STUDI KASUS PERILAKU
ORGANISASI“KEPUTUSAN KELOMPOK YANG EFEKTIF
DI DENVER BRONCOS”Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Perilaku Organisasi
Disusun oleh :
Nenda Marliani
( 271301001 )
Akuntansi D3
STIE STAN INDONESIA
MANDIRIJl. Jakarta No. 79 Bandung
DAFTAR ISIHALAMAN
JUDUL...............................................................1
DAFTAR ISI..........................................................2
BAB I PENDAHULUAN...................................................
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................6
2.1 Definisi dan Klasifikasi Kelompok .........................6
2.2 Tahap Perkembangan Kelompok................................6
2.3 Faktor-Faktor Kinerja Kelompok.............................7
2.4 Teknik-Teknik Pengambilan Keputusan Kelompok...............9
2.5 Pemikiran Kelompok dan Pergeseran Kelompok.................10
BAB III PENUTUP....................................................12
3.1 Masalah Utama Kasus........................................12
3.2 Solusi......................................................
12
3.3 Kesimpulan..................................................
..............16
DAFTAR PUSTAKA......................................................
17
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Denver Broncos berfungsi secara efektif sebagai sebuah tim,
melakukan perjalanan ke Super Bowl enam kali dan menang pada 1997
dan 1998. Tim tersebut juga terkenal dengan para penggemarnya,
setiap pertandingan Broncos sejak 1970 tiketnya selalu terjual
habis. Staf Broncos tidak kalah efektifnya, menghasilkan pendapatan
sebesar $212 juta pada tahun ini. Forbes menyatakan bahwa Broncos
merupkan salah satu organisasi yang dijalankan dengan paling baik di
NFL. Perkiraan nilai tim tersebut meningkat dari $320 juta pada 1998
menjadi $994 juta pada sepuluh tahun kemudian.
Kelompok pemasaran Broncos menangani keputusan dan tugas sangat
beragam, dari hubungan komunitas, hingga hubungan rekanan
perusahaan, penyiaran, periklanan, pembuatan barang-barang promosi,
publikasi, situs web, acara khusus, promosi, dan lain-lain. Sebagian
besar keputusan tersebut diambil melalui kolaborasi dan pertemuan
partisipatif. Derek Marlin, eksekutif rekanan perusahaan untuk
Broncos, mengatakan, “Kita akan duduk dan melakukan jenis
brainstorming yang berbeda. Kita akan memantulkan ide bolak balik satu
sama lain.” Kolaborasi dan saling dukung adalah penting ketika suatu
acara pemasaran atau promosi hari pertandingan dapat melibatkan
manajer dari beberapa area yang berbeda dalam pemasaran. Sebagai
contoh, Lynn Rosen, manajer untuk Gameday Entertainment, menyatakan,
“Saya merencanakan acara dan saya tidak dapat melakukannya
sendirian.”
Dengan para anggotanya yang termotivasi, fleksible dan
kooperatif, jelaslah bahwa kelompok pemasaran Denver Broncos berada
dalam tahap akhir dari perkembangan kelompok, yang disebut dengan
“kendali dan organisasi”. Komunikasi dalam kelompok yang dewasa
bersifat terbuka dan jujur, tetapi suportif. “Kami akan membahasnya
bolak balik dan kadang-kadang menjadi cukup panas, tetapi tidak
pernah menjadi masalah pribadi, kata James Merillat, koordinator
komunikasi pemasaran. “Akhirnya, Anda memperoleh semua sisi terbuka
di atas meja dan setiap orang merasa nyaman dengan keputusannya
setelah diambil”.
“[Ketika] Anda membuka semua sisi di atas meja [maka] setiap orang merasa nyaman
dengan keputusannya.”
-James Merilatt, koordinator komunikasi pemasaran, Denver Broncos.
Kelompok yang dewasa cenderung mengambil keputusan yang efektif.
Satu faktor lain yang meningkatkan kualitas keputusan adalah
keragaman bakat, ketertarikan, dan perspektif dari anggota kelompok
pemasaran tersebut. Norma kinerja kelompok yang kuat juga menjadi
faktor dari efektivitas kelompok. Anggota kelompok memberikan
komentar seperti,”Kami semua bangga dengan pekerjaan kami,” dan
“Kami merupakan bagian dari gambaran yang lebih besar,” dan “Kami
semua mengarah pada sasaran yang sama.” Menurut Marlin, ”Sebagian
besar waktu, orang-orang memiliki inisiatif mereka sendiri, tetapi
Anda harus berkata, “Apakah yang terbaik untuk tim?” Opini Marlin
dibenarkan oleh bebrapa anggota kelompok pemasaran tersebut, yang
sependapat bahwa “apa yang terbaik untuk tim” dapat berarti
menyenangkan para penggemar, atau sponsor perusahaan, atau pemain,
tetapi semuanya berakhir dengan memberikan dampak positif pada
pendapatan.
