabel

terikat (variabel akibat), akan dikumpulkan dalam waktu yang sama (Notoatmodjo,

2010). Alasan pemilihan desain study cross sectional karena mudah dilakukan, lebih

ekonomi dan hasilnya dapat diperoleh dengan cepat. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui hubungan karakteristik ibu hamil dengan tingkat pengetahuan anemia

dalam kehamilan di Desa kampung gembor kel.jatiuwung tangerang

HASIL PENELITIAN

Tabel 4.1 Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Pengetahuan Anemia Dalam

Kehamilan Di Kampung gembor kel. Jatiuwung tangerang Tahun 2013

Tabel di atas menunjukkan bahwa ibu hamil di kampung gembor kel. Jatiuwung

tangerang Wilayah Kerja Puskesmas kampung gembor Tahun 2013 dominan adalah

berpengetahuan baik proporsinya lebih besar sebanyak 31 orang (68,9%)

dibandingkan ibu hamil yang berpengetahuan kurang sebanyak 14 orang (31,1%).

No Pengetahuan Ibu Frekuensi %

1 Baik 31 68,9

2 Kurang 14 31,1

Total 45 100

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 31

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Berdasarkan Umur, Pendidikan dan

Pekerjaan Di kampung gembor kel. Jatiuwung tangerang Tahun 2013

Berdasarkan table 4.2 menunjukkan bahwa ibu hamil di kampung gembor kel.

Jatiuwung tangerang Tahun 2015 yang memiliki umur ≥ 20 tahun proporsinya lebih

besar sebanyak 32 orang (71,1%), mayoritas tingkat pendidikan rendah proporsinya

lebih besar sebanyak 29 orang (64,4%) dan yang tidak bekerja proporsinya lebih

besar sebanyak 24 orang (53,3%).

Tabel 4.3 Hubungan Umur Dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang

Anemia Dalam Kehamilan Di kampung gembor kel. Jatiuwung tangerang

Tahun 2013

Umur Ibu

Pengetahuan Total P

Value

OR

CI 95% Baik Kurang

F % F % F % 0,019

< 20 tahun 2 15,4 11 84,6 13 100

0,000

(0,003 - 0,128)

≥ 20 tahun 29 90,6 3 9,4 32 100

Total 31 68,9 14 31,1 45 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang pengetahuannya kurang

proporsinya lebih tinggi pada responden yang memiliki umur < 20 tahun sebanyak 11

orang (84,6%) dibandingkan responden yang memiliki umur ≥ 20 tahun sebanyak 3

orang (9,4%).

Variabel Jumlah Persentase (%)

Umur Ibu

< 20 tahun

>20 tahun

13

32

28,9

71,1

Pendidikan Ibu

Rendah

Tinggi

29

16

64,4

35,6

Pekerjaan Ibu

Tidak Bekerja

Bekerja

24

21

53,3

46,7

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 32

Table 4.4 Hubungan Pendidikan Dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil

Tentang Anemia Dalam Kehamilan Di kampung gembor kel. Jatiuwung

tangerang Tahun 2013

Pendidikan

Ibu

Pengetahuan Total P

Value

OR

CI 95% Baik Kurang

F % F % F % 0,082

Rendah 16 55,2 13 44,8 29 100

0,019

(0,010 - 0,706)

Tinggi 15 93,8 1 6,3 16 100

Total 31 68,9 14 31,1 45 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang pengetahuannya baik proporsinya

lebih tinggi pada responden yang memiliki pendidikan tinggi sebanyak 15 orang

(93,8%) dibandingkan responden yang memiliki pendidikan rendah sebanyak 16

orang (55,2%).

Table 4.5 Hubungan Pekerjaan Dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil

Tentang Anemia Dalam Kehamilan Di kampung gembor kel. Jatiuwung

tangerang Tahun 2013

Tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang pengetahuannya baik proporsinya

lebih tinggi pada responden yang bekerja sebanyak 20 orang (95,2%) dibandingkan

dengan responden yang tidak bekerja sebanyak 11 orang (45,8%).Hasil uji statistik

Chi Square pada α = 0,05 didapatkan nilai P sebesar 0,001 (P < 0,05)

DISKUSI

Umur adalah masa perjalanan hidup seseorang, mulai dari lahir sampai batas

pengumpulan data (Kamus Bahasa Indonesia). Pada umumnya ibu dengan usia

kurang dari 20 tahun mempunyai perbedaan yang sangat signifikan dengan ibu yang

usianya lebih dari 20 tahun. hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa responden

Pekerjaan Ibu

Pengetahuan Total P

Value

OR

CI 95% Baik Kurang

F % F % F % 0,042

Tidak Bekerja 11 45,8 13 54,2 24 100

0,001

(0,005 - 0,368)

Bekerja 20 95,2 1 4,8 21 100

Total 31 68,9 14 31,1 45 100

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 33

yang pengetahuannya kurang proporsinya lebih tinggi pada responden yang memiliki

umur < 20 tahun sebanyak 11 orang (84,6%) dibandingkan responden yang memiliki

umur ≥ 20 tahun sebanyak 3 orang (9,4%).

Faktor usia inilah yang mempengaruhi pengetahuan ibu hamil seperti yang

diungkapkan oleh Abu Ahmadi (2001) yaitu semakin bertambah usia akan semakin

berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sesuai dengan pengetahuan yang

pernah didapat sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

KESIMPULAN

Hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan untuk mengetahui hubungan

karakteristik ibu hamil dengan tingkat pengetahuan anemia dalam kehamilan di

kampung gembor kel. Jatiuwung tangerang Tahun 2013. Maka penulis dapat

mengambil kesimpulan sebagai berikut Secara statistik terdapat hubungan bermakna

antara umur dengan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia dalam kehamilan

dengan hasil uji Chi Square didapatkan nilai P sebesar 0,000 (P < 0,05). Hasil analisis

diperoleh pula nilai OR = 0,019. Secara statistik terdapat hubungan bermakna antara

pendidikan dengan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia dalam kehamilan

dengan hasil uji Chi Square didapatkan nilai P sebesar 0,019 (P < 0,05). Hasil analisis

diperoleh pula nilai OR = 0,082. Secara statistik terdapat hubungan bermakna antara

pekerjaan dengan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia dalam kehamilan

dengan hasil uji Chi Square didapatkan nilai P sebesar 0,001 (P < 0,05). Hasil analisis

diperoleh pula nilai OR = 0,042.

DAFTAR PUSTAKA

1. Arisman. Dr. (2004). Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC.

2. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :

Rineka Cipta.

3. Manuaba, I, B, G., (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi. EGC : Jakarta.

4. Manuaba, I, B, G., (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga

Berencana Untuk Pendidikan Bidan. EGC : Jakarta.

5. Notoatmodjo (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : RinekaCipta.

6. Poerwadarminta. (2000). Kamus Besar bahasa Indonesia. Jakarta : Balai

Pustaka.

7. Saifuddin, A.B dkk. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta: BP-SP

8. Saifuddin, A.B dkk. (2009). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan

9. Maternal dan Neonatal. Jakarta : BP-SP

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 34

Ns.Rina Puspita S,M.Kep**, Tuti Alawiah*, Urai Lusiana*, Violita PuspitaSari*,

Windi Marsela*

*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi

**Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK

Lansia mengalami berbagai macam perubahan diantaranya fisik dan psikologis. Hal

tersebut membuat lansia mengalami penurunan kemampuan melakukan aktivitas

sehari - hari sehingga dukungan keluarga sangat dibutuhkan lansia.

Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan dukungan

keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari - hari di Desa

Sukamantri tangerang

Metode Yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi untuk

mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam

pemenuhan aktivitas sehari-hari. Penelitian ini melibatkan 138 responden (lansia).

Hasil Terlihat uji statistik menghasilkan (p=0,000) (p<0,05) jadi dapat dinyatakan

bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan kemandirian

lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di Desa Sukamantri Tangerang

Kesimpulan Ada hubungan dukungan keluarga yang bermakna terhadap

kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari - hari.

Kata kunci : Dukungan keluarga, lansia, kemandirian, aktivitas sehari – hari.

ABSTRACT

The Elderly undergo various changes including physical, psychological. This makes

the elderly experience a decreased ability to perform activities of daily living so that

family support is needed.

Objective This research aimed at finding out if the relationship of family support to

the independence of the elderly in the fulfillment of daily activities in the Village

District of Sukamantri Tangerang.

Methods This study uses deskriptif correlation at finding out if the relationship of

family support to the independence of the elderly in the fulfillment of daily activities.

The study involved 138 respondents.

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN

KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTIVITAS

SEHARI - HARI DI DESA SUKAMANTRI TANGERANG

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 35

Results Was a statistical tests yield (p=0,000) (p<0,05) can be stated that there is a

significant relationship of family support to the independence of the elderly in the

fulfillment of daily activities in the Village District of Sukamantri Tangerang.

Conclusion There is a significant relationship of family support to the independence

of the elderly in the fulfillment of daily activities .

Key words : Support families , the elderly , independence , daily activities.

PENDAHULUAN

Berdasarkan WHO (2008) dikawasan Asia Tenggara populasi lansia sebesar

8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2000 jumlah lansia sekitar 5.300.000

(7,4%) dari total populasi. Sedangkan pada tahun 2010 jumlah lansia 24.000.000

(9,77%) dari total populasi dan tahun 2020 diperkirakan jumlah lansia mencapai

28.800.000 (11,34%) dari total populasi. Sedangkan di Indonesia sendiri pada tahun

2020 diperkirakan jumlah lansia sekitar 80.000.000 dan diperkirakan lebih dari dua

kali lipatnya pada tahun 2025, pada saat itu akan terdapat lebih dari 800 juta orang

berusia di atas 65 tahun dan sepertiga dari mereka berada di negara berkembang

(Papalia, 2008 dalam Ratna Mustika Wati, 2014).

Diseluruh dunia jumlah lansia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata

60 tahun dan diperkirakan tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar (Stanley, 2007)

pertambahan jumlah lansia di Indonesia dari kurun waktu tahun 1990 sampai 2025,

tergolong tercepat didunia, data badan pusat statistik (BPS) menunjukan bahwa

penduduk lansia pada tahun 2000 berjumlah 14,4 juta jiwa (7,18%). Pada tahun 2010

diperkirakan menjadi 23,90 juta jiwa (9,77%). Pada tahun 2020 diprediksikan akan

berjumlah 28,8 juta jiwa (11,34%). (Direktorat Jendral Pelayanan Dan Rehabilitasi

Sosial Departmen Sosial RI, 2009).

Indonesia termasuk salah satu negara berkembang yang saat ini merupakan

lima besar di dunia terbanyak jumlah penduduk lanjut usianya mencapai 18,04 juta

jiwa pada tahun 2010 atau mencapai 9,6% (Sucipto, 2012). Jumlah lanjut usia di

Indonesia menurut sumber badan pusat statistik (BPS) bahwa pada tahun 2004

sebesar 16.522.311 tahun 2006 sebesar 17.478.280 dan pada tahun 2008 sebesar

19.502.355 (8,55% dari total penduduk sebesar 228.081.900). Sedangkan pada tahun

2020 diperkirakan jumlah lanjut usia sekitar 28 juta jwa. Jumlah lanjut usia di

Kabupaten Tangerang menurut sumber badan pusat statistik (BPS) bahwa pada tahun

2012 sebesar 127,189 jiwa. (BPS kabupaten tangerang, 2012).

jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun.

Menurut Menko Kesra (2008) dalam Effendi & Makhfudli (2013) jumlah lansia di

Indonesia pada tahun 2006 sebesar ±19 juta jiwa dengan usia harapan hidup 66,2

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 36

tahun. Tahun 2010 diprediksi jumlah lansia sebesar 23,9 juta (9,77%) dengan

harapan hidup 67,4 tahun, sedangkan pada tahun 2020 di prediksi jumlah lansia

sebesar 28,8 Juta (11,34%) dengan usia harapan hidup 71,1 tahun.

Meningkatnya jumlah lanjut usia akan menimbulkan berbagai permasalahan

yang kompleks bagi lanjut usia itu sendiri maupun bagi keluarga dan masyarakat.

Secara alami proses menjadi tua mengakibatkan para lanjut usia mengalami

perubahan fisik dan mental, yang mempengaruhi kondisi ekonomi dan sosialnya.

Wirakartakusuma dan Anwar (1994) diacu dalam Suhartini (2009) memperkirakan

angka ketergantungan usia lanjut pada tahun 1995 adalah 6,93% dan tahun 2015

menjadi 8,74% yang berarti bahwa pada tahun 1995 sebanyak 100 penduduk

produktif harus menyokong tujuh orang usia lanjut yang berumur 65 tahun ke atas

sedangkan pada tahun 2015 sebanyak 100 penduduk produktif harus menyokong

sembilan orang usia lanjut yang berumur 65 tahun ke atas.

Berdasarkan data awal yang berhasil dikumpulkan peneliti melalui wawancara

kepada Lurah di Desa sukamantri Tangerang, terdapat 210 lansia yang berusia 60-69

tahun di Desa sukamantri tangerang dan dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti

kepada 3 keluarga dan 3 orang lansia didapatkan hasil bahwa sebagian lansia yang

ada di Desa Sukamantri Tangerang masih bergantung kepada keluarga dalam

pemenuhan aktivitas sehari-hari terutama di bidang perekonomian, lansia rata-rata

bergantung pada penghasilan dari anak-anaknya. Berdasarkan latar belakang di atas

peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana dukungan keluarga dengan kemandirian

lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di Desa Sukamantri Tangerang.

TUJUAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga

dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di Desa

Sukamantri Tangerang.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian deskriptif kolerasi yaitu

penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan variabel independen

(dukungan keluarga) dengan variabel dependen (kemandirian lansia dalam

pemenuhan aktivitas sehari-hari) di Desa Sukamantri Tangerang. Sedangkan

pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Cross Sectional yaitu

pengambilan data pada waktu tertentu, dimana peneliti mendapatkan data dan

menggambarkannya pada waktu tersebut pula

(Notoadmojo, 2010)

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 37

HASIL PENELITIAN

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan tabel 5.1 distribusi frekuensi umur 60-69 tahun dari 138 responden

didapatkan hasil paling banyak responden perempuan yaitu 90 orang (65%) di Desa

Sukamantri Tangerang Tahun 2013.

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan

Berdasarkan tabel 5.2 distribusi frekuensi tingkat pendidikan dari 138 responden

didapatkan hasil paling banyak responden berpendidikan yaitu 84 orang (61%) di

Desa Sukamantri Tangerang Tahun 2013

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan ekonomi

Berdasarkan tabel 5.3 distribusi frekuensi responden berdasarkan ekonomi dari 138

responden didapatkan hasil paling banyak responden dengan penghasilan

<Rp.600.000 yaitu 74 orang (54%) di Desa Sukamantri Tangerang Tahun 2013.

N Distribusi Frekuensi

Responden

JJumlah (n) PPresentase(%)

1 UUmur 60-69 Tahun

Laki-Laki 48 35

Perempuan 90 65

Total 138 100

N Distribusi Frekuensi

Responden

JJumlah (n) PPresentase(%)

2 PPendidikan

Berpendidikan 84 61

Tidak Berpendidikan 54 39

Total 138 100

N Distribusi Frekuensi

Responden

JJumlah (n) Presentase(%)

3 PPenghasilan

>Rp.600.000 64 46

<Rp.600.000 74 54

Total 138 100

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 38

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan dukungan keluarga

Berdasarkan tabel 5.4 distribusi frekuensi responden berdasarkan dukungan keluarga

dari 138 responden didapatkan hasil responden yang mendapatkan dukungan keluarga

yaitu 84 orang (61%) dan responden yang tidak mendapatkan dukungan keluarga

yaitu 54 orang (39%) di Desa Sukamantri Tangerang Tahun 2013.

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kemandirian lansia

Berdasarkan tabel 5.5 distribusi frekuensi responden berdasarkan Kemandirian lansia

dari 138 responden didapatkan hasil, responden yang mandiri yaitu 85 orang (62%)

dan responden yang bergantung yaitu 53 orang (38%) di Desa Sukamantri Tangerang

Tahun 2013.

