+ All Categories
Home > Documents > PEMBENTUKAN AKHLAK MELALUI BUDAYA SEKOLAH DI ...

PEMBENTUKAN AKHLAK MELALUI BUDAYA SEKOLAH DI ...

Date post: 09-Jan-2023
Category:
Upload: khangminh22
View: 0 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
148
PEMBENTUKAN AKHLAK MELALUI BUDAYA SEKOLAH DI SMP NEGERI 2 CIBINONG Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Rini Fadilah NIM 1112011000084 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017 M
Transcript

PEMBENTUKAN AKHLAK MELALUI BUDAYA SEKOLAH

DI SMP NEGERI 2 CIBINONG

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh

Rini Fadilah

NIM 1112011000084

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2017 M

i

ABSTRAK

Rini Fadilah (NIM: 1112011000084). Pembentukan Akhlak Melalui Budaya

Sekolah di SMP Negeri 2 Cibinong. Skripsi. Pendidikan Agama Islam,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode yang digunakan sekolah

dalam membentuk akhlak peserta didik di SMP Negeri 2 Cibinong, dan akhlak

peserta didik yang terbentuk. Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif.

Penelitian ini mendeskripsikan tentang pembentukan akhlak melalui budaya sekolah

di SMP Negeri 2 Cibinong. Metode yang digunakan untuk memperoleh data dalam

penelitian ini adalah dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian

ini membuktikan bahwa metode yang digunakan sekolah dalam pembentukan akhlak

peserta didik melalui budaya sekolah di SMP Negeri 2 Cibinong adalah melalui

tahap-tahap pembiasaan dengan melaksanakan kegiatan yang diwajibkan oleh

sekolah, memberikan tugas, memberikan hukuman bagi pelanggar, memberi

penghargaan bagi peserta didik yang berprestasi, teladan dan nasehati serta

membimbing. Adapun pembiasaan yang ada di sekolah berupa budaya menanam

tanaman, tidak membuang sampah sembarangan, budaya senyum, sapa, sholat dhuha,

sholat berjamaah, infaq atau sodaqoh dan membaca. Hasil yang dicapai setelah

melakukan budaya sekolah adalah perubahan afektif dan akademik terhadap peserta

didik ke arah yang lebih baik, akhlak peserta didik semakin meningkat, tingkat

kedisiplinan semakin tinggi, dan terbentuk beberapa akhlak lainya seperti tanggung

jawab, peduli lingkungan, peduli sosial, kreatif dan gemar membaca. Faktor

pendukung proses pembentukan akhlak di SMP Negeri 2 Cibinong adalah komitmen

bersama, antusias peserta didik dan motivas orang tua. Sedangkan faktor

penghambatnya adalah beberapa oknum peserta didik yang kurang respect, beberapa

orang tua yang kurang memotivasi anaknya, kurangnya pendanaan sekolah, letak

geografis rumah yang terlalu jauh. Dengan demikian dapat disimpulkan, tahapan-

tahapan pembentukan akhlak melalui budaya sekolah memiliki konstribusi yang baik

untuk membantu membentuk akhlak yang baik bagi diri peserta didik.

ii

Kata Pengantar

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah

memberikan nikmat kepada hambanya hingga tidak terhitung jumlah dan

kadarnya, memberikan kami waktu sampai detik ini sehingga kami masih dapat

menjalankan kewajiban yaitu menuntut ilmu. Sholawat dan salam tak lupa kami

sampaikan kepada baginda alam pejuang umat Islam Nabi Muhammad SAW yang

menunjukan kepada kami jalan kebenaran yang diridhoi Allah Swt.

Suatu kebanggaan tersendiri bagi penulis yang telah menyelesaikan

penulisan karya ilmiah ini, Terselesaikannya karya ilmiah ini merupakan hasil

yang tidak lepas dari dukungan banyak pihak yang telah membantu baik secara

langsung maupun tidak langsung berupa doa, semangat, sumbangan pemikiran,

maupun bahan-bahan yang dibutuhkan bagi penyempurnaan karya ilmiah. Oleh

karena itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada beberapa pihak

yang membantu dalam penulisan karya ilmiah ini. Rasa terima kasih tersebut

penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.A dan Hj. Marhamah Shaleh, L.c, M.A, selaku

Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Muhammad Dahlan, M. Hum, selaku dosen pembimbing akademik yang

memberikan arahan, motivasi untuk selalu semangat dan segera

menyelesaikan karya ilmiah ini.

iii

5. Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M. A, selaku dosen pembimbing yang telah sabar

memberikan arahan dan meluangkan waktu dalam proses bimbingan hingga

penulis menyelesaikan ilmiah ini.

6. Nina Nurmasari, S.Pd, M.Pd, selalu kepala SMP Negeri 2 Cibinong, yang

telah mengizinkan dan memberikan kesempatan penulis untuk mengadakan

penelitian di sekolah tersebut. Semoga amal baik ibu memudahkan penulis

melaksanakan penelitian, menjadi jalan mudah ibu untuk menuju jalan ke

surga, amin.

7. Kedua orang tua yaitu ayahanda Bapak Baharuddin dan ibunda Hj. Amanih

yang aku cintai, terima kasih tak terhingga atas curahan cinta kasih dan doa

yang senantiasa terlantun mengiringi ayunan langkah penulis dalam

menggapai cita. Yang telah banyak memberikan semangat, motivasi meteri

dan moril dengan penuh keihklasan dan kasih sayang, semoga Allah Swt

selalu memberikan rahmat, perlindungan dan surga atas segala keikhlasan dan

ketulusan beliau berdua.

8. Kakak-kakakku tersayang Syaiful Anwar dan Khoirul anwar, dan adik-adik

yang teteh banggakan Miftahul Anwar, Lu’lu’ul Anwar dan Rizky Makiyatul

Akbar. Terima kasih atas motivasi yang kalian berikan semoga Allah selalu

memberikan kesuksesan untuk kalian semua.

9. Keluarga PAI C dan seluruh teman-teman Pendidikan Agama Islam angkatan

2012 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas segala

motivasi dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

Semoga Allah membukakan pintu kesuksesan untuk kita semua.

10. Een Hujaemah, Nurul Zairina Luthfiah, Fuji Islami, Syifa Syarifah, Nurmala,

dan Ranti Tri Kandita selaku teman yang menjadi sahabat bahkan seperti

saudara yang selalu memberikan motivasi serta hiburan di saat penat

bersinggah dalam menyelasaikan karya ilmiah ini. Semoga Allah menjadikan

segala kebaikan mereka sebagai pemberat amal kebajikan bagi kita semua,

amin.

iv

Terima kasih pula pada seluruh pihak yang membantu yang namanya

penulis tidak dapat sebutkan satu persatu. Semua amal baik ada imbalannya,

semoga Allah meridhoi jalan kalian dan mendapat balasan yang setimpal amiin.

Al-Insānu mahalul khata wa an-nisyān, dalam istilah bahasa Arab. Tak ada

gading yang tak retak, dalam istilah bahasa Indonesia. No body is perfect because

the man is not an angel, dalam istilah bahasa Inggris. Penulis menyadari penulisan

karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, penulis mohon

maaf yang seluas-luasnya dan mengharapkan kritik serta saran yang membangun

demi penyempurnaan karya ilmiah ini.

Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan kontribusi wawasan bagi

cakrawala ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Ciputat, 03 Januari 2017

Penulis

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

SURAT PERNYATAAN PENULIS

ABSTRAK ................................................................................................................ i

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. v

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1

B. Identifikasi, Batasan dan Rumusan Masalah ................................................. 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................................... 8

D. Penelitian Relevan .......................................................................................... 9

BAB II : KAJIAN TEORI TENTANG PEMBENTUKAN AKHLAK

DAN BUDAYA SEKOLAH

A. Pengertian Akhlak .......................................................................................... 11

1. Pengertian Akhlak .................................................................................... 11

2. Dasar Akhlak ............................................................................................ 13

3. Tujuan Pembentukan Akhlak ................................................................... 14

4. Ruang Lingkup Pembentukan Akhlak ..................................................... 15

5. Metode Pembentukan Akhlak .................................................................. 18

6. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak ................................. 20

B. Pengembangan Nilai-Nilai Akhlak ................................................................ 26

C. Pengertian Budaya Sekolah............................................................................ 33

D. Unsur-Unsur Budaya Sekolah ........................................................................ 14

vi

BAB III : METODELOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitia....................................................................... 38

B. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................................ 38

C. Unit Analisis .................................................................................................. 39

D. Sumber Data ................................................................................................... 39

E. Teknik Pengumpulam Data ............................................................................ 40

F. Teknik Keabsahan dan Analisis Data ............................................................ 41

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum SMP Negeri 2 Cibinong ................................................... 43

1. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 2 Cibinong ............................................ 43

2. Visi, Misi dan Tujuan SMP Negeri 2 Cibinong ....................................... 45

3. Kurikulum dan Proses Pembelajaran SMP Negeri 2 Cibinong ............... 49

4. Keadaan Pendidik dan Peserta Didik SMP Negeri 2 Cibinong ............... 49

5. Keadaan Sarana dan Prasarana SMP Negeri 2 Cibinong ......................... 49

B. Deskripsi Data ................................................................................................ 54

C. Temuan Penelitian .......................................................................................... 75

D. Pembahaan Hasil Penelitian ........................................................................... 82

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................... 93

B. Kritik dan Saran ............................................................................................. 94

DAFTRA PUSTAKA ............................................................................................... 95

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jumlah Pendidik ........................................................................................ 49

Tabel 4.2 Jumlah Peserta Didik KelasVII ................................................................. 51

Tabel 4.3 Jumlah Peserta Didik KelasVIII ............................................................... 52

Tabel 4.4 Jumlah Peserta Didik Kelas IX ................................................................. 52

Tabel 4.5 Gedung Sekolah ........................................................................................ 53

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Sumber Penelitian: Taman Vertikal ....................................................... 54

Gambar 4.2 Sumber Penelitian: Tanaman Green Squad ............................................ 55

Gambar 4.3 Sumber Penelitian: Kawasan Tanpa Rokok ........................................... 58

Gamvar 4.4 Sumber Penelitian: Budaya 4s............................................................... 60

Gambar 4.5 Sumber Penelitian: Kegiatan Sholat Dhuha ........................................... 62

Gambar 4.6 Sumber Penelitian: Kegiatan Sholat Dhuha .......................................... 61

Gambar 4.7 Sumber Penelitian: Kegiatan Gerakan Literasi ...................................... 63

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Intrumen Wawancara Guru .................................................................... 99

Lampiran 2 Intrumen Wawancara Siswa ................................................................... 100

Lampiran 3 Hasil Wawancara Wakil Kepala Sekolah ............................................... 101

Lampiran 4 Hasil Wawancara Kepala Bidang Kurikulum ........................................ 104

Lampiran 5 Hasil Wawancara Kepala Bidang Kesiswaan ......................................... 107

Lampiran 6 Hasil Wawancara Siswa ......................................................................... 110

Lampiran 7 Hasil Wawancara Siswa ......................................................................... 113

Lampiran 8 Hasil Wawancara Siswa ......................................................................... 116

Lampiran 9 Catatan Lapangan ................................................................................... 119

Lampiran 10 Catatan Lapangan ................................................................................. 120

Lampiran 11 Catatan Lapangan ................................................................................. 121

Lampiran 12 Catatan Lapangan ................................................................................. 122

Lampiran 13 Catatan Lapangan ................................................................................. 123

Lampiran 14 Catatan Lapangan ................................................................................. 124

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring berjalannya waktu, sekolah dituntut untuk menciptakan sumber daya

manusia yang berkualitas, manusia yang berkualitas diciptakan melalui

pendidikan. Pendidikan yang dimaksud bukan hanya pendidikan yang berkaitan

dengan pengetahuan saja, tetapi pendidikan yang mengacu kepada pembentukkan

pola prilaku siswa yaitu pendidikan Akhlak.

Menurut Omar Muhammad Toumy Assyaibani (2004:30), mengartikan

pendidikan sebagai perubahan yang diinginkan dan diusahakan oleh proses

pendidikan, baik pada tataran tingkah laku individu maupun pada tataran

kehidupan sosial serta tataran relasi dengan alam sekitar, atau pengajaran sebagai

aktivitas asasi dan proporsi di antara profesi di masyarakat. Pendidikan

menfokuskan perubahan tingah laku manusia yang konotasinya pada pendidikan

akhlak.1

Dalam UU N0. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang sistem pendidikan

nasional mendefinisikan “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.2

Dalam undang-undang tersebut juga disebutkan, pendidikan memiliki tujuan

yang tertera pada pasal 3 yang berbunyi “Pendidikan nasional bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

1 Tatang S, Ilmu Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2012), h. 13.

2 Undang-undang Republik Indonesia, No.20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan

Nasioanal.

2

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab.3

Menurut pandangan Islam, tujuan pendidikan adalah untuk menjadikan

manusia sebagai hamba Allah, sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah:

Artinya:”Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk

menyembah” (Q.S. adh-Dhariyat, 51:56).4

Dalam hadits Rasullullah SAW:

Artinya: “Bahwasanya aku diutus (Allah) untuk menyempurnaan keluhuran budi

pekerti.” (HR. Ahmad).5

Dari peryataan di atas tujuan pendidikan nasional beriringan dengan tujuan

pendidikan Islam yaitu dalam undang-undang, ayat dan hadits tersebut sangat

nyata bahwasanya selain menciptakan manusia yang memiliki ilmu pengetahuan,

manusia di dunia ini juga diciptakan agar menjadi makhluk yang bertakwa,

berakhlah mulia dan memiliki akhlak yang baik.

Pendidikan karakter atau akhlak bukanlah sebuah topik baru dalam dunia

pendidikan. Berdasarkan penelitian sejarah dari seluruh negara yang ada di dunia

ini, pendidikan memiliki dua tujuan, yaitu membimbing para generasi muda untuk

menjadi cerdas, dan memiliki perilaku baik. Kata cerdas dan baik bukanlah dua

kata yang sama, cerdas condong pada kemampuan menguasi ilmu pengetahuan,

sedangkan baik condong pada prilaku manusia itu sendiri.

3 Undang-undang Republik Indonesia, No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan

Nasioanal. 4 Al-Qur’anul Karim

5 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015), cet. 15, h. 2.

3

Sejak zaman plato, para pemegang kekuasaan telah membuat suatu

kebijakan mengenai pendidikan akhlak. Pendidikan itu dibuat sebagai bagian

utama dari pendidikan sekolah. Mereka telah mendidik akhlak masyarakat setara

dengan pendidikan intelegensi, mendidik kesopanan setara dengan pendidikan

literasi, mendidik kebijakan setara dengan pendidikan ilmu pengetahuan. Mereka

pun telah mencoba untuk membentuk masyarakat yang dapat menggunakan

intelegensi mereka untuk memberikan manfaat baik bagi masyarakat maupun bagi

dirinya sendiri sebagai bagian dari masyarakat yang membangun kehidupan yang

lebih baik.6

Usaha memperbaiki moralitas anak bangsa. Kementrian Pendidikan

Nasional berupaya menekankan pendidikan akhlak di sekolah. Nyatanya,

kehidupan saat ini, manusia sudah kembali pada kehidupan jahiliah, di mana

prilaku-prilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku justru

dilakukan tanpa berpikir secara mendalam dan menelaah konsekuensi yang akan

diterima. Banyak peristiwa yang menggambarkan hal-hal yang berada di luar

norma atau syariat yang telah dianjurkan oleh agama, baik di lingkungan

keluarga, pendidikan atau pun masyarakat. Berita pendidikan yang beredar saat

ini adalah kasus penganiayaan peserta didik kepada pendidik dan pelecehan

seksual. Tidak hanya itu tindakan peserta didik yang seperti mencontek, berlaku

tidak sopan, berkata kasar, dan membuli teman merupakan fakta bahwa moralitas

bangsa ini seolah telah rapuh dan tergadaikan di tengah arus deras kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

Dari paparan di atas, nampaknya tidak ada hubungan antara ilmu

pengetahuan dengan tingkah laku manusia. Prilaku yang buruk, perbuatan yang

melanggar norma sosial, hukum, dan agama jelas haram hukumnya. Semua orang

mengetahui bahwa contoh prilaku di atas merupakan perbuatan buruk tapi

mengapa masih tetap bermunculan dan dilanggar. Pola pikir itulah yang menjadi

pertanyaan besar bagi perkembangan moral dewasa ini. Kesadaran terhadap ilmu

6 Thomas Lickona, Education for Character (Mendidik untuk Membentuk Karakter), (Jakarta:

PT Bumi Aksara, 2013), cet. 3, h. 7-8.

4

yang diketahui tidak berbanding lurus dengan aplikasi. Padahal nilai-nilai itu

telah diajarakan di lembaga pendidikan mulai dari tingkat paling rendah sampai

perguruan tinggi. Ini menggambarkan bahwa sekolah kita belum menjadikan ilmu

pengetahuan sebagai sesuatu yang menjadi budaya prilaku di sekolah.7

Sejatinya ilmu yang telah diajarkan di sekolah dapat dijadikan sebagai

benteng dan membudaya. Sekolah harus mampu menerapkan diri sebagai

miniatur budaya dalam masyarakat. Sekolah tidak hanya mengajarkan ilmu

pengetahuan, tapi juga membudayakan ilmu untuk perilaku peserta didik. Sekolah

harus menjadi bagian terpenting dalam proses perkembangan dan kemajuan

masyarakat. Sekolah tidak harus teralienasi dari masyarakat.

Sampai saat ini, masyarakat masih meyakini bahwa sekolah merupakan

pusat pendidikan nilai-nilai. Kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat, tentu

saja menjadi sebuah kehormatan bagi sekolah. Namun, yang sering dilakukan

para penyelenggara pendidikan adalah mentransfer ilmu dari otak pendidik ke

otak peserta didik dan melupakan bagaimana sebuah sekolah menjadi pusat kreasi

dan membangun nilai-nilai pendidikan serta menciptakan karakter yang baik bagi

warganya.

Menurut Harry Tjahjono, dalam bukunya “Menjadi Pendekar di Atas

Pendekar” sudah waktunya pihak penyelengara pendidikan beserta civitas

akademika memikirkan tentang budaya sekolahnya masing-masing. Ini bukan

sesuatu yang berlebihan. Sebab, sangat memungkinkan dengan adanya budaya

sekolah dapat memberikan efek lain yang positif. misalnya para peserta didik

tidak terlalu mudah mengikuti nafsu-nafsu influsnya dalam sosialisasi seperti

perbuatan asusila, tawuran antar pelajar atau penyimpangan perilau lainnya.8

Proses pembudayaan (enkulturasi) adalah upaya membentuk prilaku dan

sikap seseorang yang didasari oleh ilmu pengetahuan, keterampilan sehingga

setiap individu dapat memainkan perannya masing-masing. Dengan demikian,

7 Ibid., h. 7-8.

8 Syahraini Tambak, Membangun Bangsa Melalui Pendidikan, (Yogyakarta: Graha Ilmu,

2013), cet. 1, h. 89.

5

ukuran keberhasilan pembelajaran dalam konsep enkulturasi adalah perubahan

prilaku peserta didik. Hal ini sejalan dengan empat pilar pendidikan yang

dikemukakan oleh Unesco, belajar bukan hanya untuk tahu (to know), tetapi juga

menggiring peserta didik untuk dapat mengaplikasikan pengetahuan yang

diperoleh secara langsung dalam kehidupan nyata (to do), belajar untuk

membangun jati diri (to be), dan membentuk sikap hidup dalam kebersamaan

yang harmoni (to live together).9

Upaya pemerintah dalam membangun sikap peserta didik tercantum dalam

kurikulum 2013 yang tertera pada kompetensi inti 1 dan 2. Yaitu, peserta didik

harus memiliki sikap spiritual (agama) dan sikap sosial (masyarakat). Sikap yang

menjadi tujuan utama dalam pendidikan saat ini tidak akan tercapai jika tidak ada

usaha dan dukungan dari masing-masing lembaga sekolah untuk

mengembangkannya. Untuk itu, pembelajaran berlangsung secara konstrukvis

(developmental) yang di dasari oleh pemikiran bahwa setiap individu merupakan

bibit potensial yang mampu berkembang secara mandiri.

Tugas pendidikan adalah memotivasi agar peserta didik mengenali

potensinya sedini mungkin dan menyediakan pelayanan yang sesuai dengan

potensi yang dimiliki serta mengarah pada persiapan menghadapi tantangan masa

depan. Pendidikan mengarah pada pembentukan akhlak, performa yang konkrit

dan terukur yang berkembang dalam tiga ranah kemampuan, yaitu: kognitif,

afektif dan psikomotor.10

Oleh karena itu, untuk menunjang terbentuknya sikap

siswa, lembaga harus menerapkan budaya-budaya sekolah yang mendidik agar

menciptakan prilaku peserta didik yang baik dan membentuk akhlak pada masing-

masing individu.

Banyak yang tidak menyadari bahwa sistem pendidikan di Indonesia

sebetulnya hanya menyiapkan para peserta didik untuk masuk ke jenjang

perguruan tinggi atau hanya untuk mereka yang mempunyai bakat pada potensi

akademik yang tinggi saja. Hal ini terlihat dari bobot mata pelajaran yang

9 Zulfikri Anas, Sekolah untuk Kehidupan, (Jakarta: AMP Press, 2013), cet. 1, h. 198.

10 Ibid., h. 199.

6

diarahkan kepada pengembangan dimensi akademik peserta didik yang hanya

diukur dengan kemapuan matematika dan abstraksi (kemampuan bahasa dan

menghafal).11

Dari awal tahun 2016, sedikitnya ada beberapa kasus yang menjadi sorotan

media, mulai dari orang tua dan anaknya sebagai peserta didik mengeroyok

pendidik, kekerasan pendidik terhadap peserta didik, pelecehan seksual di

sekolah, bahkan ada peserta didik yang duduk di samping pendidik dan merokok

sambil menaikkan kakinya ke atas meja mengajar dan masih banyak lagi.

Kejadian tersebut merupakan prilaku yang menyimpang dalam dunia pendidikan,

dengan kejadian itu menjadi bukti bahwa pendidikan bangsa Indonesia sudah

mulai melemah.

Pengamat Kebijakan Publik UGM, Dr. Soc. Pol Agus Heruanto Hadna,

menilai fenomena melemahnya akhlak peserta terjadi akibat sistem pendidikan di

Indonesia mengabaikan pendidikan prilaku dan akhlak. Menurutnya, “pendidikan

di Indonesia lebih banyak menekankan pada aspek kognitif. Sementara itu, aspek

prilaku cenderung dilupakan. Kondisi ini mengakibatkan lemahnya aspek prilaku

dalam pendidikan. Hal ini terjadi tidak hanya pada peserta didik, tetapi juga di

pihak pendidik. Jadi, ada ketidakseimbangan antara pendidikan kognitif dan

prilaku (afektif)”. Billy Graham mengatakan: “Ketika kehilangan kekayaan anda

tidak kehilangan apa-apa, ketika kehilangan kesehatan anda kehilangan sesuatu,

ketika kehilangan karakter anda kehilangan segalanya”.12

Melihat fakta di atas, sudah saatnya lembaga pendidikan bergerak dan

membangun akhlak anak bangsa dengan semaksimal mungkin. SMP Negeri 2

Cibinong merupakan salah satu sekolah yang berada di Kabupaten Bogor.

Sekolah tersebut terkenal dengan sekolah yang unggul di kalangan masyarakat.

SMP Negeri 2 Cibinong memiliki visi dan misi untuk menjadikan sekolah yang

unggul dalam prestasi, kompetitif, berwawasan luas, berkarakter dengan

11

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015), cet. 15, h. 323. 12

Mohamad Mustari, Nilai Krakter Refleksi untuk Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2014). Cet. 1.

7

berdasarkan nilai-nilai religi. Visi dan misi tersebut diwujudkan dengan adanya

kegiatan dan pembiasaan-pembiasaan yang diterapkan di sekolah, baik dari aspek

lingkungan, akademik dan keagamaan melalui pendidikan akhlak. Pendidikan

akhlak yang dilaksanakan sekolah tujuannya untuk mengembangkan potensi yang

dimiliki peserta didik, memberikan kebebasan, berkreasi, meningkatkan nilai

akademik dan afektif peserta didik.

Adanya budaya-budaya yang diterapkan di sekolah, pendidik dan warga

sekolah lainnya merasakan ada perkembangan akhlak yang lebih baik dalam diri

peserta didik. bahkan dalam perjalanan penerapan budaya tersebut, orang tua

peserta didik pun merasakan dampak positif yang timbul dari anaknya.

SMP Negeri 2 Cibinong menjadi sekolah percontohan beberapa budaya,

untuk lembaga pendidikan lain yang ada di Kabupaten Bogor. Hal ini tentunya

menjadi sebuah apresiasi bagi sekolah untuk selalu mengembangkan budaya

dalam rangka membentuk akhlak peserta didik.

Melihat hal tersebut, maka penulis sangat tertarik melakukan penelitian

yang berjudul “PEMBENTUKAN AKHLAK MELALUI BUDAYA

SEKOLAH DI SMP NEGERI 2 CIBINONG".

B. Identifikasi, Batasan, dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti

mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

a. Pendidikan di Indonesia belum berhasil membentuk akhlak peserta didik

yang baik.

b. Banyak terjadi penyimpangan prilaku peserta didik baik di keluarga,

sekolah atau pun masyarakat.

c. Kurangnya kesadaran peserta didik untuk menjauhkan sikap negatif.

d. Adanya berbagai budaya yang diterapkan di SMP Negeri 2 Cibinong.

8

e. Adanya sikap yang terbentuk dalam diri peserta didik melalui penerapan

budaya sekolah.

2. Batasan Masalah

Dari beberapa identifikasi yang telah disebutkan, maka perlu dijelaskan

pembatasan penelitian agar peneliti dapat memfokuskan pada masalah yang

terkait dan tidak keluar dari pembahasan penelitian. Oleh karena itu

pembatasan masalah penelitian ini adalah terkait dengan pembentukan akhlak

peserta didik melalui budaya sekolah di SMP Negeri 2 Cibinong.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan Pembatasan masalah yang telah dijelaskan di atas, maka

rumusan masalahnya adalah:

a. Bagaimana metode yang digunakan sekolah dalam membentuk akhlak

peserta didik di SMP Negeri 2 Cibinong?

b. Bagaimana Akhlak peserta didik di SMP Negeri 2 Cibinong?

c. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam proses pembentukan akhlak

di SMP Negeri 2 Cibinong?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah tercantum di atas maka penulis

ingin menyampaikan tujuan dan manfaat penelitian sebagai berikut:

1. Penulis

Penelitian ini berguna sebagai sarana peningkatan pengetahuan, pengalaman,

keterampilan, wawasan berpikir, serta meningkatkan kemampuan untuk

menganalisis dan memecahkan masalah secara ilmiah.

9

2. Lembaga Pendidikan

Memberikan informasi dan bahan perbandingan dalam proses pembentukan

karakter siswa dan diharapkan pula memberikan sumbangan yang baik bagi

lembaga pendidikan pada umumnya untuk meningkatkan mutu pendidikan.

3. Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi atau bahan rujukan untuk

pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian yang akan dilakukan dimasa

yang akan dating

D. Penelitian Relevan

1. Penelitian oleh Marliya Solihah dengan judul Penanaman Karakter Pada

Siswa di MAN Wonokromo. Hasil penelitian menunjukan: 1) Pelaksanaan

proses penanaman karakter di MAN Wonokromo Bantul dilakukan dengan

menggunakan berbagai macam kaidah, yaitu kaidah kebertahapan,

kesinambungan, momentum, motivasi interistik, dan kaidah pembimbing. 2)

Hasil yang dicapai adalah kedisiplinan warga madrasah meningkat cukup

pesat, religiusitas warga madrasah juga semakin membaik, kejujuran peserta

didik juga mulai tertanam serta prestasi siswa-siswi dari tahun ke tahun juga

mengalami kenaikan cukup tinggi baik akademik maupun non akademik. 3)

Faktor pendukungnya adalah (a) Kerja sama yang baik antara guru dan

karyawan, (b) Tersedianya fasilitas yang memadai, (c) Mayoritas anak-anak

MAN Wonokromo bermukim di pondok pesantren. Adapun faktor

penghambatnya adalah (a) Kurangnya kesadaran peserta didik diatasi dengan

mengadakan pelatihan soft skill, (b) Kondisi orang tua dan lingkungan tempat

tinggal yang kurang mendukung, hal ini diatasi dengan mengadakan

paguyuban wali murid.13

2. Penelitian oleh Muhammad Khoiruddin dan Susiwi dengan judul penelitian

Pendidikan Karakter Melalui Pengembangan Budaya Sekolah di Sekolah

13

Marliya Solihah, “Penanaman Karakter pada Siswa di MAN Wonokromo”, Skripsi 2013, h.

9, tidak dipublikasikan.

10

Islam Terpadu Salman Alfarisi Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukan:

Nilai budaya yang menjadi trade mark SIT Salman Al Farisi Yogyakarta

adalah integratif, produktif, kreatif dan inovatif, qudwah hasanah, kooperatif,

ukhuwah, rawat, resik, rapi dan sehat, dan berorientasi mutu. Bermodal nilai

dan karakter yang dikembangkan melalui budaya sekolah serta bukti nyata

yang telah dibayarkan oleh SIT Salman Al Farisi Yogyakarta dengan

tertanamnya nilai-nilai budaya pada semua civitas akademika maka SIT

Salman Al Farisi Yogyakarta hingga tahun 2012 tetap mendapatkan minat dan

animo masyarakat untuk mengenyam pendidikan di lingkungan SIT Salman

Al Farisi Yogyakarta.14

14

Muhammad Khoiruddin dan Susiwi, Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun III, Nomor 1,

2013. h. 77.

11

BAB II

KAJIAN TEORI

PEMBENTUKAN AKHLAK DAN BUDAYA SEKOLAH

A. Pembentukan Akhlak

1. Pengertian Akhlak

Akhlak, berasal dari bahasa Arab, (Khuluqun) berarti perangai,

sedang jama’nya adalah (Akhlakun).1 yang menurut logat diartikan:

budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut

mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan "khalqun"

yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan "khaliq"

yang berarti pencipta dan "makhluq" yang berarti yang

diciptakan.2

Dalam kamus Tesaurus Bahasa Indonesia, akhlak adalah adab, budi

pekerti, etika, fi’il, integritas, kesusilaan, moral, perangai, tabiat, tata susila,

watak.3

Menurut Heny Nerendrany mengutip dari Ibnu Maskawih, akhlak

adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk

melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.4

Menurut Rosihon Anwar mengutip dari Imam al-Ghazali dalam Ihya

Ulumuddin menyatakan: Akhlak adalah daya kekuatan (sifat) yang

1 Hasyim Syamhudi, Akhlak Tasawuf (Dalam Konstruksi Piramida Ilmu Islam), (Malang:

Madani Media, 2015), h. 2. 2 Zahruddin AR, dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2004), cet. 1, h. 1. 3 Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,

2009), cet. 3, h. 13. 4 Heny Narendrany Hidayati, Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa, (Jakarta: UIN

Press, 2009), cet. 1, h. 7.

12

tertanam dalam jiwa yang mendorong perbuatan-perbuatan yang spontan,

tanpa memerlukan pertimbangan.5

Menurut Ahmad Tafsir dari Mubarok (2001:14) mengemukakan

bahwa akhlak adalah keadaan bathin seseorang yang menjadi sumber

lahirnya perbuatan di mana perbuatan itu lahir dengan mudah tanpa

memikirkan untung dan rugi. Sedangkan, Sa’adudin (2006:15)

mengemukakan bahwa akhlak mengandung beberapa arti:

a. Tabi’at, yakni sifat dalam diri yang terbentuk oleh manusia tanpa

dikehendaki dan tanpa diupayakan.

b. Adat, yakni sifat dalam diri yang diupayakan manusia melalui latihan,

berdasarkan keinginan.

c. Watak, yakni cakupan hal-hal yang menjadi tabiat dan hal-hal yang

diupayakan hingga menjadi adat.6

Menurut Abuddin Nata, akhlak Islami adalah perbuatan yang

dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah daging, dan sebenarnya

yang didasarkan pada ajaran Islam. Dilihat dari segi sifatnya yang

universal,maka akhlak Islami juga bersifat universal. Namun, dalam

rangka menjabarkan akhlak Islam ini diperlukan banyuan pemikiran akal

manusia dan kesempatan sosial yang terkandung dalam ajaran etika dan

moral. Dengan kata lain akhlak islami adalah akkhlak yang disamping

mengakui adanya nila-nilai universal sebagai dasar bentuk akhlak, juga

mengakui nilai-nilai yang bersifat local dan temporal sebagai penjabaran

atas nilai-nilai yang universal itu.7

Akhlak menurut Qurais Shihab lebih luas maknanya daripada yang

telah dikemukakan terdahulu serta mencakup pula beberapa hal yang tidak

merupakan sifat lahiriah. Misalnya yang berkaitan dengan sikap bathin

maupun pikiran.8

5 Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia), h. 34.

6Ahmad Tafsir, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: PT Rosda Karya,

2011), cet. 1, h. 10. 7 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015), cet. 15, h.

125. 8 Ibid., h. 125.

13

Definisi akhlak muncul sebagai mediator yang menjembatani

komunikasi antara khaliq (pencipta) dengan makhluq (yang diciptakan)

secara timbal balik, yang kemudian disebut sebagai hablummin Allah. Dari

produk hamlum min Allah yang verbal biasanya lahirlah pola hubungan

antar sesama manusia yang disebut dengan hablum minannas (pola

hubungan antar sesama makhluk).9

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-sifat

yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu

ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut akhlak

yang mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhlak yang tercela sesuai

dengan pembinaannya.10

2. Dasar Akhlak

Sumber akhlak atau pedoman hidup dalam Islam yang menjelaskan

kriteria baik buruknya sesuatu perbuatan adalah al-Qur'an dan sunnah

Rasulullah Saw.11

Barnawie Umary menambahkan bahwa dasar akhlak

adalah al-Qur'an dan al-Hadits serta hasil pemikiran para hukama dan

filosof.12

Kedua dasar itulah yang menjadi landasan dan sumber ajaran

Islam secara keseluruhan sebagai pola hidup dan menetapkan mana yang

baik dan mana yang buruk. Dalam al-Qur'an diterangkan dasar akhlak

pada surat al-Qalam ayat 4.

Artinya: “Sesungguhnya Engkau (yaa Muhammad) mempunyai budi

pekerti yang luhur” (Q.S. Al-Qolam, 68:4).13

9 Zainuddin AR, dan Hassanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2004), Cet. 1, h. 2. 10

Asmaran AS, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Rajawali Pers, 1992), Cet. 1, h. 1. 11

Ya’kub, Etika Islam Pembinaan Akhlaqul Karimah (Suatu Pengantar), (Bandung: CV

Diponegoro, 1993), Cet. 6, h. 49 12

Barnawie Umary, Materia Akhlak, (Solo: Ramadhani, 1995), Cet. 12, h. 1. 13

Kementerian Agama RI Direktorat Jenderal Bimasislam, Al-Qur‟an dan Terjemahnya,

(PT Sinergi Pustaka Indonesia, 2012), h. 826.

14

Dasar akhlak dalam Hadits Nabi Saw salah satunya adalah :

Artinya: “sesungguhnya aku diutus untuk memperbaiki akhlak (HR

Ahmad).14

Jadi jelaslah bahwa al-Qur'an dan al-Hadits pedoman hidup yang

menjadi asas bagi setiap muslim, maka teranglah keduanya merupakan

sumber akhlak dalam Islam. firman Allah dan sunnah Nabi adalah ajaran

yang paling mulia dari segala ajaran maupun hasil renungan dan ciptaan

manusia, hingga telah terjadi keyakinan (aqidah) Islam bahwa akal dan

naluri manusia harus tunduk kriteria mana perbuatan yang baik dan jahat,

mana yang halal dan mana yang haram.

3. Tujuan Pembentukan Akhlak

Islam adalah agama rahmat bagi umat manusia. Ia datang dengan

membawa kebenaran dari Allah Swt dan dengan tujuan ingin

menyelamatkan dan memberikan kebahagiaan hidup kepada manusia

dimanapun mereka berada. Agama Islam mengajarkan kebaikan,

kebaktian, mencegah manusia dari tindakan onar dan maksiat.15

Sebelum

merumuskan tujuan pembentukan akhlak, terlebih dahulu harus kita

ketahui mangenai tujuan pendidikan islam dan tujuan pendidikan akhlak.

Muhamad al-Munir menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah :

a. Tercapainya manusia seutuhnya.

b. Tercapainya kebahagiaan dunia dan akhirat.

c. Menumbuhkan kesadaran manusia mengabdi dan takut kepada Allah.16

14

Imam Ahmad bin Hambal, Al-Musnad Ahmad Bin Hambal, Juz III ( Bairut Lebanon :

Darul Fikr, tth), h. 323. 15

Hasan Basri, Remaja Berkualitas: Problematika Remaja dan Solusinya, (Yogyakarta:

Mitra Pustaka, 2004), Cet. 4, h. 145. 16

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,

(Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. 1, h. 74-75.

15

Menurut Muhamad al-Athiyah al-Abrasy, tujuan utama dari

pendidikan Islam ialah pembentukan akhlak dan budi pekerti yang

sanggup menghasilkan orang–orang yang bermoral, laki-laki maupun

perempuan, jiwa yang bersih, kemauan yang keras, cita-cita yang benar

dan akhlak yang tinggi, tahu arti kewajiban dan pelaksanaannya,

menghormati hak asasi manusia, tahu membedakan baik dan buruk,

memilih suatu fadilah karena ia cinta pada fadilah, menghindari suatu

perbuatan yang tercela, karena ia tercela, dan mengingat Tuhan dalam

setiap pekerjaan yang mereka lakukan.17

Sedangkan tujuan pendidikan moral dan akhlak dalam Islam ialah

untuk membentuk orang-orang berakhlak baik, keras kemauan, sopan

dalam bicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku dan perangai,

bersifat bijaksana, sempurna, beradab, ikhlas, jujur, dan suci.18

Dari beberapa keterangan di atas, dapat ditarik rumusan mengenai

tujuan pendidikan akhlak, yaitu membentuk akhlakul karimah. Sedangkan

pembentukan akhlak sendiri itu sebagai sarana dalam mencapai tujuan

pendidikan akhlak agar menciptakan menusia yang berakhlakul karimah.

4. Ruang Lingkup Pembentukan Akhlak

Akhlak atau budi pekerti yang mulia adalah jalan untuk memperoleh

kebahagiaan dunia dan di akhirat kelak serta mengangkat derajat manusia

ke tempat mulia sedangkan akhlak yang buruk adalah racun yang

berbahaya serta merupakan sumber keburukan yang akan menjauhkan

manusia dari rahmat Allah Swt. sekaligus merupakan penyakit hati dan

jiwa yang akan memusnahkan arti hidup yang sebenarnya.

Menurut Hamzah Ya’qub dan Barnawie Umary, materi-materi

pembentukan akhlak dibagi menjadi dua kategori.

a. Pertama, materi akhlak mahmudah yang meliputi: al-amanah (dapat

dipercaya), ash-shidqah (benar atau jujur), al-wafa‟ (menepati janji),

17

Muhamad Al-Athiyah Al-Abrasy, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Terj.

Bustomi A. Ghoni dan Jauhar Bahri, (Jakarta : Bulan Bintang, 1970), Cet. 1, h. 108. 18

Ibid., h. 109.

16

al-„adalah (adil), al-iffah (memelihara kesucian hati), al-haya‟

(malu).19

Al ikhlas (tulus), as-shobru (sabar), ar-rahmah (kasih

sayang), al-afwu (pemaaf), al-iqtisshad (sederhana), al-khusyu‟

(ketenangan), as-sukha (memberi), at-tawadhu‟ (rendah hati), as-

syukur (syukur), at-tawakkal (berserah diri), as-saja‟ah (pemberani).20

b. Kedua, materi akhlak madzmumah (tercela) yang meliputi : khianat,

dusta, melanggar janji, dzalim, bertutur kata yang kotor, mengadu

domba, hasut, tama’, pemarah, riya’, kikir, takabur, keluh kesah, kufur

nikmat, menggunjing, mengumpat, mencela, pemboros, menyakiti

tetangga, berlebih-lebihan dan membunuh.21

Sedangkan Muhammad Daud Ali mengatakan bahwa secara garis

besar, materi pembentukan akhlak terbagi dalam dua bagian, pertama

adalah akhlak terhadap Allah atau khalik (pencipta), dan kedua adalah

akhlak terhadap makhluk semua ciptaan Allah.22

a. Akhlak terhadap Allah

Alam dan seisinya ini mempunyai pencipta dan pemelihara yang

diyakini adanya yakni Allah Swt. Dialah yang memberikan rahmat dan

menurunkan adzab kepada siapa saja yang dikehendakinya oleh karena

itu manusia wajib taat dan beribadah hanya kepada-Nya sebagai wujud

rasa terima kasih terhadap segala yang telah dianugerahkan Allah

kepada manusia. Sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nahl,

16:53).

19

Hamzah Ya’kub, Etika Islam Pembinaan Akhlaqul Karimah (Suatu Pengantar),

(Bandung: CV Diponegoro, 1993), Cet. 6, h. 98-100. 20

Barnawie Umary, Materia Akhlak, (Solo: Ramadhani, 1995), Cet. 12, h. 44-45. 21

Ibid., h. 43. 22

Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2000), h. 352.

17

Artinya: “Dan apa saja yang ada (dimiliki) pada dirimu berupa

nikmat, kesemuanya itu merupakan pemberian dari Allah, kemudian

apabila kamu ditimpa kesengsaraan, maka kepada Nyalah kamu

meminta pertolngan”.(QS. An-Nahl 16: 53).23

Manifestasi dari manusia terhadap Allah antara lain: cinta dan ikhlas

kepada Allah, takwa (takut berdasarkan kesadaran mengerjakan yang

diperintahkan dan menjauhi yang dilarang Allah), bersyukur atas nikmat

yang diberikan, tawakkal (menyerahkan persoalan kepada Allah), sabar

dan ikhlas.

b. Akhlak terhadap Diri Sendiri

Akhlak terhadap diri sendiri yang dimaksud adalah bagaimana

seseorang menjaga dirinya (jiwa dan raga) dari perbuatan yang dapat

menjerumuskan dirinya atau bahkan berpengaruh kepada orang lain

karena diri sendiri merupakan asal motivasi dan kembalinya manfaat

suatu perbuatan. Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur'an surat At-

Tahrim 66:6 yang berbunyi:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman jagalah diri dan keluargamu

dari siksa api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu,

dan penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras yang tidak

durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada

mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At-Tahrim

66: 6).24

Ayat di atas menjadi dasar untuk meyakinkan bahwa sikap terhadap diri

sendiri adalah prinsip yang perlu mendapat perhatian sebagai menifestasi

23

Kementerian Agama RI Direktorat Jenderal Bimasislam, Al-Qur‟an dan Terjemahnya,

(PT Sinergi Pustaka Indonesia, 2012), h. 371. 24

Ibid., h. 820.

18

dari tanggung jawab terhadap dirinya dalam bentuk sikap dan perbuatan

akhlak yang terpuji.

c. Akhlak terhadap Sesama Manusia

Di dunia ini tidak ada seorang pun yang bisa hidup tanpa

bergantung kepada orang lain, sebagai makhluk sosial yang hidup

ditengah-tengah masyarakat, Islam menganjurkan umatnya untuk saling

memperhatikan satu sama lain dengan saling menghormati, tolong

menolong dalam kebaikan, berkata sopan, berperilaku adil dan lain

sebagainya. Sehingga tercipta sebuah kelompok masyarakat yang hidup

tentram dan damai. Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur'an surat Al-

Maidah ayat 2 :

Artinya: “…..Dan tolong menolonglah kamu sekalian dalam mengerjakan

kebaikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa

dan pelanggaran….(Q.S. Al-Maidah, 5:2).25

d. Akhlak terhadap Lingkungan

Manusia diposisikan Allah sebagai khalifah di atas bumi ini dan

hidup ditengah-tengah lingkungan bersama makhluk lain sehingga sudah

menjadi kewajibannya untuk menjaga lingkungan sebagai makhluk yang

memiliki derajat tertinggi dengan akal dan kemampuannya mengelola

alam.

5. Metode Pembentukan Akhlak

Beberapa metode yang biasa digunakan dalam pembentukan akhlak

antara lain:

a. Metode Keteladanan

Keteladanan merupakan perbuatan yang patut ditiru dan dicontoh

dalam praktek pendidikan, anak didik cenderung meneladani pendidiknya.

25

Ibid., h. 142.

19

Karena secara psikologi anak senang meniru tanpa memikirkan

dampaknya. Amr bin Utbah berkata kepada guru anaknya, "Langkah

pertama membimbing anakku hendaknya membimbing dirimu terlebih

dahulu. Sebab pandangan anak itu tertuju pada dirimu maka yang baik

kepada mereka adalah kamu kerjakan dan yang buruk adalah yang kamu

tinggalkan."26

b. Metode Latihan dan Pembiasaan.

Mendidik dengan melatih dan pembiasaan adalah mendidikdengan

cara memberikan latihan-latihan terhadap suatu norma tertentu kemudian

membiasakan untuk mengulangi kegiatan tertentu tersebut berkali-kali

agar menjadi bagian hidupnya, seperti sholat, puasa, kesopanan dalam

bergaul dan sejenisnya. Oleh karena itu, Islam mengharuskan agar semua

kegiatan itu dibarengi niat supaya dihitung sebagai kebaikan.

c. Metode Cerita

Cerita memiliki daya tarik yang besar untuk menarik perhatian

setiap orang, sehingga orang akan mengaktifkan segenap indranya untuk

memperhatikan orang yang bercerita. Hal itu terjadi karena cerita

memiliki daya tarik untuk disukai jiwa manusia. Sebab di dalam cerita

terdapat kisah-kisah zaman dahulu, sekarang, hal-hal yang jarang terjadi

dan sebagainya. Selain itu cerita juga lebih lama melekat pada otak

seseorang bahwa hampir tidak terlupakan. 27 Sehingga akan

mempermudah pemahaman siswa untuk mengambil ibrah (pelajaran) dari

kisah – kisah yang telah diceritakan dalam pelaksanaan metode ini, guru

juga bisa menyertai penyampaian nasehat – nasehat untuk anak didiknya.

d. Metode Mauidzah (Nasehat)

Mauidzah berarti nasehat. Rasyid Ridha mengartikan mauidzah

adalah nasehat peringatan atas kebaikan dan kebenaran dengan jalan apa

saja yang dapat menyentuh hati dan membangkitkannya untuk

mengamalkan dalam al-Qur'an juga menggunakan kalimat-kalimat yang

menyentuh hati untuk mengarahkan manusia kepada ide yang

26

Imam Abdul Mukmin Sa’aduddin, Meneladani Akhlak Nabi: Membangun Kepribadian

Muslim., (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 1, h. 89. 27

Fuad Asy Syalhub, Guruku Muhammad SAW, (Jakarta: Gema Insani Perss, 2006),

Cet.1, h. 115.

20

dikehendakinya. Inilah yang kemudian dikenal dengan nasehat. Tetapi

nasehat yang disampaikan ini selalu disertai dengan panutan atau teladan

dari si pemberi atau penyampai nasehat itu. Ini menunjukkan bahwa

antara satu metode yakni nasehat dengan metode lain yang dalam hal ini

keteladanan bersifat saling melengkapi.28

e. Metode pahala dan sanksi

Jika pembentukan akhlak tidak berhasil dengan metode keteladanan

dan pemberian pelajaran, beralihlah kepada metode pahala dan sanksi

atau metode janji harapan dan ancaman. Sebab Allah SWT pun sudah

menciptakan surga dan neraka, dan berjanji dengan surga itu serta

mengancam dengan neraka-Nya. Pemberian harapan adalah janji yang

diikuti bujukan dengan kenikmatan, keindahan pasti, atau kebaikan yang

murni dari setiap noda, berbanding dengan amal soleh yang dilakukan

atau amal buruk yang dijauhi demi mencari ridha Allah berupa kasih

sayangnya kepada para hamba.

Sedangkan ancaman adalah mengancam dengan sanksi akibat

melanggar larangan Allah SWT atau dimaksudkan untuk menakutnakuti

para hamba. Ini merupakan keadilan dari Allah. Al-Qur’an menggunakan

metode ancaman untuk menerangkan tempat kembali orang-orang

musyrik dan orang-orang yang menyimpang dari jalan Allah.

Dalam pemberian sanksi harus sesuai pelanggaran yang dilakukan

dan sanksi tersebut dijatuhkan menurut tahap-tahapnya, karena di antara

mereka ada yang cukup diisyaratkan saja sudah menghentikan

perbuatannya, ada yang belum berhenti hingga dimarahi, ada yang perlu

ditakut-takuti dengan tongkat, ada pula yang berhenti dengan tindakan

fisik.

6. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak

Berbicara tentang pembentukan karakter maka sama dengan

berbicara tentang tujuan pendidikan, karena banyak sekali para ahli

mengatakan bahwa perubahan tingkah laku adalah tujuan dari pendidikan.

28

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), Cet. 1,

h. 98.

21

Menurut sebagian ahli akhlak tidak perlu dibentuk karena akhlak

adalah insting bawaan sejak lahir. Menurut Ibnu Maskawih, Ibnu Sina, al-

Ghazali dan lain-lain akhlak adalah hasil usaha. Menurut Imam Ghazali:

Artinya: “Seandainya akhlak itu tidak dapat menerima perubahan, maka

batallah fungsi wasiat, nasihat dan pendidikan dan tidak ada pula

fungsinya hadits nabi yang mengatakan “perbaikilah akhlak kamu

sekalian”.29

Ada 2 faktor yang dapat membentuk karakter seseorang diantaranya

adalah:

a. Fator Intern

Terdapat banya hal yang mempengaruhi fator internal ini,

diantaranya adalah:

1) Insting atau Naluri

Insting adalah sifat yang dapat menumbuhan perbuatan yang

menyampaian pada tujuan dengan berpikir lebih dahulu ke arah

tujuan itu dan tidak didahului latihan perbuatan itu (Ahmad Amin,

1995:7). Naluri merupakan tabiat yang dibawa sejak lahir yang

merupakan suatu pembawaan yang asli. Pengaruh iri seseorang

sangat tergantung pada penyalurannya. Naluri dapat

menjerumuskan manusia kepada kemunduran atau kehinaan

(degradasi), tetapi juga dapat mengangkat kepada derajat yang

tinggi (mulia), jika naluri disalurkan kepada hal yang baik dengan

tuntunan kebenaran.

29

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015), cet. 15, h.

134.

22

2) Adab atau Kebiasaan (Habit)

Kebiasaan adalah perbuatan yang selalu diulang-ulang

sehingga mudah untuk dikerjakan. Faktor kebiasaan ini memegang

peranan penting dalam membentuk dan membina karakter,

karenanya manusia harus memaksa dirinya untuk selalu

mengulang-ulang perbuatan baik sehingga menjadi kebiasaan dan

terbentuklah karakter.

3) Kehendak/Kemauan (Iradah)

Kemauan adalah melakukan sesuatu untuk melangsungkan

segala ide yang dimaksud, walau disertai dengan berbagai

rintangan dan kesukaran. Kemauanlah yang mendorong dan

memotivasi seseorang untuk bertindak, kemauan pun merupakan

kekuatan seseorang untuk berkehendak oleh karena itu seseorang

yang memiliki kemauan yang kuat dalam dirinya untuk berbuat

baik maka akan tercipta karakter yang baik.

4) Suara Batin atau Suara Hati

Suara batin merupakan suatu kekuatan yang terdapat dalam

masing-masing diri manusia yang sewaktu-waktu memberikan

peringatan kepada manusia jika berada diambang bahaya dan

keburukan. Suara batin difungsikan untuk melakukan perbuatan

baik dan berusaha mencegah perbuatan buruk, bathin harus terus

dididik dan dituntun agar menaiki jenjang kekuatan rohani.

5) Keturunan

Keturunan merupakan suatu faktor yang dapat mempengaruhi

perbuatan manusia. Seperti hadits yang berbunyi:

Artinya: “Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan (membawa)

fithrah (rasa ketuhanan dan kecenderungan kepada kebenaran),

23

maka kedua orang tuanyalah yang membentuk ana itu menjadi

Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR. Bukhori).

Hadits di atas menggambarkan tentang teori konvergensi

yang menunjukan bahwa pelaksanaan utama dalam pendidikan

adalah kedua orang tua. Itulah sebabnya orang tua, khususnya ibu

mendapat gelar sebagai madrasatul ulā yaitu sekolah pertama

bagi anaknya.30

Sifat yang diturunkan pada garis besarnya ada dua macam

yaitu:

Sifat jasmaniyah, yakni kekuatan dan kelemahan otot-otot dan

urat sarap orang tua yang dapat diwariskan kepada anaknya.

Sifat ruhaniyah, yakni lemah dan kuatnya suatu naluri dapat

diturunkan pula oleh orang tua yang kelak mempengaruhi

prilaku anak cucunya.31

b. Faktor Ekstern

1) Keluarga

Keluarga adalah satu-satunya sistem sosial yang diterima di

semua masyarakat baik yang agamis maupun nonagamis. Keluarga

memiliki peran, posisi dan kedudukan yang bermacam-macam di

tengah masyarakat yang bermacam-macam pula. Sebagai lembaga

terkecil dalam masyarakat, keluarga memegang peran yang sangat

penting dalam kehidupan sosial umat manusia. Sesungguhnya

dapat dikatakan bahwa keluarga adalah tahap pertama lembaga-

lembaga penting sosial, dan dalam tingkat yang sangat tinggi,

keluarga berkaitan erat dengan kelahiran peradaban, transformasi

warisan, pertumbuhan dan perkembangan umat manusia. Secara

keseluruhan semua tradisi, keyakinan, sopan santun, sifat-sifat

30

Ibid., h. 145 31

Heri Gunawan, Pendidikan Karakter (konsep dan implementasi, (Bandung: Alfabeta,

2012), cet. 2, h. 19.

24

individu dan sosial, ditransfer melalui keluarga kepada generasi-

generasi berikutnya.32

Para pakar menyakini bahwa keluarga adalah lingkungan

pertama di mana jiwa dan raga anak akan mengalami pertumbuhan

dan kesempurnaan. Karena itulah keluarga memiliki peran yang

amat mendasar dalam menciptakan kesehatan pribadi anak dan

remaja. Untuk itu, dalam kehidupan keluarga harus memiliki

hubungan yang sangat dekat satu dengan yang lainnya, sikap saling

hormat, kompak, kerja sama, setia dan berlaku baik. Hal itu,

sebagai dasar kebahagiaan dan kesejahteraan dalam keluarga.33

Menurut Muhammad Ja’far Anwar yang mengutip dari

Mahmud Saltut (1984:146), keluarga adalah batu dasar dari

bangunan suatu umat (bangsa) yang terbentuk dari keluarga yang

berhubungan langsung dengan yang lainnya. Dan pasti kuat atau

lemahnya bangunan umat itu tergantung kepada kuat atau

lemahnya keluarga yang menjadi batu besar itu.34

Nilai moral secara turun temurun diajarkan kepada generasi

muda melalui penanaman kebiasaan (cultivation) yang

menekankan kebenaran dan kesalahan secara absolut. Dalam

membentuk moral yang baik banyak pakar merekomendasikan

pendidikan tersebut dimulai dari keluarga. Karena, unsur keluarga

merupakan unit terkecil dari sebuah masyarakat. Unsur-unsur yang

ada dalam keluarga baik budaya, mazhab, ekonomi bahkan jumlah

anggota keluarga sangat mempengaruhi perlakuan dan pemikiran

anak khususnya ayah dan ibu. Pengaruh keluarga dalam

pendidikan anak sangat besar dalam berbagai macam sisi.

