+ All Categories
Home > Documents > UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy...

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy...

Date post: 24-Dec-2020
Category:
Upload: others
View: 15 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
155
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ATRIKA JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSAT PERIODE APRIL - MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WILLY HERMAWAN, S.Farm. 1206313873 ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013 Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013
Transcript
Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKERDI APOTEK ATRIKA

JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSATPERIODE APRIL - MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

WILLY HERMAWAN, S.Farm.1206313873

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASIPROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOKJUNI 2013

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

UNIVERSITAS INDONESIA

ii

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKERDI APOTEK ATRIKA

JALAN KARTINI RAYA NO. 34 A JAKARTA PUSATPERIODE APRIL-MEI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelarApoteker

WILLY HERMAWAN, S.Farm.1206313873

ANGKATAN LXXVI

FAKULTAS FARMASIPROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOKJUNI 2013

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

v

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

vi

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahirabbil’aalamiin. Segala puji syukur kehadirat Allah SWT

yang telah memberikan limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Angkatan LXXV

Universitas Indonesia di Apotek Atrika yang dilaksanakan mulai Periode April-

Mei 2013. Kegiatan PKPA dan penyusunan laporan PKPA merupakan bagian dari

kegiatan perkuliahan program pendidikan Profesi Apoteker dengan tujuan untuk

meningkatkan pemahaman, pengetahuan, dan keterampilan mahasiswa.

Mahasiswa yang telah mengikuti kegiatan PKPA diharapkan dapat

mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki saat memasuki

dunia kerja. Kegiatan PKPA dapat terlaksana dengan baik berkat bantuan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia.

2. Dr. Harmita, Apt., sebagai Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia dan pembimbing dari Apotek Atrika yang telah

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama penulisan laporan

PKPA.

3. Bapak Winardi Hendrayanta sebagai Pemilik Sarana Apotek Atrika.

4. Drs. Jahja Atmadja, Apt., sebagai pembimbing dari Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia yang telah memberikan ilmu, bimbingan, dan nasehat

yang begitu bermanfaat.

5. Para karyawan Apoteker Atrika (Mbak Ratna, Ibu Meta, Ibu Mimin, Ibu Tuti,

Ibu Febi, Ibu Ponah, dan lain-lain) atas ilmu, arahan, dan bantuan yang telah

diberikan selama pelaksanaan PKPA ini.

6. Seluruh dosen dan staf tata usaha Fakultas Farmasi atas ilmu dan bantuan

yang diberikan selama penulis menjalani pendidikan di Program Profesi

Apoteker.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

vi

7. Keluarga tercinta atas kesabarannya, kasih sayang, dukungan, perhatian, dan

doanya untuk menyelesaikan pendidikan profesi Apoteker dengan sebaik

mungkin.

8. Rekan-rekan PKPA di Apotek Atrika yang telah berbagi ilmu, pengalaman,

dan juga menghibur selama pelaksanaan PKPA.

9. Seluruh sahabat dan teman Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi

sebagai teman seperjuangan yang telah memberikan dukungan dan semangat.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan PKPA ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima segala

kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang. Tak ada yang penulis

harapkan selain sebuah keinginan agar laporan PKPA ini dapat bermanfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu farmasi pada

khususnya.

Penulis

2013

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

x Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ iiHALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. iiiKATA PENGANTAR ............................................................................................. ivDAFTAR ISI............................................................................................................. vDAFTAR GAMBAR ............................................................................................... viDAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ vii

BAB 1. PENDAHULUAN .............................................................................. 11.1. Latar Belakang ........................................................................... 11.2. Tujuan......................................................................................... 2

BAB 2. TINJAUAN UMUM APOTEK........................................................ 32.1. Definisi Apotek .......................................................................... 32.2. Landasan Hukum Apotek .......................................................... 32.3. Tugas dan Fungsi Apotek .......................................................... 42.4. Persyaratan Sarana dan Prasarana Apotek................................. 42.5. Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek ................................... 52.6. Pengalihan Tanggung Jawab Pengelolaan Apotek.................... 72.7. Tata Cara Perizinan Apotek ....................................................... 82.8. Pencabutan Surat Izin Apotek.................................................... 112.9 Tenaga Kerja di Apotek ............................................................. 132.10. Sediaan Farmasi di Apotek ........................................................ 142.11. Pengelolaan Apotek ................................................................... 242.12. Pengadaan Persediaan Apotek ................................................... 282.13. Pengendalian Persediaan Apotek............................................... 292.14. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek ............................... 31

BAB 3. TINJAUAN KHUSUS APOTEK ATRIKA ................................... 383.1. Sejarah dan Lokasi ..................................................................... 383.2. Tata Ruang ................................................................................. 383.3. Struktur Organisasi..................................................................... 393.4. Tugas dan Fungsi Jabatan .......................................................... 393.5. Kegiatan di Apotek Atrika ......................................................... 42

BAB 4. PEMBAHASAN................................................................................. 51

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 585.1. Kesimpulan................................................................................. 585.2. Saran........................................................................................... 58

DAFTAR ACUAN ................................................................................................... 59

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Logo Golongan Obat........................................................................... 15Gambar 2.2. Tanda Peringatan Pada Kemasan Obat Bebas Terbatas ................... 16Gambar 2.3. Matriks VEN-ABC ............................................................................. 31

xi Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Lokasi Apotek Atrika ................................................................ 61Lampiran 2. Denah Ruangan Apotek Atrika ......................................................... 62Lampiran 3. Struktur Organisasi Apotek Atrika.................................................... 63Lampiran 4. Alur Penanganan Resep..................................................................... 64Lampiran 5. Surat Pesanan (SP) Apotek Atrika .................................................... 65Lampiran 6. Surat Pesanan (SP) Narkotika ........................................................... 66Lampiran 7. Laporan Penggunaan Narkotika........................................................ 67Lampiran 8. Surat Pesanan (SP) Psikotropika....................................................... 68Lampiran 9. Laporan Penggunaan Psikotropika.................................................... 69Lampiran10. Kartu Stok Besar Apotek Atrika ....................................................... 70Lampiran 11. Kartu Stok Kecil Apotek Atrika........................................................ 71Lampiran 12. Salinan Resep Apotek Atrika ............................................................ 72Lampiran 13. Etiket Apotek Atrika.......................................................................... 73Lampiran 14. Faktur Pengiriman Barang ke Cabang Apotek Atrika ...................... 74Lampiran 15. Kuitansi Apotek Atrika...................................................................... 75Lampiran 16. Berita Acara Pemusnahan Resep Apotek Atrika .............................. 76

xii Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan kebutuhan esensial dalam hidup setiap individu.

Peningkatan kualitas hidup seseorang dapat diperoleh dengan tercapainya derajat

kesehatan yang tinggi. Upaya peningkatan kesehatan merupakan suatu hal yang

wajib dipenuhi oleh pemerintah. Pembangunan kesehatan sebagai salah satu

upaya nasional diarahkan guna tercapai kesadaran, kemauan, dan kemampuan

untuk hidup sehat agar dapat terwujudnya peningkatan kualitas hidup tiap

individu. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan perlu didukung oleh sumber

daya kesehatan yang terdiri atas tenaga kesehatan, sarana kesehatan, perbekalan

kesehatan, pembiayaan kesehatan, sarana kesehatan, perbekalan kesehatan,

pembiayaan kesehatan, pengelolaan kesehatan serta penelitian dan pengembangan

kesehatan.

Apotek merupakan sarana pelayanan kesehatan yang berperan dalam

pembangunan kesehatan. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan

No.1332/Menkes/SK/X/2002, apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat

dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan

kesehatan lainnya kepada masyarakat. Apotek juga merupakan tempat pengabdian

profesi apoteker dan sebagai salah satu bentuk sarana pelayanan kesehatan yang

berkewajiban untuk menyediakan dan menyalurkan obat serta perbekalan farmasi

yang mencakup obat (termasuk obat asli Indonesia atau obat tradisional), bahan

obat (termasuk bahan obat tradisional atau bahan obat asli Indonesia), alat

kesehatan, dan kosmetika.

Perkembangan teknologi informasi yang pesat belakangan ini membuat

masyarakat makin kritis dalam menjaga kesehatan dirinya. Untuk itu, apotek

sebagai sarana yang bergerak dibidang jasa pelayanan harus mampu memberikan

pelayanan kefarmasian secara tepat dan bermutu. Hal tersebut menyebabkan

orientasi paradigma pelayanan kefarmasian telah bergeser dari pelayanan obat

(drug oriented) menjadi pelayanan pasien (patient oriented) dengan mengacu

1 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

2

kepada Pharmaceutical Care. Kegiatan pelayanan yang tadinya hanya berfokus

pada pengelolaan obat sebagai komoditi berubah menjadi pelayanan yang

komprehensif dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Sebagai

konsekuensi perubahan orientasi tersebut apoteker dituntut untuk meningkatkan

pengetahuan, ketrampilan dan perilaku agar dapat melaksanakan interaksi

langsung dengan pasien. Apoteker tidak lagi hanya sebagai seseorang yang

menyerahkan obat di apotek, tetapi juga sebagai pemberi informasi mengenai obat

dan pengobatan terhadap masyarakat. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah

melaksanakan pemberian informasi, monitoring penggunaan obat untuk

mengetahui tujuan akhirnya sesuai harapan. (Dirjen Binfar dan Alkes, 2006) .

Guna mempersiapkan para apoteker yang profesional maka perlu

dilakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker ( PKPA ) di Apotek sebagai pelatihan

untuk menerapkan ilmu yang telah didapatkan di masa kuliah serta dapat

mempelajari segala kegiatan dan permasalahan yang ada di suatu apotek.

diharapkan para calon apoteker dapat mengenal, mengerti, serta menghayati peran

dan tanggung jawab seorang apoteker di apotek, selain itu juga dapat menambah

pengetahuan serta meningkatkan keterampilan dalam pekerjaan kefarmasiannya.

1.2. Tujuan

Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Atrika, bertujuan agar

para calon apoteker :

1.2.1. Mengetahui dan memahami peran, fungsi, dan tanggung jawab seorang

apoteker di apotek.

1.2.2. Memahami cara pengelolaan apotek dengan baik, dengan melihat secara

langsung kegiatan pelayanan kefarmasian, administrasi, dan manajemen di

Apotek Atrika.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

BAB 2

TINJAUAN UMUM APOTEK

2.1 Definisi Apotek

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/Menkes/SK/X/2002,

apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan

penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.

Sediaan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat asli Indonesia, alat

kesehatan, dan kosmetika, sedangkan perbekalan kesehatan adalah semua bahan

dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009, pekerjaan kefarmasian adalah

pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,

pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan

obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta

pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional.

2.2 Landasan Hukum Apotek

Apotek memiliki landasan hukum yang diatur dalam:

a. Undang – Undang Negara, yaitu:

1. Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.

2. Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

3. Undang-Undang Kesehatan RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

b. Peraturan Pemerintah, yaitu:

1. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980 tentang perubahan atas PP

No.26 Tahun 1965 tentang Apotek.

2. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.

c. Peraturan Menteri Kesehatan, yaitu:

1. Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang

Kententuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.

3 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

4

Universitas Indonesia

2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktek, dan Izin

Kerja Tenaga Kefarmasian.

d. Keputusan Menteri Kesehatan, yaitu:

1. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/SK/X/2002

tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI

No.922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara

Pemberian Izin Apotek.

2. Keputusan Kementerian Kesehatan RI No. 1027/MENKES/SK/X/2004

tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

2.3 Tugas dan Fungsi Apotek

Menurut Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980, tugas dan fungsi

apotek adalah:

a. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan

sumpah jabatan.

b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,

pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat.

c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus mendistribusikan obat

yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.

d. Sebagai sarana tempat pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi

kepada masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya.

2.4 Persyaratan Sarana dan Prasarana Apotek (Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor 1027/MENKES/SK/ IX/2004)

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1027/MENKES/SK/

IX/2004, apotek harus berlokasi pada daerah yang mudah dikenali oleh

masyarakat. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata

“APOTEK”. Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat.

Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari aktivitas

pelayanan dan penjualan produk lainnya. Hal tersebut berguna untuk

menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi risiko kesalahan

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

5

Universitas Indonesia

penyerahan. Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh

Apoteker untuk memperoleh informasi dan konseling.

Kebersihan lingkungan apotek harus dijaga. Apotek harus bebas dari

hewan pengerat, serangga, dan hama. Apotek harus memiliki suplai listrik yang

konstan, terutama untuk lemari pendingin. Perabotan apotek harus tertata rapi,

lengkap dengan rak-rak penyimpanan obat dan barang-barang lain yang tersusun

dengan rapi, terlindung dari debu, kelembaban, dan cahaya yang berlebihan serta

diletakkan pada kondisi ruangan dengan temperatur yang telah ditetapkan.

Apotek harus memiliki :

a. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien.

b. Tempat untuk menempatkan informasi bagi pasien, termasuk penempatan

brosur atau materi informasi.

c. Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja

dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien.

d. Ruang racikan.

e. Keranjang sampah yang tersedia untuk staf maupun pasien.

2.5 Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/Menkes/SK/X/2002,

disebutkan bahwa Apoteker adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus dan telah

mengucapkan sumpah jabatan Apoteker, yang berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia

sebagai Apoteker. Setiap tenaga kefarmasian yang menjalankan pekerjaan

kefarmasian harus telah terdaftar dan memiliki izin kerja atau praktek.

Sebelumnya, Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian harus memiliki

surat izin berupa Surat Penugasan (SP) atau Surat Izin Kerja (SIK) bagi Apoteker.

Namun sejak tanggal 1 Juni 2011, diberlakukan Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 889/Menkes/PerV/2011 tentang Registrasi, Izin

Praktek, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Berdasarkan Permenkes ini, setiap

Tenaga Kefarmasian wajib memiliki surat tanda registrasi. Untuk tenaga

kefarmasian yang merupakan seorang Apoteker, maka wajib memiliki Surat

Tanda Registrasi Apoteker (STRA). Setelah memiliki STRA, Apoteker wajib

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

6

Universitas Indonesia

memiliki surat izin sesuai tempat kerjanya. Surat izin tersebut dapat berupa Surat

Izin Praktek Apoteker (SIPA) untuk Apoteker yang bekerja di fasilitas pelayanan

kefarmasian atau Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) untuk Apoteker yang bekerja

di fasilitas produksi atau distribusi farmasi.

Apoteker yang telah memiliki SP atau SIK wajib mengganti SP atau SIK

dengan STRA dan SIPA/SIKA dengan cara mendaftar melalui website Komite

Farmasi Nasional (KFN). Setelah mendapatkan STRA, Apoteker wajib mengurus

SIPA dan SIKA di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan

kefarmasian dilakukan. STRA dikeluarkan oleh Menteri, dimana Menteri akan

mendelegasikan pemberian STRA kepada KFN. STRA berlaku selama lima tahun

dan dapat diregistrasi ulang selama memenuhi persyaratan.

Untuk memperoleh SIPA atau SIKA, Apoteker mengajukan permohonan

kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian

dilaksanakan. Permohonan SIPA atau SIKA harus melampirkan:

a. Fotokopi STRA yang dilegalisisr oleh KFN;

b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktek profesi atau surat keterangan

dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas

produksi atau distribusi/penyaluran;

c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi;

d. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak dua lembar dan 3 x 4 cm

sebanyak dua lembar.

Dalam mengajukan permohonan SIPA sebagai Apoteker pendamping

harus dinyatakan permintaan SIPA untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama,

kedua, atau ketiga. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menerbitkan

SIPA atau SIKA paling lama dua puluh hari kerja sejak surat permohonan

diterima dan dinyatakan lengkap.

Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah Apoteker yang telah diberi

Surat Izin Apotek (SIA). Seorang Apoteker Pengelola Apotek harus memenuhi

kualifikasi sebagai berikut:

a. Memiliki ijazah yang telah terdaftar pada Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia.

b. Telah mengucapkan sumpah atau janji sebagai Apoteker.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

7

Universitas Indonesia

c. Memiliki SIK dari Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan

tugasnya sebagai Apoteker.

e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi secara penuh dan tidak menjadi

APA di apotek lain.

Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek,

APA harus menunjuk Apoteker Pendamping. Apabila APA dan Apoteker

Pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, APA

menunjuk Apoteker Pengganti. Penunjukan tersebut harus dilaporkan kepada

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas

Kesehatan Provinsi setempat. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya

lebih dari 2 (dua) tahun secara terus menerus, SIA atas nama Apoteker

bersangkutan dicabut.

2.6 Pengalihan Tanggung Jawab Pengelolaan Apotek

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/MenKes/Per/X/1993

pasal 23 dan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/MenKes/SK/X/2002

pasal 24, pengalihan tanggung jawab pengelolaan apotek dapat dilakukan dengan

cara sebagai berikut:

a. Pada setiap pengalihan tanggung jawab pengelolaan kefarmasian yang

disebabkan karena penggantian APA kepada Apoteker pengganti, wajib

dilakukan serah terima resep, narkotika, obat dan perbekalan farmasi lainnya

serta kunci-kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika (Pasal 23

ayat 1);

b. Pada kegiatan serah terima tersebut wajib dibuat berita acara serah terima

sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan dalam rangkap empat yang

ditandatangani oleh kedua belah pihak (Pasal 23 ayat 2);

c. Apabila APA meninggal dunia, dalam jangka waktu dua kali dua puluh empat

jam, ahli waris APA wajib melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Pasal 24 ayat 1).

d. Apabila pada apotek tersebut tidak terdapat Apoteker pendamping, pada

pelaporan dimaksud Pasal 24 ayat (1) wajib disertai penyerahan resep,

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

8

Universitas Indonesia

narkotika, psikotropika, obat keras, dan kunci tempat penyimpanan narkotika

dan psikotropika (Pasal 24 atay 2);

e. Pada penyerahan yang dimaksud pada pasal 24 ayat (1) dan (2), dibuat berita

acara seperti yang dimaksud pasal 23 ayat (2) dan dilaporkan kepada Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Balai

POM setempat (Pasal 24 ayat 3).

2.7 Tata Cara Perizinan Apotek (Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

1332/MENKES/SK/X/2002)

Di dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/Menkes/SK/X/2002

disebutkan bahwa SIA adalah surat izin yang diberikan oleh Menteri kepada

Apoteker atau Apoteker bekerjasama dengan pemilik sarana untuk

menyelenggarakan apotek di suatu tempat tertentu. Izin apotek diberikan oleh

Menteri, kemudian Menteri melimpahkan wewenang pemberian izin apotek

kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota wajib melaporkan pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin,

pencairan izin, dan pencabutan izin apotek sekali setahun kepada Menteri dan

tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.

Sesuai dengan pasal 7 dan 9 Keputusan Menteri Kesehatan tersebut,

ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek adalah sebagai berikut:

a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota.

b. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari

kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada

Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan setempat terhadap

kesiapan apotek untuk melakukan kegiatan.

c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambat-

lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat.

d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam poin (b) dan (c) tidak

dilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

9

Universitas Indonesia

melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Provinsi.

e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan hasil

pemeriksaan sebagaimana dimaksud poin (c), atau pernyataan dimaksud, poin

(d) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat

Izin Apotek.

f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau

Kepala Balai POM dimaksud poin (c) masih belum memenuhi syarat, Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari

kerja mengeluarkan Surat Penundaan.

g. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam poin (f), Apoteker

diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi

selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal Surat

Penundaan.

h. Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan

atau lokasi apotek tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam jangka waktu selambat-

lambatnya 12 (dua belas) hari kerja wajib mengeluarkan Surat Penolakan

disertai dengan alasan-alasannya .

Secara umum persyaratan izin apotek untuk Apotek yang bekerja sama

dengan pihak lain adalah sebagai berikut:

a. Surat permohonan APA yang ditujukan kepada Kepala Suku Dinas

Kesehatan setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap di atas

materai Rp. 6000,00.

b. Fotokopi akte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum

dari Departemen Kehakiman dan HAM bila dalam bentuk PT yang

disahkan/terdaftar pada Departemen Kehakiman dan HAM RI.

c. Fotokopi KTP DKI dari APA.

d. Fotokopi Surat Izin Kerja (SIK)/ Surat Penugasan (SP) Apoteker, dengan

lampiran surat keterangan selesai masa bakti apoteker bagi non pegawai

negeri.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

Universitas Indonesia

1010

e. Fotokopi surat status kepemilikan tanah: Fotokopi sertifikat, bila gedung

milik sendiri; fotokopi surat perjanjian kontrak bangunan minimal 2 (dua)

tahun dan KTP pemilik bangunan yang masih berlaku minimal dua tahun,

bila kontrak/sewa.

f. Fotokopi Undang-Undang Gangguan (UUG).

g. Fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

h. Surat keterangan domisili dari kelurahan setempat.

i. Surat pernyataan pemohon yang menyatakan akan tunduk serta patuh kepada

peraturan perundangan yang berlaku di atas materai Rp. 6000,00.

j. Peta lokasi dan denah ruangan.

k. Surat pernyataan dari pemilik sarana apotek tidak pernah terlibat dan tidak

akan terlibat dalam pelanggaran peraturan di bidang farmasi/obat dan tidak

akan ikut campur dalam pengelolaan obat di atas materai Rp. 6000,00.

l. Surat pernyataan APA bahwa yang bersangkutan tidak bekerja pada bidang

farmasi lain di atas materai Rp. 6000,00.

m. Surat pernyataan tidak melakukan penjualan narkotika, obat keras tertentu

tanpa resep di atas materai Rp.6000,00.

n. Struktur organisasi dan tata kerja/tata laksana (dalam bentuk Organogram).

o. Daftar ketenagaan berdasarkan pendidikan.

p. SIK Asisten Apoteker/D3 farmasi.

q. Rencana jadwal buka apotek.

r. Daftar peralatan peracikan obat.

s. Buku wajib peraturan perundangan di bidang farmasi.

t. Formulir pelaporan narkotika dan psikotropika.

u. Akte notaris perjanjian kerjasama APA dan PSA (asli/legalisir).

v. Surat izin atasan bagi apoteker Pegawai Negeri Sipil.

Persyaratan izin apotek praktek profesi adalah sebagai berikut:

a. Surat permohonan apoteker praktek profesi ditujukan kepada Kepala Suku

Dinas Kesehatan setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap diatas

materai Rp.6000,00.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

Universitas Indonesia

1111

b. Surat rekomendasi dari Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) DKI Jakarta yang

menyatakan bahwa yang bersangkutan layak untuk melakukan apotek profesi

yang diterbitkan setiap tahun sekali.

c. Fotokopi KTP DKI Apoteker apotek praktek profesi.

d. Status kepemilikan bangunan, IMB, dan surat sewa menyewa minimal 2

tahun.

e. Denah bangunan beserta peta lokasi.

f. Daftar peralatan peracikan, etiket, dll.

g. Fotokopi NPWP apoteker.

h. SIK/SP Apoteker dan pas foto 2x3 sebanyak 2 lembar dengan melampirkan

surat selesai masa bakti Apoteker.

i. Surat pernyataan dari apotek bahwa selama buka apotek harus ada

apotekernya (bila tidak ada apotekernya maka harus tutup).

j. Jadwal buka apotek bersama dengan petugas/apoteker yang lain yang ikut

melakukan praktek profesi dengan melampirkan SIK dan KTP DKI Jakarta.

2.8 Pencabutan Surat Izin Apotek

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/Menkes/SK/X/2002,

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat wajib melaporkan pemberian

izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin apotek dalam jangka

waktu setahun sekali kepada Menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala

Dinas Kesehatan Provinsi. Surat izin apotek dapat dicabut oleh Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota apabila:

a. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajibannya untuk menyediakan,

menyimpan dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan

keabsahannya terjamin. Sediaan farmasi yang sudah dikatakan tidak bermutu

baik atau karena sesuatu hal tidak dapat dan dilarang untuk digunakan

seharusnya dimusnahkan dengan cara dibakar atau ditanam atau dengan cara

lain yang ditetapkan oleh Menteri.

b. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus

menerus.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

Universitas Indonesia

1212

c. Pelanggaran terhadap Undang-Undang Obat Keras Nomor, St. 1937 N. 541,

Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Undang-Undang No.

5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, Undang-Undang No. 22 Tahun 1997

tentang Narkotika, serta ketentuan peraturan perundang-undangan lain yang

berlaku.

d. Surat Izin Kerja APA dicabut.

e. Pemilik Sarana Apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-

undangan di bidang obat.

f. Apotek tidak dapat lagi memenuhi persyaratan mengenai kesiapan tempat

pendirian apotek serta kelengkapan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya

baik merupakan milik sendiri atau pihak lain.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebelum melakukan pencabutan

surat izin apotek berkoordinasi dengan Kepala Balai POM setempat. Pelaksanaan

pencabutan surat izin apotek dilaksanakan setelah dikeluarkan:

a. Peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut

dengan tenggang waktu masing-masing 2 (dua) bulan.

b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan

sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan apotek.

Pembekuan izin apotek sebagaimana dimaksud dalam huruf (b) di atas,

dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh

persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan ini. Pencairan izin apotek

dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim Pemeriksaan Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Apabila SIA dicabut, APA atau Apoteker

Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Pengamanan tersebut wajib mengikuti tata cara sebagai

berikut:

a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, obat keras

tertentu dan obat lain serta seluruh resep yang tersedia di apotek.

b. Narkotika, psikotropika, dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang

tertutup dan terkunci.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

Universitas Indonesia

1313

c. Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala

Wilayah Kantor Kementerian Kesehatan atau petugas yang diberi wewenang

olehnya, tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang

dimaksud dalam huruf (a).

2.9 Tenaga Kerja di Apotek

Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 menyebutkan bahwa tenaga

kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri

dari Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Tenaga teknis kefarmasian adalah

tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalani pekerjaan kefarmasian, yang

terdiri atas sarjana farmasi, ahli madya farmasi, analis farmasi dan tenaga

menengah farmasi/Asisten Apoteker. Tenaga pendukung untuk menjamin

kelancaran kegiatan pelayanan kefarmasian di suatu apotek, yaitu Apoteker

Pengelola Apotek (APA), Asisten Apoteker, juru resep, kasir, dan pegawai

administrasi/ tata usaha.

APA adalah Apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek. APA

bertanggung jawab penuh terhadap semua kegiatan yang berlangsung di apotek,

juga bertanggung jawab kepada pemilik modal (jika bekerja sama dengan Pemilik

Sarana Apotek). Tugas dan kewajiban APA di apotek adalah sebagai berikut:

a. Memimpin seluruh kegiatan apotek, baik kegiatan teknis maupun non-teknis

kefarmasian sesuai dengan ketentuan maupun perundangan yang berlaku.

b. Menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu

baik dan yang keabsahannya terjamin.

c. Mengatur, melaksanakan, dan mengawasi administrasi.

d. Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil yang

optimal sesuai dengan rencana kerja dengan cara meningkatkan omset,

mengadakan pembelian yang sah dan penekanan biaya serendah mungkin.

e. Melakukan pengembangan apotek.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332 tahun 2002, dalam

melakukan tugasnya, seorang APA dapat dibantu oleh Apoteker Pendamping dan

Apoteker Pengganti. Apoteker Pendamping yaitu Apoteker yang bekerja di apotek

selain APA dan/atau menggantikan APA pada jam-jam tertentu pada hari buka

apotek. Apoteker Pengganti adalah Apoteker yang menggantikan APA jika APA

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

Universitas Indonesia

1414

berhalangan hadir selama lebih dari tiga bulan secara terus-menerus, telah

memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dan tidak bertindak sebagai APA di tempat lain.

Tenaga pendukung lainnya untuk menjamin kelancaran kegiatan

pelayanan kefarmasian di suatu apotek adalah Asisten Apoteker. Berdasarkan

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1332/MENKES/SK/ X/2002, Asisten

Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker.

Tenaga pendukung yang tidak kalah pentingnya adalah juru resep, kasir dan

pegawai administrasi atau tata usaha. Juru resep adalah orang yang membantu

Asisten Apoteker dalam menyiapkan (meracik) obat menurut resep. Kasir

merupakan petugas yang mencatat penerimaan dan pengeluaran uang yang

dilengkapi dengan kuitansi, nota, tanda setoran, dan lain-lain. Pegawai

administrasi atau tata usaha bertugas membantu Apoteker dalam kegiatan

administrasi seperti membuat laporan harian.