DISKUSI

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai umur responden di Desa

Sukamantri Tangerang Tahun 2013.peneliti mengambil responden yang berusia 60-

69 tahun dan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai umur responden

didapatkan 138 responden dengan laki-laki sebanyak 48 responden (35%) dan

perempuan sebanyak 90 responden (65%). Berdasarkan pemaparan diatas dapat

disimpulkan bahwa lansia yang telah memasuki usia 70 tahun, ialah lansia resiko

tinggi. Biasanya akan mengalami penurunan dalam berbagai hal termasuk tingkat

kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan dari hasil observasi yang

dilakukan peneliti kepada responden yang berusia 60-69 tahun di Desa Sukamantri

N Distribusi Frekuensi

Responden

Jjumlah (n) Ppresentase(%)

4 DDukungan Keluarga

Mendapatkan Dukungan 84 61

Tidak Mendapatkan

Dukungan

54 39

Total 138 100

N Distribusi Frekuensi

Responden

JJumlah (n) PPresentase(%)

5 KKemandirian Lansia

Mandiri 85 62

Bergantung 53 38

Total 138 100

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 39

Tangerang Tahun 2013, lansia masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara

mandiri jadi dapat disimpulkan bahwa umur bukan merupakan faktor dominan

pertama yang mempengaruhi kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-

hari di Desa Sukamantri Tangerang Tahun 2013.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai ekonomi responden di Desa

Sukamantri Tangerang Tahun 2013, didapatkan hasil responden dengan penghasilan

>Rp.600.000 yaitu 64 orang (46%) sedangkan responden dengan penghasilan <

Rp.600.000 yaitu 74 orang (54%). Kesimpulan dari pembahasan ini bahwa aspek

ekonomi merupakan salah satu faktor yang dipengaruhi oleh tingkat produktivitas

lansia dan berpengaruh pada pendapatan yang dihasilkan oleh lansia di Desa

Sukamantri Tangerang Tahun 2013.

KESIMPULAN

Dari hasil uji bivariat terhadap dua variabel independen dan dependen

(dukungan keluarga dengan kemandirian lansia) yang di uji dengan uji chi-square

menghasilkan OR 512,500 dan di dapatkan nilai P value (0,00) < α (0,05) sehingga

Ho ditolak dan Ha diterima serta dapat disimpulkan bahwa secara statisitik terdapat

hubungan antara dukungan keluarga dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan

aktivitas sehari-hari di Desa Sukamantri Tangerang Tahun 2013.

DAFTAR PUSTAKA

1. Darmojo, Martono.(2010).Kebutuhan Dasar Lansia, Jakarta : Salemba

Medika.

2. Depkes RI,(2008).Kesehatan Lansia, Jakarta.

3. Depkes RI,(2010).Definisi Keluarga, diakses pada tanggal 16 Februari 2015

4. Pusat Kesehatan Jatiuwung Tangerang,(2013).Data Jumlah Lansia.

5. Puspita, Sari.(2006). Tentang Usia Dengan Kemandirian, Diakses pada

tanggal 16 Februari 2015.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 40

.

6. World Health Organization,(2008).Tentang Kesejahteraan Lansia.

Ida Faridah,S.Kp.M.Kes**, Intan Puspita Sari*, Juniansyah*, Leni*, Liya Yuli

Anggraini*

*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi

**Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK

BPJS adalah badan hukum publik yang bertanggung jawab kepada presiden dan

berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi seluruh rakyat

Indonesia. Tujuan penelitian mengetahui hubungan tingkat pengetahuan keluarga

tentang program BPJS Kesehatan dengan pemanfaatan BPJS oleh keluarga Metode

Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain

deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam peneltian ini

adalah warga KP. Picung RW 05 Pasar Kemis Tangerang Banten. Pengambilan

sampel menggunakan simple random sampling, didapatkan 185 responden sesuai

dengan kriteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan

kuesioner. Hasil penelitian analisis data mencakup analisis univariat dengan mencari

distribusi frekuensi, dan analisa bivariat dengan uji Chi-Square (a =0,05)

menunjukkan bahwa responden dengan pengetahuan tinggi memiliki pemanfaatam

yang tinggi 85 responden (91,4%) dan pengetahuan tinggi memiliki pemanfaatan

rendah sebanyak 3 responden (3,3%) dan pengetahuan rendah yang memiliki

pemanfaatan yang tinggi sebanyak 8 responden (8,6%) dan pengetahuan rendah yang

memiliki pemanfaatan rendah sebanyak 89 responden (96,7%). P value 0,000 < 0,05

maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak. Kesimpulan dan saran dari penelitian ini

adalah terdapat hubungan antara pengetahuan keluarga tentang program BPJS

Kesehatan dengan pemanfaatan BPJS oleh keluarga di KP. Picung RW 05 Pasar

Kemis Tangerang Banten Tahun 2013 Diharapkan kepada peneliti selanjutnya yang

akan melakukan penelitian untuk menggunakan desain penelitian eksperiment.

Kata kunci : pengetahuan keluarga program BPJS Kesehatan, Pemanfaatan BPJS

Kesehatan, BPJS Kesehatan)

ABSTRAK

BPJS is a public legal entity that is responsible to the president and to work

organizing the health insurance program for all Indonesian people. Knowing

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG

PROGRAM BPJS KESEHATAN DENGAN PEMANFATAN BPJS OLEH

KELUARGADI KP. PICUNG RW 05 PASAR KEMIS

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 41

research purposes level of knowledge about family relations program with the

Health BPJS utilization by family BPJS Health Research Methods The study design

used in this research is descriptive correlation design with cross sectional approach.

The population in this study are residents of KP. Picung RW 05 Chemish market

Tangerang, Banten. Sampling using simple random sampling, obtained 185

respondents in accordance with the inclusion criteria. Data collected by using a

questionnaire. Results of the study include the analysis of univariate data analysis to

look for frequency distribution and bivariate analysis by the Chi-square test (α =

0.05) Shows that respondents with a high knowledge have high utilization 85

respondents (91.4%) and have a high knowledge utilization were lower by 3

respondents (3.3%) and low knowledge that has high utilization by 8 respondents

(8.6%) and low knowledge that have low utilization as much as 89 respondents

(96.7%). ρ value 0,000 <0,05 It can be concluded that Ho is rejected. Conclusions

and suggestions from this research is that there is a relationship between family

knowledge about the program with the Health BPJS Utilization BPJS by families in

KP. Picung RW 05 Thursday Market Tangerang Banten Year 2013. It is expected to

further researchers who will conduct research using experimental research designs

Keywords: Knowledge families BPJS Health program, Utilization BPJS Health,

Health BPJS

PENDAHULUAN

Mutu pelayanan kesehatan adalah derajat dipenuhinya kebutuhan masyarakat

atau perorangan terhadap asuhan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi yang

baik dengan pemanfaatan sumber daya secara wajar efisien dan efektif dalam

keterbatasan kemampuan pemerintah dan masyarakat serta diselenggarakannya

secara aman dan memuaskan pelanggan sesuai dengan norma dan etika yang baik

(Azrul, 1999).

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) diatur dalam Undang-Undang Nomor

40 Tahun 2004 tentang SJSN. Pada Buku Peta Jalan Menuju Jaminan Kesehatan

Nasional 2012-2019 dinyatakan bahwa pada tahun 2014 sebanyak 121,6 juta

penduduk akan diberikan jaminan kesehatan oleh BPJS Kesehatan. Jumlah

dimaksud diasumsikan berasal dari program Jamkesmas (96,4 juta jiwa), peserta

dikelola oleh PT Askes (Persero) (17,2 juta jiwa), peserta Jaminan Pelayanan

Kesehatan (JPK) Jamsostek (5,5 juta jiwa) dan dari peserta Program Jaminan

Kesehatan Masyarakat Umum (PJKMU) dari pemerintah daerah (2,5 juta jiwa).

Selanjutnya pada tahun 2019 pemerintah menargetkan seluruh masyarakat yaitu

sebanyak 257,5 juta jiwa akan dijamin oleh BPJS Kesehatan.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 42

Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat) adalah program bantuan sosial untuk

pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Program Jamkesmas

diharapkan dapat menjaga masyarakat agar tetap sehat dan produktif. Program

Jamkesmas diharapkan untuk melindungi pesertanya dari resiko pengeluaran

kesehatan yang berdampak “membawa bencana” (dampak “katastropik” finansial).

Pada intinya program Jamkesmas diharapkan membantu supaya pesertanya bisa

terbebas dari mata rantai kemiskinan (TNP2K, 2009).

TUJUAN

Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang program BPJS

Kesehatan dengan pemanfaatan BPJS Kesehatan oleh keluarga yang berada di

wilayah KP. Picung RW 05 Pasar Kemis Tangerang Tahun 2013.

METODE PENILITIAN

Desain penelitian adalah kerangka kerja yang digunakan untuk melaksanakan

riset pemasaran. Desain penelitian memberikan prosedur untuk mendapatkan

informasi yang diperlukan untuk menyusun atau menyelesaikan masalah dalam

penelitian. Desain penelitian merupakan dasar dalam melakukan penelitian oleh

sebab itu desain penelitian yang baik akan menghasilkan penelitian yang efektif dan

efisien(Malhotra,2007). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah desain deskriptif korelasi. Sebagaimana dikemukakan oleh Sudjana, Nana

dan Ibrahim (2007) menjelaskan “penelitian deskriptif adalah penelitian yang

berusaha mendeskriptifkan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat

sekarang”. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan cross

sectional dimana variabel-variabel yang termasuk faktor efek diobservasi sekaligus

dalam waktu yang sama (Notoatmodjo, 2005). Desain metodologi yang digunakan

adalah korelasi yaitu mencari hubungan antara variabel independent yaitu hubungan

tingkat pengetahuan keluarga tentang program BPJS Kesehatan dengan variabel

dependent yaitu pemanfaatan BPJS oleh keluarga di RW 05 KP. Picung Pasar Kemis

Tangerang Banten Tahun 2013.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 43

HASIL PENILITIAN.

Tabel 6.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia di kampung

picung RW 05 Pasar Kemis Tangerang Tahun 2013

Usia Frekuensi Presentasi (%)

20-55 Tahun 97 52,4

55 Tahun keatas 88 47,6

Total 185 100

Tabel 6.1 menunjukan bahwa dari 185 responden mayoritas umur responden adalah

20-45 tahun yaitu sebanyak 97 responden (52,4%).

Tabel 6.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di kampung

picung RW 05 Pasar Kemis Tangerang Tahun 2013

Jenis kelamin Frekuensi Presentasi (%)

Laki - laki 76 41,1

Perempuan 109 58,9

Total 185 100

Tabel 6.2 menunjukan bahwa dari 185 responden mayoritas berjenis kelamin

perempuan yaitu sebanyak 109 responden (58,9%).

Tabel 6.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pengetahuan di

kampung picung RW 05 Pasar Kemis Tangerang Tahun 2015

Tingkat Pengetahuan Frekuensi Presentasi (%)

Pengetahuan Rendah 97 52,4

Pengetahuan Tinggi 88 47,6

Total 185 100

Tabel 6.3 menunjukan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini

mempunyai tingkat pengetahuan rendah tentang program BPJS kesehatan yaitu

sebanyak 97 responden (52,4 %).

Tabel 6.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pemanfaatan BPJS

kesehatan oleh keluarga di kampung picung RW 05 Pasar Kemis Tangerang

Tahun 2013

Pemanfaatan Frekuensi Presentasi (%)

Pemanfaatan Rendah 92 49,7

Pemanfaatan Tinggi 93 50,3

Total 185 100

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 44

Berdasarkan tabel 6.4 bahwa pemanfaatan BPJS oleh responden mayoritas tinggi

sebanyak 97 responden (52,4) Analisa bivariat dalam penelitian ini menggunakan Chi

Square dengan tingkat kepercayaan 95% atau dapat pula dengan perbandingan nilai

p- value dengan nilai α = 0,05.

Tabel 6.5 Crosstabulation Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Keluarga tentang

Program BPJS Kesehatan dengan Pemanfaatan BPJS Oleh Keluarga di

kampung picung RW 05 Pasar Kemis Tangerang Tahun 2013

Variabel tingkat

pengetahuan

Pemanfaatan BPJS kesehatan Total P

Value Tinggi Rendah

Tinggi 85 91,4% 3 3,3% 92 100

0,000 Rendah 8 8,6% 89 96,7% 93 100

Total 97 52,4% 88 47,6% 185 100%

Hasil yang di dapat dari uji chi-square bahwa p value 0,000 < 0,05. Maka dapat

disimpulkan bahwa Ho ditolak artinya ada hubungan tingkat pengetahuan keluarga

tentang program BPJS kesehatan dengan pemanfaatan BPJS oleh keluarga di

kampung picung RW 05 Pasar Kemis Tangerang Tahun 2013

Tabel 6.6 Variabel yang paling berpengaruh di kampung picung RW 05 Pasar

Kemis Tangerang Tahun 2013

Pengetahuan Pemanfaatan Total

OR

P

value

Tinggi

Rendah

N % N % N %

Tinggi 85 91,4% 3 3,3% 92 100 315,208

(80,919-

1227,853

0,000 Rendah 8 8,6% 89 96,7% 93 100

Jumlah 97 52,4% 88 47,6% 185 100%

Berdasarkan tabel 6.6 di KP Picung RW 05 Pasar Kemis Tangerang Banten Tahun

2013 menunjukan hasil output dapat diketahui nilai OR 315,208 yang artinya

responden yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi tentang BPJS akan memiliki

pemanfaatan yang tinggi sebesar 315 kali lebih tinggi dibanding responden yang

memiliki tingkat pengetahuan yang rendah dengan 95% CI 80,919-1227,853 di RW

05 KP. Picung Pasar Kemis Tangerang Tahun 2013

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 45

DISKUSI

Maka penelitian ini sesuai antara pengetahuan rendah dengan teori yang telah

di ungkapkan oleh Mubarak (2007) seseorang yang memiliki pengetahuan rendah

bisa berdasarkan dari umur. Seiring bertambahnya umur seseorang akan semakin

matang dan dewasa pada aspek psikologis dan mental, hal ini sesuai dengan hasil

penelitian yang telah di lakukan oleh peneliti di KP Picung RW 05 Pasar Kemis

Tangerang Banten Tahun 2013 kategori batasan umur dengan presentase umur 20-55

tahun sebanyak 97 responden (52,4%) sedangkan kategori umur di atas 45 tahun

(dewasa) 88 responden (47,6%). Maka mayoritas responden adalah berumur 20-55

tahun atau belum dewasa sehingga hasil penelitian tentang pengetahuan ini sejalan

dengan teori pengetahuan dari Mubarak. Selain umur yang mempengaruhi seseorang

memiliki pengetahuan rendah adalah pengalaman dan keterbatasan sumber informasi.

Di perkuat juga dengan hasil penelitian Andi (2014) dengan judul “faktor yang

berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan pasien BPJS kesehatan di Puskesmas

Jumpandang Baru” hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 100 responden, 28%

memiliki pengetahuan cukup dan 72% memiliki pengetahuan kurang, sampel diambil

dengan menggunakan probability sampling.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya peneliti

mengambil kesimpulan bahwa : Karakteristik responden yang diteliti oleh peneliti

menunjukkan sebagian besar responden berusia 20-45 tahun, perempuan sebanyak

109 responden dan laki-laki sebanyak 76 responden Pengetahuan keluarga di

wilayah ini tentang BPJS kesehatan di KP Picung RW 05 Pasar Kemis Tangerang

Banten Tahun 2013 yaitu berpengetahuan rendah Pemanfaatan BPJS kesehatan oleh

keluarga di KP Picung RW 05 Pasar Kemis Tangerang Banten Tahun 2013 sebagian

besar memiliki pemanfaatan yang rendah Ada hubungan yang signifikan antara

tingkat pengetahuan keluarga tentang program BPJS kesehatan dengan pemanfaatan

BPJS kesehatan oleh Keluarga di KP. Picung RW 05 Pasar Kemis Tangerang Banten

Tahun 2013.