Keluargalah yang menyiapkan potensi pertumbuhan dan

pembentukan karakter anak.

32

Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2009, cet. 2, h.

90. 33

Ibid., h. 91. 34

Muhammad Ja’far Anwar, Membumikan Pendidikan Karakter, (Jakarta: CV Suri

Tatu’uw, 2015), cet. 1, h. 49.

25

2) Sekolah

Lembaga pendidikan sebagai suatu sistem mempunyai

pengaruh dalam pembentukan karakter dikarenakan lembaga

pendidikan meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam

diri individu. Pemahaman baik dan buruk, garis pemisah antara

sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan diperoleh dari

pendidikan serta ajaran-ajarannya. Dikarenakan konsep moral

sangat menentukan sistem kepercayaan maka tidaklah

mengherankan bahwa lembaga pendidikan dan konsepnya ikut

berperan dalam menentukan sikap individu terhadap suatu hal.35

3) Lingkungan

Lingkungan (Milie) adalah suatu yang melingkupi suatu

tubuh yang hidup seperti tumbuhan, keadaan tanah, udara dan

pergaulan manusia yang selalu berhubungan dengan manusia

lainnya.

Dalam pergaulan manusia saling mempengaruhi pikiran, sifat

dan tingah laku. Adapun lingkungan terbagi menjadi dua bagian:

a) Lingkungan yang bersifat kebendaan

Alam yang melingkupi manusia merupakan faktor yang

mempengaruhi dan menentukan tingkah laku manusia.

Lingkungan alam ini dapat mematahkan atau mematangkan

pertumbuhan kuat yang dibawa seseorang.

b) Lingkungan pergaulan yang bersifat kerohanian

Seseorang yang hidup di lingkungan baik secara langsung

dapat membentuk kepribadiannya menjadi baik, begitu pula

sebaliknya seorang yang hidup dalam lingkungan kurang baik

35

Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2009, cet. 2, h.

102.

26

dapat mendukung pembentukan karakter yang kurang baik

pula.36

Dari penjelasan di atas dapat ditarik pemahaman, bahwa

banyak faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya karakter

peserta didik, mulai dari faktor individu maupun faktor lingkungan.

Tetapi, pada kenyataannya faktor yang paling utama adalah faktor

keluarga, karena keluarga adalah pendidikan moral dasar yang

diterima anak sejak kecil baik dari segi prilaku ataupun perkataan

yang ditirunya dari orang tua yang berperan sebagai suri tauladan,

sedangkan lembaga pendidikan dan lingkungan merupakan faktor

pendukung.

B. Pengembangan Nilai-Nilai Akhlak

Menurut Djahiri, nilai adalah suatu jenis kepercayaan yang letaknya

berpusat pada sistem kepercayaan seseorang, tentang bagaimana seseorang

sepatutnya, atau tidak sepatutnya dalam melakukan sesuatu, tentang apa yang

berharga dan yang tidak berharga.

Rychard Eyre and Linda (1995) menyebutkan bahwa nilai yang diterima

secara universal adalah nilai yang menghasilkan suatu prilaku yang

berdampak positif, baik bagi yang menjalankan maupun bagi orang lain.

Rychard menjelaskan nilai adalah suatu kualitas yang dibedakan menurut

kemampuannya untuk berlipat ganda atau bertambah meskipun sering

diberikan kepada orang lain, dan kenyataan bahwa semakin banyak nilai yang

diberikan kepada orang lain makin banyak pula nilai serupa yang diterima atau

dikembalikan dari orang lain.37

36

Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta,

2012), cet. 2, h. 22. 37

Heri Gunawan, op. cit., h. 31.

27

1. Nilai Agama

Dasar pendidikan karakter sangat identik dengan ajaran setiap

agama, bagi umat Islam sumber dasar pendidikan karakter menurut visi

Islam adalah sebagai berikut:38

a. Al-Qur’an

Jumhur Ulama sepakat bahwa kata al-Qur’an berasal dari bahasa

Arab. Kata al-Qur’an menurut al-Farra berasal dari kata al-qorāin,

jamak dari Qarinah yang berarti petunjuk. Menurut al-Asy’ari kata al-

Qur’an berasal dari kata Qarana yang berarti menghubungkan, sedang

menurut Imam Lihyani al-Qur’an berasal dari kata Qaraa yang berarti

membaca. 39

Bagi umat Islam kitab suci al-Qur’an adalah firman Allah swt

yang diturunkan melalui perantara Malaikat Jibril kepada Rasulullah

saw. Dalam al-Qur’an telah tertulis seluruh aspek pedoman hidup bagi

umat Islam, sehingga al-Qur’an merupakan falsafah hidup muslim baik

di dunia maupun di akhirat kelak. Al-Qur’an merupakan ajaran Islam

yang universal, baik dalam bidang akidah, syariah, ibadah, akhlak,

maupun muamalah. Dengan luasnya cakupan dalam aspek ekonomi,

sosial, budaya, politik, pertahanan dan keamanan atau pun aspek

pendidikan.

Hal tersebut sangat sesuai dengan firman Allah Swt:

Artinya: “Kitab Al-Qur‟an yang kami turunkan kepadamu penuh

berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang

yang berakal sehat mendapat pelajaran.” (Q.S, Shad, 38:29).

38

Anas Salahuddin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter, (Bandung : CV

Pustaka Setia, 2013), cet. 1, h. 81. 39

Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Pendidikan Katakter,

(Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 44.

28

Artinya: “Dan kami tidak menurunkan kitab (Al-Qur‟an) ini kepadamu

(Muhammad) melainkan agar engkau dapat menjelaskan kepada

mereka apa yang mereka perselisihkan itu, serta menjadi petunjuk dan

rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Q.S, an-Nahl, 16:64).

Intisari dari pendidikan karakter adalah menghasilkan peserta

didik yang berprilaku baik, sebagaimana firman Allah Swt:

Artinya: “Sesungguhnya Allah memerintahkan menjalankan keadilan,

berbuat baik dan member atau menyantuni kaum kerabat. Dan Tuhan

melarang perbuatan keji, kemungkaran dan kedurhakaan. Dia

mengajar kamu agar kamu mengerti.” (Q.S, an-Nahl, 16:90).

Pendidikaan karakter mengajarkan agar anak didik untuk menjadi

orang-orang yang memiliki hati untuk memahami ayat-ayat Allah,

memiliki mata untuk melihat tanda-tanda kebesaran Allah yang di

dalamnya ada kebenaran sebagai pedoman hidup yang paling tinggi

untuk berbuat kebajikan menuju keselamatan dunia dan ahirat.40

b. Sunnah

Sunnah adalah segala sesuatu yang dinukil dari Nabi Muhammad

Saw baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapan, sifat moral

(khuluqiyah), sifat jasmani (khalqiyah), atau pun perjalanan hidupnya

40

Maswardi Muhammad Amin, Pendidikan Karakter Anak Bangsa, (Jakarta: Baduose

Media Jakarta, 2011), cet. 1, h. 74.

29

sejak sebelum diangkat menjadi rasul maupun sesudah diangkat

menjadi Rasul.41

Bagi umat Islam, Nabi Muhammad merupakan utusan Allah

yang terakhir yang mengemban risalah Islam. Segala yang berasal dari

beliau baik perkataan, perbuatan maupun ketetapannya sebagai Rasul

merupakan sunah bagi umat Islam yang harus dijadikan panutan.42

Hal tersebut jelas dinyatakan dalam firman Allah Swt:

Artinya: “Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan

yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharapkan (rahmat)

Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat

Allah.” (Q.S, al-Ahzab, 33:21).

Dalam ajaran agama para Nabi, mulai dari Nabi Adam sampai

dengan Nabi Muhammad Saw memberi contoh perilaku yang baik

kepada umatnya. Dalam agama Islam Nabi Muhammad merupakan

pemimpin yang memiliki karakter yang kuat dan contoh yang mulia

yang patut diteladani oleh umat Islam. Nabi Muhammad telah

membawa umatnya dari prilaku tanpa aturan menjadi umat yang

cerdas, bermoral, berakhlak, taat pada ajaran agama Islam.

Figur Nabi Muhammad adalah seseorang yang memiliki akhlak

sejati yaitu siddiq (jujur), amanah (terpercaya), tabligh (penyampai),

fathonah (cerdas) yang harus diteladani, dipelajari untuk dipahami,

41

Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Pendidikan Katakter,

(Bandung: Alfabeta, 2013), op. cit., hal. 50. 42

Anas Salahuddin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter, (Bandung : CV

Pustaka Setia, 2013), cet. 1, h. 82.

30

dihayati dan diamalkan dalam kehidupan keluarga, mayarakat,

berbangsa dan bernegara.43

2. Nilai Pancasila

Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia merupakan kristalisasi dari

nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang bersifat universal. Tilaar (1990)

menyebutkan pancasila sebagai “Maha sumber nilai”, maka harus menjadi

acuan utama dalam mengatur negara, bangsa dan masyarakat agar cita-cita

luhur bersama dapat diwujudkan (Pranarka, 1985; Eka Darmaputera,

1987).44

Pancasila adalah falsafah yang identik dengan pandangan hidup

bangsa Indonesia juga sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sebagai falsafah bangsa Indonesia pancasila merupakan sumber kehidupan

bernegara, pancasila sebagai pandangan hidup yang berisikan ajaran yang

mengandung nilai-nilai luhur yang terkristalisasi dalam sila-silanya.45

Dalam rangka membangun karakter anak bangsa, salah satu

pendekatannya adalah pendekatan nilai-nilai luhur pancasila yang berakar

jati diri dan nilai-nilai budaya yang telah diwariskan oleh para leluhur

bangsa Indonesia. Nilai-nilai luhur pancasila yang tercantum dalam sila-

sila pancasila sejatinya dihayati dan diamalkan, bukan sekedar semboyan

semata yang dibaca pada setiap upacara apapun, baik di sekolah maupun

dalam upacara memperingati hari-hari besar nasional.46

Sastrapratedja (2001), merinci nilai-nilai luhur pancasila, dalam

pandangannya nilai-nilai luhur pancasila itu mencakup nilai dasar

humanistik dan universal.47

Notonagoro (Darji Darmodiharjo, 1995) mengelompokan nilai

menjadi tiga bagian, yaitu:48

43 Maswardi Muhammad Amin, Pendidikan Karakter Anak Bangsa, (Jakarta: Baduose

Media Jakarta, 2011), cet. 1, h. 76. 44

Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai Karakter, (Jakarta : PT Grafindo Persada, 2012),

cet. 1, h. 63. 45

Maswardi Muhammad Amin, op.cit., h. 94. 46

Ibid., h. 95. 47

Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai Karakter, (Jakarta : PT Grafindo Persada, 2012),

cet. 1, h. 63.

31

a. Nilai materil, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani

manusia.

b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk

dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.

c. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna untuk rohani

manusia. Nilai kerohanian sendiri dapat dibedakan menjadi empat

macam: Nilai kebenaran yang bersumber pada akal budi manusia, nilai

keindahan yang bersumber pada unsur rasa manusia, nilai kebaikan

atau moral uang bersumber pada unsur kehendak manusia, nilai

religius yang bersumber pada keyakinan manusia akan Tuhan.

3. Nilai Budaya

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) kaya dengan budaya-

budaya daerah, terdiri dari ratusan etnis besar yang didalamnya terdapat

etnis-etnis kecil. Budaya masing-masing etnis berbeda-beda, dan

perbedaan adalah rahmat Allah swt. Perbedaan membuat manusia menjadi

maju, saling menghargai dan menghormati, nilai-nilai budaya merupakan

satu pendekatan dalam membangun karakter anak negeri ini. Kebudayaan

dalam bentuk seni, bahasa suku, pakaian tradisional, upacara adat, cara

bergaul merupakan suatu nilai-nilai yang baik, yang diakui oleh masing-

masing etnis. Berdasarkan budaya-budaya daerah yang tumbuh di tengah

masyarakat lahirlah apa yang disebut budaya bangsa.49

Nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa Indonesia berasal dari

nilai-nilai luhur universal yaitu:50

a. Cinta Tuhan dan ciptaan-Nya

b. Kemandirian dan tanggung jawab

c. Kejujuran/amanah dan diplomatis

d. Hormat dan santun

48

Ibid., h. 64. 49

Maswardi Muhammad Amin, Pendidikan Karakter Anak Bangsa, (Jakarta: Baduose

Media Jakarta, 2011), cet. 1, h. 86 50

Anas Salahuddin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter, (Bandung : CV

Pustaka Setia, 2013), cet. 1, h. 54.

32

e. Dermawan, suka tolong menolong, gotong royong, dan kerja sama

f. Percaya diri dan kerja keras

g. Kepemimpinan dan keadilan

h. Baik dan rendah hati

i. Toleransi, kedamaian dan kesatuan

4. Tujuan Pendidikan Nasional

Menurut Kementrian Pendidikan Nasional, nilai karakter bangsa

terdiri dari religious, jujur, toleransi, disiplin, patuh, kerja keras, kreatif,

mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,

menghargai prestasi, bersahabat/berkomunikatif, cinta damai, gemar

membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab.51

Dasar pendidikan karakter tersebut diterapkan sejak usia kanak-

kanak atau yang biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas

(golden age) karena usia dini terbukti sengat menentukan kemampuan

anak dalam mengembangkan potensinya. Hasil penelitian menunjukan

bahwa sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang dewasa terjadi pada usia

8 tahun, dan 20% sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua.

Dari sini sudah sepatuhnya pendidikan karakter dimulai dari dalam

pendidikan keluarga, yang merupakan lingkungan keluarga pertama bagi

pertumbuhan karakter anak.

Dari paparan di atas dapat ditarik pemahaman, bahwa nilai

pendidikan karakter merupakan sistem kepercayaan yang dapat

menghasilkan suatu prilaku yang berdampak positif, bagi yang

menjalankan maupun bagi orang lain. Sebagai seorang muslim dan warga

Indonesia pengembangan nilai-nilai karakter harus seimbang antara agama

dan negara yaitu dengan menjalankan nilai-nilai yang berada dalam al-

Qur’an dan hadits maupun nilai budaya dan pancasila. Hal ini agar

terjadinya keseimbangan, persamaan nilai yang dapat diamalkan dalam

kehidupan sehari-hari.

51

Ibid., h. 55.

33

C. Pengertian Budaya Sekolah

Secara etimologi, “budaya berasal dari kata budi dan daya (budi daya)

atau daya (upaya atau power) dari sebuah budi, kata budaya digunakan

sebagai singkatan dari kebudayaan dengan arti yang sama” (Koetjoroningrat,

1980:81). Dalam bahasa Inggris disebut dengan culture, berasal dari bahasa

latin colere yang berarti mengolah atau mengerjakan, dengan demikian culture

diartikan sebagai segala daya upaya serta tindakan manusia untuk mengolah

alam. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, juga tidak terlihat dengan tegas

perbedaan pengertian budaya dan kebudayaan. “Budaya diartikan sebagai

buah atau hasil kegiatan dan penciptaan bathin (akal budi) manusia, seperti

kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat (Pusbinbangsa, 1983).52

Menurut Maswardi Muhammad Amin, budaya adalah keseluruhan ilmu

pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat, kebiasaan, serta

kemampuan lain yang diperoleh sebagai angota masyarakat. Budaya pula

diartikan sebagai keseluruhan cara hidup, warisan sosial, cara berpikir,

kepercayaan, cara kelompok bertingkah laku, gudang pelajaran yang

dikumpulkan, tindakan baku untuk mengatasi masalah, peraturan bertingkah

laku dalam acara tertentu. Subtansi dari budaya dalam kehidupan sehari-hari

tampak pada kebiasaan, adat istiadat, pola pergaulan, sikap dan prilaku yang

berulang-ulang yang khas dalam kehidupan bermasyarakat.53

Zamroni (2011:111) memberikan batasan bahwa budaya sekolah adalah

pola nilai-nilai, prinsi-prinsip, tradisi-tradisi dan kebiasaan-kebiasaan yang

terbentuk dalam perjalanan panjang sekolah, dikembangkan sekolah dalam

jangka waktu yang lama dan menjadi pegangan serta diyakini oleh seluruh

warga sekolah sehingga mendorong muncul sikap dan perilaku warga sekolah.

Warga sekolah menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional terdiri dari peserta didik, pendidik, kepala sekolah, tenaga pendidik

52

Zulfikri Anas, Sekolah Untuk Kehidupan, (Jakarta: AMP Press, 2013), cet. 1, h. 193. 53

Maswardi Muhammad Amin, Pendidikan Karakter Anak Bangsa, (Jakarta: Baduose

Media Jakarta, 2011), cet. 1, h. 73.

34

serta komite sekolah. Salah satu subyek yang diambil dalam penelitian budaya

sekolah ini yaitu peserta didik (siswa).54

Menurut Banks (1993), Deal dan Peterson (1998) budaya sekolah ialah

sistem sosial yang mempunyai budaya yang tersendiri. Ia terdiri dari norma

institusi, struktur sosial, kepercayaan, nilai, simbol, tradisi, matlamat dan

tujuan yang tersendiri untuk membentuk organisasi tersendiri.55

Menurut Uhar Suharsaputra (2013) budaya sekolah adalah keyakinan,

nilai-nilai serta norma yang menjadi panduan seluruh anggota organisasi

sekolah dalam melaksanakan peran dan tugasnya masing-masing.56

Budaya

sekolah merupakan tempat pengembangan budaya intelektual peserta didik

yang meliputi nilai-nilai inteletual yang akan menumbuhkan sikap ingin tahu,

berfikir logis, kreatif, terbuka dan siap dikritik.57

Menurut Djohar (2003 ) mengatakan, bahwa budaya sekolah dapat

dinyatakan sebagai budaya akademik yang terstruktur, yang mengembangkan

kompetensi intelektual peserta didik. Tetapi di-dalamnya juga terdapat sosial

budaya dan psikologis.58

Budaya sekolah adalah nilai-nilai dominan yang didukung oleh sekolah

atau falsafah yang menuntun kebijakan sekolah terhadap semua unsur dan

komponen sekolah termasuk stakeholders pendidikan, seperti cara

melaksanakan pekerjaan di sekolah serta asumsi atau kepercayaan dasar yang

dianut oleh personil sekolah. Budaya sekolah merujuk pada suatu sistem nilai,

kepercayaan dan norma-norma yang diterima secara bersama, serta

dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami, yang dibentuk

oleh lingkungan yang menciptakan pemahaman yang sama diantara seluruh

unsur dan personil sekolah baik itu kepala sekolah, pendidik, karjawan, pesrta

54

Albertin Dwi Astuti, “Pengaruh Budaya Sekolah Terhadap Karakter Siswa Kelas X

Jurusan Tata Boga SMK Negeri 3 Klaten”, Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta,

2015, h. 12. tidak dipublikasikan. 55

http://budaya-sekolah.blogspot.co.id/ (diakses pada hari Rabu, 05 Oktober 2016, pukul

13.16).

56

Uhar Suharsaputra, Menjadi Guru Berkarakter, (Bandung: PT Refika Aditama, 2013),

cet. 1, h. 118. 57

Muhammad Ja’far Anwar, Membumikan Pendidikan Karakter, (Jakarta: CV Suri

Tatu’uw, 2015), cet. 1, h. 66. 58

Muhammad Mustari, “Budaya Sekolah pada Sekolah Menengah Pertama di

Indonesia”, Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan, Vol. 1, 2013, h. 186.

35

didik dan jika perlu membentuk opini masyarakat yang sama dengan

sekolah.59

Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik pemahaman bahwa budaya

sekolah adalah suatu kebiasaan berupa nilai, prinsip, unsur, komponen,

symbol, norma institusi, struktur sosial, kepercayaan, tradisi, tuntunan

kebijakan sekolah, tempat pengembangan intelektual, dan di dalamnya

terdapat pula unsur psikologis serta diyakini oleh seluruh warga sekolah

sehingga mendorong munculnya sikap dan perilaku warga sekolah. yang

dilaksanakan melalui waktu yang panjang dengan tujuan untuk mengarahkan

prilaku dan membentuk karakter yang terpuji.

D. Unsur-Unsur Budaya Sekolah

Menurut Ahyar mengutip Sastrapratedja, mengelompokkan unsur-unsur

budaya sekolah dalam dua kategori, yakni:

1. Unsur kasat mata (visual) terdiri dari visual verbal dan visual material.

Visual verbal meliputi 1) visi, misi, tujuan dan sasaran, 2) kurikulum, 3)

bahasa dan komunikasi, 4) narasi sekolah, 5) narasi tokoh-tokoh, 6)

struktur organisasi, 7) ritual, 8) upacara, 9) prosedur belajar mengajar, 10)

peratutan, sistem ganjaran dan hukuman, 11) pelayanan psikologi sosial,

12) pola interaksi sekolah dengan orang tua. Unsur visual material

meliputi 1) fasilitas dan peralatan, 2) artifak dan tanda kenangan, 3)

pakaian seragam.

2. Sedangkan unsur yang tidak kasat mata meliputi filsafat atau pandangan

dasar sekolah.

Semua unsur merupakan sesuatu yang dianggap penting dan harus

diperjuangkan oleh sekolah. Oleh karena itu harus dinyatakan dalam bentuk

visi, misi, tujuan, tata tertib sasaran yang lebih terperinci yang akan dicapai

sekolah.

Menurut Ajat Sudrajat (2011:13) mengutip pendapat Nursyam,

setidaknya ada tiga budaya yang perlu dikembangkan di sekolah, yaitu kultur

59

https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/03/04/manfaat-prinsip-dan-asas

pengembangan-budaya-sekolah/ (diakses pada hari Rabu, 05 Okt 2016, pukul 13.04).

36

akademik, kultur sosial budaya, dan kultur demokratis. Ketiga kultur ini harus

menjadi prioritas yang melekat dalam lingkungan sekolah.

Pertama, kultur akademik. Kultur akademik memiliki ciri pada setiap

tindakan, keputusan, kebijakan, dan opini didukung dengan dasar akademik

yang kuat. Artinya merujuk pada teori, dasar hukum, dan nilai kebenaran yang

teruji. Budaya akademik juga dapat dipahami sebagai suatu totalitas dari

kehidupan dan kegiatan yang berhubungan dengan akademik yang dihayati,

dimaknai dan diamalkan oleh warga masyarakat akademik, di lembaga

pendidikan tinggi dan lembaga penelitian. Dengan demikian, kepala sekolah,

pendidik, dan peserta didik selalu berpegang pada pijakan teori dalam

berpikir, bersikap dan bertindak dalam kesehariannya. Kultur akademik

bersikap, serta kepiawaian dalam berpikir dan berargumentasi. Ciri-ciri warga

sekolah yang menerapkan budaya akademik yaitu bersifat kritis, objektif,

analitis, kreatif, terbuka untuk menerima kritik, menghargai waktu dan

prestasi ilmiah, memiliki dan menjunjung tinggi tradisi ilmiah, dinamis, dan

berorientasi ke masa depan. Kesimpulannnya, kultur akademik lebih

menekankan pada budaya ilmiah yang ada dalam diri seseorang dalam

berfikir, bertindak dan bertingkah laku dalam lingkup kegiatan akademik.

Kedua, kultur sosial budaya. Kultur sosial budaya tercermin pada

pengembangan sekolah yang memelihara, membangun, dan mengembangkan

budaya bangsa yang positif dalam kerangka pembangunan manusia seutuhnya

serta menerapkan kehidup sosial yang harmonis antar warga sekolah. Sekolah

akan menjadi benteng pertahanan terkikisnya budaya akibat gencarnya

serangan budaya asing yang tidak relevan seperti budaya hedonisme,

individualisme, dan materialisme. Di sisi lain sekolah terus mengembangkan

seni tradisi yang berakar pada budaya nusantara. Kultur sosial budaya

merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan sehari-

hari, dan hampir setiap kegiatan manusia tidak terlepas dari unsur sosial

budaya. Kultur sosial meliputi suatu sikap bagaimana manusia itu

berhubungan dan berinteraksi satu dengan yang lain dalam kelompoknya dan

bagaimana susunan unit-unit masyarakat atau sosial di suatu wilayah serta

kaitannya satu dengan yang lain. Sedangkan kultur budaya adalah totalitas

37

yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum,

moral, adat, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang

diperoleh dari turun temurun oleh suatu komunitas. Kesimpulannnya, kultur

sosial budaya lebih menekankan pada interaksi yang berhubungan dengan

orang lain, alam dan interaksi yang cakupannnya lebih luas lagi yang

diperoleh berdasarkan kebiasaan atau turun-temurun.

Ketiga, kultur demokratis. Kultur demokratis menampilkan corak

berkehidupan yang mengakomodasi perbedaan untuk secara bersama

membangun kemajuan suatu kelompok maupun bangsa. Kultur ini jauh dari

pola tindakan disksriminatif serta sikap mengabdi atasan secara membabi

buta. Warga sekolah selalu bertindak objektif dan transparan pada setiap

tindakan maupun keputusan. Kultur demokratis tercermin dalam pengambilan

keputusan dan menghargai keputusan, serta mengetahui secara penuh hak dan

kewajiban diri sendiri, orang lain, bangsa dan negara. Memperhatikan paparan

tersebut, maka dapat diambil pemahaman bahwa budaya yang harus

dikembangkan di sekolah ada 3 macam yaitu kultur akademik, kultur sosial

budaya dan kultur demokratis.

38

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Menurut Kirk dan Miller, penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu

dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada

pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan

dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristiwanya.1

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Yaitu, jenis

penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik

atau bentuk hitungan lainnya.2 Bogdan dan Taylor mendefinisikan pendekatan

kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat

diamati.3

Maka dalam penelitian ini penulis mencari informasi yang berhubungan

dengan budaya-budaya yang diterapkan dalam proses pembentukan karakter

peserta didik serta faktor pendukung dan penghambat di SMP Negeri 2

Cibinong.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian yang berjudul “Pembentukan Karakter Melalui Budaya

Sekolah di SMP Negeri 2 Cibinong” ini dilaksanakan mulai bulan Oktober -

Desember 2016, dengan perkiraan jadwal sebagai berikut: bulan Oktober -

November digunakan untuk pengumpulan data dari lokasi penelitian dan

sumber-sumber lain yang mendukung. Kemudian, waktu selebihnya

digunakan untuk menganalisis data-data yang sudah diperoleh, menyimpulkan

dan menyusun penelitian yang akan dijadikan sebagai laporan.

1 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h. 36.

2 Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-Dasar Peneli tian Kualitatif, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2009), cet. 3, h. 4. 3 Lexy J Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Rosda Karya, 2013),

h. 4.

39

Selanjutnya, tempat yang digunakan untuk penelitian adalah SMP

Negeri 2 Cibinong yang beralamat di Jl. KSR. Dadi Kusmayadi, sukahati,

cibinong, kab. Bogor. Kede pos 16915 Telp. (021) 8756002.

C. Unit Analisis

Unit analisis adalah satuan yang diteliti bisa berupa individu, keluarga,

kelompok/organisasi, benda atau satuan latar peristiwa sosial. Seperti aktifitas

individu dalam sebuah kelompok sebagai subjek penelitian.

Mengungkap definisi unit analisis di atas, dalam penelitian ini penulis

menetapkan kriteria responden. Kriketia responden bagi pendidik adalah

jajaran pimpinan sekolah dan pendidik yang sudah mengajar di SMP Negeri 2

minimal 5 Tahun. Kriteria responden peserta didik adalah peserta didik yang

aktif melaksanakan kegiatan sekolah dan peserta didik yang telah melalui

tahapan pembentukan akhlak selama kurang lebih 2 tahun. Dengan

sendirinya penulis memperoleh siapa dan apa saja yang menjadi subjek

penelitian.

