Date post: | 09-Jan-2023 |
Category: |
Documents |
Upload: | khangminh22 |
View: | 0 times |
Download: | 0 times |
PEMBENTUKAN AKHLAK MELALUI BUDAYA SEKOLAH
DI SMP NEGERI 2 CIBINONG
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana
Pendidikan
Oleh
Rini Fadilah
NIM 1112011000084
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
i
ABSTRAK
Rini Fadilah (NIM: 1112011000084). Pembentukan Akhlak Melalui Budaya
Sekolah di SMP Negeri 2 Cibinong. Skripsi. Pendidikan Agama Islam,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode yang digunakan sekolah
dalam membentuk akhlak peserta didik di SMP Negeri 2 Cibinong, dan akhlak
peserta didik yang terbentuk. Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif.
Penelitian ini mendeskripsikan tentang pembentukan akhlak melalui budaya sekolah
di SMP Negeri 2 Cibinong. Metode yang digunakan untuk memperoleh data dalam
penelitian ini adalah dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian
ini membuktikan bahwa metode yang digunakan sekolah dalam pembentukan akhlak
peserta didik melalui budaya sekolah di SMP Negeri 2 Cibinong adalah melalui
tahap-tahap pembiasaan dengan melaksanakan kegiatan yang diwajibkan oleh
sekolah, memberikan tugas, memberikan hukuman bagi pelanggar, memberi
penghargaan bagi peserta didik yang berprestasi, teladan dan nasehati serta
membimbing. Adapun pembiasaan yang ada di sekolah berupa budaya menanam
tanaman, tidak membuang sampah sembarangan, budaya senyum, sapa, sholat dhuha,
sholat berjamaah, infaq atau sodaqoh dan membaca. Hasil yang dicapai setelah
melakukan budaya sekolah adalah perubahan afektif dan akademik terhadap peserta
didik ke arah yang lebih baik, akhlak peserta didik semakin meningkat, tingkat
kedisiplinan semakin tinggi, dan terbentuk beberapa akhlak lainya seperti tanggung
jawab, peduli lingkungan, peduli sosial, kreatif dan gemar membaca. Faktor
pendukung proses pembentukan akhlak di SMP Negeri 2 Cibinong adalah komitmen
bersama, antusias peserta didik dan motivas orang tua. Sedangkan faktor
penghambatnya adalah beberapa oknum peserta didik yang kurang respect, beberapa
orang tua yang kurang memotivasi anaknya, kurangnya pendanaan sekolah, letak
geografis rumah yang terlalu jauh. Dengan demikian dapat disimpulkan, tahapan-
tahapan pembentukan akhlak melalui budaya sekolah memiliki konstribusi yang baik
untuk membantu membentuk akhlak yang baik bagi diri peserta didik.
ii
Kata Pengantar
Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah
memberikan nikmat kepada hambanya hingga tidak terhitung jumlah dan
kadarnya, memberikan kami waktu sampai detik ini sehingga kami masih dapat
menjalankan kewajiban yaitu menuntut ilmu. Sholawat dan salam tak lupa kami
sampaikan kepada baginda alam pejuang umat Islam Nabi Muhammad SAW yang
menunjukan kepada kami jalan kebenaran yang diridhoi Allah Swt.
Suatu kebanggaan tersendiri bagi penulis yang telah menyelesaikan
penulisan karya ilmiah ini, Terselesaikannya karya ilmiah ini merupakan hasil
yang tidak lepas dari dukungan banyak pihak yang telah membantu baik secara
langsung maupun tidak langsung berupa doa, semangat, sumbangan pemikiran,
maupun bahan-bahan yang dibutuhkan bagi penyempurnaan karya ilmiah. Oleh
karena itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada beberapa pihak
yang membantu dalam penulisan karya ilmiah ini. Rasa terima kasih tersebut
penulis sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.A dan Hj. Marhamah Shaleh, L.c, M.A, selaku
Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Muhammad Dahlan, M. Hum, selaku dosen pembimbing akademik yang
memberikan arahan, motivasi untuk selalu semangat dan segera
menyelesaikan karya ilmiah ini.
iii
5. Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M. A, selaku dosen pembimbing yang telah sabar
memberikan arahan dan meluangkan waktu dalam proses bimbingan hingga
penulis menyelesaikan ilmiah ini.
6. Nina Nurmasari, S.Pd, M.Pd, selalu kepala SMP Negeri 2 Cibinong, yang
telah mengizinkan dan memberikan kesempatan penulis untuk mengadakan
penelitian di sekolah tersebut. Semoga amal baik ibu memudahkan penulis
melaksanakan penelitian, menjadi jalan mudah ibu untuk menuju jalan ke
surga, amin.
7. Kedua orang tua yaitu ayahanda Bapak Baharuddin dan ibunda Hj. Amanih
yang aku cintai, terima kasih tak terhingga atas curahan cinta kasih dan doa
yang senantiasa terlantun mengiringi ayunan langkah penulis dalam
menggapai cita. Yang telah banyak memberikan semangat, motivasi meteri
dan moril dengan penuh keihklasan dan kasih sayang, semoga Allah Swt
selalu memberikan rahmat, perlindungan dan surga atas segala keikhlasan dan
ketulusan beliau berdua.
8. Kakak-kakakku tersayang Syaiful Anwar dan Khoirul anwar, dan adik-adik
yang teteh banggakan Miftahul Anwar, Lu’lu’ul Anwar dan Rizky Makiyatul
Akbar. Terima kasih atas motivasi yang kalian berikan semoga Allah selalu
memberikan kesuksesan untuk kalian semua.
9. Keluarga PAI C dan seluruh teman-teman Pendidikan Agama Islam angkatan
2012 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas segala
motivasi dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
Semoga Allah membukakan pintu kesuksesan untuk kita semua.
10. Een Hujaemah, Nurul Zairina Luthfiah, Fuji Islami, Syifa Syarifah, Nurmala,
dan Ranti Tri Kandita selaku teman yang menjadi sahabat bahkan seperti
saudara yang selalu memberikan motivasi serta hiburan di saat penat
bersinggah dalam menyelasaikan karya ilmiah ini. Semoga Allah menjadikan
segala kebaikan mereka sebagai pemberat amal kebajikan bagi kita semua,
amin.
iv
Terima kasih pula pada seluruh pihak yang membantu yang namanya
penulis tidak dapat sebutkan satu persatu. Semua amal baik ada imbalannya,
semoga Allah meridhoi jalan kalian dan mendapat balasan yang setimpal amiin.
Al-Insānu mahalul khata wa an-nisyān, dalam istilah bahasa Arab. Tak ada
gading yang tak retak, dalam istilah bahasa Indonesia. No body is perfect because
the man is not an angel, dalam istilah bahasa Inggris. Penulis menyadari penulisan
karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, penulis mohon
maaf yang seluas-luasnya dan mengharapkan kritik serta saran yang membangun
demi penyempurnaan karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan kontribusi wawasan bagi
cakrawala ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Ciputat, 03 Januari 2017
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
SURAT PERNYATAAN PENULIS
ABSTRAK ................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. v
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
B. Identifikasi, Batasan dan Rumusan Masalah ................................................. 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................................... 8
D. Penelitian Relevan .......................................................................................... 9
BAB II : KAJIAN TEORI TENTANG PEMBENTUKAN AKHLAK
DAN BUDAYA SEKOLAH
A. Pengertian Akhlak .......................................................................................... 11
1. Pengertian Akhlak .................................................................................... 11
2. Dasar Akhlak ............................................................................................ 13
3. Tujuan Pembentukan Akhlak ................................................................... 14
4. Ruang Lingkup Pembentukan Akhlak ..................................................... 15
5. Metode Pembentukan Akhlak .................................................................. 18
6. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak ................................. 20
B. Pengembangan Nilai-Nilai Akhlak ................................................................ 26
C. Pengertian Budaya Sekolah............................................................................ 33
D. Unsur-Unsur Budaya Sekolah ........................................................................ 14
vi
BAB III : METODELOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitia....................................................................... 38
B. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................................ 38
C. Unit Analisis .................................................................................................. 39
D. Sumber Data ................................................................................................... 39
E. Teknik Pengumpulam Data ............................................................................ 40
F. Teknik Keabsahan dan Analisis Data ............................................................ 41
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SMP Negeri 2 Cibinong ................................................... 43
1. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 2 Cibinong ............................................ 43
2. Visi, Misi dan Tujuan SMP Negeri 2 Cibinong ....................................... 45
3. Kurikulum dan Proses Pembelajaran SMP Negeri 2 Cibinong ............... 49
4. Keadaan Pendidik dan Peserta Didik SMP Negeri 2 Cibinong ............... 49
5. Keadaan Sarana dan Prasarana SMP Negeri 2 Cibinong ......................... 49
B. Deskripsi Data ................................................................................................ 54
C. Temuan Penelitian .......................................................................................... 75
D. Pembahaan Hasil Penelitian ........................................................................... 82
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................... 93
B. Kritik dan Saran ............................................................................................. 94
DAFTRA PUSTAKA ............................................................................................... 95
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Jumlah Pendidik ........................................................................................ 49
Tabel 4.2 Jumlah Peserta Didik KelasVII ................................................................. 51
Tabel 4.3 Jumlah Peserta Didik KelasVIII ............................................................... 52
Tabel 4.4 Jumlah Peserta Didik Kelas IX ................................................................. 52
Tabel 4.5 Gedung Sekolah ........................................................................................ 53
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Sumber Penelitian: Taman Vertikal ....................................................... 54
Gambar 4.2 Sumber Penelitian: Tanaman Green Squad ............................................ 55
Gambar 4.3 Sumber Penelitian: Kawasan Tanpa Rokok ........................................... 58
Gamvar 4.4 Sumber Penelitian: Budaya 4s............................................................... 60
Gambar 4.5 Sumber Penelitian: Kegiatan Sholat Dhuha ........................................... 62
Gambar 4.6 Sumber Penelitian: Kegiatan Sholat Dhuha .......................................... 61
Gambar 4.7 Sumber Penelitian: Kegiatan Gerakan Literasi ...................................... 63
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Intrumen Wawancara Guru .................................................................... 99
Lampiran 2 Intrumen Wawancara Siswa ................................................................... 100
Lampiran 3 Hasil Wawancara Wakil Kepala Sekolah ............................................... 101
Lampiran 4 Hasil Wawancara Kepala Bidang Kurikulum ........................................ 104
Lampiran 5 Hasil Wawancara Kepala Bidang Kesiswaan ......................................... 107
Lampiran 6 Hasil Wawancara Siswa ......................................................................... 110
Lampiran 7 Hasil Wawancara Siswa ......................................................................... 113
Lampiran 8 Hasil Wawancara Siswa ......................................................................... 116
Lampiran 9 Catatan Lapangan ................................................................................... 119
Lampiran 10 Catatan Lapangan ................................................................................. 120
Lampiran 11 Catatan Lapangan ................................................................................. 121
Lampiran 12 Catatan Lapangan ................................................................................. 122
Lampiran 13 Catatan Lapangan ................................................................................. 123
Lampiran 14 Catatan Lapangan ................................................................................. 124
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring berjalannya waktu, sekolah dituntut untuk menciptakan sumber daya
manusia yang berkualitas, manusia yang berkualitas diciptakan melalui
pendidikan. Pendidikan yang dimaksud bukan hanya pendidikan yang berkaitan
dengan pengetahuan saja, tetapi pendidikan yang mengacu kepada pembentukkan
pola prilaku siswa yaitu pendidikan Akhlak.
Menurut Omar Muhammad Toumy Assyaibani (2004:30), mengartikan
pendidikan sebagai perubahan yang diinginkan dan diusahakan oleh proses
pendidikan, baik pada tataran tingkah laku individu maupun pada tataran
kehidupan sosial serta tataran relasi dengan alam sekitar, atau pengajaran sebagai
aktivitas asasi dan proporsi di antara profesi di masyarakat. Pendidikan
menfokuskan perubahan tingah laku manusia yang konotasinya pada pendidikan
akhlak.1
Dalam UU N0. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang sistem pendidikan
nasional mendefinisikan “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.2
Dalam undang-undang tersebut juga disebutkan, pendidikan memiliki tujuan
yang tertera pada pasal 3 yang berbunyi “Pendidikan nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
1 Tatang S, Ilmu Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2012), h. 13.
2 Undang-undang Republik Indonesia, No.20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan
Nasioanal.
2
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.3
Menurut pandangan Islam, tujuan pendidikan adalah untuk menjadikan
manusia sebagai hamba Allah, sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah:
Artinya:”Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk
menyembah” (Q.S. adh-Dhariyat, 51:56).4
Dalam hadits Rasullullah SAW:
Artinya: “Bahwasanya aku diutus (Allah) untuk menyempurnaan keluhuran budi
pekerti.” (HR. Ahmad).5
Dari peryataan di atas tujuan pendidikan nasional beriringan dengan tujuan
pendidikan Islam yaitu dalam undang-undang, ayat dan hadits tersebut sangat
nyata bahwasanya selain menciptakan manusia yang memiliki ilmu pengetahuan,
manusia di dunia ini juga diciptakan agar menjadi makhluk yang bertakwa,
berakhlah mulia dan memiliki akhlak yang baik.
Pendidikan karakter atau akhlak bukanlah sebuah topik baru dalam dunia
pendidikan. Berdasarkan penelitian sejarah dari seluruh negara yang ada di dunia
ini, pendidikan memiliki dua tujuan, yaitu membimbing para generasi muda untuk
menjadi cerdas, dan memiliki perilaku baik. Kata cerdas dan baik bukanlah dua
kata yang sama, cerdas condong pada kemampuan menguasi ilmu pengetahuan,
sedangkan baik condong pada prilaku manusia itu sendiri.
3 Undang-undang Republik Indonesia, No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan
Nasioanal. 4 Al-Qur’anul Karim
5 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015), cet. 15, h. 2.
3
Sejak zaman plato, para pemegang kekuasaan telah membuat suatu
kebijakan mengenai pendidikan akhlak. Pendidikan itu dibuat sebagai bagian
utama dari pendidikan sekolah. Mereka telah mendidik akhlak masyarakat setara
dengan pendidikan intelegensi, mendidik kesopanan setara dengan pendidikan
literasi, mendidik kebijakan setara dengan pendidikan ilmu pengetahuan. Mereka
pun telah mencoba untuk membentuk masyarakat yang dapat menggunakan
intelegensi mereka untuk memberikan manfaat baik bagi masyarakat maupun bagi
dirinya sendiri sebagai bagian dari masyarakat yang membangun kehidupan yang
lebih baik.6
Usaha memperbaiki moralitas anak bangsa. Kementrian Pendidikan
Nasional berupaya menekankan pendidikan akhlak di sekolah. Nyatanya,
kehidupan saat ini, manusia sudah kembali pada kehidupan jahiliah, di mana
prilaku-prilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku justru
dilakukan tanpa berpikir secara mendalam dan menelaah konsekuensi yang akan
diterima. Banyak peristiwa yang menggambarkan hal-hal yang berada di luar
norma atau syariat yang telah dianjurkan oleh agama, baik di lingkungan
keluarga, pendidikan atau pun masyarakat. Berita pendidikan yang beredar saat
ini adalah kasus penganiayaan peserta didik kepada pendidik dan pelecehan
seksual. Tidak hanya itu tindakan peserta didik yang seperti mencontek, berlaku
tidak sopan, berkata kasar, dan membuli teman merupakan fakta bahwa moralitas
bangsa ini seolah telah rapuh dan tergadaikan di tengah arus deras kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Dari paparan di atas, nampaknya tidak ada hubungan antara ilmu
pengetahuan dengan tingkah laku manusia. Prilaku yang buruk, perbuatan yang
melanggar norma sosial, hukum, dan agama jelas haram hukumnya. Semua orang
mengetahui bahwa contoh prilaku di atas merupakan perbuatan buruk tapi
mengapa masih tetap bermunculan dan dilanggar. Pola pikir itulah yang menjadi
pertanyaan besar bagi perkembangan moral dewasa ini. Kesadaran terhadap ilmu
6 Thomas Lickona, Education for Character (Mendidik untuk Membentuk Karakter), (Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2013), cet. 3, h. 7-8.
4
yang diketahui tidak berbanding lurus dengan aplikasi. Padahal nilai-nilai itu
telah diajarakan di lembaga pendidikan mulai dari tingkat paling rendah sampai
perguruan tinggi. Ini menggambarkan bahwa sekolah kita belum menjadikan ilmu
pengetahuan sebagai sesuatu yang menjadi budaya prilaku di sekolah.7
Sejatinya ilmu yang telah diajarkan di sekolah dapat dijadikan sebagai
benteng dan membudaya. Sekolah harus mampu menerapkan diri sebagai
miniatur budaya dalam masyarakat. Sekolah tidak hanya mengajarkan ilmu
pengetahuan, tapi juga membudayakan ilmu untuk perilaku peserta didik. Sekolah
harus menjadi bagian terpenting dalam proses perkembangan dan kemajuan
masyarakat. Sekolah tidak harus teralienasi dari masyarakat.
Sampai saat ini, masyarakat masih meyakini bahwa sekolah merupakan
pusat pendidikan nilai-nilai. Kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat, tentu
saja menjadi sebuah kehormatan bagi sekolah. Namun, yang sering dilakukan
para penyelenggara pendidikan adalah mentransfer ilmu dari otak pendidik ke
otak peserta didik dan melupakan bagaimana sebuah sekolah menjadi pusat kreasi
dan membangun nilai-nilai pendidikan serta menciptakan karakter yang baik bagi
warganya.
Menurut Harry Tjahjono, dalam bukunya “Menjadi Pendekar di Atas
Pendekar” sudah waktunya pihak penyelengara pendidikan beserta civitas
akademika memikirkan tentang budaya sekolahnya masing-masing. Ini bukan
sesuatu yang berlebihan. Sebab, sangat memungkinkan dengan adanya budaya
sekolah dapat memberikan efek lain yang positif. misalnya para peserta didik
tidak terlalu mudah mengikuti nafsu-nafsu influsnya dalam sosialisasi seperti
perbuatan asusila, tawuran antar pelajar atau penyimpangan perilau lainnya.8
Proses pembudayaan (enkulturasi) adalah upaya membentuk prilaku dan
sikap seseorang yang didasari oleh ilmu pengetahuan, keterampilan sehingga
setiap individu dapat memainkan perannya masing-masing. Dengan demikian,
7 Ibid., h. 7-8.
8 Syahraini Tambak, Membangun Bangsa Melalui Pendidikan, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2013), cet. 1, h. 89.
5
ukuran keberhasilan pembelajaran dalam konsep enkulturasi adalah perubahan
prilaku peserta didik. Hal ini sejalan dengan empat pilar pendidikan yang
dikemukakan oleh Unesco, belajar bukan hanya untuk tahu (to know), tetapi juga
menggiring peserta didik untuk dapat mengaplikasikan pengetahuan yang
diperoleh secara langsung dalam kehidupan nyata (to do), belajar untuk
membangun jati diri (to be), dan membentuk sikap hidup dalam kebersamaan
yang harmoni (to live together).9
Upaya pemerintah dalam membangun sikap peserta didik tercantum dalam
kurikulum 2013 yang tertera pada kompetensi inti 1 dan 2. Yaitu, peserta didik
harus memiliki sikap spiritual (agama) dan sikap sosial (masyarakat). Sikap yang
menjadi tujuan utama dalam pendidikan saat ini tidak akan tercapai jika tidak ada
usaha dan dukungan dari masing-masing lembaga sekolah untuk
mengembangkannya. Untuk itu, pembelajaran berlangsung secara konstrukvis
(developmental) yang di dasari oleh pemikiran bahwa setiap individu merupakan
bibit potensial yang mampu berkembang secara mandiri.
Tugas pendidikan adalah memotivasi agar peserta didik mengenali
potensinya sedini mungkin dan menyediakan pelayanan yang sesuai dengan
potensi yang dimiliki serta mengarah pada persiapan menghadapi tantangan masa
depan. Pendidikan mengarah pada pembentukan akhlak, performa yang konkrit
dan terukur yang berkembang dalam tiga ranah kemampuan, yaitu: kognitif,
afektif dan psikomotor.10
Oleh karena itu, untuk menunjang terbentuknya sikap
siswa, lembaga harus menerapkan budaya-budaya sekolah yang mendidik agar
menciptakan prilaku peserta didik yang baik dan membentuk akhlak pada masing-
masing individu.
Banyak yang tidak menyadari bahwa sistem pendidikan di Indonesia
sebetulnya hanya menyiapkan para peserta didik untuk masuk ke jenjang
perguruan tinggi atau hanya untuk mereka yang mempunyai bakat pada potensi
akademik yang tinggi saja. Hal ini terlihat dari bobot mata pelajaran yang
9 Zulfikri Anas, Sekolah untuk Kehidupan, (Jakarta: AMP Press, 2013), cet. 1, h. 198.
10 Ibid., h. 199.
6
diarahkan kepada pengembangan dimensi akademik peserta didik yang hanya
diukur dengan kemapuan matematika dan abstraksi (kemampuan bahasa dan
menghafal).11
Dari awal tahun 2016, sedikitnya ada beberapa kasus yang menjadi sorotan
media, mulai dari orang tua dan anaknya sebagai peserta didik mengeroyok
pendidik, kekerasan pendidik terhadap peserta didik, pelecehan seksual di
sekolah, bahkan ada peserta didik yang duduk di samping pendidik dan merokok
sambil menaikkan kakinya ke atas meja mengajar dan masih banyak lagi.
Kejadian tersebut merupakan prilaku yang menyimpang dalam dunia pendidikan,
dengan kejadian itu menjadi bukti bahwa pendidikan bangsa Indonesia sudah
mulai melemah.
Pengamat Kebijakan Publik UGM, Dr. Soc. Pol Agus Heruanto Hadna,
menilai fenomena melemahnya akhlak peserta terjadi akibat sistem pendidikan di
Indonesia mengabaikan pendidikan prilaku dan akhlak. Menurutnya, “pendidikan
di Indonesia lebih banyak menekankan pada aspek kognitif. Sementara itu, aspek
prilaku cenderung dilupakan. Kondisi ini mengakibatkan lemahnya aspek prilaku
dalam pendidikan. Hal ini terjadi tidak hanya pada peserta didik, tetapi juga di
pihak pendidik. Jadi, ada ketidakseimbangan antara pendidikan kognitif dan
prilaku (afektif)”. Billy Graham mengatakan: “Ketika kehilangan kekayaan anda
tidak kehilangan apa-apa, ketika kehilangan kesehatan anda kehilangan sesuatu,
ketika kehilangan karakter anda kehilangan segalanya”.12
Melihat fakta di atas, sudah saatnya lembaga pendidikan bergerak dan
membangun akhlak anak bangsa dengan semaksimal mungkin. SMP Negeri 2
Cibinong merupakan salah satu sekolah yang berada di Kabupaten Bogor.
Sekolah tersebut terkenal dengan sekolah yang unggul di kalangan masyarakat.
SMP Negeri 2 Cibinong memiliki visi dan misi untuk menjadikan sekolah yang
unggul dalam prestasi, kompetitif, berwawasan luas, berkarakter dengan
11
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015), cet. 15, h. 323. 12
Mohamad Mustari, Nilai Krakter Refleksi untuk Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2014). Cet. 1.
7
berdasarkan nilai-nilai religi. Visi dan misi tersebut diwujudkan dengan adanya
kegiatan dan pembiasaan-pembiasaan yang diterapkan di sekolah, baik dari aspek
lingkungan, akademik dan keagamaan melalui pendidikan akhlak. Pendidikan
akhlak yang dilaksanakan sekolah tujuannya untuk mengembangkan potensi yang
dimiliki peserta didik, memberikan kebebasan, berkreasi, meningkatkan nilai
akademik dan afektif peserta didik.
Adanya budaya-budaya yang diterapkan di sekolah, pendidik dan warga
sekolah lainnya merasakan ada perkembangan akhlak yang lebih baik dalam diri
peserta didik. bahkan dalam perjalanan penerapan budaya tersebut, orang tua
peserta didik pun merasakan dampak positif yang timbul dari anaknya.
SMP Negeri 2 Cibinong menjadi sekolah percontohan beberapa budaya,
untuk lembaga pendidikan lain yang ada di Kabupaten Bogor. Hal ini tentunya
menjadi sebuah apresiasi bagi sekolah untuk selalu mengembangkan budaya
dalam rangka membentuk akhlak peserta didik.
Melihat hal tersebut, maka penulis sangat tertarik melakukan penelitian
yang berjudul “PEMBENTUKAN AKHLAK MELALUI BUDAYA
SEKOLAH DI SMP NEGERI 2 CIBINONG".
B. Identifikasi, Batasan, dan Rumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti
mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:
a. Pendidikan di Indonesia belum berhasil membentuk akhlak peserta didik
yang baik.
b. Banyak terjadi penyimpangan prilaku peserta didik baik di keluarga,
sekolah atau pun masyarakat.
c. Kurangnya kesadaran peserta didik untuk menjauhkan sikap negatif.
d. Adanya berbagai budaya yang diterapkan di SMP Negeri 2 Cibinong.
8
e. Adanya sikap yang terbentuk dalam diri peserta didik melalui penerapan
budaya sekolah.
2. Batasan Masalah
Dari beberapa identifikasi yang telah disebutkan, maka perlu dijelaskan
pembatasan penelitian agar peneliti dapat memfokuskan pada masalah yang
terkait dan tidak keluar dari pembahasan penelitian. Oleh karena itu
pembatasan masalah penelitian ini adalah terkait dengan pembentukan akhlak
peserta didik melalui budaya sekolah di SMP Negeri 2 Cibinong.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan Pembatasan masalah yang telah dijelaskan di atas, maka
rumusan masalahnya adalah:
a. Bagaimana metode yang digunakan sekolah dalam membentuk akhlak
peserta didik di SMP Negeri 2 Cibinong?
b. Bagaimana Akhlak peserta didik di SMP Negeri 2 Cibinong?
c. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam proses pembentukan akhlak
di SMP Negeri 2 Cibinong?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah tercantum di atas maka penulis
ingin menyampaikan tujuan dan manfaat penelitian sebagai berikut:
1. Penulis
Penelitian ini berguna sebagai sarana peningkatan pengetahuan, pengalaman,
keterampilan, wawasan berpikir, serta meningkatkan kemampuan untuk
menganalisis dan memecahkan masalah secara ilmiah.
9
2. Lembaga Pendidikan
Memberikan informasi dan bahan perbandingan dalam proses pembentukan
karakter siswa dan diharapkan pula memberikan sumbangan yang baik bagi
lembaga pendidikan pada umumnya untuk meningkatkan mutu pendidikan.
3. Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi atau bahan rujukan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian yang akan dilakukan dimasa
yang akan dating
D. Penelitian Relevan
1. Penelitian oleh Marliya Solihah dengan judul Penanaman Karakter Pada
Siswa di MAN Wonokromo. Hasil penelitian menunjukan: 1) Pelaksanaan
proses penanaman karakter di MAN Wonokromo Bantul dilakukan dengan
menggunakan berbagai macam kaidah, yaitu kaidah kebertahapan,
kesinambungan, momentum, motivasi interistik, dan kaidah pembimbing. 2)
Hasil yang dicapai adalah kedisiplinan warga madrasah meningkat cukup
pesat, religiusitas warga madrasah juga semakin membaik, kejujuran peserta
didik juga mulai tertanam serta prestasi siswa-siswi dari tahun ke tahun juga
mengalami kenaikan cukup tinggi baik akademik maupun non akademik. 3)
Faktor pendukungnya adalah (a) Kerja sama yang baik antara guru dan
karyawan, (b) Tersedianya fasilitas yang memadai, (c) Mayoritas anak-anak
MAN Wonokromo bermukim di pondok pesantren. Adapun faktor
penghambatnya adalah (a) Kurangnya kesadaran peserta didik diatasi dengan
mengadakan pelatihan soft skill, (b) Kondisi orang tua dan lingkungan tempat
tinggal yang kurang mendukung, hal ini diatasi dengan mengadakan
paguyuban wali murid.13
2. Penelitian oleh Muhammad Khoiruddin dan Susiwi dengan judul penelitian
Pendidikan Karakter Melalui Pengembangan Budaya Sekolah di Sekolah
13
Marliya Solihah, “Penanaman Karakter pada Siswa di MAN Wonokromo”, Skripsi 2013, h.