DAFTAR PUSTAKA

1. Komariah, Sekar 2014. Perencanaan Badan Komunikasi Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS) Kota Balikpapan Dalam Mensosialisasikan Program

Jaminan Kesehatan Nasional Kepada Masyarakat Kota Balikpapan

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 46

2. Lukiono, Wahyu Tri 2010. Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Terhadap

Pemanfaatan Jaminan Kesehatan Pada Ibu Hamil Miskin di Kota Blitar Tahun

2010

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 47

Ns.Febi Ratnasari,S.Kep**, Mulyono*, Nasrullah*, Nisa Nurjanah*, Noor Ridwan

Yuliana*

*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi

**Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK

Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya

pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram. Tujuan penelitianini adalah mengetahui

faktor yang mempengaruhi kejadian berat badan lahir rendahmeliputi pengetahuan,

nutrisi, usia, paritas, pendidikan, sosial ekonomi dan pemeriksaan kesehatan ibu

hamil.Metode Penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan desain

crosssectional ini menggunakan sumber data primer di Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Tangerang Tahun 2013. Populasidalampenelitianini adalah semuaibuyang

melahirkan bayi berat badan lahir rendah dan sangat rendah diRumah Sakit Umum

Daerah Kabupaten Tangerang saat penelitian berlangsung. Pengambilan sampel

menggunakan teknik totalsampling, didapatkan 36 responden sesuai dengan kriteria

inklusi.Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner.Hasil penelitian

analisis data mencakup analisis univariat dengan mencari distribusi frekuensi,dan

analisis bivariat dengan ujiChi-square(α=0,05).Hasil analisis bivariat menunjukkan

bahwa pengetahuan ( ρ= 0,846) nutrisi(ρ=0,194) usia (ρ=0,846) paritas (ρ=0,931)

pendidikan (ρ=0,115) sosial ekonomi (ρ=0,372) pemeriksaan kesehatan ibu hamil

(ρ=0,002).

Kesimpulan dan saran daripenelitian iniadalahterdapathubungan antara melakukan

pemeriksaan kesehatan ibu hamil dengan kejadian beratbadan lahirrendahdiRumah

Sakit Umum Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2013. Disarankan kepada tenaga

kesehatan untuk memberikan penyuluhan di daerah yang rawan terjadi kejadian bayi

berat lahir rendah untuk meningkatkan pengetahuan pentingnya pemeriksaan

kesehatan ibu hamil terutama dalam pencegahan terjadinya bayi berat lahir rendah.

Kata kunci : Kejadian berat badan lahir rendah, tingkat pengetahuan, nutrisi, usia,

pasritas, pendidikan, sosial ekonomi, pemeriksaan kesehatan ibu hamil

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

BERAT BADAN LAHIR RENDAH PADA IBU NIFAS DI RUMAH SAKIT

UMUM DAERAH KABUPATEN TANGERANG

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 48

ABSTRAK

Low birth weight (LBW) is newborn birth weight at birth of less than 2500 grams.The

purpose of this study: was to determine the factors that influence the incidence of low

birth weight include knowledge, nutrition, age, parity, education, socioeconomic and

knowledge of medical examination of pregnant women.The research method: used is

descriptive correlation with cross sectional design using primary data source at the

General Hospital of Tangerang Regency Year 2013. The population in this study

were all mothers who gave birth to low birth weight and very low birth in the

Regional General Hospital Tangerang regency when the research took place.

Sampling using total sampling technique, obtained 36 respondents in accordance

with the inclusion criteria. Data collected by using a questionnaire.Results of the

study: include the analysis of univariate data analysis to look for frequency

distribution and bivariate analysis using Chi-square test (α = 0.05). Results of

bivariate analysis shows that knowledge (ρ = 0.846) nutrition (ρ = 0.194) age (ρ =

0.846) parity (ρ = 0.931) education (ρ = 0.115) socioeconomic (ρ = 0.372)

knowledge of medical examination of pregnant women (ρ = 0.002).Conclusions and

suggestions: from this research is that there is a relationship between knowledge of

medical examination of pregnant women with the incidence of low birth weight in the

General Hospital of Tangerang Regency Year 2015. It is recommended for health

workers to provide counseling in areas that are prone to the incidence of low birth

weight babies to improve knowledge of the importance of medical examinations of

pregnant women, especially in the prevention of low birth weight babies.

Keywords : incidence of low birth weight , degree of knowledge , nutrition , age ,

pasritas , educational , social, economic , knowledge of medical examination of

pregnant women.

PENDAHULUAN

Di ASEAN, Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia menduduki peringkat

ke-4 tertinggi. AKB di Indonesia tahun 2007 adalah 34 per 1.000 kelahiran hidup

dengan penyebab kematian bayi terbanyak disebabkan oleh gangguan perinatal. Dari

seluruh kematian perinatal, sekitar 27,9% disebabkan oleh kelahiran bayi berat badan

lahir rendah (BBLR).Angka kematian ibu dan bayi pasca persalinan di Banten sangat

tinggi. Tinggi angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian ibu (AKI) ini,

Provinsi Banten menempati peringkat ke 5 dalam kasus AKI dan peringkat ke 6

untuk kasus AKB. Berdasarkan data kesehatan ibu dan anak di Dinas Kesehatan

(Dinkes) Provinsi Banten, pada tahun 2013 lalu, angka kematian ibu mencapai 216

orang, sedangkan kematian bayi neonatal (hanya hidup dalam rentang waktu 28 hari)

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 49

sebanyak 1.220. Kondisi penyebab utama kematian ibu saat melahirkan adalah

Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK) dan perdarahan. Hipertensi dalam kehamilan

dapat mengakibatkan komplikasi berupa gagal jantung, kejang-kejang, penurunan

fungsi ginjal, gangguan penglihatan dan pendarahan.

Sedangkan penyebab utama kematian bayi dikarenakan Bayi Berat Lahir

Rendah (BBLR) dan Asfiksia atau kekurangan oksigen yang dialami oleh bayi.

Kondisi tersebut rata-rata dialami oleh pasangan suami istri yang menikah dalam usia

muda, bahkan yang masih sekolah pun ada yang sudah menikah dan hamil. Selain

faktor di atas, ibu hamil dalam usia muda juga menyebabkan kematian ibu dan bayi,

ditambah lagi dengan kondisi keluarga yang kurang mendukung. Hamil dalam usia

muda itu rentan terkena resiko kelainan pada kehamilan. Selain itu dalam proses

persalinannya pun sangat beresiko, yang paling banyak terjadi itu pendarahan dan

keracunan dalam kehamilan atau Preeklampsia. Resiko ini lebih tinggi terjadi pada

wanita yang memiliki banyak anak, ibu hamil dalam usia remaja dan wanita hamil di

atas usia 40 tahun (DinKes Provinsi Banten, 2014).

TUJUAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi serta mengetahui Faktor-

Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah Pada

Ibu Nifas.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah deskriptif korelasi

dengan pendekatan potong lintang (cross sectional). Studi korelasi ini pada

hakikatnya merupakan penelitian atau penelaahan hubungan antara dua variabel pada

suatu situasi atau sekelompok subjek. Hal ini dilakukan untuk melihat hubungan

antara gejala satu dengan gejala yang lain, atau variabel satu dengan variabel yang

lain. Untuk mengetahui korelasi antara suatu variabel dengan variabel lain tersebut

diusahakan dengan mengenditifikasi variabel yang ada pada suatu objek, kemudian

diidentifikasi pula variabel lain yang ada pada objek yang sama dan dilihat apakah

ada hubungan antara keduanya. Sedangkan survey cross sectional ialah suatu

penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan

efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu

saat (point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali

saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat

pemeriksaan. Penelitian ini juga bertujuan mencari faktor yang paling dominan atau

paling mempengaruhi terhadap kejadian berat badan lahir rendah.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 50

HASIL PENELITIAN

Tabel 7.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pengetahuan

No Distribusi Frekuensi

Responden

Jumlah (n) Presentase (%)

1 Pengetahuan

Tinggi 16 44,4

Rendah 20 55,6

Total 36 100

Berdasarkan tabel 1 distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu nifas tentang berat

badan lahir rendah dari 36 responden didapatkan hasil paling banyak responden

dengan tingkat pengetahuan rendah yaitu 20 orang (55,6%) di Rumah Sakit Umum

Kabupaten Tangerang Tahun 2013.

Tabel 7.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan peningkatan nutrisi

selama kehamilan

No Distribusi Frekuensi

Responden

Jumlah (n) Presentase (%)

1 Nutrisi

Tinggi 1 2,8

Normal 4 11,1

Rendah 31 86,1

Total 36 100

Berdasarkan tabel 7.2 distribusi frekuensi peningkatan nutrisi selama kehamilan dari

36 responden didapatkan hasil paling banyak responden dengan peningkatan nutrisi

rendah yaitu 31 orang (86,1%) di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun

2013.

Tabel 7.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia

No Distribusi Frekuensi

Responden

Jumlah (n) Presentase (%)

1 Usia

Resiko Tinggi 20 55,6

Resiko Rendah 16 44,4

Total 36 100

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 51

Berdasarkan tabel 7.3 distribusi frekuensi usia dari 36 responden didapatkan hasil

paling banyak responden dengan usia yang beresiko tinggi (<20tahun dan ≥30tahun)

yaitu 20 orang (55,6%) di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013

Tabel 7.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jumlah anak (paritas)

No Distribusi Frekuensi

Responden

Jumlah (n) Presentase (%)

1 Paritas

Resiko Tinggi 10 27,8

Resiko Rendah 26 72,2

Total 36 100

Berdasarkan tabel 7.4 distribusi frekuensi jumlah anak (paritas) dari 36 responden

didapatkan hasil paling banyak responden dengan paritas resiko rendah yaitu 26

orang (72,2%) di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013.

Tabel 7.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan

No Distribusi Frekuensi

Responden

Jumlah (n) Presentase (%)

1 Pendidikan

Tinggi 3 8,3

Menengah 20 55,6

Rendah 13 36,1

Total 36 100

Berdasarkan tabel 7.5 distribusi frekuensi tingkat pendidikan dari 36 responden

didapatkan hasil paling banyak responden dengan pendidikan menengah yaitu 20

orang (55,6%) di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013.

Tabel 7.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat sosial ekonomi

No Distribusi Frekuensi

Responden

Jumlah (n) Presentase (%)

1 Pendapatan

Sangat Tinggi 3 8,3

Tinggi 15 41,7

Sedang 14 38,9

Rendah 4 11,1

Total 36 100

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 52

Berdasarkan tabel 7.6 distribusi frekuensi tingkat pendapatan dari 36 responden

didapatkan hasil paling banyak responden dengan pendapatan tinggi (Rp 2.500.000

s/d Rp 3.500.000) yaitu 15 orang (41,7%) di Rumah Sakit Umum Kabupaten

Tangerang Tahun 2013.

Tabel 7.7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pemeriksaan kesehatan

ibu hamil

No Distribusi Frekuensi

Responden

Jumlah (n) Presentase (%)

1 Pemeriksaan kesehatan ibu

hamil

Tinggi 24 66,7

Rendah 12 33,3

Total 36 100

Berdasarkan tabel 7.7 distribusi frekuensi pemeriksan kesehatan ibu hamil dari 36

responden didapatkan hasil paling banyak responden dengan melakukan pemeriksaan

kesehatan ibu hamil tinggi yaitu 24 orang (66,7%) di Rumah Sakit Umum Kabupaten

Tangerang Tahun 2013.

Tabel 7.8 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kejadian bayi berat

badan lahir rendah

No Distribusi Frekuensi

Responden

Jumlah (n) Presentase (%)

1 Kejadian BBLR

BBLR 23 63,9

BBLSR 13 36,1

Total 36 100

Berdasarkan tabel 7.8 distribusi frekuensi kejadian bayi berat badan lahir rendah dari

36 responden didapatkan hasil paling banyak responden dengan kejadian bayi berat

badan lahir rendah yaitu 23 orang (63,9%) di Rumah Sakit Umum Kabupaten

Tangerang Tahun 2013.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 53

Tabel 7.9 Hubungan tingkat pengetahuan dengan kejadian bayi berat badan

lahir rendah

Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan

Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah

P value

No Variabel BBLR BBLSR Total

1. Tingkat

Pengetahuan

N % N % N %

Tinggi 11 30,6 5 13,9 16 44,4

0,846 Rendah 12 33,3 8 22,2 20 55,6

Total 23 63,9 13 36,1 36 100,0

Berdasarkan tabel 7.9 menunjukkan bahwa dari hubungan antara tingkat pengetahuan

dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah dari 36 responden diperoleh responden

dengan tingkat pengetahuan tinggi yang mengalami kejadian bayi berat badan lahir

rendah yaitu berjumlah 11 orang (30,6%) dan yang mengalami bayi berat badan lahir

sangat rendah yaitu berjumlah 5 orang (13,9%).

Tabel 7.10 Hubungan nutrisi dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah

Hubungan Nutrisi Dengan Kejadian Bayi

Berat Badan Lahir Rendah

P value

No Variabel BBLR BBLSR Total

1. Nutrisi N % N % N %

Tinggi 1 2,8 0 0,0 1 2,8

0,194 Normal 4 11,1 0 0,0 4 11,1

Rendah 18 50,0 13 36,1 31 86,1

Total 23 63,9 13 36,1 36 100

Berdasarkan table 7.10 menunjukkan bahwa dari hubungan antara nutrisi dengan

kejadian bayi berat badan lahir rendah dari 36 responden diperoleh responden dengan

nutrisi tinggi yang mengalami kejadian bayi berat badan lahir rendah yaitu berjumlah

1 orang (2,8%) dan yang mengalami bayi berat badan lahir sangat rendah tidak ada

(0,0%). Berdasarkan uji statistic dihasilkan p value 0,194 > 0,05 (nilai α) berarti tidak

ada hubungan yang bermakna antara nutrisi dengan kejadian bayi berat badan lahir

rendah di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2013.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 54

Tabel 7.11 Hubungan usia dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah

Hubungan Usia Dengan Kejadian Bayi Berat

Badan Lahir Rendah

P value

No Variabel BBLR BBLSR Total

1. Usia N % N % N %

Resiko tinggi 12 33,3 8 22,2 20 55,6

0,846 Resiko rendah 11 30,6 5 13,9 16 44,4

Total 23 63,9 13 36,1 36 100

Berdasarkan tabel 7.11 menunjukkan bahwa dari hubungan antara usia dengan

kejadian bayi berat badan lahir rendah dari 36 responden diperoleh responden dengan

usia resiko tinggi yang mengalami kejadian bayi berat badan lahir rendah yaitu

berjumlah 12 orang (33,3%) dan yang mengalami bayi berat badan lahir sangat

rendah yaitu berjumlah 8 orang (22,2%).

Tabel 7.12 Hubungan paritas dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah

Hubungan Paritas Dengan Kejadian Bayi

Berat Badan Lahir Rendah

P value

No Variabel BBLR BBLSR Total

1. Paritas N % N % N %

Resiko tinggi 7 19,4 3 8,3 10 27,8

0,931 Resiko rendah 16 44,4 10 27,8 26 72,2

Total 23 63,9 13 36,1 36 100

Berdasarkan tabel 7.12 menunjukkan bahwa dari hubungan antara paritas dengan

kejadian bayi berat badan lahir rendah dari 36 responden diperoleh responden dengan

paritas resiko tinggi yang mengalami kejadian bayi berat badan lahir rendah yaitu

berjumlah 7 orang (19,4%) dan yang mengalami bayi berat badan lahir sangat rendah

yaitu berjumlah 3 orang (8,3%).

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 55

Tabel 7.13 Hubungan tingkat pendidikan dengan kejadian bayi berat badan

lahir rendah

Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan

Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah

P value

No Variabel BBLR BBLSR Total

1. Pendidikan N % N % N %

Tinggi 3 8,3 0 0,0 3 8,3

0,115 Menengah 10 27,8 10 27,8 20 55,6

Dasar 10 27,8 3 8,3 13 36,1

Total 23 63,9 13 36,1 36 100

Berdasarkan tabel 7.13 menunjukkan bahwa dari hubungan antara tingkat pendidikan

dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah dari 36 responden diperoleh responden

dengan tingkat pendidikan tinggi yang mengalami kejadian bayi berat badan lahir

rendah yaitu berjumlah 3 orang (8,3%) dan yang mengalami bayi berat badan lahir

sangat rendah tidak ada (0,0%). Sedangkan responden dengan tingkat pendidikan

menengah yang mengalami kejadian bayi berat badan lahir rendah yaitu berjumlah 10

orang (27,8%) dan yang mengalami bayi berat badan lahir sangat rendah yaitu

berjumlah 10 orang (27,8%).

