of 19
8/16/2019 Referat Anestesi Peri-op Management
1/19
REFERAT
MANAJEMEN PREOPERATIVE
The Smart Campus you Can Rely On
Disusun oleh :
Annisa Eka Nova Wulandari (11!11"!#
$oiri%ah (11!111
Pe'i'in) :
Dr* $+* $a%a,i -s'an. /0*An
Dr* Dadi inan+ar /0*An
DI2AWA3AN DA4AM RAN3AN 3EPANITERAAN 34INI3 /MF ANE/TE/I
FA3-4TA/ 3EDO3TERAN -NIVER/ITA/ 5AR/IR/-D dr* /4AMET AR-T
J-NI !16
3ATA PENANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan kekuatan dan kemampuan
kepada penyusun sehingga penyusunan referat yang berjudul “Manajemen Perioperatif ” ini
1
8/16/2019 Referat Anestesi Peri-op Management
2/19
dapat diselesaikan. eferat ini disusun untuk memenuhi syarat dalam mengikuti dan
menyelesaikan kepaniteraan klinik SM! Anestesi di S"# #r. Slamet $arut. Penulis
menyadari bah%a terselesaikannya referat ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan banyak
pihak. "ntuk itu penulis ingin menyampaikan u&apan terima kasih kepada'
1. #r. (j. (ayati "sman) Sp.An dan #r. #adi $inanjar Sp.An) selaku dokter
pembimbing penulisan referat.
*. Para Pera%at dan Penata Anestesi di +agian SM! Anestesi S"# #r. Slamet $arut.
,. Teman-teman seja%at dokter muda di lingkungan S"# #r. Slamet $arut.
Segala daya upaya telah di optimalkan untuk menghasilkan referat yang baik dan
bermanfaat) dan terbatas sepenuhnya pada kemampuan dan %a%asan berpikir penulis. Pada
akhirnya penulis menyadari bah%a tulisan ini masih jauh dari sempurna) untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari para pemba&a agar dapat menghasilkan tulisan yang lebih
baik di kemudian hari.
Akhir kata penulis mengharapkan referat ini dapat memberikan manfaat bagi pemba&a)
khususnya bagi para dokter muda yang memerlukan panduan dalam menjalani aplikasi ilmu.
$arut) uni */10
Penulis
*
8/16/2019 Referat Anestesi Peri-op Management
3/19
8/16/2019 Referat Anestesi Peri-op Management
4/19
2A2 II
TINJA-AN P-/TA3A
MANAJEMEN PRE7OPERATIF
2egagalan untuk mempersiapkan keadaan pasien sering terjadi) dan biasanya dapat
dihindari dengan mudah untuk men&egah ke&elakaan yang berhubungan dengan anastesi.
Semua pasien harus dipersiapkan sebelum dianastesi oleh orang yang akan melakukan
anastesi. Persiapan ini menyangkut setiap aspek terhadap kondisi pasien) dan tidak hanya
permasalahan patologis yang membutuhkan operasi.,
#asar dari e3aluasi pre-operatif yang efektif adalah mengetahui ri%ayat kesehatan pasien
dan pemeriksaan fisik) yang meliputi seluruh pengobatan yang pernah diterima oleh pasien
sebelumnya) seluruh obat yang terkait dan alergi yang dialami pasien) serta respon dan reaksi
terhadap anestesi sebelumnya. Selain itu) e3aluasi pre-operatif juga meliputi uji diagnostik
yang diindikasikan untuk pasien) prosedur pen&itraan) dan konsultasi dari dokter lainnya.
43aluasi pre-operatif menentukan ren&ana anestetik yang akan diberikan kepada pasien.
Peren&anaan pre-operatif yang tidak adekuat dan persiapan pasien yang tidak lengkap
umumnya berhubungan dengan komplikasi anestetik.
*
43aluasi pre-operatif memilki beberapa tujuan. Tujuan pertama) mengidentifikasi
beberapa pasien yang kondisinya mungkin akan meningkat jika diberikan terapi yang lebih
spesifik 5dalam kondisi ini mungkin mengharuskan penjad%alan ulang ran&ana operasi6.