9, tidak dipublikasikan.
10
Islam Terpadu Salman Alfarisi Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukan:
Nilai budaya yang menjadi trade mark SIT Salman Al Farisi Yogyakarta
adalah integratif, produktif, kreatif dan inovatif, qudwah hasanah, kooperatif,
ukhuwah, rawat, resik, rapi dan sehat, dan berorientasi mutu. Bermodal nilai
dan karakter yang dikembangkan melalui budaya sekolah serta bukti nyata
yang telah dibayarkan oleh SIT Salman Al Farisi Yogyakarta dengan
tertanamnya nilai-nilai budaya pada semua civitas akademika maka SIT
Salman Al Farisi Yogyakarta hingga tahun 2012 tetap mendapatkan minat dan
animo masyarakat untuk mengenyam pendidikan di lingkungan SIT Salman
Al Farisi Yogyakarta.14
14
Muhammad Khoiruddin dan Susiwi, Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun III, Nomor 1,
2013. h. 77.
11
BAB II
KAJIAN TEORI
PEMBENTUKAN AKHLAK DAN BUDAYA SEKOLAH
A. Pembentukan Akhlak
1. Pengertian Akhlak
Akhlak, berasal dari bahasa Arab, (Khuluqun) berarti perangai,
sedang jama’nya adalah (Akhlakun).1 yang menurut logat diartikan:
budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut
mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan "khalqun"
yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan "khaliq"
yang berarti pencipta dan "makhluq" yang berarti yang
diciptakan.2
Dalam kamus Tesaurus Bahasa Indonesia, akhlak adalah adab, budi
pekerti, etika, fi’il, integritas, kesusilaan, moral, perangai, tabiat, tata susila,
watak.3
Menurut Heny Nerendrany mengutip dari Ibnu Maskawih, akhlak
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.4
Menurut Rosihon Anwar mengutip dari Imam al-Ghazali dalam Ihya
Ulumuddin menyatakan: Akhlak adalah daya kekuatan (sifat) yang
1 Hasyim Syamhudi, Akhlak Tasawuf (Dalam Konstruksi Piramida Ilmu Islam), (Malang:
Madani Media, 2015), h. 2. 2 Zahruddin AR, dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2004), cet. 1, h. 1. 3 Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2009), cet. 3, h. 13. 4 Heny Narendrany Hidayati, Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa, (Jakarta: UIN
Press, 2009), cet. 1, h. 7.
12
tertanam dalam jiwa yang mendorong perbuatan-perbuatan yang spontan,
tanpa memerlukan pertimbangan.5
Menurut Ahmad Tafsir dari Mubarok (2001:14) mengemukakan
bahwa akhlak adalah keadaan bathin seseorang yang menjadi sumber
lahirnya perbuatan di mana perbuatan itu lahir dengan mudah tanpa
memikirkan untung dan rugi. Sedangkan, Sa’adudin (2006:15)
mengemukakan bahwa akhlak mengandung beberapa arti:
a. Tabi’at, yakni sifat dalam diri yang terbentuk oleh manusia tanpa
dikehendaki dan tanpa diupayakan.
b. Adat, yakni sifat dalam diri yang diupayakan manusia melalui latihan,
berdasarkan keinginan.
c. Watak, yakni cakupan hal-hal yang menjadi tabiat dan hal-hal yang
diupayakan hingga menjadi adat.6
Menurut Abuddin Nata, akhlak Islami adalah perbuatan yang
dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah daging, dan sebenarnya
yang didasarkan pada ajaran Islam. Dilihat dari segi sifatnya yang
universal,maka akhlak Islami juga bersifat universal. Namun, dalam
rangka menjabarkan akhlak Islam ini diperlukan banyuan pemikiran akal
manusia dan kesempatan sosial yang terkandung dalam ajaran etika dan
moral. Dengan kata lain akhlak islami adalah akkhlak yang disamping
mengakui adanya nila-nilai universal sebagai dasar bentuk akhlak, juga
mengakui nilai-nilai yang bersifat local dan temporal sebagai penjabaran
atas nilai-nilai yang universal itu.7
Akhlak menurut Qurais Shihab lebih luas maknanya daripada yang
telah dikemukakan terdahulu serta mencakup pula beberapa hal yang tidak
merupakan sifat lahiriah. Misalnya yang berkaitan dengan sikap bathin
maupun pikiran.8
5 Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia), h. 34.
6Ahmad Tafsir, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: PT Rosda Karya,
2011), cet. 1, h. 10. 7 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015), cet. 15, h.
125. 8 Ibid., h. 125.
13
Definisi akhlak muncul sebagai mediator yang menjembatani
komunikasi antara khaliq (pencipta) dengan makhluq (yang diciptakan)
secara timbal balik, yang kemudian disebut sebagai hablummin Allah. Dari
produk hamlum min Allah yang verbal biasanya lahirlah pola hubungan
antar sesama manusia yang disebut dengan hablum minannas (pola
hubungan antar sesama makhluk).9
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-sifat
yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu
ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut akhlak
yang mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhlak yang tercela sesuai
dengan pembinaannya.10
2. Dasar Akhlak
Sumber akhlak atau pedoman hidup dalam Islam yang menjelaskan
kriteria baik buruknya sesuatu perbuatan adalah al-Qur'an dan sunnah
Rasulullah Saw.11
Barnawie Umary menambahkan bahwa dasar akhlak
adalah al-Qur'an dan al-Hadits serta hasil pemikiran para hukama dan
filosof.12
Kedua dasar itulah yang menjadi landasan dan sumber ajaran
Islam secara keseluruhan sebagai pola hidup dan menetapkan mana yang
baik dan mana yang buruk. Dalam al-Qur'an diterangkan dasar akhlak
pada surat al-Qalam ayat 4.
Artinya: “Sesungguhnya Engkau (yaa Muhammad) mempunyai budi
pekerti yang luhur” (Q.S. Al-Qolam, 68:4).13
9 Zainuddin AR, dan Hassanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2004), Cet. 1, h. 2. 10
Asmaran AS, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Rajawali Pers, 1992), Cet. 1, h. 1. 11
Ya’kub, Etika Islam Pembinaan Akhlaqul Karimah (Suatu Pengantar), (Bandung: CV
Diponegoro, 1993), Cet. 6, h. 49 12
Barnawie Umary, Materia Akhlak, (Solo: Ramadhani, 1995), Cet. 12, h. 1. 13
Kementerian Agama RI Direktorat Jenderal Bimasislam, Al-Qur‟an dan Terjemahnya,
(PT Sinergi Pustaka Indonesia, 2012), h. 826.
14
Dasar akhlak dalam Hadits Nabi Saw salah satunya adalah :
Artinya: “sesungguhnya aku diutus untuk memperbaiki akhlak (HR
Ahmad).14
Jadi jelaslah bahwa al-Qur'an dan al-Hadits pedoman hidup yang
menjadi asas bagi setiap muslim, maka teranglah keduanya merupakan
sumber akhlak dalam Islam. firman Allah dan sunnah Nabi adalah ajaran
yang paling mulia dari segala ajaran maupun hasil renungan dan ciptaan
manusia, hingga telah terjadi keyakinan (aqidah) Islam bahwa akal dan
naluri manusia harus tunduk kriteria mana perbuatan yang baik dan jahat,
mana yang halal dan mana yang haram.
3. Tujuan Pembentukan Akhlak
Islam adalah agama rahmat bagi umat manusia. Ia datang dengan
membawa kebenaran dari Allah Swt dan dengan tujuan ingin
menyelamatkan dan memberikan kebahagiaan hidup kepada manusia
dimanapun mereka berada. Agama Islam mengajarkan kebaikan,
kebaktian, mencegah manusia dari tindakan onar dan maksiat.15
Sebelum
merumuskan tujuan pembentukan akhlak, terlebih dahulu harus kita
ketahui mangenai tujuan pendidikan islam dan tujuan pendidikan akhlak.
Muhamad al-Munir menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah :
a. Tercapainya manusia seutuhnya.
b. Tercapainya kebahagiaan dunia dan akhirat.
c. Menumbuhkan kesadaran manusia mengabdi dan takut kepada Allah.16
14
Imam Ahmad bin Hambal, Al-Musnad Ahmad Bin Hambal, Juz III ( Bairut Lebanon :
Darul Fikr, tth), h. 323. 15
Hasan Basri, Remaja Berkualitas: Problematika Remaja dan Solusinya, (Yogyakarta:
Mitra Pustaka, 2004), Cet. 4, h. 145. 16
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
(Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. 1, h. 74-75.
15
Menurut Muhamad al-Athiyah al-Abrasy, tujuan utama dari
pendidikan Islam ialah pembentukan akhlak dan budi pekerti yang
sanggup menghasilkan orang–orang yang bermoral, laki-laki maupun
perempuan, jiwa yang bersih, kemauan yang keras, cita-cita yang benar
dan akhlak yang tinggi, tahu arti kewajiban dan pelaksanaannya,
menghormati hak asasi manusia, tahu membedakan baik dan buruk,
memilih suatu fadilah karena ia cinta pada fadilah, menghindari suatu
perbuatan yang tercela, karena ia tercela, dan mengingat Tuhan dalam
setiap pekerjaan yang mereka lakukan.17
Sedangkan tujuan pendidikan moral dan akhlak dalam Islam ialah
untuk membentuk orang-orang berakhlak baik, keras kemauan, sopan
dalam bicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku dan perangai,
bersifat bijaksana, sempurna, beradab, ikhlas, jujur, dan suci.18
Dari beberapa keterangan di atas, dapat ditarik rumusan mengenai
tujuan pendidikan akhlak, yaitu membentuk akhlakul karimah. Sedangkan
pembentukan akhlak sendiri itu sebagai sarana dalam mencapai tujuan
pendidikan akhlak agar menciptakan menusia yang berakhlakul karimah.
4. Ruang Lingkup Pembentukan Akhlak
Akhlak atau budi pekerti yang mulia adalah jalan untuk memperoleh
kebahagiaan dunia dan di akhirat kelak serta mengangkat derajat manusia
ke tempat mulia sedangkan akhlak yang buruk adalah racun yang
berbahaya serta merupakan sumber keburukan yang akan menjauhkan
manusia dari rahmat Allah Swt. sekaligus merupakan penyakit hati dan
jiwa yang akan memusnahkan arti hidup yang sebenarnya.
Menurut Hamzah Ya’qub dan Barnawie Umary, materi-materi
pembentukan akhlak dibagi menjadi dua kategori.
a. Pertama, materi akhlak mahmudah yang meliputi: al-amanah (dapat
dipercaya), ash-shidqah (benar atau jujur), al-wafa‟ (menepati janji),
17
Muhamad Al-Athiyah Al-Abrasy, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Terj.
Bustomi A. Ghoni dan Jauhar Bahri, (Jakarta : Bulan Bintang, 1970), Cet. 1, h. 108. 18
Ibid., h. 109.
16
al-„adalah (adil), al-iffah (memelihara kesucian hati), al-haya‟
(malu).19
Al ikhlas (tulus), as-shobru (sabar), ar-rahmah (kasih
sayang), al-afwu (pemaaf), al-iqtisshad (sederhana), al-khusyu‟
(ketenangan), as-sukha (memberi), at-tawadhu‟ (rendah hati), as-
syukur (syukur), at-tawakkal (berserah diri), as-saja‟ah (pemberani).20
b. Kedua, materi akhlak madzmumah (tercela) yang meliputi : khianat,
dusta, melanggar janji, dzalim, bertutur kata yang kotor, mengadu
domba, hasut, tama’, pemarah, riya’, kikir, takabur, keluh kesah, kufur
nikmat, menggunjing, mengumpat, mencela, pemboros, menyakiti
tetangga, berlebih-lebihan dan membunuh.21
Sedangkan Muhammad Daud Ali mengatakan bahwa secara garis
besar, materi pembentukan akhlak terbagi dalam dua bagian, pertama
adalah akhlak terhadap Allah atau khalik (pencipta), dan kedua adalah
akhlak terhadap makhluk semua ciptaan Allah.22
a. Akhlak terhadap Allah
Alam dan seisinya ini mempunyai pencipta dan pemelihara yang
diyakini adanya yakni Allah Swt. Dialah yang memberikan rahmat dan
menurunkan adzab kepada siapa saja yang dikehendakinya oleh karena
itu manusia wajib taat dan beribadah hanya kepada-Nya sebagai wujud
rasa terima kasih terhadap segala yang telah dianugerahkan Allah
kepada manusia. Sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nahl,
16:53).
19
Hamzah Ya’kub, Etika Islam Pembinaan Akhlaqul Karimah (Suatu Pengantar),
(Bandung: CV Diponegoro, 1993), Cet. 6, h. 98-100. 20
Barnawie Umary, Materia Akhlak, (Solo: Ramadhani, 1995), Cet. 12, h. 44-45. 21
Ibid., h. 43. 22
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2000), h. 352.
17
Artinya: “Dan apa saja yang ada (dimiliki) pada dirimu berupa
nikmat, kesemuanya itu merupakan pemberian dari Allah, kemudian
apabila kamu ditimpa kesengsaraan, maka kepada Nyalah kamu
meminta pertolngan”.(QS. An-Nahl 16: 53).23
Manifestasi dari manusia terhadap Allah antara lain: cinta dan ikhlas
kepada Allah, takwa (takut berdasarkan kesadaran mengerjakan yang
diperintahkan dan menjauhi yang dilarang Allah), bersyukur atas nikmat
yang diberikan, tawakkal (menyerahkan persoalan kepada Allah), sabar
dan ikhlas.
b. Akhlak terhadap Diri Sendiri
Akhlak terhadap diri sendiri yang dimaksud adalah bagaimana
seseorang menjaga dirinya (jiwa dan raga) dari perbuatan yang dapat
menjerumuskan dirinya atau bahkan berpengaruh kepada orang lain
karena diri sendiri merupakan asal motivasi dan kembalinya manfaat
suatu perbuatan. Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur'an surat At-
Tahrim 66:6 yang berbunyi:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman jagalah diri dan keluargamu
dari siksa api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu,
dan penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras yang tidak
durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At-Tahrim
66: 6).24
Ayat di atas menjadi dasar untuk meyakinkan bahwa sikap terhadap diri
sendiri adalah prinsip yang perlu mendapat perhatian sebagai menifestasi
23
Kementerian Agama RI Direktorat Jenderal Bimasislam, Al-Qur‟an dan Terjemahnya,
(PT Sinergi Pustaka Indonesia, 2012), h. 371. 24
Ibid., h. 820.
18
dari tanggung jawab terhadap dirinya dalam bentuk sikap dan perbuatan
akhlak yang terpuji.
c. Akhlak terhadap Sesama Manusia
Di dunia ini tidak ada seorang pun yang bisa hidup tanpa
bergantung kepada orang lain, sebagai makhluk sosial yang hidup
ditengah-tengah masyarakat, Islam menganjurkan umatnya untuk saling
memperhatikan satu sama lain dengan saling menghormati, tolong
menolong dalam kebaikan, berkata sopan, berperilaku adil dan lain
sebagainya. Sehingga tercipta sebuah kelompok masyarakat yang hidup
tentram dan damai. Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur'an surat Al-
Maidah ayat 2 :
Artinya: “…..Dan tolong menolonglah kamu sekalian dalam mengerjakan
kebaikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa
dan pelanggaran….(Q.S. Al-Maidah, 5:2).25
d. Akhlak terhadap Lingkungan
Manusia diposisikan Allah sebagai khalifah di atas bumi ini dan
hidup ditengah-tengah lingkungan bersama makhluk lain sehingga sudah
menjadi kewajibannya untuk menjaga lingkungan sebagai makhluk yang
memiliki derajat tertinggi dengan akal dan kemampuannya mengelola
alam.
5. Metode Pembentukan Akhlak
Beberapa metode yang biasa digunakan dalam pembentukan akhlak
antara lain:
a. Metode Keteladanan
Keteladanan merupakan perbuatan yang patut ditiru dan dicontoh
dalam praktek pendidikan, anak didik cenderung meneladani pendidiknya.
25
Ibid., h. 142.
19
Karena secara psikologi anak senang meniru tanpa memikirkan
dampaknya. Amr bin Utbah berkata kepada guru anaknya, "Langkah
pertama membimbing anakku hendaknya membimbing dirimu terlebih
dahulu. Sebab pandangan anak itu tertuju pada dirimu maka yang baik
kepada mereka adalah kamu kerjakan dan yang buruk adalah yang kamu
tinggalkan."26
b. Metode Latihan dan Pembiasaan.
Mendidik dengan melatih dan pembiasaan adalah mendidikdengan
cara memberikan latihan-latihan terhadap suatu norma tertentu kemudian
membiasakan untuk mengulangi kegiatan tertentu tersebut berkali-kali
agar menjadi bagian hidupnya, seperti sholat, puasa, kesopanan dalam
bergaul dan sejenisnya. Oleh karena itu, Islam mengharuskan agar semua
kegiatan itu dibarengi niat supaya dihitung sebagai kebaikan.
c. Metode Cerita
Cerita memiliki daya tarik yang besar untuk menarik perhatian
setiap orang, sehingga orang akan mengaktifkan segenap indranya untuk
memperhatikan orang yang bercerita. Hal itu terjadi karena cerita
memiliki daya tarik untuk disukai jiwa manusia. Sebab di dalam cerita
terdapat kisah-kisah zaman dahulu, sekarang, hal-hal yang jarang terjadi
dan sebagainya. Selain itu cerita juga lebih lama melekat pada otak
seseorang bahwa hampir tidak terlupakan. 27 Sehingga akan
mempermudah pemahaman siswa untuk mengambil ibrah (pelajaran) dari
kisah – kisah yang telah diceritakan dalam pelaksanaan metode ini, guru
juga bisa menyertai penyampaian nasehat – nasehat untuk anak didiknya.
d. Metode Mauidzah (Nasehat)
Mauidzah berarti nasehat. Rasyid Ridha mengartikan mauidzah
adalah nasehat peringatan atas kebaikan dan kebenaran dengan jalan apa
saja yang dapat menyentuh hati dan membangkitkannya untuk
mengamalkan dalam al-Qur'an juga menggunakan kalimat-kalimat yang
menyentuh hati untuk mengarahkan manusia kepada ide yang
26
Imam Abdul Mukmin Sa’aduddin, Meneladani Akhlak Nabi: Membangun Kepribadian
Muslim., (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 1, h. 89. 27
Fuad Asy Syalhub, Guruku Muhammad SAW, (Jakarta: Gema Insani Perss, 2006),
Cet.1, h. 115.
20
dikehendakinya. Inilah yang kemudian dikenal dengan nasehat. Tetapi
nasehat yang disampaikan ini selalu disertai dengan panutan atau teladan
dari si pemberi atau penyampai nasehat itu. Ini menunjukkan bahwa
antara satu metode yakni nasehat dengan metode lain yang dalam hal ini
keteladanan bersifat saling melengkapi.28
e. Metode pahala dan sanksi
Jika pembentukan akhlak tidak berhasil dengan metode keteladanan
dan pemberian pelajaran, beralihlah kepada metode pahala dan sanksi
atau metode janji harapan dan ancaman. Sebab Allah SWT pun sudah
menciptakan surga dan neraka, dan berjanji dengan surga itu serta
mengancam dengan neraka-Nya. Pemberian harapan adalah janji yang
diikuti bujukan dengan kenikmatan, keindahan pasti, atau kebaikan yang
murni dari setiap noda, berbanding dengan amal soleh yang dilakukan
atau amal buruk yang dijauhi demi mencari ridha Allah berupa kasih
sayangnya kepada para hamba.
Sedangkan ancaman adalah mengancam dengan sanksi akibat
melanggar larangan Allah SWT atau dimaksudkan untuk menakutnakuti
para hamba. Ini merupakan keadilan dari Allah. Al-Qur’an menggunakan
metode ancaman untuk menerangkan tempat kembali orang-orang
musyrik dan orang-orang yang menyimpang dari jalan Allah.
Dalam pemberian sanksi harus sesuai pelanggaran yang dilakukan
dan sanksi tersebut dijatuhkan menurut tahap-tahapnya, karena di antara
mereka ada yang cukup diisyaratkan saja sudah menghentikan
perbuatannya, ada yang belum berhenti hingga dimarahi, ada yang perlu
ditakut-takuti dengan tongkat, ada pula yang berhenti dengan tindakan
fisik.
6. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak
Berbicara tentang pembentukan karakter maka sama dengan
berbicara tentang tujuan pendidikan, karena banyak sekali para ahli
mengatakan bahwa perubahan tingkah laku adalah tujuan dari pendidikan.
28
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), Cet. 1,
h. 98.
21
Menurut sebagian ahli akhlak tidak perlu dibentuk karena akhlak
adalah insting bawaan sejak lahir. Menurut Ibnu Maskawih, Ibnu Sina, al-
Ghazali dan lain-lain akhlak adalah hasil usaha. Menurut Imam Ghazali:
Artinya: “Seandainya akhlak itu tidak dapat menerima perubahan, maka
batallah fungsi wasiat, nasihat dan pendidikan dan tidak ada pula
fungsinya hadits nabi yang mengatakan “perbaikilah akhlak kamu
sekalian”.29
Ada 2 faktor yang dapat membentuk karakter seseorang diantaranya
adalah:
a. Fator Intern
Terdapat banya hal yang mempengaruhi fator internal ini,
diantaranya adalah:
1) Insting atau Naluri
Insting adalah sifat yang dapat menumbuhan perbuatan yang
menyampaian pada tujuan dengan berpikir lebih dahulu ke arah
tujuan itu dan tidak didahului latihan perbuatan itu (Ahmad Amin,
1995:7). Naluri merupakan tabiat yang dibawa sejak lahir yang
merupakan suatu pembawaan yang asli. Pengaruh iri seseorang
sangat tergantung pada penyalurannya. Naluri dapat
menjerumuskan manusia kepada kemunduran atau kehinaan
(degradasi), tetapi juga dapat mengangkat kepada derajat yang
tinggi (mulia), jika naluri disalurkan kepada hal yang baik dengan
tuntunan kebenaran.
29
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015), cet. 15, h.
134.
22
2) Adab atau Kebiasaan (Habit)
Kebiasaan adalah perbuatan yang selalu diulang-ulang
sehingga mudah untuk dikerjakan. Faktor kebiasaan ini memegang
peranan penting dalam membentuk dan membina karakter,
karenanya manusia harus memaksa dirinya untuk selalu
mengulang-ulang perbuatan baik sehingga menjadi kebiasaan dan
terbentuklah karakter.
3) Kehendak/Kemauan (Iradah)
Kemauan adalah melakukan sesuatu untuk melangsungkan
segala ide yang dimaksud, walau disertai dengan berbagai
rintangan dan kesukaran. Kemauanlah yang mendorong dan
memotivasi seseorang untuk bertindak, kemauan pun merupakan
kekuatan seseorang untuk berkehendak oleh karena itu seseorang
yang memiliki kemauan yang kuat dalam dirinya untuk berbuat
baik maka akan tercipta karakter yang baik.
4) Suara Batin atau Suara Hati
Suara batin merupakan suatu kekuatan yang terdapat dalam
masing-masing diri manusia yang sewaktu-waktu memberikan
peringatan kepada manusia jika berada diambang bahaya dan
keburukan. Suara batin difungsikan untuk melakukan perbuatan
baik dan berusaha mencegah perbuatan buruk, bathin harus terus
dididik dan dituntun agar menaiki jenjang kekuatan rohani.
5) Keturunan
Keturunan merupakan suatu faktor yang dapat mempengaruhi
perbuatan manusia. Seperti hadits yang berbunyi:
Artinya: “Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan (membawa)
fithrah (rasa ketuhanan dan kecenderungan kepada kebenaran),
23
maka kedua orang tuanyalah yang membentuk ana itu menjadi
Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR. Bukhori).
Hadits di atas menggambarkan tentang teori konvergensi
yang menunjukan bahwa pelaksanaan utama dalam pendidikan
adalah kedua orang tua. Itulah sebabnya orang tua, khususnya ibu
mendapat gelar sebagai madrasatul ulā yaitu sekolah pertama
bagi anaknya.30
Sifat yang diturunkan pada garis besarnya ada dua macam
yaitu:
Sifat jasmaniyah, yakni kekuatan dan kelemahan otot-otot dan
urat sarap orang tua yang dapat diwariskan kepada anaknya.
Sifat ruhaniyah, yakni lemah dan kuatnya suatu naluri dapat
diturunkan pula oleh orang tua yang kelak mempengaruhi
prilaku anak cucunya.31
b. Faktor Ekstern
1) Keluarga
Keluarga adalah satu-satunya sistem sosial yang diterima di
semua masyarakat baik yang agamis maupun nonagamis. Keluarga
memiliki peran, posisi dan kedudukan yang bermacam-macam di
tengah masyarakat yang bermacam-macam pula. Sebagai lembaga
terkecil dalam masyarakat, keluarga memegang peran yang sangat
penting dalam kehidupan sosial umat manusia. Sesungguhnya
dapat dikatakan bahwa keluarga adalah tahap pertama lembaga-
lembaga penting sosial, dan dalam tingkat yang sangat tinggi,
keluarga berkaitan erat dengan kelahiran peradaban, transformasi
warisan, pertumbuhan dan perkembangan umat manusia. Secara
keseluruhan semua tradisi, keyakinan, sopan santun, sifat-sifat
30
Ibid., h. 145 31
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter (konsep dan implementasi, (Bandung: Alfabeta,
2012), cet. 2, h. 19.
24
individu dan sosial, ditransfer melalui keluarga kepada generasi-
generasi berikutnya.32
Para pakar menyakini bahwa keluarga adalah lingkungan
pertama di mana jiwa dan raga anak akan mengalami pertumbuhan
dan kesempurnaan. Karena itulah keluarga memiliki peran yang
amat mendasar dalam menciptakan kesehatan pribadi anak dan
remaja. Untuk itu, dalam kehidupan keluarga harus memiliki
hubungan yang sangat dekat satu dengan yang lainnya, sikap saling
hormat, kompak, kerja sama, setia dan berlaku baik. Hal itu,
sebagai dasar kebahagiaan dan kesejahteraan dalam keluarga.33
Menurut Muhammad Ja’far Anwar yang mengutip dari
Mahmud Saltut (1984:146), keluarga adalah batu dasar dari
bangunan suatu umat (bangsa) yang terbentuk dari keluarga yang
berhubungan langsung dengan yang lainnya. Dan pasti kuat atau
lemahnya bangunan umat itu tergantung kepada kuat atau
lemahnya keluarga yang menjadi batu besar itu.34
Nilai moral secara turun temurun diajarkan kepada generasi
muda melalui penanaman kebiasaan (cultivation) yang
menekankan kebenaran dan kesalahan secara absolut. Dalam
membentuk moral yang baik banyak pakar merekomendasikan
pendidikan tersebut dimulai dari keluarga. Karena, unsur keluarga
merupakan unit terkecil dari sebuah masyarakat. Unsur-unsur yang
ada dalam keluarga baik budaya, mazhab, ekonomi bahkan jumlah
anggota keluarga sangat mempengaruhi perlakuan dan pemikiran
anak khususnya ayah dan ibu. Pengaruh keluarga dalam
pendidikan anak sangat besar dalam berbagai macam sisi.
Keluargalah yang menyiapkan potensi pertumbuhan dan
pembentukan karakter anak.
32
Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2009, cet. 2, h.
90. 33
Ibid., h. 91. 34
Muhammad Ja’far Anwar, Membumikan Pendidikan Karakter, (Jakarta: CV Suri
Tatu’uw, 2015), cet. 1, h. 49.
