Date post: | 27-Dec-2015 |
Category: |
Documents |
Upload: | ronalisaanriz |
View: | 20 times |
Download: | 0 times |
Skenario B Blok 9
Rabu, 9 November 2011
A 28 weeks pregnant woman, 27 years old, G1P0A0, visited medical doctor for
prenatal care. She had been suffering from hyperthyroid disease (Grave’s disease)
and got prophyltiouracil 3x100 mg/day regularly since 2 years ago, but during
pregnancy, she stopped consuming the medicine because she thought that the
medicine will harm the fetus.
The woman complained palpitation, and felt nervous and anxious. She also
complained heat intolerance and fatigue.
Physical Examination :
Vital sign : BP 130/80 mmHg , HR 120 bpm, RR 24x/minute, Temp. 37,5ᵒ
Head : Exopthalmos (+) in both eyes
Neck : Diffuse enlargement in anterior neck
Chest : Tachycardia
Extremity : Fine tremor at fingers
Klarifikasi Istilah
1. G1P0A0 : Gestasional 1 Partus 0 Abortus 0, Pertama kali hamil,
belum pernah melahirkan, dan belum pernah keguguran/menggugurkan
kandungannya
2. Graves’ disease : Aktivitas kelenjar tiroid yang berlebihan ditandai
dengan peningkatan laju metabolik (gondok dan gangguan sistem otonom)
3. Prophyltiouracil : Obat anti-tiroid alternative yang digunakan sebagai
pilihan pertama pada kasus hypertiroid yang dalam masa kehamilan
4. Palpitasi : Perasaan yang berdebar-debar atau denyut jantung
tidak teratur yang sifatnya subjektif
5. Exopthalmos (+) : Penonjolan mata yang abnormal
1
6. Fine Tremor : Getaran yang invounter yang ringan
7. Diffuse enlargement : Pembesaran yang menyebar yang tidak dapat
dihitung sacara pasti ( batas yang tidak jelas/tegas)
8. Heat intolerance : Ketidakmampuan untuk menahan sensasi
peningkatan temperature
9. Kehamilan 28 minggu : Masa kehamilan dimana perkembangan otak bayi
sudah sampai pada tahap dapat merespon panas dan suara
10. Gugup dan gelisah : Sensasi yang menyebabkan pikiran orang menajdi
tergesa-gesa dan pikiran merasa tidak tenang (psikoneurotik)
11. Tachycardia : Kecepatan denyut yang lebih cepat dari batas
normal
Identifikasi Masalah
1. Seorang wanita hamil 28 minggu, 27 tahun, G1P0A0, menderita penyakit
hipertiroid (grave’s disease) dan mengkonsumsi prophyltiouracil 3 x 100
mg/hari secara teratur sejak 2 tahun yang lalu, tetapi Ia menghentikan
konsumsi obat sejak kehamilan karena takut membahayakan fetus
2. Wanita itu mengeluhkan palpitasi, merasa gugup dan gelisah, heat
intolerance, dan kelelahan.
3. Pemeriksaan Fisik :
Vital sign : BP 130/80 mmHg , HR 120 bpm, RR 24x/menit,
Temp. 37,5ᵒ
Kepala : Exopthalmos (+) di kedua mata
Leher : Pembesaran yang menyebar pada anterior leher
Dada : Tachycardia
Extremitas : Fine tremor
2
Analisis Masalah
1. Bagaimana fisiologi dari hormone tiroid?
Jawab :
Biosintesis Hormon Tiroid
3
KERJA HORMON TIROID
1. Reseptor Hormon Tiroid
Hormon tiroid, T3 dan T4, beredar dalam plasma sebagian besar
terikat pada protein (TBP), tetapi dalam keseimbangan dengan hormon
bebas. Hormon bebaslah yang diangkut melalui difusi pasif ataupun
karier spesifik melalui membran sel, melalui sitoplasma sel, untuk
berikatan dengan suatu reseptor pesifik pada inti sel.
2. Efek Fisiologik Hormon Tiroid
Efek transkripsional dari T3 secara karakteristik memperlihatkan suatu
lag time berjam-jam atau berhari-hari untuk mencapai efek yang
penuh. Aksi genomik ini menimbulkan sejumlah efek, termasuk efek
pada pertumbuhan jaringan, pematangan otak, dan peningkatan
produksi panas dan konsumsi oksigen yang sebagian disebabkan oleh
peningkatan aktivitas dari Na+-K+ ATPase, produksi dari reseptor
beta-adrenergik yang meningkat. Sejumlah aksi dari T3 tidak genomik,
seperti penurunan dari deiodinase-5' tipe 2 hipofisis dan peningkatan
dari transpor glukosa dan asam amino. Kerja hormon tiroid sangat
luasa antara lain bekerja pada perkembangan janin, konsumsi O2,
produksi panas dan pembentukan radikal bebas, kardiovaskular,
simpatik, pulmonary, hematopoetik, gastrointestinal, skeletal,
neuromuscular, metabolisme lipid dan karbohidrat, serta pada
endokrin. (SINTESIS)
4
2. Bagaimana hubungan antara umur dan jenis kelamin dengan penyakit
Grave’s dan Apa etiologi dari penyakit Grave’s?
Jawab :
Rasio wanita dan pria adalah 5:1. Penyakit ini dapat terjadi pada segala
umur, dengan insiden puncak pada kelompok umur 20-40 tahun.
Terdapat predisposisi familial kuat pada sekitar 15% pasien Graves
mempunyai keluarga dekat dengan kelainan sama dan kira-kira 50%
keluarga pasien dengan penyakit Graves mempunyai autoantibodi tiroid
yang beredar di darah. Etiologi penyakit Graves diduga adalah
autoimunitas atau adenoma tiroid.
Faktor resiko Grave’s disease ada 8 yaitu:
1. Genetik
Gen yang berperan dalam timbulnya penyakit graves’ disease ini adalah
gen HLA, gen CTLA-4, dan gen LYP
2. Infeksi
Infeksi menjadi kemungkinan awal dari terjadinya graves’ disease akibat
reaksi autoimun yang dicetuskan oleh molecular mimicry dari antigen
agen infeksi dengan antigen pada kelenjar tiroid
3. Stress
Stress dapat memicu terjadinya graves’ disease karena stress menginduksi
penekanan dari system imun. Dan ketika seseorang tersebut tidak stress
lagi maka akan terjadi kompensasi yang berlebihan dari system imun.
Hal ini dapat menyebabkan pengendapan autoimun dari penyakit tiroid
ini, sehingga dapat memicu terjadinya graves’ disease
4. Gender
Wanita lebih rentan terkena graves’ disease dengan ratio (8 : 1) dari laki-
laki. Hal ini dikarenakan pengaruh dari hormone estrogen. yang mana
estrogen ini dapat menganggu aktivitas dari system imun
5. Usia
5
Pada wanita umumnya lebih sering terjadi pada usia setelah pubertas dan
sampai pada masa menopause, sedangkan pada laki-laki lebih sering
terjadi pada usia lanjut
6. Kehamilan
Kehamilan juga merupakan salah satu faktor risiko karena pada saat
kehamilan terjadi penurunan fungsi dari system imun. Akibatnya
setelah kelahiran terjadi peningkatan fungsi dari system imun. Hal ini
menyebabkan gangguan pengaturan dari system imun sehingga dapat
menimbulkan penyakit autoimun
7. Iradiasi
Penyinaran radiasi juga dapat memicu peningkatan autoantibodi dari
kelenjar tiroid.
3. Bagaimana pengaruh penyakit Graves terhadap ibu dan janin dan pengaruh
kehamilan terhadap penyakit Graves ?