Tabel 7.14 Hubungan sosial ekonomi dengan kejadian bayi berat badan lahir

rendah

Hubungan Sosial Ekonomi Dengan Kejadian

Bayi Berat Badan Lahir Rendah

P value

No Variabel BBLR BBLSR Total

1. Pendapatan N % N % N %

0,372

Sangat tinggi 3 8,3 0 0,0 3 8,3

Tinggi 10 27,8 5 13,9 15 41,7

Sedang 7 19,4 7 19,4 14 38,9

Rendah 3 8,3 1 2,8 4 11,1

Total 23 6,9 13 36,1 36 100

Berdasarkan table 7.14 menunjukkan bahwa dari hubungan antara sosial ekonomi

dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah dari 36 responden diperoleh responden

dengan pendapatan sangat tinggi yang mengalami kejadian bayi berat badan lahir

rendah yaitu berjumlah 3 orang (8,3%) dan yang mengalami bayi berat badan lahir

sangat rendah tidak ada (0,0%). Sedangkan responden dengan pendapatan tinggi yang

mengalami kejadian bayi berat badan lahir rendah yaitu berjumlah 10 orang (27,8%)

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 56

dan yang mengalami bayi berat badan lahir sangat rendah yaitu berjumlah 5 orang

(13,9%).

Tabel 7.15 Hubungan pemeriksaan kesehatan ibu hamil dengan kejadian bayi

berat badan lahir rendah

Hubungan Pemeriksaan Kesehatan Ibu

Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Badan

Lahir Rendah

P value

No Variabel BBLR BBLSR Total

1. Pemeriksaan

ANC

N % N % N %

Tinggi 20 55,6 4 11,1 23 63,9

0.001 Rendah 3 8,3 9 25,0 13 36,1

Total 23 63,9 13 36,1 36 100

Berdasarkan tabel 7.15 menunjukkan bahwa dari hubungan antara pemeriksaan

kesehatan ibu hamil dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah dari 36 responden

diperoleh responden dengan pemeriksaan kesehatan ibu hamil tinggi yang mengalami

kejadian bayi berat badan lahir rendah yaitu berjumlah 20 orang (55,6%) dan yang

mengalami bayi berat badan lahir sangat rendah yaitu berjumlah 4 orang (11,1%).

Sedangkan responden dengan pemeriksaan kesehatan ibu hamil rendah yang

mengalami kejadian bayi berat badan lahir rendah yaitu berjumlah 3 orang (8,3%)

dan yang mengalami bayi berat badan lahir sangat rendah yaitu berjumlah 9 orang

(25,0%). Berdasarkan uji statistic dihasilkan p value 0,001 < 0,05 (nilai α) berarti ada

hubungan yang bermakna antara

DISKUSI

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai nutrisi responden

tentang bayi berat badan lahir rendah di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang

Tahun 2013didapatkan bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini mempunyai

nutrisi rendah sebanyak 31 responden (86,1%). Sedangkan hubungan antara nutrisi

dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah menghasilkan nilai p value 0,194 <

0,05. Nilai ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara nutrisi dengan

kejadian bayi berat badan lahir rendah.

Hasil dari penelitian ini sesuai dengan artikel penelitian yang telah dilakukan

oleh Achadi (2012) dengan judul “Status Gizi dan Berat Badan Lahir”

mengemukakan bahwa statusgiziibudapat diukur melaluitinggibadan, indeks massa

tubuh (IMT) prahamil,pertambahanberat badan selama kehamilan, dan kadar

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 57

hemoglobin(Hb) ibu.Pertambahan berat badan ibu selama kehamilan secara

langsung mempengaruhi berat badan lahir dan dipengaruhi oleh berbagai faktor,

antara lainstatus gizi pra hamil dan faktor sosiodemografi .Beberapa penelitian

diIndonesia menyatakan berat badan pra hamil yang rendah berkorelasi dengan

pertambahan berat badan selama kehamilan yang rendah.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai pendidikan responden

tentang bayi berat badan lahir rendah di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang

Tahun 2013didapatkan bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini mempunyai

pendidikan menengah sebanyak 20 responden (55,6%). Sedangkan hubungan antara

pendidikan dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah menghasilkan nilai p value

0,115 < 0,05. Nilai ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan

dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah.

Hasil dari penelitian ini sesuai dengan artikel penelitian yang telah dilakukan oleh

Achadi (2012) dengan judul “Status Gizi dan Berat Badan Lahir” mengemukakan

bahwa penelitian ini justru tidak menemukan adanya hubungan antara pendidikan ibu

dengan kejadian berat badan lahir rendah. Uji chi square dan uji korelasi regresi

menunjukkan hal yang sama. Sekitar 88,14% responden pada penelitian ini

merupakan ibu dengan tingkat pendidikan diatas Sekolah Menengah Atas (SMA).

Hal tersebut disebabkan oleh tempat penelitian berada didaerah perkotaan, sehingga

akses terhadap pendidikan tidak sesulit dipedesaan. Tingkat pendidikan yang

homogeny mengurangi variasi data.

KESIMPULAN

Distribusi frekuensi dari 7 faktor yang meliputi, mayoritas pengetahuan

rendah yaitu 20 orang (55,6%), mayoritas nutrisi rendah yaitu 31 orang (86,1%),

mayoritas usiayang beresiko tinggi (<20tahun dan ≥30tahun) yaitu 20 orang (55,6%),

mayoritas paritasresiko rendah yaitu 26 orang (72,2%), mayoritas tingkat pendidikan

menengah yaitu 20 orang (55,6%), mayoritas sosial ekonomi pendapatan tinggi (Rp

2.500.000 s/d Rp 3.500.000) yaitu 15 orang (41,7%), mayoritas pemeriksaan

kesehatanibu hamil tinggi yaitu 24 orang (66,7%). Berdasarkan hasil uji bivariat

terhadap 7 faktor yang diteliti (pengetahuan bayi berat lahir rendah, nutrisi, usia,

paritas, tingkat pendidikan, sosial ekonomi, pengetahuan pemeriksaan kesehatan ibu

hamil) dengan uji chi-square 6 faktor menunjukkan tidak adanya hubungan yaitu,

pengetahuan bayi berat lahir rendah, nutrisi, usia, paritas, tingkat pendidikan dan

sosial ekonomi, sedangkanpemeriksaan kesehatan ibu hamil adalah faktor yang

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 58

DAFTAR PUSTAKA

1. Kuswandani, Ana. 2011. Kehamilan Yang Sehat. Jakarta : PT.Mitra Media

Publisher.

2. Kumalasari, Intan. 2012. Kesehatan Reproduksi. Palembang : Salemba Medika.

3. Prawiroharjo, Sarwono. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan

Material dan Neonatal. Jakarta : PT.Bina Pustaka.

4. Rahayu Ningtyas, Kartika. 2011. Faktor-Faktor Ibu Yang Berhubungan Dengan

Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah. Bandung : Majalah Keperawatan Volume 12

No.2. Fakultas Keperawatan Universitas Padjajaran.

5. Yeyeh, Ai. 2011. Diktat Kuliah Asuhan Kebidanan (Kehamilan). Jakarta : Trans

Info Media.

6. Yongki, dkk. 2012. Asuhan Pertumbuhan Kehamilan, Persalinan, Neonatus Bayi

dan Balita. Yogyakarta : Nuha Medika.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 59

Ns.Rina Puspita S,M.Kep**, Sinta Dewi*, Siti Nurhayati*, Sunarti*, Taufik Rana

Mulyadin*

*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi

**Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK

Kehilangan pasangan hidup tidak dapat dicegah, (karena ditinggal cerai maupun

ditinggal meninggal pasangan hidupnya) sehingga muncul berbagai peran baru dan

status baru, serta berbagai kekurangan yang akan dijalani sehari-hari. Kecemasan

merupakan suatu gangguan suasana hati dimana induvidu merasa tidak bahagia

karena mengalami perubahan yang cukup signifikan pada masa lanjut usia.

Perubahan-perubahan yang terjadi dapat berpengaruh dalam kehidupan lansia pada

masa tuanya yaitu salah satunya adalah kecemasan lansia. Menurut (Cartensen,

Gilford, dalam Papalia, 2008) pasangan hidup memiliki fungsi sebagai supporting

dalam berbagai hal misalnya, emosi, problem solving, keuangan, maupun

pengasuhan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kehilangan

pasangan hidup terhadap tingkat kecemasan lansia. Metode penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross

sectional. Populasi dan sampel dengan mengunakan total sampling dalam penelitian

ini berjumlah 70 orang responden (Sugiono, 2007). Tehnik yang digunakan untuk

pengambilan data adalah deskriptif korelasi dengan menggunakan lembar kuesioner.

Hasil penelitian analisa data menggunakan uji chi-square dan menghasilkan nilai p

value = (0,013 < 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada distribusi yang bermakna

antara hubungan tingkat kecemasan lansia terhadap kehilangan pasangan hidup

sehingga H0 ditolak, artinya ada hubungan antara kehilangan pasangan hidup

terhadap tingkat kecemasan lansia. Kesimpulan dan saran berdasarkan hasil

penelitian ada hubungan yang signifikan antara hubungan kehilangan pasangan hidup

terhadap tingkat kecemasan lansia.

Kata Kunci:Lansia, Kehilangan Pasangan Hidup, Kecemasan.

PENDAHULUAN

Kehilangan (Loss) dan berduka merupakan suatu bagian integral dari

kehidupan. Kehilangan adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat

HUBUNGAN KEHILANGAN PASANGAN HIDUP (PROSES GRIEVING)

TERHADAP TINGKAT KECEMASAN LANSIA DESA CILONGOK

TANGERANG

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 60

dialami individu ketika berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian

atau keseluruhan, atau terjadi perubahan dalam hidup sehingga muncul perasaan

kehilangan. Kehilangan merupakan pengelaman yang pernah dialami oleh setiap

individu selama rentang kehidupannya. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap

atau mendadak, bisa saja tanpa kekerasan atau traumatik, diantisipasi atau

tidakdiharapakan/diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat

kembali. Undang-Undang No 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia

menetapkan, bahwa batasan umur lansia di Indonesia adalah 60 tahun ke atas (Depsos

RI, 2004). Undang - undang Nomor 36 Tahun 2009 pasal 138 ayat 1 menetapkan

bahwa Upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus ditujukan untuk menjaga

agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomis sesuai dengan

martabat kemanusiaan. Ayat 2 menetapkan bahwa Pemerintah wajib menjamin

ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan memfasilitasi kelompok lanjut usia

untuk dapat tetap hidup mandiri dan produktif secara sosial dan ekonomis.

Sementara di Kabupaten Tangerang jumlah lansia Pada tahun 2010 Pra dan Lansia di

desa adalah 412. 587 orang. Jumlah ini naik bila dibandingkan dengan tahun 2009

(298.673 orang). Jumlah Pra Lansia yang diperiksa di Posbindu adalah sebanyak

272.625 orang (Tahun 2010) dan sebanyak 183.082 orang (pada tahun 2009), hal ini

menggambarkan adanya peningkatan dibandingkan pada tahun 2009. Sementara usia

harapan hidup lansia masyakat di Kab. Tangerang setiap tahunnya ada peningkatan.

Pada tahun 2011 sampai 2012 terdapat 65,5 % usia harapan hidup lansia dan pada

tahun ini meningkat menjadi 66,5 % di karenakan adanya kesadaran masyarakat yang

cukup baik dalam menjaga kesehatan dan pemeriksaan kesehatan di posbindu yang

telah tersebar secara merata di kab. Tangerang, Sumber (Dinkes Kab. Tangerang

2009-2012).

TUJUAN

Penelitian ini ditunjukan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Hubungan

Kehilangan Pasangan Hidup Lansia Terhadap Tingkat Kecemasan Lansia di Desa

cilongok tangerang tahun2013

METODE PENILITIAN

Dalam penelitian mengenai hubungan kehilangan pasangan hidup terhadap

tingkat kecemasan lansia di desa cilongok tangerang tahun2013peneliti menggunakan

desain penelitian deskriptif korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk

mengungkapkan hubungan korelatif variabel (Nursalam, 2011). Berdasarkan teori

tersebut maka penelitian ini mengunakan data correlatian yang bertujuan untuk

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 61

mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel yaitu data diperoleh melalui

analisis skor jawaban pada skala sebagaimana adanya.

HASIL PENILITIAN

Tabel 8.1 Nilai Rerata Usia Pada Lansia di Desa cilongok tangerang tahun2013

Statistics

Variabel n Minimum Maximum Mean Median 95% CI

Usia 70 60 85 68,86 67,00 62,25-70,47

Lansia

Berdasarkan Tabel 8.1 Hasil analisis yang didapatkan dari 70 orang responden usia

lansia minimum 60 tahun, makximum 85 tahun, nilai mean atau rata-rata usia lansia

adalah 68,86 tahun (95% CI: 67,25-70,47), dengan nilai median 67,00. Dari hasil

estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata usia lansia

adalah antara 67,25 sampai dengan 70,47 tahun.

Tabel 8.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Lama

Ditinggal Pasangan Hidup Lansia di Desa cilongok tangerang tahun2013

Kabupaten Tangerang April 2015 ( n70 ).

Variabel Jumlah Persentase (%)

Jenis Klamin

Laki-laki 27 38,6

Perempuan 43 61,4

Total 70 100.0%

Lama ditinggal Pasangan Hidup

1-12 bulan 38 54,3

13-24 bulan 32 45,7

Total 70 100.0%

Berdasarkan Tabel 8.2 Distribusi frekuensi jenis kelamin lansia dari 70 orang

responden yang didapat 27 orang responden (38,6%) lansia laki-laki dan lansia

perempuan sebanyak, 43 orang responden (61,4%). Dan lama ditinggal pasangan

hidup pada lansia dengan rentang rata-rata 1-12 bulan 38 orang responden presentase

(54,3%) dan rentang rata-rata 13-24 bulan 32, orang responden presentase (45,7%).

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 62

Tabel 8.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kehilangan Pasangan Hidup

(Proses Grieving) Dan Tingkat Kecemasan Lansia di Desa cilongok tangerang

tahun2013

Variabel Jumlah Persentase (%)

Kehilangan Pasangan Hidup

Tidak Kehilangan 27 38,6

Kehilangan 43 61,4

Total 70 100,0

Tingkat Kecemasan

Cemas Ringan 25 35,7

Cemas Berat 45 64,3

Total 70 100,0

Berdasarkan tabel 8.3 diatas dari 70 responden lansia yang mengacu pada definisi

operasional didapat dari hasil pengolahan data maka untuk kehilangan pasangan

hidup, sebanyak 27 responden (38,6%) lansia tidak mengalami kehilangan pasangan

hidup, sedangkan untuk lansia yang mengalami kehilangan pasangan hidup sebanyak

43 orang responden (61,4%), untuk tingkat kecemasan lansia yaitu, ada cemas

sebanyak 25 orang responden (35,7%) sedangkan untuk tidak cemas sebanyak 45

orang responden (64,3),

Tabel 8.4 Hubungan Kehilangan Pasangan Hidup (Proses Grieving) Terhadap

Tingkat Kecemasan Lansia Di Desa cilongok tangerang tahun2013

Variabel

Kehilangan

Pasangan

Hidup

Tingkat Kecemasan Lansia

OR

(95% CI)

Cemas Ringan Cemas Berat

Total

P-

value

Jumlah

(n)

f

(%)

Jumlah

(n)

f

(%)

Jumlah

(n)

f

(%)

4,125

(1,461-

11,643)

Tidak

Kehilangan

15

21,4

12

32,3

27

35,7

0,013

Kehilangan

10

14,3

33

47,1

43

61,4

Total 25 35,7 45 64,3 70 100,0

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 63

Berdasarkan tabel 8.4 Hasil analisis hubungan antara kehilangan pasangan hidup

(proses grieving) terhadap tingkat kecemasan lansia diperoleh bahwa sebanyak 12

orang responden dengan presentase (17,1%) lansia yang tidak kehilangan pasangan

hidup mengalami kecemasan berat, sedangkan diantara lansia yang kehilangan

pasangan hidup ada sebanyak 33 orang responden dengan presentsae (47,1%), lansia

mengalami kecemasan berat. Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji chi-

square diperoleh hasil secara statistik bahwa nilai signifikannya adalah p value = <

0,05 dari hasil p value= 0,013 sehingga memiliki arti hubungan yang signifikan

antara kehilangan pasangan hidup terhadap tingkat kecemasan lansia.