Kekohesifan merupakan faktor tambahan untuk meningkatkan kinerja
kelompok. Bagi kelompok pemasaran Broncos, kekohesifan muncul dari
sebuah sasaran serta kesenangan bersama. “Ini adalah jaringan
pendukung yang baik,” kata Marlin. “Setiap orang berada di dalamnya
untuk sasaran yang sama.” Rosen sependapat, “Kita semua bergaul
dengan baik dan itulah yang membuat pekerjaan sedemikian
menyenangkan.” Koordinator hubungan rekanan Sandy Bretzlauf
menyebutkan bahwa pertemanan pekerjaan meluas ke waktu pribadi, ia
mengatakan, “Kita semua dapat dapat bergaul dengan sangat baik di
dalam dan di luar pekerjaan dan melakukan hal-hal [bersama] pada
akhir minggu atau setelah jam kerja.”
Meskipun dengan adanya kekohesifan kelompok yang kuat, para
anggota bekerja keras untuk menghindari pengaruh negatif dari
pemikiran kelompok. Merillat menyatakan,”Kami tidak memiliki terlalu
banyak pemikran kelompok, Saya cenderung menjadi sejenis orang yang
kontra budaya.” Kesediaan Merilatt untuk menantang pemikiran
kelompok dengan bertindak sebagai devil’s advocate dapat sangat
bermanfaat untuk kelompok. Amy Marolf, manajer pelayanan rekanan
perusahaan, menyatakan bahwa anggota kelompok tidak segan-segan
untuk mengekspresikan opini yang berseberangan. Ia mengatakan,
“Kami sangat suportif satu sama lain, tetapi jika kami memiliki
suatu poin atau kami menganggap salah satu ide kami dapat benar-
benar meningkatkan proyek [dari rekan kerja] kami semua cukup
terbuka dengan itu.” Merilatt mempunyai gagasan yang sama dan ia
berkata, “Kadang-kadang Anda hanya perlu setuju untuk tidak
sependapat.” Perbedaan pendapat dan keragaman opini, ketika
diekspresikan dalam cara yang membantu, adalah dua cara yang penting
untuk mencegah pemikiran kelompok.
Meskipun staf pemasaran Broncos mencintai pekerjaan ideal
mereka dan menganggap pekerjaan sebagai sesuatu yang menyenangkan,
adalah jelas bahwa mereka merupakn pengambil keputusan yang efektif,
membuat mereka menjadi kontributor yang efektif terhadap manajemen
organisasi mereka yang kompleks dan menantang cepat ( Moorhead dan
Griffin, 2013:259-260 ).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi dan Klasifikasi Kelompok
Sebuah kelompok (group) didefinisikan sebagai dua individu atau
lebih yang berinteraksi dan saling bergantung, bergabung untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu. Kelompok dapat berupa kelompok
formal dan kelompok informal ( Robbins dan Judge, 2008:356 ).
Kelompok formal (formal group) dibentuk oleh organisasi untuk
melakukan pekerjaanya. Kelompok formal meliputi kelompok komando,
kelompok tugas, dan kelompok afinitas. Sebuah kelompok komando
(command group) bersifat relatif permanen dan dikarakteristikan oleh
hubungan pelaporan fungsional seperti mempunyai manajer kelompok dan
mereka melapor kepada manajer tersebut. Kelompok komando biasanya
dimasukan dalam bagan organisasi. Kelompok tugas (task group) dibentuk
untuk mengerjakan suatu tugas khusus, seperti memecahkan masalah
kualitas tertentu, dan bersifat relatif temporer. Kelompok afinitas
(affinity grooup) adalah sekumpulan karyawan yang relatif permanen dari
tingkat yang sama dalam organisasi yang bertemu secara teratur
untuk berbagi informasi, menangkap kesempatan yang muncul dan
memecahkan masalah (Moorhead dan Griffin, 2013:239).
Kelompok informal (informal group) dibentuk oleh para anggotanya
dan terdiri atas kelompok pertemanan, yang relatif permanen, dan
kelompok kepentingan, yang mungkin berumur lebih pendek. Kelompok
pertemanan (freindship group) muncul dari hubungan ramah tamah diantara
para anggotanya dan kesenangan yang mereka peroleh dari berkumpul
bersama. Kelompok kepentingan (interest group) diorganisasi di seputar
aktivitas atau kepentingan bersama meskipun pertemanan mungkin
berkembang di para anggotanya (Moorhead dan Griffin, 2013:241).