Dalam melakukan penelitian penulis menemukan informan awal yang

memberikan informasi yang memadai ketika peneliti mengawali aktifitas studi

pendahuluan. Adapun yang menjadi informan awal dari penelitian ini adalah

Bapak Ujang selaku kepala bidang kesiswaan, dan yang menjadi juru kunci

informan adalah Ibu siti Hulasoh sebagai kepala bidang kurikulum.

D. Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah semua data yang

berkaitan dengan budaya-budaya yang diterapkan disekolah untuk membentuk

karakter peserta didik di SMP Negeri 2 Cibinong. Menurut Lofland, sumber

data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan. Selebihnya

adalah data tambahan seperti dokumen dan lainnya.4 Sumber data dalam

penelitian ini terbagi menjadi 2 yaitu:

1. Data Primer

4 Lexy J Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Rosda Karya, 2013),

h. 157.

40

Data primer adalah data yang yang di peroleh dari lembaga sekolah baik

kepala sekolah, wakil kepada sekolah, kepala bidang kurikulum, kepala

bidang kesiswaan, guru-guru mata pelajaran dan para peserta didik yang

terlibat dalam penelitian.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai literatur yaitu

buku-buku dari berbagai sumber, dokumen, sumber data tertulis, surat

kabar, skripsi fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan, majalah atau media

yang berhubungan dengan budaya sekolah dalam proses pembentukan

karakter peserta didik.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang benar dan akurat serta dapat

dipertanggung jawabkan, maka penulis menjelaskan tentang teknik

pengumpulan data yang akan digunakan sebagai berikut :

1. Wawancara

Teknik wawacara yang digunakan penulis dalam penelitian ini

adalah untuk memperoleh data primer, dengan cara bertatap muka secara

langsung dan mengajukan pertanyaan secara satu persatu kepada kepala

sekolah, wakil kepala sekolah, kepala bidang kurikulum, kepala bidang

kesiswaan, guru-guru mata pelajaran, dan peserta didik yang terlibat dalam

penelitian.

2. Observasi

Teknik observasi yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah

untuk memperoleh data sekunder dengan cara mengadakan pengamatan

dan pencatatan dalam situasi yang sebenarnya. Metode ini digunakan

peneliti untuk memperoleh informasi tentang keadaan obyek penelitian,

keadaan sarana dan prasarana, keadaan pendidik dan peserta didik,

keadaan fasilitas pendukung dan penghambat dalam meningkatkan

karakter peserta didik.

3. Dokumentasi

41

Teknik dokumentasi yang digunakan penulis dalam penelitian ini

adalah untuk memperoleh data sekunder yang disimpan dalam bentuk

dokumen atau file berupa buku induk, hasil ulangan harian, rapot, catatan

harian, surat keterangan, dan lain sebagainya yang diperlukan. dengan cara

mencari data atau mencatat informasi yang sudah didapatkan.

F. Teknik Keabsahan dan Analisis Data

1. Teknik Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari

konsep keshohihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas) menurut versi

“positivisme” dan disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, kriteria dan

paradigmanya sendiri. Berikut ini beberapa teknik keabsahan data menurut

lexy :5

a. Triangulasi

Teknik triangulasi dalam penelitian ini adalah membandingkan

dan mencocokkan semua data yang diperoleh melalui hasil

wawancara, observasi dan dokumentasi untuk menilai tingkat

keshohihan atau kebenaran data untuk proses analisis.

Data-data yang diperoleh penulis dari hasil wawancara,

observasi, dan dokumtesi adalah tentang pembentukan karkater

melalui budaya sekolah akan dibandingkan dan dicocokan, agar semua

data tidak saling bertolak belakang dan menjadi data yang akurat serta

dapat dipertanggungjawabkan.

a. Pemeriksaan Sejawat

Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara

atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-

rekan sejawat. Teknik ini mengandung beberapa maksud sebagai salah

satu teknik pemeriksaan keabsahan data.

5 Lexy J Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Rosda Karya, 2013),

hal 327.

42

2. Analisis Data

Teknik analisis data yang penulis gunakan dalam penelitian

deskriptif kualitatif ini, yaitu pengumpulan data berupa kata-kata, bukan

angka-angka. Hal ini dikarenakan adanya penerapan pendekatan kualitatif.

Dalam menganalisis data ini, peneliti mendeskripsikan dan

menguraikan dan menelaah lebih dalam tentang kebiasaan atau budaya

sekolah yang diterapkan di SMP Negeri 2 Cibinong. Setelah data

terkumpul, maka data tersebut dianalisis untuk mendapatkan konklusi.

Analisis data yang dimaksud yaitu prosedur pemecahan masalah

yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek

atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada

saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana

adanya. Proses analisis data dilakukan peneliti adalah melalui tahap-tahap

sebagai berikut:

a. Klasifikasi adalah proses penggelompokkan data informasi

berdasarkan jawaban-jawaban responden. Dalam analisis data ini

penulis mengelompokan data yang diperlukan dan data yang tidak

diperlukan atau keluar dari bahasan penelitian mengenai pembentukan

akhlak melalui budaya sekolah.

b. Katagorisasi adalah proses pengelompokkan jawaban-jawaban

responden berdasarkan aspek masalah yang menonjol. Setelah

melakukan tahap klasifikasi, penulis melanjutkan tahap katagorisasi

yaitu dengan mengelompokkan dan menyesuaikan jawaban sesuai

dengan rumusan masalah yang telah ditentukan tentang pembentukan

akhlak melalui budaya sekolah.

c. Interprestasi adalah proses mencari persamaan dan perbedaan sehingga

kemudian dapat ditarik sebuah kesimpulan. Setelah melakukan tahap

klasifikasi dan katagorisasi, penulis melakukan tahap akhir

interprestasi yaitu tahap menganalisis dari fakta yang ditemukan di

sekolah tentang pembetukan akhlak melalui budaya sekolah dengan

teori yang ada untuk diambil kesimpulan.

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum SMP Negeri 2 Cibinong

1. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 2 Cibinong

SMP Negeri 2 Cibinong mulai berdiri pada tahun 1982 yang merupakan

filial (kelas jauh) dari SMP Negeri 1 Cibinong, berlokasi di SD Cirimekar Jl.

Kayu Manis Cibinong dibawah kepemimpinan Bapak Dayat Hidayat, BA.

Pada tahun 1984 SMP Negeri 2 Cibinong berpindah lokasi ke SD Pabuaran

Cibinong di bawah kepemimpinan Bapak Suhud Abdullah. Pada tahun 1986

SMP Negeri 2 Cibinong berpindah lokasi ke SMP Negeri 1 Cibinong, masih

di bawah kepemimpinan Bapak Suhud Abdullah.

Mengingat keberadaan sekolah yang terus berpindah-pindah, karena

belum memiliki gedung sendiri, sudah barang tentu berdampak kurang baik

terhadap kondisi sekolah baik dari kualitas personalia pendidik dan staf TU

maupun kualitas/mutu lulusan.

Pada tahun 1990 barulah pemerintah mendirikan UGB yang berlokasi di

lingkungan Pemda Cibinong Kab. Bogor. Meskipun baru menempati gedung

sendiri, SMP Negeri 2 Cibinong sudah bisa menunjukkan prestasi yang

menggembirakan walaupun masih terbatas pada bidang tertentu (kesenian), di

bawah kepemimpinan Bapak H. Moh. Ilyas.

Pada tahun 1994 – 1997 SMP Negeri 2 Cibinong mulai menampakkan

jati dirinya, dengan diraihnya berbagai prestasi, di bawah kepemimpinan

Bapak Abdul Yazid, BA.

Pada tahun 1997 – 2001 SMP Negeri 2 Cibinong dipimpin oleh Bapak

H. Moch. Yamin, BA. Pada masa ini SMP Negeri 2 Cibinong lebih

berkembang lagi, hal ini terbukti dari perolehan prestasi yang lebih

44

menggembirakan dibanding tahun sebelumnya dan pada masa tersebut SMPN

2 Cibinong mempunyai moto menjadi sekolah terunggul di Kabupaten Bogor.

Pada tahun 2001 – 2004 SMP Negeri 2 Cibinong dipimpin oleh Bapak Drs.

H. Hardjasah, MM. dengan visinya menjadikan SMP Negeri 2 Cibinong

sebagai sekolah Unggulan di Kabupaten Bogor. Yang merupakan kelanjutan

program sebelumnya. Pada masa kepemimpinannya banyak diadakan

pembinaan di berbagai bidang sebagaimana tertera dalam strategi yang beliau

terapkan untuk mencapai/menjadikan SMPN 2 Cibinong sebagai sekolah

unggulan di Kabupaten Bogor. Hal ini membuahkan hasil dengan semakin

banyaknya prestasi yang diraih baik bidang akademik maupun non akademik

dan dengan semakin meningkatnya prestasi mutu lulusan dari tahun ke tahun,

dan semakin meningkat persentase lulusan yang diterima di Sekolah Negeri

ternama baik di kota maupun di Kabupaten Bogor.

Pada tahun 2004 – 2009 SMP Negeri 2 Cibinong masih dipimpin oleh

Bapak Drs. H. Hardjasah, MM. dengan visinya untuk mencapai Prestasi

Unggulan sesuai dengan bidang Akademik maupun Non Akademik.

Pada tahun 2009 – 2013 SMP Negeri 2 Cibinong dipimpin oleh Bapak

H. Maman Kuswandi, S.Pd. M.Pd. dengan visinya pada tahun 2015 menjadi

“Sekolah Unggul yang Menghasilkan Siswa Kompetitif dan Berkarakter

dengan Iman dan Taqwa Sebagai Landasan Meraih Cita-cita”. Dengan

indicator :

a. Terwujudnya siswa yang kompetitif, cinta tanah air, beriman dan bertaqwa.

b. Terwujudnya standar pengelolaan pendidikan yang memadai.

c. Terselenggaranya sarana sekolah yang aman, nyaman dan menyenangkan.

Pada masa kepemimpinannya beliau banyak melakukan pembinaan di

berbagai bidang sehingga prestasi yang berhasil diraih semakin meningkat

dan membanggakan baik akademik dan non akademik dengan menghasilkan

45

persentase lulusan mencapai 100% yang banyak diterima di Sekolah Negeri

unggulan baik di Kabupaten Bogor maupun di luar Kabupaten Bogor.1

Melihat sejarah perkembangan SMP Negeri 2 Cibinong, Peranan kelapa

sekolah dari dulu hingga sekarang, memberikan dampak positif dan pengaruh

yang besar terhadap lembaga meskipun memiliki visi dan misi yang berbeda

pasa masanya, yang terbukti dengan terlihatnya perkembangan sekolah yang

semakin maju dan diminati oleh masyarakat bahkan menjadi sekolah

terfavorit di Cibinong Kabupaten Bogor, yang pada awalnya banyak sekolah

terdahulu yang lebih exis. Peranan Kepala Sekolah dalam memutuskan

kebijakan dan program, serta bimbingan para peserta didik dalam memotivasi,

membuat peserta didik selalu berprestasi dalam bidang akademik maupun non

akademik.

2. Visi, Misi dan Tujuan SMP Negeri 2 Cibinong

Visi : ”Menjadi sekolah unggul yang kompetitif dalam prestasi, berwawasan

lingkungan dan berkarakter dengan landasan nilai-nilai religi“.2

Visi merupakan gambaran tujuan masa depan sekolah yang realistik,

menjadi sekolah unggul kompetitif dalam prestasi adalah sebagai motivasi

untuk sumber daya organisasi sekolah untuk menghasilkan peserta didik yang

berkualitas tinggi dan mampu bersaing dalam prestasi. Peserta didik yang

berprestasi tidak semata-mata peserta didik harus belajar terus menerus tetapi

ada dukungan dari sekolah untuk mengembangkan ilmu yang telah didapat.

Berwawasan lingkungan dan berkarakter, peserta didik yang

berwawasan harus banyak memiliki pengalaman karena dari pengalaman

peserta didik dapat menemukan pengetahuan yang baru yang tidak ia

dapatkan di sekolah. Dan peserta didik yang berkarakter harus juga didukung

1 Dokumen Tata Usaha SMP Negeri 2 Cibinong

2 Dokumen Tata Usaha SMP Negeri 2 Cibinong

46

oleh warga sekolah dengan cara menciptakan tata tertib di sekitar lingkungan

sekolah dan stakeholder harus mampu memberikan contoh yang baik agar

memotivasi peserta didik untuk turut berbuat baik pula, dan memberikan

keteladan dalam beragama agar nilai-nilai agama yang ingin ditanamkan dapat

tercapai.

Indikator Visi :

a. Meningkatnya prestasi akademik dan non akademik

b. Terciptanya sekolah yang bersih, sehat dan berwawasan lingkungan.

c. Terbentuknya pribadi yang berkarakter dengan kesadaran menjadikan

agama sebagai landasan berfikir dan bertindak.

Visi yang telah dibuat tidak boleh memiliki multitafsir, karena

penafsiran yang akurat itu adalah tujuan sekolah dimasa yang anak datang,

akan dikembangkan seperti apa sekolah yang sedang dibangun. Dari masing-

masing indikator visi, harus direalisasikan berupa suatu pelaksanaan dan

tindakan dari sekolah kepada peserta didik, pendidik dan warga sekolah

lainnya untuk membentuk sekolah yang diinginkan. Hal ini tentunya sekolah

akan membuat suatu organisasi untuk menjalankan kegiatan yang akan

dilaksanakan berupa organisasi siswa yang dibimbing oleh guru.3

Misi :

Misi SMP Negeri 2 Cibinong yang disusun berdasarkan visi di atas,

adalah:

a. Mengoptimalkan segenap potensi sekolah untuk meningkatkan

mutu pelayanan pendidikan.

b. Melaksanakan proses pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan.

c. Mewujudkan iklim sekolah yang sehat, bersih, aman dan nyaman.

d. Meningkatkan penghijauan lingkungan sekolah.

e. Mengapresiasi nilai-nilai agama dalam berpikir dan bertindak.

3 Dukumentasi Tata Usaha SMP Negeri 2 Cibinong

47

f. Membiasakan pelaksanaan ibadah secara baik dan benar.

Tujuan:

Mengacu kepada visi dan misi sekolah, maka tujuan SMP Negeri 2

Cibinong yang hendak dicapai pada tahun pelajaran 2014/2015 sebagai

berikut:

a. 100% tenaga pendidik dan tenaga non kependidikan serta peserta didik

telah membiasakan perilaku religius dalam berinteraksi di lingkungan

sekolah.

b. Menjadikan kegiatan IMTAQ sebagai kegiatan yang dapat menjadi

contoh di tingkat kecamatan.

c. Menjadikankan sekolah yang bersih, indah, nyaman dan sehat sesuai

dengan sistem manajemen lingkungan hijau (Green School).

d. Sekolah memiliki standar sarana dan prasarana /fasilitas sekolah peralatan,

dan perawatan memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM)

e. Pengelolaan manajemen sekolah dapat terkoordinir dengan baik sesuai

standar pengelolaan manajemen pendidikan

f. Sekolah dapat mencapai standar pendidik dan tenaga kependidikan

meliputi: semua peserta didik berkualifikasi minimal S1, telah mengikuti

berbagai pelatihan yang terintegrasi dan berkesinambungan, semua

mengajar sesuai mata pelajaran yang diampunya, terampil dalam

melakukan PTK dan trampil dalam pembelajaran yang berbasis ICT.

g. Semua peserta didik telah mengembangkan dan memiliki serta

melaksanakan perangkat mengajar sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

h. Proses pembelajaran dapat mencapai standar proses pembelajaran dengan

strategi CTL, pendekatan belajar tuntas, pendekatan pembelajaran

individual, dan PAIKEM.

i. Semua peserta didik terlatih dalam melakukan inovasi pembelajaran.

j. Kompetensi kelulusan siswa dapat memperoleh nilai rata-tara Ujian

Nasional mencapai 8,15.

48

k. Sekolah memiliki peserta didik dengan kompetensi yang handal dan dapat

bersaing dengan sekolah lain baik secara akademik dan non akademik.4

Pendidikan yang berbasis pada kebudayaan harus berkesinambungan

dengan visi, misi, tujuan, kurikulum, proses belajar mengajar, kualitas lulusan,

pengelolaan, sarana prasarana, keuangan, lingkungan, dan evaluasi pendidikan.

Misi pendidikan yang berbasis kebudayaan antara lain:

a. Mengintegrasikan nilai-nilai kebudayaan Indonesia ke dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan pengembangan pendidikan.

b. Menjadikan pendidikan sebagai wahana bagi pemasyarakatan nilai-nilai

budaya kepada generasi muda.

c. Mengupayakan terhindarnya peserta didik dari pengaruh budaya global

yang negatif.

d. Mendorong tumbuh dan berkembangnya nilai-nilai budaya yang

mendorong lahirnya etos kerja yang tinggi.5

Adapun tujuan pendidikan yang berbasis kebudayaan adalah melahirkan

peserta didik yang memiliki karakter yang merupakan keseluruhan dinamika

rasional antar pribadi dengan berbagai macam dimensi baik dari dalam

maupun dari luar dirinya agar pribadi itu semakin bertanggung jawab atas

pertumbuhan dirinya sendiri.6

Visi misi sekolah nampaknya sudah berkesinambungan dengan adanya

budaya-budaya untuk meciptakan sekolah yang mampu mencetak peserta

didik yang dapat menjaga kebersihan, melestarikan alam, dan memiliki

karakter yang baik sesuai dengan nilai-nilai religius. Hal ini tentu akan

menghantarkan peserta didik untuk mencapai tujuan sekolah, karena tujuan

sekolah akan tercapai jika visi dan misi dilaksanakan dengan baik.

4 Dokumen Tata Usaha SMP Negeri 2 Cibinong

5 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta: PT

Grafindo Persada: 2010), cet. 2, h. 281. 6 Ibid., h. 281.

49

3. Kurikulum dan Proses Pembelajaran SMP Negeri 2 Cibinong

SMP Negeri 2 Cibinong menggunaan kurikulum 2013, dan memiliki 15

mata pelajaran, Proses pembelajaran di sekolah berlangsung pada hari senin-

jumat dimulai dari pukul 08.00 sampai 15.00, pada hari sabtu sekolah diisi

dengan seluruh kegiatan ekstrakulikuler.

4. Keadaan Pendidik dan Peserta Didik SMP Negeri 2 Cibinong

SMP Negeri 2 Cibinong adalah sebuah lembaga pendidikan yang

memiliki tenaga pendidik yang ahli pada bidangnya masing-masing dan

minimal sudah melalui jenjang pendidikan sarjana di berbagai Universitas

maupun Sekolah Tinggi di Indonesia. SMP Negeri 2 Cibinong memiliki 43

tenaga pendidik dan 27 pendidik menjabat sebagai wali kelas. Sedangkan

untuk muridnya berjumlah 1011 peserta didik, 402 laki-laki dan 609

perempuan yang terdiri 329 kelas VIII, 326 kelas VIII dan 356 kelas IX.

Adapun daftar pendidik dan peserta didik untuk lebih jelasnya bisa

dilihat dengan tabel sebagai berikut:

Tabel 4.1

Jumlah Pendidik

No Nama Pendidik Bidang Studi

1. Drs. H. Ibnu Mas'ud

PAI + BTA 2. Eris Riswandar, S.Ag.

3. Ujang Muslihudin,S.Ag.

4. S. Jumadiono, S.Pd. Pkn

5. Hj. Yatmi Sri Suyatmi, S.Pd.

6. Dra.Resti Repelita P, M.Pd. Bahasa

Indonesia 7. Satiti Pratini, S.Pd.

50

8. R.A.Yulia Indra Dewi,S.Pd.

9. Sulastri Mashudi, S.Pd.

10. Marpratama W. P. S.Pd.

11. Nina Nurmasari,S.Pd.M.Pd.

Bahasa Inggris

12. Siti Hulasoh, S.Pd.

13. Rosmeri Butar Butar, M.Pd.

14. Hj. Ani Nuraeni, S.Pd.

15. Asuroh, M.Pd.

16. Supendi, S.Pd.

Matematika

17. Ida Adhani, S.Pd

18. Sri Murdiningrum, S.Pd.

19. Lili Sartono, M.Pd.

20. Muryani Widiastuti, M.Pd.

21. Sulih Maliwati, S.Pd.

IPA

22. Desni Rusad, S.Pd.

23. Wiwik Ardiyanti, M.Pd.

24. Murti Handayani, S.Pd.

25. Nenden Noorhayati, S.Pd.

26. Tety Dianingsih, M.Pd. IPS

27. Dra. Tuti Sri Mulyati

28. Fatonah, S.Pd.

IPS 29. Hj. Siti Aminah, S.Pd.

30. Endah Budi Astuti, M.Pd.

31. I d r i s Seni Budaya

32. Sally Agustini Widayati,S.Pd.

33. Saeful Juandi, S.Pd. Penjaskes

34. H. Abudin, S.Pd.

51

35. Supoyo, S.Pd

36. Ade Hikmat, S.T. TIK/Prakarya

37. Muchlistawan D.N.A, S. Pd. PLH Kerajinan

38. Yuyun Yuliati, M.Pd. Mulok Bahasa

Sunda 39. M. Ulman Djuanda, SE.

40. Merry Br. Tarigan, S. Pd. Prakarya Tabus

41. Putri Dian Pratiwi, S.Psi.

BP/BK 42. Lussi Risqiana M, S.Pd.

43. Ezy Fauziah, S.Pd.

Tabel 4.2

Jumlah Peserta Didik Kelas VII

No Kelas L P Jumlah

1. VII-1 14 22 36

2. VII-2 14 22 36

3. VII-3 15 21 36

4. VII-4 13 23 36

5. VII-5 14 23 37

6. VII-6 14 22 36

7. VII-7 14 24 38

8. VII-8 15 22 37

9. VII-9 16 21 37

Jumlah 129 200 329

52

Tabel 4.3

Jumlah Peserta Didik kelas VIII

No Kelas L P Jumlah

1. VIII-1 15 21 36

2. VIII-2 15 22 37

3. VIII-3 14 22 36

4. VIII-4 17 19 36

5. VIII-5 15 21 36

6. VIII-6 14 24 38

7. VIII-7 14 21 35

8. VIII-8 14 22 36

9. VIII-9 12 24 36

Jumlah 130 196 326

Tabel 4.4

Jumlah Peserta Didik Kelas IX

No Kelas L P Jumlah

1. IX-1 11 29 40

2. IX-2 18 20 38

3. IX-3 16 24 40

4. IX-4 16 23 39

5. IX-5 15 25 40

6. IX-6 16 24 40

7. IX-7 16 23 39

8. IX-8 17 23 40

9. IX-9 18 22 40

Jumlah 143 213 356

53

5. Keadaan Sarana dan Prasarana SMP Negeri 2 Cibinong

a. Tanah dan Halaman

SMP Negeri 2 Cibinong memiliki tanah seluas 9.083, luas bangunan

3.943 m2 dan luas lahan kosong 126 m

2 / Milik Pemerintah. Semua tanah

dan bangunan adalah milik pemerintah

b. Gedung Sekolah

Bangunan sekolah pada umumnya dalam kondisi baik. Jumlah ruang

kelas untuk menunjang kegiatan belajar memadai. Keadaan gedung

sekolah SMPN 2 Cibinong sebagai berikut:

Tabel 4.4

Gedung Sekolah

No Gedung Jumlah Keadaan

1. Ruang Kepala Sekolah 1 Baik

2. Ruang Kurikulum 1 Baik

3. Ruang Guru 1 Baik

4. Ruang Kelas 27 Baik

5. Perpustakaan 1 Baik

6. Lab. IPA 1 Baik

7. Lab. Bahasa 1 Baik

8. Lab. Komputer 1 Baik

9. Ruang Keterampilan 1 Baik

10. Ruang Kesenian 1 Baik

11. Musholah 1 Baik

54

B. Deskripsi Data

1. Metode yang Digunakan Sekolah dalam Membentuk Karakter

Peserta Didik di SMP Negeri 2 Cibinong

Setelah melakukan wawancara, observasi dan dokumentasi penulis

menemukan beberapa proses pembentukan akhlak melalui budaya yang

diterapkan di sekolah. Metode yang terapkan adalah guna membentuk akhlak

peserta didik dari segi keagamaan, akademik dan menjaga lingkungan. Dari

beberapa informan yang telah diwawancari berikut adalah budaya yang

diterapkan dalam pembentukan karakter:

Sekolah merupakan tempat untuk melaksanakan pembelajaran yang

sudah semestinya dijaga dan dilestarikan dengan baik, pelestarian ini

dilakukan agar peserta didik mendapatkan rasa nyaman ketika melaksankan

kegiatan belajar. Untuk menciptakan suasana yang nyaman seluruh warga

sekolah harus memiliki jiwa untuk peduli terhadap lingkungan. Untuk itu

sekolah menciptakan beberapa budaya terkait dengan indikator lingkungan

diantaranya adalah:

a. Green Squad

Gambar 4.1

Sumber Penelitian: Taman Vertikal

55

Green Squad atau pasukan hijau adalah organisasi yang dibuat untuk

menjaga kelestarian dan mereboisasi lingkungan sekolah maupun

lingkungan kelas. Pasukan ini terdiri dari beberapa peserta didik dari

setiap kelas yang dibuat menjadi satu organisasi yang dibimbing oleh

seorang pendidik. Adanya pasukan green squad memberikan pengaruh

yang besar bagi lingkungan sekolah, adanya tumbuhan-tumbuhan di

taman dan pot-pot yang tumbuh hijau subur. Kemudian, pasukan hijau ini

membuat taman vertikal yaitu menanam tumbuhan di tempat botol-botol

bekas yang sudah tidak terpakai.

Seperti yang dikatakan oleh Bapak Eris Riswandar, S. Ag selaku

wakil Kepala Sekolah.

“Gerakan adiwiyata ini didukung oleh green squad (pasukan hijau)

dan poker (polisi kebersihan). green squad itu memelihara tanaman

yang ada di luar, anggotanya banyak direkrut dari setiap kelas. 7

Gambar 4.2

Sumber Penelitian Tanaman Green Squad

7 Hasil wawancara dengan Bapak Eris Riswandar, selaku Wakil Kepala Sekolah dan Guru

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala dan Wakil Kepala

Sekolah), selasa, 08 November 2016, pukul 10.00–11.00.

56

Pasukan green squad juga mempunyai tugas untuk mengecek

lingkungan yang belum ada tumbuhan hijaunya di lingkungan sekolah dan

kelas. Senada dengan pernyataan di atas, menurut hasil wawancara dengan

Bapak Ujang, S.Ag, selaku Kepala Bidang Kesiswaan.

”Pasukan green squad (pasukan hijau) yaitu mengkoordinir tanaman

hijau atau pun di tempat yang belum ada tanaman hijaunya di

lingukungan sekolah maupun di lingkungan kelas.”8

b. Poker (Polisi Kebersihan)

Poker adalah suatu organisasi yang bekerja sama dengan green

squad. Pasukan poker dibentuk dari beberapa peserta didik yang diambil

dari masing-masing kelas yang dibimbing oleh seorang pendidik sebagai

pembimbing. Tugasnya adalah menjaga kebersihan lingkungan sekolah

dan kelas dari sampah atau peserta didik yang membuang sampah

sembarangan. Pasukan poker beroperasi saat jam istirahat dengan

berkeliling ke setiap kelas untuk memeriksa kebersihan lingkungan kelas.

Jika didapati sampah, maka akan diberikan sanksi pada kelas yang

didapati sampah. Sanksi yang diberikan adalah denda sebesar sepuluh ribu

rupiah persatu sampah. Akan tetapi jika sampah terlalu banyak dan

memberatkan tanggung jawab kelas dalam pembayaran maka pasukan

tersebut mengadakan pengadilan poker untuk meminta keringanan dalam

persidangan yang dipimpin oleh peserta didik yang tergabung dalam

organisasi tersebut, jika masalah tersebut tidak selesai maka akan berlanjut

ke mahkamah poker yang dipimpin oleh guru.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Bapak Eris Riswandar, S.Ag

selaku Wakil Kepala Sekolah.