DISKUSI

Jumlah lansia yang mengalami kecemasan lebih besar pada umur 60-74 tahun

yaitu (69,5%) memiliki faktor resiko untuk terjadinya kecemasan maupun gangguan

depresi yang lebih tinggi dikarenakan kondisi fisik yang menurun dan melemah ini

membuat presentase penderita kecemasan terbanyak pada usia 60-74 tahun.

Sedangkan usia 75-90 tahun jumlahnya relatif lebih kecil. Lansia yang berusia lebih

dari 75 tahun lebih bisa iklas menajalani kehidupan, lebih pasrah dalam menghadapi

berbagai persoalan dan lebih menerima terhadap perubahan-perubahan yang terjadi

pada masa lansia, sehingga semakin tinggi usia seseorang semakin baik tingkat

kematangan emosi seseorang serta kemampuan dalam menghadapi berbagai

persoalan (Handayani, 2009). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kehilangan

pasangan hidup (proses grieving) merupakan salah satu penyebab kecemasan pada

lanjut usia sehingga diharapkan para lanjut usia di Desa cilongok tangerang

tahun2013dapat membangunkan persepsi yang lebih positif terhadap kehilangan

pasangan hid

KESIMPULAN

Berdasarkan pada tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian ini yaitu

untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hubungan kehilangan pasangan hidup

terhadap tingkat kecemasan lansia, mengetahui distribusi frekuensi kehilangan

pasangan hidup terhadap tingkat kecemasan lansia setelah kehilangan pasangan

hidup, mengetahui distribusi tingkat kecemasan lansia dan mengetahui hubungan

kehilangan dengan tingkat kecemasan, di desa blukbuk kecamtan kronjo kab.

Tangerang tahun 2015. Kehilangan pasangan hidup pada lansia dari 70 orang

responden, lansia yang tidak mengalami kehilangan pasangan hidup sebanyak 27

orang responden (38,6%) sedangkan yang mengalami kehilangan pasangan hidup

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 64

sebanyak 53 orang responden (61,4%) yang mengalami kehilangan terhadap

pasangan hidup. Tingkat kecemasan lansia di dapat dari hasil pengolahan data maka

untuk kecemasan pada lansia dari 70 orang responden sebanyak 25 orang responden

(35,7%) mengalami cemas ringan sedangkan cemas berat sebanyak 45 orang

responden (64,3%).

DAFTAR PUSTAKA

1. Agung. (2002) Pengaruh Kehilangan Pasangan Hidup Lansia Terhadap Tingkat

Kecemasan Di Panti Werdha Pasar Rebo Jakarta Timur. Depok : Fakultas

Keperawatan UI.

2. Aziz Alimul Hidayat. 2007. Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah.

Edisi Ke 2. Jakarta : Salemba Medika.

3. Carolina R dkk. (2008) Penyesuaian Diri Terhadap Hilangnya Pasangan Hidup

Pada Lansia. Skripsi ; Fakultas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Efendi, F. Mahmudin, (2009). Keperawatan Komunitas. Jakarta : Salemba

Medika.

5. Fredy, W,Setya, Rannni, S, Merli 2006. Persepsi Terhadap Kematian Dan

Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lanjut Usia. Jurnal. Fakultas Psikologi

Universitas Mecu Buana Yogyakarta.

6. Jaya, Hasrat, & Rosmina, 2010, Keperawatan Gerontik Catatan Ke. Pustaka As

Salam : Jakarta.

7. Kaplan, H. I Dkk. (2010) Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku Klinis.

Tangerang. Binarupa Aksara.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 65

Ns.Zahrah Maulidia S,S.Kep**, Rahmat Ilahi*, Ratih Novita Sari*, Riadina widia

astanti*, Sabil*

*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi

**Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK

The Kidney Disease Outcome Quality Initiative (KDOQI) of the national kidney

foundation (NKF) mendefinisikan penyakit ginjal kroniksebagai kerusakan pada

parenkim ginjal dengan penurunan glomerular filtration rate (GFR) kurang dari 60

mL/min/1,73 m2 selama atau lebih dari 3bulan dan pada umumnya berakhir dengan

gagal ginjal. Penanganan yang sering dilakukan adalah Hemodialisa, pada

perkembangannya Hemodialisa selalu menimbulkan Efek samping yang

menimbulkan rasa cemas pada Pasien saat Hemodilisa.Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis hubungan rasa cemas Pasien dengan Komplikasi akut pada saat proses

Hemodialisa di Ruangan HD RSU Kabupaten Tangerang. Dalam penelitian ini

mengambil Populasi 104 dengan sampel 51 orang, menggunakan rumus Chi-Square.

Hasil penelitian ini Dengan hasil p-value adalah 0,000 maka nilai α = 0,05 artinya p-

value < αatau0,000 < 0,05 maka ada hubungan bermakna.

Sehingga hasil tersebut dapat diterjemahkan kedalam hipotesa operasional dimana Ho

ditolak dan Ha Diterima.Dengan hasil tersebut maka dinyatakan ada hubungan yang

bermakna antara Rasa Cemas Pasien dengan Komplikasi Akut Saat Proses

Hemodialisa Di Ruangan Hemodialisa RSU Kabupaten Tangerang.

Kata Kunci : Rasa Cemas Pasien dan Komplikasi Akut Saat Proses Hemodialisa.

ABSTRAC

The Kidney Disease Outcome Quality Initiative (KDOQI) of the National Kidney

Foundation (NKF) define the chronic kidney disease as a damage in kidney

parenchyma together with the down glomerular filtration rate (GFR) less than 60

ml/min/1,73 m2 during or more than three months and in general will end with kidney

disability. The ever handing of this hemodyalisis and the improvement of

Hemodyalisis always take side effect and the patient will anxiety during

HUBUNGAN RASA CEMAS PASEIN GAGAL GINJAL DENGAN

KOMPLIKASI AKUT SAAT PROSES HEMODIALISA DI RUANGAN

HEMODIALIS RSU KABUPATEN TANGERANG

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 66

hemodyalisis.This research aim to analyze the correlation with anxiety patient and

followed acute situation when hemodyalisis is being performed at hemodyalisis room

at general hospital of Tangerang. In this research with taking 104 population and the

sample of 51 persons by using chi-square methode. Result of this research with p-

value is 0,000 so the value of α = 0,05 is means p-value< α or 0,000 < 0,05 and it’s

mean the worth correlation. Until the result could be translated into operational

hypotesa when Ho refused an Ha accepted. This result means that there is significant

correlation between anxiety patient with acute complications during hemodyalisis

process at hemodyalisis room of Tangerang district general hospital.

Password : patient anxiety and acute complications during the process of

hemodyalisis

PENDAHULUAN

Cemas Merupakan suatu keadaan psikologis pada pasien yang terjadi akibat

kurangnya informasi yang diterima, sehingga merasa buta dan tidak tenang terhadap

proses yang akan di hadapi di depannya. Pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

hemodialisa memerlukan upaya penyesuaian dan penanganan agar individu adaptif.

Jika individu mempunyai koping yang efektif maka kecemasan akan diturunkan dan

pasien tau jika dia akan merasakan komplikasi akan terjadi dan menyerang sehingga

pasien cepat memberitahukan kepetugas medis jika dia mengalami komplikasi saat

hemodialisa berlangsung, sehingga komplikasi yang terjadi bisa cepat teratasi dan

tidak sampai terjadi komplikasi yang berat. Tapi jika koping tidak efektif atau gagal

maka keadaan tegang akan meningkat, ketidakseimbangan akan terjadi, komplikasi

saat proses hemodialisa tidak cepat diketahui pasien sehingga terjadi komplikasi yang

berat, serta respon pikiran dan tubuh akan meningkat berupaya untuk mengembalikan

keseimbangan. Untuk itulah perlu adanya pengembangan mekanisme koping sebagai

pertahanan melawan kecemasan dalam menghadapi komplikasi yang akan terjadi.

Perawat berperan mengelola kecemasan saat terjadi komplikasi dengan

mengembangkan koping yang efektif, menciptakan lingkungan yang terapeutik,

melibatkan keluarga atau orang terdekat pasien, serta mencantumkan dalam

intervensi keperawatan dengan harapan pasien adaptif dan kualitas hidupnya

meningat.

TUJUAN

Untuk mengetahui hubungan rasa cemas dengan komplikasi akut yang terjadi

pada saat proses Hemodialisa di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Umum Tangerang.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 67

METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian yang dilakukan yakni dengan metodologi kuantitatif.

Dengan jenis desain penelitian Cross Sectional dimana dilakukan pengumpulan data

dan pengambilan kesimpulan penelitian yang terjadi sekarang. Penelitian cross

sectional adalah desain penelitian analitik yang bertujuan untuk mengetahui

hubungan antara variabel dimana variabel independen dan variabel dependen

diidentifikasi pada satu satuan waktu (Dharma Kelana Kusuma, 2011).

Peneliti menggunakan pendekatan Cross Sectional karena penelitian ini

bermaksud mengidentifikasi ada/tidaknya hubungan variable dependen terhadap

variable independen dalam satu kali pengukuran menggunakan alat ukur berupa

kuesioner.

HASIL PENELITIAN

Tabel 9.1 Distribusi Frekuensi Rasa Cemas Yang di Hadapi Pada Pasien Pada

Saat Hemodialisa di Rungan Hemodialisa RSU Kabupaten Tangerang.

Katagori Frekuensi Percent

Tidak Cemas 3 5,9

Cemas Ringan 20 39,2

Cemas Sedang 20 39,2

Cemas Berat 8 15,7

Total 51 100

Dari tabel diatas dijelaskan bahwa terdapat 9.1 katagori yang menjadi landasan hasil

penelitian sementara pada skripsi diwabah ini, dengan ketentuan dimana terdapat

15,7% (8 sampel) merupakan mengalami masalah keecemasan berat, dan terdapat 20

sampel (39,2%) mengalami masalah kecemasan sedang, yang memerlukan

penanganan yang serius agar proses Hemodilasi dapat berjalan dengan baik.

Tabel 9.2 Distribusi Frekuensi Komplikasi Akut Yang di Hadapi Pasien Pada

Saat Hemodialisa di Rungan Hemodialisa RSU Kabupaten Tangerang.

Katagori Frekuensi Percent

Tidak Ada Komplikasi 16 31,4

Komplikasi 35 68,6

Total 51 100

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 68

Dari hasil tabel diatas diketahui bahwa pasien mengalami komplikasi pasien

Hemodialisa sebanyak 35 orang (68,6%), dengan kata lain terdapat banyak yang

merasakan komplikasi pada saat proses hemodialisa berlangsung.

DISKUSI

Hasil penelitian ini menunjukkah bahwa kondisi rasa cemas pasien pada saat

Proses hemodialisa di RSU Kabupaten Tangerang, dan Komplikasi yang dirasakan

(bermasalah) sehingga menimbulkan kecemasan pada pasien, dari data tersebut

didapatkan bahwa terdapat 35 orang sampel (68,6%) yang merasakan komplikasi

pada saat hemodialisa dan menganggap hal tersebut menjadi masalah, dan 16 orang

sampel (31,4%) menganggap walau ada komplikasi dirasakan tetapi tidak sebagai

masalah, Sedangkan kecemasan yang dihadapi pada saat Hemodialisa diketahui 3

orang sampel tidak merasa cemas (5,9%), 20 orang sampel (39,2%) merasakan cemas

ringan, sebanyak 20 orang sampel (39,2%) merasakan cemas sedang, dan 8 orang

(15,7%) mengatakan cemas berat.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa pasien yang merasakan

komplikasi akut pada saat Hemodialisa sebesar 35 orang sempel (68,6%) dan pasien

dengan tidak merasakan komplikasi pada saat Hemodialisa sebesar 16 orang sampel

(31,4%) yang dilakukan penelitiannya pada bulan Septerber 2015. Dan Hasil

penelitian juga ditemukan bahwa pasien yang merasakan Kecemasan sedang pada

saat Hemodialisa sebesar 20 orang sempel (39,2%) dan pasien dengan kecemasan

berat pada saat Hemodialisa sebesar 8 orang sampel (15,7%) yang dilakukan

penelitiannya pada bulan Septerber 2015.

DAFTAR PUSTAKA

1. Alang, 2009, Jurnal Komplikasi Pada Saat Hemodialisa, Jakarta, Balai Penerbit,

FK UI.

2. Barbara C. Long, 2008, Asuhan Keperawatan Medical Bedah Vol 2, Media

Ekspres, Jakarta.

3. Doenges M, 2009, Asuhan Keperawatan vol 7, EGC, Jakarta.

4. Joyce M. Balck and Jane Hokenson Hawks, 2014, Keperawatan Medikal Bedah,

Edisi 8 Buku 2 Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta, Pentasada Media Edukasi.

5. Notoatmodjo, S. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta, PT Rineka

Cipta.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 69

Ns. Ayu Pratiwi S.Kep**, Desi Mardalinah*, Elistiani*, Gayanti MP*, Gunita*

*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi

**Staf DosenS1Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK

Diabetes adalah suatu penyakit karena tubuh tidak mampu mengendalikan jumlah

gula, atau glukosa dalam aliran darah. Ini menyebabkan hiperglikemia, suatu keadaan

gula darah yang tingginya sudah membahayakan (Setiabudi, 2008).

Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah mengetahui hubungan

pengetahuan pasien diabetes tentang dibetes melitus terhadap diet diabetes di

puskesmas kotabumi.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah disain deskriptif

crossectional dengan potong lintang (crosstabulation), dimana ini akan menunjukkan

ada atau tidak hubungan pengetahuan pasien diabetes tentang diabetes mellitus

terhadap diet diabetes. Dengan data demografi yang terdiri dari jenis kelamin, usia,

dan pendidikan.

Dari hasil yang didapat nilai OR 1.409, maka responden yang memiliki pengetahuan

lebih baik akan melakukan diet diabetes 1.409 kali lebih baik dari pada yang

memiliki pengetahuan kurang p-Value 0.947 > α (0.05), maka Ho diterima maka

tidak ada hubungan antara pengetahuan pasien diabetes tentas diabetes mellitus

terhadap diet diabetes.

Disarankan kepada masyarakat supaya meningkatkan upaya hidup sehat seperti

makan-makanan yang bergizi, menghindari kebiasaan merokok, beraktifitas yang

cukup agar terhindar dari terjadinya penyakit diabetes mellitus.

Kata kunci : pengetahuan, diabetes, diet diabetes

ABSTRACT

Diabetes is a disease because the body is unable to control the amount of sugar, or

glucose in the bloodstream. This leads to hyperglycemia, a condition in which high

blood sugar are already endangering (Setiabudi, 2008).

The purpose of this research is to know the relationship of knowledge about diabetes

mellitus patients with diabetes to diabetes diet in health centers Kp. East Malay

district. Kotabumi.

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN DIABETES TENTANG

DIABETES MELITUS TERHADAP DIET DIABETES DI PUSKESMAS

KOTABUMI

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 70

The method used in this study is a cross-sectional descriptive design with cross

sectional (crosstabulation), which could indicate the presence or not the relationship

of knowledge about diabetes mellitus diabetes patients on the diabetic diet. With

demographic data consisting of gender, age, and education.

From the results obtained OR value 1,409, the respondents who have a better

knowledge will conduct a diabetic diet 1,409 times better than who have less

knowledge of p-Value 0.947> α (0:05), then Ho is accepted then there is no

relationship between the knowledge of diabetic patients tentas diabetes mellitus

against diabetes diet.