Sebagai &ontoh) seorang pasien berusia 0/ tahun dijad%alkan untuk operasi elektif total hip
arthroplasty yang juga memiliki angina pektoris unstable pada arteri koroner kiri yang
mungkin akan lebih bertahan hidup jika dilakukan operai bypass arteri koroner sebelum
prosedur elektif yang dijad%alkan. Tujuan lain adalah mengindentifikasi pasien yangkondisinya sangat jelek yang jika dilakukan operasi hanya akan menyebabkan kematian tanpa
adanya perbaikan kualitas hidup. Sebagai &ontoh) seorang pasien yang menderita penyakit
paru kronik) gagal ginjal tahap akhir) gagal hati) dan gagal jantung tidak akan mungkin
bertahan untuk memperoleh keuntungan sejak 7 jam) kompleks) perpaduan multile3el spinal
dengan instrumentasi. *
43aluasi pre-operatif dapat mengidentifikasi pasein dengan karakteristik spesifik yang
mungkin akan mempengaruhi ren&ana anestetik yang akan diberikan 5Tael 1#. Sebagai
&ontoh) ren&ana anestetik perlu ditetapkan pada seorang pasien yang trakeanya terlihat susah
8
8/16/2019 Referat Anestesi Peri-op Management
5/19
untuk diintubasi) pasien dengan ri%ayat keluarga malignant hyperthermia) atau pasien
dengan infeksi yang dekat dengan daerah yag diberikan anestesi regional. *
Tael 1* Ren8ana anes,esi *
A0akah 0re'edikasi hi0no,ik seda,i9 er)una
A0akah +enis anes,esi %an) akan di)unakan
- -'u';
Mana+e'en +alan na9as
Oa,7oa,an induksi
Oa,7oa,an 'ain,enan8e
- Re)ional
Teknik
A)en
- /edasi dan 0era
8/16/2019 Referat Anestesi Peri-op Management
6/19
8/16/2019 Referat Anestesi Peri-op Management
7/19
batasan yang tegas) pasien yang berusia >0/ tahun) pasien dengan penyakit paru
obstruktif kronik) pasien yang mengalami penurunan toleransi saat akti3itas dan
ketergantungan fungsional) dan pasien dengan gagal jantung se&ara potensial
memerlukan inter3ensi preoperatif dan post operatif untuk men&egah terjadinya
komplikasi. isiko komplkasi paru setelah operasi berhubungan dengan faktor-faktor
berikut ini) antara lain ' 2las ASA 5 Pasien dengan ASA klas , dan 8 memiliki risiko
lebih tinggi untuk mengalami komplikasi paru daripada pasien dengan ASA klas 16)
perokok) operasi yang lama 5? 8 jam6) operasi tertentu 5operasi abdomen) thoraks)
aneurisma aorta) operasi kepala dan leher) dan operasi emergensi6 dan anestesi general.
Tindakan untuk men&egah terjadinya komplikasi paru berfokus pada penghentian
merokok sebelum operasi dan kondisi pengembangan paru 5&ontoh ' pemeriksaan
spirometri se&ara intensif6. Pasien dengan asma yang tidak mendapat pengobatan medis
yang optimal) memiliki risiko lebih besar untuk mengalami bronkospasme selama
manipulasi jalan napas. Penggunaan analgetik dan monitoring merupakan strategi utama
untuk men&egah depresi napas setelah operasi pada pasien dengan obstructive sleep
apnea. *
=* an))uan Endokrin dan Me,aolik
Target yang tepat untuk mengontrol diabetes mellitus dan gula darah pada pasien yang
kritis telah menjadi subjek perdebatan yang hebat selama satu dekade terakhir. 2ontrol
gula darah yang ketat) dengan target dalam batas normal) seperti yang ditunjukan pada
Diabetes Control and Complications Tial untuk menunjukan peningkatan pada pasien
ra%at jalan diabetes melitus tipe 1. (al ini sudah menjadi kebiasaan untuk mendapatkan
nilai dari pemeriksaan gula darah pada pagi hari saat operasi elektif dilakukan.