8

Hasil wawancara dengan Bapak Ujang, selaku Kepala Bidang Kesiswaan dan Guru

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Guru), kamis, 13 Oktober

2016, pukul 09.00-09.30.

57

“Poker polisi kebersihan jadi mereka yang beroperasi ke setiap kelas

setiap istirahat nanti ada sampah atau tidak? Jika didapati sampah oleh

tim poker maka diambil sampahnya dan kelas itu didenda. Pokernya

umum tapi direkrut dari kelas-kelas juga..”.9

Senada dengan yang dikatakan oleh Pak Eris, Ibu Siti Hulasoh

selaku pembantu Kepala Bidang Kurikulum mengatakan:

“Poker (polisi kebersihan), ini kerjaannya setiap istirahat ngontrol

kelas nanti jika ada sampah dicatat satu sampah 10 ribu..”10

Diperkuat oleh perkataan Kepala Bidang Kesiswaan Bapak Ujang.

“Pasukan poker (polisi kebersihan) siswa berlatih seolah polisi yang

menilang ketika melihat ada pelangaran, seperti adanya satu sampah di

ruangan kelas saja maka ada poker yang selalu berpatroli di ruangan

kelas di setiap kelas waktu istirahat pertama dan kedua apabila

melihat siswa membuang sampah sembarangan akan dikenakan

denda..”11

Dari beberapa wawancara di atas poker adalah oraganisasi yang

berperan penting dalam masalah kebersihan lingkungan sekolah maupun

kelas. Dengan adanya poker ini peserta didik dituntut untuk menjaga

kebersihan baik kebersihan diri maupun lingkungan.

Untuk memotivasi peserta didik untuk selalu menjaga kebersihan,

maka diadakan lomba kebersihan antar kelas, lomba kebersihan ini

berlangsung secara terus menerus, dan akan diumumkan pada saat upacara

senin minggu pertama tiap bulannya. Dalam upacara ini akan diumumkan

kelas terbersih dan terkotor pada setiap jenjang kelas VII, VIII dan IX,

9 Hasil wawancara dengan Bapak Eris Riswandar, selaku Wakil Kepala Sekolah dan Guru

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala dan Wakil Kepala

Sekolah), selasa, 08 November 2016, pukul 10.00–11.00. 10

Hasil wawancara dengan Ibu Siti Hulasoh, selaku Kepala Bidang Kurikulum dan Guru

Bahasa Inggris di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala Bidang Kurikulum), selasa, 08

November 2016, pukul 09.00–10.00. 11

Hasil wawancara dengan Bapak Ujang, selaku Kepala Bidang Kesiswaan dan Guru

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Guru), kamis, 13 Oktober

2016, pukul 09.00-09.30.

58

kelas terbersih akan diberikan bendera berwarna hijau dan kelas terkotor

akan diberikan bendera berwarna merah, dan yang menerima bendera

tersebut adalah pendidik yang menjabat sebagai wali kelas itu sendiri.

“Setiap bulan diumumkan kelas terbersih, yang bersih dikasih bendera

hijau dari yang paling bersih di setiap tingkatan kelas, jadi tidak dari

keseluruhan siswa karena tidak adil, kan anak kelas VII beda cara

pekerjaannya. Kelas yang kotor warna merah jadi hijau ada tiga merah

ada tiga. Ini memotivasi siswa dan wali kelasnya juga karena yang

menerima bendera adalah wali kelas saat upacara awal bulan

dilaksanakan sama ketua kelas yang memberikan kepala sekolah”.12

Begitulah yang dikatakan oleh Pak Eris dalam wawancara yang

penulis lakukan.

c. KTR (Kawasan Tanpa Rokok)

Gambar 4.3

Sumber Penelitian: Kawasan Tanpa Rokok

KTR diresmikan pada bulan November 2016, budaya ini dilakukan

untuk menghindari asap rokok dari lingkungan sekolah. Semua warga

sekolah dilarang untuk menghidupkan rokok di area sekolah baik pendidik

12

Hasil wawancara dengan Bapak Eris Riswandar, selaku Wakil Kepala Sekolah dan Guru

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala dan Wakil Kepala

Sekolah), selasa, 08 November 2016, pukul 10.00–11.00.

59

maupun karyawan. Begitu pula dengan tamu yang datang, diwajibkan

untuk mematikan rokok terlebih dahulu sebelum masuk kawasan sekolah.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibu Siti Hulasoh dalam

wawancara:

“Nah kemaren juga baru diluncurkan sekolah ini sebagai sekolah

kawasan tanpa rokok. Jadi siapa pun yang masuk setelah ini tidak

boleh merokok tidak boleh ada asap rokok, semua warga sekolah tidak

terkecuali, dan yang masuk ke sekolah termasuk tamu. Tamu yang

ingin masuk ke sekolah matikan rokok baru boleh masuk. Kemaren

sudah diluncurkan dihadiri oleh yayasan pengampu gerakan tanpa

rokok”.13

Dari keseluruhan organisasi yang ada di sekolah dikoordinir oleh

peserta didik dan didampingi oleh pendidik sebagai pembimbing.

“Semua yang koordinir adalah peserta didik yang berbentuk organisasi

seperti osis yang dibentuk dibentuk dengan perwakilan setiap setiap

kelas dan didampingi oleh guru pembimbing”.14

Ujar Pak Ujang.

d. Senyum, Sapa, Salam, Santun (4S)

4S adalah budaya sekolah yang dilakukan sekolah setiap hari senin

sampai jumat yaitu ketika menyambut anak-anak datang ke sekolah, hari

sabtu sebenarnya peserta didik masuk sekolah tetapi hanya untuk

mengikuti kegiatan ekstrakulikuler. Budaya ini adalah yang dilakukan

para pendidik kepada peserta didik. pendidik yang menyabut peserta didik

diwajibkan datang lebih awal, dan penyambutan sudah terjadwalkan.

13

Hasil wawancara dengan Ibu Siti Hulasoh, selaku Kepala Bidang Kurikulum dan Guru

Bahasa Inggris di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala Bidang Kurikulum), selasa, 08

November 2016, pukul 09.00–10.00. 14

Hasil wawancara dengan Bapak Ujang, selaku Kepala Bidang Kesiswaan dan Guru

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Guru), kamis, 13 Oktober

2016, pukul 09.00-09.30.

60

Seperti yang dikatakan oleh Pak Ujang:

“Iya ada, yaitu guru membiasakan menyambut kedatangan anak-anak

dari sekolah, dan terjadwal dan standby menyapa anak 4s ketika

datang ke sekolah”.15

Gambar 4.4

Sumber penelitian: Budaya 4S

Senada dengan Pak Ujang, Pak Eris pun mengatakan:

“4S dilakukan setiap hari, disambut sama guru-guru dari Senin sampe

Jumat kecuali hari Sabtu karena tidak ada pembelajaran.”.16

Kegiatan ini dilakukan untuk membentuk moral pendidik kepada

peserta didik dan sebaliknya peserta didik kepada pendidik. 4S ini

mengajarkan bagaimana seharusnya seorang pendidik menyayangi peserta

didiknya. Karena tugas seorang pendidik tidak hanya untuk mengajar atau

mentransfer ilmu, tetapi ada tugas yang lebih penting dari mengajar yaitu

15

Hasil wawancara dengan Bapak Ujang, selaku Kepala Bidang Kesiswaan dan Guru

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Guru), kamis, 13 Oktober

2016, pukul 09.00-09.30. 16

Hasil wawancara dengan Bapak Eris Riswandar, selaku Wakil Kepala Sekolah dan Guru

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala dan Wakil Kepala

Sekolah), selasa, 08 November 2016, pukul 10.00–11.00.

61

mendidik peserta didik. Oleh karena itu pembiasaan kecil seperti ini harus

dilakukan agar karakter peserta didik terbentuk. Seperti yang dikatakan

oleh Pak Eris:

“Tapi yang lebih penting lagi penegakkan moral yaitu bagaimana

seorang guru bisa sayang kepada sisiwanya artinya kita guru bukan

hanya mengajar tapi mendidik yang terpenting itu makanya itu

pembiasaan”.17

e. Shalat Dhuha

Gambar 4.5

Sumber Penelitian: Kegiatan Sholat Dhuha

Kegiatan yang diterapkan di sekolah dalam rangka membentuk

karakter peserta didik adalah dengan membiasakan serangkaian sholat

dhuha yang sebelumnya dilakukan tadarus al-Qur’an, dzikir asmaul husna

dan membiasakan shalat zuhur berjama’ah.

Seperti yang dikatakan oleh Ibu Siti Hulasoh:

17

Hasil wawancara dengan Bapak Eris Riswandar, selaku Wakil Kepala Sekolah dan Guru

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala dan Wakil Kepala

Sekolah), selasa, 08 November 2016, pukul 10.00–11.00.

62

“Kalo kegiatan ini biasanya pagi-pagi menyambut anak-anak datang,

disambut sama guru-guru dan terjadwal.”.18

Peserta didik datang ke sekolah sebelum bel dibunyikan, setibanya

di sekolah sebelum pukul tujuh peserta didik yang muslim dan sedang

dalam keadaan menstruasi berwudhu untuk bersiap-siap melaksanakan

sholat dhuha, namun sebagian siswa dianjurkan untuk berwudhu di rumah

yang yang tempat tinggalnya dekat dengan sekolah.

Pelaksanaan sholat dhuha dilakukan selama tiga hari dalam setiap

minggunya secara rutin yaitu selasa, rabu dan kamis dari pukul 07.00-

07.30. Karena hari senin digunakan untuk pelaksanaan upacara dan jum’at

diisi dengan pembacaan yāsin dan olahraga secara bergantian tiap

minggunya. Seperti yang di katakan oleh Pak Ujang:

“kemudian nilai religi dengan membiasakan sholat berjamaah seperti

zuhur dan ashar dan sholat dhuha setiap pagi sebelum memulai jam

pelajaran sekitar pukul 07.00 sampai 07.30”.19

Senada dengan yang dikatakan oleh Pak Ujang, Ibu Siti Hulasoh

mengatakan:

“Pelaksanaannya 3 hari untuk tadarus, dzikir asmaul husna dan sholat

dhuha itu 3 hari, selasa, rabu, dan kamis.”.20

Dan disela-sela wawancara Ibu Hulasoh menekankan lagi,

bahwasannya sholat dhuha memang dihimbau untuk dilaksanakan setiap

hari dengan peserta didik datang lebih awal jika di hari lain diselingi

kegiatan. Ibu Hulasoh mengatakan:

18

Hasil wawancara dengan Ibu Siti Hulasoh, selaku Kepala Bidang Kurikulum dan Guru

Bahasa Inggris di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala Bidang Kurikulum), selasa, 08

November 2016, pukul 09.00–10.00. 19

Hasil wawancara dengan Bapak Ujang, selaku Kepala Bidang Kesiswaan dan Guru

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Guru), kamis, 13 Oktober

2016, pukul 09.00-09.30. 20

Hasil wawancara dengan Ibu Siti Hulasoh, selaku Kepala Bidang Kurikulum dan Guru

Bahasa Inggris di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala Bidang Kurikulum), selasa, 08

November 2016, pukul 09.00–10.00.

63

Gambar 4.6

Sumber penelitian: Kegiatan Sholat Dhuha

Dalam melaksanakan sholat dhuha pertama peserta didik menggelar

karpet yang dibawa dari masjid yang sebelumnya sudah digelari terpal

oleh penjaga sekolah, lalu berkumpul di lapangan utama dan membaca al-

Qur’an secara bersama-sama, dilanjutkan dengan dzikir asmaul husna

yang dipimpin oleh peserta didik, kemudian setelah itu melaksanakan

sholat dhuha sebanyak empat rakaat dan membaca doa setelah sholat

dhuha dan diisi dengan kultum oleh guru.

“Dhuha diawali dengan tadarus al-Qur’an kemudian membaca asmaul

husna lalu melaksanakan sholat dhuha dan setelahnya ada ceramah

dhuha biasanya klo tadi engga karena speakernya jelek (haha). Ada

ceramah dhuha adda sekitar 5 sampai 7 menit kadang kultum kadang

lebih dari kultum bisa lebih kadang 30 menit kalo lagi sempat

(haha)”.21

Ujar Bapak Wakil Kepala Sekolah.

21

Hasil wawancara dengan Bapak Eris Riswandar, selaku Wakil Kepala Sekolah dan Guru

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala dan Wakil Kepala

Sekolah), selasa, 08 November 2016, pukul 10.00–11.00.

64

f. Sholat Berjama’ah

Melaksanakan sholat lima waktu merupakan kewajiban bagi umat

Islam, sholat wajib jika dilakukan sendiri maka hanya akan mendapatkan

1 derajat pahala, sedangkan sholat lima waktu yang dilakukan dengan

berjamaah maka pahala yang didapat adalah 27 derajat. SMP Negeri 2

Cibinong mewajibkan para peserta didik untuk melaksanakan sholat zuhur

berjamaah di sekolah. hal ini dilakukan untuk meningkatkan jiwa

keagamaan pada diri peserta didik.

Sholat zuhur berjamaah dilakukan secara bergantian karena

musholah yang tidak memadai untuk seluruh peserta didik jika dilakukan

secara serentak bersama-sama.

“Zuhur dilakukan berjamaah ada yang adzan juga di sini, yang

pertama adzan pendidik. Pelaksanaan anak-anak berkumpul untuk

melaksanakan sholat berjamaah, setelah selesai berjaamaah lanjut

gelombang berikutnya bergantian karena tempatnya terbatas “.22

Begitu yang dikatakan oleh Kepala Bidang Kurikulum di atas. Jadi

sholat berjamaah dilakukan secara bergelombang, kemudian selain karena

tempat yang terbatas waktu zuhur berkumandang juga masih ada peserta

didik yang sedang melaksanakan pembelajaran dan baru selesai pukul

12.20. Maka, peserta didik yang sudah keluar kelas segera melaksanakan

sholat.

g. Sodaqoh

Budaya sodaqoh merupakan pembiasaan yang dilakukan oleh SMP

Negeri 2 Cibinong, yaitu dengan menyisihkan sisa uang jajan peserta

didik. Sodaqoh dilaksanakan setiap hari jumat yang dikoordinir oleh

22

Hasil wawancara dengan Ibu Siti Hulasoh, selaku Kepala Bidang Kurikulum dan Guru

Bahasa Inggris di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala Bidang Kurikulum), selasa, 08

November 2016, pukul 09.00–10.00.

65

peserta didik dan dilaporkan kepada pendidik penanggung jawab, sodaqoh

juga dibiasakan oleh peerta didik untuk temannya yang sedang berduka.

“Budaya sodaqoh atau infaq dilakukan setiap Jum’at, anak belajar

berinfak anak menyumbangkan berapapun sisa uang jajan mereka,

peserta didik yang mengkoordinir dan di setor ke koordinator

umumnya yaitu pak ujang”.23

Ujar Bapak Wakil Kepala Sekolah

Pak Eris pula mengatakan:

“Budaya sodaqoh atau infaq dilakukan setiap jumat, anak belajar

berinfak anak menyumbangkan berapapun sisa uang jajan mereka,

siswa yang mengkoordinir dan disetokarkan ke koordinator umumnya

yaitu Pak Ujang”24

Hasil sodaqoh yang telah terkumpul disetorkan kepada pendidik

sebagai pembimbing, uang tersebut biasanya digunakan untuk menyatuni

anak yatim pada tanggal 10 muharrom dan untuk merayakan Perayaan

Hari Besar Islam (PHBI) untuk memanggil mubaligh ke sekolah.

h. GLS (Gerakan Literasi Sekolah)

GLS yaitu gerakan membaca. Gerakan ini dilaksanakan pada hari

selasa, rabu dan kamis, dan dilaksanakan setelah sholat dhuha dilapangan

selama 15 menit tetapi setiap satu bulan sekali GLS dilaksanakan selama

40 menit. Gerakan ini mewajibkan anak membawa buku bacaan masing-

masing selain buku mata pelajaran yang ada di sekolah.

23

Hasil wawancara dengan Bapak Eris Riswandar, selaku Wakil Kepala Sekolah dan Guru

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala dan Wakil Kepala

Sekolah), selasa, 08 November 2016, pukul 10.00–11.00. 24

Hasil wawancara dengan Bapak Eris Riswandar, selaku Wakil Kepala Sekolah dan Guru

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala dan Wakil Kepala

Sekolah), selasa, 08 November 2016, pukul 10.00–11.00.

66

Gambar 4.7

Sumber Penelitian: Kegiatan Gerakan Liter

“Pembiasaan membaca dengan sebutan nama gerakan literasi setiap

pagi selama 15 menit dan setiap sebulan sekali selama 40 menit dan

sudah dibiasakan”.25

Ujar Pak Ujang.

“Kemudian ada lagi GLS (Gerakan Literasi Sekolah) jadi itu gerakan

membaca literasi di luar buku-buku pelajaran jadi anak yang novel,

motivasi, inspirasi, hiburan pokoknya selain buku pelajaran”.26

Ujar

Ibu Hulasoh.

“yang saya lakukan saat ini adalah gerakan literasi, jadi anak wajib

setelah sholat dhuha wajib baca buku 15 menit dan anak diwajibkan

bawa buku sendiri diluar buku mata pelajaran tapi tidak boleh buku

yang engga-engga”.27

Ujar Pak Eris.

Untuk mendukung jalannya GLS sekolah menyediakan perpustakaan,

saung baca dan pojok-pojok literasi yang ada disetiap pojok kelas, bahkan

25

Hasil wawancara dengan Bapak Ujang, selaku Kepala Bidang Kesiswaan dan Guru

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Guru), kamis, 13 Oktober

2016, pukul 09.00-09.30. 26

Hasil wawancara dengan Ibu Siti Hulasoh, selaku Kepala Bidang Kurikulum dan Guru

Bahasa Inggris di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala Bidang Kurikulum), selasa, 08

November 2016, pukul 09.00–10.00. 27

Hasil wawancara dengan Bapak Eris Riswandar, selaku Wakil Kepala Sekolah dan Guru

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala dan Wakil Kepala

Sekolah), selasa, 08 November 2016, pukul 10.00–11.00.

67

di pos penjaga pun ada buku sehingga kapanpun dan di mana pun anak

ingin membaca bisa dilakukan. Hal ini dilakukan karena pendidik

menyadari bahwasanya tanpa membaca peserta didik tidak akan bisa.

Selain dari fasilitas yang disediakan oleh sekolah, buku-buku bacaan

juga di dapatkan dari alumni, karena setiap peserta didik yang sudah

menjadi alumni wajib memberikan satu buah buku untuk sekolah.

Selain itu untuk memotivasi anak membaca sekolah membuat pohon

geulis (gerakan literasi sekolah) yang ada di setiap kelas, gunanya yaitu

bagi peserta didik yang telah menghatamkan buku maka di catat judul

buku, pengarang dan nama peserta didik yang membaca dan ditempelkan

di pohon tersebut baik berbentuk bunga, daun ataupun buah. Jika kelas

tersebut banyak peserta didik yang menghatamkan banyak buku, maka

semakin rindang pohon tersebut. Sebagaimana yang dikatakan oleh Pak

Eris:

“Dan di tiap-tiap kelas saya bikin gambar pohon di tembok ada di

kelas-kelas di ruang guru juga ada. Jadi ada pohon setiap anak

diwajibkan menempel buka yang telah dia baca setiap taat buku, dia

tulis buku judulnya apa dan karangan siapa dan nama yang membaca,

semakin banyak yang membaca maka pohon semakin lebat, setelah

pohon sudah lebat maka akan diganti dengan pohon yang baru di foto

di dokumentasikan dan pohon yang lama di simpan”.28

“Guru-guru yang meminjam buku terbanyak pun akan mendapat

penghargaan seperti siswa, bahkan ada yang namanya pohon geulis

(gerakan literasi sekolah) jadi disetiap kelas terdapat pohon literasi dan

di cari pohon yang paling rindang, disitu ada nama siswa yang

membawa, judul buku dan nama pengarangnya. Ditempelkan boleh

berupa daun, buah, bunga. Semakin banyak anak kelas membaca

28

Hasil wawancara dengan Bapak Eris Riswandar, selaku Wakil Kepala Sekolah dan Guru

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala dan Wakil Kepala

Sekolah), selasa, 08 November 2016, pukul 10.00–11.00.

68

semakin rindang juga pohonnya. Ini memang percontohan sekolah dari

sekolah-sekolah lain”.29

Ujar Ibu Hulasoh.

Gerakan Literasi Sekeloah atau GLS juga memberikan motivasi lain

kepada peserta didik yang rajin membaca buku dengan memberikan

penghargaan berupa pin yang diberikan dari pihak perpustakaan sekolah.

“Mau tidak mau anak membaca itu kebudayaan membaca agar anak

mau membaca, dan sudah ada penunjang motivasi yaitu penghargaan

bagi mereka yang meminjam buku untuk membaca itu diberi pin,

adalah lambang penghargaan perpustakaan bagi siswa yang rajin

membaca buku”30

Ujar Ibu Hulasoh.

GLS juga memberi projek kepada peserta didik untuk membuat

jurnal dari buku yang sudah dibacanya, agar spserta didik memahami apa

yang telah dibaca. Projek jurnal yang diberikan tidak banyak hanya

maksimal 2 lembar. Dan tugas itu akan diperiksa oleh pendidik

koordinator Gerakan Literasi Sekolah. Seperti dalam wawancara yang

dikatakan oleh Ibu Hulasoh:

“Mereka juga buat jurnal dan ditanda tangani oleh koordinator

termasuk ibu salah satunya jadi setiap hari jumat hari terakhir ibu

periksa meskipun 2 halaman tetapi harus buat jurnal jadi tau apa yang

dibaca, anak membaca dan bisa menulis”.31

2. Akhlak Pesert Didik di SMP Negeri 2 Cibinong

Dari beberapa budaya yang sekolah yang diterapkan, tentunya sekolah

mengharapkan adanya perubahan sikap pada peserta didik. Setelah melakukan

wawancara dengan Ibu Siti Hulasoh, beliau mengatakan:

29

Hasil wawancara dengan Ibu Siti Hulasoh, selaku Kepala Bidang Kurikulum dan Guru

Bahasa Inggris di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala Bidang Kurikulum), selasa, 08

November 2016, pukul 09.00–10.00. 30

Hasil wawancara dengan Ibu Siti Hulasoh, selaku Kepala Bidang Kurikulum dan Guru

Bahasa Inggris di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala Bidang Kurikulum), selasa, 08

November 2016, pukul 09.00–10.00. 31

Hasil wawancara dengan Ibu Siti Hulasoh, selaku Kepala Bidang Kurikulum dan Guru

Bahasa Inggris di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala Bidang Kurikulum), selasa, 08

November 2016, pukul 09.00–10.00.

69

“Anak itu sekarang lebih santun, peduli, karakternya lebih tanggung

jawab, jujur jadi karakternya sudah mulai tampak, Untuk perkataan

alhamdulilah saya belum pernah mendengar anak-anak berkata kasar”.32

Begitu pula yang dirasakan oleh Bapak Eris tampak sebuah perbedaan

karakter yang lebih baik yang terbentuk dalam diri siswa setelah menjalankan

budaya yang diterapkan di sekolah, beliau megatakan:

“Uuuh beda banged, dulu itu kesenjangan sosialnya masih ada semenjak

ada dhuha anak-anak menjadi bijak tapi ada satu dua orang yang masih itu

masih wajar karena kita semua manusia biasa wajar jika ada hambatan”.33

Selain itu diseling pembimbicaraan Pak Eris juga mengatakan:

“Anaknya sopan-sopan, alhamdulillah anak-anak ke guru dia sopan, ke

tamu juga sopan dia sungkan. Itulah pembiasaan alhamdulilah. Kemudian

dampak yang lain ke pribadi guru dulu katanya sii ngajar jam 7 setengah

delapan baru datang, sekarang alhamdulilah ngajar jam 7 datang jam

setengah 7 sudah pada datang, harus di siplin”.34

Demikian juga hal senada dirasakan oleh Pak Ujang, peserta didik lebih

mendalami rasa keagamaannya bahkan orang tua di rumah pun ikut

merasakannya. Sebagaiman yang dikatakan:

“Awalnya suka dipaksa sekarang sudah menjadi terbiasa, yang awalnya

dipaksa sekarang sudah bergerak sendiri tanpa disuruh seperti menggelar

sajadah di masjid sekolah, kemudian rohaninya diberikan pembinaan

akhirnya tergerak dan memiliki kesadaran untuk melakukan kebutuhan

rohaninya”.35

32

Hasil wawancara dengan Ibu Siti Hulasoh, selaku Kepala Bidang Kurikulum dan Guru

Bahasa Inggris di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala Bidang Kurikulum), selasa, 08

November 2016, pukul 09.00–10.00. 33

Hasil wawancara dengan Bapak Eris Riswandar, selaku Wakil Kepala Sekolah dan Guru

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala dan Wakil Kepala

Sekolah), selasa, 08 November 2016, pukul 10.00–11.00. 34

Hasil wawancara dengan Bapak Eris Riswandar, selaku Wakil Kepala Sekolah dan Guru

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala dan Wakil Kepala

Sekolah), selasa, 08 November 2016, pukul 10.00–11.00. 35

Hasil wawancara dengan Bapak Ujang, selaku Kepala Bidang Kesiswaan dan Guru

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Guru), kamis, 13 Oktober

2016, pukul 09.00-09.30.

70

Dapat ditarik pemahaman bahwasannya dengan diadakannya budaya

sekolah, para pendidik merasakan perubahan prilaku peserta didik seperti

berlaku sopan, lebih bijaksana, disiplin, dan lebih mendalami tingkat

keagamaan pada diri peserta didik.

Untuk melihat karakter yang terbentuk, penulis pun mewawancari para

peserta didik SMP Negeri 2 untuk meyakinkan dengan perubahan sikap yang

dimiliki peserta didik. Sebagaimana karakter religious, tanggung jawab dan

disiplin yang sudah terbentuk dalam diri peserta didik dengan selalu

membiasakan sholat dhuha di sekolah maupun di rumah dan datang tepat

waktu:

Anil: “Iyah untuk sholat dhuha itu sendiri saya sih lebih tenang yah. Dan

sholat dhuha merupakan salah satu visi juga dari SMP Negeri 2

berlandaskan nilai-nilai religious”.36

Winila: “jadi lebih disiplin karena sholat dhuha kan di mulainya pagi, tapi

kalo sekarang kalo ninggalin engga enak karena udah terbiasa jadi di

sekolah sholat dhuha di rumah juga sholat dhuha”.37

Vega: “pertama pastinya meningkatkan keagamaan, terus disiplin karena

datengnya memang harus pagi sebelum gerbangnya di tutup.38

Kemudian dengan diadakannya budaya green squad dan poker peserta

didik lebih mencintai atau peduli lingkungan dan peduli sosial dikarenakan

dengan adanya budaya ini peserta didik mampu mengatur dirinya untuk tidak

membuang sampah sembarangan, bahkan mengambil sampah yang bukan

miliknya dan membuangnya ke tempat sampah, menyirami tanaman yang

kering, kreatif untuk menghias kelas dengan tanaman dan memberitahu teman

36

Hasil wawancara dengan Anil siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Cibinong, (Sekolah:

Mushollah), senin, 21 November 2016, pukul 11.00-11.30. 37

Hasil wawancara dengan winilla siswi kelas IX SMP Negeri 2 Cibinong, (Sekolah:

Mushollah), senin, 21 November 2016, pukul 10.00-11.00. 38

Hasil wawancara dengan Vega siswi kelas IX SMPNegeri 2 Cibinong,

(Sekolah:Mushollah), senin, 21 November 2016, pukul 10.00-11.00.