Jawab :
Pengaruh kehamilan terhadap peningkatan hormon tiroid:
Hormon tiroid sangat penting untuk perkembangan otak bayi.
Selama kehamilan, esterogen mempengaruhi kadar TBG (Thyroid
Binding Protein yaitu protein pengikat tiroksin dengan affinitas
yang paling tinggi) sehingga meningkat sampai 2 kali lipat. Hal ini
menyebabkan kadar total TT3 dan TT4 meningkat juga, sedangkan
kadar FT4 dan FTI tetap normal.
Selama trimester pertama, akan ada eksaserbasi dari
hipertiroidisme karena adanya efek stimulasi dari hCG. Namun,
kondisi klinis akan berkurang selama trimester kedua dan ketiga
sebagai hasil dari reduksi generalisasi dari respon imun seluler ibu
untuk mengakomodasi (histo-incompatible faeto-placental unit).
Selama periode postpartum, kurang lebih 50% wanita akan
kambuh penyakit Graves’ nya dan hal ini biasanya terjadi 6-12
bulan setelah melahirkan.
6
Kadar hCG meningkat pada trimester pertama kemudian akan
menurun. Saat hCG meningkat, kadar hormon tiroid juga
meningkat karena strukturnya homolog (peptida hCG terdiri atas 2
rantai alfa dan beta, dimana rantai alfa hCG mirip dengan TSH)
dengan TSH biarpun tidak seadekuat TSH.
Ekskresi plasma I- turun selama kehamilan karena peningkatan
filtrasi glomerulus (GFR) sehingga terjadi hiperplasia kelenjar
tiroid yang fisiologis sebagai kompensasi kebutuhan I- selama
kehamilan.
Trimester pertama: Fetus bergantung pada hormon tiroid ibu melalui
plasenta.
Minggu ke 10-12 : Kelenjar tiroid fetus muli berfungsi tetapi tetap butuh
I- dari ibu untuk menghasilkan hormon tiroid.
Trimester kedua dan ketiga: Hormon tiroid disediakan oleh fetus dan ibu.
Pengaruh hipertiroidisme terhadap kehamilan:
Komplikasi dari penyakit Graves’ selama kehamilan adalah pre-
eclampsia (kehamilan yang ditandai dengan hipertensi, edema, dan
proteinuria)
Tirotoksikosis yang tidak terkontrol berhubungan dengan insidens
yang dari abortus spontan dan keabnormalitasan fetus yang lebih
tinggi.
Dapat menyebabkan komplikasi seperti preeklampsia, abortus
spontan, defek fetus, serta postpartum tiroiditis.
7
4. Bagaimana patofisiologi dan pathogenesis penyakit Graves?
Jawab :
Patofisiologi hipertiroidisme
Intoleransi sel T (autoimunitas) Sintesis sel Th meningkat Sel Th
meransang limfosit sel B Sel B menghasilkan TSH-R Antibodi
TSH-R ab berikatan dengan resepetor TSH (TSH-R) pada membran
basalis sel folikel kelenjar tiroid Sintesis hormon tiroid meningkat.
Efek regulasi feedback negatif pada kelenjar tiroid yang menghasilkan
peningkatan FT dan FT adalah berupa supresi kadar TSH dalam plasma.
Tipe antibodi TSH-R:
TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin) : Antibodi ini
(terutama IgG) bekerja sebagai LATS (Long Acting Thyroid
Stimulants), mengaktifkan kerja sel tiroid secara lebih lama dan
lambat daripada TSH, yang akan meningkatkan produksi dari
8
hormon tiroid. Efek kerja TSI pada kelenjar tiroid adalah 12 jam,
sedangkan TSH hanya 1 jam sehingga menyebabkan kecepatan
sekresi hormon meningkat 5-15 kali normal.
TGI (Thyroid Growth Immunoglobulins) : Antibodi ini berikatan
langsung dengan TSH-R dan telah melibatkan pertumbuhan tiroid.
TBII (Thyrotrophin Binding Inhibiting Inmunoglobulins):
.Antibodi ini menghambat TSH dengan reseptornya
Manifestasi klinis:
Nervous
Emosi labil
Palpitasi
Insomnia
Tremor
Kelemahan otot
Keringat berlebih
BB menurun
Intoleransi terhadap panas
Oligomenorrhea atau amenorea
Oftalmopati (lid lag, proptosis/eksoftalmus, periorbital edema.
Pelebaran fisura palpebra)
Bising sistolik
Pembesaran kelenjar tiroid
9
5. Bagaimana farmakokinetik, farmakodinamik, indikasi, dan kontraindikasi
dari OAT (termasuk prophyltiouracil) dan apa pengaruh OAT ?
Jawab :
Penurunan aktivitas tiroid dan efek-efek hormon tiroid dapat dilakukan
oleh zat yang mempengaruhi produksi hormon tiroid, oleh zat yang
memodifikasi respons jaringan terhadap hormon tiroid; atau dengan radiasi
atau tindakan pembedahan yang merusak kelenjar tiroid. Goitrogen adalah
zat yang menekan sekresi T3 dan T4 ke tingkat kadar subnormal sehingga
meningkatkan kadar TSH, yang kemudian menyebabkan terjadinya
pembesaran kelenjar (goiter). Senyawa antitiroid yang digunakan dalam
klinik adalah tioamida, iodida, dan iodin radioaktif.
1. TIOAMIDA
Tioamida metimazol dan propiltiourasil merupakan obat utama untuk
pengobatan tirotoksikosis.
A. PROPILTIOURASIL
Farmakokinetik
Propiltiourasil diabsorpsi dengan cepat, dan mencapai
kadar puncak dalam serum setelah 1 jam.
10
Bioavailabilitas obat ini sekitar 50-80% dapat disebabkan
oleh absorpsinya yang tidak sempurna atau oleh efek first-
pass yang besar di hati.
Volume distribusi mendekati total air dalam tubuh dengan
akumulasi di kelenjar tiroid.
Sebagian besar Propiltiourasil yang memasuki tubuh akan
diekskresikan oleh ginjal dalam waktu 24 jam berupa
glukuronida yang tidak aktif.
Waktu paruh yang pendek dalam plasma ( 1,5 jam ) tidak
banyak berpengaruh pada masa kerja antitiroid atau interval
pemberian obat karena kedua obat ini diakumulasikan oleh
kelenjar tiroid.
Cara pemberian Propiltiourasil dengan frekuensi setiap 6-8
jam cukup beralasan karena dosis tunggal sebesar 100 mg
dapat menghambat organifikasi iodin sebanyak 60% selama
7 hari.
Kedua tioamida ini melintasi sawar plasenta dan
terakumulasi di kelenjar tiroid janin sehingga penggunaan
obat-obat ini pada ibu hamil harus dilakukan dengan hati-
hati.
Karena resiko hipotiroidisme janin, kedua tioamida
diklasifikasikan sebagai kategori D kehamilan (bukti resiko
yang dialami janin manusia berdasarkan dara reaksi
simpang dari berbagai penyelidikan dan pengalaman
pemasaran obat).
Propiltiourasil lebih disukai ketimbang metimazol pada
kehamilan karena ikatan proteinnya lebih kuat sehingga
tidak mudah melintasi plasenta.
Diekskresi dalam konsentrasi kecil ke dalam air susu
namun dianggap aman untuk bayi yang sedang menyusu.
11
Farmakodinamik
Tioamida bekerja dengan berbagai mekanisme. Kerja
utamanya adalah dengan mencegah sintesis hormon
dengan menghambat reaksi yang dikatalisis-peroksidase
tiroid dan dengan menghambat organifikasi iodin.