Sayangnya) banyak pasien diabetes yang akan dilakukan operasi tidak menjaga gula
darah mereka dalam kisaran yang diharapkan. Sedangkan pasien lain yang tidak tahu
bah%a mereka memiliki diabetes tipe *) menunjukan nilai gula darah diatas rentang
normal. 2ontrol gula darah yang adekuat mampu di nilai dengan mudah menggunakan
hemoglobin A1=) Pada pasien dengan peningkatan hemoglobin A1=
diserahkan kepada ahli
diabetes untuk diberikan edukasi tentang penyakit dan pengaturan makanan serta
pengobatan yang dapat membantu untuk meningkatkan &ontrol metabolik. @perasi
elektif harus di tunda pada pasien yang menunjukan adanya hiperglikemia . Penundaan
ini berfungsi untuk mengatur ulang jad%al sehingga memberikan %aktu bagi insulin
untuk membuat konsentrasi gula darah mendekati rentang normal sebelum operasi
8/16/2019 Referat Anestesi Peri-op Management
8/19
dimulai. *
D* an))uan koa)ulasi
Ada tiga hal penting dalam masalah koagulasi yang harus diperhatikan selama
e3aluasi preoperati3e yaitu' *
1. +agaimana &aranya menangani pasien yang menggunakan %arfarin jangka
panjang.
*. +agaimana &aranya menangani pasien yang menggunakan &lopidogrel dan agen-
agen yang terkait dengannya.
,. +agaimana &ara melakukan anestesi regional dengan aman pada pasien yang
menggunakan baik terapi antikoagulan maupun yang menerima antikoagulan saat
sebelum operasi. *
Pada keadaan pertama) kebanyakan pasien yang menjalani tindakan apapun selain
bedah minor) perlu dilakukan penghentian dari penggunaan %arfarin selama < hari
sebelum pembedahan untuk menghindari kehilangan darah yang terlalu banyak.
Pertanyaan kun&i yang harus dija%ab adalah apakah pasien membutuhkan terapi
penghubung menggunakan agen lain selama penghentian %arfarin. Pada pasien yang
dianggap memiliki resiko tinggi untuk thrombosis 5misalnya) mereka yang memiliki
implantasi katup jantung mekanik atau atrial fibrilasi dan sebelumnya mengalami stroke
tromboembolik6) %arfarin harus diganti dengan heparin intra3ena atau) yang lebih sering
heparinoids intramus&ular untuk meminimalkan resiko. Pada pasien yang menerima
terapi penghubung untuk thrombosis resiko tinggi) resiko kematian dari kehilangan
darah se&ara berlebihan jika diurutkan masih lebih rendah daripada resiko kematian atau
disabilitas akibat stroke jika terapi penghubung dihilangkan. Pasien yang beresiko
rendah untuk thrombosis bisa dilakukan penghentian %arfarin dan kemudian dimulai
kembali setelah operasi berhasil. 2eputusan mengenai terapi penghubung biasanya
memerlukan konsultasi dengan dokter yang memberikan terapi %arfarin. *
=lopidogrel dan agen terkait lebih sering ditambahkan dengan aspirin 5biasa disebut
terapi dual antiplatelet6 pada pasien dengan penyakit arteri &oroner yang menerima
pemasangan stent intrakoroner. Segera setelah pemasangan stent) pasien seperti ini resiko
infark miokard akut meningkat bila &lopidogrel 5atau sejenisnya6 dan aspirin dihentikan
se&ara tiba-tiba untuk prosedur pembedahan. @leh karena itu) pedoman saat ini
merekomendasikan menunda semua ke&uali operasi darurat yang %ajib sampai
setidaknya 1 bulan setelah inter3ensi koroner dan menyarankan pilihan terapi lain selain
7
8/16/2019 Referat Anestesi Peri-op Management
9/19
obat-eluting stent 5yang akan membutuhkan terapi antiplatelet ganda jangka panjang6
digunakan pada pasien diperkirakan akan menjalani prosedur pembedahan dalam %aktu