2.10 Sediaan Farmasi di Apotek

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1332/MENKES/SK/

X/2002, sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat asli Indonesia, alat

kesehatan, dan kosmetika. Obat merupakan satu di antara sediaan farmasi yang

dapat ditemui di apotek. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009, obat

adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk

mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam

rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan

kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia. Obat-obat yang beredar di Indonesia

digolongkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dalam 4

(empat) kategori, yaitu obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, dan obat

golongan narkotika. Penggolongan ini berdasarkan tingkat keamanan dan

dimaksudkan untuk memudahkan pengawasan terhadap peredaran dan pemakaian

obat-obat tersebut. Setiap golongan obat diberi tanda pada kemasan yang terlihat.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

Universitas Indonesia

1515

Obat Bebas

Obat Bebas Terbatas

Obat Keras dan Psikotropika

Golongan Narkotika

Gambar 2.1 Logo golongan obat

2.10.1 Obat OTC (Over the Counter)

Obat-obat yang boleh dibeli oleh pasien tanpa resep dokter disebut obat

OTC (Over the Counter). Contoh dari obat OTC ini adalah obat bebas dan obat

bebas terbatas.

2.10.1.1 Obat Bebas

Obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter

adalah obat bebas. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah

lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contohnya adalah parasetamol.

(Kementerian Kesehatan, 2006).

2.10.1.2 Obat Bebas Terbatas

Obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter

dan disertai dengan tanda peringatan disebut obat bebas terbatas. Tanda khusus

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

Universitas Indonesia

1616

pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis

tepi berwarna hitam (Kementerian Kesehatan, 2006).

Wadah atau kemasan obat bebas terbatas perlu dicantumkan tanda

peringatan dan penyerahannya harus dalam bungkus aslinya. Tanda peringatan

tersebut berwarna hitam dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm (atau

disesuaikan dengan kemasannya) dan diberi tulisan peringatan penggunaannya

dengan huruf berwarna putih (Kementerian Kesehatan, 2006). Terdapat enam

golongan peringatan untuk obat bebas terbatas, yaitu:

a. P no.1: Awas! Obat Keras. Bacalah aturan memakainya. Contoh obat

golongan ini adalah Stopcold, Inza, dan obat flu lainnya.

b. P no.2: Awas! Obat Keras. Hanya untuk kumur, jangan ditelan. Contoh obat

golongan ini adalah Listerine dan Betadine Gargle.

c. P no.3: Awas! Obat Keras. Hanya untuk bagian luar badan. Contoh obat

golongan ini adalah Rivanol dan Canesten.

d. P no.4: Awas! Obat Keras. Hanya untuk dibakar

e. P no.5: Awas! Obat Keras. Tidak boleh ditelan. Contoh obat golongan ini

adalah Suppositoria untuk laksatif.

f. P no.6: Awas! Obat Keras. Obat wasir, jangan ditelan. Contoh obat golongan

ini adalah Suppositoria untuk wasir.

Contoh tanda peringatan dapat dilihat pada Gambar 2.2

Gambar 2.2 Tanda peringatan pada kemasan obat bebas terbatas

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

Universitas Indonesia

1717

2.10.2 Obat Ethical

Obat yang dapat diperoleh oleh pasien dengan adanya resep dari dokter

disebut obat ethical. Contoh dari obat ethical ini adalah obat keras, psikotropika,

dan narkotika.

2.10.2.1 Obat Keras

Obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter disebut obat

keras. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran

merah dengan garis tepi berwarna hitam. Obat-obat yang masuk ke dalam

golongan ini antara lain obat jantung, antihipertensi, antihipotensi, obat diabetes,

hormon, antibiotika, psikotropika, dan beberapa obat ulkus lambung dan semua

obat injeksi.

2.10.2.2 Psikotropika (Undang-Undang No. 5 Tahun 1997)

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan

narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf

pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

Psikotropika yang digolongkan menjadi:

a. Psikotropika golongan I

Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan

dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat

mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh dari obat psikotropika golongan

I adalah ecstasy (MDMA), psilosin (jamur meksiko/jamur tahi sapi), LSD

(lisergik deitilamid), dan meskalin (kaktus amerika).

b. Psikotropika golongan II

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam

terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat

mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh obat golongan psikotropika

golongan II adalah amfetamin, metakualon, dan metilfenidat. Sekarang obat

psikotropika golongan I dan II dikategorikan dalam obat narkotika golongan I.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

Universitas Indonesia

1818

c. Psikotropika golongan III

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam

terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang

mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh obat psikotropika golongan III

adalah amorbarbital, flunitrazepam, dan kastina.

d. Psikotropika golongan IV

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam

terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh obat psikotropika golongan IV

adalah barbital, bromasepam, diazepam, estazolam, fenorbarbital, klobazam, dan

klorazepam.

Pengelolaan psikotropika di apotek adalah sebagai berikut :

a. Pemesanan

Surat Pesanan (SP) psikotropika harus ditandatangani oleh APA serta

dilengkapi dengan nama jelas, stempel apotek, nomor SIPA dan SIA. Satu surat

pesanan ini dapat terdiri dari berbagai macam nama obat psikotropika dan dibuat

tiga rangkap. Berbeda dengan narkotika, pemesanan psikotropika dapat ditujukan

kepada PBF mana saja yang menjual jenis psikotropika yang diperlukan.

b. Penyimpanan

Obat-obatan golongan psikotropika cenderung disalahgunakan sehingga

disarankan agar menyimpan obat-obatan tersebut dalam suatu rak atau lemari

khusus.

c. Penyerahan

Obat golongan narkotika dan psikotropika hanya dapat diserahkan oleh

apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dan dokter. Penyerahan

psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah

sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan kepada pengguna/ pasien.

Penyerahan psikotropika oleh rumah sakit, balai pengobatan, puskesmas hanya

dapat dilakukan kepada pengguna/ pasien. Penyerahan psikotropika oleh apotek,

rumah sakit, puskesmas, dan balai pengobatan dilaksanakan berdasarkan resep

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

Universitas Indonesia

1919

dokter. Penyerahan psikotropika oleh dokter hanya boleh dilakukan dalam

keadaan menjalankan praktek terapi dan diberikan melalui suntikan, menolong

orang sakit dalam keadaan darurat dan menjalankan tugas di daerah terpencil yang

tidak ada apotek. Psikotropika hanya dapat diserahkan oleh apotek dengan adanya

resep dokter.

d. Pelaporan

Apotek wajib membuat dan menyimpan catatan kegiatan yang berhubungan

dengan psikotropika dan melaporkan kepada Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten

setempat setiap satu bulan sekali, paling lambat tanggal 10, dengan tembusan

kepada Balai Besar POM atau Balai POM setempat.

e. Pemusnahan

Pada pemusnahan psikotropika, Apoteker wajib membuat berita acara dan

disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk dalam tujuh hari setelah mendapat

kepastian. Menurut pasal 53 Undang-Undang No. 5 Tahun 1997, pemusnahan

psikotropika dilakukan apabila berkaitan dengan tindak pidana, psikotropika yang

diproduksi tidak memenuhi standar dan persyaratan bahan baku yang berlaku,

kadaluarsa, serta tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan

kesehatan dan/ atau pengembangan ilmu pengetahuan. Pemusnahan psikotropika

dilakukan dengan pembuatan berita acara yang sekurang-kurangnya memuat

tempat dan waktu pemusnahan; nama pemegang izin khusus; nama, jenis, dan

jumlah psikotropika yang dimusnahkan; cara pemusnahan; tanda tangan dan

identitas lengkap penanggung jawab apotek dan saksi-saksi pemusnahan.

Tujuan pengaturan di bidang psikotropika adalah untuk menjamin

ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu

pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika dan

memberantas peredaran gelap psikotropika.

2.10.2.3 Narkotika (Undang-Undang No. 35 Tahun 2009)

Definisi narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau

bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

Universitas Indonesia

2020

penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika

dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:

a. Narkotika golongan I

Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat

tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh narkotika golongan ini adalah

heroin, kokain, ganja, dan obat-obat psikotropika golongan I dan II.

b. Narkotika golongan II

Narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan

dapat digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.

Contoh narkotika golongan ini adalah morfin, petidin, dan metadon.

c. Narkotika golongan III

Narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi

dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi

ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh narkotika golongan ini adalah

kodein.

Pengaturan narkotika dalam Undang-Undang nomor 35 tahun 2009

meliputi segala bentuk kegiatan dan/atau perbuatan yang berhubungan dengan

narkotika dan prekursor narkotika. Peraturan ini perlu dilakukan dengan tujuan

untuk:

a. Menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan

dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;

b. Mencegah, melindungi, dan menyelamatkan Bangsa Indonesia dari

penyalahgunaan narkotika;

c. Memberantas peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika; dan

d. Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi penyalah guna

dan pecandu narkotika.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

Universitas Indonesia

2121

Pengelolaan narkotika di apotek adalah sebagai berikut :

a. Pemesanan

Pemesanan narkotika hanya dapat dilakukan di Pedagang Besar Farmasi

(PBF) Kimia Farma dengan menggunakan Surat Pesanan Narkotika yang

ditandatangani oleh APA, dilengkapi nama jelas, nomor SIK, dan stempel apotek.

Satu lembar surat pesanan hanya dapat digunakan untuk memesan satu macam

narkotika. Surat pesanan tersebut terdiri dari empat rangkap yang masing-masing

akan diserahkan ke BPOM, Suku Dinas Kesehatan, distributor, dan untuk arsip

apotek.

b. Penerimaan dan Penyimpanan

Penerimaan narkotika dilakukan oleh APA atau AA yang mempunyai SIK

dengan menandatangani faktur, mencantumkan nama jelas, nomor SIA, dan

stempel apotek (Kemenkes RI, 1978). Apotek harus mempunyai tempat khusus

yang dikunci dengan baik untuk menyimpan narkotika. Tempat penyimpanan

narkotika di apotek harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.

2. Harus mempunyai kunci yang kuat.

3. Dibagi dua, masing-masing dengan kunci yang berlainan; bagian pertama

dipergunakan untuk menyimpan morfin, petidin, dan garam-garamnya serta

persediaan narkotika; bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika

lainnya yang dipakai sehari-hari.

4. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari

40x80x100 cm, maka lemari tersebut harus dibaut pada tembok atau lantai.

5. Lemari khusus tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain selain

narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan.

6. Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh penanggung jawab atau

pegawai lain yang dikuasakan.

7. Lemari khusus harus ditempatkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh

umum.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

Universitas Indonesia

2222

c. Pelayanan resep

Menurut Undang-Undang No. 35 Tahun 2009, disebutkan bahwa narkotika

hanya dapat diserahkan kepada pasien untuk pengobatan penyakit berdasarkan

resep dokter. Selain itu, berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jenderal

Pengawasan Obat dan Makanan (sekarang Badan POM) No. 336/E/SE/1997

disebutkan bahwa apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung

narkotika. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum sama

sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya

boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli. Salinan resep dari

narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Dengan demikian

dokter tidak boleh menambahkan tulisan iter pada resep-resep yang mengandung

narkotika.

d. Pelaporan

Apotek berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan bulanan yang

ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nomor SIK, SIA, nama jelas dan

stempel apotek. Laporan tersebut terdiri dari laporan penggunaan bahan baku

narkotika, laporan penggunaan sediaan jadi narkotika, dan laporan khusus

pengunaan morfin, petidin dan derivatnya. Laporan penggunaan narkotika ini

harus dilaporkan setiap bulan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya yang

ditujukan kepada Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten setempat dengan tembusan

Balai Besar POM/Balai POM dan berkas untuk disimpan sebagai arsip.

e. Pemusnahan

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 28/Menkes/Per/I/1978

pasal 9 mengenai pemusnahan narkotika, APA dapat memusnahkan narkotika

yang rusak, kadaluarsa, dan tidak memenuhi syarat untuk digunakan dalam

pelayanan kesehatan dan/ atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Pemusnahan narkotika dilakukan dengan pembuatan berita acara yang sekurang-

kurangnya memuat: tempat dan waktu (jam, hari, bulan, dan tahun); nama

pemegang izin khusus, APA atau dokter pemilik narkotika; nama, jenis, dan

jumlah narkotika yang dimusnahkan; cara pemusnahan; tanda tangan dan identitas

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

Universitas Indonesia

2323

lengkap penanggung jawab apotek dan saksi-saksi pemusnahan. Berita acara

pemusnahan narkotika tersebut dikirimkan kepada Suku Dinas Pelayanan

Kesehatan setempat dengan tembusan kepada Balai Besar POM setempat.

2.10.3 Obat Wajib Apotek

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 347/MENKES/SK/

VII/1990, Obat Wajib Apotek (OWA) adalah obat keras yang dapat

diserahkan tanpa resep dokter oleh Apoteker di apotek. OWA bertujuan untuk

pelaksanaan swamedikasi di apotek. Swamedikasi adalah pelayanan farmasi yang

memberikan kesempatan kepada pasien untuk memilih sendiri tindakan

pengobatan berdasarkan penyakit yang diderita dengan bantuan rekomendasi dari

apoteker. Obat-obat yang digunakan untuk pelaksanaan swamedikasi meliputi

obat bebas, obat bebas terbatas, dan OWA. Swamedikasi bertujuan untuk:

a. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya sendiri guna

mengatasi masalah kesehatan dengan ditunjang melalui sarana yang dapat

meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman, dan rasional.

b. Meningkatkan peran apoteker di apotek dalam pelayanan KIE (Komunikasi,

Informasi dan Edukasi) serta pelayanan obat kepada masyarakat.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 919/MENKES/PER/X/1993,

obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter harus memenuhi kriteria sebagai

berikut:

a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di

bawah usia dua tahun, dan orang tua di atas 65 tahun.

b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada

kelanjutan penyakit.

c. Penggunaan tidak memerlukan cara dan/atau alat khusus yang harus

dilakukan oleh tenaga kesehatan.

d. Penggunaan diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di

Indonesia.

e. Obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat

dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

Universitas Indonesia

2424

Dalam melayani pasien yang memerlukan OWA, Apoteker di apotek

diwajibkan untuk :

a. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien yang

disebutkan dalam OWA yang bersangkutan.

b. Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan.

c. Memberikan informasi, meliputi dosis dan aturan pakainya, kontraindikasi,

efek samping dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien.

2.11 Pengelolaan Apotek

Sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku, apotek harus dikelola

oleh seorang Apoteker yang profesional. Dalam mengelola apotek, Apoteker

harus memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik,

mengambil keputusan yang tepat, kemampuan berkomunikasi antar profesi,

menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisiplin, kemampuan

mengelola sumber daya manusia secara efektif, selalu belajar sepanjang karir, dan

membantu memberikan pendidikan dan peluang untuk meningkatkan

pengetahuan.

Pengelolaan apotek dapat dibedakan atas pengelolaan teknis farmasi dan

non teknis farmasi. Sebagai pengelola teknis farmasi, APA bertanggung jawab

mengawasi pelayanan resep, mengawasi mutu obat yang dijual, memberikan

pelayanan informasi obat dan membuat laporan mengenai penggunaan obat-obat

khusus (narkotika dan psikotropika). Adapun sebagai pengelola non teknis

farmasi, seorang APA bertanggung jawab terhadap semua kegiatan administrasi,

keuangan, dan bidang lain yang berhubungan dengan apotek.

Pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya

dilakukan sesuai ketentuan perundangan yang berlaku meliputi: perencanaan,

pengadaan, penyimpanan, administrasi, dan pelayanan.

2.11.1 Perencanaan

Kegiatan perencanaan meliputi penyusunan rencana keperluan yang tepat,

mencegah terjadinya kekurangan dan sedapat mungkin mencegah terjadinya

kelebihan perbekalan farmasi yang tersimpan lama dalam gudang. Banyaknya

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

Universitas Indonesia

2525

jenis perbekalan farmasi yang dikelola mendorong diperlukannya suatu

perencanaan yang dilakukan secara cermat sehingga pengelolaan persediaan dapat

berjalan dengan efektif dan efisien. Dalam membuat perencanaan pengadaan

sediaan farmasi perlu diperhatikan pola penyakit, kemampuan masyarakat, dan

budaya masyarakat.

2.11.2 Pengadaan

Pengadaan perbekalan farmasi harus diterapkan sebaik mungkin agar

pengendalian, keamanan, dan jaminan mutu perbekalan farmasi dapat dilakukan

secara efektif dan efisien. Prinsip pengadaan tidak hanya sekedar membeli barang,

tetapi juga mengandung pengertian meminta kerja sama pemasok dalam

menyediakan barang yang diperlukan. Pengadaan harus sesuai dengan keperluan

yang direncanakan sebelumnya dan harus sesuai dengan kemampuan atau kondisi

keuangan yang ada. Sistem atau cara pengadaannya harus sesuai dengan ketentuan

yang berlaku.

2.11.3 Penyimpanan

Obat atau bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Ketika

isi harus dipindahkan ke dalam wadah lain, maka harus dicegah terjadinya

kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru yang memuat

sekurang-kurangnya nomor batch dan tanggal kadaluarsa. Semua bahan obat

harus disimpan pada kondisi yang sesuai untuk menjamin kestabilan bahan.

Penataan perbekalan farmasi perlu memperhatikan peraturan yang berlaku dan

kemudahan dalam melakukan kegiatan pelayanan serta memiliki nilai estetika.

Penataan sedemikan rupa pada desain lemari harus menjamin kebersihan dan

keamanan perbekalan farmasi senantiasa terjaga.

2.11.4 Administrasi

Dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di apotek, perlu dilaksanakan

kegiatan administrasi yang meliputi administrasi umum dan administrasi

pelayanan. Kegiatan administrasi umum meliputi pencacatan, pengarsipan,

pelaporan narkotika dan psikotropika, dan dokumentasi sesuai dengan ketentuan

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

Universitas Indonesia

2626

yang berlaku. Administrasi pelayanan meliputi pengarsipan resep, pengarsipan

catatan pengobatan pasien dan pengarsipan hasil monitoring penggunaan obat.

2.11.5 Pelayanan

Pelayanan apotek diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

922/MenKes/Per/X/1993 pasal 14 sampai dengan pasal 22, dan perubahan

terhadap ketentuan pasal 19 dalam Peraturan tersebut ditetapkan dengan

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MenKes/SK/X/2002 pasal 19, yang

meliputi :

a. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter gigi, dan dokter hewan.

Pelayanan resep ini sepenuhnya atas tanggung jawab APA dan sesuai dengan

keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat (Pasal 12

ayat 1 dan 2);

b. Apoteker wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian

profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat (Pasal 15 ayat 1);

c. Apotek tidak diizinkan untuk mengganti obat generik yang ditulis dalam resep

dengan obat paten (Pasal 15 ayat 2);

d. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis dalam resep,

Apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter penulis resep untuk pemilihan

obat yang lebih tepat (Pasal 15 ayat 3);

Namun, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009 tentang

Pekerjaan Kefarmasian, apoteker dapat mengganti obat merek dagang dengan

obat generik yang sama komponen aktifnya/ obat merek dagang lain atas

persetujuan dokter dan/atau pasien.

e. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan

obat yang diserahkan secara tepat, aman, dan rasional atas permintaan

masyarakat (Pasal 15 ayat 4a dan 4b);

f. Apabila Apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau

penulisan resep yang tidak tepat, Apoteker harus memberitahukan kepada

dokter penulis resep. Apabila atas pertimbangan tertentu dokter penulis resep

tetap pada pendiriannya, dokter wajib melaksanakan secara tertulis atau

membubuhkan tanda tangan yang lazim di atas resep (Pasal 16 ayat 1 dan 2);

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

Universitas Indonesia

2727

g. Salinan resep harus ditandatangani oleh Apoteker (Pasal 17 ayat 1);

h. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka

waktu tiga tahun (Pasal 17 ayat 2);

i. Resep dan salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis

resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas

kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan

yang berlaku (Pasal 17 ayat 3);

j. APA, apoteker pendamping, atau apoteker pengganti diijinkan untuk menjual

obat keras yang dinyatakan sebagai Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA) tanpa

resep. DOWA ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI (Pasal 18 ayat 1 dan 2);

k. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka Apotik, APA

harus menunjuk Apoteker pendamping (Pasal 19 ayat 1);

l. Apabila APA dan Apoteker Pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan

melakukan tugasnya, APA menunjuk Apoteker Pengganti (Pasal 19 ayat 2);

m. Penunjukan dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dan (2) harus dilaporkan

kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten /Kota dengan tembusan kepada

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi (Pasal 19 ayat 3);

n. Apoteker pendamping dan apoteker pengganti harus memenuhi persyaratan

seperti persyaratan yang ditetapkan untuk APA (Pasal 19 ayat 4);

o. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara

terus menerus, Surat Izin Apotek atas nama Apoteker bersangkutan dicabut

(Pasal 19 ayat 5);

p. APA turut bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan

Apoteker pendamping dan Apoteker pengganti dalam hal pengelolaan apotek

(Pasal 20);

q. Apoteker Pendamping yang dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1), bertanggung

jawab atas pelaksanaan tugas pelayanan kefarmasian selama yang

bersangkutan bertugas menggantikan APA (Pasal 21);

r. Dalam pelaksanaan pengelolaan apotek, APA dapat dibantu oleh Asisten

Apoteker (Pasal 22 ayat 1);

s. Asisten Apoteker melakukan pekerjaan kefarmasian di Apotek di bawah

pengawasan Apoteker (Pasal 22 ayat 2).

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

Universitas Indonesia

2828

2.12 Pengadaan Persediaan Apotek (Quick, 1997; Seto, Yunita & Lily, 2004)

Pengadaan merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan perbekalan

farmasi berdasarkan fungsi perencanaan dan penganggaran. Tujuan pengadaan

yaitu untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan dalam jumlah yang

cukup dengan kualitas harga yang dapat dipertanggungjawabkan dalam waktu dan

tempat tertentu secara efektif dan efisien menurut tata cara dan ketentuan yang

berlaku.

Persyaratan yang perlu diperhatikan dalam fungsi pengadaan, yaitu:

a. Doematig, artinya sesuai tujuan atau rencana. Pengadaan harus sesuai

kebutuhan yang sudah direncanakam sebelumnya.

b. Rechtmatig, artinya sesuai hak atau kemampuan.

c. Wetmatig, artinya sistem atau cara pegadaannya harus sesuai dengan

ketentuan-ketentuan yang berlaku

Model pengadaan secara umum berdasarkan waktu adalah sebagai berikut:

a. Annual purchasing, yaitu pemesanan satu kali dalam satu tahun.

b. Scheduled purchasing, yaitu pemesanan secara periodik dalam waktu tertentu

misalnya mingguan, bulanan, dan sebagainya.

c. Perpetual purchasing, yaitu pemesanan dilakukan setiap kali tingkat

persediaan rendah.

d. Kombinasi antara annual purchasing, scheduled purchasing, dan perpetual

purchasing yaitu pengadaan dengan pemesanan yang bervariasi waktunya,

seperti cara ini dapat diterapkan tergantung dari jenis obat yang dipesan.

Misalnya obat impor yang mahal cukup dipesan sekali dalam setahun saja.

Obat-obatan yang termasuk slow moving dapat dipesan secara periodik setiap

tahun (scheduled purchasing), dan obat-obatan yang banyak diminati oleh

pembeli maka pemesanan dilakukan secara perpetual purchasing.

Setelah menentukan jenis pengadaan yang akan diterapkan berdasarkan

frekuensi dan waktu pemesanan maka pengadaan atau pembelian barang di apotek

dapat dilakukan dengan cara:

a. Pembelian kontan atau kredit

Pembelian kontan adalah pihak apotek langsung membayar harga obat

yang dibeli dari distributor, biasanya untuk apotek yang baru dibuka karena untuk

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

2929

Universitas Indonesia

melakukan pembayaran kredit apotek harus menunjukkan kemampuannya dalam

menjual, sedangkan pembelian kredit adalah pembelian yang pembayarannya

sampai jatuh tempo.

b. Pembelian konsinyasi (kredit atau titipan obat)

Pembelian konsinyasi adalah titipan barang dari pemilik kepada apotek, di

mana apotek bertindak sebagai agen komisioner yang menerima komisi bila

barang tersebut terjual. Bila barang tersebut tidak terjual sampai batas waktu

kadaluarsa atau waktu yang telah disepakati maka barang tersebut dapat

dikembalikan pada pemiliknya.

2.13 Pengendalian Persediaan Apotek

Aktivitas pengendalian persediaan bertujuan untuk pengaturan persediaan

obat di apotek agar menjamin kelancaran pelayanan pasien di apotek secara

efektif dan efisien. Unsur dari pengendalian persediaan ini mencakup penentuan

cara pemesanan atau pengadaannya, menentukan jenis persediaan yang menjadi

prioritas pengadaan, hingga jumlah persediaan yang optimal dan yang harus ada

di apotek untuk menghindari kekosongan persediaan. Oleh karena itu,

pengelolaan dan pengendalian persediaan obat di apotek berfungsi untuk

memastikan pasien memperoleh obat yang diperlukan, mencegah risiko kualitas

barang yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan, dan mendapatkan

keuntungan dari pembelian dengan memilih distributor obat yang memberi harga

obat bersaing, pengiriman cepat, dan kualitas obat yang baik.

Salah satu cara untuk menentukan dan mengendalikan jenis persediaan

yang seharusnya dipesan adalah dengan melihat pergerakan keluar masuknya obat

dan mengidentifikasi jenis persediaan yang menjadi prioritas pemesanan. Metode

pengendalian persediaan dengan menyusun prioritas tersebut dapat dibuat

dilakukan dengan menggunakan metode sebagai berikut (Quick, 1997) :

a. Analisis VEN (Vital, Esensial, Non-esensial)

Pengendalian obat dengan memperhatikan kepentingan dan vitalitas obat

yang harus selalu tersedia untuk melayani permintaan untuk pengobatan. Vital

dalam analisis VEN maksudnya adalah obat untuk penyelamatan hidup manusia

atau untuk pengobatan karena penyakit yang mengakibatkan kematian. Pengadaan

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

Universitas Indonesia

3030

obat golongan ini diprioritaskan. Contohnya adalah obat-obat hipertensi dan

diabetes. Obat esensial adalah obat yang banyak diminta untuk digunakan dalam

tindakan atau pengobatan penyakit terbanyak, yang resepnya sering datang ke

apotek. Dengan kata lain, obat-obat golongan ini adalah obat yang fast moving.

Obat non-esensial adalah obat pelengkap yang tidak banyak diminta dan tidak

esensial.

b. Analisis Pareto (ABC)

Analisis pareto disusun berdasarkan penggolongan persediaan yang

mempunyai nilai harga yang paling tinggi. Pareto membagi persediaan

berdasarkan atas nilai rupiah sehingga untuk mengendalikan persediaan barang

difokuskan pada item persediaan yang bernilai tinggi daripada yang bernilai

rendah. Kelas A merupakan persediaan yang memiliki volume rupiah yang tinggi.

Kelas ini mewakili sekitar 70% dari total nilai persediaan. Meskipun jumlahnya

hanya sekitar 20% dari seluruh ítem tetapi memiliki dampak biaya yang tinggi.

Kelas B merupakan persediaan yang memiliki volume rupiah yang menengah.

Kelas ini mewakili sekitar 20% dari total nilai persediaan, meskipun jumlahnya

hanya sekitar 30% dari seluruh item. Kelas C adalah persediaan yang memiliki

volume rupiah yang rendah. Kelas ini mewakili sekitar 10% dari total nilai

persediaan, tapi terdiri sekitar 50% dari seluruh item. Pengendalian persediaan

untuk kelas A dilakukan secara intensif, untuk kelas B dilakukan secara moderat,

dan kelas C dilakukan secara sederhana.

Analisis pareto dilakukan dengan menghitung nilai investasi dari tiap

sediaan obat dengan cara menghitung total investasi tiap jenis obat kemudian

mengelompokan berdasarkan nilai investasi dan diurutkan mulai dari nilai

investasi terbesar hingga terkecil. Kelompok A memiliki nilai investasi 70% dari

total investasi obat keseluruhan, kelompok B memiliki nilai investasi 20% dari

total investasi obat keseluruhan dan kelompok C memiliki nilai investasi 10% dari

total investasi obat keseluruhan.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

Universitas Indonesia

3131

c. Analisis VEN-ABC

Mengkategorikan item berdasarkan volume dan nilai penggunaannya

selama periode waktu tertentu, biasanya 1 tahun. Analisis VEN-ABC

menggabungkan analisis pareto dan VEN dalam suatu matriks sehingga analisis

menjadi lebih tajam. Matriks dapat dibuat sebagai berikut:

V E N

A VA EA NA

B VB EB NB

C VC EC NC

Gambar 2.3 Matriks VEN - ABC

Matriks di atas dapat dijadikan dasar dalam menetapkan prioritas untuk

menyesuaikan anggaran atau perhatian dalam pengelolaan persediaan. Semua

obat vital dan esensial dalam kelompok A, B, dan C hendaknya disediakan, tetapi

kuantitasnya disesuaikan dengan kebutuhan konsumen apotek. Untuk obat non-

esensial dalam kelompok A tidak diprioritaskan, sedangkan kelompok B dan C

pengadaannya disesuaikan dengan kebutuhan.