2.2 Tahap Perkembangan Kelompok
Kelompok tidaklah statis, kelompok biasanya berkembang melalui
empat tahap proses, yaitu saling penerimaan, komunikasi dan
pengambilan keputusan, motivasi dan produktivitas, kendali dan
organisasi. Namun sulit untuk diketahui secara tepat kapan sebuah
kelompok berpindah dari satu tahap ke tahap lain karena aktivitas
dalam fase-fase tersebut cenderung saling tumpang tindih (Moorhead
dan Griffin, 2013:241)
Tahap pertama adalah saling penerimaan (mutual acceptance stage) dari
perkembangan kelompok, kelompok terbentuk dan para anggotanya saling
berkenalan dengan berbagai informasi mengenai diri mereka sendiri.
Mereka sering kali menguji opini satu sama lain dan mendiskusikan
subjek-subjek yang saling berhubungan dengan kelompok. Dari diskusi
tersebut, anggota menjadi paham mengenai seberapa samakah keyakinan
dan nilai-nilai mereka dan tingkat dimana mereka bisa mempercayai
satu sama lain. Jika anggotanya satu sama lain sudah saling
mengenal, tahapan ini menjadi sangat singkat, tetapi kemungkinan
tidak akan dilewati seluruhnya karena kelompok tersebut adalah
sebuah kelompok baru dengan tujuan baru (Moorhead dan Griffin,
2013:241).
Tahap kedua adalah tahap komunikasi dan pengambilan keputusan
(Communication and decision making stage). Tahap ini terjadi ketika para
anggota kelompok telah mulai menerima satu sama lain. Dalam tahap
ini anggota mendiskusikan perasaan dan opini mereka secara lebih
terbuka, mereka mungkin menunjukan toleransi lebih besar untuk sudut
pandang yang berlawanan dan menjelajahi ide-ide berebeda untuk
memperoleh solusi atau keputusan yang masuk akal. Keanggotaan
biasanya mulai mengembangkan norma perilaku pada tahap ini. Anggota
mendiskusikan dan akhirnya sependapat pada sasaran kelompok.
Kemudian mereka diberi peran dan tugas untuk mencapai sasaran
tersebut (Moorhead dan Griffin, 2013:242).
Tahap berikutnya, motivasi dan produktivitas (motivation and
productivity), penekanannya beralih dari masalah dan sudut pandang
pribadi menjadi aktivitas yang akan menguntungkan kelompok tersebut.
Para anggota melakukan tugas yang diberikan kepada mereka, bekerja
sama satu sama lain, dan membantu yang lainnya mencapai sasaran
mereka. Anggota sangat termotivasi dan dapat melakukan tugas mereka
secara kreatif (Moorhead dan Griffin, 2013:243).
Pada tahap terakhir, kendali dan organisasi (control and
organization), kelompok bekerja secara efektif menuju pencapaian
sasarannya. Tugas diberikan berdasarkan saling persetujuan dan
menurut kemampuan. Dalam sebuah kelompok yang dewasa, aktivitas
anggota relatif spontan dan fleksible bukan berdasarkan batasan-
batasan struktural yang kaku. Kelompok mengevaluasi dan aktivitas
serta potensial hasil mereka dan mengambil tindakan koreksi diri
adalah sangat penting jika kelompok tersebut ingin tetap produktif
dalam periode waktu yang sama (Moorhead dan Griffin, 2013:244).
2.3 Faktor-Faktor Kinerja Kelompok
Kinerja kelompok dipengaruhi oleh empat faktor yaitu:
komposisi, ukuran, norma, dan kekohesifan. Komposisi kelompok adalah
derajat kemiripan atau perbedaan diantara anggota kelompok pada
faktor-faktor yang penting bagi pekerjaan kelompok. Komposisi
kelompok paling sering dideskripsikan dalam hal homogenitas dan
heterogenitas anggota. Sebuah kelompok disebut homogen jika
anggotanya serupa dalam satu atau beberapa hal yang kritis untuk
pekerjaan kelompok tersebut, seperti umur, pengalaman kerja,
pendidikan, spesialisasi teknis, atau latar belakang kultural. Dalam
kelompok heterogen anggota berbeda dalam satu atau lebih hal yang
kritis untuk pekerjaan kelompok tersebut ( Moorhead dan Griffin,
2013:244).