1* bulan setelah dilakukan inter3ensi 5misalnya) pada pasien dengan kanker kolon yang
membutuhkan pengobatan untuk penyakit koroner6) karena obat yang tersedia) pilihan
terapi) dan pedoman konsensus diperbarui se&ara relatif sering) kami menyarankan untuk
berkonsultasi dengan ahli jantung tentang pengelolaan yang aman dari pasien yang
menerima obat ini yang membutuhkan prosedur pembedahan. *
2ondisi ketiga jika dianggap aman untuk melakukan anestesi regional 5terutama
neuraksial6 pada pasien yang sedang atau akan menerima terapi antikoagulasi juga
menjadi bahan perdebatan di kalangan hematolog dan ahli anestesi regional. The
Ameri&an So&iety of egional Anesthesia menerbitkan pedoman konsensus yangdiperbarui se&ara berkala tentang topik ini) dan masyarakat terkemuka lainnya 5misalnya)
4uropean So&iety of Anaesthesiologists6 juga memberikan panduan tentang topik ini. *
E* Masalah as,roin,es,inal
Sejak laporan Mendelson tahun 1B80) aspirasi dari isi lambung telah diakui berpotensi
sebagai sebuah komplikasi paru pada anestesi pembedahan. (al ini juga telah lama
diakui bah%a resiko aspirasi meningkat pada kelompok pasien tertentuC tiga kali pada
%anita hamil pada trimester kedua dan ketiga) pasien yang tidak mengosongkan isi perut
setelah makan terakhir) pasien dengan $4#. *
Meskipun ada &onsensus dimana %anita hamil dan pasien yang mengkonsumsi
makanan berat 5dalam %aktu 0 jam6 harus di terapi seperti pasien dengan perut penuh)
hanya sedikit &onsensus mengatakan batas %aktu yang diperlukan pasien untuk berpuasa
sebelum menjalani operasi elektif. +ukti dari kurangnya &onsensus ini adalah bah%a
pedoman ASA pada masalah ini mengalami penolakan oleh para delegasi ASA selama
beberapa tahun berturut-turut sebelum dipresentasikan dalam bentuk yang disetujui oleh
suara mayoritas. Pedoman ASA yang disetujui lebih longgar dalam masalah intake
&airan daripada yang digunakan para ahli anestesi dan banyak pusat kesehatan lebih
ketat dalam hal ini dibandingkan dengan pedoman ASA. 2enyatannya tidak ada data
yang menunjukan hasil yang baik untuk mendukung dalam pembatasan dari intake &airan
se&ara ketat 5jenis apapun dan sebanyak apapun6 lebih dari * jam sebelum dilakukan
induksi general anestesi pada pasien sehat yang akan menjalani prosedur elektif.Sebaliknya ada bukti bah%a pasien nondiabetik harus disarankan meminum &airan
B
8/16/2019 Referat Anestesi Peri-op Management
10/19
mengandung glukosa sampai * jam sebelum diinduksi anestesi. *
Pasien dengan ri%ayat $4# menunjukan masalah yang merepotkan. +eberapa dari
pasien ini mengalami peningkatan resiko aspirasiC yang lainnya mungkin mendiagnosis
diri mereka sendiri berdasarkan pada iklan di tele3isi atau pembi&araan dengan teman
maupun saudara mereka atau mungkin didiagnosa oleh dokter yang tidak mengikuti
kriteria standard diagnosis. Pendekatan kami bertujuan untuk mengobati pasien yang
hanya memiliki gejala yang sesekali seperti pasien lain tanpa $4#) dan untuk
mengobati pasien dengan gejala konsisten 5beberapa kali per minggu6 dengan obat
obatan 5misalnya) antasida nonparti&ulate seperti natrium sitrat6 dan teknik 5misalnya)
intubasi trakea daripada laring mask air%ay6 seolah-olah mereka berada pada
peningkatan risiko aspirasi. *
Ele'en dari Pe'eriksaan Fisik Preo0era,i9
i%ayat preoperatif dan pemeriksaan fisik saling melengkapi satu sama lain.