Selain itu, obat-obat ini menghambat penggabungan
iodotirosin
Obat-obat ini tidak menghambat ambilan iodida oleh
kelenjar tiroid.
Propiltiourasil dan metimazol (dalam tingkatan lebih
rendah) menghambat deiodinasi T4 dan T3 di perifer.
Karena pengaruh pada sintesis hormon lebih kuat
ketimbang pengaruh pada pelepasan hormon, mula
kerja obat-obat ini lambat dan sering memerlukan
waktu 3-4 minggu sebelum simpanan T4 habis.
B. METIMAZOL
Farmakokinetik
Metimazol diabsorpsi secara sempurna tetapi pada
kecepatan yang bervariasi.
Metimazol terakumulasi dengan mudah oleh kelenjar tiroid
dan volume distribusinya serupa dengan volume distribusi
propiltiourasil.
Diekskresi lebih lambat daripada Propiltiourasil, dan
sebanyak 65-70% ditemukan kembali dalam urin dalam
waktu 48 jam.
Waktu paruh pendek yang pendek dalam plasma ( 6 jam )
tidak banyak berpengaruh pada masa kerja antitiroid atau
interval pemberian obat karena kedua obat ini
diakumulasikan oleh kelenjar tiroid.
12
Karena dosis tunggal sebesar 30 mg metimazol
memperlihatkan efek antitiroid selama lebih dari 24 jam,
pemberian dengan dosis tunggal setiap hari cukup efektif
dalam penatalaksanaan hipertiroidisme ringan sampai
sedang.
Dapat menyebabkan malformasi kongenital meskipun
jarang terjadi.
Diekskresi dalam konsentrasi kecil ke dalam air susu
namun dianggap aman untuk bayi yang sedang menyusu.
Kedua tioamida ini melintasi sawar plasenta dan
terakumulasi di kelenjar tiroid janin sehingga penggunaan
obat-obat ini pada ibu hamil harus dilakukan dengan hati-
hati.
Karena resiko hipotiroidisme janin, kedua tioamida
diklasifikasikan sebagai kategori D kehamilan (bukti resiko
yang dialami janin manusia berdasarkan dara reaksi
simpang dari berbagai penyelidikan dan pengalaman
pemasaran obat).
Farmakodinamik
Tioamida bekerja dengan berbagai mekanisme. Kerja
utamanya adalah dengan mencegah sintesis hormon
dengan menghambat reaksi yang dikatalisis-peroksidase
tiroid dan dengan menghambat organifikasi iodin.
Selain itu, obat-obat ini menghambat penggabungan
iodotirosin
Obat-obat ini tidak menghambat ambilan iodida oleh
kelenjar tiroid.
Propiltiourasil dan metimazol (dalam tingkatan lebih
rendah) menghambat deiodinasi T4 dan T3 di perifer.
13
Karena pengaruh pada sintesis hormon lebih kuat
ketimbang pengaruh pada pelepasan hormon, mula
kerja obat-obat ini lambat dan sering memerlukan
waktu 3-4 minggu sebelum simpanan T4 habis.
Toksisitas Tioamida
Efek samping tioamida ditemukan pada 3-12 % pasien yang
diobati.
Umumnya efek samping timbul secara dini, terutama mual dan
distres saluran cerna.
Perubahan sensasi kecap atau bau dapat terjadi pada
penggunaan metimazol.
Efek samping yang paling umum adalah ruam makulopapular
dengan rasa gatal (4-6%) dan terkadang disertai dengan tanda-
tanda sistemik seperti demam
Efek samping yang jarang ditemukan adalah ruam urtikaria,
vaskulitis, reaksi yang mirip-lupus, limfadenopati,
hipoprotrombinemia, dermatitis eksfoliatif, poliserositis, dan
atralgia akut.
Hepatitis (lebih sering pada penggunaan Propiltiourasil) dan
ikterus kolestatik (lebih sering pada penggunaan metimazol)
dapat bersifat fatal; meskipun peningkatan kadar transaminase
asimtomatik juga terjadi.
Komplikasi yang paling berbahaya adalah agranulositosis
(hitung granulosit < 500 sel/mm3), yaitu reaksi simpang yang
jarang namun berpotensi fatal. Reaksi ini ditemukan pada 0,1-
0,5% pasien yang menggunakan tioamida, tetapi resiko ini
meningkat pada pasien-pasien yang lebih tua dan mereka yang
mendapat terapi metimazol dosis tinggi (lebih dari 40 mg/haro)
14
Sensitivitas silang antara propiltiourasil dan metimazol adalah
sekitar 50%; oleh sebab itu, pertukaran kedua ini obat pada
pasien-pasien dengan reaksi berat tidak dianjurkan.
2. INHIBITOR ANION
Anion-anion monovalen seperti perklorat (ClO4-), perteknetat
(TcO4-), dan tiosianat (SCN-) dapat menghambat ambilan
iodida oleh kelenjar tiroid melalui inhibisi kompetitif
mekanisme transpor iodida.
Kegunaan klinis utama kalium preklorat adalah menghambat
ambilan kembali I- oleh tiroid pada pasien dengan
hipertiroidisme yang terinduksi iodida (misalnya,
hipertiroidisme yang terinduksi-amiodaron)
Kalium perklorat jarang digunakan karena dapat menyebabkan
anemia aplastik
3. IODIDA
Iodida merupakan antitiroid yang utama sebelum diperkenalkannya
tioamida dalam tahun 1940an, kini, iodida jarang digunakan tersendiri
sebagai terapi.
Farmakodinamik
Menghambat organifikasi dan pelepasan hormon serta
mengurangi ukuran dan vaskularitas kelenjar tiroid yang
hiperplastik.
Pada individu yang rentan, iodida dapat menginduksi
hipertiroidisme (fenomena jodbasedow) atau mencetuskan
hipotiroidisme.
Efek utamanya adalah menghambat pelepasan hormon,
mungkin melalui penghambatan proteolisis tiroglobulin.
15
Perbaikan gejala-gejala tirotoksik berlangsung cepat dalam
waktu 2-7 hari sehingga iodida memiliki nilai terapi pada krisis
tiroid.
Iodida mengurangi vaskularitas, ukuran, dan kerapuhan
kelenjar yang hiperplastik, sehingga obat-obat ini dapat
bermanfaat sebagai preparat preoperatif untuk pembedahan.
Penggunaaan Klinis Iodida
Kerugian terapi iodida meliputi suatu peningkatan simpanan
iodin dalam kelenjar, yang dapat memperlambat mula kerja
terapi dengan tioamida atau mencegah efektivitas terapi dengan
iodin radioaktif selama beberapa minggu.
Pemberian iodida harus dimulai setelah dimulainya terapi
tioamida dan pemberian iodida harus dihindari apabila terdapat
kemungkinan adanya pengobatan iodin radioaktif.
Pemakaian iodida pada wanita hamil dalam jangka panjang
harus dihindari karena iodida dapat melewat sawar plasenta dan
dapat menyebabkan goiter pada janin.
Toksisitas
Reaksi simpang terhadap iodin jarang terjadi dan pada
kebanyakan kasus dapat pulih kembali bila pemberian iodin
dihentikan.
Reaksi tersebut mencakup ruam akneiformis (mirip dengan
bromisme), pembengkakan kelenjar saliva, ulserasi membran
mukosa, konjungtivitis, rinorea, demam akibat obat, rasa logam
pada lidah, kelainan pendarahan, dan reaksi anafilaktoid
(jarang).