Banyak penilitian yang menjelajahi hubungan atara komposisi
kelompok dan produktivitas. Sebuah kelompok yang homogen relatif
kemungkinan lebih produktif ketika tugas kelompok tersebut
sederhana, diperlukan kerja sama, tugas kelompok berurutan, atau
dibutuhkan tidakan cepat. Sebuah kelompok yang heterogen lebih lebih
berkemungkinan untuk produktif ketika tugasnya kompleks, membutuhkan
usaha kolektif, dan menuntut kreativitas. Sebagai contoh sebuah
kelompok yang diminta untuk memasarkan kelompok dibutuhkan kelompok
yang bersifat heterogen untuk mengembangkan sebanyak mungkin ide
yang berbeda ( Moorhead dan Griffin, 2013:245).
Faktor yang kedua adalah ukuran kelompok. Ukuran kelompok
adalah jumlah anggota dari kelompok, ukuran kelompok mempengaruhi
jumlah sumber daya yang tersedia untuk melakukan tugas. Ukuran
kelompok mempunyai pengaruh penting pada kinerja. Sebuah kelompok
dengan banyak anggota mempunyai lebih banyak sumber daya yang
tersedia dan mungkin mampu menyelesaikan sejumlah tugas besar yang
relatif independen. Dalam kelompok yang dibentuk untuk menghasilkan
ide, kelompok dengan anggota lebih banyak cenderung menghasilkan
lebih banyak ide. Diatas titik tertentu kompleksitas interaksi dan
komunikasi yang lebih besar akan membuatnya lebih sulit bagi
kelompok besar untuk mencapai kesepakatan (Moorhead dan Griffin,
2013:246).
Faktor ketiga adalah norma (norm). Norma adalah standar untuk
menilai kepantasan suatu perilaku. Jadi, norma ditentukan oleh
perilaku yang diharapkan dalam situasi tertentu. Norma merupakan
hasil dari kombinasi karakteristik kepribadian anggota, situasi,
tugas, dan tradisi historis kelompok. Ketidakpatuhan terhadap norma
kelompok akan mengakibatkan serangan verbal, ancaman fisik dan
persaingan atau penolakan dari kelompok. Akan tetapi norma kelompok
ditegakan hanya untuk tindakan-tindakan yang penting bagi kelompok.
Norma melayani empat tujuan dalam organisasi. Pertama norma membantu
kelompok untuk bertahan. Kedua, norma menyederhanakan dan membuat
perilaku yang diharapkan oleh anggota kelompok. Ketiga, norma
membantu kelompok menghindari situasi yang mempermalukan. Keempat,
norma mengekspresikan nilai sentral dari kelompok dan
mengidentifikasi kelompok tersebut kepada orang lain. Pakaian,
kelakukan, atau perilaku tertentu dalam situasi tertentu dapat
menjadi titik pemersatu bagi anggota dan dapat membedakan sifat
kelompok untuk orang lain (Moorhead dan Griffin, 2013:247).
Faktor keempat adalah kekohesifan kelompok (group cohesiveness).
Kekeohesifan kelompok adalah tigkat dimana sebuah kelompok
berkomitmen untuk tetap bersama, kekohesifan kelomppk terbentuk dari
kekuatan-kekuatan yang berpengaruh pada anggota untuk tetap berada
dalam kelompok tersebut. Kekuatan-kekuatan yang membentuk
kekohesifan adalah daya tarik terhadap kelompok, resistensi untuk
meninggalkan kelompok, dan motivasi untuk tetap menjadi anggota
kelompok (Moorhead dan Griffin, 2013:248).
Berbagai penelitian secara konsisten menunjukan bahwa hubungan
kekohesifan dan produktivitas tergantung pada norma-norma yang
terkait dengan kinerja yang diterapkan oleh kelompok. Jika norma-
norma terkait dengan kinerja tinggi kelompok kohesif akan lebih
produktif. Namun jika kekohesifan tinggi namun norma kinerja rendah
maka produktivitas akan rendah. Jika kekohesifan rendah dan norma
kinerja tinggi, produktivitas meningkat, tetapi lebih sedikit bila
dibandingkan pada situasi kekohesifan tinggi. Ketika kekohesifan dan
norma kinerja terkait rendah, produktivitas akan cenderung menurun
ke kisaran rendah (Robbins dan Judge, 2008:381).