Pemeriksaan fisik mampu mendeteksi kelainan yang mungkin tidak terlihat pada ri%ayat) dan
ri%ayat membantu pemeriksaan fisik untuk lebih fokus. Pemeriksaan pada pasien sehat tanpa
gejala harus melingkupi penilaian dari tanda 3ital 5tekanan darah) nadi) pernapasan) dan suhu6
dan pemeriksaan dari jalan napas) jantung) paru) dan system mus&uloskeletal menggunakan
tehnik inspeksi) auskultasi) palpasi dan perkusi standard. Sebelum prosedur seperti blok saraf)
anestesi regional) atau monitoring in3asif anatomi yang bersangkutan harus diperiksa terlebih
dahuluC bukti dari infeksi di sekitar lokasi atau kelainan anatomi mungkin menjadi
kontraindikasi dari tindakan yang telah diren&anakan. Sebuah pemeriksaan neurologis singkat
sangat penting ketika anestesi regional akan digunakan. Pemeriksaan neurologis preoperatif
berperan sebagai dokumentasi apakah ada defisit neurologis sebelum dilakukanya blok. *
Ahli anestesi harus memeriksa jalan napas pasien sebelum semua prosedur
pembiusan. $igi pasien harus diperiksa untuk melihat apakah ada gigi yang goyang atau
patah) ditambal atau gigi palsu. Masker anestesi yang kurang &o&ok harus diperkirakan pada
pasien dengan edentulous dan pasien dengan kelainan %ajah. Mi&rognathia 5pendeknya jarak
antara dagu dengan tulang hyoid6) gigi seri atas yang menonjol) lidah besar) berbagai gerakan
terbatas dari sendi temporomandibular atau tulang belakang leher) atau leher pendek atau
tebal menunjukkan bah%a mungkin akan ditemui kesulitan dalam laringoskopi langsung
untuk intubasi trakea. *
Pemeriksaan fisik pre-operatif harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut'8
1. $eneral ' +M: 5+ody Mass :ndeD6) dan aundi&e.
1/
8/16/2019 Referat Anestesi Peri-op Management
11/19
*. Air%ay '
a. Mallampati S&ore
b. Mobilitas leher
&. Mobilitas TM 5Tempero Mandibuar oint6
d. $igi 5gigi berlubang) gigi yang tanggal) gigi palsu6
e. TM# 5thyro mental distan&e6
,. Paru
a. Auskultasi
b. +entuk dan pergerakan didnding dada
&. Saturasi oksigen diruangan
8. =ardio3askular
a. Auskultasi 5murmur dan gallop6.
b. pulse
&. Eenous a&&ess sides
d. 4dema
e. Tekanan darah
f. :rama jantung
g. (eart rate
8/16/2019 Referat Anestesi Peri-op Management
12/19
,. Terlihat palatum mole dan basis u3ula.
8. (anya terlihat palatum durum.
a'ar 1* 3lasi9ikasi Malla'0a,,i >
Th%ro Men,al Dis,an8e
Thyromental distan&e didefinisikan sebagai jarak antara mental 5dagu6 ke tonjolan
thyroid pada posisi pasien ekstensi maksimal. ika jarak TM# kurang dari , jari atau kurang
dari 0 &m pada orang de%asa akan menimbulkan kesulitan) 0-0)< &m tidak begitu
menimbulkan kesulitan sedangkan jika jarak TM# lebih dari 0)< &m dianggap normal.