Suggested to the public in order to improve efforts to live a healthy life-like eating

nutritious foods, avoiding smoking, activity sufficient to avoid the occurrence of

diabetes mellitus.

Keywords: knowledge, diabetes, diabetes diet

PENDAHULUAN

Tahun 2006, jumlah penyandang diabetes di Indonesia mencapai 14 juta orang.

Dari jumlah itu baru 50% penderita sadar mengidap dan sekitar 30% di antaranya

melakukan pengobatan secara teratur. Menurut beberapa penelitian epidemiologi,

prevalensi diabetes di Indonesia berkisar 1,5 sampai 2,3 kecuali di Manado yang

cendrung lebih tinggi yaitu 6,1% (Herlambang, 2013).

Pola hidup masyarakat saat ini harus diakui sangat praktis, terlebih untuk pola

makan. Masyarakat dimanjakan dengan berbagai jenis makanan yang sangat cepat

untuk disajikan dan bahkan instan. Ditambah dengan jenis makanan dari

mancanegara yang menurut generasi sekarang disebut dengan modern.

Diet merupakan kebiasaan dalam jumlah dan jenis makanan dan minuman yang

dimakan seseorang dari hari ke hari, terutama makanan yang telah dirancang untuk

memperbaiki kebutuhan individu yang spesifik mencangkup atau tiak mencangkup

makanan tertentu. Diet diabetes merupakan diet yang dianjurkan bagi penderita

diabetes biasanya terbatas jumlah gulanya atau karbohidrat yang mudah diserap

(Dorland, 2012).

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis ingin mengetahui hubungan

pengetahuan pasien diabetes tentang diabetes terhadap diet diabetes di puskesmas

kotabumi.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 71

TUJUAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pasien diabetes tentang

diabetes mellitus terhadap diet diabetes di puskesmas kotabumi.

METODE

Desain penelitian yang akan digunakan adalah desain deskriptif crossectional

dengan potong lintang (crossstabulation) dan tipe chi-square. Dimana chi-square

adalah untuk mengetahuan pasien diabetes tentang diabetes mellitus terhadap diet

diabetes. Penelitian ini dilakukan di puskesmas Kotabumi.

HASIL PENELITIAN

Tabel 10.1 Distribusi frekuensi jenis kelamin responden di puskesmas kotabumi

Jenis kelamin Frekuensi Percent

Laki-laki

Perempuan

Total

31

29

60

51.7

48.3

100.0

Distribusi frekuensi jenis kelamin dari 60 responden, didapat responden yang

mempunyai jenis kelamin laki-laki ada 31 orang (51,7%), responden yang

mempunyai jenis kelamin perempuan ada 29 orang (48,3%).

Tabel 10.2 Distribusi frekuensi usia responden di puskesmas Kotabumi

Usia Frekuensi Percent

< 45 tahun

> 45 tahun

Total

13

47

60

21.7

78.3

100.0

Distribusi frekuensi usia dari 60 responden didapat responden yang mempunyai usia

> 45 tahun 13 orang (21.7%), responden yang berusia > 45 tahun 47 orang (78,3%).

Tabel 10.3 Distribusi frekuensi pengetahuan pasien diabetes mellitus terhadap

diet diabetes di puskesmas kotabumi.

Pengetahuan diabetes Frekuensi Percent

Kurang 21 35.0

Sedang 21 35.0

Baik 18 30.0

Total 60 100.0

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 72

Distribusi frekuensi untuk pengetahuan pasien diabetes melitus tentang diabetes

mellitus terhadap diet diabetes. Terlihat bahwa reponden yang memiliki pengetahuan

tentang diabetes mellitus kurang sebanyak 21 (35,00%) responden, yang memiliki

pengetahuan tentang diabetes mellitus sedang sebanyak 21 (35,00%) responden, dan

yang memiliki pengetahuan tentang diabetes melitus baik sebanyak 18 (30,00%)

responden.

Tabel 10.4 Distribusi frekuensi diet diabetes di puskesmas Kotabumi

Diet diabetes Frekuensi Persent

Kurang

Sedang

Baik

Total

21

22

17

60

35.0

36.7

28.3

100.0

Distribusi frekuensi untuk diet diabetes untuk diet diabetes. Terlihat bahwa responden

yang melakukan diet diabetes kurang 21 respon (35,00%), yang melakukan diet

diabetes sedang 22 responden (36,67%), yang melakukan diet diabetes baik 17

responden (28,33%).

Tabel 10.5 Crosstabulation berdasarkan pengetahuan pasien diabetes mellitus

tentang diabetes mellitus terhadap diet diabetes di puskesmas Kotabumi

Tingkat

pengetahu

an

Diet diabetes mellitus Total

OR

(95%)

CI

p Value Kurang Sedang Baik

1,409 0,947

Kurang 7 33,33

%

9 42,85

%

5 23,8

1 %

21 100%

Sedang 8 38,9

%

7 33,33

%

6 28,5

7%

21 100%

Tinggi 6 33,33

%

6 33,33

%

6 33,3

3%

18 100%

Total 21 35% 22 36,67

%

17 28,3

3%

60 100%

Diketahui bahwa responden yang memiliki pengetahuan kurang maka diet diabetes

yang dilakukan kurang sebanyak 7 orang (33.33%), responden yang memiliki

pengetahuan kurang yang melakukan diet diabetes secara sedang sebanyak 9 orang

(42,85%), sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang dengan

melakukan diet diabetes secara baik sebanyak 5 orang (23.81%). Namun dari hasil

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 73

tabel diatas bahwa nilai yang didapat ada pada responden yang melakukan diet

diabetes secara sedang yaitu sebanyak 8 orang (38.9%). Dan pada responden yang

memiliki pengetahuan sedang dengan melakukan diet diabetes secara sedang yaitu

sebanyak 7 orang (333.33%). Dan pada responden yang memiliki tingkat

pengetahuan sedang dengan melakukan diet diabetes secara baik yaitu 6 orang

(33.33%). Hasil untuk responden yang memiliki pengetahuan tinggi dengan

melakukan diet diabetes secara kurang sebanyak 6 orang (33.33%), sedangkan untuk

responden yang memiliki pengetahuan tinggi dengan melakukan diet diabetes secara

sedang sebanyak 6 orang (33.33%). Dan responden yang memiliki pengetahuan

tinggi yang melakukan diet diabetes dengan baik sebanyak 6 orang (33.33%).

Dari tabel didapatkan nilai OR 1.409, responden yang memiliki pengetahuan lebih

baik akan melakukan diet 1.409 kali lebih baik dari pada memiliki pengetahuan

kurang. Adapun hasil yang didapatkan dari uji chi-square bahwa p value 0,947 >

0,05. Maka dapat dinyatakan bahwa Ho diterima atau tidak ada hubungan antara

pengetahuan pasien diabetes mellitus tentang diabetes mellitus terhadap diet diabetes

di puskesmas Kotabumi.

DISKUSI

Hasil penelitian terlihat perbedaan yang tidak signifikan karena jumlah laki-laki

dan perempuan hampir sebanding. Ini menandakan bahwa faktor jenis kelamin tidak

mempengaruhi terjadinya diabetes mellitus.

Dalam penelitian responden yang berumur ≥ 45 tahun ada sebanyak 47 orang

(78.3%) sehingga bila dilihat teori dari perkeni maka terdapat kesesuaian antara hasil

penelitian ini dengan teori.

Mayoritas responden berpengetahuan sedang dikarenakan faktor yang

mempengaruhi pengetahuan yaitu dorongan keluarga, motivasi diri, kedisiplinan dan

lingkungan. Kemungkinan responden memiliki pengetahuan mayoritas sedang karena

motivasi dalam dirinya untuk mempelajari diabetes kurang sehingga informasi yang

didapat tentang diabetespun kurang.

Faktor pengetahuan seharusnya akan mempengaruhi tindakan diet diabetes pada

responden namun jika dilihat dari faktor yang lain yaitu sikap, keyakinan,

kepercayaan, nilai-nilai dan tradisi dalam faktor predisposisi menurut Lawren Green,

kemungkinan faktor tradisi dalam masyarakat mempengaruhi tindakan diet diabetes.

Seperti yang diketahui bahwa tradisi masyarakat yang masih menganggap bahwa

yang dikatakan sudah memenuhi jadwal makanan adalah jika seseorang makan nasi,

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 74

sedangkan jika makan kentang, ubi, ataupun roti belum dinamakan memenuhi jadwal

makan.

KESIMPULAN

Berdasarkan uji statistik menggunakan chi-square dari nilai OR 1.409

didapatkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan lebih baik akan melakukan

diet 1.409 kali lebih baik dari pada yang memiliki pengetahuan kurang dan dapat

nilai p Value> α (0,05) didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara

pengetahuan diabetes mellitus terhadap diet diabetes.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anandita. 2007. Penatalaksanaan diabetes mellitus. Diaskes pada tanggal 19

April 2013 dari http://penatalaksanaan-diabetes-mellitus-html

2. Media, Trieks. 2009. Diabetes mellitus. PT Trieks Medika, Bandung

3. Mubarak. 2007. Ilmu keperawatan komunitas 2. Jakarta : Rineka Cipta

4. Notoadmojo. 2007. Promosi kesehatan dan ilmu prilaku. Jakarta : Rineka Cipta

5. Waspadji dan sukarji. 2007. Pedoman diet diabetes mellitus. Jakarta : Balai

Penerbit FKUI

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 75

Ns. Ria Setia Sari,S.Kep**, Desi Rohmayanti*, Geger RS*, Indah Tamaria*, Juita

Aprilia*

*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi

**Staf Dosen S1 Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK

Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling umum terjadi pada individu dewasa,

gangguan dan kesulitan tidur seringkali mengganggu lansia baik ketika memasuki

tahap pertama tidur ataupun ketika tidur berlangsung. Salah satu upaya untuk

mengatasi insomnia adalah dengan metode relaksasi. Respon relaksasi adalah salah

satu teknik meditasi sederhana untuk mengatasi tekanan dan meraih ketenagan hidup.

Tujuan : untuk mengetahui pengaruh relaksasi benson terhadap kejadian insomnia

pada lansia di Kp. Cilongok Kecamatan Pasar Kemis Tangerang.

Metode penelitian : deskriptif korelasi. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga

yang memiliki lansia, teknik pengambilan sempel adalah dengan total sampling

dengan jumlah sampel sebanyak 52 responden. Instrumen yang digunakan berupa

lembar kuesioner yang memuat beberapa pertanyaan. Teknik analisis data

menggunakan analisi univariat dan bivariat. Hasil penelitian : ini menunjukkan nilai

hitung p= 0,000 dimana nilai hitung < dari α = 0,05 dengan hipotesis Ho diterima

artinya ada pengaruh relaksasi benson terhadap kejadian insomnia pada lansia di Kp.

Cilongok Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang-Banten tahun 2013. Penelitian ini

direkomendasikan terutama pada lansia yang mengalami insomnia.

Kesimpulan : karakteristik lansia yaitu jenis kelamin perempuan 36 orang (69,2%).

Usia lansia terbanyak adalah usia 61-70 th sebanyak 22 orang (42,3%), tingkat

pendidikan lansia dari 52 responden didapat tingkat pendidikan lansia yang tidak

tamat sekolah adalah sebanyak 17 responden (32,7%). Terdapat pengaruh relaksasi

benton terhadap kejadian insomnia pada lansia.

Kata kunci : Relaksasi benton, Insomnia, Lansia

ABSTRACK

Insomnia is a sleep disorder that most commonly occurs in adult individuals, and

difficulty sleeping disorders often interfere elderly both when entering the firs stage

of sleep or when going to sleep. One effort to overcome insomnia is the relaxation

PENGARUH RELAKSASI BENSON TERHADAP KEJADIAN INSOMNIA

PADA LANSIA DI KAMPUNG CILONGOK KEC.PASAR KEMIS

TANGERANG

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 76

method. The relaxation response is a simple meditation tchniques to cope with stress

ada achieve peace of life. Pupose : to determine the effect on the insidence of

insomnia benson relaxation of the elderly in Kp. Cilongok Kecamatan Pasar Kemis

Tangerang.

Researh method : deskriptif corelation. The population in this study is a family who

has the elderly, the sampling technique is the total sampling with a sampel size of 52

respondents. Instruments used in the form of sheet questioner containing some

questions. Analysis using univariate and bivariate analysis. The result : this shows

the calculate p value = 0.000 where the count value < of α = 0.05 with the hypothesis

Ho is accepted it means there benson relaxation effect on the incidence of insomnia

in the elderly Kp. Cilongok Kecamatan Pasar Kemis Tangerang. The study

recommended, especially in the elderly who experience insomnia.

Conclusion : characteristic of the elderly femele gender 36 (69.2%), most elderly age

is 61-70 years of age were 22 men (42.3%), education level of respondents older than

52 seniors who obtained education level did not finish school is a total of 17

respondents (32.7%). There is a relaxation effect on the insidence benson insomnia in

the elderly.

Keyword : Benson Relaxation, Insomnia and the elderly

PENDAHULUAN

Dengan meningkatnya jumlah lansia, maka akan meningkat juga permasalahan

yang terjadi. Masalah sehari hari yang sering ditemukan pada lanjut usia yaitu; mudah

jatuh, mudah lelah, nyeri dada, sesak nafas pada waktu melakukan kerja fisik,

pembengkakan kaki pada bagian bawah, nyeri pinggang, nyeri pada sendi panggul,

sukar menahan air seni, sukar menahan buang air besar, gangguan pada ketajaman

penglihatan, gangguan pendengaran, gangguan tidur dll. Lansia dengan depresi,

stroke, penyakit jantung, penyakit paru, diabetes, artritis, atau hipertensi sering

melaporkan bahwa kualitas tidurnya buruk dan durasi tidurnya kurang bila

dibandingkan dengan lansia yang sehat. Gangguan tidur juga dikenal sebagai sebagai

penyebab morbiditas yang signifikan. Ada beberapa dampak serius ganngguan tidur

pada lansia misalnya mengantuk berlebihan disiang hari, gangguan atensi dan

memori, mood depresi, sering jatuh, penggunaan hipnotikyang tidak semestinya, dan

penurunan kualitas hidup. Angka kematian, angka sakit jantung dan kanker lebih

tinggi pada seseorang yang lama tidurnya lebih dari 9 jam atau kurang dari 6 jam per

hari bila dibandingkan dengan seseorang yang lama tidurnya antara 7-8 jam per hari

(WHO).

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 77

Metode relaksasi yaitu satu teknik dalam terapi prilaku untuk mengurangi

ketegangan dan kecemasan. Teknik ini dapat digunakan oleh pasien tanpa bantuan

terapis dan mereka dapat menggunakannya untuk mengurangi keteganggan dan

kecemasan yang dialami sehari-hari dirumah.

Berdasarkan uraian diatas penting untuk diteliti tentang pengaruh relaxasi

benson untuk efektifitas teknik relaksasi dapat memberikan kenyamanan pada saat

tidur dan meningkatkan kualitas tidur pada lansia. Oleh karena itu judul yang akan

dibahas oleh peneliti adalah “Pengaruh Relaksasi Benson Terdapat Keadaaan

Insomnia Pada Lansia Di KpCilongok Kecamatan Pasar Kemis Tangerang.

TUJUAN

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui Pengaruh Relaksasi Benson Terdapat

Keadaaan Insomnia Pada Lansia Di KpCilongok Kecamatan Pasar Kemis Tangerang.

METODE

Desain penelitian ini adalah Quasi eksperimen atau eksperimen semu. Pada

penelitian ini klien dilakukan intervensi, sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi

benson diukur kualitas tidur pada lansia. Penelitian dilakukan di KpCilongok

Kecamatan Pasar Kemis Tangerang pada 13 juni 2013 sampai dengan 13 September

2013.