25
2) Sekolah
Lembaga pendidikan sebagai suatu sistem mempunyai
pengaruh dalam pembentukan karakter dikarenakan lembaga
pendidikan meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam
diri individu. Pemahaman baik dan buruk, garis pemisah antara
sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan diperoleh dari
pendidikan serta ajaran-ajarannya. Dikarenakan konsep moral
sangat menentukan sistem kepercayaan maka tidaklah
mengherankan bahwa lembaga pendidikan dan konsepnya ikut
berperan dalam menentukan sikap individu terhadap suatu hal.35
3) Lingkungan
Lingkungan (Milie) adalah suatu yang melingkupi suatu
tubuh yang hidup seperti tumbuhan, keadaan tanah, udara dan
pergaulan manusia yang selalu berhubungan dengan manusia
lainnya.
Dalam pergaulan manusia saling mempengaruhi pikiran, sifat
dan tingah laku. Adapun lingkungan terbagi menjadi dua bagian:
a) Lingkungan yang bersifat kebendaan
Alam yang melingkupi manusia merupakan faktor yang
mempengaruhi dan menentukan tingkah laku manusia.
Lingkungan alam ini dapat mematahkan atau mematangkan
pertumbuhan kuat yang dibawa seseorang.
b) Lingkungan pergaulan yang bersifat kerohanian
Seseorang yang hidup di lingkungan baik secara langsung
dapat membentuk kepribadiannya menjadi baik, begitu pula
sebaliknya seorang yang hidup dalam lingkungan kurang baik
35
Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2009, cet. 2, h.
102.
26
dapat mendukung pembentukan karakter yang kurang baik
pula.36
Dari penjelasan di atas dapat ditarik pemahaman, bahwa
banyak faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya karakter
peserta didik, mulai dari faktor individu maupun faktor lingkungan.
Tetapi, pada kenyataannya faktor yang paling utama adalah faktor
keluarga, karena keluarga adalah pendidikan moral dasar yang
diterima anak sejak kecil baik dari segi prilaku ataupun perkataan
yang ditirunya dari orang tua yang berperan sebagai suri tauladan,
sedangkan lembaga pendidikan dan lingkungan merupakan faktor
pendukung.
B. Pengembangan Nilai-Nilai Akhlak
Menurut Djahiri, nilai adalah suatu jenis kepercayaan yang letaknya
berpusat pada sistem kepercayaan seseorang, tentang bagaimana seseorang
sepatutnya, atau tidak sepatutnya dalam melakukan sesuatu, tentang apa yang
berharga dan yang tidak berharga.
Rychard Eyre and Linda (1995) menyebutkan bahwa nilai yang diterima
secara universal adalah nilai yang menghasilkan suatu prilaku yang
berdampak positif, baik bagi yang menjalankan maupun bagi orang lain.
Rychard menjelaskan nilai adalah suatu kualitas yang dibedakan menurut
kemampuannya untuk berlipat ganda atau bertambah meskipun sering
diberikan kepada orang lain, dan kenyataan bahwa semakin banyak nilai yang
diberikan kepada orang lain makin banyak pula nilai serupa yang diterima atau
dikembalikan dari orang lain.37
36
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta,
2012), cet. 2, h. 22. 37
Heri Gunawan, op. cit., h. 31.
27
1. Nilai Agama
Dasar pendidikan karakter sangat identik dengan ajaran setiap
agama, bagi umat Islam sumber dasar pendidikan karakter menurut visi
Islam adalah sebagai berikut:38
a. Al-Qur’an
Jumhur Ulama sepakat bahwa kata al-Qur’an berasal dari bahasa
Arab. Kata al-Qur’an menurut al-Farra berasal dari kata al-qorāin,
jamak dari Qarinah yang berarti petunjuk. Menurut al-Asy’ari kata al-
Qur’an berasal dari kata Qarana yang berarti menghubungkan, sedang
menurut Imam Lihyani al-Qur’an berasal dari kata Qaraa yang berarti
membaca. 39
Bagi umat Islam kitab suci al-Qur’an adalah firman Allah swt
yang diturunkan melalui perantara Malaikat Jibril kepada Rasulullah
saw. Dalam al-Qur’an telah tertulis seluruh aspek pedoman hidup bagi
umat Islam, sehingga al-Qur’an merupakan falsafah hidup muslim baik
di dunia maupun di akhirat kelak. Al-Qur’an merupakan ajaran Islam
yang universal, baik dalam bidang akidah, syariah, ibadah, akhlak,
maupun muamalah. Dengan luasnya cakupan dalam aspek ekonomi,
sosial, budaya, politik, pertahanan dan keamanan atau pun aspek
pendidikan.
Hal tersebut sangat sesuai dengan firman Allah Swt:
Artinya: “Kitab Al-Qur‟an yang kami turunkan kepadamu penuh
berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang
yang berakal sehat mendapat pelajaran.” (Q.S, Shad, 38:29).
38
Anas Salahuddin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter, (Bandung : CV
Pustaka Setia, 2013), cet. 1, h. 81. 39
Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Pendidikan Katakter,
(Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 44.
28
Artinya: “Dan kami tidak menurunkan kitab (Al-Qur‟an) ini kepadamu
(Muhammad) melainkan agar engkau dapat menjelaskan kepada
mereka apa yang mereka perselisihkan itu, serta menjadi petunjuk dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Q.S, an-Nahl, 16:64).
Intisari dari pendidikan karakter adalah menghasilkan peserta
didik yang berprilaku baik, sebagaimana firman Allah Swt:
Artinya: “Sesungguhnya Allah memerintahkan menjalankan keadilan,
berbuat baik dan member atau menyantuni kaum kerabat. Dan Tuhan
melarang perbuatan keji, kemungkaran dan kedurhakaan. Dia
mengajar kamu agar kamu mengerti.” (Q.S, an-Nahl, 16:90).
Pendidikaan karakter mengajarkan agar anak didik untuk menjadi
orang-orang yang memiliki hati untuk memahami ayat-ayat Allah,
memiliki mata untuk melihat tanda-tanda kebesaran Allah yang di
dalamnya ada kebenaran sebagai pedoman hidup yang paling tinggi
untuk berbuat kebajikan menuju keselamatan dunia dan ahirat.40
b. Sunnah
Sunnah adalah segala sesuatu yang dinukil dari Nabi Muhammad
Saw baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapan, sifat moral
(khuluqiyah), sifat jasmani (khalqiyah), atau pun perjalanan hidupnya
40
Maswardi Muhammad Amin, Pendidikan Karakter Anak Bangsa, (Jakarta: Baduose
Media Jakarta, 2011), cet. 1, h. 74.
29
sejak sebelum diangkat menjadi rasul maupun sesudah diangkat
menjadi Rasul.41
Bagi umat Islam, Nabi Muhammad merupakan utusan Allah
yang terakhir yang mengemban risalah Islam. Segala yang berasal dari
beliau baik perkataan, perbuatan maupun ketetapannya sebagai Rasul
merupakan sunah bagi umat Islam yang harus dijadikan panutan.42
Hal tersebut jelas dinyatakan dalam firman Allah Swt:
Artinya: “Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharapkan (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat
Allah.” (Q.S, al-Ahzab, 33:21).
Dalam ajaran agama para Nabi, mulai dari Nabi Adam sampai
dengan Nabi Muhammad Saw memberi contoh perilaku yang baik
kepada umatnya. Dalam agama Islam Nabi Muhammad merupakan
pemimpin yang memiliki karakter yang kuat dan contoh yang mulia
yang patut diteladani oleh umat Islam. Nabi Muhammad telah
membawa umatnya dari prilaku tanpa aturan menjadi umat yang
cerdas, bermoral, berakhlak, taat pada ajaran agama Islam.
Figur Nabi Muhammad adalah seseorang yang memiliki akhlak
sejati yaitu siddiq (jujur), amanah (terpercaya), tabligh (penyampai),
fathonah (cerdas) yang harus diteladani, dipelajari untuk dipahami,
41
Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Pendidikan Katakter,
(Bandung: Alfabeta, 2013), op. cit., hal. 50. 42
Anas Salahuddin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter, (Bandung : CV
Pustaka Setia, 2013), cet. 1, h. 82.
30
dihayati dan diamalkan dalam kehidupan keluarga, mayarakat,
berbangsa dan bernegara.43
2. Nilai Pancasila
Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia merupakan kristalisasi dari
nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang bersifat universal. Tilaar (1990)
menyebutkan pancasila sebagai “Maha sumber nilai”, maka harus menjadi
acuan utama dalam mengatur negara, bangsa dan masyarakat agar cita-cita
luhur bersama dapat diwujudkan (Pranarka, 1985; Eka Darmaputera,
1987).44
Pancasila adalah falsafah yang identik dengan pandangan hidup
bangsa Indonesia juga sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sebagai falsafah bangsa Indonesia pancasila merupakan sumber kehidupan
bernegara, pancasila sebagai pandangan hidup yang berisikan ajaran yang
mengandung nilai-nilai luhur yang terkristalisasi dalam sila-silanya.45
Dalam rangka membangun karakter anak bangsa, salah satu
pendekatannya adalah pendekatan nilai-nilai luhur pancasila yang berakar
jati diri dan nilai-nilai budaya yang telah diwariskan oleh para leluhur
bangsa Indonesia. Nilai-nilai luhur pancasila yang tercantum dalam sila-
sila pancasila sejatinya dihayati dan diamalkan, bukan sekedar semboyan
semata yang dibaca pada setiap upacara apapun, baik di sekolah maupun
dalam upacara memperingati hari-hari besar nasional.46
Sastrapratedja (2001), merinci nilai-nilai luhur pancasila, dalam
pandangannya nilai-nilai luhur pancasila itu mencakup nilai dasar
humanistik dan universal.47
Notonagoro (Darji Darmodiharjo, 1995) mengelompokan nilai
menjadi tiga bagian, yaitu:48
43 Maswardi Muhammad Amin, Pendidikan Karakter Anak Bangsa, (Jakarta: Baduose
Media Jakarta, 2011), cet. 1, h. 76. 44
Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai Karakter, (Jakarta : PT Grafindo Persada, 2012),
cet. 1, h. 63. 45
Maswardi Muhammad Amin, op.cit., h. 94. 46
Ibid., h. 95. 47
Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai Karakter, (Jakarta : PT Grafindo Persada, 2012),
cet. 1, h. 63.
31
a. Nilai materil, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani
manusia.
b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk
dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.
c. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna untuk rohani
manusia. Nilai kerohanian sendiri dapat dibedakan menjadi empat
macam: Nilai kebenaran yang bersumber pada akal budi manusia, nilai
keindahan yang bersumber pada unsur rasa manusia, nilai kebaikan
atau moral uang bersumber pada unsur kehendak manusia, nilai
religius yang bersumber pada keyakinan manusia akan Tuhan.
3. Nilai Budaya
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) kaya dengan budaya-
budaya daerah, terdiri dari ratusan etnis besar yang didalamnya terdapat
etnis-etnis kecil. Budaya masing-masing etnis berbeda-beda, dan
perbedaan adalah rahmat Allah swt. Perbedaan membuat manusia menjadi
maju, saling menghargai dan menghormati, nilai-nilai budaya merupakan
satu pendekatan dalam membangun karakter anak negeri ini. Kebudayaan
dalam bentuk seni, bahasa suku, pakaian tradisional, upacara adat, cara
bergaul merupakan suatu nilai-nilai yang baik, yang diakui oleh masing-
masing etnis. Berdasarkan budaya-budaya daerah yang tumbuh di tengah
masyarakat lahirlah apa yang disebut budaya bangsa.49
Nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa Indonesia berasal dari
nilai-nilai luhur universal yaitu:50
a. Cinta Tuhan dan ciptaan-Nya
b. Kemandirian dan tanggung jawab
c. Kejujuran/amanah dan diplomatis
d. Hormat dan santun
48
Ibid., h. 64. 49
Maswardi Muhammad Amin, Pendidikan Karakter Anak Bangsa, (Jakarta: Baduose
Media Jakarta, 2011), cet. 1, h. 86 50
Anas Salahuddin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter, (Bandung : CV
Pustaka Setia, 2013), cet. 1, h. 54.
32
e. Dermawan, suka tolong menolong, gotong royong, dan kerja sama
f. Percaya diri dan kerja keras
g. Kepemimpinan dan keadilan
h. Baik dan rendah hati
i. Toleransi, kedamaian dan kesatuan
4. Tujuan Pendidikan Nasional
Menurut Kementrian Pendidikan Nasional, nilai karakter bangsa
terdiri dari religious, jujur, toleransi, disiplin, patuh, kerja keras, kreatif,
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat/berkomunikatif, cinta damai, gemar
membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab.51
Dasar pendidikan karakter tersebut diterapkan sejak usia kanak-
kanak atau yang biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas
(golden age) karena usia dini terbukti sengat menentukan kemampuan
anak dalam mengembangkan potensinya. Hasil penelitian menunjukan
bahwa sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang dewasa terjadi pada usia
8 tahun, dan 20% sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua.
Dari sini sudah sepatuhnya pendidikan karakter dimulai dari dalam
pendidikan keluarga, yang merupakan lingkungan keluarga pertama bagi
pertumbuhan karakter anak.
Dari paparan di atas dapat ditarik pemahaman, bahwa nilai
pendidikan karakter merupakan sistem kepercayaan yang dapat
menghasilkan suatu prilaku yang berdampak positif, bagi yang
menjalankan maupun bagi orang lain. Sebagai seorang muslim dan warga
Indonesia pengembangan nilai-nilai karakter harus seimbang antara agama
dan negara yaitu dengan menjalankan nilai-nilai yang berada dalam al-
Qur’an dan hadits maupun nilai budaya dan pancasila. Hal ini agar
terjadinya keseimbangan, persamaan nilai yang dapat diamalkan dalam
kehidupan sehari-hari.
51
Ibid., h. 55.
33
C. Pengertian Budaya Sekolah
Secara etimologi, “budaya berasal dari kata budi dan daya (budi daya)
atau daya (upaya atau power) dari sebuah budi, kata budaya digunakan
sebagai singkatan dari kebudayaan dengan arti yang sama” (Koetjoroningrat,
1980:81). Dalam bahasa Inggris disebut dengan culture, berasal dari bahasa
latin colere yang berarti mengolah atau mengerjakan, dengan demikian culture
diartikan sebagai segala daya upaya serta tindakan manusia untuk mengolah
alam. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, juga tidak terlihat dengan tegas
perbedaan pengertian budaya dan kebudayaan. “Budaya diartikan sebagai
buah atau hasil kegiatan dan penciptaan bathin (akal budi) manusia, seperti
kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat (Pusbinbangsa, 1983).52
Menurut Maswardi Muhammad Amin, budaya adalah keseluruhan ilmu
pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat, kebiasaan, serta
kemampuan lain yang diperoleh sebagai angota masyarakat. Budaya pula
diartikan sebagai keseluruhan cara hidup, warisan sosial, cara berpikir,
kepercayaan, cara kelompok bertingkah laku, gudang pelajaran yang
dikumpulkan, tindakan baku untuk mengatasi masalah, peraturan bertingkah
laku dalam acara tertentu. Subtansi dari budaya dalam kehidupan sehari-hari
tampak pada kebiasaan, adat istiadat, pola pergaulan, sikap dan prilaku yang
berulang-ulang yang khas dalam kehidupan bermasyarakat.53
Zamroni (2011:111) memberikan batasan bahwa budaya sekolah adalah
pola nilai-nilai, prinsi-prinsip, tradisi-tradisi dan kebiasaan-kebiasaan yang
terbentuk dalam perjalanan panjang sekolah, dikembangkan sekolah dalam
jangka waktu yang lama dan menjadi pegangan serta diyakini oleh seluruh
warga sekolah sehingga mendorong muncul sikap dan perilaku warga sekolah.
Warga sekolah menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional terdiri dari peserta didik, pendidik, kepala sekolah, tenaga pendidik
52
Zulfikri Anas, Sekolah Untuk Kehidupan, (Jakarta: AMP Press, 2013), cet. 1, h. 193. 53
Maswardi Muhammad Amin, Pendidikan Karakter Anak Bangsa, (Jakarta: Baduose
Media Jakarta, 2011), cet. 1, h. 73.
34
serta komite sekolah. Salah satu subyek yang diambil dalam penelitian budaya
sekolah ini yaitu peserta didik (siswa).54
Menurut Banks (1993), Deal dan Peterson (1998) budaya sekolah ialah
sistem sosial yang mempunyai budaya yang tersendiri. Ia terdiri dari norma
institusi, struktur sosial, kepercayaan, nilai, simbol, tradisi, matlamat dan
tujuan yang tersendiri untuk membentuk organisasi tersendiri.55
Menurut Uhar Suharsaputra (2013) budaya sekolah adalah keyakinan,
nilai-nilai serta norma yang menjadi panduan seluruh anggota organisasi
sekolah dalam melaksanakan peran dan tugasnya masing-masing.56
Budaya
sekolah merupakan tempat pengembangan budaya intelektual peserta didik
yang meliputi nilai-nilai inteletual yang akan menumbuhkan sikap ingin tahu,
berfikir logis, kreatif, terbuka dan siap dikritik.57
Menurut Djohar (2003 ) mengatakan, bahwa budaya sekolah dapat
dinyatakan sebagai budaya akademik yang terstruktur, yang mengembangkan
kompetensi intelektual peserta didik. Tetapi di-dalamnya juga terdapat sosial
budaya dan psikologis.58
Budaya sekolah adalah nilai-nilai dominan yang didukung oleh sekolah
atau falsafah yang menuntun kebijakan sekolah terhadap semua unsur dan
komponen sekolah termasuk stakeholders pendidikan, seperti cara
melaksanakan pekerjaan di sekolah serta asumsi atau kepercayaan dasar yang
dianut oleh personil sekolah. Budaya sekolah merujuk pada suatu sistem nilai,
kepercayaan dan norma-norma yang diterima secara bersama, serta
dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami, yang dibentuk
oleh lingkungan yang menciptakan pemahaman yang sama diantara seluruh
unsur dan personil sekolah baik itu kepala sekolah, pendidik, karjawan, pesrta
54
Albertin Dwi Astuti, “Pengaruh Budaya Sekolah Terhadap Karakter Siswa Kelas X
Jurusan Tata Boga SMK Negeri 3 Klaten”, Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta,
2015, h. 12. tidak dipublikasikan. 55
http://budaya-sekolah.blogspot.co.id/ (diakses pada hari Rabu, 05 Oktober 2016, pukul
13.16).
56
Uhar Suharsaputra, Menjadi Guru Berkarakter, (Bandung: PT Refika Aditama, 2013),
cet. 1, h. 118. 57
Muhammad Ja’far Anwar, Membumikan Pendidikan Karakter, (Jakarta: CV Suri
Tatu’uw, 2015), cet. 1, h. 66. 58
Muhammad Mustari, “Budaya Sekolah pada Sekolah Menengah Pertama di
Indonesia”, Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan, Vol. 1, 2013, h. 186.
35
didik dan jika perlu membentuk opini masyarakat yang sama dengan
sekolah.59
Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik pemahaman bahwa budaya
sekolah adalah suatu kebiasaan berupa nilai, prinsip, unsur, komponen,
symbol, norma institusi, struktur sosial, kepercayaan, tradisi, tuntunan
kebijakan sekolah, tempat pengembangan intelektual, dan di dalamnya
terdapat pula unsur psikologis serta diyakini oleh seluruh warga sekolah
sehingga mendorong munculnya sikap dan perilaku warga sekolah. yang
dilaksanakan melalui waktu yang panjang dengan tujuan untuk mengarahkan
prilaku dan membentuk karakter yang terpuji.
D. Unsur-Unsur Budaya Sekolah
Menurut Ahyar mengutip Sastrapratedja, mengelompokkan unsur-unsur
budaya sekolah dalam dua kategori, yakni:
1. Unsur kasat mata (visual) terdiri dari visual verbal dan visual material.
Visual verbal meliputi 1) visi, misi, tujuan dan sasaran, 2) kurikulum, 3)
bahasa dan komunikasi, 4) narasi sekolah, 5) narasi tokoh-tokoh, 6)
struktur organisasi, 7) ritual, 8) upacara, 9) prosedur belajar mengajar, 10)
peratutan, sistem ganjaran dan hukuman, 11) pelayanan psikologi sosial,
12) pola interaksi sekolah dengan orang tua. Unsur visual material
meliputi 1) fasilitas dan peralatan, 2) artifak dan tanda kenangan, 3)
pakaian seragam.
2. Sedangkan unsur yang tidak kasat mata meliputi filsafat atau pandangan
dasar sekolah.
Semua unsur merupakan sesuatu yang dianggap penting dan harus
diperjuangkan oleh sekolah. Oleh karena itu harus dinyatakan dalam bentuk
visi, misi, tujuan, tata tertib sasaran yang lebih terperinci yang akan dicapai
sekolah.
Menurut Ajat Sudrajat (2011:13) mengutip pendapat Nursyam,
setidaknya ada tiga budaya yang perlu dikembangkan di sekolah, yaitu kultur
59
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/03/04/manfaat-prinsip-dan-asas
pengembangan-budaya-sekolah/ (diakses pada hari Rabu, 05 Okt 2016, pukul 13.04).
36
akademik, kultur sosial budaya, dan kultur demokratis. Ketiga kultur ini harus
menjadi prioritas yang melekat dalam lingkungan sekolah.
Pertama, kultur akademik. Kultur akademik memiliki ciri pada setiap
tindakan, keputusan, kebijakan, dan opini didukung dengan dasar akademik
yang kuat. Artinya merujuk pada teori, dasar hukum, dan nilai kebenaran yang
teruji. Budaya akademik juga dapat dipahami sebagai suatu totalitas dari
kehidupan dan kegiatan yang berhubungan dengan akademik yang dihayati,
dimaknai dan diamalkan oleh warga masyarakat akademik, di lembaga
pendidikan tinggi dan lembaga penelitian. Dengan demikian, kepala sekolah,
pendidik, dan peserta didik selalu berpegang pada pijakan teori dalam
berpikir, bersikap dan bertindak dalam kesehariannya. Kultur akademik
bersikap, serta kepiawaian dalam berpikir dan berargumentasi. Ciri-ciri warga
sekolah yang menerapkan budaya akademik yaitu bersifat kritis, objektif,
analitis, kreatif, terbuka untuk menerima kritik, menghargai waktu dan
prestasi ilmiah, memiliki dan menjunjung tinggi tradisi ilmiah, dinamis, dan
berorientasi ke masa depan. Kesimpulannnya, kultur akademik lebih
menekankan pada budaya ilmiah yang ada dalam diri seseorang dalam
berfikir, bertindak dan bertingkah laku dalam lingkup kegiatan akademik.
Kedua, kultur sosial budaya. Kultur sosial budaya tercermin pada
pengembangan sekolah yang memelihara, membangun, dan mengembangkan
budaya bangsa yang positif dalam kerangka pembangunan manusia seutuhnya
serta menerapkan kehidup sosial yang harmonis antar warga sekolah. Sekolah
akan menjadi benteng pertahanan terkikisnya budaya akibat gencarnya
serangan budaya asing yang tidak relevan seperti budaya hedonisme,
individualisme, dan materialisme. Di sisi lain sekolah terus mengembangkan
seni tradisi yang berakar pada budaya nusantara. Kultur sosial budaya
merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan sehari-
hari, dan hampir setiap kegiatan manusia tidak terlepas dari unsur sosial
budaya. Kultur sosial meliputi suatu sikap bagaimana manusia itu
berhubungan dan berinteraksi satu dengan yang lain dalam kelompoknya dan
bagaimana susunan unit-unit masyarakat atau sosial di suatu wilayah serta
kaitannya satu dengan yang lain. Sedangkan kultur budaya adalah totalitas
37
yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum,
moral, adat, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang
diperoleh dari turun temurun oleh suatu komunitas. Kesimpulannnya, kultur
sosial budaya lebih menekankan pada interaksi yang berhubungan dengan
orang lain, alam dan interaksi yang cakupannnya lebih luas lagi yang
diperoleh berdasarkan kebiasaan atau turun-temurun.
Ketiga, kultur demokratis. Kultur demokratis menampilkan corak
berkehidupan yang mengakomodasi perbedaan untuk secara bersama
membangun kemajuan suatu kelompok maupun bangsa. Kultur ini jauh dari
pola tindakan disksriminatif serta sikap mengabdi atasan secara membabi
buta. Warga sekolah selalu bertindak objektif dan transparan pada setiap
tindakan maupun keputusan. Kultur demokratis tercermin dalam pengambilan
keputusan dan menghargai keputusan, serta mengetahui secara penuh hak dan
kewajiban diri sendiri, orang lain, bangsa dan negara. Memperhatikan paparan
tersebut, maka dapat diambil pemahaman bahwa budaya yang harus
dikembangkan di sekolah ada 3 macam yaitu kultur akademik, kultur sosial
budaya dan kultur demokratis.
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Menurut Kirk dan Miller, penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu
dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada
pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan
dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristiwanya.1
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Yaitu, jenis
penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik
atau bentuk hitungan lainnya.2 Bogdan dan Taylor mendefinisikan pendekatan
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat
diamati.3
Maka dalam penelitian ini penulis mencari informasi yang berhubungan
dengan budaya-budaya yang diterapkan dalam proses pembentukan karakter
peserta didik serta faktor pendukung dan penghambat di SMP Negeri 2
Cibinong.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian yang berjudul “Pembentukan Karakter Melalui Budaya
Sekolah di SMP Negeri 2 Cibinong” ini dilaksanakan mulai bulan Oktober -
Desember 2016, dengan perkiraan jadwal sebagai berikut: bulan Oktober -
November digunakan untuk pengumpulan data dari lokasi penelitian dan
sumber-sumber lain yang mendukung. Kemudian, waktu selebihnya
digunakan untuk menganalisis data-data yang sudah diperoleh, menyimpulkan
dan menyusun penelitian yang akan dijadikan sebagai laporan.
1 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h. 36.
2 Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-Dasar Peneli tian Kualitatif, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009), cet. 3, h. 4. 3 Lexy J Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Rosda Karya, 2013),
h. 4.
39
Selanjutnya, tempat yang digunakan untuk penelitian adalah SMP
Negeri 2 Cibinong yang beralamat di Jl. KSR. Dadi Kusmayadi, sukahati,
cibinong, kab. Bogor. Kede pos 16915 Telp. (021) 8756002.
C. Unit Analisis
Unit analisis adalah satuan yang diteliti bisa berupa individu, keluarga,
kelompok/organisasi, benda atau satuan latar peristiwa sosial. Seperti aktifitas
individu dalam sebuah kelompok sebagai subjek penelitian.
Mengungkap definisi unit analisis di atas, dalam penelitian ini penulis
menetapkan kriteria responden. Kriketia responden bagi pendidik adalah
jajaran pimpinan sekolah dan pendidik yang sudah mengajar di SMP Negeri 2
minimal 5 Tahun. Kriteria responden peserta didik adalah peserta didik yang
aktif melaksanakan kegiatan sekolah dan peserta didik yang telah melalui
tahapan pembentukan akhlak selama kurang lebih 2 tahun. Dengan
sendirinya penulis memperoleh siapa dan apa saja yang menjadi subjek
penelitian.
Dalam melakukan penelitian penulis menemukan informan awal yang
memberikan informasi yang memadai ketika peneliti mengawali aktifitas studi
pendahuluan. Adapun yang menjadi informan awal dari penelitian ini adalah
Bapak Ujang selaku kepala bidang kesiswaan, dan yang menjadi juru kunci
informan adalah Ibu siti Hulasoh sebagai kepala bidang kurikulum.