4. MEDIA KONTRAS TERIODINASI
16
Zat-zat media kontras teriodinasi yaitu diatrizoat (per oral) dan
ioheksol (per oral atau intervena), dapat bermanfaat dalam
pengobatan hipertiroidisme
Obat ini menghambat konversi T4 menjadi T3 di hati, ginjal,
kelenjar hipofisis, dan otak
5. IODIN RADIOAKTIF
I131 adalah satu-satunya isotop yang digunakan dalam
pengobatan tirotoksikosis.
Bila diberikan per oral dalam bentuk larutan sebagai natrium
I131, obat ini akan cepat diabsorpsi, dikonsentrasikan oleh
kelenjar tiroid, dan dimasukkan ke dalam kompartemen folikel.
Efek terapeutiknya bergantung pada emisi sinar beta dengan
waktu paruh efektif selama 5 hari dengan kisaran penetrasi
sebesar 400-2000 µm.
Keuntungan radioiodin ini antara lain, cara pemberian yang
mudah, keefektifan, harga yang tidak mahal, dan ketiadaan rasa
nyeri.
Iodin radioaktif tidak boleh diberikan pada wanita hamil atau
ibu menyusui karena obat ini dapat melintasi plasenta dan
menghancurkan kelenjar tiroid janin serta dieksresikan ke
dalam ASI.
6. OBAT-OBAT PENYEKAT ADRENOSEPTOR
Penyekat beta yang tidak memiliki aktivitas simpatomimetik
intrinsik (misalnya metoprolol, propanolol, atenolol)
merupakan agen terapeutik tambahan yang efektif pada
penanganan tirotoksikosis karena sebagian besar gejala
penyakit tersebut menyerupai gejala yang timbul akibat
stimulasi simpatis.
17
Propanolol adalah penyekat beta yang paling sering diteliti dan
digunakan dalam terapi tirotoksikosis.
Penyekat beta menimbulkan perbaikan klinis gejala hipertiroid
tetapi tidak mengubah kadar hormon tiroid.
6. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik?
Jawab:
Tests Result Reference Conclusion
Blood
Pressure
130/80 mmHg 120/80 mmHg TD sistolik cenderung
meningkat (namun
masih dalam batas
normal)
HR 120 bpm 60-100 bpm Tinggi
RR 24x/minute 16-24x/menit Normal
Temperature 37,20 C 36,5-37,20C Normal
Head Exopthalmos
(+) in both eyes
Tidak ada ophtalmophaty
Neck Diffuse
enlargement in
anterior neck
Tidak ada
pembesaran
Terjadi hiperplasi pada
kelenjar tiroid
Chest Tachycardia Normocardia Peningkatan denyut
jantung
Extremity Fine tremor at
fingers
Tidak ada Gangguan
neuromuskular
18
7. Bagaimana mekanisme abnormalitas?
Tekanan darah meningkat karena ketika hormone tiroid yang
berlebih menyebabkan peningkatan aliran darah melalui jaringan
diantara 2 denyut jantung. Biasanya tekanan darah sistolik
meningkat sebesar 10 sampai 15 mmHg
Frekuensi denyut jantung meningkat dibawah pengaruh hormone
tiroid karena horomon tiroid mempunyai pengaruh langsung pada
eksitabilitas jantung. Oleh karena itu, frekuensi denyut jantung
wanita ini meningkat karena dia dalam kondisi hipertiroid.
Respiration rate meningkat karena hormone tiroid meningkatkan
laju metabolisme basal 60%-100% dari laju normalnya sehingga
kebutuhan akan oksigen meningkat dan pembentukan
karbondioksida juga meningkat
Suhu tubuh meningkat sedikit karena laju metabolisme basal
meningkat
Exophthalmos terjadi karena pembengkakan jaringan retroorbita
dan timbulnyua perubahan degeneratif pada otot-otot ekstraokular
yang disebabkan reaksi otot otot tersebut dengan immunoglobulin
yang mana konsentrasinya meningkat karena konsentrasi TSI
meningkat.
Fine Tremor disebabkan hormone tiroid yang mempengaruhi
sistem saraf pusat sehingga kepekaan sinaps saraf di daerah
medulla yang mengatur tonus otot meningkat.
8. Bagaimana mendiagnosis hipertiroid dalam kehamilan (anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang)?
Jawab :
Anamnesis
19
a. Penderita datang dengan keluhan adanya benjolan pada leher depan
bagian tengah
b. Usia dan jenis kelamin : nodul tiroid timbul pd usia < 20 tahun atau >
50 tahun dan jenis kelamin laki-laki à resiko malignancy tinggi (20-
70%).
c. Riwayat radiasi daerah leher & kepala pada masa anak-anak à
malignancy 33-37%
d. Kecepatan tumbuh tumor. Nodul jinak membesar lama (tahunan),
nodul ganas membesar dengan cepat (minggu/bulan)
e. Gangguan menelan, sesak nafas, suara serak & nyeri (akibat
penekanan/desakan dan/atau infiltrasi tumor sebagai pertanda telah
terjadi invasi ke jaringan atau organ di sekitarnya)
f. Asal dan tempat tinggal (pegunungan/pantai)
g. Benjolan pada leher, lama, pembesaran
h. Riwayat penyakit serupa pada keluarga
i. Struma toksik :
· Kurus, irritable, keringat banyak
· Nervous
· Palpitasi
· Hipertoni simpatikus (kulit basah dingin & tremor)
j. Struma non-toksik :
· Gemuk
· Malas dan banyak tidur
· Gangguan pertumbuhan
Pemeriksaan Laboratorium :
Kombinasi peningkatan FT4I atau FT4 dan TSH tersupresi dalam
plasma. Pada penyakit Graves awal dan rekuren, T3 dapat
disekresikan pada jumlah berlebih sebelum T4, jadi serum T4
20
dapat normal sementara T3 meningkat. Jadi, jika TSH disupresi
dan FT4I tidak meningkat, maka T3 harus diukur.
Pada wanita hamil, T3 dan T4 total meningkat karena pengaruh
TBG (Thyroid Binding Globulin). Kadar FT3 dan FT4 dalam batas
normal tinggi pada trimester pertama dan kembali normal pada
trimester kedua. Nilai T4 total pada wanita hamil tidak berperan
karena kenaikan tersebut adalah respon terhadap esterogen yang
meningkatkan konsentrasi TBG.
Konsentrasi TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin),
autoantibodi imunoglobulin yang menstimulasi TSH-R Ab [stim]
melalui radioimunologi.
Pada wanita hamil, dilakukan pemeriksaan TSI sebaiknya pada
trimester ketiga. TSI yang tinggi berhubungan dengan
tirotoksikosis fetus.
Kecepatan metabolisme basal, pada hipertiroidisme meningkat +30
sampai +60.
Pemeriksaan antibodi antimikrosomal untuk deteksi tiroiditis
postpartum.
21
Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Pemeriksa berada di depan penderita. Penderita posisi duduk
dengan kepala sedikit fleksi atau leher terbuka sedikit hiperekstensi agar
m. sternokleidomastoideus relaksasi sehingga tumor tiroid mudah
dievaluasi.
Apabila terdapat pembengkakan atau nodul, perlu diperhatikan
beberapa komponen berikut :
· Lokasi : lobus kanan, lobus kiri, ismus
· Ukuran : besar/kecil, permukaan rata/noduler
· Jumlah : uninodusa atau multinodusa
22
· Bentuk : apakah difus (leher terlihat bengkak) ataukah berupa noduler
lokal
· Gerakan : pasien diminta untuk menelan, apakah pembengkakannya
ikut bergerak
· Pulsasi : bila nampak adanya pulsasi pada permukaan pembengkakan
b. Palpasi
Pasien diminta untuk duduk, leher dalam posisi fleksi, pemeriksa
berdiri di belakang pasien dan meraba tiroid dengan menggunakan kedua
tangan. Beberapa hal yang perlu dinilai pada pemeriksaan palpasi :
· Perluasan dan tepi
· Gerakan saat menelan, apakah batas bawah dapat diraba atau tidak
dapat diraba trachea dan kelenjarnya.