2.4 Teknik-Teknik Pengambilan Keputusan Kelompok
Terdapat tiga teknik untuk merangsang kamampuan pemecahan
masalah kelompok yaitu: Tukar pikiran (Brainstroming), Teknik kelompok
nominal, dan Teknik Delphi. Tukar pikiran (Brainstroming) adalah
sebuah teknik yang digunakan dalam fase pengambilan keputusan
pembangkitan ide yang membantu dalam mengembangkan banyak alternatif
tindakan. Dalam brainstoming, kelompok mengadakan pertemuan secara
khusus untuk membangkitkan alternatif-alternatif. Masing-masing ide
dicatat dalam pandangan penuh semua anggota, biasanya di atas papan
kertas besar. Untuk menghindari penyensoran diri, usaha untuk
mengevaluasi ide tersebut tidak diizinkan. Anggota kelompok didorong
untuk menawarkan semua ide yang muncul dalam benak mereka. Dalam
sesi berikutnya, setelah ide-ide tersebut telah dicatat dan
didistribusikan kepada para anggota untuk ditinjau, alternatif-
alternatif tersebut dievaluasi. Tujuan dari brainstorming adalah
menghasilkan ide-ide baru dan solusi yang benar-benar baru dengan
merangsang kerativitas anggota kelompok. Teknik ini menghasilkan
alternatif yang lebih inovatif dan komprehensif yang dikembangkan
oleh kelompok tipikal yang berinteraksi (Moorhead dan Griffin,
2013:256).
Tekinik nominal kelompok (nominal group tehnique) melarang diskusi
atau komunikasi antar personal selama proses pengambilan keputusan,
hal itulah yang dimaksud dengan nominal. Para anggota kelompok
semuanya hadir, seperti sebuah pertemuan komisis tradisional, tetapi
para anggotanya beroperasi secara independen. Secara spesifik sebuah
masalah diberikan dan terjadi langkah-langkah berikut:
1. Para anggota bertemu sebagai sebuah kelompok, tetapi sebelum
terjadi diskusi apapun, setiap anggota secara independen
menuliskan ide-ide pada masalah tertentu.
2. Setelah periode ini, setiap anggota memberikan satu ide kepada
kelompok. Setiap anggota bergiliran memberikan satu ide
tunggal hingga semua ide diberikan dan direkam. Tidak ada
diskusi yang terjadi hingga semua ide direkam.
3. Kelompok tersebut kemudian mendiskusikan ide-ide untuk
kejelasan dan mengevaluasi ide-ide tersebut.
4. Setiap anggota kelompok dengan diam dan independen memasukan
ide-ide tersebut dalam peringkat secara berurutan. Ide dengan
pringkat agregat tertinggi menentukan keputusan final.
Keuntungan dari kelompok nominal adalah bahwa teknik tersebut
mengizinkan kelompok bertemu secara formal tetapi tidak menghalangi
pemikiran independen (Robbins dan Judge, 2008:391).
Teknik Delphi (Delphi tehnique) adalah teknik yang didesain untuk
kelompok yang tidak bertemu secara tatap muka. Sebagai contoh,
seorang manajer pengembangan produk untuk sebuah manufaktur mainan
besar dapat menggunakan teknik delphi guna menjelajahi pandangan
para ahli industri untuk meramalkan perkembangan pasar mainan yang
dimanis (Moorhead dan Griffin, 2013:257).
2.5 Pemikiran Kelompok dan Pergeseran Kelompok
Dua produk sampingan dari pengambilan keputusan kelompok telah
mendapatkan banyak penelitian dan perhatian dalam PO. Kedua fenomena
ini dapat mempunyai potensi untuk mempengaruhi kemampuan kelompok
dalam menilai alternatif-alternatif secara objektif dalam mencapai
solusi yang berkualitas.
Fenomena pertama, pemikiran kelompok (groupthink) berhubungan
dengan norma. Hal ini dideskripsikan sebagai situasi dimana tekanan-
tekanan kelompok untuk komformintas menghalangi kelompok tersebut
untuk secara kritis menilai pandangan-pandangan yang tidak biasa,
minoritas atau tidak populer. Pemikiran kelompok adalah sebuah
penyakit yang menyerang kelompok dan secara dramatis dapat
mengganggu kinerja mereka (Robbins dan Judge, 2008:386).
Menurut Irving L Janis, Pemikiran kelompok adalah suatu cara
berfikir yang dipakai oleh orang-orang ketika mereka terlibat dalam
sebuah kelompok kohesif, ketika usaha anggota untuk mencapai
kesepakatan bulat mengesampingkan motivasi mereka untuk menilai
tindakan alternatif secara realistis. Oleh karena itu ketika
pemikiran kelompok terjadi maka kelompok dengan tanpa sengaja
mencapai kesepakatan bulat, bukan keputusan terbaik untuk
sasarannya. Anggota individual dapat merasa bahwa mengajukan
keberatan adalah seuatu yang tidak pantas (Moorhead dan Griffin,
2013:251).