a'ar !* Th%ro Men,al Dis,an8e >
Pe'eriksaan 4aora,oriu' Preo0era,i9
Pemeriksaan rutin ketika pasien dalam kondisi prima dan tidak ada keluhan tidak
dianjurkan. Pemeriksaan harus dibantu dengan ri%ayat pasien dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan rutin mahal dan jarang sekali mengubah manajemen preoperatif) selain itu) nilai
1*
8/16/2019 Referat Anestesi Peri-op Management
13/19
abnormal sering kali diabaikan atau jika diakui dapat mengakibatkan penundaan yang tidak
perlu. Meskipun demikian) meskipun kurangnya bukti dari benefitnya) banyak dokter
memesan penilaian dari hematokrit atau konsentrasi hemoglobin) urinalisis) pengukuran
serum elektrolit) studi koagulasi) elektrokardiogram) dan rontgen dada untuk semua pasien)
mungkin dengan harapan mengurangi kesalahan eksposur mereka terhadap litigasi. *
"ntuk menjadi bermanfaat) pemeriksaan preoperatif harus diskriminasi' harus ada
peningkatan resiko preoperati3e ketika ada hasil yang abnormal 5dan tidak diketahui ketika
tes tidak dilakukan6) dan harus ada pengurangan resiko ketika kelainan tidak mun&ul 5atau
sudah ditanggulangi6. (al ini memerlukan pemeriksaan yang memiliki tingkat false-positif
dan false-negatif yang rendah. !ungsi dari sebuah tes tergantung dari sensitifitas dan
spesifisitas nya. Tes yang sensiti3e memiliki tingkat false-negatif yang rendah dan jarang
gagal dalam mengenali suatu kelainan ketika kelainan itu mun&ul) sedangkan tes yang
spesifik memiliki tingkat false-positif yang rendah dan jarang mengenali suatu kelainan jika
kelainan itu tidak ada. Pre3alensi hasil dari tes suatu penyakit atau suatu kelainan ber3arasi.
@leh karena itu pengujian paling efektif ketika tes sensitif dan spesifik digunakan pada pasien
yang kelainannya akan terdeteksi &ukup sering untuk membenarkan biaya dan
ketidaknyamanan dari prosedur tes. @leh karena itu) uji laboratorium harus didasarkan pada
ada atau tidak adanya penyakit yang mendasari dan terapi obat seperti yang dideteksi oleh
ri%ayat dan pemeriksaan fisik. Sifat operasi atau prosedur yang diusulkan juga harus
dipertimbangkan. #engan demikian) pengukuran dasar hemoglobin atau hematokrit
dibutuhkan pada setiap pasien yang akan menjalani prosedur yang dapat mengakibatkan
kehilangan darah yang banyak dan memerlukan transfusi) terutama bila ada %aktu yang
&ukup untuk memperbaiki anemia saat preoperati3e 5misalnya) pemberian suplemen ;at besi6.
*
Pengujian %anita subur untuk kehamilan yang tidak terdiagnosis dini adalah suatu
kontro3ersial dan tidak boleh dilakukan tanpa i;in dari pasienC tes kehamilan melibatkan
deteksi &horioni& gonadotropin dalam urin atau serum. Pengujian rutin untuk antibodi (:E
tidak diindikasikan. Studi koagulasi rutin dan urine tidak efektif pada pasien sehat tanpa
gejala. 9amun demikian) sebuah urinalisis pra operasi diperlukan oleh hukum negara dalam
setidaknya satu yurisdiksi AS. *
Tale "* Indikasi 0e'eriksaan 4aora,oriu' 6
1,
8/16/2019 Referat Anestesi Peri-op Management
14/19
PREMEDI3A/I
Sebuah studi klasik menunjukkan bah%a kunjungan sebelum operasi dari ahli anestesi
menghasilkan suatu pengurangan besar dalam ke&emasan pasien dibandingkan obat penenang
preoperati3e. 9amun) ada suatu masa ketika hampir setiap pasien menerima premedikasi
sebelum tiba di daerah pra operasi dalam mengantisipasi operasi. Meskipun terbukti seperti
itu) keyakinan bah%a semua pasien diuntungkan dari sedasi dan antikolinergik) dan
kebanyakan pasien akan mendapat manfaat dari opioid pra operasi. Setelah premedikasiseperti itu) beberapa pasien tiba dalam keadaan hampir dibius. #engan berpindahnya pasien
menjadi ra%at jalan pada hari yang sama saat masuk rumah sakit praktek telah bergeser. Saat
ini) pemberian sedati3e-hipnotik atau opioid hampir tidak pernah diberikan lagi sebelum
pasien tiba di area preoperasi 5selain untuk pasien yang harus diintubasi yang sudah disedasi
di :="6. Anak-anak) terutama usia *-1/ tahun yang kemungkinan akan &emas ketika
dipisahkan dari orangtua mereka mendapat keuntungan dari pemberian premedikasi di area
preoperati3e. Mida;olam) biasanya diberikan melalui intra3ena atau oral. @rang de%asa biasa
menerima mida;olam intra3ena 5*-< mg6 sekali se&ara intra3ena) dan jika prosedur yang
18
8/16/2019 Referat Anestesi Peri-op Management
15/19
menyakitkan 5misalnya) regional blok atau &entral 3enous line6 akan dilakukan ketika pasien
masih sadar) dosis ke&il opioid 5biasanya fentanyl6 biasa diberikan. Pasien yang akan
menjalani operasi jalan napas atau manipulasi luas jalan napas akan mendapat manfaat dari
pemberian obat antikolinergik preoperati3e 5gly&opyrrolate atau atropine6 untuk mengurangi
sekresi dari saluran napas selama operasi. Pesan yang penting disini adalah bah%a
premedikasi harus diberikan sesuai dengan tujuannya) bukan diberikan sebagai rutinitas saja.*
Pasien yang akan dioperasi biasanya diberikan premedikasi karena.,
16 #iberikan sedati3e untuk mengurangi anDietas 5meskipun ini tidak diperlukan
pada anak yang berusia kurang dari * tahun6.