· Konsistensi, temperatur, permukaan, dan adanya nyeri tekan
· Hubungan dengan m. sternocleidomastoideus (tiroid letaknya lebih
dalam daripada musculus ini.
· Limfonodi dan jaringan sekitar
c. Auskultasi
Pada auskultasi perlu diperhatikan adanya bising tiroid yang
menunjukkan adanya hipertiroid.
9. Bagaimana diagnosis banding dan diagnosis kerja dari kasus ini?
Jawab :
Diagnosis kerja kasus ini adalah penyakit Graves.
Diagnosis banding:
1. Graves’ Disease
2. Hashimoto Thyroiditis
3. Struma Nodusa Toksik
10. Bagaimana tatalaksana hipertiroid dalam kehamilan?
Jawab :
Berikut adalah tatalaksana hipertiroid dalam kehamilan :
23
Tirostatika (OAT)
Derivat thioimidazole (karbimazol 5 mg, metimazol/tiamazol 5, 10,
30 mg).
Derivat thiouracyl (prophylthiouracyl 50, 100 mg).
Pada wanita hamil, lini pertama adalah PTU dengan dosis
terendah. Semua OAT aman digunakan pada trimester pertama
karena aksis tiroid-hipofisis baru berfungsi pada minggu ke-12.
Tiroidektomi
Dilakukan jika OAT tidak adekuat atau pasien alergi terhadap
OAT. Pada wanita hamil, pembedahan sangat tidak disarankan
untuk dilakukan karena pengaruh anestesi terhadap ibu dan bayi.
Jika terpaksa, pembedahan dilakukan pada trimester ketiga.
RAI (radioactive iodium)
Kontraindikasi pada ibu hamil dan anak-anak sebab dapat
menembus plasenta secara bebas dan dapat melukai tiroid anak,
RAI bekerja dengan merusak sel sekretoris folikel kelenjar tiroid
melalui iodida yang disuntikan dengan dosis 5 mc.
Beta blocker
Seperti propanolol (2x10 mg), esmolol, atenolol untuk mengobati
palpitasi dan tremor serta gangguan kardiovaskular. Obat ini hanya
digunakan sampai hipertiroid terkontrol oleh OAT dan tidak boleh
lebih dari 1 minggu sebab dapat masuk ke plasenta.
11. Bagaimana tatalaksana pada saat persalinan pasien dengan hipertiroid?
Jawab :
Sebelum partus, pasien diusahakan mencapai eutiroid dengan penggunaan
OAT. Tetapi, pada trimester ketiga umumnya plasenta meningkatkan
imunitas melalui peningkatan Tsupressor agar menekan aktivitas TSH-R
ab sehingga mencapai eutiroid. Perlu diperhatikan saat postpartum,
plasenta yang keluar dapat menyebabkan Tsupressor menurun kembali
jumlahnya sehingga ibu dapat mencapai krisis/badai tiroid.
24
12. Bagaimana komplikasi hipertiroid dalam kehamilan terhadap ibu dan
fetus?
Jawab :
Pada ibu hamil:
Keguguran
Infeksi
Preeklampsia
Persalinan preterm
Gagal jantung kongesti
Badai/krisis tiroid
Plasenta lepas
Pada bayi adalah keadaan hipertiroidisme atau hipotiroidisme.
13. Bagaimana prognosis hipertiroid dalam kehamilan bagi ibu dan fetus?
Jawab :
Dubia et malam: Kegagalan terapi menyebabkan pasien menjadi
hipotiroidisme atau hipertiroidisme.
Dubia et bonam: Status eutiroid.
Pada kasus ini diperkirakan buruk untuk fetus sebab ibunya menghentikan
pengobatan pada trimester awal. Pada ibu prognosisnya baik.
14. Kapan pasien dengan hipertiroid pada kehamilan dirujuk ke level yang
lebih kompeten (endokrin metabolik)?
Jawab :
Pasien dimonitor apabila diberi OAT tidak responsif dan apabila sudah
krisis tiroid maka dikirim ke dokter spesialis.
Kemampuan dokter umum pada kasus ini adalah 3A di mana dokter umum
mampu membuat diagnosis klinik, memutuskan dan memberi terapi
pendahuluan. Kemudian, merujuk ke spesialis yang relevan (endokrin
metabolik). Jadi, pasien dengan hipertiroid pada kehamilan dirujuk ke
25
level yang lebih kompeten setelah diberi terapi pendahuluan (seperti
pemberian Obat Anti Tiroid ). Namun, apabila pemberian OAT terbukti
tidak efektif atau bila pasien hipersensitif terhadap OAT serta pada pasien
dengan gejala mekanik akibat penekanan dari struma, maka perlu
dilakukan tiroidektomi.
15. Apa Kompetensi Dokter Umum (KDU) untuk kasus ini?
Jawab :
KDU : 3A
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter. Dokter
dapat memutuskan dan emmberi terapi pendahuluan, serta merujuk ke
spesialis yang relevan (kasus gawat darurat)
Hipothesis
Seorang wanita hamil 28 minggu, 27 tahun, G1P0A0 menderita penyakit Grave’s
yang tidak diobati.
26
Kerangka Konsep
27
Ibu, 27 Tahun, menderita Graves’
Disease
Hamil 28 minggu
(Trimester III)
G1P0A0
Kelainan Autoimun (terbentuk antibody TSH-R)
Hiperplasia kelenjar hipertiroid (goiter)
Hipersekresi hormone tiroid
T4 & T3 meningkat
efek feedback negatif
metabolime tubuh meningkat
hiperaktivitas SSS
katabolisme protein meningkat
sensibilitas meningkat
TSH menurun
temperatur meningkat
emosi labil
jantung berdebar (takikardi, palpitasi) pernapasan meningkat
lelahfine tremor
gelisah dan gugup
heat intolerance
Pembentukan sitokin proinflamasi pada jaringan di retro orbita
Sintesis glikosamin
Ofthalmopati
Sintesis
Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid terdiri dari dua lobus jaringan endokrin yang menyatu di
bagian tengah oleh bagian sempit kelenjar, yaitu berada di atas trakea, tepat di
bawah laring. Sel-sel sekretorik utama tiroid tersusun menjadi gelembung-
gelembung berongga yang masing-masing membentuk unit fungsional yang
disebut folikel. Pada potongan mikroskopik , folikel tampak sebagai cincin-cincin
sel folikel yang meliputi lumen bagian dalam yang dipenuhi koloid, suatu bahan
yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan ekstraseluler untuk hormon-hormon
tiroid.
Konstituen utama koloid adalah kompleks yang dikenal Tiroglobulin, yang
didalamnya berisi hormon-hormon tiroid dalam berbagai tahapan
pembentukannya. Sel-sel folikel menghasilkan 2 hormon yang mengandung
iodium yang berasal dari asam amino tirosin, yakni tetraiodotironin (T4 atau
tiroksin) dan Triiodotironin (T3). Kedua hormon ini secara kolektif disebut
hormon tiroid yang merupakan regulator penting bagi laju metabolisme basal
keseluruhan.
Kelenjar tiroid merupakan salah satu kelenjar terbesar, yang normalnya memiliki
berat 15 sampai 20 gram. Tiroid mengsekresikan tiga macam hormon, yaitu
tiroksin (T4), triiodotironin (T3), dan kalsitonin.