HASIL PENELITIAN

Tabel 11.1 Distribusi frekuensi responden di Kp Cilongok Kecamatan Pasar

Kemis Tangerang

Distribusi frekuensi responden Jumlah

(n)

Persentase

(%)

1. Jenis Kelamin Lansi

Laki-laki

Perempuan

Total

2. Usia Lansia

65-74 th

75-90 th

> 90 th

Total

3. Tingkat Pendidikan

Tidak Tamat

16

36

52

12

22

18

52

17

30,8

69,2

100

23,1

42,3

34,6

100

32,7

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 78

SD

SMP

SMA

Total

16

10

9

52

30,8

19,2

17,3

100

Distribusi frekuensi jenis kelamin lansia, dapat dilihat bahwa frekuensi dari 52

responden lansia adalah laki-laki 16 orang (30,8%), kemudian lansia dengan jenis

kelamin perempuan adalah sebanyak 36 orang (69,2%). Distribusi frekuensi usia

lansia dari 52 responden, didapat usia terbanyak adalah usia 75-90 th sebanyak 22

orang (42,3%), sedangkan untuk usia > 90 th sebanyak 18 orang (34,6%), dan usia

yang paling sedikit adalah usia 65-74 th sebanyak 12 orang (23,1%).

Distribusi frekuensi tingkat pendidikan lansia dari 52 responden didapat tingkat

pendidikan lansia yang tidak tamat sekolah adalah sebanyak 17 responden (32,7%).

Untuk jumlah lansia yang berpendidikan sampai tingkat SD adalah sebanyak 16

responden (30,8%), untuk pendidikan smp sebanyak 10 responden (19,2%) dan

sisanya 9 responden (17,3%) dengan tingkat pendidikan SMA.

Tabel 11.2 Distribusi kejadian tingkat insomnia pada lansia sebelum relaksasi

benson di Kp Cilongok Kecamatan Pasar Kemis Tangerang pada 13 juni 2013

sampai dengan 13 September 2013 (n=52)

Tingkat insomnia Jumlah (n) Presentase

Ringan

Sedang

Berat

Total

16

17

19

52

30,8

32,7

36,5

100

Kejadian insomnia pada lansia dari 52 responden, sebelum melakukan relaksasi

benson lansia mengalami insomnia ringan sebanyak 16 responden (30,8%), lansia

yang mengalami insomnia sedang 17 responden (32,7%), lansia yang mengalami

insomnia berat 19 responden (36,5%).

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 79

Tabel 11.3 Pengaruh relaksasi benson terhadap kejadian insomnia pada lansia

di Kp Cilongok Kecamatan Pasar Kemis Tangerang

Variabel

relaksasi

benton

Kejadian Insomnia

p-

Value

Insomnia

ringan

Insomnia

sedang

Insomnia

berat Total

Jumlah

(n) F (%)

Jumlah

(n)

F

(%)

Jumlah

(n)

F

(%)

Jumlah

(n)

F

(%)

Sebelum

Sesudah

Total

16

41

57

30,8

78,8

54,8

17

11

28

32,7

21,2

26,9

19

0

19

36,5

0

18,3

52

52

104

100

100

100

0,000

Pengaruh relaksasi benton terhadap tingkat insomnia pada lansia di KpCilongok

Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang-Banten, didapatkan hasil bahwa terdapat 16

responden (30,8%) mengalami insomnia ringan, 17 responden (32,7%) mengalami

insomnia sedang, 19 responden (36,5%) mengalami nsomnia berat sebelum dilakukan

relaksasi benton, dan didapatkan 41 responden (78,8%) mengalami insomnia ringan,

11 responden (21,2%) mengalami insomnia sedang, 0 responden (0%) mengalami

insomnia berat setelah dilakukan relaksasi benson.

DISKUSI

Dalam penelitian ini bahwa untuk tipe insomnia tidak dilakukan pengkajian

mendalam. Hasil penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan

Gin-gin sugiono (2012) dimana disimpulkan bahwa lansia yang untuk kejadian

insomnia pada lansia dari 35 responden, sebanyak 14 responden (40%) lansia tidak

mengalami insomnia, lansia yang mengalami insomnia ringan 10 responden (28,6%),

yang mengalami insomnia berat sebanyak 8 responden (22,9%), dan yang mengalami

insomnia sedang sebanyak 3 responden (8,6%).

Hasil analisis bivariat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan

penerapan teknik relaksasi benson terhadap insomnia pada lansia. Dan juga yang

diungkapkan widastara (2009) tentang teknik relaksasi progresif yang diberikan pada

lansia dengan keluhan insomnia, menunjukkan persentase hasil penemuan setelah

dilakukan relaksasi progresif keluhan insomnia sebanyak 13% menurunkan keluhan

insomnia tingkat ringan dan presentase hasil penemuan sebanyak 86,7% menurunkan

keluhan insomnia tingkat sedang.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 80

KESIMPULAN

Dari hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji chi-square diperoleh hasil

secara statistik bahwa nilai signifikannya adalah 0,000 (0,000<0,05) artinya terdapat

pengaruh relaksasi benson terhadap kejadian insomnia pada lansia di KpCilongok

Kecamatan Pasar Kemis Tangerang.

DAFTAR PUSTAKA

1. Asmadi. 2008. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta : Penerbit

Salemba Medika

2. Beare dan Stanley. 2007. Buku ajar gerontik. Jakarta : penerbit buku kedokteran

3. Hardiwinoto. 2005. Asuhan keperawatan pada lansia. Jakarta : penerbit buku

kedokteran EGC

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 81

Ns. Ayu Pratiwi, S.Kep**, desti rosalina*, febri astian r*, ilwan saferi*, ismi

zumrotus.s*

*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi

**Staf Dosen S1 Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan dan pendirian yang

diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan

dengan orang lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan konsep

diri terhadap motivasi belajar. Desain penelitian ini menggunakan pendekatan cross

sectional dan deskriptif korelasi. Dari hasil penelitian terdapat hubungan yang

signifikan antara konsep diri dan motivasi belajar dengan P value (0,001) < α (0,05),

nilai OR = 7,1 yang berarti mahasiswa dengan konsep diri negatif memiliki peluang

7 kali untuk dapat mengalami penurunan motivasi belajar dibandingkan dengan

mahasiswa yang memiliki konsep diri positif, dan hasil uji koefisien korelasi

menunjukkan kekuatan korelasi cukup yaitu 0,452. Hasil penelitian diperkuat dengan

pendapat bahwa semakin baik konsep diri yang dimiliki maka semakin tinggi

motivasi yang dimiliki untuk mencapai tujuan yaitu prestasi akademik yang tinggi

(Panjaitan, 2001 dalam Prabawati, 2012). Dari hasil penelitian disarankan agar

mahasiswa dapat menumbuhkan konsep diri yang baik.

Kata Kunci : Konsep diri, Motivasi belajar

ABSTRACT

The self-concept is all forms of idea, opinion, feeling, belief, and establishment of

individual known about himself and influence the individual in relation with their

surroundings. This research aimed to determine the relationship self-concept with

learning motivation.The research design used cross sectional and correlation

descriptive. The result of research, shows there is meaningful or relevant relation

between self-concept and learning motivation, using p value (0,001) < α (0,05), the

value of OR is 7,1 it means that students with negative self-concept have 7 chance to

decreased learning motivation than students with positive self-concept, the result of

HUBUNGAN KONSEP DIRI TERHADAP MOTIVASI

BELAJAR MAHASISWA SEMESTER II KEPERAWATAN

DI STIKES YATSI TANGERANG

TAHUN 2013

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 82

correlation coefficient means sufficient correlation (0,452). Result of research

reinforced by the opinion better self concept the higher motivation to achieve the goal

of high academic achievement (Panjaitan, 2001 in Prabawati 2012). The result of

research suggested that students can foster a good self-concept.

Key words : Self Concept, Learning Motivation.

PENDAHULUAN

Pendidikan nasional dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional (UU Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 yaitu, pendidikan nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Kegiatan belajar pada dasarnya dilakukan oleh semua makhluk hidup, mulai

dari bentuk kehidupan yang sederhana sampai dengan kompleks. Ada berbagai

macam tafsiran tentang belajar, tergantung pada yang dianutnya. (Hamalik, 2008

dalam Mulyana, 2009).

Penelitian yang dilakukan oleh Cecep Mulyana dalam Nursing Journal of

Padjadjaran University di Akademi Keperawatan Kabupaten Subang tahun akademik

2009 pada mahasiswa tingkat 1 diperoleh hasil analisis mengenai motivasi belajar

pada responden di Akper Pemkab Subang, dari 97 mahasiswa 40,2% (39 mahasiswa)

memiliki motivasi belajar yang baik, sedangkan sisanya yaitu 59,8% (58 mahasiswa)

memiliki motivasi belajar yang kurang.

Motivasi belajar dipengaruhi oleh faktor intrinsik atau faktor yang melekat

dalam diri individu seperti psikologi individu. Setiap manusia memiliki psikologi

yang berbeda termasuk dalam hal perilaku maupun cara pandang seseorang terhadap

dirinya, masalah serta lingkungannya. Cara seseorang memandang maupun menilai

semua hal yang ada pada dirinya baik fisik, kemampuan, maupun emosional disebut

konsep diri terhadap motivasi belajar.

TUJUAN

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan konsep diri terhadap

motivasi belajar pada mahasiswa semester II keperawatan di STIKes YATSI

Tangerang.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 83

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yaitu peneliti

mempelajari hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan melakukan

pengukuran sesaat, tidak semua objek penelitian harus diperiksa pada hari atau saat

yang sama tetapi baik variabel bebas maupun variabel terikat dinilai hanya satu kali

saja (Sastroamoro, 2008 dalam Firdaus, 2013).

HASIL PENELITIAN

Tabel 12.1 Distribusi Frekuensi Gambaran Karakteristik Individu Mahasiswa

Semester II Keperawatan di STIKes Yatsi Tangerang Tahun 2013.

Data distribusi frekuensi gambaran karakteristik responden pada tabel 5.1

menunjukkan bahwa usia rata-rata berada pada rentang usia remaja akhir yaitu 19-21

tahun sebanyak 38 orang (60,3%), sedangkan untuk rentang usia remaja madya (15-

18 tahun) didapatkan data sebanyak 25 orang (39,7%). Data yang didapatkan untuk

jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 11 orang (17,5%), sedangkan jenis kelamin

perempuan yaitu 52 orang (82,5%).

Karakteristik Jumlah

Responden

Persentase

Usia 1.Remaja Madya

(15-18 tahun)

2.Remaja Akhir

(19-21 tahun)

Total

25

38

63

39,7%

60,3%

100,0%

Jenis Kelamin 1. Laki-laki

2. Perempuan

Total

11

52

63

17,5%

82,5%

100,0%

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 84

Tabel 12.2 Distribusi Frekuensi Gambaran Konsep Diri Mahasiswa Semester II

Keperawatan di STIKes Yatsi Tangerang Tahun 2013

Berdasarkan tabel 2 diketahui dari 63 responden, didapat responden yang memiliki

konsep diri negatif sebanyak 36 orang (57,1%) dan terdapat 27 orang (42,9%)

responden yang memiliki konsep diri positif.

Tabel 12.3 Distribusi Frekuensi Gambaran Motivasi Belajar Mahasiswa

Semester II Keperawatan di STIKes Yatsi Tangerang Tahun 2013

Data distribusi frekuensi motivasi belajar berdasarkan tabel 3 didapatkan hasil 35

responden (55,6%) memiliki motivasi belajar kurang baik, sedangkan untuk motivasi

belajar baik terdapat 28 responden (44,4%).

Konsep Diri Jumlah Responden Persentase

Negatif

Positif

Total

36

27

63

57,1%

42,9%

100,0%

Motivasi Belajar Jumlah Responden Persentase

Kurang Baik

Baik

Total

35

28

63

55,6%

44,4%

100,0%

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 85

Tabel 12.4 Crosstab Hubungan Konsep Diri Terhadap Motivasi Belajar

Mahasiswa Semester II Keperawatan di STIKes Yatsi Tangerang Tahun 2013

Hasil analisis tabulasi silang (crostabulation) pada tabel 5, menunjukkan hubungan

konsep diri dengan motivasi belajar. Diketahui dari 36 mahasiswa (57,1%) memiliki

konsep diri negatif, sebanyak 27 mahasiswa (42,9%) diantaranya memiliki motivasi

belajar kurang baik dan sedikitnya 9 mahasiswa (14,3%) memiliki motivasi belajar

yang baik. Hal yang sama juga diperlihatkan oleh mahasiswa yang memiliki konsep

diri positif, diketahui dari 27 mahasiswa (42,9%) memiliki konsep diri positif,

sebanyak mahasiswa 19 (30,2%) diantaranya memiliki motivasi belajar yang baik dan

8 mahasiswa (12,7%) memiliki motivasi belajar yang kurang baik.

Tabel 12.5 Hasil Koefisien Korelasi Hubungan Konsep Diri Terhadap Motivasi

Belajar Mahasiswa Semester II Keperawatan di STIKes Yatsi Tangerang

KonsepDiri MotivasiBelajar

KonsepDiri

Pearson

Correlation

1 .452**

Sig. (2-tailed) .000

N 63 63

MotivasiBelajar

Pearson

Correlation

.452**

1

Sig. (2-tailed) .000

Konsep

Diri

Motivasi Belajar

Kurang Baik

Baik

n % n %

Total

n %

Odds

Rasio

(OR)

CI

95%

P Value

Negatif

Positif

Jumlah

27 42,9% 9 14,3%

8 12,7% 19 30,2%

35 55,6% 28 44,4%

36 57,1%

27 42,9%

63 100,0%

7,1

(2,328-

21,809)

0.001

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 86

N 63 63

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan tabel 12.5 diketahui bahwa hubungan atau korelasi antara konsep diri

terhadap motivasi belajar dengan korelasi cukup sebesar 0,452.

Tabel 12.6 Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi

Interval Koefisiensi Tingkat Hubungan

±0,00-0,199 Korelasi sangat rendah

±0,20-0,399 Korelasi sedang

±0.40-0,599 Korelasi cukup

±0.60-0,799 Korelasi kuat

±0,80-1,00 Korelasi sangat kuat

(Sugiyono, 2012)

DISKUSI

Hasil analisis data distribusi frekuensi untuk motivasi belajar, dari 63 responden

didapatkan 35 mahasiwa (55,6%) memiliki motivasi belajar yang kurang baik, dan 28

mahasiswa (44,4%) memiliki motivasi belajar yang baik. Mengacu pada teori bahwa

konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan dan pendirian yang

diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan

dengan orang lain. Konsep diri tumbuh dari interaksi seseorang dengan orang-orang

lain yang berpengaruh dalam kehidupannya, biasanya orang tua, guru, dan teman-

teman. Proses yang berkesinambungan dari perkembangan konsep diri dipengaruhi

oleh pengalaman interpersonal dan kultural yang memberikan perasaan positif,

memahami kompetensi pada area yang bernilai bagi individu dan dipelajari melalui

akumulasi kontak-kontak sosial dan pengalaman dengan orang lain (Suliswati, 2005).

Konsep diri memainkan peran yang sangat besar dalam menentukan keberhasilan

seseorang karena konsep diri dapat dianalogikan sebagai komputer mental yang

mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang termasuk dorongan atau motivasi

dalam belajar (Ely, 2013).

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 87

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan pada bab

sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa,

Hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas jenis kelamin responden adalah

perempuan yaitu 52 responden (82,5%). Profesi keperawatan yang didominasi kaum

perempuan disebabkan karena sikap dasar perempuan yang identik sebagai sosok

yang ramah, sabar, telaten, lemah lembut, berbelas kasih, dan gemar bersosialisasi

(Dauglas, 1994 dalam Rahajeng, 2011).

Konsep diri mahasiswa mayoritas memiliki konsep diri negatif yaitu sebanyak

36 orang (57,1%). Banyaknya mahasiswa yang memiliki konsep diri negatif

dikarenakan setiap individu berbeda dalam menginterpretasikan stimulus dalam

lingkungannya yang diperoleh melalui pengalaman yang unik dengan dirinya sendiri

dan orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

1. Euis, Karwati dan Donni Juni. (2014). Manajemen Kelas (Classroom

Management). Bandung : Alfabeta

2. Firdaus, A.N, dkk. (2013). Konsep Diri dan Motivasi Belajar.

http://jurnal.akper17.ac.id. Jurnal Akademi Keperawatan Karanganyar

3. Hastono, S.P. (2007). Analisis Data Kesehatan. Universitas Indonesia:

Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat.