71

dengan cara saling menasehati untuk menjaga lingkungan. Seperti yang

dikatakan oleh peserta didik sebagai berikut:

Anil: “Pastinya menjaga kebersihan karena kata Ibu Nenden ingat lebih

kreatif karena ada tugas menata kelas dengan rapih dan nyaman dengan

tumbuhan”.39

Winila: “aku juga jadi engga betah kalo liat tumbuhan sudah kering jadi

aku siram. Pastinya jadi engga buang sampah sembarangan, terus aku juga

kan anggota poker jadi aku suka kasih tau temen-temen jangan membuang

sampah sebarangan”.40

Vega: “Aku sekarang kalo liat tanaman kering gak betah aku ganti dengan

tanaman yang baru yang hijau, kemudian juga kan green squad itu suka

ada program buat menghias kelas jadi kita biasa kreatif sii. jadi engga

buang sampah sembarangan karena kalo ketawan buang sembarangan

akan didenda, terus juga suka ngingetin temen-temen”.41

Selain itu karakter yang terbentuk dari peduli sosial adalah peserta didik

selalu memberikan infaq dengan ikhlas kepada peserta didik atau pendidik

yang sedang berduka, seperti yang dikatakan sebagai berikut:

Anil: “Untuk infaq sendiri di SMP 2 itu saling tolong menolong yah”.42

Winila: “Uangnya juga berguna untuk yang lain jadi pastinya aku juga

peduli dan mau untuk bersodaqoh”.43

Vega: “Pertama aku jadi peduli soalnya infak dimintai juga untuk peserta

didik atau pendidik yang sedang berduka, terus uangnya juga biasanya

dikasih ke anak yatim dan buat beli karpet juga”.

39

Hasil wawancara dengan Anil siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Cibinong, (Sekolah:

Mushollah), senin, 21 November 2016, pukul 11.00-11.30. 40

Hasil wawancara dengan winilla siswi kelas IX SMP Negeri 2 Cibinong, (Sekolah:

Mushollah), senin, 21 November 2016, pukul 10.00-11.00. 41

Hasil wawancara dengan Vega siswi kelas IX SMPNegeri 2 Cibinong,

(Sekolah:Mushollah), senin, 21 November 2016, pukul 10.00-11.00. 42

Hasil wawancara dengan Anil siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Cibinong, (Sekolah:

Mushollah), senin, 21 November 2016, pukul 11.00-11.30. 43

Hasil wawancara dengan winilla siswi kelas IX SMP Negeri 2 Cibinong, (Sekolah:

Mushollah), senin, 21 November 2016, pukul 10.00-11.00.

72

Selanjutnya dari Gerakan Literasi Sekolah, peserta didik menjadi

gemar membaca, seperti yang dikatakan peserta didik sebagai berikut:

Anil: “literasi ini abis sholat dhuha kan ada GLS itu, karena saya

ngebacanya ngegantung jadi di kelas saya lanjutin lagi jadi makin

berlembar-lembar bacaannya jadi sekarang lebih sering baca yang

awalnya suka maen game”.44

Winila: ” Jadi suka membaca sih, selain itu juga jadi mudah buat ngerjain

tugas kaya misalnya kan ada tugas bahasa Indonesia disuruh membuat

karangan”.45

Vega: “Ouhiya hhm aku jadi suka baca sii soalnya dibuku-bukunya

banyak nilai-nilai pedidikannya jadi bagus banget”.46

3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Proses

Pembentukan Akhlak di SMP Negeri 2 Cibinong

Dalam rangka pembentukan karakter di SMP Negeri 2 Cibinong,

tentunya tidak terlepas dari beberapa faktor pendukung dan penghambat.

Karena, membentuk karakter peserta didik tidaklah semudah mengucap kata.

Peserta didik yang memiliki akal dan pikiran tentunya memiliki kehendak

sendiri oleh karena itu diperlukan kesungguhan dan kesabaran. Faktor

Pendukung dan penghambat diantaranya yaitu:

a. Faktor Pendukung

Mengenai faktor pendukung dalam pembentukan karakter di SMP

Negeri 2, penulis melakukan wawancara dengan Bapak Eris Kusnandar

selaku wakil kepala sekolah sekaligus guru Pendidikan Agama Islam yang

mengatakan:

44

Hasil wawancara dengan Anil siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Cibinong, (Sekolah:

Mushollah), senin, 21 November 2016, pukul 11.00-11.30. 45

Hasil wawancara dengan winilla siswi kelas IX SMP Negeri 2 Cibinong, (Sekolah:

Mushollah), senin, 21 November 2016, pukul 10.00-11.00. 46

Hasil wawancara dengan Vega siswi kelas IX SMP Negeri 2 Cibinong,

(Sekolah:Mushollah), senin, 21 November 2016, pukul 10.00-11.00.

73

“fasilitas mendukung, hanya yang belum mendukung fasilitas kamar

mandi karena tidak sesuai dengan jumlah peserta didik”.47

Senada dengan itu, penulis juga mewawancarai Ibu Siti Hulasoh

selaku Kepala Bidang Kurikulum sekaligus Pendidik dalam mata

pelajaran Bahasa Inggris yang mengatakan:

“Faktor pendukungnya kepala sekolah yang jelas mendukung,

kemudian fasilitas juga mendukung”.48

Hal senada juga dikatakan oleh Pak Ujang selaku Kepala Bidang

Kesiswaan dan guru Pendidikan Agama Islam.

“Seperti ini guru sangat mendukung sekali, di sekolah juga anak-anak

sangat antusias sekali sehingga anak termotivasi untuk bersih, dan

anak berlebih termotivasi lagi dengan temannya untuk melakukan

yang lebih baik lagi”.49

Maka dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung pembentukan

karakter melalui budaya sekolah ini adalah adanya dukungan dari kepala

sekolah, besarnya semangat dan antusias peserta didik, pendidik, warga

sekolah dan wali murid, serta fasilitas yang disediakan sekolah. Sehingga

memudahkan dan melancarkan program-program yang akan dijalankan.

Kemudian antara peserta didik saling memotivasi dan berlomba-lomba

untuk menjadi peserta didik yang terbaik, dan peserta didik yang terbaik

akan diberikan reward.

47

Hasil wawancara dengan Bapak Eris Kusnandan, selaku Wakil Kepala Sekolah dan Guru

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala dan Wakil Kepala

Sekolah), selasa, 08 November 2016, pukul 10.00–11.00. 48

Hasil wawancara dengan Ibu Siti Hulasoh, selaku Kepala Bidang Kurikulum dan Guru

Bahasa Inggris di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala Bidang Kurikulum), selasa, 08

November 2016, pukul 09.00–10.00. 49

Hasil wawancara dengan Bapak Ujang, selaku Kepala Bidang Kesiswaan dan Guru

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Guru), kamis, 13 Oktober

2016, pukul 09.00-09.30.

74

b. Faktor Penghambat

Mengenai faktor pendukung pembentukan karakter di SMP Negeri

2 Cibinong, penulis melakukan wawancara dengan Bapak Eris Kusnandar

selaku Wakil Kepala Sekolah dan pendidik dalam mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam yang mengatakan:

“Peserta didik yang kurang respect terhadap program karena memang

tidak mau begitu, tetapi tidak banyak. Hambatan itukan ada dari dalam

ada dari luar. Dari luar orang tua bisa hanya beberapa kaya “ngapain

sii kamu ikut-ikut ekskul dan pendanaan sekolah”, gitu”.50

Hal senada dikatakan oleh Pak Ujang selaku Kepala Bidang

Kesiswaan dan pendidik mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, beliau

mengatakan:

“Kendala pasti ada, letak geografis anak berbeda-beda terkadang ada

yang telat dan tidak ikut sholat dhuha berjamaah, terkadang ada

satu/dua anak yang kurang perhatian dengan kebersihan, atau

berpakaian rapih karena karakter anak berbeda-beda”.51

Dari beberapa wawancara yang telah dilakukan, penulis dapat

menyimpulkan bahwa ada beberapa faktor penghambat dalam membentuk

karakter peserta didik yaitu:

1) Letak geografis tempat tinggal peserta didik sehingga bentuk

pelangaran terkadang masih saja ada yang melanggar meskipun telah

diberikan punishment agar peserta didik merasakan efek jera.

50

Hasil wawancara dengan Bapak Eris Riswandar, selaku Wakil Kepala Sekolah dan Guru

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala dan Wakil Kepala

Sekolah), selasa, 08 November 2016, pukul 10.00–11.00. 51

Hasil wawancara dengan Bapak Ujang, selaku Kepala Bidang Kesiswaan dan Guru

Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Guru), kamis, 13 Oktober

2016, pukul 09.00-09.30.

75

2) Kerap kali ada beberapa peserta didik yang kurang respect atau acuh

dengan kebudayaan yang ada di sekolah seperti tidak berpakaian rapih.

3) Ada beberapa orang tua yang kurang mendukung kegiatan anaknya.

4) Kurangnya dana untuk melengkapi fasilitas sekolah agar lebih baik.

5) Faktor cuaca yang akhir-akhir ini kurang mendukung jadi tidak bisa

melaksanakan dhuha di lapangan dan kelas kotor.

C. Temuan Penelitian

1. Metode yang Digunakan Sekolah dalam Membentuk Akhlak

Peserta Didik di SMP Negeri 2 Cibinong?

Berdasarkan deskripsi data di atas penulis menemukan beberapa proses

pembetukan karakter melalui budaya sekolah yang diterapkan di SMP Negeri

2 Cibinong, yaitu:

a. Pembiasaan

Adapun pembiasaan yang dilakukan, dengan melakukan beberapa

bentuk kegiatan yang dilaksanakan yang berkaitan dengan budaya sekolah,

yaitu:

1) Green squad atau pasukan hijau

Yaitu organisisasi Green Squad atau pasukan hijau adalah

organisasi yang dibuat untuk menjaga kelestarian dan mereboisasi

lingkungan sekolah maupun lingkungan kelas. Pasukan ini terdiri dari

beberapa peserta didik dari setiap kelas yang dibuat menjadi satu

organisasi yang dibimbing oleh seorang pendidik. Pasukan ini juga

ditugasnkan untuk mengecek lingkungan sekolah atau kelas yang yang

belom ditanami tumbuhan-tumbuhan hijau.

2) Poker atau polisi kebersihan

Yaitu suatu organisasi yang bekerja sama dengan green squad.

Pasukan poker dibentuk dari beberapa peserta didik yang diambil dari

76

masing-masing kelas yang dibimbing oleh seorang pendidik sebagai

pembimbing. Tugasnya adalah menjaga kebersihan lingkungan

sekolah dan kelas dari sampah atau peserta didik yang membuang

sampah sembarangan. Pasukan poker beroperasi saat jam istirahat

dengan berkeliling ke setiap kelas untuk memeriksa kebersihan

lingkungan kelas. Jika didapati sampah, maka akan diberikan sanksi

pada kelas yang didapati sampah. Sanksi yang diberikan adalah denda

sebesar sepuluh ribu rupiah persatu sampah. Akan tetapi jika sampah

terlalu banyak dan memberatkan tanggung jawab kelas dalam

pembayaran maka pasukan tersebut mengadakan pengadilan poker

untuk meminta keringanan dalam persidangan yang dipimpin oleh

peserta didik yang tergabung dalam organisasi tersebut, jika masalah

tersebut tidak selesai maka akan berlanjut ke mahkamah poker yang

dipimpin oleh guru.

Untuk memotivasi peserta didik hidup bersih, poker mengadakan

kebersihan antar kalas yang diumumkan setiap awal bulan pada

kegiatan upacara senin, kelas terbersih akan mendapatkan bendera

hijau dan kelas terkotor akan mendapatkan bendera merah.

3) KTR (Kawasan Tanpa Rokok)

KTR baru diresmikan pada bulan November 2016, budaya ini

lakukan untuk menghindari asap rokok dari lingkungan sekolah.

Semua warga sekolah dilarang untuk menghidupkan rokok di area

sekolah baik peserta didik maupun karyawan. Begitu pula dengan

tamu yang datang, diwajibkan untuk mematikan rokok terlebih dahulu

sebelum masuk kawasan sekolah. Hal ini juga didukung dengan

banyaknya tulisan-tulisan disekitar sekolah larangan merokok.

4) 4S

4S adalah budaya sekolah yang dilakukan sekolah setiap hari

senin sampai jumat yaitu ketika menyambut anak-anak datang ke

77

sekolah, hari sabtu sebenarnya peserta didik masuk sekolah tetapi

hanya untuk mengikuti kegiatan ekstrakulikuler. Budaya ini adalah

yang dilakukan para pendidik kepada peserta didik. Pendidik yang

menyabut peserta didik diwajibkan datang lebih awal, dan

penyambutan sudah terjadwalkan. Selain pendidik, peserta didik juga

membudayakan 4S kepada pendidik, teman. adik kelas, kaka kelas,

karyawan ataupun tamu yang berkunjung.

5) Sholat Dhuha

Sholat dhuha dilaksanakan sebelum memulai pembelajaran,

setiap hari selasa, rabu dan kamis pukul 07.00-07.30. Sholat dhuha

diawali dengan tadarus juzamma/al-Qur’an dilanjutkan dengan dzikir

asmaul husna dan sholat dhuha 4 rakaat.

6) Sholat Berjama’ah

Sholat berjamaah dilakukan pada waktu zuhur. Sholat jamaah

dilakukan secara bergelombang melihat kondisi musholah yang tidak

dapat menampung seribu peserta didik. Dan sebagian peserta didik

pula masih ada yang sedang melaksanakan pembelajaran hingga pukul

12.20. sehingga peserta didik yang sudah keluar kelas melaksanakan

sholat jamaah lebih dahulu dan peserta didik yang masih di dalam

kelas menyusul setelah pelajaran selesai.

7) Sodaqoh

Budaya sodaqoh merupakan pembiasaan yang dilakukan oleh

SMP 2 Cibinong, yaitu dengan menyisihkan sisa uang jajan peserta

didik. Shodaqoh dilaksanakan setiap hari jumat yang dikoordinir oleh

siswa dan dilaporkan kepada guru penanggung jawab, shodaqoh juga

dibiasakan oleh siswa untuk siswa yang sedang berduka.

8) Gerakan Literasi Sekolah

GLS yaitu gerakan membaca. Gerakan ini dilaksanakan pada

hari selasa, rabu dan kamis, dan dilaksanakan setelah sholat dhuha di

78

lapangan selama 15 menit tetapi setiap satu bulan sekali GLS

dilaksanakan selama 40 menit. Gerakan ini mewajibkan anak

membawa buku bacaan masing-masing selain buku mata pelajaran

yang ada disekolah.

Peserta didik yang telah menyelesaikan bacaannya ditugaskan

untuk membuat jurnal dan menempelkan judul buku, pengarang dan

nama pembaca di sebuah pohon yang disebut pohon literasi yang

berada di kelas masing-masing. Untuk memudahkan membaca sekolah

memberikan fasilitas pojok literasi di beberapa kelas yang berisi buku

bacaan. Bagi peserta didik yang paling banyak meminjam buku akan

diberikan reward berupa pin penghargaan.

b. Reward dan Punishman

Proses pembentukan karakter di SMP Negeri 2 Cibinong dengan

memberikan reward kepada peserta didik yang memiliki prestasi. Seperti

yang dilakukan oleh sekolah bagi pendidik dan peserta didik yang sering

membaca dan meminjam buku akan mendapatkan sebuah penghargaan

berupa pin. Selain itu kegiatan yang sudah membudaya di sekolah

mengadakan perlombaan ajang kebersihan yang berkelanjutan, hal ini

dilakukan agar peserta didik mampu menjaga kelestarian lingkungan alam

dan sampah. kegiatan kebersihan yang dilakukan antara jenjang tingkat

dan kelas ini membuat peserta didik selalu menjaga kebersihan. Kelas

yang bersih akan mendapatkan bendera berwarna hijau dan kelas yang

kotor akan mendapatkan bendera berwarna merah. Pemberian reward

dilakukan sebagai motivasi peserta didik agar memiliki karakter yang

bagus dan menggali nilai akademik.

Tidak hanya reward, dalam membentuk karakter peserta didik

sekolah selalu memberikan punishman kepada pelanggar. Punisman yang

diberikan sekolah berbeda-beda tergantung kesalahan yang peserta didik

79

perbuat. Seperti contohnya nilai disiplin, bagi peserta didik yang datang

terlambat maka tidak akan diperbolehkan masuk untuk mengikuti kegiatan

sholat dhuha dan literasi. Peserta didik menunggu di gerbang yang sudah

terkunci hingga kegiatan selesai dilakukan. peserta didik yang terlambat

aka di kenakan catatan hitam yang nanti akan menjadi laporan kepada wali

kelas dan orang tuanya. Contoh lain adalah hukuman denda bagi peserta

didik yang membuang sampah sembarangan. Bagi peserta didik yang

membuang sampah sembarangan akan di kenakan sanksi sebesar sepuluh

ribu rupiah persampah. Dan ada penilaian lebersihan kelas yang dilakukan

oleh tim poker, jika di dapati sampah di salah satu kelas akan dikenakan

denda pula sebesar sepeluh ribu persampah.

c. Nasehat dan Teladan

Dalam membentuk karakter peserta didik, tentunya pendidik pun harus

memiliki karakter yang baik. anak bercontoh kepada orang tuanya, dan

peserta didik bercontoh kepada yang mendidiknya. Dalam membentuk

akhlak peserta didik.sekolah memberika keteladanan sebagai contoh untuk

memotivasi peserta didik untuk berbuat baik.seperti berkata sopan,

menghormati yang lebih tua, datang tepat waktu, disiplin, melalukan

sholat berjamaah. Selain itu pndidik pun memberikan arahan kepada

peserta didik yang melanggar. Seperti menegurnya saat melakukan

kesalahan.

d. Penugasan

Sekolah memberikan tugas kepada peserta didik terkait pembiasaan

yang telah dilakukan. untuk melihat hasil dari kegiatan membaca, sekolah

memberikan tugas kepada seluruh peserta didik untuk membuat sebuah

jurnal dari buku bacaan yang telah diselesaikan. Tugas yang diberikan

kepada peserta didik akan di periksa dan ditanda tangani oleh guru

80

pembimbing dan setelah itu peserta didik yang telah selesai membuat

jurnal akan mempresentasikannya.

2. Akhlak Peserta Didik di SMP Negeri 2 Cibinong

Setelah menerapkan beberapa budaya sekolah, dapat dilihat perubahan

tingkah laku pada peserta didik yang terbentuk dalam dirinya, dengan

melakukan kebiasaan-kebiasaan yang menjadi prinsip sekolah, memberikan

tugas, membimbing, memberikan reward dan punishman beberapa karakter

yang terbentuk melalui budaya sekolah yaitu:

a. Religious, peserta didik melaksanakan kegiatan dhuha, sholat berjamaah,

shodaqoh tanpa paksaan dan sangat antusias, bahkan pendidik tidak lagi

memerintahkan peserta didik untuk melakukannya, tapi hanya mengawasi,

dengan kemauannya sendiri peserta didik melaksanakan kegiatan tersebut

tanpa paksaan.

b. Tanggung jawab, seperti yang sudah terjadwalkan untuk menggelar karpet

secara bergilir setiap kelas. Setiap tingkatan menjalankan tugasnya dengan

baik dan peserta didik yang masuk dalam organisasi dari setiap

kebudayaan pun melaksanakan kewajibannya dengan baik pula. Selain itu,

bentuk sikap tanggung jawab lainnya adalah menerima dan menjalankan

punishman yang diberikan kepada setiap peserta didik atau kelas dengan

rasa tanggung jawab.

c. Disiplin, dengan diadakannya dhuha maka peserta didik dan pendidik

datang tepat waktu dan menaati peraturan yang ada di sekolah.

d. Peduli ligkungan, karakter ini terbentuk dari budaya green squad dan

poker yang bertujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan, tidak

membuang sampah sembarangan, menjaga kebersihan lingkungan.

Karakter ini timbul dalam diri peserta didik sehingga jika ada tanaman

yang kering maka peserta didik akan menyiramnya, jika ada tumbuhan

81

yang kering langsung menggantinya dengan tumbuhan yang baru dan

membuang sampah pada tempatnya.

e. Peduli sosial, karakter ini timbul dari pembiasaan shodaqoh jika ada

teman atau pendidik yang sedang berduka. Kemudian karakter ini juga

terbentuk dari peserta didik untuk menasehati temannya jangan

membuang sampah sembarangan.

f. Kreatif, karakter ini terbentuk dengan adanya program green squad yaitu

untuk menghiasi kelas dengan tumbuhan, sehingga kelas tersebut

memiliki ide-ide untuk menghias kelasnya dengan tanaman, membuat

taman vertical yaitu hiasan tanaman yang terbuat dari bahan-bahan bekas

yang sudah tidak terpakai seperti botol bekas.

g. Gemar membaca, karakter ini terbentuk dengan adanya program literasi

sekolah yang adakan 15 menit sebelum mulai pembelajaran. Seperti yang

dilakukan salah satu peserta didik di beberapa saat melanjutkan bacaannya

di dalam kelas seusai kegiatan gerakan literasi karena merasa waktu yang

diberikan untuk membaca adalah hanya sebentar. Dan peserta didik yang

gemar membaca lainnya karena merasa membantu dalam mengerjakan

tugas sekolah.

3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Proses

Pembentukan Akhlak di SMP Negeri 2 Cibinong

Adapun faktor pendukung berjalannya budaya sekolah adalah:

a. Motivasi orang tua yang selaku memberikan teladan bagi anaknya.

b. Komitmen kepala sekolah dan para pendidik untuk menjalankan kegiatan

dengan bekerja sama.

c. Antusias peserta didik yang besar dalam menjalankan kegiatan.

d. Fasilitas sekolah.

82

Adapun faktor penghambat berjalannya budaya sekolah adalah:

a. Adanya beberapa oknum dari peserta didik yang kurang respect

b. Ada beberapa orang tua yang kurang memotivasi anak.

c. Kurangnya dana untuk menambah fasilitas sekolah.

d. Letak gegrafis rumah peserta didik yang terlalu jauh.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Metode yang Digunakan Sekolah dalam Membentuk Karakter

Peserta Didik di SMP Negeri 2 Cibinong

Berdasarkan temuan penelitian, proses yang dilakukan sekolah dalam

menbentuk karakter peserta didik yaitu dengan pembiasaan, bimbingan,

memberikan reward dan punishman. Untuk gambaran nyata yang lebih

terperinci yang berkaitan dengan hal tersebut, penjelasannya sebagai berikut:

a. Metode Pembiasaan

Untuk membentuk akhlak peserta didik, sekolah menerapkan

kegiatan-kegiatan pendidikan untuk membentuk akhlak baik untuk diri

sendiri, akhlak terhadap Allah ataupun akhlak terhadap lingkungan.

Kegiatan tersebut diwajibkan kepada seluruh peserta didik untuk

melakukannya dengan mengulang-ngulang agar terjadinya latihan dan

pembiaaan pada diri. Metode pembiasaan yang diterapkan disekolah

sangat membantu dalam proses pembentukan akhlak. Hal ini sesuai

dengan pendapat Imam Abdul Mukmin Sa’adduddin bahwa: Mendidik

dengan melatih dan pembiasaan adalah mendidik dengan cara memberikan

latihan-latihan terhadap suatu norma tertentu kemudian membiasakan untuk

mengulangi kegiatan tertentu tersebut berkali-kali agar menjadi bagian

hidupnya, seperti sholat, puasa, kesopanan dalam bergaul dan sejenisnya.

Oleh karena itu, Islam mengharuskan agar semua kegiatan itu dibarengi niat

supaya dihitung sebagai kebaikan.

83

Kegiatan yang dilakukan sekolah berupa kegiatan untuk

meningkatkan nilai sosial, agama, dan akademik. kegiatan sosial di sekolah

berupa, senyum, sapa, salam, menjaga kebersihan lingkungan, menanam

tanaman di lingkungan sekolah, bebas dari asap rokok.

Budaya yang sudah dibiasakan di SMP Negeri 2 Cibinong, menurut

penulis budaya ini terkait dengan teori menurut Ajat Sudrajat (2011:13)

mengutip pendapat Nursyam, yaitu: setidaknya ada tiga budaya yang

perlu dikembangkan di sekolah, yaitu kultur akademik, kultur sosial

budaya, dan kultur demokratis.

Pertama kultur akademik yang dimaksud adalah memiliki ciri pada

setiap tindakan, keputusan, kebijakan, dan opini didukung dengan dasar

akademik yang kuat. Artinya merujuk pada teori, dasar hukum, dan nilai

kebenaran yang teruji. Kedua, kultur sosial budaya. Kultur sosial budaya

tercermin pada pengembangan sekolah yang memelihara, membangun,

dan mengembangkan budaya bangsa yang positif. Ketiga, kultur

demokratis. Ketiga, kultur demokratis menampilkan corak berkehidupan

yang mengakomodasi perbedaan untuk secara bersama membangun

kemajuan suatu kelompok maupun bangsa.

Maka dengan demikian antara budaya yang ada di sekolah turut

membantu pendidik membentuk karakter peserta didik dengan melakukan

latihan dan pembiasaan yang berulang. Sehingga dengan beringinya waktu

kegiatan yang dilakukanpeserta didik akan melekat ke dalam hati dan

terbentuk menjadi akhlakyang baik.

b. Reward dan Punishman

Lingkungan yang baik akan menciptakan akhlak yang baik dan

lingkungan yang buruk akan menciptakan akhlak yang buruk. Dalam

membentuk akhlak tentunya sekolah harus menciptakan lingkungan yang baik

untuk menjadi sarana pendudukung kelancaran pendidikan akhlak. Untuk

84

menciptakan suasana yang baik tentunya sekolah harus melakukan tindakan.

Usaha yang dilakukan sekolah untuk menciptakan lingkungan yang baik ialah

dengan cara memberikan ganjaran atau reward kepada siapapun yang

berprestasi.

SMP Negeri 2 Cibinong telah melakukan hal ini. Peserta didik yang

berprestasi diberikan sebuah penghargaan berupa Pin, atau reward yang

lainnya. Pin yang diberikan kepada peserta didik adalah sebuah penghargaan

bagi siswa yang rajin membaca dan meminjam buku di perpustakaan sekolah.

Pin pretasi ini tidak hanya diberikan kepada peserta didik tetapi juga diberikan

kepada guru.

Punishman juga diberikan kepada siswa yang melanggar peraturan

sekolah. Seperti denda saat membuang sampah sembarangan, tidak disiplin

dengan datang terlambat.

Pembentukan akhlak dengan metode reward dan punishman yang ada di

SMP Negeri 2 Cibinong berhubungan dengan teori yang pemebntukan

akhlak bahwa Jika pembentukan akhlak tidak berhasil dengan metode

keteladanan dan pemberian pelajaran, beralihlah kepada metode pahala dan

sanksi atau metode janji harapan dan ancaman. Sebab Allah SWT pun sudah

menciptakan surga dan neraka, dan berjanji dengan surga itu serta mengancam

dengan neraka-Nya. Pemberian harapan adalah janji yang diikuti bujukan dengan

kenikmatan, keindahan pasti, atau kebaikan yang murni dari setiap noda,

berbanding dengan amal soleh yang dilakukan atau amal buruk yang dijauhi demi

mencari ridha Allah berupa kasih sayangnya kepada para hamba. Sedangkan

ancaman adalah mengancam dengan sanksi akibat melanggar larangan Allah Swt

atau dimaksudkan untuk menakutnakuti para hamba. Ini merupakan keadilan dari

Allah.

85

c. Nasehat dan Teladan

Dari hasil temuan penelitian sekolah memberikan teladan dan nasehat dalam

membentuk akhlak peserta didik. Cara yang digunakan sekolah terkait dengan

taori pembentukan akhlak menurut Rasyid Ridha mengartikan mauidzah adalah

nasehat peringatan atas kebaikan dan kebenaran dengan jalan apa saja yang dapat

menyentuh hati dan membangkitkannya untuk mengamalkan dalam al-Qur'an

juga menggunakan kalimat-kalimat yang menyentuh hati untuk mengarahkan

manusia kepada ide yang dikehendakinya. Inilah yang kemudian dikenal dengan

nasehat. Tetapi nasehat yang disampaikan ini selalu disertai dengan panutan atau

teladan dari si pemberi atau penyampai nasehat itu. Ini menunjukkan bahwa

antara satu metode yakni nasehat dengan metode lain yang dalam hal ini

keteladanan bersifat saling melengkapi.