28
Secara anatomi, tiroid merupakan kelenjar endokrin (tidak mempunyai ductus)
dan bilobular (kanan dan kiri), dihubungkan oleh isthmus (jembatan) yang terletak
di depan trachea tepat di bawah cartilago cricoidea. Kadang juga terdapat lobus
tambahan yang membentang ke atas (ventral tubuh), yaitu lobus piramida.
Secara embriologi, tahap pembentukan kelenjar tiroid adalah:
Kelenjar tiroid mulanya merupakan dua buah tonjolan dari dinding depan
bagian tengah farings, yang terbentuk pada usia kelahiran 4 minggu.
Tonjolan pertama disebut pharyngeal pouch, yaitu antara arcus brachialis
1 dan 2. Tonjolan kedua pada foramen ceacum, yang berada ventral di
bawah cabang farings I.
Pada minggu ke-7, tonjolan dari foramen caecum akan menuju pharyngeal
pouch melalui saluran yang disebut ductus thyroglossus.
Kelenjar tiroid akan mencapai kematangan pada akhir bulan ke-3, dan
ductus thyroglossus akan menghilang. Posisi akhir kelenjar tiroid terletak
di depan vertebra cervicalis 5, 6, dan 7.
Namun pada kelainan klinis, sisa kelenjar tiroid ini juga masih sering
ditemukan di pangkal lidah (ductus thyroglossus/lingua thyroid) dan pada
bagian leher yang lain.
Kelenjar tiroid dialiri oleh beberapa arteri:
1. A. thyroidea superior (arteri utama).
2. A. thyroidea inferior (arteri utama).
3. Terkadang masih pula terdapat A. thyroidea ima, cabang langsung dari
aorta atau A. anonyma.
Kelenjar tiroid mempunyai 3 pasang vena utama:
1. V. thyroidea superior (bermuara di V. jugularis interna).
2. V. thyroidea medialis (bermuara di V. jugularis interna).
3. V. thyroidea inferior (bermuara di V. anonyma kiri).
29
Aliran limfe terdiri dari 2 jalinan:
1. Jalinan kelenjar getah bening intraglandularis
2. Jalinan kelenjar getah bening extraglandularis
Kedua jalinan ini akan mengeluarkan isinya ke limfonoduli pretracheal lalu
menuju ke kelenjar limfe yang dalam sekitar V. jugularis. Dari sekitar V. jugularis
ini diteruskan ke limfonoduli mediastinum superior.
Persarafan kelenjar tiroid:
1. Ganglion simpatis (dari truncus sympaticus) cervicalis media dan inferior
2. Parasimpatis, yaitu N. laryngea superior dan N. laryngea recurrens
(cabang N.vagus)
N. laryngea superior dan inferior sering cedera waktu operasi, akibatnya pita
suara terganggu (stridor/serak).
Secara histologi, parenkim kelenjar ini terdiri atas:
1. Folikel-folikel dengan epithetlium simplex kuboideum yang mengelilingi
suatu massa koloid. Sel epitel tersebut akan berkembang menjadi bentuk
kolumner katika folikel lebih aktif (seperti perkembangan otot yang terus
dilatih).
2. Cellula perifolliculares (sel C) yang terletak di antara beberapa folikel
yang berjauhan.
30
Nasib Yodium yang Ditelan
Yodium dapat diperoleh dari makanan laut atau garam beyodium (garam yang
ditambah yodium). Yodium merupakan mikromeneral karena diperlukan tubuh
dalam jumlah sedikit, yaitu 50 mg/tahun atau 1 mg/minggu. Yodium yang masuk
ke oral akan diabsorbsi dari sistem digesti tubuh ke dalam darah. Biasanya,
sebagian besar iodida tersebut dengan cepat dikeluarkan oleh ginjal, tetapi hanya
setelah kira-kira satu perlimanya dipindahkan dari sirkulasi darah oleh sel-sel
kelenjar tiroid secara selektif dan digunakan untuk sitesis hormon.
Sintesis dan Sekresi Hormon Tiroid
1. Iodide Trapping, yaitu pejeratan iodium oleh pompa Na+/K+ ATPase.
2. Yodium masuk ke dalam koloid dan mengalami oksidasi. Kelenjar tiroid
merupakan satu-satunya jaringan yang dapat mengoksidasi I hingga
mencapai status valensi yang lebih tinggi. Tahap ini melibatkan enzim
peroksidase.
3. Iodinasi tirosin, dimana yodium yang teroksidasi akan bereaksi dengan
residu tirosil dalam tiroglobulin di dalam reaksi yang mungkin pula
melibatkan enzim tiroperoksidase (tipe enzim peroksidase).
31
4. Perangkaian iodotironil, yaitu perangkaian dua molekul DIT
(diiodotirosin) menjadi T4 (tiroksin, tetraiodotirosin) atau perangkaian
MIT (monoiodotirosin) dan DIT menjadi T3 (triiodotirosin). reaksi ini
diperkirakan juga dipengaruhi oleh enzim tiroperoksidase.
5. Hidrolisis yang dibantu oleh TSH (Thyroid-Stimulating Hormone) tetapi
dihambat oleh I, sehingga senyawa inaktif (MIT dan DIT) akan tetap
berada dalam sel folikel.
6. Tiroksin dan triiodotirosin keluar dari sel folikel dan masuk ke dalam
darah. Proses ini dibantu oleh TSH.
7. MIT dan DIT yang tertinggal dalam sel folikel akan mengalami
deiodinasi, dimana tirosin akan dipisahkan lagi dari I. Enzim deiodinase
sangat berperan dalam proses ini.
8. Tirosin akan dibentuk menjadi tiroglobulin oleh retikulum endoplasma dan
kompleks golgi.
Pengangkutan Tiroksin dan Triiodotirosin ke Jaringan
Setelah dikeluarkan ke dalam darah, hormon tiroid yang sangat lipofilik secara
cepat berikatan dengan beberapa protein plasma. Kurang dari 1% T3 dan kurang
dari 0,1% T4 tetap berada dalam bentuk tidak terikat (bebas). Keadaan ini
32
memang luar biasa mengingat bahwa hanya hormon bebas dari keseluruhan
hormon tiroid memiliki akses ke sel sasaran dan mampu menimbulkan suatu efek.
Terdapat 3 protein plasma yang penting dalam pengikatan hormon tiroid:
1. TBG (Thyroxine-Binding Globulin) yang secara selektif mengikat 55% T4
dan 65% T3 yang ada di dalam darah.
2. Albumin yang secara nonselektif mengikat banyak hormone lipofilik,
termasuk 10% dari T4 dan 35% dari T3.
3. TBPA (Thyroxine-Binding Prealbumin) yang mengikat sisa 35% T4.
Di dalam darah, sekitar 90% hormon tiroid dalam bentuk T4, walaupun T3
memiliki aktivitas biologis sekitar empat kali lebih poten daripada T4. Namun,
sebagian besar T4 yang disekresikan kemudian dirubah menjadi T3, atau
diaktifkan, melalui proses pengeluaran satu yodium di hati dan ginjal. Sekitar
80% T3 dalam darah berasal dari sekresi T4 yang mengalami proses pengeluaran
yodium di jaringan perifer. Dengan demikian, T3 adalah bentuk hormon tiroid
yang secara biologis aktif di tingkat sel.
Fungsi Fisiologis Hormon Tiroid
1. Meningkatkan transkripsi gen ketika hormon tiroid (kebanyakan T3)
berikatan dengan reseptornya di inti sel.
2. Meningkatkan jumlah dan aktivitas mitokondria sehingga pembentukkan
ATP (adenosin trifosfat) meningkat.