Beberapa saran telah ditawarkan untuk membantu manajer dalam
mengurangi pemikiran kelompok dalam pengambilan keputusan. Resep-
resep ini dimasukan kedalam empat kategori yang bergantung pada
diterapkannya kepada pemimpin, organisasi, individu atau proses.
Berikui ini deskripsinya:
A. Resep Pemimpin
1. Berikan peran kepada setiap orang sebagai evaluator yang
kritis.
2. Bersikaplah impasrial.
3. Berikan peran devil’s advocate kepada sedikitya satu anggota
kelompok.
4. Gunakan ahli dari luar untuk menantang kelompok tesebut.
5. Bersikaplah terbuka terhadap sudut pandang yang berbeda.
B. Resep Organisasi
1. Bentuklah beberapa kelompok independen untuk mempelajari
persoalan yang sama.
2. Melatih manajer dan pemimpin kelompok dalam teknik-teknik
pencegahan pemikiran kelompok.
C. Resep individual
1. Jadilah pemikir yang kritis.
2. Diskusikan pertimbangan kelompok dengan orang luar yang
dipercaya, dan laporkan kembali pada kelompok.
D. Resep Proses
1. Secara periodik pecahlah kelompok menjadi sub kelompok
untuk mendiskusikan persoalan tersebut.
2. Ambilah waktu untuk mempelajari faktor-faktor eksternal.
3. Adakan petemuan kesempatan kedua untuk memikirkan kembali
persoalan sebelum menyatakan komitmen (Moorhead dan
Griffin, 2013:255).
Fenomena kedua adalah pergeseran kelompok (groupshift) hal ini
mengindikasikan bahwa dalam mendiskusikan serangkaian alternatif dan
sampai di sebuah solusi, para anggota kelompok cenderung melebih-
lebihkan posisi awal yang mereka pertahankan. Dalam beberapa situasi
kehati-hatian mendominasi, dan terdapat sebuah pergeseran
konservatif (Robbins dan Judge, 2008:386).
BAB III
PENUTUP
3.1 Masalah Utama Kasus
1. Deskripsikan proses pengambilan keputusan pada kelompok
pemasaran Denver Broncos. Mengapa proses keputusan kelompok
tersebut bermanfaat bagi organisasi ini?
2. Aspek apakah dari kelompok pemasaran tersebut yang menghasilkan
kualitas keputusan yang tinggi dan efektivitas tinggi? Faktor
apakah yang berpotensi dapat mengurangi kulaitas atau
efektivitas keputusan?
3. Bagaimana kelompok pemasaran Denver Broncos menghindari
pemikiran kelompok? Menuurut anda apakah ada hal lain yang
dapat dilakukan oleh kelompok untuk mengurangi kemungkinan
terjadinya pemikiran kelompok? Jelaskan jawaban Anda.
3.2 Solusi Masalah
1.Proses pengambilan keputusan pada kelompok pemasaran Denver
Broncos sebagian besar diambil melalui kolaborasi dan pertemuan
partisifatif. Teknik pengambilan keputusan yang digunakan
adalah tukar pikiran (Brainstorming). Brainstorming yang
digunakan oleh kelompok pemasaran Denver Broncos berbeda dengan
konsep brainstorming yang sesungguhnya. Perbedaan konsep
Brainstorming yang digunakan oleh kelompok pemasaran Denver
Broncos adalah adanya pemantulan ide bolak balik satu sama
lain, dalam hal ini berarti diperbolehkan adanya kritikan dan
evaluasi ide yang dilakukan bolak balik.
Proses pengambilan keputusan dengan teknik brainstorming versi
kelompok pemasaran Denver Broncos dilakukan dalam sesi tukar
pikiran. Setenganh hingga satu lusin orang duduk mengitari
sebuah meja. Pemimpin kelompok menyatakan masalahnya dengan
jelas sehingga dapat dipahami oleh semua peserta. Para anggota
kemudian menggulirkan ide-ide dengan bebas sebanyak mungkin
sampai jangka waktu tertentu. Diperbolehkan adanya kritikan
atas ide yang digulirkan oleh anggota dalam jangka waktu
tertentu. Ide yang didiskusikan tersebut dibahas bolak balik
dan kadang-kadang menjadi cukup panas, karena adanya kritikan
yang diberikan atasa ide anggota kelompok tersebut. Dalam sesi
berikutnya, setelah ide-ide tersebut telah dicatat dan
didistribusikan kepada para anggota untuk ditinjau, alternatif-
alternatif tersebut dievaluasi. Sehingga pada akhirnya
dihasilkanlah ide-ide yang benar-benar baru dan kreatif.