2.14 Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

Pharmaceutical care (PC) seringkali diartikan sebagai Asuhan

Kefarmasian atau Pelayanan Kefarmasian. Pharmaceutical care adalah tanggung

jawab farmakoterapi dari seorang Apoteker untuk mencapai dampak tertentu

dalam meningkatkan kualitas hidup pasien. PC diimplementasikan dengan Good

Pharmacy Practice (Cara Praktek di Apotek yang Baik). Dengan demikian Good

Pharmacy Practice merupakan suatu pedoman yang digunakan untuk menjamin

bahwa layanan yang diberikan Apoteker kepada setiap pasien telah memenuhi

kualitas yang tepat. Pedoman tersebut perlu disusun secara nasional dengan

inisiatif dari organisasi profesi Apoteker dan pemerintah. Dengan adanya

pedoman tersebut diharapkan bahwa masyarakat dapat menggunakan obat-obatan

dan produk serta jasa kesehatan dengan lebih tepat sehingga tercapai tujuan terapi

yang diinginkan.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

3232

Universitas Indonesia

Pelaksanaan Good Pharmacy Practice di farmasi komunitas adalah

sebagai berikut:

a. Melakukan serah terima obat kepada pasien atas resep dokter dengan beberapa

kriteria.

b. Melakukan pemilihan obat pada pasien dalam upaya pengobatan diri sendiri

(swamedikasi).

c. Memonitor kembali penggunaan obat oleh pasien akan tujuan yang optimal

melalui telepon atau kunjungan residensial.

d. Melakukan ceramah tentang kesehatan dan obat, memberdayakan masyarakat

tentang penggunaan obat yang baik dan upaya dalam pencegahan penyakit di

masyarakat.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004, standar pelayanan kefarmasian di apotek meliputi

peayanan resep, promosi dan edukasi, serta pelayanan residensial (home care).

1. Pelayanan Resep

a. Skrining resep

Apoteker melakukan skrining resep yang meliputi persyaratan

administratif, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis. Skrining terhadap

persyaratan administratif meliputi nama, SIP dan alamat dokter; tanggal penulisan

resep; tanda tangan/ paraf dokter penulis resep; nama, alamat, umur, jenis kelamin

dan berat badan pasien; nama obat, potensi, dosis dan jumlah yang minta; cara

pemakaian yang jelas; dan informasi lainnya. Skrining kesesuaian farmasetik

meliputi bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama

pemberian. Skrining pertimbangan klinis meliputi adanya alergi, efek samping,

interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). Jika ada keraguan

terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan

memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan

persetujuan setelah pemberitahuan.

b. Penyiapan obat

Penyiapan obat dimulai dengan peracikan. Peracikan merupakan kegiatan

menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas, dan memberikan etiket pada

wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

3333

Universitas Indonesia

dengan memperhatikan dosis, jenis, dan jumlah obat, serta penulisan etiket yang

benar. Etiket harus jelas dan dapat dibaca. Obat hendaknya dikemas dengan rapi

dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya. Sebelum obat

diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian

antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh Apoteker disertai

pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien dan tenaga kesehatan.

Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas, dan mudah

dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada

pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat,

jangka waktu pengobatan, aktivitas, serta makanan dan minuman yang harus

dihindari selama terapi. Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan

farmasi, pengobatan, dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat

memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya

penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan

lainnya.

Untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskuler, diabetes, TBC,

asma, dan penyakit kronis lainnya, Apoteker harus memberikan konseling secara

berkelanjutan. Setelah penyerahan obat kepada pasien, Apoteker harus

melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu

seperti kardiovaskuler, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya.

2. Promosi dan Edukasi

Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, Apoteker harus berpartisipasi

secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi

informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet atau brosur, poster, penyuluhan,

dan lain-lainnya.

3. Pelayanan Residensial (Home Care)

Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan

kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia

dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini

Apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record).

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

3434

Universitas Indonesia

2.14.1 Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)

Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) di bidang kefarmasian

merupakan rangkaian kegiatan interaksi positif antara Apoteker dengan pasien,

keluarga pasien, atau dengan tenaga kesehatan. Tujuannya adalah untuk

membangun hubungan dan kepercayaan dengan pasien, mendapatkan informasi

dari pasien, memberikan instruksi pada pasien yang berkaitan dengan obat, serta

untuk memberikan dukungan maupun semangat kepada pasien supaya

penyakitnya cepat sembuh.

Konseling dan informasi yang diberikan berupa informasi mengenai efek

samping, dosis, cara penggunaan, interaksi obat, harga obat, dan lain-lain.

Seorang Apoteker harus dapat menyarankan pengobatan yang rasional dan dapat

memberikan alternatif pengobatan lain yang lebih aman dan efektif. Latar

belakang perlunya KIE adalah sebagai berikut:

1. Ketidakpatuhan pasien

Berbagai macam penyebab ketidakpatuhan antara lain status ekonomi

pasien maupun adanya interaksi antara pasien dengan tenaga kesehatan yang

kurang baik. Ketidakpatuhan ini dapat terjadi dalam bentuk resep tidak ditebus

oleh pasien, resep yang lama tidak ditebus kembali, atau dosis yang tidak efektif

membuat pasien menggandakan dosis sendiri.

2. Penggunaan obat yang tidak rasional

Hal ini dapat berupa obat tidak tepat indikasi, tidak tepat pasien, jenis

obat, dosis, rute pemberian, waktu pemberian, durasi pemberian dan obat tidak

terjangkau oleh pasien.

3. Penggunaan obat yang tidak benar

Hal ini lebih ditekankan pada teknik penggunaan obat oleh pasien.

Terdapat beberapa bentuk sediaan obat yang memerlukan teknik khusus dalam

penggunaannya agar lebih efektif, antara lain obat asma yang menggunakan

inhaler, suppositoria, dan obat tetes.

KIE dapat memberikan manfaat, baik bagi pasien, keluarga pasien, tenaga

kesehatan, maupun Apoteker. Beberapa manfaat tersebut, antara lain :

1. Bagi pasien, keluarga, atau tenaga kesehatan

a. Menurunkan kesalahan dalam menggunakan obat

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

3535

Universitas Indonesia

b. Menurunkan ketidakpatuhan.

c. Menurunkan efek samping obat.

d. Menurunkan biaya pengobatan.

e. Meningkatkan pemahaman tentang penyakit.

f. Meningkatkan penggunaan obat yang rasional.

2. Bagi Apoteker

a. Meningkatkan citra profesi.

b. Meningkatkan kepuasan kerja.

c. Menarik customer.

2.14.2 Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Peranan terhadap keberadaan Apoteker di apotek dalam pemberian

informasi obat kepada pasien, dokter, maupun tenaga medis lainnya sangat

penting. Pelaksanaan PIO di apotek bertujuan untuk tercapainya penggunaan obat

yang rasional, yaitu tepat indikasi, tepat pasien, tepat regimen (dosis, cara, saat

dan lama pemberian), tepat obat, dan waspada efek samping. Informasi obat pada

pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian, cara penyimpanan obat,

jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus

dihindari selama terapi. Dalam memberikan informasi obat, seorang Apoteker

harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Mandiri, berarti Apoteker bebas dari segala bentuk keterikatan dengan pihak

lain sehingga menyebabkan informasi yang diberikan menjadi tidak objektif.

2. Objektif

3. Seimbang, berarti Apoteker dalam memberikan informasi harus melihat dari

berbagai sudut pandang yang mungkin berlawanan.

4. Ilmiah, berarti Apoteker dalam menyampaikan informasi harus berdasarkan

sumber data atau referensi yang dapat dipercaya.

5. Berorientasi pada pasien, berarti informasi yang disampaikan tidak hanya

mencakup informasi produk, seperti ketersediaan, kesetaraan generik,

melainkan juga mencakup informasi yang mempertimbangkan kondisi pasien.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

3636

Universitas Indonesia

2.14.3 Konseling

Salah satu bentuk standar pelayanan kefarmasian yang dilakukan Apoteker

di apotek adalah pemberian konseling. Apoteker harus memberikan konseling

mengenai sediaan farmasi, pengobatan, dan perbekalan kesehatan lainnya,

sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau pasien dapat terhindar dari

bahaya penyalahgunaan atau penggunaan obat yang salah. Untuk penderita

penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis

lainnya, Apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan.

2.14.4 Swamedikasi

Swamedikasi adalah melakukan pengobatan mandiri tanpa melalui dokter

ketika sedang sakit. Umumnya, swamedikasi dilakukan untuk mengatasi

gangguan kesehatan ringan mulai dari batuk pilek, demam, sakit kepala, maag,

masalah pada kulit, hingga iritasi ringan pada mata. Konsep modern dari

swamedikasi adalah upaya pencegahan terhadap penyakit, dengan mengonsumsi

vitamin dan suplemen kesehatan atau suplemen makanan untuk meningkatkan

daya tahan tubuh.

Beberapa hal yang menjadi faktor berkembangnya swamedikasi di masyarakat

adalah :

1. Harga obat yang melambung tinggi dan biaya pelayanan kesehatan yang

semakin mahal mendorong masyarakat berinisiatif untuk mengobati dirinya

sendiri dengan obat-obatan yang tersedia di pasaran tanpa melalui konsultasi

dengan dokter. Biasanya penggunaan obat yang dipilih adalah kategori obat

OTC dan obat DOWA.

2. Pergeseran pola pengobatan dari kuratif rehabilitatif menjadi preventif

rehabilitatif. Penyebabnya adalah tingkat pengetahuan masyarakat yang

semakin tinggi; penghasilan per individu yang meningkat; teknologi informasi

semakin cepat, mudah, dan jelas; dan lain-lain. Untuk itu, upaya yang

dilakukan adalah pencegahan terhadap kemungkinan terserang penyakit,

sehingga obat-obatan yang dicari adalah obat-obat bebas dan suplemen

makanan atau suplemen kesehatan.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

3737

Universitas Indonesia

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan swamedikasi,

antara lain :

1. Membaca secara teliti informasi yang tertera pada kemasan atau brosur di

dalam kemasan. Informasi yang diberikan meliputi komposisi zat

aktif,indikasi, kontraindikasi, efek samping, interaksi obat, dosis, dan cara

penggunaan.

2. Memilih obat dengan jenis kandungan zat aktif sesuai keperluan, misalnya

apabila gejala penyakit hanya batuk maka obat yang dipilih hanya mengatasi

batuk saja, tidak perlu obat penurun demam.

3. Penggunaan obat hanya jangka pendek (seminggu), jika gejala menetap atau

memburuk maka segera konsultasikan ke dokter.

4. Memperhatikan aturan pemakaian, bagaimana cara memakainya, berapa

jumlahnya, berapa kali sehari, dipakai sebelum atau sesudah makan atau

menjelang tidur, serta berapa lama pemakaiannya.

5. Perlu diperhatikan masalah kontraindikasi (pada keadaan mana obat tidak

boleh digunakan) dan bagaimana cara penyimpanan obat (obat disimpan

dimana dan apakah sisa obat yang disimpan dapat digunakan lagi).

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

BAB 2TINJAUAN UMUM APOTEK

2.1 Definisi Apotek

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/Menkes/SK/X/2002,

apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan

penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.

Sediaan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat asli Indonesia, alat

kesehatan, dan kosmetika, sedangkan perbekalan kesehatan adalah semua bahan

dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009, pekerjaan kefarmasian adalah

pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,

pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan

obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta

pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional.

2.2 Landasan Hukum Apotek

Apotek memiliki landasan hukum yang diatur dalam:

a. Undang – Undang Negara, yaitu:

1. Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.

2. Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

3. Undang-Undang Kesehatan RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

b. Peraturan Pemerintah, yaitu:

1. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980 tentang perubahan atas PP

No.26 Tahun 1965 tentang Apotek.

2. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.

c. Peraturan Menteri Kesehatan, yaitu:

1. Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang

Kententuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.

3 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

4

Universitas Indonesia

2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktek, dan Izin

Kerja Tenaga Kefarmasian.

d. Keputusan Menteri Kesehatan, yaitu:

1. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang

Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI

No.922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara

Pemberian Izin Apotek.

2. Keputusan Kementerian Kesehatan RI No. 1027/MENKES/SK/X/2004

tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

2.3 Tugas dan Fungsi Apotek

Menurut Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980, tugas dan fungsi

apotek adalah:

a. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan

sumpah jabatan.

b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,

pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat.

c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus mendistribusikan obat

yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.

d. Sebagai sarana tempat pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi

kepada masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya.

2.4 Persyaratan Sarana dan Prasarana Apotek (Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor 1027/MENKES/SK/ IX/2004)

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1027/MENKES/SK/

IX/2004, apotek harus berlokasi pada daerah yang mudah dikenali oleh

masyarakat. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata

“APOTEK”. Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat.

Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari aktivitas

pelayanan dan penjualan produk lainnya. Hal tersebut berguna untuk

menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi risiko kesalahan

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

5

Universitas Indonesia

penyerahan. Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh

Apoteker untuk memperoleh informasi dan konseling.

Kebersihan lingkungan apotek harus dijaga. Apotek harus bebas dari

hewan pengerat, serangga, dan hama. Apotek harus memiliki suplai listrik yang

konstan, terutama untuk lemari pendingin. Perabotan apotek harus tertata rapi,

lengkap dengan rak-rak penyimpanan obat dan barang-barang lain yang tersusun

dengan rapi, terlindung dari debu, kelembaban, dan cahaya yang berlebihan serta

diletakkan pada kondisi ruangan dengan temperatur yang telah ditetapkan.

Apotek harus memiliki :

a. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien.

b. Tempat untuk menempatkan informasi bagi pasien, termasuk penempatan

brosur atau materi informasi.

c. Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja

dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien.

d. Ruang racikan.

e. Keranjang sampah yang tersedia untuk staf maupun pasien.

2.5 Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/Menkes/SK/X/2002,

disebutkan bahwa Apoteker adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus dan telah

mengucapkan sumpah jabatan Apoteker, yang berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia

sebagai Apoteker. Setiap tenaga kefarmasian yang menjalankan pekerjaan

kefarmasian harus telah terdaftar dan memiliki izin kerja atau praktek.

Sebelumnya, Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian harus memiliki

surat izin berupa Surat Penugasan (SP) atau Surat Izin Kerja (SIK) bagi Apoteker.

Namun sejak tanggal 1 Juni 2011, diberlakukan Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 889/Menkes/PerV/2011 tentang Registrasi, Izin

Praktek, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Berdasarkan Permenkes ini, setiap

Tenaga Kefarmasian wajib memiliki surat tanda registrasi. Untuk tenaga

kefarmasian yang merupakan seorang Apoteker, maka wajib memiliki Surat

Tanda Registrasi Apoteker (STRA). Setelah memiliki STRA, Apoteker wajib

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

6

Universitas Indonesia

memiliki surat izin sesuai tempat kerjanya. Surat izin tersebut dapat berupa Surat

Izin Praktek Apoteker (SIPA) untuk Apoteker yang bekerja di fasilitas pelayanan

kefarmasian atau Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) untuk Apoteker yang bekerja

di fasilitas produksi atau distribusi farmasi.

Apoteker yang telah memiliki SP atau SIK wajib mengganti SP atau SIK

dengan STRA dan SIPA/SIKA dengan cara mendaftar melalui website Komite

Farmasi Nasional (KFN). Setelah mendapatkan STRA, Apoteker wajib mengurus

SIPA dan SIKA di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan

kefarmasian dilakukan. STRA dikeluarkan oleh Menteri, dimana Menteri akan

mendelegasikan pemberian STRA kepada KFN. STRA berlaku selama lima tahun

dan dapat diregistrasi ulang selama memenuhi persyaratan.

Untuk memperoleh SIPA atau SIKA, Apoteker mengajukan permohonan

kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian

dilaksanakan. Permohonan SIPA atau SIKA harus melampirkan:

a. Fotokopi STRA yang dilegalisisr oleh KFN;

b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktek profesi atau surat keterangan

dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas

produksi atau distribusi/penyaluran;

c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi;

d. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak dua lembar dan 3 x 4 cm

sebanyak dua lembar.

Dalam mengajukan permohonan SIPA sebagai Apoteker pendamping

harus dinyatakan permintaan SIPA untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama,

kedua, atau ketiga. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menerbitkan

SIPA atau SIKA paling lama dua puluh hari kerja sejak surat permohonan

diterima dan dinyatakan lengkap.

Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah Apoteker yang telah diberi

Surat Izin Apotek (SIA). Seorang Apoteker Pengelola Apotek harus memenuhi

kualifikasi sebagai berikut:

a. Memiliki ijazah yang telah terdaftar pada Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia.

b. Telah mengucapkan sumpah atau janji sebagai Apoteker.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

7

Universitas Indonesia

c. Memiliki SIK dari Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan

tugasnya sebagai Apoteker.

e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi secara penuh dan tidak menjadi

APA di apotek lain.

Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek,

APA harus menunjuk Apoteker Pendamping. Apabila APA dan Apoteker

Pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, APA

menunjuk Apoteker Pengganti. Penunjukan tersebut harus dilaporkan kepada

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas

Kesehatan Provinsi setempat. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya

lebih dari 2 (dua) tahun secara terus menerus, SIA atas nama Apoteker

bersangkutan dicabut.

2.6 Pengalihan Tanggung Jawab Pengelolaan Apotek

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/MenKes/Per/X/1993

pasal 23 dan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/MenKes/SK/X/2002

pasal 24, pengalihan tanggung jawab pengelolaan apotek dapat dilakukan dengan

cara sebagai berikut:

a. Pada setiap pengalihan tanggung jawab pengelolaan kefarmasian yang

disebabkan karena penggantian APA kepada Apoteker pengganti, wajib

dilakukan serah terima resep, narkotika, obat dan perbekalan farmasi lainnya

serta kunci-kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika (Pasal 23

ayat 1);

b. Pada kegiatan serah terima tersebut wajib dibuat berita acara serah terima

sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan dalam rangkap empat yang

ditandatangani oleh kedua belah pihak (Pasal 23 ayat 2);

c. Apabila APA meninggal dunia, dalam jangka waktu dua kali dua puluh empat

jam, ahli waris APA wajib melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Pasal 24 ayat 1).

d. Apabila pada apotek tersebut tidak terdapat Apoteker pendamping, pada

pelaporan dimaksud Pasal 24 ayat (1) wajib disertai penyerahan resep,

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

8

Universitas Indonesia

narkotika, psikotropika, obat keras, dan kunci tempat penyimpanan narkotika

dan psikotropika (Pasal 24 atay 2);

e. Pada penyerahan yang dimaksud pada pasal 24 ayat (1) dan (2), dibuat berita

acara seperti yang dimaksud pasal 23 ayat (2) dan dilaporkan kepada Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Balai

POM setempat (Pasal 24 ayat 3).

2.7 Tata Cara Perizinan Apotek (Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

1332/MENKES/SK/X/2002)

Di dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/Menkes/SK/X/2002

disebutkan bahwa SIA adalah surat izin yang diberikan oleh Menteri kepada

Apoteker atau Apoteker bekerjasama dengan pemilik sarana untuk

menyelenggarakan apotek di suatu tempat tertentu. Izin apotek diberikan oleh

Menteri, kemudian Menteri melimpahkan wewenang pemberian izin apotek

kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota wajib melaporkan pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin,

pencairan izin, dan pencabutan izin apotek sekali setahun kepada Menteri dan

tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.

Sesuai dengan pasal 7 dan 9 Keputusan Menteri Kesehatan tersebut,

ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek adalah sebagai berikut:

a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota.

b. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari

kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada

Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan setempat terhadap

kesiapan apotek untuk melakukan kegiatan.

c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambat-

lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat.

d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam poin (b) dan (c) tidak

dilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

9

Universitas Indonesia

melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Provinsi.

e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan hasil

pemeriksaan sebagaimana dimaksud poin (c), atau pernyataan dimaksud, poin

(d) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat

Izin Apotek.

f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau

Kepala Balai POM dimaksud poin (c) masih belum memenuhi syarat, Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari

kerja mengeluarkan Surat Penundaan.

g. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam poin (f), Apoteker

diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi

selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal Surat

Penundaan.

h. Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan

atau lokasi apotek tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam jangka waktu selambat-

lambatnya 12 (dua belas) hari kerja wajib mengeluarkan Surat Penolakan

disertai dengan alasan-alasannya .

Secara umum persyaratan izin apotek untuk Apotek yang bekerja sama

dengan pihak lain adalah sebagai berikut:

a. Surat permohonan APA yang ditujukan kepada Kepala Suku Dinas

Kesehatan setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap di atas

materai Rp. 6000,00.

b. Fotokopi akte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum

dari Departemen Kehakiman dan HAM bila dalam bentuk PT yang

disahkan/terdaftar pada Departemen Kehakiman dan HAM RI.

c. Fotokopi KTP DKI dari APA.

d. Fotokopi Surat Izin Kerja (SIK)/ Surat Penugasan (SP) Apoteker, dengan

lampiran surat keterangan selesai masa bakti apoteker bagi non pegawai

negeri.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

10

Universitas Indonesia

e. Fotokopi surat status kepemilikan tanah: Fotokopi sertifikat, bila gedung

milik sendiri; fotokopi surat perjanjian kontrak bangunan minimal 2 (dua)

tahun dan KTP pemilik bangunan yang masih berlaku minimal dua tahun,

bila kontrak/sewa.

f. Fotokopi Undang-Undang Gangguan (UUG).

g. Fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

h. Surat keterangan domisili dari kelurahan setempat.

i. Surat pernyataan pemohon yang menyatakan akan tunduk serta patuh kepada

peraturan perundangan yang berlaku di atas materai Rp. 6000,00.

j. Peta lokasi dan denah ruangan.

k. Surat pernyataan dari pemilik sarana apotek tidak pernah terlibat dan tidak

akan terlibat dalam pelanggaran peraturan di bidang farmasi/obat dan tidak

akan ikut campur dalam pengelolaan obat di atas materai Rp. 6000,00.

l. Surat pernyataan APA bahwa yang bersangkutan tidak bekerja pada bidang

farmasi lain di atas materai Rp. 6000,00.

m. Surat pernyataan tidak melakukan penjualan narkotika, obat keras tertentu

tanpa resep di atas materai Rp.6000,00.

n. Struktur organisasi dan tata kerja/tata laksana (dalam bentuk Organogram).

o. Daftar ketenagaan berdasarkan pendidikan.

p. SIK Asisten Apoteker/D3 farmasi.

q. Rencana jadwal buka apotek.

r. Daftar peralatan peracikan obat.

s. Buku wajib peraturan perundangan di bidang farmasi.

t. Formulir pelaporan narkotika dan psikotropika.

u. Akte notaris perjanjian kerjasama APA dan PSA (asli/legalisir).

v. Surat izin atasan bagi apoteker Pegawai Negeri Sipil.

Persyaratan izin apotek praktek profesi adalah sebagai berikut:

a. Surat permohonan apoteker praktek profesi ditujukan kepada Kepala Suku

Dinas Kesehatan setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap diatas

materai Rp.6000,00.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

11

Universitas Indonesia

b. Surat rekomendasi dari Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) DKI Jakarta yang

menyatakan bahwa yang bersangkutan layak untuk melakukan apotek profesi

yang diterbitkan setiap tahun sekali.

c. Fotokopi KTP DKI Apoteker apotek praktek profesi.

d. Status kepemilikan bangunan, IMB, dan surat sewa menyewa minimal 2

tahun.

e. Denah bangunan beserta peta lokasi.

f. Daftar peralatan peracikan, etiket, dll.

g. Fotokopi NPWP apoteker.

h. SIK/SP Apoteker dan pas foto 2x3 sebanyak 2 lembar dengan melampirkan

surat selesai masa bakti Apoteker.

i. Surat pernyataan dari apotek bahwa selama buka apotek harus ada

apotekernya (bila tidak ada apotekernya maka harus tutup).

j. Jadwal buka apotek bersama dengan petugas/apoteker yang lain yang ikut

melakukan praktek profesi dengan melampirkan SIK dan KTP DKI Jakarta.

2.8 Pencabutan Surat Izin Apotek

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/Menkes/SK/X/2002,

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat wajib melaporkan pemberian

izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin apotek dalam jangka

waktu setahun sekali kepada Menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala

Dinas Kesehatan Provinsi. Surat izin apotek dapat dicabut oleh Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota apabila:

a. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajibannya untuk menyediakan,

menyimpan dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan

keabsahannya terjamin. Sediaan farmasi yang sudah dikatakan tidak bermutu

baik atau karena sesuatu hal tidak dapat dan dilarang untuk digunakan

seharusnya dimusnahkan dengan cara dibakar atau ditanam atau dengan cara

lain yang ditetapkan oleh Menteri.

b. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus

menerus.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

12

Universitas Indonesia

c. Pelanggaran terhadap Undang-Undang Obat Keras Nomor, St. 1937 N. 541,

Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Undang-Undang No.

5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, Undang-Undang No. 22 Tahun 1997

tentang Narkotika, serta ketentuan peraturan perundang-undangan lain yang

berlaku.

d. Surat Izin Kerja APA dicabut.

e. Pemilik Sarana Apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-

undangan di bidang obat.

f. Apotek tidak dapat lagi memenuhi persyaratan mengenai kesiapan tempat

pendirian apotek serta kelengkapan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya

baik merupakan milik sendiri atau pihak lain.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebelum melakukan pencabutan

surat izin apotek berkoordinasi dengan Kepala Balai POM setempat. Pelaksanaan

pencabutan surat izin apotek dilaksanakan setelah dikeluarkan:

a. Peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut

dengan tenggang waktu masing-masing 2 (dua) bulan.

b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan

sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan apotek.

Pembekuani izin apotek sebagaimana dimaksud dalam huruf (b) di atas,

dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh

persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan ini. Pencairan izin apotek

dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim Pemeriksaan Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Apabila SIA dicabut, APA atau Apoteker

Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Pengamanan tersebut wajib mengikuti tata cara sebagai

berikut:

a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, obat keras

tertentu dan obat lain serta seluruh resep yang tersedia di apotek.

b. Narkotika, psikotropika, dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang

tertutup dan terkunci.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

13

Universitas Indonesia

c. Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala

Wilayah Kantor Kementerian Kesehatan atau petugas yang diberi wewenang

olehnya, tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang

dimaksud dalam huruf (a).

2.9 Tenaga Kerja di Apotek

Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 menyebutkan bahwa tenaga

kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri

dari Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Tenaga teknis kefarmasian adalah

tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalani pekerjaan kefarmasian, yang

terdiri atas sarjana farmasi, ahli madya farmasi, analis farmasi dan tenaga

menengah farmasi/Asisten Apoteker. Tenaga pendukung untuk menjamin

kelancaran kegiatan pelayanan kefarmasian di suatu apotek, yaitu Apoteker

Pengelola Apotek (APA), Asisten Apoteker, juru resep, kasir, dan pegawai

administrasi/ tata usaha.

APA adalah Apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek. APA

bertanggung jawab penuh terhadap semua kegiatan yang berlangsung di apotek,

juga bertanggung jawab kepada pemilik modal (jika bekerja sama dengan Pemilik

Sarana Apotek). Tugas dan kewajiban APA di apotek adalah sebagai berikut:

a. Memimpin seluruh kegiatan apotek, baik kegiatan teknis maupun non-teknis

kefarmasian sesuai dengan ketentuan maupun perundangan yang berlaku.

b. Menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu

baik dan yang keabsahannya terjamin.

c. Mengatur, melaksanakan, dan mengawasi administrasi.

d. Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil yang

optimal sesuai dengan rencana kerja dengan cara meningkatkan omset,

mengadakan pembelian yang sah dan penekanan biaya serendah mungkin.

e. Melakukan pengembangan apotek.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332 tahun 2002, dalam

melakukan tugasnya, seorang APA dapat dibantu oleh Apoteker Pendamping dan

Apoteker Pengganti. Apoteker Pendamping yaitu Apoteker yang bekerja di apotek

selain APA dan/atau menggantikan APA pada jam-jam tertentu pada hari buka

apotek. Apoteker Pengganti adalah Apoteker yang menggantikan APA jika APA

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

14

Universitas Indonesia

berhalangan hadir selama lebih dari tiga bulan secara terus-menerus, telah

memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dan tidak bertindak sebagai APA di tempat lain.

Tenaga pendukung lainnya untuk menjamin kelancaran kegiatan

pelayanan kefarmasian di suatu apotek adalah Asisten Apoteker. Berdasarkan

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1332/MENKES/SK/ X/2002, Asisten

Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker.

Tenaga pendukung yang tidak kalah pentingnya adalah juru resep, kasir dan

pegawai administrasi atau tata usaha. Juru resep adalah orang yang membantu

Asisten Apoteker dalam menyiapkan (meracik) obat menurut resep. Kasir

merupakan petugas yang mencatat penerimaan dan pengeluaran uang yang

dilengkapi dengan kuitansi, nota, tanda setoran, dan lain-lain. Pegawai

administrasi atau tata usaha bertugas membantu Apoteker dalam kegiatan

administrasi seperti membuat laporan harian.