D. Sumber Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah semua data yang
berkaitan dengan budaya-budaya yang diterapkan disekolah untuk membentuk
karakter peserta didik di SMP Negeri 2 Cibinong. Menurut Lofland, sumber
data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan. Selebihnya
adalah data tambahan seperti dokumen dan lainnya.4 Sumber data dalam
penelitian ini terbagi menjadi 2 yaitu:
1. Data Primer
4 Lexy J Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Rosda Karya, 2013),
h. 157.
40
Data primer adalah data yang yang di peroleh dari lembaga sekolah baik
kepala sekolah, wakil kepada sekolah, kepala bidang kurikulum, kepala
bidang kesiswaan, guru-guru mata pelajaran dan para peserta didik yang
terlibat dalam penelitian.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai literatur yaitu
buku-buku dari berbagai sumber, dokumen, sumber data tertulis, surat
kabar, skripsi fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan, majalah atau media
yang berhubungan dengan budaya sekolah dalam proses pembentukan
karakter peserta didik.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang benar dan akurat serta dapat
dipertanggung jawabkan, maka penulis menjelaskan tentang teknik
pengumpulan data yang akan digunakan sebagai berikut :
1. Wawancara
Teknik wawacara yang digunakan penulis dalam penelitian ini
adalah untuk memperoleh data primer, dengan cara bertatap muka secara
langsung dan mengajukan pertanyaan secara satu persatu kepada kepala
sekolah, wakil kepala sekolah, kepala bidang kurikulum, kepala bidang
kesiswaan, guru-guru mata pelajaran, dan peserta didik yang terlibat dalam
penelitian.
2. Observasi
Teknik observasi yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
untuk memperoleh data sekunder dengan cara mengadakan pengamatan
dan pencatatan dalam situasi yang sebenarnya. Metode ini digunakan
peneliti untuk memperoleh informasi tentang keadaan obyek penelitian,
keadaan sarana dan prasarana, keadaan pendidik dan peserta didik,
keadaan fasilitas pendukung dan penghambat dalam meningkatkan
karakter peserta didik.
3. Dokumentasi
41
Teknik dokumentasi yang digunakan penulis dalam penelitian ini
adalah untuk memperoleh data sekunder yang disimpan dalam bentuk
dokumen atau file berupa buku induk, hasil ulangan harian, rapot, catatan
harian, surat keterangan, dan lain sebagainya yang diperlukan. dengan cara
mencari data atau mencatat informasi yang sudah didapatkan.
F. Teknik Keabsahan dan Analisis Data
1. Teknik Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari
konsep keshohihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas) menurut versi
“positivisme” dan disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, kriteria dan
paradigmanya sendiri. Berikut ini beberapa teknik keabsahan data menurut
lexy :5
a. Triangulasi
Teknik triangulasi dalam penelitian ini adalah membandingkan
dan mencocokkan semua data yang diperoleh melalui hasil
wawancara, observasi dan dokumentasi untuk menilai tingkat
keshohihan atau kebenaran data untuk proses analisis.
Data-data yang diperoleh penulis dari hasil wawancara,
observasi, dan dokumtesi adalah tentang pembentukan karkater
melalui budaya sekolah akan dibandingkan dan dicocokan, agar semua
data tidak saling bertolak belakang dan menjadi data yang akurat serta
dapat dipertanggungjawabkan.
a. Pemeriksaan Sejawat
Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara
atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-
rekan sejawat. Teknik ini mengandung beberapa maksud sebagai salah
satu teknik pemeriksaan keabsahan data.
5 Lexy J Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Rosda Karya, 2013),
hal 327.
42
2. Analisis Data
Teknik analisis data yang penulis gunakan dalam penelitian
deskriptif kualitatif ini, yaitu pengumpulan data berupa kata-kata, bukan
angka-angka. Hal ini dikarenakan adanya penerapan pendekatan kualitatif.
Dalam menganalisis data ini, peneliti mendeskripsikan dan
menguraikan dan menelaah lebih dalam tentang kebiasaan atau budaya
sekolah yang diterapkan di SMP Negeri 2 Cibinong. Setelah data
terkumpul, maka data tersebut dianalisis untuk mendapatkan konklusi.
Analisis data yang dimaksud yaitu prosedur pemecahan masalah
yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek
atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada
saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana
adanya. Proses analisis data dilakukan peneliti adalah melalui tahap-tahap
sebagai berikut:
a. Klasifikasi adalah proses penggelompokkan data informasi
berdasarkan jawaban-jawaban responden. Dalam analisis data ini
penulis mengelompokan data yang diperlukan dan data yang tidak
diperlukan atau keluar dari bahasan penelitian mengenai pembentukan
akhlak melalui budaya sekolah.
b. Katagorisasi adalah proses pengelompokkan jawaban-jawaban
responden berdasarkan aspek masalah yang menonjol. Setelah
melakukan tahap klasifikasi, penulis melanjutkan tahap katagorisasi
yaitu dengan mengelompokkan dan menyesuaikan jawaban sesuai
dengan rumusan masalah yang telah ditentukan tentang pembentukan
akhlak melalui budaya sekolah.
c. Interprestasi adalah proses mencari persamaan dan perbedaan sehingga
kemudian dapat ditarik sebuah kesimpulan. Setelah melakukan tahap
klasifikasi dan katagorisasi, penulis melakukan tahap akhir
interprestasi yaitu tahap menganalisis dari fakta yang ditemukan di
sekolah tentang pembetukan akhlak melalui budaya sekolah dengan
teori yang ada untuk diambil kesimpulan.
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SMP Negeri 2 Cibinong
1. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 2 Cibinong
SMP Negeri 2 Cibinong mulai berdiri pada tahun 1982 yang merupakan
filial (kelas jauh) dari SMP Negeri 1 Cibinong, berlokasi di SD Cirimekar Jl.
Kayu Manis Cibinong dibawah kepemimpinan Bapak Dayat Hidayat, BA.
Pada tahun 1984 SMP Negeri 2 Cibinong berpindah lokasi ke SD Pabuaran
Cibinong di bawah kepemimpinan Bapak Suhud Abdullah. Pada tahun 1986
SMP Negeri 2 Cibinong berpindah lokasi ke SMP Negeri 1 Cibinong, masih
di bawah kepemimpinan Bapak Suhud Abdullah.
Mengingat keberadaan sekolah yang terus berpindah-pindah, karena
belum memiliki gedung sendiri, sudah barang tentu berdampak kurang baik
terhadap kondisi sekolah baik dari kualitas personalia pendidik dan staf TU
maupun kualitas/mutu lulusan.
Pada tahun 1990 barulah pemerintah mendirikan UGB yang berlokasi di
lingkungan Pemda Cibinong Kab. Bogor. Meskipun baru menempati gedung
sendiri, SMP Negeri 2 Cibinong sudah bisa menunjukkan prestasi yang
menggembirakan walaupun masih terbatas pada bidang tertentu (kesenian), di
bawah kepemimpinan Bapak H. Moh. Ilyas.
Pada tahun 1994 – 1997 SMP Negeri 2 Cibinong mulai menampakkan
jati dirinya, dengan diraihnya berbagai prestasi, di bawah kepemimpinan
Bapak Abdul Yazid, BA.
Pada tahun 1997 – 2001 SMP Negeri 2 Cibinong dipimpin oleh Bapak
H. Moch. Yamin, BA. Pada masa ini SMP Negeri 2 Cibinong lebih
berkembang lagi, hal ini terbukti dari perolehan prestasi yang lebih
44
menggembirakan dibanding tahun sebelumnya dan pada masa tersebut SMPN
2 Cibinong mempunyai moto menjadi sekolah terunggul di Kabupaten Bogor.
Pada tahun 2001 – 2004 SMP Negeri 2 Cibinong dipimpin oleh Bapak Drs.
H. Hardjasah, MM. dengan visinya menjadikan SMP Negeri 2 Cibinong
sebagai sekolah Unggulan di Kabupaten Bogor. Yang merupakan kelanjutan
program sebelumnya. Pada masa kepemimpinannya banyak diadakan
pembinaan di berbagai bidang sebagaimana tertera dalam strategi yang beliau
terapkan untuk mencapai/menjadikan SMPN 2 Cibinong sebagai sekolah
unggulan di Kabupaten Bogor. Hal ini membuahkan hasil dengan semakin
banyaknya prestasi yang diraih baik bidang akademik maupun non akademik
dan dengan semakin meningkatnya prestasi mutu lulusan dari tahun ke tahun,
dan semakin meningkat persentase lulusan yang diterima di Sekolah Negeri
ternama baik di kota maupun di Kabupaten Bogor.
Pada tahun 2004 – 2009 SMP Negeri 2 Cibinong masih dipimpin oleh
Bapak Drs. H. Hardjasah, MM. dengan visinya untuk mencapai Prestasi
Unggulan sesuai dengan bidang Akademik maupun Non Akademik.
Pada tahun 2009 – 2013 SMP Negeri 2 Cibinong dipimpin oleh Bapak
H. Maman Kuswandi, S.Pd. M.Pd. dengan visinya pada tahun 2015 menjadi
“Sekolah Unggul yang Menghasilkan Siswa Kompetitif dan Berkarakter
dengan Iman dan Taqwa Sebagai Landasan Meraih Cita-cita”. Dengan
indicator :
a. Terwujudnya siswa yang kompetitif, cinta tanah air, beriman dan bertaqwa.
b. Terwujudnya standar pengelolaan pendidikan yang memadai.
c. Terselenggaranya sarana sekolah yang aman, nyaman dan menyenangkan.
Pada masa kepemimpinannya beliau banyak melakukan pembinaan di
berbagai bidang sehingga prestasi yang berhasil diraih semakin meningkat
dan membanggakan baik akademik dan non akademik dengan menghasilkan
45
persentase lulusan mencapai 100% yang banyak diterima di Sekolah Negeri
unggulan baik di Kabupaten Bogor maupun di luar Kabupaten Bogor.1
Melihat sejarah perkembangan SMP Negeri 2 Cibinong, Peranan kelapa
sekolah dari dulu hingga sekarang, memberikan dampak positif dan pengaruh
yang besar terhadap lembaga meskipun memiliki visi dan misi yang berbeda
pasa masanya, yang terbukti dengan terlihatnya perkembangan sekolah yang
semakin maju dan diminati oleh masyarakat bahkan menjadi sekolah
terfavorit di Cibinong Kabupaten Bogor, yang pada awalnya banyak sekolah
terdahulu yang lebih exis. Peranan Kepala Sekolah dalam memutuskan
kebijakan dan program, serta bimbingan para peserta didik dalam memotivasi,
membuat peserta didik selalu berprestasi dalam bidang akademik maupun non
akademik.
2. Visi, Misi dan Tujuan SMP Negeri 2 Cibinong
Visi : ”Menjadi sekolah unggul yang kompetitif dalam prestasi, berwawasan
lingkungan dan berkarakter dengan landasan nilai-nilai religi“.2
Visi merupakan gambaran tujuan masa depan sekolah yang realistik,
menjadi sekolah unggul kompetitif dalam prestasi adalah sebagai motivasi
untuk sumber daya organisasi sekolah untuk menghasilkan peserta didik yang
berkualitas tinggi dan mampu bersaing dalam prestasi. Peserta didik yang
berprestasi tidak semata-mata peserta didik harus belajar terus menerus tetapi
ada dukungan dari sekolah untuk mengembangkan ilmu yang telah didapat.
Berwawasan lingkungan dan berkarakter, peserta didik yang
berwawasan harus banyak memiliki pengalaman karena dari pengalaman
peserta didik dapat menemukan pengetahuan yang baru yang tidak ia
dapatkan di sekolah. Dan peserta didik yang berkarakter harus juga didukung
1 Dokumen Tata Usaha SMP Negeri 2 Cibinong
2 Dokumen Tata Usaha SMP Negeri 2 Cibinong
46
oleh warga sekolah dengan cara menciptakan tata tertib di sekitar lingkungan
sekolah dan stakeholder harus mampu memberikan contoh yang baik agar
memotivasi peserta didik untuk turut berbuat baik pula, dan memberikan
keteladan dalam beragama agar nilai-nilai agama yang ingin ditanamkan dapat
tercapai.
Indikator Visi :
a. Meningkatnya prestasi akademik dan non akademik
b. Terciptanya sekolah yang bersih, sehat dan berwawasan lingkungan.
c. Terbentuknya pribadi yang berkarakter dengan kesadaran menjadikan
agama sebagai landasan berfikir dan bertindak.
Visi yang telah dibuat tidak boleh memiliki multitafsir, karena
penafsiran yang akurat itu adalah tujuan sekolah dimasa yang anak datang,
akan dikembangkan seperti apa sekolah yang sedang dibangun. Dari masing-
masing indikator visi, harus direalisasikan berupa suatu pelaksanaan dan
tindakan dari sekolah kepada peserta didik, pendidik dan warga sekolah
lainnya untuk membentuk sekolah yang diinginkan. Hal ini tentunya sekolah
akan membuat suatu organisasi untuk menjalankan kegiatan yang akan
dilaksanakan berupa organisasi siswa yang dibimbing oleh guru.3
Misi :
Misi SMP Negeri 2 Cibinong yang disusun berdasarkan visi di atas,
adalah:
a. Mengoptimalkan segenap potensi sekolah untuk meningkatkan
mutu pelayanan pendidikan.
b. Melaksanakan proses pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan.
c. Mewujudkan iklim sekolah yang sehat, bersih, aman dan nyaman.
d. Meningkatkan penghijauan lingkungan sekolah.
e. Mengapresiasi nilai-nilai agama dalam berpikir dan bertindak.
3 Dukumentasi Tata Usaha SMP Negeri 2 Cibinong
47
f. Membiasakan pelaksanaan ibadah secara baik dan benar.
Tujuan:
Mengacu kepada visi dan misi sekolah, maka tujuan SMP Negeri 2
Cibinong yang hendak dicapai pada tahun pelajaran 2014/2015 sebagai
berikut:
a. 100% tenaga pendidik dan tenaga non kependidikan serta peserta didik
telah membiasakan perilaku religius dalam berinteraksi di lingkungan
sekolah.
b. Menjadikan kegiatan IMTAQ sebagai kegiatan yang dapat menjadi
contoh di tingkat kecamatan.
c. Menjadikankan sekolah yang bersih, indah, nyaman dan sehat sesuai
dengan sistem manajemen lingkungan hijau (Green School).
d. Sekolah memiliki standar sarana dan prasarana /fasilitas sekolah peralatan,
dan perawatan memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM)
e. Pengelolaan manajemen sekolah dapat terkoordinir dengan baik sesuai
standar pengelolaan manajemen pendidikan
f. Sekolah dapat mencapai standar pendidik dan tenaga kependidikan
meliputi: semua peserta didik berkualifikasi minimal S1, telah mengikuti
berbagai pelatihan yang terintegrasi dan berkesinambungan, semua
mengajar sesuai mata pelajaran yang diampunya, terampil dalam
melakukan PTK dan trampil dalam pembelajaran yang berbasis ICT.
g. Semua peserta didik telah mengembangkan dan memiliki serta
melaksanakan perangkat mengajar sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
h. Proses pembelajaran dapat mencapai standar proses pembelajaran dengan
strategi CTL, pendekatan belajar tuntas, pendekatan pembelajaran
individual, dan PAIKEM.
i. Semua peserta didik terlatih dalam melakukan inovasi pembelajaran.
j. Kompetensi kelulusan siswa dapat memperoleh nilai rata-tara Ujian
Nasional mencapai 8,15.
48
k. Sekolah memiliki peserta didik dengan kompetensi yang handal dan dapat
bersaing dengan sekolah lain baik secara akademik dan non akademik.4
Pendidikan yang berbasis pada kebudayaan harus berkesinambungan
dengan visi, misi, tujuan, kurikulum, proses belajar mengajar, kualitas lulusan,
pengelolaan, sarana prasarana, keuangan, lingkungan, dan evaluasi pendidikan.
Misi pendidikan yang berbasis kebudayaan antara lain:
a. Mengintegrasikan nilai-nilai kebudayaan Indonesia ke dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengembangan pendidikan.
b. Menjadikan pendidikan sebagai wahana bagi pemasyarakatan nilai-nilai
budaya kepada generasi muda.
c. Mengupayakan terhindarnya peserta didik dari pengaruh budaya global
yang negatif.
d. Mendorong tumbuh dan berkembangnya nilai-nilai budaya yang
mendorong lahirnya etos kerja yang tinggi.5
Adapun tujuan pendidikan yang berbasis kebudayaan adalah melahirkan
peserta didik yang memiliki karakter yang merupakan keseluruhan dinamika
rasional antar pribadi dengan berbagai macam dimensi baik dari dalam
maupun dari luar dirinya agar pribadi itu semakin bertanggung jawab atas
pertumbuhan dirinya sendiri.6
Visi misi sekolah nampaknya sudah berkesinambungan dengan adanya
budaya-budaya untuk meciptakan sekolah yang mampu mencetak peserta
didik yang dapat menjaga kebersihan, melestarikan alam, dan memiliki
karakter yang baik sesuai dengan nilai-nilai religius. Hal ini tentu akan
menghantarkan peserta didik untuk mencapai tujuan sekolah, karena tujuan
sekolah akan tercapai jika visi dan misi dilaksanakan dengan baik.
4 Dokumen Tata Usaha SMP Negeri 2 Cibinong
5 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta: PT
Grafindo Persada: 2010), cet. 2, h. 281. 6 Ibid., h. 281.
49
3. Kurikulum dan Proses Pembelajaran SMP Negeri 2 Cibinong
SMP Negeri 2 Cibinong menggunaan kurikulum 2013, dan memiliki 15
mata pelajaran, Proses pembelajaran di sekolah berlangsung pada hari senin-
jumat dimulai dari pukul 08.00 sampai 15.00, pada hari sabtu sekolah diisi
dengan seluruh kegiatan ekstrakulikuler.
4. Keadaan Pendidik dan Peserta Didik SMP Negeri 2 Cibinong
SMP Negeri 2 Cibinong adalah sebuah lembaga pendidikan yang
memiliki tenaga pendidik yang ahli pada bidangnya masing-masing dan
minimal sudah melalui jenjang pendidikan sarjana di berbagai Universitas
maupun Sekolah Tinggi di Indonesia. SMP Negeri 2 Cibinong memiliki 43
tenaga pendidik dan 27 pendidik menjabat sebagai wali kelas. Sedangkan
untuk muridnya berjumlah 1011 peserta didik, 402 laki-laki dan 609
perempuan yang terdiri 329 kelas VIII, 326 kelas VIII dan 356 kelas IX.
Adapun daftar pendidik dan peserta didik untuk lebih jelasnya bisa
dilihat dengan tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1
Jumlah Pendidik
No Nama Pendidik Bidang Studi
1. Drs. H. Ibnu Mas'ud
PAI + BTA 2. Eris Riswandar, S.Ag.
3. Ujang Muslihudin,S.Ag.
4. S. Jumadiono, S.Pd. Pkn
5. Hj. Yatmi Sri Suyatmi, S.Pd.
6. Dra.Resti Repelita P, M.Pd. Bahasa
Indonesia 7. Satiti Pratini, S.Pd.
50
8. R.A.Yulia Indra Dewi,S.Pd.
9. Sulastri Mashudi, S.Pd.
10. Marpratama W. P. S.Pd.
11. Nina Nurmasari,S.Pd.M.Pd.
Bahasa Inggris
12. Siti Hulasoh, S.Pd.
13. Rosmeri Butar Butar, M.Pd.
14. Hj. Ani Nuraeni, S.Pd.
15. Asuroh, M.Pd.
16. Supendi, S.Pd.
Matematika
17. Ida Adhani, S.Pd
18. Sri Murdiningrum, S.Pd.
19. Lili Sartono, M.Pd.
20. Muryani Widiastuti, M.Pd.
21. Sulih Maliwati, S.Pd.
IPA
22. Desni Rusad, S.Pd.
23. Wiwik Ardiyanti, M.Pd.
24. Murti Handayani, S.Pd.
25. Nenden Noorhayati, S.Pd.
26. Tety Dianingsih, M.Pd. IPS
27. Dra. Tuti Sri Mulyati
28. Fatonah, S.Pd.
IPS 29. Hj. Siti Aminah, S.Pd.
30. Endah Budi Astuti, M.Pd.
31. I d r i s Seni Budaya
32. Sally Agustini Widayati,S.Pd.
33. Saeful Juandi, S.Pd. Penjaskes
34. H. Abudin, S.Pd.
51
35. Supoyo, S.Pd
36. Ade Hikmat, S.T. TIK/Prakarya
37. Muchlistawan D.N.A, S. Pd. PLH Kerajinan
38. Yuyun Yuliati, M.Pd. Mulok Bahasa
Sunda 39. M. Ulman Djuanda, SE.
40. Merry Br. Tarigan, S. Pd. Prakarya Tabus
41. Putri Dian Pratiwi, S.Psi.
BP/BK 42. Lussi Risqiana M, S.Pd.
43. Ezy Fauziah, S.Pd.
Tabel 4.2
Jumlah Peserta Didik Kelas VII
No Kelas L P Jumlah
1. VII-1 14 22 36
2. VII-2 14 22 36
3. VII-3 15 21 36
4. VII-4 13 23 36
5. VII-5 14 23 37
6. VII-6 14 22 36
7. VII-7 14 24 38
8. VII-8 15 22 37
9. VII-9 16 21 37
Jumlah 129 200 329
52
Tabel 4.3
Jumlah Peserta Didik kelas VIII
No Kelas L P Jumlah
1. VIII-1 15 21 36
2. VIII-2 15 22 37
3. VIII-3 14 22 36
4. VIII-4 17 19 36
5. VIII-5 15 21 36
6. VIII-6 14 24 38
7. VIII-7 14 21 35
8. VIII-8 14 22 36
9. VIII-9 12 24 36
Jumlah 130 196 326
Tabel 4.4
Jumlah Peserta Didik Kelas IX
No Kelas L P Jumlah
1. IX-1 11 29 40
2. IX-2 18 20 38
3. IX-3 16 24 40
4. IX-4 16 23 39
5. IX-5 15 25 40
6. IX-6 16 24 40
7. IX-7 16 23 39
8. IX-8 17 23 40
9. IX-9 18 22 40
Jumlah 143 213 356
53
5. Keadaan Sarana dan Prasarana SMP Negeri 2 Cibinong
a. Tanah dan Halaman
SMP Negeri 2 Cibinong memiliki tanah seluas 9.083, luas bangunan
3.943 m2 dan luas lahan kosong 126 m
2 / Milik Pemerintah. Semua tanah
dan bangunan adalah milik pemerintah
b. Gedung Sekolah
Bangunan sekolah pada umumnya dalam kondisi baik. Jumlah ruang
kelas untuk menunjang kegiatan belajar memadai. Keadaan gedung
sekolah SMPN 2 Cibinong sebagai berikut:
Tabel 4.4
Gedung Sekolah
No Gedung Jumlah Keadaan
1. Ruang Kepala Sekolah 1 Baik
2. Ruang Kurikulum 1 Baik
3. Ruang Guru 1 Baik
4. Ruang Kelas 27 Baik
5. Perpustakaan 1 Baik
6. Lab. IPA 1 Baik
7. Lab. Bahasa 1 Baik
8. Lab. Komputer 1 Baik
9. Ruang Keterampilan 1 Baik
10. Ruang Kesenian 1 Baik
11. Musholah 1 Baik
54
B. Deskripsi Data
1. Metode yang Digunakan Sekolah dalam Membentuk Karakter
Peserta Didik di SMP Negeri 2 Cibinong
Setelah melakukan wawancara, observasi dan dokumentasi penulis
menemukan beberapa proses pembentukan akhlak melalui budaya yang
diterapkan di sekolah. Metode yang terapkan adalah guna membentuk akhlak
peserta didik dari segi keagamaan, akademik dan menjaga lingkungan. Dari
beberapa informan yang telah diwawancari berikut adalah budaya yang
diterapkan dalam pembentukan karakter:
Sekolah merupakan tempat untuk melaksanakan pembelajaran yang
sudah semestinya dijaga dan dilestarikan dengan baik, pelestarian ini
dilakukan agar peserta didik mendapatkan rasa nyaman ketika melaksankan
kegiatan belajar. Untuk menciptakan suasana yang nyaman seluruh warga
sekolah harus memiliki jiwa untuk peduli terhadap lingkungan. Untuk itu
sekolah menciptakan beberapa budaya terkait dengan indikator lingkungan
diantaranya adalah:
a. Green Squad
Gambar 4.1
Sumber Penelitian: Taman Vertikal
55
Green Squad atau pasukan hijau adalah organisasi yang dibuat untuk
menjaga kelestarian dan mereboisasi lingkungan sekolah maupun
lingkungan kelas. Pasukan ini terdiri dari beberapa peserta didik dari
setiap kelas yang dibuat menjadi satu organisasi yang dibimbing oleh
seorang pendidik. Adanya pasukan green squad memberikan pengaruh
yang besar bagi lingkungan sekolah, adanya tumbuhan-tumbuhan di
taman dan pot-pot yang tumbuh hijau subur. Kemudian, pasukan hijau ini
membuat taman vertikal yaitu menanam tumbuhan di tempat botol-botol
bekas yang sudah tidak terpakai.
Seperti yang dikatakan oleh Bapak Eris Riswandar, S. Ag selaku
wakil Kepala Sekolah.
“Gerakan adiwiyata ini didukung oleh green squad (pasukan hijau)
dan poker (polisi kebersihan). green squad itu memelihara tanaman
yang ada di luar, anggotanya banyak direkrut dari setiap kelas. 7
Gambar 4.2
Sumber Penelitian Tanaman Green Squad
7 Hasil wawancara dengan Bapak Eris Riswandar, selaku Wakil Kepala Sekolah dan Guru
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala dan Wakil Kepala
Sekolah), selasa, 08 November 2016, pukul 10.00–11.00.
56
Pasukan green squad juga mempunyai tugas untuk mengecek
lingkungan yang belum ada tumbuhan hijaunya di lingkungan sekolah dan
kelas. Senada dengan pernyataan di atas, menurut hasil wawancara dengan
Bapak Ujang, S.Ag, selaku Kepala Bidang Kesiswaan.
”Pasukan green squad (pasukan hijau) yaitu mengkoordinir tanaman
hijau atau pun di tempat yang belum ada tanaman hijaunya di
lingukungan sekolah maupun di lingkungan kelas.”8
b. Poker (Polisi Kebersihan)
Poker adalah suatu organisasi yang bekerja sama dengan green
squad. Pasukan poker dibentuk dari beberapa peserta didik yang diambil
dari masing-masing kelas yang dibimbing oleh seorang pendidik sebagai
pembimbing. Tugasnya adalah menjaga kebersihan lingkungan sekolah
dan kelas dari sampah atau peserta didik yang membuang sampah
sembarangan. Pasukan poker beroperasi saat jam istirahat dengan
berkeliling ke setiap kelas untuk memeriksa kebersihan lingkungan kelas.
Jika didapati sampah, maka akan diberikan sanksi pada kelas yang
didapati sampah. Sanksi yang diberikan adalah denda sebesar sepuluh ribu
rupiah persatu sampah. Akan tetapi jika sampah terlalu banyak dan
memberatkan tanggung jawab kelas dalam pembayaran maka pasukan
tersebut mengadakan pengadilan poker untuk meminta keringanan dalam
persidangan yang dipimpin oleh peserta didik yang tergabung dalam
organisasi tersebut, jika masalah tersebut tidak selesai maka akan berlanjut
ke mahkamah poker yang dipimpin oleh guru.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Bapak Eris Riswandar, S.Ag
selaku Wakil Kepala Sekolah.
8
Hasil wawancara dengan Bapak Ujang, selaku Kepala Bidang Kesiswaan dan Guru
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Guru), kamis, 13 Oktober
2016, pukul 09.00-09.30.