Proses keputusan kelompok dengan teknik brainstorming
bermanfaat bagi organisasi ini. Hal ini disebabkan karena
teknik ini menghasilkan ide-ide yang keratif dan inovatif yang
dibutuhkan dalam memasarkan produk agar produk dapat dipasarkan
sesuai target. Ide-ide yang kreatif dan inovatif ini muncul
karena pemimpin tidak membatasi pembangkitan ide yang diberikan
oleh anggotanya.
2.Aspek dari kelompok pemasaran tersebut yang menghasilkan
kualitas keputusan yang tinggi dan efektivitas tinggi adalah:
a. kondisi perkembangan kelompok yang telah dewasa .
Komunikasi dalam kelompok yang dewasa bersifat terbuka dan
jujur, tetapi suportif. Sehingga anggota bebas memberikan
ide, dan ide-ide yang muncul dari anggota benar-benar
dipertimbangkan dengan baik dan sportif.
b. Kelompok berada pada tahap akhir perkembangan kelompok
yaitu ‘kendali dan organisasi’. Pada tahap ini kelompok
sudah mampu bekerja dengan efektif menuju pencapian
sasarannya. Tugas yang diberikan kepada anggota kelompok
berdasarkan saling persetujuan dan kemampuan. Sehingga
keputusan yang diperoleh efektif.
c. Faktor lain yang menigkatkan kualitas keputusan adalah
keragaman bakat, ketertarikan, dan persepektf dari anggota
kelompok pemasaran tersebut. Dalam pembahasan tinjauan
pustaka, telah dijelaskan bahwa komposisi kelompok
merupakan faktor penentu kinerja, komposisi kelompok dalam
hal ini adalah adanya keragaman bakat. Keragaman bakat
yang ada menunjukan bahwa kelompok pemasaran Denver
Broncos merupakan kelompok heterogen. Sebuah kelompok yang
heterogen lebih berkemungkinan untuk produktif ketika
tugasnya kompleks, dan membutuhkan kreativitas. Keragaman
bakat ini cocok ada pada kelompok pemasaran Denver Broncos
karena kelompok tersebut memiliki pekerjaan yang terdiri
dari banyak tugas atau kompleks seperti mengatur hubungan
komunitas, hubungan rekanan perusahaan, penyiaran,
periklanan, pembuatan barang-barang promosi, publikasi,
situs web, promosi, dan lain-lain. Selain itu kelompok
pemasaran juga membutuhkan ide-ide kreatif. Sehingga
dengan adanya keragaman bakat, ketertarikan dan
persepektif dari anggota dapat menghasilkan kulaitas
keputusan yang efektif.
d. Norma kinerja kelompok yang kuat juga menjadi faktor
dari efektivitas keputusan kelompok. Dengan adanya norma
kinerja kelompok yang kuat, maka anggota kelompok akan
konsisten melakukan pekerjaan dengan kinerja yang baik
sesuai norma yang diterima kelompok. Begitupun dalam hal
pengambilan keputusan, seluruh anggota kelompok pasti akan
memberikan ide dan gagasan yang mengarah ke arah sasaran
yang ingin dicapai kelompok. Sehingga keputusan yang
dihasilkan efektif.
e. Kekohesifan kelompok merupakan faktor tambahan yang dapat
meningkatkan kualitas keputusan kelompok. Kekohesifan
kelompok dapat memfokuskan anggota pada kesediaan untuk
bekerja sama. Kerja sama yang timbul menjadikan semua
anggota kelompok saling bekerja sama untuk mencapai
tujuan kelompok dan menghasilkan keputusan yang efektif.
Faktor yang berpotensi dapat mengurangi kulaitas atau
efektivitas keputusan kelompok adalah pemikiran kelompok.
Pemikiran kelompok adalah suatu cara berfikir yang digunakan
oleh orang-orang yang terilibat dalam sebuah kelompok yang
kohesif dan timbul ketika usaha anggota untuk mencapai
keputusan bulat mengesampingkan motivasi mereka untuk menilai
tindakan alternatif secara realistis. Oleh karena itu, ketika
pemikiran kelompok terjadi, kelompok dengan tidak sengaja
mencapai keputusan bulat, bukan keputusan yang terbaik untuk
sasarannya atau efektif. Pada kondisi tersebut anggota
kelompok dapat merasa bahwa mengajukan keberatan adalah
sesuatu yang tidak pantas.