2.10 Sediaan Farmasi di Apotek

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1332/MENKES/SK/

X/2002, sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat asli Indonesia, alat

kesehatan, dan kosmetika. Obat merupakan satu di antara sediaan farmasi yang

dapat ditemui di apotek. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009, obat

adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk

mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam

rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan

kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia. Obat-obat yang beredar di Indonesia

digolongkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dalam 4

(empat) kategori, yaitu obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, dan obat

golongan narkotika. Penggolongan ini berdasarkan tingkat keamanan dan

dimaksudkan untuk memudahkan pengawasan terhadap peredaran dan pemakaian

obat-obat tersebut. Setiap golongan obat diberi tanda pada kemasan yang terlihat.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

15

Universitas Indonesia

Obat Bebas

Obat Bebas Terbatas

Obat Keras dan Psikotropika

Golongan Narkotika

Gambar 2.1 Logo golongan obat

2.10.1 Obat OTC (Over the Counter)

Obat-obat yang boleh dibeli oleh pasien tanpa resep dokter disebut obat

OTC (Over the Counter). Contoh dari obat OTC ini adalah obat bebas dan obat

bebas terbatas.

2.10.1.1 Obat Bebas

Obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter

adalah obat bebas. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah

lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contohnya adalah parasetamol.

(Kementerian Kesehatan, 2006).

2.10.1.2 Obat Bebas Terbatas

Obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter

dan disertai dengan tanda peringatan disebut obat bebas terbatas. Tanda khusus

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

16

Universitas Indonesia

pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis

tepi berwarna hitam (Kementerian Kesehatan, 2006).

Wadah atau kemasan obat bebas terbatas perlu dicantumkan tanda

peringatan dan penyerahannya harus dalam bungkus aslinya. Tanda peringatan

tersebut berwarna hitam dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm (atau

disesuaikan dengan kemasannya) dan diberi tulisan peringatan penggunaannya

dengan huruf berwarna putih (Kementerian Kesehatan, 2006). Terdapat enam

golongan peringatan untuk obat bebas terbatas, yaitu:

a. P no.1: Awas! Obat Keras. Bacalah aturan memakainya. Contoh obat

golongan ini adalah Stopcold, Inza, dan obat flu lainnya.

b. P no.2: Awas! Obat Keras. Hanya untuk kumur, jangan ditelan. Contoh obat

golongan ini adalah Listerine dan Betadine Gargle.

c. P no.3: Awas! Obat Keras. Hanya untuk bagian luar badan. Contoh obat

golongan ini adalah Rivanol dan Canesten.

d. P no.4: Awas! Obat Keras. Hanya untuk dibakar

e. P no.5: Awas! Obat Keras. Tidak boleh ditelan. Contoh obat golongan ini

adalah Suppositoria untuk laksatif.

f. P no.6: Awas! Obat Keras. Obat wasir, jangan ditelan. Contoh obat golongan

ini adalah Suppositoria untuk wasir.

Contoh tanda peringatan dapat dilihat pada Gambar 2.2

Gambar 2.2 Tanda peringatan pada kemasan obat bebas terbatas

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

17

Universitas Indonesia

2.10.2 Obat Ethical

Obat yang dapat diperoleh oleh pasien dengan adanya resep dari dokter

disebut obat ethical. Contoh dari obat ethical ini adalah obat keras, psikotropika,

dan narkotika.

2.10.2.1 Obat Keras

Obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter disebut obat

keras. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran

merah dengan garis tepi berwarna hitam. Obat-obat yang masuk ke dalam

golongan ini antara lain obat jantung, antihipertensi, antihipotensi, obat diabetes,

hormon, antibiotika, psikotropika, dan beberapa obat ulkus lambung dan semua

obat injeksi.

2.10.2.2 Psikotropika (Undang-Undang No. 5 Tahun 1997)

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan

narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf

pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

Psikotropika yang digolongkan menjadi:

a. Psikotropika golongan I

Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan

dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat

mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh dari obat psikotropika golongan

I adalah ecstasy (MDMA), psilosin (jamur meksiko/jamur tahi sapi), LSD

(lisergik deitilamid), dan meskalin (kaktus amerika).

b. Psikotropika golongan II

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam

terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat

mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh obat golongan psikotropika

golongan II adalah amfetamin, metakualon, dan metilfenidat. Sekarang obat

psikotropika golongan I dan II dikategorikan dalam obat narkotika golongan I.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

18

Universitas Indonesia

c. Psikotropika golongan III

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam

terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang

mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh obat psikotropika golongan III

adalah amorbarbital, flunitrazepam, dan kastina.

d. Psikotropika golongan IV

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam

terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh obat psikotropika golongan IV

adalah barbital, bromasepam, diazepam, estazolam, fenorbarbital, klobazam, dan

klorazepam.

Pengelolaan psikotropika di apotek adalah sebagai berikut :

a. Pemesanan

Surat Pesanan (SP) psikotropika harus ditandatangani oleh APA serta

dilengkapi dengan nama jelas, stempel apotek, nomor SIPA dan SIA. Satu surat

pesanan ini dapat terdiri dari berbagai macam nama obat psikotropika dan dibuat

tiga rangkap. Berbeda dengan narkotika, pemesanan psikotropika dapat ditujukan

kepada PBF mana saja yang menjual jenis psikotropika yang diperlukan.

b. Penyimpanan

Obat-obatan golongan psikotropika cenderung disalahgunakan sehingga

disarankan agar menyimpan obat-obatan tersebut dalam suatu rak atau lemari

khusus.

c. Penyerahan

Obat golongan narkotika dan psikotropika hanya dapat diserahkan oleh

apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dan dokter. Penyerahan

psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah

sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan kepada pengguna/ pasien.

Penyerahan psikotropika oleh rumah sakit, balai pengobatan, puskesmas hanya

dapat dilakukan kepada pengguna/ pasien. Penyerahan psikotropika oleh apotek,

rumah sakit, puskesmas, dan balai pengobatan dilaksanakan berdasarkan resep

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

19

Universitas Indonesia

dokter. Penyerahan psikotropika oleh dokter hanya boleh dilakukan dalam

keadaan menjalankan praktek terapi dan diberikan melalui suntikan, menolong

orang sakit dalam keadaan darurat dan menjalankan tugas di daerah terpencil yang

tidak ada apotek. Psikotropika hanya dapat diserahkan oleh apotek dengan adanya

resep dokter.

d. Pelaporan

Apotek wajib membuat dan menyimpan catatan kegiatan yang berhubungan

dengan psikotropika dan melaporkan kepada Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten

setempat setiap satu bulan sekali, paling lambat tanggal 10, dengan tembusan

kepada Balai Besar POM atau Balai POM setempat.

e. Pemusnahan

Pada pemusnahan psikotropika, Apoteker wajib membuat berita acara dan

disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk dalam tujuh hari setelah mendapat

kepastian. Menurut pasal 53 Undang-Undang No. 5 Tahun 1997, pemusnahan

psikotropika dilakukan apabila berkaitan dengan tindak pidana, psikotropika yang

diproduksi tidak memenuhi standar dan persyaratan bahan baku yang berlaku,

kadaluarsa, serta tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan

kesehatan dan/ atau pengembangan ilmu pengetahuan. Pemusnahan psikotropika

dilakukan dengan pembuatan berita acara yang sekurang-kurangnya memuat

tempat dan waktu pemusnahan; nama pemegang izin khusus; nama, jenis, dan

jumlah psikotropika yang dimusnahkan; cara pemusnahan; tanda tangan dan

identitas lengkap penanggung jawab apotek dan saksi-saksi pemusnahan.

Tujuan pengaturan di bidang psikotropika adalah untuk menjamin

ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu

pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika dan

memberantas peredaran gelap psikotropika.

2.10.2.3 Narkotika (Undang-Undang No. 35 Tahun 2009)

Definisi narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau

bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

20

Universitas Indonesia

penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika

dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:

a. Narkotika golongan I

Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat

tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh narkotika golongan ini adalah

heroin, kokain, ganja, dan obat-obat psikotropika golongan I dan II.

b. Narkotika golongan II

Narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan

dapat digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.

Contoh narkotika golongan ini adalah morfin, petidin, dan metadon.

c. Narkotika golongan III

Narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi

dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi

ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh narkotika golongan ini adalah

kodein.

Pengaturan narkotika dalam Undang-Undang nomor 35 tahun 2009

meliputi segala bentuk kegiatan dan/atau perbuatan yang berhubungan dengan

narkotika dan prekursor narkotika. Peraturan ini perlu dilakukan dengan tujuan

untuk:

a. Menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan

dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;

b. Mencegah, melindungi, dan menyelamatkan Bangsa Indonesia dari

penyalahgunaan narkotika;

c. Memberantas peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika; dan

d. Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi penyalah guna

dan pecandu narkotika.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

21

Universitas Indonesia

Pengelolaan narkotika di apotek adalah sebagai berikut :

a. Pemesanan

Pemesanan narkotika hanya dapat dilakukan di Pedagang Besar Farmasi

(PBF) Kimia Farma dengan menggunakan Surat Pesanan Narkotika yang

ditandatangani oleh APA, dilengkapi nama jelas, nomor SIK, dan stempel apotek.

Satu lembar surat pesanan hanya dapat digunakan untuk memesan satu macam

narkotika. Surat pesanan tersebut terdiri dari empat rangkap yang masing-masing

akan diserahkan ke BPOM, Suku Dinas Kesehatan, distributor, dan untuk arsip

apotek.

b. Penerimaan dan Penyimpanan

Penerimaan narkotika dilakukan oleh APA atau AA yang mempunyai SIK

dengan menandatangani faktur, mencantumkan nama jelas, nomor SIA, dan

stempel apotek (Kemenkes RI, 1978). Apotek harus mempunyai tempat khusus

yang dikunci dengan baik untuk menyimpan narkotika. Tempat penyimpanan

narkotika di apotek harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.

2. Harus mempunyai kunci yang kuat.

3. Dibagi dua, masing-masing dengan kunci yang berlainan; bagian pertama

dipergunakan untuk menyimpan morfin, petidin, dan garam-garamnya serta

persediaan narkotika; bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika

lainnya yang dipakai sehari-hari.

4. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari

40x80x100 cm, maka lemari tersebut harus dibaut pada tembok atau lantai.

5. Lemari khusus tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain selain

narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan.

6. Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh penanggung jawab atau

pegawai lain yang dikuasakan.

7. Lemari khusus harus ditempatkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh

umum.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

22

Universitas Indonesia

c. Pelayanan resep

Menurut Undang-Undang No. 35 Tahun 2009, disebutkan bahwa narkotika

hanya dapat diserahkan kepada pasien untuk pengobatan penyakit berdasarkan

resep dokter. Selain itu, berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jenderal

Pengawasan Obat dan Makanan (sekarang Badan POM) No. 336/E/SE/1997

disebutkan bahwa apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung

narkotika. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum sama

sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya

boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli. Salinan resep dari

narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Dengan demikian

dokter tidak boleh menambahkan tulisan iter pada resep-resep yang mengandung

narkotika.

d. Pelaporan

Apotek berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan bulanan yang

ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nomor SIK, SIA, nama jelas dan

stempel apotek. Laporan tersebut terdiri dari laporan penggunaan bahan baku

narkotika, laporan penggunaan sediaan jadi narkotika, dan laporan khusus

pengunaan morfin, petidin dan derivatnya. Laporan penggunaan narkotika ini

harus dilaporkan setiap bulan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya yang

ditujukan kepada Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten setempat dengan tembusan

Balai Besar POM/Balai POM dan berkas untuk disimpan sebagai arsip.

e. Pemusnahan

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 28/Menkes/Per/I/1978

pasal 9 mengenai pemusnahan narkotika, APA dapat memusnahkan narkotika

yang rusak, kadaluarsa, dan tidak memenuhi syarat untuk digunakan dalam

pelayanan kesehatan dan/ atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Pemusnahan narkotika dilakukan dengan pembuatan berita acara yang sekurang-

kurangnya memuat: tempat dan waktu (jam, hari, bulan, dan tahun); nama

pemegang izin khusus, APA atau dokter pemilik narkotika; nama, jenis, dan

jumlah narkotika yang dimusnahkan; cara pemusnahan; tanda tangan dan identitas

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

23

Universitas Indonesia

lengkap penanggung jawab apotek dan saksi-saksi pemusnahan. Berita acara

pemusnahan narkotika tersebut dikirimkan kepada Suku Dinas Pelayanan

Kesehatan setempat dengan tembusan kepada Balai Besar POM setempat.

2.10.3 Obat Wajib Apotek

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 347/MENKES/SK/

VII/1990, Obat Wajib Apotek (OWA) adalah obat keras yang dapat

diserahkan tanpa resep dokter oleh Apoteker di apotek. OWA bertujuan untuk

pelaksanaan swamedikasi di apotek. Swamedikasi adalah pelayanan farmasi yang

memberikan kesempatan kepada pasien untuk memilih sendiri tindakan

pengobatan berdasarkan penyakit yang diderita dengan bantuan rekomendasi dari

apoteker. Obat-obat yang digunakan untuk pelaksanaan swamedikasi meliputi

obat bebas, obat bebas terbatas, dan OWA. Swamedikasi bertujuan untuk:

a. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya sendiri guna

mengatasi masalah kesehatan dengan ditunjang melalui sarana yang dapat

meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman, dan rasional.

b. Meningkatkan peran apoteker di apotek dalam pelayanan KIE (Komunikasi,

Informasi dan Edukasi) serta pelayanan obat kepada masyarakat.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 919/MENKES/PER/X/1993,

obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter harus memenuhi kriteria sebagai

berikut:

a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di

bawah usia dua tahun, dan orang tua di atas 65 tahun.

b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada

kelanjutan penyakit.

c. Penggunaan tidak memerlukan cara dan/atau alat khusus yang harus

dilakukan oleh tenaga kesehatan.

d. Penggunaan diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di

Indonesia.

e. Obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat

dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

24

Universitas Indonesia

Dalam melayani pasien yang memerlukan OWA, Apoteker di apotek

diwajibkan untuk :

a. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien yang

disebutkan dalam OWA yang bersangkutan.

b. Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan.

c. Memberikan informasi, meliputi dosis dan aturan pakainya, kontraindikasi,

efek samping dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien.

2.11 Pengelolaan Apotek

Sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku, apotek harus dikelola

oleh seorang Apoteker yang profesional. Dalam mengelola apotek, Apoteker

harus memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik,

mengambil keputusan yang tepat, kemampuan berkomunikasi antar profesi,

menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisiplin, kemampuan

mengelola sumber daya manusia secara efektif, selalu belajar sepanjang karir, dan

membantu memberikan pendidikan dan peluang untuk meningkatkan

pengetahuan.

Pengelolaan apotek dapat dibedakan atas pengelolaan teknis farmasi dan

non teknis farmasi. Sebagai pengelola teknis farmasi, APA bertanggung jawab

mengawasi pelayanan resep, mengawasi mutu obat yang dijual, memberikan

pelayanan informasi obat dan membuat laporan mengenai penggunaan obat-obat

khusus (narkotika dan psikotropika). Adapun sebagai pengelola non teknis

farmasi, seorang APA bertanggung jawab terhadap semua kegiatan administrasi,

keuangan, dan bidang lain yang berhubungan dengan apotek.

Pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya

dilakukan sesuai ketentuan perundangan yang berlaku meliputi: perencanaan,

pengadaan, penyimpanan, administrasi, dan pelayanan.

2.11.1 Perencanaan

Kegiatan perencanaan meliputi penyusunan rencana keperluan yang tepat,

mencegah terjadinya kekurangan dan sedapat mungkin mencegah terjadinya

kelebihan perbekalan farmasi yang tersimpan lama dalam gudang. Banyaknya

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

25

Universitas Indonesia

jenis perbekalan farmasi yang dikelola mendorong diperlukannya suatu

perencanaan yang dilakukan secara cermat sehingga pengelolaan persediaan dapat

berjalan dengan efektif dan efisien. Dalam membuat perencanaan pengadaan

sediaan farmasi perlu diperhatikan pola penyakit, kemampuan masyarakat, dan

budaya masyarakat.

2.11.2 Pengadaan

Pengadaan perbekalan farmasi harus diterapkan sebaik mungkin agar

pengendalian, keamanan, dan jaminan mutu perbekalan farmasi dapat dilakukan

secara efektif dan efisien. Prinsip pengadaan tidak hanya sekedar membeli barang,

tetapi juga mengandung pengertian meminta kerja sama pemasok dalam

menyediakan barang yang diperlukan. Pengadaan harus sesuai dengan keperluan

yang direncanakan sebelumnya dan harus sesuai dengan kemampuan atau kondisi

keuangan yang ada. Sistem atau cara pengadaannya harus sesuai dengan ketentuan

yang berlaku.

2.11.3 Penyimpanan

Obat atau bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Ketika

isi harus dipindahkan ke dalam wadah lain, maka harus dicegah terjadinya

kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru yang memuat

sekurang-kurangnya nomor batch dan tanggal kadaluarsa. Semua bahan obat

harus disimpan pada kondisi yang sesuai untuk menjamin kestabilan bahan.

Penataan perbekalan farmasi perlu memperhatikan peraturan yang berlaku dan

kemudahan dalam melakukan kegiatan pelayanan serta memiliki nilai estetika.

Penataan sedemikan rupa pada desain lemari harus menjamin kebersihan dan

keamanan perbekalan farmasi senantiasa terjaga.

2.11.4 Administrasi

Dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di apotek, perlu dilaksanakan

kegiatan administrasi yang meliputi administrasi umum dan administrasi

pelayanan. Kegiatan administrasi umum meliputi pencacatan, pengarsipan,

pelaporan narkotika dan psikotropika, dan dokumentasi sesuai dengan ketentuan

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

26

Universitas Indonesia

yang berlaku. Administrasi pelayanan meliputi pengarsipan resep, pengarsipan

catatan pengobatan pasien dan pengarsipan hasil monitoring penggunaan obat.

2.11.5 Pelayanan

Pelayanan apotek diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

922/MenKes/Per/X/1993 pasal 14 sampai dengan pasal 22, dan perubahan

terhadap ketentuan pasal 19 dalam Peraturan tersebut ditetapkan dengan

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MenKes/SK/X/2002 pasal 19, yang

meliputi :

a. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter gigi, dan dokter hewan.

Pelayanan resep ini sepenuhnya atas tanggung jawab APA dan sesuai dengan

keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat (Pasal 12

ayat 1 dan 2);

b. Apoteker wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian

profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat (Pasal 15 ayat 1);

c. Apotek tidak diizinkan untuk mengganti obat generik yang ditulis dalam resep

dengan obat paten (Pasal 15 ayat 2);

d. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis dalam resep,

Apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter penulis resep untuk pemilihan

obat yang lebih tepat (Pasal 15 ayat 3);

Namun, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009 tentang

Pekerjaan Kefarmasian, apoteker dapat mengganti obat merek dagang dengan

obat generik yang sama komponen aktifnya/ obat merek dagang lain atas

persetujuan dokter dan/atau pasien.

e. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan

obat yang diserahkan secara tepat, aman, dan rasional atas permintaan

masyarakat (Pasal 15 ayat 4a dan 4b);

f. Apabila Apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau

penulisan resep yang tidak tepat, Apoteker harus memberitahukan kepada

dokter penulis resep. Apabila atas pertimbangan tertentu dokter penulis resep

tetap pada pendiriannya, dokter wajib melaksanakan secara tertulis atau

membubuhkan tanda tangan yang lazim di atas resep (Pasal 16 ayat 1 dan 2);

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

27

Universitas Indonesia

g. Salinan resep harus ditandatangani oleh Apoteker (Pasal 17 ayat 1);

h. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka

waktu tiga tahun (Pasal 17 ayat 2);

i. Resep dan salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis

resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas

kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan

yang berlaku (Pasal 17 ayat 3);

j. APA, apoteker pendamping, atau apoteker pengganti diijinkan untuk menjual

obat keras yang dinyatakan sebagai Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA) tanpa

resep. DOWA ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI (Pasal 18 ayat 1 dan 2);

k. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka Apotik, APA

harus menunjuk Apoteker pendamping (Pasal 19 ayat 1);

l. Apabila APA dan Apoteker Pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan

melakukan tugasnya, APA menunjuk Apoteker Pengganti (Pasal 19 ayat 2);

m. Penunjukan dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dan (2) harus dilaporkan

kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten /Kota dengan tembusan kepada

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi (Pasal 19 ayat 3);

n. Apoteker pendamping dan apoteker pengganti harus memenuhi persyaratan

seperti persyaratan yang ditetapkan untuk APA (Pasal 19 ayat 4);

o. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara

terus menerus, Surat Izin Apotek atas nama Apoteker bersangkutan dicabut

(Pasal 19 ayat 5);

p. APA turut bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan

Apoteker pendamping dan Apoteker pengganti dalam hal pengelolaan apotek

(Pasal 20);

q. Apoteker Pendamping yang dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1), bertanggung

jawab atas pelaksanaan tugas pelayanan kefarmasian selama yang

bersangkutan bertugas menggantikan APA (Pasal 21);

r. Dalam pelaksanaan pengelolaan apotek, APA dapat dibantu oleh Asisten

Apoteker (Pasal 22 ayat 1);

s. Asisten Apoteker melakukan pekerjaan kefarmasian di Apotek di bawah

pengawasan Apoteker (Pasal 22 ayat 2).

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

28

Universitas Indonesia

2.12 Pengadaan Persediaan Apotek (Quick, 1997; Seto, Yunita & Lily, 2004)

Pengadaan merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan perbekalan

farmasi berdasarkan fungsi perencanaan dan penganggaran. Tujuan pengadaan

yaitu untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan dalam jumlah yang

cukup dengan kualitas harga yang dapat dipertanggungjawabkan dalam waktu dan

tempat tertentu secara efektif dan efisien menurut tata cara dan ketentuan yang

berlaku.

Persyaratan yang perlu diperhatikan dalam fungsi pengadaan, yaitu:

a. Doematig, artinya sesuai tujuan atau rencana. Pengadaan harus sesuai

kebutuhan yang sudah direncanakam sebelumnya.

b. Rechtmatig, artinya sesuai hak atau kemampuan.

c. Wetmatig, artinya sistem atau cara pegadaannya harus sesuai dengan

ketentuan-ketentuan yang berlaku

Model pengadaan secara umum berdasarkan waktu adalah sebagai berikut:

a. Annual purchasing, yaitu pemesanan satu kali dalam satu tahun.

b. Scheduled purchasing, yaitu pemesanan secara periodik dalam waktu tertentu

misalnya mingguan, bulanan, dan sebagainya.

c. Perpetual purchasing, yaitu pemesanan dilakukan setiap kali tingkat

persediaan rendah.

d. Kombinasi antara annual purchasing, scheduled purchasing, dan perpetual

purchasing yaitu pengadaan dengan pemesanan yang bervariasi waktunya,

seperti cara ini dapat diterapkan tergantung dari jenis obat yang dipesan.

Misalnya obat impor yang mahal cukup dipesan sekali dalam setahun saja.

Obat-obatan yang termasuk slow moving dapat dipesan secara periodik setiap

tahun (scheduled purchasing), dan obat-obatan yang banyak diminati oleh

pembeli maka pemesanan dilakukan secara perpetual purchasing.

Setelah menentukan jenis pengadaan yang akan diterapkan berdasarkan

frekuensi dan waktu pemesanan maka pengadaan atau pembelian barang di apotek

dapat dilakukan dengan cara:

a. Pembelian kontan atau kredit

Pembelian kontan adalah pihak apotek langsung membayar harga obat

yang dibeli dari distributor, biasanya untuk apotek yang baru dibuka karena untuk

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

29

Universitas Indonesia

melakukan pembayaran kredit apotek harus menunjukkan kemampuannya dalam

menjual, sedangkan pembelian kredit adalah pembelian yang pembayarannya

sampai jatuh tempo.

b. Pembelian konsinyasi (kredit atau titipan obat)

Pembelian konsinyasi adalah titipan barang dari pemilik kepada apotek, di

mana apotek bertindak sebagai agen komisioner yang menerima komisi bila

barang tersebut terjual. Bila barang tersebut tidak terjual sampai batas waktu

kadaluarsa atau waktu yang telah disepakati maka barang tersebut dapat

dikembalikan pada pemiliknya.

2.13 Pengendalian Persediaan Apotek

Aktivitas pengendalian persediaan bertujuan untuk pengaturan persediaan

obat di apotek agar menjamin kelancaran pelayanan pasien di apotek secara

efektif dan efisien. Unsur dari pengendalian persediaan ini mencakup penentuan

cara pemesanan atau pengadaannya, menentukan jenis persediaan yang menjadi

prioritas pengadaan, hingga jumlah persediaan yang optimal dan yang harus ada

di apotek untuk menghindari kekosongan persediaan. Oleh karena itu,

pengelolaan dan pengendalian persediaan obat di apotek berfungsi untuk

memastikan pasien memperoleh obat yang diperlukan, mencegah risiko kualitas

barang yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan, dan mendapatkan

keuntungan dari pembelian dengan memilih distributor obat yang memberi harga

obat bersaing, pengiriman cepat, dan kualitas obat yang baik.

Salah satu cara untuk menentukan dan mengendalikan jenis persediaan

yang seharusnya dipesan adalah dengan melihat pergerakan keluar masuknya obat

dan mengidentifikasi jenis persediaan yang menjadi prioritas pemesanan. Metode

pengendalian persediaan dengan menyusun prioritas tersebut dapat dibuat

dilakukan dengan menggunakan metode sebagai berikut (Quick, 1997) :

a. Analisis VEN (Vital, Esensial, Non-esensial)

Pengendalian obat dengan memperhatikan kepentingan dan vitalitas obat

yang harus selalu tersedia untuk melayani permintaan untuk pengobatan. Vital

dalam analisis VEN maksudnya adalah obat untuk penyelamatan hidup manusia

atau untuk pengobatan karena penyakit yang mengakibatkan kematian. Pengadaan

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

30

Universitas Indonesia

obat golongan ini diprioritaskan. Contohnya adalah obat-obat hipertensi dan

diabetes. Obat esensial adalah obat yang banyak diminta untuk digunakan dalam

tindakan atau pengobatan penyakit terbanyak, yang resepnya sering datang ke

apotek. Dengan kata lain, obat-obat golongan ini adalah obat yang fast moving.

Obat non-esensial adalah obat pelengkap yang tidak banyak diminta dan tidak

esensial.

b. Analisis Pareto (ABC)

Analisis pareto disusun berdasarkan penggolongan persediaan yang

mempunyai nilai harga yang paling tinggi. Pareto membagi persediaan

berdasarkan atas nilai rupiah sehingga untuk mengendalikan persediaan barang

difokuskan pada item persediaan yang bernilai tinggi daripada yang bernilai

rendah. Kelas A merupakan persediaan yang memiliki volume rupiah yang tinggi.

Kelas ini mewakili sekitar 70% dari total nilai persediaan. Meskipun jumlahnya

hanya sekitar 20% dari seluruh ítem tetapi memiliki dampak biaya yang tinggi.

Kelas B merupakan persediaan yang memiliki volume rupiah yang menengah.

Kelas ini mewakili sekitar 20% dari total nilai persediaan, meskipun jumlahnya

hanya sekitar 30% dari seluruh item. Kelas C adalah persediaan yang memiliki

volume rupiah yang rendah. Kelas ini mewakili sekitar 10% dari total nilai

persediaan, tapi terdiri sekitar 50% dari seluruh item. Pengendalian persediaan

untuk kelas A dilakukan secara intensif, untuk kelas B dilakukan secara moderat,

dan kelas C dilakukan secara sederhana.

Analisis pareto dilakukan dengan menghitung nilai investasi dari tiap

sediaan obat dengan cara menghitung total investasi tiap jenis obat kemudian

mengelompokan berdasarkan nilai investasi dan diurutkan mulai dari nilai

investasi terbesar hingga terkecil. Kelompok A memiliki nilai investasi 70% dari

total investasi obat keseluruhan, kelompok B memiliki nilai investasi 20% dari

total investasi obat keseluruhan dan kelompok C memiliki nilai investasi 10% dari

total investasi obat keseluruhan.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

31

Universitas Indonesia

c. Analisis VEN-ABC

Mengkategorikan item berdasarkan volume dan nilai penggunaannya

selama periode waktu tertentu, biasanya 1 tahun. Analisis VEN-ABC

menggabungkan analisis pareto dan VEN dalam suatu matriks sehingga analisis

menjadi lebih tajam. Matriks dapat dibuat sebagai berikut:

V E N

A VA EA NA

B VB EB NB

C VC EC NC

Gambar 2.3 Matriks VEN - ABC

Matriks di atas dapat dijadikan dasar dalam menetapkan prioritas untuk

menyesuaikan anggaran atau perhatian dalam pengelolaan persediaan. Semua

obat vital dan esensial dalam kelompok A, B, dan C hendaknya disediakan, tetapi

kuantitasnya disesuaikan dengan kebutuhan konsumen apotek. Untuk obat non-

esensial dalam kelompok A tidak diprioritaskan, sedangkan kelompok B dan C

pengadaannya disesuaikan dengan kebutuhan.