57
“Poker polisi kebersihan jadi mereka yang beroperasi ke setiap kelas
setiap istirahat nanti ada sampah atau tidak? Jika didapati sampah oleh
tim poker maka diambil sampahnya dan kelas itu didenda. Pokernya
umum tapi direkrut dari kelas-kelas juga..”.9
Senada dengan yang dikatakan oleh Pak Eris, Ibu Siti Hulasoh
selaku pembantu Kepala Bidang Kurikulum mengatakan:
“Poker (polisi kebersihan), ini kerjaannya setiap istirahat ngontrol
kelas nanti jika ada sampah dicatat satu sampah 10 ribu..”10
Diperkuat oleh perkataan Kepala Bidang Kesiswaan Bapak Ujang.
“Pasukan poker (polisi kebersihan) siswa berlatih seolah polisi yang
menilang ketika melihat ada pelangaran, seperti adanya satu sampah di
ruangan kelas saja maka ada poker yang selalu berpatroli di ruangan
kelas di setiap kelas waktu istirahat pertama dan kedua apabila
melihat siswa membuang sampah sembarangan akan dikenakan
denda..”11
Dari beberapa wawancara di atas poker adalah oraganisasi yang
berperan penting dalam masalah kebersihan lingkungan sekolah maupun
kelas. Dengan adanya poker ini peserta didik dituntut untuk menjaga
kebersihan baik kebersihan diri maupun lingkungan.
Untuk memotivasi peserta didik untuk selalu menjaga kebersihan,
maka diadakan lomba kebersihan antar kelas, lomba kebersihan ini
berlangsung secara terus menerus, dan akan diumumkan pada saat upacara
senin minggu pertama tiap bulannya. Dalam upacara ini akan diumumkan
kelas terbersih dan terkotor pada setiap jenjang kelas VII, VIII dan IX,
9 Hasil wawancara dengan Bapak Eris Riswandar, selaku Wakil Kepala Sekolah dan Guru
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala dan Wakil Kepala
Sekolah), selasa, 08 November 2016, pukul 10.00–11.00. 10
Hasil wawancara dengan Ibu Siti Hulasoh, selaku Kepala Bidang Kurikulum dan Guru
Bahasa Inggris di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala Bidang Kurikulum), selasa, 08
November 2016, pukul 09.00–10.00. 11
Hasil wawancara dengan Bapak Ujang, selaku Kepala Bidang Kesiswaan dan Guru
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Guru), kamis, 13 Oktober
2016, pukul 09.00-09.30.
58
kelas terbersih akan diberikan bendera berwarna hijau dan kelas terkotor
akan diberikan bendera berwarna merah, dan yang menerima bendera
tersebut adalah pendidik yang menjabat sebagai wali kelas itu sendiri.
“Setiap bulan diumumkan kelas terbersih, yang bersih dikasih bendera
hijau dari yang paling bersih di setiap tingkatan kelas, jadi tidak dari
keseluruhan siswa karena tidak adil, kan anak kelas VII beda cara
pekerjaannya. Kelas yang kotor warna merah jadi hijau ada tiga merah
ada tiga. Ini memotivasi siswa dan wali kelasnya juga karena yang
menerima bendera adalah wali kelas saat upacara awal bulan
dilaksanakan sama ketua kelas yang memberikan kepala sekolah”.12
Begitulah yang dikatakan oleh Pak Eris dalam wawancara yang
penulis lakukan.
c. KTR (Kawasan Tanpa Rokok)
Gambar 4.3
Sumber Penelitian: Kawasan Tanpa Rokok
KTR diresmikan pada bulan November 2016, budaya ini dilakukan
untuk menghindari asap rokok dari lingkungan sekolah. Semua warga
sekolah dilarang untuk menghidupkan rokok di area sekolah baik pendidik
12
Hasil wawancara dengan Bapak Eris Riswandar, selaku Wakil Kepala Sekolah dan Guru
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala dan Wakil Kepala
Sekolah), selasa, 08 November 2016, pukul 10.00–11.00.
59
maupun karyawan. Begitu pula dengan tamu yang datang, diwajibkan
untuk mematikan rokok terlebih dahulu sebelum masuk kawasan sekolah.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibu Siti Hulasoh dalam
wawancara:
“Nah kemaren juga baru diluncurkan sekolah ini sebagai sekolah
kawasan tanpa rokok. Jadi siapa pun yang masuk setelah ini tidak
boleh merokok tidak boleh ada asap rokok, semua warga sekolah tidak
terkecuali, dan yang masuk ke sekolah termasuk tamu. Tamu yang
ingin masuk ke sekolah matikan rokok baru boleh masuk. Kemaren
sudah diluncurkan dihadiri oleh yayasan pengampu gerakan tanpa
rokok”.13
Dari keseluruhan organisasi yang ada di sekolah dikoordinir oleh
peserta didik dan didampingi oleh pendidik sebagai pembimbing.
“Semua yang koordinir adalah peserta didik yang berbentuk organisasi
seperti osis yang dibentuk dibentuk dengan perwakilan setiap setiap
kelas dan didampingi oleh guru pembimbing”.14
Ujar Pak Ujang.
d. Senyum, Sapa, Salam, Santun (4S)
4S adalah budaya sekolah yang dilakukan sekolah setiap hari senin
sampai jumat yaitu ketika menyambut anak-anak datang ke sekolah, hari
sabtu sebenarnya peserta didik masuk sekolah tetapi hanya untuk
mengikuti kegiatan ekstrakulikuler. Budaya ini adalah yang dilakukan
para pendidik kepada peserta didik. pendidik yang menyabut peserta didik
diwajibkan datang lebih awal, dan penyambutan sudah terjadwalkan.
13
Hasil wawancara dengan Ibu Siti Hulasoh, selaku Kepala Bidang Kurikulum dan Guru
Bahasa Inggris di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala Bidang Kurikulum), selasa, 08
November 2016, pukul 09.00–10.00. 14
Hasil wawancara dengan Bapak Ujang, selaku Kepala Bidang Kesiswaan dan Guru
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Guru), kamis, 13 Oktober
2016, pukul 09.00-09.30.
60
Seperti yang dikatakan oleh Pak Ujang:
“Iya ada, yaitu guru membiasakan menyambut kedatangan anak-anak
dari sekolah, dan terjadwal dan standby menyapa anak 4s ketika
datang ke sekolah”.15
Gambar 4.4
Sumber penelitian: Budaya 4S
Senada dengan Pak Ujang, Pak Eris pun mengatakan:
“4S dilakukan setiap hari, disambut sama guru-guru dari Senin sampe
Jumat kecuali hari Sabtu karena tidak ada pembelajaran.”.16
Kegiatan ini dilakukan untuk membentuk moral pendidik kepada
peserta didik dan sebaliknya peserta didik kepada pendidik. 4S ini
mengajarkan bagaimana seharusnya seorang pendidik menyayangi peserta
didiknya. Karena tugas seorang pendidik tidak hanya untuk mengajar atau
mentransfer ilmu, tetapi ada tugas yang lebih penting dari mengajar yaitu
15
Hasil wawancara dengan Bapak Ujang, selaku Kepala Bidang Kesiswaan dan Guru
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Guru), kamis, 13 Oktober
2016, pukul 09.00-09.30. 16
Hasil wawancara dengan Bapak Eris Riswandar, selaku Wakil Kepala Sekolah dan Guru
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala dan Wakil Kepala
Sekolah), selasa, 08 November 2016, pukul 10.00–11.00.
61
mendidik peserta didik. Oleh karena itu pembiasaan kecil seperti ini harus
dilakukan agar karakter peserta didik terbentuk. Seperti yang dikatakan
oleh Pak Eris:
“Tapi yang lebih penting lagi penegakkan moral yaitu bagaimana
seorang guru bisa sayang kepada sisiwanya artinya kita guru bukan
hanya mengajar tapi mendidik yang terpenting itu makanya itu
pembiasaan”.17
e. Shalat Dhuha
Gambar 4.5
Sumber Penelitian: Kegiatan Sholat Dhuha
Kegiatan yang diterapkan di sekolah dalam rangka membentuk
karakter peserta didik adalah dengan membiasakan serangkaian sholat
dhuha yang sebelumnya dilakukan tadarus al-Qur’an, dzikir asmaul husna
dan membiasakan shalat zuhur berjama’ah.
Seperti yang dikatakan oleh Ibu Siti Hulasoh:
17
Hasil wawancara dengan Bapak Eris Riswandar, selaku Wakil Kepala Sekolah dan Guru
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala dan Wakil Kepala
Sekolah), selasa, 08 November 2016, pukul 10.00–11.00.
62
“Kalo kegiatan ini biasanya pagi-pagi menyambut anak-anak datang,
disambut sama guru-guru dan terjadwal.”.18
Peserta didik datang ke sekolah sebelum bel dibunyikan, setibanya
di sekolah sebelum pukul tujuh peserta didik yang muslim dan sedang
dalam keadaan menstruasi berwudhu untuk bersiap-siap melaksanakan
sholat dhuha, namun sebagian siswa dianjurkan untuk berwudhu di rumah
yang yang tempat tinggalnya dekat dengan sekolah.
Pelaksanaan sholat dhuha dilakukan selama tiga hari dalam setiap
minggunya secara rutin yaitu selasa, rabu dan kamis dari pukul 07.00-
07.30. Karena hari senin digunakan untuk pelaksanaan upacara dan jum’at
diisi dengan pembacaan yāsin dan olahraga secara bergantian tiap
minggunya. Seperti yang di katakan oleh Pak Ujang:
“kemudian nilai religi dengan membiasakan sholat berjamaah seperti
zuhur dan ashar dan sholat dhuha setiap pagi sebelum memulai jam
pelajaran sekitar pukul 07.00 sampai 07.30”.19
Senada dengan yang dikatakan oleh Pak Ujang, Ibu Siti Hulasoh
mengatakan:
“Pelaksanaannya 3 hari untuk tadarus, dzikir asmaul husna dan sholat
dhuha itu 3 hari, selasa, rabu, dan kamis.”.20
Dan disela-sela wawancara Ibu Hulasoh menekankan lagi,
bahwasannya sholat dhuha memang dihimbau untuk dilaksanakan setiap
hari dengan peserta didik datang lebih awal jika di hari lain diselingi
kegiatan. Ibu Hulasoh mengatakan:
18
Hasil wawancara dengan Ibu Siti Hulasoh, selaku Kepala Bidang Kurikulum dan Guru
Bahasa Inggris di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala Bidang Kurikulum), selasa, 08
November 2016, pukul 09.00–10.00. 19
Hasil wawancara dengan Bapak Ujang, selaku Kepala Bidang Kesiswaan dan Guru
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Guru), kamis, 13 Oktober
2016, pukul 09.00-09.30. 20
Hasil wawancara dengan Ibu Siti Hulasoh, selaku Kepala Bidang Kurikulum dan Guru
Bahasa Inggris di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala Bidang Kurikulum), selasa, 08
November 2016, pukul 09.00–10.00.
63
Gambar 4.6
Sumber penelitian: Kegiatan Sholat Dhuha
Dalam melaksanakan sholat dhuha pertama peserta didik menggelar
karpet yang dibawa dari masjid yang sebelumnya sudah digelari terpal
oleh penjaga sekolah, lalu berkumpul di lapangan utama dan membaca al-
Qur’an secara bersama-sama, dilanjutkan dengan dzikir asmaul husna
yang dipimpin oleh peserta didik, kemudian setelah itu melaksanakan
sholat dhuha sebanyak empat rakaat dan membaca doa setelah sholat
dhuha dan diisi dengan kultum oleh guru.
“Dhuha diawali dengan tadarus al-Qur’an kemudian membaca asmaul
husna lalu melaksanakan sholat dhuha dan setelahnya ada ceramah
dhuha biasanya klo tadi engga karena speakernya jelek (haha). Ada
ceramah dhuha adda sekitar 5 sampai 7 menit kadang kultum kadang
lebih dari kultum bisa lebih kadang 30 menit kalo lagi sempat
(haha)”.21
Ujar Bapak Wakil Kepala Sekolah.
21
Hasil wawancara dengan Bapak Eris Riswandar, selaku Wakil Kepala Sekolah dan Guru
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala dan Wakil Kepala
Sekolah), selasa, 08 November 2016, pukul 10.00–11.00.
64
f. Sholat Berjama’ah
Melaksanakan sholat lima waktu merupakan kewajiban bagi umat
Islam, sholat wajib jika dilakukan sendiri maka hanya akan mendapatkan
1 derajat pahala, sedangkan sholat lima waktu yang dilakukan dengan
berjamaah maka pahala yang didapat adalah 27 derajat. SMP Negeri 2
Cibinong mewajibkan para peserta didik untuk melaksanakan sholat zuhur
berjamaah di sekolah. hal ini dilakukan untuk meningkatkan jiwa
keagamaan pada diri peserta didik.
Sholat zuhur berjamaah dilakukan secara bergantian karena
musholah yang tidak memadai untuk seluruh peserta didik jika dilakukan
secara serentak bersama-sama.
“Zuhur dilakukan berjamaah ada yang adzan juga di sini, yang
pertama adzan pendidik. Pelaksanaan anak-anak berkumpul untuk
melaksanakan sholat berjamaah, setelah selesai berjaamaah lanjut
gelombang berikutnya bergantian karena tempatnya terbatas “.22
Begitu yang dikatakan oleh Kepala Bidang Kurikulum di atas. Jadi
sholat berjamaah dilakukan secara bergelombang, kemudian selain karena
tempat yang terbatas waktu zuhur berkumandang juga masih ada peserta
didik yang sedang melaksanakan pembelajaran dan baru selesai pukul
12.20. Maka, peserta didik yang sudah keluar kelas segera melaksanakan
sholat.
g. Sodaqoh
Budaya sodaqoh merupakan pembiasaan yang dilakukan oleh SMP
Negeri 2 Cibinong, yaitu dengan menyisihkan sisa uang jajan peserta
didik. Sodaqoh dilaksanakan setiap hari jumat yang dikoordinir oleh
22
Hasil wawancara dengan Ibu Siti Hulasoh, selaku Kepala Bidang Kurikulum dan Guru
Bahasa Inggris di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala Bidang Kurikulum), selasa, 08
November 2016, pukul 09.00–10.00.
65
peserta didik dan dilaporkan kepada pendidik penanggung jawab, sodaqoh
juga dibiasakan oleh peerta didik untuk temannya yang sedang berduka.
“Budaya sodaqoh atau infaq dilakukan setiap Jum’at, anak belajar
berinfak anak menyumbangkan berapapun sisa uang jajan mereka,
peserta didik yang mengkoordinir dan di setor ke koordinator
umumnya yaitu pak ujang”.23
Ujar Bapak Wakil Kepala Sekolah
Pak Eris pula mengatakan:
“Budaya sodaqoh atau infaq dilakukan setiap jumat, anak belajar
berinfak anak menyumbangkan berapapun sisa uang jajan mereka,
siswa yang mengkoordinir dan disetokarkan ke koordinator umumnya
yaitu Pak Ujang”24
Hasil sodaqoh yang telah terkumpul disetorkan kepada pendidik
sebagai pembimbing, uang tersebut biasanya digunakan untuk menyatuni
anak yatim pada tanggal 10 muharrom dan untuk merayakan Perayaan
Hari Besar Islam (PHBI) untuk memanggil mubaligh ke sekolah.
h. GLS (Gerakan Literasi Sekolah)
GLS yaitu gerakan membaca. Gerakan ini dilaksanakan pada hari
selasa, rabu dan kamis, dan dilaksanakan setelah sholat dhuha dilapangan
selama 15 menit tetapi setiap satu bulan sekali GLS dilaksanakan selama
40 menit. Gerakan ini mewajibkan anak membawa buku bacaan masing-
masing selain buku mata pelajaran yang ada di sekolah.
23
Hasil wawancara dengan Bapak Eris Riswandar, selaku Wakil Kepala Sekolah dan Guru
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala dan Wakil Kepala
Sekolah), selasa, 08 November 2016, pukul 10.00–11.00. 24
Hasil wawancara dengan Bapak Eris Riswandar, selaku Wakil Kepala Sekolah dan Guru
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala dan Wakil Kepala
Sekolah), selasa, 08 November 2016, pukul 10.00–11.00.
66
Gambar 4.7
Sumber Penelitian: Kegiatan Gerakan Liter
“Pembiasaan membaca dengan sebutan nama gerakan literasi setiap
pagi selama 15 menit dan setiap sebulan sekali selama 40 menit dan
sudah dibiasakan”.25
Ujar Pak Ujang.
“Kemudian ada lagi GLS (Gerakan Literasi Sekolah) jadi itu gerakan
membaca literasi di luar buku-buku pelajaran jadi anak yang novel,
motivasi, inspirasi, hiburan pokoknya selain buku pelajaran”.26
Ujar
Ibu Hulasoh.
“yang saya lakukan saat ini adalah gerakan literasi, jadi anak wajib
setelah sholat dhuha wajib baca buku 15 menit dan anak diwajibkan
bawa buku sendiri diluar buku mata pelajaran tapi tidak boleh buku
yang engga-engga”.27
Ujar Pak Eris.
Untuk mendukung jalannya GLS sekolah menyediakan perpustakaan,
saung baca dan pojok-pojok literasi yang ada disetiap pojok kelas, bahkan
25
Hasil wawancara dengan Bapak Ujang, selaku Kepala Bidang Kesiswaan dan Guru
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Guru), kamis, 13 Oktober
2016, pukul 09.00-09.30. 26
Hasil wawancara dengan Ibu Siti Hulasoh, selaku Kepala Bidang Kurikulum dan Guru
Bahasa Inggris di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala Bidang Kurikulum), selasa, 08
November 2016, pukul 09.00–10.00. 27
Hasil wawancara dengan Bapak Eris Riswandar, selaku Wakil Kepala Sekolah dan Guru
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala dan Wakil Kepala
Sekolah), selasa, 08 November 2016, pukul 10.00–11.00.
67
di pos penjaga pun ada buku sehingga kapanpun dan di mana pun anak
ingin membaca bisa dilakukan. Hal ini dilakukan karena pendidik
menyadari bahwasanya tanpa membaca peserta didik tidak akan bisa.
Selain dari fasilitas yang disediakan oleh sekolah, buku-buku bacaan
juga di dapatkan dari alumni, karena setiap peserta didik yang sudah
menjadi alumni wajib memberikan satu buah buku untuk sekolah.
Selain itu untuk memotivasi anak membaca sekolah membuat pohon
geulis (gerakan literasi sekolah) yang ada di setiap kelas, gunanya yaitu
bagi peserta didik yang telah menghatamkan buku maka di catat judul
buku, pengarang dan nama peserta didik yang membaca dan ditempelkan
di pohon tersebut baik berbentuk bunga, daun ataupun buah. Jika kelas
tersebut banyak peserta didik yang menghatamkan banyak buku, maka
semakin rindang pohon tersebut. Sebagaimana yang dikatakan oleh Pak
Eris:
“Dan di tiap-tiap kelas saya bikin gambar pohon di tembok ada di
kelas-kelas di ruang guru juga ada. Jadi ada pohon setiap anak
diwajibkan menempel buka yang telah dia baca setiap taat buku, dia
tulis buku judulnya apa dan karangan siapa dan nama yang membaca,
semakin banyak yang membaca maka pohon semakin lebat, setelah
pohon sudah lebat maka akan diganti dengan pohon yang baru di foto
di dokumentasikan dan pohon yang lama di simpan”.28
“Guru-guru yang meminjam buku terbanyak pun akan mendapat
penghargaan seperti siswa, bahkan ada yang namanya pohon geulis
(gerakan literasi sekolah) jadi disetiap kelas terdapat pohon literasi dan
di cari pohon yang paling rindang, disitu ada nama siswa yang
membawa, judul buku dan nama pengarangnya. Ditempelkan boleh
berupa daun, buah, bunga. Semakin banyak anak kelas membaca
28
Hasil wawancara dengan Bapak Eris Riswandar, selaku Wakil Kepala Sekolah dan Guru
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala dan Wakil Kepala
Sekolah), selasa, 08 November 2016, pukul 10.00–11.00.
68
semakin rindang juga pohonnya. Ini memang percontohan sekolah dari
sekolah-sekolah lain”.29
Ujar Ibu Hulasoh.
Gerakan Literasi Sekeloah atau GLS juga memberikan motivasi lain
kepada peserta didik yang rajin membaca buku dengan memberikan
penghargaan berupa pin yang diberikan dari pihak perpustakaan sekolah.
“Mau tidak mau anak membaca itu kebudayaan membaca agar anak
mau membaca, dan sudah ada penunjang motivasi yaitu penghargaan
bagi mereka yang meminjam buku untuk membaca itu diberi pin,
adalah lambang penghargaan perpustakaan bagi siswa yang rajin
membaca buku”30
Ujar Ibu Hulasoh.
GLS juga memberi projek kepada peserta didik untuk membuat
jurnal dari buku yang sudah dibacanya, agar spserta didik memahami apa
yang telah dibaca. Projek jurnal yang diberikan tidak banyak hanya
maksimal 2 lembar. Dan tugas itu akan diperiksa oleh pendidik
koordinator Gerakan Literasi Sekolah. Seperti dalam wawancara yang
dikatakan oleh Ibu Hulasoh:
“Mereka juga buat jurnal dan ditanda tangani oleh koordinator
termasuk ibu salah satunya jadi setiap hari jumat hari terakhir ibu
periksa meskipun 2 halaman tetapi harus buat jurnal jadi tau apa yang
dibaca, anak membaca dan bisa menulis”.31
2. Akhlak Pesert Didik di SMP Negeri 2 Cibinong
Dari beberapa budaya yang sekolah yang diterapkan, tentunya sekolah
mengharapkan adanya perubahan sikap pada peserta didik. Setelah melakukan
wawancara dengan Ibu Siti Hulasoh, beliau mengatakan:
29
Hasil wawancara dengan Ibu Siti Hulasoh, selaku Kepala Bidang Kurikulum dan Guru
Bahasa Inggris di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala Bidang Kurikulum), selasa, 08
November 2016, pukul 09.00–10.00. 30
Hasil wawancara dengan Ibu Siti Hulasoh, selaku Kepala Bidang Kurikulum dan Guru
Bahasa Inggris di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala Bidang Kurikulum), selasa, 08
November 2016, pukul 09.00–10.00. 31
Hasil wawancara dengan Ibu Siti Hulasoh, selaku Kepala Bidang Kurikulum dan Guru
Bahasa Inggris di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala Bidang Kurikulum), selasa, 08
November 2016, pukul 09.00–10.00.
69
“Anak itu sekarang lebih santun, peduli, karakternya lebih tanggung
jawab, jujur jadi karakternya sudah mulai tampak, Untuk perkataan
alhamdulilah saya belum pernah mendengar anak-anak berkata kasar”.32
Begitu pula yang dirasakan oleh Bapak Eris tampak sebuah perbedaan
karakter yang lebih baik yang terbentuk dalam diri siswa setelah menjalankan
budaya yang diterapkan di sekolah, beliau megatakan:
“Uuuh beda banged, dulu itu kesenjangan sosialnya masih ada semenjak
ada dhuha anak-anak menjadi bijak tapi ada satu dua orang yang masih itu
masih wajar karena kita semua manusia biasa wajar jika ada hambatan”.33
Selain itu diseling pembimbicaraan Pak Eris juga mengatakan:
“Anaknya sopan-sopan, alhamdulillah anak-anak ke guru dia sopan, ke
tamu juga sopan dia sungkan. Itulah pembiasaan alhamdulilah. Kemudian
dampak yang lain ke pribadi guru dulu katanya sii ngajar jam 7 setengah
delapan baru datang, sekarang alhamdulilah ngajar jam 7 datang jam
setengah 7 sudah pada datang, harus di siplin”.34
Demikian juga hal senada dirasakan oleh Pak Ujang, peserta didik lebih
mendalami rasa keagamaannya bahkan orang tua di rumah pun ikut
merasakannya. Sebagaiman yang dikatakan:
“Awalnya suka dipaksa sekarang sudah menjadi terbiasa, yang awalnya
dipaksa sekarang sudah bergerak sendiri tanpa disuruh seperti menggelar
sajadah di masjid sekolah, kemudian rohaninya diberikan pembinaan
akhirnya tergerak dan memiliki kesadaran untuk melakukan kebutuhan
rohaninya”.35
32
Hasil wawancara dengan Ibu Siti Hulasoh, selaku Kepala Bidang Kurikulum dan Guru
Bahasa Inggris di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala Bidang Kurikulum), selasa, 08
November 2016, pukul 09.00–10.00. 33
Hasil wawancara dengan Bapak Eris Riswandar, selaku Wakil Kepala Sekolah dan Guru
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala dan Wakil Kepala
Sekolah), selasa, 08 November 2016, pukul 10.00–11.00. 34
Hasil wawancara dengan Bapak Eris Riswandar, selaku Wakil Kepala Sekolah dan Guru
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala dan Wakil Kepala
Sekolah), selasa, 08 November 2016, pukul 10.00–11.00. 35
Hasil wawancara dengan Bapak Ujang, selaku Kepala Bidang Kesiswaan dan Guru
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Guru), kamis, 13 Oktober
2016, pukul 09.00-09.30.
70
Dapat ditarik pemahaman bahwasannya dengan diadakannya budaya
sekolah, para pendidik merasakan perubahan prilaku peserta didik seperti
berlaku sopan, lebih bijaksana, disiplin, dan lebih mendalami tingkat
keagamaan pada diri peserta didik.
Untuk melihat karakter yang terbentuk, penulis pun mewawancari para
peserta didik SMP Negeri 2 untuk meyakinkan dengan perubahan sikap yang
dimiliki peserta didik. Sebagaimana karakter religious, tanggung jawab dan
disiplin yang sudah terbentuk dalam diri peserta didik dengan selalu
membiasakan sholat dhuha di sekolah maupun di rumah dan datang tepat
waktu:
Anil: “Iyah untuk sholat dhuha itu sendiri saya sih lebih tenang yah. Dan
sholat dhuha merupakan salah satu visi juga dari SMP Negeri 2
berlandaskan nilai-nilai religious”.36
Winila: “jadi lebih disiplin karena sholat dhuha kan di mulainya pagi, tapi
kalo sekarang kalo ninggalin engga enak karena udah terbiasa jadi di
sekolah sholat dhuha di rumah juga sholat dhuha”.37
Vega: “pertama pastinya meningkatkan keagamaan, terus disiplin karena
datengnya memang harus pagi sebelum gerbangnya di tutup.38
Kemudian dengan diadakannya budaya green squad dan poker peserta
didik lebih mencintai atau peduli lingkungan dan peduli sosial dikarenakan
dengan adanya budaya ini peserta didik mampu mengatur dirinya untuk tidak
membuang sampah sembarangan, bahkan mengambil sampah yang bukan
miliknya dan membuangnya ke tempat sampah, menyirami tanaman yang
kering, kreatif untuk menghias kelas dengan tanaman dan memberitahu teman
36
Hasil wawancara dengan Anil siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Cibinong, (Sekolah:
Mushollah), senin, 21 November 2016, pukul 11.00-11.30. 37
Hasil wawancara dengan winilla siswi kelas IX SMP Negeri 2 Cibinong, (Sekolah:
Mushollah), senin, 21 November 2016, pukul 10.00-11.00. 38
Hasil wawancara dengan Vega siswi kelas IX SMPNegeri 2 Cibinong,
(Sekolah:Mushollah), senin, 21 November 2016, pukul 10.00-11.00.