3. Meningkatkan transfor aktif ion melalui membran sel.
4. Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan otak, terutama pada masa
janin.
Pengaturan Sekresi Hormon Tiroid
33
Mula-mula, hipotalamus sebagai pengatur mensekresikan TRH (Thyrotropin-
Releasing Hormone), yang disekresikan oleh ujung-ujung saraf di dalam
eminansia mediana hipotalamus. Dari mediana tersebut, TRH kemudian diangkut
ke hipofisis anterior lewat darah porta hipotalamus-hipofisis. TRH langsung
mempengaruhi hifofisis anterior untuk meningkatkan pengeluaran TSH.
TSH merupakan salah satu kelenjar hipofisis anterior yang mempunyai efek
spesifik terhadap kelenjar tiroid:
1. Meningkatkan proteolisis tiroglobulin yang disimpan dalam folikel,
dengan hasil akhirnya adalah terlepasnya hormon-hormon tiroid ke dalam
sirkulasi darah dan berkurangnya subtansi folikel tersebut.
2. Meningkatkan aktifitas pompa yodium, yang meningkatkan kecepatan
proses iodide trapping di dalam sel-sel kelenjar, kadangakala
meningkatkan rasio konsentrasi iodida intrasel terhadap konsentrasi iodida
ekstrasel sebanyak delapan kali normal.
3. Meningkatkan iodinasi tirosin untuk membentuk hormon tiroid.
4. Meningkatkan ukuran dan aktifitas sensorik sel-sel tiroid.
34
5. Meningkatkan jumlah sel-sel tiroid, disertai dengan dengan perubahan sel
kuboid menjadi sel kolumner dan menimbulkan banyak lipatan epitel
tiroid ke dalam folikel.
Efek Umpan Balik Hormon Tiroid dalam Menurunkan Sekresi TSH oleh
Hipofisis Anterior
Meningkatnya hormon tiroid di dalam cairan tubuh akan menurunkan sekresi TSH
oleh hipofisis anterior. Hal ini terutama dikarenakan efek langsung hormon tiroid
terhadap hipofisis anterior.
Tirotoksikosis dan Hipertiroidisme
Tirotoksikosis adalah manifestasi klinis kelebihan hormon tiroid yang
beredar dalam sirkulasi darah, sedangkan hipertiroidisme adalah tirotoksikosis
yang diakibatkan oleh kelenjar tiroid yang hiperakitif.
Gondok atau Goiter atau Struma
Goiter adalah suatu pembengkakan pada kelenjar tiroid yang dapat
menyebabkan pembengkakan di daerah leher dan laring. Klasifikasi gondok
menurut derajatnya dibedakan menjadi :
1. “Diffuse Goiter” yaitu struma yang menyebar seleuruhnya melalui kelenjar
tiroid (dapat berupa “simple goiter” dan “multinodular goiter”
2. “Toxic goiter” yaitu struma dengan keadaan hipertiroidisme, paling banyank
disebabkan oleh Grave disease, tapi dapat juga disebabkan oleh multinodular
goiter dan inflamasi (Tirotoksikosis)
3. “Non Toxic Goiter” yakni goiter yang disebabkan oleh tipe lain misalnya
oleh karena akumulasi lithium atau dapat karena penyakit autoimun.
Grave Disease
Epidemiologi
Grave disease merupakan penyebab terbanyak kasus hipertiroid di
Amerika dan Eropa. Sebuah studi kasus di Minnesota menunjukkan terdapat 30
kasus grave disease per 100.000 orang per tahun. Di Seluruh dunia, grave disease
35
menyumbang 60-90 % kasus penyebab tirotoksikosis (terbanyak dari penyebab
yang lain).
Penyakit ini paling sering terjadi pada wanita (7:1 dibanding laki-laki).
Grave disease juga paling sering terjadi pada usia pertengahan , tetapi tidak lazim
dalam remaja, selama kehamilan, selama menopause, atau pada orang-orang di
atas usia 50.
Patofisiologi
Pada awalnya terjadi peningkatan produksi TSH di adenohipofisis
sehingga menstimulasi T3 dan T4 yang beredar dalam darah. Jika sedah sangat
meningkat maka TSH akan turun sehingga ada gambaran klinik tirotoksikosis.
Jadi terjadinya penyakit grave karena gangguan kerja otonom di kelenjar tiroid
dan efek umpan balik tidak berjalan lancar.
Hiperaktifitas ini terjadi karena di dalam darah timbul LATS (Long Acting
Thyroid Stimulators) sehingga terjadi reaksi autoimun. Dapat berbentuk IgG dan
IgM yang akan merangsang kelenjar tiroid mengeluarkan hormon tiroid sebanyak-
banykanya tanpa kontrol dari adenohipofisis. LATS diproduksi oelh jaringan
limfoid.
Manifestasi Klinik
1. Gejala pada jantung
1. Takikardi
2. Takiaritmia. Yang sering dijumpai adalah atrial fibrilasi yang rapid respon
(heart rate yang lebih dari 100 x per menit yang cepat dan irreguler)
3. Hipertensi
4. Left ventricular Hipertrophy. Dilatasi Ventrikel Kiri oleh karena hipertensi
pada tiroid toksik.
5. Decompensatio cordis acuta. Biasa terjadi gagal jantung kiri yang diinduksi
oleh hipertensi. Pada hipertiroid, segala penyakit jantung yang terjadi disebut
thyroid heart disease. Aritmia dapat menyebabkan decompensatio cordis karena
cardiac output pada tiroid heart disease tidak sama volumenya satu sama lain
sehingga pompa jantung terganggu, menimbulkan dilatasi ventrikel kiri, akibatnya
terjadi mitral insufisiensi.
36
6. Decompensatio cordis kronik. Biasa terjadi gagal jantung kanan.
2. Gejala pada saluran pencernaan
1. Adanya gangguan absorbsi yang cepat di usus halus
2. Hiperperistaltik
3. Dispepsia, Nausea, Meteorismus, Perut terasa penuh atau kembung
4. Pada keadaan yang lebih buruk terjadi emesis dan diare kronik sehingga terjadi
anoreksia yang menyebabkan keadaan umum menurun dan berat badan yang
menurun pula.
3. Gejala Neurologi
1. Hiperrefleksi saraf tepi oleh karena hiperaktifitas saraf dan pembuluh darah
akibat aktifitas T3 dan T4.
2. Gangguan sirkulasi serebral oleh karena hipervaskularisasi ke otak
3. Penderita mengalami vertigo, selfagia, sampai migrain
4. Mata mengalami diplopia oleh karena eksophtalmus
4. Gangguan Metabolisme
Adanya gangguan toleransi glukosa misalnya timbul hiperglikemia kronik yang
menyebabkan DM tipe 3 (DM tipe lain yang salah satunya diakibatkan karena
struma toksik)
5. Terhadap lingkungan
Penderita tidak tahan terhadap udara panas. Penderita banyak keringat ,
palpitasi, kesadaran menurun, dan bingung.
6. Gejala psikologi
1. Iritatif, sensitif, dan anxiety
2. Psikoneurosis sampai psikotik
3. Depresi
4. Insomnia
5. Penderita sering merasa matanya membesar, juga sering kelopak
matanya membesar.
Komplikasi
1. Gangguan pada Jantung seperti Hipertensi, gagal jantung, LVH,
takikardi, takiaritmia, dan lain-lain
37
2. Diabetes Melitus Tipe III
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum penderita, kesadaran dan status psikologisnya
2. Tekanan darah meningkat
3. Denyut jantung cepat dan tidak teratur oleh karena atrium fibrilasi
4. Adanya gambaran kolateral di daerah tiroid oleh karena
hipervaskularisasi.