2.14 Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

Pharmaceutical care (PC) seringkali diartikan sebagai Asuhan

Kefarmasian atau Pelayanan Kefarmasian. Pharmaceutical care adalah tanggung

jawab farmakoterapi dari seorang Apoteker untuk mencapai dampak tertentu

dalam meningkatkan kualitas hidup pasien. PC diimplementasikan dengan Good

Pharmacy Practice (Cara Praktek di Apotek yang Baik). Dengan demikian Good

Pharmacy Practice merupakan suatu pedoman yang digunakan untuk menjamin

bahwa layanan yang diberikan Apoteker kepada setiap pasien telah memenuhi

kualitas yang tepat. Pedoman tersebut perlu disusun secara nasional dengan

inisiatif dari organisasi profesi Apoteker dan pemerintah. Dengan adanya

pedoman tersebut diharapkan bahwa masyarakat dapat menggunakan obat-obatan

dan produk serta jasa kesehatan dengan lebih tepat sehingga tercapai tujuan terapi

yang diinginkan.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

32

Universitas Indonesia

Pelaksanaan Good Pharmacy Practice di farmasi komunitas adalah

sebagai berikut:

a. Melakukan serah terima obat kepada pasien atas resep dokter dengan beberapa

kriteria.

b. Melakukan pemilihan obat pada pasien dalam upaya pengobatan diri sendiri

(swamedikasi).

c. Memonitor kembali penggunaan obat oleh pasien akan tujuan yang optimal

melalui telepon atau kunjungan residensial.

d. Melakukan ceramah tentang kesehatan dan obat, memberdayakan masyarakat

tentang penggunaan obat yang baik dan upaya dalam pencegahan penyakit di

masyarakat.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004, standar pelayanan kefarmasian di apotek meliputi

peayanan resep, promosi dan edukasi, serta pelayanan residensial (home care).

1. Pelayanan Resep

a. Skrining resep

Apoteker melakukan skrining resep yang meliputi persyaratan

administratif, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis. Skrining terhadap

persyaratan administratif meliputi nama, SIP dan alamat dokter; tanggal penulisan

resep; tanda tangan/ paraf dokter penulis resep; nama, alamat, umur, jenis kelamin

dan berat badan pasien; nama obat, potensi, dosis dan jumlah yang minta; cara

pemakaian yang jelas; dan informasi lainnya. Skrining kesesuaian farmasetik

meliputi bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama

pemberian. Skrining pertimbangan klinis meliputi adanya alergi, efek samping,

interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). Jika ada keraguan

terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan

memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan

persetujuan setelah pemberitahuan.

b. Penyiapan obat

Penyiapan obat dimulai dengan peracikan. Peracikan merupakan kegiatan

menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas, dan memberikan etiket pada

wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

33

Universitas Indonesia

dengan memperhatikan dosis, jenis, dan jumlah obat, serta penulisan etiket yang

benar. Etiket harus jelas dan dapat dibaca. Obat hendaknya dikemas dengan rapi

dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya. Sebelum obat

diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian

antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh Apoteker disertai

pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien dan tenaga kesehatan.

Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas, dan mudah

dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada

pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat,

jangka waktu pengobatan, aktivitas, serta makanan dan minuman yang harus

dihindari selama terapi. Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan

farmasi, pengobatan, dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat

memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya

penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan

lainnya.

Untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskuler, diabetes, TBC,

asma, dan penyakit kronis lainnya, Apoteker harus memberikan konseling secara

berkelanjutan. Setelah penyerahan obat kepada pasien, Apoteker harus

melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu

seperti kardiovaskuler, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya.

2. Promosi dan Edukasi

Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, Apoteker harus berpartisipasi

secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi

informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet atau brosur, poster, penyuluhan,

dan lain-lainnya.

3. Pelayanan Residensial (Home Care)

Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan

kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia

dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini

Apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record).

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

34

Universitas Indonesia

2.14.1 Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)

Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) di bidang kefarmasian

merupakan rangkaian kegiatan interaksi positif antara Apoteker dengan pasien,

keluarga pasien, atau dengan tenaga kesehatan. Tujuannya adalah untuk

membangun hubungan dan kepercayaan dengan pasien, mendapatkan informasi

dari pasien, memberikan instruksi pada pasien yang berkaitan dengan obat, serta

untuk memberikan dukungan maupun semangat kepada pasien supaya

penyakitnya cepat sembuh.

Konseling dan informasi yang diberikan berupa informasi mengenai efek

samping, dosis, cara penggunaan, interaksi obat, harga obat, dan lain-lain.

Seorang Apoteker harus dapat menyarankan pengobatan yang rasional dan dapat

memberikan alternatif pengobatan lain yang lebih aman dan efektif. Latar

belakang perlunya KIE adalah sebagai berikut:

1. Ketidakpatuhan pasien

Berbagai macam penyebab ketidakpatuhan antara lain status ekonomi

pasien maupun adanya interaksi antara pasien dengan tenaga kesehatan yang

kurang baik. Ketidakpatuhan ini dapat terjadi dalam bentuk resep tidak ditebus

oleh pasien, resep yang lama tidak ditebus kembali, atau dosis yang tidak efektif

membuat pasien menggandakan dosis sendiri.

2. Penggunaan obat yang tidak rasional

Hal ini dapat berupa obat tidak tepat indikasi, tidak tepat pasien, jenis

obat, dosis, rute pemberian, waktu pemberian, durasi pemberian dan obat tidak

terjangkau oleh pasien.

3. Penggunaan obat yang tidak benar

Hal ini lebih ditekankan pada teknik penggunaan obat oleh pasien.

Terdapat beberapa bentuk sediaan obat yang memerlukan teknik khusus dalam

penggunaannya agar lebih efektif, antara lain obat asma yang menggunakan

inhaler, suppositoria, dan obat tetes.

KIE dapat memberikan manfaat, baik bagi pasien, keluarga pasien, tenaga

kesehatan, maupun Apoteker. Beberapa manfaat tersebut, antara lain :

1. Bagi pasien, keluarga, atau tenaga kesehatan

a. Menurunkan kesalahan dalam menggunakan obat

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

35

Universitas Indonesia

b. Menurunkan ketidakpatuhan.

c. Menurunkan efek samping obat.

d. Menurunkan biaya pengobatan.

e. Meningkatkan pemahaman tentang penyakit.

f. Meningkatkan penggunaan obat yang rasional.

2. Bagi Apoteker

a. Meningkatkan citra profesi.

b. Meningkatkan kepuasan kerja.

c. Menarik customer.

2.14.2 Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Peranan terhadap keberadaan Apoteker di apotek dalam pemberian

informasi obat kepada pasien, dokter, maupun tenaga medis lainnya sangat

penting. Pelaksanaan PIO di apotek bertujuan untuk tercapainya penggunaan obat

yang rasional, yaitu tepat indikasi, tepat pasien, tepat regimen (dosis, cara, saat

dan lama pemberian), tepat obat, dan waspada efek samping. Informasi obat pada

pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian, cara penyimpanan obat,

jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus

dihindari selama terapi. Dalam memberikan informasi obat, seorang Apoteker

harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Mandiri, berarti Apoteker bebas dari segala bentuk keterikatan dengan pihak

lain sehingga menyebabkan informasi yang diberikan menjadi tidak objektif.

2. Objektif

3. Seimbang, berarti Apoteker dalam memberikan informasi harus melihat dari

berbagai sudut pandang yang mungkin berlawanan.

4. Ilmiah, berarti Apoteker dalam menyampaikan informasi harus berdasarkan

sumber data atau referensi yang dapat dipercaya.

5. Berorientasi pada pasien, berarti informasi yang disampaikan tidak hanya

mencakup informasi produk, seperti ketersediaan, kesetaraan generik,

melainkan juga mencakup informasi yang mempertimbangkan kondisi pasien.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

36

Universitas Indonesia

2.14.3 Konseling

Salah satu bentuk standar pelayanan kefarmasian yang dilakukan Apoteker

di apotek adalah pemberian konseling. Apoteker harus memberikan konseling

mengenai sediaan farmasi, pengobatan, dan perbekalan kesehatan lainnya,

sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau pasien dapat terhindar dari

bahaya penyalahgunaan atau penggunaan obat yang salah. Untuk penderita

penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis

lainnya, Apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan.

2.14.4 Swamedikasi

Swamedikasi adalah melakukan pengobatan mandiri tanpa melalui dokter

ketika sedang sakit. Umumnya, swamedikasi dilakukan untuk mengatasi

gangguan kesehatan ringan mulai dari batuk pilek, demam, sakit kepala, maag,

masalah pada kulit, hingga iritasi ringan pada mata. Konsep modern dari

swamedikasi adalah upaya pencegahan terhadap penyakit, dengan mengonsumsi

vitamin dan suplemen kesehatan atau suplemen makanan untuk meningkatkan

daya tahan tubuh.

Beberapa hal yang menjadi faktor berkembangnya swamedikasi di masyarakat

adalah :

1. Harga obat yang melambung tinggi dan biaya pelayanan kesehatan yang

semakin mahal mendorong masyarakat berinisiatif untuk mengobati dirinya

sendiri dengan obat-obatan yang tersedia di pasaran tanpa melalui konsultasi

dengan dokter. Biasanya penggunaan obat yang dipilih adalah kategori obat

OTC dan obat DOWA.

2. Pergeseran pola pengobatan dari kuratif rehabilitatif menjadi preventif

rehabilitatif. Penyebabnya adalah tingkat pengetahuan masyarakat yang

semakin tinggi; penghasilan per individu yang meningkat; teknologi informasi

semakin cepat, mudah, dan jelas; dan lain-lain. Untuk itu, upaya yang

dilakukan adalah pencegahan terhadap kemungkinan terserang penyakit,

sehingga obat-obatan yang dicari adalah obat-obat bebas dan suplemen

makanan atau suplemen kesehatan.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

37

Universitas Indonesia

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan swamedikasi,

antara lain :

1. Membaca secara teliti informasi yang tertera pada kemasan atau brosur di

dalam kemasan. Informasi yang diberikan meliputi komposisi zat

aktif,indikasi, kontraindikasi, efek samping, interaksi obat, dosis, dan cara

penggunaan.

2. Memilih obat dengan jenis kandungan zat aktif sesuai keperluan, misalnya

apabila gejala penyakit hanya batuk maka obat yang dipilih hanya mengatasi

batuk saja, tidak perlu obat penurun demam.

3. Penggunaan obat hanya jangka pendek (seminggu), jika gejala menetap atau

memburuk maka segera konsultasikan ke dokter.

4. Memperhatikan aturan pemakaian, bagaimana cara memakainya, berapa

jumlahnya, berapa kali sehari, dipakai sebelum atau sesudah makan atau

menjelang tidur, serta berapa lama pemakaiannya.

5. Perlu diperhatikan masalah kontraindikasi (pada keadaan mana obat tidak

boleh digunakan) dan bagaimana cara penyimpanan obat (obat disimpan

dimana dan apakah sisa obat yang disimpan dapat digunakan lagi.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

BAB 3

TINJAUAN KHUSUS APOTEK ATRIKA

3.1 Sejarah dan Lokasi

Apotek Atrika didirikan pada tanggal 21 Juli 2001 dengan nomor SIA

1387.01/KANWIL/SIA/01/0. Apotek ini merupakan apotek kerjasama dengan

Pemilik Sarana Apotek (PSA) Atrika yaitu Bapak Winardi Hendrayanta. Sebagai

Apoteker Pengelola Apotek (APA) Atrika adalah Bapak Dr. Harmita, Apt.

Apotek Atrika terletak di Jalan Kartini Raya No. 34 Jakarta Pusat yang

merupakan kawasan pemukiman penduduk. Apotek Atrika terletak di tepi jalan

yang mudah dijangkau oleh kendaraan dan dilalui oleh angkutan umum serta

merupakan jalan dua arah dengan badan jalan yang tidak terlalu lebar. Di sekitar

apotek terdapat banyak praktek dokter umum, dokter spesialis, dan dokter hewan.

Peta lokasi Apotek Atrika dapat dilihat pada Lampiran 1. Apotek Atrika buka dari

hari Senin hingga Sabtu, mulai pukul 08.00 sampai 22.00 WIB, kecuali untuk hari

Sabtu hanya sampai pukul 17.00 WIB, sedangkan hari Minggu dan hari libur

nasional tutup.

3.2 Tata Ruang

Bagian depan Apotek Atrika memiliki halaman yang dapat digunakan

sebagai tempat parkir. Bangunan Apotek Atrika terbagi menjadi dua bagian, yaitu

ruang depan dan ruang dalam. Ruang depan terdiri dari ruang tunggu, kasir,

tempat penerimaan resep sekaligus tempat penyerahan obat, dan etalase untuk

obat OTC. Ruang dalam terdiri atas ruang racik yang dikelilingi lemari untuk obat

ethical, kamar mandi, dan tempat pencucian atau wastafel. Gambar denah Apotek

Atrika dapat dilihat pada Lampiran 2.

Penyusunan obat dilakukan berdasarkan susunan abjad dan disesuaikan

berdasarkan jenis sediaannya. Sediaan yang terdapat di Apotek Atrika dibagi

menjadi tiga, yaitu sediaan oral padat (tablet, kapsul), sediaan oral cair (sirup,

suspensi), dan sediaan topikal (salep, krim, suppositoria, obat tetes mata, obat

tetes telinga, dan sebagainya). Selain itu, juga terdapat lemari terpisah untuk

38 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

39

Universitas indonesia

menyimpan obat generik, obat golongan narkotika, psikotropika, dan obat yang

telah mendekati waktu kadaluarsa.

3.3 Struktur Organisasi

Pembentukan struktur organisasi dan pembagian tugas serta wewenang

tiap jabatan dilakukan oleh APA. Seorang APA harus dapat memprediksi dan

membentuk struktur organisasi apotek, disertai dengan uraian fungsi dan tugas,

wewenang dan tanggung jawabnya. APA harus mengetahui kegiatan apa saja

yang akan dilakukan dan tipe orang yang bagaimana yang dapat melaksanakan

fungsi kegiatan tersebut sehingga apotek dapat beroperasional sesuai rencana.

Apotek Atrika mempunyai beberapa orang karyawan dengan rincian

sebagai berikut:

a. Tenaga teknis farmasi, yaitu:

Pemilik Sarana Apotek : 1 orang

Apoteker Pengelola Apotek : 1 orang

Apoteker Pendamping : 1 orang

Asisten Apoteker : 2 orang

Juru resep : 1 orang

b. Tenaga non teknis farmasi, yaitu:

Tenaga keuangan dan kasir : 2 orang

Pesuruh : 2 orang

Kurir : 5 orang

3.4 Tugas dan Fungsi Jabatan

3.4.1 Apoteker Pengelola Apotek (APA)

Tugas dan tanggung jawab APA adalah sebagai berikut:

a. Menyelenggarakan pelayanan kefarmasian yang sesuai dengan fungsinya

(apotek sebagai tempat pengabdian profesi) dan memenuhi segala kebutuhan

perundang-undangan di bidang perapotekan yang berlaku.

b. Memimpin seluruh kegiatan manajerial apotek termasuk mengkoordinasikan

dan mengawasi dinas kerja karyawan lainnya antara lain mengatur daftar

giliran kerja, menetapkan pembagian beban kerja, dan tanggung jawab masing-

masing karyawan.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

40

Universitas indonesia

c. Secara aktif berusaha sesuai dengan bidang tugasnya untuk meningkatkan

omset penjualan dan mengembangkan hasil usaha apotek dengan

mempertimbangkan masukan dari karyawan lainnya untuk perbaikan

pelayanan dan kemajuan apotek.

d. Melayani permintaan obat bebas dan resep dokter, mulai dari penerimaan

resep, menyiapkan obat, meracik, menulis etiket, mengemas, sampai dengan

menyerahkan obat.

e. Memberikan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada pasien untuk mendukung

penggunaan obat yang rasional. Dalam hal ini Apoteker harus memberikan

informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis,

bijaksana, dan terkini.

f. Melaksanakan pelayanan swamedikasi.

g. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi

bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama pasien

kemudian menyerahkan obat kepada pasien dan memberikan informasi tentang

penggunaan obat tersebut serta informasi tambahan lain yang diperlukan.

h. Membuat salinan resep dan kuintasi bila dibutuhkan.

i. Mengatur dan mengawasi pengamanan hasil penjualan tunai harian.

j. Bertanggung jawab atas pengadaan obat, terutama obat-obat golongan

narkotika dan psikotropika.

3.4.2 Apoteker Pendamping

Tugas dan tanggung jawab Apoteker Pendamping adalah sebagai berikut:

a. Melaksanakan tugas dan tanggung jawab APA ketika APA sedang tidak berada

di tempat.

b. Menjamin penyampaian informasi obat kepada pasien.

c. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi

bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nama pasien, dan cara pakainya.

d. Mencatat dan menghitung bon penjualan kredit untuk resep-resep kredit.

e. Bertanggung jawab atas pengadaan obat.

3.4.3 Asisten Apoteker

Tugas dan fungsi Asisten Apoteker adalah sebagai berikut:

a. Melakukan pendataan kebutuhan barang.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

41

Universitas indonesia

b. Mengatur, mengontrol, dan menyusun obat pada tempat penyimpanan obat di

ruang peracikan.

c. Melayani permintaan obat bebas dan resep dokter, mulai dari penerimaan

resep, menyiapkan obat, meracik, menulis etiket, mengemas, sampai dengan

menyerahkankan obat.

d. Memberi harga untuk resep-resep yang masuk dan memeriksa kelengkapan

resep.

e. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi

bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama pasien

kemudian menyerahkan obat kepada pasien dan memberikan informasi tentang

penggunaan obat tersebut serta informasi tambahan lain yang diperlukan.

f. Mencatat keluar masuk barang.

g. Melakukan pengecekan terhadap obat-obat yang mempunyai kadaluarsa.

h. Menyusun daftar masuknya barang dan menandatangani faktur obat yang

masuk setiap harinya.

i. Mencatat penerimaan uang setelah dihitung terlebih dahulu, begitu juga dengan

pengeluaran yang harus dilengkapi dengan kuitansi, nota dan tanda setoran

yang sudah diparaf APA atau karyawan yang ditunjuk.

3.4.4 Juru Resep

Tenaga yang membantu Asisten Apoteker dalam meracik obat di apotek

adalah juru resep. Tugas dan kewajiban juru resep adalah:

a. Membantu tugas Apoteker dan Asisten Apoteker dalam penyediaan atau

pembuatan obat jadi maupun obat racikan.

b. Menyiapkan dan membersihkan alat-alat peracikan serta melaporkan hasil

sediaan yang sudah jadi kepada Asisten Apoteker.

c. Membuat obat-obat racikan standar di bawah pengawasan Asisten Apoteker.

d. Menjaga kebersihan apotek.

3.4.5 Kasir

Tugas dan tanggung jawab kasir adalah sebagai berikut:

a. Menerima pembayaran tunai maupun dengan kartu kredit.

b. Menerima barang masuk.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

42

Universitas indonesia

c. Memberi harga untuk resep-resep yang masuk.

d. Melayani penjualan obat bebas dan bebas terbatas.

e. Mencatat, menghitung, dan menyimpan uang hasil penjualan.

f. Menyetor uang hasil penjualan ke bagian keuangan.

g. Bertanggung jawab terhadap kesesuaian uang yang masuk dengan penjualan.

3.4.6 Keuangan

Tugas dan kewajiban bagian keuangan adalah sebagai berikut:

a. Bertanggung jawab terhadap kondisi aliran kas yang terjadi.

b. Menerima uang yang disetor oleh kurir dan penjualan obat tunai, baik obat

bebas dan bebas terbatas maupun penjualan obat dengan resep.

c. Mengeluarkan uang yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan operasional

apotek, seperti listrik dan telepon.

d. Menyimpan bukti pembayaran dan pembelian barang, serta bukti pertukaran

faktur dengan PBF.

3.4.7 Pesuruh

Tugas dan tanggung jawab pesuruh adalah sebagai berikut:

a. Menjaga kebersihan apotek.

b. Menjamin kerapian apotek.

c. Membantu petugas apotek lain yang memerlukan bantuan non-teknis

kefarmasian.

3.4.8 Kurir

Tugas dari seorang kurir adalah sebagai berikut:

a. Mengantar obat dan sediaan farmasi untuk pelayanan pesan antar.

b. Menjamin obat yang tepat sampai kepada pasien yang tepat.

c. Menerima uang hasil pembayaran obat.

3.5 Kegiatan di Apotek Atrika

Tenaga kerja Apotek Atrika bekerja secara bergantian berdasarkan jam

kerja yang telah dibagi menjadi dua shift, yaitu shift I pukul 08.00-16.00 dan shift

II pukul 16.00-22.00. Apotek Atrika buka hari Senin sampai Jumat mulai pukul

08.00-22.00 WIB, hari Sabtu pukul 08.00-17.00, sedangkan hari Minggu dan hari

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

43

Universitas indonesia

libur nasional tutup. Kegiatan yang dilakukan di Apotek Atrika dikelompokkan

menjadi dua bidang, yaitu kegiatan di bidang teknis kefarmasian dan kegiatan

non-teknis kefarmasian.

3.5.1 Kegiatan Teknis Kefarmasian

3.5.1.1 Pengelolaan Perbekalan Farmasi

a. Pengadaan Barang

APA merupakan orang yang bertanggung jawab dalam pengadaan

perbekalan farmasi, tetapi untuk menjaga kelancaran dan ketepatan persediaan

barang, Asisten Apoteker dapat melakukan pengadaan barang untuk keperluan

mendesak yang dilakukan pada pagi hari dengan surat pesanan sementara yang

diparaf oleh Asisten Apoteker. Pengadaan barang di Apotek Atrika, baik jenis

maupun jumlah barang disesuaikan dengan kondisi keuangan dan kategori arus

barang fast moving atau slow moving. Pengadaan juga didasarkan pada obat-obat

yang banyak diresepkan oleh dokter yang praktek di sekitar apotek.

Pengadaan barang bisa dilakukan dengan cara konsinyasi, COD (cash

order delivery), atau kredit. Konsinyasi adalah penitipan barang dari distributor

kepada apotek, di mana apotek bertindak sebagai agen komisioner yang menerima

komisi bila barang terjual, bila tidak terjual barang tersebut dapat dikembalikan.

Biasanya konsinyasi dilakukan untuk obat-obat baru yang belum dijual di apotek,

di mana sedang dalam masa promosi, sementara pembayaran dilakukan hanya

terhadap barang yang telah terjual. COD adalah pembelian barang di mana

pembayaran dilakukan secara langsung pada saat barang datang, sedangkan

pembayaran yang dilakukan secara kredit dilakukan setelah jatuh tempo.

b. Pemesanan Barang

Berdasarkan buku defekta, pemesanan dilakukan kepada PBF dan

menggunakan surat pesanan langsung kepada salesman atau melalui telepon.

c. Penerimaan Barang

Asisten Apoteker memeriksa barang yang diterima berdasarkan surat

pesanan dan faktur, baik kuantitas maupun kualitas (tanggal kadaluarsa, keadaan

fisik barang, kode produksi/bets dan lain-lain). Apabila barang yang diterima

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

44

Universitas indonesia

sesuai dengan surat pesanan, maka petugas selanjutnya menandatangani dan

memberi stempel apotek pada faktur. Selanjutnya, faktur asli diserahkan kembali

ke PBF dan salinan faktur disimpan di apotek sebanyak dua lembar. Pembelian

dicatat dalam buku pembelian yang berisi tanggal pembelian, nama PBF, no.

faktur, nama dan jumlah barang yang diterima, tanggal kadaluarsa, harga satuan,

potongan harga, dan harga total. Jumlah barang yang diterima kemudian

ditambahkan ke dalam kartu stok besar dan kartu stok kecil. Bila terjadi

perubahan harga barang maka perubahan harga dicatat di buku perubahan harga

kemudian juga di buku daftar harga barang dan komputer kasir.

d. Penyimpanan Barang

Apotek Atrika melakukan penyimpanan barang berdasarkan bentuk

sediaan obat dan menurut abjad, baik untuk obat ethical, maupun untuk obat OTC.

Obat disusun berdasarkan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First

Expired First Out), di mana obat yang memiliki tanggal kadaluarsa terlebih

dahulu diletakkan di bagian yang paling depan dan/ atau paling atas, agar keluar

terlebih dahulu. Selain itu, terdapat juga lemari khusus untuk menyimpan barang-

barang yang mendekati waktu kadaluarsa. Penyimpanan narkotika dilakukan di

lemari khusus yang menempel di dinding dan kunci lemari tersebut disimpan oleh

Apoteker Pendamping.

e. Pengeluaran Barang

Apotek Atrika melakukan pengeluaran barang dengan sistem FEFO (First

Expired First Out), yaitu barang yang memiliki batas kadaluarsa lebih awal

dikeluarkan terlebih dahulu. Barang yang keluar dari penjualan bebas dicatat pada

buku penjualan barang bebas (OTC), sedangkan barang yang keluar dari

penjualan resep dicatat pada buku resep.

f. Pemeriksaan dan Pencatatan Stok Barang

Kegiatan ini dilakukan setiap hari berdasarkan buku penjualan dan buku

resep. Jumlah barang yang ada dicocokkan dengan jumlah yang tertera pada kartu

stok kecil. Barang yang habis dicatat pada buku defekta untuk dilakukan

pemesanan.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

45

Universitas indonesia

g. Pembuatan Sediaan Standar (Anmaak)

Obat-obat yang dibuat oleh apotek berdasarkan resep-resep standar dalam

buku resmi untuk dijual bebas ataupun berdasarkan resep dokter disebut dengan

sediaan standar. Beberapa sediaan standar yang dibuat di Apotek Atrika adalah

minyak kayu putih, minyak telon, lisol, obat batuk putih, obat batuk hitam, obat

biang keringat, rivanol, salicyl spiritus, dan bedak salisilat. Sediaan standar ini

ditempatkan di rak obat bebas dan disusun berdasarkan abjad.

3.5.1.2 Pengelolaan Narkotika

a. Pengadaan Narkotika

Kegiatan ini telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Penerimaan narkotika dilakukan oleh Apoteker Pendamping atau Asisten

Apoteker yang memiliki SIK dan bukti penerimaannya diterima dan disimpan

oleh Apoteker Pengelola Apotek.

b. Penyimpanan Narkotika

Narkotika disimpan di dalam lemari khusus yang menempel di dinding dan

kuncinya dipegang oleh Apoteker Pendamping.

c. Pelayanan Narkotika

Pelayanan resep yang mengandung narkotika telah dilakukan sesuai

ketentuan yang berlaku. Setiap pengeluaran narkotika harus dicatat di kartu stok

dan diperiksa kesesuaian jumlahnya. Narkotika pada resep digaris bawah merah,

dan resepnya disimpan terpisah dari resep lain.

d. Pelaporan Narkotika

Laporan penggunaan narkotika dibuat setiap bulan dan dikirim ke Suku

Dinas Kesehatan Jakarta Pusat, paling lambat tanggal 10 setiap bulannya dengan

tembusan kepada Balai Besar POM dan untuk arsip.

3.5.1.3 Pengelolaan Psikotropika

a. Pengadaan Psikotropika

Pemesanan psikotropika dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

46

Universitas indonesia

b. Penyimpanan Psikotropika

Di Apotek Atrika, psikotropika disimpan dalam lemari khusus dan kunci

lemari dipegang oleh Apoteker Pendamping.

c. Pelayanan Psikotropika

Pelayanan resep prikotropika diserahkan atas dasar resep dokter dan

salinan resep. Resep yang mengandung psikotropika disimpan terpisah dari resep

lain.

d. Pelaporan Psikotropika

Laporan penggunaan psikotropika dibuat setiap bulan dan dikirimkan ke

Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat paling lambat setiap tanggal 10 setiap

bulannya dengan tembusan kepada balai Besar POM dan untuk arsip.

3.5.1.4 Pelayanan Apotek

a. Pelayanan Obat dengan Resep

Proses pelayanan obat dengan resep di Apotek Atrika dilakukan sesuai

dengan prinsip HTKP (Harga, Timbang, Kemas, Penyerahan). Asisten Apoteker

menerima resep dari pasien, kemudian dilakukan skrining resep dan diberi harga

pada huruf H dari HTKP berdasarkan harga yang terdapat pada komputer kasir.