Nasehat yang diberikan pendidik kepada peserta didik tidak serta merta hanya

untuk diri peserta didik tetapi juga untuk pendidik itu sendiri oleh karena itu

nasehat yang diberikan peserta didik tentunya dengan melakukan teladan yang

baik, agar peserta didik melihat bahwasanya pendidik tidak hanya berbicara tetapi

juga melakukan.

d. Penugasan

Dalam membentuk karakter peserta didik peneliti menemukan metode yang

digunakan SMP negeri 2 Cibinong adalah metode penugasan. Metode ini

dilakukan sekolah agar mengembangkan nilai akademik peserta didik. Penugasan

yang dilakukan sekolah adalah peserta didik diwajibkan membuat jurnal dari

buku bacaan yang telah diselesaikan. Buku bacaan yang dibuat jurnal oleh peserta

didik adalah di luar buku pelajaran yaitu buku yang dibaca ketika melaksanakan

kegiatan literasi sekolah. Hal ini tentu sangat bermanfaat dan membantu dalam

membentuk akhlak peserta didik sehinga timbul sikap gemar membaca dan

memahami isi bacaannya.

Metode yang dilakukan sekolah dalam membentuk akhlak peserta didik,

penulis tidak menemukannya dalam teori yang berkaitan dengan pembentukan

86

akhlak. Tetapi metode yang sekolah gunakan cukup efektif dan membantu

membentuk akhlak peserta didik.

2. Akhlak Peserta Didik di SMP Negeri 2 Cibinong

Sebagai mana yang telah dibahas, akhlak adalah perbuatan yang

dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah daging, dan sebenarnya yang

didasarkan pada ajaran Islam. Beberapa nilai akhlak yang dapat diambil dari

hasil pembentukan melalui pembiasaan, reward dan punishman, teladan dan

nasehat serta penugasan.

a. Akhlak Kepada Allah

Sebagaimana yang terkait dari teori materi akhlak bahwa Manifestasi

dari manusia terhadap Allah antara lain: cinta dan ikhlas kepada Allah, takwa

(takut berdasarkan kesadaran mengerjakan yang diperintahkan dan menjauhi

yang dilarang Allah), bersyukur atas nikmat yang diberikan, tawakkal

(menyerahkan persoalan kepada Allah), sabar dan ikhlas.

Di SMP Negeri 2 Cibinong, melalui tahapan-yahapan pembentukan

akhlak peserta didik memiliki sifat religius yaitu taqwa, cinta dan ikhlas

kepada Allah, serta bersyukur. Sifat taqwa dan cinta kepada Allah yang ada

dalam diri peserta didik terlihat saat bersemangatnya dalam melaksanakan

ritual keagamaan yang ada disekolah seperti melaksanakan sholat dhuha,

melakukan sholat jamaah, dzikir asmaul husna tanpa adanya paksaan. Awal

mula sebelum pembentukan akhlak ini diterapkan, pendidik harus

memerintahkan peserta didik untuk melakukan ibadah. tetapi sekarang

kegiatan agama dilakukan dengan kemauan dirinya sendiri. Bahkan, sholat

dhuha yang dilakukan di sekolah ikut terbawa dan dilaksanakan di rumah.

b. Akhlak kepada Diri Sendiri

Pembentukan akhlak di SMP Negeri 2 Cibinong membuat sadar peserta

didik terhadap perbuatan baik dan perbuatan buruk. Sehingga dalam dirinya

87

masing-masing mampu menjaga dirinya dari perbuatan yang buruk. Seperti

menjaga bertanggung jawab dan disiplin.

Di SMP Negeri 2 Cibinong dalam diri peserta didik terbentuk sifat

tanggung jawab. Sifat ini tumbuh dari tugas dan tanggung jawab yang

diberikan kepada siswa, sehingga dengan pembiasaan tugas yang diberikan

siswa diberi kepercayaan untuk mengurus kegiatan, piket dan laiinya. Begitu

pula sifat disiplin tang terbentuk dengan adanya peraturan disekolah siswa

menjadi disiplin dan datang tepat waktu mematuhi aturan dan tata tertib yang

ada di sekolah.

Hal ini membuktikan bahwa metode yang digunakan sekolah berhasil

membentuk akhlak peserta didik. Sehingga sifat-sifat baik secara perlahan

terbentuk.

c. Akhlak terhadap Lingkungan

Manusia diposisikan Allah sebagai khalifah di atas bumi ini dan hidup

ditengah-tengah lingkungan bersama makhluk lain sehingga sudah menjadi

kewajibannya untuk menjaga lingkungan sebagai makhluk yang memiliki

derajat tertinggi dengan akal dan kemampuannya mengelola alam.

Di SMP Negeri 2 Cibinong membuat kegiatan agar peserta didik selalu

cinta kepada lingkungan dan alam sekitar. Dengan melalui tahapan-tahapan

pembentukan akhlak, peserta didik menjadi cinta lingkungan dan peduli

terhadap sosial. Sifat ini dibuktikan dengan adanya tumbuhan yang ditanam

dan dirawat oleh peserta didik di sekitar lingkungan sekolah dan kelas.

Perawatan yang dilakukan dibantu oleh pendidik yang tugasnya membimbing.

Peserta didik elalu merawat tanaman dengan menyiram tumbuhan yang

kering dan mengganti tumbuhan yang sudah mati. Pembiasaan ini membuat

peserta didik cinta dengan tumbuhan dan peduli terhadap lingkungkungan

dengan tidak membuat sampah sembarangan.

Selain itu, dalam diri peserta didik juga tumbuh sikap peduli sosial

dengan cara berinfak untuk membantu sesama manusia yang membutuhkan.

88

Infak dilakukan setiap hari jumat. Dengan adanya infak peserta didik

termotivasi dan memiliki sikap sosial untuk membantu teman, guru, ataupun

orang lain di sekitarnya.

3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Proses

Pembentukan Akhlak di SMP Negeri 2 Cibinong

Allah selalu menurunkan dua, seperti yang terdapat dapat al-Qur’an

setiap ada kesulitan pasti ada kemudahan, setiap ada kebaikan pasti ada

keburukan, setiap ada kamuan pasti ada penghalang. Hal ini ditutunkan

bukan untuk mepersulit tetapi agar manusia berpikir dan berusaha untuk

mencapainya.

Dalam menerapkan budaya sekolah pastinya memiliki faktor

pendukung dan penghambat jalannya kebiasaan tersebut. Proses

penerapan budaya di sini tujuannya adalah untuk pembentukkan karakter,

sedangkan banyak faktor internal maupun eksternal yang dapat

mendukung dan menghalagi proses pembentukan karakter tersebut, faktor

pendukung diantaranya adalah:

a. Motivasi orang tua

Pendidikan karakter tidak hanya dilakukan oleh para pendidik di

sekolah tetapi juga dilakukan orang tua di rumah, motivasi orang tua

dalam membentuk karakter peserta didik sangatlah penting karena

pendidikan sesungguhnya adalah dalam keluarga. Motivasi yang

dimaksudkan di sini adalah dukungan dan pengertian orang tua dalam

mendorong anaknya selalu berbuat baik, berlaku sopan dan patuh

terhadap peraturan.

Keluarga harus dijadikan tempat ternyaman bagi anak dengan

memberikan rasa aman, cinta, kasih sayang, harga diri, kesukesan dan

segala perhatian.

89

Selain perhatian, orang tua harus menjadi teladan yang baik,

terkadang manusia mampu memberikan contoh tetapi sulit untuk

menjadi contoh. Teladan orang tua tentu saja menjadi pengaruh yang

besar bagi anak dalam pembentukan karakter.

Dari teori dan penjelasan yang telah dipaparkan bahwa pendidikan

karakter dalam keluarga memiliki pengaruh yang besar dalam

pembentukkan karakter siswa, apabila orang tua memberikan contoh

yang baik maka anak kan memiliki karakter yang baik, begitu pula jika

orang tua meberikan contoh yang buruk maka anakpun akan berlaku

buruk dan memiliki karakter yang buruk pula.

b. Komitmen Bersama

Sebuah program membutuhkan adanya kerja sama dan

kekompakan dari masing-masing pihak, program tidak akan terlaksana

jika masing-masing pihak memiliki visi misi yang berbeda. Oleh

karena itu menyamakan visi misi dan tujuan adalah sebagai cara untuk

menyatukan komitmen membangun sekolah dalam membentuk

karakter peserta didik. Dengan adanya komitmen ini kepala sekolah

selalu berdiskusi dengan para pendidik dan dalam menjalankan budaya

sekolah. Selain itu pendidik juga harus mampu menjadi teladan yang

baik dengan selalu patuh, berbuat baik, dan selalu berkata yang baik

agar peserta didik termotivasi untuk ber buat baik dan terarah ke dalam

pembentukan karakter dalam dirinya.

c. Antusias Peserta Didik

Kemauan peserta didik dalam melaksanakan budaya sekolah

merupakan salah satu faktor pendukung, karena budaya yang

diterapkan dan didukung oleh semua warga tanpa adanya antusias

peserta didik tidak akan tercapai dengan baik.

Budaya yang diterapkan oleh sekolah adalah berbentuk

organisasi yang dikaitkan langsung oleh peserta didik, sehingga

90

peserta didik memiliki peran penting dalam melaksanakan budaya di

sekolah. Dengan memiliki peran penting tersebut akan tumbuh dalam

diri peserta didik kewajiban yang harus dilakukan.

Dengan antusias peserta didik dalam melaksanakan kewajiban

maka budaya sekolah akan berjalan dengan lancar sehingga tujuan

sekolah untuk membentuk karakter dalam diri peserta didik tercapai.

d. Fasilitas sekolah

SMP Negeri 2 Cibinong berdiri sejak 1984, dan sudah memiliki

fasilitas yang lengkap untuk mendukung budaya sekolah, meskipun

ada beberapa yang kurang memadai seperti mushola yang tidak

menampung jumlah peserta didik yang banyak. Tetapi semua fasilitas

dibutuhkan peserta didik bisa dipenuhi oleh sekolah.

Adapun fasilitas yang diperlukan dalam menerapkan budaya

sekolah adalah

1) Karpet, kelas, lapangan dan musholah yang digunakan untuk

melaksanakn sholat dhuha bersama dan gerakan literasi setelah

sholat dhuha, sudah disediakan dengan baik untuk mendukung

budaya sekolah dan mushola digunakan untuk melaksanakan

sholat berjamaah meskipun tidak mencukupi banyaknya peserta

didik tetapi sholat berjamaah dilakukan dengan cara bergilir.

2) Buku-buku, perpustakaan dan pojok literasi, fasilitas itu digunakan

untuk melaksanakan budaya literasi sekolah sehingga anak dapat

membaca dimanapun mereka mau dan berada dimanapun.

3) Taman yang digunakan untuk melaksanakan budaya green squad

sehingga peserta didik mampu berkreasi menjaga dan melestarikan

tanaman, bahkan menanamkan tanaman.

Adapun beberapa faktor penghambat dalam pelaksanaan budaya

sekolah dalam pembentukan karakter adalah:

a. Siswa yang Tidak Respect

91

Karena latar belakang siswa yang berbeda-beda maka tingkat

keberagamaannya un berbeda-beda, itu kembali lagi kepada faktor

keluarga. Lingkungan keluarga merupaka faktor terpenting dalam

pembentukan karakter siswa, dengan kata lain apabila seorang anak

terlahir dari keluarga yang agamis maka anak pun memiliki jiwa

agama yang tinggi karena terdorong oleh orang tuanya yang selalu

menuntun untuk selalu taat dan patuh dalam melaksanakan kewajiban

dan perintah agama. Dan begitu pula sebaliknya anak yang terlahir

dari keluarga yang kurang dalam beragama maka anak pun akan

seperti orang tuanya karena tidak ada motivasi atau dorongan dari

keluarga untuk selalu taat beragama dan bahkan tingkah laku anak

akan semena-mena sesuai dengan kehendaknya sendiri.

b. Kurangnya motivasi orang tua

Sebagai orang tua tentu menginginkan anaknya menjadi orang

yang cerdas, berbakat, dan memiliki akhlak terpuji. Tetapi dengan

tujuan itu kadang orang tua memaksakan kehendaknya sendiri dan

membelakangkan kehendak anak. Padahal anak memiliki kemauan

lain untuk mengapresiasikan bakat yang dimilikinya dan mencapai

cita-citanya. Dukungan orang tua sangatlah penting karena akan

memperlancar kegiatan anak. Seperti faktanya ada beberapa orang tua

yang melarang anak untuk mengikuti kegiatan sekolah karena

beberapa sebab.

c. Kurangnya Dana

Pelaksanaan budaya yang diterapkan di SMP Negeri 2 Cibinong

tentunya membutuhkan dana untuk memenuhi dan menambah fasilitas

peserta didik. Seperti halnya kegaiatan sholat dhuha untuk

memperlancar maka pihak sekolah harus memiliki karpet yang banyak

agar peserta didik nyaman dalam melaksanakan sholat, kemudian ada

pula kegiatan literasi yang mana pihak sekolah membutuhkan banyak

92

buku untuk diletakan di setiap sudut sekolah agar peserta didik dapat

membaca di manapun dan kapanpun. Hal ini tentunya memerlukan

banyak dana untuk mencapai fasilitas yang diinginkan.

d. Letak Geografis Rumah

Melihat pandangan masyarakat yang menganggap bahwa SMP

Negeri 2 Cibinong adalah sekolah terfavorit di kabupaten Bogor

tentunya semua peserta didik ingin menjadi peserta didik pilihan

tersebut. Keinginan yang dimiliki untuk menjadi peserta didik di SMP

favorit tidak memadang jarak sekolah yang harus ditempuhnya. SMP

Negeri 2 Cibinong memiliki kedisiplinan yang ketat sehingga peserta

didik dan pendidik tidak bisa datang sesuka hati. Letak geografis yang

jauh terkadang menjadi kendala peserta didik kurang disiplin waktu

sehingga terlambat dan tidak bisa mengikuti budaya sholat dhuha dan

literasi, meskipun siswa yang melanggar hanya beberapa saja tetapi ini

tentu saja menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan dhuha.

Dari paparan di atas maka penulis menyimpulkan bahwasanya faktor

pendukung dan penghambat pembentukan karakter siswa melalui budaya

sekolah adalah:

a. Faktor internal yang mendukung adalah antusias peserta didik,

motivasi orang tua dalam melaksanakan kegiatan dan faktor

penghambat adalah beberapa siswa yang kurang respect dan dukungan

orang tua.

b. Faktor eksternal yang mendukung adalah fasilitas yang ada, komitmen

bersama dan faktor penghambat adalah letak georafis rumah peserta

didik dan kurangnya pendanaan sekolah.

93

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka penulis dapat menyimpulkan bahwa:

1. Metode yang digunakan dalam membentuk akhlak peserta didik di SMP

Negeri 2 Cibinong adalah dengan melakukan pembiasaan melaksanakan

kegiatan sekolah berupa budaya yang sudah diterapkan. rewad dan punishman

dengan memberi penghargaan bagi peserta didik yang berprestasi dan

memberikan hukuman bagi siswa yang melanggar peratutan, teladan, nasehat

dan pembinaan.

2. Dengan menggunakan metode tersebut, budaya dapat membentuk akhlak

peserta didik yaitu: religious pembentukan dari kebiasaan sholat dhuha dan

sholat berjamaah, tanggung jawab pembentukan dari tugas piket yang

terjadwal, disiplin pembentukan dari menaati peraturan dan datang tepat

waktu, peduli lingkungan pembentukan dari pembiasaan menjaga kebersihan,

peduli sosial pembentukan dari pembiasaan bersodaqoh, kreatif pembentukan

dari menghias sekolah dengan tumbuhan dari program green squad, dan

gemar membaca pembentukan dari terbiasanya menjalankan kegiatan literasi.

3. Dalam proses membentuk akhlak sekolah memiliki faktor pendukung dan

penghambat. Faktor yang mendukung berjalannya budaya sekolah yaitu:

Motivasi orang tua yang selaku memberikan teladan bagi anaknya, komitmen

kepala sekolah dan guru untuk menjalankan kegiatan dengan bekerja sama,

antusias siswa yang besar dalam menjalankan kegiatan dan fasilitas sekolah.

Adapun faktor penghambat berjalannya budaya sekolah adalah: adanya

beberapa oknum dari siswa yang kurang respect, ada beberapa orang tua yang

kurang memotivasi anak, kurangnya dana untuk menambah fasilitas sekolah,

letak gegrafis rumah peserta didik yang terlalu jauh.

94

B. Kirik dan Saran

Adapun kritik yang dapat penulis sampaikan adalah:

1. Fasilitas yang sudah ada belum memadai untuk kegiatan seluruh peserta didik

yang jumlahnya sangat banyak.

2. Dalam melaksanakan kegiatan budaya sekolah, ada beberapa peserta didik

yang enggan mengikuti kegiatan budaya sekolah.

3. Adanya orang tua peserta didik yang kurang mendukung anaknya dalam

mengikuti kegiatan.

Adapun saran yang dapat menulis berikan akan:

1. Bagi sekolah hendaknya menambah fasilitas yang diperlukan untuk

kelancaran pelaksanaan budaya sekolah.

2. Bagi peserta didik hendaknya mengikuti kegiatan di sekolah dengan baik, dan

ikut serta dalam membangun kegiatan pendidikan karakter.

3. Bagi orang tua hendaknya membantu mendukung segala kegiatan sekolah

untuk turut serta menciptakan peserta didik yang baik dari segi kognitif dan

afektif.

95

DAFTAR PUSTAKA

Adisusilo, Sutarjo. Pembelajaran Nilai Karakter. Jakarta : PT Grafindo Persada,

2012.

al-Abrasy, Muhamad Al-Athiyah. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Terj.

Bustomi A. Ghoni dan Jauhar Bahri, Jakarta : Bulan Bintang, 1970.

Ali, Muhammad Daud. Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2000.

Amin, Maswardi Muhammad. Pendidikan karakter Anak Bangsa. Jakarta: Baduose

Media Jakarta, 2011.

Anas, Zulfikri. Sekolah Untuk Kehidupan. Jakarta: AMP Press, 2013.

Anwar, Muhammad Ja’far. Membumikan Pendidikan Karakter. Jakarta: CV Suri

Tatu’uw, 2015.

Anwar, Rosihon. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.

AR, Zahruddin dan Sinaga, Hasanuddin. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada, 2004.

AS, Asmaran. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Rajawali Pers, 1992.

Astuti, Albertin Dwi. “Pengaruh Budaya Sekolah Terhadap Karater Siswa Kelas X

Jurusan Tata Boga SMK Negeri 3 Klaten”, Skripsi Universitas Negri

Yogyakarta. (Yogyakarta: 2015), tidak dipublikasikan.

Bin Hambal, Imam Ahmad. Al-Musnad Ahmad Bin Hambal, Juz III ( Bairut

Lebanon : Darul Fikr, tth).

96

Elmubarok, Zaim. Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta, 2009.

Endarmoko, Eko. Tesaurus Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,

2009.

Gunawan, Heri. Pendidikan karakter konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta,

2012.

Hidayati, Heny Narendrany. Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa. Jakarta:

UIN.

https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/03/04/manfaat-prinsip-dan-asas-

pengembangan-budaya-sekolah/, 05 Oktober 2016.

http://budaya-sekolah.blogspot.co.id/, 05 Oktober 2016.

Khoiruddin, Muhammad., dan Susiwi. Jurnal Pendidikan Karakter. Tahun III.

Nomor 1. Februari 2013.

Lickona, Thomas. Education for character. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013.

Majid, Abdul dan Andayani, Dian. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi.

Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2004.

Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2013.

Moloeng, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Rosda Karya, 2013.

Mustari, Muhammad. “Budaya Sekolah pada Sekolah Menengah Pertama di

Indonesia”. Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan. Vol. 1, 2013..

Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015.

Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.

97

S, Tatang. Ilmu Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia, 2012.

Sa’aduddin, Imam Abdul Mukmin. Meneladani Akhlak Nabi: Membangun

Kepribadian Muslim. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.

Salahuddin, Anas., dan Alkrienciehie, Irwanto. Pendidikan Karakter. Bandung: CV

Pustaka Setia, 2013.

Solihah, Marliya. “Penanaman Karakter Pada Siswa di MAN Wonokromo”, Skripsi

2013, tidak dipublikasikan.

Strauss, Anselm., dan Corbin, Juliet. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.

Suharsaputra, Uhar. Menjadi Guru Berkarakter. Bandung: PT Refika Aditama, 2013.

Syalhub, Fuad Asy. Guruku Muhammad SAW. Jakarta: Gema Insani Perss, 2006.

Syamhudi, Hasyim. Akhlak Tasawuf (Dalam Konstruksi Piramida Ilmu Islam),

Malang: Madani Media, 2015.

Tafsir, Ahmad. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: PT Rosda Karya,

2011.

Tambak, Syahraini. Membangun Bangsa Melalui Pendidikan. Yogyakarta: Graha

Ilmu, 2013.

Undang-undang Republik Indonesia. Tentang Sistem Pendidikan Nasioanal. No. 20,

tahun 2003.

Umary, Barnawie. Materia Akhlak. Solo: Ramadhani, 1995.

Wiyani, Novan Ardy. Pendidikan Agama Islam Berbasis Pendidikan Karakter.

Bandung: Alfabeta, 2013.

98

Ya’kub, Hamzah. Etika Islam Pembinaan Akhlaqul Karimah (Suatu Pengantar),

Bandung: CV Diponegoro, 1993.

99

Lampiran 1

Instrumen Wawancara Guru

1. Apa visi, misi sekolah?

2. Budaya apa saja yang ada disekolah dalam mencapai visi dan misi tersebut?

3. Bagaimana pelaksanaan budaya 4S?

4. Bagaimana pelaksanaan budaya Green squad?

5. Bagaimana pelaksnaan budaya Gerakan Literasi Sekolah?

6. Bagaimana pelaksanaan budaya sholat dhuha dan sholat berjamaah?

7. Bagaimana pelaksaan sodaqoh?

8. Bagaimana respon siswa dan guru dalam pelaksanaan budaya sekolah?

9. Akhlak apa yang tumbuh dalam diri siswa dalam menjalankan budaya

sekolah?

10. Apa faktor pendukung dalam menjalankan budaya sekolah?

11. Apa faktor penghambat dalam menjalankan budaya sekolah?

12. Apa pandangan masyarakat terhadap sekolah?

100

Lampiran 2

Instrumen Wawancara Siswa

1. Nilai akhlak apa yang tumbuh dalam diri kamu dalam melaksanakan

kebiasaan sholat dhuha?

2. Nilai akhlak ada yang tumbuh dalam diri kamu dengan diadakannya

budaya geraka literasi sekolah?

3. Nilai akhlak apa yang tumbuh dalam diri kamu dengan diadakannya

budaya green squad?

4. Nilai akhlak apa yang tumbuh dalam diri kamu dengan diadakannya

budaya shodaqoh?

5. Nilai akhlak apa yang tumbuh dalam diri kamu dengan diadakannya

budaya Poker?

6. Nilai akhlak apa yang tumbuh dalam diri kamu dengan diadakannya

budaya hemat energi?

7. Nilai akhlak apa yang tumbuh dalam diri kamu dengan diadakannya

budaya sholat berjamaah?

8. Nilai akhlak apa yang tumbuh dalam diri kamu dengan diadakannya

budaya 4S?

9. Bagaimana pandangan kamu dengan akhlak teman-temen di sekolah?

10. Menurut kamu apa faktor pendukung dan penghambat berjalanya budaya

disekolah?

101

Lampiran 3

HASIL WAWANCARA WAKIL KEPALA SEKOLAH

Hari/Tanggal : Selasa, 08 November 2016

Pukul : 10.00 - 11.00 WIB

Sekolah : SMP Negeri 2 Cibinong

Informan : Eris Riswandar, S. Ag

Pendidikan : S1

Jabatan : Wakil Kepala Sekolah dan Guru Pendidikan Agama Islam

No Pertanyaan

1. Apa visi, misi sekolah?

Jawab:

Visi misi sekolah bisa dilihat yaitu menjadi sekolah unggul yang

kompetitif, berkarakter yang berlandaskan nilai-nilai religi.

2. Budaya apa saja yang ada di sekolah dalam mencapai visi dan misi

tersebut?

Jawab:

4S, adiwiyata atau green squad, poker, sholat dhuha, sodaqoh, literasi, dll.

3. Bagaimana pelaksanaan budaya 4S?

Jawab:

4S dilakukan setiap hari, disambut sama guru-guru dari Senin sampe

Jumat kecuali hari Sabtu karena tidak ada pembelajaran.

4. Bagaimana pelaksanaan budaya green squad?

Jawab:

Gerakan adiwiyata ini didukung oleh green squad (pasukan hijau) dan

102

poker (polisi kebersihan). green squad itu memelihara tanaman yang ada

di luar, anggotanya banyak direkrut dari setiap kelas. poker polisi

kebersihan jadi mereka yang beroperasi ke setiap kelas setiap istirahat

nanti ada sampah atau tidak? Jika didapati sampah oleh tim poker maka

diambil sampahnya dan kelas itu didenda. Pokernya umum tapi direkrut

dari kelas-kelas juga.

5. Bagaimana pelaksnaan budaya Gerakan Literasi Sekolah?

Jawab:

Anak wajib setelah sholat dhuha wajib baca buku 15 menit dan anak

diwajibkan bawa buku sendiri diluar buku mata pelajaran, Nanti bukunya

di review membuat jurnal setelah tamat satu buku.

6. Bagaimana pelaksanaan budaya sholat dhuha dan sholat berjamaah?

Jawab:

Dhuha di awali dengan tadarus al-Qur’an kemudian membaca asmaul

husna lalu melaksanakan sholat dhuha dan setelahnya ada ceramah dhuha

5-7 menit.

7. Bagaimana pelaksaan sodaqoh?

Jawab:

Budaya sodaqoh atau infaq dilakukan setiap Jumat, anak belajar berinfak

anak menyumbangkan berapa pun sisa uang jajan mereka, peserta didik

yang mengkoordinir dan disetor ke coordinator.

8. Bagaimana respon peserta didik dan guru dalam pelaksanaan budaya

sekolah?

Jawab:

Alhamdulilah guru dan siswa cukup respontif dengan budaya-budaya yang

ada di sekolah anak juga antusias dan guru mendukung dan selalu ikut

serta dalam pelaksanaan budaya di sekolah, memang ada beberapa saja

yang kurang respon.

9 Akhlak apa yang tumbuh dalam diri siswa dalam menjalankan budaya

sekolah?

103

Jawab:

tidak ada tawuran di sekolah, anaknya sopan-sopan baik kepada pendidik

atau pun kepada tamu, disiplin, religious.

10. Apa faktor pendukung dalam menjalankan budaya sekolah?

Jawab:

fasilitas mendukung, kerja sama para pendidik dan peserta didik.

11. Apa faktor penghambat dalam menjalankan budaya sekolah?

Jawab:

Kurangnya dana, beberapa orang tua yang kurang mendukung anaknya

mengikuti kegiatan, siswa yang kurang respect.

12. Apa pandangan masyarakat terhadap sekolah?

Jawab:

Sampai hari ini masyarakat berpandangan positif, indikatornya adalah

banyak masyarakat yang ingin anaknya masuk SMP 2 sekolah ini rating

nomor 1 se-Kabupaten yang daftar itu sekitar 1472 siswa yang diterima

kurang lebih 300 siswa, daftarnya online yang dilihat nem dan rapot 3

mata pelajaran IPA, MTK dan bahasan dari kelas 456 tanpa ada seleksi

ujian tulis atau lisan.

Mengetahui,

Informan

(……………………….)