71
dengan cara saling menasehati untuk menjaga lingkungan. Seperti yang
dikatakan oleh peserta didik sebagai berikut:
Anil: “Pastinya menjaga kebersihan karena kata Ibu Nenden ingat lebih
kreatif karena ada tugas menata kelas dengan rapih dan nyaman dengan
tumbuhan”.39
Winila: “aku juga jadi engga betah kalo liat tumbuhan sudah kering jadi
aku siram. Pastinya jadi engga buang sampah sembarangan, terus aku juga
kan anggota poker jadi aku suka kasih tau temen-temen jangan membuang
sampah sebarangan”.40
Vega: “Aku sekarang kalo liat tanaman kering gak betah aku ganti dengan
tanaman yang baru yang hijau, kemudian juga kan green squad itu suka
ada program buat menghias kelas jadi kita biasa kreatif sii. jadi engga
buang sampah sembarangan karena kalo ketawan buang sembarangan
akan didenda, terus juga suka ngingetin temen-temen”.41
Selain itu karakter yang terbentuk dari peduli sosial adalah peserta didik
selalu memberikan infaq dengan ikhlas kepada peserta didik atau pendidik
yang sedang berduka, seperti yang dikatakan sebagai berikut:
Anil: “Untuk infaq sendiri di SMP 2 itu saling tolong menolong yah”.42
Winila: “Uangnya juga berguna untuk yang lain jadi pastinya aku juga
peduli dan mau untuk bersodaqoh”.43
Vega: “Pertama aku jadi peduli soalnya infak dimintai juga untuk peserta
didik atau pendidik yang sedang berduka, terus uangnya juga biasanya
dikasih ke anak yatim dan buat beli karpet juga”.
39
Hasil wawancara dengan Anil siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Cibinong, (Sekolah:
Mushollah), senin, 21 November 2016, pukul 11.00-11.30. 40
Hasil wawancara dengan winilla siswi kelas IX SMP Negeri 2 Cibinong, (Sekolah:
Mushollah), senin, 21 November 2016, pukul 10.00-11.00. 41
Hasil wawancara dengan Vega siswi kelas IX SMPNegeri 2 Cibinong,
(Sekolah:Mushollah), senin, 21 November 2016, pukul 10.00-11.00. 42
Hasil wawancara dengan Anil siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Cibinong, (Sekolah:
Mushollah), senin, 21 November 2016, pukul 11.00-11.30. 43
Hasil wawancara dengan winilla siswi kelas IX SMP Negeri 2 Cibinong, (Sekolah:
Mushollah), senin, 21 November 2016, pukul 10.00-11.00.
72
Selanjutnya dari Gerakan Literasi Sekolah, peserta didik menjadi
gemar membaca, seperti yang dikatakan peserta didik sebagai berikut:
Anil: “literasi ini abis sholat dhuha kan ada GLS itu, karena saya
ngebacanya ngegantung jadi di kelas saya lanjutin lagi jadi makin
berlembar-lembar bacaannya jadi sekarang lebih sering baca yang
awalnya suka maen game”.44
Winila: ” Jadi suka membaca sih, selain itu juga jadi mudah buat ngerjain
tugas kaya misalnya kan ada tugas bahasa Indonesia disuruh membuat
karangan”.45
Vega: “Ouhiya hhm aku jadi suka baca sii soalnya dibuku-bukunya
banyak nilai-nilai pedidikannya jadi bagus banget”.46
3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Proses
Pembentukan Akhlak di SMP Negeri 2 Cibinong
Dalam rangka pembentukan karakter di SMP Negeri 2 Cibinong,
tentunya tidak terlepas dari beberapa faktor pendukung dan penghambat.
Karena, membentuk karakter peserta didik tidaklah semudah mengucap kata.
Peserta didik yang memiliki akal dan pikiran tentunya memiliki kehendak
sendiri oleh karena itu diperlukan kesungguhan dan kesabaran. Faktor
Pendukung dan penghambat diantaranya yaitu:
a. Faktor Pendukung
Mengenai faktor pendukung dalam pembentukan karakter di SMP
Negeri 2, penulis melakukan wawancara dengan Bapak Eris Kusnandar
selaku wakil kepala sekolah sekaligus guru Pendidikan Agama Islam yang
mengatakan:
44
Hasil wawancara dengan Anil siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Cibinong, (Sekolah:
Mushollah), senin, 21 November 2016, pukul 11.00-11.30. 45
Hasil wawancara dengan winilla siswi kelas IX SMP Negeri 2 Cibinong, (Sekolah:
Mushollah), senin, 21 November 2016, pukul 10.00-11.00. 46
Hasil wawancara dengan Vega siswi kelas IX SMP Negeri 2 Cibinong,
(Sekolah:Mushollah), senin, 21 November 2016, pukul 10.00-11.00.
73
“fasilitas mendukung, hanya yang belum mendukung fasilitas kamar
mandi karena tidak sesuai dengan jumlah peserta didik”.47
Senada dengan itu, penulis juga mewawancarai Ibu Siti Hulasoh
selaku Kepala Bidang Kurikulum sekaligus Pendidik dalam mata
pelajaran Bahasa Inggris yang mengatakan:
“Faktor pendukungnya kepala sekolah yang jelas mendukung,
kemudian fasilitas juga mendukung”.48
Hal senada juga dikatakan oleh Pak Ujang selaku Kepala Bidang
Kesiswaan dan guru Pendidikan Agama Islam.
“Seperti ini guru sangat mendukung sekali, di sekolah juga anak-anak
sangat antusias sekali sehingga anak termotivasi untuk bersih, dan
anak berlebih termotivasi lagi dengan temannya untuk melakukan
yang lebih baik lagi”.49
Maka dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung pembentukan
karakter melalui budaya sekolah ini adalah adanya dukungan dari kepala
sekolah, besarnya semangat dan antusias peserta didik, pendidik, warga
sekolah dan wali murid, serta fasilitas yang disediakan sekolah. Sehingga
memudahkan dan melancarkan program-program yang akan dijalankan.
Kemudian antara peserta didik saling memotivasi dan berlomba-lomba
untuk menjadi peserta didik yang terbaik, dan peserta didik yang terbaik
akan diberikan reward.
47
Hasil wawancara dengan Bapak Eris Kusnandan, selaku Wakil Kepala Sekolah dan Guru
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala dan Wakil Kepala
Sekolah), selasa, 08 November 2016, pukul 10.00–11.00. 48
Hasil wawancara dengan Ibu Siti Hulasoh, selaku Kepala Bidang Kurikulum dan Guru
Bahasa Inggris di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala Bidang Kurikulum), selasa, 08
November 2016, pukul 09.00–10.00. 49
Hasil wawancara dengan Bapak Ujang, selaku Kepala Bidang Kesiswaan dan Guru
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Guru), kamis, 13 Oktober
2016, pukul 09.00-09.30.
74
b. Faktor Penghambat
Mengenai faktor pendukung pembentukan karakter di SMP Negeri
2 Cibinong, penulis melakukan wawancara dengan Bapak Eris Kusnandar
selaku Wakil Kepala Sekolah dan pendidik dalam mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam yang mengatakan:
“Peserta didik yang kurang respect terhadap program karena memang
tidak mau begitu, tetapi tidak banyak. Hambatan itukan ada dari dalam
ada dari luar. Dari luar orang tua bisa hanya beberapa kaya “ngapain
sii kamu ikut-ikut ekskul dan pendanaan sekolah”, gitu”.50
Hal senada dikatakan oleh Pak Ujang selaku Kepala Bidang
Kesiswaan dan pendidik mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, beliau
mengatakan:
“Kendala pasti ada, letak geografis anak berbeda-beda terkadang ada
yang telat dan tidak ikut sholat dhuha berjamaah, terkadang ada
satu/dua anak yang kurang perhatian dengan kebersihan, atau
berpakaian rapih karena karakter anak berbeda-beda”.51
Dari beberapa wawancara yang telah dilakukan, penulis dapat
menyimpulkan bahwa ada beberapa faktor penghambat dalam membentuk
karakter peserta didik yaitu:
1) Letak geografis tempat tinggal peserta didik sehingga bentuk
pelangaran terkadang masih saja ada yang melanggar meskipun telah
diberikan punishment agar peserta didik merasakan efek jera.
50
Hasil wawancara dengan Bapak Eris Riswandar, selaku Wakil Kepala Sekolah dan Guru
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Kepala dan Wakil Kepala
Sekolah), selasa, 08 November 2016, pukul 10.00–11.00. 51
Hasil wawancara dengan Bapak Ujang, selaku Kepala Bidang Kesiswaan dan Guru
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Cibinong, (Kab. Bogor: Ruang Guru), kamis, 13 Oktober
2016, pukul 09.00-09.30.
75
2) Kerap kali ada beberapa peserta didik yang kurang respect atau acuh
dengan kebudayaan yang ada di sekolah seperti tidak berpakaian rapih.
3) Ada beberapa orang tua yang kurang mendukung kegiatan anaknya.
4) Kurangnya dana untuk melengkapi fasilitas sekolah agar lebih baik.
5) Faktor cuaca yang akhir-akhir ini kurang mendukung jadi tidak bisa
melaksanakan dhuha di lapangan dan kelas kotor.
C. Temuan Penelitian
1. Metode yang Digunakan Sekolah dalam Membentuk Akhlak
Peserta Didik di SMP Negeri 2 Cibinong?
Berdasarkan deskripsi data di atas penulis menemukan beberapa proses
pembetukan karakter melalui budaya sekolah yang diterapkan di SMP Negeri
2 Cibinong, yaitu:
a. Pembiasaan
Adapun pembiasaan yang dilakukan, dengan melakukan beberapa
bentuk kegiatan yang dilaksanakan yang berkaitan dengan budaya sekolah,
yaitu:
1) Green squad atau pasukan hijau
Yaitu organisisasi Green Squad atau pasukan hijau adalah
organisasi yang dibuat untuk menjaga kelestarian dan mereboisasi
lingkungan sekolah maupun lingkungan kelas. Pasukan ini terdiri dari
beberapa peserta didik dari setiap kelas yang dibuat menjadi satu
organisasi yang dibimbing oleh seorang pendidik. Pasukan ini juga
ditugasnkan untuk mengecek lingkungan sekolah atau kelas yang yang
belom ditanami tumbuhan-tumbuhan hijau.
2) Poker atau polisi kebersihan
Yaitu suatu organisasi yang bekerja sama dengan green squad.
Pasukan poker dibentuk dari beberapa peserta didik yang diambil dari
76
masing-masing kelas yang dibimbing oleh seorang pendidik sebagai
pembimbing. Tugasnya adalah menjaga kebersihan lingkungan
sekolah dan kelas dari sampah atau peserta didik yang membuang
sampah sembarangan. Pasukan poker beroperasi saat jam istirahat
dengan berkeliling ke setiap kelas untuk memeriksa kebersihan
lingkungan kelas. Jika didapati sampah, maka akan diberikan sanksi
pada kelas yang didapati sampah. Sanksi yang diberikan adalah denda
sebesar sepuluh ribu rupiah persatu sampah. Akan tetapi jika sampah
terlalu banyak dan memberatkan tanggung jawab kelas dalam
pembayaran maka pasukan tersebut mengadakan pengadilan poker
untuk meminta keringanan dalam persidangan yang dipimpin oleh
peserta didik yang tergabung dalam organisasi tersebut, jika masalah
tersebut tidak selesai maka akan berlanjut ke mahkamah poker yang
dipimpin oleh guru.
Untuk memotivasi peserta didik hidup bersih, poker mengadakan
kebersihan antar kalas yang diumumkan setiap awal bulan pada
kegiatan upacara senin, kelas terbersih akan mendapatkan bendera
hijau dan kelas terkotor akan mendapatkan bendera merah.
3) KTR (Kawasan Tanpa Rokok)
KTR baru diresmikan pada bulan November 2016, budaya ini
lakukan untuk menghindari asap rokok dari lingkungan sekolah.
Semua warga sekolah dilarang untuk menghidupkan rokok di area
sekolah baik peserta didik maupun karyawan. Begitu pula dengan
tamu yang datang, diwajibkan untuk mematikan rokok terlebih dahulu
sebelum masuk kawasan sekolah. Hal ini juga didukung dengan
banyaknya tulisan-tulisan disekitar sekolah larangan merokok.
4) 4S
4S adalah budaya sekolah yang dilakukan sekolah setiap hari
senin sampai jumat yaitu ketika menyambut anak-anak datang ke
77
sekolah, hari sabtu sebenarnya peserta didik masuk sekolah tetapi
hanya untuk mengikuti kegiatan ekstrakulikuler. Budaya ini adalah
yang dilakukan para pendidik kepada peserta didik. Pendidik yang
menyabut peserta didik diwajibkan datang lebih awal, dan
penyambutan sudah terjadwalkan. Selain pendidik, peserta didik juga
membudayakan 4S kepada pendidik, teman. adik kelas, kaka kelas,
karyawan ataupun tamu yang berkunjung.
5) Sholat Dhuha
Sholat dhuha dilaksanakan sebelum memulai pembelajaran,
setiap hari selasa, rabu dan kamis pukul 07.00-07.30. Sholat dhuha
diawali dengan tadarus juzamma/al-Qur’an dilanjutkan dengan dzikir
asmaul husna dan sholat dhuha 4 rakaat.
6) Sholat Berjama’ah
Sholat berjamaah dilakukan pada waktu zuhur. Sholat jamaah
dilakukan secara bergelombang melihat kondisi musholah yang tidak
dapat menampung seribu peserta didik. Dan sebagian peserta didik
pula masih ada yang sedang melaksanakan pembelajaran hingga pukul
12.20. sehingga peserta didik yang sudah keluar kelas melaksanakan
sholat jamaah lebih dahulu dan peserta didik yang masih di dalam
kelas menyusul setelah pelajaran selesai.
7) Sodaqoh
Budaya sodaqoh merupakan pembiasaan yang dilakukan oleh
SMP 2 Cibinong, yaitu dengan menyisihkan sisa uang jajan peserta
didik. Shodaqoh dilaksanakan setiap hari jumat yang dikoordinir oleh
siswa dan dilaporkan kepada guru penanggung jawab, shodaqoh juga
dibiasakan oleh siswa untuk siswa yang sedang berduka.
8) Gerakan Literasi Sekolah
GLS yaitu gerakan membaca. Gerakan ini dilaksanakan pada
hari selasa, rabu dan kamis, dan dilaksanakan setelah sholat dhuha di
78
lapangan selama 15 menit tetapi setiap satu bulan sekali GLS
dilaksanakan selama 40 menit. Gerakan ini mewajibkan anak
membawa buku bacaan masing-masing selain buku mata pelajaran
yang ada disekolah.
Peserta didik yang telah menyelesaikan bacaannya ditugaskan
untuk membuat jurnal dan menempelkan judul buku, pengarang dan
nama pembaca di sebuah pohon yang disebut pohon literasi yang
berada di kelas masing-masing. Untuk memudahkan membaca sekolah
memberikan fasilitas pojok literasi di beberapa kelas yang berisi buku
bacaan. Bagi peserta didik yang paling banyak meminjam buku akan
diberikan reward berupa pin penghargaan.
b. Reward dan Punishman
Proses pembentukan karakter di SMP Negeri 2 Cibinong dengan
memberikan reward kepada peserta didik yang memiliki prestasi. Seperti
yang dilakukan oleh sekolah bagi pendidik dan peserta didik yang sering
membaca dan meminjam buku akan mendapatkan sebuah penghargaan
berupa pin. Selain itu kegiatan yang sudah membudaya di sekolah
mengadakan perlombaan ajang kebersihan yang berkelanjutan, hal ini
dilakukan agar peserta didik mampu menjaga kelestarian lingkungan alam
dan sampah. kegiatan kebersihan yang dilakukan antara jenjang tingkat
dan kelas ini membuat peserta didik selalu menjaga kebersihan. Kelas
yang bersih akan mendapatkan bendera berwarna hijau dan kelas yang
kotor akan mendapatkan bendera berwarna merah. Pemberian reward
dilakukan sebagai motivasi peserta didik agar memiliki karakter yang
bagus dan menggali nilai akademik.
Tidak hanya reward, dalam membentuk karakter peserta didik
sekolah selalu memberikan punishman kepada pelanggar. Punisman yang
diberikan sekolah berbeda-beda tergantung kesalahan yang peserta didik
79
perbuat. Seperti contohnya nilai disiplin, bagi peserta didik yang datang
terlambat maka tidak akan diperbolehkan masuk untuk mengikuti kegiatan
sholat dhuha dan literasi. Peserta didik menunggu di gerbang yang sudah
terkunci hingga kegiatan selesai dilakukan. peserta didik yang terlambat
aka di kenakan catatan hitam yang nanti akan menjadi laporan kepada wali
kelas dan orang tuanya. Contoh lain adalah hukuman denda bagi peserta
didik yang membuang sampah sembarangan. Bagi peserta didik yang
membuang sampah sembarangan akan di kenakan sanksi sebesar sepuluh
ribu rupiah persampah. Dan ada penilaian lebersihan kelas yang dilakukan
oleh tim poker, jika di dapati sampah di salah satu kelas akan dikenakan
denda pula sebesar sepeluh ribu persampah.
c. Nasehat dan Teladan
Dalam membentuk karakter peserta didik, tentunya pendidik pun harus
memiliki karakter yang baik. anak bercontoh kepada orang tuanya, dan
peserta didik bercontoh kepada yang mendidiknya. Dalam membentuk
akhlak peserta didik.sekolah memberika keteladanan sebagai contoh untuk
memotivasi peserta didik untuk berbuat baik.seperti berkata sopan,
menghormati yang lebih tua, datang tepat waktu, disiplin, melalukan
sholat berjamaah. Selain itu pndidik pun memberikan arahan kepada
peserta didik yang melanggar. Seperti menegurnya saat melakukan
kesalahan.
d. Penugasan
Sekolah memberikan tugas kepada peserta didik terkait pembiasaan
yang telah dilakukan. untuk melihat hasil dari kegiatan membaca, sekolah
memberikan tugas kepada seluruh peserta didik untuk membuat sebuah
jurnal dari buku bacaan yang telah diselesaikan. Tugas yang diberikan
kepada peserta didik akan di periksa dan ditanda tangani oleh guru
80
pembimbing dan setelah itu peserta didik yang telah selesai membuat
jurnal akan mempresentasikannya.
2. Akhlak Peserta Didik di SMP Negeri 2 Cibinong
Setelah menerapkan beberapa budaya sekolah, dapat dilihat perubahan
tingkah laku pada peserta didik yang terbentuk dalam dirinya, dengan
melakukan kebiasaan-kebiasaan yang menjadi prinsip sekolah, memberikan
tugas, membimbing, memberikan reward dan punishman beberapa karakter
yang terbentuk melalui budaya sekolah yaitu:
a. Religious, peserta didik melaksanakan kegiatan dhuha, sholat berjamaah,
shodaqoh tanpa paksaan dan sangat antusias, bahkan pendidik tidak lagi
memerintahkan peserta didik untuk melakukannya, tapi hanya mengawasi,
dengan kemauannya sendiri peserta didik melaksanakan kegiatan tersebut
tanpa paksaan.
b. Tanggung jawab, seperti yang sudah terjadwalkan untuk menggelar karpet
secara bergilir setiap kelas. Setiap tingkatan menjalankan tugasnya dengan
baik dan peserta didik yang masuk dalam organisasi dari setiap
kebudayaan pun melaksanakan kewajibannya dengan baik pula. Selain itu,
bentuk sikap tanggung jawab lainnya adalah menerima dan menjalankan
punishman yang diberikan kepada setiap peserta didik atau kelas dengan
rasa tanggung jawab.
c. Disiplin, dengan diadakannya dhuha maka peserta didik dan pendidik
datang tepat waktu dan menaati peraturan yang ada di sekolah.
d. Peduli ligkungan, karakter ini terbentuk dari budaya green squad dan
poker yang bertujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan, tidak
membuang sampah sembarangan, menjaga kebersihan lingkungan.
Karakter ini timbul dalam diri peserta didik sehingga jika ada tanaman
yang kering maka peserta didik akan menyiramnya, jika ada tumbuhan
81
yang kering langsung menggantinya dengan tumbuhan yang baru dan
membuang sampah pada tempatnya.
e. Peduli sosial, karakter ini timbul dari pembiasaan shodaqoh jika ada
teman atau pendidik yang sedang berduka. Kemudian karakter ini juga
terbentuk dari peserta didik untuk menasehati temannya jangan
membuang sampah sembarangan.
f. Kreatif, karakter ini terbentuk dengan adanya program green squad yaitu
untuk menghiasi kelas dengan tumbuhan, sehingga kelas tersebut
memiliki ide-ide untuk menghias kelasnya dengan tanaman, membuat
taman vertical yaitu hiasan tanaman yang terbuat dari bahan-bahan bekas
yang sudah tidak terpakai seperti botol bekas.
g. Gemar membaca, karakter ini terbentuk dengan adanya program literasi
sekolah yang adakan 15 menit sebelum mulai pembelajaran. Seperti yang
dilakukan salah satu peserta didik di beberapa saat melanjutkan bacaannya
di dalam kelas seusai kegiatan gerakan literasi karena merasa waktu yang
diberikan untuk membaca adalah hanya sebentar. Dan peserta didik yang
gemar membaca lainnya karena merasa membantu dalam mengerjakan
tugas sekolah.
3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Proses
Pembentukan Akhlak di SMP Negeri 2 Cibinong
Adapun faktor pendukung berjalannya budaya sekolah adalah:
a. Motivasi orang tua yang selaku memberikan teladan bagi anaknya.
b. Komitmen kepala sekolah dan para pendidik untuk menjalankan kegiatan
dengan bekerja sama.
c. Antusias peserta didik yang besar dalam menjalankan kegiatan.
d. Fasilitas sekolah.
82
Adapun faktor penghambat berjalannya budaya sekolah adalah:
a. Adanya beberapa oknum dari peserta didik yang kurang respect
b. Ada beberapa orang tua yang kurang memotivasi anak.
c. Kurangnya dana untuk menambah fasilitas sekolah.
d. Letak gegrafis rumah peserta didik yang terlalu jauh.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Metode yang Digunakan Sekolah dalam Membentuk Karakter
Peserta Didik di SMP Negeri 2 Cibinong
Berdasarkan temuan penelitian, proses yang dilakukan sekolah dalam
menbentuk karakter peserta didik yaitu dengan pembiasaan, bimbingan,
memberikan reward dan punishman. Untuk gambaran nyata yang lebih
terperinci yang berkaitan dengan hal tersebut, penjelasannya sebagai berikut:
a. Metode Pembiasaan
Untuk membentuk akhlak peserta didik, sekolah menerapkan
kegiatan-kegiatan pendidikan untuk membentuk akhlak baik untuk diri
sendiri, akhlak terhadap Allah ataupun akhlak terhadap lingkungan.
Kegiatan tersebut diwajibkan kepada seluruh peserta didik untuk
melakukannya dengan mengulang-ngulang agar terjadinya latihan dan
pembiaaan pada diri. Metode pembiasaan yang diterapkan disekolah
sangat membantu dalam proses pembentukan akhlak. Hal ini sesuai
dengan pendapat Imam Abdul Mukmin Sa’adduddin bahwa: Mendidik
dengan melatih dan pembiasaan adalah mendidik dengan cara memberikan
latihan-latihan terhadap suatu norma tertentu kemudian membiasakan untuk
mengulangi kegiatan tertentu tersebut berkali-kali agar menjadi bagian
hidupnya, seperti sholat, puasa, kesopanan dalam bergaul dan sejenisnya.
Oleh karena itu, Islam mengharuskan agar semua kegiatan itu dibarengi niat
supaya dihitung sebagai kebaikan.
83
Kegiatan yang dilakukan sekolah berupa kegiatan untuk
meningkatkan nilai sosial, agama, dan akademik. kegiatan sosial di sekolah
berupa, senyum, sapa, salam, menjaga kebersihan lingkungan, menanam
tanaman di lingkungan sekolah, bebas dari asap rokok.
Budaya yang sudah dibiasakan di SMP Negeri 2 Cibinong, menurut
penulis budaya ini terkait dengan teori menurut Ajat Sudrajat (2011:13)
mengutip pendapat Nursyam, yaitu: setidaknya ada tiga budaya yang
perlu dikembangkan di sekolah, yaitu kultur akademik, kultur sosial
budaya, dan kultur demokratis.
Pertama kultur akademik yang dimaksud adalah memiliki ciri pada
setiap tindakan, keputusan, kebijakan, dan opini didukung dengan dasar
akademik yang kuat. Artinya merujuk pada teori, dasar hukum, dan nilai
kebenaran yang teruji. Kedua, kultur sosial budaya. Kultur sosial budaya
tercermin pada pengembangan sekolah yang memelihara, membangun,
dan mengembangkan budaya bangsa yang positif. Ketiga, kultur
demokratis. Ketiga, kultur demokratis menampilkan corak berkehidupan
yang mengakomodasi perbedaan untuk secara bersama membangun
kemajuan suatu kelompok maupun bangsa.
Maka dengan demikian antara budaya yang ada di sekolah turut
membantu pendidik membentuk karakter peserta didik dengan melakukan
latihan dan pembiasaan yang berulang. Sehingga dengan beringinya waktu
kegiatan yang dilakukanpeserta didik akan melekat ke dalam hati dan
terbentuk menjadi akhlakyang baik.
b. Reward dan Punishman
Lingkungan yang baik akan menciptakan akhlak yang baik dan
lingkungan yang buruk akan menciptakan akhlak yang buruk. Dalam
membentuk akhlak tentunya sekolah harus menciptakan lingkungan yang baik
untuk menjadi sarana pendudukung kelancaran pendidikan akhlak. Untuk
84
menciptakan suasana yang baik tentunya sekolah harus melakukan tindakan.
Usaha yang dilakukan sekolah untuk menciptakan lingkungan yang baik ialah
dengan cara memberikan ganjaran atau reward kepada siapapun yang
berprestasi.
SMP Negeri 2 Cibinong telah melakukan hal ini. Peserta didik yang
berprestasi diberikan sebuah penghargaan berupa Pin, atau reward yang
lainnya. Pin yang diberikan kepada peserta didik adalah sebuah penghargaan
bagi siswa yang rajin membaca dan meminjam buku di perpustakaan sekolah.
Pin pretasi ini tidak hanya diberikan kepada peserta didik tetapi juga diberikan
kepada guru.
Punishman juga diberikan kepada siswa yang melanggar peraturan
sekolah. Seperti denda saat membuang sampah sembarangan, tidak disiplin
dengan datang terlambat.
Pembentukan akhlak dengan metode reward dan punishman yang ada di
SMP Negeri 2 Cibinong berhubungan dengan teori yang pemebntukan
akhlak bahwa Jika pembentukan akhlak tidak berhasil dengan metode
keteladanan dan pemberian pelajaran, beralihlah kepada metode pahala dan
sanksi atau metode janji harapan dan ancaman. Sebab Allah SWT pun sudah
menciptakan surga dan neraka, dan berjanji dengan surga itu serta mengancam
dengan neraka-Nya. Pemberian harapan adalah janji yang diikuti bujukan dengan
kenikmatan, keindahan pasti, atau kebaikan yang murni dari setiap noda,
berbanding dengan amal soleh yang dilakukan atau amal buruk yang dijauhi demi
mencari ridha Allah berupa kasih sayangnya kepada para hamba. Sedangkan
ancaman adalah mengancam dengan sanksi akibat melanggar larangan Allah Swt
atau dimaksudkan untuk menakutnakuti para hamba. Ini merupakan keadilan dari
Allah.
85
c. Nasehat dan Teladan
Dari hasil temuan penelitian sekolah memberikan teladan dan nasehat dalam
membentuk akhlak peserta didik. Cara yang digunakan sekolah terkait dengan
taori pembentukan akhlak menurut Rasyid Ridha mengartikan mauidzah adalah
nasehat peringatan atas kebaikan dan kebenaran dengan jalan apa saja yang dapat
menyentuh hati dan membangkitkannya untuk mengamalkan dalam al-Qur'an
juga menggunakan kalimat-kalimat yang menyentuh hati untuk mengarahkan
manusia kepada ide yang dikehendakinya. Inilah yang kemudian dikenal dengan
nasehat. Tetapi nasehat yang disampaikan ini selalu disertai dengan panutan atau
teladan dari si pemberi atau penyampai nasehat itu. Ini menunjukkan bahwa
antara satu metode yakni nasehat dengan metode lain yang dalam hal ini
keteladanan bersifat saling melengkapi.