Setelah itu, pada huruf H tersebut diberi paraf. Apabila resep berasal dari dokter

untuk dipakai sendiri atau pada keadaan tertentu lainnya, harga yang telah

dihitung kemudian dikurangi diskon sejumlah yang ditentukan. Pasien membayar

harga obat yang disetujui di kasir dan kasir mencatat alamat dan nomor telepon

pasien.

Resep kemudian dibawa ke bagian peracikan untuk dikerjakan oleh

Asisten Apoteker dan juru resep. Setelah semua bahan dalam resep ditimbang,

maka huruf T pada HTKP diberi paraf. Resep yang telah selesai dikerjakan dan

diberi etiket diperiksa oleh Apoteker atau Asisten Apoteker, kemudian huruf K

dari HTKP diberi paraf. Resep yang telah diperiksa kemudian diserahkan kepada

pasien. Apoteker atau Asisten Apoteker yang menyerahkan obat menyampaikan

informasi yang berkaitan dengan obat tersebut memberikan paraf pada huruf P

pada HTKP. Resep yang telah selesai dikumpulkan berdasarkan nomor urut resep

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

47

Universitas indonesia

per hari dan dicatat dalam buku resep. Pelayanan resep secara tunai sama dengan

pelayanan resep secara kredit, tetapi untuk pelayanan resep secara kredit, kuitansi

pembayarannya tidak diserahkan ke pasien tetapi disimpan untuk dilakukan

penagihan pada awal bulan berikutnya.

b. Pelayanan Obat Tanpa Resep

Apotek Atrika melakukan penjualan obat tanpa menggunakan resep dokter

(obat bebas, obat bebas terbatas, dan obat wajib apotek) dan penjualan sediaan

lain di luar obat-obatan. Pembayarannya dilakukan di kasir secara tunai kemudian

barang dan struk pembayaran diserahkan kepada pembeli.

3.5.2 Kegiatan Non-Teknis Kefarmasian

3.5.2.1 Kegiatan Administrasi

a. Administrasi Personalia

Apotek Atrika melakukan administrasi personalia yang berkaitan dengan

semua hal mengenai urusan pegawai yang meliputi absensi, gaji, hak cuti, dan

fasilitas lain yang berhubungan dengan pegawai.

b. Administrasi Umum

Apotek Atrika melakukan administrasi umum yang meliputi laporan

penggunaan bahan baku dan sediaan jadi narkotika, laporan penggunaan

psikotropika dan segala hal yang berhubungan dengan urusan administrasi.

c. Administrasi Penjualan

Apotek Atrika melakukan kegiatan administrasi penjualan dengan

melakukan pencatatan terhadap semua penjualan resep dan penjualan bebas secara

tunai. Pengaturan juga dilakukan terhadap harga jual yang dimasukkan ke dalam

buku daftar harga jual yang dijadikan sebagai acuan. Apabila terdapat perubahan

harga, maka harga yang tertera pada buku harga jual akan diubah.

d. Administrasi Pembelian

Apotek Atrika melakukan kegiatan administrasi pembelian dengan

melakukan pencatatan terhadap semua pembelian di buku pembelian dan

pengumpulan faktur-faktur berdasarkan debitur. Tanggal tukar faktur yang

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

48

Universitas indonesia

ditentukan oleh Apotek Atrika adalah setiap tanggal 5 dan 15, sedangkan tanggal

pembayaran akan ditentukan pada tanggal tukar faktur.

e. Administrasi Pajak

Apotek Atrika melakukan administrasi pajak dengan melakukan

pencatatan dan pengumpulan faktur pajak serta menghitung jumlah pajak yang

harus dibayarkan oleh apotek. Kegiatan administrasi pajak juga menangani pajak

lain yang harus dibayarkan oleh apotek, seperti pajak reklame.

f. Administrasi Pergudangan

Apotek Atrika melakukan administrasi pergudangan dengan melakukan

pencatatan pemasukan dan pengeluaran obat menggunakan kartu stok yang

tersedia untuk setiap obat sehingga dapat diketahui sisa persediaan.

g. Administrasi Piutang

Pengumpulan kuitansi piutang dilakukan terhadap penjualan kredit kepada

suatu badan sosial dan melakukan pencatatan apabila telah dilunasi.

3.5.2.2 Sistem Administrasi

Apotek Atrika memiliki sistem administrasi yang dikelola dengan baik,

dimulai dari perencanaan, pengadaan, pengelolaan, dan pelaporan barang yang

masuk dan keluar, pengelolaan ini dilakukan oleh Apoteker dan Asisten Apoteker

yang dibantu oleh karyawan administrasi. Kelengkapan administrasi di Apotek

Atrika meliputi:

a. Buku Defekta

Buku ini digunakan untuk mencatat daftar nama obat atau sediaan yang

telah habis atau hampir habis sehingga harus segera dipesan agar dapat memenuhi

kebutuhan di apotek. Dengan adanya buku ini, proses pemesanan menjadi lebih

cepat sehingga tersedianya barang di apotek dapat terkontrol dan terjamin dengan

baik.

b. Surat Pesanan (SP)

Surat ini digunakan untuk melakukan pemesanan barang ke PBF. Terdiri

dari 2 lembar, di mana 1 lembar pertama untuk diberikan kepada PBF dan lembar

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

49

Universitas indonesia

terakhir untuk keperluan arsip di apotek. Dalam surat pesanan terdapat tanggal

pemesanan, nama PBF yang ditunjuk, nomor dan nama barang, jumlah pesanan,

tanda tangan pemesanan, dan stempel apotek.

c. Buku Faktur

Berfungsi sebagai buku penerimaan barang, dalam buku ini tercantum

tanggal, nomor urut faktur, nama PBF, nomor faktur, jumlah barang, nama

barang, tanggal kadaluarsa, harga satuan, diskon, harga setelah potongan, dan

jumlah harga seluruh barang. Buku penerimaan barang depan dan barang dalam

dipisahkan.

d. Buku Perubahan Harga

Buku ini berfungsi untuk mencatat perubahan harga barang. Jika ada

perubahan harga barang, maka harga terkini barang tersebut dicatat di buku

perubahan harga, kemudian dilakukan perubahan harga barang pada buku daftar

harga, komputer kasir, dan juga dilakukan pemberitahuan pada Apotek Atrika

cabang.

e. Buku Daftar Harga

Buku ini berfungsi untuk mencatat harga barang untuk penjualan bebas

dan untuk penjualan resep. Pada buku ini tercantum nama obat dengan merek

dagang, generik, maupun bahan baku. Penyusunan nama obat berdasarkan abjad

dan dipisahkan antara obat dengan nama dagang dan generik.

f. Kartu Stok Besar

Kartu ini berfungsi untuk mencatat barang-barang yang masuk atau baru

dibeli. Kartu stok besar memuat tanggal penerimaan barang, jumlah barang, nama

PBF, nomor faktur, harga satuan, diskon, nomor batch, dan tanggal kadaluarsa.

g. Kartu Stok Kecil

Kartu ini berfungsi untuk mencatat jumlah barang yang keluar dan masuk

serta sisa stok barang di lemari. Kartu stok kecil memuat tanggal keluar/ masuk

barang, keterangan (nomor resep/penjualan untuk pengeluaran barang, tanggal

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

50

Universitas indonesia

kadaluarsa untuk pemasukan barang), jumlah yang masuk, jumlah yang keluar,

dan sisa stok barang pada lemari.

h. Buku Pemasukan Barang Dalam

Buku ini berfungsi untuk mencatat pemasukan obat-obat ethical. Di dalam

buku ini tercantum nama barang, jumlah barang dalam satuan terkecil, dan

tanggal kadaluarsa.

i. Buku Pemasukan Barang Luar

Buku ini berfungsi untuk mencatat pemasukan obat-obat OTC.

j. Buku Resep

Buku ini berfungsi untuk mencatat pengeluaran obat berdasarkan resep.

Buku ini memuat tanggal dibuatnya resep, nomor resep, nama obat, jumlah obat

serta bentuk dan jumlah sediaan yang dibuat.

k. Buku Penjualan Obat Bebas

Buku ini berfungsi untuk mencatat pengeluaran obat-obat bebas yang

memuat tanggal penjualan, nama obat, jumlah, dan harga obat.

l. Buku Pembelian dan Penggunaan Narkotika dan Psikotropika

Buku ini bertujuan untuk mencatat pemasukan dan pengeluaran golongan

narkotika dan psikotropika, yang mencantumkan nama obat, bulan, persediaan

awal, penambahan jumlah yang meliputi tanggal pembelian, jumlah, nama PBF,

pengurangan, dan sisa serta keterangan lain jika ada.

m. Buku Pengiriman Barang ke Cabang

Buku ini berfungsi untuk mencatat barang-barang yang dikirimkan ke

Apotek Atrika cabang. Terdapat buku berbeda untuk setiap cabang. Buku ini

memuat nama barang, jumlah barang, dan tanggal kadaluarsa.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

BAB 3

TINJAUAN KHUSUS APOTEK ATRIKA

3.1 Sejarah dan Lokasi

Apotek Atrika didirikan pada tanggal 21 Juli 2001 dengan nomor SIA

1387.01/KANWIL/SIA/01/0. Apotek ini merupakan apotek kerjasama dengan

Pemilik Sarana Apotek (PSA) Atrika yaitu Bapak Winardi Hendrayanta. Sebagai

Apoteker Pengelola Apotek (APA) Atrika adalah Bapak Dr. Harmita, Apt.

Apotek Atrika terletak di Jalan Kartini Raya No. 34 Jakarta Pusat yang

merupakan kawasan pemukiman penduduk. Apotek Atrika terletak di tepi jalan

yang mudah dijangkau oleh kendaraan dan dilalui oleh angkutan umum serta

merupakan jalan dua arah dengan badan jalan yang tidak terlalu lebar. Di sekitar

apotek terdapat banyak praktek dokter umum, dokter spesialis, dan dokter hewan.

Peta lokasi Apotek Atrika dapat dilihat pada Lampiran 1. Apotek Atrika buka dari

hari Senin hingga Sabtu, mulai pukul 08.00 sampai 22.00 WIB, kecuali untuk hari

Sabtu hanya sampai pukul 17.00 WIB, sedangkan hari Minggu dan hari libur

nasional tutup.

3.2 Tata Ruang

Bagian depan Apotek Atrika memiliki halaman yang dapat digunakan

sebagai tempat parkir. Bangunan Apotek Atrika terbagi menjadi dua bagian, yaitu

ruang depan dan ruang dalam. Ruang depan terdiri dari ruang tunggu, kasir,

tempat penerimaan resep sekaligus tempat penyerahan obat, dan etalase untuk

obat OTC. Ruang dalam terdiri atas ruang racik yang dikelilingi lemari untuk obat

ethical, kamar mandi, dan tempat pencucian atau wastafel. Gambar denah Apotek

Atrika dapat dilihat pada Lampiran 2.

Penyusunan obat dilakukan berdasarkan susunan abjad dan disesuaikan

berdasarkan jenis sediaannya. Sediaan yang terdapat di Apotek Atrika dibagi

menjadi tiga, yaitu sediaan oral padat (tablet, kapsul), sediaan oral cair (sirup,

suspensi), dan sediaan topikal (salep, krim, suppositoria, obat tetes mata, obat

tetes telinga, dan sebagainya). Selain itu, juga terdapat lemari terpisah untuk

38 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

39

Universitas Indonesia

menyimpan obat generik, obat golongan narkotika, psikotropika, dan obat yang

telah mendekati waktu kadaluarsa.

3.3 Struktur Organisasi

Pembentukan struktur organisasi dan pembagian tugas serta wewenang

tiap jabatan dilakukan oleh APA. Seorang APA harus dapat memprediksi dan

membentuk struktur organisasi apotek, disertai dengan uraian fungsi dan tugas,

wewenang dan tanggung jawabnya. APA harus mengetahui kegiatan apa saja

yang akan dilakukan dan tipe orang yang bagaimana yang dapat melaksanakan

fungsi kegiatan tersebut sehingga apotek dapat beroperasional sesuai rencana.

Apotek Atrika mempunyai beberapa orang karyawan dengan rincian

sebagai berikut:

a. Tenaga teknis farmasi, yaitu:

Pemilik Sarana Apotek : 1 orang

Apoteker Pengelola Apotek : 1 orang

Apoteker Pendamping : 1 orang

Asisten Apoteker : 2 orang

Juru resep : 1 orang

b. Tenaga non teknis farmasi, yaitu:

Tenaga keuangan dan kasir : 2 orang

Kurir : 1 orang

3.4 Tugas dan Fungsi Jabatan

3.4.1 Apoteker Pengelola Apotek (APA)

Tugas dan tanggung jawab APA adalah sebagai berikut:

a. Menyelenggarakan pelayanan kefarmasian yang sesuai dengan fungsinya

(apotek sebagai tempat pengabdian profesi) dan memenuhi segala kebutuhan

perundang-undangan di bidang perapotekan yang berlaku.

b. Memimpin seluruh kegiatan manajerial apotek termasuk mengkoordinasikan

dan mengawasi dinas kerja karyawan lainnya antara lain mengatur daftar

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

40

Universitas Indonesia

giliran kerja, menetapkan pembagian beban kerja, dan tanggung jawab masing-

masing karyawan.

c. Secara aktif berusaha sesuai dengan bidang tugasnya untuk meningkatkan

omset penjualan dan mengembangkan hasil usaha apotek dengan

mempertimbangkan masukan dari karyawan lainnya untuk perbaikan

pelayanan dan kemajuan apotek.

d. Melayani permintaan obat bebas dan resep dokter, mulai dari penerimaan

resep, menyiapkan obat, meracik, menulis etiket, mengemas, sampai dengan

menyerahkan obat.

e. Memberikan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada pasien untuk mendukung

penggunaan obat yang rasional. Dalam hal ini Apoteker harus memberikan

informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis,

bijaksana, dan terkini.

f. Melaksanakan pelayanan swamedikasi.

g. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi

bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama pasien

kemudian menyerahkan obat kepada pasien dan memberikan informasi tentang

penggunaan obat tersebut serta informasi tambahan lain yang diperlukan.

h. Membuat salinan resep dan kuintasi bila dibutuhkan.

i. Mengatur dan mengawasi pengamanan hasil penjualan tunai harian.

j. Bertanggung jawab atas pengadaan obat, terutama obat-obat golongan

narkotika dan psikotropika.

3.4.2 Apoteker Pendamping

Tugas dan tanggung jawab Apoteker Pendamping adalah sebagai berikut:

a. Melaksanakan tugas dan tanggung jawab APA ketika APA sedang tidak berada

di tempat.

b. Menjamin penyampaian informasi obat kepada pasien.

c. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi

bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nama pasien, dan cara pakainya.

d. Mencatat dan menghitung bon penjualan kredit untuk resep-resep kredit.

e. Bertanggung jawab atas pengadaan obat.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

41

Universitas Indonesia

3.4.3 Asisten Apoteker

Tugas dan fungsi Asisten Apoteker adalah sebagai berikut:

a. Melakukan pendataan kebutuhan barang.

b. Mengatur, mengontrol, dan menyusun obat pada tempat penyimpanan obat di

ruang peracikan.

c. Melayani permintaan obat bebas dan resep dokter, mulai dari penerimaan

resep, menyiapkan obat, meracik, menulis etiket, mengemas, sampai dengan

menyerahkankan obat.

d. Memberi harga untuk resep-resep yang masuk dan memeriksa kelengkapan

resep.

e. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi

bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama pasien

kemudian menyerahkan obat kepada pasien dan memberikan informasi tentang

penggunaan obat tersebut serta informasi tambahan lain yang diperlukan.

f. Mencatat keluar masuk barang.

g. Melakukan pengecekan terhadap obat-obat yang mempunyai kadaluarsa.

h. Menyusun daftar masuknya barang dan menandatangani faktur obat yang

masuk setiap harinya.

i. Mencatat penerimaan uang setelah dihitung terlebih dahulu, begitu juga dengan

pengeluaran yang harus dilengkapi dengan kuitansi, nota dan tanda setoran

yang sudah diparaf APA atau karyawan yang ditunjuk.

3.4.4 Juru Resep

Tenaga yang membantu Asisten Apoteker dalam meracik obat di apotek

adalah juru resep. Tugas dan kewajiban juru resep adalah:

a. Membantu tugas Apoteker dan Asisten Apoteker dalam penyediaan atau

pembuatan obat jadi maupun obat racikan.

b. Menyiapkan dan membersihkan alat-alat peracikan serta melaporkan hasil

sediaan yang sudah jadi kepada Asisten Apoteker.

c. Membuat obat-obat racikan standar di bawah pengawasan Asisten Apoteker.

d. Menjaga kebersihan apotek.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

42

Universitas Indonesia

3.4.5 Kasir

Tugas dan tanggung jawab kasir adalah sebagai berikut:

a. Menerima pembayaran tunai maupun dengan kartu kredit.

b. Menerima barang masuk.

c. Memberi harga untuk resep-resep yang masuk.

d. Melayani penjualan obat bebas dan bebas terbatas.

e. Mencatat, menghitung, dan menyimpan uang hasil penjualan.

f. Menyetor uang hasil penjualan ke bagian keuangan.

g. Bertanggung jawab terhadap kesesuaian uang yang masuk dengan penjualan.

3.4.6 Keuangan

Tugas dan kewajiban bagian keuangan adalah sebagai berikut:

a. Bertanggung jawab terhadap kondisi aliran kas yang terjadi.

b. Menerima uang yang disetor oleh kurir dan penjualan obat tunai, baik obat

bebas dan bebas terbatas maupun penjualan obat dengan resep.

c. Mengeluarkan uang yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan operasional

apotek, seperti listrik dan telepon.

d. Menyimpan bukti pembayaran dan pembelian barang, serta bukti pertukaran

faktur dengan PBF.

3.4.7 Pesuruh

Tugas dan tanggung jawab pesuruh adalah sebagai berikut:

a. Menjaga kebersihan apotek.

b. Menjamin kerapian apotek.

c. Membantu petugas apotek lain yang memerlukan bantuan non-teknis

kefarmasian.

3.4.8 Kurir

Tugas dari seorang kurir adalah sebagai berikut:

a. Mengantar obat dan sediaan farmasi untuk pelayanan pesan antar.

b. Menjamin obat yang tepat sampai kepada pasien yang tepat.

c. Menerima uang hasil pembayaran obat.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

43

Universitas Indonesia

3.5 Kegiatan di Apotek Atrika

Tenaga kerja Apotek Atrika bekerja secara bergantian berdasarkan jam

kerja yang telah dibagi menjadi dua shift, yaitu shift I pukul 08.00-16.00 dan shift

II pukul 16.00-22.00. Apotek Atrika buka hari Senin sampai Jumat mulai pukul

08.00-22.00 WIB, hari Sabtu pukul 08.00-17.00, sedangkan hari Minggu dan hari

libur nasional tutup. Kegiatan yang dilakukan di Apotek Atrika dikelompokkan

menjadi dua bidang, yaitu kegiatan di bidang teknis kefarmasian dan kegiatan

non-teknis kefarmasian.

3.5.1 Kegiatan Teknis Kefarmasian

3.5.1.1 Pengelolaan Perbekalan Farmasi

a. Pengadaan Barang

APA merupakan orang yang bertanggung jawab dalam pengadaan

perbekalan farmasi, tetapi untuk menjaga kelancaran dan ketepatan persediaan

barang, Asisten Apoteker dapat melakukan pengadaan barang untuk keperluan

mendesak yang dilakukan pada pagi hari dengan surat pesanan sementara yang

diparaf oleh Asisten Apoteker. Pengadaan barang di Apotek Atrika, baik jenis

maupun jumlah barang disesuaikan dengan kondisi keuangan dan kategori arus

barang fast moving atau slow moving. Pengadaan juga didasarkan pada obat-obat

yang banyak diresepkan oleh dokter yang praktek di sekitar apotek.

Pengadaan barang bisa dilakukan dengan cara konsinyasi, COD (cash

order delivery), atau kredit. Konsinyasi adalah penitipan barang dari distributor

kepada apotek, di mana apotek bertindak sebagai agen komisioner yang menerima

komisi bila barang terjual, bila tidak terjual barang tersebut dapat dikembalikan.

Biasanya konsinyasi dilakukan untuk obat-obat baru yang belum dijual di apotek,

di mana sedang dalam masa promosi, sementara pembayaran dilakukan hanya

terhadap barang yang telah terjual. COD adalah pembelian barang di mana

pembayaran dilakukan secara langsung pada saat barang datang, sedangkan

pembayaran yang dilakukan secara kredit dilakukan setelah jatuh tempo.

b. Pemesanan Barang

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

44

Universitas Indonesia

Berdasarkan buku defekta, pemesanan dilakukan kepada PBF dan

menggunakan surat pesanan langsung kepada salesman atau melalui telepon.

c. Penerimaan Barang

Asisten Apoteker memeriksa barang yang diterima berdasarkan surat

pesanan dan faktur, baik kuantitas maupun kualitas (tanggal kadaluarsa, keadaan

fisik barang, kode produksi/bets dan lain-lain). Apabila barang yang diterima

sesuai dengan surat pesanan, maka petugas selanjutnya menandatangani dan

memberi stempel apotek pada faktur. Selanjutnya, faktur asli diserahkan kembali

ke PBF dan salinan faktur disimpan di apotek sebanyak dua lembar. Pembelian

dicatat dalam buku pembelian yang berisi tanggal pembelian, nama PBF, no.

faktur, nama dan jumlah barang yang diterima, tanggal kadaluarsa, harga satuan,

potongan harga, dan harga total. Jumlah barang yang diterima kemudian

ditambahkan ke dalam kartu stok besar dan kartu stok kecil. Bila terjadi

perubahan harga barang maka perubahan harga dicatat di buku perubahan harga

kemudian juga di buku daftar harga barang dan komputer kasir.

d. Penyimpanan Barang

Apotek Atrika melakukan penyimpanan barang berdasarkan bentuk

sediaan obat dan menurut abjad, baik untuk obat ethical, maupun untuk obat OTC.

Obat disusun berdasarkan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First

Expired First Out), di mana obat yang memiliki tanggal kadaluarsa terlebih

dahulu diletakkan di bagian yang paling depan dan/ atau paling atas, agar keluar

terlebih dahulu. Selain itu, terdapat juga lemari khusus untuk menyimpan barang-

barang yang mendekati waktu kadaluarsa. Penyimpanan narkotika dilakukan di

lemari khusus yang menempel di dinding dan kunci lemari tersebut disimpan oleh

Apoteker Pendamping.

e. Pengeluaran Barang

Apotek Atrika melakukan pengeluaran barang dengan sistem FEFO (First

Expired First Out), yaitu barang yang memiliki batas kadaluarsa lebih awal

dikeluarkan terlebih dahulu. Barang yang keluar dari penjualan bebas dicatat pada

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

45

Universitas Indonesia

buku penjualan barang bebas (OTC), sedangkan barang yang keluar dari

penjualan resep dicatat pada buku resep.

f. Pemeriksaan dan Pencatatan Stok Barang

Kegiatan ini dilakukan setiap hari berdasarkan buku penjualan dan buku

resep. Jumlah barang yang ada dicocokkan dengan jumlah yang tertera pada kartu

stok kecil. Barang yang habis dicatat pada buku defekta untuk dilakukan

pemesanan.

g. Pembuatan Sediaan Standar (Anmaak)

Obat-obat yang dibuat oleh apotek berdasarkan resep-resep standar dalam

buku resmi untuk dijual bebas ataupun berdasarkan resep dokter disebut dengan

sediaan standar. Beberapa sediaan standar yang dibuat di Apotek Atrika adalah

minyak kayu putih, minyak telon, lisol, obat batuk putih, obat batuk hitam, obat

biang keringat, rivanol, salicyl spiritus, dan bedak salisilat. Sediaan standar ini

ditempatkan di rak obat bebas dan disusun berdasarkan abjad.

3.5.1.2 Pengelolaan Narkotika

a. Pengadaan Narkotika

Kegiatan ini telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Penerimaan narkotika dilakukan oleh Apoteker Pendamping atau Asisten

Apoteker yang memiliki SIK dan bukti penerimaannya diterima dan disimpan

oleh Apoteker Pengelola Apotek.

b. Penyimpanan Narkotika

Narkotika disimpan di dalam lemari khusus yang menempel di dinding dan

kuncinya dipegang oleh Apoteker Pendamping.

c. Pelayanan Narkotika

Pelayanan resep yang mengandung narkotika telah dilakukan sesuai

ketentuan yang berlaku. Setiap pengeluaran narkotika harus dicatat di kartu stok

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

46

Universitas Indonesia

dan diperiksa kesesuaian jumlahnya. Narkotika pada resep digaris bawah merah,

dan resepnya disimpan terpisah dari resep lain.

d. Pelaporan Narkotika

Laporan penggunaan narkotika dibuat setiap bulan dan dikirim ke Suku

Dinas Kesehatan Jakarta Pusat, paling lambat tanggal 10 setiap bulannya dengan

tembusan kepada Balai Besar POM dan untuk arsip.

3.5.1.3 Pengelolaan Psikotropika

a. Pengadaan Psikotropika

Pemesanan psikotropika dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. Penyimpanan Psikotropika

Di Apotek Atrika, psikotropika disimpan dalam lemari khusus dan kunci

lemari dipegang oleh Apoteker Pendamping.

c. Pelayanan Psikotropika

Pelayanan resep prikotropika diserahkan atas dasar resep dokter dan

salinan resep. Resep yang mengandung psikotropika disimpan terpisah dari resep

lain.

d. Pelaporan Psikotropika

Laporan penggunaan psikotropika dibuat setiap bulan dan dikirimkan ke

Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat paling lambat setiap tanggal 10 setiap

bulannya dengan tembusan kepada balai Besar POM dan untuk arsip.

3.5.1.4 Pelayanan Apotek

a. Pelayanan Obat dengan Resep

Proses pelayanan obat dengan resep di Apotek Atrika dilakukan sesuai

dengan prinsip HTKP (Harga, Timbang, Kemas, Penyerahan). Asisten Apoteker

menerima resep dari pasien, kemudian dilakukan skrining resep dan diberi harga

pada huruf H dari HTKP berdasarkan harga yang terdapat pada komputer kasir.

Setelah itu, pada huruf H tersebut diberi paraf. Apabila resep berasal dari dokter

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

47

Universitas Indonesia

untuk dipakai sendiri atau pada keadaan tertentu lainnya, harga yang telah

dihitung kemudian dikurangi diskon sejumlah yang ditentukan. Pasien membayar

harga obat yang disetujui di kasir dan kasir mencatat alamat dan nomor telepon

pasien.

Resep kemudian dibawa ke bagian peracikan untuk dikerjakan oleh

Asisten Apoteker dan juru resep. Setelah semua bahan dalam resep ditimbang,

maka huruf T pada HTKP diberi paraf. Resep yang telah selesai dikerjakan dan

diberi etiket diperiksa oleh Apoteker atau Asisten Apoteker, kemudian huruf K

dari HTKP diberi paraf. Resep yang telah diperiksa kemudian diserahkan kepada

pasien. Apoteker atau Asisten Apoteker yang menyerahkan obat menyampaikan

informasi yang berkaitan dengan obat tersebut memberikan paraf pada huruf P

pada HTKP. Resep yang telah selesai dikumpulkan berdasarkan nomor urut resep

per hari dan dicatat dalam buku resep. Pelayanan resep secara tunai sama dengan

pelayanan resep secara kredit, tetapi untuk pelayanan resep secara kredit, kuitansi

pembayarannya tidak diserahkan ke pasien tetapi disimpan untuk dilakukan

penagihan pada awal bulan berikutnya.

b. Pelayanan Obat Tanpa Resep

Apotek Atrika melakukan penjualan obat tanpa menggunakan resep dokter

(obat bebas, obat bebas terbatas, dan obat wajib apotek) dan penjualan sediaan

lain di luar obat-obatan. Pembayarannya dilakukan di kasir secara tunai kemudian

barang dan struk pembayaran diserahkan kepada pembeli.