104

Lampiran 4

HASIL WAWANCARA KEPALA BIDANG KURIKULUM

Hari/Tanggal : Selasa, 08 November 2016

Pukul : 09.00 – 10.00

Sekolah : SMP Negeri 2 Cibinong

Informan : Siti Hulasoh, S. Pd

Pendidikan : S1

Jabatan : Kepala Bidang Kurikulum dan Guru Bahasa Inggris

No Pertanyaan

1. Apa visi, misi sekolah?

Jawab:

Menjadi sekolah unggul yang kompetitif, berkarakter yang berlandaskan

nilai-nilai religi dalam melaksanakan kegiatan.

2. Budaya apa saja yang ada di sekolah dalam mencapai visi dan misi

tersebut?

Jawab:

4S, sholat dhuha, literasi, green squad, kawasan tanpa rokok, poker.

3. Bagaimana pelaksanaan budaya 4S?

Jawab:

Kalo kegiatan ini biasanya pagi-pagi menyambut anak-anak datang,

disambut sama guru-guru dan terjadwal.

4. Bagaimana pelaksanaan budaya green squad?

Jawab:

Green squad (pasukan hijau) itu tanggung jawabnya di kebersihan dan

105

keindahan berarti ke alam. , tidak hanya menjaga tetapi juga menanam

untuk di lingkungan sekolah dan ada pasukannya. ada poker (polisi

kebersihan), ini kerjaannya setiap istirahat ngontrol kelas nanti jika ada

sampah dicatat satu sampah 10 ribu. Polisinya diambil di kelas-kelas,

dihimpun ada ketua dan pengurus dan pembimbing dari guru-guru,

5. Bagaimana pelaksnaan budaya Gerakan Literasi Sekolah?

Jawab:

Dilaksanakan pada hari Selasa-Kamis di lapangan. Gerakan membaca

literasi di luar buku-buku pelajaran jadi anak yang novel, motivasi,

inspirasi, hiburan pokoknya selain buku pelajaran. di kondisikan selama

15 menit setelah sholat dhuha dan kadang dilakukan setiap hari Senin

selama 5 menit di kelas masing-masing.

6. Bagaimana pelaksanaan budaya sholat dhuha dan sholat berjamaah?

Jawab:

Pelaksanaannya 3 hari untuk tadarus, dzikir asmaul husna dan sholat

dhuha itu 3 hari, Selasa, Rabu, dan Kamis. Sholat dhuha diawali dengan

membaca ayat-ayat al-Quran dilanjut dengan dzikir asmaul husan lalu

sholat dhuha 4 rakaat.

Zuhur dilakukan berjamaah ada yang adzan juga disini, yang pertama

adzan guru. Pelaksanaan anak-anak berkumpul untuk melaksanakan sholat

berjamaah, setelah selesai berjamaah lanjut gelombang berikutnya

bergantian karena tempatnya terbatas.

7. Bagaimana pelaksaan sodaqoh?

Jawab:

Sedekah rutin setiap Jumat, biasa dipintain sama kelas nanti dikasih ke

guru.

8. Bagaimana respon siswa dan guru dalam pelaksanaan budaya sekolah?

Jawab:

Alhamdulilah cukup respontif, mereka mendukung karena mereka juga

106

terutama yang terlibat diorganisasi mau bekerja sampai larut

9 Akhlak apa yang tumbuh dalam diri siswa dalam menjalankan budaya

sekolah?

Jawab:

Anak itu sekarang lebih santun, peduli, karakternya lebih tanggung jawab,

jujur, tutur katanya sopan.

10. Apa faktor pendukung dalam menjalankan budaya sekolah?

Jawab:

Pimpinan sekolah mendukung, fasilitas.

11. Apa faktor penghambat dalam menjalankan budaya sekolah?

Jawab:

Pembuangan akhir kadang-kadang dari dinas kebersihan suka telat

meganggut sampah jadi sampah menumpuk di sekolah.

12. Apa pandangan masyarakat terhadap sekolah?

Jawab:

Tanggapan yang ibu dengar luar biasa itu aja sekolah favorit itu dikatakan

oleh mayarakat bukan kami yang menyebutnya

Mengetahui,

Informan

(……………………….)

107

Lampiran 5

HASIL WAWANCARA KEPALA BIDANG KESISWAAN

Hari/Tanggal : Kamis, 13 Oktober 2016

Pukul : 09.00-09.30 WIB

Sekolah : SMP Negeri 2 Cibinong

Nama Informan : Ujang Muslihudin, S.Ag

Pendidikan : S1

Jabatan : Kepala Bidang Kesiswaan dan Guru Pendidikan Agama

Islam

No Pertanyaan

1. Apa visi, misi sekolah?

Jawab:

Diantaranya adalah ingin menjadikan sekolah yang unggul dalam prestasi,

kompetitif, berwawasan luas dengan nilai religi dan berkarakter.

2. Budaya apa saja yang ada disekolah dalam mencapai visi dan misi

tersebut?

Jawab:

Ada 3 nilai indikator yaitu lingkungan, karakter dan religi. Dalam

indikator lingkungan sekolah ada yang namanya green squad, didalamnya

ada poker terus ada hemat energi, Kegiatan karakter dan religi biasanya

pagi-pagi itu ada kebiasaan sholat dhuha, shodaqoh, sholat berjamaah,

literasi.

3. Bagaimana pelaksanaan budaya 4S?

Jawab:

yaitu guru membiasakan menyambut kedatangan anak-anak dari sekolah,

dan terjadwal dan stand by menyapa peserta didik jadi 4S dibiasakan

108

ketika menyambut peserta didik datang ke sekolah. Dan itu sudah

terjadwal.

4. Bagaimana pelaksanaan budaya green squad?

Jawab:

Pasukan green squad (pasukan hijau) yaitu mengkoordinir tanaman hijau

atau pun di tempat yang belum ada tanaman hijaunya di lingukungan

sekolah maupun di lingkungan kelas.

Pasukan poker (polisi kebersihan) siswa berlatih seolah polisi yang

menilang ketika melihat ada pelangaran, seperti adanya satu sampah di

ruangan kelas saja maka ada poker yang selalu berpatroli di ruangan kelas

di setiap kelas waktu istirahat pertama dan kedua apabila melihat siswa

membuang sampah sembarangan akan dikenakan denda.

5. Bagaimana pelaksnaan budaya Gerakan Literasi Sekolah?

Jawab:

Pembiasaan membaca dengan sebutan nama gerakan literasi setiap pagi

selama 15 menit dan setiap sebulan sekali selama 40 menit.

6. Bagaimana pelaksanaan budaya sholat dhuha dan sholat berjamaah?

Jawab:

Sholat berjamaah seperti zuhur, ashar. Sholat dhuha setiap pagi sebelum

memulai jam pelajaran sekitar pukul 07.00 sampai 07.30. Kemudian

pembiasaan tadarus al-Quran setiap pagi, hafalan juz ‘amma.

7. Bagaimana pelaksaan sodaqoh?

Jawab:

Kalo sodaqoh biasa yang meminta adalah siswa biasanya sodaqoh itu

dilaksanakan pada hari Jumat dan sodaqoh juga diminta untuk siswa atau

guru yang sedang berduka.

8. Bagaimana respon siswa dan guru dalam pelaksanaan budaya sekolah?

Jawab:

Sangat antusias dengan diadakannya budaya seperti ini guru sangat

mendukung sekali, sekali pun di saat bukan menjadi tugas piket guru

109

selalu menegur siswa ketika melihat pelangaran dengan cara menegurnya.

9 Akhlak apa yang tumbuh dalam diri siswa dalam menjalankan budaya

sekolah?

Jawab:

Perkembangan anak yang awalnya suka dipaksa sekarang sudah menjadi

terbiasa, yang awalnya dipaksa sekarang sudah bergerak sendiri tanpa

disuruh, religious.

10. Apa faktor pendukung dalam menjalankan budaya sekolah?

Jawab:

Faktor pendukungnya yaitu guru-guru dan siswa antusias, kepala sekolah

juga, fasilitas, dan orang tua. Tapi kadang ada aja orang tua yang melarang

gitu tapi gak banyak hanya sedikit saja.

11. Apa faktor penghambat dalam menjalankan budaya sekolah?

Jawab:

letak geografis anak berbeda-beda terkadang ada yang telat dan tidak ikut

sholat dhuha berjamaah, terkadang ada satu/dua anak yang kurang

perhatian dengan kebersihan, atau berpakaian rapih karena karakter anak

berbeda-beda.

12. Apa pandangan masyarakat terhadap sekolah?

Jawab:

Kalo melihat antutias masyarakat dalam penerimaan siswa baru di

sekolah, masyarakat menganggap sekolah ini adalah sekolah favorit di

cibinong kab. Bogor untuk negeri SMP 2 menempati posisi peringkat

pertama.

Mengetahui,

Informan

(……………………….)

110

Lampiran 6

HASIL WAWANCARA SISWA

Hari/Tanggal : Senin, 21 November 2016

Tempat : SMP Negeri 2 Cibinong/Musholah

Informan : Anil

Kelas : VIII

NO PERTANYAAN

1. Apa budaya sekolah yang diterapkan di SMP Negeri 2 Cibinong?

Jawab:

Sholat dhuha, budaya literasi, poker (polisi keberihan), green squad.

2. Nilai akhlak apa yang dapat kamu ambil dari kebiasaan pelaksanaan sholat

dhuha?

Jawab:

Iyah untuk sholat dhuha itu sendiri saya sih lebih tenang yah. dan

merupakan salah satu visi juga dari SMP Negeri 2 berlandaskan nilai-nilai

religious.

3. Nilai akhlak apa yang dapat kamu ambil dari kebiasaan pelaksanaan

Gerakan Literasi Sekolah?

Jawab:

Literasi ini dilaknakan abis sholat dhuha kan ada GLS itu, karena saya

ngebacanya ngegantung jadi di kelas saya lanjutin lagi jadi makin

berlembar-lembar bacaannya jadi sekarang lebih sering baca.

4. Nilai akhlak apa yang dapat kamu ambil dari kebiasaan pelaksanaan green

squad?

Jawab:

Pastinya menjaga kebersihan karena kata Ibu Nenden ingat lebih kreatif

karena ada tugas menata kelas dengan rapih dan nyaman dengan

111

tumbuhan.

5. Nilai akhlak apa yang dapat kamu ambil dari kebiasaan pelaksanaan

sodaqoh/infaq?

Jawab:

Untuk infaq sendiri di SMP 2 itu saling tolong secara suka rela jadi kita

peduli.

6. Nilai akhlak apa yang dapat kamu ambil dari kebiasaan pelaksanaan

poker?

Jawab:

Untuk dari polisi kebersihan itu saya jadi antisipati sama yang namanya

sampah jangan sampai sampah ada di sekitar saya dan lebih peduli

terhadap lingkungan.

7. Nilai akhlak apa yang dapat kamu ambil dari kebiasaan pelaksanaan sholat

berjamaah?

Jawab:

Sholat berjamaah karena pahalanya lebih besar yaitu 27 derajat dari pada

sholat sendiri. Trus karena diimamin sama siswa juga yang seumuran

dengan kita jadi ngerasa dia hebat udah bisa jadi imam gitu.

8. Nilai akhlak apa yang dapat kamu ambil dari kebiasaan pelaksanaan 4S

(senyum, sapa, salam, santun)?

Jawab:

Murah senyum dan sopan. karena, sopan itu bukan hanya ke kaka gelas aja

tapi semuanya guru, adik kelas, kaka kelas, teman semua warga SMP 2

pasti menjaga yang namanya sopan santun. Karena pas pertama kali masuk

guru-guru selalu mencontohkan.

9. Bagaimana pandangan kamu terhadap akhlak siswa-siswi SMP 2 ?

Jawab:

Untuk budaya membuang sampah temen-temen antusias dan baik-baik.

10. Apa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan budaya di SMP

Negeri 2 Cibinong?

Jawab:

112

Untuk faktor pendukungnya guru-guru mendukung,

Faktor penghambat cuaca juga jadi poker tidak bisa berjalan karena becek,

trus karena kelasnya di pel kalo petugas masuk jadi kelasnya kotor lagi.

Mengetahui,

Informan

(……………………….)

113

Lampiran 7

HASIL WAWANCARA SISWA

Hari/Tanggal : Senin, 21 November 2016

Tempat : SMP Negeri 2 Cibinong/Musholah

Informan : Vega

Kelas : IX

NO PERTANYAAN

1. Apa budaya sekolah yang diterapkan di SMP Negeri 2 Cibinong?

Jawab:

Upacara senin, upacara hari Nasional, sholat dhuha, literasi, poker, green

squad, shodaqoh atau infaq.

2. Nilai akhlak apa yang dapat kamu ambil dari kebiasaan pelaksanaan sholat

dhuha?

Jawab:

Pertama pastinya meningkatkan keagamaan, terus disiplin. Awalnya aku

males karena suka banyak tugas dari guru yang aku engga bisa akhirnya

belum selesai, tapi sekarang sudah terbiasa engga enak kalo ninggalin

sholat.

3. Nilai akhlak apa yang dapat kamu ambil dari kebiasaan pelaksanaan

Gerakan Literasi Sekolah?

Jawab:

Aku jadi suka baca sii soalnya di buku-bukuan banyak nilai-nilai

pedidikannya jadi bagus banget, udah gitu ada penghargaan dari sekolah.

4. Nilai akhlak apa yang dapat kamu ambil dari kebiasaan pelaksanaan green

squad?

Jawab:

Aku sekarang kalo liat tanaman kering gak betah aku ganti dengan

114

tanaman yang baru yang hijau, kemudian juga kan green squad itu suka

ada program buat menghias kelas jadi kita biasa kreatif sii untuk menghias

kelas dengan tumbuhan hijau terus kelas juga jadi lebih nyaman. Soalnya

green squad itu akan program 3R (Recycle, Reused, Reforestation).

5. Nilai akhlak apa yang dapat kamu ambil dari kebiasaan pelaksanaan

sodaqoh/infaq?

Jawab:

Pertama aku jadi peduli soalnya infak dimintai juga untuk siswa atau guru-

guru yang sedang berduka, terus uangnya juga biasanya dikasih ke anak

yatim dan buat beli karpet juga, jadi uangnya itu berguna aku juga jadi mau

buat berinfaq.

6. Nilai akhlak apa yang dapat kamu ambil dari kebiasaan pelaksanaan

poker?

Jawab:

Jadi engga buang sampah sembarangan, terus juga suka ngingetin temen-

temen buat jangan buang sampah sembarangan soalnya kalo buang sampah

di kelas nanti yang di denda itu kelas pastinya bayarnya pake uang kas kan.

Jadi lebih peduli lingkungan aja dan peduli sama temen sii buat ngingetin.

7. Nilai akhlak apa yang dapat kamu ambil dari kebiasaan pelaksanaan sholat

berjamaah?

Jawab:

Iya pasti lagi-lagi meningkatkan keagamaan

8. Nilai akhlak apa yang dapat kamu ambil dari kebiasaan pelaksanaan 4S

(senyum, sapa, salam, santun)?

Jawab:

Pertama jadi lebih menghormati orang lain, terus jadi sopan juga kan

dibiasakan untuk menerapkan 4S itu di sekolah baik ke guru, temen, adik

kelas, kaka kelas, atau temen. Jadi aku praktekin ke orang lain yaa lebih

bersahabat sama orang lain apalagi ke temen.

9. Bagaimana pandangan kamu terhadap akhlak siswa-siswi SMP 2 ?

115

Jawab:

Sebenarnya biasa aja baik, terus patuh juga sama peraturan sekolah tapi

gitu kadang ada aja yang suka gelanggar tapi engga banyak

10. Apa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan budaya di SMP

Negeri 2 Cibinong?

Jawab:

Kalo pendukungnya itu ada guru-guru teman semasa organisasi juga

mendukung, orang tua juga mendukung, tapi orang tua juga kadang jadi

penghambat anaknya dilarang ikut kegiatan, kemudian itu tadi siswanya

suka ngeyel.

Mengetahui,

Informan

(……………………….)

116

Lampiran 8

HASIL WAWANCARA SISWA

Hari/Tanggal : Senin, 21 November 2016

Tempat : SMP Negeri 2 Cibinong/Musholah

Informan : Winilla

Kelas : IX

NO PERTANYAAN

1. Apa budaya sekolah yang diterapkan di SMP Negeri 2 Cibinong?

Jawab:

Senin biasa upacara, Selasa Rabu Kamis biasanya melaksanakan sholat

dhuha, gerakan literasi, terus kalo Jumat itu bergantian 2 minggu baca

yāsin dan 2 minggu olahraga tapi bergantian setiap seminggu sekali,

ahodaqoh dilakukan pada setiap hari Jumat.

2. Nilai akhlak apa yang dapat kamu ambil dari kebiasaan pelaksanaan sholat

dhuha?

Jawab:

Kalo aku sih jadi lebih disiplin karena sholat dhuha kan di mulainya pagi.

Terus meningkatkan keagamaan juga sih engga enak ninggalinnys karena

udah terbiasa jadi di sekolah sholat dhuha di rumah juga sholat dhuha.

3. Nilai akhlak apa yang dapat kamu ambil dari kebiasaan pelaksanaan

Gerakan Literasi Sekolah?

Jawab:

Jadi suka membaca, selain itu juga jadi mudah buat ngerjain tugas kaya

misalnya kan ada tugas bahasa Indonesia disuruh membuat karangan,

karena sering membaca akhirnya dapat bahasa yang bagus, terus tadinya

engga suka baca jadi suka baca hehe.

4. Nilai akhlak apa yang dapat kamu ambil dari kebiasaan pelaksanaan green

117

squad?

Jawab:

kalo green squad aku juga jadi menjaga lingkungan, klo green squad itu

kan lebih ke tanaman kalo poker lebih ke kebersihan dari sampah dan

lingkungan, terus aku juga jadi engga betah kalo liat tumbuhan sudah

kering jadi aku siram.

5. Nilai akhlak apa yang dapat kamu ambil dari kebiasaan pelaksanaan

shodaqoh/infaq?

Jawab:

Kalo shodaqoh uangnya juga berguna untuk yang lain jadi pastinya aku

juga peduli dan mau untuk bershodaqoh.

6. Nilai akhlak apa yang dapat kamu ambil dari kebiasaan pelaksanaan

poker?

Jawab:

Pertama pastinya jadi engga buang sampah sembarangan, terus aku juga

kan anggota poker jadi aku suka kasih tahu teman-teman jangan

membuang sampah sembarangan, soalnya lumayankan itungannya sampah

sekecil permen sudah di denda sepuluh ribu.

7. Nilai akhlak apa yang dapat kamu ambil dari kebiasaan pelaksanaan sholat

berjamaah?

Jawab:

Kalo sholat berjamaah iya jadi ngerasa lebih dekat aja dengan Allah

8. Nilai akhlak apa yang dapat kamu ambil dari kebiasaan pelaksanaan 4S

(senyum, sapa, salam, sopan, santun)?

Jawab:

Jadi lebih sopan aja sih soalnya sudah dibiasakan 4S (senyum, sapa, salam,

santun) ini dibiasakan ke guru, teman, kaka kelas, adik kelas, tamu dan

warga sekolah lainnya, terus perkataannya juga di atur dulu supaya sopan

dan tidak berkata-kata kasar.

9. Bagaimana pandangan kamu terhadap akhlak siswa-siswi SMP 2 ?

118

Jawab:

Semuanya baik-baik dan patuh sama peraturan yaa memang ada aja

beberapa anak yang sudah dibilanginnya dan ngeyel, tapi itu gak banyak

hanya beberapa aja dan itu juga sudah dibilangin supaya tidak mengulang

kesalahannya lagi misalnya, suka ada yang pake baju dikeluarin gitu.

10. Apa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan budaya di SMP

Negeri 2 Cibinong?

Jawab:

Kalo pendukung guru-guru mendukung, terus kalo ada program-program

baru juga semuanya mendukung.

Kalo pengahambat, itu tadi kadang siswanya suka susah dibilangin, udah

gitu kadang orang tuanya juga ada yang pernah bilang “masa satu sampah

sepuluh ribu” gitu padahal itu diterapkan yaa biar gak pada buang sampah

sembarangan nah itu jadi penghambat juga tapi hanya beberapa aja sih

engga banyak.

Mengetahui,

Informan

(……………………….)

119

Lampiran 9

Catatan Lapangan

Hari/Tanggal : Selasa, 08 November 2016

Tempat : Lapangan Utama

Kegiatan : Sholat Dhuha (07.00-07.40)

Peserta didik membuat shaf di lapangan utama, peserta didik laki-laki di

sebelah kiri dan peserta didik perempuan di sebelah kanan untuk melaksanakan

kegiatan sholat dhuha bersama dengan guru-guru. Peserta didik yang sedang

berhalangan (menstruasi) duduk di belakang peserta didik yang melaksanakan

sholat dhuha. Seluruh peserta didik saat kegiatan sholat dhuha sudah memegang

bukubacaannya untuk program literasi.

Sebelum pelaksanaan sholat dhuha, peserta didik membaca dzikir asmaul

husna, setelah membaca dzikir asmaul husna peserta didik langsung

melaksanakan sholat dhuha secara individu. Pembacaan doa setelah sholat dhuha

di pimpin oleh siswa secara bergantian setiap harinya. Pelaksanaan sholat dhuha

dilakukan secara tertertib dan kondusif.

120

Lampiran 10

Catatan Lapangan

Hari/Tanggal : Selasa, 08 November 2016

Tempat : Lapangan Utama

Kegiatan : Gerakan Literasi Sekolah (07.40-08.00)

Peserta didik membawa buku bacaannya masing-masing. Setia Individu

membaca satu buku sesuai dengan buku yang dibawanya. Kegiatan literasi

dilaksanakan selama 15-20 menit. Situasi dan kondisi dalam pelaksanaan kegiatan

Gerakan Literasi berjalan dengan baik, diiringi dengan suasana yang sejuk dan

teratur. Tetapi, ada beberapa siswa yang tidak serius dalam membacamasih ada

yang suka mengobrol dan bercanda dengan teman di dekatnya.

Setelah kegiatan literasi dilaksanakan, peserta didik mendapat tugas untuk

menggulung karpet secara bergantian. Saat saya berkunjung ke sekolah siswa

yang menggulung adalah kelas 7 maka selanjutnya adalah tugas kelas 9 dan kelas

8 begitu berulang-ulang dan terjadwal.

121

Lampiran 11

Catatan Lapangan

Hari/Tanggal : Selasa, 08 November 2016

Tempat : Ruang Kelas

Kegiatan : Kebersihan

Saat memasuki ruang kelas, peserta didik diwajibkan untuk membuka

sepatu dan diletakan di depan kelas. Keadaan kelas rapih dan bersih dan terdapat

beberapa struktur kelas, jadwal piket dan pohon guelis yaitu berupa gambar pohon

yang terbuat dari kertas pohon serta pojok literasi sebagai tempat baca anak yang

digunakan untuk kegiatan literai siswa. Tidak hanya itu di kelaspun terdapat

pohon-pohon di pot yang berada di pojok dekat pintu masuk, yang merupakan

program dari green squad.

122

Lampiran 12

Catatan Lapangan

Hari/Tanggal : Selasa, 08 November 2016

Tempat : Halaman Sekolah

Kegiatan : Green Squad

Saat melakukan observasi peneliti melihat tanaman-tanaman di sekeliling

lingkungan sekolah seperti: taman, kelas, depan kelas, ruang guru, perpustakaan

dan di sudut-sudut sekolah. Tanaman yang ada berupa tanaman pot yang besar

yang sengaja di letakan agar dapat menciptakan udara yang segar. Tanaman yang

ada di sekolah adalah tanaman yang hijau dan segar dan terwat.

Kemudian ada tanam vertikan yaitu taman yang dibuat oleh siswa dalam

melaksanakan program green squad berisi tanaman dari pot-pot kecil dan ada pula

yang ditanam langsung. Selain itu terdapat pula tanaman yang menggantung di

tombok yang wadahnya terbuat dari aqua beks minum siswa yang dengan sengaja

dikumpulkan untuk dimanfaatkan kembali.

Pohon-pohon yang ada disekolah dirawat dengan baik oleh pasukan yang

bertanggung jawab dengan cara menyiramnya. Cara menyiram tanaman di

sekolahpun dari air yang dikumpulkan dari wudhu siswa. Sehingga air tidak

terbuang-buang dan dapat melakukan penghematan.

123

Lampiran 13

Catatan Lapangan

Hari/Tanggal : Selasa, 08 November 2016

Tempat : keliling Sekolah

Kegiatan : -

Saat berkeliling sekolah peneliti juga banyak menemukan tulisan-tulisan

yang mendukung program budaya sekolah yang diterapkan, seperti tulisan yang

terkait buadaya agama, lingkungan dan akademik. tulisan-tulisan itu berupa

motivasi dalam beribada, belajar, dan penghematan energi. Selain itu terdapat juga

tulisan doa-doa dan asmaul husna yang berjejer satu persatu di setiap tembok

ruangan.

Selain itu terdapat ember-ember di bawah keran yang digunakan untuk

memapung air wudhu siswa, sehingga air tidak terbuang sia-sia dan dapat

digunakan untuk menyiram tanaman yang ada disekililing sekolah. Selain itu juga

air yang ditampung menjadi salah satu cara untuk menghemat energi sekolah.

Sehingga program kegiatan lainnya saling membatu dan bekerja sama.

124

Lampiran 14

Catatan Lapangan

Hari/Tanggal : Selasa, 08 November 2016

Tempat : Gerbang Sekolah

Kegiatan : 4S (senyum, alam, sapa, santun)

Peserta didik berdatangan sebelum pukul 07.00, dengan beberapa pendidik

yang sudah berjejer menyambut kedatangan anak dengan senyuman. Peserta didik

datang kemudian satu persatu saling menyapa dan bersalaman dengan pendidik

yang menyambutnya.

Dalam melaksanakan kegiatan ini, peserta didik diwajibkan datang jam 6

yaitu sebelum peserta didik sampai di sekolah, wakil kepala sekolah selalu

berperan dalam kgiatan ini dan selalu ada setiap hari untuk menyambut

kedatangan siswa meskipun sudah ada petugas bertanggung jawab untuk menyapa

kedatangan siswa dari pendidik.

Suasana yang terjadi saat kegiatan berlangsung sangat baik, terasa adanya

keharmonisan, terdapat rasa saling menyayangi dan saling peduli satu dengan

yang lainnya.

BIODATA PENULIS

Rini Fadilah, lahir di Bogor, pada tanggal 26 Agustus

1993. Penulis merupakan anak ketiga dari enam bersaudara

dari pasangan Baharuddin dan Hj. Amanih, keduanya

orang tuanya lahir di Bogor yang berdarah Betawi.

Sekarang penulis tinggal bersama ayah dan ibunya yang

beralamat di Gg. Noble, kp. Pondok Manggis RT 003/02

No. 24, Desa Bojong Baru, Kec. Bjong Gede, Kab. Bogor.

Penulis menyelesaikan pendidikan Madrasah Ibtidaiyah di MI al-Falah pada tahun

2005 di daerah Bogor. Setelah lulus Madarash Ibtidaiyah, penulis melanjutkan ke

jenjang Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah di Pondok Pesantren

Qorun Nada yang terletak di daerah Depok, dan lulus pada tahun 2011. Setelah

lulus, penulis mengabdi di pondok selama satu tahun atas permintaan pimpinan

pondok. Setelah itu, penulis memutuskan untuk melanjutkan studinya ke jenjang

perguruan tinggi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan

Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, dan ia

menamatkan studi SI nya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Tahun 2017.

Mengenai pengalaman organisasinya, penulis semasa SMA menjadi pengurus

Gerakan Pramuka Qotrun Nada (GPQN) masa bakti 2010-2011 sebagai Ketua

Kepengurusan. Selain itu, penulis juga aktif mengikuti organisasi Himpunan

Mahasiswa Jurusan (HMJ) Pendidikan Agama Islam masa bakti 2012-2013. Dan

saat menjalani perkuliahan hingga sekarang penulis aktif dalam mengikuti

organisasi kepramukaan. Sekian dari penulis, semoga apa yang telah di tulis

bermanfaat bagi para pembaca.


Recommended