4. Herri, dan Namora. (2011). Pengantar Psikologi Untuk Kebidanan. Jakarta :

Kencana

5. Solihin, Muhamad. (2011). Skripsi Hubungan Konsep Diri dan Hasil Belajar

Fisika Siswa melalui Pembelajaran Inkuiri pada Konsep Tekanan.

http://repository.uinjkt.ac.id/. Skripsi Universitas Islam Negeri Jakarta.

6. Sugiyono. (2013). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

7. Sukmadinata, Nana S. (2009). Landasan Psikologi Proses Pendidikan.

Bandung: Rosdakarya.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 88

Ns.Katrin Agustina,S.S.Kep**, wulandari*, angga supriatna*, abdul khilik*, amrilka

wahyuni*

*Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Yatsi

**Staf Dosen S1 Keperawatan Stikes Yatsi

ABSTRAK

Semua bayi sudah diimunisasi secara lengkap sebelum tahun pertama kehidupannya.

Karena imunitas yang dihasilkan mungkin tidak menetap lama maka perlu dilakukan

imunisasi ulangan pada waktu anak masuk sekolah dan sekali lagi setelah anak

berumur sepuluh tahun atau sebelas tahun (Dirjen PP & PL Depkes RI, 2006).Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan motivasi ibu membawa balita

dengan kelengkapan status imunisasi balita. Metode PenelitianPenelitian ini

menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross-sectional dengan cara

mempelajari korelasi antara berapa variabel independen atau variabel bebas

(kelengkapan imunisasi) dengan variabel dependen atau variabel terikat (motivasi ibu

membawa balita) dimana waktu yang digunakan menganalisa secara bersamaan dan

bersifat sesaat. Dalam penelitian ini melibatkan 125 responden. Teknik yang

digunakan untuk pengambilan data adalah dengan kuota (quota sampling). Hasil

Penelitian analisa data menggunakan uji chi-square menunjukkan bahwa dari 3

karakteristik motivasi internal yang diteliti yaitu umur, pendidikan, dan pekerjaan,

hanya umur ibu yang tidak memiliki hubungan bermakna dengan Kelengkapan

Imunisasi Balita dimana p-value = 0,274 < OR = 2,019, pendidikan (p = 0,021 dan

OR = 3,889), dan pekerjaan p = 0,012 dan OR = 4,364. Dan apabila dilihat dari

motivasi ekternal semua variabel (budaya/mitos, dukungan keluarga, dukungan

petugas kesehatan dan jarak/tempat), memiliki hubungan bermakna dengan

kelengkapan imunisasi balita. Budaya/mitos p = 0,000 < OR = 14,344, jarak p =

0,047 <OR = 3,258, dukungan keluarga p = 0,012 < OR = 4,571, dan petugas

kesehatan p = 0,003 <OR = 5,938. Kesimpulan dan saran, dari hasil penelitian dapat

simpulkan bahwa motivasi ibu membawa balita dari 62 responden diperoleh hasil

bahwa faktor umur tidak memiliki hubungan bermakna untuk memotivasi ibu

membawa balita dengan kelengkapan imunisasi balita, sedangkan faktor pendidikan,

HUBUNGAN MOTIVASI IBU MEMBAWA BALITA KE POSYANDU

DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI BALITA DI PUSKESMAS

JATIUWUNG TANGERANG

TAHUN 2013

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 89

pekerjaan, pengaruh budaya/mitos, dukunga keluarga, dukungan petugas kesehatan

dan jarak memiliki hubungan yang bermakna dengan kelengkapan imunisasi balita.

ABSTRAK

All babies are fully immunized before the first year of life. Due to the resulting

immunity may not remain longer it is necessary to repeat immunization at the time

the child goes to school and again after a ten-year-old child or eleven Dirjen PP &

PL Depkes RI, 2006).. The purpose of this study was to determine the relationship of

maternal motivation carrying a toddler with a complete infant immunization status.

Methods This study uses a quantitative approach to the cross-sectional design by

studying the correlation between how independent variable or variables

(completeness immunization) with the dependent variable or dependent variable

(motivation mother carrying a toddler) where time is used to analyze simultaneously

and is instantaneous. In this study involving 125 respondents. The technique used for

collecting data is the quota (quota sampling). Results of data analysis using the chi-

square test showed that the internal motivation of the three characteristics studied

were age, education, and employment, only the mother's age who do not have a

significant relationship with the Toddler Immunization Completeness where p-value

= 0.274 <OR = 2.019, education (p = 0.021 and OR = 3.889), and the work p =

0.012 and OR = 4.364. And when seen from the external motivation of all variables

(culture / myth, family support, support for health personnel and distance / place),

has a significant relationship with complete immunization of infants. Culture / myth p

= 0.000 <OR = 14.344, p = 0.047 distance <OR = 3.258, p = 0.012 family support

<OR = 4.571, and health workers p = 0.003 <OR = 5.938. Conclusions and

suggestions, the results of research can be concluded that the motivation of mothers

carrying toddlers of 62 respondents showed that the age factor does not have a

significant relationship to motivate mothers to bring children with complete

immunization of infants, while the factor of education, employment, cultural

influences / myth, dukunga family, support health workers and distance have a

significant relationship with the completeness of immunization of infants.

PENDAHULUAN

Upaya percepatan penurunan angka kematian bayi dan angka kematian ibu, tentunya

akan berhasil apabila melibatkan seluruh pemangku kepentingan baik unsur

pemerintahan maupun unsur masyarakat dan dunia usaha. Kemudian untuk

mengintegrasikan kegiatan seluruh kepentingan dalam rangka mempercepat

penurunan angka kematian bayi dan angka kematian ibu, maka Posyandu menjadi

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 90

salah satu lembaga yang paling tepat, karena keberadaannya sudah cukup lama dan

terbukti berhasil mengatasi berbagai permasalahan yang berhubungan dengan

kesehatan ibu dan anak, gizi, imunisasi, pemberantasan penyakit menular dan lain-

lain, yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap rendahnya angka kematian ibu

dan angka kematian bayi (kementrian kesehatan RI, 2006).

Cakupan imunisasi bayi Dinas Kesehatan jatiuwung tangerang tahun

2013menunjukkan bahwa cakupan imunisasi di Kabupaten dari 274.795 orang bayi

yang menjadi sasaran, bayi yang mendapat imunisasi BCG sebesar 225. 847 orang

(82, 31%), DPT I sebesar 195.161 orang (71,02%), DPT II sebesar 171.216 (62,

31%), DPT III sebesar 165.611 (57,63%), Polio sebesar 144.301 orang bayi

(52,51%), Campak sebesar 220.751 orang (80,33%) dan hepatitis sebesar 137.403

orang bayi (50%). Faktor yang mempengaruhi cakupan imunisasi pada suatu daerah,

baik itu dari masyarakat maupun petugas kesehatan yang memberikan pelayanan

imunisasi misalnya, pengetahuan ibu untuk mengimunisasikan bayinya, karena

pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku.

Sikap yang positif dapat menjadi faktor predisposing atau pencetus yang

menyebabkan ibu membawa bayinya imunisasi. Keterjangkauan tempat pelayanan

imunisasi sangat berpengaruh kepada ibu-ibu yang mempunyai bayi sehingga

mereka membawa bayinya mengikuti program imunisasi.

TUJUAN

Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui hubungan motivasi ibu membawa

balita ke posyandu dengan kelengkapan imunisasi balita.

METODE PENILITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross-sectional

dengan cara mempelajari korelasi antara berapa variabel independen atau variabel

bebas (kelengkapan imunisasi) dengan variabel dependen atau variabel terikat

(motivasi ibu membawa balita) dimana waktu yang digunakan menganalisa secara

bersamaan dan bersifat sesaat.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 91

HASIL PENELITIAN

Tabel 13.1 Distribusi Frekuensi Faktor Motivasi Internal Ibu Balita Di

puskesmas jatiuwung tangerang tahun 2013

NO Variabel frekuensi Persentase

1 Umur

Dewasa Muda : 16-35 45 72,6

Dewasa Tua : 36-45 17 27,4

2 Pendidikan

Dasar (SD, SMP) 40 64,5

Menengah dan Tinggi (SMA, PT) 22 35,5

3 Pekerjaan

Bekerja 30 48,4

Tidak Bekerja 32 51,6

Tabel 13.1 Menunjukan distribusi frekuensi factor motivasi internal ibu balita di

posyandu kenceh kecamatan curugbitung kabupaten jatiuwung Variabel umur ibu

dikategorikan dewasa muda 16-35 tahun dan dewasa tua 36-45 tahun,diketahui

sebagian ibu yang dewasa muda 16-35 tahun, yaitu sebanyak 45 orang (72,6%),

sedangkan ibu yang dewasa tua 36-45 tahun, yaitu Sebanyak 17 orang (27,4%).

Tabel 13.2 Distribusi Frekuensi Faktor Motivasi Eksternal Ibu Balita Di

jatiuwung tangerang tahun 2013

NO Variabel Frekuensi Persentase

1 Pengaruh Budaya

Tidak ada pengaruh 35 56,5

Ada pengaruh 27 43,5

2 Dukungan Keluarga

Rendah 27 43,5

Tinggi 35 56,5

3 Dukungan Petugas Kesehatan

Rendah 21 33,9

Tinggi 41 66,1

4 Jarak

> 1 kilometer 32 51,6

< 1 Kilometer 62 48,4

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 92

Tabel 13.2 Menunjukan distribusi frekuensi factor motivasi eksternal ibu balita di

puskesmas jatiuwung tangerang tahun2013Variabel pengaru budaya/mitos

dikategorikan tidak percaya dan percaya, sekor 0 untuk jawaban tidak percaya dan

sekor 1 untuk jawaban percaya.

Tabel 13.3 Distribusi Frekuensi Faktor Kelengkapan Imunisasi Balita Di

puskesmas jatiuwung tangerang tahun2013

Variabel Frekuensi Persentase

Imuninasi

Kurang Lengkap 49 79,0

Lengkap 13 21,0

Tabel 13.3 Menunjukan distribusi frekuensi factor motivasi internal ibu balita di

posyandu kenceh kecamatan curugbitung kabupaten lebak. Dikategorikan Tidak

lengkap, jika frekuensi imunisasi balita ibu < 80% (< 5 kali), dan lengkap, jika

frekuensi imunisasi balita ibu > 80% (> 5 kali). Diketahui sebagian ibu yang

mengimunisasi balita di Posyandu dengan lengkap, yaitu sebanyak 13 orang (21,0%),

sedangkan ibu yang tidak lengkap imunisasi balita(frekuensi imunisasi <5 kali), yaitu

sebanyak 49 orang (79,0%).

Tabel 13.4 Hubungan Faktor Motivasi Internal Ibu Dengan Kelengkapan

Imunisasi Balita Di puskesmas jatiuwung tangerang tahun2013

Variabel

Kelengkapan

Imunisasi Balita OR CI 95% P-

Value Kurang Lengkap

Umur

Dewasa Muda : 16-35 36 9 1,231

0,323 -

4,689 0,505

Dewasa Tua : 36-45 13 4

Pendidikan

Dasar (SD, SMP) 29 11

0,264 0,053 -

1,320 0,168

Menengah dan

Tinggi(SMA, PT) 20 2

Pekerjaan

Bekerja 25 5 0,600

0,172 -

2,094 0,421

Tidak Bekerja 24 8

Tabel 13.4 Menunjukan hubungan factor motivasi internal ibu dengan kelengkapan

imunisasi balita di posyandu kenceh kecamatan curugbitung kabupaten lebak tahun

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 93

2015, hasil analisis hubungan umur ibu dengan Kelengkapan Imunisasi Balita,

diketahui dari 45 orang ibu yang berumur dewasa muda 16 - 35, ada 36 orang (73,5%)

yang kurang dalam melakukan imunisasi balita di Posyandu, sedangkan dari 17 orang

ibu yang berumur dewasa tua 36 - 45 tahun, ada 13 orang (26,5%) yang kurang dalam

melakukan imunisasi balita di Posyandu.

Tabel 13.5 Hubungan Faktor Motivasi Eksternal Ibu Dengan Kelengkapan

Imunisasi Balita Di puskesmas jatiuwung tangerang tahun2013

Variabel

Kelengkapan

Imunisasi Balita OR CI 95% p-

Value Kurang Lengkap

Pengaruh Budaya

Tidak ada pengaruh 32 3 6,275

1,520 -

25,906 0,006

Ada pengaruh 17 10

Dukungan Keluarga

Rendah 20 7 0,591

0,173 -

2,023 0,400

Tinggi 29 6

Dukungan Petugas

Kesehatan

Rendah 16 5 0,776

0,219 -

2,574 0,949

Tinggi 33 8

Jarak

> 1 kilometer 26 6 1,319

0,387 -

4,495 0,658

< 1 Kilometer 23 7

Tabel 12.5 Menunjukan Faktor motivasi eksternal ibu dengan kelengkapan imunisasi

balita di puskesmas jatiuwung tangerang tahun2013Hasil analisis hubungan Pengaruh

budaya/mitos dengan Kelengkapan Imunisasi Balita, diketahui dari 27 orang ibu yang

ada pengaruh budaya/mitos, ada 17 orang (34,7%) yang tidak lengkap mengimunisasi

balita, sedangkan dari 35 orang ibu yang tidak ada pengaruh budaya/mitos, ada 32

orang (65,3%) yang tidak lengkap mengimunisasi balitanya.

DISKUSI

Penelitian ini menemukan atau menghasilkan temuan yang menjawab hipotesis

penelitian sebagai berikut :

1.Tidak terdapat hubungan antara usia, pendidikan, pekerjaan, dukungan petugas

kesehatan, dukungan keluarga dan jarak tempat tinggal ibu balita ke lokasi posyandu

dengan status kelengkapan imunisasi balita.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol.7 Desember 2013. ISSN 2086-9266 94

2.Terdapat hubungan antara pengaruh budaya/mitos dengan kelengkapan imunisasi

balita.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian cross sectional tentang hubungan motivasi ibu

membawa balita dengan kelengkapan imunisasi balita di puskesmas jatiuwung

tangerang tahun2013, didapatkan kesimpulan:Tidak terdapatnya hubungan antara

umur dengan Kelengkapan Imunisasi Balita yang dilakukan ibu, karena dengan

kategori umur ibu dewasa muda 16 - 35 akan mempengaruhi pula terhadap perilaku

ibu dalam membawa balitanya untuk berkunjung ke Posyandu secara teratur sesuai

dengan ketentuan, karena antusiasme dan semangat ibu lebih tinggi di banding ibu

dewasa tua.

Tidak terdapat hubungan antara pendidikan dengan kelengkapan imunisasi balita

karena, pendidikan ibu rata-rata lulusan SD dan SMP, sehingga ibu yang datang

membawa anak balitanya ke Posyandu untuk imunisasi rata-rata lulusan SD dan

SMP. Di daerah pedesaan pendidikan kaum perempuan cenderung kurang

diutamakan dibandingkan dengan kaum laki-laki, asalkan sudah bisa membaca dan

menulis, dianggap telah cukup untuk seorang perempuan. Sehingga pada akhirnya

akan mempengaruhi terhadap tingkat pendidikan ibu-ibu khususnya di daerah

pedesaaan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Adi Sasmito,2007.http/pustaka unpad.ac.id/wp.conten.Gizi,BalitadanIbuhamil

2. Brunner & Suddarth, 2001. Keperawatan medikal Bedah. EGC : Jakarta

3. Departemen kesehatan RI.2006 Buku Kader Posyandu Dalam Usaha Perbaikan

Gizi Keluarga. Jakarta. Departemen Kesehatan RI.

4. Donna L. Wong. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. EGC : Jakarta

5. Hidayat, Aziz Alimul A., 2008,Pengantar Ilmu Keperawatan 1, Salemba

medika,Jakarta

6. Sudibyo Supardi & Rustika. 2013. Metodologi Riset Keperawatan. Trans Info

Media, Jakarta.

7. Wahyuni, S, 2007 Hubungan Pengetahuan Dengan Kehadiran Ibu Balita Di

Posyandu Petanjungan Petarukan Pemalang

8. Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Dengan

Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC.EGC, Jakarta


Recommended