Nasehat yang diberikan pendidik kepada peserta didik tidak serta merta hanya
untuk diri peserta didik tetapi juga untuk pendidik itu sendiri oleh karena itu
nasehat yang diberikan peserta didik tentunya dengan melakukan teladan yang
baik, agar peserta didik melihat bahwasanya pendidik tidak hanya berbicara tetapi
juga melakukan.
d. Penugasan
Dalam membentuk karakter peserta didik peneliti menemukan metode yang
digunakan SMP negeri 2 Cibinong adalah metode penugasan. Metode ini
dilakukan sekolah agar mengembangkan nilai akademik peserta didik. Penugasan
yang dilakukan sekolah adalah peserta didik diwajibkan membuat jurnal dari
buku bacaan yang telah diselesaikan. Buku bacaan yang dibuat jurnal oleh peserta
didik adalah di luar buku pelajaran yaitu buku yang dibaca ketika melaksanakan
kegiatan literasi sekolah. Hal ini tentu sangat bermanfaat dan membantu dalam
membentuk akhlak peserta didik sehinga timbul sikap gemar membaca dan
memahami isi bacaannya.
Metode yang dilakukan sekolah dalam membentuk akhlak peserta didik,
penulis tidak menemukannya dalam teori yang berkaitan dengan pembentukan
86
akhlak. Tetapi metode yang sekolah gunakan cukup efektif dan membantu
membentuk akhlak peserta didik.
2. Akhlak Peserta Didik di SMP Negeri 2 Cibinong
Sebagai mana yang telah dibahas, akhlak adalah perbuatan yang
dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah daging, dan sebenarnya yang
didasarkan pada ajaran Islam. Beberapa nilai akhlak yang dapat diambil dari
hasil pembentukan melalui pembiasaan, reward dan punishman, teladan dan
nasehat serta penugasan.
a. Akhlak Kepada Allah
Sebagaimana yang terkait dari teori materi akhlak bahwa Manifestasi
dari manusia terhadap Allah antara lain: cinta dan ikhlas kepada Allah, takwa
(takut berdasarkan kesadaran mengerjakan yang diperintahkan dan menjauhi
yang dilarang Allah), bersyukur atas nikmat yang diberikan, tawakkal
(menyerahkan persoalan kepada Allah), sabar dan ikhlas.
Di SMP Negeri 2 Cibinong, melalui tahapan-yahapan pembentukan
akhlak peserta didik memiliki sifat religius yaitu taqwa, cinta dan ikhlas
kepada Allah, serta bersyukur. Sifat taqwa dan cinta kepada Allah yang ada
dalam diri peserta didik terlihat saat bersemangatnya dalam melaksanakan
ritual keagamaan yang ada disekolah seperti melaksanakan sholat dhuha,
melakukan sholat jamaah, dzikir asmaul husna tanpa adanya paksaan. Awal
mula sebelum pembentukan akhlak ini diterapkan, pendidik harus
memerintahkan peserta didik untuk melakukan ibadah. tetapi sekarang
kegiatan agama dilakukan dengan kemauan dirinya sendiri. Bahkan, sholat
dhuha yang dilakukan di sekolah ikut terbawa dan dilaksanakan di rumah.
b. Akhlak kepada Diri Sendiri
Pembentukan akhlak di SMP Negeri 2 Cibinong membuat sadar peserta
didik terhadap perbuatan baik dan perbuatan buruk. Sehingga dalam dirinya
87
masing-masing mampu menjaga dirinya dari perbuatan yang buruk. Seperti
menjaga bertanggung jawab dan disiplin.
Di SMP Negeri 2 Cibinong dalam diri peserta didik terbentuk sifat
tanggung jawab. Sifat ini tumbuh dari tugas dan tanggung jawab yang
diberikan kepada siswa, sehingga dengan pembiasaan tugas yang diberikan
siswa diberi kepercayaan untuk mengurus kegiatan, piket dan laiinya. Begitu
pula sifat disiplin tang terbentuk dengan adanya peraturan disekolah siswa
menjadi disiplin dan datang tepat waktu mematuhi aturan dan tata tertib yang
ada di sekolah.
Hal ini membuktikan bahwa metode yang digunakan sekolah berhasil
membentuk akhlak peserta didik. Sehingga sifat-sifat baik secara perlahan
terbentuk.
c. Akhlak terhadap Lingkungan
Manusia diposisikan Allah sebagai khalifah di atas bumi ini dan hidup
ditengah-tengah lingkungan bersama makhluk lain sehingga sudah menjadi
kewajibannya untuk menjaga lingkungan sebagai makhluk yang memiliki
derajat tertinggi dengan akal dan kemampuannya mengelola alam.
Di SMP Negeri 2 Cibinong membuat kegiatan agar peserta didik selalu
cinta kepada lingkungan dan alam sekitar. Dengan melalui tahapan-tahapan
pembentukan akhlak, peserta didik menjadi cinta lingkungan dan peduli
terhadap sosial. Sifat ini dibuktikan dengan adanya tumbuhan yang ditanam
dan dirawat oleh peserta didik di sekitar lingkungan sekolah dan kelas.
Perawatan yang dilakukan dibantu oleh pendidik yang tugasnya membimbing.
Peserta didik elalu merawat tanaman dengan menyiram tumbuhan yang
kering dan mengganti tumbuhan yang sudah mati. Pembiasaan ini membuat
peserta didik cinta dengan tumbuhan dan peduli terhadap lingkungkungan
dengan tidak membuat sampah sembarangan.
Selain itu, dalam diri peserta didik juga tumbuh sikap peduli sosial
dengan cara berinfak untuk membantu sesama manusia yang membutuhkan.
88
Infak dilakukan setiap hari jumat. Dengan adanya infak peserta didik
termotivasi dan memiliki sikap sosial untuk membantu teman, guru, ataupun
orang lain di sekitarnya.
3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Proses
Pembentukan Akhlak di SMP Negeri 2 Cibinong
Allah selalu menurunkan dua, seperti yang terdapat dapat al-Qur’an
setiap ada kesulitan pasti ada kemudahan, setiap ada kebaikan pasti ada
keburukan, setiap ada kamuan pasti ada penghalang. Hal ini ditutunkan
bukan untuk mepersulit tetapi agar manusia berpikir dan berusaha untuk
mencapainya.
Dalam menerapkan budaya sekolah pastinya memiliki faktor
pendukung dan penghambat jalannya kebiasaan tersebut. Proses
penerapan budaya di sini tujuannya adalah untuk pembentukkan karakter,
sedangkan banyak faktor internal maupun eksternal yang dapat
mendukung dan menghalagi proses pembentukan karakter tersebut, faktor
pendukung diantaranya adalah:
a. Motivasi orang tua
Pendidikan karakter tidak hanya dilakukan oleh para pendidik di
sekolah tetapi juga dilakukan orang tua di rumah, motivasi orang tua
dalam membentuk karakter peserta didik sangatlah penting karena
pendidikan sesungguhnya adalah dalam keluarga. Motivasi yang
dimaksudkan di sini adalah dukungan dan pengertian orang tua dalam
mendorong anaknya selalu berbuat baik, berlaku sopan dan patuh
terhadap peraturan.
Keluarga harus dijadikan tempat ternyaman bagi anak dengan
memberikan rasa aman, cinta, kasih sayang, harga diri, kesukesan dan
segala perhatian.
89
Selain perhatian, orang tua harus menjadi teladan yang baik,
terkadang manusia mampu memberikan contoh tetapi sulit untuk
menjadi contoh. Teladan orang tua tentu saja menjadi pengaruh yang
besar bagi anak dalam pembentukan karakter.
Dari teori dan penjelasan yang telah dipaparkan bahwa pendidikan
karakter dalam keluarga memiliki pengaruh yang besar dalam
pembentukkan karakter siswa, apabila orang tua memberikan contoh
yang baik maka anak kan memiliki karakter yang baik, begitu pula jika
orang tua meberikan contoh yang buruk maka anakpun akan berlaku
buruk dan memiliki karakter yang buruk pula.
b. Komitmen Bersama
Sebuah program membutuhkan adanya kerja sama dan
kekompakan dari masing-masing pihak, program tidak akan terlaksana
jika masing-masing pihak memiliki visi misi yang berbeda. Oleh
karena itu menyamakan visi misi dan tujuan adalah sebagai cara untuk
menyatukan komitmen membangun sekolah dalam membentuk
karakter peserta didik. Dengan adanya komitmen ini kepala sekolah
selalu berdiskusi dengan para pendidik dan dalam menjalankan budaya
sekolah. Selain itu pendidik juga harus mampu menjadi teladan yang
baik dengan selalu patuh, berbuat baik, dan selalu berkata yang baik
agar peserta didik termotivasi untuk ber buat baik dan terarah ke dalam
pembentukan karakter dalam dirinya.
c. Antusias Peserta Didik
Kemauan peserta didik dalam melaksanakan budaya sekolah
merupakan salah satu faktor pendukung, karena budaya yang
diterapkan dan didukung oleh semua warga tanpa adanya antusias
peserta didik tidak akan tercapai dengan baik.
Budaya yang diterapkan oleh sekolah adalah berbentuk
organisasi yang dikaitkan langsung oleh peserta didik, sehingga
90
peserta didik memiliki peran penting dalam melaksanakan budaya di
sekolah. Dengan memiliki peran penting tersebut akan tumbuh dalam
diri peserta didik kewajiban yang harus dilakukan.
Dengan antusias peserta didik dalam melaksanakan kewajiban
maka budaya sekolah akan berjalan dengan lancar sehingga tujuan
sekolah untuk membentuk karakter dalam diri peserta didik tercapai.
d. Fasilitas sekolah
SMP Negeri 2 Cibinong berdiri sejak 1984, dan sudah memiliki
fasilitas yang lengkap untuk mendukung budaya sekolah, meskipun
ada beberapa yang kurang memadai seperti mushola yang tidak
menampung jumlah peserta didik yang banyak. Tetapi semua fasilitas
dibutuhkan peserta didik bisa dipenuhi oleh sekolah.
Adapun fasilitas yang diperlukan dalam menerapkan budaya
sekolah adalah
1) Karpet, kelas, lapangan dan musholah yang digunakan untuk
melaksanakn sholat dhuha bersama dan gerakan literasi setelah
sholat dhuha, sudah disediakan dengan baik untuk mendukung
budaya sekolah dan mushola digunakan untuk melaksanakan
sholat berjamaah meskipun tidak mencukupi banyaknya peserta
didik tetapi sholat berjamaah dilakukan dengan cara bergilir.
2) Buku-buku, perpustakaan dan pojok literasi, fasilitas itu digunakan
untuk melaksanakan budaya literasi sekolah sehingga anak dapat
membaca dimanapun mereka mau dan berada dimanapun.
3) Taman yang digunakan untuk melaksanakan budaya green squad
sehingga peserta didik mampu berkreasi menjaga dan melestarikan
tanaman, bahkan menanamkan tanaman.
Adapun beberapa faktor penghambat dalam pelaksanaan budaya
sekolah dalam pembentukan karakter adalah:
a. Siswa yang Tidak Respect
91
Karena latar belakang siswa yang berbeda-beda maka tingkat
keberagamaannya un berbeda-beda, itu kembali lagi kepada faktor
keluarga. Lingkungan keluarga merupaka faktor terpenting dalam
pembentukan karakter siswa, dengan kata lain apabila seorang anak
terlahir dari keluarga yang agamis maka anak pun memiliki jiwa
agama yang tinggi karena terdorong oleh orang tuanya yang selalu
menuntun untuk selalu taat dan patuh dalam melaksanakan kewajiban
dan perintah agama. Dan begitu pula sebaliknya anak yang terlahir
dari keluarga yang kurang dalam beragama maka anak pun akan
seperti orang tuanya karena tidak ada motivasi atau dorongan dari
keluarga untuk selalu taat beragama dan bahkan tingkah laku anak
akan semena-mena sesuai dengan kehendaknya sendiri.
b. Kurangnya motivasi orang tua
Sebagai orang tua tentu menginginkan anaknya menjadi orang
yang cerdas, berbakat, dan memiliki akhlak terpuji. Tetapi dengan
tujuan itu kadang orang tua memaksakan kehendaknya sendiri dan
membelakangkan kehendak anak. Padahal anak memiliki kemauan
lain untuk mengapresiasikan bakat yang dimilikinya dan mencapai
cita-citanya. Dukungan orang tua sangatlah penting karena akan
memperlancar kegiatan anak. Seperti faktanya ada beberapa orang tua
yang melarang anak untuk mengikuti kegiatan sekolah karena
beberapa sebab.
c. Kurangnya Dana
Pelaksanaan budaya yang diterapkan di SMP Negeri 2 Cibinong
tentunya membutuhkan dana untuk memenuhi dan menambah fasilitas
peserta didik. Seperti halnya kegaiatan sholat dhuha untuk
memperlancar maka pihak sekolah harus memiliki karpet yang banyak
agar peserta didik nyaman dalam melaksanakan sholat, kemudian ada
pula kegiatan literasi yang mana pihak sekolah membutuhkan banyak
92
buku untuk diletakan di setiap sudut sekolah agar peserta didik dapat
membaca di manapun dan kapanpun. Hal ini tentunya memerlukan
banyak dana untuk mencapai fasilitas yang diinginkan.
d. Letak Geografis Rumah
Melihat pandangan masyarakat yang menganggap bahwa SMP
Negeri 2 Cibinong adalah sekolah terfavorit di kabupaten Bogor
tentunya semua peserta didik ingin menjadi peserta didik pilihan
tersebut. Keinginan yang dimiliki untuk menjadi peserta didik di SMP
favorit tidak memadang jarak sekolah yang harus ditempuhnya. SMP
Negeri 2 Cibinong memiliki kedisiplinan yang ketat sehingga peserta
didik dan pendidik tidak bisa datang sesuka hati. Letak geografis yang
jauh terkadang menjadi kendala peserta didik kurang disiplin waktu
sehingga terlambat dan tidak bisa mengikuti budaya sholat dhuha dan
literasi, meskipun siswa yang melanggar hanya beberapa saja tetapi ini
tentu saja menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan dhuha.
Dari paparan di atas maka penulis menyimpulkan bahwasanya faktor
pendukung dan penghambat pembentukan karakter siswa melalui budaya
sekolah adalah:
a. Faktor internal yang mendukung adalah antusias peserta didik,
motivasi orang tua dalam melaksanakan kegiatan dan faktor
penghambat adalah beberapa siswa yang kurang respect dan dukungan
orang tua.
b. Faktor eksternal yang mendukung adalah fasilitas yang ada, komitmen
bersama dan faktor penghambat adalah letak georafis rumah peserta
didik dan kurangnya pendanaan sekolah.
93
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka penulis dapat menyimpulkan bahwa:
1. Metode yang digunakan dalam membentuk akhlak peserta didik di SMP
Negeri 2 Cibinong adalah dengan melakukan pembiasaan melaksanakan
kegiatan sekolah berupa budaya yang sudah diterapkan. rewad dan punishman
dengan memberi penghargaan bagi peserta didik yang berprestasi dan
memberikan hukuman bagi siswa yang melanggar peratutan, teladan, nasehat
dan pembinaan.
2. Dengan menggunakan metode tersebut, budaya dapat membentuk akhlak
peserta didik yaitu: religious pembentukan dari kebiasaan sholat dhuha dan
sholat berjamaah, tanggung jawab pembentukan dari tugas piket yang
terjadwal, disiplin pembentukan dari menaati peraturan dan datang tepat
waktu, peduli lingkungan pembentukan dari pembiasaan menjaga kebersihan,
peduli sosial pembentukan dari pembiasaan bersodaqoh, kreatif pembentukan
dari menghias sekolah dengan tumbuhan dari program green squad, dan
gemar membaca pembentukan dari terbiasanya menjalankan kegiatan literasi.
3. Dalam proses membentuk akhlak sekolah memiliki faktor pendukung dan
penghambat. Faktor yang mendukung berjalannya budaya sekolah yaitu:
Motivasi orang tua yang selaku memberikan teladan bagi anaknya, komitmen
kepala sekolah dan guru untuk menjalankan kegiatan dengan bekerja sama,
antusias siswa yang besar dalam menjalankan kegiatan dan fasilitas sekolah.
Adapun faktor penghambat berjalannya budaya sekolah adalah: adanya
beberapa oknum dari siswa yang kurang respect, ada beberapa orang tua yang
kurang memotivasi anak, kurangnya dana untuk menambah fasilitas sekolah,
letak gegrafis rumah peserta didik yang terlalu jauh.
94
B. Kirik dan Saran
Adapun kritik yang dapat penulis sampaikan adalah:
1. Fasilitas yang sudah ada belum memadai untuk kegiatan seluruh peserta didik
yang jumlahnya sangat banyak.
2. Dalam melaksanakan kegiatan budaya sekolah, ada beberapa peserta didik
yang enggan mengikuti kegiatan budaya sekolah.
3. Adanya orang tua peserta didik yang kurang mendukung anaknya dalam
mengikuti kegiatan.
Adapun saran yang dapat menulis berikan akan:
1. Bagi sekolah hendaknya menambah fasilitas yang diperlukan untuk
kelancaran pelaksanaan budaya sekolah.
2. Bagi peserta didik hendaknya mengikuti kegiatan di sekolah dengan baik, dan
ikut serta dalam membangun kegiatan pendidikan karakter.
3. Bagi orang tua hendaknya membantu mendukung segala kegiatan sekolah
untuk turut serta menciptakan peserta didik yang baik dari segi kognitif dan
afektif.
95
DAFTAR PUSTAKA
Adisusilo, Sutarjo. Pembelajaran Nilai Karakter. Jakarta : PT Grafindo Persada,
2012.
al-Abrasy, Muhamad Al-Athiyah. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Terj.
Bustomi A. Ghoni dan Jauhar Bahri, Jakarta : Bulan Bintang, 1970.
Ali, Muhammad Daud. Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2000.
Amin, Maswardi Muhammad. Pendidikan karakter Anak Bangsa. Jakarta: Baduose
Media Jakarta, 2011.
Anas, Zulfikri. Sekolah Untuk Kehidupan. Jakarta: AMP Press, 2013.
Anwar, Muhammad Ja’far. Membumikan Pendidikan Karakter. Jakarta: CV Suri
Tatu’uw, 2015.
Anwar, Rosihon. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.
AR, Zahruddin dan Sinaga, Hasanuddin. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2004.
AS, Asmaran. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Rajawali Pers, 1992.
Astuti, Albertin Dwi. “Pengaruh Budaya Sekolah Terhadap Karater Siswa Kelas X
Jurusan Tata Boga SMK Negeri 3 Klaten”, Skripsi Universitas Negri
Yogyakarta. (Yogyakarta: 2015), tidak dipublikasikan.
Bin Hambal, Imam Ahmad. Al-Musnad Ahmad Bin Hambal, Juz III ( Bairut
Lebanon : Darul Fikr, tth).
96
Elmubarok, Zaim. Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta, 2009.
Endarmoko, Eko. Tesaurus Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2009.
Gunawan, Heri. Pendidikan karakter konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta,
2012.
Hidayati, Heny Narendrany. Pengukuran Akhlakul Karimah Mahasiswa. Jakarta:
UIN.
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/03/04/manfaat-prinsip-dan-asas-
pengembangan-budaya-sekolah/, 05 Oktober 2016.
http://budaya-sekolah.blogspot.co.id/, 05 Oktober 2016.
Khoiruddin, Muhammad., dan Susiwi. Jurnal Pendidikan Karakter. Tahun III.
Nomor 1. Februari 2013.
Lickona, Thomas. Education for character. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013.
Majid, Abdul dan Andayani, Dian. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2004.
Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2013.
Moloeng, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Rosda Karya, 2013.
Mustari, Muhammad. “Budaya Sekolah pada Sekolah Menengah Pertama di
Indonesia”. Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan. Vol. 1, 2013..
Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015.
Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.
97
S, Tatang. Ilmu Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia, 2012.
Sa’aduddin, Imam Abdul Mukmin. Meneladani Akhlak Nabi: Membangun
Kepribadian Muslim. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.
Salahuddin, Anas., dan Alkrienciehie, Irwanto. Pendidikan Karakter. Bandung: CV
Pustaka Setia, 2013.
Solihah, Marliya. “Penanaman Karakter Pada Siswa di MAN Wonokromo”, Skripsi
2013, tidak dipublikasikan.
Strauss, Anselm., dan Corbin, Juliet. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Suharsaputra, Uhar. Menjadi Guru Berkarakter. Bandung: PT Refika Aditama, 2013.
Syalhub, Fuad Asy. Guruku Muhammad SAW. Jakarta: Gema Insani Perss, 2006.
Syamhudi, Hasyim. Akhlak Tasawuf (Dalam Konstruksi Piramida Ilmu Islam),
Malang: Madani Media, 2015.
Tafsir, Ahmad. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: PT Rosda Karya,
2011.
Tambak, Syahraini. Membangun Bangsa Melalui Pendidikan. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013.
Undang-undang Republik Indonesia. Tentang Sistem Pendidikan Nasioanal. No. 20,
tahun 2003.
Umary, Barnawie. Materia Akhlak. Solo: Ramadhani, 1995.
Wiyani, Novan Ardy. Pendidikan Agama Islam Berbasis Pendidikan Karakter.
Bandung: Alfabeta, 2013.
98
Ya’kub, Hamzah. Etika Islam Pembinaan Akhlaqul Karimah (Suatu Pengantar),
Bandung: CV Diponegoro, 1993.
99
Lampiran 1
Instrumen Wawancara Guru
1. Apa visi, misi sekolah?
2. Budaya apa saja yang ada disekolah dalam mencapai visi dan misi tersebut?
3. Bagaimana pelaksanaan budaya 4S?
4. Bagaimana pelaksanaan budaya Green squad?
5. Bagaimana pelaksnaan budaya Gerakan Literasi Sekolah?
6. Bagaimana pelaksanaan budaya sholat dhuha dan sholat berjamaah?
7. Bagaimana pelaksaan sodaqoh?
8. Bagaimana respon siswa dan guru dalam pelaksanaan budaya sekolah?
9. Akhlak apa yang tumbuh dalam diri siswa dalam menjalankan budaya
sekolah?
10. Apa faktor pendukung dalam menjalankan budaya sekolah?
11. Apa faktor penghambat dalam menjalankan budaya sekolah?
12. Apa pandangan masyarakat terhadap sekolah?
100
Lampiran 2
Instrumen Wawancara Siswa
1. Nilai akhlak apa yang tumbuh dalam diri kamu dalam melaksanakan
kebiasaan sholat dhuha?
2. Nilai akhlak ada yang tumbuh dalam diri kamu dengan diadakannya
budaya geraka literasi sekolah?
3. Nilai akhlak apa yang tumbuh dalam diri kamu dengan diadakannya
budaya green squad?
4. Nilai akhlak apa yang tumbuh dalam diri kamu dengan diadakannya
budaya shodaqoh?
5. Nilai akhlak apa yang tumbuh dalam diri kamu dengan diadakannya
budaya Poker?
6. Nilai akhlak apa yang tumbuh dalam diri kamu dengan diadakannya
budaya hemat energi?
7. Nilai akhlak apa yang tumbuh dalam diri kamu dengan diadakannya
budaya sholat berjamaah?
8. Nilai akhlak apa yang tumbuh dalam diri kamu dengan diadakannya
budaya 4S?
9. Bagaimana pandangan kamu dengan akhlak teman-temen di sekolah?
10. Menurut kamu apa faktor pendukung dan penghambat berjalanya budaya
disekolah?
101
Lampiran 3
HASIL WAWANCARA WAKIL KEPALA SEKOLAH
Hari/Tanggal : Selasa, 08 November 2016
Pukul : 10.00 - 11.00 WIB
Sekolah : SMP Negeri 2 Cibinong
Informan : Eris Riswandar, S. Ag
Pendidikan : S1
Jabatan : Wakil Kepala Sekolah dan Guru Pendidikan Agama Islam
No Pertanyaan
1. Apa visi, misi sekolah?
Jawab:
Visi misi sekolah bisa dilihat yaitu menjadi sekolah unggul yang
kompetitif, berkarakter yang berlandaskan nilai-nilai religi.
2. Budaya apa saja yang ada di sekolah dalam mencapai visi dan misi
tersebut?
Jawab:
4S, adiwiyata atau green squad, poker, sholat dhuha, sodaqoh, literasi, dll.
3. Bagaimana pelaksanaan budaya 4S?
Jawab:
4S dilakukan setiap hari, disambut sama guru-guru dari Senin sampe
Jumat kecuali hari Sabtu karena tidak ada pembelajaran.
4. Bagaimana pelaksanaan budaya green squad?
Jawab:
Gerakan adiwiyata ini didukung oleh green squad (pasukan hijau) dan
102
poker (polisi kebersihan). green squad itu memelihara tanaman yang ada
di luar, anggotanya banyak direkrut dari setiap kelas. poker polisi
kebersihan jadi mereka yang beroperasi ke setiap kelas setiap istirahat
nanti ada sampah atau tidak? Jika didapati sampah oleh tim poker maka
diambil sampahnya dan kelas itu didenda. Pokernya umum tapi direkrut
dari kelas-kelas juga.
5. Bagaimana pelaksnaan budaya Gerakan Literasi Sekolah?
Jawab:
Anak wajib setelah sholat dhuha wajib baca buku 15 menit dan anak
diwajibkan bawa buku sendiri diluar buku mata pelajaran, Nanti bukunya
di review membuat jurnal setelah tamat satu buku.
6. Bagaimana pelaksanaan budaya sholat dhuha dan sholat berjamaah?
Jawab:
Dhuha di awali dengan tadarus al-Qur’an kemudian membaca asmaul
husna lalu melaksanakan sholat dhuha dan setelahnya ada ceramah dhuha
5-7 menit.
7. Bagaimana pelaksaan sodaqoh?
Jawab:
Budaya sodaqoh atau infaq dilakukan setiap Jumat, anak belajar berinfak
anak menyumbangkan berapa pun sisa uang jajan mereka, peserta didik
yang mengkoordinir dan disetor ke coordinator.
8. Bagaimana respon peserta didik dan guru dalam pelaksanaan budaya
sekolah?
Jawab:
Alhamdulilah guru dan siswa cukup respontif dengan budaya-budaya yang
ada di sekolah anak juga antusias dan guru mendukung dan selalu ikut
serta dalam pelaksanaan budaya di sekolah, memang ada beberapa saja
yang kurang respon.
9 Akhlak apa yang tumbuh dalam diri siswa dalam menjalankan budaya
sekolah?
103
Jawab:
tidak ada tawuran di sekolah, anaknya sopan-sopan baik kepada pendidik
atau pun kepada tamu, disiplin, religious.
10. Apa faktor pendukung dalam menjalankan budaya sekolah?
Jawab:
fasilitas mendukung, kerja sama para pendidik dan peserta didik.
11. Apa faktor penghambat dalam menjalankan budaya sekolah?
Jawab:
Kurangnya dana, beberapa orang tua yang kurang mendukung anaknya
mengikuti kegiatan, siswa yang kurang respect.
12. Apa pandangan masyarakat terhadap sekolah?
Jawab:
Sampai hari ini masyarakat berpandangan positif, indikatornya adalah
banyak masyarakat yang ingin anaknya masuk SMP 2 sekolah ini rating
nomor 1 se-Kabupaten yang daftar itu sekitar 1472 siswa yang diterima
kurang lebih 300 siswa, daftarnya online yang dilihat nem dan rapot 3
mata pelajaran IPA, MTK dan bahasan dari kelas 456 tanpa ada seleksi
ujian tulis atau lisan.
Mengetahui,
Informan
(……………………….)