5. Pada palpasi tiroid didapatkan struma yang noduler, batasnya jelas,
dan konsistensi kenyal. Cara melakukan pemeriksaan ini, penderita
disuruh duduk dan pemeriksa memeriksa dari belakang pasien dengan
menggunakan 3 jari, pasien disuruh menelan.
Yang bergerak saat menelan adalah tiroid.
6. Pada auskultasi di daerah tiroid terdengar bising sistolik / vascular
bruit
7. Hiperefleski pada pemeriksaan refleks APR (Ankle Patella Refleks) ,
KPR (Knee Patella Reflex), refleks biseps dan triseps.
8. Tremor halus pada tangan penderita. Cara melakukan pemeriksaan
ini, penderita dalam keadaan duduk, tangan dan jari direntangkan (kira-
kira tegak lurus pada posisi badan yang duduk) lalu lihat ada tremor atau
tidak.
9. Palpasi untuk melihat apakah ada pembesaran hati
10. Refleks kulit abdomen meningkat sehingga terjadi retraksi kulit
abdomen
11. Kulit teraba lembab karena peningkatan produksi kelenjar keringat.
12. Pada mata dapat terjadi morbus sign, juga dapat terjadi pembengkakan
di belakang mata yang dikenal dengan istilah eksoftalamus/
13. Conjungtiva Chemosis.
14. Palpebra edema.
Pada Kasus-Kasus yang kurang jelas, digunakan indeks wayne. Skor
dilihat dari :
Gejala Klinis :
38
- Sesak bila bekerja (Dispnoe d’effort) : +1
- Pasien berdebar-debar : +2
- Aesthenia (Pasien Mudah lelah) : +2
- Lebih menyukai udara dingin : +5
- Lebih menyukai udara panas : -5’
- Banyak keringat : +3
- Mudah gugup, bingung, grogi : +2
- Nafsu makan bertambah tapi kurus : +3
- Nafsu makan berkurang : -3
- Berat badan turun : +3
- Berat badan naik : -3
Pemeriksaan Fisik
- Perabaan kelenjar tiroid membesar : +3
- Perabaan kelenjar tiroid tidak membesar : -3
- Auskultasi kel. Tiroid ada bising sistolik : +2
- Auskultasi kel. Tiroid tidak ada bising sistolik : -2
- Ada eksophtalmus
: +2
- Tidak ada eksophtalmus : 0
- Bila kelopak mata tertinggal saat bola mata digerakkan : +1
- Bila kelopak mata tidak tertinggal saat bola mata digerakkan : 0
- Ada hiperrefleksi, hiperkinetik : +4
- Tremor halus pada jari : +1
- Tidak ada tremor halus pada jari :
- Tangan panas oleh karena hipertermi : +2
- Tidak ada tangan panas : -2
- Ada hiperhidrosis : +1
- Tidak ada hiperhidrosis (tangan basah) : -1
- Ada atrium fibrilasi : +4
- Tidak ada atrium fibrilasi : 0
39
- Nadi teratur / reguler : >90x/mnt 80-90x/mnt <80x/mnt : -3
Skor dari gejala klinis dan pemeriksaan fisik dijumlahkan, bila jumlah:
- 10-14 : Normal
- >14 : Hipertiroid
- <10 : Hipotiroid
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
1. Kadar T4 meningkat, Kadar T3 meningkat (tirotoksikosis)
2. Tirotropin Reseptor Assay (TSIs) à berfungsi untuk menegakkan diagnosis
Grave disease.
3. Tes faal hati à Monitoring kerusakan hati karena penggunaan obat antitiroid
seperti thioamides.
4. Pemeriksaan Gula darah à Pada pasien diabetes, penyakit grave dapat
memperberat diabetes, sebagai hasilnya dapat terlihat kadar A1C yang meningkat
dalam darah
5. Kadar antibodi terhadap kolagen XIII menunjukan Grave Oftalmofati yang
sedang aktif.
Pemeriksaan Radiologi
1. Foto Polos Leher --> Mendeteksi adanya kalsifikasi, adanya penekanan pada
trakea, dan mendeteksi adanya destruksi tulang akibat penekanan kelenjar yang
membesar.
2. Radio Active Iodine (RAI)--> scanning dan memperkirakan kadar uptake
iodium berfungsi untuk menentukan diagnosis banding penyebab hipertiroid.
3. USG à Murah dan banyak digunakan sebagai pemeriksaan radiologi pertama
pada pasien hipertiroid dan untuk mendukung hasil pemeriksaan laboratorium
4. CT Scan --> Evaluasi pembesaran difus maupun noduler, membedakan
massa dari tiroid maupun organ di sekitar tiroid, evaluasi laring , trakea (apakah
ada penyempitan, deviasi dan invasi).
5. MRI --> Evaluasi Tumor tiroid (menentukan diagnosis banding kasus
hipertiroid)
40
6. Radiografi nuklir --> dapat digunakan untuk menunjang diagnosis juga
sebagai terapi.
Penatalaksanaan
1. Farmakoterapi
a. Obat anti tiroid (PTU/Propiltiourasil, MMI/Metimazole, Karbimazol/CMZà
MMI) . Efeknya adalah menghambat sintesis hormon tiroid dan imunosupresif,
PTU juga menghambat konversi T4 à T3. Indikasi pengobatan dengan antitiroid
ialah sebagai pengobatan lini pertama pada Graves dan obat jangka pendek pra
bedah/RAI
b. Antagonis Adrenergik Beta (Propanolol, Metoprolol, Atenolol, Nadolol).
Efeknya ialah mengurangi dampak hormon tiroid pada jaringan. Indikasi ialah
sebagai obat tambahan , kadang sebagai obat tunggal tiroiditis
c. Bahan yang mengandung iodine (Kalium Iodida). Efeknya ialah
menghambat keluarnya T4 dan T3 serta produksi ekstratiroidal. Indikasi persiapan
tiroidektomi pada krisis tiroid.
2. Tiroidektomi
Prinsip umum, operasi baru dikerjakan kalau keadaan pasien sudah eutiroid, baik
secara klinis maupun biokimiawi.
3. Radioterapi (RAI/Radio Active Iodium)
4. Oftalmopati Graves
Dalam mengobati morbus graves, sering kita melupakan ophtalmopati graves
(OG). OG mengganggu kualitas hidup pasien. Meskipun patogenesisnya sudah
sedikit terungkap, pengobatan belum memadai. OG ringan cukup diberi
pengobatan lokal (air mata artifisial dan salep, tetes mata obat penghambat Beta,
kacamata hitam, prisma, mata waktu malam ditutup , dan hindari rokok). Pada OG
yang lebih berat, dibutuhkan pengobatan yang lebih agresif. Kalau OG aktif,
modus pengobatan ialah glukokortikoid dosis besar, radioterapi orbital atau
dekompresi orbital. Apabila keadaan berat namun inaktif dianjurkan dekompresi.
Prognosis
Prognosis penyakit-penyakit yang berhubungan dengan keadaan hipertiroid tidak
sebaik keadaan hipotiroid. Kemampuan dan pengetahuan seorang pemeriksa
41
sangat dibutuhkan untuk menentukan prognosis penyakit ini. Kegagalan terapi
memberikan prognosis yang buruk terhadap penyakit hipertiroidism.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton & Hall : Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC, 2006
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia : Buku Ajar Ilmu
Penyakit
Dalam. Interna Publishing, 2009
Katzung, Bertram G. : Farmakologi Dasar & Klinik. EGC, 2007
42