3.Kelompok pemasaran Denver Broncos menghindari pemikiran
kelompok dengan cara:
Menempatkan seseorang sebagai devil’s advocate
Menjadi orang yang kontra budaya
Perbedaan pendapat dan keragaman opini diekspresikan
dengan cara yang membantu
Anggota kelompok tidak segan-segan dalam mengekpresikan
pemikran kelomppok yang berseberangan.
Setiap anggota kelompok saling suportif satu sama lain,
jika ide yang diberikan dapat meningkatkan proyek atau
efektivitas.
Hal lain yang dapat dilakukan oleh kelompok untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya pemikiran kelompok adalah dengan
menerapkan resep-resep pencegahan pemikiran kelompok yang
diterapkan pada empat kategori yaitu:
A. Resep Pemimpin
Berikan peran kepada setiap orang sebagai evaluator
yang kritis.
Bersikaplah impasrial.
Berikan peran devils advocate kepada sedikitya satu
anggota kelompok.
Gunakan ahli dari luar untuk menantang kelompok
tesebut.
Bersikaplah terbuka terhadap sudut pandang yang
berbeda.
B. Resep Organisasi
Bentuklah beberapa kelompok independen untuk
mempelajari persoalan yang sama.
Melatih manajer dan pemimpin kelompok dalam teknik-
teknik pencegahan pemikiran kelompok.
C. Resep Individual
Jadilah pemikir yang kritis.
Diskusikan pertimbangan kelompok dengan orang luar
yang dipercaya, dan laporkan kembali pada kelompok.
D. Resep Proses
Secara periodik pecahlah kelompok menjadi sub
kelompok untuk mendiskusikan persoalan tersebut.
Ambilah waktu untuk mempelajari faktor-faktor
eksternal.
Adakan petemuan kesempatan kedua untuk memikirkan
kembali persoalan sebelum menyatakan komitmen.
3.3 Kesimpulan
Kelompok pemasaran Denver Broncos melakukan proses pengambilan
keputusan dengan teknik brainstorming yang memperbolehkan adanya
respon bolak-balik dari anggota. Proses keputusan kelompok dengan
teknik brainstorming bermanfaat bagi organisasi ini. Hal ini disebabkan
karena teknik ini menghasilkan ide-ide yang keratif dan inovatif
yang dibutuhkan dalam memasarkan produk agar produk dapat dipasarkan
sesuai target.
Kelompok pemasaran Denver Broncos dapat menghasilkan kulaitas
keputusan yang tinggi dan efektivitas tinggi hal ini dipengaruhi
oleh beberapa aspek yaitu: kondisi perkembangan kelompok yang telah
dewasa, Kelompok berada pada tahap akhir perkembangan kelompok yaitu
‘kendali dan organisasi’, keragaman bakat, ketertarikan, dan
persepektf dari anggota kelompok pemasaran tersebut, norma kinerja
kelompok yang kuat juga menjadi faktor dari efektivitas keputusan
kelompok, serta kekohesifan kelompok.
Faktor yang berpotensi dapat mengurangi kualitas atau
efektivitas keputusan kelompok adalah pemikiran kelompok. Kelompok
pemasaran Denver Broncos menghindari pemikiran kelompok dengan
beberapa cara yaitu: Menempatkan seseorang sebagai devil’s advocate,
menjadi orang yang kontra budaya, perbedaan pendapat dan keragaman
opini diekspresikan dengan cara yang membantu, anggota kelompok
tidak segan-segan dalam mengekpresikan pemikran kelomppok yang
berseberangan, setiap anggota kelompok saling suportif satu sama
lain jika ide yang diberikan dapat meningkatkan proyek atau
efektivitas. Hal lain yang dapat dilakukan oleh kelompok untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya pemikiran kelompok adalah dengan
menerapkan resep-resep pencegahan pemikiran kelompok yang diterapkan
pada empat kategori yaitu: Resep pemimpin, resep organisasi, resep
individual dan resep proses.
DAFTAR PUSTAKA
Moorhead, Gregory., & Griffin, Ricky W. 2013. Perilaku Organisasi. Edisi 9
(Terjemahan). Jakarta: Salemba Empat.
Robbins, Stephen P., & Judge, Timothy A. 2008. Perilaku Organisasi. Edisi
12 (Terjemahan). Jakarta: Salemba Empat.Wahjono, Sentot Imam. 2010.
Perilaku Organisasi. Edisi Pertama. GRAHA ILMU:Yogyakarta.