104
Lampiran 4
HASIL WAWANCARA KEPALA BIDANG KURIKULUM
Hari/Tanggal : Selasa, 08 November 2016
Pukul : 09.00 – 10.00
Sekolah : SMP Negeri 2 Cibinong
Informan : Siti Hulasoh, S. Pd
Pendidikan : S1
Jabatan : Kepala Bidang Kurikulum dan Guru Bahasa Inggris
No Pertanyaan
1. Apa visi, misi sekolah?
Jawab:
Menjadi sekolah unggul yang kompetitif, berkarakter yang berlandaskan
nilai-nilai religi dalam melaksanakan kegiatan.
2. Budaya apa saja yang ada di sekolah dalam mencapai visi dan misi
tersebut?
Jawab:
4S, sholat dhuha, literasi, green squad, kawasan tanpa rokok, poker.
3. Bagaimana pelaksanaan budaya 4S?
Jawab:
Kalo kegiatan ini biasanya pagi-pagi menyambut anak-anak datang,
disambut sama guru-guru dan terjadwal.
4. Bagaimana pelaksanaan budaya green squad?
Jawab:
Green squad (pasukan hijau) itu tanggung jawabnya di kebersihan dan
105
keindahan berarti ke alam. , tidak hanya menjaga tetapi juga menanam
untuk di lingkungan sekolah dan ada pasukannya. ada poker (polisi
kebersihan), ini kerjaannya setiap istirahat ngontrol kelas nanti jika ada
sampah dicatat satu sampah 10 ribu. Polisinya diambil di kelas-kelas,
dihimpun ada ketua dan pengurus dan pembimbing dari guru-guru,
5. Bagaimana pelaksnaan budaya Gerakan Literasi Sekolah?
Jawab:
Dilaksanakan pada hari Selasa-Kamis di lapangan. Gerakan membaca
literasi di luar buku-buku pelajaran jadi anak yang novel, motivasi,
inspirasi, hiburan pokoknya selain buku pelajaran. di kondisikan selama
15 menit setelah sholat dhuha dan kadang dilakukan setiap hari Senin
selama 5 menit di kelas masing-masing.
6. Bagaimana pelaksanaan budaya sholat dhuha dan sholat berjamaah?
Jawab:
Pelaksanaannya 3 hari untuk tadarus, dzikir asmaul husna dan sholat
dhuha itu 3 hari, Selasa, Rabu, dan Kamis. Sholat dhuha diawali dengan
membaca ayat-ayat al-Quran dilanjut dengan dzikir asmaul husan lalu
sholat dhuha 4 rakaat.
Zuhur dilakukan berjamaah ada yang adzan juga disini, yang pertama
adzan guru. Pelaksanaan anak-anak berkumpul untuk melaksanakan sholat
berjamaah, setelah selesai berjamaah lanjut gelombang berikutnya
bergantian karena tempatnya terbatas.
7. Bagaimana pelaksaan sodaqoh?
Jawab:
Sedekah rutin setiap Jumat, biasa dipintain sama kelas nanti dikasih ke
guru.
8. Bagaimana respon siswa dan guru dalam pelaksanaan budaya sekolah?
Jawab:
Alhamdulilah cukup respontif, mereka mendukung karena mereka juga
106
terutama yang terlibat diorganisasi mau bekerja sampai larut
9 Akhlak apa yang tumbuh dalam diri siswa dalam menjalankan budaya
sekolah?
Jawab:
Anak itu sekarang lebih santun, peduli, karakternya lebih tanggung jawab,
jujur, tutur katanya sopan.
10. Apa faktor pendukung dalam menjalankan budaya sekolah?
Jawab:
Pimpinan sekolah mendukung, fasilitas.
11. Apa faktor penghambat dalam menjalankan budaya sekolah?
Jawab:
Pembuangan akhir kadang-kadang dari dinas kebersihan suka telat
meganggut sampah jadi sampah menumpuk di sekolah.
12. Apa pandangan masyarakat terhadap sekolah?
Jawab:
Tanggapan yang ibu dengar luar biasa itu aja sekolah favorit itu dikatakan
oleh mayarakat bukan kami yang menyebutnya
Mengetahui,
Informan
(……………………….)
107
Lampiran 5
HASIL WAWANCARA KEPALA BIDANG KESISWAAN
Hari/Tanggal : Kamis, 13 Oktober 2016
Pukul : 09.00-09.30 WIB
Sekolah : SMP Negeri 2 Cibinong
Nama Informan : Ujang Muslihudin, S.Ag
Pendidikan : S1
Jabatan : Kepala Bidang Kesiswaan dan Guru Pendidikan Agama
Islam
No Pertanyaan
1. Apa visi, misi sekolah?
Jawab:
Diantaranya adalah ingin menjadikan sekolah yang unggul dalam prestasi,
kompetitif, berwawasan luas dengan nilai religi dan berkarakter.
2. Budaya apa saja yang ada disekolah dalam mencapai visi dan misi
tersebut?
Jawab:
Ada 3 nilai indikator yaitu lingkungan, karakter dan religi. Dalam
indikator lingkungan sekolah ada yang namanya green squad, didalamnya
ada poker terus ada hemat energi, Kegiatan karakter dan religi biasanya
pagi-pagi itu ada kebiasaan sholat dhuha, shodaqoh, sholat berjamaah,
literasi.
3. Bagaimana pelaksanaan budaya 4S?
Jawab:
yaitu guru membiasakan menyambut kedatangan anak-anak dari sekolah,
dan terjadwal dan stand by menyapa peserta didik jadi 4S dibiasakan
108
ketika menyambut peserta didik datang ke sekolah. Dan itu sudah
terjadwal.
4. Bagaimana pelaksanaan budaya green squad?
Jawab:
Pasukan green squad (pasukan hijau) yaitu mengkoordinir tanaman hijau
atau pun di tempat yang belum ada tanaman hijaunya di lingukungan
sekolah maupun di lingkungan kelas.
Pasukan poker (polisi kebersihan) siswa berlatih seolah polisi yang
menilang ketika melihat ada pelangaran, seperti adanya satu sampah di
ruangan kelas saja maka ada poker yang selalu berpatroli di ruangan kelas
di setiap kelas waktu istirahat pertama dan kedua apabila melihat siswa
membuang sampah sembarangan akan dikenakan denda.
5. Bagaimana pelaksnaan budaya Gerakan Literasi Sekolah?
Jawab:
Pembiasaan membaca dengan sebutan nama gerakan literasi setiap pagi
selama 15 menit dan setiap sebulan sekali selama 40 menit.
6. Bagaimana pelaksanaan budaya sholat dhuha dan sholat berjamaah?
Jawab:
Sholat berjamaah seperti zuhur, ashar. Sholat dhuha setiap pagi sebelum
memulai jam pelajaran sekitar pukul 07.00 sampai 07.30. Kemudian
pembiasaan tadarus al-Quran setiap pagi, hafalan juz ‘amma.
7. Bagaimana pelaksaan sodaqoh?
Jawab:
Kalo sodaqoh biasa yang meminta adalah siswa biasanya sodaqoh itu
dilaksanakan pada hari Jumat dan sodaqoh juga diminta untuk siswa atau
guru yang sedang berduka.
8. Bagaimana respon siswa dan guru dalam pelaksanaan budaya sekolah?
Jawab:
Sangat antusias dengan diadakannya budaya seperti ini guru sangat
mendukung sekali, sekali pun di saat bukan menjadi tugas piket guru
109
selalu menegur siswa ketika melihat pelangaran dengan cara menegurnya.
9 Akhlak apa yang tumbuh dalam diri siswa dalam menjalankan budaya
sekolah?
Jawab:
Perkembangan anak yang awalnya suka dipaksa sekarang sudah menjadi
terbiasa, yang awalnya dipaksa sekarang sudah bergerak sendiri tanpa
disuruh, religious.
10. Apa faktor pendukung dalam menjalankan budaya sekolah?
Jawab:
Faktor pendukungnya yaitu guru-guru dan siswa antusias, kepala sekolah
juga, fasilitas, dan orang tua. Tapi kadang ada aja orang tua yang melarang
gitu tapi gak banyak hanya sedikit saja.
11. Apa faktor penghambat dalam menjalankan budaya sekolah?
Jawab:
letak geografis anak berbeda-beda terkadang ada yang telat dan tidak ikut
sholat dhuha berjamaah, terkadang ada satu/dua anak yang kurang
perhatian dengan kebersihan, atau berpakaian rapih karena karakter anak
berbeda-beda.
12. Apa pandangan masyarakat terhadap sekolah?
Jawab:
Kalo melihat antutias masyarakat dalam penerimaan siswa baru di
sekolah, masyarakat menganggap sekolah ini adalah sekolah favorit di
cibinong kab. Bogor untuk negeri SMP 2 menempati posisi peringkat
pertama.
Mengetahui,
Informan
(……………………….)
110
Lampiran 6
HASIL WAWANCARA SISWA
Hari/Tanggal : Senin, 21 November 2016
Tempat : SMP Negeri 2 Cibinong/Musholah
Informan : Anil
Kelas : VIII
NO PERTANYAAN
1. Apa budaya sekolah yang diterapkan di SMP Negeri 2 Cibinong?
Jawab:
Sholat dhuha, budaya literasi, poker (polisi keberihan), green squad.
2. Nilai akhlak apa yang dapat kamu ambil dari kebiasaan pelaksanaan sholat
dhuha?
Jawab:
Iyah untuk sholat dhuha itu sendiri saya sih lebih tenang yah. dan
merupakan salah satu visi juga dari SMP Negeri 2 berlandaskan nilai-nilai
religious.
3. Nilai akhlak apa yang dapat kamu ambil dari kebiasaan pelaksanaan
Gerakan Literasi Sekolah?
Jawab:
Literasi ini dilaknakan abis sholat dhuha kan ada GLS itu, karena saya
ngebacanya ngegantung jadi di kelas saya lanjutin lagi jadi makin
berlembar-lembar bacaannya jadi sekarang lebih sering baca.
4. Nilai akhlak apa yang dapat kamu ambil dari kebiasaan pelaksanaan green
squad?
Jawab:
Pastinya menjaga kebersihan karena kata Ibu Nenden ingat lebih kreatif
karena ada tugas menata kelas dengan rapih dan nyaman dengan
111
tumbuhan.
5. Nilai akhlak apa yang dapat kamu ambil dari kebiasaan pelaksanaan
sodaqoh/infaq?
Jawab:
Untuk infaq sendiri di SMP 2 itu saling tolong secara suka rela jadi kita
peduli.
6. Nilai akhlak apa yang dapat kamu ambil dari kebiasaan pelaksanaan
poker?
Jawab:
Untuk dari polisi kebersihan itu saya jadi antisipati sama yang namanya
sampah jangan sampai sampah ada di sekitar saya dan lebih peduli
terhadap lingkungan.
7. Nilai akhlak apa yang dapat kamu ambil dari kebiasaan pelaksanaan sholat
berjamaah?
Jawab:
Sholat berjamaah karena pahalanya lebih besar yaitu 27 derajat dari pada
sholat sendiri. Trus karena diimamin sama siswa juga yang seumuran
dengan kita jadi ngerasa dia hebat udah bisa jadi imam gitu.
8. Nilai akhlak apa yang dapat kamu ambil dari kebiasaan pelaksanaan 4S
(senyum, sapa, salam, santun)?
Jawab:
Murah senyum dan sopan. karena, sopan itu bukan hanya ke kaka gelas aja
tapi semuanya guru, adik kelas, kaka kelas, teman semua warga SMP 2
pasti menjaga yang namanya sopan santun. Karena pas pertama kali masuk
guru-guru selalu mencontohkan.
9. Bagaimana pandangan kamu terhadap akhlak siswa-siswi SMP 2 ?
Jawab:
Untuk budaya membuang sampah temen-temen antusias dan baik-baik.
10. Apa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan budaya di SMP
Negeri 2 Cibinong?
Jawab:
112
Untuk faktor pendukungnya guru-guru mendukung,
Faktor penghambat cuaca juga jadi poker tidak bisa berjalan karena becek,
trus karena kelasnya di pel kalo petugas masuk jadi kelasnya kotor lagi.
Mengetahui,
Informan
(……………………….)
113
Lampiran 7
HASIL WAWANCARA SISWA
Hari/Tanggal : Senin, 21 November 2016
Tempat : SMP Negeri 2 Cibinong/Musholah
Informan : Vega
Kelas : IX
NO PERTANYAAN
1. Apa budaya sekolah yang diterapkan di SMP Negeri 2 Cibinong?
Jawab:
Upacara senin, upacara hari Nasional, sholat dhuha, literasi, poker, green
squad, shodaqoh atau infaq.
2. Nilai akhlak apa yang dapat kamu ambil dari kebiasaan pelaksanaan sholat
dhuha?
Jawab:
Pertama pastinya meningkatkan keagamaan, terus disiplin. Awalnya aku
males karena suka banyak tugas dari guru yang aku engga bisa akhirnya
belum selesai, tapi sekarang sudah terbiasa engga enak kalo ninggalin
sholat.
3. Nilai akhlak apa yang dapat kamu ambil dari kebiasaan pelaksanaan
Gerakan Literasi Sekolah?
Jawab:
Aku jadi suka baca sii soalnya di buku-bukuan banyak nilai-nilai
pedidikannya jadi bagus banget, udah gitu ada penghargaan dari sekolah.
4. Nilai akhlak apa yang dapat kamu ambil dari kebiasaan pelaksanaan green
squad?
Jawab:
Aku sekarang kalo liat tanaman kering gak betah aku ganti dengan
114
tanaman yang baru yang hijau, kemudian juga kan green squad itu suka
ada program buat menghias kelas jadi kita biasa kreatif sii untuk menghias
kelas dengan tumbuhan hijau terus kelas juga jadi lebih nyaman. Soalnya
green squad itu akan program 3R (Recycle, Reused, Reforestation).
5. Nilai akhlak apa yang dapat kamu ambil dari kebiasaan pelaksanaan
sodaqoh/infaq?
Jawab:
Pertama aku jadi peduli soalnya infak dimintai juga untuk siswa atau guru-
guru yang sedang berduka, terus uangnya juga biasanya dikasih ke anak
yatim dan buat beli karpet juga, jadi uangnya itu berguna aku juga jadi mau
buat berinfaq.
6. Nilai akhlak apa yang dapat kamu ambil dari kebiasaan pelaksanaan
poker?
Jawab:
Jadi engga buang sampah sembarangan, terus juga suka ngingetin temen-
temen buat jangan buang sampah sembarangan soalnya kalo buang sampah
di kelas nanti yang di denda itu kelas pastinya bayarnya pake uang kas kan.
Jadi lebih peduli lingkungan aja dan peduli sama temen sii buat ngingetin.
7. Nilai akhlak apa yang dapat kamu ambil dari kebiasaan pelaksanaan sholat
berjamaah?
Jawab:
Iya pasti lagi-lagi meningkatkan keagamaan
8. Nilai akhlak apa yang dapat kamu ambil dari kebiasaan pelaksanaan 4S
(senyum, sapa, salam, santun)?
Jawab:
Pertama jadi lebih menghormati orang lain, terus jadi sopan juga kan
dibiasakan untuk menerapkan 4S itu di sekolah baik ke guru, temen, adik
kelas, kaka kelas, atau temen. Jadi aku praktekin ke orang lain yaa lebih
bersahabat sama orang lain apalagi ke temen.
9. Bagaimana pandangan kamu terhadap akhlak siswa-siswi SMP 2 ?
115
Jawab:
Sebenarnya biasa aja baik, terus patuh juga sama peraturan sekolah tapi
gitu kadang ada aja yang suka gelanggar tapi engga banyak
10. Apa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan budaya di SMP
Negeri 2 Cibinong?
Jawab:
Kalo pendukungnya itu ada guru-guru teman semasa organisasi juga
mendukung, orang tua juga mendukung, tapi orang tua juga kadang jadi
penghambat anaknya dilarang ikut kegiatan, kemudian itu tadi siswanya
suka ngeyel.
Mengetahui,
Informan
(……………………….)
116
Lampiran 8
HASIL WAWANCARA SISWA
Hari/Tanggal : Senin, 21 November 2016
Tempat : SMP Negeri 2 Cibinong/Musholah
Informan : Winilla
Kelas : IX
NO PERTANYAAN
1. Apa budaya sekolah yang diterapkan di SMP Negeri 2 Cibinong?
Jawab:
Senin biasa upacara, Selasa Rabu Kamis biasanya melaksanakan sholat
dhuha, gerakan literasi, terus kalo Jumat itu bergantian 2 minggu baca
yāsin dan 2 minggu olahraga tapi bergantian setiap seminggu sekali,
ahodaqoh dilakukan pada setiap hari Jumat.
2. Nilai akhlak apa yang dapat kamu ambil dari kebiasaan pelaksanaan sholat
dhuha?
Jawab:
Kalo aku sih jadi lebih disiplin karena sholat dhuha kan di mulainya pagi.
Terus meningkatkan keagamaan juga sih engga enak ninggalinnys karena
udah terbiasa jadi di sekolah sholat dhuha di rumah juga sholat dhuha.
3. Nilai akhlak apa yang dapat kamu ambil dari kebiasaan pelaksanaan
Gerakan Literasi Sekolah?
Jawab:
Jadi suka membaca, selain itu juga jadi mudah buat ngerjain tugas kaya
misalnya kan ada tugas bahasa Indonesia disuruh membuat karangan,
karena sering membaca akhirnya dapat bahasa yang bagus, terus tadinya
engga suka baca jadi suka baca hehe.
4. Nilai akhlak apa yang dapat kamu ambil dari kebiasaan pelaksanaan green
117
squad?
Jawab:
kalo green squad aku juga jadi menjaga lingkungan, klo green squad itu
kan lebih ke tanaman kalo poker lebih ke kebersihan dari sampah dan
lingkungan, terus aku juga jadi engga betah kalo liat tumbuhan sudah
kering jadi aku siram.
5. Nilai akhlak apa yang dapat kamu ambil dari kebiasaan pelaksanaan
shodaqoh/infaq?
Jawab:
Kalo shodaqoh uangnya juga berguna untuk yang lain jadi pastinya aku
juga peduli dan mau untuk bershodaqoh.
6. Nilai akhlak apa yang dapat kamu ambil dari kebiasaan pelaksanaan
poker?
Jawab:
Pertama pastinya jadi engga buang sampah sembarangan, terus aku juga
kan anggota poker jadi aku suka kasih tahu teman-teman jangan
membuang sampah sembarangan, soalnya lumayankan itungannya sampah
sekecil permen sudah di denda sepuluh ribu.
7. Nilai akhlak apa yang dapat kamu ambil dari kebiasaan pelaksanaan sholat
berjamaah?
Jawab:
Kalo sholat berjamaah iya jadi ngerasa lebih dekat aja dengan Allah
8. Nilai akhlak apa yang dapat kamu ambil dari kebiasaan pelaksanaan 4S
(senyum, sapa, salam, sopan, santun)?
Jawab:
Jadi lebih sopan aja sih soalnya sudah dibiasakan 4S (senyum, sapa, salam,
santun) ini dibiasakan ke guru, teman, kaka kelas, adik kelas, tamu dan
warga sekolah lainnya, terus perkataannya juga di atur dulu supaya sopan
dan tidak berkata-kata kasar.
9. Bagaimana pandangan kamu terhadap akhlak siswa-siswi SMP 2 ?
118
Jawab:
Semuanya baik-baik dan patuh sama peraturan yaa memang ada aja
beberapa anak yang sudah dibilanginnya dan ngeyel, tapi itu gak banyak
hanya beberapa aja dan itu juga sudah dibilangin supaya tidak mengulang
kesalahannya lagi misalnya, suka ada yang pake baju dikeluarin gitu.
10. Apa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan budaya di SMP
Negeri 2 Cibinong?
Jawab:
Kalo pendukung guru-guru mendukung, terus kalo ada program-program
baru juga semuanya mendukung.
Kalo pengahambat, itu tadi kadang siswanya suka susah dibilangin, udah
gitu kadang orang tuanya juga ada yang pernah bilang “masa satu sampah
sepuluh ribu” gitu padahal itu diterapkan yaa biar gak pada buang sampah
sembarangan nah itu jadi penghambat juga tapi hanya beberapa aja sih
engga banyak.
Mengetahui,
Informan
(……………………….)
119
Lampiran 9
Catatan Lapangan
Hari/Tanggal : Selasa, 08 November 2016
Tempat : Lapangan Utama
Kegiatan : Sholat Dhuha (07.00-07.40)
Peserta didik membuat shaf di lapangan utama, peserta didik laki-laki di
sebelah kiri dan peserta didik perempuan di sebelah kanan untuk melaksanakan
kegiatan sholat dhuha bersama dengan guru-guru. Peserta didik yang sedang
berhalangan (menstruasi) duduk di belakang peserta didik yang melaksanakan
sholat dhuha. Seluruh peserta didik saat kegiatan sholat dhuha sudah memegang
bukubacaannya untuk program literasi.
Sebelum pelaksanaan sholat dhuha, peserta didik membaca dzikir asmaul
husna, setelah membaca dzikir asmaul husna peserta didik langsung
melaksanakan sholat dhuha secara individu. Pembacaan doa setelah sholat dhuha
di pimpin oleh siswa secara bergantian setiap harinya. Pelaksanaan sholat dhuha
dilakukan secara tertertib dan kondusif.
120
Lampiran 10
Catatan Lapangan
Hari/Tanggal : Selasa, 08 November 2016
Tempat : Lapangan Utama
Kegiatan : Gerakan Literasi Sekolah (07.40-08.00)
Peserta didik membawa buku bacaannya masing-masing. Setia Individu
membaca satu buku sesuai dengan buku yang dibawanya. Kegiatan literasi
dilaksanakan selama 15-20 menit. Situasi dan kondisi dalam pelaksanaan kegiatan
Gerakan Literasi berjalan dengan baik, diiringi dengan suasana yang sejuk dan
teratur. Tetapi, ada beberapa siswa yang tidak serius dalam membacamasih ada
yang suka mengobrol dan bercanda dengan teman di dekatnya.
Setelah kegiatan literasi dilaksanakan, peserta didik mendapat tugas untuk
menggulung karpet secara bergantian. Saat saya berkunjung ke sekolah siswa
yang menggulung adalah kelas 7 maka selanjutnya adalah tugas kelas 9 dan kelas
8 begitu berulang-ulang dan terjadwal.
121
Lampiran 11
Catatan Lapangan
Hari/Tanggal : Selasa, 08 November 2016
Tempat : Ruang Kelas
Kegiatan : Kebersihan
Saat memasuki ruang kelas, peserta didik diwajibkan untuk membuka
sepatu dan diletakan di depan kelas. Keadaan kelas rapih dan bersih dan terdapat
beberapa struktur kelas, jadwal piket dan pohon guelis yaitu berupa gambar pohon
yang terbuat dari kertas pohon serta pojok literasi sebagai tempat baca anak yang
digunakan untuk kegiatan literai siswa. Tidak hanya itu di kelaspun terdapat
pohon-pohon di pot yang berada di pojok dekat pintu masuk, yang merupakan
program dari green squad.
122
Lampiran 12
Catatan Lapangan
Hari/Tanggal : Selasa, 08 November 2016
Tempat : Halaman Sekolah
Kegiatan : Green Squad
Saat melakukan observasi peneliti melihat tanaman-tanaman di sekeliling
lingkungan sekolah seperti: taman, kelas, depan kelas, ruang guru, perpustakaan
dan di sudut-sudut sekolah. Tanaman yang ada berupa tanaman pot yang besar
yang sengaja di letakan agar dapat menciptakan udara yang segar. Tanaman yang
ada di sekolah adalah tanaman yang hijau dan segar dan terwat.
Kemudian ada tanam vertikan yaitu taman yang dibuat oleh siswa dalam
melaksanakan program green squad berisi tanaman dari pot-pot kecil dan ada pula
yang ditanam langsung. Selain itu terdapat pula tanaman yang menggantung di
tombok yang wadahnya terbuat dari aqua beks minum siswa yang dengan sengaja
dikumpulkan untuk dimanfaatkan kembali.
Pohon-pohon yang ada disekolah dirawat dengan baik oleh pasukan yang
bertanggung jawab dengan cara menyiramnya. Cara menyiram tanaman di
sekolahpun dari air yang dikumpulkan dari wudhu siswa. Sehingga air tidak
terbuang-buang dan dapat melakukan penghematan.
123
Lampiran 13
Catatan Lapangan
Hari/Tanggal : Selasa, 08 November 2016
Tempat : keliling Sekolah
Kegiatan : -
Saat berkeliling sekolah peneliti juga banyak menemukan tulisan-tulisan
yang mendukung program budaya sekolah yang diterapkan, seperti tulisan yang
terkait buadaya agama, lingkungan dan akademik. tulisan-tulisan itu berupa
motivasi dalam beribada, belajar, dan penghematan energi. Selain itu terdapat juga
tulisan doa-doa dan asmaul husna yang berjejer satu persatu di setiap tembok
ruangan.
Selain itu terdapat ember-ember di bawah keran yang digunakan untuk
memapung air wudhu siswa, sehingga air tidak terbuang sia-sia dan dapat
digunakan untuk menyiram tanaman yang ada disekililing sekolah. Selain itu juga
air yang ditampung menjadi salah satu cara untuk menghemat energi sekolah.
Sehingga program kegiatan lainnya saling membatu dan bekerja sama.
124
Lampiran 14
Catatan Lapangan
Hari/Tanggal : Selasa, 08 November 2016
Tempat : Gerbang Sekolah
Kegiatan : 4S (senyum, alam, sapa, santun)
Peserta didik berdatangan sebelum pukul 07.00, dengan beberapa pendidik
yang sudah berjejer menyambut kedatangan anak dengan senyuman. Peserta didik
datang kemudian satu persatu saling menyapa dan bersalaman dengan pendidik
yang menyambutnya.
Dalam melaksanakan kegiatan ini, peserta didik diwajibkan datang jam 6
yaitu sebelum peserta didik sampai di sekolah, wakil kepala sekolah selalu
berperan dalam kgiatan ini dan selalu ada setiap hari untuk menyambut
kedatangan siswa meskipun sudah ada petugas bertanggung jawab untuk menyapa
kedatangan siswa dari pendidik.
Suasana yang terjadi saat kegiatan berlangsung sangat baik, terasa adanya
keharmonisan, terdapat rasa saling menyayangi dan saling peduli satu dengan
yang lainnya.
BIODATA PENULIS
Rini Fadilah, lahir di Bogor, pada tanggal 26 Agustus
1993. Penulis merupakan anak ketiga dari enam bersaudara
dari pasangan Baharuddin dan Hj. Amanih, keduanya
orang tuanya lahir di Bogor yang berdarah Betawi.
Sekarang penulis tinggal bersama ayah dan ibunya yang
beralamat di Gg. Noble, kp. Pondok Manggis RT 003/02
No. 24, Desa Bojong Baru, Kec. Bjong Gede, Kab. Bogor.
Penulis menyelesaikan pendidikan Madrasah Ibtidaiyah di MI al-Falah pada tahun
2005 di daerah Bogor. Setelah lulus Madarash Ibtidaiyah, penulis melanjutkan ke
jenjang Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah di Pondok Pesantren
Qorun Nada yang terletak di daerah Depok, dan lulus pada tahun 2011. Setelah
lulus, penulis mengabdi di pondok selama satu tahun atas permintaan pimpinan
pondok. Setelah itu, penulis memutuskan untuk melanjutkan studinya ke jenjang
perguruan tinggi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, dan ia
menamatkan studi SI nya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Tahun 2017.
Mengenai pengalaman organisasinya, penulis semasa SMA menjadi pengurus
Gerakan Pramuka Qotrun Nada (GPQN) masa bakti 2010-2011 sebagai Ketua
Kepengurusan. Selain itu, penulis juga aktif mengikuti organisasi Himpunan
Mahasiswa Jurusan (HMJ) Pendidikan Agama Islam masa bakti 2012-2013. Dan
saat menjalani perkuliahan hingga sekarang penulis aktif dalam mengikuti
organisasi kepramukaan. Sekian dari penulis, semoga apa yang telah di tulis
bermanfaat bagi para pembaca.