3.5.2 Kegiatan Non-Teknis Kefarmasian

3.5.2.1 Kegiatan Administrasi

a. Administrasi Personalia

Apotek Atrika melakukan administrasi personalia yang berkaitan dengan

semua hal mengenai urusan pegawai yang meliputi absensi, gaji, hak cuti, dan

fasilitas lain yang berhubungan dengan pegawai.

b. Administrasi Umum

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

48

Universitas Indonesia

Apotek Atrika melakukan administrasi umum yang meliputi laporan

penggunaan bahan baku dan sediaan jadi narkotika, laporan penggunaan

psikotropika dan segala hal yang berhubungan dengan urusan administrasi.

c. Administrasi Penjualan

Apotek Atrika melakukan kegiatan administrasi penjualan dengan

melakukan pencatatan terhadap semua penjualan resep dan penjualan bebas secara

tunai. Pengaturan juga dilakukan terhadap harga jual yang dimasukkan ke dalam

buku daftar harga jual yang dijadikan sebagai acuan. Apabila terdapat perubahan

harga, maka harga yang tertera pada buku harga jual akan diubah.

d. Administrasi Pembelian

Apotek Atrika melakukan kegiatan administrasi pembelian dengan

melakukan pencatatan terhadap semua pembelian di buku pembelian dan

pengumpulan faktur-faktur berdasarkan debitur. Tanggal tukar faktur yang

ditentukan oleh Apotek Atrika adalah setiap tanggal 5 dan 15, sedangkan tanggal

pembayaran akan ditentukan pada tanggal tukar faktur.

e. Administrasi Pajak

Apotek Atrika melakukan administrasi pajak dengan melakukan

pencatatan dan pengumpulan faktur pajak serta menghitung jumlah pajak yang

harus dibayarkan oleh apotek. Kegiatan administrasi pajak juga menangani pajak

lain yang harus dibayarkan oleh apotek, seperti pajak reklame.

f. Administrasi Pergudangan

Apotek Atrika melakukan administrasi pergudangan dengan melakukan

pencatatan pemasukan dan pengeluaran obat menggunakan kartu stok yang

tersedia untuk setiap obat sehingga dapat diketahui sisa persediaan.

g. Administrasi Piutang

Pengumpulan kuitansi piutang dilakukan terhadap penjualan kredit kepada

suatu badan sosial dan melakukan pencatatan apabila telah dilunasi.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

49

Universitas Indonesia

3.5.2.2 Sistem Administrasi

Apotek Atrika memiliki sistem administrasi yang dikelola dengan baik,

dimulai dari perencanaan, pengadaan, pengelolaan, dan pelaporan barang yang

masuk dan keluar, pengelolaan ini dilakukan oleh Apoteker dan Asisten Apoteker

yang dibantu oleh karyawan administrasi. Kelengkapan administrasi di Apotek

Atrika meliputi:

a. Buku Defekta

Buku ini digunakan untuk mencatat daftar nama obat atau sediaan yang

telah habis atau hampir habis sehingga harus segera dipesan agar dapat memenuhi

kebutuhan di apotek. Dengan adanya buku ini, proses pemesanan menjadi lebih

cepat sehingga tersedianya barang di apotek dapat terkontrol dan terjamin dengan

baik.

b. Surat Pesanan (SP)

Surat ini digunakan untuk melakukan pemesanan barang ke PBF. Terdiri

dari 2 lembar, di mana 1 lembar pertama untuk diberikan kepada PBF dan lembar

terakhir untuk keperluan arsip di apotek. Dalam surat pesanan terdapat tanggal

pemesanan, nama PBF yang ditunjuk, nomor dan nama barang, jumlah pesanan,

tanda tangan pemesanan, dan stempel apotek.

c. Buku Faktur

Berfungsi sebagai buku penerimaan barang, dalam buku ini tercantum

tanggal, nomor urut faktur, nama PBF, nomor faktur, jumlah barang, nama

barang, tanggal kadaluarsa, harga satuan, diskon, harga setelah potongan, dan

jumlah harga seluruh barang. Buku penerimaan barang depan dan barang dalam

dipisahkan.

d. Buku Perubahan Harga

Buku ini berfungsi untuk mencatat perubahan harga barang. Jika ada

perubahan harga barang, maka harga terkini barang tersebut dicatat di buku

perubahan harga, kemudian dilakukan perubahan harga barang pada buku daftar

harga, komputer kasir, dan juga dilakukan pemberitahuan pada Apotek Atrika

cabang.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 108: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

50

Universitas Indonesia

e. Buku Daftar Harga

Buku ini berfungsi untuk mencatat harga barang untuk penjualan bebas

dan untuk penjualan resep. Pada buku ini tercantum nama obat dengan merek

dagang, generik, maupun bahan baku. Penyusunan nama obat berdasarkan abjad

dan dipisahkan antara obat dengan nama dagang dan generik.

f. Kartu Stok Besar

Kartu ini berfungsi untuk mencatat barang-barang yang masuk atau baru

dibeli. Kartu stok besar memuat tanggal penerimaan barang, jumlah barang, nama

PBF, nomor faktur, harga satuan, diskon, nomor batch, dan tanggal kadaluarsa.

g. Kartu Stok Kecil

Kartu ini berfungsi untuk mencatat jumlah barang yang keluar dan masuk

serta sisa stok barang di lemari. Kartu stok kecil memuat tanggal keluar/ masuk

barang, keterangan (nomor resep/penjualan untuk pengeluaran barang, tanggal

kadaluarsa untuk pemasukan barang), jumlah yang masuk, jumlah yang keluar,

dan sisa stok barang pada lemari.

h. Buku Pemasukan Barang Dalam

Buku ini berfungsi untuk mencatat pemasukan obat-obat ethical. Di dalam

buku ini tercantum nama barang, jumlah barang dalam satuan terkecil, dan

tanggal kadaluarsa.

i. Buku Pemasukan Barang Luar

Buku ini berfungsi untuk mencatat pemasukan obat-obat OTC.

j. Buku Resep

Buku ini berfungsi untuk mencatat pengeluaran obat berdasarkan resep.

Buku ini memuat tanggal dibuatnya resep, nomor resep, nama obat, jumlah obat

serta bentuk dan jumlah sediaan yang dibuat.

k. Buku Penjualan Obat Bebas

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 109: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

51

Universitas Indonesia

Buku ini berfungsi untuk mencatat pengeluaran obat-obat bebas yang

memuat tanggal penjualan, nama obat, jumlah, dan harga obat.

l. Buku Pembelian dan Penggunaan Narkotika dan Psikotropika

Buku ini bertujuan untuk mencatat pemasukan dan pengeluaran golongan

narkotika dan psikotropika, yang mencantumkan nama obat, bulan, persediaan

awal, penambahan jumlah yang meliputi tanggal pembelian, jumlah, nama PBF,

pengurangan, dan sisa serta keterangan lain jika ada.

m. Buku Pengiriman Barang ke Cabang

Buku ini berfungsi untuk mencatat barang-barang yang dikirimkan ke

Apotek Atrika cabang. Terdapat buku berbeda untuk setiap cabang. Buku ini

memuat nama barang, jumlah barang, dan tanggal kadaluarsa.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 110: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

BAB 4

PEMBAHASAN

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/Menkes/SK/X/2002,

apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan

penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009, apotek adalah sarana

pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker yang

telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Apotek juga merupakan sarana yang

digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian meliputi pembuatan termasuk

pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan

pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep

dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat

tradisional.

Apotek Atrika yang terletak di Jalan Kartini Raya nomor 34 A, Jakarta

Pusat dengan nomor SIA 1387.01/KANWIL/SIA/01/0 merupakan sebuah apotek

kerja sama antara Bapak Winardi Hendrayanta sebagai pemilik sarana apotek

(PSA) dengan Dr. Harmita, Apt., sebagai Apoteker pengelola apotek (APA).

Apotek Atrika didirikan pada tanggal 21 Juli 2001. Apotek Atrika telah berjalan

selama hampir 11 tahun. Apotek Atrika memiliki lokasi yang cukup strategis,

yaitu berada di sekitar pemukiman dan perumahan penduduk yang cukup padat,

serta dekat dengan beberapa praktek dokter, yaitu dokter umum, dokter gigi,

dokter spesialis (spesialis anak dan spesialis kulit dan kelamin), dan dokter

hewan. Lokasi yang cukup strategis juga didukung dengan keberadaan sarana

kesehatan lain di sekitar apotek, seperti puskesmas dan rumah sakit, serta

keberadaan apotek pesaing yang cukup jauh letaknya. Apotek ini juga terletak di

jalan dua arah dengan lebar badan jalan yang tidak terlalu besar serta cukup ramai

dilalui kendaraan, termasuk kendaraan umum, sehingga mudah untuk dicapai.

Keberadaan Apotek Atrika cukup mudah dilihat dengan adanya plang apotek

51 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 111: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

5252

Universitas indonesia

berwarna kuning dengan tulisan merah dilengkapi lampu yang menyala terang

ketika malam cukup menarik perhatian pengunjung.

Dari segi bangunan dan fasilitas, Apotek Atrika memiliki ukuran

bangunan sekitar 7×7,2 meter persegi yang dibagi menjadi dua ruangan, yaitu

ruang depan dan ruang dalam. Ruang depan apotek terdiri dari ruang tunggu,

kasir, tempat penerimaan resep sekaligus tempat penyerahan obat, dan etalase

untuk obat OTC. Ruang dalam apotek terdiri atas ruang racik yang dikelilingi

lemari untuk obat ethical, kamar mandi, dan tempat pencucian atau wastafel.

Peralatan apotek, seperti timbangan, mortir dan alu, gelas ukur, dan buku-buku

referensi tertata dengan rapi pada tempatnya. Obat-obat juga tersusun dengan rapi

dalam lemari sehingga terlindung dari debu, kelembapan, dan cahaya yang

berlebihan, serta diletakkan pada kondisi ruangan dan temperatur yang sesuai.

Penyusunan obat di etalase maupun di dalam ruang racik dilakukan berdasarkan

susunan abjad dan disesuaikan berdasarkan jenis sediaannya. Dalam ruangan

penyimpanan baik untuk obat ethical maupun OTC terdapat satu buah AC yang

diset suhunya pada 22oC. Meja racik terletak pada bagian tengah di antara lemari

obat dimana tata letak yang seperti itu dapat mempermudah pekerjaan peracikan

obat. Meja kerja diletakkan di sudut ruangan agar tidak mengganggu pekerjaan

meracik obat. Apotek Atrika tidak memiliki gudang penyimpanan obat karena

lokasi apotek yang dekat dengan beberapa PBF sehingga obat yang diterima

langsung diletakkan pada lemari obat dan disediakan dalam jumlah yang

disesuaikan dengan arus barang. Hal ini dapat meningkatkan efisiensi dengan

menghemat biaya pemeliharaan stok, mengurangi biaya pemeliharaan gudang,

dan mengurangi resiko kerugian akibat barang yang kadaluarsa maupun yang

tidak terjual.

Apoteker mempunyai peran, fungsi, dan tanggung jawab dalam semua

kegiatan yang berlangsung di apotek, mencakup aspek pengelolaan teknis

kefarmasian dan non teknis kefarmasian. Pengelolaan teknis kefarmasian di

Apotek Atrika meliputi pengelolaan sediaan farmasi, pelayanan resep hingga

pemberian informasi. Pengelolaan sediaan farmasi tersebut terdiri dari pengadaan,

pemesanan, penerimaan, penyimpanan, pengeluaran, pencatatan persediaan, dan

pelaporan.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 112: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

5353

Universitas indonesia

Pemesanan obat dilakukan setiap hari, baik melalui telepon ke Pedagang

Besar Farmasi (PBF) maupun melalui medical representative yang datang ke

apotek. Pembayaran terhadap sediaan atau perbekalan farmasi yang dipesan dari

Pedagang Besar Farmasi (PBF) juga sudah terencana dan terlaksana dengan baik.

Pembayaran diatur pada tanggal tukar faktur yaitu pada tanggal 5 dan 15 setiap

bulannya sehingga apotek tidak harus membayar setiap hari dan tidak terbebani

dengan tanggal pembayaran yang tidak teratur. Barang pesanan selalu diantar

dalam jangka waktu tidak lebih dari 1 hari (24 jam), sesuai dengan perjanjian

yang telah disepakati dengan pihak PBF. Proses pengadaan barang di Apotek

Atrika, jenis dan jumlah barang disesuaikan dengan kondisi keuangan dan

kategori arus barang fast moving atau slow moving serta didasarkan pada jenis

obat-obat yang banyak diresepkan oleh dokter yang praktek di sekitar apotek.

Pengadaan barang dan perbekalan farmasi yang dilakukan yaitu dengan cara

konsinyasi, COD (Cash Order Delivery), atau kredit. Konsinyasi dilakukan

dengan menerima penitipan barang dari distributor, kemudian apotek bertindak

sebagai agen komisioner yang menerima komisi bila barang terjual, bila tidak

terjual barang tersebut dapat dikembalikan ke distributor asalnya. COD dilakukan

pembayaran langsung terhadap barang yang dipesan dari distributor sedangkan

kredit dilakukan pembayaran apabila faktur pembelian obat dan/atau perbekalan

farmasi dinyatakan telah jatuh tempo.

Pemesanan narkotika dan psikotropika memiliki prosedural yang berbeda

dari pemesanan sediaan farmasi yang lain. Untuk pemesanan narkotika dilakukan

dengan SP (Surat Pemesanan) khusus yaitu SP model N. 9 di mana untuk satu SP

digunakan hanya untuk satu jenis narkotika yang dipesan. Surat pesanan untuk

narkotika terdiri dari 4 rangkap, yaitu untuk diberikan ke PBF (PT. Kimia Farma),

Balai POM, pabrik obat (PT. Kimia Farma), dan arsip. Pemesanan dilakukan

secara langsung, ke PBF yang telah ditunjuk oleh Pemerintah yaitu Kimia Farma,

dan pembayaran atas pesanan narkotika dilakukan secara COD (Cash On

Delivery). Untuk psikotropika pemesanan juga dilakukan secara langsung namun

menggunakan SP yang berbeda, di mana untuk satu SP dapat digunakan untuk

memesan lebih dari satu jenis psikotropika. Surat pesanan untuk psikotropika

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 113: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

5454

Universitas indonesia

terdiri dari rangkap 3 yang diserahkan kepada PBF, Balai POM, dan sebagai arsip.

Pembayaran obat psikotropika juga dapat dilakukan secara kredit kepada PBF.

Obat pesanan yang diantar ke apotek, terlebih dahulu dilakukan

pemeriksaan apakah faktur dan barang pesanan (jenis dan jumlah barang) telah

sesuai dengan surat pesanan (SP) barang. Jika sesuai, maka akan ditandatangani

dan diberi cap apotek oleh apoteker/Asisten Apoteker. Obat pesanan yang sudah

diterima kemudian diperiksa nomor bets dan tanggal kadaluarsanya, lalu dicatat

pada faktur untuk menghindari kemungkinan diterimanya obat yang sudah

kadaluarsa atau mendekati kadaluarsa. Selanjutnya, faktur asli diserahkan kembali

ke PBF dan salinan faktur disimpan di apotek sebanyak dua lembar. Obat dan/atau

perbekalan farmasi yang dibeli dicatat dalam buku pemasukan barang yang berisi

tanggal pembelian, barang yang dipesan dan jumlah yang dipesan. Jumlah barang

yang diterima kemudian ditambahkan ke dalam kartu stok besar (kartu stok

gudang) dan kartu stok kecil (kartu stok harian).

Penyimpanan obat diletakkan dalam lemari kaca sehingga memudahkan

proses pengambilan obat ketika diperlukan. Obat-obat Over the Counter (OTC)

diletakkan pada lemari penyimpanan di ruang depan, sedangkan obat-obat ethical

diletakkan pada lemari penyimpanan di ruang dalam. Penyimpanan obat disusun

secara abjad dan berdasarkan jenis sediaan, baik pada lemari obat ethical maupun

OTC. Masing-masing kelompok sediaan disusun berdasarkan abjad dari bagian

atas lemari hingga ke bagian bawah lemari secara zig-zag sehingga memudahkan

pencarian. Pada lemari OTC, dilakukan pemisahan berdasarkan jenis sediaan

yaitu padat, cair, dan setengah padat. Di ruang depan apotek terdapat 3 buah

etalase untuk menyimpan OTC sediaan padat, 1 buah lemari untuk menyimpan

OTC sediaan cair, dan 1 buah lemari untuk menyimpan OTC sediaan obat luar.

Pada lemari obat ethical di bagian dalam, dilakukan pemisahan berdasarkan jenis

sediaan yaitu padat, cair, dan setengah padat serta dilakukan pula pemisahan

antara obat generik dengan obat paten dan untuk penyimpanan obat sediaan padat

terdapat 4 buah lemari, dimana 3 buah lemari digunakan untuk menyimpan obat

paten dan 1 buah lemari digunakan untuk menyimpan obat generik. Untuk

penyimpanan obat sediaan cair terdapat 1 buah lemari. Untuk penyimpanan

sediaan setengah padat terdapat 1 buah lemari. Pemisahan ini berguna untuk

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 114: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

5555

Universitas indonesia

memudahkan dalam pengambilan barang dan meminimalkan risiko tertukarnya

barang. Beberapa obat yang sering digunakan dalam obat racikan, seperti teofilin

dan CTM, juga memiliki tempat khusus di meja racik sehingga dapat

mempermudah pekerjaan meracik obat. Untuk obat-obat ethical yang memiliki

kecenderungan fast moving seperti Interdoxin® diletakkan di tempat terpisah. Obat

golongan narkotika dan psikotropika disusun berdasarkan abjad dan disimpan

sesuai dengan peraturan yang berlaku, yakni dalam lemari khusus berkunci yang

terpisah dari lemari obat ethical lain, dan letaknya tersembunyi dari penglihatan

umum. Kunci lemari narkotika dan psikotropika dipegang oleh penanggung jawab

apotek.

Obat yang akan kadaluarsa (dalam waktu tiga hingga enam bulan ke

depan) diletakkan di tempat terpisah, dikelompokkan sesuai bulan kadaluarsa, dan

dilakukan pencatatan pada buku khusus “obat yang akan expired”. Obat-obat

tersebut akan didahulukan untuk dijual atau dipersiapkan untuk dikembalikan

kepada PBF. Pada lemari obat dari obat yang akan kadaluarsa diberi catatan untuk

mengingatkan agar jika terdapat permintaan terhadap obat tersebut maka obat

yang akan kadaluarsa diserahkan terlebih dahulu. Jika obat dengan tanggal

kaduluarsa yang dekat sudah terjual atau dikembalikan pada PBF, maka statusnya

akan dicatat pada buku khusus “obat yang akan expired”. Jika obat-obat tersebut

tidak terjual atau tidak dapat dikembalikan ke PBF hingga batas kadaluarsanya,

maka obat-obat tersebut akan dimusnahkan.

Apotek Atrika melakukan pengeluaran barang dengan sistem FEFO (First

Expired First Out), yaitu barang yang memiliki batas kadaluarsa lebih awal

dikeluarkan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan dengan menyusun barang dengan

tanggal kadaluarsa yang lebih jauh pada bagian dalam atau bagian bawah

tumpukan obat sehingga obat-obat dengan tanggal kadaluarsa yang lebih dekat

akan terjual lebih dahulu. Pengeluaran obat pada Apotek Atrika dapat terjadi

karena pembelian, baik pembelian dengan resep maupun pembelian untuk

swamedikasi, dan pengiriman ke cabang Apotek Atrika sesuai permintaan. Setiap

pengeluaran barang atau obat, baik karena pembelian maupun karena pengiriman,

dicatat pada kartu stok dan buku yang sesuai dengan jenis pengeluaran, yaitu buku

catatan resep, buku penjualan bebas, dan buku pengiriman. Untuk pengiriman

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 115: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

5656

Universitas indonesia

barang ke cabang Apotek Atrika sejak tanggal 1 Maret 2012 ditulis di buku nota

sebagai faktur pengiriman yang berisi informasi mengenai jumlah, jenis, expired

date, dan batch number barang yang dikirim.

Pengelolaan resep di Apotek Atrika sudah dilakukan dengan baik. Semua

resep yang sudah diterima, disimpan per hari berdasarkan nomor urut resep.

Setiap pengeluaran obat-obat yang diresepkan, dilakukan pencatatan informasi

mengenai tanggal pembuatan resep, nomor resep, nama obat, dan jumlah obat

yang diberikan dalam buku catatan resep. Resep-resep tersebut akan disimpan

selama 3 tahun. Setelah itu, dilakukan pemusnahan resep dengan membuat berita

acara yang selanjutnya dilaporkan kepada Suku Dinas Kesehatan Kotamadya

Jakarta Pusat. Seluruh kegiatan dalam sistem pelayanan resep, mulai dari

penerimaan resep, pemberian harga, penimbangan/peracikan, pengemasan,

koreksi, hingga penyerahan resep dibantu dengan suatu alat bantu sederhana

berupa selembar kertas kecil berisi paraf tiap kegiatan yang sudah dilakukan

(kertas HTKP) sehingga mempermudah pengawasan dan pengendalian dalam

pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing bagian. Kertas bertuliskan HTKP

tersebut harus ditandatangani oleh petugas yang melakukan setiap tahap

pengerjaan resep, yaitu H/Harga untuk petugas yang memberikan harga resep,

T/Timbang untuk petugas yang melakukan penimbangan atau pengambilan obat,

K/Kemas untuk petugas yang melakukan pengemasan dan pemberian etiket, dan

P/Penyerahan untuk petugas yang menyerahkan obat tersebut kepada pasien.

Terdapat dua macam kertas HTKP di Apotek Atrika sebagai penandaan, yaitu

kertas berwarna kuning untuk resep yang mengandung obat narkotika dan kertas

berwarna putih untuk resep non narkotika.

Resep yang mengandung obat golongan narkotika hanya dapat ditebus

oleh pasien yang membawa resep asli dari dokter. Resep yang mengandung

narkotika tidak boleh diulang dan jika tidak ditebus semua, maka sisa obat yang

belum diambil hanya bisa dibeli pada apotek yang sama (apotek asal yang

menyimpan resep aslinya). Jika resep yang diterima mengandung narkotika, maka

pada resep diberi garis merah dan disimpan terpisah dari resep obat non narkotika.

Untuk obat golongan psikotropika dapat diberikan berdasarkan resep asli dari

dokter atau salinan resep. Resep yang mengandung psikotropika dapat diulang

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 116: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

5757

Universitas indonesia

jika perlu. Selanjutnya, setiap pengeluaran obat-obat ini (golongan narkotika dan

psikotropika) dicatat pada buku pengeluaran khusus narkotika dan psikotropika

dan pada kartu stok masing-masing. Kartu stok narkotika dan psikotropika tidak

disimpan bersama kartu stok lainnya melainkan di dalam lemari penyimpanan

narkotika dan psikotropika.

Apotek Atrika melakukan pelaporan penggunaan obat golongan narkotika

dan psikotropika kepada Suku Dinas Kesehatan Kotamadya Jakarta Pusat setiap

periode, yakni setiap bulan untuk obat golongan narkotika (Lampiran 7) dan obat

golongan psikotropika (Lampiran 9) sebelum tanggal 10. Pelaporan narkotika dan

psikotropika pada Apotek Atrika pusat di jalan Kartini Raya ini dilakukan secara

manual dengan menggunakan surat, sedangkan pelaporan narkotika dan

psikotropika di Apotek Atrika Mangga Dua dan PIK (Pantai Indah Kapuk) telah

dilakukan secara online. Untuk obat-obat golongan narkotika dan psikotropika

yang rusak dan sudah kadaluarsa, harus dilakukan pemusnahan dengan disaksikan

oleh APA, Asisten Apoteker dan petugas dinas kesehatan dan dibuat berita acara

pemusnahannya.

Kegiatan pengelolaan non teknis kefarmasian merupakan kegiatan yang

dilakukan di luar kegiatan pengelolaan teknis kefarmasian dimana kegiatan ini

meliputi semua kegiatan administrasi yang ada di Apotek Atrika. Kegiatan ini

telah dilakukan dengan baik di Apotek Atrika.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 117: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

5.1.1. Apoteker Penanggungjawab Apotek (APA) di apotek atrika mempunyai

peran, fungsi, dan tanggung jawab dalam semua kegiatan yang

berlangsung di apotek, mencakup aspek pengelolaan teknis kefarmasian

dan non teknis kefarmasian. Pengelolaan teknis kefarmasian meliputi

pengelolaan sediaan farmasi, pelayanan resep hingga pemberian informasi

kepada pasien, sedangkan pengelolaan non teknis kefarmasian meliputi

kegiatan administrasi keuangan, personalia dan administrasi lainnya.

5.1.2. Apotek Atrika mempunyai suatu sistem pengelolaan apotek yang baik,

meliputi manajemen dan administrasi di apotek secara keseluruhan yaitu

cara pengadaan, penyimpanan, pendistribusian atau pengeluaran barang,

termasuk sistem pelayanannya kepada masyarakat, serta pelaksanaan

pengelolaan dan pengawasan keuangan dan administrasi.

5.2. Saran

5.2.1. Pelayanan swamedikasi perlu ditingkatkan oleh apoteker yang bertugas

untuk dapat meningkatkan penjualan dan meningkatkan pengobatan

sendiri secara tepat, aman, dan rasional.

5.2.2. Pelayanan KIE (komunikasi, informasi, dan edukasi) kepada para

pelanggannya dapat mulai diterapkan sebagai wujud peran apoteker dalam

menjalankan keprofesiannya sehingga keberhasilan terapi dapat tercapai.

5.2.3. Untuk meningkatkan kenyamanan konsumen saat menunggu proses

pelayanan, perlu adanya peningkatan fasilitas di ruang depan Apotek

Atrika seperti majalah, koran, atau televisi.

53 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 118: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

DAFTAR ACUAN

Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (2006). Standar PelayananKefarmasian di Apotek. Jakarta. Direktorat Bina Farmasi Komunitas danKlinik Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan DEPKES RI.

Kementerian Kesehatan. (1990). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor347/MenKes/SK/VII/1990 Tentang Obat Wajib Apotek. Jakarta: KementerianKesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan. (1993a). Peraturan Menteri Kesehatan No.919/MENKES/PER/X/1993 Tentang Kriteria Obat yang Dapat DiserahkanTanpa Resep. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan. (1993b). Peraturan Menteri Kesehatan No.922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian IjinApotik. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor: 1332/MENKES/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas PeraturanMenteri Kesehatan RI Nomor. 922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuandan Tata Cara Pemberian Izin Apotik. Jakarta: Kementerian KesehatanRepublik Indonesia.

Kementerian Kesehatan. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasiandi Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan. (2006). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan BebasTerbatas. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. (1980). Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia Nomor 25 Tahun 1980 Tentang Perubahan dan Tambahan AtasPeraturan Pemerintah RI Nomor 26 Tahun 1965 Tentang Apotek. Jakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta.

Quick, J. (1997). Managing Drug Supply, The selection, Procurement, Distribution,and Use of Pharmaceuticals, 2nd ed Revised and Expanded. Kumarian Pers.

54 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 119: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

55

Seto, S., Yunita, N., & T, L. (2004). Manajemen Farmasi. Jakarta : AirlanggaUniversity Pers.