*6 #iberikan sedati3e untuk mempermudah konduksi anestesi.
,6 #iberikan analgetik jika pasien merasa sakit preoperati3e atau dengan latar
belakang analgesia selama dan sesudah operasi.86 "ntuk menekan sekresi) khususnya sebelum penggunaan ketamine 5dipakai
atropine) yang dapat digunakan untuk akti3itas 3agus dan men&egah bradikardi)
khususnya pada anak-anak6.
8/16/2019 Referat Anestesi Peri-op Management
16/19
bila rekomendasi dari konsultan tersebut tidak dapat di ikuti.*
Faporan pre operatif harus menggambarkan dengan jelas mengenai ren&ana anastesi
yang akan diberikan) termasuk didalamnya inform &on&ent dari pasien maupun keluarganya.
en&ana anastesi harus mengindikasikan apakah anastesi yang digunakan ragional ataupun
umum 5atau sedati3e6) dan apakah dibutuhkan monitoring se&ara infasif) ataupun tindakan-
tindakan lainnya. 2adang kala diskusi mengenai inform &onsent di dokumentasikan dalam
bentuk narasi) menggambarkan ren&ana anatesia apa) ren&ana alternati3e) kelebihan dan
kekurangannya) termasuk resiko relati3e yang dimiliki masing-masing pilihan) yang telah
dipahami dan disetujui oleh pasien. Pasien dapat juga diminta menandatangani inform
&onsent khusus untuk anastesi yang isinya sama dengan di atas. =ontoh laporan anastetik pre
operatif dapat di lihat pada a'ar "**
10
8/16/2019 Referat Anestesi Peri-op Management
17/19
1
a'ar "* =on,oh la0oran anas,esi 0reo0era,i9 *
8/16/2019 Referat Anestesi Peri-op Management
18/19
2A2 III
3E/IMP-4AN
Management pre-operatif memiliki beberapa fungsi yaitu mengetahui ri%ayat penyakit
pasien) kondisi pasien sebelum operasi) dan menge3aluasi kondisi pasien jika memang
dibutuhkan dengan tujuan utama merupakan keselamatan pasien. Pada management pre-
operatif memiliki beberapa komponen) diantaranya anamnesis) pemeriksaan fisik)
pemeriksaan penunjang yang mendukung kepada hasil pemeriksaan fisik yang didapat)
pemberian obat-obatan premedikasi jika dibutuhkan dan penentuan tindakan anestesi yang
akan dilakukan.
17
8/16/2019 Referat Anestesi Peri-op Management
19/19
DAFTAR P-/TA3A
1. 9a%a%i AM) Maskoen TT) Ta3ianto #. urnal Anestesi Perioperatif. */1,. +andung'
#epartemen SM! Anestesiologi dan Terapi :ntensif S. #. (asan Sadikin. Eol 1) 1-
8.
*. +utter%orth !) Ma&key #=) Wasni&k #. Preoperati3e Assesememt) premedi&ation)
G perioperati3e #o&umentation dalamMorgan G MikhailHs C =li&i&al Anesthesiology.