Undang-Undang Republik Indonesia. (1997). Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika. Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia. (2009a). Undang-Undang Republik IndonesiaNo. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia. (2009b). Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Jakarta.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 120: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

56

Lampiran 1. Peta Lokasi Apotek Atrika

[Sumber: Holtrof, 2003, “telah diolah kembali”]

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 121: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

57

Lampiran 2. Denah Ruangan Apotek Atrika

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 122: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

58

Lampiran 3. Struktur Organisasi Apotek Atrika

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 123: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

59

Lampiran 4. Alur Penanganan Resep

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 124: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

60

Lampiran 5. Surat Pesanan (SP) Apotek Atrika

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 125: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

61

Lampiran 6. Surat Pesanan (SP) Narkotika

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 126: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

62

Lampiran 7. Laporan Penggunaan Narkotika

LAPORAN PENGGUNAAN NARKOTIKA

Nama Apotek : Atrika Form :

Alamat dan Telepon : Jalan Kartini Raya No. 34 A Jakarta Pusat Lembar : 1

6394153, 6260276

Bulan : Tahun :

Nama SatuanSaldoAwal

PEMASUKAN PENGGUNAAN

SaldoAkhirDari Jumlah Untuk Jumlah

Codein 10 mg Tablet Tablet

Codein 20 mg Tablet Tablet

Codipront Cum ExpKapsul Kapsul

Codipront Syrup Botol

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 127: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

63

Lampiran 8. Surat Pesanan (SP) Psikotropika

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 128: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

64

\Lampiran 9. Laporan Penggunaan Psikotropika

LAPORAN PENGGUNAAN PSIKOTROPIKA

Nama Apotek :Atrika Form :

Alamat dan Telepon : Jalan Kartini Raya No. 34 A Jakarta Pusat Lembar : 1

6394153, 6260276

Bulan : Tahun :

SaldoAwal

PEMASUKAN PENGGUNAAN

Nama Satuan Dari Jumlah Untuk JumlahSaldoAkhir

Alganax 1 mg Tablet

Apisate Tab Tablet

Ativan 0.5 mg Tablet

Ativan 2 mg Tablet

Braxidin Tab Tablet

Danalgin Tab Tablet

Esilgan 1 mg Tablet

Esligan 2 mg Tablet

Frisium 10 mg Tablet

Luminal 30 mg Tablet

Spasmium 5 mg Tab Tablet

Valisanbe 5 mg Tab Tablet

Xanax 0.25 mg Tab Tablet

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 129: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

65

Lampiran 10. Kartu Sok Besar Apotek Atrika

a. Kartu stok besar untuk sediaan solid

b. Kartu stok besar untuk sediaan semisolid

c. Kartu stok besar untuk sediaan liquid

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 130: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

66

Lampiran 11. Kartu Stok Kecil Apotek Atrika

a. Kartu stok kecil untuk sediaan

solid

b. Kartu stok kecil untuk sediaan

semisolid

c. Kartu stok kecil untuk sediaan

liquid

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 131: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

67

Lampiran 12. Salinan Resep Apotek Atrika

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 132: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

68

Lampiran 13. Etiket Apotek Atrika

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 133: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

69

Lampiran 14. Faktur Pengiriman Barang ke Cabang Apotek Atrika

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 134: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

70

Lampiran 15. Kuitansi Apotek Atrika

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 135: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

71

Lampiran 16. Berita Acara Pemusnahan Resep Apotek Atrika

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 136: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PENGGUNAAN NOREFEDRIN DI APOTEKATRIKA PADA PERIODE OKTOBER 2012 – MARET 2013

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKERDI APOTEK ATRIKA

PERIODE APRIL – MEI 2013

WILLY HERMAWAN, S.Farm.1206313873

ANGKATAN LXXVI

PROGRAM PROFESI APOTEKERFAKULTAS FARMASI DEPOK

JUNI 2013

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 137: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 11.1 Latar Belakang ....................................................................................... 11.2 Tujuan .................................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 32.1. Prekursor ............................................................................................... 32.2. Narkotika, dan Psikotropika.................................................................. 52.3. Peraturan Pemerintah Mengenai Produksi, Distribusi dan

Penyimpanan Prekursor Farmasi ………..……………….................... 52.3 Norefedrin ............................................................................................. 6

BAB 3 METODOLOGI PENGKAJIAN DATA ........................................... 73.1 Lokasi dan Waktu Pengkajian ............................................................ 73.2 Metode Pengumpulan Data .................................................................. 73.3 Metode Pengolahan Data ...................................................................... 7

BAB 4 HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN .............................. 84.1 Analisis Resep 1...................................................................................... 8

4.1.1 Penulisan Ulang Resep Dokter ..................................................... 94.1.2 Kelengkapan Resep....................................................................... 104.1.3 Informasi Obat .............................................................................. 10

4.1.3.1 Analsik..................................................................................... 104.1.3.2 Nalgestan ................................................................................. 104.1.3.3 Codein HCL............................................................................. 114.1.3.4 Ciprofloxacin .......................................................................... 114.1.3.5 Vometa .................................................................................... 12

4.1.4 Kerasionalan dan Informasi yang Dapat Diberikan...................... 12

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 135.1 Kesimpulan ........................................................................................... 135.2 Saran ..................................................................................................... 13

DAFTAR ACUAN.............................................................................................. 14

ii

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 138: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Belakangan ini penyalahgunaan prekursor dalam pembuatan narkotika

telah menjadi ancaman yang sangan serius yang dapat menimbulkan gangguan

bagi kesehatan, instabilitas ekonomi, gangguan keamanan serta kejahatan

internasional. Oleh karena itu, pemerintah mengesahkan Peraturan Menteri

Kesehatan No.44 Tahun 2010 yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari

bahaya penyalahgunaan prekursor dan menjamin ketersediaan prekursor untuk

industri farmasi dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Prekursor

merupakan zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam

pembuatan narkotika dan psikotropika (Peraturan Menteri Kesehatan No.44

Tahun 2010). Dalam proses pembuatan narkotika dan psikotropika secara

kimiawi, prekursor bergabung dengan zat lainnya untuk dirubah menjadi obat-

obatan terlarang dalam bentuk perantara atau dapat bekerja sendiri dalam

pembentukan garam narkoba (Badan Narkotika Nasional 2010).

Menurut Permenkes No. 2415 Tahun 2011 tentang rehabilitasi medis

pecandu, penyalahguna dan korban penyalahgunaan narkotika, disebutkan bahwa

narkotika, psikotropika dan zat adiktif, yang selanjutnya disebut NAPZA adalah

bahan atau zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan atau psikologi

seseorang serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi. Apotek

merupakan salah satu tempat penyaluran obat-obat prekursor. Penyerahan obat

prekursor seperti Norefedrin, Efedrin dan Pseudoefedrin oleh apotek ke rumah

sakit, pusat kesehatan masyarakat, balai pengobatan, apotek lainnya, dokter dan

pasien dilaksanakan dalam hal upaya peningkatan kesehatan. Sebagai salah satu

sumber daya manusia yang berperan dalam pelayanan kesehatan, apoteker

membutuhkan pengetahuan, pemahaman dan aplikasi mengenai peraturan dan

penyerahan prekursor ke masyarakat. Hal ini diperlukan agar apoteker diharapkan

dapat menyampaikan informasi obat dan supaya lebih berhati-hati dalam

1 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 139: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

2

penyerahan obat prekursor ke pasien untuk menghindari adanya praktek kegiatan

gelap dan penyalahgunaan obat prekursor pada masyarakat.

Dalam pelaksanaan PKPA di Apotek Atrika, dilakukan pengkajian resep

yang mengandung prekursor Norefedrin/Fenilpropanolamin HCL yang diterima

oleh Apotek Atrika selama periode Oktober 2012 hingga Maret 2013. Dari hasil

pengkajian resep dapat diketahui kerasionalan resep yang diberikan oleh dokter

dan informasi yang dapat diberikan kepada pasien oleh apoteker.

1.2 Tujuan

Penyusunan laporan tugas khusus Praktek Kerja Profesi Apoteker ini

bertujuan untuk mengkaji peresepan obat Norefedrin/Fenilpropanolamin HCL

yang diterima Apotek Atrika selama periode Oktober 2012 hingga Maret 2013

dari sisi kerasionalan resep, interaksi obat, dan pemberian informasi.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 140: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Prekursor

Prekursor menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 44 Tahun 2010 adalah

zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan

narkotika dan psikotropika. Sedangkan prekursor farmasi adalah zat atau bahan

pemula atau bahan kimia tertentu yang dapat digunakan sebagai bahan baku atau

penolong untuk keperluan proses produksi industri farmasi (Kementerian

Kesehatan RI, 2005).

Jenis prekursor farmasi terdapat pada Lampiran Permenkes No. 168 Tahun

2005 tentang Prekursor Farmasi, yaitu Anhidrida Asetat; Asam Klorida; Asam

Sulfat; Aseton; Etil Eter; Kalium Permanganat; Metil Etil Keton; Toluen; Asam

N-asetil antranilat dan garamnya; Efedrin dan garamnya; Ergometrin dan

garamnya; Ergotamin dan garamnya; Isosafrol; Asam lisergat dan garamnya; 3,4-

Metilen dioksifenil-2-propanon; 1-Fenil-2-propanon; Piperonal; Pseudoefedrina

dan garamnya; Safrol; Norefedrin; Asam antranilat; Dietil eter; Asam fenil asetat

dan garamnya; Piperidina dan garamnya; Asam sulfat (Kementerian Kesehatan

RI, 2005).

Tabel 2.1 Daftar Beberapa Prekursor dan Penggunaannya

Prekursor Penggunaan ilegal Penggunaan legal

Anhidrida

asetat

Memproduksi heroin,

methaqualon, dan

mecloqualon

Pembuat bahan pewarna untuk

tekstil

Efedrin Sintesis dari methamfetamin Memproduksi obat

Etil Eter Pelarut dalam memproduksi

heroin, kokain, amfetamin,

methamfetamin, MDMA

Pelarut umum dalam

laboratorium kimia dan

industri kimia/farmasi

Asam Memproduksi heroin, Menetralkan kondisi alkalin:

3 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 141: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

4

Universitas Indonesia

Hidroklorida amfetamin, methamfetamin,

MDMA

sebagai katalis dan pelarut

dalam sintesis organik, dalam

membersihkan produk-produk

logam

3,4-

Metilendioksi

fenil-2-

propanon

Sintesis MDMA Tidak diketahui adanya

penggunaan yang legal

1-Fenil-2-

Propanon

Sintesis amfetamin dan

methamfetamin

Digunakan dalam industri

kimia dan farmasi

Asam Fenil

asetat

Sintesis amfetamin dan

methamfetamin dan 1-fenil-

2-propanon

Digunakan dalam industri

kimia, farmasi, dan pestisida

Piperonal Sintesis MDMA Memproduksi parfum, rasa

cherry dan vanili; sebagai

komponen obat nyamuk

Pseudoefedrin Sintesis methamfetamin Memproduksi obat

dekongestan

Safrol Sintesis MDMA Dalam memproduksi parfum

dan bahan pewangi.

Memproduksi piperonal,

mengolah lemak dalam

pembuatan sabun

Asam Sulfat Untuk proses ekstraksi

kokain dan proses perubahan

pasta koka menjadi basis

kokain proses memproduksi

amfetamin, methamfetamin,

dan MDMA

Menetralkan kondisi alkalin;

sebagai katalis dalam sintesis

organik, dalam memproduksi

pupuk, bahan pewarna, kertas,

sebagai komponen dan

pembersih pipa saluran dan

logam, dalam cairan baterai

(Sumber: United Nation Office on Drugs and Crime (UNODC)/ BNN)

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 142: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

5

Universitas Indonesia

2.2 Narkotika dan Psikotropika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan

atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan

rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, Sedangkan psikotropika

adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis, bukan narkotika yang

berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang

menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku, digunakan

untuk mengobati gangguan jiwa (Undang-Undang No. 35 tentang Narkotika,

2009).

2.3 Peraturan Pemerintah Mengenai Produksi, Distribusi dan

Penyimpanan Prekursor Farmasi

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 168 Tahun 2005

tentang Prekursor Farmasi. Prekursor hanya dapat diimpor oleh perusahaan yang

telah mendapat penunjukan sebagai Importir Produsen (IP) pekursor farmasi

untuk industri farmasi atau penunjukan sebagai Importir Terdaftar (IT) prekursor

farmasi untuk pedagang besar bahan baku farmasi. Untuk dapat ditunjuk sebagai

IP dan IT prekursor farmasi, perusahaan yang bersangkutan harus mengajukan

permohonan tertulis kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan dengan melampirkan dokumen yang menjadi persyaratan. Penunjukan

sebagai IP prekursor farmasi diterbitkan dengan memperhatikan kapasitas dan

rencana produksi selama satu tahun dan dapat diperpanjang kembali. Perusahaan

yang telah mendapatkan penunjukan sebagai IP prekursor farmasi hanya dapat

mengimpor prekursor semata-mata untuk kebutuhan proses produksi industri

farmasi yang dimilikinya dan dilarang diperdagangkan dan atau dipindah

tangankan. Penunjukan sebagai IT prekursor farmasi berlaku paling lama tiga

tahun dan dapat diperpanjang kembali. Perusahaan yang telah mendapat

penunjukan sebagai IT prekursor farmasi hanya dapat mengimpor prekursor untuk

didistribusikan secara langsung tanpa perantara kepada industri farmasi pengguna

akhir. Perusahaan yang telah mendapat penunjukan sebagai IP atau IT prekursor

farmasi dilarang untuk mengailhkan atau mengatasnamakan IP atau IT prekursor

farmasi dan atau persetujuan impor prekursor tersebut kepada pihak lain. Setiap

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 143: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

6

Universitas Indonesia

perusahaan yang memproduksi dan mengedarkan prekursor wajib membuat

catatan tentang prekursor farmasi yang diproduksi dan diedarkan. Prekursor juga

hanya dapat diekspor oleh perusahaan yang telah mendapat penunjukan sebagai

IT prekursor farmasi. Setiap prekursor yang diedarkan harus diberi penandaan

pada wadah atau kemasan (Kementerian Kesehatan RI, 2005).

Prekursor yang diproduksi dan diimpor hanya dapat disalurkan kepada

industri farmasi atau lembaga ilmu pengetahuan. Setiap kegiatan penyaluran

prekursor harus dilengkapi dengan dokumen penyaluran. Perusahaan yang telah

mendapat penunjukan sebagai IP prekursor farmasi wajib menyampaikan laporan

tertulis kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan setiap

bulan tentang pelaksanaan impor dan penggunaan prekursor (Kementerian

Kesehatan RI, 2005).

Penyimpanan prekursor secara umum diatur dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 44 Tahun 2010 tentang prekursor. Pasal 9 mengenai penyimpanan

mengatakan bahwa prekursor wajib disimpan pada tempat penyimpanan yang

aman dan terpisah dari penyimpanan lain.

2.4 Norefedrin/ Fenilpropanolamin hidrklorida

Norefedrin atau yang biasa dikenal fenilpropanolamin hidroklorida (PPA)

merupakan senyawa adrenergik. Efek fenilpropanolamin hidroklorida sebagian

besar hasil dari aktivitas agonis α adrenergik yang dihasilkan dari reseptor

adrenergik dan pelepasan norepineprin. Struktur fenilpropanolamin hidroklorida

berhubungan dengan efedrin, yang mempunyai aktivitas vasopresor sedikit lebih

besar dibanding efedrin dengan efek rangsangan susunan saraf pusat dan toksisitas

lebih rendah.

Obat ini menyebabkan vasokontriksi pada mukosa hidung karenanya dapat

digunakan sebagai dekongestan hidung. Fenilpropanolamin hidroklorida

digunakan secara luas sebagai dekongestan hidung, biasanya dikombinasikan

dengan analgesik dan antihistamin dalam obat anti influenza (MIMS, Isadore).

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 144: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

BAB 3

7 Universitas Indonesia

METODE PENGKAJIAN DATA

3.1 Lokasi dan Waktu Pengkajian

Pengkajian terhadap resep yang mengandung Norefedrin dilakukan di

Apotek Atrika Jalan Kartini Raya No.34, Jakarta Pusat dan Apotek Atrika Rukan

Mangga Dua Square Blok F26A, Jakarta Pusat, pada saat pelaksanaan Praktek

Kerja Profesi Apoteker (PKPA) mulai tanggal 1 April hingga 14 Mei 2013.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Data diperoleh dengan cara mengumpulkan resep periode Oktober 2012 –

Maret 2013, kemudian dilakukan pencatatan terhadap resep yang mengandung

Norefedrin selama periode tersebut.

3.3 Metode Pengolahan Data

Dari data yang telah diperoleh, dipilih 1 resep yang kemudian dilakukan

analisis data dengan menggunakan literatur yang sesuai.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 145: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

BAB 4

8 Universitas Indonesia

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Pada pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek

Atrika di Jalan Kartini raya No.34A Jakarta Pusat, dilakukan penelusuran dan

analisis resep yang mengandung Norefedrin/ fenilpropanolamin HCL yang

diterima Apotek Atrika selama periode Oktober 2012 – Maret 2013. Hal tersebut

dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui profil penggunaan Norefedrin/

Fenilpropanolamin HCL dan informasi yang dapat diberikan pada pasien yang

menerima obat dari resep tersebut.

Berdasarkan hasil penelusuran resep yang telah dilakukan, jumlah resep

yang mengandung Norefedrin/ Fenilpropanolamin HCL yang diterima dan

dilayani selama periode Oktober 2012 – Maret 2013 di Apotek Atrika yaitu

berjumlah 5 resep.

4.1 Analisis Resep 1

Pada analisis resep ini, dipilih resep yang diterima dan dilayani oleh

Apotek Atrika yang terletak di Jalan Kartini Raya No.34A, Jakarta Pusat, pada

tanggal 2 Januari 2013. Pasien bernama R dengan umur yang tidak tertulis pada

resep memeriksakan dirinya ke dokter S. Pada tanggal 2 Januari 2013 Kemudian

dokter memberikan resep yang berisi :

1. Analsik ( 10 Tab)

2. Nalgestan ( 15 tab)

3. Codein HCL 20 mg (15 tab)

4. Ciprofloxacin 500 mg (10 Kaps)

5. Vometa (10 tab)

Resep tersebut terdiri dari 5 jenis obat yang diresepkan masing-masing dan tidak

perlu peracikan. Pada resep ini terdapat obat Nalgestan yang mengandung

Norefedrin/ Fenilpropanolamin HCL.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 146: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

9

Universitas Indonesia

4.1.1 Penulisan Ulang Resep Dokter

dr. SKomplek Perumahan Kartini Raya

65 Kav. C14Jakarta

Tel. 6297138, 64711201

Jakarta. 2 januari 2013

R/ Tab Analsik No. XPanas/pusing

S3dd1 tab

R/ Tab Nalgestan No. XVObat pilekS3dd1 tab

R/ Tab Codein HCL 20 mg No.XVBatuk pilekS3dd1 tab

R/ Cap Ciprofloxacin 500 mg No.XS2dd1 cap pc

R/ Tab Vometa No.XObat mualS3dd1 tab

Pro : RUmur : -Alamat : Jl. Kartini No.13

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 147: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

10

Universitas Indonesia

4.1.2 Kelengkapan resep

Evaluasi Uraian Keterangan

Keabsahan resepNama dokter dan alamat dokterNomor izin dokterTanda tangan dokter

AdaAdaAda

Absah

Kelengkapan resepInscriptioNama tempatTanggal/tahunTanda R/Ordinatio/presriptioNama obatJumlah obatSignatureAturan pakaiNama pasienUmur PasienAlamat Pasien

AdaAdaAda

AdaAda

AdaAda

-Ada

Kurang lengkap

4.1.3 Informasi Obat (MIMS)

4.1.3.1 Analsik

Nama Obat Analsik

Komposisi Metampiron 500 mg, Diazepam 2 mg

Indikasi Sakit kepala, nyeri otot, nyeri pinggang, nyeri otot

sendiKontraindikasi Psikosis berat, kecenderungan berdarah, porfiria,

hipersensitif terhadap gol. pirazolon

Peringatan Usia lanjut, epilepsi, penyakit KV, ati atau ginjal.

Efek Samping Mengantuk, pusing, mual, ketergantungan, reaksi

alergiInteraksi Obat Depresan SSP, alkohol, klorpromazin, simetidin

Dosis 1 tablet diberikan 3x sehari

4.1.3.2 Nalgestan

Nama Obat Nalgestan

Komposisi Fenilpropanolamin HCL 15 mg, CTM 2 mg

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 148: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

11

Universitas Indonesia

Indikasi Dekongestan, antihistamin pada hidung tersumbat

Kontraindikasi Hipertirodisme, hipertensi, penyakit jantung,

galukoma sudut tertutup

Peringatan Jangan mengendarai kendaraan bermotor atau

mengoperasikan mesin, penderita hipertensi,

penyakit jantung, tirotoksikosis atau DM

Efek Samping Gangguan GI, mulut kering, anoreksia, haus,berkeringat, hipotensi, penglihatan kabur

Dosis 1 tablet 3 atau 4 x sehari

4.1.3.3 Codein HCL

Nama Obat Codein HCL

Komposisi Codein HCL

Indikasi Espektoran

Kontraindikasi Asma akut, gangguan GI, hamil dan lataksi, anak < 2

tahun

Peringatan Depresi SSP dan pernafasan, gangguan fungsi hati dan

Ginjal, demam, hipertiroidEfek Samping Mual, muntah, pruritus

Interaksi Obat Obat penekan SSP, alkohol

Dosis 3 x 1 tablet sehari

4.1.3.4 Ciprofloxacain

Nama Obat Ciprofoxacin

Komposisi Ciprofloxacin

Indikasi Infeksi saluran nafas, saluran GIT, THT, kulit dan

jaringan lunak, tulang dan sendi, infaksi oleh

bakteri yangt peka

Kontraindikasi Anak < 18 tahun, hamil dan lataksi

Peringatan Gangguan ginjal, diketahui atau diduga mengalami

gangguan SSP yang dapat mempermudah kejang

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 149: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

12

Universitas Indonesia

Efek Samping Mual, muntah, diare, gangguan pencernaan, pusing,sakit kepala

Interaksi Obat Tizanidin, teofilin, kafein, warfarin dan derivatnya

Dosis 2 x 1 kaplet sehari sesudah makan

4.1.3.5 Vometa

Nama Obat VometaKomposisi Domperidone

Indikasi Terapi mual dan muntah karena berbagai penyebab

Kontraindikasi Tumor prolaktinoma yang produksi prolaktin

Peringatan Hamil, laktasi terapi jangak panjang, disfungsi hati dan

ginjalEfek Samping Peningkatan prolaktin serum, mulut kering, sakit

kepala, diare, ruam kulit

Interaksi Obat Bromokriptin, antikolinergik muskarinik, analgesik,antasid

Dosis 3x1 tablet sehari 15-30 menit sebelum makan

4.1.4 Kerasionalan dan Informasi yang Dapat Diberikan

Apabila melihat keseluruhan isi resep tersebut, menunjukkan bahwa

pasien bernama R mengalami sakit batuk pilek dan infeksi pada saluran nafas.

Dokter meresepkan terapi kombinasi Ciprofloxacin dan Nalgestan yang

mengandung Norefedrin/ Fenilpropanolamin HCL yang diindikasikan untuk

infeksi saluran nafas, sedangkan Codein HCL sebagai ekspektoran untuk

membantu mengeluarkan dahak pada saluran nafas. Kemudian Analsik digunakan

untuk penurun panas dan mengilangkan rasa pusing serta vometa digunakan

sebagai obat mual. Ciprofloxacin merupakan antibiotika yang sering digunakan

untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh kuman penyebab infeksi yang

dapat menyerang saluran nafas saat individu dalam kondisi rentan. Pada resep ini

penggunaan antibiotika harus diinstruksikan secara jelas oleh dokter maupun

apoteker yang memberikan obat ke pasien, karena penggunaan antibiotika yang

tidak tepat dapat menyebabkan resistensi kuman/ bakteri.

Informasi yang dapat diberikan kepada pasien berdasarkan pengkajian

resep tersebut yaitu memberitahukan bahwa jumlah jenis obat yang diterima

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 150: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

13

Universitas Indonesia

pasien sebanyak 5 macam, yaitu analsik sebanyak 10 tablet dan diminum 3 kali

sehari satu tablet, nalgestan sebanyak 15 tablet diminum tiga kali sehari satu

tablet, codein hcl sebanyak 15 tablet dan diminum tiga kali sehari satu tablet,

sedang kan untuk ciprofloxacin sebanyak 10 Kaplet dan diminum dua kali sehari

1 tablet sesudah makan dan harus dihabiskan, serta vometa sebanyak 10 tablet dan

diminum tiga kali sehari satu tablet

. Obat harus diminum setiap hari, sehingga diperlukan pengingat atau

bantuan keluarga untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam meminum obat.

Pasien juga diharuskan untuk menghabiskan obat yang diterimanya karena

terdapat antibiotika di dalam racikan obat yang diterimanya, untuk menghindari

terjadinya resistensi kuman atau bakteri. Pasien juga diberi instruksi untuk segera

kembali berkonsultasi dengan dokter apabila terjadi kasus infeksi saluran

pernafasan yang dideritanya semakin bertambah berat atau tidak membaik.

Penyimpanan obat harus diberitahukan yaitu harus disimpan di tempat yang

kering dan sejuk untuk mencegah rusaknya obat dan dijauhkan dari jangkauan

anak-anak.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 151: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

13 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Berdasarkan resep yang diterima Apotek Atrika selama periode Oktober

2012 hingga Maret 2013, jumlah resep yang mengandung kandungan

Norefedrin/Fenilpropanolamin sebanyak 5 lembar resep, yang semuanya

merupakan terapi kombinasi.

5.1.2 Berdasarkan resep pilihan pada periode Oktober 2012 hingga Maret 2013

yang terkait penggunaan Norefedrin/ Fenilpropanolamin HCL pada resep

yang diterima atau dilayani pada Apotek Atrika, resep tersebut telah

memenuhi kelengkapan resep, kesesuaian farmasetik dan tidak ada

interaksi obat. Usulan informasi yang dapat diberikan saat konseling

kepada pasien antara lain mengenai cara penggunaan, aturan pakai, efek

samping dari obat yang dikonsumsinya agar pasien patuh untuk

mengkonsumsi obatnya.

5.2. Saran

5.2.1 Apoteker yang melaksanakan kegiatan konseling harus memiliki

pemahaman yang baik dalam aspek farmakoterapi obat maupun teknik

berkomunikasi dengan pasien.

5.2.2 Dalam mewujudkan pelayanan konseling yang baik maka kemampuan

komunikasi apoteker harus ditingkatkan. Hal ini penting agar terjalin

komunikasi yang efektif dan intensif antara Apoteker dengan pasien.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 152: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

14 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Kanfer I., John M., Dowse R. (1982). Phenylpropanolamine Hydrochloride.

Ananlytical Profiles of Drugs Subtances. Vol 12.

MIMS Indonesia. (2013). Analsik Concise Prescribing Information. Mei 20, 2013.http://www.mims.com/Indonesia/drug/info/Analsik/?q=analsik&type=brief

MIMS Indonesia. (2013). Nalgestan Concise Prescribing Information. Mei 20,2013.http://www.mims.com/Indonesia/drug/info/Nalgestan/?q=nalgestan&type=brief

MIMS Indonesia. (2013). Codein hcl Concise Prescribing Information. Mei 20,2013.http://www.mims.com/INDONESIA/Home/GatewaySubscription/?generic=codeine

MIMS Indonesia. (2013). Ciprofloxacin Concise Prescribing Information. Mei20,2013.http://www.mims.com/INDONESIA/drug/info/Ciprofloxacin%20Hexpharm%20Jaya/?q=ciprofloxacin&type=brief

MIMS USA. (2013). Phenylpropanolamine Information. Mei 20,2013.http://www.mims.com/USA/drug/info/phenylpropanolamine/?type=full&mtype=generic#Actions

MIMS Indonesia. (2013). Vometa Concise Prescribing Information. Mei 20,2013.http://www.mims.com/INDONESIA/drug/info/Vometa/?q=Vometa&type=brief

Presiden Republik Indonesia. (2010). Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaNomor 44 Tahun 2010 tentang Prekursor. Januari 14, 2013.

Pusat Penegakan Hukum BNN. (2010). Pengawasan Prekursor. Januari 14, 2013.http://www.bnn.go.id/portalbaru/portal/konten.php?nama=AwasPrekursor&op=lbd_prekursor&mn=3&smn=a&page=1

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.Januari 14, 2013.

United Nation Office on Drugs and Crime (UNODC)/ BNN. (2006). DaftarPrekursor-prekursor Penting. Figur Edisi V: 21.

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 153: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

Lampiran 1. Daftar PBF

No. Nama Obat Nama PBF Alamat No. Telepon

1 Analsik Bina San Prima Jl. Rawa Gelam IV No.7 Kawasan Industri Pulogadung,

Jakarta Tiimur

(021) 46826464

2 Nalgestan

1. Anugrah

Pharmindo Lestari

Jl. Pulolentut Kav. II/E-4 Kawasan Industri Pulogadung,

Jakarta

(021) 4608820

2. Guna Abdi Wisesa Jl. Kalibaru Barat Raya No.65 Jakarta (021) 4253830

3. STIMEC Jl. Lautze No.60, Jakarta (021) 3456868

4. PD. Sejahtera Jl. Madrasah V No.2, Cawang Jakarta Timur (021) 8194624

5. Kebayoran Jl. Garuda 79, Jakarta (021) 4207042

3 Codein Hcl Kimia FarmaKomplek Majapahit Permai Blok A 105-106, Jl.

Majpahit No. 18-22 Jakarta Pusat.

(021) 34833395,

34833397

4 Ciprofloxacin

1. Bina San Prima Jl. Rawa Gelam IV No.7 Kawasan Industri Pulogadung,

Jakarta Tiimur

(021) 46826464

2. Antar Mitra

Sembada

Jl. Mangga No.11 Jati Pulo, Palmerah, Jakarta Barat (021) 5670313,

5670165

3. Merapi Jl. Pulobuaran Raya No. 4 Blok III EE Kav.No. 1,

Kawasan Industri Pulogadung Jakarta

(021) 46821660

4. Djembatan 2 Jl. Petojo Melintang No.17 Jakarta (021) 3861271

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 154: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

5 Vometa

1. Guna Abdi Wisesa Jl. Kalibaru Barat Raya No.65 Jakarta (021) 4253830

2. Djembatan 2 Jl. Petojo Melintang No.17 Jakarta (021) 3861271,

3857881

3. Stimec Jl. Lautze No.60, Jakarta (021) 3456868

4. Eva Surya Jl. Pondasi 30. Kayu Putih, Jakarta (021) 4700888

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013

Page 155: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351387-PR-Willy Hermawan...UNIVERSITAS INDONESIA ii LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK

Lampiran 2. Resep

Laporan praktek..., Willy Hermawan, FF UI, 2013


Recommended